Professional Documents
Culture Documents
Artikel ini menampilkan nama tokoh-tokoh yang muncul dalam Wiracarita Ramayana
dan Mahabharata yang sering dipentaskan dalam pertunjukan wayang.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Dewa-Dewi wayang
2 Ramayana
3 Mahabharata
4 Punakawan
o 4.1 Versi Jawa Tengah dan Jawa Timur, wayang kulit/wayang orang
o 4.2 Versi Banyumas, wayang kulit/wayang orang
o 4.3 Versi Jawa Barat, wayang golek
o 4.4 +Bali
o 4.5 Teman para Punakawan
5 Pusaka dalam Wayang Jawa/Sunda
6 Lihat pula
[sunting] Ramayana
Tokoh-tokoh Ramayana dalam budaya pewayangan Jawa diambil dan diadaptasi dari
Mitologi Hindu di India.
1. Anggada
2. Anila
3. Anjani
4. Dasarata
5. Garuda Jatayu
6. Hanuman
7. Indrajit
8. Jatayu
9. Jembawan
10. Kosalya
11. Kumbakarna
12. Aswanikumba
13. Kumba-kumba
14. Laksmana
15. Parasurama
16. Prahastha
17. Rama Wijaya
18. Prabu Somali
19. Rawana
20. Satrugna
21. Sita
22. Dewi Windradi
23. Subali
24. Sugriwa
25. Sumitra
26. Surpanaka (Sarpakenaka)
27. Trikaya
28. Trijata
29. Trinetra
30. Trisirah
31. Gunawan Wibisana
32. Wilkataksini
[sunting] Mahabharata
Tokoh-tokoh Mahabharata dalam budaya pewayangan Jawa diambil dan diadaptasi dari
Mitologi Hindu di India.
1. Abimanyu
2. Resi Abyasa
3. Antareja
4. Antasena
5. Arjuna
6. Aswatama
7. Baladewa
8. Basupati
9. Basudewa
10. Bhisma
11. Bima
12. Burisrawa
13. Cakil
14. Citraksa
15. Citraksi
16. Citrayuda
17. Citramarma
18. Damayanti
19. Drona (Dorna)
20. Drestadyumna
21. Drestarastra
22. Dropadi
23. Durgandana
24. Durmagati
25. Dursala (Dursilawati)
26. Dursasana
27. Dursilawati
28. Duryodana (Suyodana)
29. Drupada
30. Ekalawya
31. Gatotkaca
32. Gandabayu
33. Gandamana
34. Gandawati
35. Indra
36. Janamejaya
37. Jayadrata
38. Karna
39. Kencakarupa
40. Kretawarma
41. Krepa
42. Kresna
43. Kunti
44. Madrim
45. Manumayasa
46. Matswapati
47. Nakula
48. Nala
49. Niwatakawaca
50. Pandu Dewanata
51. Parasara
52. Parikesit
53. Rukma
54. Rupakenca
55. Sadewa
56. Sakri
57. Sakutrem
58. Salya
59. Sangkuni
60. Sanjaya
61. Santanu
62. Setyajid
63. Setyaboma
64. Satyaki
65. Sanga-sanga
66. Satyawati
67. Srikandi
68. Subadra
69. Tirtanata
70. Seta
71. Udawa
72. Utara
73. Wratsangka
74. Wesampayana
75. Widura
76. Wisanggeni
77. Yudistira
78. Yuyutsu
[sunting] Punakawan
Punakawan adalah para pembantu dan pengasuh setia Pandawa. Dalam wayang kulit,
punakawan ini paling sering muncul dalam goro-goro, yaitu babak pertujukan yang
seringkali berisi lelucon maupun wejangan.
