You are on page 1of 25

Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

Instrusi Air Laut di Kota Semarang

Oleh:
Suwahono

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 1


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

INSTRUSI AIR LAUT Di KOTA SEMARANG

Oleh:
Suwahono

BAB I
PENDAHULUAN

Kotamadya Semarang termasuk salah satu kota pantai yang terdapat di Indonesia.
Kota Semarang memiliki pantai memanjang pada bagian Barat dan Utara kota yang
mayoritas digunakan untuk perumahan.
Sebagai kota pesisir yang keadaan wilayahnya sebagian besar datar, kota Semarang
memiliki ketinggian dari muka air laut berkisar 1-25 meter dari muka air laut dengan
kemiringan tanah rata-rata 0-5º ke arah Barat. Berdasarkan peta geologi, kota Semarang
dan sekitarnya ditutupi oleh jenis batuan tersier dan kuarter yaitu batuan gunung api dan
endapan aluvial.
Data yang direkam dari kawasan meliputi karakteristik geomorfologi, kondisi
lingkungan, kondisi sosial ekonomi masyarakat, jenis kerugian fisik dan non fisik, dan
adaptasi lingkungan dalam mengantisipasi banjir. Data ynga direkam dari 2 bangunan
contoh meliputi denah, bahan bangunan yang digunakan, kerusakan yang pernah terjadi
akibat banjir, perbaikan yang pernah dilakukan, perkiraan kerugian akibat banjir, jenis
perbaikan yang pernah dilakukan. Data tersebut akan digunakan untuk dapat
menindikasikan jumlah kerusakan bila air laut naik setinggi 1 meter.
Dikatakan oleh para ahli bahwa ada kaitan antara kenaikan muka air laut dengan
peningkatan suhu udara dunia. Beberapa indikasi dari meningkatnya muka air laut antara
lain adalah garis pantai yang makin naik, kawasan pantai yang makin berkurang, hilangnya
sebagian kawasan hutan bakau serta terjadinya abrasi dan sedimentasi.

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 2


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

Sekitar 65% penduduk Indonesia bermukim di pantai, maka pada kawasan pantai
yang digunakan untuk tempat tinggal perubahan kondisi fisik pantai ini akan
mempengaruhi kelangsungan hidup penduduk di kawasan tersebut. Kegiatan lain yang
biasanya ada di kawasan pantai yang akan terganggu antar lain pelabuhan, gudang, tempat
pelelangan ikan, tempat rekreasi, terumbu karang dan budidaya ikan, dsb.
Untuk dapat membahas kerugian yang terjadi pada suatu kawasan akibat instrusi air laut
maka pada makalah ini mengangkat permasalahan;
 Bagaimana Gambaran Kota Semarang?
 Bagaimana Instrusi air Laut Di kota Semarang?
 Bagaimana Cara Menanggulanginya?

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 3


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

BAB II
PEMBAHASAN

I. GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG SEKARANG INI


Semarang sebagai kota raya dan lbu kota Jawa Tengah, memiliki sejarah yang panjang.
Mulanya dari dataran lumpur,yang kemudian hari berkembang pesat menjadi lingkungan
maju dan menampakkan diri sebagai kota yang penting. Sebagai kota besar, ia menyerap
banyak pendatang. Mereka ini, kemudian mencari penghidupan dan menetap di Kota
Semarang sampai akhir hayatnya. Lalu susul menyusul kehidupan generasi berikutnya. Di
masa dulu, ada seorang dari kesultanan Demak bernama pangeran Made Pandan bersama
putranya Raden Pandan Arang, meninggalkan Demak menuju ke daerah Barat Disuatu
tempat yang kemudian bernama Pulau Tirang, membuka hutan dan mendirikan pesantren
dan menyiarkan agama Islam. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-
sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang),
sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.

Peta Kecamatan Kota Semarang

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 4


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

1. Letak Geografis
Posisi geografi Kota Semarang terletak di pantai Utara Jawa Tengah, tepatnya pada
garis 6º, 5' - 7º, 10' Lintang Selatan dan 110º, 35' Bujur Timur. Sedang luas wilayah
mencapai 37.366.838 Ha atau 373,7 Km2. Letak geografi Kota Semarang ini dalam
koridor pembangunan Jawa Tengah dan merupakan simpul empat pintu gerbang, yakni
koridor pantai Utara, koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten
Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah
Kabupaten Demak/Grobogan dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan
dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan, terutama dengan adanya
pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta transport udara yang
merupakan potensi bagi simpul transport Regional Jawa Tengah dan kota transit Regional
Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar
Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah.

