You are on page 1of 19

ORGANMISASI PEMERINTAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pemerintahan merupakan sesuatu yang pasti ada dalam suatu kelompok manusia
atau yang disebut organisasi. Kitapun hidup dalam suatu masyarakat yang memiliki bentuk
organisasi masyarakat yang terkait dengan pemerintahan. Misalnya saja dari segi
kebudayaan kebudayaan umum pemerintah dan lembaga organisasi lain di Indonesia
adalah ramah tamah dan suka berbasa-basi, serta menjujung tinggi nilai kebersamaan atau
kelompok, lain halnya dengan orang barat yang tanpa basa-basi dan bersifat individualis.
Kebudayaan yang kita miliki secara sadar atau tidak akan mempengaruhi sikap dan
perilaku kita dalam berbagai aspek kehidupan.
Tidak berbeda dengan budaya pemerintah yang mempengaruhi masyarakatnya,
maka budaya organisasi juga akan mempengaruhi sikap dan perilaku semua anggota
organisasi tersebut. Budaya yang kuat dalam organisasi dapat memberikan paksaan atau
dorongan kepada para anggotanya untuk bertindak atau berperilaku sesuai dengan yang
diharapkan oleh organisasi. Dengan adanya ketaatan atas aturan dan juga kebijakan-
kebijakan pemerintah tersebut maka diharapkan bisa mengoptimalkan kinerja dan
pelayanan di masyarakat untuk mencapai tujuan organisasi.
Berkaitan dengan budaya organisasi tersebut, terdapat peran budaya organisasi
pada organisasi pemerintahan. Adapun masalah yang muncul adalah disiplin Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yang secara umum terkesan rendah yang akhirnya menghasilkan
kinerja yang rendah pula. Misalnya saja kebanyakan kantor pemerintahan itu memiliki jam
masuk pagi pukul 07.00 tapi kenyataannya dijalan-jalan atau angkutan umum sering
ditemui beberapa orang dengan pakaian PNS pada jam tersebut. Gejala yang lain misalnya
saja pada waktu kita pergi ke kantor kecamatan untuk mengurus KTP atau surat-surat
penting lainnya misalnya, kadang kita menemui sistem pelayanan yang lama, dengan
alasan masih banyak pekerjaan lain yang lebih penting yang masih menumpuk, akan tetapi
dengan kita memberi suatu stimulus barulah kita mendapatkan pelayanan yang kita
inginkan. Padahal fungsi dari organisasi pemerintahan itu tidak lain adalah untuk melayani
kepentingan masyarakat luas. Kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai pelanggaran
Page | 1
terhadap disiplin kerja, karena para pegawai tersebut tidak bertindak atau bersikap sesuai
dengan aturan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh organisasi.

I.1.1 Gambaran Budaya Organisasi

Organisasi kerja pemerintahan di sini termasuk Departemen, Kementrian dan juga


Pemerintahan Daerah. Pertama pada saat mendengar organisasi pemerintahan mungkin
timbul pertanyaan apakah memungkinkan penerapan knowledge management di
lingkungan kerja yang sarat dengan isu budaya kerja santai dan mempunyai
kecenderungan ABS (asal bapak senang). Tentunya jawaban-nya beragam dan sangat
tergantung pada unsur leadership di organisasi tersebut. Mengapa saya bilang unsur
leadership mempunyai peranan yg sangat penting ? Karena ciri khas di beberapa
departement pemerintahan umumnya selalu menggunakan top down approach. Pendekatan
ini merupakan salah satu peninggalan konsep sentralisasi dimana ide dan kreasi dari bawah
masih takut untuk ditunjukan ke publik. Kembali ke topik utama tentang penerapan
knowledge management di organisasi, saya melihat dari hasil pengalaman secara umum di
lapangan tahapan penerapan bisa dibagi menjadi 3 tahap antara lain adalah sbb:
1. Awareness
Di dalam tahap ini pemahaman terhadap knowledge management harus dibuat dengan
cara sosialisasi kepada semua level tapi tidak melebar hingga lingkup yang terlalu luas.
Dalam tahapan ini perlunya kesadaran top level management terhadap penting-nya
knowledge management.
2. Assessment
Dalam tahap ini kita harus bisa melakukan sebuah analisa terhadap kondisi yang ada
saat ini dan membuat sebuah pendekatan praktis mana yang bisa dilakukan perbaikan
dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari setiap pendekatan tadi.
3. Design System
Setelah tahapan assessment selesai dan memberikan beberapa alternatif solusi. Di dalam
tahapan design system akan ditentukan solusi mana yang akan diterapkan dalam
organisasi pemerintah. Semua teknologi dan solusi yang ada di telaah dan disesuaikan
dengan kondisi yang ada, termasuk pelaksanaan budaya kerja serta kualitas SDM.

