You are on page 1of 12

Daftar tokoh wayang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Artikel ini menampilkan nama tokoh-tokoh yang muncul dalam Wiracarita Ramayana
dan Mahabharata yang sering dipentaskan dalam pertunjukan wayang.

Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Dewa-Dewi wayang
 2 Ramayana
 3 Mahabharata
 4 Punakawan
o 4.1 Versi Jawa Tengah dan Jawa Timur, wayang kulit/wayang orang
o 4.2 Versi Banyumas, wayang kulit/wayang orang
o 4.3 Versi Jawa Barat, wayang golek
o 4.4 +Bali
o 4.5 Teman para Punakawan
 5 Pusaka dalam Wayang Jawa/Sunda

 6 Lihat pula

[sunting] Dewa-Dewi wayang


Dewa-Dewi dalam dunia pewayangan merupakan Dewa-dewi yang muncul dalam
mitologi agama Hindu di India, dan diadaptasi oleh budaya Jawa.

1. Sang Hyang Adhama


2. Sang Hyang Sita
3. Sang Hyang Nurcahya
4. Sang Hyang Nurrasa
5. Sang Hyang Wenang
6. Sang Hyang Tunggal
7. Sang Hyang Rancasan
8. Sang Hyang Ismaya
9. Sang Hyang Manikmaya
10. Batara Bayu
11. Batara Brahma
12. Batara Chandra
13. Batara Guru
14. Batara Indra
15. Batara Kala
16. Batara Kresna
17. Batara Kamajaya
18. Batara Narada
19. Batara Surya
20. Batara Wisnu
21. Batara Yamadipati
22. Betari Durga
23. Batara Kuwera
24. Batara Cingkarabala
25. Batara Balaupata
26. Hyang Patuk
27. Hyamh Temboro

[sunting] Ramayana
Tokoh-tokoh Ramayana dalam budaya pewayangan Jawa diambil dan diadaptasi dari
Mitologi Hindu di India.

1. Anggada
2. Anila
3. Anjani
4. Dasarata
5. Garuda Jatayu
6. Hanuman
7. Indrajit
8. Jatayu
9. Jembawan
10. Kosalya
11. Kumbakarna
12. Aswanikumba
13. Kumba-kumba
14. Laksmana
15. Parasurama
16. Prahastha
17. Rama Wijaya
18. Prabu Somali
19. Rawana
20. Satrugna
21. Sita
22. Dewi Windradi
23. Subali
24. Sugriwa
25. Sumitra
26. Surpanaka (Sarpakenaka)
27. Trikaya
28. Trijata
29. Trinetra
30. Trisirah
31. Gunawan Wibisana
32. Wilkataksini

[sunting] Mahabharata
Tokoh-tokoh Mahabharata dalam budaya pewayangan Jawa diambil dan diadaptasi dari
Mitologi Hindu di India.

1. Abimanyu
2. Resi Abyasa
3. Antareja
4. Antasena
5. Arjuna
6. Aswatama
7. Baladewa
8. Basupati
9. Basudewa
10. Bhisma
11. Bima
12. Burisrawa
13. Cakil
14. Citraksa
15. Citraksi
16. Citrayuda
17. Citramarma
18. Damayanti
19. Drona (Dorna)
20. Drestadyumna
21. Drestarastra
22. Dropadi
23. Durgandana
24. Durmagati
25. Dursala (Dursilawati)
26. Dursasana
27. Dursilawati
28. Duryodana (Suyodana)
29. Drupada
30. Ekalawya
31. Gatotkaca
32. Gandabayu
33. Gandamana
34. Gandawati
35. Indra
36. Janamejaya
37. Jayadrata
38. Karna
39. Kencakarupa
40. Kretawarma
41. Krepa
42. Kresna
43. Kunti
44. Madrim
45. Manumayasa
46. Matswapati
47. Nakula
48. Nala
49. Niwatakawaca
50. Pandu Dewanata
51. Parasara
52. Parikesit
53. Rukma
54. Rupakenca
55. Sadewa
56. Sakri
57. Sakutrem
58. Salya
59. Sangkuni
60. Sanjaya
61. Santanu
62. Setyajid
63. Setyaboma
64. Satyaki
65. Sanga-sanga
66. Satyawati
67. Srikandi
68. Subadra
69. Tirtanata
70. Seta
71. Udawa
72. Utara
73. Wratsangka
74. Wesampayana
75. Widura
76. Wisanggeni
77. Yudistira
78. Yuyutsu
[sunting] Punakawan
Punakawan adalah para pembantu dan pengasuh setia Pandawa. Dalam wayang kulit,
punakawan ini paling sering muncul dalam goro-goro, yaitu babak pertujukan yang
seringkali berisi lelucon maupun wejangan.

