You are on page 1of 19

PERGURUAN TINGGI ILMU KEPOLISIAN

MAHASISWA ANGKATAN LV

PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA


DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Krisis ekonomi yang terus-menerus berkepanjangan, berdampak semakin


jelas kesenjangan sosial ekonomi, makin mengendur dan bergesernya nilai-nilai
dan kaidah kehidupan masyarakat serta timbulnya ancaman terhadap makin
mengerdilnya nilai-nilai moral, etik, spiritual dan keagamaan. Fungsi orangtua dan
ikatan keluarga dalam masyarakat tradisional menjadi makin longgar akibat
munculnya perilaku dan gaya hidup yang baru yang tidak dikenal sebelumnya.

Permasalahan masyarakat yang timbul dan berkembang bersamaan dengan


krisis berkepanjangan di berbagai bidang kehidupan dewasa ini, menjadi makin
kompleks dan serius akibat dampak negatif arus globalisasi dan ketergantungan
antarbangsa yang makin kuat. Berbagai perilaku yang tadinya tidak dikenal
masyarakat, terutama kalangan generasi muda dan remaja seperti hedonisme,
holiganisme, berbagai makanan instan serta penyalahgunaan obat-obat terlarang,
kini makin berkembang, bahkan cenderung mewabah dan menjadi tempat pelarian
bagi mereka yang tidak mampu mengendalikan diri. Makin meningkatnya
penyalahgunaan obat-obat terlarang oleh sementara generasi muda dan kalangan
remaja khususnya, semakin mencemaskan mengingat intensitas penyalahgunaan
obat akhir-akhir ini selain makin marak, juga makin meluas sehingga dapat
membahayakan. Kita sangat mengharapkan operasi pembersihan secara besar-
besaran terhadap penyalahgunaan obat yang akan dilancarkan, baik oleh inisiatif
berbagai kalangan masyarakat maupun oleh kepolisian dewasa ini, akan mencapai
hasil optimal, paling tidak dapat membatasi meluasnya penyalahgunaannya.

Masalah penyalahgunaan peredaran narkotika dan obat-obat terlarang


(narkoba) kembali marak di wilayah Republik Indonesia. Berbagai keberhasilan Polri
dan masyarakat menguak dan menangkap para pemakai pengedar narkoba,
tampaknya tidak menyurutkan nyali pengedar dan penggunanya. Di samping itu,

1
berbagai seminar dan bentuk kegiatan lainnya telah gencar membahas masalah
tersebut, namun tidak satu pun yang dapat menemukan terapi penanggulangannya.

Letak geografis negara Indonesia yang sangat strategis (posisi silang)


sangat memungkinkan Indonesia berpeluang menjadi negara transit, bahkan
menjadi negara tujuan lalu lintas perdagangan gelap narkotika dan psikotropika,
ditambah dengan era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi
komunikasi, liberalisasi perdagangan serta pesatnya kemajuan industri pariwisata
menjadikan Indonesia semakin rawan.

Jika hal ini tidak diikuti dengan tindakan pencegahan dan pemberantasan
yang sistematis dan koordinasi serta kerja sama yang baik di antara bangsa-bangsa
di dunia, dapat menimbulkan akibat yang merugikan tidak saja untuk generasi kini,
tetapi juga generasi mendatang. Untuk itu, menjadi semakin penting diperhatikan
masalah ratifikasi Konvensi PBB tahun 1988 tentang pemberantasan lalu lintas
perdagangan gelap narkotika tersebut.

Masalah tersebut menjadi semakin penting terutama dikaitkan dengan


United Nations Convention Against ILLICIT Traffic in Narcotic Drugs and
Psychotropic Substance, 1988 (Konvensi PBB Tahun 1988 tentang Pemberantasan
Lalu Lintas Gelap Narkotika dan Psikotropika) dan Meluasnya perdagangan gelap
narkotika dan psikotropika ,Masyarakat internasional dihadapkan pada masalah
serius yang timbul dari peredaran gelap narkotika dan psikotropika yang berakibat
sangat buruk bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Pada akhirnya dapat
pula menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban, yang dapat mempengaruhi
usaha-usaha pembangunan nasional.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penulisan makalah ini adalah :

a. Untuk memberikan gambaran kepada para pembaca makalah ini mengenai


bahaya NARKOBA serta penyalahgunaan dan peredaran gelapnya.

b. Untuk memberikan masukan kepada masyarakat, dalam memahami tentang


bahaya Narkoba seta usaha penanggulangan yang dapat dilakukan.

c. Strategi penanggulangan penyalahgunaan NARKOBA di Indonesia

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

Untuk mengetahui upaya-upaya yang mungkin dapat dilakukan dalam usaha


menanggulangi Narkoba.

2
C. PERMASALAHAN

Berdasarkan pada asumsi masalah yang telah kami uraikan di atas maka
rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bahaya penyalahgunaan narkoba?

2. Bagaimanakah Peredaran dan penyalahgunaan narkoba dapat terjadi?

3. Bagaimakah upaya penaggulangan narkoba yang dilakukan oleh POLRI dan


instansi pemerintah serta masyarakat pada umumnya?

