Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya peradaban manusia, semakin tinggi pula
keinginan dan kebutuhan dari manusia. Dengan didorong oleh perkembangan
ilmu dan teknologi yang cukup pesat, saat ini memberikan pengaruh dengan
berkembangnya dunia industri di Indonesia yang bergerak di bidang
perindustrian. Disamping itu, dengan berkembangnya peradaban tersebut
menuntut lulusan-lulusan baru untuk mengembangkan diri di dunia kerja.
Untuk itu lulusan tidak hanya dibekali teori-teori yang telah diberikan dosen
di bangku perkuliahan, tetapi juga butuh aplikasi dari teori yang sudah
didapatkan.
Perusahaan yang berwawasan ke depan memang telah mendirikan divisi
atau departemen khusus yang bertugas mengadakan training atau diklat, baik
bagi karyawan baru maupun karyawan lama. Beberapa perusahaan yang lain
meskipun tidak membentuk divisi/departemen khusus juga telah menerapkan
training bagi para karyawannya. Namun demikian, apabila setiap perusahaan
harus mendidik sendiri calon karyawan maupun karyawannya, tentu saja
sangat membebani perusahaan-perusahaan tersebut.
Disisi lain, pendidikan tinggi yang diharapkan melahirkan tenaga-
tenaga professional di bidangnya masih belum mempunyai korelasi yang jelas
dengan dunia industri. Ilmu yang didapatkan mahasiswa di kampus berbasis
industri negara-negara maju di Eropa, Amerika, maupun Asia semisal Jepang.
Untuk menjebatani adanya jurang pemisah itulah kemudian dalam
kurikulum pendidikan tinggi, khususnya pada Program Studi Teknik Mesin
Universitas Negeri Yogyakarta diselenggarakan mata kuliah Praktik Industri
yang wajib ditempuh oleh semua mahasiswa dan menjadi syarat kelulusan
seorang mahasiswa yang hendak menempuh ujian akhir.
PT Krakatau Steel adalah salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia
yang merupakan Badan Usaha Milik Negara. Tahun demi tahun
2
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam Praktik Industri adalah
agar praktikan mampu :
a. Menumbuhkan sikap dan rasa tanggung jawab atas tugas atau
pekerjaan yang diberikan.
3
3. Bagi Perusahaan
a. Sebagai langkah yang nyata dari pihak industri dalam mendukung
kemajuan pendidikan di Indonesia
b. Tidak menutup kemungkinan mendapat ide untuk menyempurnakan
sistem yang ada dari mahasiswa.
c. Dapat menjalin hubungan baik dengan lembaga pendidikan khususnya
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, sehingga semakin
dikenal oleh lembaga pendidkan sebagai pemasok tenaga kerja dan
masyarakat sebagai konsumen.
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
8
Steel, maka pabrik-pabrik yang dibangun adalah yang terpadu yaitu dapat
mengolah biji besi sampai dengan produk-produk jadi dari baja.
• FLOW
Plant)
Unit ini merupakan suatu pabrik yang menangani proses pengolahan
biji besi/pellet menjadi besi spons. Besi spons merupakan bahan baku
mentah untuk membuat baja, bentuk dari biji besi spons tersebut seperti
butiran-butiran kelereng, dimana butiran atau biji besi tersebut di proses
reduksi secara langsung (Direct Reduction).
Pabrik Besi Spons terbagi menjadi tiga buah pabrik yaitu: Pabrik Besi
Spons (Direct Reduction Iron Plant) yang baru dirancang dengan
teknologi HYL (Hojolata Y Lamina) III, dan Pabrik Besi Spons yang lama
dengan teknologi HYL I dan teknologi HYL II. Pabrik Besi Spons dengan
teknologi HYL I yang berjumlah 4 modul. Masing-masing modul terdiri
dari satu reformer, empat reaktor fixed bed dan fasilitas bantu:
• Sistem penangan material untuk bahan baku dan hasil
11
teknologi HYL I dengan teknologi HYL III, maka produksi besi spons
dapat ditingkatkan menjadi 1.350.000 ton per tahun dengan adanya tingkat
metalisasi lebih dari 92% dengan dua reaktor yang beroperasi. Konsumsi
gas alam juga menurun, karena adanya loop daur ulang gas reduksi.
Pengoperasian pabrik juga lebih mudah karena teknologi kendali yang
digunakan sudah maju, yaitu dengan sistem Distributed Control System
(DCS).
Proses pembuatan baja pada pabrik ini hampir sama dengan proses
Pabrik Slab Steel Plant perbedaannya hanya terletak pada bentuk hasil
cetakan. Hasil produk ini juga dapat digunakan oleh pabrik Wire Rood
sebagai bahan baku. Sedangkan untuk perlengkapan utama dari pabrik ini
yaitu: Tersedia 4 buah dapur listrik (EAF), dan 4 buah mesin tuang
kontinyu.
Perlengkapan utama dari pabrik HSM (Hot Strip Mill) antara lain:
a. Lima buah finishing stand yang dilengkapi dengan alat ukur untuk
mengontrol secara otomatis yaitu mengukur lebar, tebal dan temperatur
strip.
b. Sebuah for high finishing stand yang dilengkapi dengan ukur flange
edger roll dan water desclaler dengan tekanan air 400 bar.