[sunting] Versi Jawa Tengah dan Jawa Timur, wayang kulit/wayang


orang

1. Semar
2. Gareng
3. Petruk
4. Bagong

Ānom suroto

[sunting] Versi Banyumas, wayang kulit/wayang orang

1. Semarsemorodewo
2. Garengnolo
3. Petrukkanthong
4. Baworcarub

[sunting] Versi Jawa Barat, wayang golek

1. Semar
2. Cepot atau astrajingga
3. Dawala
4. Gareng

[sunting] +Bali

1. Tualen
2. Merdah
3. Sangut
4. Delem

[sunting] Teman para Punakawan

1. Togog
2. Bilung
3. Limbuk
4. Cangik
Bima (tokoh Mahabharata)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari


Bima

Sosok Bima sebagai tokoh pewayangan


Tokoh dalam mitologi Hindu
Nama: Bima
Werkodara; Bhimasena;
Nama lain: Bayusuta; Bharatasena;
Blawa, dan lain-lain.
Aksara
भीम; भीमसेन
Dewanagari:
Ejaan Sanskerta: Bhīma; Bhīmaséna

Muncul dalam Mahabharata, Bhagawadgita,


kitab: Purana
Asal: Hastinapura, Kerajaan Kuru
Hastinapura, lalu pindah ke
Kediaman:
Indraprastha
Profesi: Kesatria; juru masak
Senjata: Gada Rujapala
Dinasti: Kuru
Pasangan: Dropadi, Hidimbi, Walandara
Gatotkaca, Sutasoma,
Anak:
Antareja, Antasena

Bima (Sanskerta: भीम, bhīma) atau Bimasena (Sanskerta: भीमसेन, bhīmaséna) adalah
seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dianggap sebagai seorang
tokoh heroik. Ia adalah putra Dewi Kunti dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat,
bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya hatinya lembut.
Ia merupakan keluarga Pandawa di urutan yang kedua, dari lima bersaudara. Saudara
se'ayah'-nya ialah wanara yang terkenal dalam epos Ramayana dan sering dipanggil
dengan nama Hanoman. Akhir dari riwayat Bima diceritakan bahwa dia mati sempurna
(moksa) bersama ke empat saudaranya setelah akhir perang Bharatayuddha. Cerita ini
dikisahkan dalam episode atau lakon Prasthanikaparwa. Bima setia pada satu sikap,
yaitu tidak suka berbasa basi dan tak pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat
ludahnya sendiri.

Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Arti nama
 2 Kelahiran
 3 Masa muda
 4 Pendidikan
 5 Peristiwa di Waranawata
 6 Peristiwa di Hidimbawana
 7 Pembunuh Raksasa Baka
 8 Bima dalam Bharatayuddha
 9 Bima dalam pewayangan Jawa
o 9.1 Sifat
o 9.2 Istri dan keturunan
o 9.3 Nama lain

 10 Lihat pula

[sunting] Arti nama


Kata bhīma dalam bahasa Sanskerta artinya kurang lebih adalah "mengerikan".
Sedangkan nama lain Bima yaitu Wrekodara, dalam bahasa Sanskerta dieja vṛ(ri)kodara,
artinya ialah "perut serigala", dan merujuk ke kegemarannya makan. Nama julukan yang
lain adalah Bhimasena yang berarti panglima perang.

[sunting] Kelahiran
Dalam wiracarita Mahabharata diceritakan bahwa karena Pandu tidak dapat membuat
keturunan (akibat kutukan dari seorang resi di hutan), maka Kunti (istri Pandu) berseru
kepada Bayu, dewa angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima. Atas
anugerah dari Bayu, Bima akan menjadi orang yang paling kuat dan penuh dengan kasih
sayang.

[sunting] Masa muda


Pada masa kanak-kanak Pandawa dan Korawa, kekuatan Bima tidak ada tandingannya di
antara anak-anak sebayanya. Kekuatan tersebut sering dipakai untuk menjahili para
sepupunya, yaitu Korawa. Salah satu Korawa yaitu Duryodana, menjadi sangat benci
dengan sikap Bima yang selalu jahil. Kebencian tersebut tumbuh subur sehingga
Duryodana berniat untuk membunuh Bima.

