Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
Salah satu strategi untuk menjadi perusahaan yang besar dan mampu
bersaing adalah melalui ekspansi baik dalam bentuk ekspansi internal
maupun ekspansi eksternal. Ekspansi internal terjadi pada saat divisi-
divisi yang ada dalam perusahaan yang tumbuh secara normal melalui
kegiatan capital budgeting sedangkan ekspansi eksternal dapat dilakukan
dalam bentuk penggabungan usaha (business combination).
Penggabungan usaha dalam akuntansi ada tiga bentuk yaitu: konsolidasi,
merger, akuisisi.
Namun merger dan akuisisi juga mempunyai sisi gelap. Dia dianggap
dapat membahayakan kegairahan ekonomi pasar, karena dapat
mematikan kompetisi. Lebih-lebih jika dilandasi oleh hostile take over.
Dalam proses merger dan akuisisi bukan hanya masalah aset yang
menjadi persoalan, tetapi yang bersifat intangible juga perlu mendapat
perhatian tersendiri.
Perbedaan budaya mesti dikelola dengan baik, agar tidak menjadi
kontributor kegagalan merger dan akuisisi. Sebaliknya, budaya
perusahaan dapat direkayasa sebagai sarana trust building, bagian yang
paling rentan masalah dalam sebuah proses pasca merger dan akuisisi.
’Trust’ secara vertical maupun horisontal masih menjadi barang langka
yang didamba oleh bank -bank nasional hasil merger.
II. Permasalahan
Dari pendahuluan diatas maka pada paper ini masalah yang akan dibahas
dibatasi sebagai berikut :
• Penggabungan usaha hanya dalam bentuk merger dan akuisisi
• Faktor-faktor perusahaan melakukan merger dan akuisisi
• Dampak yang terjadi setelah terjadi merger dan akuisisi
I. Landasan Teori
Merger, konsolidasi, akuisisi adalah hal yang sangat umum dilakukan agar
perusahaan dapat memenangkan persaingan, serta terus tumbuh dan
berkembang.
Page | 1
Joseph F. Sinkey (1983), menjelaskan motivasi yang mendorong bank
untuk melakukan merger, antara lain:
1. Untuk mendapatkan kesempatan beroperasi dalam skala usaha
yang hemat
2. Guna meningkatkan pangsa pasar
3. Menghilangkan tidak efisien melalui operasional dan pengendalian
finansial yang lebih baik
4. Kesempatan menggabungkan sumber daya ataupun pasar yang
dimiliki masing-masing Bank. Selain itu masih terdapat beberapa
faktor yang mendorong motivasi untuk merger, seperti: upaya
diversifikasi, menurunkan biaya dana, dan menaikkan harga saham
secara emosi (bootstrapping of earning per share) karena adanya
pengumuman akan merger bagi Bank publik.
A. Merger
Page | 2
maupun secara sempit. Dalam pengertian yang luas, merger juga menunjuk
pada setiap bentuk pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan
lainnya, pada saat kegiatan usaha dari kedua perusahaan tersebut
disatukan. Pengertian yang lebih sempit merujuk pada dua perusahaan
dengan ekuitas hampir sama, menggabungkan sumber-sumber daya yang
ada pada kedua perusahaan menjadi satu bentuk usaha. Pemegang saham
atau pemilik dari kedua perusahaan sebelum merger menjadi pemilik dari
saham perusahaan hasil merger, dan top manajemen dari kedua perusahaan
tetap menduduki posisi senior dalam perusahaan setelah merger.
1. Merger Horisontal
Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan
yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger
perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam
pasar/industri yang sama. Salah satu tujuan utama merger dan
akuisisi horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau untuk
meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi,
pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas
administrasi. Efek dari merger horisontal ini adalah semakin
terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila
hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa
Page | 3
mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah pada
monopoli.
2. Merger Vertikal
Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-
perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi
atau operasi. Merger dan akuisisi tipe ini dilakukan jika perusahaan
yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau
sebaliknya. Merger dan akuisisi vertikal dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya
terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangka
stabilisasi pasokan dan pengguna.
3. Merger Konglomerat
Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang
masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Merger
dan akuisisi konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan
berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki
bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula.
Apabila merger dan akuisisi konglomerat ini dilakukan secara terus
menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah
konglomerasi. Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang
sangat beragam dalam industri yang berbeda.
