You are on page 1of 26

4.

PERANAN GURU DALAM PENDIDIKAN


TUGAS GURU

Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas
profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan
tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga
berkaitan dengan etika.

Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh
anak.

Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan
manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri
sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.

Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam
satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti
bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya
dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau
penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi
kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di
mana dia hidup.

Untuk menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini tergantung 3 elemen pokok yaitu :
1. Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial training) harus mampu menguasai
satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di sekolah melalui jalur pendidikan, paling
tidak pendidikan formal. Tidak mungkin seseorang dapat dianggap sebagai guru atau tenaga
kependidikan yang baik di satu bidang pengetahuan kalau dia tidak menguasai pengetahuan itu
dengan baik. Ini bukan berarti bahwa seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan dengan baik
dapat menjadi guru yang baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni. Tetapi
sebaliknya biar bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art of teaching), selama ia
tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan pantas dianggap menjadi guru.

2. Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus dapat
diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar untuk aspek
manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka untuk mampu menguasai pengetahuan yang
dalam, juga membantu mereka untuk dapat menguasai satu dasar kebudayaan yang kuat. Jadi bagi
guru-guru juga perlu diberikan dasar pendidikan umum.

3. Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya merupakan satu
pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang dalam dirinya (secara ideal kita harus
mampu melaksanakannya) meliputi pemagangan. Mengapa perlu pemagangan, karena mengajar
seperti juga pekerjaan dokter adalah seni. Sehingga ada istilah yang populer di dalam masyarakat
tentang dokter yang bertangan dingin dan dokter yang bertangan panas, padahal ilmu yang diberikan
sama. Oleh karena mengajar dan pekerjaan dokter merupakan art (kiat), maka diperlukan
pemagangan. Karena art tidak dapat diajarkan adalah teknik mengajar, teknik untuk kedokteran.
Segala sesuatu yang kita anggap kiat, begitu dapat diajarkan diakalau menjadi teknik. Akan tetapi
kalau kiat ini tidak dapat diajarkan bukan berarti tidak dapat dipelajari. Untuk ini orang harus aktif
mempelajarinya dan mempelajari kiat ini harus melalui pemagangan dengan jalan memperhatikan
orang itu berhasil dan mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa yang satu lebih berhasil, mengapa
yang lain kurang berhasil.
PERAN GURU

WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3)
pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja
administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.

Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas
memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta
tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-
aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih
lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas
tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan
hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas
guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak
harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma
yang ada.

Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi
contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh
masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena
nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu
diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan
kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di
masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum
harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup
yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup
dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.

Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan
keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan
dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.

Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu
kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara
langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.

Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan
aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan
kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.

Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai
administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara
administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan
secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar
dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.

I. STRATEGI DAN METODE

2. METODE-METODE MENGAJAR SECARA PERORANGAN


Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang
lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing
masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi
tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik
untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil
dibawakan oleh guru lain.

Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok
babasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya
pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode ceramah, kemudian menggunakan
contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab. Di sini bukan hanya guru
yang aktif berbicara, melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi.

Seorang guru yang pandai berpidato dengan segala humor dan variasinya, mungkin tidak mengalami
kesulitan dalam berbicara, ia dapat memukau siswa dan awal sampai akhir pengajaran. Akan tetapi bagi
seorang guru bicara, uraiannya akan terasa kering, untuk itu ia dapat mengatasi dengan uraian sedikit saja,
diselingi tanya jawab, pemberian tugas, kerja kelompok atau diskusi sehingga kelemahan dalam berbicara
dapat ditutup dengan metoda lain.

Winarno Surakhmad dalam bukunya “Pengantar interaksi belajar mengajar” menggolongkan metode
metode itu menjadi dua golongan ialah: Metode interaksi secara individual dan secara kelompok. Namun
perlu diketahui bahwa kiasifikasi tersebut tetap fleksibeL

METODE CERAMAH

Ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Alat interaksi yang
terutama dalam hal ini adalah “berbicara". Dalam ceramahnya kemungkinan guru menyelipkan pertanyaan
pertanyaan, akan tetapi kegiatan belajar siswa terutama mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok
pokok penting, yang dikemukakan oleh guru; bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa.

Dalam lingkungan pendidikan modern, ceramah sebagai metode mengajar telah menjadi salah satu
persoalan yang cukup sering diperdebatkan. Sebagian orang menolak sama sekali dengan alasan bahwa
cara sebagi metode mengajar kurang efisien dan bertentangan dengan cara manusia belajar. Sebaliknya,
sebagian yang mempertahankan berdalih, bahwa ceramah lebih banyak dipakai sejak dulu dan dalam
setiap pertemuan di kelas guru tidak mungkin meninggalkan ceramah walaupun hanya sekedar sebagai
kata pengantar pelajaran atau merupakan uraian singkat di tengah pelajaran.

Kalau kita teliti lebih lanjut, sebenarnya alasan-alasan tersebut di atas tidaklah sama sekali salah, tatapi
juga tidak sama sekali benar. Hal yang sebenarnya adalah bahwa dalam situasi-situasi tertentu, metode
ceramah merupakan metode yang paling baik, tetapi dalam situasi lain mungkin sangat tidak efisien. Guru
yang bijaksana senantiasa menyadari kondisi-kondisi yang berhubungan situasi pengajaran yang
dihadapinya, sehingga ia dapat menetapkan bilamanakah metode ceramah sewajamya digunakan, dan
bilakah sebaiknya dipakai metode lain. Tidak jarang guru menunjukkan kelernahannya, karena ia hanya
mengenal satu atau dua macam metode saja dan karenanya ia selalu saja menggunakan metode ceramah
untuk segala macam situasi. Kelemahan ini juga merupakan salah satu sebab mengapa metode ceramab
dikritik orang, dan sering dirangkaikan dengan sifat verbalistis (kata-kata tetapi tidak mengerti artinya).

METODE DISKUSI

Metode diskusi adalah cara penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan
masalah. Dalam kehidupan modern ini banyak sekali masalah yang dihadapi oleh manusia; sedemikian
kompleksnya masalah tersebut, sehingga tak mungkin hanya dipecahkan dengan satu jawaban saja,
melainkan harus menggunakan segala pengetahuan yang kita miliki untuk mencari pemecahan yang
terbaik. Ada kemungkinan terdapat lebih dari satu jawaban yang benar sehingga kita harus menemukan
jawaban yang paling tepat diantara sekian banyak jawaban tersebut.

METODE KERJA KELOMPOK

Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar dimana siswa dalam suatu kelas
dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan
pengajaran tertentu. Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai untuk mencapai barmacam
macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung pada beberapa fäktor misalnya tujuan khusus yang
akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di dalam keIas.

METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN

Antara metode demonstrasi dan eksperimen sebenarnya berbeda, akan tetapi dalam praktek sering
dipergunakan silih berganti atau saling melengkapi.

Metode demonstrasi merupakan suatu metode mengajar di mana seorang guru, orang luar atau manusia
sumber yang sengaja diminta atau siswa menunjukkan kepada kelas suatu benda aslinya, tiruan (wakil dari
benda asli) atau suatu proses, misalnya bagaimana cara membuat peta timbul, bagaimana cara
menggunakan kamera dengan hasil yang baik, dan sebagainya. Sedangkan metode eksperimen ialah suatu
metode mengajar di mana guru bersama siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses
dari hasil percobaan itu. Misalnya, karena ingin memperoleh jawaban tentang kebenaran sesuatu, mencari
cara-cara yang lebih baik, mengetahui elemen/unsur-unsur apakah yang ada pada suatu benda, ingin
mengetahui apakah yang akan terjadi, dan sebagainya.

Dari kedua batasan tersebut dapat diketahui bahwa sebuah eksperimen dapat juga dijadikan demonstrasi.
Misalnya guru dengan beberapa orang siswa mengadakan eksperimen mengenai pengaruh tekanan udara
terhadap sebuab kaleng minyak tanah yang kosong, yang sudab dipanasi lebib dulu, kemudian ditutup
rapat-rapat dan segera disiram air dingin. Para siswa melihat peristiwa itu sebagai demonstrasi. Dalarn hal
ini eksperimen dapat dirangkaikan dengan demonstrasi. Metode ini sering juga disebut metode ilmiah,
sebab metode inilah yang dipakai untuk menguji hipotesis.

METODE PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN RESITASI

Metode ini mengandung tiga unsur ialah:


o Pemberian tugas.
o Belajar.
o Resitasi.
Tugas, merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai suatu metode
mengajar merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan
pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas tersebut siswa belajar, mengerjakan tugas. Dalam
melaksanakan kegiatan belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku
tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahap terakhir dan pemberian tugas ini adalah resitasi
yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau dipelajari. Jadi metode
pembenian tugas belajar dan resitasi atau biasanya disingkat metode resitasi merupakan suatu metode
mengajar dimana guru membenkan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggung jawabkan hasil
tugas tersebut. Resitasi sering disamakan dengan "home work" (pekerjaan rumah), padahal sebenarnya
berbeda. Pekerjaan rumah (PR) mempunyai pengertian yang lebih khusus, ialah tugas-tugas yang diberikan
oleh guru, dikerjakan siswa di rumah. Sedangkan resitasi, tugas yang dibenikan oleh guru tidak sekedar
dilaksanakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, laboratonium, atau ditempat-tempat
lain yang ada hubungannya dengan tugas/pelajaran yang diberikan. Jadi resitasi lebih luas daripada home-
work. Akan tetapi keduanya mempunyai kesamaan ialah:
o Mempunyai unsur tugas.
o Dikerjakan oleh siswa dan dilaporkan hasilnya.
o Mempunyai unsur didaktis pedagogis.
Tujuan pemberian tugas :

Menurut pandangan tradisional, pemberian tugas dilakukan oleh guru karena pelajaran tidak sempat
diberikan di kelas. Untuk menyelesaikan rencana pengajaran yang telah ditetapkan, maka siswa diberi
tugas untuk mempelajari dengan diberi soal-soal yang harus dikerjakan di rumah. Kadang-kadang juga
bermaksud agar anak-anak tidak banyak bermain. Sedangkan menurut pandangan tugas diberikan dengan
pandangan bahwa kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan
kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan kurikuler, maupun
ekstra kurikuler.

