You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak merupakan pribadi terkecil dari masyarakat yang masih memerlukan
bimbingan dalam proses adaptasi dan mempelajari norma, nilai, serta hal lain yang
berarti untuk menjalani kehidupannya sebagai makhluk sosial di kemudian hari.
Berkaitan dengan hal tersebut, diciptakan suatu pendidikan, baik yang bersifat formal,
informal, maupun nonformal. Selain anak mendapatkan pendidikan dari keluarga, anak
juga dapat mengikuti pendidikan di taman kanak-kanak yang kemudian dilanjutkan ke
sekolah dasar. Di sekolah dasar inilah anak dikenalkan arti sebenarnya tentang sebuah
pendidikan.

B. Masalah
Dalam prakteknya, kelancaran proses pendidikan yang besifat formal tidak mudah
untuk dicapai, dan tidak bisa berjalan dengan sendirinya tanpa dasar persiapan,
pelaksanaan, dan tujuan yang jelas. Selain itu, ada beberapa masalah pendidikan yang
luas, kompleks dan mendalam, serta hanya dapat dijawab juga diselesaikan oleh ilmu
tertentu saja, yaitu filsafat atau dengan kata lain, pendidikan memerlukan filsafat. Jadi,
timbul pertanyaan yang meliputi “Apa itu filsafat pendidikan?”, “Apa saja jenis atau
mazhab filsafat pendidikan?”, serta “Bagaimana penerapan filsafat pendidikan di
sekolah dasar?”.

C. Prosedur Pemecahan Masalah


Semua pihak yang terlibat dalam pendidikan harus mengetahui dan mempelajari apa
arti dan fungsi dari filsafat pendidikan beserta aliran-alirannya, hakikat dari pendidikan
sekolah dasar, serta bagaimana penerapan filsafat pendidikan di sekolah dasar. Dengan
begitu, proses pendidikan akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan
direncanakan sebelumnya. Dalam makalah ini disusun berbagai teori dari hasil kajian
pustaka yang menjawab seluruh pertanyaan tersebut.

1
D. Sistematika Uraian

Kata Pengantar
Daftar Isi

Bab I .Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Masalah
C. Prosedur Pemecahan Masalah
D. Sistematika Uraian

Bab II .Pembahasan

A. Filsafat Pendidikan
B. Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan
C. Pendidikan Sekolah Dasar
D. Penerapan Filsafat Pendidikan di Sekolah Dasar

Bab III .Penutup

Daftar Pustaka

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filsafat Pendidikan
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, philos artinya cinta dan sophia
artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat berarti cinta yang mendalam terhadap kearifan
atau kebijakan. Dan dapat pula diartikan sebagai sikap atau pandangan seseorang yang
memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan. Menurut Harold Titus, dalam arti sempit filasafat
diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi, dan dalam arti luas filsafat
mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda-beda dan menjadikan
suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup.
Jadi, filsafat memiliki karakteristik spekulatif, radikal, sistematis, komprehensif, dan
universal.
Butler mengemukakan beberapa persoalan yang dibahas dalam filsafat, yaitu :
1. Metafisika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat yang
tersimpul di belakang dunia fenomena, membahas ontologi, teologi, kosmologi, dan
antropologi.
2. Epistemologi ialah cabang filsafat yang membahas atau mengkaji asal, struktur,
metode, serta keabsahan pengetahuan.
3. Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari nilai, yaitu etika dan estetika.
Kata pendidikan berasal dari kata didik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Para ahli
mengemukakan definisi pendidikan adalah sebagai berikut :
 McLeod :
“Pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh
pengetahuan.”
 Tardif :

