Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Melihat perkembangan dunia Islam pada saat ini, kita dapat menyaksikan
rialita yang terjadi di tengah masyarakat dan itu cukup membahayakan, dimana
mereka diperhadapkan kepada persoalan yang sangat erat kaitannya dengan
agama ini. Dengan demikian, hal itu juga dapat mempengaruhi aqidah manusia
itu sendiri.
Di tengah masyarakat kita saat ini, begitu banyak ajakan-ajakan yang
menyebabkan masyarakat menjadi bingung yang mana diantara semua ajakan itu
yang benar. Karena banyaknya organisasi Islam yang ada, itu tidak menjamin
bahwa ajakannya tidak menyesatkan, bahkan bisa saja ajakannya itu sesat tanpa
kita sadari. Maka dari itu, untuk lebih berhati-hati kita perlu mengetahui setiap
organisasi Islam yang ada khususnya Organisasi Islam Al Irsyad Al Islami
sebelum kita ikut-ikutan tanpa mengetahui seluk beluknya.
Organisasi Islam Al Irsyad Al Islami meupakan salah satu organisasi
Islam yang ada di Indonesia. Dalam makalah ini kita membahas hal-hal yang
tekait dengan organisasi ini.
B. Batasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, maka penyusun akan
membatasi pembahasan dengan suatu batasan masalah, sehingga kita terarah dan
mendapatkan faidah yang maksimal. Batasan masalah dalam makalah ini sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan Al Irsyad Al Islami?
2. Bagaimanakah konsep da’wah Al Irsyad Al Islami?
4
Tsaqofah Islamiyah
BAB II
PEMBAHASAN
4
Tsaqofah Islamiyah
Namun suatu waktu, Ahmad Surkati bisa juga lolos dari Sudan dan
berangkat ke Madinah dan Mekkah, untuk belajar agama. Tepatnya, setelah
ayah beliau wafat pada 1896 M. Di Mekkah, ia sempat memperoleh gelar Al-
Allaamah yang prestisius waktu itu, dari Majelis Ulama Mekkah, pada 1326 H.
Syekh Ahmad lantas mendirikan sekolah sendiri di Mekkah, dan mengajar tetap
di Masjidil Haram.
Meski berada di Mekkah, ia rutin berhubungan dengan ulama-ulama Al-
Azhar lewat surat menyurat. Hingga suatu waktu datang utusan dari Jami'at
Kheir (Indonesia) untuk mencari guru, ulama Al-Azhar langsung menunjuk ke
Syekh Ahmad. Dan beliaupun pergi ke Indonesia bersam dua kawan karibnya,
Syekh Muhammad Abdulhamid al-Sudani dan Syekh Muhammad Thayyib al-
Maghribi.
Di negeri barunya ini, Syekh Ahmad menyebarkan ide-ide baru dalam
lingkungan masyarakat Islam Indonesia. Syekh Ahmad Surkati diangkat
sebagai Penilik sekolah-sekolah yang dibuka Jami'at Kheir di Jakarta dan
Bogor. Berkat kepemimpinan dan bimbingannya, dalam waktu satu tahun
sekolah-sekolah tersebut maju pesat. Namun Syekh Ahmad Surkati hanya
bertahan tiga tahun di Jami'at Kheir, karena perbedaan faham yang cukup
prinsipil dengan para penguasa Jami'at Kheir, yang umumnya keturunan Arab
sayyid (alawiyin).
Sekalipun Jami'at Kheir tergolong organisasi yang memiliki cara dan
fasilitas modern, namun pandangan keagamaannya, khususnya yang
menyangkut persamaan derajat, belum terserap baik. Ini nampak setelah para
pemuka Jami'at Kheir dengan kerasnya menentang fatwa Syekh Ahmad Surkati
tentang kafaah (persamaan derajat).
Karena tak disukai lagi, Syekh Ahmad memutuskan mundur dari Jami'at
Kheir, pada 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H). Dan dihari itu juga Syekh
Ahmad bersama beberapa sahabatnya dari golongan non-Alawi mendirikan
Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah.
4
Tsaqofah Islamiyah
Syekh Ahmad Surkati wafat pada tahun 1943, yang bertepatan dengan
revolusi fisik sejak tahun 1945.
