You are on page 1of 170

MODUL

SASTRA INDONESIA
KELAS XI BAHASA

Di susun oleh :
DRA. SENI ASIATI SURYA

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati -1-


XI BAHASA
Semester I

STANDAR KOMPETENSI : Mendengarkan


Memahami penokohan, dialog, dan latar dalam pementasan drama
KOMPETENSI DASAR : 1.1 Mengidentifikasi penokohan, dialog,
dan latar dalam pementasan drama
INDIKATOR :
Menentukan tokoh dan perannya
Menyimpulkan sifat tokoh berdasarkan dialog tokoh disertai alasannya
Menentukan latar dan fungsi latar

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi penokohan, dialog, dan
menentukan latar dalam pementasan drama
MATERI
DRAMA
Drama (Yunani Kuno) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk
diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani ”Dramoi” yang berarti "aksi",
"perbuatan".
Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, atau televisi.
Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera (lihat
melodrama).
Unsur intrinsik drama:
1. Plot (alur)
Plot (Alur) Alur dalam drama dapat diketahui setelah pertunjukkan selesai. Kadang-kadang
oleh sutradara atau narator dibacakan ringkasan cerita.Ringkasan cerita inilah yang disebut
sinopsis. Sinopsis itu dibacakan dalam prolog.Plot dalam drama ceritanya dibagi atas
beberapa babak.Tiap babak dibagi pula atas beberapa adegan.
Jadi babak adalah bagian dari lakon drama. Untuk penanda dipakai perubahan dekor,
perubahan ini mencerminkan perubahan tempat kejadian atau waktu kejadian.
Adegan atau bagian babak ditandai dengan munculnya pelaku baru.
Alur dalam drama mengikuti tahap:
a. Tahap perkenalan
b. Tahap timbulnya pertikaian atau konfliks
c. Tahap klimaks
d. Tahap penyelesaian atau peleraian
2. Pelaku dan Gerak
Sutradara memilih pelaku setelah membaca naskah drama.
Perkenalan watak tokoh kepada penonton melalui :
a. Bentuk tubuh

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati -2-


b. Gerak-gerik (akting)
c. Gerak air muka (mimik)
d. Dialog pelaku-pelaku
Gerak yang berlebihan atau over acting akan mengaburkan watak, dan mengganggu.Pelaku
harus larut dalam tokoh yang diperankannya.Penghayatan peran mutlak harus dikuasai oleh
pelaku.
Untuk lebih menghayati tokoh yang diperankan, terlebih dulu menjalani reading.
Yaitu membaca naskah drama dengan para pelaku lainnya,agar cerita dikuasai.
3. Dialog
Dialog adalah percakapan antartokoh.
Dalam dialog diusahakan benar tidak ada yang luput dari pendengaran penonton, sehingga
menggaburkan isi. Sebab ucapan-ucapan itu merupakan rentetan cerita.
Ada dua tugas dialog dalam drama yaitu:
a. Menerangkan isi cerita
b. Memperkenalkan para pelaku dan wataknya
4. Latar Belakang Tempat dan Waktu
Latar belakang tempat dan waktu dapat dilakukan dan dicirikan dari dekorasi atau hiasan
pentas.Dekorasi mencakup segala perlengkapan alat-alat rumah tangga, meja,kursi, tempt
tidur, dan lain-lain
5. Tata Rias
Tata rias dipakai sewaktu akan merias tubuh, mengubah yang jelek menjadi baik, misalnya
wajah muda menjadi tua. Penggunaan tata rias yang baik akan membantu dalam memahami
cerita
6. Tata Busana
Pengertian tata busana atau kostum ialah segala sandangan dan perlengkapan yang dikenakan
dalam pentas. Pakaian yang tampak dikenakan akan memperkuat watak atau kesan yang
dibawakan oleh pelaku
7. Tata Bunyi (musik)
Musik yang ditumbuhkan dalam suatu drama bertujuan untuk menghidupkan suasana latar
atau lakon.Musik juga dipakai sebaga awal,penutup,dan penggabung adegan yang
berlangsung atau akan berlangsung.
8. Tata Lampu
Menerangi dan menyinari tidaklah sama.
Menerangi adalah menggunakan lampu hanya sekedar memberi terang,melenyapkan gelap.
Menyinari adalah membuat bagian-bagian tertentu di pentas agar penonton terpusat perhatian
pada suatu tempat tertentu sehingga tempat lain walaupun juga diterangi akhirnya tidak
tampak menonjol.
Tujuan dari tata lampu adalah menjelaskan bagaimana suasana yang digambarkan dalam
setiap babak.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati -3-


Tugas Individu
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat!
1. Kata drama berasal dari bahasa..............................................................................................
2. Konfliks dan klimaks terdapat dalam unsur intrinsik drama
,yaitu ......................................
3. Mengapa tata rias dibutuhkan dalam pementasan drama?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
4. Jelaskan maksud menerangi dengan menyinari!
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
5. Tuliskan cara-cara menentukan watak tokoh dalam pementasan drama!
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
6. Dalam naskah drama tertulis pelaku utama sibuk di sebuah kantor penerbitan
sedang mengerjakan laporan yang harus siap hari itu juga, pada pementasan drama latar
apa saja yang harus disiapkan
! ...........................................................................................................
7. Ines : ”Wah..... bagus sekali tanaman ini”
Dewi : ” Terang aja tuh ......lihat berapa harganya!”
Ines : ” Hah.....dua juta, nggak salah Pak? Tanaman daun kecil begini”
Pak Surya : ” Iya Mbak ini namanya Anturium jadi yah memang mahal”
Ines : ” Kalau dibelikan krupuk dapat berapa yah Wi?”
Dewi : ”Eh ...Non, Anturium disamain sama krupuk,dasar nggak gaul”
Berdasarkan dialog kutipan teks drama di atas, latar yang tampak
adalah .....................................................................................................................................
................................................................................................................................................
...........
8. Berdasarkan kutipan teks drama di atas watak Ines adalah......................................................
................................................................................................................................................
9. Apa saja tugas dialog dalam drama?.......................................................................................
................................................................................................................................................
10. Apakah yang dimaksud dengan monolog dan prolog ? ..............................................
................................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati -4-


STANDAR KOMPETENSI : Mendengarkan
Memahami penokohan, dialog, dan latar dalam pementasan drama
KOMPETENSI DASAR : 1.2 Menganalisis
kesesuaian penokohan, dialog, dan latar dalam
pementasan drama
INDIKATOR :
Menganalisis kesesuaian penokohan dengan isi cerita
Menganalisis kesesuaian dialog dengan isi cerita
Menganalisis kesesuaian latar dengan isi cerita

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menganalisis kesesuaian penokohan, dialog, dan
latar dalam pementasan drama
MATERI
Tokoh, Dialog, dan Latar dalam Drama

Keadaan fisik, pakaian, cara berbicara, cara berhubungan dengan tokoh lain, dan lain-lain
merupakan penggambaran karakter tokoh.
Perwatakan dan penokohan adalah pelukisan dan penciptaan tokoh oleh pengarangnya
Cara Membangun Karakter Tokoh
Karakterisasi merupakan salah satu unsur dalam membangun sebuah karya fiksi, baik itu drama,
cerpen atau novel. Pembuatan karakter tokoh yang baik akan menjadi salah satu penentu kualitas
dari karya fiksi tersebut.
Bagaimana membangun karakter tokoh cerita yang baik?
Ada beberapa cara membangun karakter dalam Drama yaitu:
a. Melalui ucapan-ucapan si tokoh
Orang yang sopan tentu berbeda cara ngomongnya dengan orang yang bengal. Orang pemarah
tentu beda cara ngomongnya dengan orang yang penyabar. Pedagang tentu beda cara bicaranya
dengan pegawai swasta. Orang Medan punya logat dan dan istilah-istilah yang berbeda dengan
orang Solo. Demikian seterusnya. Penulis yang baik harus bisa menampilkan ucapan atau
dialog yang benar-benar sesuai dengan sifat, profesi, golongan, etnis, tempat tinggal, dan
sebagainya, dari si tokoh tersebut.
b. Melalui pemberian nama
Dalam kehidupan nyata, nama seseorang memang tidak identik dengan sifat dan perilakunya.
Tapi pada dunia fiksi, kita bisa memberikan nama-nama tertentu untuk membangun karakter
yang berbeda-beda. Misalnya, nama Dewi cenderung berkesan anggun dan keibuan. Sedangkan
nama Susan cenderung berkesan centil dan genit.
Pemberian nama juga hendaknya disesuaikan dengan setting cerita dan karakter etnis dari tokoh
tersebut. Misalnya, aneh rasanya jika kita menceritakan seorang tokoh yang beragama Kristen,

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati -5-


tapi dia bernama Abdullah. Atau, kita menceritakan seorang tokoh yang ber-etnis sunda, sejak
lahir hingga dewasa tinggal di Sukabumi, tapi dia bernama Michael. Kalaupun kita harus
memberikan nama seperti itu, hendaknya ada bagian tertentu pada cerita kita yang berisi
penjelasannya secara logis.
c. Melalui diskripsi fisik tokoh
Ini adalah cara yang cukup umum dan gampang.Melalui bentik tubuh atau wajah tokoh yang
digambarkan kita dapat menemukan bukti-bukti yang dapat memperkuat karakter tokoh.
Misalnya, “Ines digambarkan gadis sederhana tidak pernah berdandan, juga ramah ia selalu
memulai ucapannya dengan senyuman.”
d. Melalui pendapat tokoh-tokoh lain
Contoh:
Nia : “Joko itu pelit banget deh. Masa udah ketahuan di dompetnya banyak duit, dia masih
bela-belian ngaku lagi bokek!”
e. Melalui sikap atau reaksi si tokoh terhadap kejadian tertentu
Contoh:
Ketika seorang anak memecahkan gelas, apa yang dilakukan ibunya? Dalam hal ini, kita harus
merumuskan dulu, bagaimana karakter si ibu. Apakah dia pemarah, penyabar, suka mencaci-
maki, dan sebagainya.
Jika yang kita ceritakan adalah seorang ibu yang penyabar dan penuh pengertian, kita tentu
tidak akan menampilkan dirinya yang marah dan memaki-maki hanya karena anaknya
memecahkan gelas. Demikian seterusnya. Intinya, reaksi seorang tokoh terhadap sebuah
kejadian haruslah sesuai dengan karakternya.
Masih banyak cara lain yang bisa digunakan untuk membangun karakter tokoh. Namun cara-
cara di atas adalah yang paling umum.
Untuk membangun karakter yang seunik mungkin, tak ada salahnya jika kita memperkuat
karakter seorang tokoh dengan “menempeli” dirinya dengan hal-hal unik. Coba simak kutipan
berikut:
Jason : (nyengir) “Enggak juga, kok. Banyak juga cewek cakep yang enggak
jual mahal, kok. contohnya si Susi, kok.”
Gege : (geli dengerin cara ngomong Jason yang enggak pernah lupa pake
‘kok’). “Iya, tapi kalo elu ngomong, ‘kok’-nya enggak usah dibawa
terus. Entar kececer, tau rasa lu!”
Jason : “Biarin, kok. Elu mau apa, kok?” (Jason jadi sewot karena kebiasaan
lamanya mendapat kritikan)
Dialog
Dialog dalam drama sangatlah penting. Dari dialoglah kita dapat mengerti keseluruhan makna
dari drama tersebut. Oleh karena itu dialog-dialog haruslah wajar, almiah, jelas, dan sesuai
dengan lakuannya sehingga pementasan menarik hati penonton.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati -6-


Jangan menganggap enteng kekuatan dialog dalam mendukung penokohan karakter,
sebaliknya dialog harus mampu turut bercerita dan mengembangkan cerita . Jangan hanya
menjadikan dialog hanya sebagai pelengkap untuk menghidupkan tokoh. Tiap kata yang ditaruh
dalam mulut tokoh-tokoh juga harus berfungsi dalam memunculkan tema cerita. Jika ternyata
dialog tersebut tidak mampu mendukung tema, ambil langkah tegas dengan menghapusnya.
Tugas Individu :
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat !
1. Penggambaran karakter tokoh dalam drama dapat dilakukan dengan cara...............................
...................................................................................................................................................
2. Berikan pendapatmu mengapa dalam drama perlu diperhatikan penggambaran watak tokoh
secara detail?
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
3. Mengapa dialog sangat penting dalam sebuah drama? Berikan pendapatmu yang logis!
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
4. Buatlah satu contoh penggambaran karakter tokoh melalui pendapat tokoh-tokoh
lain!
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
5. Mengapa Karakter yang kuat akan membuat pembaca seolah-olah berhadapan dengan tokoh
yang nyata, dan ini tentu membuat penonton jatuh cinta pada drama yang ditontonnya?
Berikan alasan logis!
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
Tugas Kelompok
Bentuklah kelompok yang terdiri dari tiga orang dalam satu kelompok. Diskusikanlah kutipan
drama berikut, dengan mengisi tabel yang tersedia!
Judul : Kalau Hati Membara
Para Pelaku : Selly (Pelajar SMA berusia 17 tahun)
Raynaldi ( Pelajar SMA kelas XI)
Ayu ( Pelajar SMA Kelas X)
Bapak Abul (Guru Matematika berusia 40 tahun)
Ilham (Teman Ray)
Bagas (Teman Ray)
(Panggung menggambarkan ruang kelas yang ramai oleh obrolan setiap siswa. Hari itu pukul
10.00 pagi suasana kelas masih gaduh selepas istirahat guru yang mengajar belum masuk kelas.
Terlihat seorang pria dengan rambut tegak brdiri dan raut muka yang masam sedang asyik
mencoret-coret kertas di depannya, matanya sesekali melihat ke bangku di ujung pintu dimana

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati -7-


ada dua orang gadis dan seorang pria sedang asyik bercakap-cakap. Hatinya marah karena
baru satu hari gadis berbando merah itu ia putuskan)
Raynaldi : (berbicara sendiri)
Berani sekali dia mesra di depan mataku. Dasar sampah (ditekannya ujung
pulpen sehingga kertas menjadi robek)
Ilham : aduh Bos, kok menung aja kelihatannya nih? (teman Ray yang memang
satu kelompok nongkrong di kantin mucl sambil duduk di sebelahnya) Ada
apa Bos?
Raynaldi : ah... sudah mau tahu aja, nggak ada kerjaan lu yah? (matanya nanar ke
sudut yang sedari tadi menjadi perhatiannya.
Ilham : oh...oh...oh.. MG, ada api nih ceritanya... alah Bos banyak tuh yang masih
mau antri sama Bos. Gimana kita sebarkan formulir isian biar Bos nggak
jombloh lagi? (Ilham mengambil buku dari tangan Ray kemudian mulai
menulis-nulis nama-nama teman-teman perempuannya)
Raynaldi : Udah gue bilang BUKAN urusan lu! (Marah dan mengambil buku dari tangan
Ilham, kemudian pergi ke luar kelas)

Aspek Analisis PENILAIAN


Kesesuaian penokohan dengan isi cerita 1 2 3 4 5
Alasan analisis

Kesesuaian dialog dengan isi cerita


Alasan analisis

Kesesuaian latar dengan isi


Alasan analisis

1 = tidak sesuai 2 = kurang sesuai 3 = cukup sesuai 4 = sesuai 5 = sangat sesuai

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati -8-


STANDAR KOMPETENSI : Berbicara
2.Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam kegiatan bercerita,
berdeklamasi, dan membawakan dialog drama
KOMPETENSI DASAR : 2.1 Menceritakan secara lisan narasi yang
berasal dari cerita pendek atau novel yang pernah dibaca
INDIKATOR :
Menentukan perwatakan (karakterisasi) tokoh dalam cerpen atau novel dengan
menunjukkan kata-kata atau kalimat yang mendukung
Menjelaskan latar yang mendukung emosi tokoh
Menentukan tema dan amanat dikaitkan dengan masalah sosial budaya dalam
teks
Mendeskripsikan gaya penceritaan dengan memberikan bukti yang mendukung
Menyimpulkan isi cerpen atau novel

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menentukan perwatakan (karakterisasi)
tokoh dalam cerpen atau novel dengan menunjukkan kata-kata atau kalimat yang mendukung,
menjelaskan latar yang mendukung emosi tokoh, menentukan tema dan amanat dikaitkan dengan
masalah sosial budaya dalam teks,mendeskripsikan gaya penceritaan dengan memberikan bukti
yang mendukung, menyimpulkan isi cerpen atau novel

MATERI
UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN DAN NOVEL
1. Tema
2. Penokohan dan Perwatakan
3. Alur / Plot
4. Sudut Pandang
5. Setting / Latar
6. Gaya Bahasa
Karya sastra merupakan cermin kehidupan masyarakat pada suatu bangsa. Melalui kepekaan
imajinasinya para sastrawan mengabdikan peristiwa kehidupan ke dalam karyanya. Salah satu di
antaranya adalah cerpen dan novel.
Pada pelajaran ini kita akan menentukan perwatakan (karakterisasi) tokoh dalam cerpen dan
novel dengan kalimat-kalimat yang mendukung. Serta betapa pentingnya latar atau setting dalam
sebuah cerita pendek atau novel
CERITA PENDEK (CERPEN)
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif
fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya
fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati -9-


singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh,
plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.
Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan
cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya
novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh
dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov
Unsur dan ciri khas
Ciri-ciri Cerpen
1. ceritanya singkat
2. memusatkan perhatian pada satu kejadian
3. mempunyai satu plot
4. menggambarkan tokoh cerita menhadapi suatu konfli untuk menyelesaikan masalah
5. setting yang tunggal
6. jumlah tokoh yang terbatas
7. sanggup meninggalkan suatu kesan dalam pembaca
NOVEL
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk cerita.
Penulis novel disebut novelis.
Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti "sebuah kisah, sepotong berita".
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak
dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel
bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik
beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.
Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih
kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak Novel
Ia merupakan antara genre sastra selain daripada cerpen, puisi, drama dan esai kritikan.
‘Novel’ bermaksud kisah rekaan atau cerita rekaan [cerkan] yang panjang. Berasal dari bahasa
Italia, novella yang bermakna ‘perkhabaran baru’.

PERBEDAAN CERPEN DENGAN NOVEL

CIRI CERPEN NOVEL

Jumlah perkataan 2000-5000 35 000

Jumlah halaman [A4] 10-25 100 [minimum]

Waktu membaca 20-30 minit 2 jam

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 10 -


Kategori - Cerpen [short story] - Novelette
- Cerpen pendek Pengembaraan [travelogue]
[short short story]: Seram/misteri
* cerkan imbasan Penyiasatan
[flash fiction] Cinta
* cerkan mikro Politik
[micro fiction] Sejarah
* cerkan kejutan Agama
[sudden fiction] Kanak-kanak
- Cerpan [long short story] Remaja
Autobiografi/Biografi
Picisan
Unsur-unsur intrinsik Tema, plot, latar, Tema, plot, latar,
watak/perwatakan, gaya watak/perwatakan, gaya bahasa,
bahasa, sudut pandangan sudut pandangan
Tema Satu Satu
Plot Tunggal Banyak
Latar tunggal Kompleks
Watak/perwatakan sederhana Kompleks
Gaya bahasa sederhana Kompleks
Sudut pandangan sedikit Kompleks

Penokohan
Untuk menjaga efektivitas cerita, sebuah cerpen cukup memiliki sekitar tiga tokoh utama saja,
karena terlalu banyak tokoh malah bisa mengaburkan jalan cerita Anda. Jangan terlalu terbawa
untuk memaparkan sedetail-detailnya latar belakang tiap tokoh tersebut. Tentukan tokoh mana
yang paling penting dalam mendukung cerita dan fokuskan diri padanya. Jika Anda memang
jatuh cinta pada tokoh-tokoh Anda, pakailah mereka sebagai dasar dalam novel Anda kelak.
Membangun karakter tokoh?
Secara teori, cerpen harus mempunyai tokoh utama (protagonis) yang menjadi lakon.
Untuk membangun karakter tokoh, penulis harus menghayati betul karakter sang tokoh. Kalau
tokoh itu seorang koruptor, kita mungkin bisa membayangkan si tokoh selalu tidak puas dengan
hartanya, punya beberapa rumah dan mobil mewah, perutnya buncit, wajahnya klimis, anak
istrinya dalam gelimang harta, dan sebagainya.
Buatlah tokoh itu menjadi hidup. Sebab, kekuatan cerpen adalah ketika tokoh menjadi
hidup d`an cerita seolah betul-betul nyata.
Setting
Cerpen hanya memiliki jumlah kata-kata yang terbatas untuk menyampaikan pesan, maka dalam
memilih setting cerita dengan hati-hati. Disini berarti bahwa setting atau tempat kejadian juga
harus berperan untuk turut mendukung jalannya cerita. Hal itu tidak berarti harus selalu memilih
setting yang tipikal dan mudah ditebak. Sebagai contoh, beberapa setting yang paling

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 11 -


menakutkan bagi sebuah cerita seram bukanlah kuburan atau rumah tua, tapi tempat-tempat biasa
yang sering dijumpa pembaca dalam kehidupan sehari-hari mereka. Buatlah agar pembaca juga
seolah-olah merasakan suasana cerita lewat setting yang telah dipilih tadi.

Baca dan cermati cerpen di bawah ini !


Pesta Syukuran
(Cerpen Manaf Maulana)

Pak Mahdi sudah tampil rapi, berpeci hitam, berbaju koko putih dan bersarung kotak-
kotak biru. Ia berdiri di ambang pintu pagar rumahnya, menyambut tamu undangan. Kemarin,
surat undangan syukuran sebanyak 200 lembar telah dikirimkan ke rumah-rumah tetangga
sekitar dan teman-teman dekat.
Di ruang keluarga yang cukup luas mirip aula itu, Bu Mahdi sibuk mempersiapkan
hidangan ala prasmanan dengan menu istimewa. Di atas meja panjang yang terbalut kain hijau,
ada gule dan sate kambing, sate ayam, ayam bakar, ayam goreng, opor ayam, bestik daging
sapi, sop buntut, acar, sambal hati. Juga ada berbagai macam buah segar: apel merah, anggur
hijau, jeruk impor, peer dan pisang mas.
Dengan wajah berseri-seri, Pak Mahdi melirik arlojinya. Sudah jam 19:30. Ia menduga,
tamu undangan akan hadir tepat pada jam 20:00, sesuai waktu yang tertulis di dalam surat
undangan. Menit-menit berlalu, dan ketika arlojinya sudah menunjukkan jam 19:55, belum ada
satu pun tamu yang hadir. Bu Mahdi tergopoh-gopoh keluar dari ruang keluarga, setelah selesai
mempersiapkan hidangan istimewa itu.
"Kok belum ada yang datang, Pak?" tanyanya dengan wajah tegang.
"Mungkin orang-orang di lingkungan perumahan ini sangat disiplin, Bu. Mereka
mungkin akan datang tepat pukul delapan. Lima menit lagi," jawab Pak Mahdi dengan wajah
yang juga tiba-tiba nampak tegang.
Bu Mahdi mencibir. "Uh! Menghadiri undangan pesta kok dipas jamnya. Dasar sok
disiplin," gerutunya dengan kesal. Pak Mahdi juga mulai dilanda kesal, karena belum juga ada
seorang pun tamu undangan yang hadir di rumahnya. Ia mulai bertanya-tanya, kenapa
tetangga-tetangga dekatnya juga belum hadir? Apakah mereka sedang tidak ada di rumah? Ia
memang belum mengenal semua tetangganya, karena baru saja pindahan sepekan lalu. Rumah
barunya yang megah berlantai dua itu terletak di tengah-tengah lahan kosong di tengah
perumahan itu. Dulu, ia membeli sejumlah kaplingan sekaligus, dan di bagian tengah kaplingan
itulah ia mendirikan rumah megahnya itu. Kini, rumahnya itu satu-satunya rumah termegah di
kawasan perumahan itu. Rumah-rumah tetangganya hanya bertipe 21 dan 36.
"Mungkinkah semua tetangga dan teman-teman dekatmu tidak ada yang bersedia hadir,
Pak?" tanya Bu Mahdi dengan wajah kesal."Sabarlah, Bu. Mungkin sudah menjadi kebiasaan di
kampung ini, jika menghadiri undangan selalu terlambat." Pak Mahdi mencoba menghibur diri

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 12 -


"Tapi ini sudah lewat lima belas menit, Pak." Kembali Pak Mahdi melirik arlojinya.
Memang sudah lewat lima belas menit dari jam delapan. Wajah Bu Mahdi dan Pak Mahdi
semakin tegang, karena menit-menit terus berlalu, tapi belum juga ada satu pun tamu undangan
yang hadir. Tiga orang pembantu dan dua sopirnya nampak tersenyum-senyum di ambang pintu
ruang keluarga. Mereka pasti berharap agar pesta syukuran itu gagal, atau hanya dihadiri
sebagian kecil tamu undangan. Sebab, jika pesta syukuran itu gagal atau hanya dihadiri
sebagian kecil tamu undangan, maka akan ada banyak sisa hidangan yang bisa dibawa pulang
untuk dinikmati bersama keluarga di rumah.
Kini sudah jam 21 kurang 10 menit. Dan tetap belum ada seorang pun tamu undangan
yang hadir. Dengan kesal, Pak Mahdi kemudian mencoba menelepon teman-teman dekat yang
telah diundangnya. Tapi ternyata mereka semua mematikan hp-nya. Sedangkan telepon di rumah
mereka juga tidak bisa dihubungi.
"Apa perlu kita menyuruh sopir-sopir itu untuk mengingatkan tetangga-tetangga dekat
agar segera hadir, Pak?" Bu Mahdi bingung. ”Ah, tak usah repot-repot, Bu."
"Tapi bagaimana kalau pesta syukuran malam ini gagal, Pak?"
"Kalau tidak ada yang bersedia datang, kita justru tidak repot-repot, Bu."
"Kamu ini bagaimana sih, Pak?"
"Ah, sudahlah, Bu. Yang penting, nadzar kita mengadakan pesta syukuran sudah kita
lakukan. Dan kalau ternyata tidak ada yang datang, bukan urusan kita. Hidangan yang sudah
kita sajikan, bisa dibawa pulang oleh sopir-sopir itu."
Bu Mahdi kemudian bungkam. Tapi hatinya risau. Ia menduga, semua tetangga dan
teman-teman dekat sudah tahu betapa Pak Hasan adalah pejabat yang korup. Rumah megah itu
juga hasil dari korupsi.
"Kalau sampai pukul sembilan nanti belum ada tamu yang hadir, kita tutup saja pintu
pagar ini, dan semua lampu dipadamkan, Bu. Aku sudah capek, ingin segera tidur. Besok aku
punya banyak acara penting. Ada rapat di hotel." Pak Mahdi nampak mulai putus asa..
Bu Mahdi kemudian bergegas masuk ke kamar tidurnya. Rasa kesal bercampur sedih
tidak bisa dibendungnya. Ia terpekur sambil bercermin di meja rias. Kini, ia seolah-olah sedang
ditelanjangi oleh tetangga dan teman-teman dekat. Mereka tidak bersedia hadir pasti karena
tidak sudi menikmati hidangan yang berasal dari uang hasil korupsi.
Kini, di mana-mana memang sedang ada gerakan mengutuk para koruptor. Kini, semua
pejabat yang hidup bermewah-mewahan dan punya rumah megah telah menjadi pergunjingan
masyarakat di sekitarnya. Dan sejak muncul gerakan mengutuk para koruptor, Pak Mahdi
nampak risau. Lalu, Bu Mahdi menyarankan untuk mengadakan acara pesta syukuran dengan
mengundang semua tetangga dan teman-teman dekat. Dalam pesta syukuran itu, selain
menikmati hidangan istimewa, semua tamu diminta untuk membaca doa bersama yang akan
dipimpin oleh seorang ulama. "Kalau rumah yang kita bangun sudah kita tempati, kita memang
harus mengadakan pesta syukuran, Bu," kata Pak Mahdi. Lalu Bu Mahdi bilang bahwa kata

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 13 -


Pak Mahdi itu sebagai sebuah nadzar yang harus dilaksanakan. Dan kini, nadzar itu sudah
dilaksanakan, tapi ternyata terancam gagal total.
Pak Mahdi tiba-tiba menyusul Bu Mahdi ke kamar. "Pintu pagar sudah ditutup, Bu. Ayo
tidur saja. Biarkan saja sopir-sopir dan pembantu-pembantu itu menikmati hidangan yang ada."
Bu Mahdi menangis. "Rupanya semua orang sudah tahu kalau kamu korupsi, Pak."
"Ah, persetan, Bu. Yang penting, tidak akan ada proses hukum yang bisa mengadili para
koruptor seperti aku. Kalau kita dikucilkan di dalam negeri, masih ada tempat untuk hidup
nyaman di luar negeri. Aku bisa mengikuti para seniorku yang kini hidup nyaman di negara-
negara lain."
Esoknya, Pak Mahdi dan Bu Mahdi sibuk menerima telepon dari teman-teman dekat yang
tidak bisa menghadiri undangan pesta syukuran. Kebanyakan mereka tidak bisa hadir karena
ada udzur berupa musibah. "Maaf ya, Pak Mahdi. Saya dan nyonya tidak bisa hadir, karena
mendadak ada kerabat dekat yang meninggal dunia."
"Maaf, ya Bu Mahdi. Saya dan suami tidak bisa hadir, karena anak kami tiba-tiba sakit
dan harus dibawa ke rumah sakit."
"Aduh, saya minta maaf karena tidak bisa hadir. Maklumlah, kami sedang berduka atas
wafatnya anjing kesayangan kami."
"Sungguh, kami sedianya sudah bersiap-siap untuk hadir. Tapi mendadak ban mobil
kami meledak, sedangkan ban serepnya baru saja dipinjam tetangga dekat."
Pak Mahdi dan Bu Mahdi sangat kesal sehabis menerima telepon. Sebab, semua teman
dekatnya meminta maaf karena tidak hadir gara-gara mengalami musibah.Seolah-olah mereka
mengatakan bahwa musibah yang dialaminya disebabkan oleh undangan pesta syukuran itu.
Mereka seolah-olah ingin mengatakan bahwa jika mereka hadir pasti akan tertimpa musibah
yang lebih besar.
Kini, Pak Mahdi dan Bu Mahdi semakin yakin, betapa semua teman dan tetangga sudah
memandangnya sebagai manusia yang menjijikkan. Mereka tidak bersedia menghadiri undangan
pesta syukuran pasti karena jijik.
"Gagalnya pesta syukuran yang kita laksanakan, justru membuatku semakin bergairah
mencari banyak uang untuk bekal hidup di luar negeri, Bu. Rasanya kita tidak akan bisa nyaman
lagi tinggal di dalam negeri. Masa tugasku tinggal satu tahun. Waktu satu tahun akan
kugunakan untuk mengeruk uang sebanyak-banyaknya," tutur Pak Mahdi dengan menerawang
jauh. Terbayang para seniornya yang kini sedang main golf dan main catur di Singapura.
**
Gerakan mengutuk para koruptor semakin marak di mana-mana. Pak Mahdi dan Bu
Mahdi semakin risau. Dan di pagi itu, ketika sedang menikmati kopi dan roti di beranda
belakang, tiba-tiba pembantu-pembantu dan sopir-sopirnya mendekat dan berpamitan. Mereka
mengaku takut, karena rumah megah berlantai dua itu terasa angker. Mereka juga mengaku
sering bermimpi buruk dan mengerikan. Dalam mimpi mereka seolah-olah melihat rumah megah
berlantai dua itu sedang terbakar, dan mereka terperangkap di dalam kobaran api. Dan sejak

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 14 -


kehilangan semua pembantu dan sopirnya, Pak Mahdi dan Bu Mahdi merasa sedih, tegang dan
takut menghuni rumah barunya yang megah berlantai dua itu. Seolah-olah rumahnya itu
bagaikan penjara yang mengurungnya. Kini, semua sanak familinya juga semakin menjauh.
"Sebaiknya kita menyusul anak-anak, Pak." Bu Mahdi tak tahan lagi tinggal di rumah
megah itu. Terbayang selalu dua anaknya yang kini sedang kuliah di Singapura
"Ya, Bu. Kita memang harus segera menyusul mereka, untuk mencari tempat tinggal di
sana. Mereka tidak usah pulang setelah selesai kuliah. Biarlah mereka tetap di sana."
"Rumah ini harus segera dijual, Pak." Pak Mahdi setuju, tapi menjual rumah megah
sekarang tidak mudah. Ia teringat sejumlah seniornya yang kesulitan menjual rumah megah, lalu
terpaksa ditinggalkan begitu saja. "Sebaiknya kita memasang iklan di koran-koran, juga
pengumuman di pintu pagar bahwa rumah ini dijual, Pak," usul Bu Mahdi.
Tanpa bicara lagi, Pak Mahdi segera memasang iklan di koran-koran dan papan
pengumuman di pintu pagar. Dan hari-hari selanjutnya, Bu Mahdi terpaksa sibuk di dapur,
menyapu lantai, mencuci pakaian, belanja ke pasar, karena tidak bisa lagi mencari pembantu.
Pak Mahdi juga terpaksa pergi dan pulang kantor dengan menyetir mobilnya sendiri, karena
tidak bisa mencari sopir lagi.
"Ada surat undangan pesta syukuran dari Pak Samad," ujar Bu Mahdi sambil
menyerahkan surat undangan tanpa amplop selebar kartu pos itu, ketika Pak Mahdi baru pulang
kantor, sore itu.
"Pak Samad mengadakan pesta syukuran? Memangnya barusan memperoleh rejeki dari
mana tukang becak itu?"
Pak Mahdi nampak heran. Ia tahu, Pak Samad sehari-hari menjadi tukang becak.
Rumahnya di seberang lahan kosong, sebelah timur, yang setiap hari dilaluinya ketika ia pergi
dan pulang kantor. Rumah Pak Samad hanya tipe 21.
Dengan dorongan rasa ingin beramah tamah dengan para tetangga, Pak Mahdi bersedia
menghadiri undangan Pak Samad. Ia tiba di rumah Pak Samad tepat waktu. Dan ia heran,
karena halaman rumah Pak Samad sudah dipenuhi oleh tamu undangan.
Wajah Pak Samad berseri-seri ketika menjabat tangan Pak Mahdi. "Maaf, Pak. Silahkan
duduk. Tempatnya kotor," ujarnya sambil menunjuk selembar tikar yang terpaksa digelar di tepi
jalan, karena semua kursi sudah diduduki oleh tamu.
Dengan berat hati, Pak Mahdi duduk lesehan di atas tikar, sehingga perutnya yang
gendut terasa pegal. Pantatnya juga terasa nyeri, karena hamparan aspal di bawah tikar kurang
rata.
Sebentar kemudian, Pak Samad duduk di samping Pak Modin yang ditunjuk untuk
menjadi pemimpin doa bersama. Dan sebelum berdoa, Pak Modin menjelaskan bahwa tuan
rumah mengadakan pesta syukuran sederhana itu karena telah mampu membeli becak baru.
Dan setelah berdoa bersama, hidangan yang disajikan ternyata cuma sepiring nasi
goreng dan segelas teh manis. Semua hadirin menikmati hidangan pesta syukuran yang sangat
sederhana itu. Pak Mahdi nampak muak dan ingin muntah, ketika baru saja menelan sesendok

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 15 -


nasi goreng yang terasa sangat hambar itu. Tapi, anehnya, wajah semua hadirin nampak
berseri-seri menikmati nasi goreng itu.***
Tugas Individu

1. Analisislah tokoh-tokoh cerita pendek di atas berdasarkan karakternya! Sertakan data teks
sebagai pendukungnya!
Nama Tokoh Karakternya Data Teks Pendukung

2. Analisislah latar cerita pendek di atas berdasarkan emosi tokoh ! Sertakan data teks
sebagai pendukungnya!

Latar Emosi Tokoh Data Teks Pendukung

3. Cocokkan hasil pekerjaanmu dengan teman semejamu! Lakukan kegiatan saling


melengkapi !

No Tertulis Seharusnya

STANDAR KOMPETENSI : Berbicara


2.Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam kegiatan bercerita,
berdeklamasi, dan membawakan dialog drama
KOMPETENSI DASAR : 2.1 Menceritakan secara lisan narasi yang berasal dari
cerita pendek atau novel yang pernah dibaca
INDIKATOR :
Menceritakan salah satu cerita pendek dengan alat peraga
Mendeskripsikan gaya penceritaan dengan memberikan bukti yang mendukung
Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 16 -
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat Menceritakan salah satu cerita pendek
dengan alat peraga, mendeskripsikan gaya penceritaan dengan memberikan bukti yang
mendukung.
Materi
Bercerita dengan alat peraga sebuah cerita pendek

Bisakah kamu bercerita? Aktifitas ini adalah aktifitas berbicara, namun berbicara untuk
orang lain. Artinya orang lain harus paham apa yang kita ceritakan.
Hal-hal yang harus diperhatikan bila kita akan bercerita :
• Gunakan intonasi yang baik, untuk membedakan keadaan marah, merayu, heran,
takjub, sedih
• Suara dan lafal kita harus terdengar jelas supaya pendengar cerita kita paham apa
yang kita ceritakan
• Ekspresi wajah ketika bercerita mendukung dan sesuai tokoh yang kita ceritakan
• Lakukan gerakan (gestur) untuk mendukung cerita
• Pakailah alat peraga untuk membantu kita dalam bercerita
• Lihat situasi pendengar dan kesiapannya mendengarkan cerita kita
Fungsi alat peraga sebagai media cerita
1. Membantu pencerita dalam mendalami cerita yang akan ia bawakan
2. memperjelas isi cerita
3. memperjelas tokoh yang akan diceritakan
4. bercerita menjadi menarik dan penuh kejutan
Baca dan cermatilah cerpen berikut !
Pada Suatu Hari
Cerpen Ratna Indraswari Ibrahim
Wawancara yang dimohon wartawati baru itu, oleh Presiden dikabulkan. Padahal,
Annisa baru sepuluh bulan bekerja sebagai wartawati di media ini.(Kabar itu membengkakkan
rasa cemburu rekan-rekannya, yang lebih senior). Lagi pula, semua orang tahu, yang mulia
Presiden tidak mudah diwawancarai!
Dalam wawancara, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Annisa. Selama
wawancara dengan Presiden, tidak diperbolehkan membicarakan politik, ekonomi, baik dalam
maupun luar negeri. Yang diperbolehkan hanya membicarakan hal-hal yang ringan. Wawancara
bertempat di serambi belakang istana (di mana tempat itu adalah bagian terindah dari istana).

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 17 -


Wawancara akan dilakukan pada jam dua siang. Annisa harus hadir lima belas menit
sebelum wawancara dimulai. Tidak diperkenankan membawa fotografer. Dan paling penting
yang harus diingat Annisa, tidak diperbolehkan memakai parfum. Presiden yang perokok berat
itu, alergi terhadap parfum. Padahal, tanpa parfum kesukaannya, Annisa merasa gamang.
Tepat lima belas menit sebelum jam dua siang, Annisa, 26 tahun, tinggi seratus tujuh
puluh sentimeter, bermata lebar, kulitnya cokelat seperti tanah yang baru dibasahi hujan, putri
bungsu dari empat bersaudara Bapak-Ibu Syahrul yang pengusaha, hadir di serambi belakang
istana. Jam dua siang tepat, yang mulia Presiden muncul dengan mengenakan baju warna gelap.
Tanpa senyum, mengulurkan tangannya kepada Annisa.
Ada perasaan galau dalam diri Annisa. Dia mencoba menetralisir pikirannya yang
kacau-balau (Terkagum-kagum kepada Presiden yang pernah dikenal dekat oleh bundanya).
Annisa tersedot. Sambil menyulut rokok yang digemarinya, Presiden berkata, "Anda bisa
memulai dengan pertanyaan pertama."
Annisa yang untuk selanjutnya disebut dengan inisial (A), dan Presiden dengan inisial
(P), memulai wawancara yang bagi Annisa, membuatnya gugup, berkeringat. (Bundanya pernah
berkata, akan sulit baginya, mewawancarai lelaki yang suka menjaga jarak dalam pembicaraan
mereka).
A: Di masa muda Bapak menyukai olahraga tenis, apakah Bapak masih sempat melakukan
olahraga itu?
P: Saya masih melakukannya pada setiap Sabtu siang. Tetapi, setiap memukul bola, pikiran saya
selalu tertumpu pada pekerjaan. Sehingga sulit memenangkan pertandingan yang saya adakan
dengan pegawai-pegawai di lingkungan istana ini.
A: Saya kira, Bapak sangat menyukai pekerjaan, padahal tahun ini Bapak genap berusia 60
tahun.
P: Kadang-kadang dalam usia ini, saya ingin sekali beristirahat untuk menikmati masa kerja
yang begitu panjang temponya. Tetapi, harus Anda ketahui, hal itu tidak akan pernah saya
lakukan. Karena, sekali lagi saya tegaskan, banyak pekerjaan yang tidak bisa ditunda.
A: Bapak beranggapan kerja menjadi keseluruhan hidup ini?
P: Saya tidak bilang begitu. Karena kadang-kadang saya juga menikmati waktu senggang
dengan bermain tenis atau bermain dengan cucu-cucu saya. Keseimbangan itu bisa
menyehatkan siapa saja.
A: Apakah Bapak masih menyukai seni, seperti di masa muda? Karena Bapak pernah
menerbitkan beberapa kumpulan puisi. Saya dan Bunda suka puisi Bapak yang berjudul Bulan di
Atas Pohon Kenari.
P: Di masa muda adalah waktu yang mengasyikkan kala menciptakan puisi. Tapi itu sudah
lewat. Pikiran saya selalu melompat-lompat pada problem yang desak-mendesak di negeri ini.
A: Apakah Bapak kecewa?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 18 -


P: Tidak. Setiap orang berada pada situasi batas, di mana kita tidak bisa memiliki banyak
pilihan.
A: Apakah sekarang Bapak masih suka nonton film seperti di masa muda?
P: Ya, film-film dokumenter, sejarah atau perang. Saya kurang suka menonton film roman.
Melihat film itu seperti melihat ilusi yang bisa meninabobokan kita semua.
A: Menurut beberapa ahli mode, Bapak menyukai model-model konservatif dan cenderung
menyukai warna gelap. Menurut majalah mode, Bapak adalah pria berbusana terbaik di tahun
ini. Bagaimana komentar Bapak tentang pendapat para ahli mode itu?
P: Sejak muda, saya tidak mempedulikan mode. Buat saya, asal enak dipakai saja.
A: Kalau hidup ini bisa diulang, profesi apa yang Bapak sukai?
P: Penyair, karena saya bisa terlibat dengan banyak manusia, menulis kristalisasi kehidupan.
A: Apakah dengan menjadi Presiden, kita tidak bisa mengkristalisasi kehidupan ini?
P: Ibu Annisa, pertanyaan Anda lepas dari koridor perjanjian semula.
A: Maaf, sekarang bagaimana pendapat Bapak tentang perempuan?
P: Saya suka perempuan yang konvensional. Ini bukan berarti saya tidak menyukai wanita
karier. Sebab, saya kira, pekerjaan apa pun pasti bisa menarik.
A: Bagaimana pendapat Bapak tentang cinta?
P: Saya kira, kita tidak bisa memanipulasi cinta. Untuk hal ini harus ada kerja sama.
A: Kalau saya boleh menyimpulkan, Bapak hanya mencintai kerja keras dan berharap semua
orang bisa meniru sikap Bapak. Lantas apa yang tidak Bapak sukai?
P: Sikap malas dan perasaan lemah.
A: Biasanya, perempuan dianggap lemah karena gampang menangis, bagaimana pendapat
Bapak?
P: Seharusnya perempuan yang tinggal di negeri ini bersikap rasional. Sebab, kehidupan di
zaman ini siap tempur dan desak-mendesak.
A: Kenyataannya sekarang banyak perempuan bahkan laki-laki yang cengeng. Itu terlihat pada
film-film, sinetron, novel-novel atau lagu yang mereka gemari.
P: Benar, di dalam buku saku saya, sudah ada rencana untuk menghimbau rakyat agar mereka
meninggalkan kecengengan itu.
A: Tapi, kalau kita bersikap yang sama, dunia ini akan kehilangan warnanya. Bagaimana
pendapat Bapak?
P: Paling penting adalah warna yang rasional.
A: Apakah Bapak masih bisa menikmati bunga yang mekar, misalnya?
P: Saya mencoba untuk tidak pernah terpesona pada segala hal.
A: Bagaimana pendapat Bapak tentang lomba go car yang baru-baru ini diadakan dan juara
pertamanya cucu Bapak yang baru berusia tiga belas tahun?
P: Sayang sekali, saya tidak sempat menyaksikan lomba tersebut. Yah, kelihatannya memang
menarik.
A: Bagaiamana pendapat Bapak tentang remaja masa kini?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 19 -


P: Pada dasarnya saya berharap mereka bisa lebih kreatif. Ibu Annisa, saya kira wawancara ini
bisa ditutup sampai di sini saja!
**
Pada kesempatan itu Presiden membuka sebuah kotak berisi sebentuk cincin bermata mirah.
"Seharusnya kotak ini saya berikan pada Bundamu, tiga puluh lima tahun yang lampau, di hari
pernikahannya! Sekarang bisa kau berikan kepadanya. Bilang pada Ibumu, sebagai teman lama,
saya menyarankan dia tidak hanya membuat novel-novel yang bertemakan kelemahan-
kelamahan manusia saja."
Annisa gugup. Sebelum dia berbicara lebih lanjut, yang mulia Presiden berdiri. "Kamu
sangat mirip ibumu, Annisa! Tadi saya nyaris menyangka dialah yang hadir." Annisa gelagapan.
Dia merasa berhalusinasi ketika melihat kesedihan, cinta, kebencian, di mata laki-laki itu.
Bundanya pernah berkata, lelaki ini sulit mengungkapkan perasaannya. Pada waktu yang sama,
ayahnya melamar Ibunya. Sebelum Annisa sempat berucap apa-apa, lelaki itu bergegas
memasuki ruang kerjanya, melihatnya sepintas, kemudian menutup pintu ruang kerjanya!
**
Sore ini, di kamar, Annisa mencoba mengedit hasil wawancaranya dengan Presiden. Dia
merasa kesulitan dan capek. Secara iseng Annisa membuka chanel TV, kemudian dengan geram
mematikannya lagi, kala berita infotaiment sore itu mengatakan, Annisa berhasil mewawancarai
Presiden, yang biasanya sulit diwawancarai! Dan, kata presenternya, bagaimana Anissa bisa
semudah itu mewawancarai presiden.
Annisa berpikir, sebuah tembok mengelilinginya. Dia ingin menghancurkan tembok itu.
Annisa mengerti bahwa lelaki itu mirip orang yang dicintainya. Padahal saat ini Annisa sudah
bertunangan dengan lelaki lain.
Keputusan ini tidak mudah. Bundanya menganggap, dia tidak mengambil keputusan yang
tepat. Bundanya berkata, "Kalau tidak ada ketegasan dalam hubunganmu, mengapa kau harus
bertunangan dengan orang lain. Nduk, pernikahan itu tidak bisa disederhanakan, apalagi ketika
kau marah dengan pacarmu, kemudian bertunangan dengan orang lain."
Annisa tidak bisa menceritakan kepada Bundanya. Dia sekarang paham, cinta mereka
memunculkan pemberhalaan. Sehingga dia berpikir harus menghancurkan perasaan cintanya
sendiri sebelum menjadikan pacarnya sebagai berhala dari perasaannya itu. Tidak mudah
memang, seperti membelah diri sendiri. Apakah ini juga pernah dilakukan oleh Bundanya?
Diam-diam Annisa merasa Bundanya perempuan cerdas yang lebih punya intuisi
terhadap kehidupan perkawinannya. Pernikahan orang tuanya berjalan biasa-biasa saja. Sejak
kecil Annisa tidak melihat kejanggalan atau keburukan, dalam umur pernikahan mereka?
Namun Annisa tumbuh sebagai anak bungsu yang mendapat banyak perhatian dari orang
tuanya.
Sebetulnya, ceritanya harus dimulai dari sini. Annisa merasa seperti kebanyakan
mahasiswa yang penuh cita-cita dan cinta. Namun gelisah terus-menerus. Sampai suatu kali dia
merasa muak dengan segala hal. Di ruang perpustakaan dia membaca, bertemu dengan seorang

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 20 -


laki-laki. Ini memang sebuah cerita klise. Namun, sejak itu perhatiannya tertumpah kepada laki-
laki itu saja. Sehingga Annisa seperti diseret ke dalam arus yang besar dan tidak bisa kembali.
Annisa tercekik dan putus asa. Cintanya sudah menjadi berhala yang berada di setiap sudut
ruang kuliah, kamarnya, bahkan di sebuah ruang yang paling privat. Sepertinya Annisa sudah
berteriak-teriak, berguling-guling untuk memutuskan itu.
Annisa mencoba mengalihkan pikirannya ke pekerjaan. Kemudian, untuk pertama
kalinya Annisa menyulut rokok kegemaran Presiden, mengurung diri dan bekerja keras tanpa
mempedulikan tunangannya yang memanggil-manggil di luar kamar. "Annisa, apa yang terjadi
denganmu? Beberapa hari ini aku tidak bisa menghubungi ponsel atau telepon rumahmu,"
katanya lembut. Annisa diam, diam saja. ***

Tugas Individu
1. Sebutkan pokok-pokok cerita yang terdapat di dalam cerita yang kamu baca!
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
2. Rangkailah pokok-pokok cerita yang telah sebutkan menjadi urutan cerita!
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
3. Hal apa saja yang ahrus diperhatikan ketika kita kan bercerita?
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

4. Apa fungsi alat peraga dalam bercerita?


…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
5. Ceritakan dengan bahasamu sendiri cerita di atas di depan dengan urutan yang baik serta suara
lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat dengan alat peraga yang kamu buat !

STANDAR KOMPETENSI : Berbicara


2.Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam kegiatan bercerita,
berdeklamasi, dan membawakan dialog drama
KOMPETENSI DASAR : 2.2 Mendeklamasikan puisi dari berbagai
angkatan dengan menggunakan volume suara dan irama yang sesuai

INDIKATOR :
Mendeklamasikan puisi dengan lafal, intonasi, gerak, mimik, dan penghayatan
yang sesuai
Mendiskusikan lafal, intonasi, gerak, dan penghayatan dalam pendeklamasian
puisi
Menjelaskan pilihan kata dan keterkaitan dengan makna
Menjelaskan fungsi pilihan kata dan keterkaitan dengan rima dan irama
Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 21 -
Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mendeklamasikan puisi dari berbagai
angkatan dengan menggunakan volume suara dan irama yang sesuai.
MATERI
DEKLAMASI PUISI

Deklamasi berasal dari bahasa Latin yang maksudnya declamare atau declaim yang
membawa makna membaca sesuatu hasil sastra yang berbentuk puisi dengan lagu atau gerak
tubuh sebagai alat bantu. Gerak yang dimaksudkan ialah gerak alat bantu yang puitis, yang
seirama dengan isi bacaan.
Umumnya memang deklamasi berkait rapat dengan puisi, akan tetapi membaca sebuah
cerpen dengan lagu atau gerak tubuh juga bisa dikatakan mendeklamasi. Mendeklamasikan puisi
atau cerpen bermakna membaca, tetapi membaca tidak sama dengan maksud mendeklamasi.
Maksudnya di sini bahawa apapun pengertian membaca tentunya jauh berbeda dengan maksud
deklamasi
Di Indonesia perkataan deklamasi sudah ada lewat tahun 1950. Sedang orang yang
melakukan deklamasi itu disebut “Deklamator” untuk lelaki dan “Deklamatris” untuk perempuan
CARA BERDEKLAMASI
Seperti telah dijelaskan bahawa berdeklamasi itu membawakan pantun, syair dan sajak
atau puisi. Kemudian apakah cukup hanya asal membawakan saja? Tentu tidak! Berdeklamasi,
selain kita mengucapkan sesuatu, haruslah pula memenuhi syarat-syarat lainnya. Apakah syarat-
syarat itu?

