Professional Documents
Culture Documents
SASTRA INDONESIA
KELAS XI BAHASA
Di susun oleh :
DRA. SENI ASIATI SURYA
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi penokohan, dialog, dan
menentukan latar dalam pementasan drama
MATERI
DRAMA
Drama (Yunani Kuno) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk
diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani ”Dramoi” yang berarti "aksi",
"perbuatan".
Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, atau televisi.
Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera (lihat
melodrama).
Unsur intrinsik drama:
1. Plot (alur)
Plot (Alur) Alur dalam drama dapat diketahui setelah pertunjukkan selesai. Kadang-kadang
oleh sutradara atau narator dibacakan ringkasan cerita.Ringkasan cerita inilah yang disebut
sinopsis. Sinopsis itu dibacakan dalam prolog.Plot dalam drama ceritanya dibagi atas
beberapa babak.Tiap babak dibagi pula atas beberapa adegan.
Jadi babak adalah bagian dari lakon drama. Untuk penanda dipakai perubahan dekor,
perubahan ini mencerminkan perubahan tempat kejadian atau waktu kejadian.
Adegan atau bagian babak ditandai dengan munculnya pelaku baru.
Alur dalam drama mengikuti tahap:
a. Tahap perkenalan
b. Tahap timbulnya pertikaian atau konfliks
c. Tahap klimaks
d. Tahap penyelesaian atau peleraian
2. Pelaku dan Gerak
Sutradara memilih pelaku setelah membaca naskah drama.
Perkenalan watak tokoh kepada penonton melalui :
a. Bentuk tubuh
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menganalisis kesesuaian penokohan, dialog, dan
latar dalam pementasan drama
MATERI
Tokoh, Dialog, dan Latar dalam Drama
Keadaan fisik, pakaian, cara berbicara, cara berhubungan dengan tokoh lain, dan lain-lain
merupakan penggambaran karakter tokoh.
Perwatakan dan penokohan adalah pelukisan dan penciptaan tokoh oleh pengarangnya
Cara Membangun Karakter Tokoh
Karakterisasi merupakan salah satu unsur dalam membangun sebuah karya fiksi, baik itu drama,
cerpen atau novel. Pembuatan karakter tokoh yang baik akan menjadi salah satu penentu kualitas
dari karya fiksi tersebut.
Bagaimana membangun karakter tokoh cerita yang baik?
Ada beberapa cara membangun karakter dalam Drama yaitu:
a. Melalui ucapan-ucapan si tokoh
Orang yang sopan tentu berbeda cara ngomongnya dengan orang yang bengal. Orang pemarah
tentu beda cara ngomongnya dengan orang yang penyabar. Pedagang tentu beda cara bicaranya
dengan pegawai swasta. Orang Medan punya logat dan dan istilah-istilah yang berbeda dengan
orang Solo. Demikian seterusnya. Penulis yang baik harus bisa menampilkan ucapan atau
dialog yang benar-benar sesuai dengan sifat, profesi, golongan, etnis, tempat tinggal, dan
sebagainya, dari si tokoh tersebut.
b. Melalui pemberian nama
Dalam kehidupan nyata, nama seseorang memang tidak identik dengan sifat dan perilakunya.
Tapi pada dunia fiksi, kita bisa memberikan nama-nama tertentu untuk membangun karakter
yang berbeda-beda. Misalnya, nama Dewi cenderung berkesan anggun dan keibuan. Sedangkan
nama Susan cenderung berkesan centil dan genit.
Pemberian nama juga hendaknya disesuaikan dengan setting cerita dan karakter etnis dari tokoh
tersebut. Misalnya, aneh rasanya jika kita menceritakan seorang tokoh yang beragama Kristen,
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menentukan perwatakan (karakterisasi)
tokoh dalam cerpen atau novel dengan menunjukkan kata-kata atau kalimat yang mendukung,
menjelaskan latar yang mendukung emosi tokoh, menentukan tema dan amanat dikaitkan dengan
masalah sosial budaya dalam teks,mendeskripsikan gaya penceritaan dengan memberikan bukti
yang mendukung, menyimpulkan isi cerpen atau novel
MATERI
UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN DAN NOVEL
1. Tema
2. Penokohan dan Perwatakan
3. Alur / Plot
4. Sudut Pandang
5. Setting / Latar
6. Gaya Bahasa
Karya sastra merupakan cermin kehidupan masyarakat pada suatu bangsa. Melalui kepekaan
imajinasinya para sastrawan mengabdikan peristiwa kehidupan ke dalam karyanya. Salah satu di
antaranya adalah cerpen dan novel.
Pada pelajaran ini kita akan menentukan perwatakan (karakterisasi) tokoh dalam cerpen dan
novel dengan kalimat-kalimat yang mendukung. Serta betapa pentingnya latar atau setting dalam
sebuah cerita pendek atau novel
CERITA PENDEK (CERPEN)
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif
fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya
fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena
Penokohan
Untuk menjaga efektivitas cerita, sebuah cerpen cukup memiliki sekitar tiga tokoh utama saja,
karena terlalu banyak tokoh malah bisa mengaburkan jalan cerita Anda. Jangan terlalu terbawa
untuk memaparkan sedetail-detailnya latar belakang tiap tokoh tersebut. Tentukan tokoh mana
yang paling penting dalam mendukung cerita dan fokuskan diri padanya. Jika Anda memang
jatuh cinta pada tokoh-tokoh Anda, pakailah mereka sebagai dasar dalam novel Anda kelak.
Membangun karakter tokoh?
Secara teori, cerpen harus mempunyai tokoh utama (protagonis) yang menjadi lakon.
Untuk membangun karakter tokoh, penulis harus menghayati betul karakter sang tokoh. Kalau
tokoh itu seorang koruptor, kita mungkin bisa membayangkan si tokoh selalu tidak puas dengan
hartanya, punya beberapa rumah dan mobil mewah, perutnya buncit, wajahnya klimis, anak
istrinya dalam gelimang harta, dan sebagainya.
Buatlah tokoh itu menjadi hidup. Sebab, kekuatan cerpen adalah ketika tokoh menjadi
hidup d`an cerita seolah betul-betul nyata.
Setting
Cerpen hanya memiliki jumlah kata-kata yang terbatas untuk menyampaikan pesan, maka dalam
memilih setting cerita dengan hati-hati. Disini berarti bahwa setting atau tempat kejadian juga
harus berperan untuk turut mendukung jalannya cerita. Hal itu tidak berarti harus selalu memilih
setting yang tipikal dan mudah ditebak. Sebagai contoh, beberapa setting yang paling
Pak Mahdi sudah tampil rapi, berpeci hitam, berbaju koko putih dan bersarung kotak-
kotak biru. Ia berdiri di ambang pintu pagar rumahnya, menyambut tamu undangan. Kemarin,
surat undangan syukuran sebanyak 200 lembar telah dikirimkan ke rumah-rumah tetangga
sekitar dan teman-teman dekat.
Di ruang keluarga yang cukup luas mirip aula itu, Bu Mahdi sibuk mempersiapkan
hidangan ala prasmanan dengan menu istimewa. Di atas meja panjang yang terbalut kain hijau,
ada gule dan sate kambing, sate ayam, ayam bakar, ayam goreng, opor ayam, bestik daging
sapi, sop buntut, acar, sambal hati. Juga ada berbagai macam buah segar: apel merah, anggur
hijau, jeruk impor, peer dan pisang mas.
Dengan wajah berseri-seri, Pak Mahdi melirik arlojinya. Sudah jam 19:30. Ia menduga,
tamu undangan akan hadir tepat pada jam 20:00, sesuai waktu yang tertulis di dalam surat
undangan. Menit-menit berlalu, dan ketika arlojinya sudah menunjukkan jam 19:55, belum ada
satu pun tamu yang hadir. Bu Mahdi tergopoh-gopoh keluar dari ruang keluarga, setelah selesai
mempersiapkan hidangan istimewa itu.
"Kok belum ada yang datang, Pak?" tanyanya dengan wajah tegang.
"Mungkin orang-orang di lingkungan perumahan ini sangat disiplin, Bu. Mereka
mungkin akan datang tepat pukul delapan. Lima menit lagi," jawab Pak Mahdi dengan wajah
yang juga tiba-tiba nampak tegang.
Bu Mahdi mencibir. "Uh! Menghadiri undangan pesta kok dipas jamnya. Dasar sok
disiplin," gerutunya dengan kesal. Pak Mahdi juga mulai dilanda kesal, karena belum juga ada
seorang pun tamu undangan yang hadir di rumahnya. Ia mulai bertanya-tanya, kenapa
tetangga-tetangga dekatnya juga belum hadir? Apakah mereka sedang tidak ada di rumah? Ia
memang belum mengenal semua tetangganya, karena baru saja pindahan sepekan lalu. Rumah
barunya yang megah berlantai dua itu terletak di tengah-tengah lahan kosong di tengah
perumahan itu. Dulu, ia membeli sejumlah kaplingan sekaligus, dan di bagian tengah kaplingan
itulah ia mendirikan rumah megahnya itu. Kini, rumahnya itu satu-satunya rumah termegah di
kawasan perumahan itu. Rumah-rumah tetangganya hanya bertipe 21 dan 36.
"Mungkinkah semua tetangga dan teman-teman dekatmu tidak ada yang bersedia hadir,
Pak?" tanya Bu Mahdi dengan wajah kesal."Sabarlah, Bu. Mungkin sudah menjadi kebiasaan di
kampung ini, jika menghadiri undangan selalu terlambat." Pak Mahdi mencoba menghibur diri
1. Analisislah tokoh-tokoh cerita pendek di atas berdasarkan karakternya! Sertakan data teks
sebagai pendukungnya!
Nama Tokoh Karakternya Data Teks Pendukung
2. Analisislah latar cerita pendek di atas berdasarkan emosi tokoh ! Sertakan data teks
sebagai pendukungnya!
No Tertulis Seharusnya
Bisakah kamu bercerita? Aktifitas ini adalah aktifitas berbicara, namun berbicara untuk
orang lain. Artinya orang lain harus paham apa yang kita ceritakan.