Page | 4
dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awal
di negara yang akan dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi pasar
dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang
memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen
luar negeri.
1. Mothership Merger
Mothership merger adalah pengadopsian satu pola atau sistem
untuk dijadikan pola atau sistem pada perusahaan hasil merger.
Biasanya perusahaan yang dipertahankan hidup adalah perusahaan
yang dominan dan sistem pola bisnis perusahaan yang dominan
inilah yang diadopsi.
2. Platform Merger
Jika dalam mothership merger hanya satu sistem yang diadopsi,
maka dalam platform merger hardware dan software yang menjadi
kekuatan masing-masing perusahaan tetap dipertahankan dan
dioptimalkan. Artinya adalah semua system atau pola bisnis,
sepanjang itu baik, akan diadopsi oleh perusahaan hasil merger.
Page | 5
operasional, Sedangkan Operating Merger diarahkan pada penggabungan
operasional kedua unit usaha dengan harapan memperoleh keuntungan
sinergik.
A. Akuisisi
Page | 6
Berdasarkan hubungan usaha serta ada atau tidaknya kesamaan sifat
dari dua entitas usaha yang melakukan akuisisi. Menurut Reksohadiprojo
dalam Wiharti(1999) akuisisi dapat dibedakan dalam tiga kelompok besar,
yaitu:
1. Akuisisi horizontal, yaitu akuisisi yang dilakukan oleh suatu badan
usaha yang lain, tetapi masih dalam bisnis yang sama.
2. Akuisisi vertikal, yaitu akuisisi pemasok atau pelanggan badan
usaha yang dibeli.
3. Akuisisi konglomerat, yaitu akuisisi badan usaha yang tidak ada
hubungannya sama sekali dengan badan usaha pembeli.
1. Akuisisi Saham
Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi
jual beli perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkan
beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual kepada pembeli.
Karena perusahaan didirikan atas saham-saham, maka akuisisi
terjadi ketika pemilik saham menjual saham-saham mereka kepada
pembeli/pengakuisisi.
Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang paling
umum ditemui dalam hampir setiap kegiatan akuisisi. Akuisisi
tersebut dapat dilakukan dengan cara membeli seluruh atau
sebagian saham-saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan
maupun dengan atau tanpa melakukan penyetoran atas sebagian
maupun seluruh saham yang belum dan akan dikeluarkan
perseroan yang mengakibatkan penguasaan mayoritas atas saham
perseroan oleh perusahaan yang melakukan akuisisi tersebut, yang
akan membawa ke arah penguasaan manajemen dan jalannya
perseroan.
2. Akuisisi Aset
Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain
maka ia dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset
perusahaan lain tersebut. Jika pembelian tersebut hanya sebagian
dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan akusisi parsial.
Akuisisi asset secara sederhana dapat dikatakan merupakan :
a. Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi aset
(sebagai pihak pembeli) dengan pihak yang diakuisisi asetnya
Page | 7
(sebagai pihak penjual), jika akuisisi dilakukan dengan
pembayaran uang tunai. Dalam hal ini segala formalitas yang
harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus diberlakukan,
termasuk jual beli atas hak atas tanah yang harus dilakukan
dihadapan Pejabat Pembuatan Akta Tanah.
b. Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengan
suatu kebendaan lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi,
jika akuisisi tidak dilakukan dengan cara tunai. Dan jika
kebendaan yang dipertukarkan dengan aset merupakan saham-
saham, maka akuisisi tersebut dikenal dengan nama assets for
share exchange, dengan akibat hukum bahwa perseroan yang
diakuisisi tersebut menjadi pemegang saham dan perseroan
yang diakuisisi.
Page | 8
1. Pembayaran tunai
2. Pembayaran dengan penerbitan surat-surat berharga, dalam bentuk
saham (share swap), obligasi, surat utang, dan surat-surat berharga
lainnya
3. Campuran dalam bentuk pembayaran tunai dan surat berharga
4. Opsi bagi pihak yang sahamnya diambil alih, untuk menerima
pembayaran dalam bentuk tunai atau surat berharga.
