Professional Documents
Culture Documents
MEMUTUSKAN :
Menetapk :
an
PERTAMA : Penataan Wiyata Mandala di SMA/SMK dalam Lingkungan
Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
KEDUA : Penataan Wiyata Mandala di SMA/SMK sebagaimana
tersebut pada diktum pertama, beserta lampirannya pada
keputusan ini merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
KETIGA : Ruang lingkup penataan Wiyata Mandala sebagaimana
tercantum dalam lampiran surat keputusan ini, untuk
dijadikan acuan sebagai ketahanan sekolah bagi para
penyelenggara satuan pendidikan SMA dan SMK di Provinsi
DKI Jakarta.
KEEMPAT : Segala ketentuan tentang Wiyata Mandala yang ada
sebelumnya, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan keputusan ini.
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Oktober 2007
H. MARGANI M. MUSTAR
NIP. 470 026 943
Tembusan :
1. Gubernur Provinsi DKI Jakarta
2. Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta
3. Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta
4. Kepala Bapeda Provinsi DKI Jakarta
5. Kepala Bawasda Provinsi DKI Jakarta
6. Walikotamadya/Bupati Kab. Adm. di Provinsi DKI Jakarta
7. Para Kepala Suku Dinas Dikmenti Kotamadya Provinsi DKI Jakarta
8. Ketua Dewan Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
9. Para Ketua Dewan Pendidikan Kotamadya Provinsi DKI Jakarta
10. Para Kepala SMA/SMK Negeri Provinsi DKI Jakarta
11. Para Ketua Komite Sekolah SMA/SMK Negeri Provinsi DKI Jakarta
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan negara republik Indonesia sesuai amanat
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia
berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat
dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis,
agama, dan gender.
Pembangunan pendidikan nasional didasarkan pada paradigma
membangun manusia Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai
subyek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi
dan dimensi kemanusiaan secara optimal. Dimensi kemanusiaan itu
mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu (1) afektif yang tercermin
pada kualitas keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia termasuk budi
pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2)
kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas
untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada
kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan
praktis, dan kompetensi kinetis.
Selain itu, pembangunan pendidikan nasional juga diarahkan
untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan bagi peserta
didik, yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara
persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Penyelenggaraan layanan pendidikan diarahkan selain untuk
menumbuhkembangkan potensi dan bakat peserta didik juga dapat
menjawab tantangan berupa pemberian kesempatan yang seluas-
luasnya bagi masyarakat untuk mengikuti pendidikan yang setinggi-
tingginya dalam suatu layanan pendidikan yang bermutu tinggi.
Untuk itu pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan
penyesuaian dengan gerak perkembangan ilmu pengetahuan modern
dan inovasi teknologi maju, sehingga tetap relevan dan kontekstual
dengan perubahan zaman. Tugas pendidkan yaitu untuk
menyiapkan peserta didik agar dapat mencapai peradaban yang maju
melalui perwujudan suasana belajar yang kondusif, aktivitas
pembelajaran yang menarik dan mencerdaskan, serta proses
pendidikan yang kreatif dengan memperhatikan perubahan-
perubahan sosial budaya yang bergerak cepat.
Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan merupakan tempat
pendidik mengajar dan peserta didik belajar berlaku suatu tata
kehidupan yang mengatur tata hubungan peserta didik dan
lingkungan belajarnya. Sebagai suatu masyarakat belajar, sekolah
merupakan pusat nilai-nilai yang disepakati sebagai nilai yang terpuji,
dikehendaki, berguna serta perlu dipelihara sebagai panutan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
B. PENGERTIAN
Yang dimasud dalam pedoman ini dengan
1. Dinas adalah Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
3. Suku Dinas adalah Suku Dinas Pendidikan Menengah dan
Tinggi Kotamadya di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
4. Kepala Suku Dinas adalah Kepala Suku Dinas Pendidikan
Menengah dan Tinggi Kotamadya di Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
5. Sekolah adalah Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah
Menengah Kejuruan di lingkungan pembinaan Dinas Pendidikan
Menengah dan Tinggi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
6. Kepala Sekolah adalah Kepala Sekolah Menengah Atas atau
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan di lingkungan pembinaan
Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
7. Peserta Didik adalah peserta didik SMA/SMK yang
melaksanakan proses pembelajaran dalam rangka
mengembangkan diri melalui sekolah.
8. Wawasan Wiyata Mandala adalah wawasan mengenai
sekolah sebagai lingkungan pendidikan.
9. Ketahanan Sekolah adalah upaya pencegahan, antisipasi, dan
penanggulangan terhadap perbuatan negatif baik dari pihak dalam
maupun pihak luar sekolah yang dapat mengakibatkan bahaya
yang bersifat kriminalitas, narkoba, pornografi dan kekerasan di
lingkungan sekolah, serta menimbulkan gangguan ketentraman,
ketertiban, dan keamanan sekolah.
C. TUJUAN
Tujuan penataan Wiyata Mandala di SMA/SMK dalam lingkungan
Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Provinsi DKI Jakarta :
1. Agar warga sekolah (kepala sekolah, pendidik, tenaga
kependidikan dan peserta didik) dan stakeholders yang terkait dan
bertanggungjawab pada bidang pendidikan dapat bersinergi dalam
menyamakan cara pandang terhadap fungsi sekolah.
2. Menjadi acuan dalam pengaturan keamanan sekolah untuk
menghindari adanya gangguan baik yang datang dari dalam
maupun dari luar sekolah.
