You are on page 1of 42

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan
karunia-Nya , maka penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul " Pemanfaatan Air
Kelapa Sebagai Suplement pada Media Sub Kultur Anggrek Bulan (Phalaenopsis
Amabilis) " dapat diselesaikan dengan baik.
Tulisan ini adalah laporan pengajuan kegiatan Proyek Usaha Mandiri yang
dilaksanakan mulai pada bulan Agustus sampai bulan Desember 2008 bertempat
di Laboratorium Kultur Jaringan Politeknik Negeri Jember.
Kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur Politeknik Negeri Jember
2. Direktur Eksekutif PHK-BI
3. Ketua Jurusan Produksi Pertanian
4. Ketua Program Studi Produksi Tanaman Horticultura
5. Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II
6. Teknisi Laboratorium Kultur Jaringan
7. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah ikut membantu dalam
pelaksanaan kegiatan dan penulisan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan pengajuan kegiatan Proyek Usaha
Mandiri ini masih kurang sempurna, mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk perbaikan di masa mendatang. Semoa tulisan ini bermanfaat.

Jember, 28 Oktober 2009


Penulis,

i
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ......................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan.......................................................................................... 3
1.4 Manfaat ........................................................................................ 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 4
BAB 3. METODOLOGI KEGIATAN ...................................................... 8
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan ....................................................... 8
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 8
3.3 Metode Perlakuan........................................................................ 9
3.4 Metode Pengamatan .................................................................... 9
3.5 Pelaksanaan ................................................................................ 10
3.5.1 Pembuatan Media........................................................................ 10
3.5.2 Sub Kultur................................................................................... 11
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 12
4.1 Presentase Kehidupan Tanaman .................................................. 13
4.2 Jumlah Daun .............................................................................. 13
4.3 Berat Planlet Anggrek ................................................................. 13
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 14
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 14
5.2 Saran .......................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 15
LAMPIRAN .......................................................................... 16
ii
DAFTAR TABEL

Halaman
1.1 Hasil pengamatan tingkat kontaminasi media pada botol
dalam sub kultur Anggrek Bulan (Phalaenopsis Amabilis) ................... 13
1.2 Hasil pengamatan tingkat kontaminasi media pada botol
dalam sub kultur Anggrek Bulan (Phalaenopsis Amabilis) ................... 13
1.3 Anggaran biaya kegiatan sub kultur anggrek bulan
(Phalaenopsis Amabilis) ............................................................ 16
1.4 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Sub Kultur Anggrek Bulan
(Phalaenopsis Amabilis)....................................................................... 18

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Analisa Usaha Tani............................................................................... 16
2. Jadwal Pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri Sub Kultur
Anggrek Bulan (Phalaenopsis Amabilis) .............................................. 8
3. Dokumentasi ........................................................................................ 19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Tanaman anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang
bernilai ekonomi tinggi dan sangat prospektif dibudidayakan, sebagai sumber
pendapatan (agribisnis), penyedia lapanghan kerja dan penggerak ekonomi di
daerah. Pasar anggrek berkembang amat pesat. Kebutuhan akan anggrek
didominasi oleh anggrek potong yang dominan dan disukai masyarakat adalah
jenis dendrobium (34%),diikuti oleh Oncidium Golden Power (26%), Cattleya
(20%), Vanda Douglas (17%) serta anggrek lainnya (3%). (Dinas Pertanian dan
Kehutanan DKI, 2008; Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007).
Kebutuhan pasar anggrek ekspor anggrek dalam bentuk benih, tanaman
dan bunga potong beberapa tahun belakangan mengalami peningkatan. Pada tahun
2000 mencapai 1.473.722 kg senilai 2.340.506 US$, dan pada tahun 2002
meningkat menjadi 2.720.691 kg senilai 3.941.929 US$ (BPS), dengan tujuan ke
negara: Belanda, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Taiwan, Singapura, Korea
Selatan, Italia, RRC, Jerman, Hongkong, Australia, Swiss, Brunai, Belgia,
Perancis, Mali, Nicaragua, Denmark dan Armenia (Dinas Pertanian dan
Kehutanan DKI, 2008).
Sementara itu hanya sebagian kecil pihak yang mampu melakukan
pengembangan dan pemanfaatan anggrek spesies, khususnya yang berkaitan
dengen teknologi kultur jaringan. Tidak dipungkiri bahwa metode terbaik hingga
saat ini dalam pelestariaan dan perbanyakan anggrek adalah dengan kultur
jaringan, karena melalui kultur jaringan banyak hal yang bisa dilakukan
dibandingkan dengan metode konvensional (Nurwahyuni, 1996).

1
2
Dalam kultur jaringan, pada media ditambahi air kelapa sebagai bahan
organiknya. Caplin & Steward dalam Gunawan (1988) memperoleh pertumbuhan
kalus yang lebih baik pada media dengan penambahan 5% air kelapa dan casein
hydrolysate dari pada media dengan penambahan IAA 0,1 mgL-1. Kumar et all
(2003) mengkultur biji media anggrek pada media Knudson C dengan
menambahkan 0,1 mgL-1 NAA dan 15 % air kelapa dapat meningkatkan
perkecambahan biji hingga mendekati 80-90%.
Air kelapa mengandung 9-B-D ribofuranosyl (Letham, 1968) dalam
George & Sherrington (1984), Zeatin (Zwar & Bruce, 1970) dalam George &
Sherrington (1984), N-N’-Diphenyl urea (Shantz & Steward, 1955) dalam
George & Sherrington (1984), 2(3-methyl but-2-enylaming)-purin 6-one
(Letham, 1982 ) dalam George & Sherrington (1984), dan sekarang dalam
mendapatkan air kelapa sangat mudah dan murah karena masih belum banyak
yang memanfaatkannya. Dan sekarang dalam subkultur anggrek belum banyak
yang memanfaatkan air kelapa sebagai bahan organiknya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Perkembang biakan anggrek secara generatif dalam metode konvensional
sulit atau bahkan tidak dapat dilakukan karena biji anggrek tidak memiliki
cadangan makanan, satu-satunya cara perkembangbiakan secara generatif adalah
melalui kultur in vitro. Dengan teknik kiltur in vitro keberhasilan perkecambahan
bij meningkat hingga mendekati 100%.
Kultur in vitro anggrek dilakukan dengan media dasar Vacint & Went,
Knudson C, Murashinge dan Skoog atau media dasar lain yang dimodifikasi.
Salah satu modifikasi tersebut adalah dengan menambahkan air kelapa, untuk
meningkatkan kebutuhan tanaman.
Diharapkan dengan penambahan air kelapa yang mudah dan murah dalam
mendapatkannya, dapat meningkatkan keuntungan dari usaha tani bibit anggrek
melalui kultur in vitro. Dan sekarang belum banyak pengkultur dalam
3
menggunakan air kelapa sebagai bahan organic dalam kultur invitro anggrek
bulan (Phalaenopsis Amabilis).
menggunakan air kelapa sebagai bahan organic dalam kultur invitro anggrek
bulan (Phalaenopsis Amabilis).
1.3 TUJUAN PROGRAM
Tujuan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa pada sub kultur in
vitro Anggrek Bulan (Phalaenopsis Amabilis).
2. Untuk mengetahui kelayakan usaha tani budidaya anggrek melalui
Sub kultur in vitro.

