You are on page 1of 48

Gulungan Laut Mati

Hj. Irena Handono

(Pengantar Buku Misteri Naskah Laut Mati)

****

Pada pertengahan abad 20, sekitar setengah abad yang lalu, terdapat dua penemuan
arkeologi yang menggemparkan bagi dunia Kristen. Pertama, penemuan teks Injil
Thomas di Nag Hamadi-Mesir pada tahun 1945. Dua tahun setelahnya, 1957, terjadi
penemuan kedua berupa gulungan manuskrip di Qumran dekat Laut Mati, yang
kemudian dikenal dengan Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls).

Bagi sebagian orang, dua peristiwa besar ini –juga penemuan-penemuan arkeologis lain
yang berkaitan-, terkadang disikapi sebagai peristiwa biasa yang menghiasi majalah dan
koran-koran di Barat -di Indonesia informasi tentang hal ini amatlah jarang ditemukan-.
Namun jika kita mengikuti perintah Allah dalam al-Qur’an agar kita selalu melihat dan
merenungkan kejadian di dunia ini, maka dua penemuan itu menjadi hal yang sangat
luar biasa, apalagi bagi para pengkaji agama, khususnya bagi mereka yang getol
menyuarakan paham pluralisme agama. Sebab dua penemuan tersebut tidaklah berhenti
sebatas penemuan arkeologi, namun berlanjut pada kajian-kajian yang berpengaruh
terhadap mainstream kehidupan beragama bagi pemeluk agama tertentu (Kristiani) yang
pada gilirannya mempengaruhi hubungan antar agama, khususnya pada kedekatan
pemahaman teologis.

Nag Hamadi dan Qumran.

Desember 1945, Seorang Mesir bernama Muhammad Ali pergi ke sebuah karang di
tepian sungai Nile, di pedalaman Mesir dekat wilayah Nag Hamadi. Menemukan Kendi
yang nyata terlihat sangat kuno dan asli. Dalam kendi tersebut terdapat 13 lembar kulit,
berisi 50 risalah. Pada bagian akhir dari risalah kedua di codex II koleksi risalah,
terdapat sebuah judul tek yang telah hilang selama ribuan tahun: Peuaggelion Pkata
Thomas, Injil menurut Thomas, atau Injil Thomas. Manuskrip koptik dari Injil Thomas
berasal dari tahun 350 masehi, sementara fragmen Yunani berasal dari tahun 200 M.
Injil Thomas ini diperkirakan dari tahun 100 M, yang edisi paling awalnya diperkirakan
dari tahun 50-60 M. Perlu diketahui bahwa Injil Thomas tidak berbentuk cerita naratif
seperti 4 Injil lainnya, namun berisi perkataan-perkataan Yesus, kalau dilihat oleh
seorang Muslim tampak seperti penulisan Hadits –tapi tanpa sanad-. Melihat tingkat
keaslian dari Injil Thomas -walaupun dianggap gnostik-, serta cara penyajiannya, para
sarjana Bible mulai mengkaji dengan cara membandingkan isinya dengan 4 Injil
sinoptik yang diakui oleh Gereja (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes). Semangat yang
mereka bawa adalah, menjawab pertanyaan umum: “Apa sebenarnya yang disabdakan
oleh Yesus?” Dari kajian 75 sarjana Bible terkemuka yang bersidang selama 6 tahun,
keluarlah hasil kajian mereka yang dikenal melalui laporan berjudul “The Five Gospel”
pada tahun 1993. Pertanyaan itu akhirnya terjawab dalam sebuah kesimpulan dalam
laporan mereka bahwa, dari Injil-Injil yang ada, hanya terdapat 18% saja yang
diperkirakan asli perkataan Yesus, sementara sisanya….?. Hasil kajian ini tentu saja
membuat geger dunia Kristen. Lain dari pada itu, satu hal yang patut dicatat bahwa, dari
114 sabda Yesus dalam Injil Thomas, tidak satupun ada pernyataan ataupun isyarat
terhadap doktrin “penyaliban” atau penebusan dosa melalui kematian Yesus di tiang
kayu salib.

Penemuan kedua tahun, 1947 di Qumran, oleh seorang anak (penggembala kambing)
bernama Muhammad Ad-Dib. Gulungan manuskrip yang ditemukan berisi tulisan kitab
perjanjian lama, oleh sebuah komunitas yang diidentifikasi sebagai salah satu sekte
Yahudi, yaitu sekte Esenes. Tulisan-tulisan mereka memberikan gambaran tentang
masa-masa awal sejarah Kristen, keterkaitan gerakan Nazaren (pengikut Yesus dari
Nazaret) dengan sekte Esenes, dalam komunitas ini terdapat seorang Nabi yang sezaman
dengan Yesus yaitu Yahya As, atau Yohanes Pembabtis –menurut tradisi Kristen-.
Penemuan arkeologi ini akhirnya mendorong sekian banyak pemerhati Kristologi untuk
mengkaji naskah-naskah tersebut. Beragam kajian dari masing-masing peneliti mulai
bermunculan, baik para peneliti Barat maupun Timur. Buku yang ada dihadapan
pembaca ini adalah salah satu hasil penelitian oleh pemerhati dari Mesir. Salah satu
kesimpulannya bahwa sekte Esenes berkaitan erat dengan masa awal sejarah Kristen. Ia
bahkan memprediksi bahwa “Guru yang jujur” yang diceritakan berseberangan dengan
“Pendeta jahat” dalam Naskah Gulungan Laut Mati, adalah Yesus itu sendiri. Hal ini ia
perkuat dengan kajian terhadap nama Isaiyah yang tertulis sebagai nama kelompok
tersebut, sebenarnya adalah Esenes.

Kajian-kajian tentang Dead Sea Scrolls amatlah banyak, diantaranya yang membuat
geger dunia Kristen adalah laporan Barbara Theiring, dalam bukunya “Jesus the Man”.
Dari penelitiannya selama 20 tahun terhadap naskah Laut Mati, Barbara Theiring
mampu menyuguhkan sosok Yesus sebagai seorang manusia, yang menikah (bahkan
berpoligami), juga meninggal secara wajar dan bukan ditiang salib. Secara umum, kajian
terhadap Naskah Laut Mati, lebih menempatkan Yesus sebagai sosok manusia yang
pernah ada dalam sejarah, dan bukan sosok imajiner yang kemudian di mitoskan dan
disembah. Setidaknya, inilah inti terpenting dari hasil kajian Naskah Laut Mati.

Membaca kejadian alam

Dari dua penemuan besar seperti yang kami paparkan secara singkat di atas, mungkin
kita bertanya-tanya, apa sebenarnya yang sedang berlangsung disekeliling kita? Dan
pertanyaan ini berkaitan erat dengan pertanyaan: Kenapa setelah 2000 tahun, naskah-
naskah itu baru ditemukan? Apakah penemuan itu berkaitan dengan dengan Janji Allah
dalam al-Qur’an, seperti terjemah dari dua ayat di bawah ini:
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap
ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu
adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu? (QS. Fushilat 53)

Al Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu
sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya
biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka
(ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka
berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (QS. Al-Maidah 75).

Bagi umat Kristiani yang mungkin tidak meyakini kebenaran al-Qur’an, terdapat dalam
Injil Thomas satu pernyataan Yesus sebagai berikut:

Jesus said, “Know what is in front of your face, and what is hidden from you will be
disclosed to you. For there is nothing hidden that will not be revealed. Jesus
mengatakan, “Ketahuilah, apa yang ada dihadapanmu, dan apa yang tersembunyi
darimu akan dibuka untukmu. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi kecuali akan
dijelaskan. Thome 5:2

Makna dari pernyataan Yesus/Isa As, di atas juga sejalan dengan yang ada pada Injil
Lukas 12:2, Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada
sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Juga pada Markus 4:22.

Tanpa berani memastikan bahwa penemuan tersebut merupakan bukti dari janji Allah,
namun sebagai seorang Muslim yang diajari al-Qur’an untuk mengkaji segala yang
terjadi, kita patut meneliti dan mencari hikmah apa dibalik penemuan dari benda-benda
yang sudah terkubur selama + 2000 tahun.

Jika kita melihat perkembang sain dan tekhnologi masa kini, di mana rasionalitas
ditempatkan di urutan pertama oleh dunia barat yang telah lelah dengan keimanan
terhadap dogma Gereja. Maka penelitian arkeologis dapat sepenuhnya dilakukan tanpa
direcoki oleh Gereja, seperti yang pernah dilakukan terhadap Galeleo pada masa dulu.
Apalagi bahwa penelitian arkeologi pada masa kini dilengkapi dengan ilmu-ilmu lain
yang berbasis teknologi tinggi, seperti analisa DNA, carbon dating (untuk mengetahui
masa per menit dari sampel yang dikaji), Satelit (untuk melihat outline dari daerah lokasi
penemuan), serta tes kimia.

Adalah hikmah dari yang Maha Mengetahui, jika penemuan itu terjadi pada masa
sekarang, masa dimana manusia telah siap menerima penyingkapan tabir baik secara
mental (obyektifitas berdasarkan sain dan bukan kepentingan kelompok agama) serta
kemampuan manusia dalam memahami penyingkapan tersberdasarkan ilmu dan
pengetahuan yang mereka miliki. Sebab, –mungkin- jika ditemukan pada masa-masa
dulu, “kepentingan” dan “ketidakmampuan”-lah yang berbicara, maka manuskrip-
manuskrip itu hanya tersimpan dan mungkin tidak akan diketahui oleh umum, atau
hilang lagi entah kemana. Hal yang sama telah terjadi pada Injil Barnabas yang oleh
kalangan Gereja dianggap sebagai hasil bikinan seorang Muslim di Itali, sehingga kita
tidak tahu apakah Injil Barnabas tersebut asli atau bukan, ia menjadi kurang bermakna –
bisa disebut hilang- karena kehilangan otentisitasnya.

Hikmah bagi kaum Muslim

Dalam pergaulan antar agama, berkenaan dengan isu pluralisme agama yang
dihembuskan oleh Barat dan diimani oleh dunia Islam, umat muslim hendaklah mampu
melihat dirinya berdasarkan hal-hal yang terjadi, serta kecenderungan pada agama-
agama lain yang sedang berkembang dewasa ini. Berkaitan dengan dunia Kristen,
penemuan dua buah naskah sebagaimana yang kita bahas di atas, telah membawa dunia
Kristen pada pengakuan akan adanya satu sesembahan saja. Artinya, penemuan yang
memperkuat kedudukan Yesus sebagai seorang manusia biasa -seperti nabi dan rasul-
rasul yang lainnya-, akan mengeluarkan Yesus dari jajaran Trinitas yang diajarkan
sebagai dogma oleh Gereja. Entah apa lagi yang akan terjadi sehingga Roh Kudus pun
akan ditempatkan pada posisi yang sebenarnya sebagai Malaikat. Kalaupun hal ini
belum bersifat final, namun kajian kristologi sedang mengarah ke titik ini. Tanpa
campur tangan kaum muslim pun, kedewasaan rasional manusia akan membawa kepada
keyakinan terhadap adanya satu Tuhan saja yang patut disembah dan tidak terbagi-bagi
dalam beberapa pribadi, seperti yang diserukan oleh otoritas Kristen. Saya katakan
“otoritas”, sebab kenyataanya tidak semua umat kristiani memahami doktrin trinitas,
para pendetanya pun kebanyakan menerimanya sebagai dogma dengan mengorbankan
segala rasio yang dimilikinya.

Kini dengan isu pluralisme beragama umat muslim dengan riang menyatakan bahwa
teologi gereja yang tidak mampu ditembus rasio, dinyatakan benar dan sama
monoteisnya dengan keyakinan umat Muslim. Ada baiknya, mereka yang menyamakan
teologi Islam dan Kristen mengkaji lagi makna monoteisme menurut tradisi dan kaca
mata gereja, bukan dengan kacamata kita sendiri, maka kita akan tahu perbedaanya, apa
makna monoteisme menurut Kristen dan apa maknanya menurut umat Islam.

Kecenderungan di dalam komunitas Barat kepada keyakinan akan adanya satu Tuhan
saja, sebagai satu-satunya sesembahan, sebenarnya sejalan dengan seruan al-Qur’an
dalam kerangka pergaulan antar agama, yaitu:

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)
yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka
katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah)". (Ali Imran 64).

Maka, menurut hemat kami, umat muslim tidak perlu menyamakan teologinya dengan
yang lain, cukup menyeru kepada mereka, satu seruan yang bersifat universal dan sesuai
fitrah manusia sebagai makhluq, untuk kembali kepada satu-satunya Pencipta manusia
dan alam sekitarnya. Sedang soal ritual dan masalah fikh, maka yang berlaku adalah
“lakum diinukum waliyadiin”, bagimu agamamu dan bagiku agamaku.

Kudus, 26 Sept 2004

Spinoza dan Kritik Bibel

Oleh
Salim Rusydi Cahyono
(Pengantar buku Kritik Bibel karya Spinoza)
---------------------------------------------
Buku yang ada di hadapan Anda ini adalah terjemahan dari bagian kritik kitab Taurat
dan Perjanjian Lama dari buku Spinoza yang berjudul Tractatus Theologico-Politicus
yang diterjemahkan oleh Prof. Dr. Hassan Hanafi ke dalam bahasa Arab dengan judul
Risâlah fil lâhût was siyâsah. Terjemahannya dalam bahasa Indonesia barangkali Tesis
Tentang Teologi Dan Politik. Sedangkan kandungan umumnya, sebagaimana
diungkapkan oleh Spinoza di awal bukunya adalah penjelasan bahwa kebebasan berpikir
tidak membahayakan takwa dan negara. Atau dalam kata lain, Spinoza ingin
memadukan agama dengan akal di satu sisi dan dengan politik di sisi lain.

Sedang masalah kritik kitab suci ini dia bahas mulai fasal tujuh hingga fasal sebelas.
Untuk memudahkan pembaca, fasal-fasal itu sengaja kami sesuaikan. Fasal tujuh diubah
menjadi fasal satu, fasal delapan menjadi fasal dua dan demikian selanjutnya. Insya
Allah, penyesuaian ini tidak akan menyimpangkan ide Spinoza. Dia sendiri
membolehkan pembaca untuk membaca bagian mana saja dari buku ini. Bahkan, Hassan
Hanafi menganggap bahwa sebenarnya, buku Spinoza ini adalah kumpulan artikel yang
dia tulis dalam beberapa waktu yang terpisah satu sama lain dan dengan gaya yang
berbeda pula. Ada fasal yang ditulis dengan gaya filsafat yang kering dan adapula fasal
yang ditulis dengan gaya tulisan sastra.

Selanjutnya, menurut saya, bobot kritik kitab suci yang ada dalam buku ini terletak pada
penulisnya yang dari kalangan Yahudi sendiri, periode penulisannya yang cukup awal,
naskahnya yang dikritik adalah naskah asli berbahasa Ibrani, keilmiahan dan
kecermatannya.

Selanjutnya, dalam pengantar ini akan kami sampaikan sekilas tentang Spinoza, Taurat
dan Perjanjian Lama serta sekilas tentang kandungan kritik ini.

Spinoza

Baruch Spinoza (1632-1677): filosof dan teolog Yahudi rasionalis. Filosof terpenting
dalam peradaban barat modern. Tokoh kritik kitab suci. Filosof dan teolog Yahudi
terbesar yang pernah melakukan analisa kritis terhadap teks-teks kitab-kitab Perjanjian
Lama. Hidup di Belanda. Lahir dari ibu-bapaYahudi Spanyol-Portugis (Andalusia).
Setelah menetap di Amsterdam, mereka berdua masuk dalam jajaran pimpinan umat
Yahudi dan pedagang besar di sana. Kegiatan pokoknya adalah mengimpor barang.

Pada abad ketujuh belas (abad Spinoza), Yudaisme Robi (atau Talmud) (Rabbinical
[Talmudic] Judaism)[1] mulai diterpa krisis yang mampu merobohkan sendi-sendinya.
Akibatnya, Yudaisme aliran ini pun hanya dianut oleh sebagian kecil umat Yahudi di
seluruh dunia. Sedang sisanya menganut berbagai macam aliran lain (seperti Yudaisme
rekonstruksionisme) yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Yudaisme
Rabbinikal. Pada masa ini, kondisi para robi memang sangat memprihatinkan. Mereka
selalu sibuk mengeluarkan bidah-bidah pribadi dari teks-teks kitab suci lalu
meligitimasinya dengan kedaulatan tuhan, menafsirkan kitab suci menurut hawa nafsu,
memonopoli penafsiran kitab suci, memaksa orang lain untuk menerima pendapat
pribadi mereka dan bergelimang dalam khurafat dan takhayul.

Adapun ciri terpenting dari krisis itu adalah dianutnya aliran Kabbalah, terutama
Kabbalah Lurian (Lurianic Kabbalah)[2] oleh mayoritas umat Yahudi Eropa yang
sebenarnya sudah mulai sejak pertengahan abad ke-16. Spinoza menganggap tulisan
Kabbalah ini sebagai bualan-bualan yang membuat rasa herannya tidak habis-habis.
Meski begitu, menurut Abdul Wahhab al-Masiry, aliran yang merupakan suatu bentuk
panteisme emanasi monoisme[3] ini sangat mempengaruhi Spinoza dan anggota
komunitas-komunitas Yahudi lain, terutama dalam pandangan mereka terhadap alam.

Masa-masa pendidikan Spinoza, dilalui dengan cara-cara tradisional. Mempelajari


Talmud. Tetapi tafsiran-tafsiran kabbalah ternyata sudah jauh menyusup ke dalam
Yeshiva (Sekolah Talmud Tinggi). Akibatnya, tafsiran-tafsiran Talmud pun banyak
diwarnai oleh pikiran-pikiran kabbalah lurian ini. Membaca tulisan-tulisan Musa bin
Maimun (Moses Maimonide), Ibnu Ezra (Aben Ezra), Hisdai bin Shaprut, Musa bin
Hanuh, Ibnu Naghrilah (Samuel Hanajid), filsafat sufi Ibnu Jabirul, dan karya-karya
pemikir Yahudi Andalusia lain.

Dari tulisan-tulisan Musa bin Maimun, Spinoza berkenalan dengan pikiran-pikiran Ibnu
Rusyd. Sedang dari tulisan-tulisan Ibnu Ezra (Aben Ezra) yang sering dia nukil dalam
buku yang ada di hadapan kita ini, diduga mengenal pikiran-pikiran Ibnu Hazm al-
Andalusi. Ibnu Hazm adalah ulama Muslim klasik yang pernah membahas Alkitab
dengan metode -yang menurut saya- paling ilmiah. Dalam bidang ini, dia pernah
menulis: Al-Fishal dan Ar-Raddu ‘alâ Ibni Naghrîlah (Bantahan Terhadap Ibnu
Naghrîlah)[4].

Kembali ke pokok pembicaraan semula, selain mempelajari Talmud, tulisan-tulisan


Musa bin Maimun, Ibnu Ezra dan pemikir-pemikir Yahudi Andalusia lain, Spinoza juga
mempelajari bahasa Latin. Tetapi sebelum itu dia sudah mengusai bahasa Spanyol,
Portugal, Ibrani, Perancis dan Italia. Suatu hal yang membukakan cakrawala yang cukup
luas bagi dirinya. Pada gilirannya dia pun bisa mempelajari pikiran renaissance Eropa,
membaca karya-karya René Descartes (Rene Dekart) dan Thomas Hobbes -dua orang
yang meninggalkan pengaruh yang cukup jauh ke dalam dirinya- juga menguasai pikiran
Gordano Bruno yang memiliki warna emanasi panteisme yang cukup jelas.

