Professional Documents
Culture Documents
Category : Law
Berbicara mengenai hukum diplomatik tentunya tidak dapat terpisah dari apa yang dinamakan
dengan diplomasi. Diplomasi merupakan suatu cara komunikasi yang dilakukan antara berbagai
pihak termasuk negosiasi antara wakil-wakil yang sudah diakui. Ada beberapa ahli yang
mencoba untuk memberikan definis dari diplomasi, beberapa diantaranya adalah :
1.Random House Dictionary :
“The conduct by goverment officials of negotiations and other relations between nationas; the art
of science of conducting such negotiations; skill in managing negotiations, handling of people so
that there is little or no ill-will tact”.
2.Sir Ernest Satow :
“Diplomacy is the application of intelligence and tact to the conduct of official relations between
the Goverments of Independent States, extending sometimes also to their relations with vassal
states; or more briefly still, the conduct of business between States by peaceful means”.
3.Quency Wright ( dalam buku The Study of International Relations) memberikan batasan dalam
2 cara :
a. The employment of tact, shrewdness, and skill in any negotiation or transaction.
b. The art of negotiation in order to achieve the maximum of cost, within a system of politics in
which war is a possibility.
4.Harold Nicholson :
a. The management of internal relations by means of negotiation.
b. The method by which these relations are adjusted and manage by ambassadors and
envoys.
c. The business of art of the diplomatist.
d. Skill or address in the conduct of international intercourse and negotiations.
5. Brownlie :
“...diplomacy comprises any means by which states establish or maintain mutual relations,
communicate with each other, or carry out political or legal transactions, in each case
through their authorized agents”.
Jika ditinjau dari pengertian secara tradisionalnya, hukum diplomatik digunakan untuk merujuk
pada norma-norma hukum internasional yang mengatur tentang kedudukan dan fungsi misi
diplomatik yang dipertukarkan oleh negara-negara yang telah membina hubungan diplomatik.
Pengertian hukum diplomatik secara tradisional itu kini telah meluas karena hukum diplomatik
sekarang bukan sekedar mencakup hubungan diplomatik dan konsuler antar negara, akan tetapi
juga meliputi keterwakilan negara dalam hubungannya dengan organisasi-organisasi
internasional.
Ada beberapa faktor penting yang didapatkan dari pengertian hukum diplomatik yang telah
disebutkan sebelumnya diatas, yaitu :
Hubungan antar bangsa untuk merintis kerja sama dan persahabatan.
Hubungan itu dilakukan dengan pertukaran misi diplomatik.
Para pejabat yang bersangkutan harus diakui statusnya sebagai wakil diplomatik.
Dari faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, maka pengertian hukum diplomatik pada
hakikatnya merupakan ketentuan atau prinsip-prinsip hukum internasional yang mengatur
hubungan diplomatik antar negara yang dilakukan atas dasar permufakatan bersama dan
ketentuan atau prinsip-prinsip tersebut dituangkan dalam instrumen-instrumen hukum sebagai
hasil dari kodifikasi hukum kebiasaan internasional dan pengembangan kemajuan hukum
internasional.
4. Konvensi New York mengenai pencegahan dan penghukuman kejahatan terhadap orang-
orang yang menurut hukum internasional termasuk para diplomat.
Dalam perkembangannya, hukum diplomatik telah mencatat kemajuan lebih lanjut dengan
secara khusus mengharuskan melalui sebuah konvensi, suatu kewajiban penting bagi negara
penerima untuk mencegah setiap serangan yang ditujukan pada seseorang, kebebasan dan
kehormatan para diplomat serta untuk melindungi gedung perwakilan diplomatik. Dalam tahun
1971, Organisasi Negara-negara Amerika telah menyetujui suatu konvensi tentang masalah
tersebut. Dalam sidangnya yang ke-24 dalam tahun 1971, sehubungan dengan meningkatnya
kejahatan yang dilakukan kepada misi diplomatik termasuk juga para diplomatnya, Majelis
Umum PBB telah meminta Komisi Hukum Internasional untuk mempersiapkan rancangan pasal-
pasal mengenai pencegahan dan penghukuman kejahatan-kejahatan yang dilakukan terhadap
orang-orang yang dilindungi secara hukum internasional. Konvensi mengenai masalah itu
akhirnya disetujui oleh Majelis Umum PBB di New York pada tanggal 14 Desember 1973
dengan rseolusi 3166(XXVII).
Dalam mukadimahnya, ditekankan akan pentingnya aturan-aturan hukum internasional
mengenai tidak boleh diganggu gugatnya dan perlunya proteksi secara khusus bagi orang-orang
yang menurut hukum internasional harus dilindungi termasuk kewajiban-kewajiban negara
dalam menangani dan mengatasi masalah itu. Konvensi New York 1973 ini terdiri dari 20 pasal
dan walaupun hanya beberapa ketentuan tetapi cukup untuk mencakup berbagai aspek yang
berkaitan dengan perlindungan dan penghukuman terhadap pelanggaran.
Membicarakan perihal sumber hukum diplomatik tentunya tidak dapat dipisahkan dari sumber
hukum internasional karena hukum diplomatik pada dasarnya adalah bagian dari hukum
internasional itu sendiri.
Menurut Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional, sumber hukum diplomatik meliputi :
a. Konvensi atau perjanjian internasional.
b. Kebiasaan internasional.
c. Prinsip hukum umum
d. Doktrin hukum.
2. kebiasaan internasional
Mengenai kedudukan kebiasaan internasional sebagai sumber hukum internasional telah
dinyatakan dalam Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional dan dianggap sebagai kenyataan dari
praktik-praktik umum yang diterima sebagai hukum, Akan tetapi, dasar hukum dari kebiasaan
internasional ini sebelumnya telah menimbulkan pertentangan terutama bagi negara yang baru
berdiri.
Masalah mengenai dasar hukum dari kebiasaan internasional ini diperdebatkan di Komisi
Hukum Internasional dan di Komite Umum PBB terutama saat merumuskan rancangan Pasal 24
Statuta Komisi Hukum Internasional yang telah disepakati bersama bahwa :
“a general recogintion among states of a certain practice as obligatory”, the emergence of a
principle or rule of customary international law would seem to require presence of the following
elements :
a. Concordant practice by a number of states with reference of a type of situation
failing within the domain of interantional relations;
b. Continuation or repetition of the practice over the considerable period of time;
c. Conception that the practice is required by, or consistent with, prevailing
international law; and
d. General acquiescence in the practice by other States.
Kebiasaan dan perjanjian internasional adalah sumber pokok dalam hukum diplomatik,
sementara sumber hukum diplomatik lain yang sifatnya adalah subsider adalah :
a. Prinsip hukum umum.
b. Doktrin atau Keputusan Mahkamah internasional.
Yang dimaksudkan dengan prinsip hukum umum adalah prinsip-prinsip umum yang diakui
dalam hukum yang diakui oleh negara-negara. Khusus mengenai keputusan Mahkamah, sumber
hukum ini pada hakikatnya tidak memiliki kekuatan yang mengikat (seperti halnya prinsip
hukum umum) kecuali bagi pihak-pihak tertentu yang terlibat dalam suatu kasus.