You are on page 1of 19

3.

BAB KETENTUAN AIR UNTUK MENGHILANGKAN NAJIS

Hadits No. 38 :

Dari Abdillah bin Umar, bahwa Abi Tsa'labah pernah bertanya: Ya Rasulullah,
berilah kami fatwa tentang bejana orang–orang Majusi, kalau kami terpaksa
(menggunakannya) . Nabi SAW. menjawab: "Apabila kamu terpaksa
(menggunakannya), maka cucilah dengan air dan masaklah dengannya. " HR. Ahmad.

Hadits No. 39 :

Dari Abi Tsa'labah al Khusyni, sesungguhnya ia berkata: Ya Rasulullah, kami berada


di daerah kaum ahli Kitab, maka kami mamasak dengan periuk-periuk mereka, dan
minum dengan bejana-bejana mereka, apa yang harus kami perbuat? Lalu Rasul saw.
menjawab: "Kalau kamu tidak menemukan lainnya, maka cucilah dengan air. " HR
Tirmidzi dan ia berkata: Hadis ini Hasan-Shahih.

PENJELASAN.
Kalau kamu tidak menemukan lainnya, maka cucilah dengan air...
Syarih rahimahullah berkata: Dan mushannif rahimahullah mengambil dalil dengan
apa yang disebutkan di dalam bab ini, bahwa air itu dapat ditentukan sebagai alat untuk
menghilangkan najis, dan juga untuk yang lain, dan jelas bagimu, bahwa dengan semata-
mata perintah menghilangkan khusus untuk najis ini dengan air itu, tidak berarti tidak
menentukan bahwa hilangnya setiap najis itu mesti dengan air, dan berkatalah
mushannif di bab sebelumnya. Dan yang benar, bahwa air adalah pokok alat untuk
mensucikan, karena telah disifati di dalam Qur'an dan Sunnah secara mutlak dengan
tanpa dibatasi. Tetapi pendapat yang menentukan bahwa hanya air saja sebagai alat untuk
mensucikan, sedang yang lain tidak, adalah ditentang oleh hadis tentang "mengusap
kasut", "mengerik mani", "mengerik mani dan menghilangkannya dengan rumput
idzkhir" dan seperti itu adalah banyak.

8. BAB TENTANG MADZI

Hadits No. 56:

Dari Sahl bin Hunaif, ia berkata: “Aku mengeluarkan madzi dengan sangat dan payah,
dan aku sering mandi karenanya”, maka aku menyampaikan hal itu kepada Rasul SAW.
, lalu ia bersabda: “ Sebenarnya cukup bagimu wudlu' karena itu”. Kemudian aku
bertanya: Bagaimana tentang air madzi yang mengenai pakaianku? beliau menjawab:
“Cukup bagimu mengambil air setapak tangan, lalu kamu percikkan pada pakaianmu
yang kamu duga terkena oleh madzi itu”. HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi,
dan Tirmidzi berkata: “Hadis ini Hasan-Shahih.

Hadits No. 57:


Dan (hadis itu) juga diriwayatkan oleh Al Atsram dengan lafadz sebagai berikut : ia
mengatakan: “Aku mengeluarkan madzi dengan payah “, kemudian aku datang kepada
Nabi SAW, lalu aku terangkan hal itu kepadanya, maka sabdanya: " Cukuplah bagimu
air sebanyak dua tapak tangan, lalu kamu percikkan padanya”.

Hadits No. 58:

Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Aku adalah laki-laki yang sering keluar madzi, tapi
aku malu bertanya kepada Rasul SAW. , lalu aku memerintahkan Miqdad bin Al
Aswad, kemudian ia bertanya kepada Nabi SAW. , lalu. Ia menjawab: "baginya adalah
wudlu’ “HR Bukhari dan Muslim.

