Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
( Hoedijono, hal 10 )
a. Ukuran partikel
b. Temperatur dari solvent
c. Pengadukan dari larutan.
d. Konsentrasi dari larutan.
( Sukardjo, hal 142 )
Efek panas dalam pembentukan larutan dapat digunakan dalam penerapan
prinsip Le-Chateliers untuk menghitung efek temperatur pada kelarutan. Dengan
menggunakan terminology dari thermodinamika, bahwa kandungan panas atau
entalphy dari system telah meningkat sesuai dengan jumlah energi thermal (heat
molar vaporization atau ∆ Hv). Perubahan entalphi untuk proses diberikan dengan
mengurangi entalpi akhir system dengan entalphi mula-mula
G2* = G2*0 + RT ln *
……………………………. (2)
dimana G2*0 adalah energy bebas standard, a2 adalah aktifitas solute dalam larutan
*
dan adalah aktivitas padatan solute murni
G2 = G20 + RT ln
G20 + RT ln a2 = G2*0 + RT ln *
dan, ln =
ln = K ……………………………………. (3)
sehingga, =K
……………………………………. (4)
Dimana subscrip s menunjukkan untukn larutan jenuh sedang dalam (a2) m=ms
adalah aktivitas solute pada larutan jenuh . Apabila suhu berubah pada tekanan
tetap maka ms dan δ s akan berubah , demikian pula K . Menurut hokum Van –
Hoff , untuk merubah K pada tekanan tetap diperlukan
( )p = ………………………………(6)
Persamaan (3) di atas dapat diturunkan dari persamaan berikut
............................................ (7)
............................................... (8)
( )p = ............................................... (9)
= ................................ (10)
= ............................. (11)
∂ ln ∂ d ln ms (∆HDS ) m = ms
1 + ( ∂ ln m )T , P, m = ms dT = RT 2
………………………..
(12)
( ∆HDS ) m = ms ∂T
∫ ∂ ln m s =∫
RT 2
……………………
(14)
(∆HDS ) m = ms
ln ms = − …………………….
RT 2
(15)
Atau
∂ ln ms (∆HDS ) m = ms
=−
1 R .............................. (16)
∂( )
T
Jadi dengan menggunakan anggapan tersebut , harga (∆ HDS ) m=ms dapat dihitung
dari slope antara ln ms terhadap 1/T .
(Daniel, hal 132-133)
Kegunaan Panas Kelarutan dalam Industri
Dalam pembuatan reactor kimia, bila panas pelarutnya diketahui untuk
menghindari kerusakan pada reactor karena kondisi thermal tertentu dengan
kelarutan reactor tersebut
BAB II
PERCOBAAN
III.1.Hasil Perhitungan
Tabel 3.1.1. Perhitungan nasam oksalat dan Wasam oksalat
T V NaOH Normalitas Molaritas n asam W asam W
(0C) (ml) asam oksalat asam oksalat oksalat(mmol) oksalat(g) pelarut(g)
0 5.5 2.893 1.4465 14.465 14.465 9.2733
5 5.1 2.6826 1.3413 13.413 13.413 9.1464
10 4.8 2.5248 1.2624 12.624 12.624 8.8939
15 4.9 2.5774 1.2887 12.887 12.887 9.4045
20 4.7 2.4722 1.2361 12.361 12.361 9.0801
25 4.5 2.367 1.1835 11.835 11.835 9.3297
30 4.3 2.2618 1.1309 11.309 11.309 9.8099
35 4.35 2.2881 1.14405 11.4405 11.4405 9.3845
40 4.3 2.2618 1.1309 11.309 11.309 9.5979
45 3.8 1.9988 0.9994 9.994 9.994 9.3896
0 14.0387
5 13.1984
10 12.7746
15 12.3328
20 12.2519
25 11.4167
30 10.3753
35 10.9718
40 10.6046
45 9,5793
III.2. Pembahasan
Dalam percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu ini,obyek yang digunakan
adalah larutan asam oksalat jenuh yang akan dicari kelarutan dan panas kelarutan
diferensialnya,ΔHDS dengan variabel suhu yang berbeda-beda.
.
Panas pelarutan diferensial dapat dihitung dengan menggunakan
persamaaan berikut:
d ln ms (∆HDS )m = ms
=−
1 R
d( )
T
Dengan menggunakan anggapan terssebut,harga ΔHDS dapat dihitung dari slope
antara ln ms terhadap . Sedangkan sebagai perbandingan kita memperoleh
nilai kelarutan dari literatur Kirk Othmer 3 edition dimana pada temperatur 0-60 C
kelarutan asam oksalat dapat ditulis sebaaiu fungsi temperatur sebagai berikut
S = 3,42 + 0,168 t + 0,0048 t2
Dari persamaan ini terlihat bahwa harga kelarutan asam oksalat akan semakin
besar seiring dengan kenaikan temperatur larutan. Dari harga kelarutan yang
didapatkan dari percobaan dapat kita buat diagram antara terhadap ln ms
seperti yang ditunjukkan oleh grafik dibawah ini :
Gambar 3.2 Grafik antara Ln ms dan
Dari grafik tersebut diperoleh slope 665,9 maka dipeoleh harga ΔHDS = -5536.29
joule/mol K. Menurut literatur, ΔHDS yang didapatkan seharusnya bernilai positif.
Hasil percobaan dengan literatur tidak sesuai hal ini disebabkan oleh
ketidakakuratan proses titrasi, kurang jenuhnya larutan asam oksalat yang dibuat
akibat dari kurang sempurnanya pengadukan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1. Kesimpulan
Pada percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu ini didapatkan
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :
1. Harga kelarutan asam oksalat pada suhu 00C, 50C, 100C, 150C, 200C,
250C, 300C, 350C, 400C dan 450C adalah 14,0387 gr/100gr solvent,
13,1984 gr/100 gr solvent, 12,7746 gr/100 gr solvent, 12,3328 gr/100 gr
solvent, 12,2519 gr/100 gr solven, 11,4167 gr/100 gr solven, 10,3753
gr/100 gr solven, 10, 9718 gr/100 gr solven, 10,6046 gr/100 gr solven,
dan 9,5793 gr/100 gr solven.
2. Harga (∆ HDS)m=ms dari grafik antara ln ms dan 1/T adalah -5536,29 J/mol.
IV.2. Saran
Pada percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu ini untuk
mendapatkan hasil yang baik dan benar perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Melakuka pengadukan (agitasi) pada pelarutan asam oksalat secara
kontinu hingga asam oksalat melarut sepenuhnya dan akhirnya tercapai
titik jenuhnya
2. Saat melakukan titrasi, pengamatan terhadap perubahan warna dari
larutan tak berwarna menjadi merah muda harus cermat sehingga titik
akhir yang diperoleh tidak melampaui titik ekivalen larutan.
3. Menjaga agar suhu larutan sesuai dengan suhu yang kita tentukan
dengan cara melakukan penimbangan maupun titrasi secara cepat dan
hati-hati sehingga suhu tidak terlampau banyak berubah.
DAFTAR PUSTAKA
(5,5 x5,26 )
N2 =
10
= 2,893 N
Perhitungan molaritas
N
M =
eq
2,893
N2 =
2
=1,4465 M
1000
ms = nx
Wpelarut
14 ,465 1000
= x
1000 9,27335
= 1,5599
(mxBM )
s=
10
(1,5599 x90 )
N2 =
10
=14,0391 gr