2. TOPOGRAFI
Topografi wilayah Kota Semarang terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi.
Dibagian Utara yang merupakan pantai dan dataran rendah memiliki kemiringan 0-2%
sedang ketinggian ruang bervariasi antara 0-3,5 M.Di bagian Selatan merupakan daerah
perbukitan, dengan kemiringan 2 - 40% dan ketinggian antara 90 - 200 M di atas
permukaan air laut (DPL).2.2.
3. DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk Kota Semarang pada tahun 2006 (data terbaru dari BPS) sebesar
1.434.025 jiwa. Dengan jumlah tersebut Kota Semarang termasuk 5 besar Kabupaten/Kota
yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah. Jumlah penduduk pada tahun
2006 tersebut terdiri dari 711.761 penduduk laki-laki dan 722.264 penduduk perempuan.
Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Semarang Selatan sebesar
14.470 orang per km2, sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Mijen sebesar 786
orang per km2. Jumlah usia produktif cukup besar, mencapai 69.30% dari jumlah
penduduk. Ini menunjukkan potensi tenaga kerja dan segi kuantitas amat besar, sehingga
kebutuhan tenaga kerja bagi mereka yang tertarik menanamkan investasinya di sini tidak
menjadi masalah lagi. Belum lagi penduduk dari daerah hinterlandnya. Sementara itu jika
kita lihat mata pencaharian penduduk tersebut tersebar pada pegawai negeri, sektor

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 5


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

industri, ABRI, petani, buruh tani, pengusaha; pedagang, angkutan dan selebihnya
pensiunan.
Dari aspek pendidikan dapat kita lihat, bahwa rata-rata anak usia sekolah di Kota
Semarang dapat melanjutkan hingga batas wajar sembilan tahun, bahkan tidak sedikit yang
lulus SLTA dan Sarjana. Meskipun masih ada sebagian yang tidak mengenyam pendidikan
formal, namun demikian dapat dicatat bahwa sejak tahun 2003 penduduk Kota Semarang
telah bebas dan 3 buta (buta aksara, buta angka dan buta pengetahuan dasar). Dengan
komposisi struktur pendidikan demikian ini cukup mendukung perkembangan Kota
Semarang, apalagi peningkatan kualitas penduduk yang selalu mendapat prioritas utama
didalam upaya peningkatan kesejahteraan. Tingkat kepadatan penduduk memang belum
merata. Penduduk lebih tersentral di pusat kota. Pertumbuhan penduduk rata-rata
1,43%/tahun. Ini berarti laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan, setidaknya terkendali
dan kesejahteraan umum segera terealisasi.
4. Iklim
Kota Semarang termasuk daerah yang beriklim tropis, karena letaknya menghampiri
garis khatulistiwa.
 Kelembaban udara berkisar antara 67 % - 86 %
 Curah hujan tahunan rata-rata 337 mm, dimana curah hujan tertinggi dicapai pada
bulan Januari dengan rata-rata 660 mm/bulan dan terendah pada bulan Agustus
berkisar 14,4 mm/bulan dengan jumlah hari hujan berkisar 149 hari hujan
pertahun.
 Temperatur/suhu udara di Kota Semarang rata-rata sekitar 26C sampai dengan 33
C.
 Kecepatan angin rata-rata 2-3 Knot/Jam
 Penyinaran matahari rata-rata 49,33

5. HIDROLOGI
Potensi air di Kota Semarang bersumber pada sungai - sungai yang mengalir di
Kota Semarang antara lain Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali Banjirkanal Timur,
Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain sebagainya. Kali Garang
yan bermata air di gunung Ungaran, alur sungainya memanjang ke arah Utara hingga
mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran kali Kreo dan
kaliKripik. Kali Garang sebagai sungai utama pembentuk kota bawah yang mengalir
Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 6
Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

membelah lembah-lembah GUnung Ungaran mengikuti alur yang berbelok-belok dengan


aliran yang cukup deras. Setelah diadakan pengukuran debit Kali Garang mempunyai debit
53,0 % dari debit total dan kali Kreo 34,7 % selanjutnya kali Kripik 12,3 %. Oleh karena
kali Garang memberikan airnya yang cukup dominan bagi kota Semarang, maka langkah-
langkah untuk menjaga kelestariannya juga terus dilakukan. Karena kali Garang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan air minum warga kota Semarang.
Air Tanah Bebas ini merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air
( aquifer ) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini sangat
dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota Semarang
yang berada didataran rendah, banyak memanfaatkan air tanah ini dedngan membuat
sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3 - 18 m. Sedangkan untuk
peduduk di dataran tinggi hanya dapat memanfaatkan sumur gali pada musim penghujan
dengan kedalaman berkisar antara 20 - 40 m.
Air Tanah Tertekan adalah air yang terkandung di dalam suatu lapisan pembawa air
yang berada diantara 2 lapisan batuan kedap air sehingga hampir tetap debitnya disamping
kualitasnya juga memenuhi syarat sebagai air bersih.Debit air ini sedikit sekali dipengaruhi
oleh musim dan keadaan di sekelilingnya. Untuk daerah Semarang bawah lapisan aquifer
di dapat dari endapan alluvial dan delta sungai Garang. Kedalaman lapisan aquifer ini
berkisar antara 50 - 90 meter, terletak di ujung Timur laut Kota dan pada mulut sungai
Garang lama yang terletak di pertemuan antara lembah sungai Garang dengan dataran
pantai. Kelompok aquifer delta Garang ini disebut pula kelompok aquifer utama karena
merupakan sumber air tanah yang potensial dan bersifat tawar. untuk daerah Semarang
yang berbatasan dengan kaki perbukitan air tanah artois ini terletak pada endapan pasir dan
konglomerat formasi damar yang mulai diketemukan pada kedalaman antara 50 - 90 m.
Pada daerah perbukitan kondisi artois masih mungkin ditemukan. karena adanya formasi
damar yang permeable dan sering mengandung sisipan-sisipan batuan lanau atau batu
lempung.
6. Jenis Tanah
Jenis Tanah di Kota Semarang meliputi kelompok mediteran coklat tua, latosol
coklat tua kemerahan, asosiai alluvial kelabu, Alluvial Hidromort, Grumosol Kelabu Tua,
Latosol Coklat dan Komplek Regosol Kelabu Tua dan Grumosol Kelabu Tua.
Berikut gambaran penyebaran jenis tanah beserta lokasi dan kemampuannya :