Tampaknya, sejak semula Spinoza sudah menyiapkan diri untuk menjadi robi (hakham).
Tetapi di kemudian hari, jalan hidupnya ini ternyata berbalik. Dia malah diusir dari
Jemaat Yahudi Amsterdam setelah dituduh ateis karena pikiran-pikirannya tentang kitab
suci dan akidah-akidah Yahudi. Sebelum diusir, dia masih sempat disuap oleh para robi
agar menyembunyikan pikiran-pikirannya itu. Tetapi menolak dan bersikeras untuk
menyiarkannya. Akhirnya keputusan itu pun dia terima dengan senang hati meskipun
tidak memeluk agama baru. Dia cukup meninggalkan Amsterdam dan hidup jauh dari
perkampungan Yahudi. Namanya dia ganti dengan Benedictus, yaitu padanan Yunani
dari kata Ibrani “Baruch” yang berarti “Yang diberkati” (dalam bahasa Arab
“Mubârak”). Mulai saat itu dia hidup dari membuat lensa mata.

Dalam hidupnya, Spinoza hanya menerbitkan dua buku. Yang satu dengan
membubuhkan namanya, yaitu buku Dasar-dasar Filsafat Descartes dan yang satu lagi
tidak, yaitu buku Tractatus Theologico-Politicus (Tesis Tentang Teologi Dan Politik),
buku yang sebagiannya kita terjemahkan ini. Sedang buku-bukunya yang lain, seperti
Etika, Studi Politik, Perbaikan Akal, beberapa buah tesis dan Gramatika Ibrani
diterbitkan setelah dia wafat.

Filsafat Spinoza bersifat komprehensif. Mencakup pembahasan tentang agama dan


dunia, etika dan perasaan, manusia dan alam serta individu dan masyarakat. Secara garis
besar, struktur pikiran itu berputar pada tiga unsur, yaitu: tuhan, alam dan manusia
kemudian hubungan antarketiganya. Dalam hal ini, Spinoza menganut paham panteisme,
yaitu kesatuan tuhan, alam dan manusia.

Taurat Dan Kitab-Kitab Perjanjian Lama Yang Lain

Kata Taurat berasal dari verba Yûrîh yang berarti mengajar atau mengarahkan. Pada
mulanya tidak mempunyai arti tertentu hingga digunakan untuk menyatakan pesan,
hukum, ilmu, perintah atau ajaran. Dengan demikian, umat Yahudi menggunakannya
untuk menyatakan Yudaisme secara keseluruhan. Dalam perkembangan selanjutnya,
kata ini dipakai untuk menyatakan Pentateukh atau kitab Musa yang lima, yaitu:
Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Hal ini untuk membedakannya
dengan kitab-kitab nabi-nabi, kitab-kitab kebijaksanaan dan kidung. Maksud dari kata
Taurat itu kemudian lebih meluas lagi hingga mencakup seluruh Perjanjian Lama untuk
membedakannya dengan tafsiran para robi. Selain itu, kata Taurat juga dipakai untuk
menyatakan maksud hukum atau syariat. Suatu pemakaian yang sepertinya timbul
karena pengaruh naskah Septuaginta[5] yang menerjemahkan kata Taurat dengan kata
Yunani Nomos yang berarti hukum atau undang-undang. Dan sepertinya penggunaan ini
juga sangat populer dalam terjemahan-terjemahan Alkitab yang beredar hingga saat ini.
Sedang yang dimaksud dalam buku ini adalah Pentateukh atau kitab Musa yang lima.

Perjanjian Lama adalah nama yang digunakan untuk menyatakansejumlkitab umat


Yahudi yang disucikan oleh umat Kristen. Termasuk di dalamnya Taurat Musa yang
baru saja kita bicarakan. Yang pertama kali menggunakannya adalah umat Kristen.
Pertama kali pada awal abad kelima belas Masehi. Pada waktu itu, umat Kristen telah
mengukuhkan dua puluh tujuh kitab suci yang kemudian mereka sebut dengan
Perjanjian Baru. Jadi penamaan Perjanjian Lama tadi adalah untuk membedakan dua
kumpulan kitab suci ini. Yang pertama adalah perjanjian lama yang kembali ke zaman
Musa sedang yang kedua adalah perjanjian baru yang dimulai setelah munculnya
Almasih.

Selanjutnya, terdapat perbedaan dalam Perjanjian Lama. Orang Protestan dan orang
Yahudi non-Sumerian mengakui bahwa Perjanjian Lama terdiri dari 39 kitab; sementara
Perjanjian Lama orang Katolik terdiri dari 46 kitab. Secara sederhana, kita dapat
mengatakan demikian: ada tujuh kitab dan tambahan dua kitab dari Perjanjian Lama
yang terdapat dalam Kitab Suci Katolik, tetapi tidak ada dalam Kitab Suci Protestan.
Ketujuh kitab tersebut, yaitu Tobit, Yudit, I Makabe, II Makabe, Yesus Sirakh,
Kebijaksanaan Salomo dan Barukh. Sedang tambahan dari kitab itu adalah beberapa
bagian dari kitab Daniel dan Ester. Orang Katolik menyebutnya kitab-kitab
Deuterokanonika, sedang orang Protestan menyebutnya Apokrip.

Persoalannya cukup rumit. Namun secara garis besar dapat dikatakan demikian: kitab-
kitab tersebut tersimpan dalam bahasa Yunani, bukan dalam bahasa Ibrani atau Arami.
Kitab-kitab itu dikenal orang Kristen melalui Septuaginta, yaitu Kitab Suci Perjanjian
Lama dalam bahasaYunani, yang diterjemahkan oleh orang Yahudi sebelum Kristus dan
menjadi Kitab Suci yang diterima secara umum oleh Gereja Perdana.

Dalam usaha menerjemahkan Kitab Suci dari bahasa-bahasa asli, para pendukung
Reformasi sangat curiga terhadap kitab-kitab yang tidak tersedia dalam bahasa Ibrani
dan Arami tersebut. Kebanyakan dari mereka menolak kitab-kitab itu. Persoalannya
tambah rumit, karena para teolog Katolik justru menggunakan kitab-kitab itu sebagai
acuan doktrin-doktrin yang ditolak oleh para pendukung Reformasi.

Adapun kitab-kitab Perjanjian Lama yang disepakati tiga semua kelompok itu adalah:

Bagian pertama: Taurat, Pentateukh atau kitab Musa yang lima, yaitu: Kejadian,
Keluaran, Ulangan, Hakim-Hakim (dinamakan juga dengan orang-orang Lewi) dan
Bilangan.

Kitab-kitab ini diyakini telah ditulis sendiri oleh Musa.

Kitab Keluaran menceritakan sejarah dunia sejak penciptaan langit dan bumi hingga
menetapnya Yakub atau Israel di tanah Mesir. Di dalamnya, cerita tentang Adam dan
Hawa, Nuh, topan dan anak turun Sam, salah satu putra Nuh yang menurunkan bangsa
Israel, terutama Ibrahim, Ishak, Yakub dan anak-anaknya diceritakan secara terperinci.
Sedang cerita-cerita lain dituturkan secara global saja.

Kitab Keluaran menuturkan sejarah Bani Israel di Mesir, kisah Musa, misinya,
keluarnya dari Mesir bersama Bani Israel dan sejarah mereka pada masa tih di padanga
gurun Sinai yang memakan waktu empat puluh tahun. Selain itu, kitab Keluaran juga
membahas beberapa hukum agama Yahudi tentang ibadah, muamalah dan hukuman.

Adapun kitab Ulangan sebagian besarnya membahas syariat Yahudi yang berkaitan
dengan peperangan, politik, ekonomi, muamalah, hukuman dan ibadah. Dinamakan
Ulangan karena menyebut kembali ajaran-ajaran yang diterima oleh Musa dari
Tuhannya dan diperintahkan agar disampaikan kepada Bani Israel.

Kitab Hakim-Hakim sebagian besarnya membahas masalah-masalah ibadah, terutama


yang berkaitan dengan korban, makanan-makanan yang diharamkan dari jenis daging
hewan dan burung. Orang-orang Lewi adalah anak turun Lewi, salah seorang anak
Yakub. Di antara mereka adalah Musa dan Harun. Mereka ini adalah pengurus rumah
suci dan penanggung jawab atas urusan mezbah, korban dan undang-undang umat
Yahudi. Kitab ini disandangkan kepada mereka karena sebagian besarnya membahas
ibadah-ibadah dan muamalah-muamalah yang mereka urusi.

Kitab Bilangan sebagian besarnya membahas sensus kabilah-kabilah Bani Israel, tentara
dan harta mereka serta urusan dan hukum peribadatan dan muamalah mereka yang bisa
disensus.

Bagian kedua: dinamakan dengan kitab-kitab sejarah. Jumlahnya dua belas buah.
Membahas sejarah Bani Israel sejak pendudukan mereka atas negeri Kanaan dan mapan
di Palestina, menceritakan sejarah hakim, raja dan peristiwa-peristiwa penting mereka.
Yang termasuk dalam bagian ini adalah: Yosua, Hakim-Hakim, Rut, Samuel I dan II,
Raja-Raja I dan II, Tawarikh I dan II, Ezra, Nehemia dan Ester.

Bagian ketiga: dinamakan dengan kitab-kitab nyanyian atau syair. Sebagian besarnya
berupa nyanyian dan nasihat-nasihat agama. Disusun dalam bentuk syair dengan struktur
yang indah. Jumlah ada lima, yaitu: Ayub, Mazmur Daud, Amsal Salomo, Pengkhotbah
dan Kidung Agung.

Bagian keempat: dinamakan dengan kitab nabi-nabi. Jumlahnya ada tujuh belas. Yaitu:
Yesaya, Yeremia, Ratapan Yeremia, Yehezkial, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja,
Yunus atau Yunan, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi.

Semua nabi ini diutus kepada Bani Israel kecuali nabi Yunus yang terlihat dari
keterangan yang ada dalam kitabnya diutus kepada penduduk Niniveh.

Sedang tujuh kitab yang disucikan oleh umat Katolik dan tidak disucikan oleh umat
Yahudi dan Protestan adalah:

Tobit: menuturkan kehidupan seorang Yahudi bernama Tobit dan anaknya. Mereka
berdua jatuh dalam tawanan pada abad ketujuh sebelum Masehi.

Yudit: Yudit adalah janda Yahudi kaya dan saleh. Kitab ini menuturkan kemenangan
Yahudi atas panglima Asyuria berkat bantuannya.
Kebijaksanaan Salomo: berisi amsal-amsal bijak dan nasihat-nasihat Salomo. Ditulis
untuk membendung arus paganisme.

Sirakh: kumpulan amsal-amsal bijak yang mirip dengan Amsal Salomo.

Barukh: Barukh adalah murid Yeremia. Yeremia mendiktekan kepadanya nubuat-


nubuatnya. Kitab ini berisi doa-doa agama Yahudi. Disusun dengan struktur yang sangat
indah. Muncul pertama kali pada sekitar abad keenam sebelum Masehi.

Makabe I dan II: Makabe adalah penguasa nasionalis Palestina pada masa Romawi pada
abad kedua sebelum Masehi. Nama mereka ini diambil dari semboyan yang selalu
mereka bawa pada saat perang, yaitu: “Me Kamukho Bijuyyim Yehova” yang artinya:
“Siapa yang menyerupai Kamu di antara bangsa-bangsa wahai Tuhanku?” Dari
ungkapan ini diambil huruf-huruf pertama dari setiap kata, hingga didapatkan kata: “M-
K-B-Y” yang kemudian digabungkan menjadi “Makabe”.

Selain itu masih ada perselisihan lagi di kalangan umat Yahudi sendiri. Seperti umat
Yahudi Sumerian yang mempunyai Taurat khusus. Menolak Taurat dan kitab-kitab lain
yang ada dalam Perjanjian Lama sekarang. Selain itu, beberapa bagian dari Taurat ini
juga berbeda dengan Taurat versi Masorti[6] dan Septuaginta.

Kritik Kitab Suci

Sebetulnya, Spinoza ingin mengritik semua kitab suci, tetapi karena keterbatasan bahasa
dia hanya mengritik Perjanjian Lama saja. Meski begitu, dia juga tidak meninggalkan
Perjanjian Baru sama sekali, meskipun hanya membahas masalah rasul (apostel) dalam
satu fasal saja. Menurutnya, para rasul ini menulis surat-surat

Selanjutnya, sebelum menganalisa Taurat dan kitab-kitab Perjanjian Lama satu per satu,
lebih dulu, Spinoza menyampaikan metode penafsiran kitab suci atau sebenarnya yang
dia maksudkan adalah metode kritik historis kitab suci (Fasal satu). Dalam hal ini, dia
berpegang pada prinsip Protestan, Sola Scriptura (Alkitab saja), tanpa
mempertimbangkan institusi para pendeta atau warisan pemikiran Kristen sepanjang
zaman. Oleh karena itu, dia memenuhi buku ini dengan banyak sekali dalil naqli dan
tidak menyebutkan dalil-dalil lain, kecuali beberapa tradisi pemikiran Yahudi atau teori
filsafat Ibnu Ezra, Ibnu Maimun dan Bakkar yang kadang-kadang dia nukil ketika
membahas sejarah bangsa Ibrani.

Spinoza betul-betul menolak tafsiran yang berdasarkan hawa nafsu, takhayul atau ilusi.
Semua itu adalah bidah yang diklaim sebagai firman Tuhan kemudian dipaksakan
kepada orang lain. Sebagian tafsiran itu ada juga yang berlindung kepada kedaulatan
tuhan agar tidak ada yang berani menyalahkannya. Ada juga yang mempercayai
takhayul dan merendahkan akal. Dan terakhir ada juga yang berpegang pada rahasia,
ambiguitas, takwil, mengartikan kata atau ungkapan dengtidak sedan menciptakan
keyakinan-keyakinan irasional yang dihasilkan oleh emosi.
Untuk itu, Spinoza menawarkan metode lain untuk menafsirkan kitab suci, yaitu metode
penafsiran alam/materi. Seperti diketahui, metode ini bergantung pada pengamatan,
percobaan, pengumpulan data, membuat hipotesa dan menyimpulkan hasil. Dalam kasus
kitab suci, metode ini berupa pencarian fakta-fakta historis yang meyakinkan dan
berakhir dengan ditemukannya pikiran para penulis kitab. Dengan demikian, kita bisa
menjamin akurasi hasil yang kita dapatkan.

Selanjutnya, penilitian historis ini terdiri dari tiga langkah, yaitu:

Mengetahui ciri-ciri bahasa yang dipakai untuk menulis kitab suci dan dipakai oleh
penulisnya[7]. Pengetahuan ini memungkinkan kita untuk mengetahui arti teks sesuai
dengan pemakaian yang berlaku. Karena bahasa Ibrani adalah bahasa percakapan dan
tulisan maka untuk memahami Perjanjian Lama dan Baru bahasa itu harus diketahui.

Tetapi langkah ini sulit dilakukan, sebagaimana juga memerlukan syarat yang sulit
dipenuhi. Kita tidak memiliki pengetahuan yang sempurna mengenai bahasa Ibrani. Para
pendahulu tidak meninggalkan kepada kita sesuatu yang berarti. Tidak ada kamus atau
buku-buku yang darinya kita bisa mengetahui dasar-dasar bahasa Ibrani, gramatika atau
retorikanya. Nama-nama tumbuhan banyak yang hilang, demikian juga dengan nama-
nama hewan, burung dan ikan. Dalam Taurat juga terdapat banyak kata kerja yang
sebetulnya sangat terkenal tetapi artinya tidak diketahui atau diragukan. Dengan
demikian kita tidak bisa mengetahui arti lafal menurut pemakaian yang berlaku. Selain
itu, tabiat bahasa ini sendiri juga membuatnya tidak jelas. Adapun sebab-sebabnya
adalah:

Sering disalingtukarnya huruf-huruf yang mempunyai makhraj (artikulasi) sama,


misalnya huruf ahlef dalam kata “àל(a-l)” yang berarti“ke” diganti dengan huruf
‘ayen yang mempunyai makhraj sama, hingga mengubah kata itu menjadi
“על(‘a-l”)yang berarti di atas.

Tidak adanya unsur masa (sekarang, lalu tidak sempurna, lalu sempurna dan mendatang
sudah lewat) dalam bentuk berita, tidak adanya semua unsur masa kecuali sekarang
dalam bentuk perintah atau infinitif dan tidak adanya semua unsur masa dalam bentuk
diksi.

Tidak memiliki huruf vokal

Tidak memiliki titik, harakat (sandangan; diakritik) dan tanda baca. Sedang yang ada
sekarang ini dibuat pada masa yang jauh kemudian hingga membuat kita meragukan
bacaan yang ada saat ini.
Terakhir, masih ada kesulitan bahasa yang lebih penting lagi, yaitu kita tidak memiliki
beberapa kitab dalam bahasa aslinya, terutama Perjanjian Baru. Injil Matius dan Surat
Paulus kepada Orang Ibrani mula-mula ditulis dalam bahasa Ibrani, tetapi naskah aslinya
telah hilang. Selain itu, kita juga tidak tahu dalam bahasa apa, Kitab Ayub pertama kali
ditulis. Seperti diceritakan oleh Ibnu Ezra, kitab itu diterjemahkan ke dalam bahasa
Ibrani dari bahasa lain.

Pengelompokan ayat-ayat kitab suci secara tematis untuk memudahkan penggunaan


ayat-ayat yang bertema sama. Selain secara tematis, ayat-ayat itu juga harus
diklasifikasikan menurut derajat kejelasan dan ketakjelasannnya (muhkam dan
mutasyabih atau mujmal dan mubayyan). Ayat-ayat yang jelas dijadikan satu kelompok
demikian juga dengan ayat-ayat yang tidak jelas. Yang dimaksud jelas di sini adalah
jelas menurut konteks kalimat bukan menurut logika. Dengan demikian harus dihindari
pencampuradukan antara makna ayat dengan fakta yang sesungguhnya. Tugas kita di
sini hanya memahami teks berdasarkan bahasa atau penyimpulan-pnyimpulan
berdasarkan Alkitab. Misalnya, Allah adalah api adalah ayat yang jelas jika dipahami
berdasarkan konteks kalimat, meskipun menurut logika sangat janggal. Maka menurut
prinsip ini, ayat-ayat semacam ini harus diletakkan dalam kelompok ayat yang jelas
(muhkam). Contoh lain, ayat menyatakan dengan jelas bahwa matahari berputar
mengelilingi bumi juga tidak boleh ditafsirkan secara paksa, artinya disembunyikan atau
diganti dengan arti lain. Dalam hal ini, Yosua bin Nun yang mengeluarkan pernyataan
ini belum mengetahui ilmu falak[8].

Mengetahui situasi penyerta penulisan riwayat dalam kitab. Yakni: mengetahui


kehidupan, kebiasaan dan karakter penulis, tujuan, momen, waktu dan bahasa penulisan,
kemudian nasib kitab itu selanjutnya, juga mengetahui proses pengumpulan, trasmisi
dan penyalinan, dan terakhir mengetahui perbedaan antarnaskah dan proses
pemasukannya ke dalam kitab kanonik. Ini semua dimaksudkan untuk memungkinkan
pembedaan antara ayat-ayat hukum dengan etika, menghindari dicampuradukkannya
ajaran-ajaran temporal dengan firman tuhan yang abadi, dan akhirnya bisa diketahui
nilai kitab suci dan kemungkinannya untuk bisa dipercaya karena barangkali saja ada
tangan-tangan jahil yang mengubahnya secara sengaja atau tangan-tangan saleh yang
membenarkan kesalahan dengan niat baik.