1. Sinergi.
Sinergi adalah kemampuan lebih yang diperoleh dari penggabungan
dua atau lebih kekuatan. Sinergi menggambarkan penggabungan
dua faktor akan menghasilkan tenaga yang lebig besar
dinbandingkan dengan jumlah tenaga yang dihasilkan sebelum
bergabung. Bila itu diterapkan, Kartini Muliadi (1992) mengatakan
dengan: ”it refer to the ability of a corporate combination to be
more profitable than the individual profit of the firm that were
combined”. Sinergi diperoleh dalam beberapa bentuk. Misalnya
sinergi finansial, sinergi pemasaran, sinergi penjualan dan lain-lain.
Page | 9
2. Tambahan Modal Kerja.
Modal kerja bagi suatu perusahaan digunakan untuk pembiayaan
yang sifatnya jangka pendek. Tambahan modal kerja akan lebih
mudah diperoleh dari transaksi akuisisi.
4. Meningkatkan Penjualan.
Transaksi merjer dan akuisisi dapat meningkatkan penjualan.
Sedikitnya ada dua kemungkinan penjualan ini meningkat. Pertama,
pengambil alihan perusahaan target yang memproduksi produk
sejenis atau berlainan, dan kedua dengan cara mengambil alih
perusahaan target yang bergerak dalam bidang pendistribusian
produk.
Page | 10
ikut bermain dalam pemasaran produk dapat memperoleh
kedudukan yang kompetisi yang lebih efektif.
8. Meningkatkan Efisiensi (Skala Ekonomi).
Berbagai keuntungan yang diperoleh dari segi ekonomis melalui
transaksi merjer dan akuisisi. Murahnya bahan baku, proses
produksi, pendistribusian dan lain-lain yang lebih efisien bila
dibandingkan sebelum dilakukan penggabungan.
9. Mengurangi Kompetisi.
Pesaing bagi suatu perusahaan adalah ”musuh”. Melakukan
transaksi merjer dan akuisisi dengan perusahaan target (pesaing)
adalah salah satu jalan yang lebih mudah. Tujuannya pangsa pasar
dapat dikuasai dan dikendalikan.
Page | 11
sudah lama berdiri dan berpengalaman serta tingkat resiko yang
jauh lebih rendah.
13.Memecah-mecah Resiko.
Melakukan penggabungan usaha juga menggabungkan aset.
Dengan pengabungan itu, resiko bisnis tersebar ke beberapa
pemegang saham yang melakukan penggabungan.
Page | 12
masing-masing selama ini (cross marketing). Dengan lini produk
yang lebih luas, setiap perusahaan dapat menjual lebih banyak
produk kepada pelanggannya dari yang selama ini telah
dilakukannya. Cross-marketing ini memungkinkan secara cepat
masing-masing perusahaan untuk meningkatkan pendapatannya
dengan sangat cepat. Sehingga memungkinkan terjadinya cross
selling yang akan meningkatkan pendapatan perusahaan hasil
merger dan akuisisi. Sebagai contoh sarana cross-marketing adalah
kekuatan merk salah satu produk akan memberikan efek kepada
produk yang lain yang didapat dari hasil merger dan akuisisi.
2. Faktor Teknologi
Menurut Neil Kay (1997), perusahaan dapat melakukan merger dan
akuisisi apabila terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam
hal sumber daya teknologi dan produksi yang ia sebut sebagai
technological linkages. Technological linkages ini dapat meliputi
penggabungan proses produksi karena proses yang sama seperti
halnya yang terjadi pada horizontal merger.
Proses pengembangan produk juga dapat menjadi sarana
terjadinya sinergi teknologi informasi dalam satu organisasi. Ketika
teknologi yang digunakan sama maka potensi sinergi dapat
diciptakan. Dengan melakukan proses merger dan akuisisi secara
sehat dan suka rela, potensi sinergi akan menghasilkan skala dan
ruang lingkup ekonomi (economy of scale and scope) yang
bermanfaat. Teknologi dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan
produksi dan inovasi yang dimiliki oleh perusahaan yang tercermin
dari kualifikasi sumber daya manusia, skill dan keahlian yang
mereka miliki, jenis produk yang mereka tawarkan serta peralatan
barang modal yang mereka gunakan.
Disinilah para pengambil kebijakan juga mesti berhati-hati.
Jangan sampai perusahaan hasil merger dan akuisisi malah menjadi
tidak produktif dikarenakan adanya kesenjangan teknologi.