2
D. PRINSIP SEKOLAH
Sekolah sebagai Wiyata Mandala selain harus bertumpu pada
masyarakat sekitarnya, juga harus mencegah masuknya faham sikap
dan perbuatan yang secara sadar ataupun tidak dapat menimbulkan
pertentangan antara sesama karena perbedaan suku, agama,
asal/usul/keturunan, tingkat sosial ekonomi serta perbedaan paham
politik.
Sekolah tidak boleh hidup menyendiri melepaskan diri dari
tantangan sosial budaya dalam masyarakat tempat sekolah itu
berada. Sekolah juga menjadi suri teladan bagi kehidupan
masyarakat sekitarnya, serta mampu mencegah masuknya sikap dan
perbuatan yang akan menimbulkan pertentangan. Untuk itu sekolah
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Sekolah sebagai wadah/lembaga yang
memberikan bekal hidup.
Dalam hal ini sekolah seharusnya bukan hanya sekedar lembaga
yang mencetak para intelektual muda namun lebih dari itu sekolah
harus menjadi rumah kedua yang memberikan pelayanan dan
pengalaman tentang hidup, mulai dari berorganisasi,
bermasyarakat (bersosialisasi), pendidikan lingkungan hidup (PLH)
atau bahkan pengalaman hidup yang sesungguhnya.
2. Sekolah sebagai institusi tempat peserta didik
belajar dibawah bimbingan pendidik.
Bimbingan lebih dari sekedar pengajaran. Dalam bimbingan peran
pendidik berubah dari seorang pendidik menjadi seorang orangtua
bahkan menjadi seorang kakak.
3. Sekolah sebagai lembaga dengan pelayanan
yang adil/merata bagi stakeholdernya.
Hal tersebut bisa berupa pemerataan kesempatan mendapatkan
transfer of knowledge, maupun transfer of experience, dengan
tanpa membedakan baik dari segi kemampuan ekonomi,
kemampuan intelegensia, dan juga kemampuan fisik (gagasan
sekolah inklusi).
4. Sekolah sebagai lembaga pengembangan bakat
dan minat siswa.
Prinsip ini sejalan dengan teori multiple intelligence (Howard
Gardner) yang memandang bahwa kecerdasan intelektual
bukanlah satu-satunya yang perlu diperhatikan oleh lembaga
pendidikan, terutama sekolah. Kemampuan bersosialisasi,
kemampuan kinestik, kemampuan seni dan kemampuan-
kemampuan lainnya juga perlu diperhatikan secara seimbang.
5. Sekolah sebagai lembaga pembinaan potensi di
luar intelegensi.
Peningkatan kemampuan intelektual, emosional maupun
kemampuan-kemampuan lainnya mendapat perhatian yang
seimbang.
6. Sekolah harus memberikan perhatian serius
untuk mengembangkan kemampuan emosional dan sosial,
kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi, kemampuan
bekerjasama dalam kelompok, dan lain-lain.
7. Sekolah sebagai wahana pengembangan sikap
dan watak.
Sikap sederhana, jujur, terbuka, penuh toleransi, rela
berkomunikasi dan berinteraksi, ramah tamah dan bersahabat,
cinta negara, cinta lingkungan, siap bantu membantu khususnya
kepada yang kurang beruntung merupakan sikap dan watak yang
perlu dibentuk di dalam lingkungan sekolah.
3
8. Sekolah sebagai wahana pendewasaan diri.
Di dalam dunia yang berubah begitu cepat, salah satu kompetensi
dasar yang harus dimiliki tiap peserta didik adalah kompetensi
dasar: belajar secara mandiri.
Dengan proses pendewasaan yang diberikan di sekolah, pendidik
tidak lagi perlu menjejali pemikiran peserta didik dengan perintah.
Lebih dari itu peserta didik akan mendapatkan sesuatu yang jauh
lebih besar ketika ia mencari dan mendapatkan apa yang ia
butuhkan untuk hidupnya.
9. Sekolah sebagai bagian dari masyarakat belajar
(learning society).
Sekolah bukan hanya sebagai tempat pembelajaran bagi peserta
didik, namun juga seharusnya sekolah mampu menjadi pusat
pembelajaran bagi masyarakat di lingkungan sekitar.
E. PENGGUNAAN SEKOLAH
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang diperuntukan
sebagai tempat proses kegiatan belajar mengajar, tidak diperbolehkan
dijadikan sebagai tempat :
1. Ajang promosi /penjualan produk-produk perniagaan yang tidak
berhubungan dengan pendidikan.
2. Sekolah merupakan lingkungan bebas rokok bagi semua pihak.
3. Penyebaran aliran sesat atau penyebarluasan aliran agama
tertentu yang bertentangan dengan undang-undang.
4. Propaganda politik/kampanye.
5. Shooting film dan atau sinetron tanpa seijin Pemerintah Daerah.
6. Kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan,
perpecahan, dan perselisihan, sehingga menjadikan suasana
sekolah tidak kondusif.
I. LAPORAN
Untuk mengetahui hasil penataan Wiyata Mandala/ketahanan
sekolah, setiap Kepala Sekolah membuat laporan kepada Kepala Dinas
Pendidikan Menengah dan Tinggi Provinsi DKI Jakarta u.p. Kepala
Subdis Pendidikan SMA/SMK, dan tembusan kepada Kepala Suku Dinas
Pendidikan Menengah dan Tinggi Kotamadya masing-masing wilayah.
KEPALA DINAS PENDIDIKAN MENENGAH
DAN TINGGI PROVINSI DKI JAKARTA,
H. MARGANI M. MUSTAR
NIP. 470 026 943