You are on page 1of 7

KESEHATAN DAN PROMOSI KESEHATAN

Oleh : Heri DJ. Maulana, S.Sos, M.Kes.

Kesehatan merupakan kata yang sulit didefinisikan, dan sehat dapat berarti berbagai
hal bagi orang yang berbeda. Kesehatan adalah hasil interaksi berbagai factor, baik factor
internal (fisik dan psikis) maupun factor eksternal (social, budaya, lingkungan fisik,
politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya). Factor-faktor tersebut saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain di luar masalah kesehatan itu sendiri.
Menurut Henrik L Blum (1974) seperti dikutip Azwar (1983), terdapat empat faktor
yang besar pengaruhnya terhadap kesehatan, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku,
faktor pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan yang saling mempengaruhi.
Lingkungan sebagai faktor terbesar, selain langsung mempengaruhi kesehatan juga
mempengaruhi perilaku, dan perilaku juga sebaliknya mempengaruhi lingkungan dan
faktor lainnya (pelayanan kesehatan dan keturunan). Status kesehatan akan tercapai secara
optimal, apabila keempat faktor tersebut secara bersama - sama mempunyai kondisi yang
optimal.
Telah banyak hal yang diperdebatkan sejak awal tahun tujuh puluhan tentang
kepentingan relatif dari berbagai faktor determinan kesehatan. Satu perhatian sentral
adalah peningkatan kesadaran bahwa kedokteran, sebagai praktik profesional, secara
mengagetkan dan mengecewakan telah memberikan pengaruh yang kecil (hanya 5%)
terhadap kesehatan penduduk (Ewles dan Simnet, 1994). Lebih lanjut, diungkapkan bahwa
praktik kedokteran barat sesungguhnya mengandung ancaman yang berbahaya. Efek
samping pengobatan, komplikasi yang terjadi setelah pembedahan, dan ketergantungan
pada obat yang diresepkan merupakan contoh untuk hal ini.
Sejalan dengan ini, di Inggris diterbitkan buku “the black report” tahun 1980, yang
memperlihatkan bahwa masyarakat pada lapisan sosial ekonomi atas memiliki kesempatan
yang lebih besar untuk menghindar dari penyakit dan menjaga tetap sehat dibanding
lapisan sosial di bawahnya. Semua ini memberikan catatan pada fakta bahwa determinan
pokok kesehatan berhubungan dengan lapisan sosial, pekerjaan, kondisi ekonomi, letak
geografis dan jenis kelamin. Meskipun kesehatan secara keseluruhan mungkin bertambah
baik, tetapi perbaikannya tidak sama diantara lapisan-lapisan sosial. Sehingga menciptakan
kesenjangan yang terus membesar. Menurut Ewles dan Simnet (1994), akar penyebab dari
kesenjangan ini adalah ketidak beruntungan sosial dan ekonomi, yang pada gilirannya
berkaitan dengan perumahan yang jelek, pengangguran, stress, gizi yang buruk dan
kecilnya dukungan sosial.
Sejauh ini, kita melihat bahwa kesehatan merupakan konsep yang komplek. Kita juga
telah melihat, bahwa derajat “perasaan sehat” berkaitan erat dengan kemampuan seseorang
mencapai potensi mereka secara penuh. Pada gilirannya, ini dipengaruhi berbagai faktor
yang secara luas diklasifikasikan sebagai faktor perilaku yang berurusan dengan tingkah
laku kesehatan perorangan, dan faktor-faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan yang lebih
besar, seperti jaringan dukungan sosial, pekerjaan, penghasilan dan perubahan. Tekanan
pada pendekatan perilaku berarti pemusatan pada upaya pendidikan kesehatan.
Penekanan ini (pendekatan perilaku) selama periode 1970-an mendapat kritik tajam,
karena menjauhkan perhatian determinan sosial dan ekonomi terhadap kesehatan, dan
cenderung “menyalahkan” perorangan atas kondisi sakit mereka. Sebagai contoh : orang
dengan penyakit jantung dapat disalahkan karena mempunyai kelebihan berat badan dan
1
merokok, tetapi alasan yang menyebabkan kelebihan berat badan dan merokok dilupakan.
Ini dikenal dengan “ menyalahkan korban” (blaming the victim).
Pada tahun 1980-an dan dirasakan dampaknya pada tahun 1990-an, muncul
pendekatan yang lebih luas, tidak hanya mencakup pendidikan kesehatan tetapi juga
membahas kebutuhan akan aksi politik dan sosial, dan yang lebih penting, keterlibatan
langsung dari masyarakat dalam menetapkan tujuan kesehatan mereka sendiri. Pendekatan
ini yang disebut promosi kesehatan (lebih lanjut tentang promosi kesehatan dibahas pada
bab selanjutnya). Hal ini menunjukkan, bahwa antara promosi kesehatan (dengan perilaku
dan pendidikan kesehatan didalamnya) dan status kesehatan masyarakat berada dalam
suatu pola hubungan yang saling mempengaruhi.
WHO seperti dikutip Ewles dan Simnet (1994), telah mengambil peran utama dalam
aksi untuk promosi kesehatan. WHO pada World Health Assembly ke 30 tahun 1977,
menyatakan bahwa target sosial pokok dari pemerintah dan WHO pada dasawarsa
mendatang harus berupa pencapaian status kesehatan yang memungkinkan seluruh warga
dunia di tahun 2000 mempunyai kehidupan yang produktif secara ekonomi dan sosial. Hal
ini membawa pada pengembangan strategi regional WHO Eropa tahun 1980. Strategi
regional ini menghimbau perubahan-perubahan mendasar dalam kebijakan kesehatan dari
negara-negara anggotanya, melalui pemberian prioritas yang lebih besar pada PROMOSI
KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT.