1.4 MANFAAT PROGRAM


Manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam
perbanyakan anggrek secara in vitro.
2. Pengusaha angrek mendapat tambahan informasi untuk
pengembangan ilmu pengetahuan mengenai kultur in vitro tanaman
anggrek, khususnya Anggrek Bulan (Phalaenopsis Amabilis).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan pasar anggrek ekspor anggrek dalam bentuk benih, tanaman


dan bunga potong beberapa tahun belakangan mengalami peningkatan. Pada tahun
2000 mencapai 1.473.722 kg senilai 2.340.506 US$, dan pada tahun 2002
meningkat menjadi 2.720.691 kg senilai 3.941.929 US$ (BPS), dengan tujuan
negara: Belanda, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Taiwan, Singapura, Korea
Selatan, Italia, RRC, Jerman, Hongkong, Australia, Swiss, Brunai, Belgia,
Perancis, Mali, Nicaragua, Denmark dan Armenia (Dinas Pertanian dan
Kehutanan DKI, 2008).
Menurut Nurwahyuni (1996) untuk perbanyakan anggrek secara vegetatif
adalah dengan kultur jaringan secara in-vitro, karena melalui kultur in-vitro ini
banyak hal yang bisa dilakukan dibandingkan dengan metode konvensional,
diantaranya :
1. Perbanyakan cepat dari klon
Kecepatan multiplikasi ini dapat memperoleh berjuta-juta planlet dalam 9
generasi hanya memerlukan waktu 9 - 12 bulan.
2. Keseragaman genetik.
Karena kultur jaringan merupakan perbanyakan vegetatif, rekombinasi
karakter genetik acak yang umum terjadi pada perbanyakan seksual
melalui biji, dapat dihindari. Karenanya, anakan yang dihasilkan bersifat
identik. Akan tetapi, mutasi dapat terjadi pada kultur jaringan pada saat sel
bermultiplikasi, terutama pada kondisi hormone dan hara yang tinggi.
Mutasi genetik pada masa multiplikasi vegetatif ini disebut ‘variasi
somaklonal’.
3. Kondisi aseptik
Proses kultur jaringan memerlukan kondisi aseptik, sehingga pemeliharaan
kultur tanaman dalam kondisi aseptik memberi bahan tanaman yang bebas
pathogen.
4
4. Seleksi tanaman
Untuk memiliki tanaman dalam jumlah besar pada wadah kultur yang
relatif kecil, seperti telah disebutkan sebelumnya, variasi genetik mungkin
terjadi. Kemungkinkan untuk memberi perlakuan kultur untuk
meningkatkan kecepatan mutasi seperti perlakuan dengan bahan kimia
(bahan mutasi, hormon) atau fisik (radiasi) dapat digunakan.
5. Stek mikro
Memelihara stok tanaman dalam jumlah besar mudah dilakukan pada
kultur in-vitro. Stok induk biasanya dipelihara in-vitro, dan stek mikro
diambil untuk diakarkan di kultur pengakaran atau dengan perbanyakan
biasa.
6. Lingkungan terkontrol
7. Konservasi genetik
Kultur jaringan dapat digunakan untuk menyelamatkan spesies tanaman
yang terancam (rare and endangered species). Metode dengan
pemeliharaan minimal, penyimpanan jangka panjang telah dikembangkan.
8. Teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk menyelamatkan hibrida dari
spesies yang tidak kompatibel melalui kultur embrio atau kultur ovule.
9. Tanaman haploid dapat diperoleh melaui kultur anther.
10. Produksi tanaman sepanjang tahun.
11. Perbanyakan vegetatif untuk spesies yang sulit diperbanyak secara normal
dapat dilakukan melalui kultur jaringan.