1. Memilih dulu pantun, syair, sajak apa, yang rasanya baik untuk dideklamasikan.
Terserah kepada keinginan masing-masing. Yang penting pilihlah sajak atau puisi, pantun
atau syair yang memiliki isi yang baik dan bentuk yang indah dideklamasikan. Mengenai
hal isi tentunya dapat minta nasihat, petunjuk dan bimbingan daripada mereka yang lebih
berpengalaman dan berpengetahuan atau ahli dalam bidang deklamasi.
2. Menafsirkan Puisi

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 22 -


Apakah puisi yang kita pilih itu berunsur kepahlawanan, keberanian, kesedihan,
kemarahan, kesenangan, pujian dan lain-lain? Kalau puisi yang kita pilih itu mengandung
kepahlawanan, keberanian dan kegagahan, maka kitapun harus mendeklamasikan puisi
tersebut dengan perasaan dan perbuatan, yang menunjukkan seorang pahlawan, seorang
yang gagah berani. Kita harus dapat melukiskan kepada orang lain, bagaimana kehebatan
dan kegagahan kapal udara itu. Bagaimana harus mengucapkan kata-kata yang seram dan
menakutkan.
Sebaliknya kalau saja puisi yang kita pilih itu mengadung kesedihan, sewaktu kita
berdeklamasi haruslah betul-betul dalam suasana yang sedih dan memilukan, bahkan
harus bisa membuat orang menangis bagi orang yang mendengar dan melihat kita sedih,
ketika dideklamasikan menjadi sebuah puisi yang gembira, bersukaria atau sebaliknya.
Tentu saja hal-hal seperti itu harus dijaga benar-benar. Karena itu, harus berhati-hati,
teliti, tenang dan sungguh-sungguh dalam menafsir sebuah puisi.
Bacalah seluruh puisi itu berulang-ulang sampai kita mengerti betul apa-apa yang
dikandung dan dimaksud oleh puisi tersebut. Juga kata-kata yang sukar dan tanda-tanda
baca yang kurang jelas harus difahami benar-benar, Jika sudah dimengerti dan diselami isi
puisi itu, barulah kita meningkat ke soal yang lebih lanjut.
3. Menafsirkan Isi untuk Mendeklamasikan Puisi
Cara mengucapkan puisi itu tak boleh seenaknya saja, tapi harus tunduk kepada aturan-
aturannya: di mana harus ditekankan atau dipercepatkan, di mana harus dikeraskan, harus
berhenti, dimana harus dilambatkan atau dilunakkan, di mana harus diucapkan biasa dan
sebagainya. Jadi, bila kita mendeklamasikan puisi itu harus supaya menarik, maka harus
dipakai tanda-tanda tersendiri:
------- Diucapkan biasa saja
/ Berhenti sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau di tengah baris
// Berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan
artinya dengan baris berikutnya
/// Berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabisan puisi
suara perlahan sekali seperti berbisik
^^ Suara perlahan
^^^ Suara keras sekali seperti berteriak
V Tekanan kata pendek sekali
VV Tekanan kata agak pendek
VVV Tekan kata agak panjang
VVVV Tekan kata agak panjang sekali
____/ Tekanan suara meninggi
____ Tekanan suara agak merendah
Cara meletakkan tanda-tanda tersebut pada setiap kata masing-masing orang berbeda
tergantung kepada kemauannya sendiri-sendiri. Dari sinilah kita dapat menilai: siapa

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 23 -


orang yang mahir dan pandai berdeklamasi. Demikianlah, setelah tanda-tanda itu kita
letakkan dengan baik dan dalam meletakkannya jangan asal meletakkan saja, tapi harus
memakai perasaan dan pertimbangan, seperti halnya kalau kita membaca berita: ada
koma, ada titik, tanda-tandanya, titik koma dan lain-lain.
Kalau tanda-tanda itu sudah diletakkan dengan baik, barulah kita baca puisi tersebut
berulang-ulang sesuai dengan irama dan aturan tanda itu. Dengan sendirinya kalau kita
sudah lancar benar, tekanan-tekanan, irama-irama dan gayanya takkan terlupa lagi selama
kita berdeklamasi.
4. Puisi harus Dihafal
Mendeklamasi itu ialah membawakan puisi yang dihafal. Memang ada juga orang
berdeklamasi puisi di atas kertas saja. Cara seperti itu kurang enak kecuali jika untuk
siaran pembacaan puisi di radio atau rakaman. Tetapi deklamasi itu selalu saja didengar
dan ditonton orang. Mana mungkin para penonton akan senang, melihat kita berdeklamasi
kalau muka kita tertunduk terus- menerus kala mendeklamasikan puisi itu. Tentu saja
membosankan bukan?
Makanya sebaik mungkin deklamator harus menghafal puisi yang akan dideklamasi itu.
Caranya ulangilah puisi itu berkali-kali tanpa mempergunakan teks, sebab jika tidak
demikian di saat kita telah naik pentas, kata-kata dalam puisi itu tak teringat atau terputus-
putus.
Betapa lucunya seorang deklamator, ketika dengan gaya yang sudah cukup menarik di
atas panggung, di muka penonton yang ramai, tiba-tiba ia lupa pada kalimat-kalimat
dalam puisi. Ia seperti terhenti, terpukau, mau bersuara tak tentu apa yang harus
diucapkan. Mau mengingat-ingat secara khusuk terlalu lama. Menyaksikan keadaan
demikian itu sudah tentu para penonton akan kecewa. Bagi si deklamator sendiri akan
mendapat malu. Oleh karena itu dihafalkanlah puisi itu sebaik-baiknya sampai terasa
lancar sekali. Setelah dirasakan yakin, bahawa sebuah puisi telah sanggup dibaca di luar
kepala, barulah berlatih mempergunakan mimik atau “action”
Cara menghafal tentu saja dengan cara mengingatnya sebaris demi sebaris dan kemudian
sebait demi sebait disamping berusaha untuk mengerti setiap kata yang dicatatkan karena
hal itu menjadi jelasnya maksud dan tujuan isi puisi itu
Deklamasi bukan ucapan semata. Deklamasi harus disertai gerak-gerak muka, kalau perlu
dengan gerak seluruh anggota badan atau seluruh tubuh, tetapi yang paling penting sekali
ialah gerak-gerak muka. Dengan ucapan-ucapan yang baik dan teratur, diserta dengan
gerak -gerik muka niscaya akan bertambah menarik, apa lagi kalau ditonton. Dari gerak-
gerik muka itu penonton dapat merasakan dan mengerti puisi yang dideklamasikan itu.
Apakah puisi itu mengandung kesedihan, kemarahan, kegembiraan dan lain-lain.
5. Penampilan / Performance
Sewaktu pembawa puisi itu muncul di atas pentas, haruslah diperhatikan lebih dahulu hal
pakaian yang dikenakannya. Kerapian memakai pakaian, keserasian warna dan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 24 -


sebagainya akan menambahkan angka bagi si pembawa puisi. Tentu saja penilaian
pakaian ini bukan terletak pada segi mewah tidaknya pakaian itu, tetapi dalam hal
kepantasan serta keserasiannya. Karena itu, perhatikanlah pakaian lebih dahulu sebelum
tampil di atas pentas. Hindarikan diri dari kecerobohan serta ketidakrapian berpenampilan
6. Intonasi / Tekanan Kata demi Kata
Baris demi baris dalam puisi, sudah tentu tidak sama cara memberikan tekanannya. Ini
bergantung kepada kesanggupan dipembawa puisi menafsirkan tiap-tiap kata dalam
hubungannya dengan kata lainnya. Sehingga ia menimbulkan suatu pengungkapan isi
kalimat yang tepat. Kesanggupan sipembawa puisi memberikan tekanan-tekanan yang
sesuai pada tiap kata yang menciptakan lagi kalimat pada baris-baris puisi, akan
memudahkan berdeklamasi
7. Ekspresi / Kesan Wajah
Kemampuan sipembawa puisi dalam menemukan arti dan tafsiran yang tepat dari kata
demi kata pada tiap baris kemudian pada kelompok bait demi bait puisi akan terlihat pada
kesan air muka atau wajahnya sendiri. Ada kalanya seorang pembawa puisi tidak
menghayati isi dan jiwa tiap baris puisi dalam sebuah bait, sehingga antara kalimat yang
diucapkan dan airmuka yang diperlihatkan tampak saling bertentangan.
Jadi, penghayatan itu sangat penting dan ia harus dipancarkan pada sinar wajah si
pembawa puisi. Misalnya sebuah bait dalam puisi yang bernada sedih haruslah
digambarkan oleh sipembawa puisi itu melalui airmukanya yang sedih dan bermuram
durja
8. Apresiasi /Pengertian Puisi
Seorang pembawa puisi akan dinilai mempunyai pengertian terhadap sesuatu puisi,
manakala ia sanggup mengucapkan kata demi kata pada tiap baris puisi disertai kesan
yang terlihat pada airmukanya. Jika tidak berhasil, dikatakannya sipembawa puisi itu
belum mempunyai apresiasi atau apresiasinya terhadap puisi itu agak kurang. Dalam
istilah umumnya apresiasi diterjemahkan lebih jauh lagi sebagai penghayatan.
Seorang pendeklamator yang baik/ia harus menghayati makna dan isi puisi yang mau
dideklamasikan dan tanpa menghayatinya, maka sudah tentu penampilannya bakal
hambar, lesu dan tak bertenaga
9. Mimik / Action
Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar pengaruhnya terhadap
pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa puisi yang berhasil ia akan
mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai dengan perkembangan kata demi kata
dalam tiap baris dan tidak bertentangan dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi.
Sebagi contoh: ketika dipembawa sajak menyebut “dilangit tinggi ada bulan” tetapi
mimik kedua belah tangan menjurus ke bumi, Hal ini akan menimbulkan bahan tertawaan
bagi penonton, mana mungkin ada bulan di bumi, tentu hal itu tidak mungkin sama sekali.
Betapapun bulan selalu ada di langit. Inilah yang dimaksud betapa pentingnya pembawa

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 25 -


sajak menguasai apresiasi puisi, sehingga dapat menciptakan mimik yang sesuai dengan
keadaan isi dan jiwa puisi itu
Macam-macam makna dalam puisi :
1. Makna Lugas
Lugas artinya polos, bersahaja, murni,sebenarnya. Makna luga artinya makna yag
sebenarnya atau dengan istilah lain disebut denotasi. Lawannya konotasi atau makna
tambahan.
2. Makna Kias
Pemakaian makna kias dapat membantu dan merangsang imajinasi atau daya bayang
pembaca untuk melukiskan apa yang sedang dibacanya itu dalam angan-angan sendiri.
Memakai kata-kata kias akan menghasilkan makna kias yang cermat, tajam, dapat
membantu pengimajian yang jelas lagi hidup.
3. Makna Lambang
Ada bebarapa kata kias yang menghasilkan makna lambang atau makna simboles. Kita
tahu apa yang dilambangkan oleh ”merah putih”, ”banteng”, ”kapas”, ”padi”, dan
sebagainya.
4. Makna utuh
Yang dimaksud makna utuh ialah makna lengkap dari sebuah puisi yang sedang kita
telaah. Tang tahu dengan tepat makna utuh sebuah puisi, tentu pengarangnya sendiri.
Pemba hanya dapat semaksimal mungkin mendekati makna utuhnya.
Berdasarkan jenisnya, rima dibedakan menjadi
a. Rima sempurna, yaitu persama bunyi pada suku-suku kata terakhir.
b. Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata
terakhir.
c. Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara mutlak
(suku kata sebunyi)
d. Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau dengan
vokal sama.
e. Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan).
f. Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris yang
sama atau baris yang berlainan.
g. Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah kata.
h. Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapaat pada huruf-huruf mati/konsonan.

Contoh Puisi
ASA
(By Bunda NaRa)

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 26 -


Asaku sudah besar kini
asaku sudah bisa mengeluh
asaku sudah bisa menyimpan rahasia
asaku sudah bisa curiga
asaku memendam kata yang tak terucap dari bibirnya
asaku ternyata menyimpan nestapa
asaku lepas dari hati ini
berkicau di tempat panas dengan senyum, kata dan airmata
tak mampir di genggamanku semua berita
kadang kristal di pipi merahnya bukan untukku
asaku tak berbagi denganku
asaku tak percaya padaku
asaku yang kutimang, kusayang,yang kupeluk
tak memberiku asa
tak memberiku celah.....
tak menyimpan hati untukku
ASAKU
beribu harap kupatri di hatimu
agar ada rasa percaya
UNTUKKU
Tugas Individu
1. Adakah pilihan kata yang menarik dalam puisi tersebut? Tuliskan pada bagian
mana saja!
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
2. Berdasarkan rimanya termasuk rima apakah puisi di atas?
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
3. Buatlah sebuah puisi yang menggunakan rima asonansi, disonansi , dan aliterasi!
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
4. asaku ternyata menyimpan nestapa
asaku lepas dari hati ini
Apakah makna penggalan puisi tersebut?
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
5. Deklamasikan puisi di atas dengan lafal, gerak, dan mimik yang tepat! Temanmu akan
menilai pembacaan puisi tersebut !

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 27 -


PENILAIAN BERDEKLAMASI

NAMA PEMBACA :
NAMA PENILAI :

SKOR
ASPEK
NO 1 2 3 4
1 Ekspresi
2 Intonasi
3 Gerak/mimik

Keterangan :
1 : Ekspresi, intonasi , dan gerak/mimik kurang
2 : Ekspresi, intonasi , dan gerak/mimik cukup
3 : Ekspresi, intonasi , dan gerak/mimik baik
4 : Ekspresi, intonasi , dan gerak/mimik amat baik

NILAI AKHIR

Skor yang diperoleh


Nilai ----------------------------------- X 10 = .
= 0 . .
Skor Maksimum (12 )

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 28 -


STANDAR KOMPETENSI : Berbicara
2.Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam kegiatan bercerita,
berdeklamasi, dan membawakan dialog drama
KOMPETENSI DASAR : 2.3 Mengekspresikan karakter para pelaku
dialog drama melalui dialog yang dibawakan
INDIKATOR
Menentukan;
karakter tokoh dalam naskah (dialog)
latar
kostum
peristiwa (konflik)
Memerankan dialog sesuai dengan karakter tokoh
Memberi saran terhadap pemeranan yang akan ditampilkan

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengekspresikan karakter para pelaku
dialog drama melalui dialog yang dibawakan

MATERI
Karakter Tokoh dalam Drama

Pada pelajaran yang lalu kita sudah membahas mengenai unsur-unsur intrinsik drama.
Sekarang mari kita memperagakan pelaku dan memberi tanggapan terhadap karakter pelaku yang
dimainkan rekanmu.
Mementaskan naskah drama memerlukan ketekunan dan teknik tersendiri. Sebelum
memainkan drama, kita harus mempunyai keterampilan”mengucapkan” dialog-dialog pada
naskah drama itu dengan tepat sesuai dengan karakter tokoh yang diperankan.
Agar dapat mengucapkan dialog drama dengan tepat, kita harus berlatih ekspresi suara.
Ekspresi suaran dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Dialog diucapkan dengan penuh penghayatan sesuai dengan karakter tokoh.
Kita harus beranggapan bahwa dialog itu keluar dari pikiran dan perasaan para tokoh cerita,
bukan dari pikiran atau perasaan para tokoh cerita, bukan dari pikiran atau perasaan kita
(pemeran) sebagai hasil proses penghafalan
2. Kejelasan suara
Pengucapan dialog atau volume suara harus dapat didengar oleh penonton dengan jelas.
Untuk itu, dialog diucapkan dengan teknik nafas dan teknik vokal yang benar.
3. Ketepatan suara
Dialog harus diucapkan dengan artikulasi yang jelas, sehingga tidak ada bunyi (huruf,suku
kata, kata, frasa) yang terlewatkan atau kurang jelas didengar. Ketepatan suara berarti tepat

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 29 -


bunyi (berkaitan dengan artikulasi), tepat penafsiran maksud (berkaitan dengan intonasi), dan
tepat waktu pengcapannya (berkaitan dengan timing)
Ketepatan suara meliputi :
a. Tepat bunyi
Artinya bagaimana kita mamanfaatkan alat-alat ucap (alat artikulasi) untuk mengucapkan
setiap bunyi bahasa secara tepat. Alat artikulasi di antaranya adalah bibir, gusi, gigi, lidah,
langit-langit, tenggorokan, rahang, dan sebagainya. Alat artikulasi yang dimanfaatkan
secara maksimal akan menghasilkan bunyi bahasa yang tepat dengan demikian
keseluruhan dialog dapat kita ucapkan dengan tepat, dan penonton dapat menangkap
maknanya secara tepat pula.
b. Tepat dalam menafsirkan maksud dialog. Hal itu terlihat pada intonasi
ketika mengucapkan dialog.
(1) Tekanan Dinamik
Contoh :
Iya sudah dua hari aku belum makan nasi.
Tekanan dinamik yang diberikan pada bagian yang dicetak biru menekankan maksud
si-aku sudah makan nasi jagung naum belum makan nasi.
(2) Tekanan Nada, yaitu tekanan tinggi-rendah pada kata, frasa, atau
kalimat yang penting sehingga jelas maksudnya
Contoh :
Kami memang miskin, tapi kami bukan pengemis!
Bagian yang bercetak miring diucapkan dengan nada yang lebih tinggi daripada
bagian sebelumnya. Hal ini untuk mempertegas tekad sang tokoh untuk tidak
meminta-minta.
(3) Tempo yaitu tekanan cepat-lambat pada kata, frasa, atau kalimat
yang penting, sehingga jelas maksudnya.
Contoh :
Tapi aku tidak boleh menerima sesuatu dari orang yang belum aku kenal.
Kalimat contoh di atas akan lebih tepat diucapkan dalam tempo yang lambat, karena
tokoh yang mengucapkannya adalah seorang tokoh yang sedang menderita lapar,
sakit, dan amsih kanak-kanak.
Perhatikan contoh kedua berikut!
Hei! Mau kamu apakan adikku?!
Kalimat di atas akan lebih tepat diucapkan dengan tmpo cepat (dan nada tinggi),
karena diucapkan tokoh yang sedang marah, ceas, dan berlatar sosial gelandangan
(sering bersikap kasar)
(4) Jeda yaitu penghentian pada pengucapan kata, frasa, klausa, atau
kalimat. Penghentian sementara (seperti koma) biasanya diberi tanda (/), dan
penghentian (seperti titik) dalam bahasa tulis dibei tanda (//)

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 30 -


Contoh :
Tapi demi Tuhan / aku tidak punya pikiran menghina/ atau merendahkan //
c. Tepat waktu, berkaitan dengan timing yaitu kapan seorang tokoh harus
berbicara. Dalam hal ini, terdapat tiga pola timing,yaitu :
a. akting – dialog
b. dialog – akting
c. akting dan dialog dilakukan bersama-sama.
Perhatikan contoh di bawah ini !
• Seorang tokoh melihat langit, mendengar guntur, dan merasakan angin
basah berhembus, kemudian keluar dari mulutnya kata-kata: “Ah, hari ini akan
hujan tampaknya.”
• “Mari kita robohkan saja pohon ini!” – Bersama beberapa orang lain
berusaha merobohkan pohon dengan berbagai upaya.
• “Kami sangat senang Anda datang ke sanggar kami.” – Bersamaan
dengan itu, saling berjabat tangan

Tugas individu
1. Baca dan cermatilah teks drama berikut ini !
Sayem : Kami memang tidak menginginkan bintang. Kami tidak gila dengan kekayaan.
Kami inginkan hidup damai penuh kesejahteraan.Kelestarian alam ini, ya desa yang
perlu kami jaga. Aku dibesarkan oleh harumnya nasi hasil panen desa ini.Sederhana
sekali jalan pikiran kami. Kegotong royongan kami akan hilang, hidup
berdampingan kami akan luntur bila ada orang-orang semacam engkau
menginjakkan kaki di desa ini.
Hadi : Kau akan mati bersama dengan pendirianmu.
Sayem : Atau sebaliknya engkau akan digilas oleh perbuatanmu?
Dalam penggalan drama di atas, tokoh Sayem mempunyai watak ....
2. Bacalah kutipan drama berikut!
Ishak : Aku akan tetap cinta padamu.Tapi aku tidak dapat berbuat apa-apa.
Satilawati : Perkara cinta jangan disebut juga.Engkau tahu sendiri, aku cinta pula pada tapi
apa maksudmu?
Ishak :Aku tidak mau mengikuti engkau.Artinya engkau jangan menunggu aku. Kawin
saja dengan orang lain.
Satilawati : (berontak) Tapi itu aku tidak mau, tidak bisa, engkau boleh pergi sekarang, tapi
lekas kembali. Aku tetap menunggu engkau.
Watak Satilawati dalam drama tersebut adalah ........
3. Konfliks yang dialami oleh satilawati adalah....................................................................
4. Ayah : Kalau Narto tak mau, engkau Maimun, berilah aku air segelas.
Maimun : (Hendak mengambil air) Baik, Ayah.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 31 -


Gunarto : (Pelan-pelan tapi pahit) Kami tak mempunyai ayah, kapan kami mempunyai
ayah?
Ibu : Narto, apa katamu itu?
Gunarto : Kami tak mempunyai ayah, kataku. Jika kami berayah, apa perlunya kami
membanting tulang selama ini menjadi budak orang?
Watak tokoh Gunarto dalam penggalan tersebut adalah………………………………. …….
5. Hadi : Berani betul engkau berkata demikian di hadapanku. Kau betul-betul sudah
menghina aku. Perlu peluru yang kukirim untukmu, barang kali?
Sayem : Silakan manakut-nakuti aku. Aku tak akan mundur selangkah pun sebab pendirianku
benar. Memang tak semua orang masuk kemari jelek. Banyak orang kemari dari kota
bertujuan baik, kami hargaimereka.
Hadi : Yem, sebaiknya aku dan engkau tidak bertengkar, tapi mari kita membentuk
rumah tangga. Kau dan aku, aku sekarang kaya!
Sayem : Sekali lagi, aku tidak silau dengan kekayaanmu.
Isi dialog penggalan drama di atas
adalah ...........................................................................
6. Bacalah penggalan naskah drama berikut!
Dahlan : (Mengetuk pintu tiga kali. Kasim masih menggerutu sendiri)
Kasim : Rokok, ... lagi. E, rokok, ... silakan, Pak, silakan. Selamat pagi-pagi, Pak Dahlan!
(Pak Dahlan masuk dan duduk di kursi). Agaknya baru saja jalan-jalan?
Dahlan : Bekerja itu harus tutup mulut, jangan marah-marah. Tidak baik terbiasa berbicara
sendiri!
Kasim : Betul, Pak, terima kasih. (Sikap sopan, hormat) Bapak mau minum kopi
atau teh manis, atau kopi susu, atau ... teh telur?
Isi dialog dalam penggalan naskah drama tersebut adalah mengenai........................................
7. Latar yang tepat untuk teks drama di atas adalah ........................................................................
8. Tokoh Kasim pada teks di atas berperan sebagai.........................................................................
9. Salah satu judul naskah drama karya Putu Wijaya adalah...........................................................
10. Apakah yang dimaksud dengan timing dalam pementasan drama?.............................................

Tugas Kelompok
Baca dan cermatilah teks drama berikut, mainkan teks drama tersebut dengan membagi peran
berdasarkan karakter tokoh tersebut!
Si Bunga Langka
(Karya Seni Asiati by Bunda NaRa)

Panggung menggambarkan suasana ruang pameran flora di sebuah Mall besar di pusat
kota, terlihat beberapa orang mengerumuni sebuah tanaman langka, yang di taruh di sebuah
pot bunga besar dari porselin mahal bergambar bunga-bunga tulip kecil berwarna merah

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 32 -


cerah dan putih. Di kiri kanan dua orang penjaga stand berpakaian serba merah mendampingi
”Si Bunga Langka”. Di samping kanan terlihat beberapa bunga pula yang menghiasi ruang
pamer tersebut.
Ibu 1 : ”Oh... bunga yang indah!”
Ibu 2 : ”Alangkah menakjubkannya tanaman ini!”
Ibu 3 : ”Lihatlah warnanya memancarkan cahaya berkilauan”
Ibu 4 : ” Seandainya bisa kumiliki”
Ibu 5 : ”Rumahku akan semarak dengan hadirnya bunga langka ini”
Ibu 6 : ” Ai... kelopaknya seputih salju dari Paris”
Ibu 7 : ” Batangnya yang hijau kokoh mengajak kita untuk terpana!”
Ibu 8 : ”Wahai.... bagaimana ini hati berdebar-debar memandangnya!”
Ibu 2 : ” Aku harus tanya berapa harganya?”
Ibu 5 : ” Aku bayar lebih mahal dari siapapun”
Ibu 3 : ”Hati ini tidakkan rela bila dibeli oleh siapapun juga!”
Ibu 4 : ” Hanya aku yang berhak memiliki!”
Ibu 8 : ” Aku tak boleh mati tanpa memilikinya”
Ibu 1 : ” Indahnya tak tergantikan oleh seluruh isi pameran”
Ibu 6 : ” Snow White Kau harus ikut denganku!”
Tiba-tiba anak dalam gendongan ibu 5 dan ibu 7 lepas dan saling berkejaran hingga
menjatuhkan pot bunga porselin tersebut, ”Bunga Langka” akhirnya terinjak-injak oleh kaki-
kaki mungin bocah usia lima tahun yang saling berkejaran tersebut. Semua pengunjung hanya
menjerit ”Ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo!”
Dan membubarkan diri dari kerumunan, selanjutnya berkerumun di sebuah stand
bunga Abturium yang besarnya mencapai langit-langit rumah.
Ibu 1 : ”Oh... bunga yang tinggi!”
Ibu 2 : ”Alangkah menakjubkannya tanaman ini!”
Ibu 3 : ”Lihatlah warnanya memancarkan cahaya berkilauan”
Ibu 4 : ” Seandainya bisa kumiliki”
Ibu 5 : ”Rumahku akan semarak dengan hadirnya bunga tinggi ini”
Ibu 6 : ” Ai... kelopaknya seputih salju dari Paris”
Ibu 7 : ” Batangnya yang hijau kokoh mengajak kita untuk terpana!”
Ibu 8 : ”Wahai.... bagaimana ini hati berdebar-debar memandangnya!”
Ibu 2 : ” Aku harus tanya berapa harganya?”
Ibu 5 : ” Aku bayar lebih mahal dari siapapun”
Ibu 3 : ”Hati ini tidakkan rela bila dibeli oleh siapapun juga!”
Ibu 4 : ” Hanya aku yang berhak memiliki!”
Ibu 8 : ” Aku tak boleh mati tanpa memilikinya”
Ibu 1 : ” Indahnya tak tergantikan oleh seluruh isi pameran”
Ibu 6 : ” Snow White Kau harus ikut denganku!”

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 33 -


STANDAR KOMPETENSI Membaca
3. Memahami cerita pendek, novel, dan hikayat
KOMPETENSI DASAR : 3.1 Menganalisis nilai-nilai yang
terdapat dalam cerita pendek
INDIKATOR :
Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerpen dengan
bukti-bukti yang mendukung
Mengidentifikasi konflik dalam cerpen
Menyimpulkan perwatakan (karakterisasi) dalam cerpen dengan bukti yang
mendukung
Menjelaskan latar yang digunakan pengarang dan fungsinya untuk
mendukung
penokohan
Menganalisis nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek.
Menghubungkan nilai-nilai tersebut dengan kehidupan sehari-hari.

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang
terdapat dalam cerpen dengan bukti-bukti yang mendukung, mengidentifikasi konflik dalam
cerpen, menyimpulkan perwatakan (karakterisasi) dalam cerpen dengan bukti yang
mendukung ,menjelaskan latar yang digunakan pengarang dan fungsinya untuk mendukung,
menganalisis nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek,m enghubungkan nilai-nilai
tersebut dengan kehidupan sehari-hari.

MATERI
Peristiwa Pembangun Cerita Pendek

Tiap bagian cerpen memberikan saham penting untuk menggerakkan cerita,


mengungkapkan watak tokoh, dan melukiskan suasana. Sebuah cerpen yang baik dibangun dari
unsur-unsur intrinsik yang saling bersinergi.
PLOT atau ALUR
Plot atau alur adalah jalinan peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga
cerita menarik. Ada tiga unsur penting dalam plot yaitu:
1. peristiwa
2. konflik
3. klimaks
Dalam sebuah cerita terdapat peristiwa atau kejadian. Peristiwa atau kejadia itu dapat
mejadi jawaban atas pertanyaan “Apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana nasib
tokoh?”peristiwa atau tindakan tokoh utama dapat menimbulkan konflik atau masalah.
Cerita yang menarik disusun dalam beberapa tahapan plot cerita. Tahapan tersebut adalah
sebagai berikut :

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 34 -


a. Pengenalan : Pengarang memperkenalkan tokoh, situasi, atau latar cerita
sebagai “modal” awal bagi pembaca untuk mengikuti jalannya cerita. Pada bagian ini
pengarang “mengenalkan” tokoh dan latar cerita.
b. Pemunculan masalah : pengarang menampilkan masalah yang dihadapi
tokoh.
c. Ketegangan atau konflik : masalah yang dihadapi tokoh mulai
menimbulkan ketegangan, antartokoh mulai berselisih.
d. Memuncaknya konflik (klimaks) : ketegangan yang dialami tokoh kian
memuncak dan sulit ditemukan jalan keluarnya.
e. Pemecahan masalah: masalh yang dihadapi tokoh sudah terselesaikan.
Bagian ini biasanya menjadi penutup cerita.
Konflik tersebut dapat berupa tiga konflik berikut:
a. Konflik antara tokoh utama dengan tokoh sampingan.
Contoh :
Tokoh “Pak Sersan “ yang diangkat menjadi komandan kompi yang baru. Ia
menginginkan ditegakkannya kedisiplinan pada diri anak buahnya. Ternyata hal
tersebut ditentang oleh anakbuahnya. Salah satunya bernama Kopral Tohir.

(Cerpen ”Kopral Tohir ”karya Trisno Sumarjo)

b. Konflik antara tokoh utama dengan dirinya sendiri.


Contoh :

Saat hendak menyeberang sungai. Sersan Kasim dihadapkan pada dua pilihan rumit:
membawa sendiri bayinya atau menitpkan bayinya. Kedua pilihan itu memiliki
kemungkinan yang buruk.
( Cerpen “Sungai” karya Nugroho Notosusanto)

c. Konflik antara tokoh utama dengan benda tertentu atau situasi tertentu.
Contoh :
Tokoh “Aku “ merasa diteror oleh sebah dompet yang ia temukan saat menonton
film di gedung bioskop. Berbagai kejadian tidak menyenangkan ia alami akibat
hendak mencari pemilik dompet. Bahkan setiap hari ia buang, dompet itu bias
kembali kepadanya.
( Cerpen “Dompet” karya Putu Wijaya)

Sebuah cerita rekaan akan mengandung nilai-nilai sastra jika memenuhi ciri-ciri:

• fiction (rekaan)

• imagination (daya angan),

• dan invenstion (penemuan)

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 35 -


Dengan demikian, jika ada salah satu unsur ciri yang tidak digarap, maka cerita tersebut
tidak memiliki bobot ditilik dari kansungan nilai-nilai sastranya. Nilai-nilai kehidupan dalam
cerpen biasanya berkaitan erat dengan tokoh-tokoh cerita. Melalui karakter tokoh pada saat
mengahadapi masalah atau konflik, pembaca dapat menemukan nilai baik-buruk dalam
kehidupan. Nilai-nilai kehidupan itu misalnya : kejujuran, keadilan, kesabaran, ketabahan,
keberanian, pendidikan, budaya, moral, agama, sosial dan lain-lain. Nilai-nilai dalam cerpen

dapat kita peroleh dalam bentuk nasihat, misalnya :


Di bawah sepohon kecapi yang rimbun berdiri sebuah rumah beratap genting.
Dindingnya buluh beranyam dan lantainya dari tanah saja. Keliling pekarangannya
bersih, sehingga sehelai sampah pun tiada kelihaatn. Di langkan sebelah kiri terletak
sebuah balai-balai bambu. Di atas balai-balai itu duduk seorang laki-laki tua sedang
menyirat.

Bacalah cerpen berikut !

Perempuan-perempuan Berjengger
Ni Komang Ariani
Perempuan-perempuan itu dijejerkan begitu saja. Jumlahnya mungkin sepuluh, mungkin
lima belas. Mereka menebar geliat pandang gelisah. Perempuan-perempuan itu seperti
dihempaskan dari langit dan menjadi perempuan-perempuan tersesat. Kata orang, mereka
dijejerkan karena suatu persamaan. Semuanya adalah perempuan berjengger.
Konon kabarnya jengger adalah kutukan bagi perempuan-perempuan yang dilaknat.
Perempuan yang melanggar etika kesopanan. Perempuan yang menjual kelaminnya demi nasi
dan lauk pauknya. Karena itulah mereka dijejerkan. Mereka harus menerima pengadilan. Mereka
harus menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Aku sendiri memupuk kemarahan pada perempuan-perempuan berjengger. Bagiku
mereka memuakkan dan sampah. Mereka tak bekerja dengan bantalan bahu dan blazer. Mereka
tak mengerjakan pekerjaan-pekerjaan terhormat. Lihatnya perempuan paling ujung. Baju
merahnya telah kumal. Kain di kakinya telah lusuh. Lidahnya menggeliat-geliat basah, siap
memangsa jantan-jantan yang datang. Lihatlah perempuan di tengah-tengah. Baju birunya
berubah putih. Dadanya turun naik dengan tonjolan yang digerak-gerakkan, mengundang hasrat.
Lihatlah pula perempuan di ujung, kain di atas pahanya ia gerak-gerakkan. Ia biarkan paha itu
terbuka dengan kain yang berkibar-kibar.
Seorang laki-laki kekar dengan badan berbulu datang mendekat. Kedua tangannya
menenteng gada juga pecut. Lima laki-laki lain bergerak dari kejauhan. Perempuan-perempuan
berjengger terkurung diantara laki-laki kekar. Kata orang, mereka adalah para penjagal yang
datang untuk bertanya atau memecut para pembangkang
“Hai perempuan satu, katakan apakah engkau berjengger!” si perempuan pertama hanya
mengangguk dengan acuh sambil terus menjulur-julurkan lidahnya.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 36 -


“Mengapa kau berjengger, telah berapa batang yang kau peras?”
“Aku memeras sebanyak yang kumau. Dan telah kusebarkan jengger yang kumiliki. Ha
ha ha!” si perempuan pertama tertawa keras dan terbahak-bahak.
Si lelaki kekar memindahkan langkahnya pada perempuan kedua.
“Hai perempuan dua, kaupun berjengger?”
Si Perempuan dua hanya diam.
“Hai perempuan dua, kau tidak tuli bukan. Apakah engkau berjengger?”
“Kalau kau ingin tahu lihatlah sendiri!” kata si perempuan dua dengan ketus. Aku
memandang si perempuan dua dengan heran. Bumi seperti dibalikkan begitu saja, ketika aku
melihat wajahku di sana. Mengapa perempuan ini tak sama dengan sepuluh perempuan lainnya.
Yang memakai baju-baju kumal dengan belahan dada rendah. Yang bibirnya bergincu blepotan
hingga ke pipi. Perempuan ini mengenakan blazer dan bantalan bahu. Dia memakai blazer dan
bantalan bahu milikku. Perempuan setan, perempuan sampah.
“Jangan kira karena bajumu, aku takkan mencambukmu, atau memotong lidahmu bila kau
tak menjawab! ” si penjagal kekar menggelegar.
Si perempuan dua mengkeret ketakutan. Ketakutan kurasakan memenuhi tempurung
kepalaku. Kuputuskan untuk menganggukkan kepala. Kusarankan si perempuan dua untuk tak
melawan si penjagal.
“Bagaimana kau bisa berjengger, pekerjaan hina apa yang telah kau kerjakan?”
“Aku tidak tahu, dia ada begitu saja di kelaminku.” kataku dengan suara dibuat memelas.
Berharap ia mulai kasihan padaku.
“Jangan bohong kau, pelacur!”
“Aku bukan pelacur. Kau lihatlah bajuku. Aku tidak seperti mereka!”
“Jangan mencari alasan, bagaimana kau bisa berjengger bila bukan pelacur!”
“Aku tidak bohong, sungguh. Jangan laknat aku tolonglah. Bebaskan dan berikan
pengampunan. Aku akan bakar jengger ini, kembali menjadi perempuan tanpa jenggger.
Percayalah aku tidak berbohong, karena semua orang pun percaya padaku. Janganlah menuduhku
dengan jengger di kelaminku. Telah banyak kulakukan hal-hal mulia. Telah kutolong anjing yang
kuyup terluka oleh hempasan mobil. Telah kubagikan receh-receh pada ratusan pengemis. Aku
pun telah membayar lebih kepada supir-supir taksi yang mengantarku pulang. Telah kusumbang
ratusan juta rupiah untuk anak-anak terlantar agar mereka bersekolah. Tentulah aku perempuan
terhormat. Aku layak diampuni karena aku bukan perempuan berjengger yang sama dengan yang
lain. Yang menjulur-julurkan lidah dan menggerakkan buah dada. Aku bekerja dengan blazer dan
bersepatu. Antara waktu siang dan sore. Kukerjakan pekerjaan-pekerjaan terhormat!”
***
Ku dengar suara tawa menggema di ruangan. Entahkah aku memang pernah
mendengarnya. Atau tawa itu terdengar karena aku terlalu takut untuk mendengarnya. Suara tawa
itu terdengar saat mataku telah tertutup rapat, saat suntikan bius membuat otakku berhenti
memberi kabar. Saat orang-orang berseragam hijau mulai menjamahku dari segala sudut. Aku

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 37 -


merasa tertipu. Mengapa mereka tertawa saat aku tak mampu lagi menggerakkan tubuhku, atau
memerintah bibirku untuk bicara. Apakah mereka hanya tak ingin membuatku malu atau
sebaliknya ingin berbisik-bisik di belakang. Brengsek.
Andai saja tak terlalu banyak orang di ruangan ini yang membuat mereka bisa saling
bergunjing. Aku ingin mereka tuli juga bisu. Aku ingin mereka tak berlidah bila mungkin tak
berotak. Agar mereka tak bisa mentertawakanku meskipun di dalam benak.
“Sudah selesai Bu!” sebuah kalimat yang diucapkan lembut membangunkanku.
Kurasakan tubuhku telah berselimut dan tidur diantara jejeran pasien lain. Senyum para perawat
terasa seringai. Betulkah mereka tersenyum dengan tulus untukku.
Kuusahakan sesedikit mungkin bicara. Juga menjawab pertanyaan. Ingin kuatur kata-kata
yang bakal ke luar dari mulut para perawat itu. Dan memastikan mereka berhenti menyeringai.
Memang yang ke luar dari lidah mereka kata-kata lembut, juga senyum ramah. Apakah mereka
telah begitu terlatih tak menunjukkan pergunjingan, meskipun hanya dalam benak.
“Itunya sakit!” seorang perawat mendatangiku dan bertanya dengan suara lembut juga.
Tidak lupa tersenyum. Namun sekali lagi terlihat seperti seringai.
“Dikit.!” kataku lembut sambil tersenyum ramah. Perawat itu harus tahu aku memang
perempuan baik-baik.
“Kepalanya masih pusing?” katanya lagi sambil tersenyum atau menyeringai.
“Udah nggak!” jawabku lagi tak kalah lembut.
Setelah pertanyaannya terjawab, perawat itu berlalu sambil sekali lagi tersenyum atau
menyeringai. Aku hanya dapat menarik nafas lega. Perawat terakhir ini sudah bertanya dengan
kalimat yang membuat jantungku berlari kencang. Ingin kukerahkan semua kekuatan agar aku
bisa menatap matanya, dan mengatur isi kepala si perawat. Juga semua perawat. Juga semua
pasien yang ada di ruangan ini. Agar tak ke luar kata ejeken di bibir atau tertawaan di belakang.
Aku tidak mau mengetahuinya walaupun hanya dalam sorot mata. Sialan. Mengapa jengger ini
tetap membawa masalah bahkan saat ia telah dibakar, dibabat dan dimusnahkan.
***
Negeri ini sedang dilanda wabah. Begitu kabar yang berhembus akhir-akhir ini. Jengger
menebar begitu mudah. Jengger bisa diterbangkan angin dan menempel begitu saja. Ia menempel
tanpa memandang waktu atau orang. Kabarnya seorang penyihir perempuan yang mendendamlah
biang keladi wabah ini. Ia kirimkan jengger pada sebanyak mungkin perempuan agar ia tak lagi
sendirian.
Si perempuan pembawa kabar bertanya balik padaku, mengapa kutanyakan tentang
jengger. Dengan berbohong kukatakan, aku banyak mendengar kabar tentang jengger. Cerita ini
telah menjadi gosip yang dibicarakan diam-diam.
Sebetulnya bukan itu, aku hanya mencoba mencari tahu darimana jengger ini berasal.
Apakah ia berasal dari lelaki kegelapan yang tiba-tiba membekapku di sebuah gang. Atau ia
terbang bersama kutu yang suka menempel di toilet-toilet umum. Atau barangkali dokter kulit

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 38 -


kelaminlah yang telah menempelkannya saat aku lengah. Saat aku menyuruhnya menyembuhkan
penyakit keputihan yang menggangguku.
Aku berasal dari jaringan putih, barangkali jaringan yang paling putih. Mungkin sedikit
abu-abu, namun kata orang masih wajar. Jaringan seputih ini, sangat anti dengan wabah yang
bernama jengger. Semua orang telah tahu itu. Semua orang telah percaya itu. Dokter saja heran
bagaimana jengger bisa menempel di jaringan putih ini. Analisanya, barangkali ada jengger yang
telah bermutasi hingga bisa hidup di segala musim juga segala jaringan.
***
Perempuan-perempuan itu dijejerkan begitu saja. Jumlah mereka mungkin sepuluh atau
lima belas. Dari mulut mereka yang berdenging ke luar sabda-sabda. Sumpah serapah menjulur
dari lidah yang membentuk huruf melingkar-lingkar.
Perempuan-perempuan itu bersepatu mengkilap. Celana panjang menutup mata kaki.
Rambut disasak atau di-blow ke belakang. Yang jelas mereka mengenakan blazer dan bantalan
bahu. Mereka bergincu tipis sewarna bibir. Alis tipis sewarna alis. Perona pipi tipis sewarna pipi.
Tapi mereka meneriakkan teriakan-teriakan garang. Mulut mereka membentuk bulatan,
trapesium, persegi panjang atau kubus.
Perempuan-perempuan itu rupanya berdiri berhadapan dengan gerombolan perempuan-
perempuan berjengger. Kemanakah para penjagal kekar yang tadi meneriakkan ancaman-
ancaman. Kemana gerombolan laki-laki garang pembawa pecut dan gada itu.
Kumpulan perempuan berjengger masih dengan pakaian kumal yang semakin kumal.
Warna-warnanya telah berganti warna baru, yang barangkali belum sempat dinamai oleh para
ilmuwan. Rambut keriting kusut ditambah sorot mata sayu. Senyum hanya di ujung bibir mirip
mencibir. Tangan di pinggang berkacak menantang. Sementara lidah masih menjulur-julur, liur
masih menetes-netes, paha dan dada masih mengangkang menantang.
Aku mengerti mengapa perempuan-perempuan itu dijejerkan. Aku tahu dimana tempatku
berada. Aku segera bergerak ke arah barisan yang kumau. Posisiku baru kelihatan jelas saat aku
sampai pada langkah ke sepuluh. Langkah kesebelas terasa semakin berat dan membuat kaki-
kakiku terpaku. Tiba-tiba sebuah tangan, atau barangkali belalai gajah menarik tubuhku dan
menghempaskannya. Tubuhku menabrak tubuh-tubuh para perempuan berjengger. Sebuah sosok
menjulang, mungkin monster menatapku dengan garang.
“Jangan coba-coba macam-macam, perempuan jengger!”
Aku mengkeret takut.
“Di sini tempatmu!” monster itu berbicara lagi.
“Me..nga..pa!” hanya sepatah kalimat itu yang ke luar dari mulutku yang bergetar
“Karena di kelaminmu ada jengger. Kau mau mungkir?”
“Sudah tidak ada lagi bukan?” kataku hati-hati.
“Tempatmu sudah jelas, kau tak bisa berpindah-pindah.!”
Aku hanya dapat mengikuti kemauan si monster. Si monster ini tentu sulit diajak bicara
panjang lebar. Ia takkan cukup sabar menunggu cerita-ceritaku. Bahwa aku berasal dari jaringan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 39 -


paling putih. Bahwa aku menyimpan antibodi untuk segala jenis jengger. Ia pun takkan
mendengar bila dokter pun menyatakan keheranan. Ia juga takkan peduli jengger ini barangkali
jenis yang telah bermutasi. Tubuh besar menyeramkannya itu hanya sanggup mencerna
kebenaran tunggal. Baginya sia-sia ceritaku. Barangkali karena iapun jenis mahluk yang telah
bermutasi. Biarlah kuturuti apa yang ia mau. Hanya kepadamu cerita ini kuperdengarkan. Karena
kamu yang mungkin mengerti posisiku.
Evaluasi
Bacalah kembali cerpen yang berjudul “Perempuan-perempuan Berjengger” karya Ni Komang
Ariani di atas! Selanjutnya jawablah soal-soal di bawah ini !
1. Apakah yang menjadi masalah utama pada cerita tersebut? Jelaskanlah dengan
alasan yang tepat!
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
2. Siapakah tokoh utama cerpen tersebut? Bagaimana watak tokoh-tokohnya? Tunjukkan
kalimat-kalimat yang mendukung jawabanmu!
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
3. Apakah keinginan terbesar tokoh utama?
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
4. Nilai-nilai kehidupan apa asaja yang terdapat dalam cerpen tersebut? Jelaskan jawabanmu!
...................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
5. Konflik apakah yang dihadapi tokoh utama?
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
6. Terselesaikankah konfliks tersebut? Mengapa?
...................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
7. Pada bagian manakah pengarang mulai menyampaikan masalah utama cerpen?
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
8. Bagian manakah yang paling menegangkan dalam cerpen tersebut?
..........................................................................................................................................
9. Logiskah penyelesaian konfliks dalam cerita tersebut?
...................................................................................................................................................
10. Berdasarkan rangkaian peristiwa dalam cerpen tersebut apakah nilai-nilai
kehidupan yang diketengahkan sesuai dengan situasi sekarang? Tunjukkanlah buktinya!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 40 -


STANDAR KOMPETENSI : Membaca
3. Memahami cerita pendek, novel, dan hikayat
KOMPETENSI DASAR : 3.2 Mengidentifikasi pelaku, peristiwa, dan latar
dalam novel
INDIKATOR :
Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam novel dengan bukti-bukti yang
mendukung
Menjelaskan hubungan antarperistiwa dengan bukti yang mendukung
Menyimpulkan perwatakan (karakterisasi) dalam novel dengan bukti yang mendukung
Menjelaskan latar yang digunakan pengarang dan fungsinya untuk mendukung penokohan

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi pelaku, peristiwa, dan latar
dalam novel

MATERI
Latar, Perwatakan dalam Novel
Watak tokoh dalam sebuah cerita bersifat universal, artinya seorang tokoh dapat memiliki
watak yang sama meski cerita yang berbeda. Karakter tokoh bisa jadi keras kepala, pencemburu,
jujur, sabar, baik hati, pwnolong, pendendam, dan lain-lain.
Untuk mengetahui watak tokoh dalam novel dapat dilihat dari cara memandang masalah,
cara bertingkah laku, cara bicara, cara berekasi terhadap sesuatu dan atau dari cerita tokoh lain.
Sebuah novel akan menjadi menarik apabila pengarang mampu menggambarkan watak-
watak tokohnya. Kekuatan penggambaran watak akan memperkuat bangunan konflik. Konflik
membuat cerita menjadi hidup dan menarik untk disimak. Jadi, kemampuan pengarang dalam
menggambarkan watak tokoh merupakan suatu hal yang penting.
Latar yaitu tempat, waktu, benda, dan suasana dalam cerita. Latar sangat mendukung
pembentukan karakter seorang tokoh.
Contoh :
Di bawah sepohon kecapi yang rimbun berdiri sebuah rumah beratap genting.
Dindingnya buluh beranyam dan lantainya dari tanah saja. Keliling pekarangannya
bersih, sehingga sehelai sampah pun tiada kelihaatn. Di langkan sebelah kiri terletak
sebuah balai-balai bambu. Di atas balai-balai itu duduk seorang laki-laki tua sedang
menyirat.
(Novel “Si Dul Anak Jakarta” karya Aman Datuk Modjoindo)

Dalam kutipan novel di atas terlihat adanya latar yaitu (a) sebuah rumah beratap genting.
Dindingnya buluh beranyam dan lantainya dari tanah saja. Sebagai latar tempat yaitu di sebuah

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 41 -


rumah (b) balai-balai bambu. Sebagai latar benda. Penggambaran latar itu menjadi menarik
karena disampaikan secara detail. Caranya dengan menggunkan majs atau gaya bahasa.
Contohnya: Keliling pekaranganya bersih, sehingga sehelai sampah pun tiada kelihatan.
Bacalah kutipan novel berikut ini dengan cermat !
.........................................................
Tepat tengah malam kami pergi ke suthuh. Membawa tikar, nampan besar, empat gelas
plastik, ashir mangga, tamar hindi, dan dua bungkus firoh masyuwi yang masih hangat dan sedap
baunya.
Kami benar-benar berpesta. Dua ciduk nasi hangat digelar di atas nampan. Sambal
ditumpahkan. Lalu dua ayam bakar dikeluarkan dari bungkusnya. Tak lupa acar dan lalapan
timun. Satu ayam untuk dua orang.
“Sekali-kali jadi orang Mesir beneran, satu ayam untuk dua orang,” komentar Rudi.
“Kalau ini bukan makan nasi lauk ayam. Ini makan ayam lauk nasi. Nasinya dikit sekali.
Mbok ditambah dikit,” sambung Saiful.
Tujuannya kita memang makan ayam bakar. Nasi pelengkapsaja untuk melestarikan
budaya Indonesia. Bagi yang mau tambah nasi ambil saja sendiri. Benar nggak Mas?” sahut
Hamdi.
“Sekarang bukan saatnya diskusi. Kalau mau diskusi besok Sabtu di Wisma Nusantara.
Rudi presentatornya. Bismillah, ayo jangan banyak cincong langsung kita ganyang saja!” ucapku
sambil mencomot daging ayam di hadapanku. Serta merta mereka melakukan hal yang sama.
Kami makan sambil ngobrol, dibelai udara malam yang tidak dingin dan tidak panas. Semilir
sejuk. Keindahan musim panas memang pada waktu malam. Kala langit cerah. Bulan terang.
Bintang-bintang gemerlapan. Dan debu tidak berhamburan.
Menikmati suasana alam diatas suthuh apartemen sangat menyenangkan. Nun jauh di
sana cahaya lampu-lampu rumah dan gedung-gedung dekat sungai Nil tampak berkerlap-kerlip
diterpa angin. Sayup-sayup kami mendengar bunyi irama musik rakyat mengalun di kejauhan
sana. Mungkin ada yang sedang pesta. Alunan itu ditingkahi puja-puji syair sufi. Khas senandung
malam delta Nil.
Suasana nyaman ini akan jadi kenangan tiada terlupakan. Dan kelak ketika kami sudah
kembali ke Tanah Air, kami pun akan merindukan suasana indah malam musim panas di Mesir
seperti ini.
Usai makan kami tidak langsung turun. Kami tetap bercengkerama ditemani semilir angin
dari sungai Nil dan satu botol air segar tamar hindi. Kami bercerita tentang malam-malam
berkesan yang pernah kami lewati. Rudi Marpaung yang berasal dari Medan menceritakan
pengalamannya menginap bersama teman-temannya ketika masih balita di Brastagi. Menyewa
villa dan mengadakan shalat tahajjud bersama dalam dinginnya malam. Suasana jadi semakin
asyik ketika Hamdi mengisahkan pengalamannya yang menegangkan selama tersesat di lereng
Gunung Lawu.
............................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 42 -


