You are on page 1of 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Islam adalah agama yang haq, yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firmanNya dalam al-Qur’an :

“ Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak
agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi.”
(QS. Al-Fath : 28)
Dan untuk menjadi Rahmat bagi seluruh alam :

“ Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (QS. Al-Anbiya : 107)

Dan satu-satunya agama yang diridhai Allah SWT.

“ Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih
orang-orang yang Telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan
kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang
kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
(QS. Ali-Imran : 19)

Islam juga agama yang utuh yang mempunyai akar, dimensi, sumber dan
pokok-pokok ajarannya sendiri. Siapa yang konsisten dengannya maka ia termasuk
Al-Jama’ah atau Firqah Najiyah (kelompok yang selamat). Allah SWT berfirman
dalam al-Qur’an :

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul (Nabi), dan Ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu

1
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. An-Nisa’ : 59)

dan yang keluar atau Menyimpang darinya maka ia termasuk Firqah Halikah
(kelompok yang binasa). Sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an surat Ali-Imran :
31-32 yang artinya :

“Katakanlah : “ Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,


niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. Katakanlah : “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (QS. Ali-
Imran : 31-32)

Diantara firqah halikah adalah firqah Liberaliyah. Liberaliyah adalah


sebuah paham yang berkembang di Barat dan memiliki asumsi, teori dan pandangan
hidup yang berbeda dengan Islam tentunya. Dalam tesisnya yang berjudul
“Pemikiran Politik Barat”, Ahmad Suhelani, MA menjelaskan prinsip-prinsip
pemikiran ini. Pertama, prinsip kebebasan individual. Kedua, prinsip kontrak sosial.
Ketiga, prinsip masyarakat pasar bebas. Keempat, meyakini eksistansi Pluralitas
Sosio – Kultural dan Politik Masyarakat. (Gado-Gado Islam Liberal; Sabili no 15 Thn
IX/81)
Islam liberal menurut Charless Kurzman muncul sekitar abad ke-18 dikala kerajaan
Turki Utsmani Dinasti Shafawi dan Dinasti Mughal tengah berada digerbang
keruntuhan. Pada saat itu tampillah para ulama untuk mengadakan gerakan
pemurnian, kembali kepada al-Qur’an dan sunnah. Pada saat ini muncullah cikal
bakal paham liberal awal melalui Syah Waliyullah (India,1703-1762), menurutnya
islam harus mengikuti adat lokal suatu tempat sesuai dengan kebutuhan
penduduknya. Hal ini juga terjadi dikalangan Syi’ah, Aqa Muhammad Bihbihani
(Iran, 1790) yang mulai berani mendobrak pintu ijtihad dan membukanya lebar-
lebar.

2
Ide ini terus bergulir Rifa’ah Rafi’ al-Tahtawi (Mesir,1801-1873)
memasukan unsur eropa dalam pendidikan Islam. Shihabuddin Marjani (Rusia,1818-
1889) dan Ahmad Makhdun (Bukhara, 1827-1897) memasukan mata pelajaran
sekuler kedalam kurikulum pendidikan Islam. (Charless Kurzman : xx-xxiii).
Sementara Amir Ali (1879-1928) melalui buku The Spirit of Islam berusaha
mewujudkan seluruh nilai liberal yang dipuja di Inggris pada masa Ratu Victoria.

Lalu mucul Qasim Amin (1865-1908) kaki tangan eropa dan pelopor
emansipasi wanita, penulis buku Tahrir al-Mar’ah. Setelah itu muncul Ali Abd. Raziq
(1888-1966) yang mendobrak system khilafah, menurutnya Islam tidak memiliki
dimensi politik karena Muhammad hanyalah pemimpin agama. Lalu diteruskan oleh
oleh Muhammad Khalafullah (1926-1927) yang mengatakan bahwa yang
dikehendaki oleh al-Qur’an hanyalah system demkrasi tidak yang lain. (Charless :
xxi, l)

Di Pakistan muncul Fazlur Rahman (lahir 1919) yang menetap di Amerika


dan menjadi guru besar Universitas Chicago, ia menggagas tafsir konstekstual yaitu
satu-satunya model tafsir yang adil dan terbaik menurutnya. Bahkan ia mengatakan
al-Qur’an itu mengandung dua aspek legal moral dan ideal moral yang dituju oleh
al-Qur’an adalah ideal moralnya karena itu ia yang lebih pantas untuk diterapakan
(Fazlur Rahman : 21; William M. Watt : 142-143). Dan masih banyak sekali tokoh
liberal barat yang terlalu jika disebutkan disini. Pada intinya mereka sama-sama ingin
menyebarkan paham liberal.

Di Indonesia muncul Nurcholis Madjid (murid dari Fazlur Rahman di


Chicago) yang memelopori gerakan firqah liberal bersama dengan Djohan Efendi,
Ahmad Wahid dan Abdurrahman Wahid (Gusdur). Nurcholis Madjid telah memulai
gagasan pembaharuannya sejak tahun 1970-an. Pada saat itu ia telah menyuarakan
pluralisme agama dengan menyatakan :

3
“Rasanya toleransi agama hanya akan tumbuh diatas dasar paham kenisbian
(relativisme) bentuk-bentuk formal agama ini dan pengakuan bersama akan
kemutlakan suatu nilai yang universal, yang mengarah kepada setiap manusia yang
kiranya merupakan inti dari setiap agama” (Nurcholis Madjid :239).

Dan sekarang muncullah apa yang disebut JIL (Jaringan Islam Liberal)
yang mengusung ide-ide Nurcholis Madjid dan para pemikir-pemikir lain yang cocok
dengan pikirannya.
Namun kemunculan serta maraknya kelompok JIL dimasa reformasi ini
bersamaan dengan keinginan kuat umat islam untuk menerapkan Syari’at Islam
bukanlah suatu kebetulan semata, sepertinya JIL (Jaringan Islam Liberal) ini
dibentuk untuk menghadang kelompok “Fundamentalis” yang ingin kembali kepada
ajaran islam secara kaffah.
Yang dimaksud dengan Islam Fundamentalis yang menjadi lawan firqah
liberal adalah orang yang memiliki lima ciri - ciri sbb :
1. Mereka yang digerakkan oleh kebencian yang mendalam terhadap barat
2. Mereka yang bertekad mengembalikan peradaban Islam masa lalu dengan
membangkitkan kembali masa lalu itu
3. Mereka yang bertujuan menerapkan Syari’at Islam
4. Mereka yang mempropagandakan bahwa islam adalah agama dan Negara
5. Mereka yang menjadikan masa lalu itu sebagai penuntun (petunjuk) untuk
masa depan
Sangat memprihatinkan memang disaat ada orang atau kelompok yang
ingin menyuarakan agama Allah (Islam), masih ada saja yang menentang dan
tentunya ini akan sangat berbahaya bagi kelangsungan agama dan umat Islam itu
sendiri. Karena pada dasarnya kelompok liberal ini ingin menghancurkan Islam dari
dalam yaitu dengan cara menyebarkan paham – paham yang sesat dan menyesatkan
dengan mengota-atik al-Qur’an dan Assunnah.
Namun disinilah batu ujian keimanan. Artinya, siapa yang lapang dada
menerima dan bergembira dengan penegakan agama Islam (Syari’at Islam), maka itu
suatu bukti keimanan. Sedangkan sikap keberatan apalagi menolak Syari’at Islam

4
adalah suatu bentuk kemunafikan. Allah SWT telah berfirman dalam surat An-Nissa,
yang artinya :

“Apabila diserukan kepada mereka, ‘Marilah kalian (tunduk) kepada hukum yang
telah Allah turunkan dan kepada hokum Rasul, niscaya kamu lihat orang-orang
munafik itu menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.”
(QS. An-Nissa :61)

Juga firmanNya :

“Dan mereka berkata, ‘Kami telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta kami
ta’at (kepada keduanya), ‘kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu.
Mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka diseru kepada
Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum di-antara mereka, tiba-tiba sebagian
dari mereka berpaling.” (QS. An-Nuur : 47-48).
Ayat-ayat diatas tersebut cukup menjelaskan kepada kita tentang perbedaan
sikap orang-orang munafik dan orang-orang beriman dalam bertahkim (menerima
hukum) Allah dan Rasul-Nya SAW.

I.2. Ruang Lingkup Pembahasan

Di Indonesia khususnya sudah banyak aliran atau kelompok yang mengatas


namakan Islam dari mulai ingkar Sunnah, Ahmadiyah , JIL, dll. Tapi dalam
prakteknya mereka tidak menjalankan ajaran Islam itu sendiri, yang sudah tentu
dalam Islam ada tuntunan atau pedoman serta batasan-batasan yang tidak boleh
dilanggar oleh penganutnya. Karena Ajaran islam sudah berpegang teguh kepada
dua pedoman yaitu al-Qur’an dan al-Hadist seperti hadist Rasulullah SAW. Beliau
bersabda :

“Aku telah tinggalkan untukmu dua hal al-Qur’an dan Assunnah, kamu tidak akan
tersesat selama kamu berpegang teguh pada keduanya”. (HR. Tirmidzi)

5
Hadist shahih diatas sudah sangat jelas, bahwa umat islam harus selalu
berpegang teguh kepada al-qur’an dan Assunnah dan Rasulullah SAW telah
menjamin keselamatan untuk kita sebagai umatNya di dunia dan akhirat. Amin

Terlalu banyak aliran atau kelompok yang mengatas namakan Islam, akan
menyita waktu jika penulis membahas satu persatu aliran tersebut. Dalam
pembahasan masalah ini, agar tidak keluar jauh dari pokok permasalahan yang
akan dibahas, maka penulis membatasi penulisan hanya pada Jaringan Islam Liberal
(JIL).