16
c. Sebuah dapur pemanas yang berkapasitas 300 ton /jam dengan bahan
bakar gas alam.
d. Sebuah down coiler lengkap dengan conveyer.
e. Dua jalur mesin pemotong yang digunakan untuk :
1) Pemotong stiling atau recoiling untuk strip tebalnya ±10 mm yang
pengoperasiannya dikendalikan oleh komputer.
2) Pemotong dan triming plat dengan tebal 4-25 mm.
d. Gas alam yang keluar dari dua sumber melalui sambungan pipa yaitu
gas alam parini dan arjuno di lepas pantai Cilamoya dan sumber gas di
Muridu.
e. PLTU yang berkapasitas 400 MW yang terdiri dari 5 unit, dengan
masing-masing berkapasitas 80 MW dengan dilengkapi komputer
sebagai penyimpan dokumentasi variabel-variabel proses operasi.
f. Telekomunikasi yang menghubungkan semua unit-unit dikawasan
industri dan kawasan perumahan dinas dengan kapasitas ± 1340 set
pesawat telepon.
g. Daerah perkotaan yang terdiri dari perumahan pemimpin dan
karyawan sebanyak ± 1400 rumah. Selain itu juga terdapat sekolah
dari TK-SD-SMP-SMK, Rumah Sakit, serta sarana Olah Raga.
h. Bus antar jemput untuk karyawan dan juga mobil-mobil dinas PT
Krakatau Steel (Persero).
3. PT Krakatau Wajatama
Didirikan pada tahun 1992, memproduksi berbagai produk Baja
Batangan yang berkualitas tinggi, seperti : INP, IWF, H-Beam, U-Channel
dan L-Angles, Baja Tulangan (Deformed dan Plain Bars) serta Kawat
Baja. Perusahaan ini memiliki tiga fasilitas terbaik yang menerapkan
pedoman kualitas untuk menjamin bahwa PT Krakatau Wajatama hanya
memproduksi yang terbaik untuk kepuasan pelanggan. Fasilitas produksi
tersebut adalah section will, bar will dan cold wire drawing.
4. PT Krakatau Enginering (PT KE)
Didirikan pada tanggal 12 Oktober 1988 yang bertugas melayani dan
mengerjakan pekerjaan dari pemerintah maupun swasta berupa EPC
Contractor (Engineering, Procurement, Construction) dan Konsultan
(Studi, manajemen proyek dan perawatan industri). Gedung operasional
berada di wilayah Cilegon dengan luas 3.330 m² sedangkan kantor
pusatnya berada di lantai 7 Gedung Wisma Baja Jalan Jenderal Gatot
Subroto Kavling 54 Jakarta. Kepuasan pelanggan adalah target PT
Krakatau Engineering dan telah diwujudkan dengan keberhasilan
mendapatkan pengakuan internasional yang berupa sertifikasi ISO 19001
tahun 1996 dan selalu berpedoman pada motto yang berbunyi “Better,
Faster and Cost Effective”.
5. PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC)
PT Krakatau Industrial Estate Cilegon didirikan pada tanggal 16 Juni
1982 dengan misi menjadi pusat lokasi Industri hulu dan hilir Industri
Baja, Kimia dan Petrokimia serta telah mengikuti urutan logis
pengembangan dan pembangunan, khususnya sehubungan dengan daya
tariknya dari segi lokasi yang strategis dan fasilitas infrastruktur yang
tersedia. PT Krakatau Industrial Estate Cilegon telah sukses membangun
jalur bisnis yaitu: Properti Industri, Properti Komersial, Properti Rumah
tinggal, Investasi dan Perdagangan.
6. PT Krakatau Information Technology (KIT)
22
30 x 130 m, open storage dan masih tersedia kurang lebih 240 Ha lahan
untuk investasi. Penunjang lainnya yaitu dermaga luar sepanjang 855 m,
dermaga dalam sepanjang 243 m, dermaga Tongkang 75 m serta dermaga
ekspor dan standar yang mampu melayani 10 kapal dalam waktu yang
bersamaan. Secara umum jasa yang diberikan oleh PT Krakatau Bandar
Samudera meliputi: jasa dermaga, bongkar muat, jasa pengarungan dan
jasa kawasan.
10. PT Krakatau Tirta Industri
Didirikan pada tanggal 1 Maret 1996, merupakan anak perusahaan
yang sahamnya 100% dimiliki PT Krakatau Steel. Perusahaan ini
sebelumnya merupakan unit penunjang kegiatan operasional PT Krakatau
Steel dalam bidang penyediaan air bersih yang mulai beroperasi sejak
tahun 1979.
Perusahaan mengolah air baku yang diambil dari sungai Cidanau
berasal dari danau alam Rawa Dano dan diolah menjadi air bersih melalui
Water Treatment Plant. Sebagian besar dari air bersih yang dihasilkan
digunakan untuk kebuthan industri dan sebagian lagi untuk kebutuhan kota
Cilegon. Kapasitas terpasang unit pengolahan air adalah 2 liter/detik
dengan utilisasi saat ini 50% dari kapasitas terpasang.