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 7


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

1. Mediteran Coklat Tua terdapat Kec. Tugu ;Kecamatan Semarang Selatan


;Kecamatan Gunungpati Kecamatan Semarang Timur, sehingga potensi tanaman
yang layak ditanam adalah Tanaman tahunan/keras; Tanaman Holti-kultura
Tanaman Palawija.
2. Latosol Coklat Tua Kemerahan terdapat di Kecamatan Mijen; Kecamatan.
Gunungpati sehingga potensi tanaman diantaranya tanaman tahunan/keras;
Tanaman Holtikultura ; Tanaman Padi.
3. Asosiasi Aluvial Kelabu dan Coklat kekelabuhan terdapat Kecamatan
Genuk; Kecamatan. Semarang Tengah, potensi tanaman yang mungkin Tanaman
tahunan tidak produktip
4. Alluvial Hidromort Brumusul kelabu tua terdapat di Kecamatan. Tugu
Kecamatan. Semarang Utara Kecamatan. Kecamatan. Genuk Kecamatan. Mijen
Tanama tahunan Tanaman Holtikultura Tanaman Padi

II. GEOMORFOLOGI KOTA SEMARANG


a. Morfologi Dan Geologi
1. Morfologi
Kota Semarang terletak di daerah pantai yang memanjang pada bagian Barat dan Utara
Kota yang diantaranya berpotensi untuk perikanan, Kota ini mempunyai peluang untuk
pengembangan pengolahan hasil usaha penangkapan ikan laut, pemeliharaan ikan tambak
dan penggaraman.
Sedangkan pada bagian dataran rendah mulai dari tepi pantai sebelah barat dan melebar
kearah timur sejauh kurang lebih 20 kilometer dan memanjang dari selatan ke utara
merupakan daerah-daerah pengembangan permukiman, pertokoan, perkantoran,
pendidikan dan bahan
Ke dua sungai ini mempunyai kemiringan dasar sungai yang relatif sangat landai (
1/10.000) di bagian hilir, kecepatan alirannya lambat dengan laju sedimentasi yang cukup
tinggi sehingga mempunyai kecenderungan membentuk meander dan perubahan alur.

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 8


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

Foto Udara kota Semarang

Kota Semarang ditinjau dari proses pembentukan morfologi dapat dibagi menjadi 3
(tiga) satuan, yaitu :
1) Satuan Morfologi Pedataran
2) Satuan Morfologi Bergelombang Lemah
3) Satuan Morfologi Bergelombang Kuat.

Pembagian satuan morfologi tersebut didasarkan atas kondisi karakteristik yang


teramati termasuk gejala-gejala alamiah yang berpengaruh.

1) Satuan Morfologi Pedataran


Satuan morfologi pedataran dicirikan dengan ketinggian (elevasi) antara 2,0 m dpl
sampai 5,0 m dpl, bentuk bentang alam (morfologi) relatif datar, dan persentase
kemiringan lereng rata-rata 0 – 2 %.
Satuan morfologi dataran meliputi hampir 85 % dari luas keseluruhan kota Semarang,
dan 60 % diantaranya merupakan daerah terbangun (urban area). Proses geomorfologi
yang bekerja berupa erosi lateral dan sedimentasi.
2) Satuan Morfologi Bergelombang Lemah
Satuan morfologi bergelombang lemah dicirikan dengan ketinggian (elevasi) antara 0
– 1,75 m dpl, bentuk bentang alam (morfologi) relatif bergelombang lemah, dan
presentase kemiringan lereng rata-rata 2 – 3 %.
Satuan morfologi bergelombang lemah meliputi hampir 10 % dari luas keseluruhan
wilayah kota Semarang, sebagian besar terdapat di darah gundukan pantai, tanggul
sungai. Penggunaan lahan pada satuan morfologi bergelombang lemah berupa kebun
campuran, padang rumput/semak, tambak dan sebagian permukiman. Proses