3
“Pendidikan adalah seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan
perilaku-perilaku manusia dan juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman
kehidupan.”
 Poerbakawatja dan Harahap :
“Pendidikan ialah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan
pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu
menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.”
 Henderson :
“Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung
sepanjang hayat sejak manusia lahir.”
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan ialah proses
yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai usaha meningkatkan dan mengembangkan
diri anak menjadi lebih baik, yang dilakukan sejak lahir hingga akhir hayatnya.
Brubacher mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan pendidikan,
bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains atau pengetahuan baru, melainkan juga
melahirkan filsafat pendidikan. Bahkan John Dewey berpandangan bahwa filsafat
merupakan teori umum bagi pendidikan. Pengertian dari filsafat pendidikan itu sendiri
adalah studi penerapan konsep-konsep dan metode filosofis dalam membahas hakikat
pendidikan, baik sebagai praktek pendidikan maupun ilmu pendidikan. Menurut Al-
Syaibany, filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah
falsafah dalam bidang pendidikan. Adapun pola hubungan filsafat dengan pendidikan,
terdiri dari :
1. Studi pendidikan sebagai bagian dari keseluruhan pembahasan filsafat.
2. Studi pendidikan terpisah dari pembahasan filsafat, dan merupakan penerapan
konsep-konsep filsafat dan pendekatan filosofis dalam membahas masalah-masalah
pendidikan.
3. Studi pendidikan sama dengan studi filsafat.
4. Studi pendidikan mengambil secara selektif nilai-nilai yang diajarkan oleh filsafat.
Filsafat pendidikan harus dapat menjawab empat pertanyaan pendidikan secara
menyeluruh, yaitu :
1. Apakah pendidikan itu?
2. Mengapa manusia harus melaksanakan pendidikan?
4
3. Apakah yang seharusnya dicapai oleh pendidikan?
4. Dengan cara bagaimana cita-cita pendidikan yang tersurat maupun yang tersirat
dapat dicapai?
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut bergantung pada pandangan hidup
dan tujuan hidup manusia. Filsafat pendidikan tidak hanya terbatas pada fakta faktual,
tetapi harus sampai pada penyelesaian tuntas tentang baik dan buruk, persyaratan hidup
sempurna, serta bentuk kehidupan individual maupun sosial yang baik dan sempurna.
Jadi, peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan dan
menjadi jiwa juga sekaligus pedoman asasi pendidikan.

B. Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan


Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, maka filsafat pendidikan
memiliki berbagai aliran atau mazhab, di antaranya :
1. Filsafat pendidikan idealisme
Idealisme berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya
rohani atau intelegensi. Termasuk dalam paham idealisme adalah spiritualisme,
rasionalisme, dan supernaturalisme. Tentang teori pengetahuan, idealisme
mengemukakan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak
lengkap karena dunia hanyalah merupakan tiruan belaka, sifatnya maya yang
menyimpang dari kenyataan sebenarnya. Selain itu, menurut pandangan idealisme, nilai
adalah absolut. Apa yang dikatakan baik, benar, salah, cantik atau jelek secara
fundamental tidak berubah, melainkan tetap dan tidak diciptakan manusia. Idealisme
memiliki tujuan pendidikan yang pasti dan abadi, di mana tujuan itu berada di luar
kehidupan manusia, yaitu manusia yang mampu mencapai dunia cita, manusia yang
mampu mencapai dan menikmati kehidupan abadi yang berasal dari Tuhan.
2. Filsafat pendidikan realisme
Aliran ini berpendapat bahwa dunia rohani dan dunia materi merupakan hakikat
yang asli dan abadi. Kneller membagi realisme menjadi dua :
a. Realisme rasional, memandang bahwa dunia materi adalah nyata dan berada di
luar pikiran yang mengamatinya, terdiri dari realisme klasik dan realisme
religius.
b. Realisme natural ilmiah, memandang bahwa dunia yang kita amati bukan hasil
kreasi akal manusia, melainkan dunia sebagaimana adanya, dan substansialitas,
5
sebab akibat, serta aturan-aturan alam merupakan suatu penampakan dari dunia
itu sendiri.
Selain realisme rasional dan realisme natural ilmiah, ada pula pandangan lain mengenai
realisme, yaitu neo-realisme dan realisme kritis. Neo-realisme adalah pandangan dari
Frederick Breed mengenai filsafat pendidikan yang hendaknya harmoni dengan prinsip-
prinsip demokrasi, yaitu menghormati hak-hak individu. Sedangkan realisme kritis
didasarkan atas pemikiran Immanuel Kant yang mensintesiskan pandangan berbeda
antara empirisme dan rasionalisme, skeptimisme dan absolutisme, serta eudaemonisme
dengan prutanisme untuk filsafat yang kuat.
3. Filsafat pendidikan materialisme
Materialisme berpandangan bahwa realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual,
atau supernatural. Cabang materialisme yang banyak dijadikan landasan berpikir adalah
positivisme yang menganggap jika sesuatu itu memang ada, maka adanya itu adalah
jumlah yang dapat diamati dan diukur. Oleh karena itu, positivisme hanya mempelajari
yang berdasarkan fakta atau data yang nyata.
4. Filsafat pendidikan pragmatisme
Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak,
tidak doktriner, tetapi relatif atau tergantung pada kemampuan manusia. Dalam
pragmatisme, makna segala sesuatu dilihat dari hubungannya dengan apa yang dapat
dilakukan, atau benar tidaknya suatu ucapan, dalil, dan teori, semata-mata bergantung
pada manusia dalam bertindak. Menurut pragmatisme, pendidikan bukan merupakan
proses pembentukan dari luar dan juga bukan pemerkahan kekuatan laten dengan
sendirinya, melainkan proses reorganisasi dan rekonstruksi dari pengalaman individu.
5. Filsafat pendidikan eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran yang menekankan pilihan kreatif, subjektivitas
pengalaman manusia, dan tindakan konkret dari keberadaan manusia atas setiap skema
rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Menurut eksistensialisme, pengetahuan
manusia tergantung pada pemahamannya tentang realitas, interpretasinya terhadap
realitas, dan pengetahuan yang diberikan di sekolah bukan sebagai alat untuk
memperoleh pekerjaan, tetapi untuk alat pekembangan dan pemenuhan diri secara
pribadi.
6. Filsafat pendidikan progresivisme