DR Plant PBS
Market
2. Penelitian
Meneliti dan mengkaji segala sumber pabrik untuk dapat menemukan
bahan-bahan yang dapat menggantikan sebagai bahan alternatif.
3. Pengendalian
Ada beberapa masalah dalam hal ini, yakni :
a. Udara dan gas.
b. Air limbah.
c. Limbah pelumas.
d. Limbah Padat.
e. Limbah Chemical ( Limbah B3).
Itulah gambaran umum tentang PT Krakatau Steel yang menjadi salah
satu perusahaan besar di Indonesia dan Asia Tenggara. Tentu akan
menjadi kebanggan bangsa dan akan menjadi sebuah cerminan bagi
industri lain dalam upaya pengembangan baik secara sarana dan prasarana
maupun peningkatan dalam hal kualitas dan kuantitas produksi.
F. Penerapan 5R
5R adalah suatu penataan tempat kerja dalam upaya membangun nilai
Budaya, Displin, Kerja sama, Keterbukaan, dan Saling menghargai melalui
proses Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin. Sedangkan tujuan dari 5R adalah
untuk membangun budaya perusahaan dengan berfikir secara Sistemic By
Design, sehingga secara berangsur-angsur dapat meningkatkan Baldrige
Score dari 400 poin menuju 600 poin kemudian 800 poin, dan terakhir
mencapai excellence (1000 poin).
Memperbaiki sistem manajemen kinerja PT Krakatau Steel (Persero)
didasarkan atas lintasan yang telah ditanamkan oleh Foulding Father
sehingga terjadinya proses berkesinambugan.
• LOKAS
baku dan produk menggunakan kapal.
• Dekat dengan daerah pemasaran (Ibukota).
• Tanah yang tesedia untuk pabrik cukup luas.
• Sumber air cukup memadai.
29
• Adanya jaringan rel kereta api dan jalan raya yang memadai untuk
pengangkutan.
Sedangkan adanya tata letak pabrik bertujuan sebagai berikut :
• Memudahkan jalur transportasi dalam pabrik untuk menunjang proses
produksi dan pengangkutan bahan baku serta produk.
• Memudahkan pengendalian proses produksi, karena adanya
pengelompokkan peralatan dan bangunan selektif berdasarkan proses
masing-masing.
• Adanya bengkel dalam kawaan pabrik sehingga memudahkan
perbaikan perawatan dan pembersihan alat.
• Jalan yang cukup luas sehingga memudahkan pekerja bergerak dan
menjamin keselamatan kerja karyawan
2. Direktorat Produksi
Bertugas untuk merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan
kebijakan di bidang pengoprasian dan perawatan sarana produksi,
metallurgi, dan koordinasi produksi.
3. Direktorat Sumber Daya Manusia & Umum
30
I. Sistem Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan mempertaruhkan peroduk yang bernilai
(Product Of Valus ) dengan orang atau kelompok atau pihak lain.
Pemasaran mencakup semua kegiatan perusahaan untuk beradaptasi
dengan lingkungan secara kreatif dan menguntungkan. Untuk itu PT
Krakatau Steel mempunyai sistem pemasaran yaitu:
1. Sistem pemasaran dan pemesanan, biasanya pemesanan ini
dilakukan untuk permintaan dalam jumlah besar dan dari pemesanan
tersebut pemesanan produk kemudian diangkut menggunakan alat angkut
truk atau trailer sampai ke pelabuhan kemudian menggunakan kapal laut.
2. Sistem pemesanan barang dilakukan secara langsung maupun
secara tidak langsung dari produsen ke konsumen.
3. Sistem pemasaran yang dilakukan dengan memasarkan produk ke
industri-industri manufaktur maupun industri otomotif dalam negeri
misalnya Toyota, Astra Honda Motor dll. Selain itu produk hasil dari
CRM juga diekspor ke Negara luar antara lain: Australia, Jerman,
Kanada, Jepang, Thailand, USA, China, Malaysia dan Filiphina.
31
J. Strategi Pemasaran
PT Krakatau Steel dalam meningkatkan penjualan dan mempertahankan
pertumbuhan pasar yang semakin meningkat dan persaingan yang sangat
ketat, maka perusahaan menggunakan beberapa strategi pemasaran dalam
bersaing dengan perusahaan lain yaitu:
1. Produk yang dihasilkan dapat memenuhi kriteria calon pembeli
atau konsumen tertentu dengan mutu yang digunakan.
2. Permintaan pasar yang semakin meningkat maka perusahaan harus
mempertahankan kualitas.
3. Munculnya produk saingan merupakan tantangan bagi perusahaan.
4. Memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada pelanggan seperti
tentang mutu dan kualitas produk serta ketepatan waktu pengiriman.
5. Kesemuanya merupakan kerja sama antara karyawan, tenaga ahli,
serta tenaga staf yang terampil.
baik melalui audit intern oleh Komite Lingkungan Hidup dan Divisi K3LH
setiap tiga bulan sekali, maupun melalui audit eksternal oleh Surveilance atau
badan sertifikasi SGS-ICS Indonesia setiap enam bulan sekali.