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 9


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

geomorfologi yang bekerja berupa erosi lateral dan vertikal, serta sedimentasi.
Khususnya pada daerah pantai mengalami abrasi dan sedimentasi.
3) Satuan Morfologi Bergelombang Kuat.
Satuan morfologi bergelombang kuat dicirikan dengan ketinggian (elevasi) antara 6 –
25 m dpl, bentuk bentang alam (morfologi) relatif bergelombang kuat atau berbukit
landai, dan persentase kemiringan lereng rata-rata 3 - 25 %.
Satuan morfologi bergelombang kuat meliputi hampir 5 % dari luas keseluruhan
wilayah Kota Semarang, terdapat setempat-setempat dibagian tengah dan Timur Kota
Semarang.
Penggunaan lahan pada satuan morfologi bergelombang kuat ini berupa perkebunan
(kebun campuran), semak belukar dan sebagian permukiman, serta tempat pendidikan
tinggi. Proses geomorfologi yang bekerja adalah pelapukan fisik, erosi dan
sedimentasi.

2. Geologi.
A. Geologi Daratan
Berdasarkan Peta geologi Kota Semarang dan sekitarnya ditutupi oleh jenis batuan
tersier dan kuarter, yaitu batuan gunung api dan endapan aluvial.
Secara regional terdapat tiga satuan batuan yang terdapat di daerah ini. Urutannya dari
yang tuan ke yang muda adalah sebagai berikut :
1) Formasi Camba
Satuan ini dijumpai di sekitar daerah pantai Marina, Kampus Unhas dan Kawasan
Industri semarang. Batuannya terdiri dari satuan sedimen laut bersilangan dengan
batuan gunung api, batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir dan
batulempung; bersisipan dengan napal, batugamping, konglomerat dan breksi gunung
api. Warnanya beraneka yaitu coklat, merah, kelabu muda sampai kehitaman.
Umumnya mengeras kuat, berlapis-lapis dengan tebal antara 4 cm dan 100 cm. Batuan
ini terbentuk pada Kala Miosen Tengah dan dalam geologi regional disebut sebagai
Formasi Camba (Tmc).
2) Batuan Gunungapi
Satuan ini dijumpai di sekitar Gunung pati. Batuannya terdiri dari lava dan breksi,
dengan sisipan sedikit tufa dan konglomerat bersusun basal, sebagian besar forfir
dengan fenokris piroksen besar sampai 1 cm, warnanya kelabu tua kahijauan hingga
Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 10
Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

hitam. Lava sebagian berkekar meniang dan sebagian lagi berkekar lapis, pada
umumnya breksi berkomponen kasar, dari 15 cm sampai 60 cm, terutama basal dan
sedikit andesit, dengan semen tufa berbutir kasar sampai lapili, banyak mengandung
pecahan piroksen, Batuan ini terbentuk pada kala Pliosen akhir, dan dalam geologi
regional disebut sebagai batuan Gunung api Baturape-Cindako(Tpbv).
3) Endapan Aluvial
Satuan batuan ini terletak tidak selaras di atas batuan yang lebih tua. Satuan ini
dilaporkan terbentuk pada zaman Kuarter dan dalam geologi regional dikenal sebagai
endapan aluvial sungai meliputi daerah bagian timur dan selatan Kota Semarang
sampai ke wilayah Kabupaten Semarang.
B. Geologi Pantai/Laut
Wilayah kota Semarang dipengaruhi oleh hidrodinamika pantai/laut yang terdiri dari
beberapa unsur, seperti angin, ombak/gelombang, arus bawah laut, arus pasang surut,
pasang surut, abrasi, akrasi, dan sedimentasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, fisiografi daerah kota Semarang relatif tidak stabil,
karena pada musim kemarau arah sedimentasi dari Utara ke Selatan, sedangkan pada
musim hujan arah sedimentasi dari Selatan ke Utara.
Tabel : Data Unsur Geologi Pantai/Laut Semarang, Tahun 1999
No Unsur Geologi Pantai/Laut Notasi
1. Temperatur air laut -  1 Km dari garis pantai 30 C
-  (1-2) Km dari garis pantai (30-31)  C
- Lebih dari 2 Km dari garis pantai 31 C ke
atas
2. Derajat Keasaman (pH) - Daerah pantai 7,5
- Daerah kepulauan (8 – 8,5)
3. Salinitas Air laut - Daerah Pantai (25-29)
-  1 km dari garis pantai 25
-  (1-2) km dari garis pantai (25-26)
- Lebih dari 2 km dari garis pantai 26 ke atas
4. Arah Ombak/Gelombang - Musim kemarau (Musim Timur) N 270 E –
N 360 E
- Musim Penghujan (Musim Barat) N 180 E –
N 270 E
5. Tinggi Ombak/Gelombang - Daerah pantai (20-40) cm
Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 11
Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

