Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK ……………………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 4
A. Latar Belakang ………………………………………………………………….. 4
B. M etode Penulisan ……………………………………………………………….. 5
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………... 5
D. Pembatasan M asalah ……………………………………………………………. 5
BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………………………... 6
A. Pengertian Pemeriksaan Keuangan Negara …………………………………….. 6
B. Dasar Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara …………………………………. 7
C. Otoritas Pelaksana Pemeriksaan Keuangan Negara ……………………………. 9
D. Jenis-Jenis Pemeriksaan Keuangan Negara …………………………………….. 9
BAB III PEM BAHASAN ………………………………………………………………. 11
A. Jenis dan Karakteristik Pemeriksaan Keuangan Negara ……………………….. 11
B. Alur Pikir Penentuan Jenis Pemeriksaan Keuangan Negara …………………… 19
BAB III KESIM PULAN ……………………………………………………………….. 21
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………... 22
1
PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA: JENIS DAN
KARAKTERISTI KNYA
M uhammad Fajar Shidiq
ABSTRAK
2
STATE AUDI T: TYPES AND CHARACTERISTICS
M uhammad Fajar Shidiq
ABSTRACT
If the state as analogous as a company, then the state government is a board of directors
and the people of these countries are the shareholders. Like shareholders in a company, the
people in a country also requires the government to doing the reporting and management
accountability for all activities undertaken by the government, including the management and
financial responsibility of the state. Therefore, it needs an independent and professionals
agency to examine the management reporting and financial accountability of the state. Then
was made an independent agency called the State Audit Board in accordance with the
mandate of the Constitution of the Republic of Indonesia 1945.
This paper is made to answer questions about the state audit conducted by State Audit
Board. Starting with simple questions about what the meaning of state audit, and then mention
the legal foundation underlying the implementation of the inspection, the types of
examinations, as well as further discussion and examination of the characteristics that
distinguish it and an example implementation of the state audit. All data and facts about the
state audit is the result of literature study.
Conclusions obtained from the discussion of the state audit, found the state audit is not
just an audit on the financial statements. The scope of the audit was expanded to the state
audit also includes examination of state financial management with the inspection and
examination performance with a particular purpose.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintahan suatu negara dapat dianalogikan sebagai suatu tim eksekutif manajemen
di suatu entitas perusahaan swasta. Tim manajemen perusahaan akan berusaha melakukan
tugas dan fungsi secara optimal untuk kemakmuran pemilik perusahaan, sehingga tujuan
utama mereka adalah memakmurkan para pemegang saham. Demikian halnya dengan
pemerintah, pemerintah melakukan tugas pokok dan fungsinya untuk kepentingan dan
kemakmuran rakyatnya. Jadi rakyatlah yang menjadi pemilik atau pemegang saham dari
perusahaan yang dinamakan negara. Rakyat kemudian diwujudkan dalam bentuk badan
legislatif yang berupa Dewan Perwakilan Rakyat.
Seperti halnya para pemegang saham di sebuah entitas perusahaan, rakyat
membutuhkan pertanggungjawaban pengelolaan atas entitas yang dimilikinya. Rakyat akan
meminta laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah atas kinerja manajemen baik secara
keuangan maupun operasional. Dan untuk menilai kewajaran laporan pertanggungjawaban
tersebut digunakan pemeriksa atau auditor eksternal sehingga dapat dinilai bagaimana
kewajaran penyajian laporan pertanggungjawaban yang diberikan oleh manajemen secara
independen. Untuk mewujudkan hal tersebut, perusahaan swasta menggunakan jasa para
auditor yang bekerja di suatu kantor akuntan publik. Dan di pemerintahan negara Indonesia
badan yang menjalankan fungsi serupa dengan kantor akuntan publik adalah Badan Pemeriksa
Keuangan. Badan Pemeriksa Keuangan dinilai sebagai sebuah lembaga pemeriksa yang
bebas, mandiri, dan profesional untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme1.
Keuangan negara diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 butir (1). Butir
ini berbunyi:
Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Dari ayat tersebut kita menemukan kata-kata dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Untuk mewujudkan keterbukaan tersebut,
1
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Peme riksa Keuangan.bagian pertimbangan.
4
maka dilakukanlah pemeriksaan keuangan negara oleh lembaga yang independen.
Pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan mencakup
pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab
keuangan negara 2. Pemeriksaan ini terdiri dari pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,
dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu3. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan-
pemeriksaan tersebut, bagaimana contoh pelaksanaan pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, dan
bagaimana kita dapat membedakan tiga jenis pemeriksaan tersebut. Berangkat dari
pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut, penulis akan mengetengahkan pembahasan
mengenai pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sehingga kita dapat
mengerti dan memahami dengan lebih baik mengenai jenis-jenis pemeriksaan keuangan
negara.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan penjelasan kepada para
pembaca mengenai pemeriksaan keuangan negara, apa perbedaan di antara ketiganya,
karakteristik, dan contoh penerapannya.
C. Metode Penulisan
M akalah ini disusun berdasarkan hasil dari studi literatur yang dilakukan oleh penulis
antara lain studi atas peraturan perundang-undangan, laporan hasil pemeriksaan, dan artikel-
artikel mengenai pemeriksaan keuangan negara baik diperoleh dari media cetak maupun
media elektronik.
D. Pembatasan Masalah
M akalah ini secara umum membahas mengenai pelaksanaan pemeriksaan atas laporan
pertanggungjawaban pemerintah yang dibatasi pada deskriptif mengenai jenis pemeriksaan
keuangan negara.
2
Undang-Unda ng Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara pasal 2 butir 1.
3
Ibid. pasal 4 butir 1.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
4
Undang-Unda ng Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara pasal 1 butir 6
5
Penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Ke uangan Negara butir 9.
6
Undang-Unda ng Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara pasal 1 butir 7
6
pelaksanaan kewajiban pemenuhan aturan terkait pengelolaan keuangan negara. Selain itu
juga dapat diketahui bahwa dimensi pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara ada
dua yakni:7
a. bukan dinilai sekadar dari laporan akhir yang disampaikan, namun sejak awal proses
perancangan, pembahasan, dan pengesahan, serta pelaksanaan, dan
b. bukan sekadar dari sisi formalitas prosedur, melainkan secara substantif juga harus
memenuhi unsur pertanggungjawaban.
Lebih lanjut pengelolaan keuangan negara dapat diartikan sebagai pengelolaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Sehingga yang diperiksa adalah pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Proses
pertanggungjawabannya diatur di dalam pasal 30 dan 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 yang secara ringkas dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. Presiden menyampaikan Rancangan Undang-Undang Pertanggungjawaban Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada Dewan Perwakilan Rakyat setelah
diperiksa Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya enam bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
b. Gubernur/Bupati/Walikota menyiapkan Raperda Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
c. Dengan diterimanya pertanggungjawaban tersebut di forum Dewan Perwakilan
Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka dianggap secara hukum dan politik
terpenuhi, atau dapat dinyatakan “sudah bertanggungjawab”.
7
R. He rlambang Pe rdana Wiratraman, Badan Pemeriksa Keuangan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Negara, dapat diliha t di http://he rlambangperdana.files.wordpress.com/2008/08/herlambang-
pertanggungjawaban-keuangan-negara1.pdf
7
Pemeriksaan keuangan negara diatur di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 khususnya di bagian yang mengatur mengenai keuangan negara. Di
pasal 23 dinyatakan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara merupakan wujud
pengelolaan keuangan negara. Kemudian di Bab VIIIA mengenai Badan Pemeriksa Keuangan
pasal 23E dinyatakan bahwa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diperiksa oleh
satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Di dalam penjelasan dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 disebutkan bahw a
salah satu asas umum pengelolaan keuangan negara adalah pemeriksaan keuangan oleh badan
pemeriksa yang bebas dan mandiri. Ketentuan mengenai pemeriksaan keuangan negara di
dalam Bab VIII mengenai pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Di dalam undang-undang ini memang tidak diatur mengenai pemeriksaan keuangan
negara secara tersurat. Hanya saja, di Bab IX tentang Penatausahaan dan Pertanggungjawaban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
disebutkan keberadaan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai lembaga yang diserahi laporan
keuangan oleh Presiden.
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.
Undang-undang ini merupakan pedoman utama bagi para pemeriksa Badan Pemeriks a
Keuangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan negara. Di dalam undang-undang ini
diatur mengenai lingkup pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, hasil pemeriksaan dan
tindak lanjut, hingga pengenaan ganti kerugian negara.