(Ayat-ayat Cinta: Habiburrahman El Shirazy)

Tugas Individu
1. Apa tema kutipan novel terebut?.................................................................................................
2. Siapa tokoh-tokohnya?................................................................................................................
3. Dimanakah latar cerita terebut? Jelaskan jawabanmu!...............................................................
4. Peristiwa apa yang tergambar dalam kutipan novel tersebut?
Jelaskan !....................................
5. Bagaimanakah perwatakan masing-masing tokoh tersebut!........................................................
6.Sudut pandang yang digunakan pengarang adalah.......................................................................
7.Siapakah tokoh protagonis dalam kutipan novel
tersebut? ..........................................................
8.Tuliskan watak masing-masing tokoh dalam kutipan novel tersebut ? ......................................
9. Nilai kehidupan apakah yang terdapat dalam kutipan novel tersebut? .......................................
10. Unsur budaya yang terdapat dalam kutipan tersebut adakah yang masih sesuai dengan
kehidupan sekarang! Jelaskan!
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 43 -


STANDAR KOMPETENSI Membaca
3. Memahami cerita pendek, novel, dan hikayat
KOMPETENSI DASAR :
3.3Mendeskripsikan relevansi hikayat dengan
kehidupan sekarang
INDIKATOR :
Menentukan tokoh-tokoh dan karakternya dalam hikayat
Menentukan latar dalam hikayat
Menentukan tema hikayat
Mengidentifikasi nilai yang terdapat dalam hikayat
Menghubungkan nilai budaya dalam hikayat dengan nilai budaya sekarang

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menentukan tokoh-tokoh dan karakternya dalam
hikayat menentukan latar dalam hikayat menentukan tema hikayat mengidentifikasi nilai yang
terdapat dalam hikayat menghubungkan nilai budaya dalam hikayat dengan nilai budaya
sekarang
MATERI
Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang
berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun
kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.
Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan
semangat juang.
Contoh Hikayat :
HIKAYAT BAYAN BUDIMAN
Khoja Mubarak seorang saudagar kaya di negeri yang bernama Ajam. Beliau
mempunyai seorang anak yang bernama Khoja Maimun. Apabila cukup umurnya, Khoja
Maimun telah dikahwinkan dengan Bibi Zainab.Oleh kerana hampir kehabisan harta, Khoja
Maimun bercadang untuk pergi belayar dan berniaga. Sebelum belayar, Khoja Maimun telah
membeli dua ekor burung sebagai peneman isterinya sepeninggalan beliau pergi belayar. Seekor
burung bayan dan seekor burung tiung. Apabila sampai masa hendak pergi belayar, Khoja
Maimun berpesan kepada isterinya supaya sentiasa bermuafakat dengan burung-burung itu
sebelum melakukan sesuatu perkara.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 44 -


Sepeninggalan Khoja Maimun, Bibi Zainab yang tinggal sendiri berasa kesunyian.
Semasa duduk termenung di tingkap, seorang putera raja lalu dihadapan rumahnya. Kedua-
duanya saling berpandangan dan berbalas senyum.
Sejak hari itu Bibi Zainab telah jatuh berahi terhadap putera raja itu. Putera Raja itu
juga telah jatuh cinta pada Bibi Zainab. Dengan perantaraan seorang perempuan tua,
pertemuan antara mereka berdua telah dapat di atur.
Sebelum meninggalkan rumahnya, Bibi Zainab telah menyatakan hasratnya kepada
burung tiung betina yang diharapnya akan lebih memahami perasaannya. Maka jawab tiung;
“ya, tuan yang kecil molek, siti yang baik rupa, pekerjaan apakah yang tuan hamba
hendak kerjakan ini? Tiadakah tuan takut akan Allah subhanahu wataala dan tiadakah tuan malu
akan Nabi Muhammad, maka tuan hendak mengerjakan maksiat lagi dilarangkan Allah Taala dan
ditegahkan Rasulullah s.a.w. Istimewanya pula sangat kejahatan, dan tiada wajib atas segala
perempuan membuat pekerjaan demikian itu. Tiadakah tuan mendengar di dalam al-Quran dan
kitab hadis Nabi, maka barangsiapa perempuan yang menduakan suaminya, bahawa
sesungguhnya disulakan oleh malaikat di dalam neraka jahanam seribu tahun lamanya…”
Teguran burung tiung betina itu membuatkan Bibi zainab marah lalu dihempaskan
burung itu ke bumi. Matilah burung itu.
Bibi Zainab setertusnya meminta nasihat daripada burung bayan pula sambil
mencurahkan hasrat hatinya itu. Setelah mendengar semuanya, burung bayan pun berkata;
“Adapun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan, insyaAllah di
atas kepala hambalah menanggungnya, jika datang suami tuan pun, tiada mengapa, daripada
hamba inipun hendak membuat bakti kepada tuan dan berbuat muka pada suami tuan itu. Baiklah
tuan segera pergi, kalau-kalau lamalah anak raja itu menantikan tuan, kerana ia hendak bertemu
dengan tuan. apatah dicari oleh segala manusia di dalam dunia ini, melainkan martabat,
kebesaran dan kekayaan?Adakah yang lebih daripada martabat anakj raja? tetapi dengan ikhtiar
juga sempurnalah adanya. Adapun akan hamba tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas
bayn yang dicabut bulunya oleh seorang isteri saudagar….“
Burung Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab meneruskan
rancangannya itu, tetapi dia berjaya menarik perhatian serta melalaikan Bibi Zainab dengan
cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa menangguh dari satu malam ke satu malam
pertemuannya dengan putera raja. begitulah seterunya sehingga Khoja Maimun pulang dari
pelayarannya.
Bayan yang bijak bukan sahaja dapat menyelamatkan nyawanya tetapi juga dapat
menyekat isteri tuannya daripada menjadi isteri yang curang. Dia juga dapat menjaga nama
baik tuannya serta menyelamatkan rumahtangga tuannya.
Antara ceriota bayan itu ialah mengenai seekor bayan yang mempunyai tiga ekor anak
yang masih kecil. Ibu bayan itu menasihatkan anak-anaknya supaya jangan berkawan dengan
anak cerpelai yang tinggal berhampiran. Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya
tentang seekor anak kera yang bersahabat dengan seorang anak saudagar. Pada suatu hari

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 45 -


mereka berselisih faham. Anak saudagar mendapat luka di tangannya. Luka tersebut tidak
sembuh melainkan diubati dengan hati kera. Maka saudagar itupun menangkap dan membunuh
anak kera itu untuk mengubati anaknya.
Sebuah lagi cerita bayan ialah mengenai seorang lelaki yang sangat mengasihi isterinya.
Apbila isterinya meninggal dunia, dia telahj memohon dioa kepada Tuhan supaya separuh
daripada umurnya dibahagikan kepada isterinya. Doa itu dikabulkan dan isterinya hidup
semual. Namun, si isteri tidak jujur dan lari dengan seorang saudagar kaya. Lelaki itu menjejaki
isterinya kerana menyangka isterinya dilarikan oleh saudagar kaya itu. Tetapi dia telah dihina
dan diusir oleh isterinya. Kerana marah dan kecewa, lelaki itu memohon agar Tuhan
mengembalikan usianya yang telah diberi kepada isterinya. Dengan kehendak Tuhan, isterinya
mati semula.
Dalam cerita yang lain pula, bayan bercerita mengenai pengorbanan seorang isteri.
seorang puteri raja yang kejam telah membunuh 39 orang suaminya. suaminya yang keempat
puluh telah berjaya menginsafkannya dengan sebuah cerita mengenai seekor rusa betina yang
sanggup menggantikan pasangannya, rusa jantan, untuk disembelih. Begitu kasih rusa betina
kepada pasangannya sehingga sanggip mengorbankan diri untuk disembelih. Puteri itu insaf dan
tidak jadi membunuh suaminya yang keempat puluh itu, malah sanggup berkorban apa sahaja
untuk suaminya.(Sumber : Sari Sastera Lama untuk STPM, Zainuddin Saad)
Tugas Indinvidu
1. Hikayat adalah hasil sastra berbentuk ...................................................................................
2. Apakah perbedaan mendasar antara hikayat dengan karya sastra dongeng?
................................................................................................................................................
3. Siapakah tokoh utama dalam hikayat di atas?
................................................................................................................................................
4. Konfliks apakah yang dialami tokoh utama?
................................................................................................................................................
5. Nilai-nilai kehidupan apakah yang bisa kita petik dari Hikayat Bayan Budiman
tersebut? .................................................................................................................................
...............
6. Adakah hubungan nilai kehidupan itu dengan masyarakat sekarang?
................................................................................................................................................
7. Adakah penggunaan bahasa yang kini sudah tidak lagi digunakan? Tuliskan kata-kata
tersebut!
....................................................................................................................................
8. Tuliskan majas-majas apa saja yang digunakan dalam Hikayat Bayan Budiman tersebut?
................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
9. Latar apa saja yang digunakan dalam Hikayat Bayan Budiman?
....................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 46 -


10. Tuliskan kembali Hikayat Bayan Budiman dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar!.......................................................................................................................

STANDAR KOMPETENSI : Menulis


4.Mengungkapkan pengalaman dalam puisi, cerita pendek, dan drama
KOMPETENSI DASAR : 4.1 Menulis puisi berdasarkan pengalaman atau
pengamatan
INDIKATOR :
Mengekspresikan perasaan dalam bentuk puisi dengan menggunakan diksi, majas,
rima, dan irama, serta disesuaikan bentuk dan isi puisi
Menulis puisi berdasarkan objek atau berdasarkan pengalaman
Menyunting puisi

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengekspresikan perasaan dalam bentuk
puisi dengan menggunakan diksi, majas, rima, dan irama, serta disesuaikan bentuk dan isi puisi,
menulis puisi berdasarkan objek atau berdasarkan pengalaman, menyunting puisi

Materi
Menulis adalah salah satu kegiatan yang sangat menakjubkan. Dengan menulis, kita bisa
menuangkan ide atau gagasan yang ada di pikiran kita, menuangkan isi hati kita melalui bahasa
tulisan sehingga dapat dibaca dan dipahami orang lain. Dengan menulis, kita bisa mentransfer
pengetahuan dan hasil pembelajaran kita kepada orang lain sehingga bermanfaat bagi sesama
musafir kehidupan. Menulis juga merupakan media aktualisasi diri.
Kegiatan menulis memamg membutuhkan konsentrasi penuh. Menulis puisi tentulah
berbeda dengan menulis prosa. Menulis puisi berdasarkan pengamatan dapat kita lakukan dengan
cara:
1. Rangsang gambar
Pada cara ini kita dapat menggunakan gambar sebagai alat rangsang kita dalam mencuptakan
puisi. Kita dapat mengidentifikasi setiap objek/detail dan peristiwa pada gambar kemudian
menuliskan hasil pengamatan terhadap gambar ke dalam beberapa kata atau kalimat.
2. Lihat objek
Cara melihat objek secara langsung dapat dilakukan bila objek berada di dekat kita. Cara ini
akan mendekatkan kita pada objek yang akan jadikan puisi.
3. Kilas balik

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 47 -


Cara menciptakan puisi seperti ini artinya kita mengingat kembali pengalaman yang telah
terjadi. Pengalaman tersebut dapat membangun daya imajinasi terhadap suatu peristiwa.

Tugas Individu
Amatilah salah satu gambar berikut! Tulislah puisi berdasarkan pengamatan Anda,
gunakan diksi, majas yang sesuai!

Gambar 1

Gambar 2

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 48 -


STANDAR KOMPETENSI : Menulis
4.Mengungkapkan pengalaman dalam puisi, cerita pendek, dan drama
KOMPETENSI DASAR : 4.2 Menulis cerita pendek berkenaan dengan
kehidupan seseorang dengan sudut penceritaan orang
ketiga
INDIKATOR :
Mengekspresikan gagasan dalam bentuk cerpen berkenaan dengan kehidupan seseorang
dengan mengembangkan:
penokohan
alur
latar
sudut pandang orang ketiga

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat Mengekspresikan gagasan dalam bentuk
cerpen berkenaan dengan kehidupan seseorang dengan mengembangkan:
- penokohan
- alur
- latar
- sudut pandang orang ketiga

MATERI
Menulis Cerpen dengan Sudut Penceritaan Orang Ketiga

Hal-hal berikut dapat dijadikan pengarah untuk menulis cerpen.:


a. Temukan ide cerita dan rumuskanlah menjadi sebuah tema. Ide cerita dapat
diperoleh dari pengalaman dan kehidupan para sendiri. Untuk memperoleh ide cerita
diperlukan pengetahuan yang cukup, tentang kehidupan dan ketajaman observasi.
b. Membuat garis besar atau outline dari jalan cerita. Dalam outline tersebut terdapat
bagian awal, tengah, dan akhir cerita. Outline berfungsi untuk menyusuri jalan cerita,
sehingga tidak banyak yang menyimpang.
c. setelah garis besar dibuat, bermainlah dengan imajinasi untuk mengungkapkan
apa yang ada dalam pikiran.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 49 -


d. Tentukan siapa tokoh utamanya, apa masalahnya, siapa antagonisnya, bagaimana
latar belakang ceritanya, bagaimana watak tokoh- tokohnya, bagaimana plotnya, di
mana klimaksnya, sudut pandang yang dipakai, dari mana cerita berawal, dan
bagaimana cerita ditutup.
Pada periode ini diperlukan kemampuan berpikir yang penuh konsentrasi, logika yang
tajam, dan nalar yang kritis. Jika sudah mampu dikuasai kita memiliki potensi besar untuk
berkreasi secara produktif guna mencipta sebuah cerpen.
Dunia cerita pendek sebuah alam di dasar laut karang yang dalam. Makin kita menyelam
dengan minat yang tajam, makin asyik dan terpukau kita oleh keindahan dan kekayaannya. Dan
untuk dapat menikmati semua itu, diperlukan usaha keras dan latihan terus-menerus. Sehingga
akan diperoleh karya cerpen yang penuh imajinasi dan fantasi nyata dari kehidupan manusia.
Tugas individu
Tulislah sebuah cerita pendek berkenaan dengan kehidupan seseorang dengan mengembangkan:
- penokohan
- alur
- latar
- sudut pandang orang ketiga
Ikutilah prosedur berikut ini!
1. Tentukan atau rumuskan tema dan amanat yang akan Anda jadikan dasar atau jiwa cerita
pendekmu!
2. Daftarlah peristiwa –peristiwa yang hendak kamu gunakan untuk mengemabangkan cerita
pendekmu!
3. Ciptakan sebuah tokoh (dan mungkin pelaku lain) beserta watak atau karakter yang
dimilikinya!
4. Tentukan latar bermainnya cerita (setting) dan sudut pandang penceritaan orang ketiga
5. Susunlah cerita pendek berdasarkan tema dan amanat, tokoh dan perwatakannya, setting dan
sudut pandang penceritaan yang sudah ditentukan! Perhatikan pemakaian kalimat, pilihan kata
(diksi), penggunaan ejaan dan tanda baca!
Selamat mengerjakan dan berkreasi!
Tempat mengerjakan:
................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
................. ..........................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 50 -


STANDAR KOMPETENSI : Menulis
4. Mengungkapkan
pengalaman dalam puisi, cerita pendek, dan
drama
KOMPETENSI DASAR 4.3 Menulis
drama pendek berdasarkan cerita pendek atau
novel
INDIKATOR :
Mengekspresikan gagasan dalam bentuk drama dengan mengembangkan tema,
penokohan, alur, dan latar
Mengekspresikan gagasan dalam bentuk drama dengan mengembangkan:
- tema
- penokohan
- alur
- latar
Menganalisis penulisan drama dengan memperhatikan ejaan dan tanda baca

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengekspresikan gagasan dalam bentuk
drama dengan mengembangkan: tema,penokohan,alur,latar. Menganalisis penulisan drama
dengan memperhatikan ejaan dan tanda baca

MATERI
Menulis Naskah Drama

Bagaimana cara menulis sebuah naskah drama?


Naskah drama tergolong cerita rekaan yang terdiri atas dua unsur : notasi (catatan) dan
dialog. Notasi biasanya ditulis di antara tanda kurung atau ditulis dalam huruf kapital (besar), dan
merupakan pedoman akting, blocking, dan setting bagi aktor, sutradara, dan mereka yang terlibat
langsung dalam suatu penggarapan naskah. Sedangkan dialog adalah bagian yang harus
diucapkan oleh aktor ketika pentas dan berbicara dengan lawan mainnya.
Cara menulis naskah drama bisa dibuat langsung dengan cara mengungkapkan ide cerita
dalam bentuk naskah drama atau mengubah bentuk karya sastra lain (novel, cerpen, atau puisi).
Langkah-langkah Menulis Naskah Drama
1. Menentukan tema cerita

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 51 -


Tema cerita dapat diambil dari kenyataan hidup sehari-hari yang ada di sekeliling kita.
Misalnya , tentang pergulatan dalam usaha mencari nafkah, kasih sayang, percintaan,
kenakalan remaja, kekerasan hidup di kota, kesejkan desa dan sebagainya.
2. Menyusun kerangka cerita
Bagi penulis pemula, kerangka cerita sebaiknya dituliskan terlebih dahulu agar
membantu proses selanjutnya. Pada bagian ini kamu harus mengembangkan daya
khayal (imajinasi) sehingga dapat merencanakan adegan-adegan yang diinginkan.
Hasil menyusun kerangka cerita dapat berupa ringkasan cerita atau sinopsis.
Untuk kebutuhan menyusun kerangka cerita, diperlukan pemahaman alur cerita
rekaan. Alur atau plot adalah cara pengarang menjalin peristiwa-peistiwa yang dialami
tokoh cerita, dengan memperlihatkan hukum sebab-akibat.
3. Menentukan konflik cerita
Konflik adalah keteganggan atau pertentangan antartokoh cerita. Setelah kerangka
cerita selesai dibuat, perlu dipertimbangkan kembali pada bagian-bagian mana konflik
akan diletakkan. Konflik merupakan bagian penting dalam sebuah naskah drama.
Naskah drama yang baik akan selalu terdiri atas konflik-konflik. Ini berarti, kekuatan
sebuah naskah drama terletak pada cara penagrang dalam menajlin konfliks
antartokoh melalui jalan cerita.
Di dalam naskah drama juga harus terdapat klimaks atau puncak dari selruh konflik.
Pada saat menulis naskah drama, kita harus dpat menempatkan klimaks pada bagian
yang tepat, agar cerita drama menarik.
4. Menentukan tokoh cerita dan perwatakannya
Pada langkah ini kita mulai menentukan nama masing-masing tokoh, dengan
gambaran wataknya. Perwatakan dapat dibedakan menjadi dua, fiik dan psikis (sifat
atau karakter). Perwatakan fisik berarti gambaran tentang fisik tokoh : cantik,
bongkok, berkacamata, berambut panjang, bermata sifit, gagu, kaki cacat, kurus,
gemuk, dan sebagainya. Perwatakan psikis berarti gambaran sifat atau karakter tokoh :
pemarah, suka iri, baik hati, lucu, licik, lembut, berwibawa, dan sebagainya.
5. Menyusun naskah
Setelah seluruh kebutuhan menulis naskah ditetapkan, berikutnya adalah menysun
naskah. Pada langkah inilah kegiatan menulis naskah yang sesungguhnya
berlangsung. Pilihlah kata-kata yang dapat mewakili pikiran dan perasaan! Ingat
naskah drama selalu berupa notasi dan dialog! Pada bagian notasi, perlu pula kamu
singgung tentang gambaran latar cerita dan amanat atau pesan moral yang ingin kamu
sampaikan melalui cerita itu.
Langkah-langkah di atas merupakan pilihan cara. Oleh karena itu, kita boleh menulis
dengan langkah-langkah yang berbeda.
Menentukan Judul

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 52 -


Selain langkah-langkah di atas, ada hal lain yang juga penting diperhatikan, yaitu
menentukan judul cerita. Menentukan judul cerita rekaan dapat dilakukan kapan pun,
sebelum menulis cerita, ketika sedang menulis, atau setelah cerita selesai ditulis.
Secara umum judul cerita rekaan harus memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Sesuai dngan isi dan tema cerita


2. Menarik dan membawa daya khayal tersendiri
3. Tidak terlalu panjang (singkat tetapi tepat)
4. Penuh rasa ingin tahu pembaca

Perhatikan contoh naskah berikut !


Adegan 1
Panggung menggambarakan sebuah gubug reot. Gubug ini hanya mempunyai satu
ruangan, di tengah ruangan terdapat sebuah meja dan sebuah kursi panjang dari bembu. Di
salah satu sudut ruangan terlihat sebuah gentong dari tanah didekatnya disisipkan tiga buah
piring plastik dan sebuah sendok yang sudah kusam. Pada sudut yang lain sebuah wadah
berasa kosong tergeletak dekat perapian yang tidak berapi sisa kayu bakar maih terlihat.
Cahaya lampu minyak menerangi ruangan. Di salh satu sudut lain dari ruangan sempit terlihat
balai-balai yang lapuk. Di atasnya Mbok Kromo sedang menidurkan Atun, anaknya yang
berusia lima tahun. Lampu panggung disorotkan ke bale-bale.
Mbok Kromo : (bercerita) Joko Kendil adalah pemuda yang ......
Atun : (merengek) Mbok makan ! Mbok makan !
Mbok Kromo : (pura-pura tidak mendengar dan tetap melanjutkan bercerita) Akhirnya
Joko Kendil menjadi orang kaya dan...
Adegan 2
Panggung menggambarkan sebuah pos kamling, lampu panggung dinyaakan
menyorot pos kamling. Dua orang peronda Samin dan Paidin terlihat duduk, mengobrolkan
tentang selamatan desa yang diadakan empat bulan lalu.
Samin : Tidak terasa yah Din, sudah empat bulan lalu selamatan diadakan
Paidin : Iya Kang. Sudah empat bulan kapan lagi yah selamatan desa diadakan?
Samin : Ah pada masa paceklik sekarang ini tidak mungkin selamatan desa
diadakan Din?
Paidin : Iya ya Kang
Tiba-tiba terdengar burung kulik-kulik. Burung yang dipercaya pendduduk dsa
sebagai pengabar ata kehadiran seorang pencuri. Mendengar suara burung itu Samin dan
Paidin salaing pandang.
Samin : (mencolek bahu Paidin agak takut) Mari jalan-jalan sebentar, kalau ada
apa-apa nanti kita yang disalahkan.
Paidin : .......

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 53 -


Tata panggung dalam drama haruslah sesuai dengan adegan yang akan dimainkan.

Mengubah Cerpen ke dalam bentuk drama

Contoh cerpen yang akan kita buat naskah drama:


Sepulang sekolah Aini bergegas memasukan buku-bukunyamenyambar tasnya,
“Mudah-mudahan Bu Sastra hari ini banyak bahan yang bisa aku jahit,” gumam
Aini.
”Ni jadi tidak cari uang tambahan? Nurul teman sekelasnya menpuk pundak Aini
dari belakang. “jadi dong, ayo berangkat,” sahut Aini antusias.
Di ranjang besi tua tergolek seorang ibu kira-kira berusia 40 tahun, memakai
baju daster batik lusuh di pelipisnya menempel obat penghilang pusing berwarna
putih, yah sebangsa koyolah. Rumah itu sepertinya tak layak huni, atapnya yang
sudah bocor disana –sini. Dinding rumah yang sudah mengelupas nyaris tidak
tersisa warna catnya.
Ibu Aida yang terbaring adalah orangtua Aini. Ukh..ukh..ukh..., batuk yang
terdengar terasa menyiksa. “Kenapa sudah siang begini Aini belum juga
pulang,”gumam ibu Aida sambil mendekap dadanya yang terasa sesak.Tak
berapa lama, kira-kira pukul 4 sore, Aini pulang dengan menenteng kantong
plastik berisi nasi bungkus. Pintu rumah terkunci, untung Aini membawa kunci
cadangan. Pintu rumah terbuka, tas dan kantong plastik yang dibawa Aini
terlempar dengan tiba-tiba. .........................................................
Hasil naskah drama
Adegan 1
Suasana yang gaduh sehabis bel pelajaran berakhir .di ruang kelas terlihat beberapa
anak yang masih berbincang-bincang, sebagian sudah sibuk dengan tasnya hendak pulang.
Tak terkecuali Aini siswa kelas X di sebuah SMA negeri terkemuka.
Aini : (berbicara sendiri sambil memasukkan semua bukunya ke tas) aku harus cepat ke
rumah Bu Ayu, mudah-mudahan banyak bahan yang bisa aku jahit.
Nurul : (menepuk pundak Aini) “Ni, gimana jadi tidak cari uang tambahan?”
Aini : “Jadi dong yo berangkat.”

Tugas Kelompok !
Berkelompoklah, masing-masing kelompok 4 orang siswa!
1. Diskusikan dengan teman sekelompokmu tentang contoh penyusunan drama tersebut,
kemudian lanjutkan naskah dra tersebut sampai lima adegan. (kerjakan dalam lembaran
kertas folio)

2. Tukarkan naskah drama yang telah kalian buat pada kelompok lain. Lakukan kegiatan
saling menganalisis naskah drama dengan memperhatikan penggunaan ejaan, tanda baca,
dan pilihan kata, kemudian berilah tanggapan!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 54 -


3. Lakukan perbaikan berdasarkan masukan teman kemudian peragakan secara bergantian.
Tagihan Individual !
Susunlah sebuah naskah drama berdasarkan cerpen berikut ini, minimal satu babak dan terdiri
dari dua adegan!
Tamu Yang Datang Menjelang Lebaran
Cerpen Rachmat H. Cahyono
1
Malam itu, di kamar mereka, Arman menunggui istrinya dengan pandangan bertanya. Sorot
matanya menuntut penjelasan. Sebagai suami --predikat yang telah disandangnya selama
bertahun-tahun-- ia cukup peka untuk bisa ikut merasakan, Alia sesungguhnya tak menghendaki
kehadiran ayahnya sendiri di rumah mereka. Setelah tiga hari berlalu, terasa kehadiran orang
tua itu telah menyerap semua kehangatan suasana yang tadinya selalu mewarnai rumah mereka
menjelang datangnya Hari Lebaran. Ia tahu siapa sesungguhnya sumber penyebab perubahan
itu. Bukan orang tua itu, tetapi Alia, istrinya sendiri.
"Ceritakan semuanya, Alia, ceritakan," pinta Arman dengan lembut sambil memeluk
istrinya.
Alia memejamkan matanya. Kalau boleh memilih, ia justru ingin tetap bungkam dan mencoba
mengubur kenangan masa silam itu. Wajahnya tampak berat. Alangkah sukarnya menghapus
kenangan buruk itu. Alia memandang wajah suaminya. Dari sorot mata Arman, Alia tahu
suaminya kali ini tidak ingin dibantah.
2
Lebaran. Tanah boleh basah. Udara boleh lembap. Angin menyelusup di sela-sela daun gugur.
Awan kelabu. Matahari sembunyi di baliknya. Hujan tiba-tiba rajin membasahi bumi. Kota
menjadi basah. Terus-menerus basah. Juga jalan-jalan dan halaman rumah. Orang-orang
bergegas menghindarinya. Genteng-genteng coklat di perumahan yang tumbuh merapat,
berubah warna menjadi lebih tua dari biasanya.
Lebaran. Bau rumput dan dedaunan basah. Di halaman. Di taman-taman kota. Itu
kemewahan tersendiri dalam kehidupan metropolitan yang akrab dengan debu dan polusi. Ya,
tak ada alasan untuk tidak mencintai hari Lebaran. Ketika bumi sejenak istirah, dan matahari
terasa lebih ramah. Ya, ya, bukan hanya matahari. Karena orang-orang juga berwajah lebih
ramah daripada biasanya. Ada senyum di bibir. Di mata. Di hati. Ya, inilah hari Lebaran. Pada
hari Lebaran, langit boleh kelabu, tapi tidak hatimu. Ini hukum tak tertulis yang seharusnya
diyakini setiap orang ketika hari yang fitri itu datang. Seperti yang selama ini Alia yakini. Diam-
diam.
Tapi tidak kali ini. Karena hantu dari masa silam itu telah datang. Lorong kelabu yang
dalam dari masa silam itu muncul kembali dan siap menenggelamkannya. Padahal telah lama ia
berupaya menghapus bayangan itu agar lenyap dari hatinya. Upaya itu sia-sia belaka, sama sia-
sianya mencoba mencegah matahari terbit dari timur. Ya, setiap orang punya masa silam yang
mungkin terlalu pahit untuk dikenangkan kembali. Alia percaya, selalu ada sebuah kamar

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 55 -


rahasia dalam hatimu, tempat kaubisa menyimpan semua cerita dukamu, dan menguncinya
rapat-rapat karena kau enggan berbagi dengan orang lain. Atau kau tak menghendaki cerita itu
tiba-tiba meluncur dari mulutmu. Dalam hati kau berharap waktu bisa menyembuhkan luka
masa silammu. Tapi ternyata tidak mudah. Karena waktu ternyata memiliki luka dan dukanya
sendiri.
Diam-diam, terbayang kembali di benaknya peristiwa beberapa hari lalu. Rintik hujan
gerimis dan bumi yang basah saat itu mempercepat terbukanya kembali luka-luka itu. Saat itu
seorang lelaki tua tiba-tiba telah berdiri di ambang pintu rumahnya. Alia pangling. Namun, ia
masih bisa mengenali lekuk-lekuk wajah lelaki tua itu yang tersimpan rapat-rapat di lubuk
hatinya.
"Bapak?!" Suaranya terkesiap dan terkesan gamang.
Ah, alangkah cepat tahun-tahun berlari. Lebih 30 tahun sudah, semenjak terakhir ia
bertemu dengan orang tua itu.
"Siapa, Alia?" Arman muncul dan berdiri di belakangnya, ikut menatap dengan
pandangan bertanya kepada tamu yang datang tanpa diundang. Hening sesaat. Hanya suara
hujan yang asyik menari di atas genteng yang pucat coklat. Di antara daun-daun tanaman
penghias halaman.
Alia masih terkesima, tak tahu harus berkata apa. Orang tua itu, dengan suara pelan,
memperkenalkan dirinya kepada Arman. Dengan sebat Arman mempersilahkan orang tua itu
masuk ke rumah mereka.
Begitulah, tiga hari berlalu semenjak kehadiran ayahnya yang begitu tiba-tiba di rumah
mereka. Tiga hari yang meletihkan sekaligus menyakitkan. Karena Alia --tanpa diinginkannya--
terpaksa mengingat kembali luka-luka kehidupan masa silamnya. Ia harus mengakui dengan
getir: semua ceritanya kepada keluarganya selama ini dusta!
3
Masa kecil Alia sesungguhnya tidak terlalu buruk. Memang tidak bisa dibandingkan dengan
anak-anak sekarang yang terbiasa dengan berbagai permainan elektronik dan komputer.
Namun, tetaplah bukan masa kecil yang buruk. Justru ia merasa masa kanak-kanaknya lebih
berwarna dibandingkan anak-anak sekarang. Ia dapat menikmatinya secara wajar bersama
teman-teman di desanya. Bermain di bawah sinar bulan, membuat sendiri permainannya, atau
berlarian di pinggir sungai mengejar capung yang beterbangan. Alia kecil juga cukup bangga
dengan ayahnya yang pernah ikut berjuang pada masa revolusi kemerdekaan dulu sehingga
memperoleh bintang gerilya yang terbuat dari perunggu. Ayahnya selalu memamerkan bintang
gerilya itu dengan bangga kepadanya. Keadaan berubah menjelang Alia menamatkan sekolah
dasar. Alia kecil tentu belum paham mengenai krisis ekonomi dan krisis politik yang terjadi di
negaranya waktu itu, pada tahun 1960-an. Yang ia tahu hanyalah, makanan dan pakaian
semakin sulit didapatkan. Jenis makanan favoritnya yang biasa dihidangkan ibunya menghilang
dari meja makan. Bahkan ada orang mati kelaparan di desanya. Yang lebih mujur
bergentayangan seperti mayat hidup berperut bengkak karena busung lapar.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 56 -


Samar-samar, terdengar berita bahwa kaum komunis mencoba melakukan
pemberontakan dan merebut kekuasaan. Di Jakarta, terjadi pembunuhan terhadap beberapa
jenderal Angkatan Darat. Meskipun tidak paham, Alia kecil menyadari, ada sesuatu yang
menakutkan menguasai sekitarnya. Ayahnya semakin sering menghadiri rapat-rapat umum dan
jarang pulang ke rumah. Sikapnya semakin keras terhadap siapa pun. Bahkan terhadap
keluarganya sendiri.
"Sayangku, semua itu terjadi lebih 30 tahun lalu. Banyak orang menderita karena
pertarungan politik waktu itu, bukan hanya keluargamu," Arman menyela cerita istrinya. Ia
mencoba menghibur Alia yang berlinangan air mata ketika mulai menceritakan masa lalu
keluarganya.
Alia terdiam sejenak dan membersihkan matanya yang berkabut. Batinnya membenarkan
apa yang dikatakan Arman. Politik? Ah, siapa yang tidak tahu. Politik tidak hanya mampu
mengubah wajah sebuah negeri. Politik juga mampu menembus relung-relung kehidupan paling
pribadi, mengubah perjalanan hidup seseorang, sebuah keluarga. Dan menghancurkannya.
"Kurasa sudah saatnya kau mengubur semua itu dan menata kembali hidupmu. Kau
masih memiliki kami, aku dan anak-anak. Please, honey. Jangan biarkan masa silam
memerangkapmu," Arman terus mencoba membesarkan hatinya.
Dengan mata berkaca-kaca, Alia memandang suaminya tercinta. Suasana kamar tidur
mereka mendadak senyap. Ia tahu tidak semudah itu. Apa yang terjadi pada keluarganya adalah
tragedi. Seperti juga dialami banyak keluarga lain pada waktu itu.
Seperti setengah bermimpi, dengan lirih Alia berkata, "Kau tahu, sayang. Permainan
politik dan kekuasaan bukan hanya mampu mengubah wajah sebuah negeri, tetapi juga mampu
mengubah seorang ayah menjadi makhluk kejam yang dibenci keluarganya sendiri."
"Apa maksudmu, Alia?" lia terdiam sejenak. Bahunya bergoncang. Ia mencoba
mengumpulkan kekuatan dalam dirinya. Ia merasa, sekaranglah saatnya. Ya, sekaranglah
saatnya menceritakan semuanya. Berbagi beban itu dengan suami dan keluarganya tercinta.
Waktu merambat pelan. Dengan takjub Arman mendengarkan setiap kata yang keluar
dari mulut istrinya. Diam-diam timbul kesadaran dalam dirinya: betapa selama ini ia tak cukup
mengenal siapa istrinya, dan luka macam apa yang diderita dalam hati perempuan yang
dicintainya itu.
Ah, siapa menyangka masa silam istrinya begitu pahit. Itu dimulai ketika ayahnya
berubah sikap menjadi keras dan revolusioner. Tidak hanya terhadap orang-orang sedesa yang
dinilainya berbeda aliran politik, tetapi juga kepada keluarganya sendiri.
"Ketika Ibu membanting tulang untuk menghidupi keluarga, Bapak malah menghabiskan
waktunya untuk kepentingan partai. Aku malah pernah melihat Bapak memukuli seorang
sepupunya sendiri bernama Sapardi, sampai babak belur dan pingsan, hanya karena berbeda
pandangan politik. Kau bisa membayangkan kalau ayahmu berubah menjadi seorang algojo
yang siap mengganyang siapa saja yang berbeda pandangan dengannya? Aku pernah
mengalaminya. Aku pernah melihatnya langsung beraksi dengan tongkat kayu jati

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 57 -


kesayangannya. Kau bisa membayangkan perasaanku sebagai anak-anak waktu itu, Mas
Arman?"
Arman menggeleng. Masa kanak-kanaknya jauh lebih beruntung daripada Alia. Ia tahu
trauma semacam itu tentu akan membekas bertahun-tahun di benak seorang anak. Terukir
seperti lukisan kuno di dinding goa yang gelap.
Puncaknya adalah ketika sang Bapak memutuskan meninggalkan keluarganya untuk
mengawini seorang perempuan muda aktivis partainya, dekat menjelang peristiwa
pemberontakan yang akhirnya membawa sang Bapak dan orang-orang partainya ke balik
tembok penjara.
"Kami --termasuk almarhum Ibu-- lalu meninggalkannya. Kami hapuskan nama Bapak
dari hidup kami," suara Alia terdengar begitu dingin.
"Oh, sayangku," Arman memeluk istrinya. "Maafkan aku karena tidak pernah
mengetahui masa lalumu yang begitu pahit. Kenapa tidak dari dulu kau berbagi cerita dan
kesedihanmu denganku dan anak-anak kita?"
"Aku tidak tahu. Kucoba melupakannya, ternyata tidak mudah melakukannya."
Dengan mata berkaca-kaca Arman memandang istrinya yang tampak begitu kusut dan letih.
"Apa yang harus kulakukan?" Nada suara Alia terdengar begitu putus asa.
Hening sejenak. Waktu berlalu tanpa suara, sebelum lelaki berwajah sabar itu kembali memeluk
istrinya, berbisik dengan lembut ke telinganya, "Aku tahu apa yang harus kau lakukan, Alia.
Berdamailah dengan dirimu sendiri. Kau pasti bisa melakukannya. Aku dan anak-anak akan
mendukungmu sepenuhnya."
4
Fajar mulai merekah di ufuk timur. Suara takbir terdengar bersahut-sahutan dari pengeras
suara masjid. Dunia mulai terbangun. Bapaknya tampak terperanjat begitu menyadari
kehadirannya. Suasana taman di depan rumah Alia menjadi sunyi sesaat. Alangkah sulitnya bagi
Alia memulai percakapan di antara mereka.
Awalnya, yang muncul hanyalah kalimat-kalimat pendek, percakapan yang tersendat-
sendat mengenai hal-hal remeh. Sampai akhirnya justru orang tua itu yang lebih dulu
menyinggung masa lalu mereka.
"Bapak mengira akan tahan menghadapi semua ini, Alia. Ah, kesepian itu, alangkah
mengerikan. Semoga kau tidak akan pernah mengalami di masa tuamu nanti."
Alia diam, berharap orang tua itu menyelesaikan kalimatnya."Bapak telah banyak
melakukan kesalahan dalam hidup, sampai dimusuhi anak-anak sendiri. Itu mimpi paling buruk
bagi setiap orang tua."
Orang tua itu menyinggung keinginannya yang telah disimpan bertahun-tahun. Ia
bercerita bagaimana sedikit-sedikit ia mencoba mengumpulkan keberanian untuk menemui anak-
anaknya.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 58 -


"Bertahun-tahun keinginan bertemu kau dan adik-adikmu Bapak buang jauh-jauh. Bapak
merasa kehilangan muka. Kesalahan Bapak terlalu besar kepada kalian dan kepada almarhum
ibumu."
Kebekuan di hatinya mulai mencair seperti kotak eskrim terkena sinar matahari. Ia
menangkap getar kepedihan dari suara bapaknya.
"Pada akhirnya Bapak datang juga ke sini. Mengapa?"
Sejenak orang tua itu terdiam. Suara burung menyapa pagi bergema di halaman.
"Maaf dari anak-anak di hari Lebaran. Itu yang mendorong Bapak menemuimu. Bertahun-tahun
Bapak berdoa agar bisa diterima kembali oleh anak-anakku. Sebelum Tuhan?," sang ayah
menunduk, tidak mampu menyelesaikan kalimatnya.
Terang tanah. Namun, Alia masih dapat merasakan kehadiran embun di halaman,
membuat batinnya ikut merasakan kesejukan. Mendadak ia terdiam, kehilangan kata-kata, masih
terkesima dengan apa yang baru saja didengarnya.
Entah apa yang menggerakkannya, tiba-tiba saja Alia menghampiri orang tua itu. Ia
mencoba tersenyum dan menarik tangan orang tua itu ke dalam genggamannya. Tanpa kata.
Alia tidak tahu, apakah sekarang ia sudah bisa memberi maaf sepenuhnya kepada orang tua itu.
Namun, jika ada pertanyaan dari suaminya nanti, ia akan menjawab: ia telah siap terlahir
kembali sebagai manusia baru yang mencoba berdamai dengan diri dan masa silamnya sendiri.
Tempat mengerjakan :
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 59 -


STAN STANDAR KOMPETENSI : Kesastraan
M Menguasai komponen-komponen kesastraan dalam menelaah berbagai karya sastra
KOMPETENSI DASAR : 5.1 Mengaplikasikan komponen komponen
kesastraan dalam menelaah berbagai karya
sastra
INDIKATOR :
Mengidentifikasi komponen kesastraan cerpen
Mengidentifikasi komponen kesastraan novel
Mengidentifikasi komponen kesastraan hikayat
Membahas hubungan antarkomponen kesastraan masing-masing teks prosa naratif
dalam karya sastra yang relevan
Menyimpulkan hasil pembahasan tentang struktur keseluruhan masing-masing teks
prosa tersebut.

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat Mengidentifikasi komponen kesastraan
cerpen Mengidentifikasi komponen kesastraan novel Mengidentifikasi komponen kesastraan
hikayat Membahas hubungan antarkomponen kesastraan masing-masing teks prosa naratif
dalam karya sastra yang relevan Menyimpulkan hasil pembahasan tentang struktur keseluruhan
masing-masing teks prosa tersebut.

MATERI
Komponen Kesasatraan

Prosa Adalah bentuk sastra yang dinyatakan bebas. Cara ini tidak memiliki ikatan yang
luar biasa. Kata prosa diambil dari bahasa Latin orates provorsa, yang berarti ucapan langsung
Pada pelajaran yang lalu kita sudah mempelajari cerpen, novel, hikayat dan drama.
Setiapa karya sastra prosa memiliki unsur-unsur itrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi hasil
karya sastra prosa tersebut.
Komponen kesastraan tesebut merupakan hal yang mendasari terciptanya sebuah karya
sastra prosa. Kali ini kita akan menganalisis komponen kesastraan maing-masing karya sastra
tersebut.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 60 -


Perbedaan komponen hasil sastra

Hasil Sastra Plot Tokoh Latar

Sederhana Tokohnya sedikit dan Latar digambarkan hanya


Cerpen Penggamabarn biasanya tokoh tidak sekilas dan tidak terlalu
peristiwa dan berkembang detail
konfliks terpusat
hanya pada satu
peristiwa saja

Peristiwa Tokoh-tokohnya Latar lebih kompleks dan


Novel diceritakan dengan beragam dan beragam tergantung
kompleks dan lebih digambarkan dengan peristiwa dalam cerita
beragam dan berliku terperinci yang ingin diungkapkan

Peristiwa dalam Tokohnya khusus hanya Latar banyak


Hikayat cerita merupakan orang yang memiliki menggamabarkan
peristia yang kait kelebihan, dewa, raja kemegahan istanah, alam
mengait dan atau orang sakti sekitar yang masih asli ,
merupakan satu banyak menggunkan latar
kesatuan yang utuh alam bebas
peristiwa hanya
terpusat pada tokoh
utama saja

Perhatikan teks berikut


Dendang Sepanjang Pematang
Cerpen: M. Arman AZ
Adalah kenangan yang menghimbauku untuk menengok pohon randu itu. Letaknya
menjorok sekitar sepuluh meter di sebelah kiri jalan masuk kampung. Dahan-dahannya seperti
masa lalu yang merentangkan tangan. Aku tergoda untuk membelokkan langkah ke sana.
Bersijingkat menyibak rimbun ilalang setinggi pinggang.
Ohoi, pohon randu, inilah dia si anak hilang. Lama sudah dia tak pulang. Sambut dan
peluklah dia sepenuh kenang. Kutelisik sisi belakang batang randu itu. Sekian tahun silam,
menggunakan sebilah belati milik kakek yang kupinjam tanpa izin beliau, aku dan beberapa
teman bergiliran memahat nama kami di sana. Tak ada lagi ukiran nama kami. Aku tersenyum
kecut menyadari kebodohanku barusan. Bukankah pohon randu terus tumbuh seiring guliran
waktu? Kuletakkan pantat di tanah yang lembab. Menyandarkan punggung di kekar batang
randu. Kuhela napas haru. Aroma humus dan ilalang mengepung dari segenap penjuru.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 61 -


Dari pohon yang jadi tapal batas kampung ini dengan kampung seberang, kusaksikan pagi
menggeliat lagi. Ufuk timur perlahan benderang. Aku teringat selembar kartu pos bergambar
sunrise yang mengintip dari balik punggung gedung-gedung pencakar langit. Seorang teman
mengirimnya dari negeri yang jauh. Konon dia sekarang jadi kelasi kapal pesiar. Entah di belahan
dunia mana dia kini berada. Masih ingatkah dia pada pohon randu ini? Masih ingatkah dia pada
Pak Narto, guru kami dulu? Andai dia tahu beliau telah mangkat, sanggupkah dia lipat jarak dan
waktu agar bisa ikut mengantar kepergiannya?
Kemarin siang, di tengah raung mesin pabrik, ponsel tuaku bergetar. Sebuah nomor asing
berkedip-kedip gelisah. Aku kaget mendengar suara Ayub. Dia salah seorang sahabatku di
kampung. "Pak Narto wafat!" jeritnya dari seberang sana. Sebelum mengakhiri percakapan yang
tergesa-gesa, Ayub minta tolong agar kabar duka itu kusampaikan secara berantai ke teman-
teman lain Kutimang ponsel dengan gamang. Kenangan kampung halaman begitu menyentak.
**
Aku tertegun menatap rumah Ayub. Dindingnya dari papan. Di samping kiri ada tumpukan kayu
bakar. Tanaman hias memagari rumahnya. Ada kuntum kembang sepatu dan melati baru mekar.
Sedap dipandang mata. Di depan rumah ada bale-bale bambu. Ruas-ruasnya sudah renggang.
Kuucap salam di depan pintu yang separuh terbuka. Terdengar sahutan, langkah tergopoh, dan
derit pintu yang dikuak.
"Man?!" Dia terperangah. Aku tersenyum. Sudah lama kami tak bersua. Detik itu juga,
waktu seolah berhenti ketika kami saling berpelukan.
"Baru datang? Wah, pangling aku. Gemuk kau sekarang. Sudah jadi orang rupanya. Ah,
sampai lupa aku. Ayo masuk." Runtun kalimatnya. Dia tepuk-tepuk dan rangkul bahuku. Aku
duduk di kursi rotan ruang tamu. Tas kecil kuletakkan di lantai semen. Ayub memanggil istrinya.
Dikenalkan padaku seraya minta dibuatkan dua gelas kopi.
Wajah Ayub yang sesegar pagi cepat menghapus letihku. Diam-diam kucermati sosoknya.
Ia memakai kaos putih lusuh dan celana panjang hitam. Tubuhnya kekar. Kulitnya legam. Urat-
urat lengannya menyembul keluar. Ketika senyum atau bicara, gigi putihnya berderet rapi.
Dengan penuh keluguan ia dedahkan hidupnya kini.
Dari semua nama yang terpahat di batang randu, cuma Ayub yang masih setia pada
kampung ini. Yang lainnya telah pergi menyabung nasib ke kota, ke pulau seberang, bahkan ke
negeri orang. Ayub hidup dari mengurus sawah dan ladang warisan orang tua. Katanya, meski
sempat diserang hama wereng, panen dua bulan lalu cukup lumayan. Hasilnya digunakan untuk
menyulap tanah kosong di belakang rumah jadi empang. Dia pelihara ikan mas dan gurami untuk
menambah penghasilan.
Aku ngilu waktu Ayub menyuruhku menginap di rumahnya. Tawaran itu menohok
batinku. Aku tak punya apa-apa lagi di sini. Setengah windu setelah Emak menyusul Abah ke
liang lahat, aku dan tiga saudaraku sepakat menjual sawah dan rumah. Kami ingin merantau.
Mencari nasib yang lebih baik. Setelah hasil penjualan dibagi rata, kami pun berpencar ke
penjuru mata angin.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 62 -


Bagaimana menguraikan keadaanku pada Ayub? Aku cuma buruh pabrik tekstil di pulau
seberang yang gaji tiap bulan ludes untuk menghidupi istri dan empat anak yang masih kecil.
Bedeng kontrakan kami tak jauh dari kawasan pabrik. Berhimpitan dengan bedeng-bedeng
lainnya. Lingkungannya kumuh, dikepung bacin selokan dan tempat pembuangan sampah. Kami
sudah biasa antre mandi, buang hajat, atau cuci pakaian di WC umum yang ada di tiap pojok
bedeng.
Ayub terpana mendengar ceritaku. Sambil terkekeh-kekeh dia menyela, "Jangankan
mengalaminya, membayangkannya saja aku tak sanggup."
Menepis risau, kuraih gagang gelas. Kuseruput kopi yang dihidangkan istri Ayub. Ah,
kopi yang digoreng sendiri lebih nikmat rasanya. Sambil menyulut rokok, Ayub berkata, "Kenapa
tak pulang saja, Man? Beli sawah. Bertani. Meneruskan tradisi keluarga kita dulu."
Aku tercekat. Sekian lama di rantau, sekian jauh berjarak dengan kampung halaman, tak pernah
terbersit di benakku untuk pulang.
**
Sepanjang jalan menuju rumah duka, kami kenang kawan-kawan lama. Maryamah, gadis lugu
yang dulu pernah aku kesengsem padanya, kini jadi biduan orkes dangdut. Namanya diubah jadi
Marta. Kata Ayub, jangan harap dia menengok jika dipanggil dengan nama asli. Darto, yang
paling pintar di kelas kami, jadi tukang becak di kota. Sebulan sekali dia pulang menjenguk
ibunya yang sakit tua. Aku kaget mendengar nasib Sumarno. Dia jadi bencong. Ngamen di
gerbong-gerbong kereta. Lantas kuingat Abas. Ayub bilang, dia ketiban bulan. Hidupnya kini
makmur. Mertua Abas orang kaya di kota kecamatan. Abas ditugasi mengurus koperasi.
Kesempatan itu tak disia-siakan Abas. Dia pinjamkan uang pada orang-orang dengan bunga
tinggi. Masih kuingat guyonan tentang Abas dulu. Jika ketemu Abas dan ular sawah dalam waktu
bersamaan, lebih baik bunuh Abas duluan, sebab culasnya melebihi ular. Dan si Ahmad, anak
pendiam dan alim itu, sekarang nyantri di sebuah pesantren di Madura.
Ah, waktu telah mengubah segalanya. Kisah teman-teman lama membuatku takjub, heran,
campur sedih. Hingga tak terasa tempat yang kami tuju sudah di depan mata. Usai berdoa di sisi
almarhum Pak Narto, kami beringsut keluar dari ruang tamu. Duduk di seberang jalan dekat
batang bambu yang dihiasi kain kuning. Makin tinggi matahari, makin banyak pelayat datang.
Aku termangu menatap rumah duka itu. Ada tarup besar memayungi halaman. Kursi-kursi plastik
penuh terisi. Dari bisik-bisik yang kudengar, Marta yang membayar sewa tarup dan kursi itu. Dia
tak bisa datang melayat.
Dulu warga kampung ini hidup penuh harmoni dan bersahaja. Meski tak ada hubungan
darah, kami merasa selayaknya saudara. Kehidupan yang lambat laun sekeras batulah yang
memaksa kami untuk memilih. Merantau jadi pilihan kami, anak-anak muda kala itu.
Sejauh-jauh terbang, warga kampung ini pasti mudik setiap lebaran. Cuma aku yang jarang
pulang semenjak tak ada lagi yang tersisa di sini. Begitu juga jika ada yang meninggal, Kami
yang di rantau pasti dikabari. Tapi, entah kenapa, sampai jenazah Pak Narto berkalang tanah di
pemakaman umum di pojok kampung, hanya segelintir teman yang kutemui. Apakah sosok lelaki

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 63 -


kurus jangkung dan ramah itu telah lesap dari ingatan mereka? Apakah rutinitas membuat mereka
tak sempat lagi untuk sekedar menengok masa silam?
Hari kedua di kampung. Ayub mengajakku ke sawah. Pematang-pematang itu sudah tak
sabar menunggu jejakmu, guraunya. Di jalan, kami berpapasan dengan warga yang hendak ke
sawah atau ladang. Ada yang jalan kaki sambil menenteng pacul di bahu. Ada yang menggoes
sepeda. Aku terharu. Mereka masih mengingatku dan meluangkan waktu sejenak untuk
mengobrol.
Justru generasi muda kampung ini yang membuatku jengah. Beberapa kali kulihat mereka
memacu sepeda motor sesuka hati. Ngebut di jalan tanah berbatu. Meninggalkan debu panjang di
depan mataku.
Sawah Ayub beberapa puluh meter di depan sana, dekat rimbunan pohon pisang. Ketika
masih ngungun menatap hamparan permadani hijau itu, Ayub mengajakku turun. Kapan terakhir
kali aku meniti pematang? Alangkah jauh masa itu kutinggalkan.
Ayub melenggang tanpa kuatir tergelincir ke lumpur sawah. Aku jauh tertinggal di
belakangnya. Melangkah tersendat-sendat sambil merentangkan tangan untuk menjaga
keseimbangan.
Lir ilir, lir ilir. Tandure wis semilir. Tak ijo royo-royo. Tak sengguh temanten anyar...
Hawa dingin meniup tengkukku ketika mendengar tembang gubahan Sunan Bonang itu. Sempat
terbersit untuk mengikuti Ayub berdendang sepanjang pematang. Namun, entah kenapa, bibirku
terasa kelu.
Dari huma beratap rumbia, kusaksikan Ayub berkubang di tengah sawah. Batang-batang
padi meliuk. Menimbulkan suara gemerisik ketika saling bergesekan. Sepasang kepodang terbang
melayang di keluasan langit. Suara serunai terdengar sayu-sayup sampai. Entah siapa peniupnya.
Mendengarnya, aku seakan terhisap dan sesat dalam masa lalu.
Kami pulang menjelang petang. Memutari jalan kampung. Meski lebih jauh jaraknya, tapi
aku tak keberatan. Kami mau ke sungai tempat dulu biasa berenang. Sesampainya di sana, hati-
hati kami turuni tebing penuh lumut. Aku rindu membasuh muka dengan air sungai.
Kutangkupkan kedua telapak tangan lalu kucelupkan ke dalam air. Ayub terkekeh-kekeh melihat
kelakuanku yang mirip anak kecil. Setelah segar kami pulang. Baru beberapa puluh langkah
menyusuri jalan sunyi, tiba-tiba Ayub mencekal bahuku. Tangannya menuding rimbun ilalang
yang bergerak-gerak mencurigakan. Aku ingat, Ayub pernah membidik burung dengan ketapel.
Bidikannya paling jitu di antara kami. Burung itu jatuh dari dahan pohon. Menggelepar di semak-
semak. Kami mengendap-endap. Alangkah kaget kami memergoki pemandangan itu. Ada
sepasang remaja tanggung sedang asyik bercumbu.
Ayub menghardik mereka. Aku terpana. Merasa tertangkap basah, wajah keduanya pucat
dan merah padam. Mereka buru-buru membenahi pakaian lalu setengah berlari menuju tempat
motor diparkir. Kami kembali melanjutkan langkah. Wajah Ayub kaku. Sepanjang jalan dia
bersungut-sungut memaki kelakuan dua anak tadi.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 64 -


***
Harum bunga kopi merayap dibawa angin. Bintang bertaburan di langit lama. Suara jangkerik
dan kodok jadi musik alam. Aku serasa sedang berada di sorga.
"Kampung kita sudah berubah, Man," kata Ayub sambil menatap cahaya kunang-kunang
yang timbul tenggelam di rimbun ilalang.
"Ya, aku seperti orang asing di sini," suaraku gamang.
"Semua teman kita pergi merantau. Jadi TKI, babu, atau buruh sepertimu. Tetua kampung
meninggal satu-satu. Apalagi sejak teknologi modern menyerbu. Kampung kita makin kehilangan
jati dirinya. Asal kau tahu, apa yang kau lihat di tepi sungai tadi belum seberapa..."
Kalimat Ayub terakhir membuatku risau. Aku enggan bertutur lebih banyak. Aku harus tahu diri.
Setelah memilih jadi manusia urban, aku tak punya kuasa apa-apa lagi di sini.
***
Izin cuti empat hari telah usai. Takziah tiga malam berturut-turut di rumah almarhum Pak Narto
telah kuikuti. Aku harus pulang pagi ini. Rindu kampung halaman telah kutebus dengan hal-hal
menyakitkan. Tapi biarlah kutelan dalam hati saja.
Dengan motor tuanya, Ayub mengantarku ke pasar di kampung sebelah. Di sana ada
angkutan pedesaan yang trayeknya sampai ke terminal kota. Dari terminal itu aku akan
menyambung perjalanan ke pulau seberang.
Persis ketika kami lewati pohon randu itu, lagi-lagi Ayub mengimbauku agar pulang saja.
Sebenarnya tak ada lagi yang ingin kukatakan. Namun sekedar menghibur diri, kukatakan pada
Ayub bahwa aku punya mimpi yang sederhana. Satu saat nanti, jika ada uang, aku mau pulang.
Membeli sawah. Bertani sambil beternak puyuh dan itik. Makan dari hasil keringat sendiri. Hidup
tenteram bersama anak istri.
Ayub berjanji kelak akan menagih mimpiku. Sementara aku membayangkan omong
kosong yang baru saja kuucapkan, cuma bisa tersenyum giris...***
Tugas individu
1. Memahami komponen latar cerita (setting)
a. Dimanakah latar cerita di atas?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
b. Bagaimana suasana yang digambarkan pengarang dalam cerita di atas?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
c. Apa kira-kira latar belakang cerita pendek tersebut?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

2. Memahami komponen plot atau alur


a. Kemukakan peristiwa-peristiwa apa yang membangun kisah di atas?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 65 -


..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
b. Dari peristiwa mana kisah tersebut dimulai dan bagaimana kisah tersebut berakhir?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

c. Sebuah cerita dapat dibedakan menjadi tiga bagian pokok: bagian awal, bagian
tengah, dan bagian akhir. Dapatkah kamu menganalisis cerita di atas berdasarkan
ketiga bagian tersebut? Apakah yang dikisahkan pada asing-maing bagian?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

d. Peristiwa yang dialami sang tokoh cerita dapat disusun berdasarkan urutan wakt
(temporal) dan urutan sebab-akibat (akusal). Pola manakah yang paling tepat untuk
kisah di atas? Jelaskan jawabanmu!
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

e. Ceritakan kembali kisah di atas menurut pemahamanmu sendiri dengan


menggunakan alur maju (progresif, linear)
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

3. Memahami komponen tokoh dan perwatakan (karakterisasi)

a. Siapakah tokoh utama kisah di atas?