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan


penulis khususnya dan para pembaca umumnya dalam pemahaman agama Islam
serta aliran2 yang terdapat didalamnya, supaya tidak terjebak dalam menanggapi
dan menyikapi suatu ajaran agama karena ini menyangkut keselamatan hidup kita
semua di dunia dan akhirat kelak.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
penilaian pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

6
BAB II
PERMASALAHAN

Sepanjang sejarah, umat Islam senantiasa dihadapkan kepada berbagai


macam tantangan dan ujian. Tak lama setelah wafatnya Rasulullah SAW, umat Islam
menghadapi suatu tantangan besar yang hampir-hampir melenyapkan keberadaan
Islam, yaitu gelombang kemurtadan yang hampir menyelimuti seluruh wilayah Islam
selain Makkah dan Madinah. Namun akhirnya bencana besar tersebut bisa dihadapi
berkat keteguhan Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq RA dalam menghadang arus
dahsyat tersebut.
Bencana besar berikutnya muncul ketika al-Makmun, penguasa tertinggi
umat Islam saat itu memaksakan kepada rakyatnya pendapat yang sesat yaitu
bahwasanya al-Qur’an adalah makhluk bukan Kalamullah (firman Allah). Namun
sekali lagi, Allah SWT membela agama-Nya dengan memunculkan Imam Ahmad
Rahmallah yang mempunyai pendirian teguh setegar karang dalam
mempertahankan pendapat yang haq, bahwasanya al-Qur’an adalah Kalamullah.

7
Setelah itu bencana demi bencana tak henti-hentinya menerpa umat islam.
Bencana datang silih berganti namun tak satupun yang bisa menghancurkan Islam.
Karena Islam adalah agama Allah yang akan dijaga sampai hari kiamat. Tak ada
seorangpun manusia didunia ini yang bisa menghancurkan agama Allah (Islam).
Dan sekarang, abad ini tepatnya pada tahun 2001 lalu, muncul lagi sebuah
kelompok yang membawa paham liberal (bebas) atau yang kita kenal JIL (Jaringan
Islam Liberal) yang lagi-lagi kelompok ini berusaha menghancurkan Islam dengan
mengotak – atik ke otentikan al-Qur’an dan Assunnah. Sebetulnya kelompok atau
paham sudah muncul pertama kali di Indonesia tahun 1970-an yang diusung oleh
Nurcholis Madjid, dkk. Namun sekarang kelompok ini gaungnya lebih besar dan
lebih cepat penyebaranya karena didukung dan didanai oleh pihak asing dan mereka
telah menguasai jaringan media massa (Radio, Jawa Pos, Kompas, Tempo, Metro
TV, dan lain-lain). Kita sebut saja TAF ( The Asian Foundation) yaitu suatu institusi
yang menjalin hubungan dengan Yahudi dan CIA dan kelompok seperti JIL inilah
yang mereka incar untuk dijadikan tangan – tangan penyebaran paham yahudi dan
merekalah actor terbesar dibelakang kelompok JIL ini. Dan sekedar bocoran saja
setiap tahunnya JIL mendapat suntikan dana dari TAF sebesar 1,4 Milyar. Tapi tidak
TAF saja yang mendanani program mereka, kelompok ini juga mendapatkan suntikan
dana dari sumber-sumber domestic, Eropa, dan Amerika.
Kemunculan JIL berawal dari kongko-kongko antara Ulil Abshar Abdalla
(Lakpesdam NU), Ahmad Sahal (Jurnal Kalam), dan Goenawan Mohamad (ISAI)
dijalan Utan Kayu 68 H Jakarta Timur, Februari 2001. Yang kemudian tempat ini
menjadi markas JIL. Para pemikir muda lainnya, seperti Lutfi Assyaukani, Ihsan Ali
Fauzi, Hamid Basyaib, dan Saiful Mujani menyusul bergabung. Dalam
perkembangannya, Ulil disepakati sebagai koordinator.
Perkembangan JIL banyak diprakarsai anak muda, usia 20-35-an tahun.
Mereka umumnya para mahasiswa, kolomnis, peneliti, serta jurnalis. Tujuan
utamanya : Menyebarkan gagasan Islam Liberal seluas-luasnya. “Untuk itu kami
memilih bentuk jaringan, bukan organisasi kemasyarakatan ataupun partai politik.”
Tulisnya disitus www.islamlib.com

8
Jaringan ini menyediakan pentas berupa koran, radio, buku, booklet, dan
website bagi kontributor untuk mengungkapkan pandanganya pada public. Kegiatan
pertamanya diskusi maya (milis). Lalu sejak 25 juni 2001, JIL mengisi rubric Kajian
UtanKayu di Jawa Pos Minggu yang juga dimuat 40-an Koran segrup. Isinya artikel
dan wawancara seputar perspektif Islam Liberal.
Dalam situs islamlib.com mereka (JIL) menyatakan, lahirnya JIL sebagai
respons atas bangkitnya “ekstrimisme” dan “fundamentalisme” agama di Indonesia.
Seperti munculnya kelompok militant Islam, perusakan gereja, lahirnya sejumlah
media penyuara aspirasi “Islam militant” serta penggunaan istilah “Jihad” sebagai
dalil kekerasan.

Akar Islam Liberal adalah “Kita tidak perlu menghiraukan nomenklatur. Tetapi
jika sebuah nama harus diberika padanya, marilah kita sebut itu ‘Islam Liberal’.”
(Asaf ’Ali Asghar Fyzee [India, 1899-1981]).

Perkenalan istilah “Islam Liberal” di Indonesia terbantu oleh peredaran


buku Islamic Liberalism (Chicago, 1988) karya Leonard Binder dan Liberal Islam :
A Source Book (Oxford, 1998) hasil editan Charles Kurzman. Terjemahan buku
Kurzman diterbitkan Paramadian Jakarta, Juni 2001. Versi Indonesia buku Binder
dicetak Pustaka Pelajar Yogyakarta, November 2001.
Sebelum itu, Paramadina menerjemahkan disertasi Greg Burton di
Universitas Monash, berjudul Gagasan Islam Liberal di Indonesia, April 1999.
namun dari ketiga buku ini tampaknya buku Kurzman yang paling serius melacak
akar,membuat peta, dan menyusun alat ukur Islam Liberal. Para aktivis Jaringan
Islam Liberal (JIL) juga lebih sering merujuk karya Kurzman dibanding yang lain.
Kurzman sendiri meminjam istilah “itu dari “Asaf ‘Ali Asghar Fyzee,
intelektual muslim India. Fyzee orang pertama yang menggunakan istilah “Islam
Liberal” dan “Islam Protestan” untuk merujuk kecendrungan tertentu dalam Islam.
Yakni Islam yang nonortodoks, Islam yang kompatibel terhadap perubahan zaman
dan Islam yang berorientasi masa depan bukan masa silam.
Islam dan Liberal adalah dua istilah yang antagonis, saling berhadap-
hadapan tapi tidak mungkin bisa bertemu, namun demikian ada sekelompok orang di

9
Indonesia yang rela menamakan dirinya dengan Jaringan Islam Liberal (JIL). Suatu
penamaan yang “pas” dengan orang-orangnya serta pikiran-pikiran dan agendanya.
Islam adalah pengakuan bahwa apa yang mereka suarakan adalah haqq
tetapi pada hekikatnya suara mereka itu adalah bathi’l karena liberal tidak sesuai
dengan Islam yang diwahyukan dan yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad.
SAW, tetapi bid’ah yang ditawarkan oleh orang-orang yang ingkar kepada
Rasulullah Muhammad SAW.

Apa itu Islam liberal? Islam Liberal adalah suatu bentuk penafsiran tertentu atas
Islam dengan landasan sebagai berikut:

a). Membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam.


Islam Liberal percaya bahwa ijtihad atau penalaran rasional atas teks-teks
keislaman adalah prinsip utama yang memungkinkan Islam terus bisa bertahan dalam
segala cuaca. Penutupan pintu ijtihad, baik secara terbatas atau secara keseluruhan,
adalah ancaman atas Islam itu sendiri, sebab dengan demikian Islam akan mengalami
pembusukan. Islam Liberal percaya bahwa ijtihad bisa diselenggarakan dalam semua
segi, baik segi muamalat (interaksi sosial), ubudiyyat (ritual), dan ilahiyyat (teologi).
Pendapat ini jelas telah menyalahi dan bertentangan dengan jumhur ulama yaitu
tentang semua perkara ibadah adalah haram kecuali yang diperintahkan dan semua
perkara non ibadah adalah halal kecuali yng diharamkan. Serta adanya perintah untuk
menjauhi syubhat (hal-hal yang tidak jelas halal/haramnya)

b). Mengutamakan semangat religio etik, bukan makna literal teks.