Page | 13
3. Faktor Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan salah satu aspek non ekonomis yang
sangat penting untuk dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau
lebih melakukan merger dan akuisis. Dalam banyak kasus merger
dan akuisisi diberbagai perusahaan, masalah budaya seringkali
menjadi masalah yang sangat krusial. Latar belakang budaya yang
sangat berbeda diantara karyawan dapat menyebabkan karyawan
enggan untuk melakukan kerja sama, masing-masing berusaha
melakukan sesuatu berdasarkan cara metode yang selama ini telah
mereka lakukan diperusahaan lama mereka, untuk bisa beradaptasi
seringkali membutuhkan waktu yang lama.
Budaya organisasi didefinisikan oleh Robins (2000) sebagai suatu
persepsi bersama yang dianut anggota-anggota organisasi tersebut.
Schein (1997), menyebutkan bahwa budaya organisasi mengacu
kepada suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-
anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi lainnya.
Sementara Kotter dan Heskett (1992) menjelaskan bahwa dalam
organisasi, budaya mempresentasikan value dan cara yang dimiliki
bersama oleh orang-orang yang terlibat dalam organisasi. Value
sendiri dipandang sebagai keyakinan dasar tentang apa yang
seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan dan apa yang penting
dan apa yang tidak penting untuk organisasi.
Perbedaan budaya ini dapat menyebabkan konflik. Akibatnya
kerja sama tidak mudah terbangun, kohesivitas organisasi lemah,
sinergi tidak tercipta, akhirnya produktivitas perusahaan hasil
merger dan akuisisi juga menjadi lebih buruk dari sebelumnya.
Perbedaan budaya organisasi tentu dapat diselesaikan. Karena
memang budaya sendiri adalah sesuatu yang dapat berubah.
Namun hal tersebut membutuhkan waktu dan kemampuan
mengelola perubahan yang baik. Karenanya sebelum merger dan
akuisisi dilakukan kiranya perlu dipersiapkan model transisi budaya
yang bisa diterima dan diikuti oleh segenap komponen dalam
masing-masing perusahaan yang akan merger dan akuisisi.
4. Faktor Keuangan
Salah satu alasan mengapa merger dan akuisisi dilakukan adalah
harapan akan terjadinya sinergi melalui penggabungan sumber
daya beberapa perusahaan.
Page | 14
Dari sisi finansial, sinergi ini bermakna kemampuan
menghasilkan laba perusahaan hasil merger dan akuisisi yang lebih
besar dari kemampuan laba masing-masing perusahaan sebelum
merger dan akuisisi. Sinergi inilah yang menjadi syarat awal
terjadinya sebuah merger. Sinergi ini kemudian memungkinkan
perusahaan hasil merger dan akuisisi dapat membiayai proses
merger dan akuisisi serta mampu memberikan deviden yang
premium kepada pemilik modal perusahaan.
Efek sinergi dari sebuah merger dan akuisisi bersumber pada
dua aktivitas yaitu sinergi dalam hal operasional dan sinergi dalam
hal finansial. Sinergi operasional dapat terjadi berupa peningkatan
pendapatan (revenue enhancement) dan pengurangan biaya (cost
reduction).
Dalam prakteknya, usaha peningkatan pendapatan ini lebih sulit
dibanding usaha mengurangi biaya produksi. Hal ini karena yang
kedua lebih kasat mata dan terukur sehingga lebih mudah
diidentifikasi. Sementara sinergi dalam hal finansial berhubungan
dengan kemungkinan lebih rendahnya biaya memperoleh modal
bagi perusahaan hasil merger dan akuisisi dibanding biaya bagi
perusahaan sebelum merger dan akuisisi.
I. Pembahasan
Page | 15
Pada kasus industri perbankan, krisis perekonomian yang terjadi di wilayah
ekonomi Asia Timur dan Asia Tenggara pada tahun 1997 telah membawa
dampak terjadinya kemelut di industri perbankan di dalam negeri. Cukup
banyak lembaga perbankan yang menghadapi permasalahan dan bahkan
kemudian kolaps akibat krisis tersebut.
Upaya penyelamatan dari bank-bank yang masih bertahan kemudian
tertolong dengan dijalankannya kebijakan “restrukturisasi finansial” dan
strategi ”merger dan akuisisi”. Proses merger dan akuisisi di industri
perbankan memang memiliki baik dampak yang positip maupun dampak
yang negatif, tergantung dari perspektif kita memandangnya. Keberhasilan
upaya merger dan akuisisi memerlukan keuletan dan jalan yang cukup
berliku bagi berbagai pihak yang ingin sukses menerapkan kebijakan ini.
