You are on page 1of 4

TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA

Oleh: Isa Ansori

Manusia sebagai makhluk Allah paling tidak memiliki tiga fungsi hidup di dunia ini,
dan ini merupakan tujuan penting Allah swt menciptakan manusia, ialah:

1. Pertama, khilafah. Firman Allah swt:

(30 :‫خِليَفًة )البقرة‬


َ ‫ض‬
ِ ‫لْر‬
َْ ‫ل ِفي ا‬
ٌ‫ع‬ِ ‫جا‬
َ ‫لِئَكِة ِإّني‬
َ ‫ك ِلْلَم‬
َ ‫ل َرّب‬
َ ‫َوِإْذ َقا‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi".

Kata khalifah dapat berarti orang yang menggantikan, maksudnya menggantikan orang
yang pernah ada sebelumnya bisa berupa malaikat yang ada di bumi atau makhluk
lainnya, bisa juga berarti menggantikan peran Allah untuk mewujudkan kebaikan di
dunia. Khalifah juga bisa berarti orang sholeh, penguasa atau pemimpin yang harus
mendayagunakan amanah kepemimpinannya untuk kebaikan, keadilan dan
kesejahteraan semua orang. Dalam pengertian ini manusia diberi oleh Allah amanah
berupa kekuasaan dan tanggung jawab untuk mendayagunakan dan memakmurkan
dunia untuk kesejahteraan umat manusia dalam upaya beribadah mengabdi kepada-
Nya.

Pengertian khalifah sebagai penguasa atau pemimpin ini, tidak hanya terbatas bagi
mereka yang memegang kekuasaan dalam suatu Negara. Dalam pandangan Islam
setiap individu adalah penguasa atau pemimpin yang mempunyai tanggung jawab
untuk menegakkan syariat Allah di dunia dengan beramar ma’ruf dan nahi munkar
terlebih terhadap dirinya sendiri. Rasulullah saw bersabda:

‫ كلكععم راع فمسععئول عععن‬:‫قععال‬,‫ أن رسععول الع ص م‬,‫عن عبد ال بععن عمععر رضععي الع عنععه‬
‫ والرجععل راع علععي أهععل بيتععه وهععو‬,‫ فالمير الذي علي الناس راع وهو مسئول عنهم‬,‫رعيته‬
‫ والعبد راع علي مععال‬,‫ والمرأة راعية علي بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم‬,‫مسئول عنهم‬
(‫ ألفكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته )اخرجه البخاري‬,‫سيده وهو مسئول عنه‬
Dari Abdullah bin Umar ra sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Setiap kamu
adalah pemimpin yang akan dituntut pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Seorang raja atau presiden yang memimpin manusia adalah pemimpin yang akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan terhadap rakyatnya. Seorang suami
adalah pemimpin atas keluarganya dan dia dimintai tanggung jawab atas
kepemimpinan terhadap mereka. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya
dan atas anak-anaknya, dia dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan
terhadap mereka. Seorang hamba (pembantu rumah tangga) adalah pemimpin atas
harta tuannya, dia dimintai pertanggungjawaban atasnya, ketahuilah setiap kamu
adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai tanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. (HR. Bukhari).

1
Tanggung jawab pemimpin menegakkan syariat Allah dengan selalu amar makruf dan
nahi munkar, berdasarkan firman Allah:

‫ل )ال‬
ِّ ‫ن اْلُمْنَكعِر َوُتْؤِمُنععونَ ِبعا‬
ِ ‫عع‬
َ ‫ن‬
َ ‫ف َوَتْنهَعْو‬
ِ ‫ن ِبعاْلَمْعُرو‬
َ ‫س َتعْأُمُرو‬
ِ ‫ت ِللّنععا‬
ْ ‫جع‬
َ ‫خِر‬
ْ ‫خْيَر ُأّمعٍة ُأ‬
َ ‫ُكْنُتْم‬
(110 :‫عمران‬
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.