Hadits No. 59:

Dan bagi Muslim (dikatakan): "Hendaklah ia mencuci kemaluannya dan berwudlu'. "

Hadits No. 60:

Dan bagi Ahmad dan Abi Dawud (dikatakan): "Hendaklah ia mencuci dzakarnya dan
kedua pelirnya, dan berwudlu'. "
Hadits No. 61:

Dari Abdullah bin Sa'd, ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasul SAW. tentang
air (Yang keluar) sesudah air (kencing) ”, maka Rasul menjawab: "Itu adalah madzi,
dan setiap laki-laki mengeluarkan madzi, maka cucilah daripadanya, kemaluanmu dan
kedua buah pelirmu, dan wudlu'lah seperti wudlu'mu untuk sholat”. HR Abu Dawud.

Penjelasan

Syarih Rahimahullah berkata: Hadis-hadis dalam bab ini dijadikan dalil, bahwa tidak
wajib mandi sebab keluar madzi. Ibnu Hajar menyebutkan di dalam Fathul Bari:
Pendapat itu sudah ijma'. Dan Hadis-hadis itu menunjukkan juga bahwa perintah
wudlu' karena keluar madzi itu adalah seperti perintah wudlu’ karena kencing, dan
juga menunjukkan, bahwa dinyatakan air sebagai pencucinya, karena sabda Nabi SAW.
"kafaa-an min maa-in" yakni air sebanyak satu tapak tangan.

CATATAN :

Madzi adalah air yang keluar dari kemaluan, air ini bening dan lengket. Keluarnya air ini
disebabkan syahwat yang muncul ketika seseorang memikirkan atau membayangkan
jima’ atau ketika pasangan suami istri bercumbu rayu (biasa diistilahkan dengan
foreplay/pemanasan). Air madzi keluar dengan tidak memancar. Keluarnya air ini tidak
menyebabkan seseorang menjadi lemas (tidak seperti keluarnya air mani, yang pada
umumnya menyebabkan tubuh lemas) dan terkadang air ini keluar tanpa disadari (tidak
terasa). Air madzi dapat terjadi pada laki-laki dan wanita, meskipun pada umumnya lebih
banyak terjadi pada wanita.
9. BAB TENTANG MANI

Hadits No. 62:

Dari Aisyah, ia berkata: “Aku pernah menggosok mani dan pakaian Rasulullah SAW.
dengan akar rumput idzkhir.“ (yaitu sebangsa rumput yang berbau wangi/pen), lalu ia
pergi, kemudian ia sembahyang dengan pakaian itu.

Hadits No. 63:

Dan bagi Ahmad (dikatakan): Rasulullah SAW. pernah menghilangkan mani dari
pakaiannya dengan akar idzkhir, kemudian ia sembahyang dengan pakaian itu, dan
mengerik mani dari pakaiannya dalam keadaan kering, lalu ia sembahyang dengan
pakaian itu.

Hadits No. 64:

Dan dalam lafadz hadis yang diriwayatkan Bukhari, Muslim dan Ahmad (dikatakan):
“Aku pernah mencuci mani dari pakaian Rasul SAW., lalu ia keluar untuk sembahyang,
sedang bekas cucian itu masih nampak pada bajunya”, yaitu basah-basahnya air itu.

Hadits No. 65:


Dan bagi Daraquthni, dari Aisyah: “Aku biasa mengerik mani di baju Rasul SAW.
kalau kering, dan mencucinya kalau basah “.

Mushannif berkata: Sungguh telah jelas, dari sejumlah nash-nash tersebut, tentang
bolehnya dua perkara: (mengerik dan mencuci pakaian yang terkena mani).

Hadits No. 66:

Dari Ishaq bin Yusuf, ia berkata: Telah memberi tahu kepadaku, Syarik, dari
Muhammad bin Abdurrahman, dari Atha' dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Nabi
SAW. pernah ditanya tentang mani yang mengenai pakaian, lalu ia menjawab:
Sebenarnya mani itu tak ubahnya hanya seperti ingus dan ludah, karena itu cukup
bagimu kamu mengusapnya dengan kain atau dengan rumput idzkhir. HR DaraQuthni
dan ia berkata: Tidak ada yang memarfu'kan hadis ini selain Ishaq Al Azraq dari
Syarik. Aku (mushannif) berkata: Ini tidak mengapa, karena Ishaq seorang Imam yang
(hadisnya) diriwayatkan didalarn Shahih Bukhari dan Muslim, maka diterima
permarfu’an-nya dan penambahannya.