BAB II PENGENALAN TENTANG NARKOBA

Narkoba merupakan sebuah singkatan dari Narkotika Obat-obatan terlarang dan


bahan adiktif lainya yang merupakan bahan yang dapat menimbulkan kertegantungan
kepada pemakainya adapun penegrtian lebih lanjut tentang narkoba sebagai berikut :

1. Narkotika

a. Istilah narkotika yang dikenal di indonesia berasal dari bahasa inggris


Narcotics yang berarti obat bius, yang sama artinya dengan kata Narcotics,
dalam bahasa yunani yang berarti menidurkan atau membiuskan. Pengertian
narkotika secara umum adalah suatu zat/substansi yang dapat menimbulkan
perubahaan perasaan, suasana pengamatan/penglihatan karena zat/substansi
tersebut mempengaruhi susunan syaraf pusat serta dapat menimbulkan
ketergantungan baik fisik maupun psikis.

b. Pasal 1 ayat (1) Undang-undang R.I No.22 tahun1997 tentang


narkotika. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-
undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan Keputusan Mentri
Kesehatan.

c. Jenis-jenis narkotika menurut cara pembuatannya dapat dibagi


kedalam tiga golongan, yaitu :

3
1) Narkotika alam adalah narkotika yang berasal dari hasil olahan tanaman
yang dapat dikelompokkan dari tiga jenis tanaman masing-masing :

2) Narkotika semi sintetis, adalah narkotika yang dibuat dari alkaloid opium
dengan inti penanthren dan diproses secara kimiawi untuk menjadi bahan
obat yang berkhasiat sebagai narkotika.

Contoh yang sering disalah gunakan adalah heroin.

3) Narkotika sintetis, adalah narkotika yang diperoleh melalui proses kimia


dengan menggunakan bahan baku kimia, sehingga diperoleh suatu hasil
baru yang mempunyai efek narkotika.

Contoh dari jenis ini adalah pethidine dan methadone

d. Mengingat maraknya peredaran Narkotika khususnya jenis heroin Putaw, dasar


hukum yang tepat dipergunakan oleh aparat penegak hukum adalah :

1) Undang-undang RI No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.

2) Undang-undang RI No. 7 tahun 1997 tentang


pengesahan Konvensi PBB tentang Pemberantasan Peredaran Gelap
Narkotika dan Psikotropika.

3) Undang-undang RI No. 22 tahun 1997 tentang


Narkotika.

4) Skep Menkes RI Nomor 1173 / Menkes / SK / X / 1998


tentang penunjukan Laboratorium Pemeriksaan Narkotika dan Psikotropika.

2. Psikotropika

Berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika yang


dimaksud dengan psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah atau sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Yang mana menurut Undang-undang R.I Tahun 1997 tentang Psikotropika
terbagi atas 4 (empat) golongan yaitu :

a. Golongan I yang terdiri atas 26 zat/ senyawa

Misalnya : Ecstasy (MDMA,DMA, MDEA), lesirgia (LSD), Psilosibina dan lain-


lain.

b. Golongan II yang terdiri atas 14 zat/senyawa

4
Misalnya : Amfetamia, Shabu-shabu (Methamfetamina), Fensiclidina (PCP) dan
lain-lain.

c. Golongan III yang terdiri atas 9 zat/senyawa

Misalnya : Amorbabital, Flunitrazepam, Siklobarbital dan lain-lain.

d. Golongan IV yang terdiri atas 60 zat/senyawa

Misalnya : Diazepam, Lorazepam, Nitrazepam, dan lain-lain.

Pengaruh penggunaan psikotropika terhadap susunan syaraf pusat manusia dapat


dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

a. Depresant (obat penenang), yaitu yang mempunyai daya kerja menekan


susunan syaraf, memudahkan tidur atau mengurangi aktivitas susunan syaraf
pusat.

Contoh antara lain : Sedatin (pil BK), Rohypnol, Mogadon, Valium, Mandrax.

b. Stimulant (obat perangsang), yaitu memounyai daya kerja mengaktifkan


susunan syaraf pusat

c. Hallucinogen (obat penghayal), yaitu mempunyai daya kerja menimbulkan


perasaan yang tidak riil/nyata karena penerimaan panca indra yan g salah
(halusinasi atau khayalan).

Contoh : LSD (Licergic Acid Dyatilamide).

Jenis Psikotropika saat ini yang paling banyak beredar di Indonesia adalah Ecstasy
dan Shabu.

a. Ectasy

Ectasy adalah Psikotropika jenis pil yang mempunyai reaksi cepat sekitar
30 menit setelah menelan efeknya akan terasa sangat energik dan bahagia
secara fisik maupun mental tergantung kemampuan toleransi pemakainya,
perasaan tersebut akan berakhir setelah 2 (dua) sampai 6 (enam) jam. Buruknya
setelah efek berakhir maka pemakainya akan mengalami kekacauan, tubuh
mengalami kelelahan dan menjadi mudah tersinggung.

