Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Pada dasarnya terdapat dua hal utama yang melatarbelakangi studi
ini. Pertama, UUD 1945 memiliki banyak kelemahan yang menyebabkan
banyak permasalahan pada kondisi kehidupan bernegara. Kedua,
sebagaimana banyak dinyatakan oleh pakar hukum tata negara selama ini,
para perumus UUD 1945 sendiri sudah menyadari bahwa UUD tersebut
UUD sementara yang harus segera diselesaikan karena dorongan situasi
strategis untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
B. Permasalahan
2
banyaknya jumlah rakyat yang miskin. Tujuan dari amandemen adalah
untuk memperbaiki kondisi bangsa yang memburuk. Namun apakah itu
sudah tercapai.
C. Tujuan
D. Pembatasan Masalah
Pada kali ini ada beberapa hal yang mungkin tidak disajikan dalam
makalah ini. Disebabkan beberapa hal yang dapat menyebabkan cakupan
dari permasalahan terlalu banyak sehingga pembahasan masalah tidak
fokus dan terlalu lebar. Oleh karena itu, hanya disajikan beberapa pendapat
serta tanggapan mengenai pasal-pasal yang diamandemen. Namun hal lain
mengenai adanya praktik UUD 1945 dalam kehidupan bernegara akan
dibatasi pada hal-hal tertentu saja. Seperti yang berhubungan dengan
kehidupan politik kenegaraan.
3
BAB 2
4
mengenai tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, kebebasan pers,
pembagian kekauasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum belum
dibahas lebih mendetail dalam UUD 1945. Hal-hal internal inilah yang
menyebabkan perubahan pada konstitusi negara.
5
Namun setelah berlangsungnya pemerintahan dengan UUD 1945 yang
telah diamandemen terjadi perdebatan mengapa belum ada hasil yang tampak
dari adanya amandemen. Diperkirakan terdapat penyimpangan pada Pancasila
itu sendiri. Faktor penyimpangan tersebut berasal dari lingkungan internal dan
eksternal, antara lain :
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
6
BAB 3
PEMBAHASAN MASALAH
7
(2) Periode 1959-1966 terjadi insiden di mana pada Sidang Konstituante
1959 tidak dihasilkan UUD baru sehingga tanggal 5 Juli 1959
dikeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya memberlakukan
kembali UUD 1945 sebagai konstitusi menggantikan UUDS 1950.
Pada saat tersebut terjadi beberapa penyimpangan terhadap UUD
1945 antara lain presiden mengangkat ketua dan wakil ketua
MPR/DPR dan MA serta wakil ketua DPA menjadi menteri Negara,
MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup,
pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30
September Partai Komunis Indonesia.
8
yang sangat diperlukan untuk mengubah pandangan rakyat yang
menganggap UUD 1945 tidak dapat dirubah kecuali dengan referendum.
Dengan beberapa suara dari beberapa partai politik yang menyatakan
bahwa amandemen perlu dilakukan. Maka perubahan konstitusi tersebut
terjadi dalam empat tahapan. Sejarah konstitusi mengatakan bahwa UUD
1945 bersifat sementara yang akan disempurnakan bila keadaan sudah
aman dan mendukung. Di bawah ini terdapat beberapa argumentasi yang
mendasari amandemen UUD 1945, antara lain :
9
pemberdayaan masyarakat, penghormatan hak asasi manusia dan
otonomi daerah. Hal ini membuka peluang bagi berkembangnya
praktek penyelenggaraan Negara yang tidak sesuai dengan
Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut :
10
Presiden, kekuasaan legislatif terhadap DPR, dan kekuasaan yudikatif
terhadap MA.
11
mengajukan rancangan undang-undang untuk mendapat persetujuan dari
DPR. Perubahan ini bertujuan untuk memberikan penguatan kepada DPR,
walau tidak mengubah hakikat bahwa badan legislatif tidaklah hanya
monopoli DPR. Badan ini memang memegang kekuasaan legislasi,
namun tidak menyebabkan DPR menjadi badab legislatif, karena
sebagian kewenangan legislasi tetap berada di tangan presiden. Presiden
tetap memegang kekuasaan legislatif bersama-sama dengan DPR dan
untuk beberapa hal sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat (22) UUD
1945 bersama-sama juga dengan Dewan Perwakilan Daerah.
