Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perilaku dan hubungan antar negara namun dalam perkembangan pola hubungan
aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu. Hukum
antar bangsa atau hukum antar negara menunjukkan pada kompleks kaedah dan asas
yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region) tertentu : (1) Hukum
kekayaan hayati laut (conservation of the living resources of the sea) yang mula-
mula tumbuh di Benua Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum. (2)
khusus berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa mengenai HAM
yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalam arti masing-
masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain sehingga merupakan
sederajat.
Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik
perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari
Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan
sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau
warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat, yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada
di wilayah Nusantara.
B. Permasalahan
maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana
PEMBAHASAN
sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati
oleh negara-negara, dan oleh karena itu juga harus ditaati dalam hubungan-
hubungan antara mereka satu dengan lainnya, serta yang juga mencakup :
lembaga atau antara organisasi internasional dengan negara atau negara-negara ; dan
dan subyek-subyek hukum bukan negara (non-state entities) sepanjang hak-hak dan
hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara,
antara negara dengan negara dan negara dengan subjek hukum lain bukan negara
atau subyek hukum bukan negara satu sama lain’’. (Kusumaatmadja, 1999; 2)
gambaran umum tentang ruang lingkup dan substansi dari hukum internasional,
Hukum nasional adalah sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas
suatu negara, dan oleh karena itu juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan
Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik
perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari
Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan
sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau
warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat, yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada
di wilayah Nusantara.
dua sistem hukum yang secara keseluruhan berbeda. Hukum internasional dan
hukum nasional merupakan dua sistem hukum yang terpisah, tidak saling
hukum nasional. Kalau ada pertentangan antar keduanya, maka yang diutamakan
saling berkaitan satu sama lainnya. Menurut teori Monisme, hukum internasional itu
adalah lanjutan dari hukum nasional, yaitu hukum nasional untuk urusan luar negeri.
Menurut teori ini, hukum nasional kedudukannya lebih rendah dibanding dengan
hukum internasional. Hukum nasional tunduk dan harus sesuai dengan hukum
seperti politik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya, maka sangat diperlukan hukum
yang diharap bisa menuntaskan segala masalah yang timbul dari hubungan antar
negara. Hukum Internasional ialah sekumpulan kaedah hukum wajib yang mengatur
menentukan hak dan kewajiban badan tersebut serta membatasi hubungan yang
yang mengatur segala hubungan yang terjalin dari person hukum internasional serta
diplomatik antarnegara.
person hukum internasional. Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan unsur-
unsur terpenting dari hukum internasional; (a) Objek dari hukum internasional ialah
badan hukum internasional yaitu negara dan organisasi internasional, (b) Hubungan
yang terjalin antara badan hukum internasional adalah hubungan internasional dalam
artian bukan dalam scope wilayah tertentu, ia merupakan hubungan luar negeri yang
melewati batas teritorial atau geografis negara, berlainan dengan hukum negara yang
hanya mengatur hubungan dalam negeri dan (c) kaedah hukum internasional ialah
kaedah wajib, seperti layaknya semua kaedah hukum, dan ini yang membedakan
tanpa memiliki sifat wajib seperti life service dan adat kebiasaan internasional.
Jika hukum nasional ialah hukum yang terapkan dalam teritorial sesuatu
negara dalam mengatur segala urusan dalam negeri dan juga dalam menghadapi
yang merugikan negara lain. Oleh sebab itu negara yang melakukan tindakan yang
dapat merugikan negara lain atau dalam artian melanggar kesepakatan bersama akan
dikenai implikasi hukum, jadi sebuah negara harus bertanggung jawab atas segala
kompensasi.
persoalan esensi hukum sebagai suatu kekuatan yang bersifat memaksa. Masalah
lebih tinggi dari pada hukum internasional. Pemahaman ini membawa implikasi
berdasarkan sistem hukum nasional. Di sini hukum internasional baru akan berlaku
jika tidak bertentangan dengan kaedah hukum nasional. Agar berlaku, hukum
internasional juga perlu diadopsi terlebih dahulu menjadi hukum nasional, yaitu
suatu proses yang dilakukan antara lain melalui ratifikasi. Dasarnya adalah doktrin
hukum pacta sunc servanda di mana perjanjian berlaku sebagai hukum bagi para
pihak. Perjanjian merefleksikan itikad bebas yang dicapai secara sukarela oleh
subjek hukum internasional yang memiliki kesetaraan satu sama lain. Sebaliknya,
hukum dinilai tidak dapat berfungsi secara efektif jika tidak ada keinginan negara
kaedah hukum domestik yang mengikat negara tanpa melalui proses adopsi menjadi
masyarakat internasional sebagai cita-cita dan sumber hukum ideal yang tertinggi.