Dari data yang tercatat di Kepolisian Eropa (EUROPOL) pada tahun 1997
akhir dijelaskan bahwa jenis ectasy yang beredar diwilayah eropa mencapai
sekitar 197 jenis. Dari berbagai jenis macam ectasy tersebut pada prinsipnya
bahan penyusun ectasy yang terdaftar berbagai golongan I dan golongan II
adalah:

5
1) Amfetamine (Psikotropka Golongan II)

2) Metamfetamine (Psikotropika Golongan II)

3) Methyl Dioksi Amfetamine (MDA) Psikotropika Gol I

4) Methyl Dioksi Methsmfetamine (MDMA) Psikotropika Gol I

5) Methyl Dioksi Ethamfetamine (MDEA) Psikotropika Gol I

6) Methyl Benzodioksol Butanamine (MBDB) Psikotropika Gol I

7) Dimethyloxy Bromamfetamine (DOB) Psikotropika Gol I

8) Campuran/gabungan dari bahan-bahan tersebut diatas.

b. Shabu - Shabu

Di Indonesia biasa disamarkan dengan shabu-shabu merupakan zat


psikotropika yang tersusun dari bahan kimia Methamfetamine (Psikotropika
golongan II). Shabu-shabu yang banyak beredar di Indonesia sebagian besar
berasal dari daratan China yaitu Guangzhou, Zen-zen.

Bentuk dari shabu-shabu adalah seperti kristal/ pecahan-pecahan kaca


yang mana apabila shabu-shabu tersebut dibakar atau dipanaskan akan
mencair sedangkan apabila didinginkan akan membeku kembali. Pengaruh dari
shabu-shabu adalah akan membuat pemakainya menjadi senang, susah tidur.
Bergairah, dan menimbulkan efek halusinasi berupa khayalan-khayalan.

Obat-obatan dibedakan dalam empat golongan besar, yaitu :

a. Obat Bebas, dapat diperoleh secara bebas di pasaran baik


di took obat atau apotek, dengan tanda lingkaran hijau, garis tepi warna
hitam.

b. Obat Bebas Terbatas, dapat diperoleh secara bebas dipasaran baik di took
obat atau apotek, dengan tanda lingkaran biru, dengan garis tepi warna
hitam.

c. Obat Keras :

1) Obat Keras (Daftar G) dapat diperoleh hanya dengan resep dokter di


apotek, dengan tanda lingkaran merah dengan garis tepi hitam disertai
huruf K ditengah.

6
2) Obat Keras Tertentu, dapat diperoleh hanya dengan resep dokter di
apotek, dengan tanda lingkaran merah dengan gairs tepi warna hitam
disertai huruf K ditengah.

d. Obat Narkotika, dapat diperoleh hanya dengan resep dokter di apotek,


dengan tanda lingkaran merah dengan garis tepi warna hitam disertai
gambar seperti bunga cengkeh di tengah.

BAB III PEREDARAN GELAP DAN PENYALAH GUNAAN NARKOBA

A. FAKTA – FAKTA PEREDARAN GELAP NARKOBA

Dalam perkembangan hukum di Indonesia khusus terhadap pelaku tindak


pidana narkoba, telah ada beberapa Undang-undang yang mengatur secara khusus
terhadap pelaku tindak pidana narkoba yaitu, Undang-undang No 22 tahun 1997
tentang Narkotika dan Undang-undang No 5 tahun 1997 tentang Psikotropika selain
itu ada Undang-undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan yang juga mengatur
terhadap bahan-bahan kedokteran yang berbahaya yang bisa digunakan untuk
komposisi atau campuran membuat Psikotropika ( Prekursor ).

Sebagaimana diberitakan oleh koran Media Indonesia yang mengatakan,


“Bahwa saat ini 2% atau sekitar 4 juta orang penduduk Indonesia menjadi pecandu
narkoba dan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan hingga 100% sehingga
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang justru
mengalami penurunan, maka Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki
tingkat pertumbuhan pamakaian narkoba tertinggi di dunia”. Pertumbuhan ini
dikarenakan Indonesia tidak hanya sekedar menjadi daerah transit Narkotika dan
Psikotropika semata sebagaimana pola lama yang berlaku yaitu Indonesia hanya
merupakan daerah persinggahan yang tujuan selanjutnya narkoba tersebut
diteruskan menuju negara Australia sebagai negara tujuan utama, tetapi pola baru
saat ini Indonesia juga sudah menjadi Country Market atau semacam Destination
Country dimana narkoba tersebut akan dijual dan dipasarkan, hal ini disebabkan
negara Indonesia memiliki pasar yang bagus dan merupakan negara potensial dari
berbagai segi seperti besarnya jumlah penduduk, letak goegrafis yang strategis dan
kondisi sosial politik tengah berada pada proses transisi dimana stabilitas politik dan
keamanan masih sangat labil dan rapuh

Cara penyebaran narkoba sekarang ini langsung menyerang kesegenap


lapisan masyarakat terutama generasi mudanya, sehingga akan berdampak
strategis terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara padahal generasi muda

7
dianggap sebagai generasi penerus bangsa dan juga sebagai calon-calon
pemimpin bangsa masa depan yang diharapkan mampu memimpin bangsa ini
disegala sektor kehidupan membawa bangsa ini mencapai tujuan nasional serta
dapat bersaing dengan negara-negara lain didunia. Hal tersebut dapat kita
bayangkan bagaimana jadinya bangsa ini apabila para remaja yang sekaligus
sebagai sebagai generasi penerus bangsa sudah terlibat dengan narkoba, dimana
narkoba tersebut sangat merusak individu sipemakainya, maka yang terjadi adalah
kehancuran bagi bangsa Indonesia yang besar ini, sehingga dapat dikatakan
apabila ingin menghancurkan suatu bangsa tidak perlu repot-repot cukup kirim saja
narkoba sebanyak mungkin kenegara tersebut agar para remajanya menjadi
pemakainya sehingga akan merusak mental siremaja tersebut.