12
Kekuasaan Kehakiman sebagai cabang kekuasaan yang merdeka,
memang harus terpisah secara ketat dengan cabang-cabang kekuasaan
negara lainnya. Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi secara
administrasi, personil dan keuangan benar-benar independen, apalagi
dalam menangani perkara. Jadi, meskipun dalam hal legislasi ada
pembagian kekuasaan antara Presiden, DPR dan DPD, namun dalam hal
kekuasaan kehakiman, maka kekuasaan ini adalah kekuasaan yang
merdeka dan bebas dari campur-tangan lembaga manapun juga.
13
Sebaliknya terdapat beberapa poin yang seharusnya tidak perlu
dimasukkan tapi dimasukkan. Bukannkah konstitusi harus tetap a
senentiasa hidup (living constitution) sesuai dengan semangat zaman,
realitas dan tantangan masanya? UUD 1945 bukanlah sekadar cita-cita
atau dokumen bernegara, akan tetapi ia harus diwujudnyatakan dalam
berbagai persoalan bangsa akhir-akhir ini. Misalnya, kasus pembunuhan
aktivis Munir, penggusuran warga, jual beyi bayi, aborsi dan seterusnya.
Demikian pula masalah kesenjangan sosial, busung lapar, pengangguran
dan kemiskinan. Di bidang HAM masih banyak terjadi perlakuan
diskriminasi antara si kaya dan si miskin, hukum memihak kekuasaan,
korupsi dan kolusi di pengadilan, dan lain-lain. Realitas kehidupan di atas
hendaknya menjadi bahan refleksi bagi seluruh komponen masyarakat
dan bangsa Indonesia.
14
Terdapat 10 Pasal HAM pada perubahan UUD 1945. Pencantuman
HAM dalam perubahan UUD 1945 dari Pasal 28A s/d Pasal 28J UUD
1945, tidak lepas dari situasi serta tuntutan perubahan yang terjadi pada
masa akhir pemerintahan Orde Baru, yaitu tuntutan untuk mewujudkan
kehidupan demokrasi, penegakkan supremasi hukum, pembatasan
kekuasaan negara serta jaminan dan penghormatan terhadap Hak Asasi
Manusia sebagai antitesa dari berbagai kebijakan pemerintahan Orde
Baru yang mengabaikan aspek-aspek tersebut.
Memang, sebelum perubahan UUD 1945, pada tahun 1988-1990 yaitu
pada masa pemerintahan Presiden BJ Habibie, telah dikeluarkan
Ketetapan MPR RI No. XVII/1998 mengenai Hak Asasi Manusia yang
didalamnya tercantum Piagam HAM Bangsa Indonesia dalam Sidang
Istimewa MPR RI 1998, dan dilanjutkan dengan UU No. 39 Tahun 1999.
Kedua peraturan perundang-undangan tersebut telah mengakomodir
Universal Declaration of Human Right. Apa yang termuat dalam
perubahan UUD 1945 (Pasal 28A s/d Pasal 28J) adalah merujuk pada
kedua peraturan perundang-undangan tersebut, dengan perumusan
kembali secara sistematis dan lebih teratur.
15
Terdapat dua aspek yang harus diperhatikan dalam pembentukan
perundang-undangan terkait dengan implementai HAM yaitu: berkaitan
dengan proses dan berkaitan dengan substansi yang diatur peraturan
perundang-undangan. Proses pembentukan peraturan perundang-
undangan harus dilakukan dengan transparan dan melibatkan rakyat untuk
memenuhi hak asasi warga negara untuk memperoleh informasi dan hak
warga negara berpatisipasi dalam pemerintahan.