Terlepas dari ada atau tidaknya persetujuan ini, secara yuridis negara dapat terikat
oleh prinsip hukum internasional yang berlaku universal atau oleh kaedah kebiasaan
sesuatu hal yang sama dan telah mengkristal, sehingga diakui oleh masyarakat
hubungan antar negara. Keharusan ini seperti tercantum pada Pasal 1 Konvensi
Den Haag pada tanggal 18 Oktober 1907, yang kemudian dikukuhkan oleh pasal 2
ayat (3) Piagan Perserikatan bangsa-Bangsa dan selanjutnya oleh Deklarasi Prinsip-
pengadilan dan di luar pengadilan. Yang akan dibahas pada kesemapatan kali ini
1. Arbitrase Internasional
oleh para pihak, yang memberi keputusan dengan tidak harus terlalu terpaku
penerapan prinsip hukum terhadap suatu sengketa dalam batas-batas yang telah
disetujui sebelumnya oleh para pihak yang bersengketa. Hal-hal yang penting
dalam arbitrase adalah; (a) perlunya persetujuan para pihak dalam setiap tahap
proses arbitrase, dan (b) sengketa diselesaikan atas dasar menghormati hukum.
dari seorang arbitrator atau komisi bersama antar anggota-anggota yang ditunjuk
oleh para pihak atau dan komisi campuran, yang terdiri dari orang-orang yang
diajukan oleh para pihak dan anggota tambahan yang dipilih dengan cara lain.
arbitrator yang dibentuk atas dasar persetujuan khusus para pihak, atau dengan
perjanjian arbitrase yang telah ada. Persetujuan arbitrase tersebut dikenal dengan
compromis (kompromi) yang memuat; (a) persetujuan para pihak untuk terikat
pada keputusan arbitrase, (b) metode pemilihan panel arbitrase, (c) waktu dan
2. Pengadilan Internasional
yaitu mulai dari komposisi, organisasi, wewenang dan tata kerjanya sudah dibuat
Bangsa-Bangsa.
yang lama, karena banyak nomor-nomor dan pasal-pasal yang tidak mengalami
kewenangan untuk:
1990; 217)
negara-negara beradab;
4. Keputusan pengadilan (judicial decision) dan pendapat para ahli yang telah
tambahan.
aequo et bono, yaitu didasarkan pada keadilan dan kebaikan, dan bukan
berdasarkan hukum, namun hal ini bisa dilakukan jika ada kesepakatan antar
final, tidak dapat banding dan hanya mengikat para pihak. Keputusan juga
diambil atas dasar suara mayoritas. Yang dapat menjadi pihak hanyalah negara,
Masalah pengajuan sengketa bisa dilakukan oleh salah satu pihak secara
unilateral, namun kemudian harus ada persetujuan dari pihak yang lain. Jika
tidak ada persetujuan, maka perkara akan di hapus dari daftar Mahkamah
KESIMPULAN
dua sistem hukum yang secara keseluruhan berbeda. Hukum internasional dan hukum
nasional merupakan dua sistem hukum yang terpisah, tidak saling mempunyai
lingkungan hukum nasional memerlukan ratifikasi menjadi hukum nasional. Kalau ada
pertentangan antar keduanya, maka yang diutamakan adalah hukum nasional suatu
negara.
saling berkaitan satu sama lainnya. Menurut teori Monisme, hukum internasional itu
adalah lanjutan dari hukum nasional, yaitu hukum nasional untuk urusan luar negeri.
Menurut teori ini, hukum nasional kedudukannya lebih rendah dibanding dengan hukum
internasional. Hukum nasional tunduk dan harus sesuai dengan hukum internasional.
seperti politik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya, maka sangat diperlukan hukum
yang diharap bisa menuntaskan segala masalah yang timbul dari hubungan antar negara.
Hukum Internasional ialah sekumpulan kaedah hukum wajib yang mengatur hubungan
hak dan kewajiban badan tersebut serta membatasi hubungan yang terjadi antara person
Disarikan dari paparan ilmiah Abdul Hakim Garuda Nusantara, dalam Dialog Interaktif,
“Arti Pengesahan Dua Kovenan HAM bagi Penegakan Hukum,” di Hotel
Acacia, Jakarta, pada 9 Maret 2006, yang diselenggarakan oleh Komisi Hukum
Nasional RI.
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara (terj), (Bandung: Nuansa,
2006), hal. 512-513.
J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Buku 2 (terj), (Jakarta: Sinar Grafika,
1992), hal. 98. Lihat juga Boer Mauna, Hukum Internasional, (Bandung:
Alumni, 2000), hal. 12-13. Lebih lanjut mengenai pandangan Kelsen ini dapat di
lihat dalam beberapa tulisan Kelsen, Teori Hukum Murni: Dasar-Dasar Ilmu
Hukum Normatif, hal. 353. Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, hal. 511.
Ibid, hal. 97.
Mauna Boer, 2003, Hukum Internasional; Pengertian, Peran dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, Cetakan ke-4, PT. Alumni, Bandung.
Soekanto, Soerjono,.(1993) Sendi-sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum, Bandung: Citra
Aditya.
MAKALAH
OLEH
KELAS B
PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2009