Dalam memimpin, setiap orang hendaknya berlaku adil terhadap yang dipimpinnya,
sebagaimana firman Allah:

ِ ‫س عِبي‬
‫ل‬ َ ‫ن‬
ْ‫ع‬
َ ‫ك‬
َ ‫ضّل‬
ِ ‫ل َتّتِبِع اْلَهَوى َفُي‬
َ ‫ق َو‬
ّ‫ح‬َ ‫س ِباْل‬
ِ ‫ن الّنا‬َ ‫حُكْم َبْي‬
ْ ‫ض َفا‬
ِ ‫لْر‬ َْ ‫خِليَفًة ِفي ا‬
َ ‫ك‬
َ ‫جَعْلَنا‬
َ ‫َياَداُوُد ِإّنا‬
(26 :‫ب)صاد‬ ِ ‫سا‬ َ‫ح‬ِ ‫سوا َيْوَم اْل‬
ُ ‫شِديٌد ِبَما َن‬
َ ‫ب‬ ٌ ‫عَذا‬ َ ‫ل َلُهْم‬
ِّ ‫ل ا‬
ِ ‫سِبي‬
َ ‫ن‬ْ‫ع‬َ ‫ن‬ َ ‫ضّلو‬
ِ ‫ن َي‬ َ ‫ن اّلِذي‬
ّ ‫ل ِإ‬
ِّ ‫ا‬
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang
berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

2. Kedua, tujuan amanah, Allah swt berfirman:

‫حَمَلَهععا‬
َ ‫ن ِمْنَهععا َو‬
َ ‫شعَفْق‬
ْ ‫حِمْلَنَهععا َوَأ‬
ْ ‫ن َي‬
ْ ‫ن َأ‬
َ ‫ل َفعَأَبْي‬
ِ ‫جَبععا‬
ِ ‫ض َواْل‬
ِ ‫لْر‬
َْ ‫ت َوا‬
ِ ‫سَمَوا‬
ّ ‫عَلى ال‬
َ ‫لَماَنَة‬
َْ ‫ضَنا ا‬
ْ ‫عَر‬َ ‫ِإّنا‬
(72 :‫ل)الحزاب‬ ً ‫جُهو‬
َ ‫ظُلوًما‬
َ ‫ن‬ َ ‫ن ِإّنُه َكا‬
ُ ‫سا‬
َ ‫لْن‬
ِْ ‫ا‬
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh,

Dalam pengertian umum amanat ini adalah kesanggupan manusia untuk


melaksanakan segala yang diperintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.
Pada tujuan penciptaan manusia yang kedua ini, manusia sebagai hamba Allah yang
telah diangkat sebagai khalifah di dunia, diserahi amanat untuk dengan ikhlas
beribadah dan mengabdi kepada-Nya dengan menegakkan syariat Allah di dunia.

Dalam pengertian lebih khusus, ia adalah tanggungjawab setiap manusia sebagai


pemimpin, dengan berusaha keras untuk menjadikan dirinya ahli dalam bidang yang ia
tekuni. Serang guru misalnya, dikatakan telah berusaha memenuhi amanat apabila ia
terus menerus meningkatkan kemampuan dan keahlian dalam bidang yang ia ajarkan,
sehingga ia menjadi guru yang professional, demikian pula profesi-profesi yang lain.
Sehingga apabila seseorang menerima suatu amanat diluar kemampuannya dan tanpa
usaha untuk menjadikan dirinya mampu untuk melaksanakannya, berarti ia telah
menyia-nyiakan amanat, dan ini akan berdampak buruk berupa kehancuran pada
bidang yang ia bukanlah ahli untuk menanganinya. Rasulullah saw bersabda:

َ‫ي َفقَععال‬ّ ‫عَراِب‬


ْ ‫جاَءُه َأ‬
َ ‫ث اْلَقْوَم‬
ُ ‫حّد‬
َ ‫س ُي‬
ٍ ‫جِل‬ ْ ‫سّلَم ِفي َم‬َ ‫عَلْيِه َو‬
َ ‫ل‬ُّ ‫صّلى ا‬
َ ‫ي‬ّ ‫ل َبْيَنَما الّنِب‬
َ ‫ن َأِبي ُهَرْيَرَة َقا‬
ْ‫ع‬َ
‫ل َفَكععِرَه‬
َ ‫سِمَع َما َقا‬َ ‫ض اْلَقْوِم‬
ُ ‫ل َبْع‬ َ ‫ث َفَقا‬
ُ ‫حّد‬
َ ‫سّلَم ُي‬
َ ‫عَلْيِه َو‬
َ ‫ل‬
ُّ ‫صّلى ا‬َ ‫ل‬
ِّ ‫ل ا‬ ُ ‫سو‬ ُ ‫ضى َر‬ َ ‫عُة َفَم‬ َ ‫سا‬
ّ ‫َمَتى ال‬

2
‫ل َهععا‬ َ ‫عِة َقا‬
َ ‫سا‬ّ ‫ن ال‬ْ‫ع‬َ ‫ل‬ ُ ‫ساِئ‬ّ ‫ن ُأَراُه ال‬
َ ‫ل َأْي‬
َ ‫حِديَثُه َقا‬
َ ‫ضى‬ َ ‫حّتى ِإَذا َق‬ َ ‫سَمْع‬
ْ ‫ل َلْم َي‬
ْ ‫ضُهْم َب‬
ُ ‫ل َبْع‬ َ ‫َما َقالَ َوَقا‬
‫لْمعُر‬َْ ‫سعَد ا‬ّ ‫ل ِإَذا ُو‬
َ ‫عُتَها َقا‬
َ ‫ضا‬
َ ‫ف ِإ‬ َ ‫ل َكْي‬ َ ‫عَة َقا‬
َ ‫سا‬ّ ‫ظْر ال‬
ِ ‫لَماَنُة َفاْنَت‬
َْ ‫ت ا‬
ْ ‫ضّيَع‬
ُ ‫ل َفِإَذا‬ َ ‫ل َقا‬ِّ ‫ل ا‬ َ ‫سو‬ ُ ‫َأَنا َيا َر‬
(‫عة )رواه البخارى و أحمد‬ َ ‫سا‬ّ ‫ظْر ال‬ ِ ‫غْيِر َأْهِلِه َفاْنَت‬
َ ‫ِإَلى‬
Dari Abi Hurairah ra berkata: Di suatu majelis saat nabi saw sedang berceramah di
hadapan kaum, datang menemui beliau seorang Arab dan berkata: “Kapan saat akan
terjadi ya Rasul?” Rasulullah tetap saja berceramah, sehingga sebagian kaum
berpendapat sebenarnya Rasul mendengar apa yang ditanyakan oleh orang Arab itu,
namun nabi tidak menyukai pertanyaannya. Sedang yang lain berpendapat Nabi tidak
mendengar pertanyaan itu hingga beliau selesai dari ceramahnya. Lalu nabi bersabda:
“Dimana si penanya tetang saat tadi?a” Orang Arab itu menjawab: “Saya ya Rasul”.
Rasul bersabda: “Apabila amanat disia-siakan maka tunggulah saat kehancurannya”.
Orang Arab itu bertanya lagi: “Bagaimanakah menyia-nyiakan amanat itu?” Rasul
menjawab: “Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah saat kehancuran urusan itu”. (HR. Bukhari dan Ahmad).