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Undang-undang ini merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973
tentang Badan Pemeriksa Keuangan yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
sistem ketatanegaraan, baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
6. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara
Pemeriksa dalam melakukan tugasnya memerlukan standar sebagai acuan dalam
melakukan pemeriksaan. Dengan adanya standar ini diharapkan hasil pemeriksaan Badan
8
Pemeriksa Keuangan dapat lebih berkualitas dan member nilai tambah yang positif bagi
perkembangan sistem pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
8
Gede Yasa. BPK Tugaskan KAP Audit Keuangan Jembrana. Dapat dilihat di
http://www.jembranakab.go.id/detail_berita.php?action=detail&newsid=171 (diakses pada 2 September 2009)
9
Arifin P. Soeria Atmadja. Konservatisme Pemeriksaan Keuangan Negara. 26 Maret 2005. Dapat dilihat di
http://antikorupsi.org/indo/index2.php?option=com_ conte nt&do_ pdf=1&id=4557
9
bahwa dengan adanya legitimasi dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang merubah fungsi pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan yang tidak hanya
ditujukan pada tanggung jawab keuangan, tetapi juga pengelolaan keuangan negara akan
menciptakan disorientasi fungsi BPK yang melebar ke segala arah dalam melakukan
pemeriksaan keuangan negara. Ia berpendapat bahwa disorientasi fungsi tersebut akan
mengakibatkan melemahnya rentang kendali (spent of control), inmodernisasi,
penyalahgunaan wewenang, dan menjadi tidak tanggap terhadap munculnya penyimpangan
keuangan negara secara efektif. M enurut beliau, hal ini hanya akan mendorong
ketidakberdayaan Badan Pemeriksa Keuangan dalam menjangkau segi strategis tanggung
jawab keuangan negara dibandingkan berkutat menjelajah segi teknis pengelolaan keuangan
negara.
Pendapat dari Arifin P. Soeria Atmadja tersebut nampaknya tidak sepenuhnya benar.
Karena hingga saat ini Badan Pemeriksa Keuangan tetap dapat melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya dengan baik dalam melakukan pemeriksaan keuangan negara. Pemeriksaan
keuangan negara yang diperluas sehingga mencakup aspek pengelolaan, meskipun menambah
beban kerja dari Badan Pemeriksa Keuangan namun tidak mengurangi profesionalitas badan
ini dalam melaksakan pemeriksaan keuangan negara yang hingga saat ini masih terus
memberikan kontribusinya dalam mengawasi jalannya pemerintahan.
Pemeriksaan keuangan negara menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara meliputi:
1. Pemeriksaan keuangan.
2. Pemeriksaan kinerja.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Apa pengertian dari masing-masing jenis pemeriksaan tersebut, apa saja karakteristik
dari tiap jenis pemeriksaan dan apa saja contoh dari tiap jenis pemeriksaan tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut mengenai ketiga jenis pemeriksaan akan dijawab di dalam
Bab III mengenai pembahasan.
10
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar III.1
M etodologi Pemeriksaan Keuangan
12
e. Gambaran mengenai implementasi pemeriksaan keuangan.
Contoh pelaksanaan pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah pusat. Laporan keuangan tersebut merupakan sebuah media pertanggungjawaban
yang diberikan oleh pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Sebelum diberikan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat, laporan keuangan tersebut sesuai dengan amanat undang-undang,
harus diperiksa terlebih dahulu oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebagai lembaga pemeriksa
yang independen. Laporan hasil pemeriksaan beserta opini atas laporan keuangan tersebut
kemudian dijadikan satu dengan laporan keuangan pemerintah pusat.
2. Pemeriksaan kinerja.
a. Pengertian pemeriksaan kinerja.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 pasal 4 ayat 3 menyatakan bahwa pemeriksaan
kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
terdiri dari pemeriksaan aspek ekonomi, aspek efisiensi, serta aspek efektivitas. Selain itu
pengujian terhadap ketentuan perundang-undangan dan pengendalian intern juga perlu
dilaksanakan dalam melaksanakan pemeriksaan kinerja.
INTOSAI mengartikan audit kinerja sebagai pemeriksaan yang independen atas
efisiensi dan efektivitas kegiatan, program, dan organisasi, dengan memperhatikan aspek
ekonomi dengan tujuan untuk mendorong ke arah perbaikan.
Dari kedua pengertian di atas ada tiga buah kata yang persis selalu ada dalam susunan
kata-kata penyusun pengertian pemeriksaan kinerja yakni efisiensi, efektivitas, dan juga
ekonomi. Tiga hal tersebut merupakan aspek-aspek yang digunakan dalam melakukan
pemeriksaan kinerja. Bagaimana entitas menggunakan sumber daya secara ekonomis, efektif,
dan efisien. Ketiga aspek tersebut pada dasarnya berhubungan erat dengan pengertian input,
output, dan outcome. Hubungan ketiganya dapat dilihat di gambar III.2.
Gambar III.2
Hubungan Input, Output, dan Outcome
13
Ekonomi merupakan margin antara sumber daya dengan input. Ekonomi berarti biaya
yang digunakan seminimal mungkin namun tetap menjaga kualitas. Organisasi yang
ekonomis memperoleh input pada kualitas dan kuantitas yang tepat, dengan harga termurah.