1. Semar
2. Gareng
3. Petruk
4. Bagong
Ānom suroto
1. Semarsemorodewo
2. Garengnolo
3. Petrukkanthong
4. Baworcarub
1. Semar
2. Cepot atau astrajingga
3. Dawala
4. Gareng
[sunting] +Bali
1. Tualen
2. Merdah
3. Sangut
4. Delem
1. Togog
2. Bilung
3. Limbuk
4. Cangik
Bima (tokoh Mahabharata)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bima (Sanskerta: भीम, bhīma) atau Bimasena (Sanskerta: भीमसेन, bhīmaséna) adalah
seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dianggap sebagai seorang
tokoh heroik. Ia adalah putra Dewi Kunti dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat,
bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya hatinya lembut.
Ia merupakan keluarga Pandawa di urutan yang kedua, dari lima bersaudara. Saudara
se'ayah'-nya ialah wanara yang terkenal dalam epos Ramayana dan sering dipanggil
dengan nama Hanoman. Akhir dari riwayat Bima diceritakan bahwa dia mati sempurna
(moksa) bersama ke empat saudaranya setelah akhir perang Bharatayuddha. Cerita ini
dikisahkan dalam episode atau lakon Prasthanikaparwa. Bima setia pada satu sikap,
yaitu tidak suka berbasa basi dan tak pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat
ludahnya sendiri.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Arti nama
2 Kelahiran
3 Masa muda
4 Pendidikan
5 Peristiwa di Waranawata
6 Peristiwa di Hidimbawana
7 Pembunuh Raksasa Baka
8 Bima dalam Bharatayuddha
9 Bima dalam pewayangan Jawa
o 9.1 Sifat
o 9.2 Istri dan keturunan
o 9.3 Nama lain
10 Lihat pula
[sunting] Kelahiran
Dalam wiracarita Mahabharata diceritakan bahwa karena Pandu tidak dapat membuat
keturunan (akibat kutukan dari seorang resi di hutan), maka Kunti (istri Pandu) berseru
kepada Bayu, dewa angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima. Atas
anugerah dari Bayu, Bima akan menjadi orang yang paling kuat dan penuh dengan kasih
sayang.
Pada suatu hari ketika para Korawa serta Pandawa pergi bertamasya di daerah sungai
Gangga, Duryodana menyuguhkan makanan dan minuman kepada Bima, yang
sebelumnya telah dicampur dengan racun. Karena Bima tidak senang mencurigai
seseorang, ia memakan makanan yang diberikan oleh Duryodana. Tak lama kemudian,
Bima pingsan. Lalu tubuhnya diikat kuat-kuat oleh Duryodana dengan menggunakan
tanaman menjalar, setelah itu dihanyutkan ke sungai Gangga dengan rakit. Saat rakit
yang membawa Bima sampai di tengah sungai, ular-ular yang hidup di sekitar sungai
tersebut mematuk badan Bima. Ajaibnya, bisa ular tersebut berubah menjadi penangkal
bagi racun yang dimakan Bima. Ketika sadar, Bima langsung melepaskan ikatan tanaman
menjalar yang melilit tubuhnya, lalu ia membunuh ular-ular yang menggigit badannya.
Beberapa ular menyelamatkan diri untuk menemui rajanya, yaitu Naga Basuki.
Saat Naga Basuki mendengar kabar bahwa putera Pandu yang bernama Bima telah
membunuh anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberinya minuman ilahi.
Minuman tersebut diminum beberapa mangkuk oleh Bima, sehingga tubuhnya menjadi
sangat kuat. Bima tinggal di istana Naga Basuki selama delapan hari, dan setelah itu ia
pulang. Saat Bima pulang, Duryodana kesal karena orang yang dibencinya masih hidup.
Ketika para Pandawa menyadari bahwa kebencian dalam hati Duryodana mulai bertunas,
mereka mulai berhati-hati.
[sunting] Pendidikan
Pada usia remaja, Bima dan saudara-saudaranya dididik dan dilatih dalam bidang militer
oleh Drona. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih memusatkan perhatiannya untuk
menguasai ilmu menggunakan gada, seperti Duryodana. Mereka berdua menjadi murid
Baladewa, yaitu saudara Kresna yang sangat mahir dalam menggunakan senjata gada.