Tetapi, langkah ini menghadapi banyak kendala. Kita tidak mengetahui situasi khusus
yang menyertai semua kitab suci. Selain itu, juga tidak mengenal para penyusun atau
penulisnya, tidak mengetahui dalam kesempatan apa dan kapan ditulis, tidak mengetahui
siapa penuturnya, tangan-tangan siapa saja yang pernah memegangnya, jumlah naskah,
perbedaan-perbedaan yang ada antara naskah itu dan sumber-sumbernya, terutama jika
suatu teks menuturkan masalah-masalah tak jelas dan tak bisa dipahami atau dipercaya
tanpa mengetahui tujuan penulisnya. Sebaliknya, jika semua ini bisa kita ketahui, kita
bisa terbebas dari penilaian-penilaian terdahulu kemudian memahami suatu teks sesuai
dengan maksud penulis dan tidak tergesa-gesa menilainya sebagai mitologis, politis atau
agamais.

Sampai di sini timbul pertanyaan, mampukah metode Spinoza ini untuk menjelaskan
seluruh kandungan kitab Perjanjian Lama? Jawabannya adalah tidak. Banyak masalah
dalam Perjanjian Lama yang tidak bisa dijelaskan dengan metode ini. Namun menurut
Spinoza, yang tidak bisa dijelaskan itu tidak terlalu penting. Bagian-bagian yang bisa
dijelaskan, khususnya masalah ajaran etika sudah cukup untuk dijadikan tuntunan.

Selesai membahas metode penafsiran ini, Spinoza mulai beranjak ke analisa kritisnya
terhadap Taurat dan kitab-kitab lain dari Perjanjian Lama. Pertama-tama, dia mengkaji
dengan sangat teliti situasi umum dan khusus yang menyertai proses penyimpanan,
penuturan dan transmisi kitab-kitab. Adapun pertanyaan-pertanyaan terpenting yang dia
ajukan dalam hal ini bisa dihimpun dalam poin-poin berikut:

Apakah penyandangan Taurat (Pentateukh; lima kitab) kepada Musa itu benar? Atau
dengan kata lain: apakah Musa benar-benar menulis lima kitab yang disandangkan
kepada dirinya itu? Autentikkah kandungan Perjanjian Lama? Ditulis oleh satu atau
banyak orangkah kitab-kitab itu? Apa sajakah dasar-dasar untuk memahami kitab suci?
Apa pula kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh pengkajinya?

Tentang kritiknya terhadap Taurat (Pentateukh) bisa dibagi menjadi dua, yaitu: pertama,
penjelasan teka-teki imam Ibnu Ezra dan kedua, catatan-catatan pribadinya.

Pertama: Penjelasan teka-teki Ibnu Ezra

Dalam tafsirannya atas kitab Ulangan, terdapat beberapa kata yang sengaja dia sebutkan
dengan sangat samar, sehingga lebih mendekati teka-teki atau kata sandi daripada gaya
kajian ilmiah.

Oleh Spinoza, kata-kata itu disebutkan kembali dalam buku ini, dengan mengatakan:

“Inilah kata-kata Ibnu Ezra, ‘Di seberang sungai Yordan… kalau saja kamu mengetahui
rahasia dua belas… hukum Taurat dituliskan oleh Musa… waktu itu orang Kanaan diam
di negeri itu… Di atas gunung TUHAN, akan disediakan… ranjangnya adalah ranjang
dari besi, saat itu kamu akan mengetahui kebenaran.’”

Kemudian komentarnya:

“Dengan kata-kata yang sedikit ini dia menjelaskan sekaligus membuktikan bahwa
Musa bukanlah penulis kitab yang lima, sebaliknya penulisnya adalah orang lain yang
hidup jauh setelahnya, sedangkan Nabi Musa sendiri telah menulis kitab lain yang betul-
betul berbeda.”

Inilah tiga kesimpulan yang dia ambil dari perkataan Ibnu Ezra yang telah lalu.
Kesimpulan ini telah merangkum pendapat Ibnu Ezra tentang kitab-kitab ini sekaligus
merangkum pendapatnya sendiri tentang kitab-kitab itu juga. Selengkapnya, tiga
kesimpulan itu adalah:

Musa tidak pernah menulis kitab-kitab yang oleh orang Yahudi dan
Nasranidisandangkan kdirinya.

Penulis asli kitab-kitab ini adalah seseorang yang hidup jauh setelah Musa.

Musa menulis kitab lain yang berbeda dengan lima kitab yang sekarang beredar ini.

Adapun penjelasan Spinoza terhadap teka-teki itu adalah:

Musa tidak pernah menulis mukadimah kitab Ulangan karena tidak pernah
menyeberangi sungai Yordan.

Kitab Musa tertulis pada dinding mezbah yang tersusun dari dua belas buah batu saja.
Yakni kitab itu jauh lebih kecil daripada yang ada pada kita saat ini.

Dalam kitab Ulangan disebutkan, “hukum Taurat dituliskan oleh Musa” yang tidak
mungkin ditulis oleh Musa.

Dalam kitab Kejadian, si penulis memberikan komentar dengan mengatakan, “waktu itu
orang Kanaan diam di negeri itu…”. Komentar ini menunjukkan bahwa kondisi pada
waktu kitab itu ditulis sudah berubah. Yakni setelah Musa meninggal dan orang Kanaan
diusir. Dengan demikian penulis kitab itu bukan Musa.

Dalam kitab Kejadian gunung Moria dinamakan gunung Tuhan, padahal nama ini baru
digunakan setelah pendirian kuil.

Dalam kitab Ulangan terdapat kisah Og, raja Basan dengan gaya penuturan peristiwa
yang terjadi pada masa yang sangat lampau.

Kedua: catatan-catatan pribadi Spinoza:

Kitab-kitab itu ditulis dengan menggunakan kata ganti orang ketiga


Terdapat kisah kematian dan pemakaman Musa, berkabung selama tiga puluh hari dan
membandingkannya dengan nabi-nabi yang datang setelahnya.

Penamaan beberapa tempat dengan nama-nama yang berbeda dengan nama-nama yang
digunakan pada masa Musa.

Peristiwa yang terjadi kisah itu terus berlanjut hingga zaman setelah Musa.

Selain itu, Musa juga pernah membacakan Kitab Perjanjian di depan rakyat. Kitab ini
telah diwahyukan oleh Allah dalam pertemuan yang sangat singkat. Suatu hal yang
menunjukkan bahwa kitab yang ditulis Musa jauh lebih kecil daripada kitab yang ada
pada kita saat ini. Kitab pertama ini kemudian dia terangkan. Selanjutnya, keterangan ini
pun dia cata dalam Taurat Allah. Di kemudian hari, Yosua menambahkan penjelasan
lain dan mencatatnya di dalam Taurat Allah ini juga.

Yosua juga tidak pernah menulis kitab yang memakai namannya. Sebaliknya, kitab ini
ditulis oleh orang lain yang ingin menulis riwayat hidupnya dan ingin memperlihatkan
kelebihan dan kemasyhurannya. Peristiwa yang dituturkan di dalamnya pun berlanjut
hingga berabad-abad setelah kematiannya. Sebagian dari kitab ini juga ada yang tersebut
dalam kitab Hakim-Hakim. Suatu hal yang menunjukkan bahwa dulu ada riwayat-
riwayat yang yang dihimpun dalam Perjanjian Lama sebagai sejarah atau dokumen
nasional Bani Israel.

Selanjutnya tidak akan ada orang normal yang mengatakan bahwa para hakim sendirilah
yang menulis kitab mereka. Mukadimah fasal dua puluh satu menunjukkan bahwa kitab
ini ditulis oleh satu orang saja. Penulis ini menyatakan bahwa pada masanya tidak ada
raja Bani Israel. Hal ini berarti kitab ini ditulis sebelum masa raja-raja.

Samuel juga tidak pernah menulis kitabnya. Peristiwa yang dituturkan di dalamnya terus
berlanjut hingga berabad-abad setelah kematianya.

Raja-raja juga tidak menulis sendiri kitab mereka. Sebaliknya, berdasarkan kesaksian
kitab itu sendiri, telah dinukil dari Kitab Kebijaksanaan Salomo, Sejarah Raja-raja
Yehuda dan Sejarah Raja-raja Israel.

Setelah membuktikan bahwa semua kitab ini tidak ditulis oleh orang-orang yang selama
ini diyakini sebagai penulisnya, Spinoza membuktikan bahwa kitab-kitab itu ditulis oleh
satu orang saja. Orang ini ingin menceritakan sejarah bangsa Ibrani sejak mula pertama
hingga penghancuran kota Yerusalem untuk yang pertama kalinya. Hal ini terlihat jelas
dari keberangkaian penuturan, pertalian satu sama lain dan adanya tujuan tertentu.
Spinoza menyangka bahwa satu orang yang menulis itu adalah Ezra karena semua
peristiwa yang dituturkan di dalam kitab-kitab itu berakhir sebelumnya. Sementara itu,
menurut kesaksian Alkitab, Ezra telah memeras semua tenaganya untuk mengkaji Taurat
dan menyiarkannya. Sedang dalam kitab yang memakai namanya, Ezra juga
memberikan kesaksian bahwa dia telah mengabdikan diri untuk memurnikan Taurat dan
menyampaikannya.

Tetapi, apakah Ezra ini adalah orang yang membuat rumusan terakhir dari kitab-kitab
itu? Bukan. Yang membuat rumusan terakhir itu bukanlah Ezra. Pekerjaannya hanya
sebatas pengumpulan riwayat dari buku-buku lain, penulisan dan transmisi tanpa
diurutkan atau diperiksa kembali.

Selanjutnya, jika kita memeriksa satu per satu kitab-kitab Perjanjian Lama yang lain,
kita akan mendapatkan bahwa kitab Tawarikh ditulis lama setelah Ezra meninggal,
bahkan bisa jadi setelah renovasi kuil. Kita tidak tahu penulisnya, otoritasnya,
manfaatnya dan kandungannya. Bahkan kita heran, mengapa kitab seperti ini
dimasukkan ke dalam kitab suci, sementara kitab Kebijaksanaan Salomo, kitab Tobit
dan beberapa kitab lain tidak dimasukkan.

Kitab Mazmur disusun dan dibagi menjadi lima setelah pembangunan kuil (kuil
Salomo).

Amsal juga dibukukan dalam waktu yang sama. Oleh sebagian robi, kitab ini ingin
dikeluarkan dari daftar kitab suci bersama dengan kitab Pengkhotbah. Sebagai gantinya
akan dimasukkan kitab-kitab lain yang sama sekali tidak kita kenal.

Adapun kitab nabi-nabi telah dinukil dari buku lain. Menggunakan urutan waktu yang
berbeda dengan urutan waktu kemunculan mereka atau urutan keluarnya sabda dan
tulisan-tulisan mereka. Di samping itu juga tidak memuat seluruh nabi dan tidak memuat
semua nubuat nabi yang disebutkan itu.

Nubuat Yesaya terus berlanjut hingga kitab Yeyasa selesai. Jadi kitab ini kurang.

Kitab Yeremia adalah kumpulan tulisan yang diambil dari berbagai sumber. Maka dari
itu tampak semrawut dan tidak memperhatikan urutan waktu. Beberapa fasal bahkan ada
yang diambil dari kitab Barukh. Hal ini berarti tidak adanya pemisah yang tegas antara
kitab-kitab para nabi. Juga menunjukkan adanya beberapa sumber lain yang diletakkan
di kitab ini atau itu. Selanjutnya juga diketahui mengapa ada pengulangan pembahasan
dalam berbagai kitab.

Adapun kitab Barukh konon Yeremia sendiri yang mendiktekan kepadanya. Kitab ini
juga hanya menyebutkan sebagian nubuat Barukh saja.

Fasal-fasal terakhir dari kitab Yehezkial menunjukkan bahwa kitab ini sekadar cuplikan-
cuplikan sebagaimana terlihat dari banyak kata penghubung pada bagian-bagian yang
kurang. Bahkan pembukaan kitab ini menunjukkan lanjutan nubuat dan bukan
permulaannya. Dalam sejarahnya, Yusuf juga pernah menyebutkan beberapa kejadian
tentang Yehezkial yang tidak disebutkan sama sekali dalam kitab ini. Kemudian karena
pertentangannya dengan Pentateukh, sebagian robi cenderung menolaknya dan
mengeluarkannya dari kitab kanonik.
Kitab Hosea ditulis lama setelah kematian Hosea sendiri. Selain itu juga hanya
menyebutkan sebagian kecil dari nubuatnya. Padahal nabi ini hidup selama delapan
puluh empat tahun.

Sedang kitab Yunan (Yunus) hanya menyebutkan nubuatnya untuk orang Niniveh saja.
Padahal dia juga bernubuat untuk orang Israel.

Kitab Ayub ada yang menyangka bahwa Musa sendirilah yang menulisnya dan semua
kisah yang ada di dalamnya sekadar permisalan. Yang berpendapat seperti ini adalah
Musa bin Maimun dan beberapa orang robi. Tetapi ada juga yang berbendapat bahwa
kisah Ayub ini adalah kisah nyata. Terlepas dari itu semua, Ibnu Ezra berpendapat
bahwa kitab ini diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani dari bahasa lain. Namun
demikian, dia tidak menjelaskan lebih jauh lagi tentang masalah ini.

Nabi Daniel menulis kitabnya mulai fasal delapan. Sedang tujuh fasal pertama tidak
diketahui siapa penulisnya. Ada kemungkinan ditulis dalam bahasa Kaldea. Di sini,
Spinoza menyatakan bahwa ditulisnya tujuh fasal ini dalam bahasa selain Ibrani tidak
mengurangi derajat kesuciannya.

Kitab Ezra disebutkan langsung setelah kitab Daniel sebagai episode lanjutannya.
Menceritakan sejarah orang Ibrani sejak masa tawanan pertama. Ada indikasi bahwa
kitab ini ditulis oleh orang yang sama dengan peulis kitab Daniel.

Kitab Ester bertalian dengan kitab Ezra. Cara mempertalikan antarkeduanya


menunjukkan hal itu. Kitab ini juga bukan kitab yang ditulis oleh Mordekhai. Menurut
Ibnu Ezra kitab yang terakhir ini telah hilang. Sebaliknya kitab ini ditulis oleh penulis
yang sama dengan kitab Daniel, Ezra dan Nehemia yang dinamakan juga dengan kitEzra
II. Jadi ekitab ini ditulis oleh satu orang saja. Penulis ini mengambil data-datanya dari
catatan para robi, hakim dan wali-wali negeri yang menyimpan riwayat hidup mereka
seperti yang dilakukan oleh para raja. Catatan-catatan ini tersebut dalam dalam kitab
Raja-Raja juga dalam kitab Nehemia dan kitab I Makabe. Besar kemungkinan, kitab ini
adalah karangan kelompok Saduki. Dan inilah sebabnya kenapa orang Farisi
menolaknya. Terlepas dari itu semua, kitab ini berisi mitologi-mitologi yang dikarang
secara sengaja. Bisa jadi tujuan kitab-kitab ini adalah untuk membuktikan terwujudnya
nubuat Daniel. Tetapi, kitab-kitab ini penuh dengan kesalahan-kesalahan yang
disebabkan oleh tergesa-gesanya juru tulis. Pada catatan-catatan pinggirnya terdapat
banyak dari kesalahan-kesalahan ini. Naskah-naskah ini juga diambil dari sumber-
sumber yang salah atau tidak bisa dipercaya, sebagaimana dinyatakan oleh Imam
Salomo. Dengan demikian semua usaha untuk memadukan antarkitab-kitab itu akan
menunjukkan lebih banyak kesalahan lagi.

Terakhir, pengkanonan kitab-kitab Perjanjian Lama tidak dilakukan sebelum masa orang
Makabe. Kitab-kitab itu diseleksi dalam kuil kedua. Imam-imam kuil ini juga menyusun
bacaan-bacaan dalam salat. Orang Farisi sendiri pernah menyinggung perkumpulan
mereka untuk membahas keputusan pengkanonan sesuai dengan doktrin mereka.
Penutup

Demikianlah selayang pandang tentang Spinoza dan kritiknya atas Taurat dan Perjanjian
Lama. Selanjutnya selamat membaca. Semoga bermanfaat.

Tuban, 20 September 2004

---------------------------------------------

Catatan kaki:

[1]Yudaisme resmi

[2]Dalam bahasa Ibrani kata Kabbalah berarti tradisi. Sejak abad XII Masehi, kata ini
menunjukkan kepada aliran sufi Yahudi yang timbul karena reaksi dari aliran rasionalis
yang dipelopori oleh Musa bin Maimun.

Kabbalah menafsirkan Taurat secara simbolik. Menurut mereka, di samping makna


literal, teks kitab suci mempunyai makna batin yang hanya diketahui oleh para salikin
(peniti jalan batin). Selanjutnya, metode penafsiran mereka ini berlandaskan pada dasar-
dasar berikut:

Penggantian: penggantian suatu huruf abjad dengan huruf abjad lain berdasarkan kaedah
tertentu.

Penjumlahan nilai nominal suatu huruf atau kata. Dari jumlah ini disimpulkan suatu
makna. Misalnya dua kata pertama dalam kitab Kejadian mempunyai nilai nominal 1116
yang kita dapatkan dalam kalimat berikut: diciptakan pada awal tahun. Yakni penciptaan
alam semesta telah selesai pada awal tahun Yahudi.

Indikasi inisial. Yakni setiap huruf dari kata dianggap awal huruf dari kata lain.
Misalnya struktur kata Adam mengandung huruf alif (berarti Adam), dal (berarti Daud)
dan mim (berarti Masih). Jadi kata Adam mengandung maksud: Masih putra Adam dan
Daud.

Selanjutnya, di samping takwilan kebatinan yang kita temukan juga dalam kalangan
Syiah, terutama sekte Ismaliah ini, kelompok ini juga mempercayai adanya inkarnasi,
nujum, sihir dan membaca rajah tangan.

Sedang Kabbalah Lurian adalah salah satu dari dua alirannya. Lurian diambil dari
pendirinya Ishak Luria (Isaac l’aveugle) dari kota Nimes di Perancis Selatan. Sedang
alirannya yang lain adalah adalah Kabbalah Zohar.
[3]Wihdat al-wujûd atau panteisme ruhiah di mana tuhan tinggal nama saja.

[4]Ibnu Naghrîlah adalah menteri Yahudi pada salah satu pemerintahan Islam di
Andalusia. Pernah mengarang buku yang berisi cacian terang-terangan terhadap Islam
dan kitab sucinya. Buku inilah yang dibalas oleh Ibnu Hazm.

[5]Septuaginta (Tujuh puluhan) adalah naskah Taurat berbahasa Yunani. Menurut


mitologi yang ada dalam surat Pseudo-Aristee, asal usul nama ini adalah karena
Ptolemius meminta kepada orang Yahudi untuk menerjemahkan Taurat Musa ke dalam
bahasa Yunani. Permintaan itu pun dipenuhi. Sebanyak tujuh puluh dua orang Yahudi
menerjemahkan kitab Taurat selama tujuh puluh dua hari. Philon menambahkan bahwa
setiap penerjemah mengerjakan satu terjemahan dan tidak berhubungan sama lain
selama proses penerjemahan itu. Meski begitu, hasil terjemahan mereka hampir sama.