Penggunaan metode resitasi :

Pemberian tugas belajar dan resitasi dikatakan wajar bila bertujuan:


o Memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima.
o Melatih siswa ke arah belajar mandiri.
o Siswa dapat membagi waktu secara teratur.
o Agar siswa dapat memanfaatkan waktu terluang untuk menyelesaikan tugas.
o Melatih siswa untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas.
o Memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas.
METODE DRILL (LATIHAN)

Drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari
siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu
selalu diulang-ulang, akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi
belajar yang realistis, ia akan berusaha melatih keterampilannya. Bila situasi belajar itu diubah-ubah
kondisinya sehingga menuntut respons yang berubah, maka keterampilan akan lebih disempurnakan.

Ada keterampilan yang dapat disempurnakan dalam jangka waktu yang pendek dan ada yang
membutuhkan waktu cukup lama. Perlu diperhatikan latihan itu tidak diberikan begitu saja kepada siswa
tanpa pengertian, jadi latihan itu didahului dengan pengertian dasar.

Drill wajar digunakan untuk :


o Kecakapan motoris, misalnya : menggunakan alat-alat (musik, olahraga, menari, pertukangan dan
sebagainya).
o Kecakapan mental, misalnya: Menghafal, menjumlah, menggalikan, membagi dan sebagainya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
o Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka diharapkan dapat
mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.
o Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui apa yang harus
dikerjakan.
o Lama latthan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
o Selingilah latihan agar tidak membosankan.
o Perhatikan kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan secara kiasikal
sedangkan kesalahan perorangan dibetulkan secara perorangan pula.
METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)

Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode pengajaran yang mendorong siswa untuk mencari
dan memecahkan persoalan-persoalan. Adakalanya manusia memecahkan masalah secara instinktif
(naluriah) maupun dengan kebiasaan, yang mana pemecahan tersebut biasanya dilakukan oleh binatang.

Pemecahan secara instinktif merupakan bentuk tingkah laku yang tidak dipelajari, seringkali berfaedah
dalam situasi yang luarbiasa. Misalnya seseorang yang dalam keadaan terjepit karena bahaya yang
datangnya tak disangka, maka secara spontan mungkin ia melompati pagar atau selokan dan berhasil, yang
seandainya dalam keadaan biasa hal itu tak mungkin dilakukan. Dalam situasi yang problematis, baik
manusia maupun binatang, dapat menggunakan cara "coba-coba, salah", mencoba lagi (trial and error)
untuk memecahkan masalahnya. Akan tetapi taraf problem solving pada manusia lebih tinggi karena
manusia sanggup memecahkan masalah dengan rasio (akal), disamping memiliki bahasa. Oleh karena itu
manusia dapat memperluas pemecahan masalahnya di luar situasi konkret.

Dalam menghadapi masalah yang lebih pelik, manusia dapat menggunakan cara ilmiah. Cara ilmiah untuk
memecahkan masalah pada umumnya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a. Memahami masalah; Masalah yang dihadapi harus dirumuskan, dibatasi dengan teliti. Bila tidak,
usahanya akan sia-sia.
b. Mengumpulkan data; Kalau masalah sudah jelas, dapat dikumpulkan data/informasi/keterangan-
keterangan yang diperlukan.
c. Merumuskan hipotesis (jawaban sementara, yang mungkin memberi penyelesaian); dan
keterangan keterangan yang diperoleh, mungkin timbul suatu kemungkinan yang memberi harapan
yang akan membawa pada pemecahan masalah.
d. Menilai hipotesis; Dengan jalan berpikir dapat diperkirakan akibat-akibat suatu hipotesis. Kalau
ternyata bahwa hipotesis ini tidak akan memberi basil baik, maka dimulai lagi dengan langkah kedua.
e. Mengadakan eksperimen/menguji hipotesis; Bila suatu hipotesis memberi harapan baik, maka diuji
melalui eksperimen. Kalau berhasil, berarti masalah ini dipecahkan. Tetapi kalau tidak berhasil, harus
kembali lagi dari langkah-langkah kedua atau ketiga.
f. Menyimpulkan; Laporan tentang keseluruhan prosedur pernecahan masalah yang diakhiri dengan
kesimpulan. Di sini kernungkinan dapat dicetuskan suatu prinsip atau hukum. Kesanggupan
memecahkan masalah harus diajarkan kepada para siswa, sebab pemecahan masalah secara ilmiah
(scientific method) berguna bagi mereka untuk memecahkan masalah yang sulit. Metode ini selain
dapat digunakan untuk mernecahkan masalah dalam berbagai bidang studi, juga dapat digunakan
untuk pemecahan yang berkaitan dengan kebutuhan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan merupakan sarana penyampaian ilmu.


Pendidikan di sekolah merupakan bentuk pendidikan secara formal, di mana guru melaksanakan interaksi
belajar mengajar. Guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa daam kegiatan proses
pembelajaran. Peran guru membawa konsekuensi terhadap perubahan pola hubungan guru-siswa. Oleh
karena itu, agar guru dapat menjalankan perannnya seygyanya guru dapat memenuhi prinsip-prinsi belajar
yang dikembangkan dalam pendidikan, antara lain siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam
setiap aktivitas pembelajaran, apa yang dipelajari bermanfaat dan praktis, dan siswa mempunyai
kesempatan untuk memanfaatka secara penuh pengetahuandan keterampilannya dalam waktu yang cukup,
dll.

Peran Guru dan Wali Kelas dalam Pendidikan

Tugas guru
Seorang guru mempunyai tiga tugas pokok, yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas
kemasyarakatan ( sivic mission ).

• Tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau mentransmisi ilmu pengetahuan,
ketrampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui
oleh anak.
• Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas utama
dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri,
identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.
• Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turun
mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat
UUD 1945 dan GBHN.

Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan
dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi
katalisator, motivator, dan dinamisator. Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus
memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang,
pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus
mampu membuat anak didik itu pada akhirnya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan
harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena itu
anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga
kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas
kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahua, pilihan hidup dan praktek
komunikasi.

Peran guru
Peran guru menurut WF Connell dibedakan menjadi tujuh, yaitu :

1. Pendidik
2. Model
3. Pengajar dan pembimbing
4. Pelajar
5. Komunikator terhadap masyarakat setempat
6. Pekerja administrasi
7. Kesetiaan terhadap lembaga

Peran Guru sebagai Pendidik

Merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan, tugas-tugas
pengawasan dan pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu
menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-
tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan untuk memperoleh pengalaman
lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain,
moralitas tanggung jawab kemasyarakatan, pengetahuan dan ketrampilan dasar, persiapan untuk
perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hak yang bersifat personal dan spiritual. Oleh
karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab
pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang
dengan norma-norma yang ada.

Peran Guru sebagai Model

Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah
laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang
dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai-nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah
Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.

Peran Guru sebagai Pengajar dan Pembimbing

Setiap guru harus memberikan pengetuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah, seperti
persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual
dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah
laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai
dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan
keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan
kemempuannya lebih lanjut.

Peran Guru sebagai Pelajar

Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak
hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga
tugas kemesyarakatan maupun tugas kemanusiaan.

Peran Guru sebagai Komunikator Pembangunan Masyarakat

Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang
dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
Peran Guru sebagai Administrator
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang
pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur.
Segala pelaksanaan dalam kaitannyaproses belajar mengatur perlu diadministrassikan secara baik. Sebab
administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya
merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugsanya dengan baik.
Peran Guru sebagai Setiawan dalam Lembaga Pendidikan
Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan
kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan
insidental.

Peran Wali Kelas

Seorang wali kelas merupaan orang tua pertama di sekolah, seorang wali kelas juga dapat berperan
sebagai seorang motivator, fasilitator dan mengetahui seluk beluk permasalahan siswa baik secara pribadi,
sosial dan akademis.

Peran wali kelas sebagai motivator

Seorang wali kelas harus mampu mendorong siswa agar lebih maju dan semangat, memberikan wawasan
yang lebih luas, memberikan bekal untuk masa depan siswa.

• Peran wali kelas sebagai fasilitator. Seorang wali kelas harus bisa menjalin hubungan kemitraan
dengan siswa, hubungan kemitraan antara guru denagn siswa, guru bertindak sebagai
pendamping belajar para siswanya dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan
agar siswa dapat belajar dengan baik.
• Pribadi. Seorang wali kelass harus mengetahui karakter dan sifat anak sehingga guru bisa
memberikan pelayanan sesuai dengan sifat anak.

Sosial

Seorang wali kelas harus mengetahui hubungan sosial anak denagn teman sebaya, dengan guru, dan
orang tua agar wali kelas dapat menyesuaikan dengan kondisi yang sebenarnya.

Akademis

Seorang wali kelas harus mengetahui kemampuan, prestasi siswa sehingga wali kelas bisa memberikan
motivasi sesuai dengan masalah akademis dalam kemampuan siswa.