Kegiatan pemantauan lingkungan PT Krakatau Steel meliputi:
1. Emisi Cerobong.
2. Kualitas Udara Ambien.
3. Kualitas Air Buangan.
4. Lingkungan di Area Kerja.
5. Kebisingan.
6. Tekanan Panas, dsb.
Upaya-upaya menjaga keselamatan kerja di PT Krakatau Steel antara
lain:
1. Menjelaskan kondisi bahaya yang timbul dalam lingkungan kerja. Upaya
ini tidak lepas dari pengawasan yang dilakukan oleh Divisi Kesehatan
Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup.
2. Pengadaan alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja khususnya
dilingkungan pabrik antara lain:
a. Wajib menggunakan helm dan sepatu safety bagi tenaga kerja.
b. Penggunakan masker untuk melindungi pekerja dari debu-debu
yang ada.
c. Penggunaan sarung tangan.
d. Adanya poster himbauan tentang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja.
e. Adanya alat pemadam kebakaran.
f. Tersedianya kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).
BAB III
PROSES PEMBUATAN SLAB BAJA
34
SPON
Gambar 3.2 Electric arc furnace
BUR
1. Bahan Baku
Pada proses peleburan di dapur Electric Arc Furnace (EAF) bahan
baku yang digunakan adalah:
35
a. Besi Spons
Besi spons yang digunakan berasal dari pabrik besi spons dengan
proses reduksi langsung.
b. Scrap
Scrap merupakan besi-besi tua yang komposisinya sebagian besar dari
Fe, scrap dikelompokan atas beberapa sumber:
1) Home Scrap
Home scrap merupakan sisa hasil produk dari pabrik PT Krakatau
Steel sendiri, yaitu bahan yang terbuang selama operasi karena tidak
memenuhi spesifikasi, misalnya potongan billet, slab, coil, dan lain-
lain. Home scrap merupakan jenis scrap terbaik karena
komposisinya sudah diatur terlebih dahulu.
2) Scrap Lokal
Scrap lokal merupakan sisa hasil dari industri logam atau bahan-
bahan bekas logam yang berasal dari dalam negeri tetapi diluar PT
Krakatau Steel.
3) Scrap Import
Scrap impor merupakan scrap yang diimpor dari luar negeri.
c. Kapur bakar (CaO)
CaO berfungsi sebagai fluks pembentuk slag (pengotor) dan mengikat
unsur-unsur pengotor. Alasan penggunaan CaO adalah karena
kandungan air dari kapur bakar sudah berkurang dibanding batu kapur.
b. Peralatan Pendukung
Peralatan pendukung berfungsi sebagai penunjang dalam
operasi. Peralatan pendukung ini terlibat langsung dalam proses
peleburan baja. Peralatan ini terdiri atas:
37
1) Ladle
Ladle merupakan tempat penampungan baja cair juga sebagai
tempat dilakukannya rinsing (pengadukan) dan alloying
(pemaduan). Kapasitas ladle adalah 130 ton.
c. Peralatan Transportasi
Peralatan transportasi berfungsi untuk pengangkut material baik
baja cair, besi spons, scrap, ladle, dan alat lainnya. Peralatan
transportasi terdiri atas:
1) Crane
Crane adalah angkut yang bergerak melalui suatu rel diatas
konstruksi pabrik.
2) Bucket scrap
Bucket scrap merupakan suatu wadah untuk mengangkut scrap
kedalam furnace dengan menggunakan crane.
3) Bucket Sponge
Bucket sponge berfungsi mengangkut besi sponge yang kemudian
diumpankan ke dalam dapur.
4) Slag Pot Carrier
Slag pot carrier merupakan truk yang berfungsi mengangkut slag
pot.
b. Charging
Charging adalah pemasukan bahan bakar untuk peleburan ke
dalam dapur listrik. Ada dua tahap charging yang dilakukan di SSP,
41
2) Charging tahap II
Dilakukan secara continuous feeding setelah tahap I
melebur sekitar 40%. Charge tahap ke II ini hanya besi spons dan
42
e. Pouring (penuangan)/Tapping
Pouring adalah proses penuangan baja cair ke ladle. Sebelum
penuangan ladle harus dipanaskan terlebih dahulu untuk mencegah
43
D. Material Handling
Untuk menunjang proses produksi yang ada di Slab Steel Plant I maka
diperlukan suatu peralatan untuk memindahkan seluruh material ataupun
peralatan-peralatan . Dibagi menjadi dua bagian yaitu crane dan conveyor.
1. Conveyor
Ada beberapa jenis conveyor yang sering digunakan dalam dunia
industri, diantara chain conveyor, belt conveyor, dan screw conveyor. Jenis
conveyor yang digunakan untuk memindahkan material dari gudang
penyimpanan ke dapur peleburan di SSP I adalah jenis belt conveyor.
Material yang dipindahkan oleh conveyor ini adalah sponge iron dan batu
kapur.