Hal-hal yang harus diperhatikan bila kita akan bercerita :
• Gunakan intonasi yang baik, untuk membedakan keadaan marah, merayu, heran,
takjub, sedih
• Suara dan lafal kita harus terdengar jelas supaya pendengar cerita kita paham apa
yang kita ceritakan
• Ekspresi wajah ketika bercerita mendukung dan sesuai tokoh yang kita ceritakan
• Lakukan gerakan (gestur) untuk mendukung cerita
• Pakailah alat peraga untuk membantu kita dalam bercerita
• Lihat situasi pendengar dan kesiapannya mendengarkan cerita kita
Fungsi alat peraga sebagai media cerita
1. Membantu pencerita dalam mendalami cerita yang akan ia bawakan
2. memperjelas isi cerita
3. memperjelas tokoh yang akan diceritakan
4. bercerita menjadi menarik dan penuh kejutan
Baca dan cermatilah cerpen berikut !
Pada Suatu Hari
Cerpen Ratna Indraswari Ibrahim
Wawancara yang dimohon wartawati baru itu, oleh Presiden dikabulkan. Padahal,
Annisa baru sepuluh bulan bekerja sebagai wartawati di media ini.(Kabar itu membengkakkan
rasa cemburu rekan-rekannya, yang lebih senior). Lagi pula, semua orang tahu, yang mulia
Presiden tidak mudah diwawancarai!
Dalam wawancara, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Annisa. Selama
wawancara dengan Presiden, tidak diperbolehkan membicarakan politik, ekonomi, baik dalam
maupun luar negeri. Yang diperbolehkan hanya membicarakan hal-hal yang ringan. Wawancara
bertempat di serambi belakang istana (di mana tempat itu adalah bagian terindah dari istana).
Tugas Individu
1. Sebutkan pokok-pokok cerita yang terdapat di dalam cerita yang kamu baca!
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
2. Rangkailah pokok-pokok cerita yang telah sebutkan menjadi urutan cerita!
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
3. Hal apa saja yang ahrus diperhatikan ketika kita kan bercerita?
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
INDIKATOR :
Mendeklamasikan puisi dengan lafal, intonasi, gerak, mimik, dan penghayatan
yang sesuai
Mendiskusikan lafal, intonasi, gerak, dan penghayatan dalam pendeklamasian
puisi
Menjelaskan pilihan kata dan keterkaitan dengan makna
Menjelaskan fungsi pilihan kata dan keterkaitan dengan rima dan irama
Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 21 -
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mendeklamasikan puisi dari berbagai
angkatan dengan menggunakan volume suara dan irama yang sesuai.
MATERI
DEKLAMASI PUISI
Deklamasi berasal dari bahasa Latin yang maksudnya declamare atau declaim yang
membawa makna membaca sesuatu hasil sastra yang berbentuk puisi dengan lagu atau gerak
tubuh sebagai alat bantu. Gerak yang dimaksudkan ialah gerak alat bantu yang puitis, yang
seirama dengan isi bacaan.
Umumnya memang deklamasi berkait rapat dengan puisi, akan tetapi membaca sebuah
cerpen dengan lagu atau gerak tubuh juga bisa dikatakan mendeklamasi. Mendeklamasikan puisi
atau cerpen bermakna membaca, tetapi membaca tidak sama dengan maksud mendeklamasi.
Maksudnya di sini bahawa apapun pengertian membaca tentunya jauh berbeda dengan maksud
deklamasi
Di Indonesia perkataan deklamasi sudah ada lewat tahun 1950. Sedang orang yang
melakukan deklamasi itu disebut “Deklamator” untuk lelaki dan “Deklamatris” untuk perempuan
CARA BERDEKLAMASI
Seperti telah dijelaskan bahawa berdeklamasi itu membawakan pantun, syair dan sajak
atau puisi. Kemudian apakah cukup hanya asal membawakan saja? Tentu tidak! Berdeklamasi,
selain kita mengucapkan sesuatu, haruslah pula memenuhi syarat-syarat lainnya. Apakah syarat-
syarat itu?
1. Memilih dulu pantun, syair, sajak apa, yang rasanya baik untuk dideklamasikan.
Terserah kepada keinginan masing-masing. Yang penting pilihlah sajak atau puisi, pantun
atau syair yang memiliki isi yang baik dan bentuk yang indah dideklamasikan. Mengenai
hal isi tentunya dapat minta nasihat, petunjuk dan bimbingan daripada mereka yang lebih
berpengalaman dan berpengetahuan atau ahli dalam bidang deklamasi.
2. Menafsirkan Puisi
Contoh Puisi
ASA
(By Bunda NaRa)
NAMA PEMBACA :
NAMA PENILAI :
SKOR
ASPEK
NO 1 2 3 4
1 Ekspresi
2 Intonasi
3 Gerak/mimik
Keterangan :
1 : Ekspresi, intonasi , dan gerak/mimik kurang
2 : Ekspresi, intonasi , dan gerak/mimik cukup
3 : Ekspresi, intonasi , dan gerak/mimik baik
4 : Ekspresi, intonasi , dan gerak/mimik amat baik
NILAI AKHIR
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengekspresikan karakter para pelaku
dialog drama melalui dialog yang dibawakan
MATERI
Karakter Tokoh dalam Drama
Pada pelajaran yang lalu kita sudah membahas mengenai unsur-unsur intrinsik drama.
Sekarang mari kita memperagakan pelaku dan memberi tanggapan terhadap karakter pelaku yang
dimainkan rekanmu.
Mementaskan naskah drama memerlukan ketekunan dan teknik tersendiri. Sebelum
memainkan drama, kita harus mempunyai keterampilan”mengucapkan” dialog-dialog pada
naskah drama itu dengan tepat sesuai dengan karakter tokoh yang diperankan.
Agar dapat mengucapkan dialog drama dengan tepat, kita harus berlatih ekspresi suara.
Ekspresi suaran dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Dialog diucapkan dengan penuh penghayatan sesuai dengan karakter tokoh.
Kita harus beranggapan bahwa dialog itu keluar dari pikiran dan perasaan para tokoh cerita,
bukan dari pikiran atau perasaan para tokoh cerita, bukan dari pikiran atau perasaan kita
(pemeran) sebagai hasil proses penghafalan
2. Kejelasan suara
Pengucapan dialog atau volume suara harus dapat didengar oleh penonton dengan jelas.
Untuk itu, dialog diucapkan dengan teknik nafas dan teknik vokal yang benar.
3. Ketepatan suara
Dialog harus diucapkan dengan artikulasi yang jelas, sehingga tidak ada bunyi (huruf,suku
kata, kata, frasa) yang terlewatkan atau kurang jelas didengar. Ketepatan suara berarti tepat
Tugas individu
1. Baca dan cermatilah teks drama berikut ini !
Sayem : Kami memang tidak menginginkan bintang. Kami tidak gila dengan kekayaan.
Kami inginkan hidup damai penuh kesejahteraan.Kelestarian alam ini, ya desa yang
perlu kami jaga. Aku dibesarkan oleh harumnya nasi hasil panen desa ini.Sederhana
sekali jalan pikiran kami. Kegotong royongan kami akan hilang, hidup
berdampingan kami akan luntur bila ada orang-orang semacam engkau
menginjakkan kaki di desa ini.
Hadi : Kau akan mati bersama dengan pendirianmu.
Sayem : Atau sebaliknya engkau akan digilas oleh perbuatanmu?
Dalam penggalan drama di atas, tokoh Sayem mempunyai watak ....
2. Bacalah kutipan drama berikut!
Ishak : Aku akan tetap cinta padamu.Tapi aku tidak dapat berbuat apa-apa.
Satilawati : Perkara cinta jangan disebut juga.Engkau tahu sendiri, aku cinta pula pada tapi
apa maksudmu?
Ishak :Aku tidak mau mengikuti engkau.Artinya engkau jangan menunggu aku. Kawin
saja dengan orang lain.
Satilawati : (berontak) Tapi itu aku tidak mau, tidak bisa, engkau boleh pergi sekarang, tapi
lekas kembali. Aku tetap menunggu engkau.
Watak Satilawati dalam drama tersebut adalah ........
3. Konfliks yang dialami oleh satilawati adalah....................................................................
4. Ayah : Kalau Narto tak mau, engkau Maimun, berilah aku air segelas.
Maimun : (Hendak mengambil air) Baik, Ayah.
Tugas Kelompok
Baca dan cermatilah teks drama berikut, mainkan teks drama tersebut dengan membagi peran
berdasarkan karakter tokoh tersebut!
Si Bunga Langka
(Karya Seni Asiati by Bunda NaRa)
Panggung menggambarkan suasana ruang pameran flora di sebuah Mall besar di pusat
kota, terlihat beberapa orang mengerumuni sebuah tanaman langka, yang di taruh di sebuah
pot bunga besar dari porselin mahal bergambar bunga-bunga tulip kecil berwarna merah
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang
terdapat dalam cerpen dengan bukti-bukti yang mendukung, mengidentifikasi konflik dalam
cerpen, menyimpulkan perwatakan (karakterisasi) dalam cerpen dengan bukti yang
mendukung ,menjelaskan latar yang digunakan pengarang dan fungsinya untuk mendukung,
menganalisis nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek,m enghubungkan nilai-nilai
tersebut dengan kehidupan sehari-hari.
MATERI
Peristiwa Pembangun Cerita Pendek
Saat hendak menyeberang sungai. Sersan Kasim dihadapkan pada dua pilihan rumit:
membawa sendiri bayinya atau menitpkan bayinya. Kedua pilihan itu memiliki
kemungkinan yang buruk.
( Cerpen “Sungai” karya Nugroho Notosusanto)
c. Konflik antara tokoh utama dengan benda tertentu atau situasi tertentu.
Contoh :
Tokoh “Aku “ merasa diteror oleh sebah dompet yang ia temukan saat menonton
film di gedung bioskop. Berbagai kejadian tidak menyenangkan ia alami akibat
hendak mencari pemilik dompet. Bahkan setiap hari ia buang, dompet itu bias
kembali kepadanya.
( Cerpen “Dompet” karya Putu Wijaya)
Sebuah cerita rekaan akan mengandung nilai-nilai sastra jika memenuhi ciri-ciri:
• fiction (rekaan)
Perempuan-perempuan Berjengger
Ni Komang Ariani
Perempuan-perempuan itu dijejerkan begitu saja. Jumlahnya mungkin sepuluh, mungkin
lima belas. Mereka menebar geliat pandang gelisah. Perempuan-perempuan itu seperti
dihempaskan dari langit dan menjadi perempuan-perempuan tersesat. Kata orang, mereka
dijejerkan karena suatu persamaan. Semuanya adalah perempuan berjengger.
Konon kabarnya jengger adalah kutukan bagi perempuan-perempuan yang dilaknat.