Pada suatu hari ketika para Korawa serta Pandawa pergi bertamasya di daerah sungai
Gangga, Duryodana menyuguhkan makanan dan minuman kepada Bima, yang
sebelumnya telah dicampur dengan racun. Karena Bima tidak senang mencurigai
seseorang, ia memakan makanan yang diberikan oleh Duryodana. Tak lama kemudian,
Bima pingsan. Lalu tubuhnya diikat kuat-kuat oleh Duryodana dengan menggunakan
tanaman menjalar, setelah itu dihanyutkan ke sungai Gangga dengan rakit. Saat rakit
yang membawa Bima sampai di tengah sungai, ular-ular yang hidup di sekitar sungai
tersebut mematuk badan Bima. Ajaibnya, bisa ular tersebut berubah menjadi penangkal
bagi racun yang dimakan Bima. Ketika sadar, Bima langsung melepaskan ikatan tanaman
menjalar yang melilit tubuhnya, lalu ia membunuh ular-ular yang menggigit badannya.
Beberapa ular menyelamatkan diri untuk menemui rajanya, yaitu Naga Basuki.

Saat Naga Basuki mendengar kabar bahwa putera Pandu yang bernama Bima telah
membunuh anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberinya minuman ilahi.
Minuman tersebut diminum beberapa mangkuk oleh Bima, sehingga tubuhnya menjadi
sangat kuat. Bima tinggal di istana Naga Basuki selama delapan hari, dan setelah itu ia
pulang. Saat Bima pulang, Duryodana kesal karena orang yang dibencinya masih hidup.
Ketika para Pandawa menyadari bahwa kebencian dalam hati Duryodana mulai bertunas,
mereka mulai berhati-hati.

[sunting] Pendidikan
Pada usia remaja, Bima dan saudara-saudaranya dididik dan dilatih dalam bidang militer
oleh Drona. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih memusatkan perhatiannya untuk
menguasai ilmu menggunakan gada, seperti Duryodana. Mereka berdua menjadi murid
Baladewa, yaitu saudara Kresna yang sangat mahir dalam menggunakan senjata gada.
Dibandingkan dengan Bima, Baladewa lebih menyayangi Duryodana, dan Duryodana
juga setia kepada Baladewa.

[sunting] Peristiwa di Waranawata


Ketika para Bima beserta ibu dan saudara-saudaranya berlibur di Waranawata, ia dan
Yudistira sadar bahwa rumah penginapan yang disediakan untuk mereka, telah dirancang
untuk membunuh mereka serta ibu mereka. Pesuruh Duryodana, yaitu Purocana, telah
membangun rumah tersebut sedemikian rupa dengan bahan seperti lilin sehingga cepat
terbakar. Bima hendak segera pergi, namun atas saran Yudistira mereka tinggal di sana
selama beberapa bulan.

Pada suatu malam, Kunti mengadakan pesta dan seorang wanita yang dekat dengan
Purocana turut hadir di pesta itu bersama dengan kelima orang puteranya. Ketika
Purocana beserta wanita dan kelima anaknya tersebut tertidur lelap karena makanan yang
disuguhkan oleh Kunti, Bima segera menyuruh agar ibu dan saudara-saudaranya
melarikan diri dengan melewati terowongan yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian,
Bima mulai membakar rumah lilin yang ditinggalkan mereka. Oleh karena ibu dan
saudara-saudaranya merasa mengantuk dan lelah, Bima membawa mereka sekaligus
dengan kekuatannya yang dahsyat. Kunti digendong di punggungnya, Nakula dan
Sadewa berada di pahanya, sedangkan Yudistira dan Arjuna berada di lengannya.

Ketika keluar dari ujung terowongan, Bima dan saudaranya tiba di sungai Gangga. Di
sana mereka diantar menyeberangi sungai oleh pesuruh Widura, yaitu menteri
Hastinapura yang mengkhwatirkan keadaan mereka. Setelah menyeberangi sungai
Gangga, mereka melewati Sidawata sampai Hidimbawana. Dalam perjalanan tersebut,
Bima memikul semua saudaranya dan ibunya melewati jarak kurang lebih tujuh puluh
dua mil.

[sunting] Peristiwa di Hidimbawana


Di Hidimbawana, Bima bertemu dengan Hidimbi/arimbi yang jatuh cinta dengannya.
Kakak Hidimbi yang bernama Hidimba, menjadi marah karena Hidimbi telah jatuh cinta
dengan seseorang yang seharusnya menjadi santapan mereka. Kemudian Bima dan
Hidimba berkelahi. Dalam perkelahian tersebut, Bima memenangkan pertarungan dan
berhasil membunuh Hidimba dengan tangannya sendiri. Lalu, Bima menikah dengan
Hidimbi. Dari perkawinan mereka, lahirlah seorang putera yang diberi nama Gatotkaca.
Bima dan keluarganya tinggal selama beberapa bulan bersama dengan Hidimbi dan
Gatotkaca, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan.