[6]Masorti adalah ulama Yahudi yang menetapkan bacaan terakhir dari naskah-naskah
Taurat. Mereka juga yang membukukan pengucapan kata dan bacaan-bacaan yang
sampai ke mereka secara lisan. Ada banyak cara untuk menentukan bacaan itu: dua di
Babel dan dua lagi di Palestina.

Pada akhir abad ketujuh atau awal abad kedelapan belas sekolahan-sekolahan Teberau
menciptakan cara baru untuk menampakkan semua suara yang diucapkan. Di Stutgart
tahun 1937 M., kittel telah mencetak naskah Ibrani berdasarkan bacaan Masorti pada
masa itu. Keluarga Ben Asher mempunyai peran penting dalam mengedit naskah dengan
menggunakan sarana-sarana berikut:

1. Titik huruf ‘illah sebagai ganti dari huruf ‘illah itu sendiri yang diletakkan di atas
huruf mati. Usaha ini dimulai sejak abad ketujuh.

2. Sandangan (diakritik) untuk membedakan kata-kata yang ditulis dengan cara yang
sama tetapi maknanya berbeda. Misalnya dalam bahasa Latin Maria berarti samudera
sedang Mâria berarti Maria (Siti Maryam)

3. Tanda bacaan (Tajwid) yang menunjukkan kepada penggandaan beberapa huruf mati
atau beberapa perubahan dalam bacaan (seperti Qéré yang berarti yang harus dibaca).

Naskah Masorti tidak berbeda dengan naskah kuno yang diterjemahkan oleh Santo
Jerome. Usaha penyeragaman naskah telah dimulai setelah penghancuran kuil pada
tahun 71 M. Dalam hal ini, manuskrip-manuskrip Laut Mati banyak memberikan
informasi yang sangat berharga.

Syarat ini mirip dengan keharusan mengetahui dasar-dasar bahasa Arab sebagai syarat
pertama untuk menafsirkan teks Alquran yang disyaratkan oleh ahli Usul Fikih.

[7]Syarat ini mirip dengan keharusan mengetahui dasar-dasar bahasa Arab sebagai
syarat pertama untuk menafsirkan teks Alquran yang disyaratkan oleh ahli Usul Fikih.

[8]Para ulama Usul Fikih telah meletakkan beberapa dasar kebahasaan untuk
mengontrol arti lafal. Untuk itu, mereka membagi lafal dilihat dari artinya ke dalam
muhkam dan mutasyabih, hakikat (arti sebenarnya) dan majaz (kiasan), mujmal dan
mubayyan serta zhahir dan mu-awwal.

Mukjizat Ilmiah Puasa

Banyak orang berpandangan bahwa puasa mempunyai dampak negatif terhadap


kesehatan. Mereka memandang tubuh sebagai mesin yang tidak dapat bekerja tanpa
bahan bakar. Makan tiga kali sehari, menurut mereka, merupakan suatu keharusan untuk
menjaga kelangsungan hidup mereka dan, sebaliknya, meninggalkan makan satu kali
saja akan dapat membahayakan kesehatan. Pandangan semacam itu mendorong banyak
orang untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan dan minuman dalam jumlah besar
pada malam bulan puasa. Pandangan yang keliru ini tampak cukup menggejala, baik
pada tingkat individu maupun masyarakat, sebagai akibat dari ketidaktahuan tentang
ibadah puasa yang benar menurut ajaran Islam.

Pendahuluan:
Banyak orang berpandangan bahwa puasa mempunyai dampak negatif terhadap
kesehatan. Mereka memandang tubuh sebagai mesin yang tidak dapat bekerja tanpa
bahan bakar. Makan tiga kali sehari, menurut mereka, merupakan suatu keharusan untuk
menjaga kelangsungan hidup mereka dan, sebaliknya, meninggalkan makan satu kali
saja akan dapat membahayakan kesehatan. Pandangan semacam itu mendorong banyak
orang untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan dan minuman dalam jumlah besar
pada malam bulan puasa. Pandangan yang keliru ini tampak cukup menggejala, baik
pada tingkat individu maupun masyarakat, sebagai akibat dari ketidaktahuan tentang
ibadah puasa yang benar menurut ajaran Islam.

Dalam tulisan ini kita akan menyoroti beberapa segi kemukjizatan saintis puasa yang
membuktikan –dengan dalil ilmiah– bahwa pandangan tersebut di atas keliru.

I. Puasa mencegah berbagai penyakit


Allah Subhanahu wa Taala menginformasikan kita melalui Alquran bahwa puasa
diwajibkan kepada kita dan kepada umat beragama lain sebelum kita agar kita
memperoleh ketakwaan dan keimanan yang dapat mencegah kita dari berbuat maksiat
dan dosa dan mencegah kita dari berbagai jenis penyakit, baik fisik maupun psikis.

Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa
sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa [1].
Selain itu, dalam sebuah hadisnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Puasa adalah perlindungan.” Maksudnya, puasa dapat melindungi dan memelihara
pelakunya dari banyak hal.[2]
Melalui sejumlah penelitian medis telah dibuktikan bahwa puasa bermanfaat untuk
mencegah berbagai penyakit, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Di antaranya
adalah sebagai berikut:

1. Puasa dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh yang pada gilirannya dapat
melindungi tubuh dari berbagai penyakit. Dengan berpuasa, indikator fungsional sel-sel
getah bening akan membaik 10 kali lipat, dan besar persentase sel-sel yang bertanggung
jawab atas kekebalan spesifik (limfosit T) juga bertambah banyak. Selain itu, beberapa
jenis antibodi dalam tubuh bertambah banyak dan reaksi ketahanan juga meningkat
sebagai akibat dari bertambahnya protein lemak yang berkepadatan rendah.

2. Puasa mencegah kegemukan dengan berbagai dampak negatifnya. Diyakini bahwa


kegemukan, selain diakibatkan oleh adanya gangguan dalam pencernaan makanan, juga
dapat diakibatkan oleh adanya tekanan lingkungan, tekanan kejiwaan atau tekanan
sosial. Semua tekanan itu adakalanya datang bersama-sama. Selain itu, goncangan jiwa
juga dapat menyebabkan gangguan dalam pencernaan makanan. Semua faktor yang
dapat menyebabkan kegemukan itu dapat dicegah melalui puasa berkat adanya
ketenangan jiwa dan mental yang dicapai melalui puasa yang ditimbulkan oleh adanya
nuansa keimanan yang melingkupi pelaku puasa saat melakukan ibadah puasa.
Ketenangan jiwa dan mental itu juga ditimbulkan oleh banyak beribadah dan berzikir,
membaca Alquran, menghindari emosi dan kecemasan, menahan hawa nafsu dan
mengarahkan semua energi tubuh dan jiwa ke arah yang positif dan bermanfaat.

3. Puasa dapat mencegah pembentukan batu-batu ginjal pada tubuh, karena puasa dapat
menambah tingkat sodium pada air mata yang kemudian mencegah kristalisasi garam
kalsium. Selain itu, bertambahnya zat urina juga dapat membantu mencegah jatuhnya
garam air kencing yang membentuk batu-batu pada saluran kencing. [3]

4. Puasa dapat melindungi tubuh dari berbagai racun yang terdapat pada sel-sel tubuh
akibat mengkonsumsi berbagai jenis makanan –terutama makanan yang diawetkan dan
makanan olahan– dan akibat mengkonsumsi obat dan menghirup udara yang tercemar
oleh racun tersebut. [4]

5. Puasa dapat mengurangi dan menurunkan dorongan seksual, khususnya di kalangan


pemuda, yang pada gilirannya dapat melindungi tubuh dari psikopati dan penyimpangan
perilaku. Hal itu sejalan dengan mukjizat lain yang disebutkan dalam hadis Rasulullah
sallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya, “Wahai anak-anak muda. Barang siapa di
antara kalian telah mampu, hendaklah ia kawin, karena kawin lebih dapat menundukkan
mata dan lebih dapat melindungi kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak/belum mampu
kawin, hendaklah ia banyak berpuasa, karena puasa dapat menjadi perlindungan (wijâ’)
baginya.” Namun demikian, dampak positif puasa berupa berkurangnya nafsu seksual
itu baru dapat dicapai jika seseorang melakukannya secara konsisten, mengingat dalam
hadis tersebut Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam menyebutkan fa ‘alayhi bi al-
shawm yang berarti ‘banyak berpuasa’ dan bukan sekadar berpuasa.
Pernah dilakukan sebuah penelitian mengenai pengaruh puasa yang dilakukan secara
terus-menerus, terhadap kelenjar seksual [5] yang membuahkan hasil sangat positif.
Penelitian tersebut menitikberatkan pada hikmah dan mukjizat yang dikandung dalam
hadis tersebut di atas. Di antara hasil penelitian tersebut adalah bahwa memperbanyak
puasa –dengan makan dan minum secara tidak berlebihan– dan berupaya untuk berpuasa
yang mendekati puasa berkesinambungan dapat membantu pemuda dalam menahan
dorongan seksualnya dengan mudah. Selain itu, penelitian tersebut juga membuktikan
bahwa puasa semacam itu tidak membahayakan kesehatan.

Penelitian di atas membuktikan dengan jelas mukjizat yang dikandung dalam sabda
Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam “… karena puasa dapat menjadi perlindungan
baginya,” dari dua sisi:

Pertama, hadis tersebut mengindikasikan bahwa testis merupakan tempat untuk


memproduksi faktor-faktor rangsangan seksual. Sebab, di antara makna kata wijâ’ yang
terdapat dalam hadis tersebut adalah mememarkan dua butir testis sehingga
menghilangkan gairah untuk melakukan senggama. [6] Melalui penelitian telah terbukti
bahwa di dalam testis terdapat sel-sel yang memproduksi hormon testosteron, yaitu
hormon penggerak dan perangsang seksual. Di samping itu, juga telah terbukti bahwa
memotong kedua testis (mengebiri) dapat menghilangkan dan bahkan mematikan nafsu
seksual.

Kedua, banyak berpuasa dapat menekan nafsu seksual. Penelitian yang dilakukan di atas
membuktikan bahwa hormon testosteron mengalami penurunan tajam selama puasa
yang dilakukan secara hampir bersinambung, bahkan selama tiga hari setelah puasa itu
dihentikan untuk kemudian naik kembali secara tajam pula. Hal ini membuktikan bahwa
puasa dapat menekan gairah seksual dan memperbaikinya setelah itu. Hal ini
membuktikan pula bahwa di antara faedah puasa adalah menambah tingkat kesuburan
pada laki-laki setelah berbuka puasa.

II. Lebih Baik Berpuasa


Di atas telah disebutkan bahwa puasa dapat mencegah berbagai penyakit baik yang
bersifat psikis maupun fisik. Di bagian lain dalam Alquran, Allah Subhanahu wa Taala
menyebutkan bahwa ibadah puasa mengandung kebaikan (khair), bukan saja bagi orang-
orang yang sehat dan tidak bepergian, tetapi juga bagi orang-orang sakit, orang-orang
yang sedang dalam perjalanan, orang-orang tua yang berpuasa dengan susah payah dan
sebagainya.

Lanjutan ayat di atas berbunyi sebagai berikut: Yaitu pada hari-hari tertentu. Maka,
barangsiapa di antara kalian sakit atau sedang dalam perjalanan, maka ia dapat
mengganti puasanya pada hari-hari lain. Sedangkan orang-orang yang tidak mampu
berpuasa dapat mengganti puasanya dengan membayar fidyah, berupa memberi makan
orang miskin. Barangsiapa yang berbuat lebih dari itu, hal itu lebih baik baginya. Dan
berpuasa adalah lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui (manfaat dan keutamaan
puasa). [7]
Beberapa Penyakit yang Dikhawatirkan Timbul Akibat Puasa
1. Banyak kalangan medis yang hingga saat ini percaya bahwa puasa dapat berpengaruh
negatif bagi penderita penyakit saluran kencing, terutama mereka yang menderita
pembentukan batu ginjal atau mereka yang menderita disfungsi ginjal. Mereka
dianjurkan untuk tidak berpuasa dan banyak mengkonsumsi cairan.

2. Akan tetapi kenyataan membuktikan sebaliknya, sebab puasa justru dapat membantu
menghambat pembentukan batu ginjal dan melarutkan garam. Puasa terbukti tidak
berdampak negatif sama sekali, bahkan terhadap pengidap penyakit ginjal yang
mengalami cuci ginjal berulang-ulang. [8]

3. Dahulu orang menduga bahwa berkurangnya cairan tubuh secara relatif, menurunnya
volume debar jantung dan naiknya tingkat kelelahan selama berpuasa berpengaruh
negatif dalam mengontrol trombosis (pembekuan darah), suatu penyakit yang cukup
berbahaya. Tetapi kenyataan membuktikan bahwa puasa yang diajarkan Islam tidak
berpengaruh negatif pada pasien jika sebelumnya telah meminum obat dalam dosis
tertentu.

4. Puasa terbukti bukan merupakan ancaman bagi penderita diabetes, bahkan dapat
membantu banyak di antara penderita diabetes. [9]

Beberapa Penyakit yang Disembuhkan Oleh Puasa


1. Penyakit yang ditimbulkan akibat kegemukan seperti penyempitan pembuluh nadi,
darah tinggi, dan berbagai macam penyakit jantung. [10]

2. Penyakit-penyakit sirkulasi darah ujung, seperti penyakit rynaud dan penyakit burger.
[11]

3. Puasa yang berterus-terusan bisa mengobati infeksi persendian. [12]

4. Puasa secara Islam dapat menormalkan tingkat kadar asam perut yang pada gilirannya
membantu menghilangkan bisul perut, jika disertai dengan pengobatan yang sesuai. [13]

5. Puasa terbukti tidak membahayakan ibu-ibu yang sedang hamil atau menyusui, tidak
mengubah komposisi kimia pada tubuh ibu yang menyusui dan pada bulan-bulan
pertama dan pertengahan kehamilan. [14]

Manfaat Lain Puasa


1. Puasa dapat meningkatkan kemampuan mekanisme pencernaan dan penyerapan pada
sistem pencernaan dalam melakukan fungsinya dengan baik, yaitu dengan tidak
memasukkan makanan dan minuman ke dalam makanan yang sedang dicerna. Puasa
dapat memberikan ketenangan fisiologis pada sistem pencernaan dengan tidak
mengkonsumsi makanan dan minuman selama 9 – 11 jam setelah penyerapan makanan.
Selain itu, alat-alat penyerapan pada usus dapat beristirahat selama masa puasa, [15] dan
penyusutan-penyusutan khusus dapat membersihkan usus yang telah bekerja cukup lama
dan secara terus menerus. [16]
2. Puasa dapat meningkatkan kemampuan kelenjar endokrin yang berhubungan dengan
proses metabolisme pada periode setelah penyerapan dalam melaksanakan fungsinya
dalam mengatur dan mengeluarkan hormon-hormon vital secara sempurna. Yaitu
dengan mengaktifkan mekanisme penggagalan, dan mengingatkannya setiap hari secara
rutin, dan berubah-ubah selama setahun. Dengan demikian, tercapai suatu keseimbangan
antara hormon-hormon yang kontradiktif. Seperti hormon ensolin sebagai hormon
pembentuk di satu sisi dan hormon glukoson dan hormon kortison sebagai hormon
pemusnah di sisi lain. Keseimbangan yang tepat antara hormon-hormon itu adalah syarat
utama demi terwujudnya konsentrasi zat asam amenia dalam darah dan keseimbangan
metabolisme. [17]

3. Puasa dapat mengaktifkan mekanisme metabolisme atau asimilasi dalam rangka


pembentukan dan pemusnahan glukose, lemak dan protein pada sel agar dapat
menjalankan fungsinya dengan sempurna.

4. Jika tubuh hanya melakukan pembentukan saja, dan perhatiannya hanya tertumpu
pada penimbunan makanan di dalamnya, maka mekanisme pembentukan akan
mengalahkan mekanisme pemusnahan. Sebagai akibatnya, mekanisme yang terkahir
akan mengalami kelemahan secara berangsur-angsur. Gejalanya tampak pada hilangnya
nafsu makan secara drastis, baik pada saat sehat maupun pada saat sakit. Selanjutnya,
ada kemungkinan, orang yang bersangkutan tidak akan bisa melanjutkan hidup atau
menahan penyakit. [18]

5. Puasa dapat memperbaiki tingkat kesuburan, baik pada laki-laki maupun pada
perempuan. [19]

6. Seorang yang menjalankan puasa akan memperoleh banyak manfaat dari dahaga yang
dirasakannya selama berpuasa, karena rasa dahaga tersebut dapat membantu menyuplai
energi pada tubuh, meningkatkan kemampuan belajar, dan memperkuat daya ingatan.
[20]

7. Ketika proses pemusnahan sel-sel lebih mendominasi daripada proses pembentukan


selama puasa, sel-sel yang sakit dan lemah akan hancur, dan timbul lagi sel-sel baru
selama periode pembentukan. [21]

8. Selain itu semua, puasa adalah salah satu bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu
wa Taala dengan penuh pengharapan akan ganjaran dan pahala dari-Nya. Puasa juga
merupakan sebuah bentuk ibadah yang memiliki banyak manfaat bagi manusia, baik
secara fisik maupun kejiwaan. Puasa dapat menimbulkan rasa tenang dalam jiwa yang
pada gilirannya berpengaruh positif terhadap proses metabolisme sehingga berjalan
dengan mudah dan baik yang hasilnya dapat dirasakan oleh tubuh. [22]

Sebagai keyakinan pikiran dan pelaksanaan praktis, puasa dapat memperkuat sisi-sisi
kejiwaan manusia seperti kesabaran, ketabahan, kemauan keras, pengendalian nafsu.
Puasa juga menanamkan rasa tenang, nrimo (menerima apa adanya) dan rasa gembira.
Sehubungan dengan ini, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang
perpuasa mempunyai dua kegembiraan: kegembiraan ketika ia berbuka puasa dan
kegembiraan ketika ia menghadap Tuhannya dengan bekal puasanya.” [23]

9. Melalui penelitian telah terbukti bahwa praktik puasa seperti yang diajarkan Islam
tidak mempunyai dampak negatif sama sekali terhadap kerja otot dan tingkat ketahanan
fisik. Sebaliknya, seperti dinyatakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ahmed
Elkadi dan kawan-kawan [24] di Amerika Serikat, puasa justru dapat menambah tingkat
ketahanan fisik –yang pada gilirannya kemampuan kerja otot– sebesar 200% pada 30%
orang yang dijadikan sampel, dan sebesar 7% pada 40% orang. Dengan puasa debar
jantung membaik sekitar 6%, sedangkan hasil tekanan darah dikalikan kecepatan debar
membaik 12%. Sementara tingkat rasa sesak nafas membaik sekitar 9%, dan tingkat rasa
lelah pada betis membaik 11%.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Amhed Elkadi dan kawan-kawan itu dengan
sendirinya kini menggugurkan pemahaman banyak orang selama ini bahwa puasa dapat
melemahkan tingkat ketahanan fisik dan mengurangi semangat sehingga mereka pada
umumnya menjalani puasa dengan banyak tidur dan bermalas-malasan.