..........................................................................................................................................
............................................................................................................................

b. Tokoh utama dapat dianalisis berdasarkan dimensi fisiologis, psikologis, dan


sosiologis. Sejauh hal itu memungkinkan, cobalah Kamu analisis tokoh utama kisah
di atas berdasarkan ketiga dimensi tersebut!
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
4. Memahami komponen Tema dan Amanat
a. Apa tema cerita pendek di atas?
..........................................................................................................................................
b. Apa amanat cerita pendek di atas?
..........................................................................................................................................
c. Nilai-nilai apa yang dapat Kamu rumuskan dari cerita pendek di atas?
Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 66 -
..........................................................................................................................................
d. Apa kaitan nilai-nilai tersebut dengan kehidupan konkret sehari-hari?

..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

STANDAR KOMPETENSI : Kesastraan


5. Menguasai komponen-komponen kesastraan dalam menelaah berbagai karya
sastra
KOMPETENSI DASAR : 5.2Menggunakan komponen kesastraan teks drama
(pelaku dan perwatakan, dialog dan perilaku, plot
dan konflik) untuk menelaah karya sastra drama
INDIKATOR :
Mengidentifikasi komponen kesastraan dalam teks drama karya satrawan Indonesia dari
suatu periode
Menentukan jenis drama
Menentukan bentuk drama
Menentukan unsur-unsur intrinsik drama

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi komponen kesastraan dalam
teks drama karya satrawan Indonesia dari suatu periode menentukan jenis drama menentukan bentuk
drama menentukan unsur-unsur intrinsik drama.

MATERI
JENIS-JENIS DRAMA

1. Opera, ialah cerita yang disampaikan dengan dialog yang dinyanyikan dengan
iringan musik.
Misalnya : Yulius Caesar – terjemahan Muh. Yamin
Opera singkat disebut operet.
2. Pantomim, ialah cerita yang disampaikan bukan dengan dialog melainkan dengan
isyarat dan gerak-gerik saja, kadang-kadang diikuti nyayian atau musik.
3. Tablo, mirip dengan pantomim. Para pelaku tidak bergerak, hanya menunjukkan
gaya dan diam. Baik pantomim maupun tablo keduanya disertai pengantar kata
4. Dagelan atau lawakan, yaitu suatu pementasan cerita yang penuh dengan unsur
lawakan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 67 -


5. Drama minikata, yaitu drama yang saat dipentaskannya boleh dikatakan hampir
tidak menggunkan dialog sama sekali. Caranya menggunakan improvisasi-improvisasi
saja, dengan gerak-gerik yang tuntas.
Misalnya :
Bip Bip Bop, W.S. Rendra
Lho!, Putu Wijaya
6. Sendratari, seni drama dan tari, tanpa dialog. Segala sesuatu dinyatakan dengan tarian.
7. Drama Tradisional dan Modern
Drama tradisional atau Sandiwara adalah sebuah pertunjukan pentasan sebuah cerita
atau disebut pula lakon dalam bahasa Jawa. Sebuah sandiwara bisa berdasarkan skrip
atau tidak. Apabila tidak, maka semuanya dipentaskan secara spontan dengan banyak
improvisasi. Dialog disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
Drama modern memerlukan naskah drama atau repertoar yang harus dihafal oleh para
pelaku. Peran sutradara amatlah penting.
8. Drama Romantik dan Drama Klasik
Drama klasik ialah drama yang mengambil pelaku dewa-dewi. Sedangkan drama
romantik ialah orang-orang biasa dengan suka dukanya.
Tagihan individu
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat!
1. Apakah yang dimaksud dengan sendratari?
......................................................................................................................................................
2. Apakah perbedaan drama romantik dan drama klasik?
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
3. Putu Wijaya menulis naskah drama yang berjudul Aduh dan Lho, termasuk jenis drama
apakah karya Putu Wijaya tersebut?
......................................................................................................................................................
4.Darma yang dipentaskan oleh kelompok lawak Srimulat di televisi termasuk dalam jenis
drama ...........................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
...........
5. Jenis drama yang tidak memerlukan dialog dengan kata cukup dengan gerakan-gerakan
saja
adalah ...........................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
...........
6. Apakah perbedaan babak dengan adegan?
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 68 -


7. Apa sajakah tugas dari sutradara drama?
...................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
8. Pemilihan tokoh yang berperan dalam naskah drama yang akan dimainkan didasarkan
pada ..............................................................................................................................................
........
9. Ada naskah opera yang lebih singkat yang dinamakan.............................................................
10. Analisislah teks drama berikut berdasarkan unsur-unsur intrinsik drama !

KEJAHATAN MEMBALAS DENDAM


Babak keempat
Di tepi sawah. Sebuah batang kayu besar, di bawahnya duduk Ishak sedang merokok
daun nipah. Perempuan tua sedang mengemasi daun-daun pisang pembungkus makanan
mereka, yang telah mereka makan.
Adegan pertama
ISHAK : (gembira menunjuk ke kiri) Lihat, Nek, mereka bekerja seperti
berlumba-lumba.
PEREMPUAN TUA : Belum pernah terjadi yang demikian itu. Mereka senang bekerja
rupanya.
ISHAK : Tidak terkatakan girang hatiku melihat mereka sebulan yang lalu.
Dengan riang gembira menyerahkan padinya kepada kuco.
PEREMPUAN TUA : Malah ada yang dengan sukarela memberikan lebih daripada yang
diminta kuco.
ISHAK : Dan Nenek sendiri? Setengah dari pada Nenek, Nenek berikan.
PEREMPUAN TUA : Karena aku telah mengerti sekarang ,Ishak. Buat apa diserahkan
padi itu kepada pemerintah. Dan begitu juga sekalian petani di sini
sudah insyaf.
ISHAK : Dan itu semua adalah karena Nenek.
PEREMPUAN TUA : (heran) Karena aku? Aku tidak mengerti. Engkau yang
mengadakan pidato di muka mereka setiap hari,bukan? Aku hanya
menyalinnya ke dalam bahasa Sunda.
ISHAK : Aku tahu, Nek. Alangkah enaknya, jika sekiranya mereka
mengerti bahasa Indonesia semua. Ya, tapi apa yang kukatakan
dalam bahasa Indonesia itu, banyak lagi Nenek tambah-tambahkan
(berkelakar). Jangan disangka aku tidak tahu, Nek.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 69 -


PEREMPUAN TUA : Baik kita berdua yang menginsyafkan mereka. Tapi siapa yang
menginsyafkan aku?
ISHAK : Tuan Sukroso!
PEREMPUAN TUA : Sukroso?
ISHAK : Ya, sebenarnyalah Tuan Sukroso. Jika aku tidak dibenci Tuan
Sukroso aku tidak akan melarikan diri ke sini. Dan Nenek tidak
akan pergi ke Jakarta. Dan kita tidak akan bertemu di sini.
PEREMPUAN TUA : Jadi kehendak Tuhan semua. Kita ini hanya alat saja untuk
mengerjakan perintah-Nya.
ISHAK : Rasanya aku tidak akan mau peri ke Jakarta lagi. Lebih senang di
sini. Mendengarkan nyanyian petani pagi-pagi pergi ke sawah. Dan
ikut bekerja bersama mereka. Aku sehat rasanya di sini.
PEREMPUAN TUA : Tidak ada sedikit juga lagi yag mungkin menjadikan Engkau
terkenang kepada Jakarta?
ISHAK : Hanya satu. Perkataan penghabisan Satilawati. Ia akan menjadi
juru rawat, katanya...
PEREMPUAN TUA : Kepada Satilawati sendiri tidakkah Engkau terkenang?
ISHAK : (memandang jauh) Kami telah perpisahan!
PEREMPUAN TUA : Marilah kita kenang-kenangkan sekarang kejadian beberapa buan
yang akhir ini.
ISHAK : Mengapa baru sekarang Nenenk hendak membuka tabir lama?
PEREMPUAN TUA : Karena hari ini hari gembiraku. Aku mulai mengerjakan sawah
hari ini dengan niat yang lebih suci daripada tahun-tahun yang
sudah.
ISHAK : Baiklah. Bukakanlah tabir itu oleh Nenek.
PEREMPUAN TUA : Engkau yang harus mulai dulu.
ISHAK : Baik, baik, Nek (seperti berpikir). Lebih baik mulai dari mula
saja. Dokter Kartili setipa hari datang ke rumahku...
PEREMPUAN TUA : Setiap dia datang dikatakannya Engkau harus pergi ke gunung.
Karena urat syarafmu telah terganggu.
ISHAK : Mula-mula aku tidak percaya. Tapi setelah setiap hari aku dengar
perkataan itu aku mulai percaya. Dokter Kartili adalah teman
sejatiku.
PEREMPUAN TUA : Dan ia mencintai satilawati pula!
ISHAK : (terkejut) Apa kata Nenek? Kartili mencintai Satilawati? (berdiri,
berpikir, tiba-tiba memandang perempuan tua). Baru terang
kepadaku sekarang Nek. Terang-seterang-terangnya.
PEREMPUAN TUA : (tersenyum) Apa Ishak?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 70 -


ISHAK : Ya. Aku menegrti sekarang... Tapi tidak, tidak mungkin, Nek.
Kartili tidak akan sekejam itu!
PEREMPUAN TUA : Biarlah kita lanjutkan kenang-kenangan ini.
ISHAK : Diberi dokter Kartili aku obat. Kutanyakan mengapa obat itu tidak
seperti obet dokter sediki juga. Dibungkus hanya dengan kertas
koran biasa saja.
PEREMPUAN TUA : Dan ssudah Engkau meminum obat itu, Engkau membeo
perkataan dokter Kartili sja.
ISHAK : (memandang jauh), Yah,... ia pemain dan aku buah damnya.
Bertambah terang kepadaku sekarang.
PEREMPUAN TUA : Keluarlah semuanya. Dan besok kita akan bekerja dengan
semangat baru, ya, kita sendiri hendaknya menjadi manusia baru.
ISHAK : Dan waktu romanku dikritik ayah Satilawati, Kartili datang
pula padaku. Dikatakannya aku dalam bahaya, aku
dipandang pengkhianat (sesak napas). Aku sendiri belum
membaca kritik itu sama sekali. Dan kata dokter Kartili
pula, urat syarafku akan bertambah terganggu. Aku harus
melarikan diri. Dan aku tiba di sini.
PEREMPUAN TUA : Dan di sini Engkau telah berjasa, menginsyafkan petani-
petani.
ISHAK : (mengepalkan tinju, melihat jauh) Mengapa tidak ke sana
pikiranku dulu. Mengapa aku tidak tahu, ia mencintai
Satilawati pula?

PEREMPUAN TUA : Kenapa engkau terlalu percaya kepada dia.


ISHAK : Benar, lebih enak tinggal di desa. Kota-kota besar penuh
dengan kejahatan. Beratus-ratus musuh dalam selimut.
(memandang jauh).
PEREMPUAN TUA : Semua telah berakhir. Kita akan mulai dengan hidup baru.
ISHAK : Desa ini sebagai mulai hidup baru, kulihat (menunjuk ke
kiri). Lihat, lihat mereka bekerja, Nek...(berpikir, kusut,
pikirannya kelihatan tiba-tiba). Tapi...
PEREMPUAN TUA : Apa anakku...?
ISHAK : Tapi hati yang akhir-akhir ini rumah kita tidak pernah
mereka injak lagi Nek. Berkata-kata dengan kita agak takut
mereka rupanya.
PEREMPUAN TUA : (mengangguk) Memang mereka takut. Baru kemarin dapat
kudengarkan percakapan mereka.
ISHAK : mempercakapankan kita, Nek?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 71 -


PEREMPUAN TUA : Ya, mereka takut. Karena rumah kita ”berisi” katanya.
ISHAK : (bingung) Berisi? Apa, Nek?
PEREMPUAN TUA : Maksud mereka, rumah kita ada penjaganya.
ISHAK : Siapa, Nek? Siluman, maksud mereka?
PEREMPUAN TUA : Ya, tapi bukan siluman babi. Seperti orang juga. Setiap kita
tidur, ia datang malam-malam dan tidur di muka pintu kita.
Pagi-pagi benar ia hilang kembali.
ISHAK : Betulkah itu ,Nek?
PEREMPUAN TUA : Barangkali. Kata mereka, mereka telah melihat orang dari
jauh saja. Rambutnya tidak beres, menutup sebagian besar
mukanya. Tapi herannya kata mereka, pakaiannya bagus.
Malah terlalu bagus bagi orang desa.
ISHAK : Kalau begitu pantas mereka takut.
PEREMPUAN TUA : Jangan pikirkan lagi. Mari kita bersenang-senang. Hari ini
ialah hari bersenang.
ISHAK : Ya, bersenang dan bekerja... untuk nusa dan bangs. Tapi
nenek berlebih-lebihan berseri kelihatan sekarang.
PEREMPUAN TUA : Karena hari ini Satilawati dengan ayahnya akan ke sini...
ISHAK : (lemah) tuan Sukroso akan ke sini?
PEREMPUAN TUA : Dengan Satilawati.
ISHAK : (termenung sejurus, menekurkan kepalanya pergi ke kiri)
Adegan kedua
PEREMPUAN TUA : (memandang arah Ishak pergi, tersenyum, mengemasi daun-
daun kembali, berdiri hendak pergi ke kanan, lalu)
Adegan ketiga
PEREMPUAN TUA : (terhenti memandang ke kanan, tersenyum gembira).
Sukroso, satilawati dan Asmadiputera masuk.
PEREMPUAN TUA : (gembira) Dari tadi aku menanti. Satilawati, Engkau agak
pucat kelihatan.
SUKROSO : (tertawa) Bukan karena sakit, Bi. Maklum.
SATILAWATI : (tertawa) Ayah dari tadi mengganggu saja.
PEREMPUAN TUA : Aku senang melihat ayah dan anak begini mengerti sama
mengerti.
SATILAWATI : Tapi, Nenek menantikan kedatangan kami!
PEREMPUAN TUA : Ya, perjanjian kita bukan ?
SATILAWATI : Masa menantikan tamu di sini. Di tengah-tengah sawah.
Kami ke rumah Nenenk tadi. Tidak ada seseorang jua di
sana.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 72 -


PEREMPUAN TUA : hendak, melihatkan kepada engaku Satilawati, bagaimana
giatnya Ishak mengerjakan sawah (menunjuk ke kiri). Lihat,
itu dia...
SATILAWATI : (penuh perhatian melihat ke kiri)
SUKROSO : (sambil menunjuk kepada Asmadiputera) Nek, ini teman
Ishak dan temanku, Nek.
PEREMPUAN TUA : (tertawa) Jadi anakku.Ya, Ishak serasa anak kepadaku.
ASMADIPUTERA : Kami banyak berhutang budi kepada Nenek. Neneklah yang
membereskan segalanya ini.
PEREMPUAN TUA : (tertawa) Tua juga percaya kepada dukun?
ASMADIPUTERA : Sebelum kejadian itu aku tidak percaya. Percaya ... Tapi
...aku dengar Ishak ada menulis buku.
PEREMPUAN TUA : Ya, Tuan, tebal sekali. Ada di atas meja rumahku. Setiap
hari dibaca Ishak. Puas sekali ia rupanya.
ASMADIPUTERA : Boleh aku meihatnya, Nek?
PEREMPUAN TUA : Rumahku selalu terbuka. Silahkan Tuan.
ASMADIPUTERA : (ke luar, ke kanan) Permisi sebentar, Tuan Sukrosos dan
Satilawati.
(Sumber : Dari Ave Maria, Idrus, Balai pustaka)

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 73 -


STANDAR KOMPETENSI : Kesastraan
5. Menguasai komponen-komponen kesastraan dalam menelaah berbagai karya sastra

KOMPETENSI DASAR : 5.3. Menganalisis puisi berdasarkan komponen bentuk


puisi (bait, larik, rima, irama) dan isi (pengindraan,
pikiran, perasaan, imajinasi)
INDIKATOR :
Mengidentifikasi komponen puisi yang terdapat dalam puisi Indonesia
Menentukan ciri formal puisi
Menentukan isi puisi

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menganalisis puisi berdasarkan komponen
bentuk puisi (bait, larik, rima, irama) dan isi (pengindraan, pikiran, perasaan, imajinasi)

MATERI
Komponen Puisi

Derai-derai Cemara ~ Chairil Anwar


Chairil Anwar 1949

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 74 -


Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

Puisi di atas terasa menyentuh, baik dari segi bahasa maupun pilihan kata atau diksi yang
digunakan pengarangnya.
Perhatikan larik puisi Chairil Anwar berikut :
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Kamu tentu tahu ciri-ciri puisi bukan? Pada larik puisi tersebut Chairil Anwar mencoba
melukiskan dahan pada pohon cemara yang dipukul angin ( penggunaan majas Personifikasi) dan
pilihan kata untuk mengungkapkan dahan yang mulai tua yaitu merapuh.
Puisi adalah karya sastra yang bentuknya berbaris-baris, bersajak, dan berima.
Hakikat puisi terdiri dari empat hal pokok, yaitu
1. Sense (tema, arti)
Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh
pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik
secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau
mencari-cari, menafsirkan).
2. Feling (rasa)
Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam
puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi
suatu persoalan.
3. Tone (nada)
Yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya
pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh,
persuatif, sugestif.
4. Intention (tujuan)
Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-
kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 75 -


karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan
hidup, dan keyakinan yang dianut penyair
Keindahan puisi didukung oleh adanya:
a. Rima/sajak persamaan bunyi dalam baris-baris puisi
b. Diksi/ pilihan kata
c. Majas
Perhatikan puisi berikut
Puisi 1
Kepada Anakku
(Sutan Takdir Alisyahbana)
Tiada tahukah engkau sayang,
Bunda pergi melawat negeri,
Belum seorang pulang kembali,
Tinggalkan kita sepi berempat?
Mengapa engkau gelak selalu,
Mengapa brgurau tiada ingat?
Pada muka tiada berkesan,
Pada bicara tiada bergetar.
Tiada tahukah engkau sayang,
Tiada insaf tiada 'ngerti
Bunda pergi tiada kembali?
Mengapa bicara sebijak itu,
mengapa tertawa gelak selalu?
Air mata pilu kutelan.

Puisi 2
DIPONEGORO
(Chairil Anwar)

Di masa pembangunan ini


Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti


Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 76 -


Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba


Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Tugas Kelompok
1. Analislah kedua puisi di atas berdasarkan ciri-ciri umum puisi dengan mengisi tabel yang
tersedia!
2. Presentasikan hasil temuan kelompokmu di depan kelas !
3. Berilah tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok tersebut!

Aspek yang Kepada Anakku DIPONEGORO


diamati (Sutan Takdir Alisyahbana) (Chairil Anwar)

Tema dan Amanat

Rima dan Sajak

Diksi atau Pilihan Kata

Majas

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 77 -


KOMPETENSI DASAR : 6. 1 Menganalisis pementasan drama berkaitan dengan
isi, tema, dan pesan
INDIKATOR
Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama
Menentukan tokoh dan perannya
Menentukan konflik drama dengan menunjukkan data yang mendukung
Menentukan latar dan peran latar

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi pementasan drama
berdasarkan gerak para tokoh dan blocking (posisi tokoh di atas pentas); menjelaskan tata
busana yang dipakai para tokoh; tata panggung yang menggambarkan peristiwa; tata bunyi;
serta tata lampu.
MATERI
Menganalisis Pementasan Drama
Sebelum dipentaskan, naskah drama merupakan bagian dari karya sastra. Adapun saat
dipentaskan, karya tersebut berubah menjadi karya pementasan. Pementasan drama yang baik
bergantung pada kepaduan unsur dialog (pemain), sutradara, musik, sampai penata panggung.
Adapun dalam teknik pementasan yang berhubungan langsung dengan naskah adalah para
pemain itu sendiri yang diarahkan oleh sang sutradara. Agar berhasil mementaskan tokoh-tokoh,
para pemain harus dipilih secara tepat.
Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan oleh setiap calon pemain sebelum
mementaskan drama.
1. Pertama-tama naskah drama yang sudah dipilih itu harus dibaca berulang-ulang agar
semuanya dapat dipahami. Dari dialog para tokoh (dan penjelasan lain) dapat
diketahui watak tiap-tiap tokoh dalam naskah drama itu.
2. Setelah diketahui watak tiap-tiap tokoh, dipilih pemain yang cocok dan mampu
memerankan setiap tokoh.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 78 -


3. Selain pertimbangan watak, perlu dipertimbangkan perbandingan usia dan perkiraan
perawakan (postur). Tokoh-tokoh yang tidak dijelaskan perawakannya, ditentukan
berdasarkan perkiraan saja. Kalau tokoh yang diperankan itu orang tua, sedangkan
pemainnya remaja, bisa diatur agar pemain remaja itu tampak tua. Caranya,
rambutnya dibuat memutih dengan diolesi bedak, wajahnya dibuat garis-garis hitam
hingga tampak keriput, memakai kacamata dan kumis palsu. Warna dan model
pakaian yang dikenakan juga disesuaikan dengan kepantasan bagi orang tua.
4. Kemampuan pemain menjadi pertimbangan penting pula. Sebaiknya, dipilih pemain
yang "pintar". Artinya, dalam waktu tidak terlalu lama berlatihnya, dia sudah bisa
memainkan tokoh seperti yang dikehendaki naskah.
Adapun bagi seorang sutradara, ia harus mempertimbangkan naskah yang akan
dipentaskan. Dalam hal ini, sutradara harus bisa merenungkan dan menafsirkan naskah. Ia harus
memikirkan bagaimana nantinya naskah diperankan. Seorang sutradara harus bisa
membayangkan bagaimana pemilihan tokoh, penentuan setting panggung, sampai tata rias yang
cocok untuk para pemain.
Hal lain yang harus diperhatikan saat pementasan drama adalah blocking (posisi tokoh di
atas pentas); tata busana yang dipakai para tokoh; tata panggung yang menggambarkan peristiwa;
serta tata bunyi dan tata lampu.
1. Posisi Tokoh di Atas Pentas (Blocking)
Dalam melakukan gerak kerja panggung, hal-hal berikut perlu diperhatikan dan
dilaksanakan.
a. Gerak panggung hanya dikerjakan kalau ada maksud dan tujuan.
b. Gerak panggung menarik perhatian penonton.
c. Gerak panggung boleh dikerjakan (dilakukan) sambil berbicara atau berurutan. Kalau
berbicara dulu lalu bergerak, yang diutamakan geraknya (gerakannya menjadi
kuat/menonjol). Kalau bergerak dulu lalu berbicara, yang diutamakan bicaranya
(kalimat yang diucapkan menjadi lebih berbobot dan bertenaga).
d. Gerak panggung hanya dilakukan dengan gerak maju, bukan gerak mundur atau
menyamping, kecuali ada alasan tertentu.
e. Gerak panggung yang cepat menunjukkan adanya sesuatu yang penting. Sebaliknya,
gerakan lambat menunjukkan kesedihan, keputusasaan, atau kekhidmatan.
2. Tata Busana
Tata busana adalah pengaturan pakaian pemain, baik bahan, model, maupun cara
mengenakannya. Tata busana sebenarnya mempunyai hubungan yang erat sekali dengan tata rias.
Oleh karena itu, tugas mengatur pakaian pemain sering dirangkap penata rias. Artinya, penata
rias sekaligus juga menjadi penata busana karena untuk menampakkan rupa dan postur tokoh
yang diperankan, pemain harus dirias dengan pakaian yang cocok. Dengan kata lain, tata rias dan
tata busana merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling mendukung.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 79 -


Sering pula terjadi tugas penata rias dipisahkan dari tugas mengatur pakaian. Artinya,
penata rias khusus merias wajah, sedangkan penata busana mengatur pakaian/busana dengan
pertimbangan untuk mempermudah dan mempercepat kerja. Meskipun demikian, penata rias dan
penata busana harus bekerja sama saling memahami, saling menyesuaikan, dan saling membantu
agar hasil akhirnya memuaskan. Tata rias dan tata busana tidak dijelaskan secara terperinci dalam
naskah. Biasanya hanya ditulis: seorang tua, seorang kakek, seorang nenek, seorang ayah, atau
seorang pemuda. Dalam hal ini, tidak dijelaskan bagaimana orang tua itu. Apakah wajahnya
keriput, giginya ompong, rambutnya putih, alisnya tebal, hidungnya mancung, bajunya kumal,
atau tubuhnya bongkok, semuanya tidak dijelaskan. Oleh karena itu, penata rias dan penata
busana harus mampu menafsirkan dan memantas-mantaskan rias dan pakaian orang tua yang
disebutkan dalam naskah itu.
Adapun peran dan fungsi tata busana dalam pementasan adalah sebagai berikut:
a. mendukung pengembangan watak pemain;
b. membangkitkan daya saran dan daya suasana;
c. personalisasi pemain, yaitu untuk membedakan satu pemain dengan pemain lainnya.
3. Tata Panggung
Panggung adalah pentas atau arena untuk bermain drama. Panggung biasanya letaknya di
depan tempat duduk penonton dan lebih tinggi daripada kursi penonton. Tujuannya, agar
penonton yang duduk di kursi paling belakang masih bisa melihat yang ada di panggung.
Tata panggung adalah keadaan panggung yang dibutuhkan untuk permainan drama.
Misalnya, panggung harus menggambarkan keadaan ruang tamu. Supaya panggung seperti ruang
tamu, tentu panggung diisi peralatan seperti meja kursi, hiasan dinding, dan lain-lain. Semua
peralatan itu diatur sedemikian rupa sehingga seperti ruang tamu. Petugas yang mengatur itu
disebut penata panggung. Penata panggung biasanya terdiri atas beberapa orang (tim) supaya
dapat mengubah keadaan panggung dengan cepat. Mengapa panggung perlu diubah-ubah?
Panggung menggambarkan tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu peristiwa.
Peristiwa yang terjadi dalam suatu babak berada dalam tempat, waktu, dan suasana yang berbeda
dengan peristiwa dalam babak yang lain. Perbedaan ini menuntut perubahan keadaan panggung.
Artinya, keadaan panggung harus diubah dengan cepat oleh penata panggung. Misalnya, dalam
babak pertama panggung menggambarkan ruang tamu, bisa saja dalam babak kedua panggung
menggambarkan tempat di tepi sungai. Perubahan panggung yang menggambarkan perubahan
tempat itu sesuai dengan naskah cerita. Panggung menggambarkan tempat, waktu, dan suasana
terjadinya suatu peristiwa. Peristiwa yang terjadi dalam suatu babak berada dalam tempat, waktu,
dan suasana yang berbeda dengan peristiwa dalam babak yang lain. Perbedaan ini menuntut
perubahan keadaan panggung. Artinya, keadaan panggung harus diubah dengan cepat oleh penata
panggung. Misalnya, dalam babak pertama panggung menggambarkan ruang tamu, bisa saja
dalam babak kedua panggung menggambarkan tempat di tepi sungai. Perubahan panggung yang
menggambarkan perubahan tempat itu sesuai dengan naskah cerita.
4. Tata Lampu

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 80 -


Tata lampu adalah pengaturan cahaya di panggung. Oleh karena itu, tata lampu erat
hubungannya dengan tata panggung. Misalnya, kalau panggung menggambarkan ruang rumah
orang miskin di daerah terpencil, berdinding anyaman bambu dan di situ tertempel lampu
minyak, lampu minyak itu tidak termasuk tata lampu. Lampu minyak itu menjadi bagian dari tata
panggung meskipun menyala dan memancarkan cahaya.
Orang yang mengatur seluk-beluk pencahayaan di panggung ialah penata lampu. Penata
lampu biasanya menggunakan alat yang disebut spot light, yaitu semacam kotak besar berlensa
yang berisi lampu ratusan watt. Jika dinyalakan, sinarnya terang sekali memancar ke satu arah.
Penata lampu lalu menyorotkan dari jauh (biasanya dari belakang penonton) ke panggung. Lensa
dapat diatur untuk menerangi seluruh panggung atau sebagian panggung. Jika dikehendaki,
cahaya dapat dibuat menjadi redup. Warna cahaya juga dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.
Caranya, lensa ditutup dengan kertas kaca warna merah, hijau, atau kuning. Misalnya, panggung
menggambarkan suasana romantis, lensa ditutup dengan kertas kaca warna kuning. Banyaknya
lembar kertas yang digunakan menentukan keredupan. Makin banyak/makin tebal, makin redup.
Dengan cara seperti itu keadaan panggung menjadi seperti terang bulan. Jika panggung sedang
menyajikan adegan tokoh yang marah-marah, kertas kaca warna merah digunakan sehingga sinar
merah menerpa wajah tokoh yang sedang marah-marah itu.
Karena tata lampu selalu berhubungan dengan listrik, sebaiknya penata lampu mengerti
teknik kelistrikan. Ada kalanya lampu tiba-tiba harus dimatikan sejenak, lalu dihidupkan
kembali. Ada kemungkinan tiba-tiba ada gangguan listrik, misalnya terjadi hubungan arus pendek
sehingga lampu mati semua. Untuk menghadapi hal seperti itu penata lampu yang tidak
memahami teknik kelistrikan tentu akan bingung. Akibatnya, pencahayaan di panggung kacau
dan pertunjukan drama gagal total.
5. Tata Suara
Tata suara bukan hanya pengaturan pengeras suara (soundsystem), melainkan juga musik
pengiring. Musik pengiring diperlukan agar suasana yang digambarkan terasa lebih meyakinkan
dan lebih mantap bagi para penonton.
Iringan musik itu tidak dijelaskan secara terperinci dalam naskah. Penjelasannya hanya
secara umum, misalnya diiringi musik pelan, musik sendu, atau musik sedih. Kadang-kadang
malah tidak ada penjelasan sama sekali. Agaknya urusan musik
Agar Anda lebih memahami bagaimana analisis drama berdasarkan pementasan,
pentaskanlah naskah drama "Sudah" berikut.
Sudah
Karya Darto Temala
Para pelaku:
1. Igun
2. Yusrina
3. Hanafi

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 81 -


Pentas menggambarkan sebuah kebun, halaman belakang gedung perpustakaan suatu
SMA. Di tengah terdapat bangku panjang, tempat duduk yang terbuat dari semen. Bagian depan
sebelah kanan terdapat bak air kecil yang tak ada airnya dan bisa untuk duduk. Ada beberapa
tanaman bunga dan pot bunga ada di situ. Latar belakangnya gedung perpustakaan.
Yusrina: (Sedang tekun membaca buku catatan, belajar. Tas, buku ada di sisinya, di
bangku tersebut. Setelah terdengar bel, beberapa saat berlalu dalam sepi)
Igun : (Masuk dari kiri) Sudah lama?
Yusrina: (Acuh tak acuh) Sudah!
Igun : (Duduk di sampingnya) Tentu saja. Tadi kau tidak ikut pelajaran yang keenam.
(Membuka buku catatan) Pak Hadi tadi juga menanyakan kamu. Lalu, teman-
teman menjawab sekenanya. Kau pulang lantaran sakit perut. (Pause) Jam
keenam sudah lewat?
Yusrina: (Sambil membaca) Sudah!
Igun : Terang sudah. (Pause) Hmmmmm, sekarang jam pelajaran ketujuh. Jam
kedelapan ulangan Fisika, jadi masih ada waktu untuk belajar.... (Melihat jam
tangan) Tiga puluh tujuh menit. Kau sudah belajar tadi malam?
Yusrina: (Sambil membaca) Sudah!
Igun : Aku juga tahu, tapi cuma sepintas lalu saja. O, ya, soal-soal minggu kemarin
sudah kau kerjakan?
Yusrina: (Sambil membaca) Sudah!
Igun : Semua? (Diam saja) Biasanya kau hanya mengerjakan empat dari sepuluh soal
itu. Itu pun yang mudah saja. lya, kan? Aku sendiri paling malas bila berhadapan
dengan soal-soal Fisika. (Membuka catatannya) Eh, Yus, sudah nonton "Mighty
Man"?
Yusrina: (Kesal) Sudah!
Igun : Bagaimana kesannya? Bagus? Aku juga nonton, juga lihat kamu. Kau nonton
dengan....
Yusrina: (Cepat memotong) Sudah!
Igun : Asyik ya, nonton duaan!
Yusrina: (Kesal) Suuuudah!
Igun : (Menggoda) Kau tidak salah memilih cowok macam Agus?
Yusrina: (Marah) Sudah! Sudah!
Igun : Dia itu cowok ideal. Gagah lagi. Face-nya lumayan, tidak terlalu ngepop, juga
tidak kampungan.
Yusrina: (Marah) Suuuuuuudah! Sudah!
Igun : Apalagi anak pejabat tinggi.
Yusrina: (Masih marah) Sudah, sudah, sudah!
Igun : Sudah. Sudah,! Sudah! Lagi, ah! Dari tadi sudah melulu. Apa tidak ada kata-
kata lain? Bahasa Indonesia kan banyak perbendaharaan katanya. Sudah, sudah,

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 82 -


sudah, dari tadi sudah, sudah, sudah melulu. (Menggoda) Jangan begitu, Yus,
dia itu benar-benar cakep, Iho.
Yusrina: (Marah) Sudah, ah!
Igun : Sudah! Baru bertengkar, apa? Sedang Perang Sabil, ya? Jangan, ah! Dia itu
cowok ideal. Sungguh! Cuma sayang. Kau kelihat-annya masih terlalu kecil.
Aku kira kau belum pantas pacaran macam malam Minggu kemarin itu.
Soalnya....
Yusrina: (Membanting bukunya) Sudah, sudah, sudah. Huuuuu... sudah, sudah, sudah.
Cerewet terus. (Mengambil bukunya kembali) Sudah, aku mau belajar!
Igun : (Menirukan) Sudah, sudah, sudah, sudah. Huuuu... sudah, sudah, sudah!
Cerewet terus. Sudah, aku mau belajar!
Yusrina: (Mencibir) Huuuuuh!
Igun : (Menirukan) Huuuuuh!
Hanafi : (Masuk dari kanan) Nah, ini. Ini baru bisa disebut pelajar teladan. Serius juga
kelihatannya. (Mendekati Yusrina) Yus, mau ulangan, ya?
Yusrina: (Sambil membaca) Sudah, sudah, sudah!
Hanafi : Lho! Kelewat serius, nih! (Duduk di antara mereka) Sedang yang ini? Aku
agak sangsi. Ini belajar atau melamun? Gun!
Igun : (Sambil membaca) Sudah, ah. Berisik saja. Ada orang lagi belajar ini.
Hanafi : Apa? Orang macam kamu belajar? Lantas kebudayaan menyontekmu kau ke
manakan?
Igun : Sori saja, tidak musim sekarang.
Hanafi: Omong kosong! (Mengeluarkan sebatang rokok) Pinjam koreknya.
Igun : Buat apa? Pinjam korek pada orang lagi belajar. Ini baru sepaning, mau
ulangan Fisika tahu?!
Hanafi : Mau ulangan Fisika saja pakai sepaning segala. Tanya, nih, calon profesor.
Beres!
Igun : Profesor gombal!
Hanafi : Tidak usah menghafal rumus-rumus. Buang waktu dan energi saja. Langsung
pada soal, sekaligus jawaban.
Igun : Hah!? Apa kelasmu sudah ulangan?
Hanafi: Sudah!
Igun : Sudah?
Hanafi: Sudah!
Igun : Kapan?
Hanafi: Jumat kemarin.
Igun : Lho! Bukankah Jumat kemarin Pak Asnawi masih opname di rumah sakit?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 83 -


Hanafi: Ya, tapi Pak Asnawi kan guru tulen! Dia itu punya segudang soal ulangan
sekaligus jawaban yang sudah jadi. Suatu saat ada ulangan, pakai soal yang itu.
Ada ulangan lagi? Pakai soal yang ini. Dan dia itu bisa saja....
Sumber: Kumpulan Naskah Drama Remaja

Naskah drama yang Anda pentaskan tersebut mungkin tidak terlalu sulit, sebab sesuai
dengan kehidupan Anda dalam keseharian. Para tokoh, yaitu Hanafi, Igun, dan Yusrina
merupakan orang-orang yang tidak jauh berbeda dengan keseharian Anda sekarang.
Hal pertama yang dapat kita analisis adalah peran dan perwatakan setiap tokoh. Anda
dapat mengamati bagaimana tokoh Yusrina yang konsentrasi belajar. Ia merasa terganggu dengan
Igun yang menanyakan masalah pelajaran hingga sang lelaki (Agus) yang menyukai Yusrina.
Saat dialog Yusrina dengan Igun, Anda dapat mengetahui bagaimana sikap Igun yang selalu
ingin tahu keadaan yang dihadapi Yusrina. Dalam hal ini, penokohan Igun harus lebih dominan
terhadap Yusrina.
Selanjutnya, tokoh Hanafi yang secara tidak langsung telah membuat Igun penasaran akan
ulangan yang akan dilaksanakan di kelasnya. Ia berbicara dengan santai, tetapi membuat Igun
karena Igun beranggapan bahwa ulangan tidak jadi hanya karena gurunya(Pak Asnawi) sakit. Jika
Anda memerankan tokoh Hanafi, Anda harus mempunyai pemeranan yang menghadapi hidup ini
seakan mudah.
Lalu, bagaimana dengan latar dan perlengkapan? Latar dalam drama ini adalah sekolah.
Dalam hal ini, Anda tidak akan mendapat kesulitan mengambil peran dalam naskah ini. Anda
dapat menggunakan situasi di sekolah. Anda dan teman-teman dapat memerankan naskah drama
ini sesuai dengan latar yang diinginkan oleh pengarang naskah, yaitu sebagai berikut.

Tugas Individu
Buatlah naskah drama dari prolog berikut!
Pentas menggambarkan sebuah kebun, halaman belakang gedung
perpustakaan suatu SMA. Di tengah halaman terdapat bangku panjang, tempat
duduk yang terbuat dari semen. Bagian depan sebelah kanan terdapat bak air kecil
yang tak ada airnya dan bisa untuk duduk. Ada beberapa tanaman bunga dan pot
bunga di situ. Latar belakangnya gedung perpustakaan.

Tempat mengerjakan
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 84 -


………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

Tugas Kelompok
Baca dan pentaskan naskah drama berikut bersama kelompokmu!

Sampek Engtay
Karya N. Riantiarno
Pasar malam di Gambir-Betawi. Malam
(Murid-murid sekolah putra bangsa menonton tonil-pasar berbaur dengan para penonton
lainnya. Sampek dan Engtay juga ada)
Dalang : (Yang juga bertindak sebagai pembawa acara)
Terang bulan terang di kali
Buaya timbul disangkanya mati
Malam ini kita jumpa lagi
Dalam lakon cinta kasih sejati
Pohon-pohon dikasih dupa
Daunnya rimbun kuat akarnya
Ini lakon cinta kasih dari Eropa
Asmara Romeo pada Yuliet-nya
(Panggung rakyat digelar)
(Pertama, disajikan kisah cinta Romeo dan Yuliet)
Romeo : (Muncul bersama Yuliet) Ibarat bunga, mawar ataupun kenanga, kalau ia harum,
nama tak lagi penting adanya. Yuliet, dikau ibarat bunga. Berganti nama sejuta
kali pun, asal dikau adalah Yuliet seperti yang ku kenal sekarang ini, duhai,
dikau tetap kucinta…
Yuliet : (Manja) Ah,ah…

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 85 -


Dalang : Stop, tunggu dulu, jangan dilanjutkan dulu! (Membaca) hasil pengumpulan
pendapat dari para penonton, malam ini tidak dibutuhkan lakon tragedi. Ternyata
penonton kita lebih suka komedi. Tapi kami belum siap bikin lakon baru. apa
boleh buat, lakon Yuliet dan Romeo, terpaksa dibikin jadi komedi. Ya, mulai!
Go!
Romeo : (Bersuit) ....
Yuliet : (Mendekat) Yeah?
Romeo : (Bersuit lebih keras) ....
Yuliet : Yeah, yeah ....
Romeo-Yuliet : (Berduet)
Romeo-Yuliet : Romeo dan Yuliet
Dunia baru
Berlomba-lomba
Kita bergerak maju
Romeo dan Yuliet
Bermerek baru
Mundur dan maju
Tergantung situ!
(Genderang baris berbaris)
(Tema Percintaan disajikan secara parodikal. Romeo dan Yuliet mempertontonkan
kepiawaian mereka dalam olahraga baris berbaris dan cara kasih hormat. Adegan usai,
mereka masuk ke balik layar. Para penonton pun bertepuk tangan kedua belah tangan)
Dalang : Luar biasa. Sekarang giliran: Roromendut dan Pronocitro!
(Masuk seorang lelaki berblangkon, menghisap sepuluh batang rokok yang
memenuhi antara jari-jari tangannya. Diikuti oleh seorang perempuan yang
berjualan rokok).
Roromendut : Rokok, rokok, rokok. Semua ada, panjang, pendek, kecil-besar, asem-
manis, legit. Rasa baru, rasa coklat-jeruk-apel dan tomat.
Pronocitro : Rokoknya lagi, Mbakyu! Yang rasa bawang.
Roromendut : Sudah punya kok minta. Mau ditaruh di mana lagi?
Pronocitro : Masih ada kaki. Mana?
Roromendut : Nih! Aku kasih tiga. Dua pendek, satu panjang.
(mendadak, dengan heboh, masuk seorang lelaki gempal, mengusung
poster anti rokok, bunyinya Nikotin No! Poligami Yes!)
Dalang : Adipati Wiraguna.
(Pronocitro berperang melawan Adipati. Pronocitro kalah. Lalu, Roromendut
pun bunuh diri)
Sumber: Naskah drama Sampek Engtay, 1999

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 86 -


1. Lakukanlah pementasan penggalan naskah drama tersebut secara bergiliran oleh setiap
kelompok.
2. Selama kelompok lain melakukan pementasan, kelompok Anda menganalisis
pementasan yang dilakukan oleh kelompok itu.
3. Lakukanlah analisis berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Bagaimanakah persiapan pemain dalam pemeranan tokoh?
b. Apakah peralatan dan setting yang dibuat sesuai dengan isi naskah?
c. Bagaimanakah penghayatan setiap pemain terhadap tokoh yang diperankannya?
d. Apakah pementasan berjalan lancar sesuai dengan isi naskah?

KOMPETENSI DASAR : 6.2 Membuat resensi tentang drama yang ditonton


INDIKATOR
Menulis resensi drama dengan pemperhatikan unsur-unsur resensi
Mendeskripsikan identitas drama (judul, pengarang, sutradara, produser, tahun
produksi)
Membuat sinopsis mengemukakan kelebihan dan kekurangan drama
Membuat simpulan resensi drama

Tujuan Pembelajaran
Anda diharapkan mampu menulis resensi drama dengan memerhatikan unsur-unsur
resensi,dan menyiapkan lembar penilaian, lalu sinopsis mengemukakan kelebihan dan
kekurangan drama.
Membuat Resensi tentang Drama

Masih ingatkah dengan pementasan drama yang dilakukan oleh temanmu? Pada materi
kali ini kita akan membahas mengenai resensi. Singkatnya, Resensi adalah pertimbangan,
pembicaraan atau ulasan sebuah karya, misalnya buku, film dan lain-lain (Kamus Besar Bahasa
Indonesia)
Resensi berasal dari bahasa Belanda, recensie. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan
review. Kata tersebut sendiri berasal dari kata Latin ‘revidere’ dan ‘resence’, artinya melihat
kembali, menimbang atau menilai. Di negeri kita, resensi sering diistilahkan dengan timbangan,
tinjauan, atau bedah buku, dll. Sedangkan menurut Webster Collegate Dictionary (1995), review
adalah “a critical evaluation of a book” Karena pada hakikatnya resensi haruslah menjelaskan apa
adanya suatu karya; baik kelebihan ataupun kekurangannya. Jadi resensi bukanlah tulisan yang

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 87 -


menjual karya. Tidak ada pesan sponsor bagi resensi karya; karena itu resensi yang baik hanya
mengungkapkan apa yang dibaca, dilihat, didengar, dan disaksikan oleh presensi secara kritis.
Unsur-unsur Resensi Drama
1. Identitas karya, meliputi : judul karya, pengarang, sutradara, tata musik, tata
lampu, tata panggung, para pemain, tata rias
2. Permasalahan dan pemecahan
Bagian ini menyajikan permasalahan yang relevan dengan karya. Bagian ini dibahas
mengenai hal-hal mendasar mengenai karya yang akan diresensi, misalnya keadaan
lingkungan, keadaan masyrakat pada saat karya dipertunjukkan.
3. Isi buku bagian ini berisi ulasan isi drama secara garis besarnya. Penyajiannya
diupayakan menarik agar pembaca tertarik menonton pementasan drama yang
diresensi
4. Kelemahan dan kelebihan
Bagian ini menyajikan kelemahan dan kelebihan isi drama dilihat dari unsur intinsik
karya, serta pendapat resensator tentang isi drama, meliputi semua unsure pementasan
drama
5. Kelayakan karya untuk diperkenalkan
Bagian ini menyajikan pendapat resensator terhadap karya untuk diperkenalkan pada
masyarakat. Ada bagian ini resensator berusaha menilai seobyektif mungkin mengenai
karya yang dipublikasikan.
Sekarang mari kita menilai pementasan drama Sampek Engtay yang telah dilakukan teman
Anda dengan menggunakan rubrik penilaian.