Page | 2
I.1.2 Implementation

Semua desain system yang sudah dibuat dilaksanakan dan dimonitor


pelaksanaannya. Di dalam tahapan ini semua kejadian yang tidak terbayangkan pada saat
desain system akan muncul, sehingga disinalah dibutuhkan pendekatan seorang project
manager yang dapat menentukan tindak lanjut proyek ini. Umumnya seorang PM harus
dapat menentukan kapan sesuatu yang di luar desain system harus di akomodir atau tidak.
Kultur di sebuah lembaga pemerintahan yang umumnya terjadi adalah ketidakmampuan
kita melakukan capture terhadap ownership.
Di awal seringkali pada saat kita melakukan assessment system, kita mendapati
bahwa orang yang kita assess ternyata orang kurang tepat, sehingga pada saat selesai
proyek ternyata orang yang melakukan pengetesan melihat sesuatu yang tidak sesuai
dengan keinginan mereka, sehingga harus dirubah desain system-nya. Saran saya dalam
hal ini adalah dokumentasi-kan semua kegiatan yang berkaitan dengan proyek ini dan
minta pejabat / staf terkait yang berani bertanggung jawab dan simpan sebagai bagian dari
dokumentasi proyek. Ini digunakan untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan yang dapat
saja terjadi pada saat tahapan implementasi proyek ini.

I.1.3 Socialization

Setelah semua-nya selesai terkadang tugas kita belum selesai saja sampai disitu,
diperlukan sebuah proses tambahan yang biasa disebut sebagai sosialisasi ke pengguna,
disinipun harus dihindari beberapa permintaan di luar dari desain system karena sekali kita
ikuti 1 permintaan mereka maka akan terjadi ‘NEVER ENDING PROJECT’ yang efeknya
nanti akan mengakibatkan semakin tertundanya penerapan akhir budaya kerja
pemerintahan ini.

I.2 Penerapan Administrasi

Secara etimologi Administrasi berasal dari kata “Ad” dan “Ministro” (latin) yang
berarti “melayani” atau “menyelenggarakan” (Webster, 1974). Administrasi ialah proses
kegiatan penyelenggaraan yang dilakukan oleh seorang administrator secara teratur dan
diatur menerusi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai hala tuju yang
telah ditatapkan. Administrasi ialah proses kerja sama secara rasional untuk mencapai
tujuan secara efisien dan efektif. Administrasi adalah pengkoordinasian dan pengarahan

Page | 3
sumber-sumber tenaga manusia dan material untuk mencapai tujuan yang diinginkan (John
M. Phiffner dan RV Presthus dalam buku Public Administration).
Administrasi menekankan kepada kegiatan pengkoordinasian orang-orang yang
berkerjasama, alat-alat dan dana yang digunakan untuk mencapai tujuan yang inginkan.
Administrasi adalah pengarahan, kepemimpinan, dan pengendalian dari usaha-usaha
kelompok orang dalam rangka pencapaian tujuan yang umum atau pokok (William H.
Newman dalam buku Administration Action).
Pelaksana administrasi adalah seorang yang disebut administrator. Ketika
organisasi belum maju dan belum terlalu kompleks, seorang administrator melaksanakan
fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Tetapi ketika kegiatannya telah maju
dan bersifat kompleks, maka tugas administrator lebih ditumpukan kepada pengawasan
dan koordinasi. Tugas seorang administrator dalam melakukan administrasi mencakup
koordinasi dan pengawasan/pengendalian. Pada saat kegiatan administrasi telah maju,
maka pelaksanaan administrasi dilaksanakan oleh orang-orang yang bekerjasama dalam
melaskanakan tugas untuk mencapai tujuan bersama, dan untuk itulah diperlukan
organisasi dan manajemen.

I.3 Pengertian Organisasi


Secara sederhana, organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang untuk
mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang ada.
Organisasi ialah suatu wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama, agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Organisasi adalah: 1) wadah atau tempat terselenggaranya administrasi; 2)
didalamnya terjadi berbagai hubungan antar-individu maupun kelompok, baik dalam
organisasi itu sendiri maupun keluar; 3) terjadinya kerjasama dan pembagian tugas; 4)
berlangsungnya proses aktivitas berdasarkan kinerja masing-masing.
Ciri-ciri organisasi ialah:
1) terdiri daripada dua orang atau lebih,
2) ada kerjasama,
3) ada komunikasi antar satu anggota dengan yang lain,
4) ada tujuan yang ingin dicapai.