Kesimpulan

Peran pendidik, yaitu guru dan wali kelas sangat penting dalam perkembangan anak didiknya dalam
memperoleh pembelajaran/ pendidikan di lingkungan akademika, maka penulis berharap agar guru
mendorong siswa untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai
prestasi setinggi-tingginya serta membantu mereka menghargai nilai belajar dan pengetahuan.
Sebagai guru dan wali kelas berperan sebagai sahabat siswa, menjadi teladan dalam pribadi yang
mengundang rasa hormat siswa. Guru dan wali kelas berperan untuk membimbing siswa belajar,
berprakarsa, serta mengeluarkan ide-ide terbaik yang dimiliki mereka. Dengan demikian diharapkan para
siswa mampu mengembangkan kreativitas, terdorong untuk mengadakan penemuan yang inovatif sehingga
kita berharap mereka mampu bersaing dalam masyarakat global. Wallahu a'lam.

PERAN GURU KELAS DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR

Judul: PERAN GURU KELAS DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING DI


SEKOLAH DASAR
Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan bagian PENDIDIKAN / EDUCATION.
Nama & E-mail (Penulis): Rustantiningsih
Saya Guru di SDN Anjasmoro Semarang
Topik: Bimbingan Konseling
Tanggal: 8 Juli 2008

PERAN GURU KELAS DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH


DASAR

Oleh: Rustantiningsih

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan pendidikan dasar yakni
memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya
sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta
mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah (pasal 3 PP nomor 28 tahun
1990 tentang Pendidikan Dasar).

Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pendidikan


nasional. Untuk itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang
melimpah, tetapi terletak pada sumber daya alam yang berkualitas. Sumber daya alam yang
berkualitas adalah sumber daya manusia, maka diperlukan peningkatan sumber daya
manusia Indonesia sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk
mencapai kemajuan bangsa.

Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan
sebagai suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Tim
Pengembangan MKDK IKIP Semarang bahwa proses pendidikan adalah proses interaksi
antara masukan alat dan masukan mentah. Masukan mentah adalah peserta didik,
sedangkankan masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka, tujuan dan materi
kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, system administrasi dan supervisi pendidikan,
sistem penyampaian, tenaga pengajar, sistem evaluasi serta bimbingan konseling (Tim
Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:58).

Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan


yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di
sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan
demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan
pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.

Di Sekolah Dasar, kegiatan Bimbingan Konseling tidak diberikan oleh Guru Pembimbing
secara khusus seperti di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Guru kelas harus menjalankan
tugasnya secara menyeluruh, baik tugas menyampaikan semua materi pelajaran (kecuali
Agama dan Penjaskes) dan memberikan layanan bimbingan konseling kepada semua siswa
tanpa terkecuali.

Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, Prayitno (1997:35-36) mengatakan


bahwa pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi,
penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok,
dan konseling kelompok.

Guru Sekolah Dasar harus melaksanakan ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut
agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga
tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mencapai
prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan
pembelajaran yang cukup berarti.

Realitas di lapangan, khususnya di Sekolah Dasar menunjukkan bahwa peran guru kelas
dalam pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal mengingat
tugas dan tanggung jawab guru kelas yang sarat akan beban sehingga tugas memberikan
layanan bimbingan konseling kurang membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi
belajar siswa.

Selain melaksanakan tugas pokoknya menyampaikan semua mata pelajaran, guru SD juga
dibebani seperangkat administrasi yang harus dikerjakan sehingga tugas memberikan
layanan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara maksimal. Walaupun sudah
memberikan layanan bimbingan konseling sesuai dengan kesempatan dan kemampuan,
namun agaknya data pendukung yang berupa administrasi bimbingan konseling juga belum
dikerjakan secara tertib sehingga terkesan pemberian layanan bimbingan konseling di SD
"asal jalan".

Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling tersirat


bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak mungkin
akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak memiliki sistem pengelolaan yang
bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Untuk itu
diperlukan guru pembimbing yang profesional dalam mengelola kegiatan Bimbingan
Konseling berbasis kompetensi di sekolah dasar.

Berdasar latar belakang tersebut di atas, penulis tergerak untuk melakukan telaah mengenai
peran guru kelas dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka persoalan mendasar yang hendak ditelaah dalam
makalah ini adalah bagaimana peran guru kelas dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling di
Sekolah Dasar?

B. PEMBAHASAN

1. Hakikat Bimbingan dan Konsling di SD

M. Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau
layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang
dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungan.

Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu
dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam
kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).

Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan


individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat
(Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:11).

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam
penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat
mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar
memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan
dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).

Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997:106).

Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia
memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan
memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo,
1986:39).

Dari pengertin tersebut, dapat penulis sampaikan ciri-ciri pokok konseling, yaitu:
(1) adanya bantuan dari seorang ahli,
(2) proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling,
(3) bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar memperoleh konsep
diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di
masa yang akan datang.

2. Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD

Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelangi perlunya
bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis. Secara umum,
latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan
nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan
terampil serta sehat jasmani dan rohani.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh
komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan.

Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan
adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga
berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.

Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya
layanan bimbingan di sekolah yakni:
(1) masalah perkembangan individu,
(2) masalah perbedaan individual,
(3) masalah kebutuhan individu,
(4) masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
(5) masalah belajar
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling di SD

Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:

a. Fungsi penyaluran ( distributif )

Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa


dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah,
memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat,
cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk
memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak dalam
kelompok belajar, dan lain-lain.

b. Fungsi penyesuaian ( adjustif )

Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh
penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik
konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-
kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara
optimal.

c. Fungsi adaptasi ( adaptif )

Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya
guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan
pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri,
kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data
ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga
para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan
dan minat (Sugiyo, 1987:14)

4. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling di SD

Prinsip merupakan paduan hasil kegiatan teoretik dan telaah lapangan yang digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan (Prayitno, 1997:219). Berikut ini
prinsip-prinsip bimbingan konseling yang diramu dari sejumlah sumber, sebagai berikut:

a. Sikap dan tingkah laku seseorang sebagai pencerminan dari segala kejiwaannya adakah
unik dan khas. Keunikan ini memberikan ciri atau merupakan aspek kepribadian seseorang.
Prinsip bimbingan adalah memperhatikan keunikan, sikap dan tingkah laku seseorang,
dalam memberikan layanan perlu menggunakan cara-cara yang sesuai atau tepat.

b. Tiap individu mempunyai perbedaan serta mempunyai berbagai kebutuhan. Oleh


karenanya dalam memberikan bimbingan agar dapat efektif perlu memilih teknik-teknik yang
sesuai dengan perbedaan dan berbagai kebutuhan individu.

c. Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang pada akhirnya orang
yang dibantu mampu menghadapi dan mengatasi kesulitannya sendiri.

d. Dalam suatu proses bimbingan orang yang dibimbing harus aktif , mempunyai bayak
inisiatif. Sehingga proses bimbingan pada prinsipnya berpusat pada orang yang dibimbing.

e. Prinsip referal atau pelimpahan dalam bimbingan perlu dilakukan. Ini terjadi apabila
ternyata masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan oleh sekolah (petugas bimbingan).
Untuk menangani masalah tersebut perlu diserahkan kepada petugas atau lembaga lain
yang lebih ahli.

f. Pada tahap awal dalam bimbingan pada prinsipnya dimulai dengan kegiatan identifikasi
kebutuhan dan kesulitan-kesulitan yang dialami individu yang dibimbing.

g. Proses bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan


kebutuhan yang dibimbing serta kondisi lingkungan masyarakatnya.

h. Program bimbingan dan konseling di sekolah harus sejalan dengan program pendidikan
pada sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupakan keharusan karena usaha bimbingan
mempunyai peran untuk memperlancar jalannya proses pendidikan dalam mencapai tujuan
pendidikan.

i. Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaklah dipimpin oleh
seorang petugas yang benar-benar memiliki keahlian dalam bidang bimbingan. Di samping
itu ia mempunyai kesanggupan bekerja sama dengan petugas-petugas lain yang terlibat.

j. Program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya senantiasa diadakan penilaian


secara teratur. Maksud penilaian ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan manfaat
yang diperoleh dari pelaksanaan program bimbingan. Prinsip ini sebagai tahap evaluasi
dalam layanan bimbingan konseling nampaknya masih sering dilupakan. Padahal
sebenarnya tahap evaluasi sangat penting artinya, di samping untuk menilai tingkat
keberhasilan juga untuk menyempurnakan program dan pelaksanaan bimbingan dan
konseling (Prayitno, 1997:219).

5. Kegiatan BK dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi

Berdasakan Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling (2004)


dinyatakan bahwakerangka kerja layanan BK dikembangkan dalam suatu program BK yang
dijabarkan dalam 4 (empat) kegiatan utama, yakni:

a. Layanan dasar bimbingan

Layanan dasar bimbingan adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa
mengembangkan perilaku efektif dan ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu pada
tugas-tugas perkembangan siswa SD.

b. Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu memenuhi
kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih
bersifat preventik atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual,
konseling kelompok, dan konsultasi. Isi layanan responsif adalah:
(1) bidang pendidikan;
(2) bidang belajar;
(3)bidang sosial;
(4) bidang pribadi;
(5) bidang karir;
(6) bidang tata tertib SD;
(7) bidang narkotika dan perjudian;
(8) bidang perilaku sosial, dan
(9)bidang kehidupan lainnya.

c. Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang membantu seluruh


peserta didik dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir,dan kehidupan
sosial dan pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini untuk membantu siswa memantau
pertumbuhan dan memahami perkembangan sendiri.

d. Dukungan sistem, adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan,


memelihara dan meningkatkan progam bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan
melalui pengembangaan profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan
guru, staf ahli/penasihat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan
pengembangan (Thomas Ellis, 1990)

Kegiatan utama layanan dasar bimbingan yang responsif dan mengandung perencanaan
individual serta memiliki dukungan sistem dalam implementasinya didukung oleh beberapa
jenis layanan BK, yakni:
(1) layanan pengumpulan data,
(2) layanan informasi,
(3) layanan penempatan,
(4) layanan konseling,
(5) layanan referal/melimpahkan ke pihak lain, dan
(6) layanan penilaian dan tindak lanjut (Nurihsan, 2005:21).