Penjelasan
Syarih rahimahullah berkata: Hadis dalam bab ini dipakai sebagai dalil, bahwa cukup
untuk menghilangkan mani dari pakaian dengan mencuci, mengerik, atau mengorek.

POSTING-18/Sami’na Waato’na !.

10. BAB
BINATANG YANG DARAHNYA TIDAK MENGALIR,
KALAU MATI TIDAK NAJIS

Hadits No. 67:

Dari Abi Hurairah, bahwa Rasul SAW. bersabda: "Apabila lalat hinggap dalam
minuman salah seorang di antara kamu, maka celupkanlah seluruh (tubuh)nya,
kemudian angkatlah lalat itu, karena pada salah satu sayapnya mengandung obat dan
yang lainnya mengandung penyakit. ". HR Ahmad, Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu
Majah.

Hadits No. 68:

Dan bagi Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari hadis Abi Sa’id, sama dengan itu.
celupkanlah seluruh (tubuh)nya, kemudian angkatlah lalat itu,..

Penjelasan

Syarih rahimahullah berkata: Hadist ini dijadikan dalil, bahwa air yang sedikit tidak
najis, sebab matinya binatang yang tidak mempunyai darah yang mengalir, karena tidak
dibedakan antara yang mati dengan yang hidup, dan itu telah dijelaskan dalam hadis
tentang lalat dan kumbang, yang keduanya dijumpai Nabi SAW. Dalam keadaan mati di
dalam makanan, kemudian Nabi SAW. memerintahkan untuk membuangnya dan
membaca Bismillah dan makan (makanan) itu. faedah dalam perintah mencelupkan lalat
seluruh (tubuh)-nya di dalam makanan atau minuman itu, adalah agar bertemu antara
obat dan penyakit, sehingga mengimbangi (menetralisir) bahaya dengan manfaat, maka
tertolaklah bahayanya.

11. BAB
ORANG ISLAM ITU TIDAK NAJIS SEBAB MATI,
TIDAK JUGA RAMBUTNYA, DAN ANGGOTA-ANGGOTA
BADANNYA YANG LAIN SEBAB TERPISAH

Telah terdahulu sabda Nabi SAW. : "Orang Islam itu tidak najis.. "; dan itu umum, baik
dalam keadaan hidup atau mati.

Hadits No. 69:

Bukhari dan Ibnu Abbas ra. berkata: "Orang Islam itu tidak najis dalam keadaan hidup
atau mati. "

Hadits No. 70:


Dan dari Anas bin Malik, bahwa. Nabi SAW. ketika melempar jamrah, menyembelih
kurbannya dan mencukur, maka tukang cukur memegang bagian kepalanya sebelah
kanan lalu mencukurnya, kemudian Nabi SAW.. memanggil Abi Thalhah al Anshari,
kemudian Nabi memberikan (rambut) kepada Abi Thalhah. Lalu tukang cukur itu
memegang bagian kepalanya sebelah kiri, kemudian Nabi bersabda: “Cukurlah! ” Lalu ia
mencukurnya. Kemudian Nabi SAW. memberikan (rambut)nya kepada Abi Thalhah,
dan bersabda: “Bagi-bagikanlah di antara orang-orang”. HR Ahmad, Bukhari dan
Muslim.

Hadits No. 71:


POSTING-20/Sami’na Waato’na !.

Dari Anas, ia berkata: “Tatkala Rasul saw. berkehendak agar tukang bekam mencukur
kepalanya, maka mulailah Abi Thalhah mengambil rambut (dari) sebelah kepalanya
dengan tangannya, lalu Abi Thalhah mengambil rambutnya, kemudian oleh Abi
Thalhah diberikan kepada Umi Sulaim”. Abi Thalhah berkata: “Lalu Umi Sulaim
mencampurkannya (rambut itu) ke dalam minyak wangi. ” HR Ahmad..