No Nama Pemeran Unsur Penilaian Skor


1-8
1 a. Gerak-gerik
b. Mimik
c.Lafal dan intonasi dialog
d.Penghayatan peran
2 a. Gerak-gerik
b. Mimik
c.Lafal dan intonasi dialog
d.Penghayatan peran
3 a. Gerak-gerik
b. Mimik
c.Lafal dan intonasi dialog
d.Penghayatan peran
4 a. Gerak-gerik
b. Mimik
c.Lafal dan intonasi dialog
d.Penghayatan peran

Tugas Individu
1. Apa saja yang harus dilakukan dalam meresensi drama yang ditonton!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 88 -


................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
2. Bagaimana menurutmu pementasan drama yang baik dan enak untuk ditonton itu!
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
3. Apa fungsi tata lampu dan tata musik dalam pementasan drama!
4. Bagaimana lafal yang baik seorang tokoh dalam berdialog pada pementasan drama!
................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
5. Mengapa perlu ditulis kelayakan karya untk diperkenalkan pada khalayak?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 89 -


UJI KOMPETENSI
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
AZAB DAN SENGSARA
Sebuah keluarga mempunyai dua orang anak, yaitu Tohir (setelah
dewasa
1. Perhatikan bergelar
ringkasan Sutan
roman berikut!Baringin) dan perempuan (menikah
dengan Baginda Mulia). Sutan Baringin bersikap keras dalam
mendidik anaknya, berlawanan sekali dengan ibunya yang selalu
memanjakannya.
Cara ibunya mendidik yang salah itulah yang menyebabkan azab
dan sengsara yang diderita Mariamin (anak Sutan Baringin).
Saudara perempuan Sutan Baringin, yang menikah dengan
Baginda Mulia mempunyai anak yang bernama Aminuddin.
Semula hubungan Aminuddin dengan Mariamin hanya seperti
kakak beadik saja, tetapi setelah dewasa timbullah perasaan cinta
di antara keduanya.
Sutan Baringin jatuh miskin karena hartanya digunakan untuk
membayar perkara merebut warisan dari tangan Baginda Mulia.
Hal ini terjadi atas hasutan Marah Sait, seorang pokrol bamboo.
Tidak lama kemudan Sutan Baringin meninggal duia. Ayah
Aminuddin tidak menyetujui hubungan Mariamin dengan anaknya.
Akhirnya Aminuddin menikah dengan orang pilihan orang tuanya
dan Mariamin menikah dengan Kasibun, seorang laki-laki yang
tidak dicintainya. Beberapa waktu kemusian orang mengetahui
bahwa rumah Mariamin telah roboh. Ibu dan adiknya meninggal
dunia. Akhirnya Mariamin pun meninggal dan dikubur di samping
ibu dan adiknya.
a. Coba Kamu tentukan tema, amanat, dan nama pelakunya !
.............................................................................................................................................
b. Siapakah pengarang roman tersebut? Dan termasuk dalam karya satra periode mana?
.............................................................................................................................................

………………………………………………………………………………....
Kujejakkan
2. Perhatikan kutipankaki-kakiku
cerita berikut kembali
! ke tanah kelahiran, mula-mula
terasa agak aneh. Aku kehilangan keseimbangan, tetapi hanya
Tentukan alur dari
sebentar ceritanya!
saja. Kupandang lapangan udara ini yang tidak berubah,
kecuali mungkin ada pohon-pohon akasia semakin menua di tepi
pagar besi.
Orang –orang yang bekerja di sini pun kelihatan masih yang itu-itu
juga. Mereka tetap seperti sediakala, sibuk.
Ah, ada sedikit gigitan-gigitan kecil yang membuatku perih
sejenak. Sendainya aku tidak pernah lari dari sini, aku mungkin
tumbuh dewasa bersama kota ini. Dewasa dalam arti yang
sebenarnya. Akan tetapi, sesuatu telah membuatku muak. Muak
terhadap semua yang tampak disekitarku.
............................................................................................................................
Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 90 -
...
3. Sudut pandang yang digunakan pengarang pada cerita di atas
adalah ........................................................................................................................................
...........
4. Ada berapa macam alur? Jelaskan satu persatu berikut contoh teks ceritanya!
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
5. Tuliskan sastrawan pelopor puisi pada periode angkatan ’45.............................................

Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang paling benar!

1. Bacalah kutipan novel berikut!


Jadi pionir itu berat, karena mereka menghela sejarah ke depan. Kalimat itu berulang-ulang
terngiang di telinga Yusuf. Sebuah pendapat yang keluar dari mulut perempuan dan
perempuan Tionghoa. Yusuf amat terkagum pada Liam Min, berani mengajukan pendapat
seperti itu, padahal Yusuf yakin bahwa kaum Tionghoa perantauan tidak pernah setuju
terjadinya asimilasi antara masyarakat minoritas itu terhadap masyarakat Indonesia.
Konflik yang terjadi pada penggalan novel tersebut adalah ......
a. batin b. Fisik c. lahir
d. Ide e. Dengan orang lain
2. Puisi lama (pantun)
Bapak itu pergi ke pasar
Pulangnya membeli roti
Anak itu rajin belajar
Sayangnya lupa mengaji

Puisi modern (bebas)


Habis bulan terima gaji
Debet kredit dihitung ulang
Sekali ini harta sendiri
Membuat kiri keluar kanan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 91 -


Perbedaan puisi lama (pantun) dengan puisi modern (bebas) di atas adalah ....
a. Puisi lama mementingkan isi, puisi modern mementingkan bahasa
b. Puisi lama mudah dimengerti, puisi modern sulit dipahami
c. Puisi lama terikat persajakan, puisi modern tidak terikat jumlah baris
d. Puisi lama terikat berisi nasihat, puisi modern kisahan
e. Puisi lama terikat oleh isi , puisi modern tema
3. NELAYAN
Angin bertiup lembut menyejuk, cuaca terang cemerlang kena sinar Sang Rembulan. Bintang
bertaburan di langit laksana permata yang berserakkan dalam permadani biru. Di sana di laut
lepas, di tengah samudera raya, melancarlah dengan tenangnya sebuah biduk nelayan yang
sedang mengadu untung, mencari rejeki. Sungguh benar mereka sedang mengadu untung,
karena mereka mencari nafkah jauh di tengah segara yang penuh mara bahaya. Bila laut
mengamuk, topan mengganas, ditingkah dengan halilintar menyambar sambung-
menyambung, maka segenap jiwa raganya diserahkan kepada Tuhan semesta alam. Mereka
tak kenal jemu, pantang surut, haram baginya pulang dengan membawa tangan hampa.
Dari : Rangkaian Mutiara
Latar waktu dan tempat cerpen Nelayan adalah ...
a. siang hari di samudera raya b. malam hari di langit biru
c. siang hari di tengah laut d. malam hari di laut lepas
e. pagi hari di laut lepas

4. Aminudin sangat kecewa setelah mengetahui bahwa gadis itu bukanlah Mariamin. Agar
ayahnya tidak malu dan kecewa, Aminudin menerima gadis itu sebagai isterinya. Aminudin
berkirim surat kepada Mariamin bahwa ia sudah menikah dengan gadis pilihan ayahnya.
Aminudin menjelaskan duduk perkaranya. Sebelum surat itu selesai dibacanya, Mariamin
sudah pingsan. Ia lalu jatuh sakit. Ayah Aminudin merasa bersalah dan minta maaf kepada
Mariamin dan ibunya. Ia berjanji akan tetap bersahabat dengan keluarga Sutan Baringin.
Setelah satu tahun Aminudin menikah, Mariamin pun terpaksa menikah dengan
seorang kerani bernama Kasibun dari Padangsidempuan. Hidupnya sangat menyedihkan
karena tabiat suaminya sangat kasar, suka menyiksa dan dihinggapi penyakit kotor. Oleh
karena itu, ia tidak mau melayani suaminya, Kasibun. Mariamin pun disiksa oleh suaminya.
Akhirnya Mariamin bercerai dengan Kasibun dan pulang ke kampungnya. Karena terlalu
banyak menanggung derita, ia meninggal dunia. Disadur dari Azab dan Sengsara
Konflik dalam penggalan novel tersebut adalah ....
a. Aminudin kecewa setelah mengetahui gadis itu bukanlah Mariamin
b. Aminudin menerima gadis itu sebagai istrinya dengan perasaan kecewa
c. Aminudin berkirim surat kepada Mariamin bahwa ia sudah menikah

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 92 -


d. Setelah setahun Aminudin Menikah, Mariamin pun menikah dengan
Kasibun
e. Aminudin sakit hati pada Mariamin
5.Maria yang bungsu, bersekolah di HIS dan Tuti guru di HIS di Petojo. Kedua gadis ini
mempunyai sifat yang sangat berlawanan. Maria wanita yang periang hidup penuh
kegembiraan. Sebaliknya Tuti wanita pemikir yang giat bergerak dalam perkumpulan kaum
putri. Ia tak pernah jemu memperjuangkan kaumnya. Pidatonya dalam rapat selalu berapi-api,
membangkitkan semangat kaum wanita untuk mengangkat derajat mereka dengan kesadaran
sendiri.
Hubungan Maria dengan Yusuf berpengaruh kepada Tuti. Diam-diam diperhatikan
gerak-geriknya Yusuf dan Maria. Namun lamaran Supomo ditolaknya karena ia tak dapat
menyerahkan dirinya kepada orang yang tidak dicintainya.Maria jatuh sakit. Ia dirawat di
Pacet. Selama itu Tuti dan Yusuf tinggal di Pacet dan setiap hari menjenguk Maria bersama-
sama. Diam-diam Tuti juga mengagumi Yusuf.
Penyakit Maria tidak dapat ditolong. Pada kunjungan Yusuf dan Tuti terakhir Maria
berkata dengan mereka. Digenggamnya tangan kedua orang yang dikasihinya itu, kakaknya
dan kekasihnya. Dia berpesan,”Alangkah bahagianya saya rasanya di akhirat nanti kalau saya
tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada
saya dalam beberapa hari ini.”
Sinopsis novel di atas bertema ....
a. Cinta segitiga orang remaja
b. Pesan terakhir seorang adik pada kakaknya
c. Perjuangan hak asasi kaum wanita
d. Watak dan perilaku seorang anak remaja
e. Hak seorang wanita yang terinjak-injak

Bacalah kutipan cerpen di bawah ini !


Joni yang selama ini diam ikut angkat bicara. ”Lal! Kau, kan tahu, Kakek Soma sudah
tidak punya gigi. Begitu pula nenek Soma. Buat apa dia tanam jambu Bangkok itu? Dengan
giginya (gusinya) mereka sudah tidak bakal lagi mampu menggigit daging jambu, biar yang
sudah terlalu matang pun. Atau, barangkali buah-buahan itu kan dibiarkan menggantung
sebagai hiasan dan pameran sampai membusuk bergantung di dahannya. Itu, kan sadis? Itu
menyalahi ajaran kitab suci.”
Jalal tertawa, ”Itu yang kau katakan rahaia yang kau simpan dariku? Mengambil milik
orang lain tanpa izin, sejak zaman purba namanya tetap colong. Jika mau dihiasi dengan
alasan yang bagaimana pun, colong tetap colong, dosanya tetap bulat.” ”Mam! Memang
benar, aku tak bakal setuju jika kalian ajak.”
(Kakek Soma, Toha Mohtar)
6. Nilai-nilai yang dapat diambil dari cerpen di atas adalah ...

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 93 -


a. jangan menghina teman
b. jangan menyalahi ajaran kitab suci
c.jangan mengambil hak orang lain
d. jangan membuka rahasia kepada orang lain
e. jangan menyolong buah yang amsih muda
7. Alur cerita di atas adalah ...
a. alur maju b. alur sorot balik
c. alur renggang d. alur mundur e. alur rapat
8. Toha mohtar adala salah sorang sastrawan periode......
a. Balai pustaka b. Pujangga Baru
c. Melayu Lama d. Angkatan ’66 e. Angkatan ‘45
9. Pada suatu hari, sang Putri ingin berdoa untuk memohon kesehatan keluarganya di suatu
kuilyang berada di kaki sebuah bukit. Kuil itu terletak di luar kota. Dengan
demikian,Isshunboshi harus menemani sang Putri pergi ke kuil tersebut. Setelah selesai
berdoa, merekasegera pulang kembali ke ibukota.
Latar dari penggalan cerita tersebut adalah ….
a. di kuil b. di bukit
c. di puncak d. di ibukota e. di rumah
10. Pada waktu itu Kusno berusia 14 tahun, baru tamat sekolah rakyat. Sekarang hendak
melamar pekerjaan. Dan, dengan celana baru rasanya baginya segala pekerjaan terbuka. Ia
akan membuktikan kepada ayahnya bahwa ia adalah anak yang tahu membalas guna. Pendek
kata, keluarga Kusno pada hari itu bergirang hati seperti belum pernah sebelumnya. Dan,
kabarkabar tentang Pearl Harbour tidak bergema sedikit pun dalam hati orang-orang
sederhana itu.
Kalimat pertanyaan yang sesuai dengan penggalan novel tersebut adalah ...
a. Mengapa Kusno menurunkan martabatnya dalam mencari pekerjaan?
b. Apakah harapan Kusno setelah memperoleh pekerjaan di kantor?
c. Gambaran apakah yang terlintas di benak hati Kusno setamat SR?
d. Siapa yang membantu Kusno mencari pekerjaan?
e. Bagaimana keadaan Kusno pada wkatu itu?
11. Karya sastra di bawah ini yang bukan berbentuk novel adalah....
a. Salah asuhan karya Abdoel Moeis
b. Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka
c. Sang Guru karya Gerson Poyk
d. Derai-derai Cemara karya Chairil Anwar
e. Raumanen karya Marianne Katoppo
12. Jika aku bercerita bahwa di kotaku jalan-jalan bertambah panjamg, janganlah berasosiasi :
di kotaku pembangunan berjalan lancar. Malah sebaliknya.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 94 -


Di kotaku mengalir sebuah kali. Di tengah-tengah betul. Kali itu tak dapat dikatakan besar,
jika dibanding sungai Amazone atau Nil, ataupun Yang Tse Kiang – tak lebih ia dari sebuah
selokan kecil yang bermata air saja.
Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam kutipan di atas adalah ..............
a. Orang pertama pelaku utama
b. Orang pertama pelaku sampingan
c.Orang ketiga pelaku utama
d. Orang ketiga di luar cerita
e.Serba tahu
13. Keesokan harinya pagi-pagi datanglah segala isi negeri penuh sesak di halaman istana.
Semuanya bekerja membuat perarakan tujuh tingkat. Tiada lama selesailah perarakan itu,
amat indah-indah buatannya. Sepenggal matahari naik, kira-kira pukul sembilan, dibawalah
Sultan Malim Deman turun oleh dukun, lalu naik ke atas perarakan.
Latar cerita di atas adalah ....
a. ruang tunggu d. perjalanan
b. istana e. di bawah matahari
c. di atas perarakan
14. Menilik ciri-ciri dan bahasa yang digunakan, bentuk karya sastra di atas adalah...
a. hikayat b. legenda
c. roman d. Mythe e. novel
15. Perhatikan penggalan cerpen panggilan Rasul di bawah ini!
Tidak mudah-mudahan tidak. Lasudin anak penurut, tidak seperti abang-abangnya.
Sungguh dia anak penurut. Aku masih ingat almarhum Komarudin, tidak mau
mengindahkan kata-kataku. Jangan melompat-lompat dan banyak lari-larian, sehari sebelum
disunat. Tapi dia tidak mengindahkannya. Terus saja berlarian bersama teman-temannya dia
seperti lupa akan disunat esok paginya.
Penggalan cerpen di atas lebih menitikberatkan pada nilai.....
a.agama dan sosial
b. tradisi dan sosial
c.budaya dan agama
d. moral dan sosial
e.sosial dan pendidikan
16. Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam kutipan di atas adalah ..............
a.Orang pertama pelaku utama
b. Orang pertama pelaku sampingan
c.Orang ketiga pelaku utama
d. Orang ketiga di luar cerita
e. Serba tahu
17. Perhatikan penggalan cerpen Ketika Mas Gagah Pergi di bawah ini!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 95 -


Mas gagah berubah! Ya, beberapa bulan belakangan ini masku, sekaligus saudara
kandungku satu-satunya itu benar-benar berubah! Mas Gagah Perwira Pratama, masih kuliah
di Tehnik Sipil UI semester tujuh. Ia seorang kakak yang sangat baik, cerdas, periang dan
tentu saja…ganteng !Mas Gagah juga sudah mampu membiayai sekolahnya sendiri dari hasil
mengajar privat untuk anak-anak SMA.
Sejak kecil aku sangat dekat dengannya. Tak ada rahasia di antara kami. Ia selalu
mengajakku ke mana ia pergi. Ia yang menolong di saat aku butuh pertolongan. Ia menghibur
dan membujuk di saat aku bersedih. Membawakan oleh-oleh sepulang sekolah dan
mengajariku mengaji. Pendek kata, ia selalu melakukan hal-hal yang baik, menyenangkan
dan berarti banyak bagiku. Saat memasuki usia dewasa, kami jadi semakin dekat. Kalau ada
saja sedikit waktu kosong, maka kami akan menghabiskannya bersama. Jalan-jalan, nonton
film atau konser musik atau sekedar bercanda dengan teman-teman. Mas Gagah yang humoris
itu akan membuat lelucon-lelocon santai hingga aku dan teman-temanku tertawa terbahak.
Dengan sedan putihnya ia berkeliling mengantar teman-temanku pulang usai kami latihan
teater. Kadang kami mampir dan makan-makan dulu di restoran, atau bergembira ria di Dufan
Ancol.
Unsur intrinsik yang terdapat dalam penggalan cerpen di atas adalah...
a.Setting b. alur
c. penokohan d. Gaya e. amanat
18. Konflik yang terdapat dalam penggalan cerpen di atas adalah....
a. aku tahu banyak mengapa Mas Gagahnya berubah
b. Mas Gagah berubah karena aku
c. Mas Gagah tidak rela aku berubah
d. Aku binggung mengapa Mas Gagah berubah
e. Mas Gagah dan Aku sangat dekat
19. yang tidak dilakukan Aku dan Mas Gagah adalah......
a. bermain bersama di teras rumah
b. mengantar teman-teman aku pulang latihan
c. nonton konser musik
d. bersenda gurau dengan teman-teman
e. makan-makan di retoran
20. Penggambar watak tokoh penggalan cerpen di atas diceritakan melalui..
a. penggambarn langsung bentuk fisik
b. renungan tokoh utama
c. penggambaran tidak langsung dari uraian tokoh lain
d. percakapan tokoh lain tentang tokoh utama
e. penggambarn kebiasaan tokoh
21. Bacalah dengan cermat penggalan cerita berikut!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 96 -


"Suria! Hal yang sekecil itu sudah menerbitkan marahnya, remah anaknya telah
menyempitkan merihnya! Akan tetapi hal lain-lain, yang patut dan mesti diperhatikan,
hampir tiada pernah dipedulikan. Rumah tangga!Begini sulitnya urusan rumah tangga,
begini sulitnya hidup sekarang ini, suria berlaku bagai acuh tak acuh juga. Yang
dipentingkannya hanyalah kesenangan dirinya. Burungnya lebih perlu kepadanya daripada
anak-anaknya. Hampir tak pernah ia bertanya, bagaimana sekolah Aleh dan Enah..."
Amanat yang tersirat dalam penggalan cerita di atas adalah ...
a.Agar orang tua selalu memperhatikan keadaan rumah dan keluarga
b.Biarkan pembantu rumah tangga yang akan menyelesaikan masalah penataan ruang dan
kebersihan rumah.
c. Seorang istri agar selalu memperhatikan suami dan melayani dengan sepenuh hati
d. Agar seseorang jangan mempermasalahkan hal kecil bahkan sepele sehingga
mengesampingkan masalah kecil yang lebih utama.
e. Seorang suami hendaknya selalu memperhatikan kegiatan istri dan kegiatan anaknya
setiap hari di rumah
22.Tidak. Mudah-mudahan tidak. Lasuddin anak penurut,tidak seperti abang-abangnya.
Sungguh dia anak penurut. Aku masih ingat almarhum Kamaruddin, tidak mau dia
mengindahkan kata-kataku. Jangan melompat-lompat dan banyak lari-larian, sehari sebelum
disunat.Tapi ia tidak mengindahkannya. Terus saja berlarian bersama teman-temanya.Dia
seperti lupa akan disunat esok paginya. Akibatnya darahnya turun. Dan dukun pun tak
mampu mengatasi.
Kalau begitu mengapa Syarifuddin meninggal pada hari kedua, setelah dia disunat?
Darah tak banyak keluar dari lukanya.Syarifuddin kan juga penurut, pendiam. Setengah
bulan, hampir dia mengurung diri karena kau ingatkan kelakuan abangnya sehari sebelum
disunat. Aku tidak percaya, jika hanya oleh melompat-lompat dan berkejaran setengah
malam penuh. Aku tidak percaya itu. Aku mulai percaya desas-desus itu bahwa kau orang
yang tamak, orang yang kikir,penghisap, lintah darat. Inilah ganjaranya! Aku mulai percaya
desas-desus itu, tentang dukun-dukun yang mengilui luka sunatan anak-anak kita.Aku mulai
yakin bahwa itu karena kesombonganmu, kekikiranmu, angkuhmu, dan tak mau tahu
dengan mereka. Aku yakin mereka menaruh racun di pisau dukun-dukun itu
Amanat yang terdapat dalam penggalan cerpen di atas adalah...
a. seorang anak harus menurut pada orangtua
b. orangtua harus senantuasa mendoakan putranya
c. hendaknya kita jangan kikir,sombong, dan angkuh
d. sesama makhluk sosial, kita harus saling menghormati
e. tolong- menolong dalam kebaikan
23. Bacalah kutipan novel berikut!
Jadi pionir itu berat, karena mereka menghela sejarah ke depan. Kalimat itu berulang-ulang
terngiang di telinga Yusuf. Sebuah pendapat yang keluar dari mulut perempuan dan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 97 -


perempuan Tionghoa. Yusuf amat terkagum pada Liam Min, berani mengajukan pendapat
seperti itu, padahal Yusuf yakin bahwa kaum Tionghoa perantauan tidak pernah setuju
terjadinya asimilasi antara masyarakat minoritas itu terhadap masyarakat Indonesia.
Konflik yang terjadi pada penggalan novel tersebut adalah
a. fisik b. Lahir c. Ide
d. batin e. sosial
24. Hai Budi, kulihat caramu berkelahi tadi seperti jago silat. Apakah kau belajar silat? Sedikit,
ketika di Medan dulu, kata Budi dengan rendah hati.
Kutipan cerpen di atas menggambarkan watak pelaku Budi sebagai seorang anak yang ....
a. senang berkelahi b. sangat sombong c. rendah hati
d. angkuh hati e. rendah diri
25. Ibu Reman sebagaimana pulau kecil itu adalah manusia yang kecil yang tinggal di suatu
rumah kecil. Manusia kecil demikian hidup dari mengusahakan tanah. Orang-orang yang
tinggal di tepi danau menambah pencahariannya dengan menangkap ikan sedangkan agak
di pedalaman, menganyam pandan yang banyak tumbuh di sana seperti rumput. Tapi Ibu
Reman memiliki satu dan lain keistimewaan.
Sudut pandang dari penggalan cerpen ini adalah ....
a. Orang pertama pelaku pertama
b. Orang ketiga pelaku pertama
c. Orang ketiga pelaku sampingan
d. Orang pertama pelaku sampingan
e. orang ketika pelaku di luar
26. Pada waktu matahari sudah jauh condong ke barat. Tiga orang musafir yang berjalan kaku
sedang dalam perjalanannya. Mereka itu mempercepat langkah, agar dapat berbuka puasa di
kampung orang. Menjelang akan sampai ke sebuah kampung kecil, yang masuk bagian
batang Toru, mereka itu berhenti sebentar akan bermusyawarah. (Bertengkar, Berbisik, M.
Kasim)
Latar belakang penggalan novel tersebut adalahÃ
a. menjelang berbuka puasa, sebuah kampung kecil
b. menjelang sampai, sebuah kampung kecil
c. menjelang petang hari, bagian Batang Toru
d. menjelang perjalanan, bagian Batang Toru
e. menjelang magrib, bagian sebuah dusun kecil
27. Saya lahir di zaman perang, Pak, kata budak kecil itu sambil memandang dengan tak
berdosa padaku dengan sebelah mata, mata yang satunya digosok-gosoknya dengan jari.
Ya, waktu kau lahir masih ada perang di sini. Kau tahu, makam apa itu?
Tahu, Pak, ia mengangguk-angguk dengan giat, makam pahlawan.
Pahlawan siapa?
Pahlawan desa ini, Pak!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 98 -


“Pa, aku tahu, aku ketawa, Yang aku tanyakan nama pahlawan itu! PakJono.Ia emandang
dengan ramah padaku.
Isi penggalan novel tersebut adalah ....
a. Seorang anak yang lahir di zaman perang
b. Seorang anak yang sedang ditanya oleh seseorang
c. Seorang anak yang mencari makam pahlawan
d. Seorang anak yang berjalan-jalan dengan seseorang
e. seorang anak yang masih kecil
28. Hendra : “Terima kasih, Dik.
Erwin : Sebenarnya sudah lama aku ingin mengajakmu ke kota, tetapi mengingat ibumu
masih sakit ya kutunda sampai hari ini.
Hendra : itulah Dik maka aku belum mau melangkah ke luar kota.Sekarang ibuku sudah
sehat dan sudah mulai bekerja lagi. Kapan kita berangkat?
Erwin : Seminggu lagi? Bagaimana?
Hendra : Baiklah aku nanti minta izin pada ibuku dulu.
Isi penggalan drama di atas adalah ....
a. Ibu Hendra sedang sakit dan Hendra harus menunggu
b. Erwin ingin mengajak Hendra ke kota
c. Hendra merasa kecewa karena ibunya sakit
d. Erwin menengok Hendra yang sedang sakit
e. Ibu mengajar Hendra menjenguk Erwin
29. Di bangsal itu tarian inti Beksan Lawung Ageng dipagelarkan diawali dengan nada gamelan
dalam tempo tinggi. Dua penari yang memerankan tokoh Botoh measuki arena, memungut
tongkat pendek yang tergeletak di lantai, diikuti dua penari yang berperan sebagai Salaotho.
Selang beberapa detik. Diikuti oleh empat penari Ploncon pembawa tombak tumpul
(lawung) sepanjang 2 m. Semua penari rata-rata berusia 40 tahun.
Nilai budaya yang tampak dalam penggalan cerita di atas adalah.....
a. budaya sunda b. budaya Jakarta c. budaya Jawa Tengah
d. budaya Sumatera e. budaya Bali
30. ”Di sini bekicot banyak, Bung. Buat apa dibudidayakan?” komentar Beni dengan sinis.
Hatinya tetap geram. Untunglah temannya masih sempat mengingatkan.
Tokoh Bni pada kutipan di atas berwatak....
a. pemaaf b. Peramah c. pendendam
d. Pemarah e. Usil
31. Citra : (menhampiri Rini)”Mengapa di tempat gelap ini kamu duduk sendirian?
Rini : “Saya tidak bisa tidur, ingat kepada ibu di rumah.”
Latar waktu yang tergambar dalam cuplikan drama di atas adalah...
a. malam hari b. Pagi hari
c. kamar gelap siang hari d. Gudang sewaktu gerhana

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 99 -


e. kamar tengah ketika mati lampu
32. Dalam istilah drama,pemeran penentang segala tindak-tanduk pelaku utam disebut...
a. protagonis b. Antagonis
c. tritagonis d. Figuran e. Peran pembantu
33. Raynaldi dan Prita sedang menyanyi dengan suara yang enak didengar dan komposisi dan
kolaborasi yang enak dipandang.
Kalimat di atas bila dalam naskah drama merupakan unsur...
a. tema b. Watak
c. alur d. Latar e. Sudut pandang
34. Untuk pergi bersama-sama ke rimba tempat mereka mengumpulkan damar, mereka harus
meninggalkan Kampung Air Jernih, yang terletak di tepi Danau Bantau. Air Jernih terletak
pula di tepi Sungai Air putih yang bermuara ke danau. Di pinggir muara sungailah terletak
kampung mereka. Mereka menuju hutan dengan menyusuri tepi sungai, memudikinya,
memasuki hutan, dan mendaki gunung-gunung. Sungai tak dapat dilalui dengan perahu-
perahu karena penuh dengan batu besar dan karena sungai mengalir dengan derasnya turun
dari gunung-gunung.
Unsur intrinsik yang tampak dalam penggalan cerpen di atas adalah....
a. alur dan latar b. Alur dan tema
c. karakter dan latar d. Tema dan karakter
e. alur dan sudut pandang
35. “Inilah, Nak. Kita menang tanpa mengalahkan. Kita sudah bertempur tanpa bala tentara.
Mengapa? Musuh kita adalah kita sendiri. Di sini! Nafsu kita. Dan kita sudah menang!”
(novel Pasar: Kuntowijoyo)
Amanat yang sesuai dengan kutipan novel di atas adalah....
a.Perangi musuh sebelum memerangi diri sendiri
b. Perangi diri sendiri sebelum memerangi musuh
c.Musuh yang paling besar adalah hawa nafsu
d. Musuh yang paling besar adalah diri sendiri
e.Musuh yang paling bernafsu adalah merasa besar sendiri
36. Sebelum meninggalkan rumahnya, Bibi Zainab telah menyatakan hasratnya kepada burung
tiung betina yang diharapnya akan lebih memahami perasaannya. Maka jawab tiung;
“ya, tuan yang kecil molek, siti yang baik rupa, pekerjaan apakah yang tuan hamba
hendak kerjakan ini? Tiadakah tuan takut akan Allah subhanahu wataala dan tiadakah
tuan malu akan Nabi Muhammad, maka tuan hendak mengerjakan maksiat lagi
dilarangkan Allah Taala dan ditegahkan Rasulullah s.a.w. Istimewanya pula sangat
kejahatan, dan tiada wajib atas segala perempuan membuat pekerjaan demikian itu.
Tiadakah tuan mendengar di dalam al-Quran dan kitab hadis Nabi, maka barangsiapa
perempuan yang menduakan suaminya, bahawa sesungguhnya disulakan oleh malaikat di
dalam neraka jahanam seribu tahun lamanya…”

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 100 -


Teguran burung tiung betina itu membuatkan Bibi zainab marah lalu dihempaskan
burung itu ke bumi. Matilah burung itu.
(Hikayat Burng Bayan)
Nilai moral dalam penggalan hikayat di atas adalah
a. Takutlah manusia hanya pada Tuhan
b. Manusia merencanakan Tuhan yang menetukan
c. Sebagi istri kita harus setia pada suami
d. Tuhan melihat apa yang dilakukan manusia
e. Jangan membunuh binatang tak berdosa
37. Bacalah cuplikan cerpen berikut!
Kapan-kapan itu adalah suatu sore, ketika aku sedang sibuk mengetik tugas. Kamarku
diketuk orang walau seingat aku, sore itu aku tidak berjanji dengan siapa-siapa.
"Wah, Saudara sibuk betul rupanya."
Tentu saja sedang sibuk. Kalau tidak sibuk, tentu tidak bakalan berserakan kertas-
kertas di mejaku. Kalau sudah tahu sibuk, kenapa kau masih datang bertamu? Tetapi,
cobalah bayangkan bagaimana pula kau harus mengusir orang yang sudah berdiri di
hadapanmu? Dengan membedaki mukaku setebal mungkin dengan rasa ketimuran, yang
terlontar dari mulutku adalah:
"Ya, begitulah."
( Wolfgang Kipkop, Pamusuk Eneste)
Nilai moral yang terkandung dalam cuplikan cerpen di atas adalah ........
a.saling menghormati dan menghargai
b. berbasa-basi dan berpura-pura baik
c.bertamu pada waktu yang tepat
d. menjaga perasaan orang lain
e.tidak boleh mengganggu pekerjaan orang
38. Bacalah kutipan cerita berikut!
Tukang becak di pasar jauh lebih sopan daripada yang di stasiun. Mungkin karena
sudah sering melihat dan saling kenal biasanya membuahkan rasa kasihan. Seperti yang
pernah kualami, naik becak dan setelah tiba di depan rumah, tukang becak yang tua itu
berkata, "O, putranya Pak Hadi, ya?" Berhubung dia kenal ayahku, aku berikan uang tanpa
kuminta kembaliannya. Pak tua itu berterima kasih Secara berlebihan.
Watak tokoh "aku" dalam kutipan cerita adalah ........
a. sombong b. rendah diri
c. sopan d. baik hati
e. tinggi hati
39. Di bawah ini merupakan karya Titis Basino, kecuali…
a.Pelabuhan Hati
b. Dia, Hotel, Surat Keputusan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 101 -


c.Lesbian
d. Bukan Rumahku
e.Di Pintumu Aku Mengetuk
40. Sastrawan periode Angkatan ’66 yaitu…
a. Nur Sutan Iskandar, Idrus
b. Marah Rusli, Ramadhan K.H
c. Sutadji Calsoem Bahri, Sapardi Joko Damono
d. Asrul Sani, Selasih
e. Danarto, Sanusi Pane
41. Hasil karya puncak periode angkatan Balai Pustaka adalah...
a. Roman Azab dan Sengsara karya Merari Siregar
b. Salah Asuhan karya Abdul Moeis
c. Belenggu karya Armyn Pane
d. Siti Nurbaya karya Marah Rusli
e. Priangan si Jelita karya Ramadhan K.H
42. Akhirnya peluit pun dibunyikan
Buat penghabisan kali kugenggam jarimu
Lewat celah kaca
Lalu perlahan-lahan jarak antara kita
Mengembang jua
Dan tinggallah rel-rel, peron, dan lampu
Yang menggigil di angin senja.
Kesan yang didapat dari puisi tersebut….
a.Kesedihan hati sepasang remaja yang berpisah.
b. Kegembiraan perjumpaan di stasiun.
c.Kemesraan dan kerinduan seorang gadis.
d. Suasana sepi dan sunyi di stasiun.
e.Kekecewaan seseorang yang menunggu kekasihnya di stasiun
43. …….
Kami sudah coba apa yang kami bisa.
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa.
Kami telah beri kami punya jiwa.
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa.
Isi penggalan puisi tersebut tentang…..
a. kegagalan c. pekerjaan
b. kejiwaan d. perjuangan e. Perhitungan
44. Aku dan Marno bertugas menarik bom peledak dan pasukan lainnya bertempat agak jauh di
seberang jalan di balik tanggul sawah yang agak tinggi letaknya bersenjatakan stengun-

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 102 -


tengun dan sebuah brengun untuk mengacaukan pengawal-pengawal konvoi dan
melindungi pengunduran diri yang menarik pasangan-pasangan.
(Di Kali Merapi Trisno Yuwono)
Latar yang dominan dalam kutipan tersebut adalah
a. waktu c. sosial
b. tempat d. situasi e. budaya
45. Rumah Indarman di kampung Melayu yang dapat dinamakan besar sudah sudah
disambung dengan pelampang ke muka, lalu dihiasi dengan daun-daun beringin dan
bunga-bunga teratai. Bunga kertas yang berumbai-umbai pun tidak pula ketinggalan
sebagai lazim diperbuat di kampung, tiap-tiap ada peralatan.
Unsur intrinsik yang dominan pada penggalan novel diatas adalah …
a.alur cerita c. . tema
b. perwatakan d. sudut pandang e. latar
46. Drama berasal dari kata draomai yang berasal dari bahasa …
a. Yunani b. Latin c. Jepang
d. Inggris e.Belanda
47. unsur-unsur yang secara organik membangun sebuah karya sastra dari dalam disebut …..
a. unsur ekstrinsik b. unsur intrinsik
c. unsur ekstrinsik dan intrinsik d. unsur ekstraintrinsik
e. semua salah
48. Berikut merupakan pernyataan mengenai Tokoh protagonis, kecuali:
a. kita kagumi
b. Pengejawantahan norma-norma
c. pengejawantahan nilai-nilai ideal
d. menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan dia sendiri√
e. pengejawantahan harapan-harapan kita
50. Tidak kesalehan engkau karena terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kautakut masuk ke
neraka are itu kautaat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri,
melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kocar-kacir selamanya.
Itulah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egois. Padahal engkau di dunia berkaum,
bersaudara semuanya, tapi engkau tak memedulikan mereka sedikit pun
(A.A.Navis, Kemarau)
Yang dapat diteladani dari kutipan cerpen tersebut adalah
a. Keseimbangan antara beribadah dan bekerja
b. Hidup ini hanya untuk bekerja
c. Hidup ini hanya untuk beribadah
d. Sesekali kita perlu egois
e. hasil bekerja kita gunakan untuk beramal

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 103 -


XI BAHASA
Semester II

STANDAR KOMPETENSI : Berbicara


7. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan, informasi, dan pengalaman melalui kegiatan b

KOMPETENSI DASAR : 7.1 Menceritakan kembali sastra lama (hikayat) dengan bahasa masa kini

INDIKATOR :
Menceritakan kembali sastra lama (hikayat) sesuai dengan urutan kronologis tanpa mengubah isi cerita dengan lafal dan intona
Mendiskusikan kesesuaian penceritaan isi hikayat berdasarkan kronologis, lafal dan intonasi

Tujuan Pembelajaran
Dalam bagian ini, Anda akan berlatih Menceritakan kembali sastra lama (hikayat)
dengan bahasa masa kini. Anda akan memahami karakter, ciri khas, dan bentuk karya sastra
lama. Dengan demikian, minat apresiasi Anda akan meningkat. Di samping itu, kecintaan Anda
terhadap karya sastra Nusantara pun diharapkan akan bertambah.

Menceritakan kembali sastra lama (hikayat) dengan bahasa masa kini

Bacalah karya sastra lama (Hikayat) berikut.

Hikayat Patani
Bismillahirrahmanirrahiim. Wabihi nastainu, biIlahi al a'la.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 104 -


Inilah suatu kisah yang diceritakan oleh orang tua-tua, asal raja yang berbuat negeri
Patani Darussalam itu. Adapun raja di Kota Maligai itu namanya Paya Tu Kerub Mahajana.
Maka Paya Tu Kerub Mahajana pun beranak seorang laki-laki, maka dinamai anakanda
baginda itu Paya Tu Antara. Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Kerub Mahajana pun
matilah. Syahdan maka Paya Tu Antara pun kerajaanlah menggantikan ayahanda baginda itu.
Ia menamai dirinya Paya Tu Naqpa.
Selama Paya Tu Naqpa kerajaan itu sentiasa ia pergi berburu. Pada suatu hari Paya Tu
Naqpa pun duduk diatas takhta kerajaannya dihadap oleh segala menteri pegawai hulubalang
dan rakyat sekalian. Arkian maka titah baginda: "Aku dengar khabarnya perburuan sebelah tepi
laut itu terlalu banyak konon."
Maka sembah segala menteri: "Daulat Tuanku, sungguhlah seperti titah Duli Yang
Mahamulia itu, patik dengar pun demikian juga."
Maka titah Paya Tu Naqpa: "Jikalau demikian kerahkanlah segala rakyat kita. Esok hari
kita hendak pergi berburu ke tepi laut itu."
Maka sembah segala menteri hulubalangnya: "Daulat Tuanku, mana titah Duli Yang
Mahamulia patik junjung."
Arkian setelah datanglah pada keesokan harinya, maka baginda pun berangkatlah
dengan segala menteri hulubalangnya diiringkan oleh rakyat sekalian. Setelah sampai pada
tempat berburu itu, maka sekalian rakyat pun berhentilah dan kemah pun didirikan oranglah.
Maka baginda pun turunlah dari atas gajahnya semayam didalam kemah dihadap oleh segala
menteri hulubalang rakyat sekalian. Maka baginda pun menitahkan orang pergi melihat bekas
rusa itu. Hatta setelah orang itu datang menghadap baginda maka sembahnya: "Daulat Tuanku,
pada hutan sebelah tepi laut ini terlalu banyak bekasnya."
Maka titah baginda: "Baiklah esok pagi-pagi kita berburu"
Maka setelah keesokan harinya maka jaring dan jerat pun ditahan oranglah. Maka
segala rakyat pun masuklah ke dalam hutan itu mengalan-alan segala perburuan itu dari pagi-
pagi hingga datang mengelincir matahari, seekor perburuan tiada diperoleh. Maka baginda pun
amat hairanlah serta menitahkan menyuruh melepaskan anjing perburuan baginda sendiri itu.
Maka anjing itu pun dilepaskan oranglah. Hatta ada sekira-kira dua jam lamanya maka
berbunyilah suara anjing itu menyalak. Maka baginda pun segera mendapatkan suara anjing itu.
Setelah baginda datang kepada suatu serokan tasik itu, maka baginda pun bertemulah dengan
segala orang yang menurut anjing itu. Maka titah baginda: "Apa yang disalak oleh anjing itu?"
Maka sembah mereka sekalian itu: "Daulat Tuanku, patik mohonkan ampun dan karunia.
Ada seekor pelanduk putih, besarnya seperti kambing, warna tubuhnya gilang gemilang. Itulah
yang dihambat oleh anjing itu. Maka pelanduk itu pun lenyaplah pada pantai ini."
Setelah baginda mendengar sembah orang itu, maka baginda pun berangkat berjalan
kepada tempat itu. Maka baginda pun bertemu dengan sebuah rumah orang tua laki-bini duduk
merawa dan menjerat. Maka titah baginda suruh bertanya kepada orang tua itu, dari mana
datangnya maka ia duduk kemari ini dan orang mana asalnya.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 105 -


Maka hamba raja itu pun menjunjungkan titah baginda kepada orang tua itu. Maka
sembah orang tua itu: "Daulat Tuanku, adapun patik ini hamba juga pada kebawah Duli Yang
Mahamulia, karena asal patik ini duduk di Kota Maligai. Maka pada masa Paduka Nenda
berangkat pergi berbuat negeri ke Ayutia, maka patik pun dikerah orang pergi mengiringkan
Duli Paduka Nenda berangkat itu. Setelah Paduka Nenda sampai kepada tempat ini, maka patik
pun kedatangan penyakit, maka patik pun ditinggalkan oranglah pada tempat ini."
Maka titah baginda: "Apa nama engkau?"
Maka sembah orang tua itu: "Nama patik Encik Tani."
Setelah sudah baginda mendengar sembah orang tua itu, maka baginda pun kembalilah
pada kemahnya.Dan pada malam itu baginda pun berbicara dengan segala menteri
hulubalangnya hendak berbuat negeri pada tempat pelanduk putih itu. Setelah keesokan harinya
maka segala menteri hulubalang pun menyuruh orang mudik ke Kota Maligai dan ke Lancang
mengerahkan segala rakyat hilir berbuat negeri itu. Setelah sudah segala menteri hulubalang
dititahkah oleh baginda masing-masing dengan ketumbukannya, maka baginda pun berangkat
kembali ke Kota Maligai.
Hatta antara dua bulan lamanya, maka negeri itu pun sudahlah. Maka baginda pun
pindah hilir duduk pada negeri yang diperbuat itu, dan negeri itu pun dinamakannya Patani
Darussalam (negeri yang sejahtera). Arkian pangkalan yang di tempat pelanduk putih lenyap itu
(dan pangkalannya itu) pada Pintu Gajah ke hulu Jambatan Kedi, (itulah. Dan) pangkalan itulah
tempat Encik Tani naik turun merawa dan menjerat itu. Syahdan kebanyakan kata orang nama
negeri itu mengikut nama orang yang merawa itulah. Bahwa sesungguhnya nama negeri itu
mengikut sembah orang mengatakan pelanduk lenyap itu. Demikianlah hikayatnya.
Sumber: Hikayat Seribu Satu Malam

Setelah membaca karya sastra lama tersebut, Anda dapat mengidentifikasinya. Anda
dapat mengidentifikasi ciri-ciri karya sastra lama tersebut. Anda juga dapat mengidentifikasi
unsur-unsur intrinsik karya sastra lama tersebut.
Ada beberapa ciri-ciri yang dapat Anda identifikasi dari karya sastra lama tersebut, di antaranya:
1. menggunakan bahasa Melayu klasik
2. menghubungkan cerita dengan kejadian alam atau tempat,berkisah tentang kerajaan (istana
sentris)
Dari hasil membaca sendiri karya sastra lama tersebut, apakah ada ciri-ciri lain yang Anda
temukan dari karya sastra lama tersebut?
Selain ciri-ciri karya sastra lama tersebut, Anda juga dapat mengidentifikasi unsur-unsur
intrinsiknya. Sebelum mengidentifikasi unsur-unsur tersebut, sebaiknya Anda pahami terlebih
dahulu unsur-unsur intrinsik tersebut.• • •
Unsur-unsur intrinsik karya sastra lama hampir sama dengan karya sastra prosa lainnya, seperti
tema alur, latar, penokohan, dan amanat.
1. Tema adalah dasar cerita sebagai titik tolak dalam penyusunan cerita.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 106 -


2. Alur atau plot adalah struktur penceritaan yang di dalamnya berisi rangkaian kejadian atau
peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat serta logis. Alur tersebut ada
yang berupa alur maju, alur mundur, atau alur campuran.
3. Penokohan adalah pelukisan atau pendeskripsian atau pewatakan tokoh-tokoh dalam cerita.
4. Latar atau setting merupakan tempat, waktu, dan keadaan terjadinya suatu peristiwa.
5. Amanat adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam cerita.
Seperti yang telah Anda baca, karya sastra lama menggunakan bahasa Melayu klasik.
Anda dapat menuliskan kembali karya sastra lama tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri.
Untuk dapat melakukannnya, Anda harus memahami isinya, baru Anda ceritakan tanpa harus
terpaku pada bahasa asli karya sastra tersebut. Oleh karena itulah, Anda perlu membaca karya
tersebut dengan saksama.
Sekarang, untuk mengasah pemahaman Anda tentang karya sastra lama, kerjakanlah latihan
berikut.
Tugas Individu
1. Identifikasilah karakteristik atau ciri-ciri karya sastra Melayu klasik "Hikayat Patani".
2. Tentukan unsur intrinsik karya sastra Melayu klasik tersebut.
3. Tuliskan secara ringkas isi karya sastra Melayu klasik tadi dengan bahasa sendiri ke dalam
beberapa paragraf.
Tempat mengerjakan
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 107 -


STANDAR KOMPETENSI : Berbicara
7. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan,
informasi, dan pengalaman melalui kegiatan
bercerita, bermain peran, dan berdiskusi

KOMPETENSI DASAR : 7.2 Memerankan tokoh drama atau penggalan


drama
INDIKATOR :
Memerankan drama/ penggalan drama sesuai dengan karakter tokoh

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda akan berlatih memerankan drama dengan memerhatikan
penggunaan gerak-gerik (gestur), mimik, dan pelafalan sesuai dengan watak tokoh dalam
pementasan drama. Anda akan berlatih menanggapi peran yang ditampilkan dalam pementasan
drama.

Mementaskan Naskah Drama

Sebelum memerankan tokoh dalam sebuah drama, Anda harus menghayati terlebih dahulu
peran tersebut. Dengan demikian, Anda akan bermain dengan sangat baik. Setelah Anda
memahami dan menghayati peran dalam drama, Anda perlu melatih gerak-gerik (gestur), mimik
(ekspresi wajah), dan intonasi dalam pelafalan dialog. Hal ini bertujuan agar penonton dapat
menangkap pesan atau maksud yang hendak disampaikan oleh pemain.
Sebelumnya, telah dikemukakan bahwa untuk melatih penghayatan diperlukan latihan
olah sukma. Untuk melatih gerak-gerik dan mimik, Anda perlu melakukan latihan olah tubuh,
sedangkan untuk melatih intonasi Anda memerlukan latihan olah vokal.
Latihan-latihan tersebut sangat penting dilakukan agar saat pementasan berlangsung,
tubuh aktor akan siap secara keseluruhan. Dengan demikian, penonton tidak akan merasa jenuh.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 108 -


1. Gerak-Gerik (Gestur)
Seorang pemain drama perlu mengontrol tubuhnya sendiri agar sesuai dengan peran
yang akan diperankannya. Misalnya, saat Anda berperan sebagai seorang guru yang
berwibawa tentunya berbeda gestur saat Anda berperan sebagai seorang kakek renta.
Contoh lainnya adalah saat Anda berperan sebagai seorang siswa yang baik dan pintar,
tentunya berbeda dengan gestur siswa badung yang pemalas.
Untuk dapat menguasai gestur tokoh-tokoh tertentu dengan baik, Anda perlu melakukan
latihan olah tubuh. Di samping itu, Anda pun perlu melakukan observasi atau
pengamatan terhadap figur tokoh yang akan Anda perankan. Misalnya, saat Anda
ditugasi berperan sebagai seorang guru, Anda dapat melakukan pengamatan terhadap
guru Anda.
2. Mimik atau Ekspresi
Latihan mengolah mimik pun merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Penonton
dapat mengetahui suasana hati tokoh yang diperankan melalui mimik yang diperlihatkan
oleh pemain. Contohnya, saat pemain berperan sebagai seseorang yang sedang bersedih,
tidak mungkin dia menunjukkan mimik atau ekspresi bahagia.
Agar mimik Anda dapat terlatih dengan baik, Anda dapat melakukan kegiatan senam
wajah setiap hari. Caranya, yaitu menggerak-gerakkan seluruh otot wajah Anda hingga
terasa pegal. Hal ini dapat membantu Anda melenturkan otot-otot wajah Anda sehingga
mudah dibentuk untuk menampilkan ekspresi-ekspresi tertentu.
3. Intonasi
Intonasi dalam pelafalan dialog drama sangat diperlukan. Intonasi yang baik akan
membuat penonton tidak jenuh dan permainan lebih hidup. Pengolahan intonasi dapat
dilakukan dengan cara:
a. menaik-turunkan volume suara;
b. merendah-tinggikan frekuensi nada bicara;
c. mengatur tempo pengucapan;
d. mengatur dan menolah warna serta tekstur suara;
Setelah memahami materi-materi tersebut, tentunya Anda telah siap untuk menampilkan
sebuah drama bersama teman-teman. Untuk itu, kerjakanlah latihan berikut.
1. Buatlah kelompok yang terdiri atas 4–7 orang.
2. Pilihlah salah satu drama terbaik yang akan Anda tampilkan bersama teman-teman.
3. Tentukan sutradara dan pemainnya.
4. Perhatikan penghayatan, gerak-gerik, mimik, dan intonasi Anda saat bermain drama.
5. Tanggapilah penampilan kelompok lain dalam diskusi.

Tentukan peran dan kemukan karakter yang tepat dari ilustrasi berikut!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 109 -


Rapiah seorang istri yang sabar dan yakin kepada suami. Benar cinta Hanafi kepadanya
tidak ada, tak mungkin akan diperoleh oleh Rapiah. Hanafi tak dapat menimbulkan rasa yang
gaib itu dalam kalbunya.....