2. Bridge Crane
Fungsi dari bridge crane adalah mengangkat dan memindahkan
seluruh peralatan ataupun material yang digunakan untuk keperluan
produksi maupun perawatan di dalam suatu pabrik. Peranan dari alat ini
sangat penting dikarenakan kemampuannya untuk mengangkat dan
memindahkan benda yang mempunyai massa sangat besar.
50
BAB IV
SISTEM MAINTENANCE SLAB STEEL PLANT I
A. Perawatan (Maintenance)
Mengamati perkembangan teknologi semenjak maintenance
engineering menunjukkan kemajuan, maka maintenance management harus
menyesuaikan dengan perkembangan tersebut dengan teknologi baru guna
meningkatkan keadaan alat. Dengan alasan tersebut maka industri-industri
mulai berkonsentrasi usahanya dalam merencanakan dan mengatur fungsi
maintenance.
Dari berbagai sistem maintenance yang telah dikembangkan salah
satunya adalah preventive maintenance. Sebagai konsep dasar preventive
maintenance adalah upaya perawatan untuk mencegah kerusakan, serta upaya
untuk mengetahui kerusakan sedini mungkin sabelum terjadinya kerusakan
tersebut, yang bertujuan untuk mempertahankan efisiensi suatu equipment
sampai umur maximum.
Tujuan pemeliharaan yang utama didefinisikan sebagai berikut:
1. Untuk memperpanjang usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari
suatu tempat kerja, bangunan, dan isinya). Hal ini terutama penting di
negara berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk
penggantian. Di negara-negara maju kadang-kadang lebih menguntungkan
untuk ”mengganti” daripada ”memelihara”.
2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang
untuk produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin.
3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang
diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu.
4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana
tersebut.
51
B. Program Maintenance
Standarisasi mengenai bentuk kegiatan maintenance adalah sebagai
berikut:
Normal
Operation Correct Operation
Cleaning
To Oiling
Maintenance Prevent Re - tightening
Daily
activity Failure Maintenance Adjusment
Daily Inspection
Minor repair
Periodical
Periodical Inspection
Periodical testing
Maintenance
Overhouling
Periodical repair
Predictive Trend inspection
Maintenance Irregular repair
To Breakdown
Repair Maintenance Emergency repair
Failure
Suprt PPP.
SSP 1 &2
Supv Supv
Supv
Adm Tech Adm Tech
SSP 1 & 2
SSP 1 SSP 2
Foreman
Foreman Foreman Tech Mech
M + E SSP Tech Mech
M + E SSP WTP 1 & 2 Electric
2 Electric
1
Programmer
Programmer E, M EAF Programmer Pet Adm W.
Pet Adm W.
E, M EAF E, M E, M WTP Order
Order
E, M CCM CCM BC, SSP 1 & 2 Pel.Mat
Pel.Mat
BC, AUX AUX DOC
DOC
Computer J.gambar
J.gambar
C. Maintenance Standard
Standar perlakuan maintenance atau maint standard dapat diambil
dari:
1. Manual book
2. Catalog-catalog
3. History update
4. Reability engineering
5. Pengalaman-pengalaman
Sedangkan maintenance standard terdiri dari:
1. Equipment maintenance standard
2. Maintenance work standard
Maintenance standard tidak selalu terpaku dari awal namun dapat
diadakan revisi sesuai dengan kebutuhannya. Untuk mengendalikan waktu
yang diinginkan serta mengukur efisiensi pekerjaan dan untuk menetapkan
program menggunakan maintenance work standard
D. Maintenance Planning
Semua equipment membutuhkan perlakuan perawatan yang sifatnya
berlainan satu sama lainnya dan dapat dibedakan menurut jenis periode dan
intensitas. Dalam membuat working program pada prinsip awalnya diambil
dari manual book, dan dari manual book dapat di peroleh informasi tentang:
1. Jenis alat
2. Fungsi alat
3. Sistem dan proses operasionalnya
4. Sistem perawatan dan periodiknya
55
5. Catalog-catalog
BAB V
PERAWATAN STEEL WIRE ROPE BRIDGE CRANE
DIVISI PERAWATAN PABRIK PENGOLAHAN BAJA (P3B)
SLAB STEEL PLANT (SSP I)
PT KRAKATAU STEEL
A. Bridge Crane
Bridge crane adalah alat untuk mengangkat dan memindahkan seluruh
peralatan ataupun material yang digunakan untuk keperluan produksi maupun
perawatan di dalam suatu pabrik. Peranan dari alat ini sangat penting
dikarenakan kemampuannya untuk mengangkat dan memindahkan benda
yang mempunyai massa sangat besar.
Pada umumnya suatu crane memiliki tiga gerak operasi (gerak naik-
turun, memanjang, dan melintang). Melihat suatu fungsi yang dimiliki suatu
crane, maka peralatan ini banyak dijumpai pada pabrik baja baik
dimanfaatkan sebagai crane produksi, crane maintenance, atau crane
produksi maintenance.