10
Ijtihad yang dikembangkan oleh Islam Liberal adalah upaya menafsirkan
Islam berdasarkan semangat religio-etik Qur’an dan Sunnah Nabi, bukan menafsirkan
Islam semata-mata berdasarkan makna literal sebuah teks. Penafsiran yang literal
hanya akan melumpuhkan Islam. Dengan penafsiran yang berdasarkan semangat
religio-etik, Islam akan hidup dan berkembang secara kreatif menjadi bagian dari
peradaban kemanusiaan universal.
Ini adalah pernyataan bahwa islam liberal menganggap penafsiran mereka
lebih baik dari pada salaf (ulama terdahulu) padahal Allah SWT jelas-jelas telah
meridhai mereka (para radhiyallahu’anha) dan tercantum jelas dalam al-Qur’an yang
artinya : “Mereka yang pertama-tama masuk Islam, Allah meridhai mereka dan
mereka ridha kepada Allah SWT”.
Mereka juga lebih dekat kepada kebenaran dalam menafsirkan islam
berdasarkan Sunnah Rasulullah SAW. “Sebaik-baik umatku adalah yang hidup pada
masaku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya lagi. (sahabat, tabi’in, dan
tabi’ut tabi’in).

c). Mempercayai kebenaran yang relatif, terbuka dan plural.

Islam Liberal mendasarkan diri pada gagasan tentang kebenaran (dalam


penafsiran keagamaan) sebagai sesuatu yang relatif, sebab sebuah penafsiran adalah
kegiatan manusiawi yang terkungkung oleh konteks tertentu; terbuka, sebab setiap
bentuk penafsiran mengandung kemungkinan salah, selain kemungkinan benar;
plural, sebab penafsiran keagamaan, dalam satu dan lain cara, adalah cerminan dari
kebutuhan seorang penafsir di suatu masa dan ruang yang terus berubah-ubah.
Pendapat ini jelas sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang mana
dalam al-Qur’an sudah dijelaskan oleh Allah SWT, yang artinya :
“ Kebenaran itu daru Tuhan mu, karena itu janganlah sekali-kali engkau ragu”.
d). Memihak pada yang minoritas dan tertindas.

Islam Liberal berpijak pada penafsiran Islam yang memihak kepada kaum
minoritas yang tertindas dan dipinggirkan. Setiap struktur sosial-politik yang
mengawetkan praktek ketidakadilan atas yang minoritas adalah berlawanan dengan

11
semangat Islam. Minoritas di sini dipahami dalam maknanya yang luas, mencakup
minoritas agama, etnik, ras, jender, budaya, politik, dan ekonomi.
Sebenarnya dalam hal ini tidak terlalu berpengaruh karena pendapat diatas
tergantung pada arti “Minoritas” dan “Tertindas” selama tidak ada dalil yang
melarang (tidak dilarang oleh Syari’at) maka itu syah-syah saja. Karena pada
dasarnya Islam mengajarkan kita harus saling tolong menolong diantara sesama
apalagi bila orang tersebut sedang dalam kesusahan.

e). Meyakini kebebasan beragama.


Islam Liberal meyakini bahwa urusan beragama dan tidak beragama adalah
hak perorangan yang harus dihargai dan dilindungi. Islam Liberal tidak membenarkan
penganiayaan (persekusi) atas dasar suatu pendapat atau kepercayaan.
Menanggapi pendapat ini syah-syah saja selama itu tidak mengganggu umat
islam itu sendiri. Tetapi jika dalam kenyataannya ternyata malah meresahkan umat
Islam maka wajib diperangi.

f). Memisahkan otoritas duniawi dan ukhrawi, otoritas keagamaan dan politik.

Kelompok Islam Liberal yakin bahwa kekuasaan keagamaan dan politik


harus dipisahkan. Islam Liberal menentang negara agama (teokrasi). Islam Liberal
yakin bahwa bentuk negara yang sehat bagi kehidupan agama dan politik adalah
negara yang memisahkan kedua wewenang tersebut. Agama adalah sumber inspirasi
yang dapat mempengaruhi kebijakan publik, tetapi agama tidak punya hak suci untuk
menentukan segala bentuk kebijakan publik. Agama berada di ruang privat, dan
urusan publik harus diselenggarakan melalui proses konsensus.

Mengapa disebut Islam Liberal?

Menurut mereka (JIL) nama “Islam liberal” menggambarkan prinsip-prinsip


Islam yang menekankan kebebasan pribadi (sesuai dengan doktrin kaum mu’tazilah
tentang kebebasan manusia) dan pembebasan dari struktur sosial-politik yang
menindas. Sederahananya JIL ingin mengatakan bahwa secara pribadi manusia bebas

12
(liberal) dalam menafsirkan Islam sesuai dengan hawa nafsunya dan membebaskan
Negara dari agama (sekuler). Kami percaya bahwa Islam selalu dilekati kata sifat,
sebab pada kenyataannya Islam ditafsirkan secara berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan penafsirnya. Kami memilih satu jenis tafsir dan dengan demikian satu kata
sifat terhadap Islam yaitu “liberal”. Untuk mewujudkan Islam Liberal, kami
membentuk Jaringan Islam Liberal (JIL), tandasnya.

Mengapa juga disebut Jaringan Islam Liberal?

Tujuan utama kami adalah menyebarkan gagasan Islam Liberal seluas-


luasnya kepada masyarakat. Untuk itu kami memilih bentuk jaringan, bukan
organisasi kemasyarakatan, maupun partai politik. JIL adalah wadah yang longgar
untuk siapapun yang memiliki aspirasi dan kepedulian terhadap gagasan Islam
Liberal.
Diantara paham yang diusung Islam liberal adalah Pluralisme dan
Liberalisme.
Berikut ini adalah beberapa point tentang misi dari JIL, yaitu :
1). Mengembangkan penafsiran Islam yang liberal sesuai dengan prinsip-prinsip
yang kami anut, serta menyebarkannya kepada seluas mungkin khalayak.
2). Mengusahakan terbukanya ruang dialog yang bebas dari tekanan
konservatisme. Kami yakin, terbukanya ruang dialog akan memekarkan
pemikiran dan gerakan Islam yang sehat.
3). Mengupayakan terciptanya struktur sosial dan politik yang adil dan
manusiawi.

Jaringan Islam Liberal (JIL) adalah sebuah pemikiran yang sifatnya liberal,
yang menurut mereka tidak terpaku dengan teks-teks Agama (Al-Qur’an dan hadist),
tetapi lebih terikat dengan nilai-nilai yang terkandung dalam teks-teks tersebut.
Dalam implementasinya pemikiran ini dapat disebut meninggalkan teks sama sekali
dan hanya menggunakan rasio dan selera hawa nafsu belaka. Diantara paham yang
diusung Islam Liberal adalah Pluralisme dan Liberalisme.

13
 Pluralisme agama adalah suatu paham yang
mengajari kita semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap
agama adalah relative, oleh sebab itusetiap pemeluk agama tidak boleh
mengklaim hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain
salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan
masuk dan hidup berdampingan di surga.
 Liberalisme adalah memahamiqnash-nash
agama (al-Qur’an dan hadist) dengan menggunakan pikiran yang bebas dan
hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran
semata.

Lebih jelasnya, di bawah ini kami cantumkan pemikiran-pemikiran sesat


kelompok JIL tersebut yang kami kutip dari berbagai sumber :
1. Umat Islam tidak boleh memisahkan diri dari umat lain, sebab manusia adalah
keluarga universal yang memiliki kedudukan yang sederajat. Karena itu
larangan perkawinan antara wanita muslimah dengan pria non muslim sudah
tidak relevan lagi.
2. Produk hukum Islam klasik (fiqh) yang membedakan antara muslim dengan
non muslim harus diamandemen berdasarakan prinsip kesederajatan universal
manusia.
3. Agama adalah urusan pribadi, sedangkan urusan Negara adalah murni
kesepakatan masyarakat secara demokratis.
4. Hukum Tuhan itu tidak ada. Hukum mencuri, Zina, Jual – Beli, dan pemikiran
itu sepenuhnya diserahkan kepada umat islam sendiri sebagai penerjemahan
nilai-nilai universal.
5. Muhammad adalah tokoh histories yang harus dikaji secar kritis karena beliau
adalah juga manusia yang banyak memiliki kesalahan.
6. Kita tidak wajib meniru Rasulullah secara harfiah. Rasulullah berhasil
menerjemahkan nilai-nilai Islam universal di Madinah secara kontekstual.