2. Perkembangan Al-Irsyad Al-Islami
Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah (Jam'iyat al-Islah wal Irsyad al-
Islamiyyah) berdiri pada 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H). Tanggal itu
mengacu pada pendirian Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang pertama, di
Jakarta. Pengakuan hukumnya sendiri baru dikeluarkan pemerintah Kolonial
Belanda pada 11 Agustus 1915.
Perhimpunan Al-Irsyad awalnya bernama Jam'iyat al-Islah wa Al-Irsyad
al-Arabiyah (kemudian berubah menjadi Jam'iyat al-Islah wal Irsyad al-
Islamiyyah), atau disingkat dengan nama Al-Irsyad.
Syekh Ahmad Surkati (pendiri Al Irsyad) tiba di Indonesia bersama dua
kawannya: Syeikh Muhammad Tayyib al-Maghribi dan Syeikh Muhammad bin
Abdulhamid al-Sudani. Di negeri barunya ini, Syeikh Ahmad menyebarkan ide-
ide baru dalam lingkungan masyarakat Islam Indonesia. Syeikh Ahmad Surkati
diangkat sebagai Penilik sekolah-sekolah yang dibuka Jami'at Khair di Jakarta
dan Bogor.
Berkat kepemimpinan dan bimbingan Syekh Ahmad Surkati, dalam
waktu satu tahun, sekolah-sekolah itu maju pesat. Namun Syekh Ahmad
Surkati hanya bertahan tiga tahun di Jami'at Khair karena perbedaan paham
yang cukup prinsipil dengan para penguasa Jami'at Khair, yang umumnya
keturunan Arab sayyid (alawiyin).
Sekalipun Jami'at Khair tergolong organisasi yang memiliki cara dan
fasilitas moderen, namun pandangan keagamaannya, khususnya yang
menyangkut persamaan derajat, belum terserap baik. Ini nampak setelah para
pemuka Jami'at Khair dengan kerasnya menentang fatwa Syekh Ahmad tentang
kafaah (persamaan derajat).
Karena tak disukai lagi, Syekh Ahmad memutuskan mundur dari Jami'at
Khair, pada 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H). Dan di hari itu juga
Syekh Ahmad bersama beberapa sahabatnya mendirikan Madrasah Al-Irsyad
4
Tsaqofah Islamiyah
4
Tsaqofah Islamiyah
4
Tsaqofah Islamiyah
sebetulnya dirinya dan Ahmad Dahlan adalah murid Syekh Ahmad Surkati, meski
tak terikat jadwal pelajaran resmi.
Namun demikian, menurut sejarawan Belanda G.F. Pijper, yang benar-benar
merupakan gerakan pembaharuan dalam pemikiran dan ada persamaannya dengan
gerakan reformisme di Mesir adalah Gerakan Pembaharuan Al-Irsyad. Sedang
Muhammadiyah, kata Pijper, sebetulnya timbul sebagai reaksi terhadap politik
pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu yang berusaha untuk menasranikan
orang Indonesia.
Muhammadiyah lebih banyak peranannya pada pembangunan lembaga-
lembaga pendidikan. Sedang Al-Irsyad, begitu lahir seketika terlibat dengan
berbagai masalah diniyah. Ofensif Al-Irsyad kemudian telah menempatkannya
sebagai pendobrak, hingga pembinaan organisasi agak tersendat. Al-Irsyad juga
terlibat dalam permasalahan di kalangan keturunan Arab, hingga sampai dewasa
ini ada salah paham bahwa Al-Irsyad merupakan organisasi para keturunan Arab.
Al-Irsyad juga berperan penting sebagai pemrakarsa Muktamar Islam I di
Cirebon pada 1922, bersama Syarekat Islam dan Muhammadiyah. Sejak itu pula,
Syekh Ahmad Surkati bersahabat dekat dengan H. Agus Salim dan H.O.S.
Tjokroaminoto. Al-Irsyad juga aktif dalam pembentuan MIAI (Majlis Islam 'A'laa
Indonesia) di zaman pendudukan Jepang, Badan Kongres Muslimin Indonesia
(BKMI) dan lain-lain, sampai juga pada Masyumi, Badan Kontak Organisasi Islam
(BKOI) dan Amal Muslimin.