B. Kapasitas Crane
Untuk mendapatkan kondisi crane yang selalu siap pakai serta umur
yang lebih panjang maka selain perencanaan dan pembuatan crane yang
benar (yang telah disesuaikan dengan besar beban, frekwensi pemakaian, dan
lingkungan operasinya), harus ditunjang pula dengan perawatan yang teratur,
cermat, dan pengoperasian crane dengan benar (baik arah pengangkatan,
kecepatan gerak pengoperasian, maupun jumlah beban yang diangkat).
Perlu digaris bawahi bahwa untuk menghindari terjadinya kecelakaan
maupun kerusakan yang lebih awal (umur pendek) pada bagian-bagian crane,
maka jumlah beban yang diangkat merupakan faktor utama yang harus
diperhatikan dalam mengoperasikan crane. Oleh karena itu, pada setiap
crane selalu tertulis kapasitas maksimum yang boleh diangkat oleh crane
tersebut. Adapun yang dimaksud dengan kapasitas maksimum adalah beban
58
3. Main Host
Main host merupakan peralatan dalam crane yang berfungsi untuk
mengangkat beban secara vertikal. Beban yang dapat diangkat pada
masing-masing crane berbeda kapasitasnya. Mekanisme yang digunakan
adalah dengan menggunakan drum. Drum yang terpasang dikopel dengan
motor listrik dengan perantara kopling dan gearbox sehingga dapat
berputar searah putaran motor. Dalam drum dililiti oleh sling (wire rope)
yang berfungsi sebagai tali penarik beban. Mekanisme pulley juga
digunakan dalam pemasangan sling sehingga mempermudah daya angkat
dari beban sendiri.
menggunkan hook serta memiliki dua hoist yaitu 80 ton, 16 ton dan satu
monorails 5 ton.
3. Crane 904 dan 905 (Casting Crane)
Crane ini berfungsi untuk mengangkut ladle yang berisi baja cair
hasil peleburan yang selanjutnya akan diproses pada ladle furnace melalui
ladle transfer car. Sama seperti crane 902 dan 903 yang menggunakan
hook untuk mengangkat benda. Memiliki dua hoist yaitu 220 ton, 55 ton,
dan monorails 5 ton.
4. Crane 906 dan 907
Crane ini digunakan pada ladle turret dan continous casting untuk
mengangkut ladle yang telah kosong dan juga untuk mengangkut ladle
yang akan di-preheating sebelum penuangan dari EAF. Memiliki dua
hoist yaitu 10 ton dan 25 ton.
5. Crane 908
Digunakan untuk perawatan pabrik SSP I, berbeda dengan yang
lain crane ini tidak terdapat kabin untuk operator. Dapat mengangkat
beban hingga 25 ton.
6. Crane 909, 910, 911, 912 ( Slab Hadling Crane)
Crane ini berfungsi mengangkat baja slab yang dihasilkan mesin
continous casting untuk dipindahkan ke tempat penyimpanan. Untuk hoist
50 ton memakai mekanisme grape untuk mengangkat beban, magnet
digunakan pada hoist 36 ton dan hook digunakan untuk hoist 20 ton.
Crane ini juga dilengkapi dengan batrai cadangan.
kekuatan tarik minimal 1570 N/mm2 atau 1770 N/mm2 atau 1960
N/mm2.
b. Konstruksi
Jumlah dan susunan “wire dalam strand” maupun “strand dalam rope”
mempunyai variasi yang sangat luas dengan masing-masing
keuntungan dan kerugiannya. Diantara sekian banyak variasi (jumlah
dan susunan) wire dalam strand dapat dicatat beberapa bentuk seperti
berikut:
1) Berdasarkan jumlah lapisan lilitan wire dalam strand
a) Single layer (7 wire)
b) Multi layer (≥ 19 wire)
2) Berdasarkan jumlah wire dalam satu strand
a) 7 wire
b) 19 wire
c) 35 wire
d) 36 wire
e) 37 wire
3) Berdasarkan susunan diameter wire dalam strand
a) Standar, yaitu seluruh diameter wire sama
b) Filler, yaitu rongga diantara wire berdiameter besar diisi
dengan wire yang berdiameter lebih kecil
c) Seale, yaitu diameter wire antar layer berbeda
d) Warington, yaitu diameter wire berselang-seling kecil besar
e) Warington seale, yaitu selain diameter wire berselang-seling
kecil besar, diameter antar layer juga berbeda
f) Filler seale, yaitu selain diameter wire berbeda antar layer,
rongga antar wire diisi dengan wire berdiameter lebih kecil
Sedangkan jumlah dan susunan strand dalam rope dapat
dikelompokkan berdasar:
a) Jumlah lapisan lilitan strand dalam rope
(1) Single layer (6 atau 8 strand)
63
e. Tipe core
1) Berdasarkan material core dalam rope
a) Fibre core
b) Steel core
2) Berdasarkan bentuk core dalam rope (untuk steel core)
a) Berbentuk strand
b) Berbentuk Independent Wire Rope Core (IWRC)
3. Pemilihan Tali Kawat Baja
Dalam memilih rope harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi operasi, syarat-syarat untuk memilih rope yang baik adalah
sebagai berikut:
a. Rope harus kuat, tahan terhadap beban maksimum yang ditentukan
oleh:
1) Ukuran rope (semakin besar diameter semakin kuat)
2) Grade wire (makin tinggi tegangan tarik wire rope makin kuat)
3) Tipe core (steel core lebih kuat dari fibre core)
b. Rope harus fleksibel, tahan terhadap bending fatigue yang ditentukan
oleh:
1) Ukuran wire (semakin kecil diameter semakin fleksibel)
2) Kombinasi arah lilitan (lang lay lebih fleksibel dari pada ordinary
lay)
3) Proses pembuatan (performed lebih fleksibel dibandingkan dengan
non preformed rope)
c. Rope harus tahan abrasi yang ditentukan oleh:
1) Ukuran wire pada layer terluar dalam strand (semakin besar
diameter wire semakin tahan abrasi)
2) Kombinasi arah lilitan (lang lay lebih tahan abrasi daripada
ordinary lay)
d. Rope harus tahan distorsi dan perubahan bentuk yang ditentukan oleh:
1) Tipe core (IWRC lebih tahan distorsi daripada tipe core lainnya)
2) Konstruksi rope yang lebih kasar lebih tahan daripada yang halus
65
F. Persamaan Dasar
Sistem katrol terdiri dari sejumlah katrol tetap dan katrol bergerak.