Pelanggaran terhadap salah satu saja dari kedua aspek tersebut dapat
menjadi alasan bagi seseorang, badan hukum atau masyarakat hukum adat
untuk menyampaikan permohonan pengujian terhadap undang-undang
tersebut kepada Mahkamah Konstitusi dan jika bertentangan dengan
UUD dapat saja undang-undang tersebut sebahagian atau seluruh
dinyatakan tidak berkekuatan mengikat. Jadi mekanisme kontrol terhadap
kekuasaan negara pembentuk undang-undang dilakukan oleh rakyat
melalui Mahkamah Konstitusi. Dengan proses yang demikian menjadikan
UUD kita menjadi UUD yang hidup, dinamis dan memiliki nilai praktikal
yang mengawal perjalanan bangsa yang demokratis dan menghormati
HAM. Namun, penegakan HAM tidak akan terwujud hanya dengan
mencantumkannya dalam konstitusi. Semua pihak berkewajiban
mengimplementasikannya dalam seluruh aspek kehidupan. Kita
16
menyadari penegakan HAM tidak seperti membalik telapak tangan. Ia
harus diawali dari level paling mikro, yaitu diri sendiri.
BAB 4
17
Pertama-tama akan diberikan makna dari nilai-nilai Pancasila. Di mana
akan dijelaskan makna tiap-tiap silanya. Berikut ini merupakn maknanya :
a.Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
18
g. Berani membela kebenaran dan keadilan.
3. Persatuan Indonesia
19
Makna sila ini adalah :
c. Menolong sesama.
20
2. Amandemen yang parsial dan tambal sulam
4. Partisipasi Semu
21
Sekalipun dalam mempersiapkan materi perubahan yang akan
diputuskan MPR melalui Badan Pekerjanya, melibatkan partisipasi
publik baik kalangan Profesi, ornop, Perguruan Tinggi, termasuk
para pakar/ahli. Namun partisipasi tersebut menjadi semu sifatnya
dan hanya melegitimasi kerja MPR saja. Dalam kerja BP MPR ini
rakyat tidak mempunyai hak untuk mempertanyakan dan turut
menentukan apa yang diinginkan untuk diatur dalam
konstitusinya, MPR jugalah menentukan materi apa yang boleh
dan tidak boleh.
22
Model rancangan perubahan UUD 1945 yang ada sekarang,
dimana semua alternatif perubahan dimasukkan dalam satu
rancangan, membuka peluang lebar bagi tidak adanya paradigma,
kurang detailnya konstruksi nilai dan bangunan ketatanegaraan
yang hendak dibentuk dan dianut dengan perubahan tersebut.
Persoalan nilai yang hendak dibangun secara prinsip telah ada
dalam Pembukaan UUD 1945, hal itu juga merupakan sebab
untuk tidak dirubahnya Pembukaan UUD 1945. Nilai-nilai yang
secara prinsip tersebut tidak diatur dengan jelas pada batang tubuh
UUD 1945.
2. Inkonsistensi rumusan.
3. Tidak Sistematis
23
konstitusionalisme, yang esensinya merupakan spirit/jiwa bagi
adanya pengakuan Hak Azasi Manusia dan lembaga-lembaga
negara yang dibentuk untuk melindungi HAM dibatasi oleh
hukum.
1. Pasal 6A
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara
terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh
rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara
rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
24
Apakah sistem pemerintahan negara yang tidak konsisten dengan
harapan para perancang konstitusi seperti tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 akan menjamin kelangsungan kebudayaan
bernegara bangsa, Indonesia?
2. Pasal 22E
3. Pasal 24
25
Banyak penyimpangan yang terjadi dalam penyelenggaraan
peradilan. Kita sering mendengar banyak orang yang menyuap para
hakim agar terbebas dari hukuman. Malahan yang sering
melakukan suap adalah orang-orang yang memegang kekuasaan di
negara ini. Hal ini bertentangan dengan pasal 24 ayat 1. Selain itu
juga sering terjadi ketidakadilan terhadap orang-orang yang tidak
bersalah. Mereka dituduh melakukan kejahatan padahal mereka
tidak melakukan kejahatan. Ini merupakan bukti lemahnya
peradilan di Indonesia yang tidak mencerminkan nilai dalam
pancasila sila ke-5 yaitu ‘Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia’ dan ke-2 yaitu ‘Kemanusiaan yang Adil dan Beradab’.
4. Pasal 28B
5. Pasal 28D
26
Kecilnya pendapatan yang diterima oleh buruh tidak sesuai
dengan jam kerja dan tenaga yang digunakan.Hal ini menunjukan
ketidakadilan dalam hal hubungan kerja. Gaji yang diterima buruh
tidak dapat menjamin kesejahteraan hidup mereka. Dalam hal ini
sangat bertentangan dengan sila ke-5 pancasila.