III. Puasa yang Diajarkan Islam Itu Mudah


Beberapa studi yang dilakukan mengenai fungsi organ tubuh selama masa puasa medis
menyebutkan bahwa puasa model Islam terbilang sangat mudah, sesuai dengan firman
Allah Subhanahu wa Taala di ujung ayat puasa: Allah menghendaki kemudahan bagi
kalian dan tidak menghendaki kesulitan. [25]

Dalam menafsirkan ayat tersebut, Imam Ar-Razi berkomentar, “Allah mewajibkan


ibadah puasa dengan penuh kemudahan dan hanya pada masa yang pendek dalam satu
tahun. Lagi pula Allah tidak mewajibkan puasa kepada orang yang sakit dan orang yang
sedang dalam perjalanan.” [26] Selain itu, kemudahan puasa dalam Islam juga terlihat
pada terpenuhinya semua kebutuhan tubuh terhadap suplai makanan. Puasa tidak
menghalangi bahan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Sebab, orang yang berpuasa
menahan makan dan minum hanya selama masa sejak terbitnya fajar hingga
terbenamnya matahari. Sedangkan di malam hari, ia bebas untuk makan dan minum
secara normal.

Dengan demikian, praktik puasa dalam Islam sebenarnya hanya merupakan “peralihan”
atau “pergeseran” jadwal waktu makan saja. Allah sama sekali tidak mewajibkan kita
untuk pantang makan dan minum secara total dalam waktu yang lama atau bahkan
dalam waktu sehari semalam, demi kemudahan dan keringanan umat nabi terakhir,
Muhammad sallallahu alaihi wa sallam

Kemudahan praktek puasa yang diajarkan Islam itu tampak semakin jelas berkat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa referensi medis membagi masa
pelaparan menjadi tiga periode: periode awal, menengah dan panjang. [27] Puasa pendek
terjadi setelah masa penyerapan pada makan terakhir (atau sekitar 5 jam, menurut
beberapa ahli). Puasa yang diajarkan Islam terjadi pada masa itu dan pada masa
penyerapan makanan. Tidak mengkonsumsi makanan pada masa-masa itu menurut
standar ilmiah dinilai sangat aman dan tidak membahayakan. Sebab, glukose adalah
satu-satunya bahan bakar untuk otak, sementara lemak tidak teroksidasi dalam kadar
yang bisa melahirkan jasad ketone (ketone body) dalam darah selama masa itu, dan
protein juga tidak dikonsumsi untuk memproduksi energi dalam kadar yang bisa
menimbulkan gangguan pada keseimbangan nitrogen dalam tubuh. Oleh karena itu,
banyak ahli yang tidak memasukkan masa ini ke dalam masa-masa pelaparan. Fakta
tersebut memperjelas betapa puasa yang diajarkan Islam itu sangat mudah dan berbeda
dengan periode-periode pelaparan yang lain.

Dari paparan di atas dapat kita ketahui bahwa rentang waktu puasa dalam Islam berkisar
rata-rata antara 12 sampai 16 jam yang sebagiannya terletak pada masa penyerapan dan
sebagian besarnya terletak pada periode pasca-penyerapan di mana terjadi pengaktifan
semua proses penyerapan dan metabolisme secara seimbang. Dengan demikian, proses
disolusi (penguraian) glikogen, oksidasi dan disolusi lemak, disolusi protein dan
pembentukan glukose baru menjadi semakin aktif tanpa menimbulkan gangguan apa-apa
dalam tubuh manusia.

Sementara pelaparan atau puasa medis –baik jangka pendek maupun jangka panjang–
tidak berhenti pada pengaktifan proses itu, tetapi berlanjut hingga menimbulkan
gangguan pada sebagian fungsi tubuh.

Dengan demikian, maka puasa menurut Islam merupakan asimilasi yang sangat spesifik,
karena mencakup masa-masa pembentukan dan pemusnahan. Setelah buka puasa dan
makan sahur, terjadi proses pembentukan komposisi-kompoisi penting di dalam sel dan
pembaruan bahan-bahan yang tersimpan yang digunakan untuk memproduksi tenaga.
Setelah masa penyerapan makan sahur, terjadi pemusnahan sehingga cadangan makanan
glikogen dan lemak mengalami disolusi sehingga tubuh mendapat suplai tenaga yang
diperlukan selama bergerak dan beraktivitas di siang hari puasa. [28] Dari situ dapat kita
pahami mengapa Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam sangat menekankan perlunya
makan sahur. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik —semoga
Allah meridainya, beliau bersabda, “Makan sahurlah, karena di dalam makan sahur
terdapat berkah.” [29]

Hal itu dicapai dengan mensuplai pembentuk kepada tubuh selama empat jam terhitung
dari saat berhenti makan. Dengan demikian juga dapat dicapai perpendekan masa pasca-
penyerapan. Hal itu diperkuat dengan penegasan Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam
yang menganjurkan kita untuk menyegerakan berbuka dan mengakhirkan makan sahur.
Dalam sebuah hadisnya beliau bersabda, “Orang-orang masih dalam keadaan baik
selama mereka menyegerakan berbuka puasa.” [30] Dan dalam hadis lain diriwayatkan
dari Zaid bin Tsabit semoga Allah meridanya, bahwa ia berkata, “Kami makan sahur
bersama Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam lalu kami mendirikan salat.” Lalu Zaid
ditanya oleh salah seorang Sahabat, “Berapa lama jarak antara makan dan salat?” Zaid
menjawab, “Sekitar bacaan 50 ayat.” [31]

Menyegerakan berbuka dan menunda atau mengakhirkan sahur dengan sendirinya akan
memperpendek masa puasa agar, sedapat mungkin, tidak melewati masa pasca-
penyerapan. Dengan demikian, puasa secara Islam ini sebenarnya tidak menyulitkan dan
tidak menimbulkan tekanan jiwa yang membahayakan kesehatan tubuh.

Atas dasar fakta-fakta di atas dapat kita pahami bahwa satu hal yang berhenti selama
masa puasa hanyalah proses pencernaan dan penyerapan, dan bukan proses nutrisi. Sel-
sel tubuh bekerja secara normal dan memperoleh semua kebutuhan dasarnya dari
cadangan makanan setelah mengalami disolusi yang dapat dianggap sebagai proses
pencernaan di dalam sel. Melalui proses itu, glikogin berubah menjadi gula glukose,
lemak dan protein berubah menjadi asam lemak dan asam amina, berkat jaringan enzim
yang sangat rumit yang semuanya menunjukkan keagungan dan kemahakuasaan Tuhan.

Dari mana Muhammad sallallahu alaihi wa sallam tahu bahwa ibadah puasa mencegah
berbagai penyakit fisik dan kejiwaan? Dari mana ia tahu bahwa puasa besar manfaatnya
bukan hanya bagi orang yang sehat, tetapi juga bagi orang yang sakit dan uzur? Dari
mana ia tahu bahwa puasa yang diajarkan Islam itu mudah dan sama sekali tidak
membahayakan jasmani dan rohani? Dari mana ia tahu bahwa banyak berpuasa dapat
mengendalikan nafsu seksual, terutama bagi kalangan pemuda? Dari mana ia tahu semua
itu kalau bukan dari Allah Yang Mahakuasa?

Puasa dan Keracunan


Tubuh manusia mudah terkena bahan-bahan berbahaya dan racun yang bisa jadi
menumpuk di antara jaringan sel-sel tubuhnya. Pada umumnya bahan-bahan berbahaya
itu masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi dalam jumlah besar,
terutama pada zaman sekarang yang ditandai dengan gaya hidup masyarakat mewah.
Berbagai jenis makanan tersedia dengan mudah berkat bantuan kemajuan teknologi
pembuatan dan penyajiannya yang semakin menggoda selera. Konsumen pun tergoda
untuk mengkonsumi apa saja dan dalam jumlah besar. Tanpa disadari, hal itu
sesungguhnya dapat menimbulkan gangguan dalam kegiatan biologis di dalam sel tubuh
yang pada gilirannya menimbulkan berbagai penyakit baru yang diistilahkan dengan
penyakit modern seperti kegemukan, penyempitan urat nadi, tekanan darah tinggi,
tekanan jantung, otak dan paru-paru, kanker, alergi dan kehilangan kekebalan tubuh.

Beberapa referensi kedoketeran menyebutkan bahwa hampir semua makanan pada


zaman sekarang mengandung sedikit bahan beracun yang dimasukkan ke dalam
makanan saat pemrosesannya atau pengawetannya. Makanan zaman sekarang juga
banyak yang mengandung penyedap, pewarna, anti-oksida dan bahan pengawet. Bahan
makanan nabati atau hewani juga hampir tak lepas dari penambahan bahan kimia seperti
perangsang pertumbuhan, antibiotik, penyubur atau turunannya. Beberapa jenis
tumbuhan dalam komponennya mengandung beberapa bahan yang membahayakan, dan
banyak di antara makanan yang kita konsumsi mengandung mikroorganisme yang
mengeluarkan racun dan dapat menyebabkan pencemaran. [32] Di samping itu, racun
juga terdapat pada udara yang kita hirup akibat asap kendaraan bermotor, gas pabrik,
racun obat yang dikonsumsi orang tanpa aturan, dan sebagainya. Belum lagi racun-racun
yang dimiliki oleh mikroorganisme yang ada dalam tubuh kita dalam jumlah yang tidak
terhitung. Terkahir, sisa-sisa pembakaran di dalam sel yang berenang dalam darah,
seperti gas karbondioksida, urea, sulfur, amonia, dan lain-lain. [33]

Tetapi Allah Subhanahu wa Taala telah menciptakan dalam tubuh manusia suatu organ
yang bertugas untuk membunuh atau membuang racun itu. Hati –yaitu organ utama
dalam membersihkan tubuh dari berbagai jenis racun– menghentikan aksi atau daya
kerja bahan-bahan beracun tadi, bahkan kadang-kadang mengubahnya menjadi bahan
yang bermanfaat seperti urea, kriaten, dan garam amonia. Hanya, hati memiliki
kemampuan yang terbatas. Sel-sel dapat menderita gangguan akibat adanya penyakit
atau akibat proses alami seperti ketuaan. Jika demikian, sebagian zat beracun itu akan
masuk ke dalam jaringan tubuh, terutama tempat-tempat penimbunan lemak.

Hati antara lain berfungsi mengubah molekul-molekul beracun, yang pada umumnya
larut di dalam lemak pelumas, menjadi molekul-molekul yang larut dalam air tak
beracun yang dapat dikeluarkan oleh hati melalui sistem pencernaan atau keluar melalui
ginjal.

Selama puasa, sejumlah besar lemak yang terdapat dalam tubuh beralih ke hati sehingga
mengalami oksidasi dan bermanfaat bagi tubuh. Lemak itu akan mengeluarkan racun
yang larut di dalamnya untuk kemudian terbuang melalui limbah tubuh.

Lemak yang berkumpul di hati –yang datang dari berbagai bagian tubuh– selama puasa
membantu mengontrol kolesterol, menambah produksi senyawaan air empedu dalam
hati yang pada gilirannya melarutkan zat-zat beracun dan membuangnya bersamaan
dengan tinja.

Selain itu, puasa sangat berguna bagi sel-sel hati dengan melakukan oksidasi terhadap
zat asam lemak, hingga bersih dari lemak-lemak yang tertimbun di dalamnya.
Selanjutnya, sel-sel itu akan bertambah giat dan bisa melakukan tugasnya dengan
sebaik-baiknya. Di samping itu, dengan ditambahkannya zat asam sulfur dan zat asam
glukonik, sel-sel itu menjadi sebanding dengan zat-zat beracun hingga membuatnya
tidak aktif dan akhirnya lenyap dari tubuh.

Hati juga menelan semua mikroorganisme, seperti karbon yang sampai ke darah dengan
pagositosis molekul-molekulnya, dengan perantaraan sel-sel khusus yang bernama
kuifer yang tersembunyi dalam bilik-bilik hati dan dikeluarkan bersamaan dengan air
empedu. Selama puasa, sel-sel ini berada pada puncak kecakapannya dalam melakukan
tugas, hingga dengan lahap menyantap semua bakteri yang sebelumnya telah diserang
oleh zat-zat antibodi.

Karena proses pemusnahan (katabolisme) di dalam hati selama melakukan puasa lebih
dominan daripada proses pembentukan dalam lingkup proses asimilasi, maka peluang
dibuangnya racun yang bertumpuk di sel-sel tubuh juga bertambah besar. Bersamaan
dengan itu, aktivitas sel-sel hati dalam menghilangkan unsur racun dari banyak zat
beracun juga menjadi lebih besar. Dengan demikian, puasa merupakan surat keterangan
sehat bagi organ-organ tubuh.
Dr. Mac Fadon, salah seorang dokter kaliber dunia yang getol mempelajari puasa dan
pengaruhnya dari segi kesehatan berkomentar, “Semua orang memerlukan puasa,
meskipun ia tidak sakit, karena racun yang dibawa makanan dan obat akan berkumpul di
dalam tubuh yang kemudian menjadikan orangnya tampak lemah bagai orang sakit
sehingga geraknya pun menjadi berkurang. Maka, jika seseorang berpuasa ia akan
terbebas dari racun-racun semacam itu dan akan bergairah dan mempunyai semangat
yang tidak pernah dialaminya.”

Mana Yang Lebih Baik Selama Berpuasa: Banyak Bergerak Atau Diam?
Referensi-referensi medis menyebutkan bahwa gerak otot pada masa penyerapan
makanan (selama puasa) mengoksidasi sejumlah asam amina. Setelah sel-sel otot
memperoleh energi yang dihasilkan dari oksidasi itu, di dalam sel-sel itu akan terbentuk
asam amina yang sangat penting, yaitu zat asam alanin (alanine acid) dan zat asam
glutamik (glutamic acid). Zat asam yang pertama merupakan bahan bakar pokok dalam
memproduksi glukose baru di hati. Sedangkan yang kedua akan masuk ke dalam asam
nuklir (nucleic acid), dan sebagiannya berubah menjadi zat asam yang pertama. Selama
bergerak akan terbentuk dua zat asam akibat proses oksidasi glukose di dalam sel-sel
otot. Kedua asam itu juga merupakan bahan bakar utama untuk membentuk glukose hati.

Zat asam amina bercabang pada dasarnya mengalami oksidasi di dalam otot, [34] di
mana banyak terdapat enzim yang khusus mengubah sejumlah amina pengubah (amino
transferase) di dalam dua sistem pembakaran di dalam sel-sel otot, proses oksidasi itu
akan semakin bertambah dengan bergerak. Oleh karena itu, maka proses pembentukan
glukose baru di dalam hati akan bertambah pula dengan bertambahnya gerak otot, bisa
jadi mencapai tiga kali lipat jika dibandingkan dengan keadaan tidak bergerak. Asam
alanin merupakan zat asam amina yang paling penting yang terbentuk di dalam otot
selama puasa (mencapai 30%). Jumlah itu semakin bertambah banyak dengan
menambah gerak dan aktivitas. [35]

Sistem otot (musculature) mengkonsumsi glukose yang datang dari hati untuk
memperoleh energi. Jika gerak bertambah dan glukose tidak cukup untuk mensuplai
energi ke otot, otot akan memperoleh kebutuhannya dari oksidasi zat asam amina bebas
yang datang dari penguraian lemak di dalam jaringan-jaringan lemak. Jika zat asam
lemak berkurang, otot memperoleh energinya dari jasad keton (ketone body) yang
dihasilkan dari oksidasi lemak di dalam hati. Hal ini sekaligus menekankan bahwa
aktivitas dan gerak dapat mengaktifkan semua proses oksidasi bagi setiap senyawa yang
mensuplai energi ke tubuh dan mengaktifkan proses disolusi lemak. Selain itu, banyak
bergerak juga dapat mengaktifkan proses pembentukan glukose di dalam hati dari
gliserin yang dihasilkan dari disolusi lemak di dalam serat lemak, dan dari laktik yang
dihasilkan dari oksidasi glukose di dalam otot.

Oleh karena itu, bergerak selama puasa Islami merupakan sesuatu yang positif dan
penting untuk menambah daya kerja hati dan otot, mengurangi lemak, dan melindungi
tubuh dari bahaya pertambahan jasad-jasad keton. Selain itu, gerakan otot juga dapat
menghambat pembentukan protein di dalam hati dan otot. Dan tingkat hambatan itu
sesuai dengan kekuatan dan kecepatan gerak. Hal itu, pada gilirannya, dapat menghemat
banyak energi yang digunakan untuk pembentukan protein. Karena dalam proses
pembentukan protein ini —jika terjadi— setiap ikatan asam amina akan memerlukan
cadangan energi yang terdapat dalam lima molekul adenosine triphosphate (ATP) dan
guanine triphosphate (GTP). Jika masing-masing molekul dari dua senyawa itu
mengandung energi 5 – 10 kilo kalori, dan jika kita tahu bahwa satu bagian dari protein
yang paling sederhana mengandung tidak kurang dari 100 ikatan asam amina, maka
berapa banyak energi yang dapat dihemat melalui penghambatan pembentukan sejumlah
protein dengan aneka ragam jenisnya itu?

Selama terjadi gerakan, glukose, asam lemak dan asam amina digunakan untuk
memproduksi energi untuk sel-sel otot. Hal itu, pada gilirannya, akan mengingatkan
pusat saraf makan yang ada di hipotalamus (hyphotalamus) yaitu melalui adanya arus
balik (feedback) antara zat-zat itu di dalam darah dan tingkat kekenyangan, dan antara
pengingatan pusat makan di otak. Dengan demikian, gerak otot dapat membangkitkan
pusat makan dan membuka nafsu makan.

Gerak otot yang berlebih juga dapat menguraikan glekogen menjadi glukose ketika tidak
terdapat oksigen. Dari proses asimilasi gula buatan itu, didapatkan asam laktik yang
mengalir ke darah dan pada saatnya, berubah menjadi glukose dan glekogen dengan
perantaraan hati.

Selama tidak terjadi gerakan otot, glekogen tidak akan terurai menjadi glukose karena
tidak adanya enzim glukose 6 fospat. Dengan demikian, bergerak merupakan faktor
penting untuk mengaktifkan pengubahan cadangan glekogen otot menjadi glukose dan
menyajikannya ke jaringan-jaringan utama seperti otak, sistem saraf, sel darah, sumsum
tulang, dan isi ginjal. [36]

Selain itu, gerakan otot juga bisa jadi mempunyai kaitan dengan proses pembaruan sel-
sel pengawal usus sehingga membuat proses pencernaan dan penyerapan makanan
menjadi lebih baik. Sebab, sel-sel itu memerlukan zat asam glutamik (glutamic acid)
untuk memproduksi zat asam nuklir (nucleotide synthesis) yang banyak dihasilkan oleh
otot selama bergerak. [37] Sel-sel muda yang terdapat di dalam usus (mucosal cells)
terus mengalami pembaruan setiap dua sampai enam hari, dan kehilangan 17 juta sel
setiap hari. [38] Lalu, mungkinkah gerakan otot menjadi penyembuh bagi gangguan
pencernaan dan penyerapan?

Filosofi puasa sebenarnya didasari atas meninggalkan makan dan minum serta
memotivasi mekanisme pemusnahan (proses biokimia) terutama sekali dalam proses
asimilasi. Dan siang hari merupakan masa yang paling banyak terjadi proses asimilasi,
terutama proses pemusnahan. Sebab, siang hari merupakan waktu untuk bergerak,
beraktivitas dan mengkonsumsi energi untuk bekerja. Allah Subhanahu wa Taala telah
menciptakan jam biologi yang mengatur hormon kelenjar style='mso-bidi-font-size:
endokrin dan mekanisme asimilasi sehingga sesuai dengan aktivitas mekanisme itu
selama siang hari.