Pada kultur in-vitro anggrek seringkali menggunakan air kelapa sebagai


suplemen agar dapat mendorong pertumbuhan planlet. Menurut Tulecke et al.
(1961), air kelapa mengandung asam-asam amino, asam nukleat, auksin, asam
giberelat dan lainnya. Selain itu menurut Staden dan Drews (Sit. Wattimena,
1989) bahwa air kelapa mengandung antara lain zeatin yang termasuk ke dalam
golongan sitokinin yang bermanfaat untuk mendorong pembukaan stomata,
pembelahan sel serta meningkatkan pembentukan dan perbanyakan tunas
Penggunaan air kelapa pertama kali dilaporkan oleh Van Overbeek dalam
Gunawan (1988) dalam kultur embrio Datura stramonium. Pada tahun-tahun
berikutnya Gautheret menemukan bahwa air kelapa dapat digunakan untuk
mempertahankan pertumbuhan jaringan yang diisolasi dari sumber yang
berlainan. Lalu dilanjutkan oleh Caplin & Steward memperoleh pertumbuhan
kalus yang lebih baik pada media dengan 5 % air kelapa dan casein hydrolysate
dari pada media dengan penambahan IAA 0,1 mgL-1 dan juga mendapatkan
bahwa antara 2,4-D dan air kelapa terjadi reaksi sinergistik yang memacu
pertumbuhan kalus Daucus carota. Namun Lin & Staba dalam Gunawan (1988)
menemukan bahwa pada penambahan air kelapa dalam media yang mengandung
2,4-D dapat meningkatkan pertumbuhan kalus peppermint dan spearmint.
Meesawat dan Kanchanapoom (2002) menjelaskan bahwa pertumbuhan PLB
terjadi bila ditambahkan 10% air kelapa. Namun menurut Phuchooa (2004)
pertumbuhan PLB mencapai maksimal bila pada media Murashige and Skoog
ditambahi 0,1 mgL-1 BA, 1 mgL-1 NAA dan 15 % air kelapa.
Komposisi kandungan zat kimia yang terdapat pada air kelapa antara lain
asam askorbat atau vitamin C, protein, lemak, hidrat arang, kalsium atau
potassium. Mineral yang terkandung pada air kelapa ialah zat besi, fosfor dan gula
yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sukrosa. Kadar air yang terdapat pada buah
kelapa sejumlah 95,5 gram dari setiap 100 gram. Sebagai sumber tenaga, air
kelapa mengandung glukosa. Sebagai sumber zat pembangun, pada air kelapa
terdapat protein. Paling tidak, air kelapa mengandung 12 macam protein.
Beberapa diantaranya adalah alanin, arginin, asam aspartat, asam glutamat,
histidin, fenilalanin, tirosin. Selain itu, air kelapa juga kaya dengan mineral seperti
natrium, kalium, kalsium, magnesium, besi, dan tembaga. Tidak ketinggalan
vitamin. Ada vitamin C dan 7 macam vitamin B yaitu nikotinik, asam pantotenat,
biotin, riboflavin (B2), asam folat, tiamin (B1), dan piridoksin (B6). Air kelapa
mempunyai sifat seimbang (isotonis) dan kaya dengan Elektrolit ( Warta Medika,
2008).
Sedangkan menurut Letham (1968) dalam George & Sherrington (1984),
Zwar & Bruce (1970) dalam George & Sherrington (1984), Shantz & Steward,
(1955) dalam George & Sherrington (1984) dan Letham (1982 ) dalam George
& Sherrington (1984), bahan-bahan yang terkandung dalam air kelapa, antara lain:
asam amino, asam-asam organik, asam nukleat, purin, gula, gula alkohol, vitamin,
mineral, dan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh yang ditemukan dalam air
kelapa antara lain : 9-B-D ribofuranosyl zeatin, Zeatin, N-N’-Diphenyl urea dan
2(3-methyl but-2-enylaming)-purin 6-one.
BAB III
METODOLOGI KEGIATAN

3. 1 Waktu dan Tempat


Kegiatan ini dilaksanakan di laboratorium Politeknik Negeri Jember, pada
bulan November 2008 sampai bulan Maret 2009.

3. 2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Alat alat gelas standart
2. Pol pipet
3. Scalpel dan pisau Scalpel steril
4. Pinset steril (berbagai ukuran)
5. Cawan petri steril
6. Lampu spiritus
7. Disecting set
8. Laminar air glow/entkas
9. Hand sprayer
10. Autoclave
11. Hot plate/Stirer
12. pH meter
13. Gelas ukur
14. Pengeduk dari gelas/plastic dan sarung tangan
15. Botol kultur dan penutupnya

3.2.2 Bahan
1. Explant anggrek bulan (Phalaenopsis Amabilis)
2. Spiritus
3. Air kelapa
4. Kapas
5. Larutan stock Vacint & Went
6. Agar agar
7. Arang aktif
8. Gula pasir
9. Larutan KOH dan HCL
10. Alkohol 80%
11. Kertas tissue
12. Aquadest steril

3. 3 Metode Perlakuan
Dalam kegiatan ini menggunakan metode rancangan percobaan yaitu
dengan menggunakan beberapa perlakuan, dimana perlakuan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Perlakuan control yaitu tanpa menggunakan air kelapa sebagai
bahan tambahan dalam medianya, jadi medianya murni menggunakan
Vacint & Went (V&W).
3. Perlakuan pertama dengan menggunakan tambahan air kelapa yang
masih dalam usia Midle dengan konsentrasi 7,5% ke dalam media
Vacint & Went.
4. Perlakuan ke dua dengan menggunakan tambahan air kelapa yang
masih dalam usia muda dengan konsentrasi 7,5% ke dalam media
Vacint & Went.
5. Perlakuan ke tiga dengan menggunakan tambahan air kelapa yang
masih dalam usia tua dengan konsentrasi 7,5% ke dalam media Vacint
& Went.
3. 4 Metode Pengamatan
Kriteria pengamatan meliputi sebagai berikut:
1. Kehidupan explant yang dinyatakan dalam persen (%). Pengamatan ini
dilakukan seminggu sekali.
2. Jumlah daun yaitu banyaknya daun dalam planlet anggrek tersebut.
Pengamatan jumlah daun dilakukan seminggu sekali.
3. Berat planlet anggrek tersebut. Pengamatan ini dilakukan pada akhir
Pengamatan yaitu dengan mengambil sample dari planlet anggrek dan
dihitung beratnya.