James D. Mooney
Page | 4
Organisasi adalah sebagai bentuk setiap perserikatan orang-orang untuk mencapai suatu
tujuan bersama (Organization is the form of every human association for the attainment
of common purpose).

John D. Millet
Organisasi adalah sebagai kerangka struktur dimana pekerjaan dari beberapa orang
diselenggarakan untuk mewujudkan suatu tujuan bersama (Organization is the structural
framework within which the work of many individuals is carried on for the realization of
common purpose).

Herbert. A. Simon
Organisasi adalah sebagai pola komunikasi yang lengkap dan hubungan-hubungan lain di
dalam suatu kelompok orang-orang (Organization is the complex pattern of
communication and other relations in a group of human being).

Chester L. Barnard
Organisasi adalah sebagai sebuah sistem tentang aktivitas kerjasama dua orang atau
lebih dari sesuatu yang tidak berwujud dan tidak pandang bulu, yang sebagian besar
tentang persoalan silaturahmi (Organization is a system of cooperative activities of two or
more person something intangible and impersonal. Largely a matter of relationship).

Organisasi sebaai suatu kesatuan, yaitu sekelompok orang yang terlibat bersama-
sama di dalam hubungan yang resmi untuk mencapai tujuan-tujuan (Henry L. Sisk).
Organisasi merupakan suatu sistem terbuka, yang memiliki interaksi konstan dengan
lingkungannya, serta terdiri dari banyak sub-grup, unit-unit jabatan, susunan hierarki serta
segmen yang tersebar secara geografis (Schein).
Organisasi dapat dilihat dengan dua cara berbeda, iaitu: 1) organisasi sebagai suatu
sistem terbuka yang terdiri atas sub-sistem yang saling berkaitan, dan memperoleh input
untuk diolah yang berasal dari lingkungan serta menyalurkan output hasil pengolahan ke
lingkungan kembali, dan 2) organisasi sebagai sekelompok orang yang berkerjasama untuk
mencapai suatu tujuan bersama (Monir H. Thayeb). Organisasi dapat diartikan dalam dua
macam, yaitu:
1. Dalam arti statis, yaitu organisasi sebagai wadah tempat dimana kegiatan kerjasama
dijalankan;
2. Dalam arti dinamis, yaitu organisasi sebagai suatu sistem proses interaksi antara orang-
orang yang bekerjasama, baik formal maupun informal.

I.4 Terbentuknya Budaya Organisasi

Page | 5
Manusia makhluk sosial, makhluk bermasyarkat (homo socius, social animal, zoon
politicon), tidak mungkin dapat hidup sendiri, cenderung bermasyarakat atau berkelompok
(gregariousness). Tidak semua keperluan (needs) dapat dipenuhi seorang diri untuk itu
perlu Organisasi (Berorganisasi).

I.4.1 Organisasi Publik

Organisasi publik adalah 1) organisasi yang terbesar; 2) yang mewadahi seluruh


lapisan masyarakat dengan ruang lingkup negara; 3) mempunyai kewenangan yang absah
(terlegitimasi) di bidang politik, administrasi pemerintahan, dan hukum secara terlembaga
4) sehingga mempunyai kewajiban melindungi warga negaranya, dan 5) melayani
keperluannya, 6) sebaliknya berhak pula memungut pajak untuk pendanaan, 7) serta
menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegakan peraturan. Organisasi publik sering
dilihat pada bentuk organisasi pemerintah yang dikenal sebagai birokrasi pemerintah
(organisasi pemerintahan). Atau satu-satunya organisasi didunia yang mempunyai
wewenang merampok harta rakyat (pajak), membunuh rakyat (hukuman mati), dan
memenjarakan rakyat.

I.4.2 Organisasi formal v informal

Organisasi formal ialah suatu organisasi yang memiliki struktur yang jelas,
pembagian tugas yang jelas, serta tujuan yang ditetapkan secara jelas. Organisasi informal
akan timbul apabila anggota organisasi formal merasa keinginannya tidak terpenuhi oleh
organisasi formal. Hubungan organisasi formal dengan organisasi informal bersifat
berbanding terbalik “semakin tinggi tingkat kepuasan pegawai, maka semakin kecil
kemungkinan munculnya atau terbentuknya organisasi informal.