6. Pasal 28E
7. Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
27
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak
milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-
wenang oleh siapa pun.
8. Pasal 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun.
28
majikan bebas melakukan kekerasan terhadap pembantu
mereka.Hal ini bertentangan dengan sila ke-2 Pancasila.
9. Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
10. Pasal 30
29
1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.
11. Pasal 31
30
Dalam pasal ini disebutkan pemerintah telah menjamin
pendidikan warga negaranya akan tetapi dalam pelaksanaannya,
pasal ini menyimpang dari Pancasila sila ke-2 dan ke-5. Walaupun
telah ditetapkan dalam UUD 1945 akan tetapi apabila kita lihat
kenyataannya masih begitu banyak anak Indonesia yang belum
mengenyam pendidikan. Bahkan diantara mereka ada yang putus
sekolah. Mereka tidak mendapatkan hak dan keadilan seperti yang
telah dijamin dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5. Dalam pasal 31
ayat 2 pemerintah menyatakan akan membiayai pendidikan, akan
tetapi hal tersebut tidak terealisasi. Biaya pendidikan di Indonesia
malah dari tahun ke tahun semakin mahal, sehingga tidak
terjangkau oleh kalangan menengah ke bawah. Hal ini juga
merupakan salah satu penyimpangan terhadap pancasila.
12. Pasal 32
31
Pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia telah
menggeser nilai-nilai luhur Pancasila dan kebudayaan asli
Indonesia. Pemerintah kurang tanggap terhadap hal tersebut
sehingga penanganannya kurang maksimal. Hal ini menyebabkan
hilangnya nilai nasionalisme masyarakat Indonesia. Sehingga
mengancam persatuan NKRI. Hal tersebut bertentangan dengan sila
ke-3 pancasila.
13. Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh
negara.
32
Sedangkan penyimpangan dalam pasal 34 ayat 3 adalah
buruknya pelayanan terhadap masyarakat miskin yang berobat
menggunakan kartu berobat gratis. Bahkan ada rumah sakit yang
menolak orang yang berobat menggunakan kartu tersebut,
walaupun orang tersebut sedang dalam keadaan sakit parah. Hal ini
juga melanggar pancasila sila ke-5.
Apakah kita hanya bisa melihat hal seperti ini terus-menerus? Bahkan
ada yang memberikan pendapat “Negara belum terbentuk karena” pada saat
mencari artikel untuk melengkapi tugas ini. Melihat hal ini sebagai bangsa
Indonesia kita akan diam saja?
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
33
2. Setelah diamademenpun terdapat penyimpangan UUD 1945 terhadap
jiwa bangsa Indonesia, Pancasila.
b. Inkonsistensi rumusan
c. Tidak sistematis
34
sekaligus merupakan syarat bagi suatu negara hukum yang dicita-
citakan oleh UUD 1945.
B. Rekomendasi
Pembukaan UUD 1945 memberikan acuan yang jelas mulai dari asas
pendirian negara sampai ke dasar dan tatanan penyelenggaraannya. Dalam
pelaksanaannya memang akan sangat dipengaruhi oleh jiwa dan semangat
penyelenggaranya. Untuk menghindari bias-bias yang dapat menimbulkan
35
ketersesatan dalam pelaksanaannya diperlukan pemahaman yang
mendalam, jujur dan sungguh-sungguh. Disamping itu, agar pemahaman
kita benar-benar utuh, maka harus difahami pula makna Pancasila
sebagaimana diuraikan oleh para perumusnya di masa lalu.Dari alur
pikiran yang kita runut dalam Pembukaan UUD 1945, dapat ditangkap
bahwa perjuangan bangsa Indonesia adalah sebuah revolusi besar
kemanusiaan yang berangkat dari Tuntunan Budi Nurani Manusia (the
Social Conscience of Man).
36
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2007=http://www.wikipedia.org
Pormadi.2007(online)=http://id.wordpress.com/NILAINILAI%20PANCASILA
%20DAN%20UUD%201945%20%C2%AB%20EKSPRESI%20HATI.html
Tobing,Jakob.2008(online)=http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=1694&Itemid=195
UUD 1945 Hasil Amandemen Ke-IV Tahun 2002 cetakan tahun 2003. Surakarta:Al-
Hikmah.
37
38