Sumber :
Heri DJ. Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC
PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENCAPAI
INDONESIA SEHAT 2010
Oleh : Heri DJ. Maulana, S.Sos, M.Kes.

Pada bahasan “KESEHATAN DAN PROMOSI KESEHATAN”, mengungkapkan bahwa


praktik profesional kedokteran, secara mengejutkan memiliki pengaruh hanya sebesar 5%
terhadap kesehatan penduduk. Bahkan mengandung ancaman yang berbahaya, berupa efek
samping pengobatan, komplikasi yang terjadi setelah pembedahan, dan ketergantungan
pada obat yang diresepkan, serta berbagai kegiatan malpraktik yang akhir-akhir ini gencar
dibicarakan di berbagai media (Ewles dan Simnett, 1994).

Salah satu ciri bangsa yang maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena
derajat kesehatan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kualitas sumber daya
manusia selain pendidikan dan ekonomi.

Sudah saatnya masyarakat, pengelola program kesehatan dan para pengambil kebijakan
mengambil upaya-upaya cerdas untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, melalui
kegiatan yang lebih berpihak kepada masyarakat, apa yang kita sebut sebagai Paradigma
Sehat. Paradigma sehat pada dasarnya, upaya kesehatan dengan menitik beratkan pada
upaya promotif dan preventif, dengan tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Artinya prioritas upaya kesehatan adalah upaya PROMOSI KESEHATAN.

Hal ini sesuai dengan visi indonesia Sehat 2010, yaitu masyarakat yang hidup dalam
lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.

Lingkungan sehat yang dimaksud dalam visi Indonesia Sehat 2010 adalah lingkungan yang
kondusif untuk hidup sehat. Bebas polusi, tersedia air bersih, lingkungan memadai,
permukiman sehat, perencanaan kawasan sehat, serta terwujudnya kehidupan yang saling
tolong kebutuhan masyarakat dan memberi kepuasan kepada pelanggan/masyarakat,
diharapkan bisa diakses seluruh penduduk., adil, dan merata sesuai dengan standar dan
etika profesi.

Perilaku sehat berarti proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan (beraktivitas fisik,
makan dengan gizi seimbang), mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit, dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan.