Faedah organisasi informal terhadap organisasi informal


1) Boleh dijadikan sarana komunikasi,
2) Boleh dijadikan alat pemersatu dan menghilangkan frustasi,
3) Boleh dijadikan pendorong agar rajin bekerja.

BAB II
PEMBAHASAN

Page | 6
A. Budaya Organisasi Pemerintah

Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang


Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, dan Peraturan Pemerintah
Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, maka perangkat
daerah di lingkungan Pemerintah ditata kembali melalui Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun
2000 tentang Pembentukan Organisasi dan Tatakerja Dinas-dinas Daerah, dan Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pembentukan Organisasi dan Tatakerja Lembaga
Teknis Daerah, dan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Pembentukan,
Susunan Organisasi dan Tatakerja Sekretariat DPRD.
Berdasarkan ketiga peraturan daerah tersebut, maka di Pemerintah Daerah, 17
Dinas Daerah, 13 Badan, 1 Kantor, 1 Sekretariat DPRD dan 30 Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD). Penataan dan pengisian struktur organisasi perangkat daerah telah
dilaksanakan pada Tahun 2001.
Dalam rangka pembinaan dan pengembangsan aparatur pemerintahan, telah
dilaksanakan berbagai kegiatan, antara lain Pemberian Bimbingan teknis Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) bagi pejabat Eselon II dan III, Sosialisasi Pelayanan
Umum bagi pejabat Eselon III dan IV, dan Orientasi Gerakan Disiplin Nasional.
Untuk melaksanakan Kewenangan Propinsi yang ada di Kabupaten / Kota dan
Kewenangan Kabupaten / Kota yang diserahkan kepada Pemerintah Propinsi telah
dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) sebanyak 30 UPTD yang Kelembagaanya
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
Dalam melaksanakan pembinaan Kelembagaan Perangkat Daerah di
Kabupaten/Kota, dilakukan baik secara langsung ke Unit kerja yang bersangkutan, maupun
melalui surat Gubernur kepada Bupati/Walikota daerah tersebut. Dengan dilaksanakan
pembinaan dan penataan organisasi Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah yang
dilakukan sesuai dengan Poldas, Repetada dan Program Kerja Biro Organisasi di Bidang
Kelembagaan, maka Program Kegiatan Penataan Kelembagaan Tahun 2001 telah
dilaksanakan dengan baik.
Diharapkan kepada Unit / Satuan Kerja tersebut diatas dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas, sehingga mutu pelayanan Aparatur kepada masyarakat semakin
meningkat. Dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan pengembangan aparatur
pemerintah, telah dilaksanakan beberapa kegiatan antara lain sebagai berikut :
Page | 7
1. Menyelenggarakan bimbingan Teknis Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah bagi
pejabat Eselon II dan III di Lingkungan Pemerintah yang diikuti sebanyak 73 orang.
Bimbingan teknis ini bertujuan agar peserta pelatihan dapat memahami arti dan fungsi
akuntabilitas dalam organisasi Pemerintah, juga diharapkan mampu menumbuhkan
suatu kesadaran dikalangan aparatur pemerintah bahwa pelaksanaan akuntabilitas
secara konsisten akan mampu mendorong terciptanya pemerintah yang baik ( good
governance ).
2. Menyelenggarakan Sosialisasi Pelayanan Umum bagi pejabat Eselon III dan IV di
Lingkungan Pemerintah yang diikuti sebanyak 55 orang dalam rangka menumbuhkan
empati para pejabat guna lebih meningkatkan palayanan kepada masyarakat secara
tepat efektif, efisien terbuka dan tepat waktu.
3. Membuat Keputusan Nomor 198 Tahun 2001 tentang Pejabat yang diberi wewenang
untuk menandatangani Naskah Dinas di Bidang Kepegawaian, dengan dikeluarkan
Keputusan Gubernur ini untuk memperjelas pejabat yang di beri wewenang untuk
menandatangani Naskah Dinas di bidang kepegawaian di Lingkunagn Pemerintah demi
kelancaran pelaksanaan administrasi kepegawaian.
4. Menerbitkan Pedoman Tata Naskah Dinas dalam bentuk Keputusan Pemerintah Nomor
235 Tahun 2001 Tentang Tata Naskah Dinas, agar terdapat keseragaman dalam Tata
Naskah Dinas Pemerintahan.
5. Melaksanakan Orientasi Gerakan Disiplin Nasional kepada para pejabat di Lingkungan
Pemerintah Propinsi dan Kabupaten / Kota yang diikuti oleh 55 orang dalam rangka
menggalakkan Tri Budaya yaitu Budaya Tertib, Budaya Bersih dan Budaya Kerja
melalui Gerakan Disiplin Nasional yang dimulai dari Pegawai Negeri Sipil sebagai
Aparatur Pemerintah yang pada akhirnya dapat diteladani oleh masyarakat lingkungan.