Efisiensi merupakan hubungan antara output dengan input. Organisasi yang efisien akan
menghasilkan output maksimal dengan input yang minimal. Sedangkan efektif berhubungan
dengan pencapaian tujuan. Efektivitas terkait dengan output yang dihasilkan dengan tujuan
yang ingin dicapai (outcome).
b. Tujuan pemeriksaan kinerja.
Tujuan pemeriksaan kinerja adalah untuk menilai apakah entitas atau organisasi
menggunakan sumber daya secara ekonomis, efektif, dan efisien. Tujuan lebih lanjut dari
pemeriksaan kinerja ini adalah untuk mendorong ke arah perbaikan sesuai dengan pernyataan
yang dibuat oleh INTOSAI karena pemeriksaan jenis ini menghasilkan temuan, simpulan, dan
rekomendasi. Pemeriksaan kinerja menghasilkan informasi yang berguna untuk meningkatkan
kinerja suatu program dan memudahkan pengambilan keputusan bagi pihak yang bertanggung
jawab untuk mengawasi dan mengambil tindakan koreksi serta meningkatkan
pertanggungjawaban publik. Contoh tujuan pemeriksaan atas hasil dan efektivitas program
serta pemeriksaan atas ekonomi dan efisiensi adalah penilaian atas:
1) Sejauhmana tujuan peraturan perundang-undangan dan organisasi dapat dicapai.
2) Perbandingan antara biaya dan manfaat atau efektivitas biaya suatu program.
3) Sejauhmana entitas yang diperiksa telah mengikuti ketentuan pengadaan yan sehat.
c. Lingkup pemeriksaan kinerja.
Pemeriksaan kinerja ini dapat dilaksanakan sebagai tahapan selanjutnya setelah
pemeriksaan keuangan dilaksanakan 10. Pemeriksaan kinerja merupakan pemeriksaan atas
fungsi instansi pemerintah aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas11. Implementasi dari
pemeriksaan kinerja ini misalnya adalah audit lingkungan, audit kinerja lembaga misalnya
pemeriksaan kinerja rumah sakit, dan pemeriksaan kinerja atas pelayanan kesehatan. Lingkup
pemeriksaan kinerja ini akan ditentukan lebih lanjut di dalam proses perencanaan
pemeriksaan (lihat gambar III.3).
10
Romi Suryana, “Pemeriksaan Laporan Keuangan oleh BPK: Sebuah Wewenang dan Tanggung Jawab demi
TercapainyaTransparansi dan Akuntabilitas Penyelenggaraan Keuangan Negara,” Majalah Pemeriksa No 115
(November-Desembe r 2008), hal. 44.
11
Bambang Pramudya, 10 Agustus 2008, dapat dilihat di
http://www.bpkp.go.id/forum jfa/?mod=tanyajawab&action=view&start=0&id=415
14
M etodologi pemeriksaan kinerja dibagi menjadi tiga siklus sama seperti halnya pada
pemeriksaan keuangan yakni, perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, dan
pelaporan pemeriksaan. Lebih jauh tentang metodologi pemeriksaan kinerja dapat dilihat di
gambar III.3.
Gambar III.3
M etodologi Pemeriksaan Kinerja
15
Nias). Pemeriksaan kinerja yang dilaksanakan adalah pemeriksaan kinerja empat bidang
yakni, bidang transportasi udara, pendidikan dan kesehatan, permukiman dan perumahan,
agama, sosial dan budaya. 12
Contoh lainnya adalah pemeriksaan kinerja atas pelayanan kesehatan masyarakat tahun
anggaran 2004 pada pemerintah kota Bandar Lampung. Pemeriksaan dilakukan khususnya
pada pelayanan kesehatan masyarakat pada Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan Puskesmas
Pembantu dalam wilayah kota Bandar Lampung. Salah satu tujuan pemeriksaan kinerjanya
adalah untuk menilai apakah biaya kegiatan upaya pelayanan kesehatan tersebut telah
dilaksanakan secara ekonomis, efisien, dan efektif. Sasaran dari pemeriksaan ini diantaranya
adalah kegiatan yang berhubungan langsung pelayanan kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, RSUD, Puskesmas, dan unit kerja lainnya. Sasaran
lainnya adalah biaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan pada pusat-pusat kesehatan
seperti Dinas Kesehaan, RSUD, Puskesmas, dan unit kerja lainnya. 13
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
a. Pengertian pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
M enurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, pemeriksaan dengan tujuan tertentu
adalah pemeriksaan di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Laporan hasil
pemeriksaan dengan tujuan tertentu memuat kesimpulan. Pemeriksaan ini dapat bersifat
eksaminasi, reviu, atau prosedur yang disepakati. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu ini
antara lain meliputi pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan,
pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan atas sistem pengendalian internal.