TARGET DI TAHUN 2010 :


• Umur harapan hidup akan menjadi 67,9 tahun dari 66 tahun pada tahun 2000.
• Angka kematian bayi (AKB) diturunkan dari 41 per 1.000 kelahiran hidup saat ini
menjadi 25 per 1.000 kelahiran hidup.
• Angka kematian ibu (AKI) turun dari 334 per 100.000 menjadi 150 per 100.000.
• Penyakit malaria dari 50 penderita per 1.000 penduduk menjadi lima per 1.000.
• Demam berdarah dari 16 per 100.000 menjadi dua per 100.000.
• Diare dari 300 per 1.000 menjadi 110 per 1.000.
• Dalam hal status gizi, bayi baru lahir dengan berat badan rendah ditekan tinggal
3
lima persen dari tujuh sampai 14 persen tahun 2000. Sedang anak balita bergizi
baik ditingkatkan jadi 80 persen dari 75,3 persen. Ibu hamil yang tidak menderita
anemia 65 persen dari 49,1 persen saat ini.
• Keluarga yang menghuni rumah sehat ditingkatkan jadi 90 persen dari 84,51 persen
data tahun 2000. Keluarga yang memiliki akses air bersih menjadi 94 persen dari
72,97 persen serta ketersediaan jamban sehat menjadi 86 persen dari 58,1 persen.
Angka bebas jentik nyamuk ditingkatkan menjadi 90 persen dari 83,74 persen.
• Penduduk melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, berperilaku hidup
bersih dan sehat, serta tersedia pelbagai sarana pelayanan kesehatan di desa.
• Saat itu, diharapkan 80 persen penduduk telah terjamin asuransi kesehatan dari
hanya 20 persen saat ini. Penduduk miskin ditekan menjadi lima persen dari
populasi.

So kesimpulannya : untuk mencapai Indonesia sehat 2010, yang tinggal 1 bulan lagi, hanya
memungkinkan dengan melakukan Promosi Kesehatan..... saatnya masyarakat, para
pengambil kebijakan dan seluruh komponen masyarakat membuka mata, hati dan pikiran,
untuk menjadikan Indonesia lebih sehat melalui upaya PROMOSI KESEHATAN.

Sumber :
Heri DJ. Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC
PROMOSI KESEHATAN SEBAGAI PAYUNG
PROGRAM KESEHATAN
Dalam pembahasan tentang promosi kesehatan tidak terlepas dari konsep-konsep
/ istilah-istilah lain yang saling berkaitan dan cenderung disama artikan. Hal ini tidak
terlepas dari sejarah praktek pendidikan kesehatan di dalam kesehatan masyarakat,
maupun praktek kesehatan masyarakat secara umum.
Promosi Kesehatan mencakup dan merangkum pengertian dari istilah Pendidikan
Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), dan
istilah-istilah lainnya. Lalu pertanyaannya : Apa sebenarnya yang membedakan
Promosi Kesehatan dengan Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE dan
istilah-istilah lain tersebut ?
Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan / memandirikan masyarakat
agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa charter, 1986). Proses
pemberdayaan / memandirikan masyarakat tidak hanya terbatas pada kegiatan
pemberian informasi (seperti pada kegiatan penyuluhan, KIE dan pendidikan
kesehatan), tetapi menyangkut penggalangan berbagai dukungan di masyarakat.
Guna meminimalisir salah pengertian dan pemahaman yang berbeda, berikut
penulis sajikan beberapa konsep atau istilah yang berhubungan dengan aplikasi
promosi kesehatan, diantaranya adalah :

i.Komunikasi, Informasi Dan Edukasi (KIE)


Istilah ini sering digunakan pada kegiatan kependudukan dan keluarga
berencana. Pemberian pendidikan ini lebih sistematis, yaitu dimulai kegiatan
komunikasi, dilanjurkan dengan informasi dan akhirnya edukasi.
Promosi Kesehatan sejalan dengan Komunikasi, Informasi dan Edukasi. Hal
itu karena untuk melakukan pemberdayaan masyarakat tentu diperlukan upaya
untuk membuka jalur komunikasi, yang selanjutnya diisi dengan penyampaian dan
dimantapkan dengan edukasi.

ii.Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan
anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1983). Petugas penyuluh
kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi dan menguasai pemahaman yang
lengkap tentang pesan yang akan disampaikan. Lebih lanjut pembahasan
penyuluhan kesehatan lihat Bab 8
Penyuluhan Kesehatan dalam promosi kesehatan diperlukan sebagai upaya
untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran, disamping pengetahuan sikap dan
perbuatan. Untuk itu tentu diperlukan upaya penyediaan dan penyampaian
informasi, yang merupakan bidang garapan penyuluhan kesehatan. Makna asli
penyuluhan sendiri adalah pemberian penerangan dan informasi.