Perempuan yang melanggar etika kesopanan. Perempuan yang menjual kelaminnya demi nasi
dan lauk pauknya. Karena itulah mereka dijejerkan. Mereka harus menerima pengadilan. Mereka
harus menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Aku sendiri memupuk kemarahan pada perempuan-perempuan berjengger. Bagiku
mereka memuakkan dan sampah. Mereka tak bekerja dengan bantalan bahu dan blazer. Mereka
tak mengerjakan pekerjaan-pekerjaan terhormat. Lihatnya perempuan paling ujung. Baju
merahnya telah kumal. Kain di kakinya telah lusuh. Lidahnya menggeliat-geliat basah, siap
memangsa jantan-jantan yang datang. Lihatlah perempuan di tengah-tengah. Baju birunya
berubah putih. Dadanya turun naik dengan tonjolan yang digerak-gerakkan, mengundang hasrat.
Lihatlah pula perempuan di ujung, kain di atas pahanya ia gerak-gerakkan. Ia biarkan paha itu
terbuka dengan kain yang berkibar-kibar.
Seorang laki-laki kekar dengan badan berbulu datang mendekat. Kedua tangannya
menenteng gada juga pecut. Lima laki-laki lain bergerak dari kejauhan. Perempuan-perempuan
berjengger terkurung diantara laki-laki kekar. Kata orang, mereka adalah para penjagal yang
datang untuk bertanya atau memecut para pembangkang
“Hai perempuan satu, katakan apakah engkau berjengger!” si perempuan pertama hanya
mengangguk dengan acuh sambil terus menjulur-julurkan lidahnya.
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi pelaku, peristiwa, dan latar
dalam novel
MATERI
Latar, Perwatakan dalam Novel
Watak tokoh dalam sebuah cerita bersifat universal, artinya seorang tokoh dapat memiliki
watak yang sama meski cerita yang berbeda. Karakter tokoh bisa jadi keras kepala, pencemburu,
jujur, sabar, baik hati, pwnolong, pendendam, dan lain-lain.
Untuk mengetahui watak tokoh dalam novel dapat dilihat dari cara memandang masalah,
cara bertingkah laku, cara bicara, cara berekasi terhadap sesuatu dan atau dari cerita tokoh lain.
Sebuah novel akan menjadi menarik apabila pengarang mampu menggambarkan watak-
watak tokohnya. Kekuatan penggambaran watak akan memperkuat bangunan konflik. Konflik
membuat cerita menjadi hidup dan menarik untk disimak. Jadi, kemampuan pengarang dalam
menggambarkan watak tokoh merupakan suatu hal yang penting.
Latar yaitu tempat, waktu, benda, dan suasana dalam cerita. Latar sangat mendukung
pembentukan karakter seorang tokoh.
Contoh :
Di bawah sepohon kecapi yang rimbun berdiri sebuah rumah beratap genting.
Dindingnya buluh beranyam dan lantainya dari tanah saja. Keliling pekarangannya
bersih, sehingga sehelai sampah pun tiada kelihaatn. Di langkan sebelah kiri terletak
sebuah balai-balai bambu. Di atas balai-balai itu duduk seorang laki-laki tua sedang
menyirat.
(Novel “Si Dul Anak Jakarta” karya Aman Datuk Modjoindo)
Dalam kutipan novel di atas terlihat adanya latar yaitu (a) sebuah rumah beratap genting.
Dindingnya buluh beranyam dan lantainya dari tanah saja. Sebagai latar tempat yaitu di sebuah
Tugas Individu
1. Apa tema kutipan novel terebut?.................................................................................................
2. Siapa tokoh-tokohnya?................................................................................................................
3. Dimanakah latar cerita terebut? Jelaskan jawabanmu!...............................................................
4. Peristiwa apa yang tergambar dalam kutipan novel tersebut?
Jelaskan !....................................
5. Bagaimanakah perwatakan masing-masing tokoh tersebut!........................................................
6.Sudut pandang yang digunakan pengarang adalah.......................................................................
7.Siapakah tokoh protagonis dalam kutipan novel
tersebut? ..........................................................
8.Tuliskan watak masing-masing tokoh dalam kutipan novel tersebut ? ......................................
9. Nilai kehidupan apakah yang terdapat dalam kutipan novel tersebut? .......................................
10. Unsur budaya yang terdapat dalam kutipan tersebut adakah yang masih sesuai dengan
kehidupan sekarang! Jelaskan!
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menentukan tokoh-tokoh dan karakternya dalam
hikayat menentukan latar dalam hikayat menentukan tema hikayat mengidentifikasi nilai yang
terdapat dalam hikayat menghubungkan nilai budaya dalam hikayat dengan nilai budaya
sekarang
MATERI
Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang
berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun
kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.
Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan
semangat juang.
Contoh Hikayat :
HIKAYAT BAYAN BUDIMAN
Khoja Mubarak seorang saudagar kaya di negeri yang bernama Ajam. Beliau
mempunyai seorang anak yang bernama Khoja Maimun. Apabila cukup umurnya, Khoja
Maimun telah dikahwinkan dengan Bibi Zainab.Oleh kerana hampir kehabisan harta, Khoja
Maimun bercadang untuk pergi belayar dan berniaga. Sebelum belayar, Khoja Maimun telah
membeli dua ekor burung sebagai peneman isterinya sepeninggalan beliau pergi belayar. Seekor
burung bayan dan seekor burung tiung. Apabila sampai masa hendak pergi belayar, Khoja
Maimun berpesan kepada isterinya supaya sentiasa bermuafakat dengan burung-burung itu
sebelum melakukan sesuatu perkara.
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengekspresikan perasaan dalam bentuk
puisi dengan menggunakan diksi, majas, rima, dan irama, serta disesuaikan bentuk dan isi puisi,
menulis puisi berdasarkan objek atau berdasarkan pengalaman, menyunting puisi
Materi
Menulis adalah salah satu kegiatan yang sangat menakjubkan. Dengan menulis, kita bisa
menuangkan ide atau gagasan yang ada di pikiran kita, menuangkan isi hati kita melalui bahasa
tulisan sehingga dapat dibaca dan dipahami orang lain. Dengan menulis, kita bisa mentransfer
pengetahuan dan hasil pembelajaran kita kepada orang lain sehingga bermanfaat bagi sesama
musafir kehidupan. Menulis juga merupakan media aktualisasi diri.
Kegiatan menulis memamg membutuhkan konsentrasi penuh. Menulis puisi tentulah
berbeda dengan menulis prosa. Menulis puisi berdasarkan pengamatan dapat kita lakukan dengan
cara:
1. Rangsang gambar
Pada cara ini kita dapat menggunakan gambar sebagai alat rangsang kita dalam mencuptakan
puisi. Kita dapat mengidentifikasi setiap objek/detail dan peristiwa pada gambar kemudian
menuliskan hasil pengamatan terhadap gambar ke dalam beberapa kata atau kalimat.
2. Lihat objek
Cara melihat objek secara langsung dapat dilakukan bila objek berada di dekat kita. Cara ini
akan mendekatkan kita pada objek yang akan jadikan puisi.
3. Kilas balik
Tugas Individu
Amatilah salah satu gambar berikut! Tulislah puisi berdasarkan pengamatan Anda,
gunakan diksi, majas yang sesuai!
Gambar 1
Gambar 2
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat Mengekspresikan gagasan dalam bentuk
cerpen berkenaan dengan kehidupan seseorang dengan mengembangkan:
- penokohan
- alur
- latar
- sudut pandang orang ketiga
MATERI
Menulis Cerpen dengan Sudut Penceritaan Orang Ketiga
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengekspresikan gagasan dalam bentuk
drama dengan mengembangkan: tema,penokohan,alur,latar. Menganalisis penulisan drama
dengan memperhatikan ejaan dan tanda baca
MATERI
Menulis Naskah Drama
Tugas Kelompok !
Berkelompoklah, masing-masing kelompok 4 orang siswa!
1. Diskusikan dengan teman sekelompokmu tentang contoh penyusunan drama tersebut,
kemudian lanjutkan naskah dra tersebut sampai lima adegan. (kerjakan dalam lembaran
kertas folio)
2. Tukarkan naskah drama yang telah kalian buat pada kelompok lain. Lakukan kegiatan
saling menganalisis naskah drama dengan memperhatikan penggunaan ejaan, tanda baca,
dan pilihan kata, kemudian berilah tanggapan!
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat Mengidentifikasi komponen kesastraan
cerpen Mengidentifikasi komponen kesastraan novel Mengidentifikasi komponen kesastraan
hikayat Membahas hubungan antarkomponen kesastraan masing-masing teks prosa naratif
dalam karya sastra yang relevan Menyimpulkan hasil pembahasan tentang struktur keseluruhan
masing-masing teks prosa tersebut.
MATERI
Komponen Kesasatraan
Prosa Adalah bentuk sastra yang dinyatakan bebas. Cara ini tidak memiliki ikatan yang
luar biasa. Kata prosa diambil dari bahasa Latin orates provorsa, yang berarti ucapan langsung
Pada pelajaran yang lalu kita sudah mempelajari cerpen, novel, hikayat dan drama.
Setiapa karya sastra prosa memiliki unsur-unsur itrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi hasil
karya sastra prosa tersebut.
Komponen kesastraan tesebut merupakan hal yang mendasari terciptanya sebuah karya
sastra prosa. Kali ini kita akan menganalisis komponen kesastraan maing-masing karya sastra
tersebut.
c. Sebuah cerita dapat dibedakan menjadi tiga bagian pokok: bagian awal, bagian
tengah, dan bagian akhir. Dapatkah kamu menganalisis cerita di atas berdasarkan
ketiga bagian tersebut? Apakah yang dikisahkan pada asing-maing bagian?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
d. Peristiwa yang dialami sang tokoh cerita dapat disusun berdasarkan urutan wakt
(temporal) dan urutan sebab-akibat (akusal). Pola manakah yang paling tepat untuk
kisah di atas? Jelaskan jawabanmu!
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
............................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi komponen kesastraan dalam
teks drama karya satrawan Indonesia dari suatu periode menentukan jenis drama menentukan bentuk
drama menentukan unsur-unsur intrinsik drama.
MATERI
JENIS-JENIS DRAMA
1. Opera, ialah cerita yang disampaikan dengan dialog yang dinyanyikan dengan
iringan musik.
Misalnya : Yulius Caesar – terjemahan Muh. Yamin
Opera singkat disebut operet.
2. Pantomim, ialah cerita yang disampaikan bukan dengan dialog melainkan dengan
isyarat dan gerak-gerik saja, kadang-kadang diikuti nyayian atau musik.