- Daerah lepas pantai (50-150) cm


- Kecepatan/interval (3,77 – 11,57) detik
6. Arus Susur Pantai (0,03 – 0,5) m/detik
7. Jumlah Angkutan Pasir 0,2 x 10-6 m 3 /hari sampai 2 x 10 m 3 /hari
(Sedimentasi Pantai)
8. Pasang surut Type campuran
Tunggang Pasang Surut 2,08 m
9. Jumlah angkutan pasir 28.470 m-6 /tahun
(Sedimentasi lepas Pantai)
10. Sumber Material Sedimen Sungai Banjir kanal barat, pecahan karang dan
saluran pembuangan
Sumber : Pemkot Kota Semarang, 1992
Pt.PPK, 1998
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Perkotaan (RIPPP) Kota Semarang,
1999

a. Lingkungan
Berdasarkan data geologi dan pengamatan indikasi di lapangan, Pemerintah Kota
Semarang dalam buku Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Perkotaan (RIPP)
Kota Semarang thn 1999/2000, menguraikan bahwa wilayah Kota Semarang
mempunyai potensi terhadap terjadi bencana alam seperti :
1. Banjir/genangan air
Banjir/genangan air disebabkan oleh volume air yang terlalu banyak akibat terjadinya
musim hujan dan pasang naik air laut, dapat terjadi pada daerah Kecamatan Semarang
Tengah, Johar ,Genuk, Banjar dawa
2. Instrusi air laut
Instrusi air laut disebabkan oleh penyusupan air laut kearah daratan melalui pori-pori
batuan/tanah dimana pada skala besar dapat mengakibatkan terjadinya amblesan
(turunnya permukaan tanah). Hal ini potensil terjadi pada daerah Kecamatan semarang
Tengah, Genuk, Tugu, Mangkang, Pedurungan.
3. Abrasi/Erosi
Abrasi/erosi adalah proses pengikisan tanah/batuan oleh air, baik air laut (abrasi)
maupun air sungai (erosi) yang menyebabkan terjadinya ketidakstabilan permukaan
lereng/tebing (pantai/sungai). Hal ini dapat terjadi pada daerah aliran sungai (S. Banjir
Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur.
Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 12
Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

4. Sedimentasi/Akrasi
Sedimentasi/Akrasi adalah proses penimbunan massa pasir atau lempung pada daerah
sungai (sedimentasi) dan daerah pantai (akrasi). Hal ini potensil terjadi pada daerah
Jatibarang, Gunung pati..
5. Retakan tanah
Retakan tanah yang dapat terjadi di wilayah Kota semarang merupakan retakan yang
relatif kecil (tetapi diperlukan perhatian serius) yaitu berkisar antara 1 – 3 cm.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya kandungan mineral lempung “minmirolonite”
pada sebagian tanah penyusun Kota Semarang. Retakan tanah dapat terjadi pada
daerah Kecamatan Gunung Pati, kawasan kampus Untag, Unika, Tanjakan UNNES,
Manyaran, Tembalang.

III. Air Tanah Dan Instrusi Air Laut.

Siklus Air

Air tanah ada di bawah permukaan bumi dimana pun, seperti di bukit,
pegunungan, dataran, dan gurun. Namun, keberadaannya belum tentu dengan mudah
dapat diakses. Perlu penanganan tertentu, karena kadangkala susah untuk menentukan
lokasi, mengukur dan menggambarkan keberadaan air tanah. Ada yang dekat dengan
permukaan lahan, seperti di daerah rawa, atau ditemukan jauh pada beberapa puluh - ratus
meter di bawah permukaan.
Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 13
Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

Instrusi air laut alami


Air tanah tersimpan dan bergerak perlahan melalui batuan permeabel yang
disebut akuifer (aquifers). Kata ini berasal dari kata latin “aqua” (or water), dan “ferre” (to
bear or carry). Makna akuifer adalah membawa air di bawah tanah. Akuifer dapat berupa
lapisan gravel atau sand, lapisan batupasir (sandstone) atau batugamping yang bergua
(cavernous limestone), pada jejak aliran lava, dan fractured granite.Air tanah digunakan
untuk kebutuhan air minum dan kebutuhan industri. Eksploitasi besar-besaran dari
pemompaan air tanah dapat menyebabkan berbagai masalah :
a. Kerucut depresi (kekeringan pada sumur yang dangkal)
b. Keringnya sungai dan danau
c. Penurunan muka tanah (subsidence)
Air berperan sebagai pelarut, dan juga didalamnya terkandung banyak mineral
terlarut yang berasal dari batuan yang kontak dengan air tanah. Contoh dari zat yang
terlarut di dalam air yaitu : sodium, calcium, magnesium, potassium, chloride,
bicarbonate dan sulfat. Pada kimia air, maka zat-zat ini disebut sebagai unsur umum
(common constituent).
Untuk air minum, tidak dirokomendasikan jika kuantitas mineral terlarut
melebihi 1,000 mg/L (milligrams per liter). Oleh karena itu dalam air tanah, harus benar-
benar dilihat konsentrasi dari dissolved minerals, karena jangan sampai tidak toleran bagi
kehidupan manusia, binatang dan tumbuhan.
Unsur dari mineral terlarut dapat membahayakan jika dalam konsentrasi
tertingi; misal kebanyakan sodium dapat menyebabkan heart trouble. Boron merupakan
mineral yang baik bagi tanaman jika sedikit jumlahnya, namun jika kebanyakan dapat
menjadi racun (toxic) bagi sejumlah tanaman.