6. Peran Guru Kelas dalam Kegiatan BK di SD

Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat


menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas
dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian
tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK,
yaitu:

a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium,


studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan
lain-lain.

c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta


reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas)
dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-
mengajar.

d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan.

e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.

f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan


pengetahuan.

g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-
mengajar.

h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.

i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang
akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak
didiknya berhasil atau tidak.

C. PENUTUP

1. Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru kelas dalam pelaksanaan
Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar sangat penting sekali. Sejalan diberlakukannya
Kurikulum Berbasis Kompetensi, guru kelas mempunyai peran yang sentral dalam kegiatan
BK. Peran tersebut mencakupi peran sebagai informator, organisator, motivator, director,
inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator. Peran tersebut tidak dapat berjalan
sendiri-sendiri, namun merupakan sebuah sistem yang saling melengkapi dalam kegiatan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar.

2. Saran

Mewujudkan peran guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK di SD bukanlah hal yang
mudah. Hal tersebut dikarenakan, di SD tidak memiliki Guru Pembimbing. Guru kelas
memiliki tanggung jawab ganda, di samping mengajar juga membimbing. Oleh karena itu,
guru kelas hendaknya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pelaksanaan
kegiatan BK sehingga memiliki wawasan yang mendalam terhadap kegiatan-kegiatan BK di
Sekolah Dasar.

Ira

PERAN GURU DALAM MEMBANGKITKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA


Oleh M. Sobry Sutikno

Pembelajaran efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan mudah dan menyenangkan. - M. Sobry Sutikno -

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri
seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung
tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi,
ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.

Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak
di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar,
sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab
seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.


• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan
orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena
adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau
melakukan sesuatu atau belajar.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru.
Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya
dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap
materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat
mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan
dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta
didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai
berikut:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.


Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan
Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula
motivasi dalam belajar.

2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar
lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa
yang berprestasi.

3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya,
berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang
bersifat membangun.

5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini
diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi
belajarnya.

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar


Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik


8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

*Penulis adalah Direktur Eksekutif YNTP for research and Development Kabupaten Sumbawa Barat – NTB
(Tode Dasan, Desa Dasan Anyar, Kecamatan Jereweh, KSB)

64 KOMENTAR
16.04.2007 00:31:13
Terima kasih artikel Bapak menambah inspirasi saya untuk memahami bagaimana membangkitkan motivasi
siswa. Meskipun demikian, perlu disadari bahwa peran guru yang hanya mampu memotivasi dari luar saja
tidak bisa menjamin bahwa siswa juga akan termotivasi dari dalam. Efek dari motivasi luar pun juga
sementara saja, alias kurang mendukung "long-term learning"-nya. Inilah yang menjadi pertanyaan saya,
bagaimana mendorong dan melatihkan siswa untuk memiliki "long-term learning", selain juga mereka
menikmati proses pembelajaran itu sendiri. Pertanyaan ini juga terbuka untuk yang lain.
P. YANU ARMANTO
18.04.2007 19:50:06
Menurut saya, motivasi dari dalam siswa dapat dibentuk jika seorang guru/pendamping mampu membuat
suatu pelajaran tersebut menyenangkan bagi siswa. Caranya bisa melalui permainan, simulasi, menonton
film, interaksi langsung dengan alam, penggunaan media-media interaktif dan sebisa mungkin justru
menghindari hukuman.

Hukuman tidak efektif untuk membentuk perilaku, jadi sebaiknya justru dihindari, lebih baik menggunakan
sistem pujian atau hadiah. Hukuman hanya akan memberikan rasa takut pada siswa, padahal rasa takut
adalah penghambat seseorang untuk belajar.

Jika pelajaran adalah menyenangkan bagi siswa tentu dengan sendirinya membentuk \'long term learning\',
siswa memiliki motivasi untuk terus mencari tahu, untuk terus belajar. Tentunya kita juga harus
memperhatikan bakat kesenangan masing-masing siswa dan tidak bisa menyama-ratakan bahwa semua
siswa harus suka dengan pelajaran tersebut karena disitulah justru letak keunikan seseorang (individual
difference).

Prinsip belajar yang menyenangkan ini secara psikologi sering diterapkan dalam berbagai metode seperti
quantum learning, accelerated learning. Teori Thorndike juga mengatakan bahwa perilaku yang memberi
efek menyenangkan akan terus diulang-ulang.

Secara teori begitu der, sayangnya saya sendiri belum pernah ngajar di kelas sebagai guru, hanya pernah
ngajarin anak-anak desa waktu kkn sambil menerapkan teori-teori belajar yang pernah saya dapatkan.

Namun setidaknya saya pribadi merasakan hasil dari pembelajaran yang menyenangkan dalam beberapa
mata kuliah di kampus dulu. Dosen saya tidak memberi materi berupa ceramah atau catatan melulu, namun
kami terkadang diajak bermain, diajak menonton film, diskusi di luar kelas, dan pada akhirnya kami boleh
mempresentasikan materi-materi dengan cara kami sendiri. (*Tentunya pada bagian akhir kegiatan, dosen
memberikan benang merah materi) Hasilnya beberapa materi masih temangsang di ingatan saya, begitu
juga minat terhadap mata kuliah tersebut masih tinggi.

GURU SEBAGAI MOTIVATOR


Keberadaan seorang guru dalam suatu sekolah tidaklah dapat disangkali lagi, karena tanpa guru sekolah
tidak akan dapat berjalan. Namun peran guru tidaklah hanya berhenti sebagai pengajar yang melakukan
transfer ilmu saja, karena tanpa adanya peran sebagai motivator maka sia-sialah peran guru sebagai sosok
yang melakukan transfer ilmu.

Seorang motivator adalah seseorang yang mampu membangkitkan motif atau keinginan
seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Berdasarkan kedudukannya sebagai seorang guru
tentu memiliki sasaran yang pasti yaitu murid-murid yang dihadapinya sehari-hari. Bangkitnya motivasi
mereka untuk meraih suatu prestasi merupakan bagian dari keberhasilannya sebagai seorang motivator dan
merupakan suatu kebanggaan melihat murid yang dibimbingnya memiliki suatu prestasi yang
optimal. Tampilnya seorang guru sebagai motivator bagi siswa-siswi yang dihadapinya
sehari-hari bukanlah hal yang mudah. Untuk menjadi seorang motivator bagi siswa-siswinya, seorang guru
juga harus dapat memberi motivasi bagi dirinya sendiri yang otomatis menjadi motivator bagi dirinya sendiri.

Sudahkah Anda menjadi motivator bagi diri Anda sendiri? Tanpa hal ini rasanya akan sulit bagi seorang
guru untuk menjadi motivator bagi siswa-siswinya.
Saat ini yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara yang terbaik yang harus dilakukan oleh
seorang guru agar ia dapat melaksanakan fungsinya sebagai seorang motivator . Berbagai teori telah
dikemukakan namun seringkali gagal. Siswa tetap tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi, yang nampak
melalui nilai-nilai akademik, banyaknya siswa-siswi yang membolos sekolah hingga menimbulkan banyak
masalah. Contohnya: tawuran di antara siswa. Hal ini membuat para guru menjadi serba salah dalam
bertindak, karena merasa telah melaksanakan berbagai cara ataupun teori namun hasil yang dicapai tidak
kunjung terlihat. Sehingga seringkali timbul kesan bahwa guru-guru di Indonesia adalah guru yang memiliki
kemampuan minim. Padahal bila dibuktikan akan terlihat bahwa banyak guru di Indonesia adalah guru-guru
yang memiliki kompeten tinggi dalam dunia pendidikan. Namun tidak pula dapat kita sangkali bahwa banyak
guru di Indonesia yang hanya melakukan transfer ilmu tanpa mau sedikitpun menjadi motivator bagi
muridmuridnya, bahkan tampak adanya kesan bangga bila muridnya mendapat nilai buruk dalam mata
pelajaran yang diajarnya, hal ini dianggapnya menunjukkan bahwa semua murid itu bodoh dan hanya
gurulah yang pandai.

EMPAT LANGKAH SEORANG MOTIVATOR EFEKTIF


Sebenarnya menjadi seorang motivator bagi siswa-siswi di sekolah bukanlah hal yang sulit. Namun hal ini
juga bukan berarti hal yang mudah untuk dilakukan.
Oleh karena itulah penulis mencoba merangkum beberapa pemikiran ke dalam .Empat Langkah.. ini

1. Lakukanlah yang terbaik!


Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk
manusia (Kolose 3 : 23). Kuncinya adalah belajarlah mencintai apa yang anda lakukan maka Anda akan
merasakan hasilnya.