Katrol tetap berada di sisi atas dan katrol bergerak berada di sisi bawah. Katrol
tetap gunanya untuk mengubah arah gaya, sedangkan katrol bergerak gunanya
untuk meningkatkan keuntungan mekanik. Keuntungan mekanik sistem katrol
bergantung pada jumlah ruas tali antara katrol tetap dan katrol bergerak.
Makin banyak jumlah katrol bergerak makin banyak jumlah ruas tali, yang
berarti keuntungan mekanik makin besar. Keuntungan mekanik katrol dapat
dihitung dengan rumus:
Dimana:
Km = Keuntungan mekanik
Lb = Lengan beban
n = Jumlah ruas tali yang mengangkat beban
T1 T2
T1 T2
m1 m2
w = m1.g w = m2.g
Sehingga tegangan yang terjadi pada setiap ruas tali dapat dihitung
dengan rumus:
∑F = m.a
T – W = m.a
T = m.a + W
T = m.a + m.g
Dimana
T = Tegangan tali (N)
m = Massa benda yang diangkat setiap ruas tali (Kg)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
a = Percepatan (m/s2)
G. Data-data Lapangan
Di SSP I sling yang digunakan berbeda-beda tergantung dari fungsi
crane, adapun macam macam sling yang digunakan:
1. Bridge crane 901 yang dapat memngangkut beban maksimal 12 ton
menggunakan sling yang memiliki Ø 22 mm dan panjang sling 42 m.
2. Bridge crane 902 & 903 memiliki hoist 80 ton, 16 ton, dan 5 ton. Masing-
masing hoist menggunakan sling yang berbeda, hoist 80 ton menggunakan
sling yang memiliki Ø 32 mm dan panjang 177 m, hoist 16 ton
menggunakan sling memiliki Ø 20 mm dan panjang 61 m, dan hoist 5 ton
menggunakan sling yang memiliki Ø 10 mm.
3. Bridge crane 904 & 905 memiliki hoist 220 ton, 55 ton, dan 5 ton. Pada
hoist 220 ton sling yang digunakan yaitu sling Ø 36 mm dan panjang 165
m, hoist 55 ton menggunakan sling Ø 28 dan panjang 124, sedangkan
hoist 5 ton sling yang digunakan sama dengan bridge crane 902/903.
4. Bridge crane 906 & 907 memiliki hoist 25 ton dan 10 ton. Hoist 25 ton
menggunakan sling Ø 26 mm dan panjang 58 m, sedangkan hoist 10 ton
menggunakan sling Ø 16 dan panjang 54 m.
5. Bridge crane 909-912 memiliki hoist 50 ton, 36 ton, dan 20 ton (kecuali
bridge crane 912). Pada hoist 50 ton sling yang digunakan yaitu sling Ø
68
Keuntungan mekanik sistem katrol pada crane 904 hoist 220 ton
adalah 24, jadi setiap rope mengangkat 1/24 dari beban yang diangkat
Sehingga beban maksimal yang mampu diterima setiap rope sesuai kapasitas
crane (hoist 220 ton) adalah:
Kapasitas maks. crane (hoist 220 ton)
69
B maks. =
Keuntungan mekanik
220 ton
B maks. =
24
B maks. = 9,167 ton
Jadi tegangan maksimal pada setiap tali tersebut adalah:
Tmaks =mxg
= 9,167 ton x 9,8 m/s2
= 9167 kg x 9,8 m/s2
= 89836,6 N
Perhitungan diatas benda dalam keadaan diam, jika benda bergerak ke
atas maka akan terjadi percepatan. Percepatan yang terjadi diasumsikan 2
m/s2. Jadi tegangan tali maksimal yang mampu diterima sesuai kapasitas
crane (hoist 220 ton) adalah:
Tmaks. = (m x a) + (m x g)
= (9167 kg x 2 m/s2) + (9167 kg x 9,8 m/s2)
= 18334 N + 89836,6 N
= 108170,6 N
Untuk mendapatkan umur steel wire rope yang panjang, sling jangan
terlalu sering mendapatkan pembebanan maksimal. Apabila terjadi
pembebanan maksimal tali kawat baja akan mendapatkan tegangan lebih dari
tegangan maksimal. Hal tersebut akan menyebabkan steel wire rope mudah
putus.