1. Penyakit Organisasi

Beberapa kemungkinan dalam konsep penerapan budaya organisasi akan selalu


mendapat tantangan seperti adanya penyakit dan atau kebiasaaan buruk kinerja organisasi
yang ditimbulkan oleh adanya beberapa hal berikut:

Page | 8
 Tujuan telah ditetapkan, tetapi tidak dirumuskan secara rinci dan jelas (tidak
membumi);
 Pembagian tugas tidak adil, tidak merata, tidak tuntas dan tidak jelas batas-batas (tidak
adil);
 Anggota hanya mau bekerja sesuai dengan tugasnya, terjadi pengkotak-kotakan (kaku);
 Merasa dirinya/unitnya yang paling penting, yang lain tidak/kurang penting (sok
penting);
 Pemberian tanggung jawab yang tidak seimbang dengan wewenang (zalim);
 Terlalu banyak bawahan yang harus diawasi – kewalahan (rakus);
 Seseorang bawahan mendapat perintah dari satu atasan mengenai hal yang sama, tetapi
perintahnya saling bertentangan (plin plan);
 Sanksi terhadap pelanggaran tidak tegas (banyak pertimbangan).

2. Ciri Manusia Indonesia

(Mochtar Lubir, 2001: 18-36)


Hipokratis (munafik); Tidak bertanggung jawab; Feodal; Percaya takhyul; Artistik;
Watak lemah; Lain-lain (tidak hemat /boros; bukan pekerja keras; kurang sabar; tukang
menggerutu; cepat cemburu/dengki; gampang senang dan bangga; sok; tukang tiru; tukang
tiru kejam; bisa meledak, ngamuk, membunuh, membakar; khianat; menindas, memeras;
menipu; mencuri; korupsi; khianat, dengki; hipokrit; bermalas-malas; tolong menolong,
saling menjaga, struktur masyarakat berdasarkan suku (exogam=haram kawin di dalam
suku); ikatan kekeluargaan yang mesra, berhati lembut; suka berdamai; rasa humor; cepat
belajar; mudah dilatih, sabar; bekerja keras tanpa mencari untung; manusia memajukan
dunia dll).

 Usaha Penyehatan Birokrasi Menata ulang organisasi pemerintah (reinventing


government)
(David Osborne & Ted Gaebler)
- Pemerintahan katalis: mengarahkan ketimbang mengayuh;
- Pemerintahan milik masyarakat: memberi wewenang ketimbang melayani;
- Memerintahan yang kompetitif: menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian
pelayanan;

Page | 9
- Pemerintahan yang digerakkan oleh misi: mengubah organisasi yang digerakkan oleh
peraturan;
- Pemerintahan yang berorientasi hasil: mebiayai hasil, bukan masukan;
- Pemerintahan berorientasi pelanggan: memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan
birokrasi;
- Pemerintahan wirausaha: menghasilkan ketimbang membelajakan;
- Pemerintahan antisipatif: mencegah daripada mengobati;
- Pemerintahan desentralisasi: dari hierarki menuju partisipasi dan tim kerja;
- Pemerintahan berorientasi pasar: mendongkrak perubahan melalui pasar.

 Strategi Memperbaharui Organisasi Pemerintah (Birokrasi)


(David Osborne dan Peter Plastik)
o Memperjelas tujuan/maksud organisasi (strategi inti);
o Konsekuensi terhadap kinerja organisasi (strategi konsekuensi);
o Pertanggung jawaban terhadap publik (strategi pelanggan/masyarakat);
o Organisasi dan pegawai berinovasi (strategi kontrol);
o Mengubah perilaku, perasaan, dan berfikir pegawai (strategi budaya).

 Prinsif Organisasi Pemerintahan Yang baik (Good Governance)


(Sarundajang,2003:157-161)
o Partisipasi;
o Penegakan hukum;
o Transparansi;
o Kesetaraan;
o Daya Tanggap;
o Wawasan Ke depan;
o Akuntabilitas;
o Pengawasan;
o Efisiensi dan efektivitas;
 Profesionalisme.
Karakteristik Good Governance
(Menurut UNDP)
o Particifation (keterlibatan masyarakat),

Page | 10
o Rule of law (penegakan hukum yang adil);
o Transprancy (kebebasan memperoleh informasi);
o Responsiveness (cepat dan tanggap);
o Consensus Orientation (berorientasi pada kepentingan masyarakat);
o Equity (kesempatan yang sama);
o Efficiency and effectiveness (efisiensi dan efektivitas);
o Accountability (pertanggungjawaban publik);
o Strategic vision (visi ke depan).