Sebagai contoh adalah hormon kortison dan adrenalin. Hormon kortison, pada orang
yang tidur pada malam hari, mencapai puncak pertambahannya kira-kira pada pukul 09
pagi, untuk kemudian berkurang hingga mencapai kira-kira seperlima rata-rata
konsentrasinya pada tengah malam. [39] Hormon ini termasuk hormon pemusnah yang
memecah protein menjadi asam amina. Sedangkan hormon kedua, hormon adrenalin,
mencapai puncak pertambahannya di penghujung pagi dan siang (sekitar pukul 09.00
dan 14.00). Hormon ini menambah tingkat konsentrasi glukose dan asam lemak serta
menambah tingkat pemusnahannya. Selain itu, hormon ini juga membantu mengaktifkan
pembentukan protein dan pengoksidasian asam amina pada otot, dan mengiring alanin
(alanine) ke arah hati; [40] untuk membentuk glukose baru di dalam hati serta
menyajikan lebih banyak energi kepada tubuh, dan membangkitkan sistem saraf.

Di situlah, barangkali, salah satu hikmah mengapa Allah mewajibkan puasa pada siang
hari sebagai waktu bergerak, beraktivitas dan bekerja, dan bukan pada malam hari
sebagai waktu untuk beristirahat.

Dari situ dapat kita simpulkan bahwa melakukan gerakan selama menjalankan puasa
dapat menyediakan energi yang dibutuhkan oleh tubuh dari glukose buatan atau yang
tersimpan dalam hati, yang merupakan bahan bakar paling ideal bagi otak, butir-butir
darah merah, dan sistem saraf, agar lebih mampu melaksanakan fungsinya. Melakukan
gerakan juga dapat menyediakan energi yang dapat digunakan dalam berbagai kegiatan
vital. Gerakan dapat menggagalkan pembentukan protein dari asam amina dan
menambah aktif mekanisme pemusnahan selama siang hari, kemudian mengkonsumsi
energi cadangan dan membersihkan tempat penyimpanan energi dari racun yang bisa
jadi akan menguat atau larut dalam senyawaan lemak atau amina. Malas dan tidur pada
siang hari puasa menghilangkan manfaat-manfaat itu. Bahkan, bisa jadi akan
mendatangkan banyak penyakit kepada si pelaku puasa dan membuatnya bertambah
malas.

Tidur di siang hari dan begadang di malam hari Ramadan juga menyebabkan terjadinya
gangguan pada jam biologi yang ada dalam tubuh, yang pada gilirannya akan membawa
pengaruh buruk pada metabolisme makanan di dalam sel.

Telah dilakukan penelitian yang membuktikan terjadinya kekacauan pada hormon


kortison oleh Dr. Muhammad Al-Hadrami di Fakultas Kedokteran, Universitas King
Abdul Aziz. Penelitian itu dilakukan pada 10 orang dalam kondisi sehat di luar rumah
sakit. Dari penelitian itu dihasilkan bahwa pada empat orang dari mereka telah terjadi
kekacauan pada daur harian kortison, selama dua minggu terkahir bulan Ramadan.
Kadar yang biasa diketahui pada pagi hari dan tengah malam telah berbalik. Kadar pagi
hari menurun dan kadar sore hari menaik. Hal ini adalah kebalikan dari keadaan yang
terjadi pada hari-hari biasa.

Menurut peneliti kekacauan ini disebabkan oleh perubahan perilaku para pelaku puasa
itu. Selama dua minggu itu, mereka menghabiskan waktu siang untuk tidur dan waktu
malam untuk begadang. Kortison itu kembali kepada kondisi normalnya lagi pada empat
minggu setelah berlalu bulan puasa. Yaitu setelah stabilnya disiplin tidur pada malam
hari dan aktivitas di siang hari bagi orang-orang itu.
Karena alasan ini, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, para sahabatnya dan orang-
orang Muslim terdahulu tidak membedakan perkerjaan yang mereka lakukan selama
hari-hari puasa dan hari-hari lain. Bahkan, tidak jarang mereka melakukan peperangan
dalam keadaan puasa. Sampai di sini, timbul pertanyaan, sudahkah kaum Muslimin
membebaskan diri dari waham takut bergerak dan bekerja pada saat berpuasa? Apakah
mereka dengan khusyuk beribadah kepada Allah, dan pada waktu yang sama juga
bekerja, berproduksi dan berjihad dengan meneladani Nabi mereka sallallahu alaihi wa
sallam dan para pendahulu mereka yang saleh?

Puasa Menghilangkan Lemak


Kegemukan terkait dengan terlalu banyaknya makan, khususnya makanan yang banyak
mengandung lemak, dan sarana hidup yang nyaman.

Kegemukan adalah problem yang menyebar luas. Telah ditemukan bahwa kegemukan
selalu disertai dengan bertambahnya risiko terkena penyakit jantung dan pembuluh
darah; seperti lemah jantung, jantung berhenti bekerja, koroner (pembuluh nadi tajuk
jantung), dan kebuntuan pada pembuluh yang mengitari jantung.

Kegemukan terjadi akibat kacaunya hubungan antara tiga unsur energi, yaitu kuantitas
makanan yang dikonsumsi, energi yang dipakai dalam aktivitas dan gerak, dan energi
yang disimpan dalam bentuk lemak. Selanjutnya, terlalu banyak makan yang disertai
dengan sedikitnya penggunaan energi akan menyebabkan kegemukan.

Manusia biasa mengkonsumsi 20 ton makanan selama hidupnya. Dalam pada itu 20%
kesalahan dalam keseimbangan energi menyebabkan pertambahan berat badan yang
mencapai 50 kg. Artinya, jika tubuh orang yang kesimbangan energinya salah itu 70 kg,
maka akan menjadi 120 kg. Ini semua menjelaskan betapa pentingnya membuat aturan
makan dengan tepat demi menjaga stabilitas berat badan.

Diyakini, kegemukan terjadi akibat gangguan asimilasi atau akibat tekanan lingkungan
atau sosial. Tetapi kegemukan itu juga bisa terjadi akibat gangguan pada kelenjar
endokrin, sebab-sebab kejiwaan dan sosial yang berkumpul jadi satu dan tampak pada
terlalu banyaknya makan. Dan seringkali terjadinya kekacauan asimilasi itu bersamaan
dengan datangnya tekanan lingkungan hingga saling melengkapi satu sama lain, dan
akhirnya kondisi menjadi semakin kompleks.

Di sisi lain, banyak ilmuwan yang melihat bahwasanya kegoncangan jiwa yang
mengakibatkan lahap makan, dan yang kemudian mengakibatkan kegemukan, bisa jadi
menyebabkan munculnya kekacauan dalam proses metabolisme atau asimmilasi.
Dengan begitu, rasanya sulit untuk bisa menafsirkan kekacauan utama yang terjadi pada
keseimbangan energi —pada kondisi kegemukan— sebagai suatu perubahan yang
terjadi pada salah satu unsur. Tetapi tetap jelas bahwa terlalu banyak makan adalah salah
satu faktor utama dari terjadinya kegemukan.

Di sana ada perubahan biokimia yang menyertai kegemukan. Yang paling penting
adalah perubahan watak metabolisme lemak. Protein lemak (jenis beta) yang ada dalam
plasma dan zat asam lemak bebas, bertambah. Konsentrasi insolin dalam darah juga
bertambah dalam kadar yang tinggi yang menyebabkan pengembungan pangkreas atau
bertambahnya jaringan-jaringannya. Akibatnya, produksi insolin juga bertambah, yang
kemudian mengakibatkan kepada pembentukan zat asam lemak dalam hati dari materi-
materi karbohidrat, dan bertambahnya kadar kejatuhan zat-zat lemak dalam jaringan-
jaringan lemak. Akhirnya, semua itu menyebabkan munculnya gejala-gejala penyakit
gula, yang mana penyambut-penyambut insolin yang ada dalam jaringan tidak mau
menyambutnya.

Banyak orang yang mencoba untuk menyembuhkan kegemukan. Untuk tujuan itu,
mereka membuat banyak program makan. Tetapi sayang kebanyakannya adalah palsu
dan tidak terbangun atas dasar-dasar ilmiah. Hal itu, karena program-program itu hanya
sekadar menghilangkan air tubuh dalam kadar yang relatif banyak, hingga memberikan
kesan seolah-olah telah terjadi penurunan berat. [41]

Puasa Islami ideal adalah satu-satunya model pencegahan sekaligus pengobatan


kegemukan. Makan yang wajar dan meninggalkan makan yang dibarengi dengan
melakukan aktifitas dan gerak adalah dua faktor yang paling berpengaruh dalam
menurunkan berat badan. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya kadar rata-rata
metabolisme makanan setelah makan sahur dan penggerakan lemak yang tertimbun
untuk dioksidasi dalam rangka memproduksi energi yang dibutuhkan setelah waktu
tengah hari.

Para ilmuwan memulangkan pertambahan kadar rata-rata metabolisme makanan setelah


menyantap makanan itu kepada naiknya adrenalin dan noradrenalin, juga kepada
bertambahnya pelepasan simpatik akibat aktifitas sistem saraf simpatik, dan kepada hasil
kerja Gerakan Dinamis Spesifik (Specific Dynamic Action). Gerakan dinamis ini
tampak pada pengkonsumsian secara pasti dari tiap jenis kandungan makanan terhadap
energi selama proses asimilasi. Akibatnya, energi juga mengkonsumsi 30 kilo kalori dari
keseluruhan protein yang bisa memberi tubuh 100 kilo kalori. Dalam kadar yang sama,
energi itu juga mengkonsumsi karbohidrat dan secara berturut-turut lemak K6, K, K4,
dan K. Selanjutnya, proses metabolisme berlangsung selama 6 jam atau lebih, terhitung
dari disantapnya makan sahur.

Selain itu, menggerakkan otot juga termasuk hal terpenting yang bisa menaikkan tingkat
rata-rata metabolisme. Kadar itu akan terus bertahan dalam kondisi tinggi, tidak hanya
ketika otot digerakkan, tetapi bertahan dalam waktu yang cukup lama setelah itu.[42]
Dengan ini, puasa Islami ideal yang tercermin dalam penyantapan makan sahur seperti
yang dituntunkan oleh Nabi, kewajaran dalam makan pada saat berbuka dan pada waktu
malam, kewajaran dalam bergerak dan melakukan aktivitas di siang hari puasa, berhasil
menciptakan program makan yang sukses untuk mengobati kegemukan. Sementera itu,
program pelaparan dalam waktu yang lama, dengan meninggalkan makan sama sekali,
hanya akan mengakibatkan penurunan kadar metabolisme, akibat terhalangnya proses
kerja sistem saraf simpatik, menurunnya adrenalin dan noradrenalin yang berenang di
dalam tubuh. Ini semua memberikan tafsiran kepada kita mengapa berat badan
seseorang yang melakukan program penurunan berat badan melalui metode pelaparan,
turun drastis pada periode-periode awal, kemudian berkurang secara berangsur-angsur
pada periode-periode berikutnya. Sebagian besar berat yang hilang pada hari-hari
pertama itu, sesungguhnya disebabkan oleh hilangnya air yang ada dalam tubuh dan
penuh dengan energi cadangan dan garam-garam yang menyertainya. [43]

Puasa dan Pembentukan Sel Baru


Sudah merupakan sunnatullah bahwa segala sesuatu di dunia ini mengalami perubahan
dan pergantian. Sel-sel yang terdapat dalam tubuh manusia, misalnya, mengalami
pergantian setidaknya setiap enam bulan. Beberapa jaringan bahkan mengalami proses
pembaruan dan pergantian hanya dalam hitungan hari atau pekan, dengan tetap
mempertahankan bentuk gen luar.

Jumlah sel tubuh manusia yang mati dalam setiap detiknya mencapai 125 juta sel. [44]
Dan lebih dari jumlah itu muncul sel-sel baru setiap hari selama masa pertumbuhan dan
selama masa dewasa. Ketika memasuki usia senja, jumlah sel-sel yang baru itu pun
mengalami pengurangan.

Asam-asam amina membentuk infrastruktur sel-sel. Selama puasa secara Islam, asam-
asam yang datang dari makanan itu berkumpul bersama asam yang dihasilkan dari
proses pemusnahan di medan asam amina (amina acid pool) di dalam hati. Di dalam
asam amina itu kemudian terjadi perubahan internal secara cukup luas untuk kemudian
masuk ke dalam siklus sitrat (citrate cycle). Setelah proses perubahan internal itu, asam
amina kemudian disebar lagi dan dilebur dengan beberapa molekul lain seperti purines,
prophyrins dan sebagainya. Dari situ kemudian dibentuk segala macam protein sel,
protein plasma, hormon dan berbagai komponen vital lainnya.

Sedangkan selama puasa medis, hampir semua asam amina yang datang dari otot, dan
kebanyakan merupakan asam alanine, berubah menjadi glukose darah, dan sebagiannya
digunakan untuk membentuk protein atau mengalami oksidasi untuk memproduksi
energi setelah berubah menjadi asam oksigen (oxoacide). [45]

Dengan demikian dapat kita lihat bahwa selama puasa terjadi perubahan besar di dalam
asam amina yang berkumpul di dalam makanan, juga terjadi proses pemusnahan sel
setelah dicampur, kemudian dibentuk kembali dan akhirnya didistribusikan ke berbagai
bagian tubuh yang membutuhkan. Ini semua memberi kesempatan kepada unsur baru sel
untuk memugar bangunannya, dan meningkatkan kemampuan fungsinya. Dan akhirnya,
tubuh menjadi sehat wal afiat.

Hal ini tidak terdapat pada puasa medis di mana terjadi proses pemusnahan komponen-
komponen sel secara terus menerus dan terjadi penghambatan asam amina dasar
(essential fatty acids). Ketika beberapa bahan-bahan sel lama kembali membentuk sel,
kekuatan tubuh akan mengalami penurunan dan tubuh akan relatif mudah terserang
penyakit. Berkurangnya satu zat asam amina dasar (essential fatty acids) yang masuk
dalam struktur protein khusus dapat menjadikan protein itu tidak terbentuk. Lebih dari
itu, asam amina lain yang membentuk protein juga mengalami katabolisme dan
penghancuran. [46]

Mensuplai tubuh dengan asam amina dasar (essential fatty acids) di dalam makanan
mempunyai peran penting dalam pembentukan lemak fosfat (phospholipids) yang
bersama lemak biasa (triglycerol) masuk ke dalam komponen lipoprotein. Jenis
lipoprotein yang sangat rendah kepadatannya akan memindahkan lemak fosfat dan
kolesterol dari tempat pembentukannya di hati ke seluruh sel tubuh.

Proses ini akan terhambat oleh makanan yang sangat kaya dengan lemak dan oleh
pantang total dari makan seperti yang terjadi pada puasa medis di mana sejumlah besar
lemak akan terkumpul di hati. Akibatnya, hati tidak mampu memproduksi lemak fosfat
dan protein dalam jumlah yang cukup untuk membentuk lipoprotein. Dengan demikian
lemak itu tidak berpindah dari hati ke seluruh sel tubuh untuk bersama-sama
membangun sel-sel baru, tetapi akan menumpuk di hati dan dapat menyebabkan radang
hati (fatty liver). [47] Sudah barang tentu, hal itu akan berdampak pada pembaruan sel-
sel hati kemudian sel-sel tubuh secara keseluruhan. Sel-sel hati yang jumlahnya berkisar
antara 200 – 300 miliar mengalami pembaruan setiap empat bulan. Sel-sel itu
memproduksi hampir seluruh protein plasma (30 – 50 per hari), membentuk bermacam
zat asam amina melalui proses perubahan dari dalam, mengubah protein, lemak dan
karbohidrat, masing-masing menjadi yang lain, kemudian membaginya ke sel-sel tubuh
berdasarkan kebutuhannya, pembuatan glukose dan menyimpannya untuk menjaga
konsentrasinya di dalam darah, dan oksidasi glukose, asam lemak dalam kadar tinggi
untuk mensuplai tubuh dan sel-selnya dengan energi yang dibutuhkan dalam
pembangunan dan pembaruan. [48] Hal ini terjadi karena setiap sel hati berisi 1000 unit
pembangkit energi (mitochondria). Selain hal-hal di atas, sel hati juga membentuk
kolesterol dan lemak fosfat yang meresap dalam susunan dinding sel, dalam senyawaan
halus di dalam sel, dalam banyak senyawa kimia penting dan dibutuhkan oleh fungsi sel.
Dan terakhir, sel hati juga memproduksi enzim vital bagi sel tubuh, seperti Alkalin
Fosfat yang tanpanya, energi yang dihasilkan dari glukose dan oksigen tidak bisa
digunakan dan banyak proses kimia enzim dan hormon tidak bisa berjalan [49], yang
akhirnya berpengaruh pada pembaruan sel dan fungsinya menjadi kacau.

Sel hati juga sangat berjasa dalam pembentukan sel-sel baru, yang mana dia menyimpan
di dalamnya sejumlah mineral dan vitamin penting yang dibutuhkan dalam
memperbaharui sel-sel tubuh, seperti besi, tembaga, vitamin A, B2, B12, dan vitamin D.
Tidak hanya itu, sel hati juga menghilangkan banyak zat beracun yang menghambat
pembaruan sel-sel tubuh itu, bahkan memusnahkannya sama sekali, seperti zat amonia
yang meracuni otak dan mengantarkan pasien yang hatinya rusak kepada kondisi koma
total.

Puasa Islami adalah satu-satunya program makan yang ideal untuk memperbaiki
kemampuan fungsional hati, dengan cara memberinya asam lemak dan amina asasi pada
saat makan sahur dan berbuka, hingga tercipta bahan-bahan protein, lemak fosfat
kolesterol dan zat-zat yang diperlukan dalam membangun sel-sel baru. Dalam waktu
yang sama, aktifitas itu juga membersihkan sel-sel hati dari lemak yang terkumpul di
dalamnya selama siang hari puasa. Dengan demikian, sepertinya mustahil bagi hati
untuk mengalami peradangan atau kekacauan fungsinya akibat tidak terciptanya zat
pemindah lemak, yaitu zat lemak pelumas yang berkepadatan sangat rendah (VLDL).
Terciptanya zat itu akan betul-betul terhambat dengan puasa medis atau makanan yang
kaya dengan lemak.

Sampai di sini, kita bisa menarik kesimpulan bahwasanya puasa Islami memiliki peran
yang besar dalam menjaga vitalitas dan fungsi sel hati, dan selanjutnya, berpengaruh
dalam kadar yang tinggi kepada kecepatan pembaruan sel hati dan semua sel tubuh,
suatu hal yang tidak dilakukan oleh puasa medis, dan tidak pula oleh terlalu banyaknya
mengkonsumsi makanan kaya lemak.

Mengapa kita dianjurkan berbuka puasa dengan korma?