2. Jadilah teladan bagi lingkungan


Teladan yang baik merupakan bukti bahwa seseorang mampu menjadi motivator bagi dirinya. Karena itu
merupakan syarat utama sebagai seorang motivator. Contohnya: seorang guru perokok tidak mungkin
menjadi seorang motivator bagi siswa-siswinya
agar tidak merokok

3. Jadikanlah siswa-siswi sebagai subyek


Dengan menjadikan seorang siswa-siswi sebagai subjek pendidikan, maka kita memberikan kesempatan
pada mereka untuk menjadi manusia yang kritis dalam berpikir serta menyampaikan pendapatnya secara
demokratis tanpa meninggalkan norma-norma yang ada. Menjadikan siswa sebagai subyek dapat kita
lakukan dengan cara menjadi pelindung, orang tua atau bahkan seorang sahabat yang memiliki rasa empati
bagi mereka (khususnya untuk anak-anak remaja) di saat mereka membutuhkan tempat untuk
mencurahkan isi hati mereka
4. Memiliki wawasan yang luas
Seorang motivator tidak akan menjadi motivator yang baik bila tidak memiliki wawasan yang luas mengenai
berbagai bidang.

DAMPAK
Dampak yang timbul bila guru menjalankan perannya sebagai motivator antara lain adalah:

a. Timbulnya keinginan pada siswa untuk lebih menekuni materi yang dihadapinya. Hal ini akan sangat
berpengaruh dengan prestasi akademik siswa.

b. Adanya keinginan yang kuat dalam diri siswa untuk pergi ke sekolah, contohnya: siswa tidak perlu lagi
dipaksa untuk pergi ke sekolah. Mereka menikmati acara belajar mereka yang berlangsung di sekolah
sehingga tidak ada lagi dalam pikiran mereka untuk membolos.
c. Rasa memiliki sekolah; akan timbul bila siswa merasa bahwa sekolahnya adalah suatu tempat yang
menyenangkan. Hal ini juga mempengaruhi nama baik sekolah.

Peran Guru sebagai Motivator


Tanggal: 04 Oktober 2008

Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher
oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam
proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai
motivator.

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu,
guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru
dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang
efektif.
Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai beberapa teori tentang motivasi
(motivation) dan pemotivasian (motivating) yang diharapkan dapat membantu para manajer (baca: guru)
untuk mengembangkan keterampilannya dalam memotivasi para siswanya agar menunjukkan prestasi
belajar atau kinerjanya secara unggul. Kendati demikian, dalam praktiknya memang harus diakui bahwa
upaya untuk menerapkan teori-teori tersebut atau dengan kata lain untuk dapat menjadi seorang motivator
yang hebat bukanlah hal yang sederhana, mengingat begitu kompleksnya masalah-masalah yang berkaitan
dengan perilaku individu (siswa), baik yang terkait dengan faktor-faktor internal dari individu itu sendiri
maupun keadaan eksternal yang mempengaruhinya.

Terlepas dari kompleksitas dalam kegiatan pemotivasian tersebut, dengan merujuk pada pemikiran Wina
Senjaya (2008), di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan
motivasi belajar siswa

1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.


Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang
tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat
meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat
motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan
terlebih dulu tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, para siswa pun seyogyanya dapat dilibatkan untuk
bersama-sama merumuskan tujuan belajar beserta cara-cara untuk mencapainya.
2. Membangkitkan minat siswa.
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu,
mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi
belajar. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya :

• Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan
tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya.
Dengan demikian guru perlu enjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
• Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelaaran
yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan
tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik,
yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat
membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan
kesuksesan dalam belajar.
• Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya diskusi, kerja
kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain.

3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.

Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan,
merasa aman, bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar,
terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang lucu.

4. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.

Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikanpujian yang wajar merupakan salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan
kata-kata. Pujian sebagain penghargaan dapat dilakukan dengan isyarat, misalnya senyuman dan
anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan.

5. Berikan penilaian.

Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi
sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus
dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan
secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.

6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.

Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif. Setelah
siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan
memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.

7. Ciptakan persaingan dan kerja sama.

Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran
siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil
yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
bersaing baik antara kelompok maupun antar-individu. Namun demikian, diakui persaingan tidak selamanya
menguntungkan, terutama untuk siswa yang memang dirasakan tidak mampu untuk bersaing, oleh sebab
itu pendekatan cooperative learning dapat dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan antarkelompok.

Di samping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar siswa di atas, adakalanya motivasi itu
juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran,
dan kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat (menantang). Namun, teknik-teknik semacam itu hanya
bisa digunakan dalam kasus-kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan membangkitkan motivasi
dengan cara-cara semacam itu lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan
cara-cara yang positif, sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindari.

Peran Guru sebagai Motivator


dalam KTSP
Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher
oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam
proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai
motivator.

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru
perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut
kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif.
Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai beberapa teori tentang motivasi
(motivation) dan pemotivasian (motivating) yang diharapkan dapat membantu para manajer (baca: guru)
untuk mengembangkan keterampilannya dalam memotivasi para siswanya agar menunjukkan prestasi
belajar atau kinerjanya secara unggul. Kendati demikian, dalam praktiknya memang harus diakui bahwa
upaya untuk menerapkan teori-teori tersebut atau dengan kata lain untuk dapat menjadi seorang motivator
yang hebat bukanlah hal yang sederhana, mengingat begitu kompleksnya masalah-masalah yang berkaitan
dengan perilaku individu (siswa), baik yang terkait dengan faktor-faktor internal dari individu itu sendiri
maupun keadaan eksternal yang mempengaruhinya.

Terlepas dari kompleksitas dalam kegiatan pemotivasian tersebut, dengan merujuk pada pemikiran Wina
Senjaya (2008), di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan
motivasi belajar siswa

1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.


Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang
tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat
meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat
motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan
terlebih dulu tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, para siswa pun seyogyanya dapat dilibatkan untuk
bersama-sama merumuskan tujuan belajar beserta cara-cara untuk mencapainya.
2. Membangkitkan minat siswa.
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu,
mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya :

• Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan
tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya.
Dengan demikian guru perlu enjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
• Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelaaran
yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak
diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang
dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat
membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan
kesuksesan dalam belajar.
• Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya diskusi, kerja
kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain.

3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.

Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan,
merasa aman, bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar,
terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang lucu.

4. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.

Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikanpujian yang wajar merupakan salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-
kata. Pujian sebagain penghargaan dapat dilakukan dengan isyarat, misalnya senyuman dan anggukan yang
wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan.

5. Berikan penilaian.

Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi
sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus
dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan
secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.

6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.

Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif. Setelah siswa
selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan
tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.

7. Ciptakan persaingan dan kerja sama.

Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran
siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil
yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
bersaing baik antara kelompok maupun antar-individu. Namun demikian, diakui persaingan tidak selamanya
menguntungkan, terutama untuk siswa yang memang dirasakan tidak mampu untuk bersaing, oleh sebab itu
pendekatan cooperative learning dapat dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan antarkelompok.

Di samping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar siswa di atas, adakalanya motivasi itu
juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran,
dan kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat (menantang). Namun, teknik-teknik semacam itu hanya
bisa digunakan dalam kasus-kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan membangkitkan motivasi
dengan cara-cara semacam itu lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan
cara-cara yang positif, sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindari.

PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan penelitian tersebut diatas, untuk fokus pertama yaitu strategi guru dalam
menyusun rencana pembelajaran? Sebelum tahun ajaran baru, kepala sekolah mengadakan rapat kerja
dengan kegiatan membuat rencana kegiatan pembelajaran selama setahun kedepan yaitu menyusun
silabus, analisa mata pelajaran, program tahunan, program semester dan rencana program pembelajaran.
Semua guru berusaha membuat perencanaan dengan baik, bahkan ada suasana berlomba untuk membuat
program mengajar yang baik dan berupaya selesai duluan. Pada hakekatnya bila suatu kegiatan
direncanakan lebih dahulu, maka tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Itulah
sebabnya seorang guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pengajaran. Sehubungan dengan
hal itu David Johnson (1979:9), mengatakan guru diharapkan merencanakan dan menyampaikan
pengajaran, karena semua itu memudahkan siswa belajar. Pengajaran merupakan rangkaian peristiwa yang
direncanakan untuk disampaikan, untuk menggiatkan dan mendorong belajar siswa yang merupakan proses
merangkai situasi belajar (yang terdiri dari ruang kelas, siswa dan materi kurikulum) agar belajar menjadi
lebih mudah.

Perencanaan/persiapan mengajar disusun secara bersama-sama dengan guru mata pelajaran


yang serumpun yang tergabung dalam MGMP sekolah yang selanjutnya dimantabkan pada pertemuan
MGMP tingkat kabupaten. Bahwa selain berguna sebagai alat kontrol, maka persiapan mengajar juga
berguna sebagai sebagai pegangan guru sendiri (Hendiyat Soetopo & Wasty S, 1984:136). Demikian pula
bahwa mengajar dengan perencanaan/Persiapan yang baik maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik
dan efektif yaitu peserta didik harus dijadikan pedoman setiapkali membuat persiapan mengajar (Tim
Pembina Mata Kuliah Kurikulum. IKIP Surabaya (1988:48)

Untuk fokus yang kedua strategi guru dalam menjalin kerjasama dengan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar, guru pada awal kegiatan belajar mengajar berupaya menjalin hubungan baik dengan
semua siswa dengan memanfaatkan sedikit waktu untuk mengabsen siswa, juga mengadakan pendekatan
dengan siswa dari bangku ke bangku yang lain ketika siswa mengerjakan tugas sambil melihat hasil
pekerjaan siswa, seperti apa? mungkin pekerjaan siswa ada yang tidak sesuai dengan petunjuk, nah siswa
yang semacam ini yang perlu diarahkan/dibimbing. Temuan peneliti diatas sesuai dengan pendekatan
pengelolaan kelas yaitu pendekatan iklim sosio-emosional yang berlandaskan psikologi klinis dan konseling
dengan mengasumsikan, bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan sosio-emosional
yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa juga antara
siswa dengan siswa. Untuk tugas guru yang pokok dalam pengelolaan kelas adalah membangun atau
menciptakan hubungan interpersonal dan mengembangkan iklim sosio emosional yang positif.

Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar, guru berusaha menyampaikan materi pelajaran
dengan suara yang jelas, dengan menggunakan bahasa yang sederhana yang mudah dipahami siswa
sehingga mampu menarik perhatian siswa, juga setiap pokok bahasan selalu dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari, misalnya: manfaat pelajaran bahasa Indonesia agar bisa berbahasa Indonesia yang benar,
manfaat kimia untuk industri dan sebagainya.

Model pembelajaran yang diterapkan guru adalah model pemberian tugas secara kelompok, model
tutor sebaya. Setiap masuk kelas apakah kegiatan siswa mengerjakan tugas atau praktikum, siswa
dikelompok-kelompokkan, setiap kelompok terdiri dari 6-8 siswa dan untuk anak-anak yang pandai disebar,
yang nantinya bisa di manfaatkan sebagai tutor sebaya, disini guru berfungsi sebagai fasilitator dan hasilnya
akan diinformasikan kepada sesama temannya dengan bantuan siswa yang pandai-pandai yang
sebelumnya sudah dikelompokkan.

Untuk mata pelajaran matematika, menggunakan model Grade Level Based Learning (GLBL)
dimana kelas dibagi menjadi tiga bagian ada upper, midle dan low kemudian dipadukan dengan model
Jigsaw , siswa dikumpulkan dalam tiga tingkatan, papan dijadikan 3 petak dengan diberi soal dengan level
yang berbeda sesuai dengan kemampuan siswa, setelah itu dicross kemudian bentuk kelompok baru
disitulah mereka saling mengisi, lalu di tes nilainya adalah gabungan dari siswa yang potensinya rendah,
sedang dan tinggi. Akhirnya anak yang tidak bisa berusaha mencari tahu dari anak yang pintar, anak yang
pintar berusaha memberi ilmunya pada anak yang tidak bisa dengan tujuan agar nilai rata-ratanya baik,
sebab nilainya adalah nilai bersama. Jadi anak sepintar apapun kalau tidak berusaha membantu yang
kemampuan di bawahnya jatuhlah nilainya, sehingga mereka mempunyai tanggung jawab untuk mengajari
temannya yang nilainya rendah, juga kegiatan presentasi dari masing-masing kelompok diukur sebagai
kerja sama (Sardiman,1986).

Untuk fokus ketiga yaitu pemberian motivasi belajar siswa, dalam penelitian ini ditemukan bahwa
motivasi belajar siswa SMA Negeri Kepanjen bisa ditumbuhkan melalui latihan-latihan soal, pembelajaran di
luar kelas, melibatkan siswa dalam kegiatan ilmiah, mengkomunikasikan hasil ulangan, menggunakan
media pembelajaran, memberikan reinforcement dan memberi perhatian terhadap perkembangan prestasi
maupun prilaku siswa.

Siswa SMA Negeri 1 Kepanjen rata-rata memiliki motivasi belajar yang tinggi, hal ini peneliti amati
saat proses belajar mengajar berlangsung, semua siswa berusaha untuk memperhatikan dan mengikuti
semua kegiatan dengan baik, kemudian adanya rasa bersaing dalam mengerjakan tugas maupun mencapai
nilai yang baik, oleh karena itu guru berupaya mengelola pembelajaran di dalam kelas dengan menarik,
sehingga motivasi belajar siswa tetap terpelihara dengan baik yang pada akhirnya siswa mampu mencapai
prestasi yang optimal.(Mc Cleland)

SMA Negeri 1 Kepanjen memiliki target, prioritas siswa kelas III harus mampu menghadapi UAS
dan UAN sehingga dalam kegiatan pembelajaran terutama yang berkaitan materi ujian akhir tersebut, setiap
guru selalu berusaha memberi latihan-latihan soal baik melalui bimbingan belajar maupun pembelajaran
yang efektif, misalnya mata pelajaran matematika kalau ulangan harian diberi soal-soal dengan bobot yang
tinggi sehingga mereka mendapat nilai 4,5,6 tetapi kalau sudah ulangan semester mereka yang mendapat
nilai 6 itu sedikit sekali, ternyata nilainya lebih bagus. Dengan diberi soal matematika yang bobot
kesulitannya tinggi akan merangsang siswa untuk mengajukan berbagai pertanyaan, selanjutnya dijelaskan
oleh guru, namun juga dalam latihan-latihan juga diberi soal yang bobot kesulitannya sedang, maupun yang
mudah, sehingga anak-anak merasa senang dalam mengikuti pembelajaran matematika.

Mengingat pembelajaran di ruangan kelas kadang kala menjenuhkan, maka untuk menumbuhkan
rasa senang belajar di luar kelas dengan memberi tugas melakukan wawancara, membuat kalimat, teks
pidato, mendata penjualan di Kopsis . Dengan pembelajaran di luar kelas yang tentunya suasananya beda
dan lebih menyenangkan, sehingga akan lebih memacu untuk lebih leluasa dalam mengembangkan
aktifitasnya, mengungkapkan pendapatnya yang pada akhirnya siswa merasa lebih fresh dan dampaknya
perolehan prestasi optimal.
SMA Negeri 1 Kepanjen merupakan lembaga pendidikan yang sudah mendapat kepercayaan dari
berbagai instansi pemerintah dan perguruan tinggi, dalam menghasilkan siswa yang berpotensi, hal ini
peneliti ketahui ada undangan dari berbagai instansi untuk mengikuti lomba-lomba ilmu pengetahuan
maupun kegiatan ilmiah. Setiap tahun, sekolah memprogramkan pengayaan bagi siswa yang memiliki
rangking 1s/d 5 untuk masing-masing kelas, dan mereka dipersiapkan untuk mengikuti lomba ilmu
pengetahuan, siswa teladan dan karya ilmiah, baik tingkat nasional, propinsi maupun tingkat kabupaten.

Sekolah juga selalu mengkomunikasikan hasil prestasi belajar siswa melalui papan khusus yang
tempatnya di depan ruang tata tertib, papan pengumuman hasil belajar tersebut fungsinya untuk
menempelkan perolehan hasil balajar siswa, baik ulangan harian, ulangan per Kompetensi Dasar, ulangan
mid semester, semester maupun rangking kelas, rangking paralel serta siswa yang harus mengikuti
remedial. Juga mengkomunikasikan pada orang tua melalui buku raport. Pendapat Herzberg, pekerjaan itu
sendiri dapat merupakan motivator yang kuat, yang memberikan kontribusi terhadap teori belajar, karena
secara tradisional pekerjaan dianggap kebutuhan yang tidak menarik maka dianggap perlu adanya motivasi
ekstrinsik.

Guru memiliki peranan kepemimpinan yang hakiki dalam hubungannya dengan produktivitas
belajar. Ia memiliki tanggung jawab dalam menciptakan kondisi yang serentak memenuhi kebutuhan siswa
dan kebutuhan tugas. Seorang pelajar jarang menyadari mengapa dia merasa leluasa dan dapat
mengoptimalkan kemampuannya, tetapi ia memberi reaksi secara sadar terhadap “suasana yang diciptakan
oleh gaya mengelola yang merupakan lambang sikap mendukung” (Gellerman, 1963). Adapun bentuk
pemberian motivasi belajar kepada siswa yaitu guru-guru mengadopsi strategi “pengayaan tugas”.
Pengayaan tugas mengandung arti bahwa guru mempunyai tanggung jawab yang jelas untuk merancang
tugas-tugas belajar sedemikian rupa, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mendapat pengalaman
dan suatu perasaan pencapaian pribadi, penghargaan, tanggung jawab, otonomi, kemajuan dan
pertumbuhan.

Memperbaiki faktor kesehatan, seperti pengawasan ketat dan komunikasi yang lebih baik
cenderung untuk meningkatkan hasil belajar yang bersifat sementara. Berlainan dengan itu, pengayaan
tugas dapat mengakibatkan kepuasan, motivasi dan hasil belajar yang tahan lama.

Dari penelitian Frederick Herzberg dapat diperoleh sebuah model yang berguna dan relevan
dengan kegiatan belajar, karena penekanan pada pengayaan tugas memberi kepada guru sebuah strategi
yang kuat untuk mengembangkan serta memperkuat motivasi siswa.

Fokus keempat yaitu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif di SMA Negeri 1 Kepanjen, temuan peneliti sebagai berikut, bahwa semua
warga khususnya yang ada di lingkungan SMA Negeri 1 Kepanjen memiliki budaya disiplin dan tertib dalam
melaksanakan tugas, sekolah berupaya menciptakan lingkungan belajar yang aman, menciptakan suasana
pembelajaran demokratis, memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang kesulitan pelajaran,
menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari mata pelajaran eksak dan senantiasa berusaha untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Salah satu dari program kegiatan team tatib, adalah menciptakan lingkungan belajar yang aman
yaitu dengan cara petugas tatib berkeliling untuk mengontrol kamar kecil, lokasi belakang sekolah, ke kantin
sekolah, tempat parkir pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sebab siswa seusia ini kadang kala
ada yang senang nongkrong di tempat-tempat yang aman menurut mereka, kadang kala petugas tatib
menangkap anak yang nongkrong di tempat tersebut sambil merokok, dengan langkah-langkah semacam
itu maka bisa mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di sekolah, mengadakan razia yang
dibantu dengan guru pembimbing selama upacara bersama berlangsung. Dengan suasana lingkungan
belajar yang aman siswa bisa mengikuti pelajaran dengan baik yang pada akhirnya bisa mencapai prestasi
belajar yang optimal, begitu juga guru bisa menyampaikan materi dengan baik tanpa adanya gangguan dari
siswa sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar dan target pembelajaran bisa tercapai.

Untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan dan siswa antusias dalam mengikuti
pelajaran, seorang guru mengadopsi dari Quantum teaching yaitu menerapkan quesioner quantum dari
angket tersebut guru akan mendapat data tentang type belajar siswa, bagaiman type belajar visual,
auditorial dan kinestetik. Kemudian data mengenai sifat dan gaya belajar siswa tersebut dipakai untuk
meletakkan posisi siswa, bila siswa tergolong visual maka posisi duduknya ditempatkan ditengah, kalau
kinestetik ditempatkan di dekat pintu, kalau auditorial di tempatkan di belakang, demikian juga metode
mengajarnya juga dibuat bervariasi. Kenyataannya dengan tekhnik-tekhnik semacam itu pembelajaran bias
menyenangkan siswa. Selain strategi diatas dengan cara menciptakan suasana pembelajaran yang
demokratis dimana semua siswa dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam memecahkan
persoalan-persoalan kelas dengan keputusan tetap ada pada siswa dengan guru sebagai fasilitator, hal
tersebut didukung oleh Hasibuan (1988:174).

Agar pembelajaran menyenangkan siswa, guru berusaha menciptakan kemudahan siswa dalam
mempelajari materi fisika, misalnya pelajaran fisika tidak banyak melibatkan matematika, jadi fisisnya yang
ditonjolkan. Apa yang pernah dilihat anak, dikembangkan dalam pelajaran fisika di SMA, karena di SMA
pelajaran fisika sudah pernah didapatkan pada pelajaran fisika di SMP, kemudian di SMA ditingkatkan
dengan mempraktekkan di laboratorium dan soal-soalnya diharapkan tidak melibatkan materi matematika.
Biasanya pelajaran fisika kalau sudah kena matematika, anak akan takut karena tidak bisa menyelesaikan
persoalan matematika. Pada awalnya materi untuk siswa kelas X dan XI matematikanya dikurangi, fisisnya
ditonjolkan tetapi kalau sudah masuk kelas III baru menggunakan analisa matematika dalam mata pelajaran
fisika.

Dalam kegiatan belajar mengajar guru senantiasa berusaha menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan, kalau saat guru menerangkan materi yang esensial maka suasana menjadi serius,
namun juga guru kadang kala melontarkan kalimat-kalimat yang membuat siswa tertawa tetapi masih dalam
koridor materi tersebut. Mengingat kelas III adalah sekolah tingkat akhir yang mempunyai beban dan
tanggung jawab yang lebih besar, dimana mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Akhir
Sekolah dan Ujian Akhir Nasional, harus juga merencanakan langkah apa yang harus dilakukan setelah
tamat dari SMA. Melihat beban yang harus dihadapi siswa begitu komplek maka guru SMA Negeri 1
Kepanjen juga merasa empati terhadap kecemasan yang dialami siswa, dengan menciptakan iklim
pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa merasa enjoy dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar dan harapannya bisa mencapai prestasi belajar yang optimal (Walberg & Greenberg, 1977)

Fokus kelima yaitu strategi dalam meningkatkan kedisiplinan siswa yaitu , SMA Negeri 1 Kepanjen
mewajibkan semua siswa baru untuk mengisi format pernyataan tentang kesediaan siswa untuk mematuhi
semua peraturan dan tata tertib yang berlaku di SMA Negeri 1 Kepanjen dengan mengetahui orang tua,
apabila dikemudian hari siswa melanggar maka siswa harus bersedia untuk menerima sanksi bahkan kalau
sering melakukan pelanggaran maka siswa dikembalikan ke orang tua. Demikian pada kegiatan orientasi
siswa baru (MOS), mewajibkan siswa baru mengikuti latihan baris berbaris yang dibina oleh guru SMA
Negeri 1 Kepanjen yang telah mendapatkan sertifikat pelatihan Latihan Baris Berbaris dengan
penyelenggara DokDikJur Rampal Malang. Selanjutnya mewajibkan siswa baru mengikuti ekstra kurikuler
Pramuka, karena kegiatan pramuka berisi kegiatan yang membentuk remaja yang memiliki kepribadian
yang santun, jiwa patriotik dan pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan. Kegiatan ini dilaksanakan
secara periodik yaitu setiap hari jum’at sore yang dibina oleh alumni yang tergabung dalam DA (Dewan
Ambalan), juga ada pembina dari guru-guru SMA Negeri 1 Kepanjen yang aktif dan suka dengan kegiatan
Kepramukaan.

Temuan peneliti diatas sesuai dengan pendapat Rohani (2004:22) guru mesti menyadari bahwa
tanggung jawab dalam pengajaran khususnya untuk menghantarkan perkembangan dan perubahan lebih
maju bagi diri peserta didik tidak boleh menafikan dan melupakan kenyataan bahwa suatu disiplin pada
awalnya harus dipaksakan dari luar menuju kearah disiplin mandiri khususnya disiplin yang menyangkut
aktifitas dalam kelas pengajaran

Untuk meningkatkan disiplin siswa, SMA Negeri 1 Kepanjen memiliki sistem pengendalian
ketertiban yang sudah berjalan dengan baik, sistem ini dilaksanakan oleh petugas tatib bekerja sama
dengan wakasek, guru piket, wali kelas, guru pembimbing dan dibantu oleh dua orang petugas satpam dan
sebagai penanggung jawab dalam hal ini adalah Kepala sekolah. Petugas tatib bersama satpam setiap pagi
berada di pintu gerbang depan dan pintu gerbang belakang, untuk memantau kelengkapan atribut seragam
sekolah siswa, apabila menemui siswa yang seragamnya tidak sesuai dengan jadwal, atribut tidak lengkap,
siswa terlambat, maka siswa yang melanggar setelah bel masuk dikumpulkan di sekretariat tatib, kemudian
disuruh mengisi buku rekaman tentang jenis pelanggaran untuk ditindak lanjuti dengan memberikan sanksi.
Secara umum anak-anak sudah memahami karena sebelumnya sudah disosialisasikan tentang tata tertib
dan peraturan beserta sanksinya, yaitu mengumpulkan alat-alat kebersihan (misalnya: sapu, sulak, kain pel,
keset dsb). Untuk meningkatkan pemantauan terhadap ketertiban siswa, pihak tatib selalu
menginformasikan siswa yang melanggar kepada wali kelasnya masing-masing agar segera ditindak lanjuti
dengan pembinaan wali kelas sehingga siswa tidak berani mengulangi lagi, namun bila sampai dua atau
tiga kali siswa melanggar, maka tatib dan wali kelas mengirim ke guru pembimbing bahkan kalau perlu
didatangkan orang tuanya, dengan harapan orang tua ikut membina di rumah.

Khususnya di SMA Negeri 1 Kepanjen, memang pengendalian ketertiban siswa dibuat sedemikian
rupa sehingga bisa tercipta suasana yang tertib, aman dan terkendali terutama para guru hampir semua
memberi teladan, misalnya begitu bel masuk berbunyi guru sudah berada di depan pintu kelas, demikian
juga bel pelajaran berakhir, guru harus sudah mengakhiri sehingga anak-anak mengikuti bahkan begitu bel
berbunyi anak-anak sudah ada di dalam ruangan kelas bahkan ada juga guru yang sudah menutup pintu
kelas sehingga lima belas menit sebelum bel masuk anak sudah datang di sekolah. Temuan ini sesuai
dengan pendapat yang dimuat dalam (Depdikbud, 1999:138), sekolah yang tertib, aman, dan teratur
merupakan prasyarat agar siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi semacam ini dapat terjadi jika disiplin
di sekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan siswa dapat ditumbuhkan jika iklim sekolah menunjukakan
kedisiplinan. Siswa baru akan segera menyesuaikan diri dengan situasi sekolah. Jika situasi sekolah
disiplin, siswa akan ikut disiplin. Kepala sekolah memegang peran penting dalam membentuk disiplin
sekolah, mulai dari merancang, melaksanakan, dan menjaganya.

Fokus keenam yaitu evaluasi proses belajar mengajar Berdasarkan temuan peneliti bahwa
evaluasi proses belajar mengajar dilaksanakan pada awal pembelajaran, guru selalu melontarkan
pertanyaan yang berkaitan dengan materi pertemuan sebelumnya. Kegiatan selanjutnya membahas materi
inti yang sudah dipelajari siswa sebelumnya, sehingga saat guru membahas para siswa cepat
memahaminya. Setelah itu guru memberikan beberapa persoalan dipapan tulis dengan memberi
kesempatan siswa secara bergilir untuk mengerjakan kedepan dan 90% siswa mengerjakan soal tersebut
dengan benar. Demikian pula bila melihat hasil nilai ulangan harian, rata-rata nilainya baik ( 85 – 100), dan
hasil ulangan harian selalu dibagikan kepada siswa, ulangan semester dilaksanakan secara serempak
bersama SMA yang ada di wilayah kabupaten Malang dengan perolehan hasil ulangan semester secara
umum kelas X, 2 dan kelas 3 berada pada posisi rangking 1-2 dan data perolehan UAN berada posisi
rangking 1-2 untuk wilayah kabupaten Malang. Evaluasi belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru
orientasinya pada hasil belajar maupun kepada proses pembelajaran itu sendiri (Glaser,1965).