Di tengah-tengah suasana Muktamar Islam di Cirebon, diadakan perdebatan
antara Al-Irsyad dan Syarekat Islam Merah, dengan tema: "Dengan apa Indonesia
ini bisa merdeka. Dengan Islamisme kah atau Komunisme?" Al-Irsyad diwakili
oleh Syekh Ahmad Surkati, Umar Sulaiman Naji dan Abdullah Badjerei, sedang
SI Merah diwakili Semaun, Hasan, dan Sanusi.
Selaku penganut paham Pan Islam, tentu Syekh Ahmad Surkati bertahan
dengan Islamisme. Semaun berpendirian, hanya dengan komunismelah Indonesia
bisa merdeka. Dua jam perdebatan berlangsung, tidak ditemukan titik temu.
Namun Syekh Ahmad Surkati ternyata menghargai positif pendirian Semaun.
4
Tsaqofah Islamiyah
"Saya suka sekali orang ini, karena keyakinannya yang kokoh dan jujur bahwa
hanya dengan komunismelah tanah airnya dapat dimerdekakan!"
Peristiwa ini sekaligus membuktikan bahwa para pemimpin Al-Irsyad pada
tahun 1922 sudah berbicara masalah kemerdekaan Indonesia.
Seperti yang diajarkan Muhammad Abduh di Mesir, Al-Irsyad
mementingkan pelajaran Bahasa Arab sebagai alat utama untuk memahami Islam
dri sumber-sumber pokoknya. Dalam sekolah-sekolah Al-Irsyad dikembangkan
jalan pikiran anak-anak didik dengan menekankan pengertian dan daya kritik.
Tekanan pendidikan diletakkan pada tauhid, fikih, dan sejarah.
Sejak didirikannya, Al-Irsyad Al-Islamiyyah bertujuan memurnikan tauhid,
ibadah dan amaliyah Islam. Bergerak di bidang pendidikan dan dakwah. Untuk
merealisir tujuan ini, Al-Irsyad sudah mendirikan ratusan sekolah formal dan
lembaga pendidikan non-formal di seluruh Indonesia. Dan dalam
perkembangannya kemudian, kegiatan Al-Irsyad juga merambah bidang
kesehatan, dengan mendirikan beberapa rumah sakit. Yang terbesar saat ini adalah
RSU Al-Irsyad di Surabaya dan RS Siti Khadijah di Pekalongan.
4
Tsaqofah Islamiyah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tokoh sentral pendirian Al-Irsyad adalah Al-'Alamah Syeikh Ahmad Surkati
Al-Anshori, seorang ulama besar Mekkah yang berasal dari Sudan. Syekh
Ahmad Surkati lahir di Desa Udfu, Jazirah Arqu, Dongula (Sudan), 1292 H
atau 1875 M. Ayahnya bernama Muhammad dan diyakini masih punya
hubungan keturunan dari Jabir bin Abdullah al-Anshari, Sahabat Rasulullah
saw. dari golongan Anshar.
Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah (Jam'iyat al-Islah wal Irsyad al-
Islamiyyah) berdiri pada 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H).
Perhimpunan Al-Irsyad awalnya bernama Jam'iyat al-Islah wa Al-Irsyad al-
Arabiyah (kemudian berubah menjadi Jam'iyat al-Islah wal Irsyad al-
Islamiyyah), atau disingkat dengan nama Al-Irsyad.
2. Konsep da’wah Jam'iyat al-Islah wal Irsyad al-Islamiyyah diantaranya sebagai
berikut:
a. Memurnikan tauhid, ibadah dan amaliyah Islam.
b. Organisasi yang berakidah Islamiyah
c. Aktif berdakwah dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan sosial
kemasyarakatan.
d. Salah satu penganut paham Pan Islam (Islamisme)
e. Persamaan derajat (kafaah)
B. Saran
Untuk lebih memahami tentang gerakan ini, penyusun mengharapkan agar
mencari literatur-literatur yang lebih banyak lagi.
4
Tsaqofah Islamiyah
DAFATAR PUSTAKA
www.al-irsyad.com