Hadits No. 72:


Dari Anas bin Malik, bahwa Umi Sulaim pernah menggelarkan tikar untuk Nabi SAW.
, kemudian Nabi tidur siang (qailulah) di sisinya di atas tikar itu, setelah ia bangun maka
Umi Sulaim mengambil keringat Nabi SAW. dan rambutnya, lalu dikumpulkannya di
dalam botol, kemudian dimasukkan kedalam minyak wangi. Ia berkata: “Maka setelah
hampir datang ajal kepada Anas bin Malik, ia berwasiat, agar diletakkan di dalam
minyak harumnya. “HR Bukhari.

Hadits No. 73:

Dan di dalam Hadist perdamaian Hudaibiyah dari riwayat Miswar bin Makhramah
dan Marwan bin Hakam, bahwa Urwah bin Mas'ud berdiri di sisi Rasul SAW. , dan
sungguh Ia (Rasul SAW. ,) menyaksikan apa yang diperbuat oleh sahabat-sahabatnya,
dan tidaklah Ia Rasul SAW. , meludahkan ludahnya kecuali mesti mereka merebutnya,
dan tidaklah jatuh sedikit rambutnya kecuali mesti mereka mengambilnya. HR Ahmad.

Hadits No. 74
Dari Usman bin Adullah bin Mauhab, ia berkata: “Aku diutus oleh keluargaku kepada
Umi Salamah membawa sebuah gelas air “, lalu Umi Salamah membawa genta dari
perak yang di dalamnya ada rambut Nabi SAW. Apabila ada orang yang terkena
penyakit ain atau sesuatu, maka ia mengutus kepada Umi Salamah dengan membawa
wadah, kemudian Umi Salamah mengocok genta itu lalu seseorang tersebut minum
daripadanya. Maka aku melihat di dalam genta itu aku ketahuinya rambut-rambut yang
merah. HR Bukhari.

Hadits No. 75

Dari Abdillah bin Zaid, dan ia adalah muadzin, bahwa ia menyaksikan Nabi SAW. di
tempat penyembelihan bersama dengan seorang laki-laki dari Quraisyi, ketika Nabi
SAW. membagi-bagikan daging kurban, tetapi, Abdullah dan kawan-kawannya itu
tidak mendapat apa-apa, kemudian Rasul SAW. mencukurkan rambutnya, dengan
ditampung dalam pakaiannya, kemudian ia memberikan rambutnya kepadanya, dan Nabi
SAW. membagi-bagikannya kepada sababat-sahabat lain. Dan ia (Nabi) nemotong kuku-
kuku nya kemudian memberikannya kepada kawan Abdulloh. Ia berkata Dan
sesungguhnya rambutnya menurut kami adalah disemir dengan inai dan kattan*).
*) Kattan, Semacam Inai yang warnanya coklat kehitam-hitaman.

Orang Islam itu tidak najis..

Penjelasan

Perkataan "tukang cukur itu memegang kepalanya sebelah kanan, kemudian


mencukurnya, lalu memanggil Abi Thalhah al Anshari dst. " itu, Nawawi berkata, dalam
hadis ini ada anjuran:

1. Memulai dengan sebelah kanan dari kepala orang yang dicukur, dan itu
adalah pendapat Jumhur
2. Menunjukkan sucinya rambut manusia
3. Adanya tabarruk dengan rambut Nabi saw.
4. Menunjukkan adanya tolong menolong di kalangan sahabat Nabi saw.
dengan pemberian dan hadiah.

Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqallani berkata, Dan hadis ini menunjukkan, bahwa dalam
tolong-menolong tidak mesti harus sama. Dan juga hadis ini menunjukkan, adanya
pelimpahan wewenang kepada orang yang mengurus pembagian terhadap orang lain.