3. Tablo, mirip dengan pantomim. Para pelaku tidak bergerak, hanya menunjukkan
gaya dan diam. Baik pantomim maupun tablo keduanya disertai pengantar kata
4. Dagelan atau lawakan, yaitu suatu pementasan cerita yang penuh dengan unsur
lawakan
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menganalisis puisi berdasarkan komponen
bentuk puisi (bait, larik, rima, irama) dan isi (pengindraan, pikiran, perasaan, imajinasi)
MATERI
Komponen Puisi
Puisi di atas terasa menyentuh, baik dari segi bahasa maupun pilihan kata atau diksi yang
digunakan pengarangnya.
Perhatikan larik puisi Chairil Anwar berikut :
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Kamu tentu tahu ciri-ciri puisi bukan? Pada larik puisi tersebut Chairil Anwar mencoba
melukiskan dahan pada pohon cemara yang dipukul angin ( penggunaan majas Personifikasi) dan
pilihan kata untuk mengungkapkan dahan yang mulai tua yaitu merapuh.
Puisi adalah karya sastra yang bentuknya berbaris-baris, bersajak, dan berima.
Hakikat puisi terdiri dari empat hal pokok, yaitu
1. Sense (tema, arti)
Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh
pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik
secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau
mencari-cari, menafsirkan).
2. Feling (rasa)
Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam
puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi
suatu persoalan.
3. Tone (nada)
Yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya
pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh,
persuatif, sugestif.
4. Intention (tujuan)
Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-
kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam
Puisi 2
DIPONEGORO
(Chairil Anwar)
MAJU
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Tugas Kelompok
1. Analislah kedua puisi di atas berdasarkan ciri-ciri umum puisi dengan mengisi tabel yang
tersedia!
2. Presentasikan hasil temuan kelompokmu di depan kelas !
3. Berilah tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok tersebut!
Majas
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi pementasan drama
berdasarkan gerak para tokoh dan blocking (posisi tokoh di atas pentas); menjelaskan tata
busana yang dipakai para tokoh; tata panggung yang menggambarkan peristiwa; tata bunyi;
serta tata lampu.
MATERI
Menganalisis Pementasan Drama
Sebelum dipentaskan, naskah drama merupakan bagian dari karya sastra. Adapun saat
dipentaskan, karya tersebut berubah menjadi karya pementasan. Pementasan drama yang baik
bergantung pada kepaduan unsur dialog (pemain), sutradara, musik, sampai penata panggung.
Adapun dalam teknik pementasan yang berhubungan langsung dengan naskah adalah para
pemain itu sendiri yang diarahkan oleh sang sutradara. Agar berhasil mementaskan tokoh-tokoh,
para pemain harus dipilih secara tepat.
Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan oleh setiap calon pemain sebelum
mementaskan drama.
1. Pertama-tama naskah drama yang sudah dipilih itu harus dibaca berulang-ulang agar
semuanya dapat dipahami. Dari dialog para tokoh (dan penjelasan lain) dapat
diketahui watak tiap-tiap tokoh dalam naskah drama itu.
2. Setelah diketahui watak tiap-tiap tokoh, dipilih pemain yang cocok dan mampu
memerankan setiap tokoh.
Naskah drama yang Anda pentaskan tersebut mungkin tidak terlalu sulit, sebab sesuai
dengan kehidupan Anda dalam keseharian. Para tokoh, yaitu Hanafi, Igun, dan Yusrina
merupakan orang-orang yang tidak jauh berbeda dengan keseharian Anda sekarang.
Hal pertama yang dapat kita analisis adalah peran dan perwatakan setiap tokoh. Anda
dapat mengamati bagaimana tokoh Yusrina yang konsentrasi belajar. Ia merasa terganggu dengan
Igun yang menanyakan masalah pelajaran hingga sang lelaki (Agus) yang menyukai Yusrina.
Saat dialog Yusrina dengan Igun, Anda dapat mengetahui bagaimana sikap Igun yang selalu
ingin tahu keadaan yang dihadapi Yusrina. Dalam hal ini, penokohan Igun harus lebih dominan
terhadap Yusrina.
Selanjutnya, tokoh Hanafi yang secara tidak langsung telah membuat Igun penasaran akan
ulangan yang akan dilaksanakan di kelasnya. Ia berbicara dengan santai, tetapi membuat Igun
karena Igun beranggapan bahwa ulangan tidak jadi hanya karena gurunya(Pak Asnawi) sakit. Jika
Anda memerankan tokoh Hanafi, Anda harus mempunyai pemeranan yang menghadapi hidup ini
seakan mudah.
Lalu, bagaimana dengan latar dan perlengkapan? Latar dalam drama ini adalah sekolah.
Dalam hal ini, Anda tidak akan mendapat kesulitan mengambil peran dalam naskah ini. Anda
dapat menggunakan situasi di sekolah. Anda dan teman-teman dapat memerankan naskah drama
ini sesuai dengan latar yang diinginkan oleh pengarang naskah, yaitu sebagai berikut.
Tugas Individu
Buatlah naskah drama dari prolog berikut!
Pentas menggambarkan sebuah kebun, halaman belakang gedung
perpustakaan suatu SMA. Di tengah halaman terdapat bangku panjang, tempat
duduk yang terbuat dari semen. Bagian depan sebelah kanan terdapat bak air kecil
yang tak ada airnya dan bisa untuk duduk. Ada beberapa tanaman bunga dan pot
bunga di situ. Latar belakangnya gedung perpustakaan.
Tempat mengerjakan
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Tugas Kelompok
Baca dan pentaskan naskah drama berikut bersama kelompokmu!
Sampek Engtay
Karya N. Riantiarno
Pasar malam di Gambir-Betawi. Malam
(Murid-murid sekolah putra bangsa menonton tonil-pasar berbaur dengan para penonton
lainnya. Sampek dan Engtay juga ada)
Dalang : (Yang juga bertindak sebagai pembawa acara)
Terang bulan terang di kali
Buaya timbul disangkanya mati
Malam ini kita jumpa lagi
Dalam lakon cinta kasih sejati
Pohon-pohon dikasih dupa
Daunnya rimbun kuat akarnya
Ini lakon cinta kasih dari Eropa
Asmara Romeo pada Yuliet-nya
(Panggung rakyat digelar)
(Pertama, disajikan kisah cinta Romeo dan Yuliet)
Romeo : (Muncul bersama Yuliet) Ibarat bunga, mawar ataupun kenanga, kalau ia harum,
nama tak lagi penting adanya. Yuliet, dikau ibarat bunga. Berganti nama sejuta
kali pun, asal dikau adalah Yuliet seperti yang ku kenal sekarang ini, duhai,
dikau tetap kucinta…
Yuliet : (Manja) Ah,ah…
Tujuan Pembelajaran
Anda diharapkan mampu menulis resensi drama dengan memerhatikan unsur-unsur
resensi,dan menyiapkan lembar penilaian, lalu sinopsis mengemukakan kelebihan dan
kekurangan drama.
Membuat Resensi tentang Drama
Masih ingatkah dengan pementasan drama yang dilakukan oleh temanmu? Pada materi
kali ini kita akan membahas mengenai resensi. Singkatnya, Resensi adalah pertimbangan,
pembicaraan atau ulasan sebuah karya, misalnya buku, film dan lain-lain (Kamus Besar Bahasa
Indonesia)
Resensi berasal dari bahasa Belanda, recensie. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan
review. Kata tersebut sendiri berasal dari kata Latin ‘revidere’ dan ‘resence’, artinya melihat
kembali, menimbang atau menilai. Di negeri kita, resensi sering diistilahkan dengan timbangan,
tinjauan, atau bedah buku, dll. Sedangkan menurut Webster Collegate Dictionary (1995), review
adalah “a critical evaluation of a book” Karena pada hakikatnya resensi haruslah menjelaskan apa
adanya suatu karya; baik kelebihan ataupun kekurangannya. Jadi resensi bukanlah tulisan yang
Tugas Individu
1. Apa saja yang harus dilakukan dalam meresensi drama yang ditonton!
………………………………………………………………………………....
Kujejakkan
2. Perhatikan kutipankaki-kakiku
cerita berikut kembali
! ke tanah kelahiran, mula-mula
terasa agak aneh. Aku kehilangan keseimbangan, tetapi hanya
Tentukan alur dari
sebentar ceritanya!
saja. Kupandang lapangan udara ini yang tidak berubah,
kecuali mungkin ada pohon-pohon akasia semakin menua di tepi
pagar besi.
Orang –orang yang bekerja di sini pun kelihatan masih yang itu-itu
juga. Mereka tetap seperti sediakala, sibuk.
Ah, ada sedikit gigitan-gigitan kecil yang membuatku perih
sejenak. Sendainya aku tidak pernah lari dari sini, aku mungkin
tumbuh dewasa bersama kota ini. Dewasa dalam arti yang
sebenarnya. Akan tetapi, sesuatu telah membuatku muak. Muak
terhadap semua yang tampak disekitarku.
............................................................................................................................
Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 90 -
...
3. Sudut pandang yang digunakan pengarang pada cerita di atas
adalah ........................................................................................................................................
...........
4. Ada berapa macam alur? Jelaskan satu persatu berikut contoh teks ceritanya!
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
5. Tuliskan sastrawan pelopor puisi pada periode angkatan ’45.............................................
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang paling benar!
4. Aminudin sangat kecewa setelah mengetahui bahwa gadis itu bukanlah Mariamin. Agar
ayahnya tidak malu dan kecewa, Aminudin menerima gadis itu sebagai isterinya. Aminudin
berkirim surat kepada Mariamin bahwa ia sudah menikah dengan gadis pilihan ayahnya.
Aminudin menjelaskan duduk perkaranya. Sebelum surat itu selesai dibacanya, Mariamin
sudah pingsan. Ia lalu jatuh sakit. Ayah Aminudin merasa bersalah dan minta maaf kepada
Mariamin dan ibunya. Ia berjanji akan tetap bersahabat dengan keluarga Sutan Baringin.
Setelah satu tahun Aminudin menikah, Mariamin pun terpaksa menikah dengan
seorang kerani bernama Kasibun dari Padangsidempuan. Hidupnya sangat menyedihkan
karena tabiat suaminya sangat kasar, suka menyiksa dan dihinggapi penyakit kotor. Oleh
karena itu, ia tidak mau melayani suaminya, Kasibun. Mariamin pun disiksa oleh suaminya.