 Agar Birokrasi Pemerintah Lebih Efisien dan Efektip:


(Inu Kencana Syafi’i,2003:90-92)
o Rule (kerja taat pada aturan);
o Spesialisasi (tugas khusus);
o Zakelijk (kaku dan sederhana);
o Formal (penyelenggaraan resmi);
o Hirarkis (pengaturan dari atas ke bawah);
o Rasional (berdasarkan logika);
o Otoritas (tersentralistis);
o Obedience (taat dan patuh);
o Disipline (tidak melanggar ketentuan);
o Sistematis (terstruktur);
o Impersonal (tanpa pandang bulu).
o Balance (menyeimbangkan)

 Antara Birokrasi Dengan Kebijaksanaan:


- Mengkoordinasikan tugas;
- Kadang-kadang diperlukan kebijaksanaan;
- Seni penyelenggaraan pemerintahan;
- Kesempatan memberikan saran yang produktif
- Desentralisasi demokratis

3. Tantangan Organisasi

Page | 11
(Widodo, 2005:2-3)
Lingkungan strategis yang senentiasa berubah, Pergeseran paradigma
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan layanan masyarakat, dan Kondisi
masyarakat yang mengalami dinamika.
 Paradigma Pergeseran Organisasi
- Birokratis (bureaucratic organization) weberian – rasional oleh Max Weber
- Performance based organization (organisasi kinerja) oleh Peter Druker
- Leaning Organization (organisasi pembelajaran) oleh Peter Senge, 2000)

 Organisasi Pembelajaran
Adalah suatu organisasi yang senantiasa mengembangkan kapasitasnya untuk
membangun masa depan (Peter Senge).
Suatu organisasi yang memiliki keterampilan menciptakan, menguasai dan
mempelajarkan pengetahuan serta dengan perubahan perilakunya mampu melakukan kilas
balik terhadap pengetahuan baru serta pandangannya (David Garvin).
- Memiliki otonomi,
- Memiliki daya tangkal terhadap intervensi pihak eksternal,
- Menghasilkan kualitas asli (Genuine Quality).

Karakteristik Organisasi Pembelajaran


(The Fifth Diciplines, Peter Senge, 1996)
 Systems Thinking
- Fokus terhadap bagaimana sesuatu masalah akan dipecahkan melalui interaksi antar
elemen dalam suatu sistem,
- Lebih mengutamakan mengkaji elemen sistem yang lebih besar dan saling
berinteraksi daripada mengkaji bagian-bagian kecil dari suatu sistem.
 Personal Mastery
- Dicapai melalui suatu proses peningkatan berkelanjutan atau disebut “generative
learning” (senge, 1990),
- Kendala antara “dimana keberadaan seseorang saat ini “dengan “keinginan” disebut
“creative tension”,
- Kreativitas akan muncul jika seseorang tidak puas dengan kondisi saat ini yang
mendorong dirinya untuk berubah.

Page | 12
 Mental models
- Tetap dalam mental unilateral,
- Memaksimalkan menang dan meminimalkan kalah,
- Menekankan perasaan negatip, dan
- Berupaya serasional mungkin dimana seseorang mendefenisikan tujuannya serta
mengevaluasi perilakunya menurut ukuran apakah dia telah atau belum mencapai
tujuannya itu.

 Building shared vision


- Bermula dari visi individu, yaitu sesuatu yang dipegang teguh sebagai kebenaran,
- Visi seseorang seringkali dimaknai sebagai sasaran yang hendak dicapai,
- Suatu organisasi haruslah dibangun di atas visi para anggotanya,
- Bagi pemimpinan ini berarti bahwa visi organisasi tidak boleh diciptakan hanya
oleh pimpinan, tetapi harus berasal dari hasil interaksi antar individu di dalam
organisasi tersebut,
- Peran pemimpin dalam menciptakan “shared vision” adalah bersinergi dengan
bawahan untuk menciptakan visi organisasi (jangan memaksa kehendak) dengan
cara berdialog.