Di akhir masa paca-penyerapan –di akhir puasa, sore hari– tingkat konsentrasi glukose
dan insulin akan turun dari darah dan urat darah halus (portal vein) hati. Hal itu dapat
memperkecil kemungkinan habisnya glukose dan pengambilannya melalui sel-sel hati
dan jaringan-jaringan ujung, [50] seperti sel otot dan sel saraf. Hampir semua cadangan
glikogen hati sudah mengalami penguraian. Ketika itu, dalam memperoleh energi,
jaringan bergantung pada oksidasi asam lemak dan oksidasi glukose yang dibentuk di
hati dari asam amina dan gleserol. Dari situ, suplai glukose ke tubuh secara cepat pada
masa itu banyak sekali manfaatnya, karena dapat menambah kecepatan tingkat
konsentrasinya di darah pada urat darah halus segera setelah diserap untuk kemudian
masuk ke dalam sel-sel hati, lalu ke dalam sel-sel otak dan darah, sistem saraf dan otot,
serta jaringan-jaringan lainnya yang memang telah disediakan oleh Allah untuk
menjadikan bahan-bahan bergula sebagai makanan paling ideal dan paling mudah untuk
memperoleh energi. [51]

Dengan demikian, proses oksidasi asam lemak akan berhenti sehingga memutus jalan
pembentukan jasad-jasad keton yang berbahaya. Juga akan hilang gejala-gejala
kepasifan, kelemahan secara umum dan gangguan pada sistem saraf jika ada akibat
terjadinya oksidasi sejumlah besar lemak. Mengkonsumsi glukose juga akan
menghentikan proses pembentukan glukose di hati sehingga katabolisme asam amina
juga akan berhenti dan pada gilirannya akan memelihara protein tubuh. Hal itu
membuka peluang bagi terbentuknya sel-sel baru yang sangat bermanfaat bagi kesehatan
tubuh.

Korma merupakan makanan yang paling kaya dengan gula glukose. Dengan demikian ia
merupakan makanan paling baik bagi tubuh selama puasa. Korma mengandung kadar
gula yang sangat tinggi berkisar antara 75% sampai 87%, 55% di antaranya adalah
glukose dan 45% lainnya merupakan fruktosa. Selain itu, korma juga mengandung
protein lemak, beberapa vitamin seperti vitamin A, B2 dan B12; beberapa mineral
penting, seperti kalsium, fosforus, kalsium, sulfur, sodium, magnesium, kobalt, seng,
florin, tembaga, manganis, dan sedikit sellulose.

Fruktosa, bersama-sama dengan sellulose, berpengaruh mengaktifkan gerakan cacing


usus. Sementara fosforus merupakan bahan yang cukup penting dalam menutrisi bilik-
bilik otak dan masuk ke dalam struktur senyawa fosfat, seperti adenosine triphosphate
(ATP) dan guanine triphosphate (GTP), yang memindahkan dan mengarahkan energi ke
seluruh tubuh. Selain itu, vitamin-vitamin yang dikandung oleh buah korma berperan
sangat efektif dalam proses asimilasi, di samping berpengaruh dalam menenangkan urat
saraf.

Di sisi lain, mineral yang dikandung oleh korma juga berperan penting dalam
pembentukan sebagian enzim yang penting dalam proses biologis tubuh dan berperan
juga dalam proses kerja sebagian yang lain. Mineral juga berperan dalam pengencangan
dan pengenduran otot dan dalam keseimbangan zat asam alkali di dalam tubuh. Dengan
demikian, ketegangan otot atau saraf menjadi hilang, dan seluruh tubuh akan merasakan
ketenangan dan kesemangatan. [52]

Sebaliknya, kalau seorang yang berpuasa mengawali buka puasanya dengan memakan
bahan makanan yang berprotein atau berlemak, makanan itu tidak dapat diserap kecuali
beberapa lama setelah proses pencernaan dan penguraian. Akibatnya, makanan itu tidak
banyak manfaatnya untuk membantu tubuh yang membutuhkan energi segera. Selain itu,
tingginya asam amina di dalam tubuh yang ditimbulkan oleh makanan yang tidak
mengandung gula atau bahkan yang mengandung sedikit gula dapat menyebabkan
turunnya gula darah. [53]

Karena alasan-alasan di atas itulah kita dapat memahami mengapa Rasulullah sallallahu
alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk mengawali buka puasa dengan memakan
korma. Dalam sebuah hadis dari Sulaiman bin Amir —semoga Allah meridainya—
Rasulullah bersabda, “Jika seseorang dari kalian berbuka puasa, hendaklah ia berbuka
dengan korma. Jika tidak menemukan korma, maka berbuka dengan air, karena air
adalah bersih.” [54] Dalam riwayat lain dari Anas —semoga Allah meridainya—
berkata, “Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam berbuka puasa sebelum salat dengan
memakan korma segar, kalau tidak mendapat korma segar maka dengan korma kering,
dan kalau tidak ada korma kering meminum beberapa teguk air.” [55]

Mengapa Rasulullah Memerintahkan Orang yang Berpuasa untuk Tenang dan Menjauhi
Perkelahian?
Ketika seorang yang sedang berpuasa marah, emosi dan cemas, pengeluaran adrenalin
pada darahnya akan semakin banyak. Pada tingkat kemarahan yang tinggi atau ketika
terjadi perkelahian, jumlah adrenalin yang keluar dapat mencapai 20 sampai 30 kali lipat
jumlah dalam kondisi normal. Jika itu terjadi pada awal siang hari puasa, ketika
pencernaan dan penyerapan berlangsung, pencernaan dan penyerapan makanan akan
terganggu bersamaan dengan terganggunya tubuh secara umum. Hal itu disebabkan
karena adrenalin bekerja mengendurkan otot-otot halus di dalam sistem pencernaan,
mengurangi kontraksi empedu, menyempitkan pembuluh darah ujung, memperluas
pembuluh mahkota (coronary), meninggikan tekanan pembuluh darah, menambah
jumlah darah yang masuk ke jantung dan menambah jumlah debar jantung. [56]

Jika kemarahan atau pertengkaran itu terjadi di tengah atau di sore hari (selama masa
pasca-penyerapan), akan terjadi penguraian cadangan glikogen yang tersisa di hati,
protein tubuh terurai menjadi asam amina dan oksidasi asam lemak. Semua itu akan
menyebabkan naiknya jumlah glukose dalam darah kemudian terbakar untuk mensuplai
energi yang dibutuhkan oleh tubuh ketika bertengkar atau berkelahi. Dengan demikian,
energi akan dikonsumsi tanpa adanya arahan.

Selain itu, sebagian glukose bisa jadi akan hilang bersamaan dengan keluarnya air
kencing jika melebihi jumlah yang normal. Pada gilirannya, tubuh akan kehilangan
sejumlah energi yang sangat penting dan terpaksa mengkonsumsi energi dari asam
lemak, hingga menyebabkan teroksidasinya lebih banyak lagi darinya. Hal itu dapat
menyebabkan lahirnya jasad keton yang dapat membahayakan darah.

Di sisi lain, bertambahnya adrenalin pada darah dapat menyebabkan keluarnya sejumlah
besar air dari dalam tubuh melalui kencing. Tingkat metabolisme dasar (basal metabolic
rate) juga mengalami kenaikan selama terjadi kemarahan atau ketegangan, akibat
tingginya adrenalin dan terjadinya penegangan otot.[57]

Naiknya jumlah adrenalin juga dapat menyebabkan serangan jantung atau kematian
mendadak bagi sebagian orang akibat naiknya tekanan darah dan naiknya kebutuhan
otot jantung terhadap oksigen karena kecepatan debarnya bertambah. Marah juga dapat
menyebabkan serangan otak pada orang yang menderita tekanan darah tinggi dan
penyempitan pembuluh nadi.

Selain itu, bertambahnya adrenalin akibat adanya tekanan jiwa ketika terjadi kemarahan
atau kecemasan dapat menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein
berkepadatan rendah, yang dapat bertambah selama berpuasa, dan terbukti mempunyai
kaitan dengan penyakit penyempitan urat nadi.

Karena alasan-alasan itulah Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam berpesan kepada


orang yang berpuasa untuk selalu bersikap tenang, tidak mudah terpancing emosi dan
bertengkar atau berkelahi. Dalam sebuah hadisnya dari Abu Hurairah —semoga Allah
meridainya— beliau bersabda, “Jika seseorang di antara kalian sedang berpuasa
janganlah ia berkata keji dan berkata keras. Kalau ia dihina oleh seseorang, hendaknya ia
mengatakan, ‘Aku sedang berpuasa’.” [58]

Manfaat Tidak Meminum Air Selama Puasa


Sekitar 60 sampai 70 persen dari berat tubuh orang dewasa terdiri dari air, dan terbagi
dalam dua bagian utama: sebagian berada di dalam sel, dan sebagian yang lain berada di
luar sel di antara sel-sel (dalam jaringan, pembuluh darah dan lain-lain). Antara dua
bagian itu terdapat keseimbangan yang sangat akurat. Perubahan pada konsentrasi garam
–khususnya yodium yang wujudnya terkonsentrasi pada zat cair di luar sel–
membangkitkan atau menghambat dua buah proses biologis di dalam tubuh yaitu
mekanisme pengeluaran hormon penahan air kencing (antidiuretic [ADH]) dan
mekanisme rasa dahaga. Masing-masing dari kedua proses itu berpengaruh dalam
mempersiapkan tubuh menjaga kandungan air di dalamnya pada saat-saat dahaga.

Dr. Moustafa dan kawan-kawan di Sudan pernah mengadakan penelitian tahun 1978
tentang keseimbangan air dan garam dalam tubuh seorang yang melakukan puasa. Hasil
penelitian itu menyebutkan bahwa total pengeluaran sodium berkurang, terutama pada
siang hari [59].

Meminum air saat menahan diri dari makan (ketika puasa) dapat mengurangi tingkat
osmose dalam cairan yang berada di luar sel. Hal ini pada gilirannya dapat menghambat
keluarnya hormon penahan air kencing, sehingga air yang keluar dari tubuh ketika
kencing bertambah banyak. Bersamaan dengan air yang keluar itu, keluar juga sodium
dan beberapa zat garam lainnya. Kondisi seperti ini, betul-betul mengancam kehidupan
manusia, jika saja garam-garam itu tidak cepat-cepat diganti. Karena sodium adalah
unsur vital untuk menguatkan energi listrik melalui dinding sel saraf dan non-saraf,
sebagaimana juga mempunyai peran penting dalam pembangkitan dan kontraksi otot.
Jika mengalami kekurangan, maka manusia akan menderita kelemahan total di sekujur
tubuhnya.

Antara rasa dahaga dan terurainya glikogen terdapat keterkaitan. Rasa dahaga
menyebabkan keluarnya hormon angiotensin 2 dan hormon penahan pembuluh darah
vasopressin yang dosisnya sesuai dengan tingkat dahaga. Kedua hormon tersebut
menyebabkan terurainya glekogen pada salah satu tahapan penguraiannya di dalam hati.
[60] Semakin kuat dahaga semakin banyak kadar yang dikeluarkan dari kedua hormon
itu, yang berarti semakin menambah energi pada tubuh, khususnya di waktu senja.

Selain itu, bertambahnya hormon penahan air kencing (antidiuretic hormon [ADH])
yang terjadi selama puasa secara terus-menerus, dapat berperan dalam meningkatkan
kekuatan belajar dan daya ingatan. Hal itu telah terbukti melalui hewan percobaan. [61]
Oleh karena itu, sebenarnya kemampuan akal orang yang berpuasa bisa jadi membaik,
tidak seperti yang sering disangka orang. Tidak adanya suplai air ke dalam tubuh selama
berpuasa, juga menambah mekanisme konsentrasi air kencing dalam ginjal, dan
menaikkan kekuatan osmose air kencing, yang bisa mencapai 1.000 hingga 12.000
mililiter/kg air. [62] Demikianlah, mekanisme-mekanisme penting itu menstimulasi
keselamatan fungsi ginjal.

Selanjutnya, tidak meminum air selama siang hari bulan puasa juga mengurangi
kuantitasnya di dalam pembuluh darah. Dan pada saatnya, akan mengaktifkan
mekanisme lokal pada pengaturan pembuluh dan menambah produksi prostaglandin,
yang dengan dosis kecil, mempunyai pengaruh yang bermacam-macam. Di antaranya
berperan dalam menyemangatkan sel-sel darah merah dan mengontrol pengaturan
kekuatan sel-sel itu dalam menembus dinding-dinding pipa darah.

Beberapa jenis darinya, ada yang mempunyai peran dalam mengurangi kadar asam
perut. Dengan begitu telah menghalangi munculnya bisul perut, sebagaimana terbukti
dalam hewan percobaan. Zat ini juga berperan dalam menyembuhkan kemandulan,
karena menyebabkan kepada terurainya zat kuning, yang kemungkinan besar
berpengaruh dalam mengatur daur kehamilan seorang wanita. Peran lain adalah
membangkitkan hormon renin, dan beberapa hormon lain seperti hormon yang terbentuk
di dalam kulit adrenal (ACTH ataucorticotropin menambah intensitas tanggapan
kelenjar bawah otak (pituitary gland) terhadap hormon-hormon yang diproduksi di
daerah bawah bantal (hypothalamus) di otak, merangsang hormon glukagon (glucagon),
hormon adrenalin dan noradrenalin, serta hormon-homon yang berperngaruh dalam
meluncurkan asam lemak bebas. Selanjutnya, keberadaan prostaglandin di otak
membuatnya berperan besar dalam memproduksi alat transportasi sinyal-sinyal saraf,
mengontrol produksi adenosin berfosfat satu berdaur (Cyclic adenosine monophosphate
[CAMP]), dan penguraian lemak yang tertimbun. [63] Demikianlah, rasa dahaga selama
berpuasa mempunyai banyak manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung
karena bertambahnya zat prostaglandin yang bisa memperbaiki kekuatan sel darah,
menjaga tubuh dari serangan bisul perut, ikut mengambil bagian dalam menyembuhkan
kemandulan, memudahkan proses kelahiran, menguatkan ingatan, memperbaiki
mekanisme kerja ginjal dan lain sebagainya.

Allah Subhanahu wa Taala menciptakan kemampuan pada diri manusia untuk


memproduksi air melalui proses dan perubahan kimia yang terjadi di semua sel tubuh.
Sel-sel air itu terbentuk ketika terjadi proses metabolisme, proses pembentukan energi di
dalam hati, ginjal, otak, darah dan sel-sel yang lain. Para ilmuwan menyebut air yang
diproduksi itu —yang disebut air intrinsik (intrinsic water)— dalam sehari mencapai
sepertiga sampai setengah liter.

Selain menciptakan air intrinsik, Allah Subhanahu wa Taala juga menciptakan makanan
intrinsik. Dari sampah oksidasi glukose dapat dibuat glukose baru. Lebih jelasnya, zat
asam laktik (lactic) dan provit yang merupakan produk dari oksidasi gklukose terurai
dan berubah menjadi glukose baru. Setiap harinya dari dua zat asam itu dihasilkan
sekitar 36 g glukose baru.[64]

Dari situ dapat kita pahami mengapa Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam melarang
umatnya untuk memaksa orang yang sakit untuk mengkonsumsi minuman atau
makanan. Banyak orang percaya, bahkan hingga kini, bahwa tubuh manusia itu tak
ubahnya seperti mesin yang tidak dapat bekerja tanpa suplai bahan bakar (makanan)
secara terus menerus, dan bahwa bahan makanan bagi tubuh hanya disuplai dari luar
tubuh, padahal, beliau telah menginformasikan kepada kita bahwa Allah Subhanahu wa
Taala memberi makan dan memberi minum kepada mereka. Sabda beliau, “Jangan
memaksa orang yang sakit untuk mengkonsumi makanan atau minuman, sebab Allah
Subhanahu wa Taala telah memberikannya.” [65]

--------------------------------------------------------------------------------

[1]Q.s. Al-Baqarah : 183


[2] Hadis riwayat Muslim
[3] Riyad Albiby and Ahmed Elkadi, A Preliminary Report on Effects of Islamic Fasting
on Lopoproteins Immunity, The Journal of JMA, Vol. 17, 188, p. 84.
[4] Al-Shiyâm Mu‘jizah ‘Ilmiyah (Puasa Sebuah Mukjizat Ilmiah), Dr. ‘Abd al-Jawwâd
al-Shâwi, hal. 123-144, 1413 H/1992M, Cet. I, Dar al-Qiblah.
[5] Dr. Fahim Abd al-Rahim dan kawan-kawan, Op. cit
[6] K. Inesh Beitins, Badger et. Al (1981), Reproductive Function during Fasting – Men:
J. of Clin Endocrine and Metabol, 53 : 258 – 266.
[7] Q.s. Al-Baqarah : 184
[8] Riyad Albiby and Ahmed Elkadi, op. cit.
[9] Jalal Saour, Does Ramadan Fasting Complicate Anticoagulant Therapy? Fasting: Its
Effects on Health and Diseases Basic Principles and Clinical Practice (Abstracts),
College of Medicine King Saud University, Riyadh, December 1990
[10] Riyad Albiby and Ahmed Elkadi, Op. cit.
[11] Sulaimani RA, Famuyiwa FO, Laagan MA, Diabetes Mellitus and Ramadan
Fasting (1988): The Need for Critical Appraisal, Diabetes Medicine, 8 : 549 - 552
[12] A.N.N. Mariuden, I. Trang, N. Venizoles , Pambland, Neutrophil Functions and
Clinical Performance After Total Fasting in Patients with Rheumatis, Annals of
Rheumatic Deseases, 1983, 42 : 45 - 51
[13] S.M. Bakir, Can Fasting in Ramadan Help Some Peripheral Vascular Diseases?,
JIMA, 1991, Vol. 23 : 163 -164
[14] Muzam MG., Ali M.N., and Husai A., Observations on the Effects of Ramadan
Fasting on Gastric Acidity, the Medicus, 1963, 25 : 228
[15] Dr. Fahim Abd al-Rahim dan kawan-kawan, Pengaruh Puasa menurut Ajaran Islam
terhadap Penderita Penyakit Ginjal dan Alat Reproduksi”, dipublikasikan dalam jurnal
al-Thibb al-Islami edisi keempat yang merupakan kumpulan makalah Muktamar
Internasional Keempat tentang Pengobatan Islam, Organisasi Kedokteran Islam, Kuwait,
1407 H/1986 M, hal. 707-714.
[16] Prentice A.M. Prentice, A. Lamb, Lum PG, Austins, Hum Nutr Clin Nutr, 1983, 37
(4) 283 – 294.
[17] Riyad Albiby and Ahmed Elkadi, Op. cit.
[18] Ibid
[19] M.Y.Sukkar, H.A. El-Munshid and M.S.M. Ardawi, Consise Human Physiology,
Blackwell Scientific Publications, Oxford, 1993, Pg. 175 – 181 dan Hasan Nasrat and
Mansour Suliman, Effect of Ramadan Fasting on Plasma Progeserone and Prolactin,
Islamic International Conference on Islamic Legation and the Current Medical
Problems, 2-3 Feb. 1987, Cairo – Egypt.
[20] Riyad Albiby and Ahmed Elkadi, op. cit.
[21] Ibid
[22] Riyad Albiby and Ahmed Elkadi, op. cit.
[23] Hadis riwayat Muslim
[24] Riyad Albiby and Ahmed Elkadi, op. cit.
[25] Q.s. Al-Baqarah : 185
[26] Ar-Razi, At-Tafsir al-Kabir, Dar al-Baz, cet. III, 2 : 82
[27] Prentice A.M. Prentice, A. Lamb, Lum PG, op. cit. dan J. Hywell Thomas and
Brian Gallaham, Will’s Biochemical Basis of Medicine, 2nd Edition (1989), London,
Pg. 97, 144, 272-279.
[28] Riyad Albiby and Ahmed Elkadi, op. cit.
[29] Hadis disepakati oleh Bukhari dan Muslim
[30] Hadis disepakati oleh Bukhari dan Muslim
[31] Hadis disepakati oleh Bukhari dan Muslim
[32] William F.

Kisah seorang polisi wanita Amerika memeluk Islam

Oleh Linda Delgado


LINDA DELGADO, seorang anggota polis berpangkat Sarjan di Arizona, Amerika
Syarikat. Beliau menerima hidayah Allah dan memeluk agama Islam ketika dunia
digegarkan dengan isu terrorisma. Ikuti kisah beliau bagaimana belia memeluk agama
Islam dan suka duka pengalaman beliau.