6
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah berpusat pada anak, sebagai reaksi terhadap pelaksanaan
pendidikan yang masih berpusat pada guru atau bahan pelajaran yang didasari oleh
filosofi realisme religius dan humanisme. Progresivisme berpendapat tidak ada teori
realita yang umum, pengalaman bersifat dinamis dan temporal sehingga nilai pun terus
berkembang.
7. Filsafat pendidikan esensialisme
Esensialisme dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes
skeptisisme dan sinisme dari progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam
warisan budaya/sosial. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah
berasaskan nilai yang telah teruji keteguhan dan kekuatannya sepanjang masa. Gerakan
ini bertumpu pada mazhab idealisme dan realisme.
8. Filsafat pendidikan perenialisme
Perenialisme adalah aliran yang berorientasi dari neo-thomisme dan memandang
bahwa nilai universal itu ada, pendidikan hendaknya dijadikan suatu pencarian dan
penanaman kebenaran nilai tersebut. Berikut adalah beberapa pandangan tokoh
perenialisme terhadap pendidikan :
a. Plato : “Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya
nafsu, kemauan, dan akal.”
b. Aristoteles : “Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan
dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya.
c. Thomas Aquina : “Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang
masih tidur agar menjadi aktif atau nyata.”
9. Filsafat pendidikan rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah paham yang memandang pendidikan sebagai
rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup.
Rekonstruksionisme dapat dibedakan menjadi rekonstruksionisme individual dari John
Dewey dan rekonstruksionisme sosial dari George S. Counts yang keduanya adalah
bersumber pada pragmatisme.

C. Pendidikan Sekolah Dasar


Sekolah dasar adalah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menyelenggarakan
berbagai pendidikan dasar untuk meningkatkan atau mengembangkan diri anak serta
7
mempersiapkan anak untuk melanjutkan ke tingkatan yang lebih tinggi. Umumnya,
pendidikan yang diperoleh anak di sekolah dasar adalah selama 6 tahun. Adapun fungsi
sekolah dasar adalah :
1. Lembaga pendidikan pertama yang meletakkan dasar bagi pembinaan warga negara
sebagai manusia sosialis.
2. Peletak dasar bagi pembangunan kehidupan bangsa dengan menjadikan sekolah
dasar sebagai lembaga pendidikan yang lengkap, fungsional, dan ilmiah.
3. Lembaga pendidikan yang memberi dasar-dasar pengetahuan dan kecakapan, dan
memberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah.
Guru sekolah dasar sebagai operator pendidikan, memiliki tanggung jawab dan
peran yang besar dalam menentukan keberhasilan anak untuk mendayagunakan semua
potensi yang dimilikinya dan menjadi manusia yang seutuhnya. Di sinilah anak
memperoleh berbagai bimbingan, pengajaran dan latihan dasar untuk terus
dikembangkan setelahnya. Bagaimanapun, mendidik anak yang masih berada di
tingkatan sekolah dasar berbeda dengan mendidik anak yang sudah mencapai tingkatan
di atasnya, sehingga memberikan tantangan tersendiri bagi guru dalam menghadapi
anak-anak didiknya.