Dibandingkan dengan Bima, Baladewa lebih menyayangi Duryodana, dan Duryodana
juga setia kepada Baladewa.
Pada suatu malam, Kunti mengadakan pesta dan seorang wanita yang dekat dengan
Purocana turut hadir di pesta itu bersama dengan kelima orang puteranya. Ketika
Purocana beserta wanita dan kelima anaknya tersebut tertidur lelap karena makanan yang
disuguhkan oleh Kunti, Bima segera menyuruh agar ibu dan saudara-saudaranya
melarikan diri dengan melewati terowongan yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian,
Bima mulai membakar rumah lilin yang ditinggalkan mereka. Oleh karena ibu dan
saudara-saudaranya merasa mengantuk dan lelah, Bima membawa mereka sekaligus
dengan kekuatannya yang dahsyat. Kunti digendong di punggungnya, Nakula dan
Sadewa berada di pahanya, sedangkan Yudistira dan Arjuna berada di lengannya.
Ketika keluar dari ujung terowongan, Bima dan saudaranya tiba di sungai Gangga. Di
sana mereka diantar menyeberangi sungai oleh pesuruh Widura, yaitu menteri
Hastinapura yang mengkhwatirkan keadaan mereka. Setelah menyeberangi sungai
Gangga, mereka melewati Sidawata sampai Hidimbawana. Dalam perjalanan tersebut,
Bima memikul semua saudaranya dan ibunya melewati jarak kurang lebih tujuh puluh
dua mil.
Pada hari yang telah ditentukan, Bima membawa segerobak makanan ke gua Bakasura.
Di sana ia menghabiskan makanan yang seharusnya dipersembahkan kepada sang
raksasa. Setelah itu, Bima memanggil-manggil raksasa tersebut untuk berduel dengannya.
Bakasura yang merasa dihina, marah lalu menerjang Bima. Seketika terjadilah
pertarungan sengit. Setelah pertempuran berlangsung lama, Bima meremukkan tubuh
Bakasura seperti memotong sebatang tebu. Lalu ia menyeret tubuh Bakasura sampai di
pintu gerbang Ekacakra. Atas pertolongan dari Bima, kota Ekacakra tenang kembali. Ia
tinggal di sana selama beberapa lama, sampai akhirnya Pandawa memutuskan untuk
pergi ke Kampilya, ibukota Kerajaan Panchala, karena mendengar cerita mengenai
Dropadi dari seorang brahmana.
[sunting] Sifat
Bima memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap
semua orang sama derajatnya, sehingga dia digambarkan tidak pernah menggunakan
bahasa halus (krama inggil) atau pun duduk di depan lawan bicaranya. Bima melakukan
kedua hal ini (bicara dengan bahasa krama inggil dan duduk) hanya ketika menjadi
seorang resi dalam lakon Bima Suci, dan ketika dia bertemu dengan Dewa Ruci. Ia
memiliki keistimewaan dan ahli bermain gada, serta memiliki berbagai macam senjata,
antara lain: Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa (kapak besar) dan
Bargawasta. Sedangkan jenis ajian yang dimilikinya antara lain: Aji Bandungbandawasa,
Aji Ketuklindu, Aji Bayubraja dan Aji Blabak Pangantol-antol.
Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu: Gelung Pudaksategal,
Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang
Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah Dewata yang
diterimanya antara lain: Kampuh atau Kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana,
Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan Pupuk Pudak Jarot Asem.
Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah Indraprastha. Ia mempunyai tiga orang isteri
dan 3 orang anak, yaitu:
Menurut versi Banyumas, Bima mempunyai satu istri lagi, yaitu Dewi Rekatawati,
berputera Srenggini.
Bratasena
Balawa
Birawa
Dandungwacana
Nagata
Kusumayuda
Kowara
Kusumadilaga
Pandusiwi
Bayusuta
Sena
Wijasena
Jagal Abilowo