 Team learning
- Tim adalah sekumpulan orang-orang yang mengerjakan sesuatu secara bersama-
sama (Robinson dan Finley),
- Fundamental bellets sebuah tim:
a. tim pekerja merupakan unsure bangunan organisasi,
b. tim harus mampu mengelola “kultur, proses, sistem serta hubungan
kemitraan antar mereka untuk mencapai kesuksesan.
- Karakteristik team learning yang handal, adalah:
a. memiliki sasaran yang jelas dan senantiasa meningkat,
b. struktur dibentuk berlandaskan orientasi hasil capaian,
c. anggota tim memiliki kompetensi,
d. bersatunya komitmen,
e. lingkungan kerjasama kondusif,
f. memiliki standard mutu,
g. memiliki dukungan dan pengakuan eksternal,
Page | 13
h. memiliki prinsif kepemimpinan.
 Paradigma Penyelenggaraan Organisasi Pemerintah (Organisasi Publik)
(Thoha, dalam Widodo, 2005:3)
NO. LAMA BARU KET.
1 Rule government Good governance
2 Sentralisasi Desentralisasi
3 Rule/government Private sector/civil society
4 Masyarakat Powerless Masyarakat Powerful
5 Suka Mengatur Suka Melayani
6 Pendekatan Kekuasaan Fleksibel/Kolaboratis/Dialogis
7 Sloganis Realistis/Pragmatis

 Pergeseran Paradigma Organisasi (dari second wave ke third wave)


Ancok (dalam Usman, 2000:138-139)
NO
Dimensi Second wave Third wave
.
1 Sifat Organisasi Hierarchy (jejang) Networking (jaringan)
Market share
Keluaran (output)
2 (memperbesar pangsa Creation (produk baru)
organisasi
pasar)
Pengambilan
3 Institusi Individu (empowerment)
keputusan
4 Gaya kerja organisasi Kaku Fleksibel
Kekuatan
5 Stabilitas organisasi Kemampuan adaptasi
organisasi
Orientasi Interdepencies (saling
6 Self sufficiency
organisasi ketergantungan)
Perencanaan strategic dan
7 Tujuan organisasi Kualitas prima
tujuan yang ingin dicapai
Orientasi Tertumpu pada pandangan Gaya kepemimpinan
8
kepemimpinan dogmatic bervisi
menekankan tingginya
9 Kurang maksimal Kualitas prima
kualitas produk
Orientasi bekerja Memperoleh rasa Pengembangan diri
10
pegawai aman (security) (personal growth)
Orientasi Berbuat sesuatu yang
Pengejaran status dan
11 pegawai pada berbeda melebihi prestasi
pangkat
pekerjaan orang lain
Pemilikan uang tunai
Kekuatan
12 dalam jumlah yang besar Pemilik informasi
sumberdaya
(cash)
Membangun sesuatu
13 Motivasi bekerja menyelesaikan pekerjaan
yang baru
Menghindari resiko (risk Keberanian menghadapi
14 Kultur organisasi
aversive) resiko (risk prone)

Page | 14
Ada banyak formula untuk membenahi manajemen, khasnya manajemen pelayanan
public, antara lain melalui strategi pembenahan, yaitu:
(1) privatisasi,
(2) pelayanan prima, dan
(3) Membangun visi dan orientasi baru (Hardjosoekarto, 1997). Sedangkan Atmosudirdjo
(1997) akan halnya David Osborne & Ted Gaebler (2003) mengusulkan
 perlunya semangat kewirausahaan dan
 peningkatan kinerja, dan Kristiadi (1997)
 mengusulkan perlunya penerapan manajemen modern.
Usul lain yang agak lebih lengkap, menuntut agar manajemen pelayanan public
(1) lebih professional,
(2) memiliki jiwa entrepreneur, dan
(3) mampu bertindak sebagai fasilitator.
Manajemen pelayanan public menjadi lebih bersifat administrative, dan oleh karena
itu penegasan kembali mengenai pelayanan public yang “apolitis” sangat diperlukan.
Formula tesebut dikenal sebagai:
 New Publik Manajemen (NPM),
 Manajemen Pelayanan yang berwatak Entrepeneuralship atau Entrepreneurial
Government (EG),
 dan New Public Servis (NPS), dengan perbandingan secara ringkas sebagai berikut ini:
Berikut Perbandingan Old Publik Administration (OPA),
 New Public Management (NPM),
 New Public Service (NPS),
 Enterpreneural Government (EG),
 dan Electronic Government (EG)
Model/Dimensi OPA NPM NPS EG
Pelayanan
Efisien dan Kualitas
tujuan Palayanan prima dengan
profesional pelayanan
pemberdayaan
Fungsional
Fungsional System System
insentif structural
struktural konsekuen konsekuen
swasta
Pertanggung Pada klien Pada customer ala Pada warga Pada customer
jawaban dan konsituen pasar Negara ala pasar
Page | 15
(citizens)
secara secara
hirarkis multidimensi
onal
Pada pekerja
Pada top Pada pekerja dan Pada warga
Kekuasaan dan pengguna
management pengguna jasa negara
jasa
winning
Menyentuh
minds,
Budaya Arogan rutin Menyentuh hati, winning
Ramah
hati minds
inovatif