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 14


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

Kebutuhan air tanah semakin besar. Pertumbuhan industri, teknologi dan


polulasi penduduk menyebabkan penggunaan air menjadi meningkat. Hal ini
menyebabkan tekanan pada ketersediaan lahan dan sumberdaya air. terlebihlagi terjadi
penurunan kualitas air tanah. Tekanan ini dapat disebabkan oleh sampah perkotaan dan
industri (municipal and industrial wastes), pupuk kimia, herbisida, dan pestisida yang
masuk ke dalam tanah dan menerus ke akuifer sehingga menyebabkan penurunan
kualitas air tanah. Problem polusi lainnya meliputi kebocoran yang terjadi pada septic
tank, dan air lindi pada TPA Sampah (landfill leachates). Pada daerah pantai (coastal
areas), pemompaan yang intensif dari air tanah tawar (fresh ground water) telah
menyebabkan intrusi air laut yang masuk kedalam akuifer air tawar (fresh-water
aquifers).
Seberapa intensif pemompaan air tanah (ground-water pumping) dapat
menyebabkan intrusi air laut (salt-water intrusion) pada akuifer yang berada di daerah
pantai (coastal aquifers). Terlihat pada gambar berikut

Instrusi Air Laut Akibat Ground Water Pumping

IV. Solusi Mengatasi Instrusi Air Laut Di kota Semarang.


Saat ini cukup sulit rasanya menemukan kawasan perumahan, khususnya
perumahan menengah ke bawah yang tidak hanya "berlabel bebas banjir" tapi benar-benar
bebas dari banjir. Banjir yang semula musibah berubah menjadi hal yang biasa, karena
Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 15
Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

kerapkali terjadi dan bahkan menjadi rutinitas yang terjadi setiap musim hujan pada suatu
kawasan perumahan, seperti yang dialami beberapa kawasan perumahan di daerah Genuk,
Tlogosari Raden Patah, dan mangkang.
Penghuni kawasan perumahan yang dilanda rob nampak pasrah menerima
musibah ini, mereka kesulitan untuk pindah ke lokasi lain karena harga jual rumah turun
drastis bahkan tidak ada yang berminat untuk membelinya, seperti di Perumahan Raden
patah harga rumah tipe 21 luas tanah 60 m2 yang telah direnovasi dengan biaya Rp. 25
juta akan dijual dengan harga yang sangat murah (Rp.10 juta) tidak ada yang berminat
membelinya. Keadaan ini membuat mereka, rob merupakan hal biasa dan mereka telah
siap menerima kedatangannya setiap tahun.
Kawasan perumahan yang tergolong menengah ke bawah atau berlokasi
dipinggiran kota, yang rata-rata masih menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih
(tidak ada PDAM) biasanya tidak hanya dilanda banjir pada musim hujan tetapi juga
dilanda kekeringan atau menurunnya permukaan air tanah dimusim kemarau.
Salah satu faktor yang menyebabkan banjir dan menurunnya permukaan air
tanah di kawasan perumahan adalah proses alih fungsi lahan. Proses alih fungsi lahan dari
lahan pertanian atau hutan ke perumahan akan dapat menimbullkan dampak negatif,
apabila tidak diikuti oleh upaya-upaya menyeimbangkan kembali fungsi lingkungan.
Disisi lain dipicu oleh pengembangan fisik bangunan rumah yang terlalu pesat ke arah
horisontal yang menyebabkan tidak adanya lagi area terbuka sebagai resapan air, sehingga
air yang meresap ke dalam tanah menjadi kecil dan memperbesar volume aliran air
permukaan.
Solusi guna mengatasi Instrusi Air laut pada kawasan perumahan dapat
dilakukan dengan cara pencegahan sedini mungkin melalui perencanaan dari awal oleh
pihak pengembang perumahan (kontraktor/developer) dengan mengalokasikan lahan
untuk pembuatan konstruksi sumur resapan air.