14
Maka kita dapat menerjemahkan nilai itu sesuai dengan kenteks yang ada
dalam bentuk lain.
7. Wahyu tidak hanya berhenti pada zaman nabi Muhammad saja (wahyu verbal
memang telah selesai dalam bentuk al-Qur’an), tetapi wahyu dalam bentuk
temuan ahli fakir akan terus berlanjut. Sebab temuan akal juga merupakan
wahyu karena akal adalah anugerah Tuhan.
8. Karena semua temuan manusia adalah wahyu, maka umat Islam tidak
membuat garis pemisah antara Islam dan Kristen, Timur dan Barat, dan
seterusnya.
9. Nilai Islami itu bisa terdapat di semua tempat, semua agama, dan semua suku
bangsa. Maka melihat Islam harus dari isinya bukan dari bentuknya.
10. Agam adlaah baju dn perbedaan agama sama dengan perbedaan baju. Maka
sangat konyol orang yang bertikai karena perbedaan baju (agama). Semua
agama mempunyai tujuan pokok yang sama, yaitu penyerahan diri kepada
Tuhan.
11. Misi utama Islam adalah penegakan keadilan. Umat islam tidak perlu
memperjuangkan jilbab, memelihara jenggot, dan sebagainya.
12. Memperjuangkan Syari’at Islam wujud ketidak berdayaan umat Islam dalam
menyelesaikan masalah secara arasional. Mereka adalah pemalas yang tidak
mau berfikir.
13. Orang yang beranggapan bahwa semua masalah dapat diselesaikan dengan
syari’at adalah orang kolot dan dogmatis.
14. Islam adalah proses yang tidak pernah berhenti, yaitu untuk kebaikan
manusia. Karena keadaan umat manusia itu berkembang, maka agama (Islam)
juga harus berkembang dan berproses demi kebaikan manusia. Kalau Islam itu
diartikan sebagai paket sempurna seperti zaman Rasulullah, maka itu adalah
fosil Islam yang sudah tidak berguna lagi.

Konsep - konsep diatas, merupakan buah pemikiran dari beberapa tokoh


yang sangat berpengaruh pada penyebaran paham tersebut. JIL mendapat 28

15
kontributor domestik dan luar negeri sebagai “juru kampanye” Islam Liberal. Yang
mana dari Indonesia diantaranya adalah :

1. Abdul Mukti Ali


Biodata :
Nama Lengkap : Prof. Dr. H. Abdul Mukti Ali
Lahir : Cepu, 23 Agustus 1923
Meninggal : Yogyakarta, 5 Mei 2004 (81 th )

Mukti Ali adalah alumnus Universitas Islam Indonesia, yang dulu bernama
Sekolah Tinggi Islam, ketika berumur 17 tahun, ia masuk di Pondok Pesantren
Termas, Pacitan, Jawa Timur. Kemudian melanjutkan studi ke India setelah perang
dunia kedua, dan ia mendapatkan gelar doctor di sana pada tahun 1952. setelah itu ia
melanjutkan studi ke McGill Univercity, Montreal, Kanada mengambil gelar MA.
Dalam melakukan pembaharuan Islam, ia cenderung menjaga hubungan baik
dengan kalangan Masyumi ketika itu. Bahkan dia sendiri pernah menjadi sekretaris
Mohammad Natsir (mantan ketua Masyumi). Dalam kontek pemerintahan, Mukti Ali
terlihat bagaimana keinginan kuatnya agar umat Islam ini masuk kedalam
pemerintahan. Maka disaat terjadi pro-kontra yang berkaitan penerimaan Asas
Tunggal Pancasila, Mukti menyarankan agar umat Islam menerimanya. Yang penting
umat Islam dapat masuk pemerintahan dan memperjuangkan nasib mereka. Dan itu
pula yang dilakukan Mukti Ali, baik melalui Depag maupun IAIN. Karier politiknya
berada di puncak ketika menjabat Menteri Agama tahun 1971 hingga tahun 1978.
Mukti Ali termasuk pendukung eksistensi Negara Israel. Lantas ia
menyarankan agar eksistensi Israel diakui, sebagaimana Israel mengakui berdirinya
Negara Palestina dalam batas-batas yang disetujui bersama, tandasnya dalam setiap
kali berseminar. Ia pun termasuk orang yang punya andil besar terhadap
berkembangnya faham liberalisme Islam di Indonesia hingga sekarang ini. Sebab
dalam masa kepemimpinanya di Departemen Agama, ia mengirim para sarjana IAIN
untuk sekolah atau melanjutkan studi, belajar ilmu-ilmu Islam di negeri Barat.

16
Beberapa intelektual Islam sekembalinya dari Barat menyebarkan faham sekularisme,
liberalisme, dan pluralisme.
Meski tak menjabat lagi sebagai menteri agama, gagasan dan pemikirannya
ini tetap diteruskan oleh penggantinya, kala itu Alamsyah Ratu Perwiranegara.
Bahkan oleh penggantinya itu dikembangkan menjadi konsep “Trilogi Kerukunan”
yang meliputi kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama dan
pemerintah.

Hingga masa senjanya, Mukti Ali telah menulis puluhan buku, di antaranya :
- Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia
- Muslim Bilali dan Muslim Muhajir di Amerika
- Memahami beberapa aspek ajaran Islam
- Asal usul agama
- Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, dll
(sumber: www.tokohindonesia.com)

2. Nurcholis Madjid, (Universitas Paramadina, Jakarta)


Biodata :
Nama Lengkap : Prof. DR. Nurcholis Madjid
Tempat Lahir : Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939
Meninggal : Jakarta, 29 Agustus 2005
Nurcholis Madjid, atau yang biasa disapa dengan nama Cak Nur, lahir dan
dibesarkan di lingkungan keluarga kyai terpandang do Majoanyar, Jombang, Jawa
Timur. Ayahnya KH. Abdul Madjid, di kenal sebagai pendukung Masyumi. Setelah
melewati pendidikan diberbagai pesantren, termasuk Gontor, Ponorogo menempuh
studi keserjanaan IAIN Jakarta (1961-1981), tokoh HMI ini menjalani studi

17
doktornya di Univercity Chicago, Amerika Serikat (1978-1984), dengan disertai
tentang filsafat dan khalam Ibnu Taimiya.
Ditulis dalam buku “ Islam Liberal”, Nurcholis Madjid merupakan tokoh
liberal atau liberalisme Islam paling terkemuka di Indonesia. Doctor dari Chicago
university ini mempelopori gerakan sekularisme di Indonesia sejak tahun 1970. dalam
acara Halal Bi Halal di Jakarta pada tanggal 3 Januari 1970 yang dihadiri para aktivis
penerus Masyumi yaitu HMI, PII, GPI dan Persami (Persatuan Sarjana Muslim
Indonesia), Cak Nur menyampaikan makalah yang berjudul “ Keharusan
Pembaharuan Pemikiran dan Masalah Integrasi Umat”. Dalam makalah itu ia
mengajak kea rah sekularisme dan liberalisme pemikiran Islam. Cak Nur juga
memperkenalkan ide sekularisme yang menurutnya berbeda dengan sekularisme.
“sekularisme tidaklah dimaksudkan sebagai penerapan sekularisme dan mengubah
kaum muslimin menjadi sekularis, tetapi dimaksudkan untuk menduniawikan nilai-
nilai yang sudah semestinya bersifat duniawi dan melepaskan umat Islam dari
kecendrungan untuk mengukhrowikannya. Dengan demikian kesediaan mental untuk
selalu mengiji dan memuji kembali kebenaran suatu nilai di hadapan kenyataan-
kenyataan material, moral ataupun histories menjadi sifat kaum muslim”. Selain itu ia
juga memperkenalkan konsep Islam Yes, Partai Islam No.
Nurcholis Madjid menghembuskan nafas terakhir pada hari Senin 29 Agustus
2005 di Rumah Sakit Pondok Indah,Jakarta Selatan, cendikiawan kelahiran Jombang
ini meninggal akibat penyakit hati yang dideritanya.
Jaringan Islam Liberal, dalam situsnya, menuliskan iklan bela sungkawa: “
Turut berduka atas meninggalnya bapak Pluralisme dan Toleransi Prof. DR.
Nurcholis Madjid, semoga kami dapat meneruskan perjuangannya”. (sumber :
www.islamlib.com)

3. Alwi Abdurahman Shihab


Biodata :
Nama : DR. Alwi Abdurrahman Shihab
Lahir : Rappang, Sulawesi Selatan, 19 Agustus 1946