Akhirnya Mariamin bercerai dengan Kasibun dan pulang ke kampungnya. Karena terlalu
banyak menanggung derita, ia meninggal dunia. Disadur dari Azab dan Sengsara
Konflik dalam penggalan novel tersebut adalah ....
a. Aminudin kecewa setelah mengetahui gadis itu bukanlah Mariamin
b. Aminudin menerima gadis itu sebagai istrinya dengan perasaan kecewa
c. Aminudin berkirim surat kepada Mariamin bahwa ia sudah menikah
KOMPETENSI DASAR : 7.1 Menceritakan kembali sastra lama (hikayat) dengan bahasa masa kini
INDIKATOR :
Menceritakan kembali sastra lama (hikayat) sesuai dengan urutan kronologis tanpa mengubah isi cerita dengan lafal dan intona
Mendiskusikan kesesuaian penceritaan isi hikayat berdasarkan kronologis, lafal dan intonasi
Tujuan Pembelajaran
Dalam bagian ini, Anda akan berlatih Menceritakan kembali sastra lama (hikayat)
dengan bahasa masa kini. Anda akan memahami karakter, ciri khas, dan bentuk karya sastra
lama. Dengan demikian, minat apresiasi Anda akan meningkat. Di samping itu, kecintaan Anda
terhadap karya sastra Nusantara pun diharapkan akan bertambah.
Hikayat Patani
Bismillahirrahmanirrahiim. Wabihi nastainu, biIlahi al a'la.
Setelah membaca karya sastra lama tersebut, Anda dapat mengidentifikasinya. Anda
dapat mengidentifikasi ciri-ciri karya sastra lama tersebut. Anda juga dapat mengidentifikasi
unsur-unsur intrinsik karya sastra lama tersebut.
Ada beberapa ciri-ciri yang dapat Anda identifikasi dari karya sastra lama tersebut, di antaranya:
1. menggunakan bahasa Melayu klasik
2. menghubungkan cerita dengan kejadian alam atau tempat,berkisah tentang kerajaan (istana
sentris)
Dari hasil membaca sendiri karya sastra lama tersebut, apakah ada ciri-ciri lain yang Anda
temukan dari karya sastra lama tersebut?
Selain ciri-ciri karya sastra lama tersebut, Anda juga dapat mengidentifikasi unsur-unsur
intrinsiknya. Sebelum mengidentifikasi unsur-unsur tersebut, sebaiknya Anda pahami terlebih
dahulu unsur-unsur intrinsik tersebut.• • •
Unsur-unsur intrinsik karya sastra lama hampir sama dengan karya sastra prosa lainnya, seperti
tema alur, latar, penokohan, dan amanat.
1. Tema adalah dasar cerita sebagai titik tolak dalam penyusunan cerita.
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda akan berlatih memerankan drama dengan memerhatikan
penggunaan gerak-gerik (gestur), mimik, dan pelafalan sesuai dengan watak tokoh dalam
pementasan drama. Anda akan berlatih menanggapi peran yang ditampilkan dalam pementasan
drama.
Sebelum memerankan tokoh dalam sebuah drama, Anda harus menghayati terlebih dahulu
peran tersebut. Dengan demikian, Anda akan bermain dengan sangat baik. Setelah Anda
memahami dan menghayati peran dalam drama, Anda perlu melatih gerak-gerik (gestur), mimik
(ekspresi wajah), dan intonasi dalam pelafalan dialog. Hal ini bertujuan agar penonton dapat
menangkap pesan atau maksud yang hendak disampaikan oleh pemain.
Sebelumnya, telah dikemukakan bahwa untuk melatih penghayatan diperlukan latihan
olah sukma. Untuk melatih gerak-gerik dan mimik, Anda perlu melakukan latihan olah tubuh,
sedangkan untuk melatih intonasi Anda memerlukan latihan olah vokal.
Latihan-latihan tersebut sangat penting dilakukan agar saat pementasan berlangsung,
tubuh aktor akan siap secara keseluruhan. Dengan demikian, penonton tidak akan merasa jenuh.
Tentukan peran dan kemukan karakter yang tepat dari ilustrasi berikut!
Tujuan Pembelajaran
Dalam bagian ini, Anda akan berlatih mengevaluasi teks drama atau pementasan drama dalam
kegiatan diskusi
Tugas kelompok
Pementasan drama yang telah kalian lakukan bersama kelompokmu evaluasilah
berdasarkan perwatakan masing- masing tokoh dengan menggunakan table berikut!
Tujuan Pembelajaran
Dalam bagian ini, Anda akan berlatih membandingkan naskah hikayat dengan
novel .Dengan demikian, minat apresiasi Anda akan meningkat. Di samping itu, kecintaan Anda
terhadap karya sastra Nusantara pun diharapkan akan bertambah.
2. Latar
Latar hikayat yang istana sentris dominan menceritakan kehidupan istana. Bahkan, latar
dalam hikayat pun tidak jarang berlatar dunia gaib atau kahyangan. Latar ini erat
kaitannya degan
tindakan tokoh, yang di luar kewajaran manusia biasa.
3. Tema
Tema hikayat umumnya sama dengan cerita rekaan modern. Tema hikayat dapat berupa
persoalan cinta, dendam, kejujuran, kesatriaan, dan hal lainnya. Tema ini dapat diketahui
setelah dibaca keseluruhan ceritanya.
4. Motif
Motif berhubungan erat dengan alur cerita yang digerakkan tokoh cerita. Motif
merupakan alasan mengapa suatu jalan cerita bergerak. Motif bersumber dari alasan
tindakan para tokoh cerita.
Motif dalam hikayat dapat merupakan motif kekuasaan, cinta, dendam, atau kejujuran.
5. Nilai
Nilai atau amanat dalam hikayat dapat diketahui dan dirasakan pembaca setelah
menyelesaikan beberapa kali pembacaan hikayat. Penentuan nilai bergantung pada setiap
persepsi pembaca dalam memaknai amanat dari hikayat.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa hikayat adalah bagian prosa lama. Sebagai sebuah karya
sastra dalam bentuk tertulis, Sulastin Sutrisno (1983 : 75-76) memberikan tujuh (7) ciri hikayat,
yaitu:
1. Hikayat termasuk sastra tulis dengan huruf Jawi.
Tugas Individu
1. Bacalah dengan saksama penggalan Hikayat Hasanuddin dan kutipan novel !
2. Identifikasilah unsur struktur kedua karya sastra tersebut !
3. Hubungkan nilai budaya dalam kutipan novel dan hikayat dengan nilai budaya sekarang.
4. Bandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam kedua karya sastra tersebut!
a. Hikayat
Hikayat Hasanuddin
Sahdan daripada itu apabila genaplah Maulana Hasanuddin itu tujuh tahun lamanya ia
ada di Pulasari itu, datang pula ayahnya melihat kepada anaknya, lalu ia duduk kata ayahnya
yang bernama susuhunan Gunung Jati, kepada anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin,
katanya:
"Hai anakku Ki Mas, marilah kita pergi haji karena sekarang waktunya orang naik haji
dan sebagai pula santri, kamu tinggal juga dahulu di sini, dan turutlah sebagaimana pekerti
anakku".
b. Kutipan Novel
Ketika aku sampai pada kapur-kapur yang berserakan persis di bawah tirai itu, hatiku
berkata pasti nona ini akan segera menutup pintu agar aku tidak punya kesempatan sedikitpun
untuk melihat dia lebih dari melihat kukunya, namun yang terjadi kemudian sungguh di luar
dugaan. Kejadiannya sangat mengejutkan, karena amat cepat, tanpa disangka sma sekali, si nona
misterius justru tiba-tiba membuka tirai dan tindakan cerobohnyaitu membuat wajah kami yang
sama-sam terperanjat hamper bersentuhan!!!Kami beradu pandang dekat sekali … dan suasana
seketika menjadi hening … mata kami bertatapan dengan perasaan yang tak dapat kulukiskan
dengan kata-kata. Kapur-kapur yang telah ia kumpulkan terlepas dari genggamannya, jatuh
berserakan, sedangkan kapur-kapur yang ada di genggamanku terasa dingin membeku seperti aku
sedang mencengkeram batangan-batangan es lilin.
Saat itu aku merasa jarum detik seluruh jam yang ada di dunia ini berhenti berdetak.
Semua gerakan alam tersentak diam dipotret Tuhan dengan kamera raksasa dari langit, blitz-
nya membutakan, flash!!! Menyilaukan dan membekukan. Aku terpana dan merasa seperti
melayang,mati suri, dan mau pingsan dalam ekstase………………
………dan aku tahu persis bau busuk took kelontong itu semakin menjadi-jadi dalam
udara pengap di bawah atap seng, tapi pancaindraku telah mati. Aliran darah di sekujur tubuhku
Tempat mengerjakan
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
Tujuan Pembelajaran
Pada pembelajaran ini Anda diharapkan mampu, Anda akan menemukan perbedaan dan
persamaan setiap karya sastra yang Anda bandingkan baik hikayat maupun cerpen.
Pada pembelajaran yang lalu kita telah membahas mengenai hikayat dan cerpen secara
satu persatu. Hikayat yang merupakan karya sastra lama memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan
cerpen. Berikut perbedaan antara hikayat dengan cerpen.
Untuk membandingkan hikayat dengan cerpen Anda perlu membaca sekali lagi Hikayat
Hasanudin pada pelajaran yang lalu. Setelah itu bacalah dengan cermat cerpen berikut !
Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 118 -
Kursi Antik
Muhammad Ali
Perempuan yang datang menemuiku pada pagipagi dini hari itu langsung menyebutkan
namaku, lalu bertanya,"Bapak yang suka kumpul-kumpul barang-barang antik?'
"Yoah ...," sahutku sambil menguap panjang.
Lalu katanya pula, "Aku punya sebuah kursi antik...."
"Ini betul-betul antik, Pak," katanya meyakinkan,
"peninggalan nenek moyang."
"Di mana barang itu sekarang?" tanyaku.
"Di rumah, di rumahku, tidak jauh dari sini, sebentar jalan kaki sampai. Mari kita
berangkat sekarang," ajaknya.
Perempuan itu jalan duluan, aku menyusulnya di belakang. Bukan main cepatnya ia
melangkah. Aku mengikuti setengah berlari-lari, hingga napasku mendesah-desah. Kami berjalan
menyusuri ganggang kecil dan sempit yang di kanan-kirinya berdiri berdesakan gubuk-gubuk
terbuat dari bekas peti-peti sabun atau makanan dalam kaleng yang dipersambungkan begitu saja,
mirip bekupon-bekupon.