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 16


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

Sumur Resapan pengendali air tanah

1. Faktor Penyebab Instrusi Air laut dibeberapa kawasan perumahan di kota


Semarang
Berbagai aktivitas manusia dan derap pembangunan yang berkembang pesat akan
mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap lahan. Perubahan penggunaan
lahan dari lahan pertanian dan hutan menjadi lahan untuk perumahan, akan berpengaruh
pada berkurangnya tingkat peresapan air ke dalam tanah yang menyebabkan banjir pada
musim hujan dan instrusi air laut.
Terjadinya banjir dan Instrusi air laut pada kawasan perumahan dapat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya :
a. Pengembangan rumah yang melewati batas Garis Sempadan Bangunan (GSB).
b. Sistem drainase yang tidak terencana dengan baik
c. Masih kurangnya kesadaran para penghuni kawasan permukiman terhadap
pentingnya resapan air
Pengembangan rumah merupakan suatu kebutuhan dari setiap penghuni kawasan
perumahan sejalan penambahan jumlah anggota keluarga atau untuk kebutuhan lain.
Proses pengembangan rumah-rumah pada suatu kawasan perumahan biasanya berkisar
antara 5 sampai 15 tahun atau dapat lebih cepat tergantung dari lokasi perumahan dan
fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) yang dimiliki perumahan tersebut.
Pengembangan rumah atau penambahan jumlah ruangan terjadi dihampir semua lokasi
perumahan, rumah-rumah dikembangkan kearah horisontal dengan pertimbangan biaya

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 17


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

konstruksi akan lebih murah jika dibandingkan dengan pengembangan kearah vertikal. Hal
ini berakibat garis sempadan bangunan antara 3 – 4 m dari tepi jalan yang semula
diperlukan untuk area resapan air dan penghijauan atau taman menjadi tidak ada atau
berubah menjadi kedap air, sehingga pada waktu musim hujan volume aliran air
permukaan menjadi besar dan volume air yang meresap ke dalam tanah menjadi sangat
sedikit, yang mengakibatkan genangan-genangan air bahkan banjir dan berkurangnya
persediaan air tanah pada lokasi perumahan.
Sistem drainase suatu kawasan perumahan biasanya direncanakan sesuai dengan
jumlah volume air permukaan yang berasal dari rumah-rumah per-blok dengan kondisi
rumah yang standar (rumah belum dikembangkan). Kondisi ini yang membuat dimensi
saluran drainase tidak dapat menampung lagi volume air permukaan sejalan dengan
pengembangan rumah-rumah, yang berakibat terjadinya genangan-genangan air bahkan
banjir pada kawasan tersebut dan sekitarnya. Solusi yang dapat ditawarkan adalah
a. Penerapan Konstruksi Sumur Resapan Air
Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA) merupakan alternatif pilihan dalam
mengatasi banjir dan menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan,
karena dengan pertimbangan : a) pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan
biaya besar, b) tidak memerlukan lahan yang luas, dan c) bentuk konstruksi SRA
sederhana.
Sumur resapan air merupakan rekayasa teknik konservasi air yang berupa
bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali
dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan
diatas atap rumah dan meresapkannya ke dalam tanah (Dephut,1994). Manfaat
yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur resapan air antara lain : (1)
mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga
memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi, (2) mempertahankan tinggi
muka air tanah dan menambah persediaan air tanah, (3) mengurangi atau menahan
terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai, (4)
mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah
yang berlebihan, dan (5) mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah (Dephut,
1995).

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 18


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

Gambar 1. Sumur Resapan Air Pada Pekarangan Rumah


(Sumber: PU Cipta Karya, 2003)

Sumur resapan air ini berfungsi untuk menambah atau meninggikan air tanah,
mengurangi genangan air banjir, mencegah intrusi air laut, mengurangi gejala amblesan
tanah setempat dan melestarikan serta menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka
panjang (Pasaribu, 1999). Oleh karena itu pembuatan sumur resapan perlu digalakkan
terutama pada setiap pembangunan rumah tinggal.
1. Bentuk Dan Ukuran Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA)
Bentuk dan ukuran konstruksi SRA sesuai dengan SNI No. 03-2459-1991 yang
dikeluarkan oleh Departemen Kimpraswil adalah berbentuk segi empat atau silinder
dengan ukuran minimal diameter 0,8 meter dan maksimum 1,4 meter dengan kedalaman
disesuaikan dengan tipe konstruksi SRA. Pemilihan bahan bangunan yang dipakai
tergantung dari fungsinya, seperti plat beton bertulang tebal 10 cm dengan campuran 1 Pc :
2 Psr : 3 Krl untuk penutup sumur dan dinding bata merah dengan campuran spesi 1 Pc : 5
Psr tidak diplester, tebal ½ bata (Gambar Berikut).