3. 5 Pelaksanaan
3. 5. 1 Pembuatan Media
1. Melarutkan 30 gram gula pasir ke dalam 1 liter media dalam
gelas piala atau panci enamel.
2. Menyiapkan larutan stock Vacint & Went. Larutan ini telah
dihitung dalam tabel larutan stock, agat mempermudah dalam
proses penimbangan dan pengambilan larutan stock.
3. Menambahkan air kelapa dengan konsentrasi 7,5 %. Dalam
setiap perlakuan ditambahi air kelapa dalam berbagai usia
yaitu : muda, Midle, tua yang setiap perlakuan diberi air kelapa
dengan konsentrasi 75%.
4. Sambil diaduk, ditambahkan aquadest sampai volume 900 ml.
5. Mengukur pH larutan dengan pH meter, pH nya disesuaikan
sampai 5,4. bila terlalu asam maka ditambahi larutan KOH dan
bila terlalu basa perlu ditambahi larutan HCL sambil diaduk.
6. Menambahkan 6,5 gram agar agar yang telah ditimbang dan
menambahkan aquadest lagi hingga volume mencapai 1000 ml.
7. Selanjutnya larutan tersebut dipanaskan di atas kompor atau hot
plate sampai agar agar tersebut larut benar (larutan air menjadi
jernih).
8. Menuangkan media yang masih encer tersebut ke dalam botol
kultur yang telah ditentukan dengan ketebalan media kurang
lebih 1-1,5 cm. Karena ketebalan ini dapat menyediakan unsur
hara untuk proses pertumbuhan tanaman terutama dalam
perangsang perakaran.
9. Menutup botol kultur dengan tutup karet/plastik tahan panas
atau dengan alumunium foil, kemudian diikat dengan karet
gelang.
10. Mensterilkan media tersebut di atas ke dalam autoclave pada
suhu 1210C dengan tekanan 17,5 psi/1,75 atm, selama 15-20
menit sesuai dengan banyak sedikitnya volume media.
11. Untuk perlakuan kontrol, perlakuannya sama dengan yang di
atas namun perbedaannya tidak diberi air kelapa.
3. 5. 2 Sub Kultur
1. Menyiapkan media yang telah dibuat.
2. Menyiapkan bahan-bahan yang telah diperlukan dan alat-alat
seperti: lampu spiritus, botol semprot berisi alcohol 75%, kertas
tissue, 2 buah pinset seril, pisau scalpel steril, 2 buah petridish
diameter 15 cm steril.
3. Meletakkan semua peralatan yang akan digunakan kedalam
laminar air flow.
4. Menghidupkan lampu UV pada laminar air flow selama 30
menit sebelum kegiatan sub kultur dimulai. Kegiatan ini
dilakukan untuk mensterilkan keadaan di sekitar laminar air
flow agar menjadi steril.
5. Dengan menggunakan pinset steril, koleoptil dapat diambil dan
dikulturkan pada media yang telah dipersiapkan dengan mulut
botol selalu di depan api lampu spiritus, agar bakteri atau spora
jamur dapat mati sebelum masuk ke dalam botol karena suhu di
mulut botol tinggi.
6. Sebelum menutup botol, tutup botol dipanaskan pada nyala api
beberapa saat untuk menghindari timbulnya kontaminasi.
7. Menginkubasikan sub kultur embryo ke dalam ruang kultur pada
suhu 25 0C, dengan intensitas cahaya 1500-2000 lux, lama
penyinaran 12/24 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Presentase Kehidupan Tanaman


Pengamatan di atas dihitung dari 40 botol dalam berbagai perlakuan, dan
terdapat dua kali penanaman, yaitu : penanaman pertama yang dilakukan pada
tanggal 11 November 2008 dan penanaman ke dua pada tanggal 2 Januari 2009.
Pembagian jumlah botol adalh sebagai berikut : 5 botol untuk setiap perlakuan
dan 10 botol untuk setiap penanaman. Persentase kehidupan tanaman sangat
dipengaruhi oleh tingkat kontaminasi dalam botol sub kultur Anggrek Bulan
(Phalaenopsis Amabilis). Untuk lebih jelasnya maka bisa dilihat pada tabel
berikut ini

Tabel 1. Hasil pengamatan tingkat kontaminasi media dalam botol pada sub
kultur Anggrek Bulan (Phalaenopsis Amabilis) tanaman pertama (ditanam pada
tanggal 11 November 2008)
Pengamatan Total
Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 tanaman
Control 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Muda 7,5
% 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Midle 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tua 7,5% 0 1 0 0 0 1 0 0 1 3
Total 6

Dari tabel diatas dapat diketahui persentase tingkat kehidupan tanaman


dalam botol, kehidupan tanaman sangat dipengaruhi oleh tingkat kontaminasi
dalam botol. Sehingga dari tabel diatas dapat diketahui bahwa :
a. Untuk pelakuan control terdapat 1 botol yang terkontamniasi sehinnga
tingkat kehidupannya adalah
Jumlah botol yang tidak terkontaminasi
Persentase kehidupan tanaman = X 100%
Total botol dalam setiap perlakuan

4
Persentase kehidupan tanaman = X 100%
5
Persentase kehidupan tanaman = 80%

b. Untuk pelakuan pertama yaitu dengan penambahan air kelapa muda


dengan konsentrasi 7,5% terdapat 2 botol yang terkontamniasi sehinnga
tingkat kehidupannya adalah
Jumlah botol yang tidak terkontaminasi
Persentase kehidupan tanaman = X 100%
Total botol dalam setiap perlakuan

3
Persentase kehidupan tanaman = X 100%
5
Persentase kehidupan tanaman = 60%

c. Untuk pelakuan pertama yaitu dengan penambahan air kelapa muda


dengan konsentrasi 7,5% terdapat 0 botol yang terkontamniasi sehinnga
tingkat kehidupannya adalah

Jumlah botol yang tidak terkontaminasi


Persentase kehidupan tanaman = X 100%
Total botol dalam setiap perlakuan

5
Persentase kehidupan tanaman = X 100%
5
Persentase kehidupan tanaman = 100%
d. Untuk pelakuan pertama yaitu dengan penambahan air kelapa muda
dengan konsentrasi 7,5% terdapat 3 botol yang terkontamniasi sehinnga
tingkat kehidupannya adalah
Jumlah botol yang tidak terkontaminasi
Persentase kehidupan tanaman = X 100%
Total botol dalam setiap perlakuan

2
Persentase kehidupan tanaman = X 100%
5
Persentase kehidupan tanaman = 40%

Tabel 2. Hasil pengamatan tingkat kontaminasi media dalam botol pada sub
kultur Anggrek Bulan (Phalaenopsis Amabilis) tanaman ke dua (ditanam
pada tanggal 2 Januari 2009)
Pengamatan Total
Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tanaman
kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Muda 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Midle 7,5
% 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2
Tua 7,5% 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Total 3