12. BAB
LARANGAN MEMANFAATKAN KULIT BINATANG
YANG TIDAK BOLEH DIMAKAN DAGINGNYA

Hadits No. 76:

Dari Abil Malih bin Usamah dari ayahnya, bahwa Rasul SAW. melarang
(memanfa'atkan) kulit-kulit binatang buas. HR. Ahmad Abu Dawud, dan Nasa'i.
Hadits No. 77:

Dan Imam Tirmidzi menambah: "dipergunakan sebagai alas (firasy) ".

Hadits No. 78:

Dan dari Mu'awwidz bin Abi Sufyan, bahwa ia berkata kepada segolongan dari Sahabat
Nabi SAW. : “Tahukah kamu bahwa Nabi SAW. Melarang kulit-kulit harimau dinaiki di
atasnya? ” Mereka menjawab: “Memang benar! ”

Hadits No. 79:

Dan bagi Imam Ahmad (dikatakan): “ Aku minta kamu bersumpah kepada Allah SWT:
Adakah Rasul SAW. pernah melarang menaiki pelana (dari kulit) harimau? “, Mereka
menjawab: “Ya!”. Dan Muawiyah berkata: “Dan aku juga bersumpah “.

Hadits No. 80:

Dari Miqdam bin Ma'dikariba, bahwa ia berkata kepada Muawiyah. Aku minta kamu
bersumpah kepada Allah SWT. : “Adakah kamu tahu, bahwa Rasul SAW. melarang
memakai kulit-kulit binatang buas, dan menaikinya? ”, Ia menjawab: “Ya!” . HR Abu
Dawud dan Nasa’i.

Hadits No. 81:

Dan dari Miqdam bin Ma'dikariba, ia berkata: "Rasul SAW. melarang sutera, emas
dan alas (dari kulit) harimau." HR Ahmad dan Nasa’i.

Hadits No. 82:

Dari Abi Hurairah, dari Nabi SAW, ia bersabda: “Malaikat tidak mau menemani
sekelompok orang yang membawa kulit harimau “.HR Abu Dawud.

Rasul SAW. melarang (memanfa'atkan) kulit-kulit binatang buas. !


Penjelasan

Perkataan "shufaf" itu, menurut syarih seperti "shurad" jama’dari shuffah, yaitu "apa
yang diletakkan di atas pelana". Mushannif berkata: Nash-nash ini melarang
menggunakan kulit binatang yang tidak boleh dimakan dagingnya dalam keadaan kering.
Dan keumuman hadis ini menghalang-halangi kesucian kulit tersebut, dengan disembelih
binatangnya atau disamak kulitnya.

Tetapi syarih berpendapat, bahwa kulit-kulit tersebut dapat disucikan dengan disamak.
Dan sebenarnya tidak ada keharusan antara larangan menggunakan dengan najisnya,
seperti tidak ada kaitan antara penggunaan emas dan sutera dengan kenajisan keduanya,
dan pendapat mushannif itu lebih (bersifat) hati-hati.

13. BAB
MENSUCIKAN KULIT DENGAN DISAMAK

Hadits No. 83:

Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Maula Maimunah diberi sedekah seekor kambing, lalu
kambing itu mati, kemudian lewatlah Rasul SAW, lalu ia bersabda: "Mengapa kamu
tidak mengambil kulitnya, kemudian kamu samak, lalu kamu manfa'atkannya? ”, Mereka
menjawab: “Sesungguhnya itu bangkai”. Nabi SAW bersabda: “Yang diharamkan itu
hanya memakannya..”. HR Jama'ah, tetapi Ibnu Majah berkata: “Dari Maimunah”.

Hadits No. 84:

Dan dalam suatu lafadz bagi Ahmad (dikatakan): Bahwa seekor kambing milik
Maimunah telah mati, lalu Rasulullah SAW, bersabda : “Mengapakah tidak kamu
manfaatkan kulitnya, mengapakah tidak kamu samaknya, padahal sesungguhnya
menyamak itu berarti menyembelihnya. "

Dan ini suatu peringatan, bahwa menyamak adalah berfungsi sebagai penyembelihan.