Bagi negara yang tidak menerapkan penghukuman atau melakukan tindakan


secara hukum terhadap peredaran narkoba diwilayahnya baik bagi pemakai,
pengedarnya ataupun pembuatnya ada beberapa dampak yang bisa ditimbulkan
dari kebijaksanaan tersebut antara lain :

1. Jumlah pemakai atau pengguna narkoba akan meningkat

2. Black Market atau pasar gelap narkoba akan hilang dan yang
muncul adalah pasar bebas narkoba

3. Akan meningkatnya kejahatan disuatu daerah yang dimana


peredaran narkobanya sangat tinggi

4. Biaya rehabilitas untuk pengguna narkoba yang dikeluarkan oleh


pemerintah akan menjadi sangat tinggi

5. Kehidupan sosial masyarakat akan terganggu dan sistem yang ada


dalam masyarakat tidak berjalan dengan baik

6. Banyaknya biaya yang dikeluarkan baik oleh pemakai, dan


keluarganya untuk kebutuhan rehabilitasi

Peredaran Narkoba di Indonesia pada hakekatnya melalui 3 ( tiga ) komponen yaitu

a. Produser.

b. Distributor.

c. Konsumen.

Beberapa lingkungan tempat yang sering menjadi sasaran peredaran gelap


Narkoba antara lain:

a. Lingkungan Pergaulan danTempat Hiburan ( Diskotik, Karaoke,


Pub ).

8
b. Lingkungan Pekerjaan baik di institusi pemerintahan amaupun
swasta bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa di lingkungan Polri sendiri di
dapati kasus penyalahgunaan narkoba.

c. Lingkungan Pendidikan Sekolah, Universitas/Kampus sangat


memungkinkan terdapat peredaran narkoba karena banyak nya interaksi yang
terjadi baik antar teman maupun lingkungannya

d. Lingkungan tempat tinggal Perumahan Asrama, Tempat Kost /


rumah kontrakan, Apartemen dan Hotel.

B. FAKTA-FAKTA PENYALAHGUNAAN
NARKOBA

Kejahatan yang paling tinggi pada anak-anak remaja atau yang sudah
dewasa adalah penyalahgunaan narkoba, hal ini dikarenakan para remaja atau
anak dewasa merasa tertarik terhadap hal-hal yang baru tidak terkecuali hal yang
baru itu merupakan tindak pidana yang paling diperangi oleh pemerintah sekarang
ini. Bahkan penyalah gunaan ini telah merambah bukan hanya pada level sekolah
menengah atas akan tetapi sudah ditemukan indikasi digunakan oleh anak-anak
sekolah dasar, dengan kemasan yang lebih simpel dan menarik seperti hanya
dengan mengunyah permen yang mengandung zat narkoba.

Menurut E. Durkheim, bahwa kejahatan tidak akan lepas dari kejahatan


tersebut, tetapi begitu kejahatan dilihat dari gaya hidup kejahatan tidak lagi hanya
dipandang namun mementingkan tuntutan harus berbuat jahat. Akses dari
kejahatan adalah kemauan untuk berbuat jahat sedangkan akses resminya adalah
adanya korban. Jadi dapat disimpulkan dari teori diatas adalah kejahatan itu tidak
akan pernah hilang dan ketika seseorang remaja akan mengenang atau melakukan
perilaku menyimpang sesuai dengan seorang remaja, maka hal itu jangan terlalu
dipedulikan karena hal tersebut sudah menjadi kodratnya bagi seorang remaja.
Setiap orang tidak mungkin lepas dari kejahatan yang terpenting adalah jangan
terlalu banyak melakukan kejahatan tersebut.

Dapat kita bayangkan bahwa pada saat seseorang berusia amat muda atau
berumur belasan tahun, sebetulnya nasibnya sudah ia tentukan sendiri. Sehingga
seorang remaja juga sudah menentukan nasibnya atau jalan hidupnya pada usia
amat muda, coba bayangkan kalau hal itu terjadi dimana seorang remaja sudah
menentukan jalan hidupnya akan menjadi seorang penjahat atau “god father”, atau
apabila itu terjadi dari sejumlah 50-an juta anak remaja/muda di Indonesia itu
5%nya saja memilih tetap memilih jalan kejahatan mereka, betapa tingginya biaya
sosial atau social cost yang ditanggung oleh masyarakat dan tidak dapat kita

9
bayangkan apabila kejahatan tersebut digabungkan dengan penyalahgunaan
narkoba seperti yang telah diuraikan diatas.