18
Alwi Shihab, itulah nama panggilan akrabnya, pada tahun 2004 ia di percaya
oleh Presiden Susilo Bambany Y, untuk menjabat sebagai Menko Kesra, namun
setahun kemudian dia digantikan oleh Aburizal Bakrie, Alwi kemudian dipercaya
sebagai utusan khusus untuk Negara-negara Timur Tengah, termasuk Organisasi
Konfrensi Islam.
Persamaan visi dan misi membuatnya dekat dengan Gus Dur, karena
kedekatannya ia di cap sebagai loyalis Gus Dur. Tak heran ketika Gus Dur masih
menjabat sebagai presiden, ia menjadi menteri yang paling sering bersama dengan
Gus Dur karena ia menjabat sebagai menteri dalam negeri. Ia juga menjadi
pandamping di saat Gus Dur mendapat serangan politik dari Pansus buloggate yang
melahirkan interplasi I dan II untuk memaksa Gus Dur turun tahta. Ketika Gus Dur
melakukan perlawanan dengan mengeluarkan dekrit membubarkan DPR dan MPR
yang telah menjadwalkan Sidang Istimewa meminta pertanggung jawaban presiden,
Alwi tetap setia di belakang Gus Dur.
Adik kandung dari mantan Menteri Agama Quraish Shihab ini menyelesaikan
pendidikan sarjananya bidang akidah filsafat Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ujung Pandang tahun 1986. pada saat hampir bersamaan ia meraih gelar master dari
universitas Al-Azhar, Mesir. Gelar Master yang lainnya diperoleh dari Universitas
Temple, Amerika Serikat tahun 1992.
Sebelum bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan pulang ke
Indonesia, Alwi menetap di Whashington DC, AS. Di Negara adi daya tersebut, ia
mengajar agama Islam di Hartford Seminary yang di jalaninya sejak tahun 1996,
selain itu ia juga mengajar di Harvard Divity School dan di Auburn Theological
Seminary of New York. Di kalangan cendikiawan dan pemikir Islam AS nama Alwi
tidak asing lagi, karena ia salah seorang ahli Islam pertama yang duduk dalam Board
of Trutee pada Centre for the Study of World Religions, lembaga pengkajian yang
berafiliasi dengan Harfard Divity School.
Pandangan Alwi tentang pluralisme dapat dilihat dalam bukunya Islam
Inklusif. Dalam buku tersebut ia menyatakan, “ Prinsip lain yang digariskan oleh Al-
Qur’an, adalah pengakuan eksistensi orang-orang yang berbuat baik dalam setiap
komunitas beragama dan dengan begitu layak memperoleh pahala dari Tuhan. Lagi-

19
lagi prinsip ini memperkokoh ide mengenai pluralisme keagamaan dan menolak
eksklusivisme. Dalam pengartian lain, eksklusivisme keagamaan tidak sesuai dengan
semangat Al-Qur’an, sebab Al-Quran tidak membeda-bedakan antara satu komunitas
agama dari lainnya”. (Alwi Shihab, Islam Inklusif : Menuju Sikap Terbuka dalam
Beragama, Mizan, Bandung, 1997, hal. 108-109).

4. Abdurahman Wahid
Biodata :
Nama : Abdurrahman Wahid
Lahir : Denayar, Jombang, Jawa Timur, 4 Agustus 1940

Abdurrahman Wahid atau yang kerap disapa Gus Dur adalah putra tertua dari
K.H. Ahmad Wahid Hasyim, tokoh nasional dan menteri agama pertama republik
Indonesia. Kakeknya yang bernama KH. Hasyim Asy’ari adalah pengasuh di pondok
pesantren Tebu Ireng dan pendiri organisasi Nahdhatul Ulama (NU). Pada masa
remajanya ia pernah sekolah di Baghdad dan kembali ke Indonesia tahun 1974 dan
mulai berkarir sebagai “cendikiawan” dengan menulis sejumlah kolom di berbagai
media massa nasional. Pada akhir tahun 70-an, suami dari Sinta Nuriyah ini sudah
berhasil mengukuhkan diri sebagai satu dari banyak cendikiawan Indonesia yang
paling terkenal dan laris sebagai pembicara publik. Pernah berkecimpung pula dalam
bidang seni dengan menjadi DPH Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki
Jakarta (1983-1985) dan ketua Dewan Juri Festifal Film Indonesia (FFI) dan Badan
Sensor Film (BSF). Tahun 1984 dalam muktamar NU di Situbondo ia terpilih menjadi
ketua PBNU. Gus Dur tergolong sangat rajin melontarkan kritik kepada pemerintah
yang sangat membuat pak Harto risih, sehingga pada saat Muktamar NU di Cipasung,
pemerintah berupaya menjegal Gus Dur, tapi Gus Dur tetap terpilih untuk periode
kedua menjadi Ketua umum PBNU. Pada awal 1998 ia terkena stroke, tapi tim
dokter berhasil menyelamatkan, namun sebagai akibatnya penglihatannya kian
memburuk. Pada saat ia dilantik sebagai Presiden, ia sudah nyaris buta. Dalam
kepemimpinanya ia menyatakan akan membuka hubungan dagang dengan Israel,

20
Negara yang dibenci banyak orang di Indonesia. Pernyataan ini mengundang keras
beberapa komponen Islam. Gus Dur sering pula memberikan pernyataan yang dinilai
sebagian orang justru menyudutkan Islam dan membela kelompok non Muslim,
terutama kasus Ambon. Orang-orang dekatnya membelanya dengan mengatakan,
“Gus Dur membela Islam dengan cara tidak membela Islam”. Pernyataan tentang
pluralisme juga sering dikumandangkan, pernah ia mengatakan bahwa dirinya adalah
seorang Muslim yang juga menganut faham Mahatma Gandhi. Dan katanya pula
bahwa semua agama itu sama, imbuhnya.
Ketika Musyawarah Nasional Majelis Ulama Indonesia yang berakhir tanggal
29 Juli 2006, menetapkan 11 fatwa di antaranya mengharamkan faham liberalisme,
sekularisme, pluralisme dan faham Ahmadiyah, sejumlah tokoh masyarakat yang
bergabung dalam Aliansi Masyarakat Madani untuk kebebasan Beragama dan
Berkeyakinan, seperti gus Dur, Dawam Raharjo, Ulil Abshar Abdalla (JIL), Johan
Efendi, Pendeta Winata Sairin (PGI) dan tokoh-tokoh lainnya mendesak MUI agar
mencabut fatwa yang mengharamkan paham-paham tersebut. Mereka beragumen,
fatwa semacam itu sering kali dijadikan landasan untuk melakukan kekerasan
terhadap pihak lain. Selain itu, “Indonesia bukanlah Negara Islam tapi Negara
nasional, jadi ukurannya hukum nasional”, begitu kata Gus Dur di gedung PBNU.

Serta tokoh-tokoh lain diantaranya : Masdar F. Mas’udi (Pusat


Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, Jakarta), Azyumardi Azra, IAIN Syarif
Hidayatullah (Universitas Islam Negara, Jakarta), Goenawan Mohamad, (Majalah
Tempo, Jakarta), Jalaluddin Rahmat (Yayasan Muthahhari, Bandung), Moeslim
Abdurrahman ( Jakarta), Nasaruddin Umar (IAIN Syarif Hidayatullah ,Universitas
Islam Negara – Jakarta), Komaruddin Hidayat (Yayasan Paramadina – Jakarta),
dan lain-lain.

Di antara kontributor mancanegaranya adalah :

1. Asghar Ali Engineer (India)


2. Abdullahi Ahmed an-Naim (Sudan)
3. Mohammed Arkoun (Prancis)
4. Abdallah Laroui (Maroko), dan lain-lain

21
5.
Paham liberal berkembang pesat di masyarakat, dimana dalam
penerapannya sudah menjadi suatu budaya yang sebenarnya paham tersebut masih
mengundang perdebatan dikalangan tokoh Islam khususnya di Indonesia.

BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISA

3.1. Pembahasan
Dalam bab ini penulis akan mencoba membahas apakah pemikiran liberal
JIL itu dibenarkan oleh al-Qur’an dan hadist serta bagaimana pendapat pemerintah
khususnya MUI dan para Ulama dalam menanggapi masalah ini? Selanjutnya
sebelum kita menentukan sikap kita terhadap kelompok tersebut. Oleh karena itu
kami akan mencoba melihat dari dua hal, yang pertama adalah nama kelompok itu
sendiri, dan yang kedua substansi pemikiran-pemikirannya.
Ditinjau dari sudut kebahasaan, penggandengan antara kata “Islam” dan
“Liberal” itu tidak tepat. Sebab Islam itu artinya tunduk dan menyerahkan diri
kepada Allah SWT, sedangkan Liberal artinya bebas dalam pengertian tidak harus
tunduk kepada ajaran Agama (Al-Qur’an dan Hadist). Oleh karena itu, pemikiran

22
liberal sebenarnya lebih tepat disebut “Pemikiran Iblis” dari pada “Pemikiran
Islam” karena makhluk pertama yang tidak taat kepada Allah adalah Iblis.
Namun jika dilihat dari sisi substansinya, seperti yang sudah tercantum pada
BAB II diatas, kita ambil contoh pada point pertama misalnya pendapat mereka yang
membolehkan lelaki yahudi (non muslim) menikahi wanita muslimah. Pemikiran
mereka (JIL) sama sekali tidak mendasarkan terhadap al-Qur’an dan Hadist. Ia hanya
mendasarkan pemikirannya pada rasio dan selera. Padahal Allah SWT dalam al-
Qur’n dengan sangat tegas menyatakan bahwa “wanita muslimah tidak halal dinikahi
lelaki kafir dan lelaki kafir tidak halal menikahi wanita muslimah”. Sahabat dan
ulama sejak zaman Rasulullah hingga sekarang pun tidak ada yang menghalalkan
pernikahan laki-laki non muslim dengan muslimah.
Oleh karena itu, pemikiran kelompok liberal ini sangat bertentangan dengan
al-Qur’an, Hadist, dan ijma’ (consensus) ulama.
Unik memang, pada saat seseorang telah menyatakan menganut Islam maka
ia terikat dengan hukum dan syara’ atau ia seorang mukhallaf dan ia tidak bebas lagi
karena ucapan dan perilakunya telah dibatasi oleh syari’at. Disisi lain bagaimana
mungkin menggabungkan antara Islam dan Liberal karena keduanya adalah ideology
yang bertentangan. Islam meyakini bahwa Syari’at Allah SWT harus dijalankan
diseluruh sendi kehidupan, tapi tidak dengan paham kelompok liberal ini. Salah satu
contoh mereka meyakini pemisahan antara urusan agama dan Negara.