Beberapa kali kami berpapasan dengan pengendara-pengendara becak yang mendorong
becaknya, memaksa kami menempel rapat-rapat ke pinggir supaya tidak terlanggar
olehnya.
Di depan sebuah gubuk setengah doyong yang beratapkan kaleng-kaleng karatan
perempuan itu berhenti lalu menoleh kepadaku, kemudian serunya "Di sini, Pak, silakan masuk,
maaf tidak sepertinya," ujarnya pula berbasa-basi. Terpaksa aku harus membongkok ketika
memasuki pintu gubuk yang pendek dan sempit itu. Aku tidak ingat lagi dari bahan apa pintu itu
dibuat. Begitu berdiri dalam sebuah ruang yang sesungguhnya hanya sepetak tanah, bau apak
yang amat menyengat menusuk hidungku.
Perubahan sekonyong-konyong dari kecerahan pagi yang memancar di luar beralih ke
ruangan dalam gubuk yang suram dan muram itu membuatku hampir tak bisa melihat sesuatu
sehingga pada mulanya tak sesuatu pun yang tampak. Semua kelihatan samar-samar. Tapi,
sekejap kemudian mataku mulai jadi biasa dalam suasana kesuraman itu dan satu demi satu mulai
bermunculan apa yang terdapat di dalam ruangan itu.
Ada segerombolan anak-anak kecil duduk berderet di salah satu sudut ruangan itu. Dua di
antaranya gadis-gadis cilik dalam gaun kumal dan penuh tambalan. Dua yang lain anak-
anak laki-laki lebih kecil dalam keadaan bugil. Mereka berempat sedang asyik menyuwir-nyuwir
beberapa lembar daun pisang, lalu suwiran-suwiran itu mereka masukkan ke dalam mulut-mulut
mereka dan memamahnya serupa domba-domba kecil sedang memamah rumput. Suatu
pemandangan yang bukan saja tidak enak, tapi sungguh menyayat perasaanku.
Sejenak aku tertegun, tidak yakin tentang apa yang dikatakannya, lebih-lebih melihat
keadaannya. Kuperhatikan perempuan itu hampir setengah menyelidik, dari ujung rambut sampai
Bandingkan penggalan hikayat dan cerpen tersebut. Temukan persamaan dan perbedaannya!
Kerjakan kegiatan berikut!
1. Temukan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen !
2. Temukan nilai-nilai yang terdapat dalam kutipan hikayat!
3. Diskusikan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen , hikayat, dan nilai yang masih berlaku di
daerah Anda dengan teman sebangku Anda!
Tujuan Pembelajaran
Dalam bagian ini, Dalam pelajaran ini, Anda akan belajar mengubah hikayat menjadi
sebuah cerpen. Dengan pelajaran ini, Anda diharapkan dapat memahami penggalan sebuah
hikayat dan mengidentifikasi unsur-unsurnya dengan mencatat hal-hal penting dari isi hikayat
dan mengubahnya menjadi sebuah cerpen.
Menggubah penggalan hikayat ke dalam cerpen
Untuk mengubah hikayat ke dalam bentuk cerpen, Anda harus memanfaatkan unsur
pembangun cerita, seperti alur, tokoh, latar sudut pandang, dan gaya bahasa. Hal lain yang perlu
diperhatikan sebagai berikut.
1. Gunakan kamus untuk mencari makna kata yang dianggap sulit dalam hikayat.
2. Jalan cerita (alur) datar dalam hikayat dapat diubah menjadi alur maju atau alur mundur
dalam cerpen.
Pada saat kepindahan itu, Megat Nira merasa gundah sebab sang istri akan melahirkan
anak.
"Anak kita ini akan menjadi raja yang bijak, istriku."
"Ya, Kakanda. Anak kita ini akan diberi nama Isma Yatim."
Anak itu didik mengaji kepada seorang mualim, Sufian.
"Anak ini sangat pandai," kata sang ulama.
Bagaimana sudah paham mengubah hikayat kedalam sebuah cerita pendek? Mari kita uji
pemahaman Anda bacalah penggalan hikayat berikut dengan saksama.
Hikayat Bakhtiar
Ada seorang raja, terlalu besar kerajaannya dari segala raja-raja. Syahdan maka
baginda pun beranak dua orang laki-laki, terlalu amat baik parasnya, gilang gemilang dan
sikapnya pun sederhana.
Hatta maka berapa lamanya, dengan kodrat Allah, subhanahu wa ta'ala, maka baginda
pun hilanglah, kembali ke rahmatu'llah. Arkian maka anakda baginda pun tinggallah dua
bersaudara.
Setelah demikian, maka mufakatlah segala menteri dan hulubalang dan orang kaya-kaya
dan orang besar-besar menjadikan anak raja, menggantikan ayahanda baginda.
Setelah sudah naik di atas tahta kerajaan dan berapa lamanya, maka berpikirlah
saudaranya,katanya:
"Jikalau kiranya saudaraku ini kubiarkan menjadi raja, bahwasanya aku ini tiadalah
menjadi raja selama-lamanya. Maka baiklah aku menyuruh memanggil segala perdana menteri
dan hulubalang dan orang besar-besar dan orang kaya-kaya sekaliannya."
Setelah berhimpunlah segala menteri dan hulubalang, rakyat hina dina sekaliannya,
maka baginda pun bertitah:
"Hai, segala menteri dan hulubalang dan orang besar-besar dan orang kaya dan tuan-
tuan
Tujuan Pembelajaran
Pada Pelajaran Anda akan mengekspresikan gagasan dalam bentuk cerpen berdasarkan
realitas sosial dengan mengembangkan tokoh, alur, latar, tema, dan sudut pandang serta
menuliskannya dalam bentuk sebuah cerpen. Tujuan dari pelajaran kali ini, Anda dapat
menuliskan cerpen berdasarkan realitas sosial atau keseharian kehidupan masyarakat sekitar.
Mengarang atau menulis sebuah cerita tidak setiap orang bisa. Namun, kemampuan ini
bisa kita pelajari Untuk mengawalinya ada baiknya Anda harus memerhatikan hal-hal berikut.
1. Tokoh dan Peristiwa
Adanya peristiwa demi peristiwa dalam cerpen berupa pengenalan, ketegangan,
konflik, klimaks, sampai penyelesaian hanya mungkin terjadi jika ada pelakunya.
Peristiwa yang bergerak dalam cerpen tidak lain perjalanan kehidupan tokoh. Begitu
pula perbedaan salah satu tokoh dengan tokoh lainnya ditentukan oleh peristiwa.
Peristiwa yang terjadi didasarkan pada cara berpikir, berperasaan, berperilaku, dan
bertindak dari setiap tokoh. Jadi, ada hubungan sebab-akibat.
2. Konflik
Konflik dalam sebuah cerpen memiliki peranan sesuai dalam pengembangan alur
(plot). Konflik demi konflik yang disusul oleh peristiwa demi peristiwa akan
menyebabkan peristiwa semakin meningkat. Bentuk konflik dapat berupa peristiwa
fisik atau batin tokoh.
3. Latar dan Peran Latar
Latar yang mengarah pada pengertian tempat, waktu, dan lingkungan sosial memiliki
hubungan erat dengan unsur lain. Latar memberikan pertunjuk baru kepada pembaca
untuk menambah pengalaman hidup.
4. Tema
Tema harus dipahami dan ditafsirkan melalui cerita dan unsur struktur pembangun
cerita. Tema dalam cerpen memiliki kaitan erat dengan setiap unsur lainnya.
5. Amanat/Pesan
Amanat/pesan yang ada dalam cerpen mengarah pada ajaran baik-buruk yang diterima
masyarakat umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, atau moral. Cerpen
mengandung penerapan moral dalam siap dan tingkah laku tokoh.
Adapun cara mengarang cerita pendek itu dianggap penting bagi sebagian cerpenis
pemula. Cara mengarang cerpen itu seperti jalan raya. Artinya, jalan yang telah dilalui banyak
orang sebelumnya. Hal ini disebabkan cara mengarang memang berasal dari tulisan-tulisan itu
sendiri. Cara mengarang cerita pendek berasal dari mempelajari cerita-cerita pendek sebelumnya.
Teori ada setelah cerita pendek itu sendiri ada. Jadi, cerita pendek yang mula-mula lahir bukan
karena teori, melainkan karena bakat-bakat besar penulisnya.
Adapun menulis dan berteori cerpen berjalan seiring. Orang biasanya tergerak untuk
menulis disebabkan dia terkesan oleh cerita pendek yang pernah dibacanya. Dia ingin menulis
seperti dia. Akan tetapi, dia tidak bisa terus-menerus meniru, tidak asli. Dia harus
memiliki cara sendiri. Untuk itulah diperlukan teori/cara. Hal ini yaitu dasar-dasar umum
yang akan membimbingnya ke arah yang khusus.
Tugas Individu
1. Pergilah ke luar kelas. Amatilah realitas sosial yang ada di sekeliling Anda, misalnya
tentang kehidupan sosial, kemiskinan, nilai norma, adat, kenakalan remaja. Tentukan
satu tema berdasarkan hasil pengamatan Anda!
2. Kembangkan tema yang telah Anda tentukan menjadi sebuah cerpen!
Refleksi
Hikayat dan cerpen yang telah Anda baca tersebut tentunya menambah wawasan lagi,
bukan? Pelajaran ini dapat membuat lebih memahami lingkungan dan realitas kehidupan di
daerah Anda, perasaan dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar akan semakin terasah dengan
memahami apa yang terdapat dalam karya tersebut.
Tujuan Pembelajaran
Pada Pelajaran Anda akan mengekspresikan gagasan dalam Mengubah cerpen ke dalam
bentuk drama sesuai dengan kerangka yang dibuat.
Berikut ini adalah naskah drama karya HB. Jassin. Coba Anda baca dengan cermat!
Sambil membaca, identifikasikan unsur yang tergambar dari dialog para pelaku dalam drama
tersebut!
Tuliskan hasilnya di buku tugas dengan mengikuti format di bawah ini!
Seniman Pengkhianat
“Orang-orang yang sudah menjual jiwa dan kehormatannya kepada fasis Jepang
disingkirkan dari pimpinan revolusi kita (orang-orang yang pernah bekerja di propaganda polisi
rahasia Jepang, umumnya di dalam usaha kolone 5 Jepang). Orang-orang ini harus dianggap
sebagai pengkhianat perjuangan dan harus diperbedakan dari kaum buruh biasa
yang bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.” (Perjuangan Kita, oleh
Sjahrir, h. 24).