Dari tabel diatas dapat diketahui persentase tingkat kehidupan tanaman dalam
botol, kehidupan tanaman sangat dipengaruhi oleh tingkat kontaminasi dalam
botol. Sehingga dari tabel diatas dapat diketahui bahwa :
a. Untuk pelakuan control terdapat 0 botol yang terkontamniasi sehinnga
tingkat kehidupannya adalah
Jumlah botol yang tidak terkontaminasi
Persentase kehidupan tanaman = X 100%
Total botol dalam setiap perlakuan

5
Persentase kehidupan tanaman = X 100%
` 5
Persentase kehidupan tanaman = 100%
b. Untuk pelakuan pertama yaitu dengan penambahan air kelapa muda
dengan konsentrasi 7,5% terdapat 0 botol yang terkontamniasi sehinnga
tingkat kehidupannya adalah
Jumlah botol yang tidak terkontaminasi
Persentase kehidupan tanaman = X 100%
Total botol dalam setiap perlakuan
5
Persentase kehidupan tanaman = X 100%
5
Persentase kehidupan tanaman = 100%

c. Untuk pelakuan pertama yaitu dengan penambahan air kelapa muda


dengan konsentrasi 7,5% terdapat 2 botol yang terkontamniasi sehinnga
tingkat kehidupannya adalah
Jumlah botol yang tidak terkontaminasi
Persentase kehidupan tanaman = X 100%
Total botol dalam setiap perlakuan

3
Persentase kehidupan tanaman = X 100%
5
Persentase kehidupan tanaman = 60%
d. Untuk pelakuan pertama yaitu dengan penambahan air kelapa muda
dengan konsentrasi 7,5% terdapat 1 botol yang terkontamniasi sehinnga
tingkat kehidupannya adalah
Jumlah botol yang tidak terkontaminasi
Persentase kehidupan tanaman = X 100%
Total botol dalam setiap perlakuan
4
Persentase kehidupan tanaman = X 100%
5
Persentase kehidupan tanaman = 80%
Terjadinya kontaminasi kemungkinan disebabkan oleh hal hal sebagai
berikut :
a. Kurang sterilnya alat alat dalam Sub Kultur explant
Alat alat tersebut meliputi : Pinset, pisau scalpel, petridish, kertas
saring.
b. Tempat dalam mensubkultur kurang steril. Dalam hal ini LAF
(Laminar Air Flow Cabinet) kurang steril.
c. Kondisi pengkulturnya juga belum steril serta teknik pengkulturnya
yang salah.
Sehingga untuk memperkecil tingkat kontaminasi, hal hal yang ada di atas harus
dihindari, karena kunci dari keberhasilan sub kultur in vitro adalah tingginya
tingkat kesterilan dari tempat, explant, alat, media dan bahkan pengkulturnya itu
sendiri, juga tidak lepas dari kondisi lingkungannya yang harus steril.

4. 2 Jumlah Daun
Pengamatan tentang jumlah daun ada dua bagian, yaitu ang pertama yaitu
pada tanaman yang ditanam pada tanggal 11 November 2008 dapat dilihat pada
table berikut :
Tabel 1. Pengamatan jumlah daun tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis
Amabilis) tanaman pertama (ditanam pada tanggal 11 November 2008)
yang diamati pada tanggal 25 November 2008.
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
kontrol 0 0 0 0 0 0 0
Muda 7,5 % 0 0 0 0 0 0 0
Midle 7,5 % 0 0 0 0 0 0 0
Tua 7,5% 0 0 0 0 0 0 0
Total 0 0
Tabel 1.1 Tabel rancangan percobaan untuk tabel diatas dengan faktor
komulatifnya (Fk) adalah 0
Sumber Derajat Jumlah Kudrat F F Tabel F Tabel
Keragaman bebas kuadrat tengah hitung (5%) (1%) Notasi
tidak beda
Perlakuan 3 0 0 0 3,24 5,29 nyata
Galat 16 0 0
Total 19 0 0

Dari tabel rancangan percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk


pengamatan pertama yang dilakukan pada tanggal 25 November 2008 tidak
menunjukkan beda yang nyata dalam setiap perlakuan.

Tabel 2. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis


Amabilis) tanaman pertama (ditanam pada tanggal 11 November 2008) yang
diamati pada tanggal 9 Desember 2008.
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
Control 0 0 0 0 0 0 0
Muda 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Midle 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Tua 7,5% 0 0 0 0 0 0 0
Total 0 0

Tabel 2.1 Tabel rancangan percobaan untuk tabel diatas dengan faktor
komulatifnya (Fk) adalah 0
Sumber Derajat Jumlah Kudrat F F Tabel F Tabel
Keragaman bebas kuadrat tengah hitung (5%) (1%) Notasi
tidak beda
Perlakuan 3 0 0 0 3,24 5,29 nyata
Galat 16 0 0
Total 19 0 0

Dari tabel rancangan percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk


pengamatan pertama yang dilakukan pada tanggal 9 Desember 2008 tidak
menunjukkan beda yang nyata dalam setiap perlakuan.
Tabel 3. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis
Amabilis) tanaman pertama (ditanam pada tanggal 11 November 2008) yang
diamati pada tanggal 23 Desember 2008.
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
kontrol 0 0 0 0 0 0 0
Muda 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Midle 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Tua 7,5% 0 0 0 0 0 0 0
Total 0 0

Tabel 3.1 Tabel rancangan percobaan untuk tabel diatas dengan faktor
komulatifnya (Fk) adalah 0
Sumber Derajat Jumlah Kudrat F F Tabel F Tabel
Keragaman bebas kuadrat tengah hitung (5%) (1%) Notasi
tidak beda
Perlakuan 3 0 0 0 3,24 5,29 nyata
Galat 16 0 0
Total 19 0 0

Dari tabel rancangan percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk


pengamatan pertama yang dilakukan pada tanggal 23 Desember 2008 tidak
menunjukkan beda yang nyata dalam setiap perlakuan.