Berdasarkan informasi yang kita dapat atau yang dapat kita dengar
penyalahgunaan narkoba dewasa ini sudah merambah kesegala umur sebagai
pemakainya, baca dan lihat dimedia elektronik dan media cetak banyak sekali
pemakai/pengguna narkoba yang sudah tertangkap, serta banyak juga diantara
mereka yang meninggal dunia akibat pemakaian narkoba yang berlebihan atau
yang lebih dikenal dengan over dosis. Mengapa jumlah pengguna narkoba secara
statistik terus bertambah, padahal dipihak lain pemerintah sudah berupaya keras
untuk mengatasi permasalahan tersebut, baik melakukan penangkapan, pemutusan
jalur narkoba, penggrebekan pabrik-pabrik obat terlarang, memperketat tata niaga
bahan-bahan berbahaya terutama yang berhubungan sebagai prekursor narkoba
selain itu pemerintah juga mendirikan beberapa rumah sakit ketergantungan
narkoba baik itu yang dikelola pemerintah atau yang dikelola oleh swasta, namun
upaya-upaya yang dilakukan tersebut tidak mengurangi peredaran narkoba serta
pemakaiannya.

Faktor-faktor yang mungkin merupakan alternatif dan mungkin juga


berproses secara akumulatif dari berbagai segi kehidupan, dan juga tindak pidana
penyalahgunaan narkoba merupakan tindak pidana yang berhubungan dengan
“gaya hidup” atau Live Style. Kejahatan atau tindak pidana yang berhubungan
dengan gaya hidup ada beberapa ketegori antara lain :

a. Sub Culture, yaitu remaja yang melakukan kenakalan karena dia


mengembangkan Sub kultur dan perilaku tertentu, dimana kelompok remaja ini
mereka merasa bebas dalam melakukan penyimpangannya dan kelompok
mereka ini dikenal sangat solid seperti kelompok “Hippies”.

b. Trend atau Mode, yaitu orang melakukan kenakalan atau berperilaku


menyimpang karena dia mencontoh orang lain atau dengan kata lain
penyimpangan yang dilakukan itu lagi trend atau lagi “in” pada masa itu, atau
kecenderungan itu terjadi karena masanya.

c. Ekspresionisme, yaitu seseorang melakukan penyimpangan itu karena dia ingin


menonjolkan dirinya atau ingin mengekspresikan dirinya, sehingga dia berharap
orang yang melihat akan menilai dirinya “jagoan” sehingga perbuatannya itu
akan menarik perhatian orang banyak.

BAB IV PENANGGULANGAN NARKOBA

10
Langkah penanggulangangan Narkoba wajib dilakukan oleh seluruh lapisan
masyarakat terutama pemerintah dan aparat penegak hukum kaeran pemberantasan
tindak pidana narkoba bukan merupakan tanggung jawab salah satu instansi
pemerintah saja akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama, secara nasional stretegi
penanganan narkoba adalah :

a. Supply Reduction

Pencegahan dan represi produksi, distribusi dan peredaran

Peran POLRI secara bersama dengan instansi pemerintahan yang lain untuk
melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap produksi dan distribusi bahan
dan obat berbahaya yang mungkin bisa disalahgunakan dengan diselundupkan.
Bila volume narkoba yang ada di pasar kurang atau tidak ada maka secara otomatis
pengguna narkoba tidak akan bisa mendapatkan narkoba.

b. Demand Reduction

Promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif & after care

Dengan metode tersebut diharapkan akan mengurangi permintaan terhadap


narkoba, dengan harapan bila tidak ada konsumen maka para pengedar tidak akan
bisa menjual narkoba dan produsen akan berhenti memproduksi narkoba.

c. Harm Reduction

Mencegah perluasan dampak buruk

Dampak buruk yang diakibatkan oleh narkoba sungguh sangat luas, berawal dari
pemakaian narkoba terutama dengan jarum suntik secara bergantian akan
membantu penyebaran virus HIV / AIDS. Maka metode yang digunakan dalam
strategi harm reduction di Indonesia adalah dengan :

1. Program Layanan Jarum Suntik Steril (LJSS)

Para pecandu bisa membeli / menukarkan jarum suntik yang lama dengan jarum
suntik baru yang steril di puskesmas / tempat pelayanan lain yang sudah
ditentukan.

2. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)

Metadon adalah pengganti opiat yang legal, yang secara farmakologis sama
dengan heroin, dikonsumsi secara oral (diminum) dengan pengawasan dari
dokter dengan pengurangan doses dalam jangka waktu bertahap. Dengan

11
harapan akan mengurangi dosis kecanduan pengguna sampai akhirnya berhenti
menggunakan narkoba.

Secara terperinci penanggulangan peredaran dan penyalah gunaan narkoba


oleh instansi dapat dilakukan oleh :

1. POLRI

Langkah yang dilakukan polri dapat digolongkan menjadi 3 tahapan antara lain :

a. PRE-EMTIF antara lain dilakukan dengan cara :

• Educatif pembinaan dan pengembangan lingkungan pola hidup


masyarakat.

• Menciptakan hubungan yang harmonis antar sesama masyarakat


dan antara masyarakat dengan Polri.

• Mengisi mental Rohani bahwa menggunakan, membeli bahkan


sampai memperjual belikan adalah perbuatan melanggar norma hukum dan
norma agama.