Berikut ini kita permudah pembahasan ide-ide JIL ini dalam 3 topik saja, yaitu :

1. Ijtihad ( keterbukaan pintu ijtihad pada semua bidang )

JIL meyakini bahwa pintu ijtihad masih terbuka dalam semua bidang dan
untuk semua orang. Penutupan pintu ijtihad akan menutup pintu akal dan kreatifitas
seseorang.
Pada dasarnya pintu ijtihad memang masih terbuka sampai saat ini, tetapi
para ulama telah memberikan batasan dalam hal apa saja boleh berijtihad dan syarat
seseorang boleh mengeluarkan ijtihad (mujtahid). Setiap orang boleh saja berijtihad
tetapi ulama memberikan syarat-syarat kepada seorang mujtahid, antara lain :

23
a. Pengetahuan bahasa arab, lafadz dan susunan (tarkib) yang
berhubungan dengan dalil-dalil hukum yang akan digali (istimbath)
b. Pengetahuan terhadap syara’, yakni nash (dalil) dari al-Qur’an dan
Sunnah
c. Pengetahuan terhadap waqi’ yang akan dihukumi.

Bahkan DR. Yusuf Qordhowi (masalah-masalah islam kontemporer)


memberikan syarat yang lebih berat semisal pengetahuan bahasa arab, mengetahui
tempat-tempat ijma’ yang teapt, ushul fiqih, qiyas dan penyimpulan, kaidah-kaidah
syara’. Syarat lainnya adalah harus adil, bertaqwa, tidak mengikuti hawa nafsu atau
menjualagamanya untuk kehidupan dunia. Dengan demikian menutrut DR. Yusuf
Qordhowi, ijtihad bukan merupakan pintu ijtihad yang terbuka bagi semua orang.
Disisi lain pintu ijtihad tertutup untuk nash-nash (dalil) qath’i tsubut (sudah
pasti dari segi wujud) dan qath’i dilalah (sudah pasti dari segi petunjuk), seperti
contoh dalil-dalil berikut :

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera, ………….. “. (QS. An-Nuur : 2)

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan


keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan
dari Allah. ………………”. (QS. Al-Maidah : 38)
Atau kewajiban shalat, puasa, haji, adanya malaikat, syaitan, lauhul mahfuz,
akhirat, dan lain-lain. Disini akal tidak akan mampu lagi menjangkaunya dan kita
wajib mengimaninya sesuai dengan penjelasan al-Qur’an dan Sunnah.
Masalah terbukanya pintu ijtihad ini merupakan gerbang utama bagi JIL
untuk menghancurkan Syari’at Islam, karena jika berhasil meyakinkan umat Islam
bahwa pintu ijtihad masih terbukauntuk semua bidang dan setiap orang, maka mereka
akan menafsirkan ayat-ayat Allah (al-Qur’an) dan Sunnah sesuai dengan hawa nafsu
mereka. Seperti yang beberapa waktu lalu mereka umat Islam sempat dihebohkan
dengan adanya pernyataan dari kelompok (JIL) ini bahwasanya “Jilbab tidak wajib

24
dan merupakan kebudayaan arab”, “Laki-laki non muslim boleh mengawini wanita
muslimah”, serta “Kebebasan beragama atau murtad”, dan lain-lain.

2. Inklusifisme, kebenaran yang relative, terbuka dan plural

Inklusifisme secara ringkas dapat diartikan tidak ekslusif atau tidak merasa
paling benar sendiri. Dalam bahasa JIL agama itu seperti roda yang mempunyai jari-
jari, setiap agama adalah jari-jari dari roda tersebut. Jika semua pemeluk agama
(apapun agamanya) dan dia berbuat benar (shaleh) maka semuanya akan menuju ke
satu titik poros roda tersebut yaitu surga. Artinya, seorang Muslim, Nasrani, Hindu,
Budha, atau konghucu, bila menjalankan agamanya dengan benar (shaleh) maka
semuanya akan masuk surga.

Hal ini jelas sangat bertentangan dengan aqidah Islam, sebagaimana Allah SWT telah
berfirman dalam al-Qur’an yang artinya:

“Barang siapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi”. (QS. Ali – Imran : 85)

Dalam ayat yang lain :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa


kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam”. (QS. Ali Imran : 102)

Serta ada sebuah hadist yang menyatakan :


“Islam itu unggul dan tidak ada yang bisa mengunggulinya”. (HR. Bukhari).

25
Dan Islam tidak bisa disamakan dengan agama-agama lain. Karena seorang
muslim yang beriman maka surga balasannya, sedangkan orang-orang kafir dan
musyrik itu adalah orang-orang yang sesat dan rugi serta kekal didalam neraka.
Allah SWT telah berfirman :

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan


Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia
Telah tersesat sejauh-jauhnya”. (QS. An-Nissa :116)
Serta dalam surat lain :

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang
yang diberi Al kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir
sesudah kamu beriman”. (QS. Ali Imran : 100)
Dengan konsep yang menyesatkan ini, maka umat Islam akan dengan
mudah murtad karena mereka merasa dengan memeluk agama selain Islam pun
mereka akan masuk surga.

3. Sekuler, pemisahan otoritas duniawi dan ukhrawi, otoritas keagamaan dan


politik

Menurut JIL, Islam tidak mengenal pemerintahan dan agama tidak


mempunyai kewenangan dalam mengatur Negara. Jika kita ingin menerapkan Islam
secara kaffah dalam semua sector kehidupan, maka kita mau tidak mau harus
memformalkan Syari’at Allah SWT yang terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah dalam
bentuk undang-undang (UU), dan sebuah undang-undang tidak akan berjalan jika
tidak dipayungi oleh sebuah pemerintahan (daulah). Hal ini pun telah dicontohkan
oleh Rasulullah SAW dan khalifah-khalifah sesudah beliau.
Beliau menjalankan pemerintahan di Madinah, menetapkan hokum-hukum
ekonomi/perdagangan, social/pergaulan, politik luar negeri, membentuk pasukan,
peradilan, pendidikan, dan lain-lain. Beliau mengangkat pembantu-pembantu

26
(mu’awin), wali, amirul jihad, amil, qadhi, dan lain-lain. Dan dilanjutkan oleh
khulafaur Rasydin dengan mengangkat Abu Bakar as siddik, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. RA. Kemudian kekhalifahan Bani
Muawiyah, Abassiyah hingga Usmaniyyah. Hal ini merupakan suatu fakta bahwa
Islam mengenal Negara atau Islam tidak bisa dipisahkan dengan Negara. Banyak
dalil-dalil yang mewajibkan terbentuknya sebuah kekhalifahan islamiyah ini.

Sanggahan MUI terhadap paham Liberal


Dalil yang dipakai MUI untk membantah paham Islam Liberal ini
diantaranya :
Firman Allah SWT yang artinya :

“Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan
diterima agama itu dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi……..(QS. Ali
Imran : 85)

Dan surat lain

“Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah hanyalah Islam…..(QS. Ali Kafirun
: 6)

Hadist Imam Muslim (w. 262 H) dalam kitabnya Shahih Muslim,


meriwayatkan sabda Rasulullah SAW : “Demi dzat yangmenguasai jiwa Muhammad,
tidak ada seorangpun baik Yahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang diriku
dari Umat Islam ini, kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku
bawa, kecuali ia akan menjadi penghuni Neraka”. (HR. Muslim)
Untuk masalah Aqidah dan Ibadah MUI melarang mencampur adukan
berbagai paham agama. Namun untuk pergaulan social MUI menganjurkan baik
dengan pemeluk agama lain selama tidak saling merugikan.
Fatwa Ulama tentang Islam Liberal dan Liberalisme

27
Muzakarah Jawatan kuasa Fatwa Majelis Kebangsaan bagi Hal Ehwal Ugama Islam
Malaysia ke-74 pada 25-27 Julai 2006 memutuskan pemikiran Islam Liberal adalah
sesat dan menyeleweng daripada syariat Islam.
Keputusan MUI (Majelis Ulama Indonesi) Nomor : 7/MUNAS
VII/MUI/II/2005 dalam Munasnya 26-29 Juli lalu telah menelurkan sebelas fatwa. Di
antara sebelas fatwa tersebut terdapat fatwa yang melarang masyarakat untuk
mengikuti paham liberalisme, sekularisme, dan pluralisme karena paham tersebut
jelas bertentangan dengan ajaran agama Islam (sesat)
Bahaya Firqah Liberal Terhadap Aqidah Umat
Dari semua uraian permasalahan yang ada kita sudah dapat merasakan
betapa besar bahaya paham liberal dalam islam dan orang-orangnya yang tergabung
dalam Jaringan Islam Liberal.
1). Mereka tidak menyuarakan Islam yang diridhai oleh Allah SWT, tetapi
menyuarakan pemikiran-pemikiran yang diridhai oleh Iblis, Barat dan para
Thaghut lainnya. Oleh karena yang paling diuntungkan oleh gerakan orang-orang
liberal adalah orang-orang non muslim yang ingkar al-Qur’an dan Nabi
Muhammad SAW juga aliran-aliran sesat dan ahli maksiat.  Dan yang paling
dirugikan adalah umat islam.( Lihat: PembaharuanIslam Di Indonesia: Pandangan
Kristen, Martin Lukito Sinaga, islib.com, kolom,3/4/2006).
Bahkan demi membela orang-orang yang amoral sampai salah seorang tokoh
liberal berani melecehkan al-Qur’anul Karim- Na’udzu billah minal khudzlan-
dengan mengatakan: “Kitab suci yang paling porno di dunia adalah al-Qur’an.”
(lihat misalnya: ali.otda.blogdrive.com).