Tabel 4. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis


Amabilis) tanaman pertama (ditanam pada tanggal 11 November 2008) yang
diamati pada tanggal 6 Januari 2008.
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
Control 0 0 0 0 0 0 0
Muda 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Midle 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Tua 7,5% 0 0 0 0 0 0 0
Total 0 0
Tabel 4.1 Tabel rancangan percobaan untuk tabel diatas dengan factor
komulatifnya (Fk) adalah 0
Sumber Derajat Jumlah Kudrat F F Tabel F Tabel
Keragaman bebas kuadrat tengah hitung (5%) (1%) Notasi
tidak beda
Perlakuan 3 0 0 0 3,24 5,29 nyata
Galat 16 0 0
Total 19 0 0

Dari tabel rancangan percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk


pengamatan pertama yang dilakukan pada tanggal 6 Januari 2009 tidak
menunjukkan beda yang nyata dalam setiap perlakuan.

Tabel 5. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis


Amabilis) tanaman pertama (ditanam pada tanggal 11 November 2008) yang
diamati pada tanggal 20 Januari 2009.
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
Control 0 0 0 0 0 0 0
Muda 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Midle 7,5
% 3 2 1 2 2 10 2
Tua 7,5% 0 0 0 0 0 0 0
Total 10 0,67

Tabel 5.1 Tabel rancangan percobaan untuk tabel diatas dengan faktor
komulatifnya (Fk) adalah 5
F
Sumber Derajat Jumlah Kudrat F F Tabel Tabel
Keragaman bebas kuadrat tengah hitung (5%) (1%) Notasi
Beda sangat
Perlakuan 3 15 5 40 3,24 5,29 nyata
Galat 16 2 0,13
Total 19 17 0,89

Dari tabel rancangan percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk


pengamatan pertama yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2009 menunjukkan
beda yang sangat nyata yaitu pada perlakuan middle 7,5% dengan perlakuan yang
lain.
Tabel 6. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis
Amabilis) tanaman pertama (ditanam pada tanggal 11 November 2008) yang
diamati pada tanggal 10 Februari 2009.
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
Control 0 0 0 0 0 0 0
Muda 7,5
% 5 1 0 0 0 6 1,2
Midle 7,5
% 8 7 7 8 8 38 7,6
Tua 7,5% 0 0 0 0 0 0 0
Total 44 2,93

Tabel 6.1 Tabel rancangan percobaan untuk tabel diatas dengan faktor
komulatifnya (Fk) adalah 96,8
Sumber Derajat Jumlah Kudrat F F Tabel F Tabel
Keragaman bebas kuadrat tengah hitung (5%) (1%) Notasi
Beda
sangat
Perlakuan 3 199,20 66,40 53,12 3,24 5,29 nyata
Galat 16 20 1,25
Total 19 219,20 11,54

Dari tabel rancangan percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk


pengamatan pertama yang dilakukan pada tanggal 10 Februari 2009
menunjukkan beda yang sangat nyata dalam setiap perlakuan.

Tabel 7. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis


Amabilis) tanaman pertama (ditanam pada tanggal 11 November 2008) yang
diamati pada tanggal 24 Februari 2009.
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
kontrol 4 5 6 3 0 18 3,6
Muda 7,5
% 20 0 15 6 0 41 8,2
Midle 7,5
% 25 20 25 20 23 113 22,6
Tua 7,5% 9 6 0 0 0 15 3
Total 187 11,27
Tabel 7.1 Tabel rancangan percobaan untuk tabel diatas dengan faktor
komulatifnya (Fk) adalah 1748,45
F
Sumber Derajat Jumlah Kudrat F F Tabel Tabel
Keragaman bebas kuadrat tengah hitung (5%) (1%) Notasi
beda sangat
Perlakuan 3 1251,35 417,12 15,06 3,24 5,29 nyata
Galat 16 443,20 27,70
Total 19 1694,55 89,19

Dari tabel rancangan percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk


pengamatan pertama yang dilakukan pada tanggal 24 Februari 2009
menunjukkan beda yang sangat nyata dalam setiap perlakuan.

Tabel 8. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis


Amabilis) tanaman pertama (ditanam pada tanggal 11 November 2008) yang
diamati pada tanggal 14 Maret 2009.
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
kontrol 10 12 12 5 0 39 7,8
Muda 7,5
% 35 0 30 26 0 91 18,2
Midle 7,5
% 40 43 40 40 42 205 41
Tua 7,5% 12 16 0 0 0 28 5,6
Total 363 21,6

Tabel 8.1 Tabel rancangan percobaan untuk tabel diatas dengan faktor
komulatifnya (Fk) adalah 6588,45
Sumber Derajat Jumlah Kudrat F F Tabel F Tabel
Keragaman bebas kuadrat tengah hitung (5%) (1%) Notasi
beda
sangat
Perlakuan 3 3933,75 1311,25 13,94 3,24 5,29 nyata
Galat 16 1504,80 94,05
Total 19 5438,55 286,24
Dari tabel rancangan percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk
pengamatan pertama yang dilakukan pada tanggal 14 Maret 2009 menunjukkan
beda sangat nyata dalam setiap perlakuan.
Tabel 9. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis
Amabilis) tanaman pertama (ditanam pada tanggal 11 November 2008) yang
diamati pada tanggal 28 Maret 2009.
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
kontrol 12 13 13 10 0 48 9,6
Muda 7,5
% 40 0 39 30 0 109 21,8
Midle 7,5
% 48 45 43 44 45 225 45
Tua 7,5% 16 18 0 0 0 34 6,8
Total 416 24,53

Tabel 9.1 Tabel rancangan percobaan untuk tabel diatas dengan faktor
komulatifnya (Fk) adalah 3511,25
F
Sumber Derajat Jumlah Kudrat F F Tabel Tabel
Keragaman bebas kuadrat tengah hitung (5%) (1%) Notasi
beda sangat
Perlakuan 3 4540,40 1513,5 11,38 3,24 5,29 nyata
Galat 16 2128,80 133,05
Total 19 6669,2 351,01