STANDAR KOMPETENSI : Berbicara


7. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan,
informasi, dan pengalaman melalui kegiatan bercerita,
bermain peran, dan berdiskusi

KOMPETENSI DASAR : 7.3 Mengevaluasi teks drama atau pementasan drama


dalam kegiatan diskusi
INDIKATOR :
Membahas kesesuaian pemeranan pelaku-pelaku

Tujuan Pembelajaran
Dalam bagian ini, Anda akan berlatih mengevaluasi teks drama atau pementasan drama dalam
kegiatan diskusi

Mengevaluasi teks drama atau pementasan drama dalam kegiatan diskusi

Pembelajaran Pemeranan drama merupakan salah satu bagian pembelajaran sastra.


Pembelajaran pemeranan drama diharapkan dapat diberikan secara sempurna yaitu sebagai karya
sastra baca dan karya pentas. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran drama tidak boleh hanya
disikapi sebagai karya sastra yang fungsinya hanya sebagai bahan bacaan, tetapi sebagai sebuah
karya yang nantinya akan dipentaskan. Akan tetapi sebagian besar kita masih menyikapi
pembelajaran pemeranan drama hanya sebagai karya naskah baca, sehingga pembelajaran
pemeranan drama lebih banyak membahas tentang teori drama tanpa disertai praktik
memerankan drama.
Permainan aktor/pelaku pentas merupakan tulang punggung sebuah
pertunjukan drama. Sukses atau tidaknya pertunjukan drama bergantung

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 110 -


pada teknik penyutradaraan dan akting pemain. Aktor harus dapat
menentukan tokoh secara sempurna sehingga penonton melihat bahwa hal
tersebut nyata dan tidak berpura-pura.
Pemain/aktor yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini, yaitu:
1. mampu menghayati dan memerankan tokoh sesuai dengan
karakter,
2. dapat menyesuaikan diri dan tepat dalam menggunakan gestur
(gerak kecil-kecil),
3. berdialog dengan lafal, artikulasi, jeda, dan intonasi yang tepat,
4. mampu bekerja sama dengan pemain lain di dalam pertunjukan,
5. mampu menguasai panggung dan kelengkapan artistik yang
mendukung, antara lain penyinaran, musik, tata rias (make-up) dan
busana atau kostum.
Hal-hal yang garus dipersiapkan sebelum mementaskan naskah drama
meliputi :
1. Latihan ber-acting, mulai dengan reading, reading dengan penjiwaan, blocking,
crossing, dan penguasaan pentas (gesture, movement, dan mimik).
2. Pemaduan dengan unsur-unsur teknis dan artistik dalam latihan, seperti microphone,
musik, lampu, dekorasi, dan sebagainya.
3. General rehearsal (latihan menyeluruh) selama dua atau tiga kali.
• Persiapan pentas.
• Pementasan.
• Evaluasi.
Evaluasi dalam hal pemahaman naskah harus meliputi pertanyaan-pertanyaan berikut:
 Penampilannya dalam membaca peranannya yang meliputi: lafal, informasi, mimik,
dan suara.
 penguasaan mengenai isi drama dalam pertanyaan-pertanyaan analisis yang akan
dijawab

Tugas kelompok
Pementasan drama yang telah kalian lakukan bersama kelompokmu evaluasilah
berdasarkan perwatakan masing- masing tokoh dengan menggunakan table berikut!

No Analisis Tokoh Karakter/sifat Dialog Tanggapan


1 Protagonis
2 Antagonis
3 Tokoh pembantu
4 Tokoh lain

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 111 -


STANDAR KOMPETENSI : Membaca
8 Memahami hikayat, novel, dan cerpen
KOMPETENSI DASAR : 8.1 Membandingkan penggalan hikayat dengan
penggalan novel
INDIKATOR :
Menghubungkan nilai budaya dalam hikayat dengan nilai
Mendiskusikan untuk mencari perbandingan nilai-nilai nilai yang terdapat
dalam hikayat dan novel dengan nilai-nilai kehidupan nyata di daerah setempat

Tujuan Pembelajaran
Dalam bagian ini, Anda akan berlatih membandingkan naskah hikayat dengan
novel .Dengan demikian, minat apresiasi Anda akan meningkat. Di samping itu, kecintaan Anda
terhadap karya sastra Nusantara pun diharapkan akan bertambah.

Membandingkan Naskah Hikayat dengan Novel


Setiap cerita apa pun bentuknya, baik novel maupun hikayat selalu mengandung pesan
atau amanat si pembuat cerita. Pada pelajaran kali ini, Anda akan membandingkan hikayat
dengan cerpen. Tujuan dari pelajaran kali ini, Anda diharapkan dapat menyimpulkan perbedaan
serta nilai yang terdapat dari kedua karya sastra yang dibandingkan dalam pelajaran.
Karya sastra (yang baik) senantiasa mengandung nilai. Nilai itu dikemas dalam wujud
struktur karya sastra, dan secara tersirat ada di dalam alur, latar, tokoh, tema, dan amanat. Nilai
yang terkandung dalam karya sastra itu, antara lain: nilai hedonik (nilai yang dapat memberikan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 112 -


kesenangan secara langsung kepada pembaca), nilai artistik (nilai yang dapat mewujudkan suatu
seni atau keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan), nilai kultural (nilai yang dapat
memberikan atau mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat,
peradaban, atau kebudayaan), nilai etis/moral/ agama (nilai yang berkaitan dengan etika, moral,
atau agama), dan nilai praktis (nilai yang mengandung hal-hal praktis yang dapat diterapkan
dalam kehidupan nyata sehari-hari).
Struktur karya sastra berbentuk prosa, seperti hikayat atau cerita pendek, memiliki
kesamaan. Unsur struktur cerita terdiri atas alur, latar, tokoh, tema, dan amanat. Ciri khas lain
yang ada dalam hikayat ialah adanya motif yang menggerakkan cerita.
1. Tokoh
Tokoh hikayat umumnya berasal dari kalangan istana (istana sentris). Tokoh hikayat
memiliki kelebihan lain dari manusia biasa. Oleh karena itu, konflik yang muncul dalam
hikayat berupa konflik yang sangat luar biasa diukur dalam pikiran manusia. Hal ini
berbeda dengan tokoh yang ada dalam cerita rekaan modern, seperti novel.

2. Latar
Latar hikayat yang istana sentris dominan menceritakan kehidupan istana. Bahkan, latar
dalam hikayat pun tidak jarang berlatar dunia gaib atau kahyangan. Latar ini erat
kaitannya degan
tindakan tokoh, yang di luar kewajaran manusia biasa.
3. Tema
Tema hikayat umumnya sama dengan cerita rekaan modern. Tema hikayat dapat berupa
persoalan cinta, dendam, kejujuran, kesatriaan, dan hal lainnya. Tema ini dapat diketahui
setelah dibaca keseluruhan ceritanya.
4. Motif
Motif berhubungan erat dengan alur cerita yang digerakkan tokoh cerita. Motif
merupakan alasan mengapa suatu jalan cerita bergerak. Motif bersumber dari alasan
tindakan para tokoh cerita.
Motif dalam hikayat dapat merupakan motif kekuasaan, cinta, dendam, atau kejujuran.
5. Nilai
Nilai atau amanat dalam hikayat dapat diketahui dan dirasakan pembaca setelah
menyelesaikan beberapa kali pembacaan hikayat. Penentuan nilai bergantung pada setiap
persepsi pembaca dalam memaknai amanat dari hikayat.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa hikayat adalah bagian prosa lama. Sebagai sebuah karya
sastra dalam bentuk tertulis, Sulastin Sutrisno (1983 : 75-76) memberikan tujuh (7) ciri hikayat,
yaitu:
1. Hikayat termasuk sastra tulis dengan huruf Jawi.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 113 -


2. Sebagai sastra tulis, hikayat sudah berkembang secara luas bersamaan dengan
sastra Melayu yaitu sekitar 1.500 M.
3. Hikayat adalah sastra Melayu Klasik.
4. Sebagai sastra Melayu Klasik, hikayat bersifat anonim.
5. Hikayat ditulis dalam bentuk prosa.
6. Hikayat adalah fiksi, dalam arti dibaca oleh pembaca Melayu dan modern sebagai
dunia kata-kata, tanpa hubungan langsung dari dunia luar, dengan kenyataan.
7. hikayat adalah fiksi tanpa memperhatikan kadar fantasi di dalamnya.
Dari ciri-ciri di atas, tidak jarang kita temui istilah versi dalam filologi. Misalnya, Hikayat Hang
Tuah versi Kassim Ahmad dan Hikayat Raja Muda versi Asmah Haji Omar.
10 hikayat yang digolongkan sebagai karya pada zaman peralihan, yaitu:
1. Hikayat Serangga Bayu
2. Hikayat Indraputera
3. Hikayat Marakarma
4. Hikayat Isma yatim
5. Hikayat Indra Bangsawan
6. Hikayat Syah Kobad
7. Hikayat Parang Punting
8. Hikayat Berma Syahdan
9. Hikayat Maharaja Puspa Wiraja
10. Hikayat Jaya Lengkara

Tugas Individu
1. Bacalah dengan saksama penggalan Hikayat Hasanuddin dan kutipan novel !
2. Identifikasilah unsur struktur kedua karya sastra tersebut !
3. Hubungkan nilai budaya dalam kutipan novel dan hikayat dengan nilai budaya sekarang.
4. Bandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam kedua karya sastra tersebut!

a. Hikayat
Hikayat Hasanuddin

Sahdan daripada itu apabila genaplah Maulana Hasanuddin itu tujuh tahun lamanya ia
ada di Pulasari itu, datang pula ayahnya melihat kepada anaknya, lalu ia duduk kata ayahnya
yang bernama susuhunan Gunung Jati, kepada anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin,
katanya:
"Hai anakku Ki Mas, marilah kita pergi haji karena sekarang waktunya orang naik haji
dan sebagai pula santri, kamu tinggal juga dahulu di sini, dan turutlah sebagaimana pekerti
anakku".

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 114 -


Setelah ia berkata-kata, lalulah ia berjalan dengan anaknya dan dibungkusnya dengan
syal. Tiada berapa lamanya di jalan, lalu ia sampai di Mekah, lalu ke mesdjidu'l-haram. Serta
sampai di mesdjidu'l-haram, lalu dikeluarkannya anaknya dari dalam bingkisan, lalu sama-sama
ia tawaf ke baitu'lah, serta diajarnya pada kelakuan tawaf dan doanya sekalian, serta mencium
pada hadjaru'l-aswad, dan ziarat kepada segala syeh, dan diajarkannya rukun haji dan
kesempurnaan haji.
Setelah sudah ia mendapat haji, lalu ia ziarah kepada nabiyyu'llahi Khidhir. Setelah
sudah ia ziarat kepada nabiyyu'llahi Khidhir itu, lalu ia pergi ke Medinah serta mengajarkan
anaknya ilmu yang sempurna, beserta dengan bay'at, demikianlah silsilah, dan wirid, dan
tarekat Naqsjibandiyyah serta dikir, dan talkin, dan dikir khirqah serta sughul. Setelah sudahlah
habis melakukan apa barang maksudnya di tanah Mekah itu, lalu ia pulang dari tanah Arab, lalu
ia singgah di negeri Menangkabau dan ia bertemu kepada raja Menangkabau serta sama ia
berjabat tangan; raja Menangkabau itu pun memberi sebilah keris Mundarang. Seketika
itu susuhunan pun Antara berapa lamanya di jalan itu sampailah ia pada tempatnya di desa
Lurah. Setelah sampai ia lalu sama berduduk keduanya dan keris yang diperoleh dari raja
Menangkabau itu pun diberikannya kepada anaknya dan berkata susuhunanGunung Jati kepada
maulana Hasanuddin:
"Hai anakku Ki Mas, berbuatlah kamu pada hal yang patut dan kerjalah olehmu, karena
aku tiada tahu pada adat orang Jawa dan sebagai lagi santri engkau, baik-baiklah kamu
mengawali kepada anakku dan janganlah kiranya engkau alpa adanya".Setelah habis ia berkata-
kata lalulah susuhunan itu kembali ke Gunung Jati.

b. Kutipan Novel
Ketika aku sampai pada kapur-kapur yang berserakan persis di bawah tirai itu, hatiku
berkata pasti nona ini akan segera menutup pintu agar aku tidak punya kesempatan sedikitpun
untuk melihat dia lebih dari melihat kukunya, namun yang terjadi kemudian sungguh di luar
dugaan. Kejadiannya sangat mengejutkan, karena amat cepat, tanpa disangka sma sekali, si nona
misterius justru tiba-tiba membuka tirai dan tindakan cerobohnyaitu membuat wajah kami yang
sama-sam terperanjat hamper bersentuhan!!!Kami beradu pandang dekat sekali … dan suasana
seketika menjadi hening … mata kami bertatapan dengan perasaan yang tak dapat kulukiskan
dengan kata-kata. Kapur-kapur yang telah ia kumpulkan terlepas dari genggamannya, jatuh
berserakan, sedangkan kapur-kapur yang ada di genggamanku terasa dingin membeku seperti aku
sedang mencengkeram batangan-batangan es lilin.
Saat itu aku merasa jarum detik seluruh jam yang ada di dunia ini berhenti berdetak.
Semua gerakan alam tersentak diam dipotret Tuhan dengan kamera raksasa dari langit, blitz-
nya membutakan, flash!!! Menyilaukan dan membekukan. Aku terpana dan merasa seperti
melayang,mati suri, dan mau pingsan dalam ekstase………………
………dan aku tahu persis bau busuk took kelontong itu semakin menjadi-jadi dalam
udara pengap di bawah atap seng, tapi pancaindraku telah mati. Aliran darah di sekujur tubuhku

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 115 -


menjadi dingin, jantungku berhenti, jantungku berhenti berdetak sebentar kemudian berdegup
kencang sekali dengan ritme yang kacau seperti kode morse yang meletup-letupkan pesan SOS.
Lebih dari itu aku menduga bahwa dia, si misterius berkuku seindah pelangi, yang tertegun
seperti patung persis di depan hidungku ini, agaknya juga dilanda perasaan yang sama.
“Siun! Siun! Segere…!”teriak kuli Sawang, terdengar samara, menggema jauh berulang-
ulang seperti didengungkan di dalam gua yang panjang dan dalam, mereka memintaku minggir.
Tapi kami berdua masih terpaku pandang tanpa mampu berkata apa pun, lidahku terasa
kelu, mulutku terkuncirapat_lebih tepatnya ternganga. Tak ada satu kata pun yang dapat
terlaksana. Aku tak sanggup beranjak. Wanita ini memiliki aura yang melumpuhkan. Tatapan
matanya itu mencengkeram hatiku.
Ia memiliki struktur wajah lonjong dengan air muka yang sangat menawan. Hidungnya
kecil dan bangir. Garis wajahnya tirus dengan tatapan mata kharismatik menyejukkan sekaligus
menguatkan hati, seperti tatapan wanita-wanita yang telah menjadi ibu suri. Jika menerima
nasihat dari wanita bermata semacam ini, semangat pria manapun akan berkobar.
Bajunya ketat dan bagus seperti akan berangkat kondangan , dengan dasar biru dan motif
kembang portlandica kecil-kecil berwarna hijau muda menyala. Kerah baju itu memiliki kancing
sebesar jari kelingking, tinggi sampai ke leher, merefleksikan keanggunan seorang wanita yang
menjaga integritasnya dengan keras. Alisnya indah alami dan jarak antara alis dengan batas
rambut di keningnya membentuk proporsi yang cantik memesona. Ia adalah lukisan Monalisa
yang ditenggelamkan dalam danau yang dangkal dan dipandangi melalui terang cahaya bulan.
Seperti kebanyakan ras mongoloid, tulang pipinya tidak menonjol, tapi bidang wajahnya,
bangun bahunya, jenjang lehernya, potongan rambutnya, dan jatuh dagunya yang elegan
menciptakan keseluruhan kesan dirinya benar-benar mirip Michelle Yeoh, bintang film Malaysia
yang cantik itu. Maka terkuaklah rahasia yang tertutup rapi selama bertahun-tahun. Sang pemilik
kuku-kuku indah itu ternyata seorang wanita muda yang cantik jelita dengan aura yang tak dapat
dilukiskan dengan cara apa pun.
Kejadian ini membuat pipinya yang putih bersih tiba-tiba memerah dan matanya yang
sipit bening seperti ingin menghamburkan air mata. Aku tahu bahwa selain sejuta perasaan tadi
yang mungkin sama-sama melanda kami, ia juga merasakan malu yang tak terkira. Ia bangkit
dengan cepat dan membanting pintu tanpa ampun. Ia tak peduli dengan kapur-kapur itu dan tak
peduli padaku yang masih hilang dalam tempat dan waktu.
Suara keras bantingan pintu itu membuatku siuman dari sebuah pesona yang
memabukkan dan menyadarkan aku bahwa aku telah jatuh cinta. Aku limbung, kepalaku pening
dan pandangan mataku berkunang-kunang karena syok berat. Beberapa waktu berlalu aku masih
terduduk terbengong-bengong bertumpu di atas lututku yang gemetar. Aku mencoba mengatur
napas dan darahku berdesir menyelusuri seluruh tubuhku yang berkeringat dingin. Aku baru saja
dihantam secara dahsyat oleh cinta pertama pada pandangan yang paling pertama. Sebuah
perasaan hebat luar biasa yang mungkin dirasakan manusia.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 116 -


Aku berupaya keras bangun dan ketika aku menoleh ke belakang, orang-orang di
sekelilingku, Syahdan yang menghampiriku, A Miauw yang menunjuk-nunjuk, orang-orang
bersarung yang pergi beriiringan, dan kuli-kuli Sawang yang terhuyung-huyung karena beban
pikulannya, mereka semuanya, seolah bergerak seperti dalam slow motion, demikian indah,
demikian anggun. Bahkan para kuli panggul yang memiliki karung jengkol tiba-tiba bergerak
penuh wibawa, santun, lembut, dan berseni, seolah mereka sedang memperagakan busana
Armani yang sangat mahal di atas catwalk.
Toko yang tadi berbau busuk memusingkan sekarang menjadi harum semerbak seperti
minyak kesturi dalam botol-botl liliput yang dijual pria berjanggut lebat seusai shalat Jumat.
Syahdan yang gelap, kecil, dan jelek kelihatan tampan sekali seperti Nat King Cole. Sedangkan A
Miauw tiba-tiba menjadi seorang tauke yang demikian ramah, peduli dan melakukan semua
pelanggan dengan adil tanpa membedakan. Ia tampak seperti seorang bandit yang memutuskan
jadi padri.
Aku tak peduli lagi dengan kotak kapur yang isinya tinggal setengah. Aku berbalik
meninggalkan took dan merasa kehilangan seluruh bobot tubuh dan beban hidupku. Langkahku
ringan laksana orang suci yang mampu berjalan di atas air. Aku menghampiri sepeda reyot Pak
Harfan yang sekarang terlihat seperti keranjang baru. Aku dihinggapi semacam perasaan bahagia
yang aneh, sebuah rasa bahagia bentuk lain yang belum pernah kualami sebelumnya. Rasa
bahagia ini jauh melebihi ketika aku mendapat hadiah radio transistor2-band dari ibuku sebagai
upah mau disunat tempo hari.
Ketika mempersiapkan sepeda untuk pulang, aku mencuri pandang ke dalam took.
Kulihat dengan jelas Michele Yeoh mengintipku dari balik tirai keong itu. Ia berlindung, tapi
sama sekali tak menyembunyikan perasaannya. Aku kembali melayang menembus bintang
gemerlapan, menari-nari diatas awan, menyanyikan lagu nostalgia Have I Told You Lately That I
Love You. Aku menoleh lagi ke belakang, di situ, di antara tumpukan kemiri basah yang tengik,
kaleng-kaleng minyak tanah, dan karung-karung pedak cumi aku telah menemukan cinta. …
(Laskar Pelangi, Andrea Hirata)

Tempat mengerjakan
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 117 -


STANDAR KOMPETENSI : Membaca
8 Memahami hikayat, novel,
dan cerpen
KOMPETENSI DASAR : 8.1 Membandingkan naskah hikayat
dengan cerpen
INDIKATOR :
Mengidentifikasi nilai yang terdapat dalam cerpen
Mengidentifikasi nilai yang terdapat dalam hikayat
Menghubungkan nilai budaya dalam cerpen dengan nilai
budaya sekarang
Menghubungkan nilai budaya dalam hikayat dengan nilai
budaya sekarang
Membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat
dengan cerpen

Tujuan Pembelajaran
Pada pembelajaran ini Anda diharapkan mampu, Anda akan menemukan perbedaan dan
persamaan setiap karya sastra yang Anda bandingkan baik hikayat maupun cerpen.

Membandingkan Naskah Hikayat dengan Cerpen

Pada pembelajaran yang lalu kita telah membahas mengenai hikayat dan cerpen secara
satu persatu. Hikayat yang merupakan karya sastra lama memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan
cerpen. Berikut perbedaan antara hikayat dengan cerpen.
Untuk membandingkan hikayat dengan cerpen Anda perlu membaca sekali lagi Hikayat
Hasanudin pada pelajaran yang lalu. Setelah itu bacalah dengan cermat cerpen berikut !
Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 118 -
Kursi Antik
Muhammad Ali

Perempuan yang datang menemuiku pada pagipagi dini hari itu langsung menyebutkan
namaku, lalu bertanya,"Bapak yang suka kumpul-kumpul barang-barang antik?'
"Yoah ...," sahutku sambil menguap panjang.
Lalu katanya pula, "Aku punya sebuah kursi antik...."
"Ini betul-betul antik, Pak," katanya meyakinkan,
"peninggalan nenek moyang."
"Di mana barang itu sekarang?" tanyaku.
"Di rumah, di rumahku, tidak jauh dari sini, sebentar jalan kaki sampai. Mari kita
berangkat sekarang," ajaknya.
Perempuan itu jalan duluan, aku menyusulnya di belakang. Bukan main cepatnya ia
melangkah. Aku mengikuti setengah berlari-lari, hingga napasku mendesah-desah. Kami berjalan
menyusuri ganggang kecil dan sempit yang di kanan-kirinya berdiri berdesakan gubuk-gubuk
terbuat dari bekas peti-peti sabun atau makanan dalam kaleng yang dipersambungkan begitu saja,
mirip bekupon-bekupon.
Beberapa kali kami berpapasan dengan pengendara-pengendara becak yang mendorong
becaknya, memaksa kami menempel rapat-rapat ke pinggir supaya tidak terlanggar
olehnya.
Di depan sebuah gubuk setengah doyong yang beratapkan kaleng-kaleng karatan
perempuan itu berhenti lalu menoleh kepadaku, kemudian serunya "Di sini, Pak, silakan masuk,
maaf tidak sepertinya," ujarnya pula berbasa-basi. Terpaksa aku harus membongkok ketika
memasuki pintu gubuk yang pendek dan sempit itu. Aku tidak ingat lagi dari bahan apa pintu itu
dibuat. Begitu berdiri dalam sebuah ruang yang sesungguhnya hanya sepetak tanah, bau apak
yang amat menyengat menusuk hidungku.
Perubahan sekonyong-konyong dari kecerahan pagi yang memancar di luar beralih ke
ruangan dalam gubuk yang suram dan muram itu membuatku hampir tak bisa melihat sesuatu
sehingga pada mulanya tak sesuatu pun yang tampak. Semua kelihatan samar-samar. Tapi,
sekejap kemudian mataku mulai jadi biasa dalam suasana kesuraman itu dan satu demi satu mulai
bermunculan apa yang terdapat di dalam ruangan itu.
Ada segerombolan anak-anak kecil duduk berderet di salah satu sudut ruangan itu. Dua di
antaranya gadis-gadis cilik dalam gaun kumal dan penuh tambalan. Dua yang lain anak-
anak laki-laki lebih kecil dalam keadaan bugil. Mereka berempat sedang asyik menyuwir-nyuwir
beberapa lembar daun pisang, lalu suwiran-suwiran itu mereka masukkan ke dalam mulut-mulut
mereka dan memamahnya serupa domba-domba kecil sedang memamah rumput. Suatu
pemandangan yang bukan saja tidak enak, tapi sungguh menyayat perasaanku.
Sejenak aku tertegun, tidak yakin tentang apa yang dikatakannya, lebih-lebih melihat
keadaannya. Kuperhatikan perempuan itu hampir setengah menyelidik, dari ujung rambut sampai

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 119 -


ke tumitnya. Perawakannya kurus kerempeng, terbungkus dalam gaun usang yang kumal dan
lusuh. la masih muda, barangkali belum lagi dua puluh tahun, tapi tampak serupa perempuan
separo baya. Wajahnya pasi kepucat-pucatan dan kedua belah matanya yang sayu seolah-olah
tersembunyi dalam luangan di atas pipinya yang cekung, sedang pada pelipisnya jelas tampak
beberapa garis-garis derita yang tajam menggores. Kaki-kakinya yang kotor berdebu itu mengapit
sepasang sandal jepit.
"Aku bermaksud menjual kursi itu, barangkali Bapak mau," katanya sedikit tersengal
seraya mengais rambutnya yang kusut yang seolah-olah tak pernah disisir.
"Betul antik?" tanyaku ragu-ragu. "Aku sudah sering dibikin kecele, mulanya bilang
antik, tahu- tahu cuma tiruan . . . ."
Selain itu, pada mulanya tak ada yang tampak jelas olehku. Di ruangan itu tak ada meja,
tak ada kursi atau balai-balai, pendeknya kosong melompong, dan lantainya tanah yang lembap
pula, karena tak ada sebuah lubang pun yang mema-sukkan sinar dari luar. Aku lantas jadi heran,
gelisah, dan mulai curiga jangan-jangan perempuan itu hendak menipuku.
"Mana kursinya?" tanyaku kepada perempuan yang sejak tadi berdiri bungkam di
sampingku.
"Itu Pak, yang di sudut itu," sahutnya seraya menunjuk ke satu arah, sudut lain yang juga
gelap. Samar-samar tampak sebuah kursi goyang berukuran lumayan besar. Sekilas memang
kelihatan serupa kursi antik, beberapa bagiannya berukir meski tidak begitu jelas terlihat. Tapi,
yang lebih menarik perhatianku, ialah di kursi antik itu duduk seorang nenek-nenek tua renta
sambil sekali-sekali menggoyang-goyang kursinya sehingga kepalanya yang menyangga uban
putih mengapas itu terangguk-angguk. Begitu tua nenek itu, wajahnya yang kerut-merut itu
menggumpal kecil serupa karet busa yang diremas-remas.
"Siapa dia?" tanyaku.
"Nenekku ...." kata perempuan itu.
Suaranya bimbang, "Ia buta, tuli, lumpuh lagi...."
"Dan anak-anak itu?"
"Mereka adalah anak-anakku, empat orang semuanya...."
"Mana suamimu, maksudku bapak mereka?" Pertanyaan-pertanyaanku itu agaknya telah
meresahkannya, tampak ia jadi kikuk dan kemalumaluan.
"Oh, bapak mereka, suamiku...." Ia tak mau menyelesaikan kalimatnya dan seperti
sengaja akan mengalihkan pembicaraan, ia lalu cepat-cepat melangkah ke kursi neneknya dan
berkata,"Inilah kursinya. Betul-betul antik, bukan? Kursi ini peninggalan nenek moyang kami.
Memang warnanya kelihatan agak kusam, tapi dengan sedikit pemeliharaan akan berubah indah
seperti semula. Maklum, di sini kursi ini tidak terpelihara. Kabarnya dulu kursi ini digunakan
sebagai tempat duduk bersemayam orang-orang berderajat tinggi ..."
Tapi, semua yang dikatakan perempuan itu hampir tak masuk di telingaku. Pikiran,
perasaan, dan pandanganku terpancang pada nenek tua yang sedang duduk ayem sambil
bergoyang-goyang dengan senangnya di atas kursinya.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 120 -


Ketika itu terpikir olehku, nasib nenek itu, ke mana ia akan dicampakkan kalau kursi itu
tidak lagi berada di tempat ini. Bukankah ia buta, tuli, dan lumpuh pula? tampaknya ia senang
duduk di kursinya itu. Itulah maka kemudian kataku, "Tapi ...."
Tiba-tiba perempuan itu cepat memotong, agaknya ia tahu apa yang sedang terpikir
olehku, itulah maka ia berkata, "Nanti akan kubeli sehelai tikar pandan untuk tempat nenek
bersantai ...." Lalu tambahnya hampir mengeluh, "Kursi antik ini adalah milik kami yang
terakhir. Semua telah habis terjual, digadaikan, atau dirombeng untuk makan. Terus terang kami
butuh uang, terserah kepada Bapak berapa mau membelinya ...."
Lama aku tercenung, seakan-akan kehilangan akal, tak tahu apa yang harus kukatakan.
Pikiranku cepat-cepat berubah-ubah terombang-ambing antara keinginan memanfaatkan
kesempitankesempitan keluarga yang malang itu dan sentuhan rasa kemanusiaan, terutama
kepada nenek tua-renta itu. Alangkah sedihnya nenek itu kalau dipisahkan dari kursi
kesayangannya itu.
"Tolong, Pak, belilah kursi ini," desak perempuan itu hampir terisak. Pandangan matanya
yang berair kini terarah kepada anak-anaknya yang duduk menggerombol diam-diam di sudut
ruangan itu yang masih terus memamah-mamah daun pisang.
"Begini saja, Neng", akhirnya kuputuskan setelah lama terdiam, "Aku tak sampai hati
memaksa nenekmu itu meninggalkan kursinya."
"Jadi .... jadi Bapak tak mau membelinya?" sela perempuan itu penuh kecewa.
"Yah," jawabku pasti. "Tapi, ini ada sedikit uang.
Ambillah, barangkali bisa sedikit menolong ..." Lalu aku cepat-cepat melangkah
meninggalkan ruang yang menyesakkan itu. Di pintu, sebentar aku membalik dan berkata kepada
perempuan itu yang masih berdiri keheranan, "Neng, jangan jual kursi antik itu, kasihan nenekmu
...."
Sumber: Kumpulan Cerpen Gerhana, 1996

Bandingkan penggalan hikayat dan cerpen tersebut. Temukan persamaan dan perbedaannya!
Kerjakan kegiatan berikut!
1. Temukan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen !
2. Temukan nilai-nilai yang terdapat dalam kutipan hikayat!
3. Diskusikan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen , hikayat, dan nilai yang masih berlaku di
daerah Anda dengan teman sebangku Anda!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 121 -


KOMPETENSI DASAR : 8. 3 Menggubah penggalan hikayat ke dalam
cerpen INDIKATOR :
Menentukaan tema hikayat yang dibaca
Menentukan amanat
Menentukan latar cerpen
Menentukan isi hikayat
Mengubah hikayat ke dalam bentuk cerpen dengan memunculkan konflik tertentu
dan penyelesaiannya

Tujuan Pembelajaran
Dalam bagian ini, Dalam pelajaran ini, Anda akan belajar mengubah hikayat menjadi
sebuah cerpen. Dengan pelajaran ini, Anda diharapkan dapat memahami penggalan sebuah
hikayat dan mengidentifikasi unsur-unsurnya dengan mencatat hal-hal penting dari isi hikayat
dan mengubahnya menjadi sebuah cerpen.
Menggubah penggalan hikayat ke dalam cerpen

Untuk mengubah hikayat ke dalam bentuk cerpen, Anda harus memanfaatkan unsur
pembangun cerita, seperti alur, tokoh, latar sudut pandang, dan gaya bahasa. Hal lain yang perlu
diperhatikan sebagai berikut.
1. Gunakan kamus untuk mencari makna kata yang dianggap sulit dalam hikayat.
2. Jalan cerita (alur) datar dalam hikayat dapat diubah menjadi alur maju atau alur mundur
dalam cerpen.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 122 -


3.Sudut pandang cerita hikayat yang mengacu orang ketiga, diubah ke dalam cerpen
menjadi sudut pandang orang pertama.
4. Gaya bahasa kuno (kaku) dalam hikayat dengan istilah atau kata-kata yang sulit, diubah
menjadi kalimat sederhana dengan gaya bahasa lebih modern.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya ialah daya tarik sebuah cerpen dapat memunculkan konflik
tertentu. Konflik akan memancing atau bahkan membawa pembaca untuk terus menikmati isi
cerpen hasil pengubahan tersebut.
Berikut ini penggalan Hikayat Isma Yatim. Perhatikanlah dengan saksama agar mudah
diubah menjadi cerpen.
Hikayat ini menceritakan seorang menteri dari Benua Keling bernama Megat Nira yang
pindah ke negeri Masulipatam karena kalah main catur. Mengat Nira tahu bahwa istrinya akan
melahirkan anak yang arif bijaksana. Ternyata hal itu benar, anak tersebut diserahkan mengaji
kepada seorang mualim, Sufian.
Isma Yatim sangat pandai dan dapat mengarang hikayat-hikayat. Hikayat-hikayat yang
dibuatnya diserahkannya pula kepada raja. Ia lalu diangkat dan berkhidmat di istana sehingga
kemudian ia menjadi biduanda.
Ketika seorang nakhoda singgah di negeri itu, Isma Yatim menerangkan berbagai
perkara,
antara lain syarat orang berdagang. Nakhoda itu memberi hadiah peti kepada Isma
Yatim. Dari dalam peti itu keluar seorang putri yang sangat cantik.
Putri itu diserahkan kepada baginda. Pangkat Isma naik menjadi panglima perang.
Setelah berhasil mengalahkan musuh, dia dinaikkan pangkatnya menjadi perdana menteri.
Sementara itu, Permaisuri menuduh Putri Nila Gendi hendak meracuni raja. Isma Yatim
diperintah membunuh Putri Nila Dalam pelajaran ini, Gendi. Isma Yatim menyembunyikannya.
Ketika raja menyesal, Isma Yatim lalu membuka tabir rahasia ini. Putri Nila dan anaknya, Dewi
Rum, kemudian dijemput untuk pulang ke istana. Raja mangkat, maka Dewi Rum menjadi raja
bergelar Mangindra Sri Bulan. Isma Yatim ikut memelihara tuan putri. Tuan Putri akhirnya
kawin dengan Indra, mempelai, anak raja Syahdan Mangindra.
Sumber: Perintis Sastra, 1951, dengan pengubahan ejaan.

Berikut ini bentuk cerpen yang bersumber pada hikayat tersebut.

Pada saat kepindahan itu, Megat Nira merasa gundah sebab sang istri akan melahirkan
anak.
"Anak kita ini akan menjadi raja yang bijak, istriku."
"Ya, Kakanda. Anak kita ini akan diberi nama Isma Yatim."
Anak itu didik mengaji kepada seorang mualim, Sufian.
"Anak ini sangat pandai," kata sang ulama.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 123 -


Memang Isma Yatim itu sangat pandai. Kepandaiannya ditunjukkan dengan karya-karya
berbentuk hikayat. Karya hikayat itu akan diserahkan kepada raja. Karena kepandaiannya itu,
Isma Yatim diangkat menjadi penasihat kerajaan.
"Saudaraku, dalam perniagaan di mana pun, berlakulah jujur," nasihat Isma Yatim di
hadapan para nakhoda kapal.
Karena nasihat itu, para nakhoda memberinya hadiah putri cantik kepada Isma Yatim.
Selanjutnya, kerajaan mengangkat kedudukan Isma Yatim menjadi panglima perang. Dia
ini panglima tangguh yang sanggup mengalahkan musuh.
Suatu hari, permaisuri menuduh Putri Nila Gendi akan meracun raja. Isma Yatim disuruh
membinasakan Putri Nila Gendi. Isma Yatim menyembunyikannya.
Akhirnya, tabir rahasia itu dibeberkan Isma Yatim. Raja menyesal. Bahkan sampai
meninggal dunia. Anaknya Dewi Rum menggantikan kedudukan ayahnya, sedangkan Isma
Yatim tetap menjaga dan setia kepada kerajaan dan keluarganya.

Bagaimana sudah paham mengubah hikayat kedalam sebuah cerita pendek? Mari kita uji
pemahaman Anda bacalah penggalan hikayat berikut dengan saksama.

Hikayat Bakhtiar

Ada seorang raja, terlalu besar kerajaannya dari segala raja-raja. Syahdan maka
baginda pun beranak dua orang laki-laki, terlalu amat baik parasnya, gilang gemilang dan
sikapnya pun sederhana.
Hatta maka berapa lamanya, dengan kodrat Allah, subhanahu wa ta'ala, maka baginda
pun hilanglah, kembali ke rahmatu'llah. Arkian maka anakda baginda pun tinggallah dua
bersaudara.
Setelah demikian, maka mufakatlah segala menteri dan hulubalang dan orang kaya-kaya
dan orang besar-besar menjadikan anak raja, menggantikan ayahanda baginda.
Setelah sudah naik di atas tahta kerajaan dan berapa lamanya, maka berpikirlah
saudaranya,katanya:
"Jikalau kiranya saudaraku ini kubiarkan menjadi raja, bahwasanya aku ini tiadalah
menjadi raja selama-lamanya. Maka baiklah aku menyuruh memanggil segala perdana menteri
dan hulubalang dan orang besar-besar dan orang kaya-kaya sekaliannya."
Setelah berhimpunlah segala menteri dan hulubalang, rakyat hina dina sekaliannya,
maka baginda pun bertitah:
"Hai, segala menteri dan hulubalang dan orang besar-besar dan orang kaya dan tuan-
tuan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 124 -


sekaliannya, pada bicaraku ini, jikalau kakanda selama-lamanya menjadi raja di dalam
negeri ini, bahwa aku pun tiadalah menjadi raja selamalamanya, melainkan marilah, kita
langgar dan kita keluarkan akan kakanda, supaya negeri itu terserah kepadaku".
Setelah sekalian menteri hulubalang, punggawa, orang-orang besar dan orang kaya,
dan rakyat sekaliannya itu mendengar titah yang demikian itu, maka mereka itu pun
berdatang sembahlah:
"Ya, tuanku, syah'alam, adapun pada pendapat akal patih sekalian ini, meskipun paduka
kakanda menjadi raja ini, serasa tuanku juga. Jikalau tuanku kabulkan sembah patih sekalian
ini, maka baiklah tuanku mufakat dengan paduka kakanda, supaya sempurna negeri tuanku,
karena paduka kakanda itu pun sangat baik dan barang kelakuan danpekerti paduka kakanda
pun baik". Di dalam pada itu pun, lebih maklum ke bawah duli tuanku, syah alam, juga.
Setelah demikian sembah mereka sekalian itu, maka baginda pun berpikirlah di dalam
hatinya, katanya: "Benarlah seperti kata menteri sekalian ini dan siapakah lagi kudengarkan
katanya?"
Setelah sudah berkata demikian di dalam hatinya, maka baginda pun masuklah ke dalam
istananya. Maka sekalian mereka itu pun masing- masing pulang ke rumahnya.
Hatta maka berapa lamanya, maka kedengaranlah kepada baginda tuan wartanya itu.
Maka ia pun berpikirlah di dalam hatinya: "Tiada berkenan rupanya saudaraku ini akan
daku. Jikalau ia hendak jadi raja, masakan dilarangkan dia, niscaya akulah, yang merayakan
dia. Tetapi apakah akan daya aku ini. Jikalau demikian, baiklah aku pergi membuangkan diriku
barang ke mana membawa untungku ini."
Setelah sudah ia berpikir demikian itu, seketika maka hari pun malamlah. Maka baginda
pun sembahyanglah. Setelah sudah, maka ia pun lalulah masuk ke dalam tempat
peraduan hampir isterinya, seraya bertitah kepada isterinya:
"Hai, adinda, adapun akan hamba ini sangatlah bencinya saudara hamba akan hamba.
Maka oleh karena itu, maka hamba hendak pergi membuangkan diri barang di mana ditakdirkan
Allah ta'ala. Maka tinggallah tuan hamba baik-baik memeliharakan diri
tuan-hamba". Maka bercucuranlah air mata baginda. Kelakian maka sahut isterinya:
"Mengapatah maka kakanda berkata demikian itu?"
Maka titah istrinya: "Adalah hamba ini mendengar kabar bahwa saudara hamba itu
memanggil segala menteri, hulubalang dan orang besar-besar dan orang kaya, diajaknya
mufakat melanggar kakanda ini, karena ia hendak menjadi raja di dalam negeri ini. Maka itulah
sebabnya, maka hamba hendak membuangkan diri barang ke mana. Maka tinggallah tuan baik-
baik".
Setelah isterinya mendengar kata suaminya demikian itu, maka isterinya pun segeralah
bangun menyembah kaki baginda, serta dengan air matanya bercucuran, serta katanya:
"Walau ke langit pun kakanda pergi, adinda ikut juga."
Setelah demikian, maka titah baginda:

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 125 -


"Segeralah adinda berkemas-kemas, pagi-pagi esok hari kita berjalan barang ke mana
dikehendaki Allah ta’ala, kita pergi membawa untung kita. Tetapi akan tuan jangan menyesal
kelak."
Maka sahut tuan puteri itu: "Jangankan demikian, jika kalau kelautan api sekalipun,
hamba pergi juga, lamun dengan kakanda."
Syahdan maka kedua suami isteri itu pun berkemas-kemaslah. Setelah hari siang, maka
keduanya pun berjalanlah, seraya menyerahkan dirinya kepada Allah, subhanahu wa
ta'ala, keluar negeri, masuk hutan, masuk padang, terbit padang, masuk rimba belantara, terbit
rimba belentara.
Hatta maka berapa lamanya baginda dua suami isteri itu berjalan, maka ia pun
sampailah kepada suatu padang yang luas. Maka baginda dua suami isteri pun berhentilah di
sana.
Adapun tatkala baginda dua suami isteri berjalan itu, bahwa isterinya itu telah hamil
delapan bulan. Kelakian maka genaplah bulannya itu. Maka pada ketika yang baik dan hari
yang baik maka tuan puteripun hendaklah bersalin, maka katanya:
"Aduh, kakanda, lemahlah rasanya segala tulang sendi hamba ini, kalau-kalau genaplah
gerangan bulannya hamil hamba ini."
Hatta baginda pun berdebarlah hatinya mendengar kata isterinya Itu. Seraya
disambutnya isterinya, maka katanya:
"Allah, subhanahu wa ta'ala juga, yang amat menolong akan hambanya itu!"
Maka dengan kodrat Allah, subhanahu wa ta'ala, maka seketika Itu juga berputeralah
tuan puteri itu seorang laki-laki dengan indahnja juga.
Sebermula adapun anaknya itu terlalu amat baiknya dan gilang gemilang warna
mukanya dantiadalah dapat ditentang nyata lagi.
Sumber : Bunga Rampai Melayu Kuno, 1952
(dengan penyesuaian ejaan)
1. Apakah isi Hikayat Bakhtiar tersebut?
2. Ubahlah hikayat tersebut ke dalam bentuk cerpen.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 126 -


STANDAR KOMPETENSI : Menulis
9. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan
pengalaman dalam kegiatan produksi dan transformasikan
bentuk karya sastra

KOMPETENSI DASAR : 9.1 Mengarang cerpen berdasarkan realitas sosial


INDIKATOR :
Mengekspresikan gagasan dalam bentuk cerpen berdasarkan realitas sosial dengan
mengembangkan:
- penokohan
- alur
- tema
- latar
sudut pandang penyelesaiannya

Tujuan Pembelajaran
Pada Pelajaran Anda akan mengekspresikan gagasan dalam bentuk cerpen berdasarkan
realitas sosial dengan mengembangkan tokoh, alur, latar, tema, dan sudut pandang serta
menuliskannya dalam bentuk sebuah cerpen. Tujuan dari pelajaran kali ini, Anda dapat
menuliskan cerpen berdasarkan realitas sosial atau keseharian kehidupan masyarakat sekitar.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 127 -


Mengarang cerpen berdasarkan realitas sosial

Mengarang atau menulis sebuah cerita tidak setiap orang bisa. Namun, kemampuan ini
bisa kita pelajari Untuk mengawalinya ada baiknya Anda harus memerhatikan hal-hal berikut.
1. Tokoh dan Peristiwa
Adanya peristiwa demi peristiwa dalam cerpen berupa pengenalan, ketegangan,
konflik, klimaks, sampai penyelesaian hanya mungkin terjadi jika ada pelakunya.
Peristiwa yang bergerak dalam cerpen tidak lain perjalanan kehidupan tokoh. Begitu
pula perbedaan salah satu tokoh dengan tokoh lainnya ditentukan oleh peristiwa.
Peristiwa yang terjadi didasarkan pada cara berpikir, berperasaan, berperilaku, dan
bertindak dari setiap tokoh. Jadi, ada hubungan sebab-akibat.
2. Konflik
Konflik dalam sebuah cerpen memiliki peranan sesuai dalam pengembangan alur
(plot). Konflik demi konflik yang disusul oleh peristiwa demi peristiwa akan
menyebabkan peristiwa semakin meningkat. Bentuk konflik dapat berupa peristiwa
fisik atau batin tokoh.
3. Latar dan Peran Latar
Latar yang mengarah pada pengertian tempat, waktu, dan lingkungan sosial memiliki
hubungan erat dengan unsur lain. Latar memberikan pertunjuk baru kepada pembaca
untuk menambah pengalaman hidup.
4. Tema
Tema harus dipahami dan ditafsirkan melalui cerita dan unsur struktur pembangun
cerita. Tema dalam cerpen memiliki kaitan erat dengan setiap unsur lainnya.
5. Amanat/Pesan
Amanat/pesan yang ada dalam cerpen mengarah pada ajaran baik-buruk yang diterima
masyarakat umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, atau moral. Cerpen
mengandung penerapan moral dalam siap dan tingkah laku tokoh.
Adapun cara mengarang cerita pendek itu dianggap penting bagi sebagian cerpenis
pemula. Cara mengarang cerpen itu seperti jalan raya. Artinya, jalan yang telah dilalui banyak
orang sebelumnya. Hal ini disebabkan cara mengarang memang berasal dari tulisan-tulisan itu
sendiri. Cara mengarang cerita pendek berasal dari mempelajari cerita-cerita pendek sebelumnya.
Teori ada setelah cerita pendek itu sendiri ada. Jadi, cerita pendek yang mula-mula lahir bukan
karena teori, melainkan karena bakat-bakat besar penulisnya.
Adapun menulis dan berteori cerpen berjalan seiring. Orang biasanya tergerak untuk
menulis disebabkan dia terkesan oleh cerita pendek yang pernah dibacanya. Dia ingin menulis
seperti dia. Akan tetapi, dia tidak bisa terus-menerus meniru, tidak asli. Dia harus
memiliki cara sendiri. Untuk itulah diperlukan teori/cara. Hal ini yaitu dasar-dasar umum
yang akan membimbingnya ke arah yang khusus.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 128 -


Lalu apa yang membuat karya cerpen bisa dianggap besar? Inilah beberapa hal yang bisa
membuat karya cerpen dianggap besar.
1. Sebuah karya sastra yang besar harus mengandung kebenaran dan kejujuran yang
bersifat universal, seperti ilmu pengetahuan, kesusastraan juga suatu usaha untuk
mencari dan mengungkapkan kebenaran. Apa yang dianggap benar oleh manusia
sekarang maupun manusia akan datang. Sebuah karya sastra yang besar dengan kuat
akan mendesakkan nilai kebenarannya itu.
2. Karya cerpen harus mampu menghadirkan perasaan secara jujur. Dalam sastra yang
dipersoalkan tetap manusia. Manusia dalam persoalan dengan dirinya, dengan orang
lain, dengan alam lingkungan, atau dengan Maha Pencipta. Karya sastra besar adalah
milik semua manusia, milik dunia, meskipun pengarangnya berasal dari suatu negara
dan ras tertentu, bahkan juga agama tertentu.
3. Karya cerpen memiliki penyajian harus menarik. Ini berarti bahwa karya sastra besar
sudah tidak ada lagi hambatan teknik menulis. Keterampilan menulis sudah harus
menjadi milik bawaan pengarang. Ia adalah peralatan untuk mencipta. Bahan apa saja
yang digarapnya akan mampu memberikan pesona. Gaya bercerita harus memikat dan
memuaskan para pembacanya akan nafsu mereka terhadap keindahan.
4. Karya cerpen pun harus memiliki sifat abadi. Karya yang pop tidak akan pernah
menjadi karya besar. Novel dengan masalah sosial dan politik biasanya jatuh ke dalam
kategori temporer. Biasanya karya yang bersifat demikian terlalu banyak bicara soal
tema sosial politiknya dan bukan pada manusianya.

Berikut ini beberapa tips kreatif dalam membangkitkan motivasi mengarang.


1. Yakinkanlah bahwa menulis itu adalah proses mengamati, berpikir, menciptakan
imajinasi, sampai menuliskan apa yang ada dalam pikiran. Anda dapat mencatat hal-
hal yang kiranya dapat dijadikan ide menulis cerpen. Misalnya, saat Anda sedang
berada di dalam bus kota, di kantin, atau di rumah sekalipun. Bidiklah hal-hal yang
menurut Anda beda dengan sudut pandang orang lain. Sudut pandang yang lain akan
menghasilkan karya yang lain pula. Tanamkan dalam hati Anda untuk membuat
cerpen yang isinya beda dengan cerita kebanyakan!
2. Mulailah dari sekarang! Timbulkan keberanian untuk menulis. Anda dapat
memancingnya lewat satu atau dua kalimat di buku tulis atau komputer Anda. Jangan
biarkan ada kertas atau halaman kosong.
3. Camkanlah dalam hati Anda bahwa menulis adalah ekspresi diri. Jangan terbelenggu
dengan jawaban: "benar" atau "salah" dalam tulisan Anda. Menulis adalah hak pribadi
Anda. Masalah benar atau salah adalah persepsi manusia/pembaca.
4. Mulailah untuk belajar menjadi pengamat. Hal ini disebabkan, seorang penulis harus
mampu menyuguhkan data atau situasi yang membumi dengan kehidupan manusia.
Misalnya, ketika akan menulis cerpen yang berisi sejarah, Anda tentunya harus

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 129 -


melakukan observasi dengan datang ke tempat bersejarah, membaca, atau mencari
sumber lain di internet. Nilai pengamatan tersebut dapat menjadi bobot tersendiri
dalam tulisan yang Anda buat. Anda dapat mencari referensi di perpustakaan sekolah
atau membeli buku.
Selain itu, tentunya pula Anda diharapkan lebih banyak membaca karya-karya cerpen
orang lain. Hal ini dapat dijadikan modal untuk memahami gaya atau ciri khas
penulisan setiap cerpenis. Selain itu, Anda dapat mengetahui bagaimana karakteristik
tema, tokoh, perwatakan, gaya bahasa, hingga amanat yang terkandung dalam cerpen
yang ditulis orang lain. Dengan membaca karya-karya penulis atau pengarang
terkenal, secara tidak langsung mereka adalah mentor/pelatih Anda dalam menulis.
Pilihlah seorang penulis yang menjadi idola dan mengena dalam hati Anda melalui
tulisan-tulisannya. Hal ini supaya Anda tidak kebingungan dalam mencoba mencari
gaya penulisan.
5. Berani untuk kreatif adalah modal utama untuk menjadi seorang penulis. Seorang yang
kreatif mampu belajar dan berlatih lebih giat serta mampu menciptakan hal-hal baru
yang ada dalam tulisannya.

Tugas Individu
1. Pergilah ke luar kelas. Amatilah realitas sosial yang ada di sekeliling Anda, misalnya
tentang kehidupan sosial, kemiskinan, nilai norma, adat, kenakalan remaja. Tentukan
satu tema berdasarkan hasil pengamatan Anda!
2. Kembangkan tema yang telah Anda tentukan menjadi sebuah cerpen!

Untuk mengerjakan soal no 3 dan 4 bacalah kutipan cerpen berikut!

Bacalah kutipan cerpen berikut!