profil alur. Crack atau retak yang mungkin terjadi dapat dukur dengan
ultrasonik sedangkan keausan profil dapat diukur menggunakan mal
(dibuat sendiri) atau diukur menggunakan jangka kedalaman dengan
toleransi ukuran 50% dari kedalaman semula. Keausan profil dapat
menjadi bahaya bila ujung-ujungnya menjadi tajam sehingga dapat
menyebabkan putusnya kawat sling. Rope drum tidak mempunyai
toleransi terhadap adanya crack, sedang keausan yang berhubungan
dengan tebal drum (t) maksimum 0.5 t atau 50% tebal ukuran awal atau
apabila dihubungkan dengan diameter sling keausan maksimum kira-kira
0.4d. Sedang keausan profil maksimum jangan sampai ujung profil
runcing/tajam.
Untuk penggantian wire rope crane yang ada di SSP I pada umumnya
telah melebihi standar yang telah ditentukan. Tetapi untuk steel wire rope
hoist 220 ton pada crane 904 menurut data yang ada selalu kurang dari standar
mulai dari tahun 2007. Umur wire rope crane 904 (hoist 220 ton) standarnya 2
tahun, tetapi pada kenyataannya umur steel wire rope hoist 220 ton hanya bisa
bertahan sekitar 1 tahun mulai dari tahun 2007.
75
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Praktik Industri yang dilakukan di PT Krakatau Steel (Persero)
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Produksi PT Krakatau Steel dapat digolongkan dalam perusahaan yang
menggunakan proses produksi terus menerus (continuous process).
2. Secara umum manajemen produksi PT Krakatau Steel terdiri dari tiga
proses yaitu input yang meliputi order dari pemasaran, proses yang
meliputi produksi baja dari besi sponge, dan terakhir output yang meliputi
baja slab, billet, coil, dan wire rod.
3. Bridge crane merupakan alat angkat dan angkut yang sangat vital didalam
produksi baja di PT Krakatau Steel, oleh karenanya perlu dilakukan
inspeksi demi menjaga performanya.
4. Penentuan jumlah ruas wire rope yang mengangkat beban pada
mekanisme angkat crane dilakukan untuk mengetahui beban dan tegangan
maksimal yang mampu diterima wire rope.
5. Penentuan tegangan maksimal yang mampu diterima wire rope berfungsi
sebagai acuan operator crane dalam melakukan pengangkatan beban,
sehingga pengoprasian crane dapat berjalan aman dan umur tali kawat
baja bisa lebih panjang.
6. Kegiatan inspeksi adalah suatu aktivitas dalam rangka melaksanakan
preventif maintenance dengan cara survei, penelahaan secara visual,
pendeteksian, pengukuran, penelitian, pencatatan/pendataan, dan
percobaan.
B. Saran
1. Pengangkatan barang/beban diusahakan pada posisi yang seimbang supaya
tidak terjadi pembebanan samping.
2. Steel wire rope merupakan bagian dari mekanisme angkat crane yang
paling rawan terjadi kerusakan, oleh karena itu harus selalu dilakukan
tindakan pencegahan dan pemeliharaan yang terencana.
3. Dalam hal keselamatan kerja, gunakanlah selalu alat keselamatan kerja.
Disiplin terhadap pemakaian APD serta mengikuti SOP yang telah dibuat.
Hal ini selain memberikan kenyamanan bagi operator selama bekerja, juga
untuk menghindari adanya kecelakaan.
4. Dalam hal perawatan, sebaiknya lakukan perawatan yang didasarkan atas
kondisi aktual mesin sendiri. Lakukanlah pemantauan atau pemeriksaan
secara rutin, dan jika hasil pemantauan menunjukan gejala kerusakan lebih
lanjut, jangan menunggu sampai mesin rusak karena hal ini akan
menyebabkan berhentinya proses produksi dan juga akan menyababkan
biaya perbaikan yang lebih mahal.
5. Tersedianya suku cadang (spare part) siap pakai, baik yang baru maupun
yang bekas rekondisi dalam bentuk unit. Sehingga waktu
perbaikan/penggatian suku cadang dapat dikurangi, dan alat tersebut dapat
dicegah kerusakannya agar tidak lebih parah lagi.
6. Berikan penghargaan bagi karyawan yang telah bekerja lama.
77
DAFTAR PUSTAKA
Krakatau Steel.
http://www.lni.wa.gov/.../images/WireRope.JPG
www.metizi-co.com/1ropes.htm
http://www.krakatausteel.com.
http://www.GuruMuda.com.
Lapangan Analisa Tali Kawat Baja Pada Bridge Crane 919 dan