Dari tabel rancangan percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk


pengamatan pertama yang dilakukan pada tanggal 28 Maret 2009 menunjukkan
beda sangat nyata dalam setiap perlakuan.
Dari semua data yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
dalam penelitian tersebut menunjukkan beda nyata dalam setiap perlakuan untuk
pengamatan jumlah daun pada tanaman yang ditanam pada tanggal 11 November
2008.
Pengamatan tentang jumlah daun yang kedua yaitu pada tanaman yang
ditanam pada tanggal 02 Januari 2009 dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 1. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis


Amabilis) tanaman ke dua (ditanam tanggal 02 Januari 2009) yang diamati pada
tanggal 17 Januari 2009 .
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
kontrol 0 0 0 0 0 0 0
Muda 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Midle 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Tua 7,5% 0 0 0 0 0 0 0
Total 0 0

Tabel 1.1 Tabel rancangan percobaan untuk tabel diatas dengan faktor
komulatifnya (Fk) adalah 0
Sumber Derajat Jumlah Kudrat F F Tabel F Tabel
Keragaman bebas kuadrat tengah hitung (5%) (1%) Notasi
tidak beda
Perlakuan 3 0 0 0 3,24 5,29 nyata
Galat 16 0 0
Total 19 0 0

Dari tabel rancangan percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk


pengamatan ke dua yang dilakukan pada tanggal 17 Januari 2009 tidak
menunjukkan beda yang nyata dalam setiap perlakuan.
Tabel 2. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis
Amabilis) tanaman ke dua (ditanam pada tanggal 02 Januari 2009) yang diamati
pada tanggal 31 Januari 2009.
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
Control 0 0 0 0 0 0 0
Muda 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Midle 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Tua 7,5% 0 0 0 0 0 0 0
Total 0 0

Tabel 2.1 Tabel rancangan percobaan untuk tabel diatas dengan faktor
komulatifnya (Fk) adalah 0
Sumber Derajat Jumlah Kudrat F F Tabel F Tabel
Keragaman bebas kuadrat tengah hitung (5%) (1%) Notasi
tidak beda
Perlakuan 3 0 0 0 3,24 5,29 nyata
Galat 16 0 0
Total 19 0 0

Dari tabel rancangan percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk


pengamatan ke dua yang dilakukan pada tanggal 31 Januari 2009 tidak
menunjukkan beda yang nyata dalam setiap perlakuan.

Tabel 3. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis


Amabilis) tanaman ke dua (ditanam pada tanggal 02 Januari 2009) yang diamati
pada tanggal 14 Februari 2009.
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
kontrol 0 0 0 0 0 0 0
Muda 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Midle 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Tua 7,5% 0 0 0 0 0 0 0
Total 0 0
Tabel 3.1 Tabel rancangan percobaan untuk tabel diatas dengan faktor
komulatifnya (Fk) adalah 0
Sumber Derajat Jumlah Kudrat F F Tabel F Tabel
Keragaman bebas kuadrat tengah hitung (5%) (1%) Notasi
tidak beda
Perlakuan 3 0 0 0 3,24 5,29 nyata
Galat 16 0 0
Total 19 0 0

Dari tabel rancangan percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk


pengamatan ke dua yang dilakukan pada tanggal 14 Februari 2009 tidak
menunjukkan beda yang nyata dalam setiap perlakuan.

Tabel 4. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis


Amabilis) tanaman ke dua (ditanam pada tanggal 02 Januari 2009) yang diamati
pada tanggal 28 Februari 2009.
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
Control 0 0 0 0 0 0 0
Muda 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Midle 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Tua 7,5% 0 0 0 0 0 0 0
Total 0 0

Tabel 4.1 Tabel rancangan percobaan untuk tabel diatas dengan faktor
komulatifnya (Fk) adalah 0
Sumber Derajat Jumlah Kudrat F F Tabel F Tabel
Keragaman bebas kuadrat tengah hitung (5%) (1%) Notasi
tidak beda
Perlakuan 3 0 0 0 3,24 5,29 nyata
Galat 16 0 0
Total 19 0 0
Dari tabel rancangan percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk
pengamatan ke dua yang dilakukan pada tanggal 28 Februari 2009 tidak
menunjukkan beda yang nyata dalam setiap perlakuan.

Tabel 5. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis


Amabilis) tanaman ke dua (ditanam pada tanggal 02 Januari 2009) yang diamati
pada tanggal 14 Maret 2009 .
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
kontrol 0 0 0 0 0 0 0
Muda 7,5
% 0 0 0 0 0 0 0
Midle 7,5
% 3 0 2 4 3 12 2.4
Tua 7,5% 0 0 1 0 0 1 0.2
Total 13 0.87

Tabel 5.1 Tabel rancangan percobaan untuk tabel diatas dengan faktor
komulatifnya (Fk) adalah 8,45
Sumber Derajat Jumlah Kudrat F F Tabel F Tabel
Keragaman bebas kuadrat tengah hitung (5%) (1%) Notasi
beda sangat
Perlakuan 3 21 6,85 10,96 3,24 5,29 nyata
Galat 16 10 0,63
Total 19 30,55 1,61

Dari tabel rancangan percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk


pengamatan ke dua yang dilakukan pada tanggal 14 Maret 2009 menunjukkan
beda yang sangat nyata yaitu pada perlakuan middle 7,5% dengan perlakuan yang
lain.
Tabel 6. Tabel pengamatan jumlah daun tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis
Amabilis) tanaman ke dua (ditanam pada tanggal 02 Januari 2009) yang diamati
pada tanggal 28 Maret 2009.
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
kontrol 0 0 2 0 0 3 0,4
Muda 7,5
% 5 3 0 0 1 9 1,8
Midle 7,5
% 8 0 6 8 8 30 6
Tua 7,5% 0 0 4 0 0 4 0,8
Total 46 2,87

Tabel 6.1 Tabel rancangan percobaan untuk tabel diatas dengan faktor
komulatifnya (Fk) adalah 105,8
Sumber Derajat Jumlah Kudrat F F Tabel F Tabel
Keragaman bebas kuadrat tengah hitung (5%) (1%) Notasi
beda sangat
Perlakuan 3 95,40 31,80 6,22 3,24 5,29 nyata
Galat 16 82 5,11
Total 19 17,2 9,33

Dari tabel rancangan percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk


pengamatan ke dua yang dilakukan pada tanggal 28 Maret 2009 menunjukkan
beda yang sangat nyata dalam setiap perlakuan.