• Mengadakan pendekatan Prosperity (kemakmuran), contohnya


dengan mengantikan tanaman ganja yang sering di tanam dengan tanaman
pengganti bagi masyarakat petani di Aceh.

b. PREVENTIF yaitu peranan polri dalam pencegahan penyalah gunaan dan


meluasnya peredaran Narkoba. Dapat dilakukan melalui cara :

PENCEGAHAN LANGSUNG : yaitu mencegah terjadinya ancaman faktual (AF)


yang merupakan tugas polisi berseragam dengan cara antara lain sebagai
berikut:

a) Mencegah masuknya narkoba dari Luar negeri dengan melakukan


pengawasan secara ketat di daerah-daerah antara lain:Bandar, pelabuhan
laut dan perbtasan-perbatasan darat.

b) Mencegah lalulintas Narkoba ilegal di dalam negeri dengan melakukan


kegiatan-kegiatan antara lain: Opsus (operasi Khusus) sepanjang tahun di
jalan-jalan (Razia)

c) Melakukan Razia di tempat-tempat rawan lalulintas narkoba secara ilegal


atau tempat-tempat rawan transaksi narkoba termasuk, di sekolah,perguruan
tinggi Lembaga pemasyarakatan, tempat rehabilitasi dan lain-lain.

12
d) Mengawasi tempat-tempat hiburan seperti Diskotik, karaoke, pub, kafe
warung remang dan lain-lain

e) Mengadakan Patroli pencarian sumber Narkoba atau ladang ganja


meliputi seluruh wilayah terpencil

f) Mencegah kebocoran Narkoba dari sumber-sumber resmi seperti Rumah


sakit, Apotik, Barang bukti dari aparat kepolisian, kejalsaan, pengadilan dan
lainya.

g) Pencegahan Melalui kegiatan penyuluhan, penerangan dan bimbingan


tentang bahaya narkoba, perlunya disiplin pribadi dan kelompok tentang
semboyan “Say No To Drug”, dan juga tentang perlunya pengawasan
lingkungan oleh masyarakat sendiri terutama keluarga

c. REPRESIF Yaitu upaya penindakan penegakan hukum tindak pidana


penyalahgunaan narkoba melalui penyidikan dan penyelidikan secara continue
dengan operasi Cobra, Nila dan lain-lain yang sasaran operasi kepolisian
sebagai berikut :

• Memutuskan jalur peredaran gelap obat terlarang

• Mengungkap jaringan sindikat

• Mengungkap motivasi/ latar belakang kejahatan lahgun obat


terlarang.

Adapun agar mempersempit ruang gerak peredaran narkoba dalam


penindakan hukum perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Memanfaatkan perangkat hukum yang ada secara maksimal


dan tepat sasaran agar tercipta keseimbangan antara perbuatan yang
dilakukan dengan sanksi hukuman yang diterapkan.

b) Menindak bagi siapasaja yang menghalangi atau


mempersulit penyidikan dan penyelidikan sesuai PASAL 92 UU NO.
22/1997dengan ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara.

c) Penerapan sanksi yang berat akanmengangkat wibawa


undang-undang dan aparat penegak hukumnya sendiri. Perkara Narkoba di
dahulukan (prioritaskan) dari perkara lainya untuk diajukan ke pengadilan
untuk peneyelesaian perkara secara cepat sesuaiPSL 64 UU NO. 22/1997
dan PASAL 58 UU NO. 5/1997.

13
2. INSTANSI TERKAIT BAIK PEMERINTAH MAUPUN NON PEMERINTAH.

a) Dengan meningkat kan kerja sama antar instansi terkait Seperti antara lain
dengan :DEP. KEUANGAN CQ BEA CUKAI, DEP. KEHAKIMAN & HAM CQ.
IMIGRASI DAN PENGADILAN , KEJAKSAAN, DEP. PENDIDIKAN NASIONAL,
DEP. AGAMA, DEP. PARIWISATA SENI DAN BUDAYA , DEP.
PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN, BADAN POM DEPKES & KESSOS ,
DLL, kerjasama tersebut di bawah naungan Badan Koordinasi Narkotika
Nasional (BKNN) berdasarkan KEPPRES NO 116/1999 TANGGAL 29
SEPTEMBER 1999.

b) Treatment dan Rehabilitasi yang dilaksanakan baikoleh pemerintah ataupun


swasta dalam upaya menolong, mengobati dan merawat korban
penyalahgunaan Narkoba melalui medis ataupun pembinaan rohani oleh
lembaga tertentu. Seperti contoh :

 Tempat rehabilitasi Milik Polri: WISMA PAMARDI


SIWI.

 Tempat rehabilitasi yang di kelola Pemerintah


Maupun Depkes : RSKO FATMAWATI.

 Tempat rehabilitasi LEMBAGA NON PEMERINTAH :

- PESANTREN SURALAYA

- REHABILITASI DULOS

- REHABILITASI RAWAMANGUN, DLL

3. MASYARAKAT

Peran serta masyrakat dengan dasar sesuai dengan PASAL 54 UU NOMOR


5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DAN PASAL 57 UU NOMOR 22
TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA dapat dilakukan antara lain dengan cara :

1) Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya dalam upaya


mencegah penyalahgunaan Narkoba.

2) Wajib melaporkan kepada pihak yang berwenang bila mengetahui adanya


penyalahgunaan dan peredaran Narkoba.

3) Pelapor mendapat jaminan keamanan dan perlindungan dari pihak berwenang.