Kontrol adalah suatu pekerjaan yang dilakukan seorang guru untuk menentukan apakah fungsi
organisasi serta pimpinanya telah dilaksanakan dengan berhasil mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditentukan. Jika tujuan itu belum dicapai, maka seorang guru harus mengukur kembali serta mengatur
situasi tetapi ia tidak boleh mengubah tujuannya. Jika seseorang guru mengadakan kontrol, maka ia
melakukan: (1) mengevaluasi sistem belajar, (2) mengukur hasil belajar, dan (3) memimpin dengan
berpedoman pada tujuan yang tertentu. Dengan jalan demikian, guru-manajer mencoba menentukan
apakah kejadian-kejadian sesuai dengan apa yang direncanakan, dan jika terjadi kegagalan diubah menjadi
suatu keberhasilan. Hal ini dilakukan dengan jalan memimpin dengan efektif. Hanya efektivitas dia yang
dapat mengubah sumber menjadi hasil(Davies,1986:36)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, pertama strategi guru dalam membuat perencanaan
pembelajaran sebelum tahun ajaran baru, kepala sekolah mewajibkan semua guru membuat perencanaan
pembelajaran yang meliputi: silabus, analisa materi pelajaran (AMP), program tahunan, program semester,
dan Rencana program pengajaran. Pembuatan program mengajar dibuat bersama-sama dengan para guru
yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di sekolah yang kemudian dimantabkan
pada pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat Kabupaten. Selain perangkat mengajar,
penataan ruangan belajar dan pengaturan siswa di dalam kelas, perlu disiapkan pula. Penataan kelas dan
penempatan siswa dalam kelas telah diprogramkan oleh sekolah melalui wakil kepala sekolah bidang
sarana prasarana bekerjasama dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan, guru pembimbing (BK) dan wali kelas. Mengajar dengan persiapan materi yang matang,
penataan ruang belajar yang baik dan pengaturan penempatan siswa di kelas, maka pembelajaran berjalan
dengan lancar dan tertib, demikian juga suasana kelas menjadi nyaman dan siswa bisa mengikuti
pembelajaran dengan on task, yang pada akhirnya siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal.

Kedua Membangun Kerjasama dengan Siswa dalam Pembelajaran. Membangun kerjasama


dengan siswa, artinya dalam pembelajaran terjadi interaksi yang komunikatif atara guru dengan siswa.
Upaya-upaya tersebut: (a) menjalin hubungan baik dengan siswa melalui kegiatan pembelajaran maupun
kegiatan ekstrakurikuler, (b) berusaha menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah di pahami siswa,
(c) menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, (d) menggunakan model pembelajaran
yang bervariasi. Dengan tategi ini suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, sehingga siswa menjadi
on task dalam pembelajaran.

Ketiga Pemberian Motivasi Terhadap Siswa, input siswa SMA Negeri Kepanjen, rata-rata tiap
tahunnya tinggi, dan secara umum motivasi belajar siswa tinggi pula, maka pemberian motivasi belajar
terhadap siswa diberikan dalam bentuk pemberian tugas dan reward: (a) pemberian latihan- latihan soal
UAN, (b) pemberian tugas untuk praktek lapangan,(c) mengikut sertakan siswa dalam kegiatan ilmiah, (d)
selalu mengkomunikasikan hasil belajar siswa, (e) memberikan penguatan/ reinforcement, (f) pembelajaran
dengan menggunakan media, (g) memberikan layanan khusus. Kenyataannya di SMA Negeri 1 Kepanjen
dengan pemberian motivasi dalam bentuk pemberian tugas, maka siswa termotivasi untuk mencapai
prestasi belajar yang optimal.

Keempat Membangun Iklim Pembelajaran Yang Kondusif Dalam menciptakan iklim pembelajaran
yang kondusif di lingkungan SMA 1

Negeri Kepanjen, strategi yang diterapkan adalah sebagai berikut: (a) petugas tatib selalu
mengantisipasi dengan berkeliling untuk mengontrol tempat-tempat yang rawan (kamar mandi, kantin,
tempat parkir belakang), (b) mengadakan razia yang dilaksanakan oleh waka kesiswaan bekerjasama
dengan petugas tatib dan guru pembimbing (BK), (c) guru berusaha memahami siswa dengan latar
belakangnya, (d) guru berupaya menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis, (e) guru bersedia
untuk membantu siswa dalam memecahkan kesulitan belajar, dan (f) menciptakan kemudahan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran .

Kelima, Upaya dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa

Karakteristik SMA Negeri 1 Kepanjen adalah semua warganya mulai dari

kepala sekolah, guru, karyawan dan siswanya memiliki budaya disiplin yang baik, adapun upaya
dalam meningkatkan disiplin siswa sebagai berikut: (a) sekolah memiliki sistem pengendalian ketertiban
yang dikelola dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan prilaku mulai dari pimpinan
sekolah, guru dan karyawan, (c) mewajibkan siswa baru untuk mengikuti ekstrakurikuler Pramuka, (d) pada
awal masuk sekolah guru bersama siswa membuat kesepakatan tentang aturan kelas, (e) memperkecil
kesempatan siswa untuk ijin meninggalkan kelas, dan (f) setiap upacara hari senin diumumkan frekuensi
pelanggaran terendah. Dengan strategi tersebut diatas kultur disiplin siswa bisa terpelihara dengan baik,
suasana lingkungan belajar aman dan terkendali sehingga siswa bisa mencapai prestasi belajar yang
optimal.

Keenam, Evaluasi Proses Belajar Mengajar, sebagai seorang manajer pembelajaran di kelas, guru
mengadakan evaluasi, baik terhadap hasil belajar siswa maupun terhadap proses pembelajaran itu sendiri.
Berdasarkan perolehan ulangan harian, ulangan semester, Ujian Akhir Sekolah, maupun Ujian Akhir
Nasional menunjukkan hasil yang memuaskan. Untuk tingkat wilayah kabupaten Malang perolehan hasil
ulangan semester, Ujian Akhir Sekolah, Ujian Akhir Nasional posisi rangking 1,2 dan 3 diraih oleh SMA
Negeri 1 Kepanjen.

Keberhasilan SMA Negeri 1 Kepanjen dalam meraih semua ini didukung oleh kinerja guru yang
bagus, input siswa tinggi, lingkungan pembelajaran yang kondusif, para guru memiliki komitmen untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Didukung pula oleh peranan kepala sekolah yang mengaktifkan

Musyawarah Guru Mata Pelajaran tingkat sekolah dan mengikut sertakan guru-guru dalam
kegiatan Pendidikan dan Latihan yang mendukung tugasnya

serta menyediakan fasilitas pembelajaran yang menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan


belajar mengajar di sekolah.

Saran
Bagi Sekolah. 1) pelaksanaan pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan kelas yang dilakukan
oleh guru – guru SMA Negeri 1 Kepanjen sudah berjalan dengan baik, hendaknya ditindak lanjuti dengan
supervisi kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun instruktur mata pelajaran yang serumpun, 2)
untuk meningkatkan kompetensi profesional perlu ditindak lanjuti dengan pengadaan DikLat tentang
Quantum learning dan Quantum teaching , 3) salah satu aspek pemberian motivasi belajar siswa adalah
tersedianya fasilitas dan media pembelajaran yang memadai di SMA Negeri 1 Kepanjen, oleh karena itu
sekolah perlu menyediakan tenaga khusus untuk mengelola laboratorium beserta peralatannya sehingga
pada saat guru mengajar fasilitas dan media itu sudah tersedia dan siap pakai, otomatis perawatan dan
kebersihan media terpelihara, 4) upaya dalam meningkatkan disiplin siswa di SMA Negeri Kepanjen perlu
dicontoh/dipelajari oleh SMA Negeri maupun swasta yang ada di wilayah Kabupaten Malang, baik dalam
sistemnya maupun pelaksanaanya. Namun akan lebih kelihatan tertata apabila ruangan tatib diatur
sedemikian rupa, pelaksanaan tata tertib dan peraturan sekolah perlu dikelola dengan menerapkan fungsi-
fungsi manajemen, 5) dalam Penerimaan Siswa Baru, SMA Negeri 1 Kepanjen sudah waktunya untuk
mengembangkan diri yaitu merekrut siswa melalui jalur prestasi akademis maupun jalur prestasi non
akademis, karena SMA Negeri 1 Kepanjen dikalangan masyarakat sudah mendapat kepercayaan yang
tinggi untuk mendidik putra putrinya menjadi siswa yang berkualitas.

Untuk Dinas Pendidikan, 1) memberikan sumbangan pemikiran dan masukan, peningkatan mutu
pendidikan melalui penerapan manajemen kelas dalam pembelajaran, 2) dalam pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi, hendaknya aspek prilaku dan kepribadian tetap menjadi kriteria kenaikan kelas dan
kriteria pelulusan , 3) SMA Negeri 1 Kepanjen ditinjau dari komponen-komponen pendidikannya, input
maupun para lulusannya memiliki kualitas yang bagus oleh karena itu sudah sepantasnya kalau SMA
Negeri 1 Kepanjen dijadikan Pilot Project Sekolah Unggulan.

Untuk Peneliti Lain, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan informasi serta
referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti kasus-kasus sejenis mengenai Strategi Pengelolaan
Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.

You might also like