Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
B. Masalah
Dalam prakteknya, kelancaran proses pendidikan yang besifat formal tidak mudah
untuk dicapai, dan tidak bisa berjalan dengan sendirinya tanpa dasar persiapan,
pelaksanaan, dan tujuan yang jelas. Selain itu, ada beberapa masalah pendidikan yang
luas, kompleks dan mendalam, serta hanya dapat dijawab juga diselesaikan oleh ilmu
tertentu saja, yaitu filsafat atau dengan kata lain, pendidikan memerlukan filsafat. Jadi,
timbul pertanyaan yang meliputi “Apa itu filsafat pendidikan?”, “Apa saja jenis atau
mazhab filsafat pendidikan?”, serta “Bagaimana penerapan filsafat pendidikan di
sekolah dasar?”.
1
D. Sistematika Uraian
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I .Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Masalah
C. Prosedur Pemecahan Masalah
D. Sistematika Uraian
Bab II .Pembahasan
A. Filsafat Pendidikan
B. Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan
C. Pendidikan Sekolah Dasar
D. Penerapan Filsafat Pendidikan di Sekolah Dasar
Daftar Pustaka
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Pendidikan
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, philos artinya cinta dan sophia
artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat berarti cinta yang mendalam terhadap kearifan
atau kebijakan. Dan dapat pula diartikan sebagai sikap atau pandangan seseorang yang
memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan. Menurut Harold Titus, dalam arti sempit filasafat
diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi, dan dalam arti luas filsafat
mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda-beda dan menjadikan
suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup.
Jadi, filsafat memiliki karakteristik spekulatif, radikal, sistematis, komprehensif, dan
universal.
Butler mengemukakan beberapa persoalan yang dibahas dalam filsafat, yaitu :
1. Metafisika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat yang
tersimpul di belakang dunia fenomena, membahas ontologi, teologi, kosmologi, dan
antropologi.
2. Epistemologi ialah cabang filsafat yang membahas atau mengkaji asal, struktur,
metode, serta keabsahan pengetahuan.
3. Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari nilai, yaitu etika dan estetika.
Kata pendidikan berasal dari kata didik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Para ahli
mengemukakan definisi pendidikan adalah sebagai berikut :
McLeod :
“Pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh
pengetahuan.”
Tardif :
3
“Pendidikan adalah seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan
perilaku-perilaku manusia dan juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman
kehidupan.”
Poerbakawatja dan Harahap :
“Pendidikan ialah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan
pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu
menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.”
Henderson :
“Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung
sepanjang hayat sejak manusia lahir.”
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan ialah proses
yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai usaha meningkatkan dan mengembangkan
diri anak menjadi lebih baik, yang dilakukan sejak lahir hingga akhir hayatnya.
Brubacher mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan pendidikan,
bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains atau pengetahuan baru, melainkan juga
melahirkan filsafat pendidikan. Bahkan John Dewey berpandangan bahwa filsafat
merupakan teori umum bagi pendidikan. Pengertian dari filsafat pendidikan itu sendiri
adalah studi penerapan konsep-konsep dan metode filosofis dalam membahas hakikat
pendidikan, baik sebagai praktek pendidikan maupun ilmu pendidikan. Menurut Al-
Syaibany, filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah
falsafah dalam bidang pendidikan. Adapun pola hubungan filsafat dengan pendidikan,
terdiri dari :
1. Studi pendidikan sebagai bagian dari keseluruhan pembahasan filsafat.
2. Studi pendidikan terpisah dari pembahasan filsafat, dan merupakan penerapan
konsep-konsep filsafat dan pendekatan filosofis dalam membahas masalah-masalah
pendidikan.
3. Studi pendidikan sama dengan studi filsafat.
4. Studi pendidikan mengambil secara selektif nilai-nilai yang diajarkan oleh filsafat.
Filsafat pendidikan harus dapat menjawab empat pertanyaan pendidikan secara
menyeluruh, yaitu :
1. Apakah pendidikan itu?
2. Mengapa manusia harus melaksanakan pendidikan?
4
3. Apakah yang seharusnya dicapai oleh pendidikan?
4. Dengan cara bagaimana cita-cita pendidikan yang tersurat maupun yang tersirat
dapat dicapai?
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut bergantung pada pandangan hidup
dan tujuan hidup manusia. Filsafat pendidikan tidak hanya terbatas pada fakta faktual,
tetapi harus sampai pada penyelesaian tuntas tentang baik dan buruk, persyaratan hidup
sempurna, serta bentuk kehidupan individual maupun sosial yang baik dan sempurna.
Jadi, peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan dan
menjadi jiwa juga sekaligus pedoman asasi pendidikan.
6
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah berpusat pada anak, sebagai reaksi terhadap pelaksanaan
pendidikan yang masih berpusat pada guru atau bahan pelajaran yang didasari oleh
filosofi realisme religius dan humanisme. Progresivisme berpendapat tidak ada teori
realita yang umum, pengalaman bersifat dinamis dan temporal sehingga nilai pun terus
berkembang.
7. Filsafat pendidikan esensialisme
Esensialisme dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes
skeptisisme dan sinisme dari progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam
warisan budaya/sosial. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah
berasaskan nilai yang telah teruji keteguhan dan kekuatannya sepanjang masa. Gerakan
ini bertumpu pada mazhab idealisme dan realisme.
8. Filsafat pendidikan perenialisme
Perenialisme adalah aliran yang berorientasi dari neo-thomisme dan memandang
bahwa nilai universal itu ada, pendidikan hendaknya dijadikan suatu pencarian dan
penanaman kebenaran nilai tersebut. Berikut adalah beberapa pandangan tokoh
perenialisme terhadap pendidikan :
a. Plato : “Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya
nafsu, kemauan, dan akal.”
b. Aristoteles : “Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan
dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya.
c. Thomas Aquina : “Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang
masih tidur agar menjadi aktif atau nyata.”
9. Filsafat pendidikan rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah paham yang memandang pendidikan sebagai
rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup.
Rekonstruksionisme dapat dibedakan menjadi rekonstruksionisme individual dari John
Dewey dan rekonstruksionisme sosial dari George S. Counts yang keduanya adalah
bersumber pada pragmatisme.
9
BAB III
PENUTUP
Manusia merupakan makhluk yang diberikan berbagai kelebihan dan potensi fisik,
cipta, rasa, dan karsa yang harus dikembangkan melalui pendidikan sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya. Pendidikan ini pada hakikatnya menjadi tanggung
jawab bersama, yaitu keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Pendidikan tidak
hanya terbatas pada pelaksanaan pengalaman empiris saja, oleh karena itu diperlukan
adanya landasan filsafat yang tepat sebagai pijakan dasar dan pedoman agar tujuan
pendidikan dapat tercapai. Pendidikan itu sendiri harus diberikan kepada anak sejak
masih dini, misalnya dengan memasukkan anak ke sekolah dasar. Sebagai lembaga
pendidikan dasar, hendaknya insan pendidikan yang terlibat di dalamnya benar-benar
mengetahui landasan filsafat yang digunakan dalam perencanaan pendidikan serta dapat
mengaplikasikannya dalam proses pendidikan yang ideal. Berbagai aliran filsafat
pendidikan dengan pandangan dan tujuan pendidikan yang berbeda, serta kelemahan
dan keunggulannya masing-masing, diharapkan dapat menyelesaikan masalah
pendidikan yang ada, karena pada intinya penerapan mazhab-mazhab filsafat
pendidikan tersebut berorientasi mengarahkan para pelaku pendidikan pada realitas diri
dan dunianya.
10
DAFTAR PUSTAKA
11