Joni yang selama ini diam ikut angkat bicara, "La! Kau, kan, tahu, Kakek Soma. Buat
apa dia tanam jambu bangkok itu? Dengan isitnya (gusinya) mereka sudah tak bakal lagi
mampu mengigit daging jambu, biar yang sudah terlalu matang pun. Atau, barangkali buah-
buah itu akan dibiarkan menggantung sebagai hiasan dan pameran sampai membusuk
bergantung di dahannya. Itu kan sadis? Itu menyalahi ajaran kitab suci. Ayahmu sebagai ustad
berkali-kali mengajarkan di langgar bahwa bahwa yang bisa tumbuh di dunia ini, semuanya
untuk dinikmati dan dimanfaatkan. Kami sudah siap buat sikat buah-buahan itu besok pagi."
Jalal tertawa, "Itu yang kau katakan rahasia yang kausimpan dariku? Mengambil milik
orang lain tanpa izin, sejak lama purba namanya tetap colong. Jangan kau coba menghaluskan
dengan istilah sikat. Jika mau dihiasi dengan alasan yang bagaimanapun,
colong tetap colong, dosanya tetap bulat. Mam! Memang benar, aku tidak bakal setuju
jika kalian ajak."
Cerpen "Kakek Soma" karya Toha Muhtar

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 130 -


3. Ubahlah ke dalam bentuk paragraf pembuka dalam cerpen.
4. Buatlah sebuah cerita pendek dengan mengembangkan tokoh, alur, latar, tema, dan sudut
pandang. Galilah cerita pendek berdasarkan pengalaman Anda.

Refleksi
Hikayat dan cerpen yang telah Anda baca tersebut tentunya menambah wawasan lagi,
bukan? Pelajaran ini dapat membuat lebih memahami lingkungan dan realitas kehidupan di
daerah Anda, perasaan dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar akan semakin terasah dengan
memahami apa yang terdapat dalam karya tersebut.

STANDAR KOMPETENSI : Menulis


9. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan
pengalaman dalam kegiatan produksi dan transformasikan
bentuk karya sastra

KOMPETENSI DASAR : 9.2 Menyadur cerpen ke dalam bentuk drama


satu babak
INDIKATOR :
Menentukan tema cerpen yang dibaca
Menentukan isi cerpen dan karakter tokoh-tokohnya
Mengubah cerpen ke dalam bentuk drama sesuai dengan kerangka yang dibuat

Tujuan Pembelajaran

Pada Pelajaran Anda akan mengekspresikan gagasan dalam Mengubah cerpen ke dalam
bentuk drama sesuai dengan kerangka yang dibuat.

Menyadur cerpen ke dalam bentuk drama satu babak

Berikut ini adalah naskah drama karya HB. Jassin. Coba Anda baca dengan cermat!
Sambil membaca, identifikasikan unsur yang tergambar dari dialog para pelaku dalam drama
tersebut!
Tuliskan hasilnya di buku tugas dengan mengikuti format di bawah ini!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 131 -


No Nama Pelaku Watak tokoh

Seniman Pengkhianat

“Orang-orang yang sudah menjual jiwa dan kehormatannya kepada fasis Jepang
disingkirkan dari pimpinan revolusi kita (orang-orang yang pernah bekerja di propaganda polisi
rahasia Jepang, umumnya di dalam usaha kolone 5 Jepang). Orang-orang ini harus dianggap
sebagai pengkhianat perjuangan dan harus diperbedakan dari kaum buruh biasa
yang bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.” (Perjuangan Kita, oleh
Sjahrir, h. 24).
X : “Belum juga dia datang. Janjinya pukul sebelas. Sekarang sudah lewat setengah
jam.”
Y : “Ah, dia banyak urusannya barangkali. Sandiwara sangat maju.”
X : “Itu dia! Manuskripku sekarang ada padanya.”
Y : “Manuskrip yang mana?”
X : “Sandiwara 4 babak, Kesuma Negara.”
Y : “Oh, yang baru lagi?”
X : “Ya, abis? Kemauan zaman. Kita mesti turut zaman, bukan?”
Y : “Aku heran melihat engkau. Apa saja acaranya, engkau membuatnya menjadi sajak,
cerita pendek, sandiwara, dan sebagainya.”
X : “Apa susahnya. Bikin saja, asal u sama u, a sama a, b sama b, sudah beres. Bikin
cerita pendek syaratnya asal jangan lupa: menghancurkan musuh, musuh jahanam,
musuh biadab; kemenangan tinggal tunggu hari lagi. Pihak kita: kesayangan Tuhan,
Tuhan telah menjanjikan kita kemenangan dan sebagainya yang muluk-muluk, yang
jelek-jelek pada pihak lawan.”
Y : “Kuheran. Engkau dapat menulis demikian.”
X : “Mengapa heran? Engkau juga bisa, kalau engkau mau.”
Y : “Biarpun aku meu, aku tidak bisa.”
X : “Bohong! (berbisik). Mengapa engkau begini bodoh? (sambil menunjuk ke sepatu Y).
Lihat! Sepatumu sudah ternganganganga. Bajumu telah berjerumat. Kalau engkau
mau… kantor kami senantiasa akan menerima engkau.”
Y : “Kerjaku menjadi apa?”
X : “Biasa. Seperti aku sekarang. Sekali-sekali ada bestelan sajak, atau cerita pendek,
atau sandiwara, atau lelucon.”
Y : “Lantas kalau ada bestelen, engkau yang bikin?”
X : “Mau apa lagi?”
Y : “Engkau bisa tulis?”
Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 132 -
X : “Bisa.”
Y : “Wah! Engkau ini orang aneh. Misalkan, pemerintah memerlukan rambutan untuk
santapan serdadunya. Lantas dia menginginkan rambutan yang jitu, temponya tiga
hari, engkau bisa bikin?”
X : “Gampang, tiga hari terlalu lama. Pukul sebelas dibestel jam dua belas sharp,
tanggung siap.”
Y : “Tapi engkau toh mengerti, bahwa pekerjaan yang demikian tidak ada jiwanya?”
X : “Jiwa? Perlu apa jiwa sekarang? Jiwa diobral di medan perang. Hanya engkau yang
meributkan perkara jiwa.”
Y : “Bukan demikian. Padaku sesuatu itu mesti ada ‘aku’-ku di dalamnya. Kalau tidak,
aku tidak puas.”
X : “Kalau sekarang engkau hendak memasukkan ‘aku’–mu ke dalam suatu pekerjaan,
nanti engkau akan mendapat panggilan dari Gambir Barat1.
Y : “Oleh karena itulah, engkau tidak bisa menulis seperti kehendakmu itu.”
X : “Bung! Aku bilang saja terus terang. Gerak gerikmu sekarang diamat-amati oleh
Gambir Barat.”
Y : “Aku sudah tahu lama. Tapi itu aku tidak ambil perduli.”
X : “Engkau harus hati-hati. Omonganmu jangan terlalu lancang.”
Y : “Aku tahu. Aku lemah. Aku tidak punya karaben. Tapi, kalau aku disuruhnya menulis-
menulis, seperti yang engkau laksanakan, lebih baik aku makan tanah.”
X : “Apa hinanya? Dia kuanggap majikan, aku buruh. Aku makan gaji. Apa yang dia
suruh, toh aku mesti bikin?”
Y : “Engkau mesti ingat. Engkau bukan buruh biasa. Engkauseorang seniman.”
X : “Tidak! Aku tidak pernah bilang aku seorang seniman. Aku orang biasa. Namaku X.”
Y : “Tapi pekerjaanmu? Pekerjaanmu mempropaganda ini itu kepada rakyat.”
X : “Rakyat toh mesti diberi penerangan?”
Y : “Betul! Tapi bukan penerangan yang menjerumuskan itu, kalau engkau bikin
propaganda tentang laut, misalnya.”
X : “Aku tidak tahu.”
Y : “Memang. Engkau tidak tahu. Tapi mereka, anak-anak muda yang terpedaya oleh
ajak, atau cerita pendek, atau sandiwaramu tentang laut, apa engkau bisa
tanggung?”
X : “Mereka mesti tahu sendiri.” “Sobat! Engkau bangsa apa?”
X : “Aku bangsa Indonesia.”
Y : “Tulen?”
X : “Tulen!”
Y : “Tidak ada campuran?”
X : “Tidak! Ibu bapak 100% bangsa Indonesia.”

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 133 -


Y : “Kalau begitu aku tidak tahu, mengapa engkau mau menggali kubur untuk bangsamu
sendiri.”
X : “Aku tidak menggali kubur. Aku makan gaji.”
Y : “Tapi gajimu berlumuran darah bangsamu sendiri.”
X : “Tidak dengan pekerjaanku, bangsa kita toh sudah berlumuran darah.”
Y : “Jadi engkau hendak menambahnya lagi?”
X : “Pekerjaanku ini seperti titik dalam lautan. Tidakkan menambah dan tidak akan
mengurangi.”
Y : “Oleh sebab itu, engkau kerjakan?”
X : “Mengapa aku saja yang engkau terkam?”
Y : “Karena aku anggap engkau wakil dari gerombolanmu.”
X : “Bukan golonganku saja yang diperbudak. Semua golongan, tidak ada
terkecualinya.”
Y : “Aku juga tahu. Yang menjerit-jerit berteriak-teriak di lapangan besar, seperti orang
edan, juga bangsa kita. Juga tukang tipu rakyat.”
X : “Nah. Itu dia. Jadi bukan aku saja.”
Y : “Itu bukan alasan untuk melakukan pekerjaanmu seperti sekarang ini.”
X : “Lantas maumu aku mesti makan angin?”
Y : “Bukan. Engkau dapat bekerja di lapangan lain. Pendidikanmu cukup.”
X : “Maaf. Tapi aku tidak dapat hidup seperti engkau.”
Y : “Engkau mempunyai cita-cita?”
X : “Penuh.”
Y : “Cita-citamu akan dapat menahan segala deritaan.”
X : “Aku tidak bisa. Tinggal di gubuk rebeh seperti engkau, maaf saja. Aku biasa tinggak
di Laan. Baju mesti saban hari ganti, sepatu mesti necis, jangan sampai ternganga.
Jajan tidak bisa di pinggir jalan, nongkrong seperti engkau. Aku bisa duduk di Oen.”
Y : “Tapi jangan anggap, buah penamu telah kercap seni. Di luar kantomu ini, masih
banyak pemuda-pemuda yang benar-benar berdarah seni, 100% lebih bersih dari
darahmu. Mereka sekarang gelisah menanti akhirnya penindasan ini. Tapi dalam
sementara itu, mereka menangis melihat kelakuan gerombolanmu yang melontekan
diri sebagai alat propaganda.”
X : “Engkau cemburu melihat kedudukanku sekarang ini. Itu sebabnya engkau caci-caci
aku.”
Y : “Aku tidak ingin kedudukanmu. Aku tidak ingin menjadi beo. Aku tidak ingin menjadi
ekor. Aku tidak ingin menjadi lonte seperti engkau.”
X : “Kalau tidak ingin, engkau boleh tutup mulutmu.”
Y : “Aku tidak akan menutup mulutku.Aku akan meneriak-neriakkan pengkhianatanmu
terhadap bangsamu sendiri, yang engkau jadikan mangsa kebengisan tokehmu dan
yang engkau coba meliputinya dengan tulisan-tulisanmu, untuk kepentingan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 134 -


kantongmu sendiri. Seandainya leherku yang kurus ini engkau suruh penggal pada
tokehmu, aku akan terus berteriak: meneriakkan pengkhianatanmu selama ini!”
Sumber: Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang, HB. Jassin, Balai Pustaka, hal. 88- 92.

Untuk mengubah naskah drama ke dalam bentuk cerita pendek ada beberapa hal yang harus kita
perhatikan yaitu:
1. tentukan tokoh-tokoh dalam cerita pendek tersebut
2. jadikan kalimat langsung atau dialog tokoh ke dalam kalimat tidak langsung atau
bisa dalam bentuk langsung dengan menuliskan siapa yang mengatakan
3. deskripsikan setting dalam naskah drama dengan deskripsi verbal dan nonverbal
Perhatikan contoh berikut!
Sepulang sekolah Aini bergegas memasukan buku-bukunyamenyambar tasnya, “Mudah-
mudahan Bu Sastra hari ini banyak bahan yang bisa aku jahit,” gumam Aini.
”Ni jadi tidak cari uang tambahan? Nurul teman sekelasnya menpuk pundak Aini dari
belakang. “jadi dong, ayo berangkat,” sahut Aini antusias.
Di ranjang besi tua tergolek seorang ibu kira-kira berusia 40 tahun, memakai baju
daster batik lusuh di pelipisnya menempel obat penghilang pusing berwarna putih, yah sebangsa
koyolah. Rumah itu sepertinya tak layak huni, atapnya yang sudah bocor disana –sini. Dinding
rumah yang sudah mengelupas nyaris tidak tersisa warna catnya.
Ibu Aida yang terbaring adalah orangtua Aini. Ukh..ukh..ukh..., batuk yang
terdengar terasa menyiksa. “Kenapa sudah siang begini Aini belum juga pulang,”gumam ibu
Aida sambil mendekap dadanya yang terasa sesak.Tak berapa lama, kira-kira pukul 4 sore, Aini
pulang dengan menenteng kantong plastik berisi nasi bungkus. Pintu rumah terkunci, untung Aini
membawa kunci cadangan. Pintu rumah terbuka, tas dan kantong plastik yang dibawa Aini
terlempar dengan tiba-tiba.

Hasil saduran
Suasana yang gaduh sehabis bel pelajaran berakhir .di ruang kelas terlihat beberapa anak
yang masih berbincang-bincang, sebagian sudah sibuk dengan tasnya hendak pulang. Tak
terkecuali Aini siswa kelas X di sebuah SMA negeri terkemuka.
Aini : (berbicara sendiri sambil memasukkan semua bukunya ke tas) aku harus
cepat ke rumah Bu Sastra, mudah-mudahan banyak bahan yang bisa aku jahit.
Nurul : (menepuk pundak Aini) “Ni, gimana jadi tidak cari uang tambahan?”
Aini : “Jadi dong yo berangkat.”

Bagaimana sudah paham bagaimana mengubah bentuk drama ke dalam cerita pendek.
Baca dan cermati cerita pendek “Pispot” karya Ramsad Rangkuti berikut dan sadurlah ke
dalam bentuk drama!
“P I S P O T”

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 135 -


cerpen Hamsad Rangkuti

Kami naik ke mobil polisi itu. Aku duduk di sebelah wanita korban penjambretan. Lelaki
yang tersangka melakukan penjambretan itu duduk di depan kami. Hidungnya masih meneteskan
darah. Di kiri kanannya duduk petugas pasar yang menangkapnya dan seorang polisi. Mobil itu
terbuka. Angin menerbangkan rambut kami.
Orang itu beberapa saat yang lalu melintas di antara keramaian pasar. Seorang wanita
menjerit. Aku melihat orang itu memasukkan sesuatu ke mulutnya disaat langkahnya yang
tergesa. Aku menuding lelaki itu dan petugas pasar menangkapnya. Massa pun melampiaskan
amarah mereka. Orang itu melap darah pada bibirnya dalam kecepatan lari mobil. Dia tidak
berani mengangkat untuk memperlihatkan darah yang masih meleleh mencoreng mukanya.
Sebenarnya tidak ada barang bukti untuk menuduhnya sebagai pelaku penjambretan itu.
Namun, aku mempertahankan kesaksianku dan ia pun jatuh terjerumus ke tangan polisi.
DI kantor polisi dia mulai didesak untuk mengakui perbuatannya. Mereka mulai menjalankan
cara mereka untuk membuat orang mengaku!
“Benar kamu telan kalung itu?” bentak mereka.
“Tidak,” kata laki-laki itu menyembunyikan mukanya.
“Kamu buang?”
“Tidak.”
“Kamu sembunyikan?”
“Tidak.”
“Dia tidak bisa berkata lain selain : Tidak!” Mereka mulai tidak sabar. “Siksa!”Orang
itu terlempar dari kursi. Dia mencoba hendak berdiri. Bertelekan pada sudut meja. Dia
kembali duduk di kursi.
“Saya tidak melakukan penjambretan itu, Bapak Polisi.”
“Bukan itu yang kutanyakan! Ke mana kau sembunyikan kalung itu?”
“Dia telan!” kataku.
“Kamu lihat?”
“Saya lihat! Dia masukkan kalung itu dan dia telan!”
Aku menambah kata “kalung” pada kesaksianku. Padahal, aku tidak melihat benda apa
yang dimasukkan ke dalam mulutnya. Sekarang sudah telanjur!
“Pasti?”
“Pasti!”
“Dia masukkan kalung itu ke mulutnya? Begitu? Orang di seberang itu memindahkan
kesaksianku ke atas kertas yang diketiknya. “Ya! Dia masukkan!” “Lalu dia telan?”
“Berapa gram? Tanyanya ke wanita korban penjambretan itu.
“Lima belas gram!” jawab wanita itu.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 136 -


“Cukup! Itu sudah cukup!” Bentak kepala pemeriksa. “Semua keterangan itu sudah
cukup meyakinkan! Ambil obat pencahar! Pisang dan papaya. Suruh dia mencret seperti
burung. Lalu tampung kotorannya!”
Kepala pemeriksa itu pergi meninggalkan ruang pemeriksaan. Setelah semua benda yang
disebutnya tersedia di ruang pemeriksaan, orang memanggilnya dan dia datang dengan
keputusannya.
“Suruh dia minum obat pencahar! Apa itu? Garam inggris?”
“Betul Pak.” Kata bawahannya
“Bagus, dan tampung!”
Mereka pun mulai memaksa lelaki itu untuk menelan obat pencahar. Tetapi, lelaki itu
tidak mau meminumnya. Dia tidak mau membuka mulut. Mereka mulai keras. Gelas berisi
larutan garam inggris itu mereka sodokan ke mulutnya. Dia tutup mulutnya seperti orang
menggigit. Kemudia dia terlempar lagi di kursi.
“Minum! Apa kau tidak biasa minum?!”
Dia bertelekanpada sudut meja untuk bisa bangkit dari tempat dia tersungkur.
“Kupas papaya itu! Dan suruh dia makan!”
“Mana yang lebih dahulu Komandan? Obat pencahar ini atau papaya?”
“Serentak juga tidak apa-apa! Yang penting tampung begitu dia ke jamban!”
“Nanti ususnya…”
“Tidak ada urusan! Suruh dia telan obat pencahar itu! Kemudian pisang atau papaya,
lalu tampung!” Mereka pun memaksa lelaki itu membuka mulut untuk menyungkah itu semua.
Aku mulai tidak kuat melihat penyiksaan iitu. Aku minta kepada komandan pemeriksa untuk
membollehkan aku membujuk lelaki itu menelan obat pencahar, pisang dan papaya. Dia
menyetujui. Lalu aku dan lelaki itu dimasukkan ke dalam ruang berdinding kaca yang terang
benderang. Para pemeriksaberada di balik riben dan kami tidak melihatnya. Termasuk wanita
yang menjadi korban penjambretan itu mengawasi kami lewat kaca peragaan.
Aku mulai membujuk laki-laki itu. Gelap di luar memberi kesan seolah kami berada di dalam
kamar dalam gelap malam.
“Sekarang Cuma kita berdua saja di ruang ini. Ada suatu hal yang ingin kukatakan
kepadamu. “Aku mulai menyakinkannya . “Kalau dalam waktu dekat kau tidak keluarkan kalung
itu , mereka akan mengoperasimu!” Aku bergesser dekat kepadanya. “Kau telah tahu
bagaimana orang dioperasi? Kau akan dibawa ke kamar bedah. Sebelum kau dioperasi,
tubuhmu akan ditembus sinar x untuk melihat di bagian mana kalung itu nyangkut di ususmmu.
Kau akan puasa dalam waktu yang lama. Setelah itu baru kau dimasukkan ke kamar bedah. Kau
akan dibius. Pada saat kau sudah tidak sadar oleh obat bius, pada saat itulah kulit perutmu akan
disayat mereka di meja operasi. Pisau bedah itu akan masuk ke dalam perutmu seperti orang
menyiang ikan. Ususmu akan disabet mereka dengan geram, karena kau menyembunyikan benda
berharga di ususmu. Satu hal harus kau ketahui bahwa operasi itu bukan untuk menyelamatkan
kalung yang kau telan. Coba bayangkan seandainya operasi itu memerlukan tambahan darah.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 137 -


Siapa yang akan mau menyumbangkan darahnya untuk orang seperti kau? Jambret! Ingat bung.
Kau tidfak ada artinya bagi mereka. Mereka mengoperasimu dalam saat mereka geram karena
kau menyembunyikan kalung emas di dalam ususmu. Kau tidak ada artinya bagi mereka. Tidak
mungkin ada orang mau menyumbang darah secara sukarela kepadamu. Tidak mungkin ada
salah seorang sanak keluargamu yang mau datang menujukkan diri untuk menyumbang darah
kepadamu. Mereka malu untuk muncul. Karena kau maling! Tahu kau? Nyawamu bagi mereka
tidak ada artinya. Tubuhmu yang terbaring dalam pengaruh obat bius itu tidak akan mereka
hiraukan lagi begitu mereka menemukan kalung emas itu. Saking gembiranya mereka itu, aku
yakin begitu, mereka akan lupa menyudahi operasimu. Kau akan mati sia-sia. Untuk apa
menyelamatkan penjambret seperti kau. Mengurangi jumlah penjahat lebih bijaksana! Maka,
kau akan mampus! Kau tidak ubah seperti koper tua yang dicampakkan setelah dikeluarkan
isinya. Mayatmu akan terbaring tanpa ada orang yang menjenguk.”
Orang itu dari tunduk memandang kepadaku.
“Kau masih muda Bung. Masih banyak kemungkinan masa depanmu. Kau harus
manfaatkan hidupmu. Masak kau mau mampus dengan jalan konyol seperti itu?
Operasiitu bukan untuk menyelamatkan jiwamu, tetapi untuk menyelamatkan kalung
emas yang kau telan!”
“Apa yang harus aku lakukan?” katanya.
“Keluarkan!” bentakku
“Aku tidak melakukannya!”
“Sudah tidak waktu lagi untuk berkilah-kilah! Tidak saatnya menyembunyikan kejaatan
pada saat ini. Jangan tunggu mereka kalap. Jangan kau kira mereka tidak melihat kita. Semua
gerak-gerik kita mereka lihat lewat kaca riben ini. Lihat kedip api rokok mereka di dalam gelap!
Itu sama seperti mata mengintai kita. Ayo lakukan! Cepat telan obat pencahar itu! Apa yang kau
takutkan pergi ke jamban?”
Dia raih gelas berisi larutan garam inggris dari atas meja. Dia reguk seperti orang
minum kopi. Kemudian dia lahap papaya dan pisang.
“Makan lebih banyak pepaya itu, biar cepat dia mendorongnya .”
Seorang petugas membuka pintu kaca.“Sudah ingin ke jamban?” katanya
“Dia baru menelannya. Belum. Sebentar lagi, Pak.”
“Bagus! Kalau dia tidak suka papaya dalam negeri, kita bisa sediakan papaya
Bangkok!” Dia tutup intu kaca itu.Tidak lama kemudian dia muncul pula. Dua orang masuk
membawa papan penyekat dan dua pispot. Papan penyekat itu dimaksudkan sebagai dinding
jamban. Orang itu kalau sudah ingin ke jamban, dia boleh pergi ke balik papan penyekat untuk
membuang hajat. Untuk alasan tertentu. Orang itu diperintahkan menanggalkan pakaiannya,
kecuali celana dalam. Dia disuruh merekam pergi ke balik papan penyekat sampai dia
memerlukan pispot.
Aku dan para petugas keluar dari dalam ruangan berkaca. Kami menonton dari balik
riben , menunggu orang itu mengeluarkan kotorannya ke dalam pispot. Seorang petugas yang

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 138 -


memegang alat pengeras suara masuk ke dalam ruangan berkaca dan mengambil pispot yang
diulurkan dari papan penyekat. Petugas itu tampak memeriksa isi pispot dengan ranting.
Terdengar dia melaporkan apa yang dia lihat di dalam pispot.
“Belum keluar! Baru biji-biji kedelai. Rupanya dia makan tempe!”Dia keluar membawa
pispot dan seseorang menyambutnya dan membersihkannya di lubang kakus. Si penjambret
meminta pispot baru. Kemudian orang yang membawa alat pengeras suara masuk kembali ke
dalam ruangan berkaca dan menyambut pispot yang diulurkan dari balik papan penyekat. Lalu
terdengar suara dari dalam pengeras suara:
“Belum juga! Masih sisa-sisa tempe. Ada seperti benang. Kukira ini sumbu singkong
rebus!”
Dia kemudian dalam urutan waktu melakukan hal yang sama. Sementara, di balik riben kami
terus menunggu sudah sampai sepuluh kotoran di dalam pispot dituang ke dalam kakus, namun
kalung itu tak terkait di ujung ranting. Wanita pemilik kalung mulai bosan menunggu. Dia me-
nilpun suaminya. Tidak lama kemudian suami wanita itu datang. Dia pun ikut bergabung
menonton di balik riben. Orang di balik papan penyekat makin pendek jarak waktunya dia
mengulurkan pispot, namun kalung emas lima belas gram itu tidak keluar bersama kotorannya.
Pada saat kami menunggu seperti itu, tiba-tiba papan penyekat di dalam ruangan kaca itu
terdorong dan kemudian tumbang. Orang dibaliknya jatuh terjerembab menindihnya. Dia sudah
tidak dapat berdiri. Dia menjadi lunglai setelah terus –menerus mengeluarkan kotorannya.
Maka, si suami pun mengambil keputusan. Dia desak si istri mencabut tuduhannya. Si
istri melakukannya. Tuduhannya dia cabut. Dia minta maaf pada polisi, karena mungkin bukan
orang itu yang menjambret kalungnya. Lelaki itu dibersihkan di kamar mandi. Tuduhan
terhadap dirinya dicabut! Wanita itu minta maaf kepadanya. Aku juga minta maaf kepadanya.
Polisi juga memaafkannya. Dia bebas!
Karena merasa berdosa, aku menolong lelaki itu meninggalkan kantor polisi. Aku
memapahnya naik ke atas taksi. Aku terus-menerus meminta maaf di sepanjang perjalanan. Aku
raba uang di sakuku. Aku beri dia uang untuk menebus rasa berdosa pada diriku. Lelaki itu
berlinang air matanya.
“Beli makanan. Kau perlu gizi untuk memulihkan kesehatanmu. Aku benar-benar merasa
berdosa!” Dia lipat uang di tangannya.
“Terima kasih. Ternyata bapak orang baik.”
“Jangan katakan begitu! Aku telah menjerumuskanmu. Uang itu tidak ada artinya. Aku
telah melakukan kesaksian palsu. Maafkan aku, Bung.”
Kemudian kami sama diam di dalam perjalanan itu. Kemudian dia minta diturunkan di
gang tempat tinggalnya. Aku menolongnya sampai keluar.Aku menyalamnya.
“Maafkan aku Bung. Rasanya aku berdosa betul. Sepuluh ribu tidak ada artinya untuk
mengenyahkan rasa berdosa itu. Bisa kau berdiri? Apa tidak becak ke rumahmu? Apa perlu aku
mengantarmu?”
“Tidak usah Pak. Terima kasih.”

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 139 -


Dia tampak tidak kuasa menahan air matanya. Aku biarkan dia berdiri goyah. Aku masuk
ke dalam taksi. Pintu aksi dia tutupkan tempat dia bertumpu. Aku ulurkan tanganku pada jendela
untuk menjabat tanganya. Aku belum merasa cukup untuk melenyapkan rasa bersalah itu. Maka,
aku mengulang apa yang telah kukatakan.
“Maafkan saya, ya Bung. Beli makanan untuk memulihkan kesehatanmu. Aku benar-
benar merasa berdosaa kepadamu.Aku tidak akan mengulang hal yang sama terhadap orang
lain.” Orang itu menghapus air matanya pada pipinya yang berdarah. Mukanya yang lebam dia
tundukkan.
“Bapak adalah saksi yang benar. Bapak tidak boleh merasa berdosa.” Dia semakin menunduk
seolah dia hendak menyembunyikan mukanya. “Bapak orang baik. Saya harus mengatakannya!
Anakku sedang sakit keras. Kami perlu biaya. Istriku telah putus asa di rumah. Dokter meminta
banyak.” Dia tiba-tiba mengangkat mukanya. “Bapak adalah saksi itu! Bapak orang baik. Saya
harus mengatakannya!” Dia kembali menunduk. “Saya bukanlah menjambret. Tetapi, saya telah
melakukannya. Tiga kali kalung itu keluar ke dalam pispot. Begitu keluar aku langsung
menelannya.”Dia lepas jabat tangannya pelan-pelan. Dia memandangiku.
“Bapak orang baik. Hukumlah saya.” Dia raba uamg yang telah saya beri itu di dalam
saku bajunya. Dia mungkin hendak mengembalikannya.
“Kalau begitu kau masih memerlukan pispot,” kataku.
Aku biarkan dia memegang uang sepuluh ribu itu. Aku suruh taksi meninggalkannya. Aku
harus segera memutuskan begitu sebelum aku berubah keputusan. Kurasa itu lebih tepat.***

Refleksi
Anda telah mempelajari beberapa kompetensi bersastra. Apakah Anda telah menguasai
kompetensi tersebut? Coba, jawablah pertanyaan berikut. Jika Anda menjawab mampu, berarti
Anda telah menguasai kompetensi tersebut. Jika Anda menjawab belum mampu, berarti Anda
harus terus berlatih.
1. Mampukah Anda menganalisis pementasan drama yang berkaitan dengan tema dan amanat?
2. Mampukah Anda menceritakan kembali hikayat dengan bahasa masa kini?
3. Mampukah Anda membandingkan hikayat dengan novel?
4. Mampukah Anda mengarang cerpen berdasarkan realitas sosial?
5. Mampukah Anda menyadur cerpen ke dalam bentuk drama?
6. Mampukah Anda mengidentifikasi komponen kesastraan dalam teks drama?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 140 -


STANDAR KOMPETENSI : Kesastraan
10. Menguasai komponen kesastraan dalam teks drama dan perkembangan
genre sastra Indonesia

KOMPETENSI DASAR : 10.1 Mengidentifikasi komponen kesastraan


dalam teks drama
INDIKATOR :
Menentukan laporan kesastraan dalam teks drama berbentuk puisi atau berbentuk prosa
Membahas hubungan antarkomponen drama
Menilai komponen kesastraan dalam teks drama berbentuk puisi atau berbentuk prosa

Tujuan Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat Menentukan laporan kesastraan dalam teks
drama berbentuk puisi atau berbentuk prosa. Selain itu, Anda diharapkan membahas hubungan
antarkomponen drama. Selanjutnya, Anda diharapkan menilai komponen kesastraan dalam teks
drama berbentuk puisi atau berbentuk prosa.

Mengidentifikasi komponen kesastraan dalam teks drama

Karya sastra menurut ragamnya dapat dibedakan atas prosa, puisi, dan drama. Cerita
rekaan merupakan jenis KS yang beragam prosa. Berdasarkan panjang pendek cerita, ada yang
membeda-bedakan cerita rekaan menjadi cerita pendek/cerpen, cerita menengah/cermen, dan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 141 -


cerita panjang/cerpan. Namun, patokan yang jelas tentang persyaratan panjang pendek ini belum
ada, setidaknya bagi cerita rekaan Indonesia.
Orang membaca cerita rekaan dengan berbagai motivasi. Kebanyakan orang membacanya
sebagai pengisi waktu saja. Dalam hal itu, tidaklah penting apakah karya tersebut bermutu/tidak;
bahkan barangkali juga tidak menjadi soal apakah ceritanya menarik/tidak. Ada pula yang
membaca cerita rekaan sebagai hiburan. Dalam hal ini, pembaca akan memilih cerita yang
menarik baginya.
Dari sisi tertentu karya sastra, fiksi dapat dipandang sebagai bentuk manifestasi keinginan
pengarang untuk mendialog, menawar, dan menyampaikan sesuatu. Sesuatu itu mungkin berupa
pandangan tentang suatu hal, gagasan, moral, atau amanat. Dalam pengertian ini, karya sastra
dapat dipandang sebagai sarana komunikasi. Namun, dibandingkan dengan sarana komunikasi
yang lain, tertulis ataupun lisan, karya sastra tentu memiliki kekhususan sendiri dalam
menyampaikan pesan-pesan moralnya.
Sastra fiksi termasuk di dalamnya drama, cerpen, novel. Fiksi artinya rekaan, atau hasil
imajinasi seseorang yanga dituangkan dalam sebuah tulisan. Secara umum dapat dikatakan
bahwa bentuk penyampaian moral dalam karya fiksi mungkin bersifat langsung, atau sebaliknya.
Namun, sebenarnya pemilahan itu hanya demi praktisnya saja. Sebab, mungkin saja ada pesan
yang bersifat agak langsung namun tersembunyi serta yang agak langsung namun seperi yang
ditonjolkan.
Komponen Drama
Sejak awal kemunculannya, drama terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.
Drama terus mengalami proses pencarian identitasnya. Sejak kemunculan Bebasari karya
Roestam Effendi drama terus mengalami perkembangan walaupun tidak sepesat prosa dan puisi.
Drama yang ditulis pada 1926 ini adalah drama pertama yang menggunakan bahasa Indonesia.
Komponen drama antara lain:
1. Tokoh
Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa/berlakuan dalam berbagai
peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga
berwujud binatang/benda yang diinsankan. tokoh binatang/benda dalam suatu cerita
rekaan dapat bertingkah laku seperti manusia, dapat berpikir dan berbicara seperti
manusia; karena pengarangnya sendiri adalah manusia dan yang membaca juga
manusia.Penonton
2. Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menyajikan/melukiskan watak tokoh dalam cerita.
Sedangkan watak sendiri bisa diartikan sebagai kualitas daya nalar, cara berfikir, dan
bertindak tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain.
3. Stuktur Alur
Dalam sebuah carita rekaan berbagai peristiwa disajikan dengan urutan tertentu.
Peristiwa yang diurutkan dan membangun tulang punggung cerita disebut alur.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 142 -


Sedangkan pengaluran adalah cara pengarang mengurutkan peristiwa yang
membentuk cerita. Alur bisa diibaratkan sebagai rangka dalam tubuh manusia. Tanpa
rangka, tubuh tidak dapat berdiri. Di dalam fungsinya yang demikian dapat dibedakan
peristiwa peristiwa utama yang membentuk alur utama, dan peristiwa peristiwa
pelengkap yang membentuk alur bawahan atau mengisi jarak antara dua peristiwa
utama.
Walaupun urutan peristiwa dalam cerita rekaan itu beragam coraknya, tetapi ada pola
pola tertentu yang hampir selalu terdapat di dalam sebuah cerita rekaan, ada struktur
umum alur cerita rekaan. Struktur umum alur itu dapat digambarkan sebagai berikut.
AWAL :
paparan (exposition) rangsangan (inciting moment) gawatan (rising action)
TENGAH :
tikaian (conflict) rumitan (complication) klimaks
AKHIR :
leraian (failing action) selesaian (denouement)
4. Latar / Setting
Secara sederhana, latar dapat didefinisikan sebagai sgl keterangan, petunjuk,
pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa
dalam karya sastra. Secara terperinci latar meliputi penggambaran lokasi geografis,
termasuk topografi, pemandangan, sampai kepada perincian perlengkapan sebuah
ruangan; pekerjaan atau kesibukan sehari hari para tokoh; waktu berlakunya kejadian,
masa sejarahnya, musim terjadinya; lingkungan agama, moral, intelek-sosial, dan
emosional para tokoh.
5. Tema dan Amanat
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari penulisan suatu KS.
Hadirnya tema dlm KS justru membuat KS lebih penting/berharga dari sekedar bacaan
hiburan.
6. Sudut Pandang / Fokus Pengisahan
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam cerita. Scr garis
besar sudut pandang prosa cerita dpt dibedakan menjadi 2, yakni (a) sudut pandang
orang I atau akuan; dan (b) sudut pandang orang ke 3 atau diaan.
7. Setting panggung
8. Kostum
Adapun beberapa contoh drama yang berkaitan dengan masalah sosial antara lain drama
Bebasari (1926) karya Rustam Efendi, drama Kejahatan Membalas Dendam karya Idrus (1945),
drama Pakaian dan Kepalsuan (1954) karya Achdiat Kartamihardja, drama Domba-domba
Revolusi karya B.Sularto (1966), Wonoboyo karya Slamet Mulyana, Selamat Jalan Anak Kufur
(1956), Penggali Kapur (1956), dan Penggali Intan (1957) karya Kirdjomulyo. Iblis karya
Mohammad Diponegoro. Jam Dua Belas Malam dan Bayang Menggoda karya Sutarno

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 143 -


Priyomarsono. Si Djuallah karya Pong Waluyo, dan drama-drama karya N. Riantiarno, antara
lain Opera Kecoa dan Maaf. Maaf. Maaf.
Apakah Anda mengenal W.S. Rendra? N. Riantiarno? Jajang C. Noer? Mereka adalah
aktor drama yang dikenal dalam khazanah drama Indonesia. Kemampuan akting mereka tercipta
dengan latihan keras dan tekun. Anda pun mungkin suatu waktu dapat terjun ke dunia akting
seperti mereka. Mulai sekarang, Anda dapat melatih diri dengan disiplin untuk menghayati
menjadi aktor yang sebenarnya.
Sebagai peraga cerita, aktor termasuk seniman unik. Kegiatan yang dapat dilakukan hanya
melihat permainan teman atau lawan perannya. Itu pun tidak dapat dilakukan dengan bebas
karena dia sendiri terlibat dalam permainan itu. Jadi, hasil karya seorang aktor adalah peragaan
cerita. Dalam memperagakan cerita itu, pemain melakukan perbuatan aktif yang disebut akting.
Drama merupakan salah satu genre sastra yang sarat akan sisi-sisi kemanusiaan. Dalam
drama, ditampilkan berbagai perilaku manusia yang terangkum dalam dialog-dialog setiap
tokohnya. Perilaku manusia yang direpresentasikan dalam drama tersebut memunculkan adanya
konflik yang membentuk cerita drama.
Pernahkah Anda menyaksikan pertunjukan drama atau membaca naskah drama? Di
situlah Anda dapat menemukan berbagai perilaku manusia dan konflik-konflik tesebut. Tentu
Anda mengetahui bahwa di situlah letak daya tarik dari drama yang Anda saksikan atau Anda
baca naskahnya.
Sekarang, bacalah contoh penggalan drama yang menunjukkan adanya perilaku manusia
dan konflik berikut ini.
Sobrat
Bagian Enam
Di bukit kemilau. Terdengar suara kentungan dibunyikan sebagai tanda para kuli
penambang emas mulai bekerja. Tampak masuk para kuli penuh semangat. Mereka bertelanjang
dada.
Mandor Bokop : (teriak) Kalian antre yang tertib! Sudah ambil duit, ambil blincong
dari bakul! (kepada Mandor Burik) Panggil satu-satu!
Mandor Burik : (memanggil) Samolo! Sentono! Kartijo! Kardun! Marjun! Duweng!
Kamran! Sobrat! Doyong! Sadang! Epeng! Damirin! (memanggil
terus)
Semua kuli telah memegang blincong dan bakul
Mandor Bokop : (teriak) Dengarkan semua! Aku Mandor Bokop, penjaga Bukit
Kemilau. Bukit Kemilau ini milik Tuan Balar. Kalian beruntung
menjadi pekerjanya. Nanti kalian masuk kawasan Bukit Kemilau!
Tetapi, jangan terlalu jauh sebab ke selatan masih ada Hutan Burun
yang masih perawan. Banyak binatang buas, babi hutan, dan harimau!
Juga, banyak rawa berlintah! Lintahnya sebesar ibu jari! Ngerti?
Para Kuli : (serentak) Ngerti!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 144 -


Mandor Bokop : (kepada Mandor Burik) Kamu jaga mereka. Aku mau tidur! (berbisik)
Tadi malam aku berjudi sampai pagi!
Mandor Burik : (teriak) Jangan berhenti sebelum kentungan bunyi!
Para kuli menyanyikan semboyan mereka.
Para Kuli : (serempak) Sekali kerja, tetap kerja. Biji emas di mana-mana!
Namun, Doyong tampak meringis-ringis. Ia menepi, ia dibentak
Mandor Burik.
Mandor Burik : (membentak)
Hei! Kembali ke tempatmu! Kuli! Apa kamu tuli? Kembali ke
tempatmu!
Doyong : Sebentar, istirahat!
Mandor Burik : Apa? Istirahat? Enak saja kamu, apa kamu sudah lupa perintah
Mandor Bokop, heh? Jangan berhenti sebelum kentungan bunyi!
Doyong : Sebentar saja, Mandor!
Mandor Burik : (menendang Doyong) Enak saja sebentar-sebentar! Cepat kerja, kuli!
Sobrat melihat kelakuan kasar Mandor Burik terhadap kawan
sekampungnya. Ia memburu mendekat.
Sobrat : Mandor, jangan ditendang-tendang begitu! Dia kawanku, Mandor!
(mendekati Doyong) Kamu tidak apa-apa, Yong?
Doyong : Agak mulas, mana aku agak mencret. Mandor sialan!
Mandor Burik : Apa kamu bilang?
Doyong : Dia dengar, Brat!
Mandor Burik : Ayo, kembali kerja! Orang lain juga kerja!
Sobrat : Dia sakit perut, Mandor. Dia agak mencret
Mandor Burik : Alah, alasan saja! Dasar pemalas!
Doyong : Saya sakit perut, Mandor!
Mandor burik : Kembali kerja, atau kulecut dengan cambuk ini! (mengeluarkan
cambuk dan hendak mengayunkannya)
Sobrat : Jangan, Mandor! Biarkan saja dulu, Mandor. Apa Mandor tidak
pernah sakit perut?
Mandor Burik : Apa kamu bilang? (melecut)
Jangan bilang begitu! Di kampungmu kamu bisa bilang apa saja,
tetapi di sini lain.... Ini tanah Bukit Kemilau dan aku penjaganya!
Kembali ke tempatmu, kuli!
Sobrat : Tidak mau!
Mandor Burik : (marah) Itu bukan kata yang pantas, kuli kontrak. Mampus kamu!
(melecut)
SOBRAT MENCOBA MELAWAN
Sobrat : Kita bertarung secara jantan, Mandor!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 145 -


Mandor Burik : Apa kamu bilang?
Sobrat : Kita bertarung secara jantan, Mandor!
Mandor Burik : Boleh saja... apa maumu?
Sobrat : Beri aku cambuk!
Mandor Burik : Enak saja! rasakan! (melecutkan cambuk)
Doyong : (berteriak) Sobrat sama Mandor berkelahi!!!
Mandor burik dan sobrat berkelahi. Kuli-kuli berkumpul, melingkar, sambil menyanyikan
semboyan. Awalnya, Mandor Burik berjaya dengan cambuknya. Namun, cambuknya berhasil
direbut Sobrat. Dengan satu kali ayunan dan pitingan, Mandor Burik tak berkutik. Tiba-tiba
terdengar suara tembakan.
....
(Karya Arthur S. Nalan : Sumber: 5 Naskah Drama Pemenang Sayembara Dewan Kesenian Jakarta 2003, 2005)

Dalam drama "Sobrat" tersebut ada beberapa tokoh dengan karakter dan perilaku masing-masing.
Pemerinciannya adalah sebagai berikut.
1. Sobrat, yaitu salah seorang kuli di Bukit Kemilau yang memiliki keberanian dan rasa setia
kawan yang tinggi. Dengan gagah berani, dia melawan kesewenang-wenangan yang
dilakukan oleh Mandor Burik terhadap Doyong, kawannya sesama kuli.
2. Mandor Burik, yaitu salah satu mandor yang bertugas mengawasi kuli di Bukit Kemilau.
Dia memiliki perangai yang buruk. Dengan seenaknya, dia menganiaya Doyong. Padahal,
Doyong sedang sakit. Di samping itu, Mandor Burik pun telah merendahkan kuli-kuli
yang bekerja padanya.
Selain dua tokoh beserta karakternya yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa tokoh dengan
karakternya masing-masing. Dapatkah Anda menyebutkannya?
Sekarang, kita beralih ke pembahasan mengenai konflik. Dalam penggalan drama
"Sobrat" tersebut, diceritakan mengenai pahitnya kehidupan para kuli yang bekerja sebagai
penambang di Bukit Kemilau. Mereka mengalami kehidupan yang mengenaskan. Konflik
bermula saat salah seorang kuli, yaitu Doyong, merasa tidak sanggup bekerja karena sedang
sakit. Dia pun mengistirahatkan diri agar rasa sakitnya sedikit berkurang. Akan tetapi, dia malah
mendapat perlakuan semena-mena dari atasannya. Dengan seenak hatinya, dia menendang perut
Doyong sehingga jatuh kesakitan. Melihat hal tersebut, Sobrat merasa geram. Dia pun melakukan
perlawanan. Pada akhirnya Sobrat menang melawan Mandor Burik.
Demikianlah uraian mengenai konflik yang ada dalam penggalan drama "Sobrat" karya
Arthur S. Nalan tersebut.
Setelah memahami materi-materi tersebut, tentunya Anda telah mengerti mengenai
komponen kesastraan drama. Untuk itu, kerjakanlah latihan berikut.
Pak Pikun : (Muncul, langsung menuju arah Jidul) Ayo! Mana! Berikan kembali padaku! Ayo!
Mana!
Jidul : (ber-ah-uh, sambil memberikan isyarat yang mengatakan ketidakmengertiannya)

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 146 -


Pak Pikun : Jangan berlagak pilon! Siapa lagi kalau bukan kamu yang mengambilnya? Ayo
Jidul, kamu sembunyikan di mana, eh?
Jidul : (ber-uh-ah, semakin bingung dan takut)
Pak Pikun : Dasar maling! Belum sampai sebulan di sini kamu sudah kambuh lagi, ya? Dasar
nggak tahu diri! Ayo, kembalikan kepadaku! Mana, eh?
(Sumber: Drama Arloji, karya P. Haryanto)

1. Kekhasan apa yang muncul dari penggalan drama tersebut?


2. Bagaimana watak yang dimiliki oleh Pak Pikun?
3. Buatlah tanggapan singkat atas isi penggalan drama tersebut.

Untuk soal 4 dan 5, bacalah penggalan drama berikut.


Pause (Tukang warung memandang tajam)
Tukang warung : Apakah kau tidak gembira, (Ibu pergi ke kursi dan berkata).
Ibu : Ia berteriak "ibu" (lalu duduk)
Tukang Warung : Tentu dia akan berbuat sesuatu.
Ayah : (jalan, tiba-tiba) Sesuatu telah terjadi. (Ibu tiba-tiba berteriak)
Gadis : Berhenti, Ibu!
Tukang Warung: Ada apa ini, apa yang telah kalian lakukan? (tukang warung dan anaknya
mundur)? Kenapa kau memandang seperti itu? Apakah dia tidak
menceritakan bahwa dia anakmu?
Gadis : Tidak.
Tukang Warung : Apa yang telah kalian lakukan? Di mana dia sekarang?
Ayah : Jangan ada suara! (pause)
Ibu : Dia berteriak "ibu". Kau terus saja memukulnya!
Tukang Warung : Apa yang kalian telah lakukan? Kalian telah .... (tukang warung
memandang, terus mundur mau pergi)
Anak : (melihat Gadis) Lihat di tangannya, Ayah!
Tukang Warung : Kau telah ... (lari)
Gadis : Berhenti. Ibu!
Ayah : Tenang-tenang, jangan ribut. (jatuh)
Gadis : Mereka akan memasukkan saya dalam penjara.
(Sumber: Buku drama Orang Asing, judul asli Irthunia, karya Rupert Brook, disadur oleh D. Djajakusuma)

4. Jelaskan watak-watak tokoh berdasarkan dialog yang diucapkan setiap tokoh.


5. Tuliskan hubungan latar dengan watak para tokoh dalam penggalan drama tersebut

Komponen kesastraan Novel

Tahukah Anda apa yang disebut novel? Novel merupakan salah satu genre sastra. Novel
merupakan salah satu hasil karya sastra yang bila dibaca tidak habis sekali duduk. Dilihat dari

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 147 -


segi tokoh yang dihadirkan dalam novel, tokoh akan mengalami perubahan nasib yang
berpengaruh besar dalam kehidupannya.
Apa itu unsur intrinsik novel? Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang secara
langsung turut serta membangun cerita. Unsur-unsur intrinsik dalam sebuah novel, misalnya
peristiwa, cerita, alur, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa. Khusus pada
babak ini kita akan belajar mengenai karakter tokoh. Tokoh adalah pelaku yang mengemban
peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita. Penulis menggambarkan
tokoh dengan karakter masing-masing. Cara penulis menampilkan tokoh disebut penokohan.
Tokoh dalam karya fiksi selalu mempunyai sifat, sikap, dan tingkah laku tertentu yang
selanjutnya disebut perwatakan. Dengan kata lain, perwatakan yaitu gambaran watak para pelaku
melalui usia, latar belakang sosial, moral, suasana kejiwaan, agama yang dianut, aliran politik,
idiologi, gerak dan tingkah laku, cara berpakaian, jalan pikiran, atau ketika tokoh itu
berhubungan dengan pelaku lainnya.
Karakter tokoh dapat dibagi dalam beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.
a. Ditinjau dari peranan dan keterlibatannya dalam cerita, dapat dibedakan:
1) tokoh primer (utama) adalah tokoh yang selalu hadir dalam setiap peristiwa dan
dipaparkan dalam cerita serta penentu tema cerita;
2) tokoh sekunder (bawahan) adalah tokoh yang mendukung tokoh utama;
3) tokoh komplementer (tambahan) adalah tokoh figuran yang membantu tokoh utama,
tetapi tidak begitu aktif.
b. Dilihat dari perkembangan kepribadian tokoh, dapat dibedakan atas:
1) pelaku dinamis adalah tokoh yang dalam cerita dipaparkan sifatnya senantiasa berubah;
2) pelaku statis adalah tokoh yang dalam cerita dipaparkan sifatnya tetap.
c. Dilihat dari masalah yang dihadapi tokoh:
1) simpel karakter adalah tokoh mengalami masalah yang sifatnya singkat atau tidak sampai
merubah jalan hidup;
2) kompleks karakter adalah tokoh yang mengalami masalah yang sifatnya bermacam-
macam sehingga sampai merubah jalan hidupnya.
d. Dilihat dari watak yang dimiliki tokoh, dapat dibedakan atas:
1) tokoh protagonis adalah tokoh yang mendukung cerita (memiliki perwatakan baik);
2) tokoh antagonis adalah tokoh yang menentang cerita (memiliki perwatakan buruk);
3) tokoh tritagonis adalah tokoh yang membantu pelaku protagonis maupun antagonis.
Karakter tokoh digambarkan dalam tiga dimensi, yaitu :
a. Keadaan fisik tokoh berkaitan dengan umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, suku, dan
sebagainya berkaitan dengan karakter yang juga didukung oleh wujud suara dalam
berdialog. Misalnya tokoh sentral protagonis biasanya memiliki karakterisasi suara
tertentu, seperti merdu dan lembut.
b. Keadaan psikis berkaitan dengan emosi, ambisi, dan sebagainya. Pemilihan aktor-aktris
biasanya cenderung mencari kesesuaian atau kedekatan karakter secara psikis.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 148 -


c. Keadaan sosiologis berkaitan dengan jabatan, pekerjaan kelas sosial, dan sebagainya.
Ada beberapa cara untuk memahami karakter tokoh dalam suatu novel, yaitu:
a. melalui tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya;
b. gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupan maupun cara
berpakaian;
c. menunjukkan bagaimana perilakunya;
d. melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri;
e. memahami bagaimana jalan pikirannya;
f. melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentang dia;
g. melihat tokoh lain berbincang dengannya;
h. melihat bagaimanakah tokoh yang lain memberi reaksi terhadapnya;
i. melihat bagaimanakah tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lain.

Perhatikan dan baca teks novel berikut ini!