Penekanan pada ketaatan menjalankan aturan dan efisiensi Penekanan pada


perombakan visi dan misi Penekanan pada perombakan kultur pelayanan Penekanan
pada perombakan DNA birokrasi
Peranan pemerintah Rowing (mendayung) sterring serving sterring Konsef
kepentingan publik Kepentingan public tercermin dalam UU yang secara politis sudah
didesain pemerintah Kepentingan public merupakan aggregate kepentingan individu
Kepentingan public merupakan hasil dialog mengenai nilai Kepentingan public
merupakan aggregate kepentingan individu Electronic -Government (E-G).

4. New Public Management (NPM)

Memfokuskan aktivitasnya hanya pada kegiatan manajemen, tidak pada aktivitas


kebijakan, mencoba melihat manajemen pelayanan public pada segi kinerja (performance
appraisal) dan efisiensi, tidak dari segi politis, dilakukan pemecahan manajemen pelayanan
public menjadi badan-badan kecil dan sederhana yang berkaitan langsung dengan
kepentingan dasar pengguna jasa (user-pay bases), menggunakan landasan pasar
(quasimarkets) sebagai daya dorong bagi terciptanya kompetisi,
pemangkasan ekonomi biaya tinggi sehingga ongkos untuk memperoleh pelayanan
menjadi lebh murah, ditandai dengan gaya manajemen yang berorientasi pada output, cara
tersingkat, penggunaan insentif moneter, dan kebebasan pengelolaan (Rhodes, 1994:2),
ada empat model NPM (Ferlie, 1997:10-15):
a) Model 1 the efficiency drive,
Page | 16
b) Model 2 Downsizing and decentralization.
c) Model 3 in search of excellence
d) Model 4 Public service orientation
Penerapan model ini pertama kali dilakukan di Inggris oleh Margaret Thatcher di
tahun 1980-an dengan mengusung sejumlah ahli yang sukses memimpin organisasi-
organisasi bisnis ke pemerintahannya sebagai penasehat ahli, semangat efisiensi dan
penyerahan urusan public ke pihak swasta dalam pemerintahannya menjadi sangat besar
(menuai hasil yang luar biasa), pertumbuhan ekonomi meningkat, angka pengangguran
berkurang, dan uang Negara banyak dihemat penggunaannya, Negara-negara yang sukses
menerapkan model ini adalah Australia, Kandada, dan New Zealand, Negara-negara
dengan sebutan Anglo Saxon termasuk UK (Janet dan Robert Denhardt, 2003).

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Sesuai dengan arahan TAP MPR No. IV/MPR/2000 penyelenggaraan


pemerintahan daerah ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat setempat melalui

Page | 17
pemberian layanan publik dan pembangunan lokalitas. Dalam rangka "good governance ",
pemberian layanan dan barang publik perlu melibatkan sektor swasta dan komunitas
dengan tetap menjunjung tinggi berbagai prinsip: transparansi, akuntabilitas, efisensi,
keadilan dan penegakan hukum.

Page | 18
DAFTAR PUSTAKA

Gibson, James L, Ivancevich dan Donnely , 1994, Organisasi dan Manajemen, Perilaku,
Struktur Proses, (terjemahan ) Edisi keempat, Jakarta: Erlangga

Grunig, JE & Hunt, T. (1984). Managing Public Relations. New York: Holt, Rinehart, &
Winston

Stockwell, S. (2000).’Public Relations in Government’ Dalam Johnston, J. & Zawawi, C.


(eds) Public Relations: Theory and Practice. Sydney: Allen & Unwin

Robbins, S. P., 1998. Organizational Behavior: Concept, Controversies, and Applications,


New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice Hall International

Rakhmat, MS, 2005, Reformasi Administrasi Publik Menuju Pemerintahan Daerah


Yang Demokratis, Jurnal Administrasi Publik/Volume 1/No.1/2005

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah dengan Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/ Kota.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah.

Page | 19

You might also like