[sunting] Pembunuh Raksasa Baka


Setelah melewati Hidimbawana, Bima dan saudara-saudaranya beserta ibunya tiba
disebuah kota yang bernama Ekacakra. Di sana mereka menumpang di rumah keluarga
brahmana. Pada suatu hari ketika Bima dan ibunya sedang sendiri, sementara keempat
Pandawa lainnya pergi mengemis, brahmana pemilik rumah memberitahu mereka bahwa
seorang raksasa yang bernama Bakasura meneror kota Ekacakra. Atas permohonan
penduduk desa, raksasa tersebut berhenti mengganggu kota, namun sebaliknya seluruh
penduduk kota diharuskan untuk mempersembahkan makanan yang enak serta seorang
manusia setiap minggunya. Kini, keluarga brahmana yang menyediakan tempat tinggal
bagi mereka yang mendapat giliran untuk mempersembahkan salah seorang keluarganya.
Merasa berhutang budi dengan kebaikan hati keluarga brahmana tersebut, Kunti berkata
bahwa ia akan menyerahkan Bima yang nantinya akan membunuh raksasa Baka.
Mulanya Yudistira sangsi, namun akhirnya ia setuju.

Pada hari yang telah ditentukan, Bima membawa segerobak makanan ke gua Bakasura.
Di sana ia menghabiskan makanan yang seharusnya dipersembahkan kepada sang
raksasa. Setelah itu, Bima memanggil-manggil raksasa tersebut untuk berduel dengannya.
Bakasura yang merasa dihina, marah lalu menerjang Bima. Seketika terjadilah
pertarungan sengit. Setelah pertempuran berlangsung lama, Bima meremukkan tubuh
Bakasura seperti memotong sebatang tebu. Lalu ia menyeret tubuh Bakasura sampai di
pintu gerbang Ekacakra. Atas pertolongan dari Bima, kota Ekacakra tenang kembali. Ia
tinggal di sana selama beberapa lama, sampai akhirnya Pandawa memutuskan untuk
pergi ke Kampilya, ibukota Kerajaan Panchala, karena mendengar cerita mengenai
Dropadi dari seorang brahmana.

[sunting] Bima dalam Bharatayuddha


Dalam perang di Kurukshetra, Bima berperan sebagai komandan tentara Pandawa. Ia
berperang dengan menggunakan senjata gadanya yang sangat mengerikan.

Pada hari terakhir Bharatayuddha, Bima berkelahi melawan Duryodana dengan


menggunakan senjata gada. Pertarungan berlangsung dengan sengit dan lama, sampai
akhirnya Kresna mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha
Duryodana. Seketika Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana. Setelah
pahanya diremukkan, Duryodana jatuh ke tanah, dan beberapa lama kemudian ia mati.

[sunting] Bima dalam pewayangan Jawa

Bima sebagai tokoh wayang Jawa.


Bima adalah seorang tokoh yang populer dalam khazanah pewayangan Jawa. Suatu saat
mantan presiden Indonesia, Ir. Soekarno pernah menyatakan bahwa ia sangat senang dan
mengidentifikasikan dirinya mirip dengan karakter Bima.

[sunting] Sifat

Bima memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap
semua orang sama derajatnya, sehingga dia digambarkan tidak pernah menggunakan
bahasa halus (krama inggil) atau pun duduk di depan lawan bicaranya. Bima melakukan
kedua hal ini (bicara dengan bahasa krama inggil dan duduk) hanya ketika menjadi
seorang resi dalam lakon Bima Suci, dan ketika dia bertemu dengan Dewa Ruci. Ia
memiliki keistimewaan dan ahli bermain gada, serta memiliki berbagai macam senjata,
antara lain: Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa (kapak besar) dan
Bargawasta. Sedangkan jenis ajian yang dimilikinya antara lain: Aji Bandungbandawasa,
Aji Ketuklindu, Aji Bayubraja dan Aji Blabak Pangantol-antol.

Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu: Gelung Pudaksategal,
Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang
Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah Dewata yang
diterimanya antara lain: Kampuh atau Kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana,
Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan Pupuk Pudak Jarot Asem.

[sunting] Istri dan keturunan

Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah Indraprastha. Ia mempunyai tiga orang isteri
dan 3 orang anak, yaitu:

1. Dewi Nagagini, berputera (mempunyai putera bernama) Arya Anantareja,


2. Dewi Arimbi, berputera Raden Gatotkaca dan
3. Dewi Urangayu, berputera Arya Anantasena.

Menurut versi Banyumas, Bima mempunyai satu istri lagi, yaitu Dewi Rekatawati,
berputera Srenggini.

[sunting] Nama lain

 Bratasena
 Balawa
 Birawa
 Dandungwacana
 Nagata
 Kusumayuda
 Kowara
 Kusumadilaga
 Pandusiwi
 Bayusuta
 Sena
 Wijasena
 Jagal Abilowo

[sunting] Lihat pula

You might also like