2). Mereka lebih menyukai atribut-atribut fasik dari pada gelar-gelar  keimanan
karena itu mereka benci kata-kata jihad, sunnah, salaf, dakwah, amar ma’ruf nahi
munkar, ulama, Al-Qur’an yang Mulia dan lain-lainnya dan mereka rela
menyebut dirinya  dengan istilah Islam Liberal, Islam Emansipatoris, inklusif
pluralis dan lain sebagainya.

3). Mereka beriman kepada sebagian kandungan al-Qur`an dan meragukan kemudian
menolak sebagian yang lain. Supaya penolakan mereka terkesan sopan dan ilmiah

28
mereka menciptakan “jalan baru” dalam menafsiri al-Qur`an. Mereka
menyebutnya dengan Tafsir Kontekstual, Tafsir Hermeneutik, Tafsir Kritis dan
Tafsir Liberal.

Sebagai contoh, Musthofa Mahmud dalam kitabnya al-Tafisr al-Ashri li al-


Qur`an menafsiri ayat [‫ ]فَا ْقطَ ُعوا أَ ْي ِديَ ُه َما‬dengan “maka putuslah usaha mencuri
mereka dengan memberi santunan dan mencukupi kebutuhannya.” (Syeikh
Mansyhur Hasan Salman, di Surabaya, Senin 4 Muharram 1423)
Dan tafsir seperti ini juga diikuti juga di Indonesia. Maka pantaslah mengapa
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesuatu yang paling aku takutkan atas umatku adalah seorang munafiq yang
pandai bersilat lidah, mendebat dengan al-Qur’an.” (HR. Ahmad 15133, dengan
sanad kuat, menurut syekh Syueb al-Arnauth)
Orang-orang seperti inilah yang merusak agama ini. Rasulullah SAW bersabda:
     “Kehancuran ummatku ada pada al-Qur’an dan susu.” Ditanyakan : “Ya
Rasulallah, apa (yang dimaksud dengan) al-Qur’an dan susu itu?” Beliau
bersabda: “ Mereka mempelajari al-Qur’an dan menafsirinya berbeda dengan
apa yang diturunkan oleh Allah. Dan mereka menyukai susu[2], meninggalkan
shalat berjamah dan jum’at, dan mereka tinggal di pedalaman[3]” (HR. Ahmad,
17451, Syueb al-Arnauth berkata: “Kedua sanadnya hasan.”
Mereka mengklaim diri mereka sebagai pembaharu Islam padahal merekalah
perusak Islam, mereka mengaku mangajak kepada al-Qur`an padahal merekalah
yang mencampakkan al-Qur`an. Mengapa demikian? Karena mereka bodoh
terhadap sunnah. Ibn Mas’ud berkata:
      “Kamu akan mendapati satu kaum yang mengajakmu kepada Kitabullah, padahal
mereka telah mencampakkannya dibalik punggung mereka. Maka kamu wajib
berpegang dengan ilmu, dan jauhilah sikap sikap mengada-ada, memaksa-maksa,
dan kamu wajib mengikuti yang salaf.”(Lihat Ahamd Ibn Umar al-Mahmashani,
Mukhtashar Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih: 388-389)

4). Mereka menolak paradigma keilmuwan dan syarat-syarat ijtihad yang ada dalam
Islam, karena mereka merasa rendah berhadapan dengan budaya barat, maka

29
mereka melihat Islam dengan hati dan otak orang Barat. Islam yang murni bagi
mereka adalah belenggu, sedang para ulama adalah ‘teroris’ yang mengancam
kepentingan mereka.

5). Mereka tidak mengikuti jalan yang ditempuh oleh Nabi SAW, para sahabatnya dan
seluruh orang-orang mukmin. Bagi mereka pemahaman yang hanya
mengandalkan pada ketentuan teks-teks normative agama ( al-Qur’an dan
Sunnah) serta pada bentuk-bentuk Formalisme Sejarah Islam  paling awal
( salafus shaleh) adalah kurang memadai dan agama ini akan menjadi agama
yang  ahistoris dan eksklusif. (Syamsul Arifin; Menakar Otentitas Islam Liberal,
Jawa Pos 1-2-2002). Mereka lupa bahwa sikap seperti inilah yang diancam oleh
Allah:

6). Mereka tidak memiliki ulama dan tidak percaya kepada ilmu ulama. Mereka lebih
percaya kepada nafsunya sendiri atau kepada guru besar mereka dari para
orientalis atau missionaris, sebab mereka mengaku sebagai “pembaharu” bahkan
“super pembaharu” yaitu neo modernis.
7). Kesamaan cita-cita mereka dengan cita-cita Amerika, yaitu menjadikan Turki
sebagai model bagi seluruh negara Islam. Prof. Dr. John L. Esposito menegaskan
bahwa Amerika tidak akan rela sebelum seluruh negara-negara Islam tampil
seperti Turki. Artinya bisa saja menjadi antek dan mata-mata bagi Negara
penjajah tersebut dengan menjual umat, Negara dan agama ini kepada mereka,
sebagaimana layaknya orang munafiq.
8). Mereka memecah belah umat Islam karena gagasan mereka adalah bid’ah dan
setiap bid’ah pasti memecah belah. Disamping mereka adalah para provokator
yang menghasut untuk memusuhi apa yang mereka sebut sebagai Islam
Fundamentalis, inklusif dan militan.

9). Mereka memiliki basis pendidikan yang banyak melahirkan pemikir-pemikir


liberal, memiliki media yang cukup dan jaringan internasional dan dana yang
cukup, serta dukungan dari Negara-negara donor yang maju yang berwatak
penjajah, seperti Amerika dan Israel. Misalnya  contoh kecil adalah Gunawan
Muhammad bos JIL mendapatkan penghargaan dari Israel  dan hadiah 2 M

30
karena  selama 40 tahun berjasa dalam menyebarkan paham menyimpang di negri
muslim terbesar dunia ini. (Replubika, 26/4/2006 h. 3. Sms dari pak Hartono
ahmad Jaiz, 26/4/2006, 20:55:15; Harian Surya….)

10). Mereka tidak memiliki manhaj yang jelas dan baku serta tidak bisa diam,
padahal diam mereka adalah emas., memang begitu berat jihad menahan lisan.
Tidak akan mampu melakukannya kecuali seorang yang mukmin.

Sementara itu Ustadz Hartono Ahmad Jaiz menyebut mereka berbahaya sebab
mereka itu “sederhana” tidak memiliki landasan keilmuwan yang kuat dan tidak
memiliki aqidah yang mapan. (lihat Bahaya Islam Liberal: 40, 64-65)
            Ringkasnya: jika umat terpengaruh oleh pikiran JIL maka agama akan
rusak, moral akan bejat, dan mati dalam kondisi murtad. sebab mereka meyakini:
1.     Semua agama sama. Islam tidak beda dengan agama kufur dan syirik
manapun, semuanya masuk surga.
2.     Semua orang beragama adalah mukmin, oleh karena itu semua bersaudara dan
halal saling menikahi.
3. Meyakini Islam satu-satunya agama yang benar tidak boleh. Oleh karena itu
dakwah islamiyahpun tidak boleh. Wajib diganti dengan dialog, tukar
menukar pengalaman dan kerja sama dalam bidang social keagamaan.
4.      al-Qur’an adalah produk budaya, tidak suci dan tidak berada di atas manusia.
5.    Tidak ada yang namanya hukum Tuhan di bidang public dan dunia. Hukum
Tuhan hanya dalam ibadah.
6.     Nabi Muhammad hanyalah tokoh histories yang juga memiliki kelemahan-
kelemahan, dan sunnahnya tidak mengikat umat
7.     dll.

31
PEMBENTENGAN  
Untuk membentengi umat dari virus liberal yang membinasakan ini
diperlukan pembentengan dalam dua lapis.