Standar yang digunakan untuk setiap pekerjaan lapangan dan pelaporan adalah standar
atestasi yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia kecuali ditentukan lain. Jasa atestasi
diberikan untuk memberikan pernyataan atau pertimbangan sebagai pihak yang independen
dan kompeten tentang sesuatu pernyataan (asersi) suatu satuan usaha telah sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan14.
b. Tujuan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Tujuan pelaksanaan pemeriksaan dengan tujuan tertentu menurut Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara adalah untuk memberikan simpulan atas suatu hal yang diperiksa.
M isalnya, pemeriksaan atas hasil belanja daerah. Salah satu tujuan dilakukannya pemeriksaan
12
Aceh-Eye, BPK Beri Nilai Terbaik untuk Laporan Keuangan BRR 2007, dapat dilihat di http://www.aceh-
eye.org/a-eye_news_files/a-eye_news_bahasa/news_item.asp?NewsID=9589
13
Badan Pemeriksa Keuangan Palembang, Hasil Pemeriksaan Kinerja atas Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Tahun Anggaran 2004 pada Pemerintah Kota Bandar Lampung.
14
Dapat dilihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Atestasi
16
dengan tujuan tertentu atas hasil belanja daerah antara lain menentukan sistem pengendalian
intern yang berkaitan dengan pengelolaan belanja daerah, baik terhadap laporan keuangan
maupun terhadap pengamanan atas kekayaan 15.
c. Lingkup pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi pemeriksaan atas hal-hal lain yang
berkaitan dengan keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem
pengendalian intern.
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu dapat berbentuk eksaminasi, reviu, dan prosedur
yang disepakati. Apa yang dimaksud dengan eksaminasi, reviu, dan prosedur yang disepakati.
Eksaminasi adalah pengujian yang memadai untuk menyimpulkan dengan tingkat keyakinan
positif bahwa suatu asersi telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai
dengan kriteria. Reviu adalah pengujian yang memadai untuk menyataka simpulan dengan
tingkat keyakinan negatif bahwa tidak ada informasi yang diperoleh pemeriksa dari pekerjaan
yang dilaksanakan menunjukan bahwa pokok masalah tidak didasari kriteria atau suatu asersi
tidak disajikan dalam semua hal yang material sesuai kriteria. Prosedur yang disetujui adalah
pengujian yang memadai untuk menyatakan kesimpulan atas hasil pelaksanaan prosedur
tertentu yang disepakati dengan pemberi tugas terhadap suatu pokok masalah.
d. M etodologi pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Serupa dengan dua jenis pemeriksaan sebelumnya, pendekatan metode yang digunakan
dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu juga terdiri dari tiga tahapan, yakni perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Ringkasan mengenai metodologi pemeriksaan dengan tujuan
tertentu dapat dilihat di gambar III.4.
15
Badan Peme riksa Keuangan, Hasil Pemeriksaan atas Belanja Daerah (PDTT) 2004-2005 di Kabupaten
Bangkalan, Mei 2006
17
Gambar III.4
M etodologi Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
19
Dari gambar III.5 diapat dilihat sebuah alur berpikir untuk menentukan jenis
pemeriksaan yang akan dilakukan. Semuanya berawal dari tahap penentuan tujuan
pemeriksaan. Tujuan apa yang ingin kita capai dengan dilakukannya pemeriksaan. Apakah
tujuannya memberikan opini atas laporan keuangan, apabila jawabannya “ya” maka dilakukan
pemeriksaan keuangan, namun apabila “tidak” maka pertanyaan selanjutnya muncul yakni
apakah harus melakukan penilaian kinerja dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan
kinerja. Apabila jawabannya “ya” maka pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan
kinerja, namun apabila “tidak” maka dilakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Kemudian muncul pertanyaan baru yakni apakah ada prosedur yang disepakatu dengan pihak
lain, apabila jawabannya “ya”, maka dilakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang
bersifat agreed upon procedures. Apabila tidak, muncul pertanyaan baru yakni apakah
keyakinan yang tinggi dibutuhkan, apabila jawabannya “ya”, maka dilakukan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu yang bersifat eksaminasi, dan apabila “tidak”, maka dilaksanakan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang bersifat reviu.
20
BAB IV
KESI MPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22