iii.Pendidikan Kesehatan
Promosi Kesehatan juga mencakup Pendidikan Kesehatan, karena essensi
promosi kesehatan adalah pemberdayaan masyarakat. Sedangkan pemberdayaan

5
adalah upaya untuk membuat daya sehingga mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya sendiri. Untuk itu tentu diperlukan upaya untuk merubah,
menumbuhkan atau mengembangkan perilaku positif. Hal ini merupakan bidang
garapan utama pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan dianggap sebagai komponen promosi kesehatan
(Kolbe, 1988. De Leeuw, 1989, Schmidt dkk, 1990, Kok dkk, 1990). Menurut
Tones dalam De Leeuw (1989), pendidikan kesehatan berfungsi membangkitkan
keinsyafan dalam masyarakat tentang aspek-aspek kerugian kesehatan lingkungan
dan sumber-sumber social penyakit, yang secara ideal diikuti oleh keterlibatan
masyarakat dengan giat. Pendidikan Kesehatan berusaha membantu orang-orang
mengontrol kesehatan mereka sendiri dengan mempengaruhi, memungkinkan dan
menguatkan keputusan atau tindakan sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri.
Kok dkk (1990), mengungkapkan bahwa Pendidikan Kesehatan berdasarkan
motivasi, dengan mengubah 3 faktor penentu perilaku yaitu sikap, pengaruh social,
dan kemampuan lewat komunikasi. Contoh : berkaitan dengan berhenti merokok,
mereka meyakinkan orang tentang resiko merokok pasif demi kesehatan rekan-
rekannya (sikap), membantu pada rekan-rekannya mengorganisir dukungan social
untuk berhenti merokok (pengaruh social), dan mereka memberi orang-orang
tersebut cara mengatasi keinginan kuat. Hal ini menunjukkan, dalam rangka
mencapai kesehatan telah melebar dari pendidikan kesehatan yang tradisional, yang
berorientasi pada kegiatan pemberian informasi kearah perubahan perilaku dan
sikap perorangan. Lebih lanjut pembahasan pendidikan kesehatan lihat Bab 9
Dalam konsepsi Promosi kesehatan, Pendidikan Kesehatan merupakan
factor yang amat penting. Pendidikan Kesehatan menunjuk pada setiap gabungan
pengalaman belajar yang dipolakan untuk memudahkan penyesuaian-penyesuaian
perilaku secara sukarela yang memperbaiki kesehatan pada individu. Dari beberapa
hasil penelitian, membuktikan bahwa pendidikan tidaklah cukup, tetapi seharusnya
dipandang sebagai bagian program promosi kesehatan yang lebih luas.

iv.Pemasaran Sosial
Promosi Kesehatan juga menampung aspirasi pemasaran social, karena
promosi juga berarti mengenalkan produk (yaitu perilaku hidup sehat) secara luas
kepada masyarakat sehingga mereka dapat menerima dan memanfaatkannya
(mempraktekkannya) dalam kehidupan sehari-hari.

v.Mobilisasi Sosial
Promosi Kesehatan juga mengandung pengertian mobilisasi sosial, karena
dalam promosi kesehatan diperlukan adanya advokasi kebijakan sehingga
kebijakan yang ada dapat memberikan dukungan bagi pengembangan perilaku dan
lingkungan sehat ini merupakan “law enforcement” yang dapat “memaksa” atau
memobilisasi masyarakat untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Selain itu
pembentukan opini publik yang merupakan salah satu upaya promosi kesehatan
juga dapat diartikan sebagai upaya memobilisasi masyarakat (untuk memilih
perilaku hidup sehat).

Dari beberapa perbedaan istilah-istilah di atas dan hubungannya dengan


promosi kesehatan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pendidikan kesehatan, KIE, dan
penyuluhan kesehatan, serta pemasaran sosial dan mobilisasi sosial merupakan
komponen dari promosi kesehatan. Penulis sependapat menggunakan istilah promosi
kesehatan sebagai “Payung Untuk Mencakup Serangkaian Aneka Kegiatan-
Kegiatan Di Atas”.

Sumber :
Heri DJ. Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

You might also like