Page | 16
Strategi merger dan akuisisi yang terjadi di industri perbankan dapat
memberikan dampak langsung pada perusahaan yang melakukan proses
merger.
Secara mikroekonomi, penerapan strategi ini ternyata disamping dapat
memberikan pengaruh yang positip; dapat juga memberikan rekaman hitam
dalam bentuk kekecewaan, konflik dan bahkan kegagalan dari proses itu
sendiri. Pada tingkat makro ekonomi, sementara ini strategi merger dan
akuisisi belum memberikan dampak positif yang besar.
1. Pengaruh Mikroekonomi
Begitu dua atau lebih organisasi perbankan melakukan strategi
merger maka akan terjadi perubahan tingkah laku dari perusahaan
gabungan tersebut. Dampak positip yang sering dilaporkan adalah:
a. Dimungkinkannya pertukaran cadangan cash flow secara
internal antar perusahaan yang melakukan merger, sehingga
bank hasil merger dapat memanage risiko likuiditas dengan lebih
fleksibel.
b. Diperolehnya peningkatan modal perusahaan (biasanya CAR
akan meningkat tetapi tidak terlalu cukup tinggi) dan adanya
keunggulan dalam memanage biaya akibat bertambahnya skala
usaha.Efisiensi perusahaan dapat dilakukan lebih lanjut,
khususnya dalam efisiensi biaya provisi kredit.
c. Dicapainya keunggulan market power dalam persaingan, yang
kemudian dapat memperbesar margin bunga pinjaman.
Tetapi proses merger itu sendiri dapat juga memberikan pengaruh negatif
berikut ini:
a. Karena proses merger biasanya dilakukan atas dorongan untuk
cepat terselesaikannya kemelut keuangan di salah satu bank
peserta, maka harga penjualan sahamnya cenderung akan dinilai
dibawah harga pasar yang wajar.
b. Proses merger biasanya diikuti dengan peningkatan
ketidakpastian pada pihak Direksi, manajer dan karyawan.
c. Proses merger perbankan nasional di Indonesia biasanya diikuti
dengan pengurangan jumlah pegawai dan staf kurang
profesional di perusahaan perbankan hasil merger.
Page | 17
d. Terjadinya benturan kepentingan, kondisi saling curiga dan
bahkan konflik diantara para anggota komisaris dan direksi. Hal
ini terjadi jika bank hasil merger tersebut dikuasai oleh lebih satu
pemegang saham pengendali. Sebagian anggota komisaris dan
direksi yang ada cenderung untuk berlomba mewakili
kepentingan masing-masing pemilik dari bank hasil merger
dengan menunjukkan prestasi kelompoknya masing-masing.
e. Kegiatan merger dalam dua tahun pertama cenderung diikuti
dengan strategi efisiensi; sehingga hal ini akan mengurangi
semangat dan kreativitas dari sebagian pihak Direksi dan staf
profesional. Jika hal ini berlanjut cukup lama maka biasanya akan
diikuti dengan proses exodus para manager menengah yang
profesional dan inovatif.
f. Benturan budaya perusahaan tidak dapat dielakkan; sehingga
tentunya perusahaan hasil merger akan mengalami penurunan
dalam jangka pendek.
2. Pengaruh Makroekonomi
Di beberapa negara berkembang lainnya di dunia, strategi merger
biasa digunakan untuk memperkuat dan memperluas kepemilikan
Pemerintah pada industri perbankan. Alasannya pelaksanaan
strategi ini agar pemerintah dapat menjalankan program
pembangunan dengan dukungan lembaga perbankan yang
dikendalikan.
Strategi ini ternyata tidak sepenuhnya berhasil, karena yang
terjadi adalah mismanajemen dalam pengelolaan organisasi bank
merger yang semakin besar, dengan laporan banyaknya kejadian
kasus , penunjukan rekanan teman sendiri, inefisiensi penggunaan
anggaran promosi dan anggaran pengembangan, serta
diketemukannya berbagai kasus korupsi.