X : “Belum juga dia datang. Janjinya pukul sebelas. Sekarang sudah lewat setengah
jam.”
Y : “Ah, dia banyak urusannya barangkali. Sandiwara sangat maju.”
X : “Itu dia! Manuskripku sekarang ada padanya.”
Y : “Manuskrip yang mana?”
X : “Sandiwara 4 babak, Kesuma Negara.”
Y : “Oh, yang baru lagi?”
X : “Ya, abis? Kemauan zaman. Kita mesti turut zaman, bukan?”
Y : “Aku heran melihat engkau. Apa saja acaranya, engkau membuatnya menjadi sajak,
cerita pendek, sandiwara, dan sebagainya.”
X : “Apa susahnya. Bikin saja, asal u sama u, a sama a, b sama b, sudah beres. Bikin
cerita pendek syaratnya asal jangan lupa: menghancurkan musuh, musuh jahanam,
musuh biadab; kemenangan tinggal tunggu hari lagi. Pihak kita: kesayangan Tuhan,
Tuhan telah menjanjikan kita kemenangan dan sebagainya yang muluk-muluk, yang
jelek-jelek pada pihak lawan.”
Y : “Kuheran. Engkau dapat menulis demikian.”
X : “Mengapa heran? Engkau juga bisa, kalau engkau mau.”
Y : “Biarpun aku meu, aku tidak bisa.”
X : “Bohong! (berbisik). Mengapa engkau begini bodoh? (sambil menunjuk ke sepatu Y).
Lihat! Sepatumu sudah ternganganganga. Bajumu telah berjerumat. Kalau engkau
mau… kantor kami senantiasa akan menerima engkau.”
Y : “Kerjaku menjadi apa?”
X : “Biasa. Seperti aku sekarang. Sekali-sekali ada bestelan sajak, atau cerita pendek,
atau sandiwara, atau lelucon.”
Y : “Lantas kalau ada bestelen, engkau yang bikin?”
X : “Mau apa lagi?”
Y : “Engkau bisa tulis?”
Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 132 -
X : “Bisa.”
Y : “Wah! Engkau ini orang aneh. Misalkan, pemerintah memerlukan rambutan untuk
santapan serdadunya. Lantas dia menginginkan rambutan yang jitu, temponya tiga
hari, engkau bisa bikin?”
X : “Gampang, tiga hari terlalu lama. Pukul sebelas dibestel jam dua belas sharp,
tanggung siap.”
Y : “Tapi engkau toh mengerti, bahwa pekerjaan yang demikian tidak ada jiwanya?”
X : “Jiwa? Perlu apa jiwa sekarang? Jiwa diobral di medan perang. Hanya engkau yang
meributkan perkara jiwa.”
Y : “Bukan demikian. Padaku sesuatu itu mesti ada ‘aku’-ku di dalamnya. Kalau tidak,
aku tidak puas.”
X : “Kalau sekarang engkau hendak memasukkan ‘aku’–mu ke dalam suatu pekerjaan,
nanti engkau akan mendapat panggilan dari Gambir Barat1.
Y : “Oleh karena itulah, engkau tidak bisa menulis seperti kehendakmu itu.”
X : “Bung! Aku bilang saja terus terang. Gerak gerikmu sekarang diamat-amati oleh
Gambir Barat.”
Y : “Aku sudah tahu lama. Tapi itu aku tidak ambil perduli.”
X : “Engkau harus hati-hati. Omonganmu jangan terlalu lancang.”
Y : “Aku tahu. Aku lemah. Aku tidak punya karaben. Tapi, kalau aku disuruhnya menulis-
menulis, seperti yang engkau laksanakan, lebih baik aku makan tanah.”
X : “Apa hinanya? Dia kuanggap majikan, aku buruh. Aku makan gaji. Apa yang dia
suruh, toh aku mesti bikin?”
Y : “Engkau mesti ingat. Engkau bukan buruh biasa. Engkauseorang seniman.”
X : “Tidak! Aku tidak pernah bilang aku seorang seniman. Aku orang biasa. Namaku X.”
Y : “Tapi pekerjaanmu? Pekerjaanmu mempropaganda ini itu kepada rakyat.”
X : “Rakyat toh mesti diberi penerangan?”
Y : “Betul! Tapi bukan penerangan yang menjerumuskan itu, kalau engkau bikin
propaganda tentang laut, misalnya.”
X : “Aku tidak tahu.”
Y : “Memang. Engkau tidak tahu. Tapi mereka, anak-anak muda yang terpedaya oleh
ajak, atau cerita pendek, atau sandiwaramu tentang laut, apa engkau bisa
tanggung?”
X : “Mereka mesti tahu sendiri.” “Sobat! Engkau bangsa apa?”
X : “Aku bangsa Indonesia.”
Y : “Tulen?”
X : “Tulen!”
Y : “Tidak ada campuran?”
X : “Tidak! Ibu bapak 100% bangsa Indonesia.”
Untuk mengubah naskah drama ke dalam bentuk cerita pendek ada beberapa hal yang harus kita
perhatikan yaitu:
1. tentukan tokoh-tokoh dalam cerita pendek tersebut
2. jadikan kalimat langsung atau dialog tokoh ke dalam kalimat tidak langsung atau
bisa dalam bentuk langsung dengan menuliskan siapa yang mengatakan
3. deskripsikan setting dalam naskah drama dengan deskripsi verbal dan nonverbal
Perhatikan contoh berikut!
Sepulang sekolah Aini bergegas memasukan buku-bukunyamenyambar tasnya, “Mudah-
mudahan Bu Sastra hari ini banyak bahan yang bisa aku jahit,” gumam Aini.
”Ni jadi tidak cari uang tambahan? Nurul teman sekelasnya menpuk pundak Aini dari
belakang. “jadi dong, ayo berangkat,” sahut Aini antusias.
Di ranjang besi tua tergolek seorang ibu kira-kira berusia 40 tahun, memakai baju
daster batik lusuh di pelipisnya menempel obat penghilang pusing berwarna putih, yah sebangsa
koyolah. Rumah itu sepertinya tak layak huni, atapnya yang sudah bocor disana –sini. Dinding
rumah yang sudah mengelupas nyaris tidak tersisa warna catnya.
Ibu Aida yang terbaring adalah orangtua Aini. Ukh..ukh..ukh..., batuk yang
terdengar terasa menyiksa. “Kenapa sudah siang begini Aini belum juga pulang,”gumam ibu
Aida sambil mendekap dadanya yang terasa sesak.Tak berapa lama, kira-kira pukul 4 sore, Aini
pulang dengan menenteng kantong plastik berisi nasi bungkus. Pintu rumah terkunci, untung Aini
membawa kunci cadangan. Pintu rumah terbuka, tas dan kantong plastik yang dibawa Aini
terlempar dengan tiba-tiba.
Hasil saduran
Suasana yang gaduh sehabis bel pelajaran berakhir .di ruang kelas terlihat beberapa anak
yang masih berbincang-bincang, sebagian sudah sibuk dengan tasnya hendak pulang. Tak
terkecuali Aini siswa kelas X di sebuah SMA negeri terkemuka.
Aini : (berbicara sendiri sambil memasukkan semua bukunya ke tas) aku harus
cepat ke rumah Bu Sastra, mudah-mudahan banyak bahan yang bisa aku jahit.
Nurul : (menepuk pundak Aini) “Ni, gimana jadi tidak cari uang tambahan?”
Aini : “Jadi dong yo berangkat.”
Bagaimana sudah paham bagaimana mengubah bentuk drama ke dalam cerita pendek.
Baca dan cermati cerita pendek “Pispot” karya Ramsad Rangkuti berikut dan sadurlah ke
dalam bentuk drama!
“P I S P O T”
Kami naik ke mobil polisi itu. Aku duduk di sebelah wanita korban penjambretan. Lelaki
yang tersangka melakukan penjambretan itu duduk di depan kami. Hidungnya masih meneteskan
darah. Di kiri kanannya duduk petugas pasar yang menangkapnya dan seorang polisi. Mobil itu
terbuka. Angin menerbangkan rambut kami.
Orang itu beberapa saat yang lalu melintas di antara keramaian pasar. Seorang wanita
menjerit. Aku melihat orang itu memasukkan sesuatu ke mulutnya disaat langkahnya yang
tergesa. Aku menuding lelaki itu dan petugas pasar menangkapnya. Massa pun melampiaskan
amarah mereka. Orang itu melap darah pada bibirnya dalam kecepatan lari mobil. Dia tidak
berani mengangkat untuk memperlihatkan darah yang masih meleleh mencoreng mukanya.
Sebenarnya tidak ada barang bukti untuk menuduhnya sebagai pelaku penjambretan itu.
Namun, aku mempertahankan kesaksianku dan ia pun jatuh terjerumus ke tangan polisi.
DI kantor polisi dia mulai didesak untuk mengakui perbuatannya. Mereka mulai menjalankan
cara mereka untuk membuat orang mengaku!
“Benar kamu telan kalung itu?” bentak mereka.
“Tidak,” kata laki-laki itu menyembunyikan mukanya.
“Kamu buang?”
“Tidak.”
“Kamu sembunyikan?”
“Tidak.”
“Dia tidak bisa berkata lain selain : Tidak!” Mereka mulai tidak sabar. “Siksa!”Orang
itu terlempar dari kursi. Dia mencoba hendak berdiri. Bertelekan pada sudut meja. Dia
kembali duduk di kursi.
“Saya tidak melakukan penjambretan itu, Bapak Polisi.”
“Bukan itu yang kutanyakan! Ke mana kau sembunyikan kalung itu?”
“Dia telan!” kataku.
“Kamu lihat?”
“Saya lihat! Dia masukkan kalung itu dan dia telan!”
Aku menambah kata “kalung” pada kesaksianku. Padahal, aku tidak melihat benda apa
yang dimasukkan ke dalam mulutnya. Sekarang sudah telanjur!
“Pasti?”
“Pasti!”
“Dia masukkan kalung itu ke mulutnya? Begitu? Orang di seberang itu memindahkan
kesaksianku ke atas kertas yang diketiknya. “Ya! Dia masukkan!” “Lalu dia telan?”
“Berapa gram? Tanyanya ke wanita korban penjambretan itu.
“Lima belas gram!” jawab wanita itu.
Refleksi
Anda telah mempelajari beberapa kompetensi bersastra. Apakah Anda telah menguasai
kompetensi tersebut? Coba, jawablah pertanyaan berikut. Jika Anda menjawab mampu, berarti
Anda telah menguasai kompetensi tersebut. Jika Anda menjawab belum mampu, berarti Anda
harus terus berlatih.