In Memoriam: VIOLET
Hari itu dari saat aku tak ingat tanggal berapa dan nama harinya. Sebab sudah sejak lama
aku tak mempedulikan waktu. Aku pun tak peduli kalau waktu tiba-tiba terhenti, tapi dunia tetap
berpuar dan makin cepat aku merasakan déjà vu. Setelah beberapa saat sebelum hari itu, yang aku
ingat adalah bekas bebetan tali di pergelangan tangan dan kakiku. Raras bilang hari itu malam
dia, Pak Man, dan Mbok Nah mengikatku saat aku melemparkan barang-barang di tengah-tengan
tubuhku yang tak terkendali dan berusaha merusak jaringan kulit tanganku dengan mencucupkan
mata pena yang tintanya sudah kering untuk menghisap hemoglobin yang telah mengandung
racun yang kubutuhkan. Sekelebat lagi yang aku ingat adalah dingin yang amat sangat. Saat aku
membuka mata ternyata kepalaku disiram air kamar mandi oleh papi yang marah besar, tapi tak
kugubris. Aku tahu malam itu mami menangis tersedu-sedu. Yang kudengar adalah suara Papi
yang berdengung seperti tawon, mengomel, dan menyumpahi anaknya yang tak tahu diuntung.
Aku tak peduli. Entah beberapa saat atau hari atau jam kemudian, tiba-tiba aku sudah di
tempat yang kusebut penjara. Penjara yang indisiplinernya mereka sebut dengan
“sahabat”. Bagiku sama saja. Sebab, selama empat bulan berikutnya ku tak bisa dan tak boleh
keluar dari tempat itu.
*****
Raras menampar wajah Violet sambil menangis. Yang ditampar diam saja.
“Vi, kenapa sih kamu pake’ lagi? Raras meratap di antara Violet dan suntikan yang
tergeletak. Lubang merah kecil terlihat di lengan kiri Violet yang masih terbalut kain. Ruangan
itu sumpek sekali.
“Vi, bangun!” lalu ditamparnya sekali lagi. Violet menegakkan kepala, membuka
matanya yang lengket,

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 149 -


“Ras….,” panggil Vi dengan suara parau.
“Iya, aku di sini.”
“Excorciomusnya gak berhasil,” lalu Violet menangis, tak sampai satu menit dan dia
tertidur lagi. Raras teringat hampir sebulan yang lalu; waktu itu Violet baru beberapa hari keluar
dari pusat rehabilitasi.
Wajahnya segar sesegar tomat yang memerah. Kau cantik sekali, Vi. Tak ada cekung
hitam di wajahnya.
“Kenapa sih kamu bisa sampai pake?” tanya Raras waktu itu.
‘Nggak tahu…”
“Mungkin aku kena aprresio diabolica.”
“Apaan tuh? Diabolik artinya kalau nggak salah kerasukan satan, kan?”
“Mungkin ada setan yang mengendalikan jadi aku ketagihan bikin dosa.”
Raras tertawa, dia senang Violet sudah sadar, “Nama setannya sabu-sabu, putaw, ekstasi.
Tiga serangkai, alias ‘The Three Stooges’.”
‘kok Three Stooges?”
“Iya….abis, ngak lucu!”
“Three stooges’ kan lucu?!”
“Nggak, menurutku ‘Three stooges’ kasar! Kejam! Masih lucuan Charlie Chaplin.”
Keduanya tertawa kecil, lalu terdiam sejenak.
“Ras?”
“Ya?”
“Mungkin aku harus exocirmus.”
“Apa lagi tuh?”
“Melakukan upacara pengusiran setan.”
Raras melongo, “Yang benar kamu mau exo… apa tadi?”
“exorcismus!”
“Iya, itu?”
Violet mengangguk.
“Vi, menurutku yang pasti kamu harus melakukan pengakuan dosa. Sebab kamu sudah
jadi anak yang tersesat!” Lalu keduanya tertawa.
Minggu berikutnya Violet menelpon Raras, lapor bahwa dia sudah melakukan
excorcismus simplex et privatus, pengusiran setan yang dilakukan secara pribadi, tanpa izin
Uskup.
Raras bilang, “Alhamdulillah…”
Tapi sekarang…Raras menampar wajah Violet sekali lagi. Orang-orang di sini teler
semua. Burhan juga teler. Dilihatnya wajah Burhan.
Raras benci sekali rasanya sudah ke ubun-ubun, ingin meludahi meski ada maklhuk laknat
seperti dia, pikir Raras. Lucifer datang lagi, menyetani orang-orang yang memang sudah

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 150 -


kesetanan, bahkan menyetani Violet yang sudah mengusir jauh segala setan seperti aku
menyemprot habis nyamuk-nyamuk yang bernyanyi ‘nging-nging’ di telingaku.
Tiba-tiba Vi jadi sangat dingin.
“Vi! Bangun! Bangun!” ditamparnya Violet sekali lagi, hari sudah hampir tengah malam,
jalanan sepi. Sopir taksi membantu Raras menaikkan Vi ke kursi belakang.
“Ke rumah sakit, Pak! Cepat!” sopir taksi pun ngebut.
*****
Vi tergeletak pasrah di ruang UGD. Entah apa yang dilakukan dokter dan para perawat.
Raras menangis di luar kamar. Narkan itu telah benar- benar membuat Violet kaku.
Violet…Violet, kenapa bisa begini? Ya Tuhan…
Dua jam kemudian, pikiran Raras baru bisa jalan setelah sebelumnya mampet seperti
hidung yang penuh ingus lengket, bukan cair. Ia hubungi orang tua Violet di Jakarta, lalu satu
nomor lagi.
“Terima kasih Anda telah menghubungi layanan 24 jam pusat rehabilitasi narkoba. Untuk
informasi tekan satu. Untuk konsultasi tekan dua. Untuk hubungan langsung ke bangsal
perawatan rehabilitasi tekan tiga. Untuk mengakhiri silakan tutup telepon Anda.”
Raras memencet angka tiga.
*****
“Ya, ini Gale,” suara laki-laki menyahut di seberang sana. Tepatnya di Jakarta. Interlokal,
dengan hand phone pula.
“Gale, aku Raras.”
“Raras? Temannya Violet ya? Ada apa, Ras?”
“Violet OD, sekarang aku di R.S. Bethesda. Di Jogja.”
“Hah! Kok bisa, Ras? Tapi Vi nggak apa-apa kan? Kamu kasih susu untuk menetralisis
racun, kan?” suara Gale terdengar panik, setengah teriak di telinga Raras.
“Ya … sekarang di UGD, nanti kuhubungi lagi ya.”
“Iya.”
“Janji ya!”
“Iya,” jawab Raras. Telepon diputus.
Di ujung ruang sana Gale seperti orang linlung. Bingung tak tahu mesti harus berbuat apa.
Di dekatnya seorang indisipliner dan tanya bagaimana dapat izin keluar dari tempat adaptasi
penjara itu. Dengan galak indispiliner itu menjawab tak bisa kecuali kalau ia dinyatakan bersih.
Tak putus asa, ia mencari seorang indisipliner yang ia kenal cukup dekat. Diselipkannya empat
lembar lima puluh ribuan. Tapi ia juga bilang ‘Tidak bisa terlalu berisiko’. Lalu diselipkannya
lagi dua lembar lima puluh ribuan.
“Tolonglah, kamu tahu violet, kan? Kamu tahu bagaimana aku dan dia… dia OD, aku
harus ketemu dia.” Kata Gale dengan wajah memelas.
“Baik, dengan empat lagi lembaran uang seperti ini aku mau bantuin kamu. Aku akan
bikin laporan kalau kamu kuhukum di penjara WC.”

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 151 -


Gale mengangguk setuju dengan perjanjian dia akan kembali dalam waktu empat hari dan
membawa sisa uangnya. Lebih dari waktu yang ditentukan itu, kalau tidak menghubungi ‘juru
kunci’ penjara WC, ia akan dilaporkan kabur bukan hanya kepada kepala pusat rehabilitasi, tapi
juga kepada orang tuanya dan akan dikenakan denda lebih banyak dari perjanjian awal. Itu berarti
akan tinggal lebih lama lagi di penjara ini.
Satu jam kemudian, setelah mengepak pakaian serta meminjam uang dari seorang teman
sesama pasien karena uangnya sudah habis untuk menyogok mulut indisipliner tadi, ia pun
diselinapkan keluar pusat rehabilitasi. Saat itu pukul 01:00, ternyata di luar ‘penjara’ sana adalah
di tengah sawah. Dingin, diangkatnya kerah jaket jinsnya. Ia hanya membawa dua kaos ganti dan
celana serta sebuah handuk kecil. Celana jins hanya lekat di badan. Kalau ia membawa barang
banyak ia akan ketahuan sebelum indisipliner tadi melapor. Maka itu, ia juga meminjam tas
punggung temannya. Mau tak mau ia harus jalan karena tak ada tumpangan, apalagi kendaraan
umum-mungkin siang hari juga tidak ada. Setelah berjalan kira-kira satu setengah jam, akhirnya
jalan beraspal ketemu juga. Berhubung masih tidak ada kendaraan umum yang lewat, maka ia
jalan lagi hingga jam tangannya menunjukkan pukul empat pagi. Ia menyetop truk sayur yang
lewat dan ikut menumpang hingga terminal dan mendapat bus superekonomi: jelek, jadi satu
dengan penjual ayam dan mbok-mbok penjual sayur lainnya. Sopir dan kendekturnya berusaha
meraup untung yang lebih dengan menjejalkan penumpang yang berlebihan seperti umumnya
bus-bus di Jakarta. Baru setelah turun dari bus itu ia cukup beruntung, bertemu bus menuju
Yogyakarta yang dia stop di tengah jalan. Ia tak harus membayar penuh, setelah tawarmenawar
dengan kondektur. Lima puluh ribu rupiah lebih murah dari harga asli. Lumayan bagus, ada AC-
nya.
Saat duduk di kursi yang tidak semuanya penuh dan menghela napas panjang, ia baru
merasakan badannya yang sangat lelah dan kotor. Lengket karena belum mandi. Untung bus itu
cukup sepi, sehingga tidak perlu ada orang yang menghirup aroma tubuhnya yang tak sedap. Ia
menutup matanya, mencoba untuk istirahat, tetapi tidak bisa karena ternyata pikirannya melayang
ke mana-mana. Ke Violet yang mungkin saat ini sedang terbaring lemas. Sekelebat di kepalanya
juga jelas tergambar malaikat maut yang berupa dua sisi; berjubah hitam dengan wajah yang
tertutup kethu dan malaikat perempuan yang patut disebut Angel dengan pakaian putih, berwajah
cantik bersinar dan sayap putih nan megah. Keduanya, mendekati Violet…mengajak pergi.
(Sumber: dikutip dari novel “Tabula Rasa” karya Ratih Kumala, hal 90-95)

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 152 -


STANDAR KOMPETENSI : Kesastraan
10. Menguasai
komponen kesastraan dalam teks drama dan
perkembangan genre sastra Indonesia

KOMPETENSI DASAR : 10.2 Menganalisis perkembangan genre


sastra Indonesia
INDIKATOR :
Menganalisis ragam karya sastra Indonesia dari setiap periode (puisi, prosa,
drama)
Menemukan ciri-cri setiap periode (puisi, prosa, drama)
Mengelompokkan ragam karya sastra Indonesia setiap periode (puisi, prosa,
drama) berdasarkan periodisasi sastra
Memaparkan para pengarang penting (puisi, prosa, drama) pada setiap periode
dengan alasan
Menjelaskan perkembangan ragam karya sastra (puisi, prosa, drama) yang
dominan dipengaruhi oleh aliran kesusastraan dalam periode tertentu
Menyimpulkan perkembangan sastra Indonesia

TujuanPembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda akan berlatih mengungkapkan isi puisi. Sebelumnya, Anda
perlu mempelajari terlebih dahulu unsur-unsur dasar dalam menganalisis puisi. Dengan
demikian, diharapkan kemampuan Anda dalam mengapresiasi karya sastra akan bertambah dan
semakin terasah.
Menganalisis ragam karya sastra Indonesia
1. Unsur Dasar dalam Menganalisis Puisi

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 153 -


Sebagai suatu totalitas yang dibentuk oleh unsur intrinsik tertentu, puisi dapat dibagi dalam
beberapa lapis yang meliputi hal-hal berikut.
a. Terdapatnya sense atau makna dalam suatu puisi, pada dasarnya akan berhubungan dengan
gambaran dunia atau makna puisi secara umum yang ingin diungkapkan penyairnya.
Dalam analisis puisi, keberadaan makna tersebut akan membuahkan pertanyaan, "Apa
yang ingin dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakan ini?"
b. Subject matter adalah pokok pikiran yang dikemukakan penyair lewat puisi yang
diciptakannya. Jika sense berhubungan dengan gambaran makna dalam puisi secara
umum, subject matter berhubungan dengan satuan-satuan pokok pikiran tertentu yang
secara khusus membangun sesuatu yang diungkapkan penyair. Oleh sebab itu, dalam
analisis lapis makna puisi, pembaca akan menampilkan pertanyaan, Pokok-pokok pikiran
apa yang diungkapkan, sejalan dengan sesuatu yang secara umum dikemukakan
penyairnya?
c. Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya. Hal itu
mungkin saja terkandung dalam lapis makna puisi sejalan dengan terdapatnya pokok
pikiran dalam puisi.
d. Tone adalah sikap penyair terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran yang
ditampilkannya. Hal yang demikian mungkin saja terjadi, contohnya sewaktu Anda
berbicara masalah cinta maupun tentang cinta itu sendiri kepada kekasih Anda, akan
berbeda dengan sewaktu Anda berbicara kepada teman. Dalam rangka menganalisis
feeling dan tone pada suatu puisi, pembaca akan berhubungan dengan upaya pencarian
jawaban atas pertanyaan. Bagaimanakah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang
ditampilkannya? Serta bagaimanakah sikap penyair terhadap pembaca?
Jawaban yang diperoleh mungkin akan berupa sikap keterharuan, kesedihan, keriangan,
semangat, masa bodoh, menggurui, atau berbagai macam sikap lainnya sejalan dengan
keanekaragaman sikap manusia dalam menyikapi kenyataan yang dihadapinya.
e. Totalitas makna adalah keseluruhan makna yang terdapat dalam suatu puisi. Penentuan
totalitas makna puisi didasarkan atas pokok-pokok pikiran yang ditampilkan penyair,
sikap penyair terhadap pokok pikiran, serta sikap penyair terhadap pembaca. Hasil
rangkuman dari keseluruhannya itu akan membuahkan totalitas makna dalam suatu puisi.
Hal ini berbeda dengan sense yang hanya memberikan gambaran secara umum saja
kepada pembaca.
f. Tema adalah ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna puisi.
Tema berbeda dengan pandangan moral meskipun tema itu dapat berupa sesuatu yang
memiliki nilai rohaniah. Hal itu disebut tidak sama dengan pandangan moral maupun
amanat. Ini karena tema hanya dapat diambil dengan jalan menyimpulkan dasar yang
terdapat di dalam totalitas makna puisi. Adapun pandangan moral atau message dapat saja
berada di dalam butir-butir pokok pikiran yang ditampilkannya. Dengan kata lain, bidang
cakupan tema lebih luas daripada pandangan moral maupun message.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 154 -


2. Tahap Kegiatan dalam Analisis Makna Puisi
Tahap kegiatan dalam menganalisis makna puisi pada dasarnya merupakan tahap lanjutan
dari kegiatan menganalisis bangun struktur puisi. Meskipun demikian, kegiatan analisis makna
puisi dapat juga dilaksanakan secara terpisah dan hanya pada pengidentifikasian serta
pembagiannya lebih mudah.
Tahap kegiatan yang harus ditempuh pembaca saat menganalisis lapis makna puisi dapat
dipaparkan sebagai berikut:
a. Bacalah puisi yang telah dipilih secara berulang-ulang.
b. Berusaha memahami makna yang terkandung dalam judul puisi.
c. Berusaha memahami gambaran makna yang ditampilkan penyair secara umum.
d. Menetapkan kata-kata yang termasuk dalam kategori lambang dan kata-kata yang termasuk
dalam kategori simbol maupun utterance.
e. Berusaha memahami makna setiap simbol puisi yang menjadi objek analisis.
f. Berusaha memahami makna yang terdapat dalam setiap baris puisi.
g. Berusaha memahami hubungan makna antara baris puisi yang satu dengan baris puisi
lainnya.
h. Berusaha memahami satuan-satuan pokok pikiran, baik yang terkandung dalam
sekelompok baris maupun satuan pokok pikiran yang terdapat dalam bait. Perlu
diperhatikan dengan baik bahwa pokok pikiran atau subject matter, meskipun
umumnyatertuang dalam bait, sering kali juga tertuang dalam sekelompok baris. Hal ini
terjadi jika penyair tidak memberikan penanda bait sebagai penanda satuan pikiran yang
ditampilkannya.
i. Berusaha memahami sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya.
j. Berusaha memahami sikap penyair terhadap pembaca sewaktu menampilkan pokok-pokok
pikirannya. Merangkum hasil pemahaman pokok pikiran, sikap penyair terhadap pokok
pikiran, serta sikap penyair terhadap pembaca dalam satu paragraf atau lebih sesuai dengan
jumlah pokok pikiran yang ada dengan menggunakan bahasa pembaca sendiri. Pada tahap
ini, pembaca pada dasarnya telah sampai pada tahap menganalisis totalitas makna puisi.
Tahapan kerja tersebut tentu saja masih bersifat lentur, dalam arti masih bisa ditambah atau
dikurangi. Selain itu, tahapan kerja bukanlah berlangsung secara benar-benar terpisah karena
dalam pelaksanaannya, batas antara tahap yang satu dengan yang lain sering kali kabur. Akan
tetapi, sebagai pedoman, tahap kerja analisis lapis makna puisi tersebut sangat baik untuk
dilaksanakan.
3. Contoh Analisis Makna Puisi
Sejalan dengan beberapa tahapan kerja analisis lapis makna puisi tersebut serta adanya
berbagai macam unsur dalam lapis makna itu sendiri, pada bagian ini akan dipaparkan model
analisis lapis makna puisi.
Berikut ini puisi "Salju" karya Wing Kardjo yang akan dianalisis.
Ke manakah pergi

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 155 -


mencari matahari
ketika salju turun
pohon kehilangan daun
Ke manakah jalan
mencari lindungan
ketika tubuh kuyup
dan pintu tertutup
Ke manakah lari
Mencari api
Ketika bara hati
Padam tak berarti
Ke manakah pergi
Selain mencuci diri

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat Anda lakukan untuk menganalisis isi puisi
tersebut.
a. Mendapatkan gambaran makna
Anda tentunya telah membaca puisi tersebut secara berulang-ulang untuk mencoba
memahami judul "Salju" serta berusaha mendapatkan gambaran maknanya secara
keseluruhan untuk menangkap makna. Untuk memahami kata "salju" sebagai judul puisi
tersebut, kita harus berusaha mendapatkan gambaran tentang ciri-ciri dan berbagai macam
kemungkinan makna yang dikandungnya.
b. Gambaran makna yang diperoleh
Dari proyeksi berbagai macam kemungkinan makna kata "salju" misalnya, kita temukan
gambaran makna berikut.
- Suatu musim atau keadaan ketika salah satu bagian bumi ini hanya ditebari oleh serpih
es yang dingin;
- Sebagai akibat dari keadaan tersebut, bagian bumi yang terkena musun salju itu
seolah-olah mati, tumbuh-tumbuhan gundul, aktivitas kerja di luar terhenti, orang
jarang keluar rumah, dan bagian bumi itu sendiri seakan-akan tidak punya arti, bahkan
menjadi suatu kenyataan atau bagian yang tidak disenangi.
Dari proyeksi makna tersebut, sekarang dapat ditentukan bahwa kata atau judul
"salju"mengandung makna sesuatu yang tidak berarti.
c. Menganalisis unsur sense (makna)
Dalam hal sense, secara sederhana dapat ditetapkan bahwa lewat puisi "Salju" itu
penyair menggambarkan seseorang yang sedang kebingungan. Ia tidak tahu ke mana
harus pergi. Saat itu, sesuatu yang tidak berarti sedang menimpa dirinya. la tidak tahu
jalan untuk mencari perlindungan ketika tubuhnya basah kuyup. Dia ingin berusaha

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 156 -


mencari api untuk menghidupkan bara hatinya yang mati, tetapi tidak tahu ke mana harus
lari. Akhirnya sampailah dia pada satu keputusan "mencuci diri".
d. Kategori kata
Untuk membuktikan kebenaran gambaran makna judul maupun gambaran makna secara
umum tersebut, kita sekarang perlu menelaah lebih mendalam. Jalan pertama yang kita
tempuh adalah mengategorikan kata-kata yang termasuk kategori lambang dan kata-kata
yang termasuk kategori simbol. Dalam hal ini ditetapkan bahwa kata-kata dalam puisi
tersebut yang termasuk lambang adalah kata-kata "ke manakah", "pergi", "mencari", dan
"ketika". Adapun kata-kata yang bersifat simbolik adalah "matahari", "salju turun",
"pohon", dan "kehilangan daun".
e. Memahami makna simbolik
Tugas Anda sekarang adalah berusaha memahami makna kata yang bersifat
simbolik tersebut. Pertama, kata matahari". Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa kata
"matahari" berhubungan dengan makna "kehidupan", kata "salju" berhubungan dengan
makna "sesuatu yang tidak berarti".
Masalahnya sekarang, apakah yang dimaksud dengan "pohon" dan "kehilangan
daun"? Siapa pun akan memaklumi bahwa daun adalah ciptaan Tuhan. Dengan kata lain,
daun adalah makhluk ciptaan Khalik. Pertanyaannya sekarang: Makhluk apakah yang
mampu menyadari ketidakberartian hidupnya? Makhluk apakah yang dengan sadar
berusaha mencari kehidupan? Jawabnya tentu, manusia. Pohon yang kehilangan daun,
tentu hidupnya tidak berarti. Selain itu, jika pohon itu merupakan simbol dari manusia,
berarti manusia yang kehilangan daun itu hidupnya tiada berarti.
Setelah memahami makna kata-kata simbolik pada bait pertama, tugas kita sekarang
adalah berusaha memahami makna kata simbolik pada bait berikutnya. Sering kali
pemahaman makna kata-kata simbolik menjadi semacam kunci untuk memahami makna
kata-kata simbolik berikutnya. Dengan berangkat dari anggapan demikian, dapatkah Anda
memahami makna kata "tubuh", "basah kuyup", "pintu tertutup", dan kata "api"?
f. Membahas makna setiap larik
Setelah Anda mencoba sendiri berusaha memahami kata-kata simbolik tersebut, baik
sendirian atau lewat diskusi, silakan Anda coba membahas makna setiap lariknya. Larik
pertama yang berbunyi "ke manakah pergi" mudah untuk dimengerti. Larik kedua yang
berbunyi ketika "salju turun"-lah yang perlu diperhatikan baik-baik.
Jika dihubungkan dengan proyeksi makna kata "salju" turun tersebut, dapatlah
disimpulkan bahwa baris ketika salju turun" mengandung makna ketika hidupku sepi
tidak berarti. Adapun larik keempat yang berbunyi pohon kehilangan daun" dapat
diartikan sebagai ketika diriku hampa tidak bermakna.
Dari telaah tersebut, sekarang dapat kita parafrasekan bait puisi tersebut dengan redaksi
sebagai berikut:
ke manakah pergi

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 157 -


mencari kehidupan
ketika hidupku sepi tak berarti
ketika diriku hampa tidak bermakna
Dengan cara yang sama, bait-bait berikutnya dapat juga diredaksikan sebagai berikut:
ke manakah harus berjalan
mencari perlindungan
ketika diriku menderita
dan tak se orang pun mau menerima
ke manakah harus berlari
mencari petunjuk dan kekuatan kehidupan
ketika semangat hidupku
menjadi padam tidak berarti
tidak ada jalan lain
selain bersujud di hadapan Tuhan untuk menemukan kesucian

g. Memahami hubungan antarbaris


Dari telaah tersebut, semakin jelas bagaimana hubungan antara baris yang satu dengan
baris lainnya. Sebagai penutur atau pemakai bahasa Indonesia, Anda tentunya tidak akan
mengalami kesulitan seandainya diminta untuk mempertalikan baris-baris di atas ke
dalam satuan-satuan kalimat.
h. Simpulan pokok pikiran makna puisi
Sudahkah Anda mencoba menyusun paragraf berdasarkan satuan-satuan bait tersebut?
Jika sudah, tugas Anda sekarang adalah melihat satuan-satuan pokok pikiran dalam
paragraf-paragraf yang telah Anda buat sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam puisi
tersebut terdapat empat pokok pikiran yang saling berkaitan.
Keempat pokok pikiran itu adalah sebagai berikut.
1) Ke mana aku harus pergi di saat hidupku hampa tidak berarti?
2) Kepada siapa aku meminta perlindungan di saat diriku menderita dan tidak seorang pun
mau menerima diri saya?
3) Ke mana harus pergi mencari petunjuk dan semangat kehidupan saat semangat hidupku
padam tidak berarti?
4) Dalam situasi demikian, tidak ada jalan lain selain bersujud di hadapan Tuhan untuk
menyucikan diri.
i. Memahami sikap penyair terhadap puisi
Sekarang, bagaimana halnya dengan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran puisi
tersebut? Ada bermacam-macam sikap seseorang sewaktu menghadapi situasi demikian.
Mungkin mereka akan termenung sendirian, bertindak masa bodoh, menyalahkan orang
lain, dan berbagai kemungkinan sikap lainnya. Akan tetapi, lain halnya dengan sikap
penyair. Ia mengungkapkan bahwa dalam situasi demikiaan tidak ada jalan lain kecuali

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 158 -


mencuci diri. Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa dalam menampilkan pokok-
pokok pikirannya, penyair memiliki satu sikap, yakni berserah diri kepada Tuhan.
j. Sikap penyair terhadap pembaca puisi
Sikap penyair terhadap pembaca akan menunjukkan adanya sikap yang bermacam-macam.
Dalam hal ini mungkin sikap masa bodoh, mengajak, menggurui, keramahtamahan,
kebencian, persahabatan, dan lain-lainnya. Adanya sikap-sikap tertentu dalam suatu puisi
umumnya ditandai oleh bentuk-bentuk pernyataan tertentu. Dalam hal ini, jangan tutup
mata Anda. Seandainya tanda-tanda tertentu yang dapat menyiratkan sikap penyair terhadap
pembaca tidak ada, dapat dipastikam bahwa penyair menyikapi pembaca dengan sikap masa
bodoh.
k. Rangkuman penafsiran puisi
Tugas Anda sekarang adalah merangkum keseluruhan hasil penafsiran tersebut, baik
penafsiran terhadap satuan-satuan pokok pikiran, sikap penyair terhadap pokok pikiran,
maupun sikap penyair terhadap pembaca sewaktu menampilkan pokok-pokok pikiran
tertentu ke dalam satu kesatuan yang utuh. Dengan cara demikian, pada dasarnya Anda
sedang berupaya menemukan totalitas makna puisi yang Anda baca.
Cobalah kerjakan sendiri upaya pencarian totalitas makna tersebut dengan jalan merangkum
satuan-satuan paragraf yang telah Anda susun serta Anda telah memasukkan unsur feeling
dan tone ke dalamnya.
l. Menentukan tema puisi
Pembahasan tema pada dasarnya merupakan pembahasan yang cukup rumit karena dalam
hal ini penganalisis harus mampu berpikir secara mendasar. Hal itu dapat saja dimaklumi
karena tema berhubungan dengan lapis dunia yang metafisis (gaib). Untuk mencapainya,
pembaca harus membaca hasil rangkuman totalitas makna yang telah dibuat secara
berulang-ulang untuk membuat satu simpulan yang menjadi inti keseluruhan totalitas
maknanya.
Dari keseluruhan totalitas makna yang terdapat dalam puisi berjudul "Salju", misalnya,
dapat dikatakan bahwa tema dalam puisi tersebut adalah hanya dengan menyucikan diri manusia
dapat menikmati kehidupan yang berarti.
Tugas Individu
1. Bacakanlah puisi berikut dengan baik oleh salah seorang di antara Anda.
2. Selama puisi ini dibacakan, tutuplah buku Anda dan cermatilah isi puisi dengan saksama.
Jika perlu, bacakanlah beberapa kali secara bergiliran.
3. Kemukakanlah hasil penghayatan Anda terhadap puisi tersebut.
4. Diskusikanlah dengan teman-teman Anda.
Tuhan, Kita Begitu Dekat
Karya Abdul Hadi W.M.
Tuhan
Kita begitu dekat

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 159 -


Seperti api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini nyala
Pada lampu padammu
Sumber: Majalah Horison,

UJI KOMPETENSI
A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Karya sastra berikut ini yang berbentuk drama adalah ….
a. Prabu dan Putri karya MH. Rustandi Kartakusuma
b. Balada Orang-Orang Tercinta karya WS. Rendra
c. Cahaya di Mata Emi karya Kirdjomulyo
d. Puntung Berasap karya Usmar Ismail
e. Tambera karya Utuy Tatang Sontani
2. Berikut ini yang bukan merupakan unsur-unsur intrinsik dalam cerpen adalah
....
a. tema d. Latar b. amanat
e. pengarang c. penokohan
3. Yang termasuk unsur ekstrinsik dalam cerpen adalah ….
a. agama pengarang d. Alur b. tema
e. penokohan c. amanat
4. Dalam menulis puisi perlu diperhatikan unsur-unsur di bawah ini, kecuali ….
a. rima b. Citraan c. diksi
d. Nama e. tema
5. Bacalah penggalan drama berikut.
Adun : "Betul Lin. Aku masih punya orang tua dan adik-adik. Namun, aku pun ikut
merasakan kesedihanmu dan satu hal itu aku tidak setuju, jangan menganggap
pamanmu sebagai orang yang tidak adil."
Tini : "Ah ... bohong. Aku memang menumpang di rumah paman. Aku tak punya orang
tua. Aku merasa selalu disakiti karena pamanku membedakan perlakuan kepadaku

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 160 -


dan kepada anaknya. Kalau ada masalah antara aku dan Mila, anak pamanku itu,
selalu dia yang dimenangkan paman ..."
Nita : "Tenanglah, Tin. Aku merasakan kesedihanmu. Aku tahu, kamu terlalu menuruti
perasaanmu. Belum tentu pamanmu seperti yang kamu duga karena kesedihanmu,
engkau membayangkan yang tidak-tidak."
Andri : "Benar, Tin, kamu harus bersabar."
Ungkapan kekecewaan diungkapkan oleh tokoh ….
a. Adun b. Tini c. Nita d. Andri e. Adun dan Tini
6. Bacalah petikan novel berikut.
Si Jamin terpelanting ke sisi jalan trem, kepalanya berlumuran darah. Beberapa
orang yang menaruh kasihan mengangkat Si Jamin akan dibawa ke rumah sakit miskin di
Glodok. Anak itu pingsan. Polisi cepat memeriksa asal mula kecelakaan itu. Nomor trem
dan nama-nama pegawai yang mengemudikan dicatat. Setelah itu trem meneruskan
perjalanannya. Orang banyak pun bubar.
Unsur utama yang terdapat dalam penggalan novel tersebut adalah ….
a. peristiwa b. gaya bahasa c. tema
d. amanat e. sudut pandang
7. Bacalah cupilkan cerpen "Setrum" berikut.
Cik Ledo sukar menerima itu. Walau kadang ada teror atau ada bujukan, ia tetap tak mau
menerima kenyataan rumah dan kampungnya ditenggelamkan.
"Apa pun yang terjadi, aku tak akan pindah. Demi Tuhan, titik! Aku tak rela!" kata Cik
Ledo pada orang-orang berseragam dinas yang menyarankannya secepatnya
meninggalkan kampung untuk pindah ke tempat yang disediakan sebagai kediaman
pengganti atau ke tempat yang bisa dipilih sendiri.
Unsur instrinsik yang menonjol dalam cerpen tersebut adalah ....
a. latar sosial b. Penokohan c. amanat
d. gaya bahasa e. alur
8. Bacalah kutipan cerpen berikut.
"Aku mau tahu, di manakah arloji itu berada sekarang. Itu benda bersejarah buatku, aku
ingin mendapatkannya," katamu.
"Sayang, anakku," jawab ayahmu.
"Kenapa?" tanyamu.
"Arloji itu telah aku gadaikan untuk membeli buku harianku yang baru, sebab buku
harianku yang lama sudah penuh semuanya."
Kesan yang terkandung dalam kutipan cerpen tersebut adalah ....
a. buku harian lebih penting daripada arloji
b. siapa pun tidak bisa membelenggu pikiran dan pendapat seseorang tentang kebenaran
c. orangtua harus menuliskan pesan untuk anak-anaknya lewat buku harian
d. keadaan zaman dulu sangat prihatin sehingga harus menggadaikan arloji

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 161 -


e. kemewahan hanyalah bersifat duniawi
9. Cermati teks drama terjemahan berikut!
GADIS :(mengulurkan tangannya) Selamat tinggal dan terima kasih. Jasa mas
terhadap saya dan ibu tak dapat rasanya saya balas. Dan saya ingin sekali
dapat berbuat sesuatu untuk mas. Apa yang bisa saya lakukan?
SUDARSO :(memandangnya dan lambat laun mendapat pikiran) Ya, ya ada, hanya
barangkali...
GADIS : Bilanglah
SUDARSO : Saya tak bisa mengatakannya. Tidak apa-apa. Pergilah!
GADIS : Katakanlah. Saya sedia melakukannya,
karena......Katakanlah!
SUDARSO : (suara lemas dan putus asa) Selama beberapa bulan saya di penjara ini
kaulah gadis yang pertama-tama saya lihat. Dan saya tak pernah rasa
sangat sepi terutama tadi malam dan jika kau sungguh hendak berbuat
sesuatu karena Mas Tono dan kau segera akan pergi dan saya tak punya
ibu atau adik atau orang lain yang akan mengucapkan selamat tinggal pada
saya – karena itu, kalau bisa-nyatakanlah sungguh-sungguh selamat tinggal
pada saya- (dia sejenak memandangnya dan mengerti tersipu, dan
mendekat. Sudarso memeluknya dan mencium keningnya dua kali parau).
Selamat jalan, adikku.
GADIS :Selamat malam (dia mencoba tersenyum). Selamat tinggal.....................
John Galsworthy-Robert Midlemans – (Hanya Satu Kali)

Potongan drama di atas melukiskan...


A. kesepian B. kasih sayang C. kerinduan
D. ketegaran E. ketabahan
10. Setting panggung drama Hanya Satu Kali pada dialog seperti soal 9 sangat tepat apabila
digambarkan di...
A. dalam ruang penjara B. ruang interogasi
C. ruang tunggu penjara D. ruang depan kamar penjara E. lorong penjara
11. Baca teks drama berikut!
KEPALA : (berputar diam di kursi) Duduk, Sudarso (dia menunjuk kursi di sebelah
kanan meja).
SUDARSO : Terima kasih (dia langsung menuju meja dan duduk tanpa basa-basi)
KEPALA : (Bersandar dan mengamatinya. Ulama berdiri agak ke belakang).
Sudarso, kau sudah hampir empat bulan di bawah jagaanku dan kau sejak
hari pertama sampai sekarang berlaku baik.
SUDARSO : (acuh tak acuh tapi sopan). Buat apa saya mesti mengganggu tuan.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 162 -


KEPALA : Kau, tidak menimbulkan kesulitan apa-apa dan karena itu saya mencoba
menunjukkan penghargaan saya padamu sepanjang yang dibolehkan
undang-undang.
Pernyataan berikut sejalan dengan cuplikan naskah drama di atas, yaitu..
A. Sudarso berwatak lembut
B. Kepala mempunyai watak tegas
C. Watak kepala ditunjukkan oleh ajakan untuk duduk
D. Watak Sudarso terlihat saat menerima ajakan duduk
E. Watak Sudarso terlihat karena sebagai tahanan
12. Baca dan cermati teks drama berikut!
ULAMA : Tidak sama sekali. Dan dia pun tak hendak menceritakannya. Dia ingin
mati sebagai manusia yang akan tinggal rahasia bagi kita. Kadang-kadang saya pikir,
bahwa dia juga merupakan rahasia bagi dirinya sendiri.
KEPALA : Oh, dia Cuma hendak membela orang lain. Namanya pasti bukan
Sudarso, itu kami tahu dan kami juga tahu apa yang diceritakannya omong kosong sama
sekali. Tetapi mengapa? Saya kira saya tahu dia hendak menutupi perbuatannya terhadap
keluarga dan kenalannya. Banyak orang yang berbuat seperti dia, tapi belum pernah
sampai begini. Apa yang kita tahu? Hanya, bahwa kita menghukum seorang manusia dan
kita tidak mengetahui siapa dia sebenarnya, atau dari mana asalnya atau hal-hal lain
tentang dia sesudah enam bulan.
Dialog drama di atas sedang memperbincangkan...
A. latar belakang salah seorang tahanan
B. kejiwaan salah seorang tahanan
C. kebohongan alasan pembelaan salah seorang tahanan
D. kepala bagian tahanan tidak percaya pada setiap alasan yang disampaikan tahanan
E. rahasia seseorang yang tetap sebagai rahasia bagi orang lain dan dirinya
13. Cermatilah dengan seksama drama satu babak yang berjudul “Janji Janji-Ibu Menteri”!
Pembantu menteri sedang merenungi kesalahannya di kursi yang biasa digunakan untuk
rapat di ruang itu. Tidak lama kemudian terdengar suara riuh dari kejauhan. Suara itu
membuatnya bertambah lebih panik. Ia pun lalu bersembunyi.
Pembantu Menteri : (Mendengarkan suara riuh itu dengan sungguh-sungguh). Waduh,
cilaka! Aku harus segera bersembunyi. Tapi mau bersembunyi di
mana? (Pembantu menteri lalu bersembunyi di balik meja kursi,
sementara suara Josugih semakin jelas terdengar, (Josugih,
Parmingkem, dan Sugiyo naik ke panggung)
Josugih : Kita adili saja pembantu menteri itu. Sudah jabatan rangkap tiga,
tapi pelitnya malah semakin menjadi. Bisanya cuma janji, janji, dan
janji.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 163 -


Parmingkem : Dan semoga saja, beliau tidak langsung terserang penyakit.
Masalahnya para pejabat zaman sekarang, tiba-tiba mengidap
penyakit kalau akan diadili. (Berkacak pinggang)
Sugiyo : Walaaah, yang bener? (Penasaran)
Parmingkem : (Sedikit jengkel) Sumprit, Sug. Setiap orang yang jajan di
tempatku pasti mengeluhkan hal itu. (Sugiyo manggut-manggut)
Josugih : (Hidungnya bergerak-gerak seperti mencium bau sesuatu)
Sebentar, sebentar, apakah kalian mencium bau balsam yang biasa
dipakai pembantu menteri itu?
Semua : (Mencoba mencari arah/sumber bau balsem) E, …Lha dala!
Sembunyi di sini to?
Pembantu menteri : (Dengan raut muka kusut dan malu, ia berdiri). Pada dasarnya aku
sedang mencari cincin saya yang jatuh, kok. (gugup) Apa kalian
sedang mencari saya?…………
(Dwi Emawati, Terampil Berbahasa Indonesia 3)

Pesan tersirat yang dapat kita temukan adalah...


A. Bagaimanapun kesalahan tetap akan dapat terungkapkan.
B. Orang sebaiknya berbuat jujur agar tidak terjadi masalah
C. Jadi pejabat harus hati-hati agar tidak tersangkut tindak korupsi
D. Setiap masalah dapat mengakibatkan kehancuran karier
E. Orang hendaknya tidak tamak dengan jabatan
14. Baca dan cermati teks drama berikut!
DR. Taha : (berdiri) Bekerja dalam vaknya saja. Habis perkara. Lain tidak. Tidak kurang
tidak lebih.
DR. Hak : Dan siapa akan mengerjakan yang lain-lain itu, pergerakan ini dan itu. Ingat,
intelek Indonesia hanya sedikit.
DR. Taha : Itu bukan perkara saya. Itu perkara orang lain. Dokter di Eropa toh juga
tidak turut dalam segala tetek bengek dan lihatlah kemajuan mereka. Ilmu
kedokteran mereka membumbung setinggi langit.
DR. Hak : (tersenyum) Seperti juga cita-cita kamu. Kamil?
DR. Taha : (menantang) Tentu, tentu, apa salahnya? Dan aku akan menandingi mereka
semuanya, biar dalam pengetahuan, biar dalam praktik sehari-hari
(Usmar Ismail – Intelek Istimewa)

Potongan drama di atas mengungkap...


A. ambisi jabatan B. keserakahan idealisme
C. ketidakpedulian dalam berbangsa D. idealisme dalam keilmuan
E. keilmuan dicari dengan kesungguhan
15. Baca dan cermati teks drama berikut!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 164 -


ISTRI RAKRIAN KANURUHAN : Seorang prajurit membawa berita, bahwa Seri
Ratu telah mangkat dan Seri Paramesywari membunuh diri karena
duka cita.
KERTAJAYA (memegang kepala Amisani) : Amisani! Amisani! Sesudah termenung
beberapa lamanya dengan marah. Panewu, cari prajurit yang
berdusta itu! (Panewu keluar dan datang kembali)
BRAHMARAJA : Apa sebabnya prajurit itu menyampaikan kabar yang tidak benar?
PANEWU : Seri Ratu sebenarnya rebah, tetapi luka baginda tidak parah. Saya
menolong Sang Prabu.
KERTAJAYA : Ah, mengapa tadi aku tidak engkau biarkan saja? (dengan sedih).
Amisani!
BRAHMARAJA : Jikalau Amisani masih hidup, ia akan menderita sangat sebelum
meninggal, karena penyakitnya tidak dapat sembuh lagi. Beginilah lebih
baik.
KERTAJAYA (berdiri) : Amisani, Wulungan dan takhta hilang lenyap! O, Dewata.
Ia bermenung seketika. Panewu suruh pergi sekalian orang dari tempat ini
dan keraton suruh bakar, karena kami ingin jenazah Paramesywari dan
kami terbakar di sini juga. Dan lagi kami tidak suka Ken Arok merampas
keraton Panjalu. ( Sanusi Pane – Kertajaya )

Pementasan bagian cerita di atas lebih tepat apabila menggunakan setting...


A. dekat singgasana raja B. kamar ratu
C. ruang depan keraton D. pintu gerbang keraton E. taman keraton
16. Baca dan cermati drama berikut!
ISTRI RAKRIAN KANURUHAN : Seorang prajurit membawa berita, bahwa Seri Ratu
telah mangkat dan Seri Paramesywari membunuh diri karena duka cita.
KERTAJAYA : (memegang kepala Amisani) Amisani! Amisani!
Sesudah termenung beberapa lamanya dengan marah. Panewu, cari prajurit yang berjusta
itu! Panewu keluar dan datang kembali
BRAHMARAJA : Apa sebabnya prajurit itu menyampaikan kabar yang tidak benar?
PANEWU : Seri Ratu sebenarnya rebah, tetapi luka baginda tidak parah. Saya
menolong Sang Prabu.
KERTAJAYA : Ah, mengapa tadi aku tidak engkau biarkan saja? (dengan sedih).
Amisani!
BRAHMARAJA : Jikalau Amisani masih hidup, ia akan menderita sangat sebelum
meninggal, karena penyakitnya tidak dapat sembuh lagi. Beginilah lebih baik.
KERTAJAYA (berdiri) Amisani, Wulungan dan takhta hilang lenyap! O, Dewata. Ia
bermenung seketika.Panewu suruh pergi sekalian orang dari tempat ini dan keraton suruh
bakar, karena kami ingin jenazah Paramesywari dan kami terbakar di sini juga. Dan lagi

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 165 -


kami tidak suka Ken Angrok merampas keraton Panjalu. ( Sanusi Pane – Kertajaya )

Unsur drama berikut ini tidak tergambar dalam dialog di atas yaitu tentang...
A. Penokohan B. Majas C. amanat
D. tata kostum E. latar
17. Baca dan cermati teks drama berikut!
Karnasih : Risiko, ayah, risiko. Manusia menganakkan manusia dan iblis....
menganakkan iblis!
Hendrapati: (tiba-tiba mukanya berubah) Karnasih!
Karnasih : Ya, ayah sangka, ayah bisa berkuasa atas semua orang, bukan? Ayah sangka
ayah memutar semua kunci dan berkata, ”Sezam buka pintu” dan pintu akan terbuka,
bukan?
Hendrapati: Kau......kau gila, Karnasih!
Karnasih: : Aku tidak gila sekarang, aku adalah anak ayah sejati sekarang! Pernahkah
ayah mendengar pepatah kita ”Guru kencing berdiri, murid kencing berlari? Tukarlah
sekarang guru dengan ayah, dan murid dengan anak!
Hendrapati: Memang kau sudah kemasukan setan Irwan.
Karnasih : (keras) Jangan disebut nama Irwan di sini! Ayah hendak berkuasa di mana-
mana, ayah hendak mencengkamkan kuku, semua orang bergaul dengan
ayah taklukkan. Tetapi awaslah pada suatu waktu tidak mengherankan jika
datang pembalasan!
Dialog drama di atas secara tersirat lebih menekankan gambaran...
A. Perwatakan B. Latar C. majas
D. tema E. sudut pandang
18. KEPALA : (Dia tidak menyangka akan dikunjungki orang seperti gadis itu)
Boleh pergi, Parto!
PEMBANTU : Saya, tuan {Dia pergi ke luar)
KEPALA : (dengan suara sangat berlainan)Silakan duduk!
GADIS : Terima kasih.( Dia duduk di atas kursi samping meja).
KEPALA : (Terpikat karena mudanya dan sikapnya yang
menarik)Nona................................
GADIS : Ya, tuan hampir satu jam.
KEPALA : Dan nona hendak ketemu dengan Sudarso?
Kalimat yang dapat dijadikan pengisi bagian dialog yang rumpang adalah...
A. Dengan apa ke sini? B. Sudah bicara dengan Bp. Bupati?
C. Bagaimana kabarnya? D. Hendak bertemu dengan Sudarso? E.
Sekarang?
19.POLEM (MENGHADANG BRAHIM) : Jangan! Kau tak boleh turun. Kau tak boleh
pergi, bila kepergianmu hanya untuk mengasah dendam.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 166 -


BRAHIM : Tidak! Aku harus turun. Berapa waktu lalu, jeda kemanusiaan
antara pasukan upah dan gerilyawan telah bersepakat., tak akan melakukan kekacauan
dengan tinta yang masih belum kering.
POLEM : Itu suatu kemajuan. Seluruh kita seharusnya mendukung.
BRAHIM : Kemajuan(GERAM). Kemajuan apa? Baru saja nota
kesepahaman ditandatangani, kekerasan kembali terjadi. Penyisiran dilakukan, pasukan
upah membunuh anak-anak dengan alasan mereka terjangkit semangat Perang Sabilillah.
POLEM : Aku punya keyakinan. nota kesepahaman ini akan berhasil. Kita akan
kembali hidup damai seperti sedia kala.
Berikut ini tidak terkait dengan nilai-nilai seperti yang ditunjukkan dalam dialog drama di
atas, yaitu...
A. kasih sayang B. harapan ada kedamaian
C. kecurigaan pudarnya nota kesepahaman D. hak asasi manusia E. sosial
20. Bacalah penggalan naskah drama berikut!
Dahlan : (Mengetuk pintu tiga kali. Kasim masih menggerutu sendiri)
Kasim : Rokok, ... lagi. E, rokok, ... silakan, Pak, silakan. Selamat pagi-pagi, Pak
Dahlan! (Pak Dahlan masuk dan duduk di kursi). Agaknya baru saja
jalan-jalan?
Dahlan : Bekerja itu harus tutup mulut, jangan marah-marah. Tidak baik terbiasa
berbicara sendiri!
Kasim : Betul, Pak, terima kasih. (Sikap sopan, hormat) Bapak mau minum kopi atau teh
manis, atau kopi susu, atau ... teh telur?
Isi dialog dalam penggalan naskah drama tersebut adalah ...
a. Kehadiran Pak Dahlan pada pagi hari setelah jalan-jalan.
b. Kasim bekerja sambil menggerutu karena banyaknya puntung rokok.
c. Nasihat Pak Dahlan kepada Kasim agar tidak marah-marah kalau bekerja.
d. Kasim menerima nasihat baik dari Pak Dahlan.
e. Kasim menawarkan minum kepada Pak Dahlan.
21. Satilawati : Engkau Pengarang?
Ishak : (terkejut) Mengapa? ... (mengeluh)Ah engkau juga.
Satilawati : ... sedikit diserang kritik orang, engkau hendak melarikan diri. Untuk menjaga
nama supaya jangan merosot. Aku sudah maklum.
Ishak : (sambil menunjuk ke kanan). Pergi dariku. Kau pun boleh memusuhiku. Untuk
cita-cita, aku bersedia mengorbankan segalanya.
Unsur intrinsik yang paling menonjol dalam penggalan drama di atas ialah ....
a. perwatakan b. latar
c. tema d. alur e. sudut pandang
22. Ayu : “Malas aku menjumpainya!”
Kata tersebut diucapkan dengan maksud :

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 167 -


a. Keinginan untuk menjumpai b. Rasa tidak suka
c. Keinginan yang tidak mau dilakukan d. Rasa enggan karena malas
e. Tidak mau beranjak
23. Sayem : Kami memang tidak menginginkan bintang. Kami tidak gila dengan
kekayaan. Kami inginkan hidup damai penuh kesejahteraan.
Kelestarian alam ini, ya desa yang perlu kami jaga. Aku dibesarkan
oleh harumnya nasi hasil panen desa ini. Sederhana sekali jalan
pikiran kami. Kegotong royongan kami akan hilang, hidup
berdampingan kami akan luntur bila ada orang-orang semacam
engkau menginjakkan kaki di desa ini.
Hadi : Kau akan mati bersama dengan pendirianmu.
Sayem : Atau sebaliknya engkau akan digilas oleh perbuatanmu?
Dalam penggalan drama di atas, tokoh Sayem mempunyai watak ....
a. teguh pada pendirian b. keras kepala
c. kolot atau kuno d. berpikir dinamis e. berpikir modern
24. Hendra :“Terima kasih, Dik.
Erwin : Sebenarnya sudah lama aku ingin mengajakmu ke kota, tetapi mengingat ibumu
masih sakit ya kutunda sampai hari ini.
Hendra : itulah Dik maka aku belum mau melangkah ke luar kota. Sekarang ibuku sudah
sehat dan sudah mulai bekerja lagi. Kapan kita berangkat?
Erwin : Seminggu lagi? Bagaimana?
Hendra : Baiklah aku nanti minta izin pada ibuku dulu.
Isi penggalan drama di atas adalah ....
a. Ibu Hendra sedang sakit dan Hendra harus menunggu
b. Erwin ingin mengajak Hendra ke kota
c. Hendra merasa kecewa karena ibunya sakit
d. Erwin menengok Hendra yang sedang sakit
e. Erwin perduli sakit ibu Hendra
25.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 168 -


DAFTA PUSTAKA

Parera, J.D.dan S.Amran Tasai. 2005. Terampil Berbahasa indonesia 3 untuk Sekolah
Menengah Atas Kelas XII Program Studi Bahasa. Jakarta : Balai Pustaka
Republika online
Sayuti,Suminto.A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi.. Yogyakarta. Gama Media.
Surana,S.Pd. 2001. Pengatantar sastra Indonesia.. Solo: Tiga Serangkai.
http:// www.kolomkita.com
http:// www.pergh.com
http://senicantik.blogspot.com
http://seniasiati.blogdetik.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Pantun
http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi
http://id.wikipedia.org/wiki/Novel

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 169 -


http://id.wikipedia.org/wiki/Sinopsis Novel
http://www. Google.co.id

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 170 -

You might also like