Hadits No. 85:


Dan di dalam suatu riwayat bagi Ahmad dan Dara Quthni: "Kulit bangkai itu disucikan
dengan air dan daun salam". HR Dara Quthni dan lainnya, dan Dara Quthni
mengatakan: “Ini adalah sanad-sanad yang shahih. ”

Hadits No. 86:

Dan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda: "Setiap
kulit yang disamak, maka sesungguhnya telah suci. " HR Ahmad, Muslim, Ibnu Majah,
dan Tirmidzi, dan Tirmidzi mengatakan: “Berkatalah Ishaq dari Nadlri bin Syumail:
Sebenarnya yang disebut 'ihab' itu untuk kulit binatang yang dimakan dagingnya. ”

Hadits No. 87:

Dan dari Ibnu Abbas, dari Saudah isteri Nabi SAW, ia berkata: “Seekor kambing kami
mati, lalu kami samak kulitnva, kemudian kami selalu tidur di atas kulit itu sampai
menjadi buruk”. HR Ahmad, Nasa'i dan Bukhari, dan riwayat Bukhari mengatakan:
“anna Saudata” sebagai ganti “an Saudata”

Hadits No. 88:


Dari Aisyah, bahwa Nabi SAW, memerintahkan agar kulit-kulit bangkai dimanfaatkan,
apabila telah disamak. HR Imam lima, kecuali Tirmidzi.

Hadits No. 89:

Dan dari Imam Nasa'i (dikatakan): Nabi SAW. pernah ditanya tentang kulit-kulit
bangkai, maka ia menjawab: "Menyamaknya itu adalah berarti menyembelihnya".

Hadits No. 90:

Dan bagi Dara Quthni dari Aisyah dari Nabi SAW, ia bersabda: "Sucinya setiap kulit
adalah disamaknya. " Dara Quthni berkata: “Rawi-rawinya semuanya adalah
kepercayaan”.
Mengapa kamu tidak mengambil kulitnya, kemudian kamu samak, lalu kamu
manfa'atkannya?
PENJELASAN

Perkataan "Seekor kambing milik Maimunah telah mati”, kemudian Nabi SAW.
bersabda: “Mengapakah kamu tidak memanfaatkan kulitnya, dst. " itu, syarih
rahimahullah berkata: Dimaksudkan, bahwa menyamak 1) untuk mensucikan kulit sama
dengan penyembelihan untuk halalnya kambing, dan itu adalah termasuk tasybih
baligh. 2).

Ahmad, Ibnu Huzaimah, Hakim dan Baihaqi telah meriwayatkan dari hadis Ibnu
Abbas: Bahwa Nabi SAW berkehendak mudlu' dari siqa' (tempat air dari kulit), lalu
dikatakan kepadanya, bahwa siqa' adalah (kulit) bangkai, kemudian ia bersabda:
"Penyamakannya adalah menghilangkan kotornya atau najisnya". Dan hadis ini disahkan
oleh Al Hakim dan Al Baihaqi.

1. Cara menyamak kulit binatang :


Terlebih dahulu hendaklah disiat (disisit) kulit binatang dari anggota badan
binatang (setelah disembelih). Dicukur semua bulu-bulu dan dibersihkan segala
urat-urat dan lendir-lendir daging dan lemak yang melekat pada kulit. Kemudian
direndam kulit itu dengan air yang bercampur dengan benda-benda yang menjadi
alat penyamak seperti asid dan bahan kimia sehingga tertanggal segala lemak-
lemak daging dan lendir yang melekat di kulit tadi. Kemudian diangkat dan
dibasuh dengan air yang bersih dan dijemur.
2. Tasybih baligh
susunan yang isinya menyerupakan sesuatu dengan lain, tetapi alat dan wajah
syibbhi-nya tidak disebut (Ilmu Bayan).

You might also like