1. Mampukah Anda menganalisis pementasan drama yang berkaitan dengan tema dan amanat?
2. Mampukah Anda menceritakan kembali hikayat dengan bahasa masa kini?
3. Mampukah Anda membandingkan hikayat dengan novel?
4. Mampukah Anda mengarang cerpen berdasarkan realitas sosial?
5. Mampukah Anda menyadur cerpen ke dalam bentuk drama?
6. Mampukah Anda mengidentifikasi komponen kesastraan dalam teks drama?
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat Menentukan laporan kesastraan dalam teks
drama berbentuk puisi atau berbentuk prosa. Selain itu, Anda diharapkan membahas hubungan
antarkomponen drama. Selanjutnya, Anda diharapkan menilai komponen kesastraan dalam teks
drama berbentuk puisi atau berbentuk prosa.
Karya sastra menurut ragamnya dapat dibedakan atas prosa, puisi, dan drama. Cerita
rekaan merupakan jenis KS yang beragam prosa. Berdasarkan panjang pendek cerita, ada yang
membeda-bedakan cerita rekaan menjadi cerita pendek/cerpen, cerita menengah/cermen, dan
Dalam drama "Sobrat" tersebut ada beberapa tokoh dengan karakter dan perilaku masing-masing.
Pemerinciannya adalah sebagai berikut.
1. Sobrat, yaitu salah seorang kuli di Bukit Kemilau yang memiliki keberanian dan rasa setia
kawan yang tinggi. Dengan gagah berani, dia melawan kesewenang-wenangan yang
dilakukan oleh Mandor Burik terhadap Doyong, kawannya sesama kuli.
2. Mandor Burik, yaitu salah satu mandor yang bertugas mengawasi kuli di Bukit Kemilau.
Dia memiliki perangai yang buruk. Dengan seenaknya, dia menganiaya Doyong. Padahal,
Doyong sedang sakit. Di samping itu, Mandor Burik pun telah merendahkan kuli-kuli
yang bekerja padanya.
Selain dua tokoh beserta karakternya yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa tokoh dengan
karakternya masing-masing. Dapatkah Anda menyebutkannya?
Sekarang, kita beralih ke pembahasan mengenai konflik. Dalam penggalan drama
"Sobrat" tersebut, diceritakan mengenai pahitnya kehidupan para kuli yang bekerja sebagai
penambang di Bukit Kemilau. Mereka mengalami kehidupan yang mengenaskan. Konflik
bermula saat salah seorang kuli, yaitu Doyong, merasa tidak sanggup bekerja karena sedang
sakit. Dia pun mengistirahatkan diri agar rasa sakitnya sedikit berkurang. Akan tetapi, dia malah
mendapat perlakuan semena-mena dari atasannya. Dengan seenak hatinya, dia menendang perut
Doyong sehingga jatuh kesakitan. Melihat hal tersebut, Sobrat merasa geram. Dia pun melakukan
perlawanan. Pada akhirnya Sobrat menang melawan Mandor Burik.
Demikianlah uraian mengenai konflik yang ada dalam penggalan drama "Sobrat" karya
Arthur S. Nalan tersebut.
Setelah memahami materi-materi tersebut, tentunya Anda telah mengerti mengenai
komponen kesastraan drama. Untuk itu, kerjakanlah latihan berikut.
Pak Pikun : (Muncul, langsung menuju arah Jidul) Ayo! Mana! Berikan kembali padaku! Ayo!
Mana!
Jidul : (ber-ah-uh, sambil memberikan isyarat yang mengatakan ketidakmengertiannya)
Tahukah Anda apa yang disebut novel? Novel merupakan salah satu genre sastra. Novel
merupakan salah satu hasil karya sastra yang bila dibaca tidak habis sekali duduk. Dilihat dari
TujuanPembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda akan berlatih mengungkapkan isi puisi. Sebelumnya, Anda
perlu mempelajari terlebih dahulu unsur-unsur dasar dalam menganalisis puisi. Dengan
demikian, diharapkan kemampuan Anda dalam mengapresiasi karya sastra akan bertambah dan
semakin terasah.
Menganalisis ragam karya sastra Indonesia
1. Unsur Dasar dalam Menganalisis Puisi
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat Anda lakukan untuk menganalisis isi puisi
tersebut.
a. Mendapatkan gambaran makna
Anda tentunya telah membaca puisi tersebut secara berulang-ulang untuk mencoba
memahami judul "Salju" serta berusaha mendapatkan gambaran maknanya secara
keseluruhan untuk menangkap makna. Untuk memahami kata "salju" sebagai judul puisi
tersebut, kita harus berusaha mendapatkan gambaran tentang ciri-ciri dan berbagai macam
kemungkinan makna yang dikandungnya.
b. Gambaran makna yang diperoleh
Dari proyeksi berbagai macam kemungkinan makna kata "salju" misalnya, kita temukan
gambaran makna berikut.
- Suatu musim atau keadaan ketika salah satu bagian bumi ini hanya ditebari oleh serpih
es yang dingin;
- Sebagai akibat dari keadaan tersebut, bagian bumi yang terkena musun salju itu
seolah-olah mati, tumbuh-tumbuhan gundul, aktivitas kerja di luar terhenti, orang
jarang keluar rumah, dan bagian bumi itu sendiri seakan-akan tidak punya arti, bahkan
menjadi suatu kenyataan atau bagian yang tidak disenangi.
Dari proyeksi makna tersebut, sekarang dapat ditentukan bahwa kata atau judul
"salju"mengandung makna sesuatu yang tidak berarti.
c. Menganalisis unsur sense (makna)
Dalam hal sense, secara sederhana dapat ditetapkan bahwa lewat puisi "Salju" itu
penyair menggambarkan seseorang yang sedang kebingungan. Ia tidak tahu ke mana
harus pergi. Saat itu, sesuatu yang tidak berarti sedang menimpa dirinya. la tidak tahu
jalan untuk mencari perlindungan ketika tubuhnya basah kuyup. Dia ingin berusaha
UJI KOMPETENSI
A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Karya sastra berikut ini yang berbentuk drama adalah ….
a. Prabu dan Putri karya MH. Rustandi Kartakusuma
b. Balada Orang-Orang Tercinta karya WS. Rendra
c. Cahaya di Mata Emi karya Kirdjomulyo
d. Puntung Berasap karya Usmar Ismail
e. Tambera karya Utuy Tatang Sontani
2. Berikut ini yang bukan merupakan unsur-unsur intrinsik dalam cerpen adalah
....
a. tema d. Latar b. amanat
e. pengarang c. penokohan
3. Yang termasuk unsur ekstrinsik dalam cerpen adalah ….
a. agama pengarang d. Alur b. tema
e. penokohan c. amanat
4. Dalam menulis puisi perlu diperhatikan unsur-unsur di bawah ini, kecuali ….
a. rima b. Citraan c. diksi
d. Nama e. tema
5. Bacalah penggalan drama berikut.
Adun : "Betul Lin. Aku masih punya orang tua dan adik-adik. Namun, aku pun ikut
merasakan kesedihanmu dan satu hal itu aku tidak setuju, jangan menganggap
pamanmu sebagai orang yang tidak adil."
Tini : "Ah ... bohong. Aku memang menumpang di rumah paman. Aku tak punya orang
tua. Aku merasa selalu disakiti karena pamanku membedakan perlakuan kepadaku
Unsur drama berikut ini tidak tergambar dalam dialog di atas yaitu tentang...
A. Penokohan B. Majas C. amanat
D. tata kostum E. latar
17. Baca dan cermati teks drama berikut!
Karnasih : Risiko, ayah, risiko. Manusia menganakkan manusia dan iblis....
menganakkan iblis!
Hendrapati: (tiba-tiba mukanya berubah) Karnasih!
Karnasih : Ya, ayah sangka, ayah bisa berkuasa atas semua orang, bukan? Ayah sangka
ayah memutar semua kunci dan berkata, ”Sezam buka pintu” dan pintu akan terbuka,
bukan?
Hendrapati: Kau......kau gila, Karnasih!
Karnasih: : Aku tidak gila sekarang, aku adalah anak ayah sejati sekarang! Pernahkah
ayah mendengar pepatah kita ”Guru kencing berdiri, murid kencing berlari? Tukarlah
sekarang guru dengan ayah, dan murid dengan anak!
Hendrapati: Memang kau sudah kemasukan setan Irwan.
Karnasih : (keras) Jangan disebut nama Irwan di sini! Ayah hendak berkuasa di mana-
mana, ayah hendak mencengkamkan kuku, semua orang bergaul dengan
ayah taklukkan. Tetapi awaslah pada suatu waktu tidak mengherankan jika
datang pembalasan!
Dialog drama di atas secara tersirat lebih menekankan gambaran...
A. Perwatakan B. Latar C. majas
D. tema E. sudut pandang
18. KEPALA : (Dia tidak menyangka akan dikunjungki orang seperti gadis itu)
Boleh pergi, Parto!
PEMBANTU : Saya, tuan {Dia pergi ke luar)
KEPALA : (dengan suara sangat berlainan)Silakan duduk!
GADIS : Terima kasih.( Dia duduk di atas kursi samping meja).
KEPALA : (Terpikat karena mudanya dan sikapnya yang
menarik)Nona................................
GADIS : Ya, tuan hampir satu jam.
KEPALA : Dan nona hendak ketemu dengan Sudarso?
Kalimat yang dapat dijadikan pengisi bagian dialog yang rumpang adalah...
A. Dengan apa ke sini? B. Sudah bicara dengan Bp. Bupati?
C. Bagaimana kabarnya? D. Hendak bertemu dengan Sudarso? E.
Sekarang?
19.POLEM (MENGHADANG BRAHIM) : Jangan! Kau tak boleh turun. Kau tak boleh
pergi, bila kepergianmu hanya untuk mengasah dendam.
Parera, J.D.dan S.Amran Tasai. 2005. Terampil Berbahasa indonesia 3 untuk Sekolah
Menengah Atas Kelas XII Program Studi Bahasa. Jakarta : Balai Pustaka
Republika online
Sayuti,Suminto.A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi.. Yogyakarta. Gama Media.
Surana,S.Pd. 2001. Pengatantar sastra Indonesia.. Solo: Tiga Serangkai.
http:// www.kolomkita.com
http:// www.pergh.com
http://senicantik.blogspot.com
http://seniasiati.blogdetik.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Pantun
http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi
http://id.wikipedia.org/wiki/Novel