14
Selain ketiga hal yang telah di sebutkan di atas secara lebi terperinci peran
serta masyarakat dapat dilakukan dengan berbagi cara sesuai dengan lingungan
yang antara lain :

a) Di lingkungan Keluarga

• Membangun hal yang positif dalamlingkungan keluarga dengan


kegiatan bermanfaat sepertiBeladiri, kursus bahasa / komputer, pecinta alam
dan lain-lain

• Perhatian dan pengawasan yang lebih dari orang tua kepada


anak-anaknya.

• Menciptakan iklim komunikasi yang baik antar anggota keluarha

• Menciptakan keluarga yang rukun dan harmonis

b) Masyarakat di lingkungan PendidikanKAMPUS/ SEKOLAH

• Menampilkan peran kepala sekolah/ guru maupun karyawan


sebagai pemimpin dan tauladan di lingkungan sekolah / kampus

• Mengaktifkan peran dari mahasiswa dan pelajar secara maksimal.

• Penyadaran tenang bahaya narkoba secara dini kepada anak didik


mellui sosialisasi dan penyuluhan-penyuluhan

• Melakukan upaya deteksi dini dan pencegahan peredaran


dilikungan tempat didik yang dinggap rawan peredaran narkoba

• Mewaspadai pergaulan anak didik sehari hari dan meidentifikasi


bagi anak didik yang di curigai mengkonsumsi narkoba di berikan
pengawasan secara Khusus.

• Memberikan bimbingan mental /konseling untuk mencegah


terjadinya konflik pribadi yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
masa pertumbuhan remaja.

c) Unsur keagamaan melalui peran ulama / pendeta ataupun tokoh agama


ataupun dengan pondok pesantren dan pendidikan keagamaan lainya.

d) Lingkungan Kelompok masyarakat Lainya dengan memelihaa motivasi


masyarakat dan potensi masyrakat yang ada untuk melawan danmemerangi
penyalahgunaan narkoba melalui sarana media massa baik cetak maupun
elektronik, serta ceramah sesuai pasal 54 UU NO. 5/1997 & 57 (1) (2) UU NO.
22/1997 .

15
4. KERJASAMA DENGAN NEGARA LAIN

a). KERJASAMA BILATERAL

Di antara model-model perjanjian kerja sama antarnegara, perjanjian


ekstradisi dan perjanjian bantuan hukum timbal-balik dalam masalah pidana,
merupakan perjanjian yang sangat efektif sebagai cara untuk mencegah,
memberantas dan menjatuhkan pidana terhadap pelaku kejahatan berdimensi
internasional, walaupun masih terdapat titik-titik kelemahan seperti penerapan
asas resiprositas, pengertian dan persepsi yang berbeda terhadap hukum
nasional masing-masing negara. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, dapat
ditempuh melalui transmission channel yaitu melalui jalur diplomatik, jalur pusat
kekuasaan, dan jalur Interpol.

United Nations Convention Against ILLICIT Traffic in Narcotic Drugs and


Psychotropic Substance, 1988 (Konvensi PBB tahun 1988 tentang
Pemberantasan Lalu Lintas Gelap Narkotika dan Psikotropika), merupakan hal
yang sangat penting dalam pemberantasan Narkoba di Indonesia, terutama
yang meliputi hal-hal, antara lain masalah kejahatan dan sanksi, jurisdiksi,
penyitaan, ekstradisi, bantuan hukum timbal-balik, pengalihan proses acara,
kerja sama penegakan hukum, bantuan kerja sama teknik untuk negara
berkembang, identifikasi kejahatan, bahan-bahan pembantu, pengangkutan
komersial, dokumen perdagangan, dan pemasangan label ekspor, dan lalu lintas
gelap melalui laut.

Prospek kerja sama bilateral/internasional, melalui perjanjian ekstradisi


dan perjanjian bantuan hukum timbal-balik, diyakini dapat meningkatkan
keamanan di dalam negeri dari ancaman dan bahaya lalu lintas peredaran
narkotika/psikotropika. Di samping itu, juga menunjukkan tanggung jawab
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional yang sungguh-sungguh
dalam memberantas kejahatan money laundering.

Indonesia saat ini telah melakukan kerjasama denga negara-negara lain


dalam upaya mam berantar peredaran narkoba denga jaringan yaitu melalui
organisasi kepolisianya antara lain :

– POLRI - DEA US DEPT. OF JUSTICE

– POLRI - BKA (KEPOL. JERMAN)

– POLRI - AFP (KEPOL. AUSTRALIA)

– POLRI - PDRM (KEPOL. MALAYSIA)

16
– POLRI - CNB (BDN NARKOBA SINGAPURA)

b) KERJASAMA REGIONAL

Untuk mewujudkan perjanjian kerja sama internasional, dalam jangka


pendek pemerintah Indonesia sudah saatnya mengambil inisiatif untuk
mengajukan usul pembentukan perjanjian ekstradisi se-ASEAN (ASEAN
Convention on Extradition) dan jika dimungkinkan perjanjian bantuan hukum
timbal-balik se-ASEAN, yang mewajibkan seluruh negara anggota mengadopsi
ketentuan-ketentuan internasional, sehingga harmonisasi hukum se-ASEAN
dapat terwujud, selain itu juga melkukan kerja sama dengan Kepolisian di
negara asia pasifi (HONLEA) dan juga JCLEC ( Jakarta Center for Law
enforcement Coorporation) sert kerjasama dalam Colombo Plan.