4. 3 Berat Planlet Anggrek


Berat planlet anggrek masih belum dapat diambil datanya dikarenakan
explant masih dalam bentuk PLB (Plant Light Body), sehingga penghitungan
berat diambil pada akhir pengamatan, yaitu pada saat PLB sudah tumbuh menjadi
planlet, dan waktu PLB tumbuh menjadi planlet membutuhkan waktu sekitar 3 – 4
bulan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan ini adalah dalam kegiatan ini masih belum
menghasilkan produk yang sempurna dan belum layak untuk dipasarkan,
dikarenakan hasil dari sub kultur ini masih dalam bentuk PLB belum menjadi
planlet.

5. 2 Saran
Untuk kegiatan selanjutnya diharapkan untuk menjaga kesterilan dalam
kegiatan sub kultur, baik pada tempat, explant, alat, media dan bahkan
pengkulturnya itu sendiri, juga tidak lepas dari kondisi lingkungannya yang harus
steril, dan juga agar memperoleh hasil yang dapat dipasarkan harus membutuhkan
waktu yang lama yaitu sekitar 3-4 bulan.
Lampiran 1: Analisa Usaha Tani
Tabel 2. Anggaran biaya kegiatan sub kultur anggrek bulan (Phalaenopsis
Amabilis)

No Uraian Satuan Harga per Total Harga


Satuan (Rp) (Rp)
A BIAYA SEWA
Sewa Lab dan alat 1 100.000 100.000

TOTAL BIAYA A 100.000

B BIAYA HABIS PAKAI


Gula pasir 900 gr 20 18.000

Agar-agar 195 gr 1.000 195.000

Explant 30 botol 20.000 600.000

Air Aquadest 30 liter 1.000 30.000


Alkohol 80 % 5 liter 5.000 25.000

Air kelapa 4.500 ml 3 13.500

Larutan KOH 200 ml 10 2.000

Larutan HCL 200 ml 9 1.800


Kapas 6 Bungkus 3.000 18.000

Kertas tissue 6 Bungkus 5.000 30.000


Arang aktif 600 mg 5 3.000

Larutan stock 30 liter 50.000 1.500.000


Spiritus 5 liter 10.000 50.000

Botol 900 1.000 900.000

TOTAL BIAYA B 3.386.300


C BIAYA TENAGA KERJA
Pensterilan tempat dan alat 4 HOK 20.000 80.000
Pembuatan media 5 HOK 20.000 100.000
Pengkulturan 5 HOK 20.000 100.000
17

Penginkubasian 5 HOK 20.000 100.000


Pengamatan 5 HOK 20.000 100.000

TOTAL BIAYA C 480.000

D BIAYA LAIN-LAIN
Listrik 200.000

Transportasi 200.000
Pelaporan 200.000

Dokumentasi 200.000

Alat tulis kantor 100.000

Biaya lain-lain 133.700

TOTAL BIAYA D 1.033.700

TOTAL BIAYA A+B+C+D 5.000.000


DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI. 2008. Pasar Ekonomi Anggrek. Jakarta.
George, E. F. Sherrington, P. D. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture.
Exegetics Ltd. U. K. pp.3.

Gunawan, L. W. 1988. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya:Jakarta.


Kumar, K. et all. 2006. Green Pod Culture and Rapid Mcropropagation of
Dendrobium Chrysanthum Wall. Folia Horticulturae 18(1):81-90.

Meesawati, U dan Kanchanapoom. 2002. In Vitro Plant Regeneration Through


Embryogenesis and Organogenesis from Callus Culture of Pigeon
Orchid Dendrobium Crumenatum Sw. Thamasat Int:Thailand. Vol 7.

Nurwahyuni, I. Munir, E. dan Riyani, Y. 1996. Perbanyakan Tanaman Anggrek


endrobium sp Secara Kultur Jaringan. Komunikasi Penelitian
8(4):331-337.

Phyto Technology Laboratories. (tidak diketahui). Orchid Seed and Tissue ulture
Phyto Technology LLC.

Puchooa, D. 2004. Comparison of Different Culture Media for The In Vitro


Cukture of Dendrobium. International Journal of Agriculture &
Biology.

Susanti. 2007. Kumpulan Jenis Rupa Macam Anggrek. Teatai:Bandung.


Vasil, I. K. 1987. Developing Cell and Tissue Culture System for the Improvement
of Cereal and Grass Crops. J. Plant Physiol. 128:193-218.
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Sub Kultur Anggrek Bulan (Phalaenopsis
Amabilis)

Bulan 1 2 3 4
Jenis Kegiatan Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan
Media *

Pensterilan media *
Pensterilan alat
dan Tempat * * * * * *
Penginokulasian
explant * * * * * *
Pengamatan
Tingkat
Kontaminasi * * * * * * * * * * * * *
Pengamatan
Jumlah Daun * * * * * * * * * * * * *
Pengamatan
Berat Explant *

Pemasaran Hasil *
Lampiran 3: Dokumentasi

Foto 1. Pembuatan media Vacint& Went (V&W)

Foto 2. Penutupan dan pelabelan botol


Foto 3. Botol media Sub Kultur Jaringan

Foto 4. Auto Clave tempat pensterilan alat dan media


Foto 5. Alat alat yang digunakan untuk Sub Kultur yang berada dalam
berada dalam LAF (Laminar Air Flow Cabinet)

Foto 6. Kegiatan Inokulasi Explant ke dalam botol media


Foto 7. Hasil Sub Kultur

Foto 8. Hasil Sub Kultur yang telah berada dalam rak Inkubasi

You might also like