LIMA tahun yang lalu, usia saya 52 tahun dan merupakan seorang Kristian. Saya
bukannya ahli pada mana-mana gereja, tapi sepanjang hidup, saya sentiasa mencari
kebenaran. Saya menghadiri banyak gereja dan belajar daripada guru-guru mereka.
Semuanya tidak lengkap dan saya menyadari tiada apa yang benar melainkan Allah.
Sejak usia saya 9 tahun saya membaca Injil setiap hari. Tidak dapat dikatakan, sejak
sekian tahun lamanya, kerap kali saya mencari kebenaran yang hakiki.

Bertahun-tahun lamanya sepanjang pencarian saya untuk kebenaran, saya mempelajari


beberapa ajaran agama. Lebih setahun lamanya saya belajar dua kali seminggu bersama
seorang paderi Katolik, tapi tidak boleh menerima kepercayaan Katolik.

Kemudian selama setahun saya mempelajari Kesaksian Jehovah dan juga tidak dapat
menerima kepercayaan mereka.

Saya menghabiskan masa hampir dua tahun bersama Mormon dan masih tidak
menjumpai kebenaran.

Saya pergi ke beberapa gereja Protestan, sesetengahnya selama beberapa bulan, cuba
mencari jawapan pada persoalan saya.

Hati saya mengatakan Jesus bukannya Tuhan tapi adalah merupakan Nabi. Hati saya
mengatakan Adam dan Hawa bertanggungjawab atas dosa mereka, bukan saya. Hati
saya mengatakan saya mesti menyembah Tuhan dan tiada yang lain.

Perasaan saya mengatakan saya bertanggungjawab atas usaha baik dan jahat saya dan
Tuhan sesekali tidak akan menjelma menjadi manusia untuk memberitahu bukan saya
yang dipertanggungjawabkan. Dia tidak perlu hidup dan mati sebagai manusia, kerana
Dia ialah Tuhan.

Begitulah kedudukan saya, penuh persoalan dan memohon doa kepada Tuhan untuk
pertolongan. Saya begitu takut menghadapi maut tanpa mengetahui kebenaran. Saya
berdoa dan terus berdoa.
Saya menerima jawapan daripada paderi-paderi dan mubaligh-mubaligh mengatakan,
"Ini ialah satu misteri".

Saya merasakan Tuhan mahukan manusia masuk ke syurga jadi Dia tidak akan
menjadikan ianya satu misteri untuk pergi ke sana, bagaimana untuk menguruskan
kehidupan ini, dan bagaimana untuk mengenali Dia. Saya tahu hati saya menyatakan
iaitu apa yang saya dengar selama ini tidak benar. Saya tinggal di Arizona, Amerika
Syarikat dan pada usia 52 tahun belum pernah bercakap dengan orang Islam. Saya
seperti kebanyakan orang Barat, telah membaca banyak melalui media mengenai Islam
sebagai agama fanatik dan teroris, jadi saya tidak pernah mengkaji apa-apa buku atau
maklumat mengenai Islam. Saya tidak tahu apa-apa mengenai agama tersebut.

PENEMUAN SAYA
Empat tahun yang lalu, saya bersara setelah berkhidmat selama 24 tahun sebagai
pegawai polis. Suami saya juga pesara polis. Setahun sebelum kami bersara, saya
merupakan seorang sarjan polis dan penyelia. Anggota polis seluruh dunia mempunyai
ikatan yang sama, kita panggil sebagai Persaudaraan Penguatkuasa Undang-Undang.
Kita sentiasa membantu antara satu sama lain tidak kira polis dari jabatan mana atau
negara mana sekalipun.

Tahun tersebut saya menerima satu risalah yang memerlukan bantuan daripada
sekumpulan anggota polis dari Arab Saudi yang datang ke Amerika Syarikat untuk
belajar bahasa Inggeris di universiti berdekatan dan mengadakan latihan di akademi
polis di bandar tempat tinggal saya.

Anggota polis dari Arab ini sedang mencari rumah untuk mereka tinggal bersama
keluarga angkat bertujuan untuk mereka mempelajari budaya Amerika dan
mempraktikkan bahasa Inggeris yang mereka pelajari.

Anak lelaki saya membesarkan cucu perempuan saya sebagai bapa tunggal. Saya
membantunya mencari rumah berhampiran rumah kami agar kami dapat menjaga cucu.
Saya berbincang dengan suami saya dan kami bersetuju ada baiknya kita membantu
anggota polis tadi. Ianya juga merupakan satu peluang untuk cucu saya mempelajari
mengenai orang daripada negara lain. Saya diberitahu anak-anak muda tadi beragama
Islam dan saya begitu tertanya-tanya.

Seorang jurubahasa dari Arizona State University membawa seorang pemuda Arab
bernama Abdul untuk bertemu dengan kami. Kami menunjukkan kepada pemuda tadi
bilik tidur dan bilik mandi yang dia akan guna apabila tinggal bersama kami. Saya terus
sukakan Abdul. Perwatakannya yang baik dan menghormati orang memikat hati kami!

Kemudian Fahd dibawa ke rumah kami. Dia lebih muda dan pemalu, tapi seorang anak
muda yang ceria. Saya menjadi tutor mereka dan kami berkongsi banyak pengalaman
kerja kepolisian, mengenai Amerika Syarikat dan Arab Saudi, Islam dan lain-lain.

Saya memerhatikan bagaimana mereka saling bantu membantu antara satu sama lain dan
juga 16 anggota polis Arab Saudi yang lain yang datang mempelajari bahasa Inggeris.

Sepanjang tahun mereka di sini, saya menghormati Fahd dan Abdul yang tidak
membiarkan budaya Amerika mempengaruhi mereka. Mereka ke masjid setiap hari
Jumaat, menunaikan solat pada setiap waktu walaupun mereka keletihan, dan sentiasa
berhati-hati apa yang mereka makan dan seterusnya. Mereka menunjukkan kepada saya
masakan tradisional mereka dan mereka membawa saya ke pasar dan restoran Arab.
Mereka begitu baik dengan cucu saya. Mereka sentiasa memberi cucu saya hadiah,
berjenaka dan bersahabat.

Mereka melayan saya dan suami saya dengan penuh hormat. Setiap hari mereka akan
bertanya sekiranya mereka perlu membantu saya membeli barangan di pasar sebelum
mereka pergi belajar bersama anggota polis Arab yang lain.

Saya mengajar mereka bagaimana menggunakan komputer, dan saya melanggani akhbar
Arab online dan mula membuat carian di internet untuk mempelajari lebih mendalam
mengenai mereka, budaya mereka dan agama mereka. Saya tidak mahu melakukan
perkara yang boleh menyinggung perasaan mereka.

Satu hari, saya menanyakan mereka jika mereka ada Quran lebih. Saya hendak membaca
apa yang diperkatakan didalamnya. Mereka membuat permohonan daripada kedutaan
mereka di Washington DC dan mendapatkan saya Quran terjemahan bahasa Inggeris,
kaset-kaset dan risalah-risalah. Atas kehendak saya, kami mula berbincang mengenai
Islam (mereka terpaksa bercakap bahasa Inggeris dan ini menjadi fokus sessi
pembelajaran).

Saya mula menyayangi anak muda ini, dan mereka memberitahu saya bahawa sayalah
orang bukan Islam yang pertama mereka mengajarkan Islam!

Setelah setahun, mereka menamatkan pengajian mereka serta latihan di akademi polis.
Saya telah dapat membantu mereka dalam pengajian kepolisian, kerana saya pernah
menjadi jurulatih polis.

Saya mengajak ramai kawan-kawan polis mereka ke rumah saya untuk menyiapkan
projek universiti dan mempraktikkan bahasa Inggeris. Seorang daripada mereka
membawa isteri ke Amerika, dan saya diajak ke rumah mereka. Mereka begitu baik dan
saya berbicara dengan isterinya mengenai pakaian Islam, wudhu dan perkara lain.

Seminggu sebelum "anak-anak angkat" saya pulang ke Arab Saudi, saya merancang
untuk mengadakan jamuan makan malam dengan hidangan tradisional mereka (saya
membeli separuh daripadanya kerana tidak tahu memasaknya). Saya membeli hijab dan
baya (gaun panjang). Saya hendak mereka pulang mengingati saya memakai pakaian
wanita Islam yang sempurna.

MENGUCAP DUA KALIMAH SYAHADAH


Sebelum kami mula hendak makan, saya mengucapkan dua kalimah syahadah. Anak-
anak muda tadi menangis dan ketawa dan ia sungguh istimewa sekali. Saya percaya
dalam hati saya, Allah telah menghantar anak-anak muda ini sebagai membalas jawapan
saya dalam doa-doa saya selama ini. Saya percaya Allah telah memilih saya untuk
melihat kebenaran pada cahaya Islam. Saya percaya Allah telah menghantar Islam ke
pintu rumah saya. Saya memujiNya atas sifat keampunan, penyayang dan pengasihNya
kepada saya.

PENGEMBARAAN SAYA DALAM ISLAM


Anak-anak angkat Arab saya pulang ke kampung halaman mereka seminggu selepas
saya memeluk agama Islam. Saya amat rindukan mereka, tapi masih terasa gembira.
Saya telah menghadiri masjid berdekatan tempat tinggal saya sebaik sahaja saya
memeluk agama Islam dan mendaftarkan diri saya sebagai seorang Islam. Saya
menjangkakan sambutan yang baik daripada masyarakat Islam tempatan. Saya
menyangkakan semua orang Islam adalah seperti anak-anak angkat saya yang telah
bersama saya setahun yang lalu. Keluarga saya masih dalam keadaan terperanjat!
Mereka menyangkakan saya akan berpegang pada agama baru ini hanya untuk
sementara waktu, menjadi tidak ketentuan, dan beralih ke agama lain, seperti mana yang
saya lakukan sebelum ini. Mereka begitu hairan dengan perubahan pada kehidupan
harian saya. Suami saya seorang yang serba boleh, jadi dia membeli makanan halal
apabila saya katakan kita akan makan makanan halal dan menjauhkan makanan haram,
dia setuju.

Perubahan seterusnya ialah mengalihkan semua gambar manusia dan gambar haiwan
daripada semua bilik di rumah kami. Satu hari apabila suami saya pulang kerja dia
mendapati gambar-gambar yang digantung di dinding sebelum ini, telah disusun dalam
album. Dia hanya melihat tanpa sebarang komen.

Seterusnya saya menulis surat pada keluarga saya yang bukan Islam dan memberitahu
mereka keadaan saya dan menjelaskan bagaimana ianya tidak akan mengubah hubungan
kekeluargaan. Saya menerangkan sedikit asas Islam. Keluarga saya tetap dengan
pendirian mereka, dan saya meneruskan usaha belajar sembahyang dan membaca Quran.
Saya menjadi aktif dalam kumpulan wanita Islam melalui internet dan ini memudahkan
pembelajaran saya.

Saya juga menghadiri kelas asas Islam di masjid apabila saya tidak bekerja. Saya masih
seorang sarjan polis ketika itu dan ianya adalah sukar - sebenarya mustahil untuk
bertudung. Ini begitu menggusarkan saya dan amat saya bimbang. Hanya lapan bulan
lagi dan saya boleh bersara, jadi saya membuat permohonan, lalu dibenarkan untuk
bekerja tiga hari seminggu untuk saya membuat perancangan dan projek penyelidikan.

Enam bulan berlalu, muslimah di masjid tidak begitu mengendahkan saya. Saya merasa
kecewa. Saya terasa seperti orang luar. Saya jadi keliru. Saya cuba bergiat aktif dalam
komuniti bersama segelintir muslimah yang baik dengan saya. Saya tercari-cari mereka
yang baik hati, setia kawan dan sikap yang baik yang ditelah ditunjukkan oleh anak-anak
muda polis Arab pada setiap hari.
Saya melakukan banyak kesilapan di masjid, seperti bercakap di tempat sembahyang.
Saya pergi ke majlis komuniti dan makan dengan menggunakan tangan kiri; saya
menggunakan 'nail polish' dan telah dimarahi. Saya mengambil wudhu dengan cara yang
salah dan dipandang serong. Saya menjadi lemah semangat.

Pada satu hari saya menerima bungkusan daripada kawan muslimah saya yang saya
kenal melalui internet. Dalam bungkunsan tersebut terdapat beberapa abayas, hijabs,
stokin sutera dan sekeping nota yang mengalu-alukan kemasukan saya ke dalam agama
Islam. Wanita ini daripada Kuwait.

Seterusnya seorang muslimah yang baik hati mengirimkan telekung dan sejadah yang
dia buat sendiri. Wanita baik ini tinggal di Arab Saudi.

Saya menerima e-mel yang saya sentiasa ingat apabila saya terasa seperti orang asing.
Nota dalam e-mel tersebut berbunyi: " Saya merasa gembira anda memeluk agama
Islam, sebelum saya menemui ramai orang Islam". Ini bukanlah penghinaan. Ianya
adalah peringatan iaitu Islam itu sempurna dan kita sebenarnya orang Islam yang tidak
sempurna. Sepertimana diri saya sendiri yang mempunyai kelemahan, begitulah juga
saudara-saudara Islam saya yang lain.

Saya juga mula memahami apa yang saya percaya sebagai anugerah Allah pada umat
Islam: iaitu persaudaraan dalam Islam.

Empat tahun berlalu, kehidupan saya berubah dengan begitu ketara. Keluarga saya telah
menerima dengan rasa baik dan toleran yang saya adalah seorang Islam dan akan
sentiasa berada dalam keIslaman. Segala puji bagi Allah yang telah menguji saya yang
memeluk Islam dan berhadapan dengan keluarga yang berusaha untuk mengeluarkan
saya daripada Islam.

Beransur-ansur, saya mendapat kawan setempat dan melalui ruangan siber, ramai
kawan-kawan muslimah saya telah menjadi keluarga Islam saya yang membantu,
mengasihi dan menjalinkan persahabatan. Penghujung tahun pertama saya memeluk
Islam, saya telah jatuh sakit dengan penyakit yang membahayakan. Saya berpegang
teguh pada tali Islam dan bersyukur dengan pemberian teh biji hitam dan air zam-zam
serta doa daripada sahabat saya serata dunia.

Setelah keadaan kesihatan saya bertambah teruk saya menjadi lemah. Saya terpaksa
memberhentikan kerja komuniti dan terpisah daripada komuniti Islam setempat. Saya
berusaha keras dalam solat saya, menghadapi kesukaran untuk menyebut perkataan
Arab, tapi tidak pernah putus asa.

Guru yang mengajar Islam membuat beberapa kaset, dan sahabat saya membawanya ke
rumah saya. Setelah dua tahun, saya telah belajar empat surah daripada Quran. Ini
mungkin nampak sedikit pada kebanyakan orang Islam, tapi untuk saya ianya adalah
satu pencapaian yang besar. Saya belajar memahami ayat-ayat yang diucapkan didalam
solat, perjuangan selama dua tahun.

Tahun ketiga keIslaman saya, saya terkena serangan sakit jantung dan terpaksa melalui
pembedahan jantung. Ianya waktu yang begitu sedih untuk saya, kerana saya tahu saya
tidak akan dapat menyentuh dahi saya ke lantai ketika solat, tapi akan selamanya
terpaksa duduk atas kerusi untuk menunaikan solat. Pada masa inilah saya memahami
kemudahan yang Allah berikan dalam ibadah. Bersembahyang secara duduk diatas
kerusi adalah dibolehkan; tidak berpuasa apabila keuzuran adalah dibolehkan. Saya
tidak merasakan keIslaman saya kurang apabila saya melakukannya dalam keadaan yang
demikian.

Setelah menziarahi beberapa buah masjid, ianya adalah seperti Mini Bangsa Bangsa
Bersatu, saya dapat melihat beberapa kumpulan kecil di masjid yang terhasil mengikut
bahasa dan budaya bukannya disebabkan oleh suka atau tidak suka pada seseorang. Saya
merasa senang walaupun terdapat banyak perbedaan, saya sentiasa boleh mendapatkan
ucapan "Assalamualaikum" dan senyuman.

Kemudian, saya mula berkenalan dengan mereka yang memeluk Islam seperti saya.
Terdapat banyak persamaan antara kita - kami menghadapi ujian yang sama, seperti ahli
keluarga yang bukan Islam, kesukaran menyebut perkataan Arab, terasa kesunyian pada
hari perayaan Islam, dan tidak mempunyai ahli keluarga untuk berbuka pada bulan
Ramadhan.

Adakalanya keIslaman kami akan mengakibatkan sahabat lama kita yang tidak boleh
menerima perubahan pada diri kita, atau disebabkan oleh aktiviti yang kita tidak dapat
bersama dengan mereka yang bukan Islam seperti menari serta pergaulan bebas lelaki
dan perempuan.

Apabila saya tidak berupaya melakukan khidmat komuniti, saya berusaha dengan cara
lain untuk kebaikan komuniti Islam. Saya berterusan memohon pertolongan Allah dalam
hal ini.

Pada satu hari, cucu saya mencadangkan agar saya menulis buku mengenai anak-anak
angkat saya daripada Arab Saudi, Islam dan pengalaman keluarga saya dengan Islam.
Saya membuat keputusan untuk menulis buku dan termasuk juga cerita mengenai
sekumpulan gadis, Islam dan bukan Islam. Cerita tersebut termasuklah masalah yang
dihadapai oleh anak gadis di sekolah dan di rumah dan saya akan menggunakan
pengetahuan saya dalam Islam sebagai panduan untuk karektor dalam buku tersebut.
Saya mula menulis beberapa siri buku yang dipanggil "Islamic Rose Books". Saya
membentuk kumpulan penulis wanita Muslim dan penulis aspirasi dan seterusnya
terhasillah persatuan Islamic Writers Alliance (Persekutuan Penulis Islam). Persekutuan
ini ialah organisasi antarabangsa yang memberi sokongan untuk penulis wanita Islam
dan penulis aspirasi. Matlamat utama kami ialah untuk mempromosi hasil kerja kami
kepada para pembaca dan penerbit.

Saya juga membuat keputusan untuk membantu dua Tabung Makanan Islam dengan
cara membantu mereka membuat pangkalan data yang digunakan untuk tujuan inventori,
pelanggan, dan untuk menghasilkan lapuran yang diperlukan untuk tujuan penajaan serta
pembiayaan.

Saya juga membuat keputusan iaitu saya akan membelanjakan sebahagian besar
keuntungan hasil jualan buku tersebut untuk membeli buku dan ditempatkan di
perpustakaan kanak-kanak. Saya dapati banyak perpustakaan yang mempunyai banyak
ruangan kosong ditempat buku kanak-kanak Islam.

Banyak lagi yang saya perlu pelajari mengenai Islam. Saya tidak pernah jemu membaca
Quran dan saya gemar membaca kisah-kisah mengenai tokoh-tokoh Islam yang unggul.

Apabila saya merasa ragu-ragu dalam sesuatu perkara, saya akan merujuk pada sunnah
Rasul saw. Saya akan melihat bagaimana Baginda saw akan bertindak dalam sesuatu
situasi dan saya akan menjadikannya sebagai panduan.

Pengembaraan saya dalam Islam akan berterusan, dan saya sentiasa mengharapkan
pengalaman-pengalaman baru. Saya bersyukur pada Allah atas sifat keampunanNya dan
sifat penyayangNya - zs

You might also like