c). KERJASAMA INTERNASIONAL

Usaha PBB untuk memberantas peredaran gelap narkotika dan


psikotropika, yang disinyalir merupakan perdagangan gelap terbesar kedua di
dunia setelah perdagangan senjata, menunjukkan kesatuan tekad masyarakat
internasional untuk bekerja sama dalam menanggulangi masalah narkotika dan
psikotropika, yang meliputi permasalahan-permasalahan, antara lain: kejahatan
dan sanksi, yurisdiksi, penyitaan, ekstradisi, bantuan hukum timbal-balik,
pengalihan proses acara, kerja sama penegakan hukum, bantuan kerja sama
teknik untuk negara berkembang, identifikasi kejahatan, bahan-bahan
pembantu, pengangkutan komersial, dokumen perdagangan dan pemasangan
label ekspor, lalu lintas gelap melalui laut, serta penyelesaian sengketa
penafsiran substansi penghukuman pidana.

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Mengingat penyalahgunaan obat-obat terlarang sangat berbahaya tidak


hanya terhadap diri pemakainya, tapi juga terhadap kelangsungan hidup bangsa
dan negara di satu sisi serta jaringan-jaringan operasinya sangat luas dan canggih
di sisi lain, maka operasi pembersihan yang akan dilancarkan oleh yang berwajib
nanti, perlu dukungan aktif dan positif masyarakat luas. Yang dimaksud dengan

17
dukungan di sini, tidak hanya memberikan informasi mengenai pelaku, pengedar
dan sindikat pemasok obat-obat yang sangat berbahaya itu, tetapi yang terpenting
lagi peran orang tua dan anggota keluarga lainnya sangat menentukan dalam
membentengi keluarga supaya tidak seorang pun anggotanya yang ikut terjerumus
menjadi pelanggan setia dari obat-obat terlarang tersebut.

Penyebaran narkoba sekarang ini langsung menyerang kesegenap lapisan


masyarakat di berbagai lingkungan seperti lingkungan pemukiman,lingkungna
pendidikan, lingkungan pekerjaan dan lingkungan pergaulan dengan sasaran
utama generasi mudanya, sehingga akan berdampak strategis terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara padahal generasi muda dianggap sebagai generasi
penerus bangsa dan juga sebagai calon-calon pemimpin bangsa masa depan yang
diharapkan mampu memimpin bangsa ini disegala sektor kehidupan membawa
bangsa ini mencapai tujuan nasional serta dapat bersaing dengan negara-negara
lain didunia.

Penyalahgunaan Narkoba yang paling tinggi pada anak-anak remaja atau


yang sudah dewasa, hal ini dikarenakan para remaja atau anak dewasa merasa
tertarik terhadap hal-hal yang baru tidak terkecuali hal yang baru itu merupakan
tindak pidana yang paling diperangi oleh pemerintah sekarang ini dan juga karena
berhubungan dengan “gaya hidup” atau Live Style.

Penaggulangan Peredaran dan penyalahgunaan Narkoba bukan merupaka


tanggung jawab polri semata namun perlu melibatkan seluruh lapisan masyarakat
baik pemerintan maupun non pemerintah dan juga kerja sama luar negeri dengan
negara-negra lain.

B. SARAN

1. agar dapat terwujud secara nyata maka penggulangan peredaran


dan penyalahgunaan narkoba hendaknya dapat dilakukan secara koperhensif
berkesinambungan sehinnga hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat
langgsung tidak hanya di bahas dalam lembaga akademis seperti sekolah dan
perguruan tinggi saja.

2. Dilakukan upaya menumbuhkan kesadaran dari pribadi


masyarakat Indonesia akan bahaya narkoba baik bagi diri sendiri, keluarga,
masyarakat sampai dengan bangsa indonesia ini, karena dengan kesadaran
yang mantap akan secara otomatis semboyan “say no to drug” dapat dilakukan
tanpa adanya pengawasan dari pihak lain.

3. Meningkatkan kinerja BKNN secara maksimal dengan menberikan


akses khusus kepada BKNN agar memudahkan koordinasi dengan instansi
terkait untuk kecepatan dan kemudahan dalam menanggulangi Narkoba.

18
Jakarta , Oktober 2009

SINDIKAT KELAS GAKKUM - B


ANGKATAN LV

REFERENSI :

1. UU RI NO. 8/1981 TTG KUHAP

2. Undang-undang R.I No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

3. Undang-undang R.I No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

4. Undang-undang R.I No. 7 tahun 1997 tentang Pengesahan Konvensi PBB


tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika.

5. Undang-undang R.I No. 8 tahun 1996 tentang Pengesahan Konvensi


Psikotropika 1971.

6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 124 / 1993 tentang Obat Keras Tertentu.

7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 782 / 1996 tentang Obat Keras Tertentu.

8. Ordonansi Obat Keras Stbl No. 419 tahun 1949.

9. Instruksi Bersama Menteri Kesehatan dengan Kapolri No. 75 /


Menkes.Ins.B / III / 1984 dan No. Pol. : Ins / 03 / III / 1984.

10. Sutar Keputusan Menkes RI No. 1173 / Menkes / SK / X / 1998 tentang


Penunjukkan Laboratorium Pemeriksaan Narkotika dan Psikotroipika.

11. Media Indonesia, tanggal 21 januari 2001, hal 3

19

You might also like