Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
Tilikan kebebasan dicetuskan oleh Jean Paul Sartre dalam bukunya yang berjudul
eksistensialisme humanisme. Sartre menggagas bahwa manusia adalah kebebasan.
Konsep kebebasan yang mengalir dari Sartre tidak dapat dipahami lepas dari gagasannya
mengenai cara berada manusia di dunia yang dia lukiskan secara radikal dalam dua
bentuk, antara lain “etre-pour-soi (being-for-itself) dan etre-en-soi (being-in-itself).
Bagaimana Sartre menggagas “kebebasan” dengan bertolak dari cara berada manusia
akan kami uraikan berikut ini.
Berangkat dari gagasan di atas, Sartre berpendapat bahwa para filsuf idealis dan
meterialis telah mereduksi hakekat manusia sebagai individu yang bereksistensi ke dalam
proses dialektik kesadaran roh dan materi. Menurut Sartre, manusia tidak pernah dapat
direduksir ke dalam realitas roh dan materi, karena manusia adalah satu-satunya makhluk
yang memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai individu yang bebas dan bereksistensi.
DAFTAR PUSTAKA
--------------, Filsafat Barat Kontemporer Prancis, Jilid II, Jakarta: Gramedia, 2006.
Piedade, Jiao Innocencio, SJ, Sejarah Filsafat Barat Kontemporer (Diktat Kuliah),
K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer Prancis, Jilid II, Jakarta: Gramedia, 2006,
hlm. 89-99. Jean Paul Sartre lahir pada tanggal 21 April 1905 di kota Paris. Ketika
berumur dua tahun, ayahnya meninggal dunia sehingga bersama ibunya Anne Marie
Schweitzer ia dibawa ke rumah kakeknya Charles Schweitzer seorang guru bahasa dan
sastra Jerman di daerah Alsace. Di bawah pengasuhan kakeknya, Sartre mengembangkan
minat dan bakatnya terhadap sastra bahkan sastra menjadi agama baru bagi dia, sehingga
pada umur 12 tahun, ia mengakui bahwa ia sama sekali tidak percaya pada Allah
walaupun ia dididik dan dibesarkan dalam agama Katolik mengikuti agama Louise
Guillemin istri dari Charles. Dalam bukunya Lest Mots, Sartre mengisahkan kehidupan
masa kecilnya yang tidak bahagia. Antara tahun 1924-1929, Sartre belajar di École
Normale Supéreiure. Selama menjadi mahasiswa, Sartre termasuk dalam golongan
intelektual kiri dengan mengkritik kaum borjuis dan norma-norma tradisi serta
menyerang idealisme. Pada tahun 1931, Sartre mengajar sebagai guru filsafat di beberapa
Lycées, antara lain: Le Havre, Laon dan Paris. Pada saat itu, ia berkenalan dengan
fenomenologi Husserl sehingga pada tahun 1933-1934, ia mendapat kesempatan untuk
belajar fenomenologi di Berlin. Ketertarikan Sartre pada bidang filsafat, sastra, politik,
drama dan film menghasilkan beberapa karya penting dari Sartre, seperti: La
Transendence de l’égo; L’imagination; Esquise d’une théorie des émotions;
L’imaginaire; La nausée; L’être et le néant Essai d’ontologie phénomenologieque dan
bukunya yang paling populer adalah L’existentialisme est un Humanisme. Beberapa
karyanya yang lain menandakan bahwa Sartre adalah seorang filsuf eksistensialis yang
mempengaruhi peradaban abad ke 20. Pada tanggal 15 April 1980 Sartre meninggal
dunia.
Harry Hamersma, Tokoh-tokoh Filsafat barat Modern, Jakarta: Gramedia, 1983, hlm.
108.
H. Muzairi, Eksistensialisme Jean Paul Sartre: Sumur Tanpa Dasar Kebebasan
Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, hlm. 35.
Harun Hadiwijono, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1975, hlm. 83.
Save M. Dagun, Filsafat Eksistensialisme, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, hlm. 100.
Jiao Innocencio Piedade, SJ, Sejarah Filsafat Barat Kontemporer (Diktat Kuliah),
Yogyakarta: Fakultas Filsafat Teologi Wedabhakti, 1989, hlm. 43.
Ibid.,