Kasus di salah satu bank hasil merger di tanah air, membuktikan
sebagian dari dugaan ini. Kurangnya pengawasan dari pihak Dewan
Komisaris, yang melimpahkan kewenangan yang lebih besar pada
pihak Direksi untuk memutuskan kelayakan kredit usaha pada
jumlah yang besar, telah membawa akibat meningkatnya angka
NPL bank tersebut.
Dampak negatif terjadi karena tidak transparannya perusahaan
merger milik pemerintah yang tidak diawasi sepenuhnya oleh
publik. Pada perspektif yang lain,strategi merger dan akuisisi
Page | 18
dipandang sebagai alat untuk memperkuat struktur kapital
perbankan secara makro di lokasi operasi peserta bank merger.
Tujuan ini dilaksanakan agar tercapai proses penguatan landasan
keuangan perbankan nasional menuju konvergensi.
Dalam kaitan ini Bank Indonesia beberapa tahun terakhir telah
merubah kebijakan publiknya untuk mengundang partisipasi asing
dalam proses merger bank-bank nasional di Indonesia – sehingga
diharapkan akan tercapai arsitektur pengaturan kapitalisasi
perbankan secara bentuk “kerucut piramida”. Kebijakan ini
tentunya perlu dilakukan secara hati-hati, dan bahkan jika perlu
dikaji ulang, mengingat bukti-bukti empiris yang belum mendukung
sepenuhnya dugaan tersebut.
Internasionalisasi kepemilikan asing dalam arsitektur perbankan
nasional memiliki potensi yang akan memberikan dampak negatip
pada perekonomian nasional, mengingat beberapa potensi
ancaman berikut ini:
a. Kemungkinan timbulnya kesenjangan antara proses akumulasi
dana pihak ketiga dan proses penyalurannya untuk kepentingan
perekonomian lokal dan nasional.
b. Kurangnya partisipasi bank asing dalam pendanaan kegiatan
usaha berskala besar di tanah air, seperti pendanaan program
pembangunan infrastuktur, mengingat perhitungan managemen
resiko yang sangat ketat yang mereka jalankan.
c. Pada saat kondisi politik di dalam negeri menghadapi skenario
kemelut dan krisis, maka cadangan bank-bank asing di Indonesia
akan terjadi.
d. Bank asing akan memindahkan sementara waktu dana yang
terhimpun di dalam negeri ke anak-anak perusahaan holding
yang lokasinya terdekat, seperti di Singapura dan Hongkong.
e. Tingkat multiplier penyerapan tenaga kerja di bank milik asing
akan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan angka-angka
multiplier pada perusahaan perbankan milik swasta domestik
dan perusahaan BUMN.
Page | 19
atas sinergi yang akan diperoleh, dilihat dari sinergi operasional dan sinergi
financial.
Sinergi operasional, umumnya dengan membandingkan sumber daya
masing-masing perusahaan, antara lain: Visi Misi dan tujuan perusahaan,
perencanaan strategik, Sumber Daya Manusia, jaringan, pangsa pasar,
Informasi Teknologi yang digunakan, dan budaya kerja masing-masing
perusahaan.
Evaluasi finansial, didasarkan atas: analisis laporan keuangan
perusahaan, berupa neraca dan laba rugi, baik yang berupa on atau off
balance sheet, serta fee based income. Metoda yang digunakan bermacam-
macam, salah satunya menitik beratkan pada cash flow, sebagai berikut:
1. Analisis proyeksi arus kas dengan menggunakan diskon faktor
sesuai biaya dana perusahaan (Discounted cash flow approach)
2. Analisis yang didasakan atas ratio harga saham dengan pendapatan
(Price Earning Ratio) dibandingkan dengan nilai P/E dari perusahaan
sejenis
3. Penilaian atas dasar nilai buku,yang beberapa pos dari neraca
disesuaikan dengan perkiraan risiko yang mungkin ada sehingga
mengurangi nilai buku (Adjusted book value)
I. Kesimpulan
• Merger dan akuisisi hanya akan dilakukan jika nilai dari perusahaan
hasil merger atau akuisisi tersebut lebih besar dibanding dengan
jumlah nilai masing-masing perusahaan.
Page | 20
• Walaupun hasil analisis menunjukkan bahwa hasil merger atau akuisisi
akan lebih baik, namun tetap memerlukan waktu penyesuaian,
terutama untuk menyatukan budaya kerja dari kedua perusahaan
I. Daftar Pustaka
Page | 21