Balasan bagi orang yang menyia-nyiakan amanat adalah seperti sabda Rasul saw:

:‫ فقال له معقععل‬,‫أن عبيد ال بن زياد عاد معقل بن يسار في مرضه الذي ماتي فيه‬,‫عن الحسن‬
‫ سععمعت النععبي ص م‬,‫ سمعت رسول الع ص م‬,‫أني محدثك حديثا سمعته من رسول ال ص م‬
‫ ما من عبد استرعاه ال رعيععة فلععم يحطهععا بنصععيحة إل لععم يجععد رائحععة الجنععة (أخرجععه‬:‫يقول‬
)‫البخارى‬
Dari al-Hasan, sesungguhnya Ubaidillah bin Ziyad mengunjungi Ma’qil bin Yasar
dalam sakit yang ia meninggal dalam sakit itu. Ma’qil berkata kepada Ubaidillah: Aku
menyampaikan kepadamu hadis yang telah aku dengar dari Rasulullah saw. Aku
mendengar beliau bersabda: “Seseorang yang Allah telah mengangkatnya menjadi
pemimpin tetapi tidak menjalankannya dengan nasihat, ia tidak akan mendapatkan
bau sorga” (HR. Bukhari).

3. Yang ketiga adalah tujuan ibadah. Firman Allah:

(56: ‫ن)الذاريات‬
ِ ‫ل ِلَيْعُبُدو‬
ّ ‫س ِإ‬
َ ‫لْن‬
ِْ ‫ن َوا‬
ّ‫ج‬ِ ‫ت اْل‬
ُ ‫خَلْق‬
َ ‫َوَما‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku”. (Ad-Dzariyat: 56)

Ini adalah inti dari fungsi dan tujuan Allah menciptakan manusia. Tujuan khilafah dan
amanah seperti diuraikan di atas, hendaknya ditunaikan dalam rangka beribadah dan
tunduk patuh menyembah Allah dengan ikhlas - mengikuti segala perintah dan
menjauhi larangan-Nya - dalam rangka mendapatkan keridaan-Nya, tidak hanya ketika
menjalankan ibadah mahdhoh seperti shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi juga dalam
ibadah-ibadah sosial dalam upaya mewujudkan kesejahteraan hidup manusia.

Kesediaan manusia untuk tunduk patuh beribadah dan menyembah Allah ini, jauh hari
telah diikrarkan oleh roh manusia pada saat ia akan ditiupkan ke dalam jasad janin di
dalam perut ibunya. Allah berfirman:

3
‫ت ِبَرّبُكْم َقععاُلوا َبَلععى‬
ُ ‫س‬
ْ ‫سِهْم َأَل‬
ِ ‫عَلى َأْنُف‬
َ ‫شَهَدُهْم‬
ْ ‫ظُهوِرِهْم ُذّرّيَتُهْم َوَأ‬
ُ ‫ن‬ ْ ‫ن َبِني َءاَدَم ِم‬ ْ ‫ك ِم‬
َ ‫خَذ َرّب‬َ ‫َوِإْذ َأ‬
(172 :‫ن )العراف‬ َ ‫غاِفِلي‬
َ ‫ن َهَذا‬ ْ‫ع‬َ ‫ن َتُقوُلوا َيْوَم اْلِقَياَمِة ِإّنا ُكّنا‬
ْ ‫شِهْدَنا َأ‬
َ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)".

Allah perkukuh fungsi dan tujuan ibadah ini dalam firman-Nya yang lain:

ُ ‫ك ِديع‬
‫ن‬ َ ‫لَة َوُيْؤُتععوا الّزَكععاَة َوَذِلع‬
َ ‫صع‬
ّ ‫حَنَفاَء َوُيِقيُمععوا ال‬
ُ ‫ن‬
َ ‫ن َلُه الّدي‬
َ ‫صي‬
ِ ‫خِل‬
ْ ‫ل ُم‬
َّ ‫ل ِلَيْعُبُدوا ا‬
ّ ‫َوَما ُأِمُروا ِإ‬
(5 :‫اْلَقّيَمِة )البينة‬
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
(al-Bayyinah: 5)

Demikian, semoga kita mampu mewujudkan fungsi dan tujuan Allah menciptakan kita
hidup di dunia ini, dalam rangka mendapatkan keridaan-Nya. Amin.

You might also like