Pertama: Upaya pribadi

1.      Menjauhi syubhat-syubhat orang liberal sebisa mungkin.


Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa mendengar tentang Dajjal maka menjauhlah (beliau
mengucapkannnya 3x). Demi Allah ada seorang yang mendatanginya dengan
anggapan bahwa dia adalah mukmin( dalam riwayat: benar) lalu ia
mengikutinya karena syubhat-syubhat yang ia lontarkan.” ( HR.Ahmad, 19888,
19982;Hakim 8615; Abu Dawud, 2/519 dari Imran ibn Hushen, dishahihkan
syekh Albani, )
2.      Ketika mendengarnya atau membacanya segera membaca ta’awwudz
3.     Menolak syubhat itu dengan iman dan keyakinan yang kuat. Iman adalah benteng
yang terkuat dari segala macam syubhat.
Dasar dari semua ini adalah hadis Abu Hurairah –Radiallahu anhu- Rasulullah
bersabda : “ Akan datang setan itu kepada salah seorang kalian lalu bertanya:
Siapakah yang menciptakan ini?, siapakah yang menciptalkan itu? Hingga ia
bertanya siapakah yang menciptakan Allah?. Maka apabila sampai pada tingkat
itu maka beristi’adzahlah kepada Allah, dan berhentilah.” Dalam satu lafahz:
makaucapkanlah: Aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR.
Bukhari,6866;
Muslim, 135, 212, 215; Abu Dawud, 4721, Ahmad, 8192, 8358 dll. lihat
Syarahnya as-Sa’di, Bahjatu Qulubil AbrarWa Qurratu Uyunil Akhyar, hadis
nomor 8, h.17-19.)
4.     Menolak syubhat tersebut dengan ilmu yang benar, melalui bantuan ahli ilmu.
Oleh karena itu setiap muslim wajib berguru kepada ahlu sunnah. Dengan ilmu

32
maka syubhat-syubhat akan sirna; misalnya  pada 17 April 2007 Mentri Agama
Maftuh Basyuni  didemo oleh sekelompok orang yang menamakan diri Aliansi
Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan. Kepada Menag
mereka menuntut antara lain agar  dalam waktu sesingkat-singkatnya mencabut
pernyataan Menag yang menetapkan dan menyatakan bahwa Ahmadiyyah adalah 
suatu ajaran yang sesat dan menyesatkan. Dengan mudah kita bisa membantah
mereka bahwa “dengan argumentasi yang sama mestinya kalian harus
menghormati agamanya Menag, MUI dan umat Islam, jadi kalian tidak perlu
demo., sebab itu berarti  memaksakan kehendak pada orang lain dan memaksa
orang lain untuk menanggalkan agamanya.” (baca) Adian Husaini, Memaknai
Kebebasan Beragama.” Begitu pula orang yang mengaku pluralis tetapi
memusuhi kelompok muslim yang dianggap eksklusif berarti mereka sendiri yang
eksklusif dan radikal. Begitu seterusnya.
5.     Melindungi keluarga dari virus liberal, kalau perlu seorang suami harus mengikat
anak perempuan dan istrinya  di rumah agar tidak terpengaruh, seperti pada
kasus Dajjal.

Kedua: Upaya Payung Hukum; berupa fatwa atau kepetusan muktamirin pada 
setiap jam’iyyah. Alhamdulillah hal ini telah terealisir dengan:

1.     Sikap para kiyai dan para ulama nahdiyyin di Muktamar Boyolali yang menolak
JIL, dan tuntutan mereka agar paham liberal tidak disebarkan di tubuh NU.
(Baca misalnya Jawa Pos, Minggu 28 Nopember 2004, h.11)
2.     Sikap para tokoh Muhammadiyyah  di Muktamar Malang yang menolak dan
melibas tokoh-tokoh liberal di tubuh Muhammadiyyah.( Baca buku
PEMIKIRAN MUHAMMADIYAH RESPON TERHADAP LIBERALISASI
ISLAM, Terbitan Muhaammadiyah University Press, 2005).
3.      Fatwa MUI  Daerah Jawa Timur tertanggal 2/3/1425-22/5/2004
4.     Fatwa MUI Pusat, dalam Munasnya yang ke-7 pada 25-29 Juli di Jakarta, yang
telah menetapkan 11 fatwa.( baca selengkapnya Adian Husaini, Pluralisme
Agama Haram, Pustaka al-Kautsar).

33
5.      dll

3.2. Analisa

Disaat datang kepada kita suatu permasalahan ada baiknya kita tidak terlalu
memikirkan apa masalahnya, tapi sebaiknya secepat mungkin kita mengambil
langkah untuk mencari solusi. Tidaklah mudah menghadapi dan menjauhi paham
liberal seperti ini, maka dari itu dibutuhkan beberapa solusi untuk menghadang
penyebaran paham seperti ini, diantaranya :

Pertama: Upaya Dakwah

Dakwah islamiyah Salafiyyah adalah penawar dari segala racun, obat dari
segala penyakit dan senjata ampuh untuk melawan segala musuh.. Ia adalah solusi
yang substansial dan total meskipun diperlukan waktu yang tidak singkat. Ambil
contoh, bagaimana bangsa penjajah Tatar yang perkasa dan kejam itu tunduk dan
takluk dengan dakwah, sehingga mereka berubah menjadi kerajaan Islam.( Baca Abul
Hasan An-Nadwi, Rabbaniyyah La Rahbaniyyah, Dari Ibn Katsir, Damaskus 1423,
h.22-24.

Kedua : Upaya Hukum

Mengajukan para penebar virus liberal yang merusak bangsa dan agama itu ke
pengadilan  (jika memang ada pengadilan dan keadilan), untuk menerima hukuman.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, mari kita bersama berjuang untuk membela
kebenaran; agama Allah. Allah berfirman:
             

Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian “
yang lain. jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang Telah
diperintahkan Allah itu,[4]niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan
kerusakan yang besar.” .(QS. al-Anfal : 73)

34
Dari semua uraian diatas kiranya kita dapat memetik hikmah dari apa yang
telah terjadi. Dan alangkah bijaknya jika dalam penerapannya kita menentukan sikap
terhadap kelompok Jaringan Islam Liberal ini.

Sikap kita terhadap Jaringan Islam Liberal

Kita jangan sekali-kali mengikuti pemikiran-pemikiran mereka (JIL), karena


Allah SWT sudah menegaskan dalam firmannya :

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan
barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat,
sesat yang nyata”. (QS. Al-Ahzab : 36)
Pengertian dari “faqad dhalla dhalalammubina” (sungguh dia telah tersesat
dengan kesesatan yang nyata) ditafsiri dengan ayat 63 surat an-Nuur :

“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan


sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah Telah
mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan
berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (QS. An
Nuur : 63)
Jelaslah sudah bagi orang-orang yang telah menyalahi aturan dalam Islam dan
dia telah tersesat maka tiada lain di hari akhir dia akan mendapat azab yang sangat
pedih. Yaitu disiksa didalam neraka jahannam.
Maka mengikuti pemikiran kelompok liberal sama dengan menyesatkan diri
kita ke dalam api neraka jahannam karena paham kelompok tersebut sudah sangat
jelas bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadist.

35
BAB IV
PENUTUP DAN DO’A

Tidak ada kegiatan manusia yang sempurna didunia ini yang ada hanyalah
kegiatan yang berusaha untuk sempurna. Dari semua pembahasan yang telah
dijabarkan oleh penulis tentunya masih banyak kekurangan. Karena penulis hanya
manusia biasa yang bisa membuat kesalahan yang tidak disengaja. Puji syukur atas
nikmat Allah SWT penulis telah merampungkan makalah ini. Sehingga dapat
kesimpulan dan saran :

36
4.1. Kesimpulan
Bahwa Jaringan Islam Liberal (JIL) adalah kelompok yang membawa paham
liberalisme yaitu memahami nash-nash agama (al-Qur’an dan As-sunah) dengan
menggunakan akal pikiran yang bebas dan hanya menerima doktrin-doktrin agama
yang sesuai denagn akal pikiran semata.dan Pluralisme adalah paham yang
mengajarkan kita bahwa semua agama itu sama.

4.2. Saran
Janganlah kita sekali-kali mengikuti pemikiran-pemikiran sesat mereka (JIL).
Karena akan membawa kita kedalam kesesatan didalam memahami agama Islam itu
sendiri.
Kepada orang yang telah mengikuti paham JIL, kita menganjurkan segeralah
bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Hamzah Agus Hasan Bashori al-Sanuwi , BAHAYA JIL BAGI AKIDAH UMAT,
PEMBENTENGAN DAN SOLUSINYA, www.qiblati.com

Handriyanto Budi, 2007, 50 TOKOH ISLAM LIBERAL INDONESIA., penerbit :


HUJJAH Press.

Prof. KH. Ali Mustafa Yakub, MA, 2005, Mengungkap Jaringan Islam Liberal (JIL),
http://youngmuslimsindo.blogspot.com/2005/09/mengungkap-pemikiran-sesat-
jaringan.html

37
Azhari. Jaringan Islam Liberal dan Kesesatannya dari www.swaramuslim.com

Majalah Indonesia “ISLAMI”, 6 – Rajab 1427 / Agustus 2006, MERUNTUHKAN


ISLAM dengan INGKAR SUNNAH

38

You might also like