D. Penerapan Filsafat Pendidikan di Sekolah Dasar


Sesuai yang tercantum dalam UU RI No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yaitu yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Usaha di sini
berarti kegiatan atau perbuatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk
mencapai suatu maksud. Sadar adalah insyaf, yakin, tahu, dan mengerti. Sedangkan
terencana adalah menyusun sistem dengan landasan tertentu untuk kemudian
dilaksanakan. Perencanaan pendidikan secara sengaja dan sungguh-sungguh ini
tentunya dilakukan oleh insan pendidikan yang mempunyai kewenangan dan tanggung
jawab menyeluruh terhadap keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan, khususnya
pendidikan di sekolah dasar. Dan penerapan filsafat pendidikan di dalamnya merupakan
faktor yang ikut menentukan dan membantu para pelaku pendidikan tersebut.
8
Filsafat sebagai teori umum pendidikan dapat diterapkan dalam penentuan
kurikulum, metode, tujuan, serta kedudukan dan peran guru atau pendidik juga anak
didiknya. Adanya berbagai mazhab dalam filsafat pendidikan juga menyebabkan
berbeda-bedanya kurikulum, metode, tujuan, serta kedudukan guru dan siswa tersebut
dalam struktur pendidikan. Semuanya tergantung pada mazhab apa yang diterapkan
atau dianut oleh para pelakunya. Hanya saja, dalam hal ini mereka dituntut untuk
memiliki kurikulum yang relevan dengan pendidikan ideal, juga disesuaikan dengan
perkembangan jaman dan menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan
yang normal. Metode pendidikan juga harus mengandung nilai-nilai instrinsik dan
ekstrinsik yang sejalan dengan mata pelajaran dan secara fungsional dapat
direalisasikan dalam kehidupan. Selain itu, tujuan pendidikan tidak hanya terpaku pada
salah satu pihak semata, melainkan untuk seluruh pihak yang terlibat dalam pendidikan.
Kedudukan guru dan siswa harus benar-benar dimengerti oleh keduanya sehingga dapat
menjalankan peranannya masing-masing dengan baik.

9
BAB III

PENUTUP

Manusia merupakan makhluk yang diberikan berbagai kelebihan dan potensi fisik,
cipta, rasa, dan karsa yang harus dikembangkan melalui pendidikan sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya. Pendidikan ini pada hakikatnya menjadi tanggung
jawab bersama, yaitu keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Pendidikan tidak
hanya terbatas pada pelaksanaan pengalaman empiris saja, oleh karena itu diperlukan
adanya landasan filsafat yang tepat sebagai pijakan dasar dan pedoman agar tujuan
pendidikan dapat tercapai. Pendidikan itu sendiri harus diberikan kepada anak sejak
masih dini, misalnya dengan memasukkan anak ke sekolah dasar. Sebagai lembaga
pendidikan dasar, hendaknya insan pendidikan yang terlibat di dalamnya benar-benar
mengetahui landasan filsafat yang digunakan dalam perencanaan pendidikan serta dapat
mengaplikasikannya dalam proses pendidikan yang ideal. Berbagai aliran filsafat
pendidikan dengan pandangan dan tujuan pendidikan yang berbeda, serta kelemahan
dan keunggulannya masing-masing, diharapkan dapat menyelesaikan masalah
pendidikan yang ada, karena pada intinya penerapan mazhab-mazhab filsafat
pendidikan tersebut berorientasi mengarahkan para pelaku pendidikan pada realitas diri
dan dunianya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arfiani, E. et al. 2005. Filosofi Sekolah Dasar. Online. Tersedia:


________http://one.indoskripsi.com.

Heryanto, Nunu. 2002. Pentingnya Landasan Filsafat Ilmu Pendidikan Bagi


________Pendidikan. Online. Tersedia: http://widanaputra.blogsome.com.

Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sadulloh, Uyoh. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

11

You might also like