Kontrusi Sumur Resapan

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 19


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

Data teknis sumur resapan air yang dikeluarkan oleh PU Cipta Karya adalah sebagai
berikut :

 Ukuran maksimum diameter 1,4 meter


 Ukuran pipa masuk diameter 110 mm
 Ukuran pipa pelimpah diameter 110 mm
 Ukuran kedalaman 1,5 sampai dengan 3 meter
 Dinding dibuat dari pasangan bata atau batako dari campuran 1 semen : 4 pasir
tanpa plester
 Rongga sumur resapan diisi dengan batu kosong 20/20 setebal 40 cm
 Penutup sumur resapan dari plat beton tebal 10 cm dengan campuran 1 semen : 2
pasir : 3 kerikil.
b. Desain Konstruksi Sumur Resapan Air
Sumur resapan air akan dapat berfungsi dengan baik, apabila didesain berdasarkan
kondisi lingkungan dimana sumur tersebut akan dibuat. Desain sumur resapan air dalam
hal ini meliputi bentuk, jenis konstruksi dan dimensi sumur resapan air. Menurut SNI No.
02-2453-1991Tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur Resapan Air Hujan Untuk
Lahan Perkarangan diperlukan persyaratan teknis pemilihan lokasi dan jumlah sumur
resapan pada pekarangan, persyaratan teknik meliputi :

1. Umum : dibuat pada lahan yang lolos air dan tahan longsor, bebas dari kontaminasi
dan pencemaran limbah, untuk meresapkan air hujan, untuk daerah dengan sanitasi
lingkungan yang tidak baik hanya digunakan menampung air hujan dari talang,
mempertimbangkan aspek hidrologi, geologi dan hidrologi.
2. Pemilihan lokasi : keadaan muka air tanah dengan kedalaman pada musim hujan,
permeabilitas yang diperkenankan 2 –12,5 cm/jam, jarak penempatan
diperhitungkan dengan tangki septik tank 2 meter, resapan tangki septik
tank/cubluk/saluran air limbah 5 meter, sumur air bersih 2 meter.
3. Jumlah : penentuan jumlah sumur resapan air ditentukan berdasarkan curah hujan
maksimum, permeabilitas dan luas bidang tanah.

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 20


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

Dalam mendesain dimensi konstruksi sumur resapan air untuk kawasan perumahan
terdapat tiga parameter utama yang perlu diperhatikan yaitu : permeabilitas tanah, curah
hujan, dan luas atap rumah/permukaan kedap air (Dephut, 1994). Permeabilitas tanah dapat
kita tentukan berdasarkan hasil pengukuran langsung di lokasi permukiman dengan
Metode Auger Hole Terbalik. Data permeabilitas tanah ini diperlukan untuk menentukan
volume sumur resapan air yang akan dibuat.
Curah hujan diperlukan untuk menentukan dimensi sumur resapan air. Data curah
hujan yang diperlukan selama 10 tahun pengamatan (diperoleh dari stasiun hujan terdekat).
Pengukuran luas atap rumah didasarkan atas luas permukaan atap yang merupakan tempat
curah hujan jatuh secara langsung diatasnya. Sedangkan untuk mendesain bentuk dan jenis
konstruksi sumur resapan air diperlukan parameter sifat-sifat fisik tanah yang meliputi
Infiltrasi,tekstur tanah, struktur tanah, dan pori drainase (Mulyana, 1998).
c. Pembuatan Sumur Resapan Air
Setelah diperoleh desain konstruksi (dimensi, bentuk dan jenis) sumur resapan air
sesuai dengan kondisi lingkungan pada kawasan perumahan, selanjutnya dalam proses
pembuatan sumur resapan air dapat dirancang dua pola penerapan yaitu: a) pembuatan
secara kolektif (berdasarkan blok-blok rumah, atau untuk satu kawasan perumahan); dan b)
pembuatan per-tipe rumah.

Tampak samping resapan diperumahan.


Pembuatan sumur resapan air per-blok dalam suatu kawasan perumahan harus
direncanakan sejak dari awal oleh kontraktor atau developer. Pada siteplan sudah nampak
jelas alokasi lahan untuk pembangunan sumur resapan air pada setiap blok (per-blok bisa
terdiri dari 10 rumah atau lebih). Alternatif lain, SRA dibuat dalam bentuk danau untuk
semua rumah pada suatu kawasan perumahan (seperti perumahan Bogor Lakeside),
sehingga SRA berfungsi disamping untuk meresapkan air ke dalam tanah juga sebagai
tempat rekreasi warga perumahan,.

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 21


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

d. Pembuatan Lubang Resapan Berpori

Gambar. Pembuat Lubang Resapan Berposri


LRB dibuat dengan mengebor (manual) tanah sedalam kurang dari semeter.
Selanjutnya pada bagian atas lubang, ditempatkan bis beton lingkaran berukuran kecil,
atau persis seukuran konblok semen segi enam. Tepat di atas beton dipasang teralis besi
sebagai saringan.
LRB selanjutnya diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori atau
pori berbentuk liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktifitas fauna tanah atau akar
tanaman. Pada musim hujan, begitu masuk lubang, air akan mengenai sampah organik.
Proses selanjutnya, sampah tersebut dipanen saat musim kemarau sebagai humus, sebagai
pupuk tanaman.
Koordinator Team Biopori Endarwati mengatakan, LRB berfungsi sebagai sumur
resapan. Berbeda dengan resapan konvensional yang hanya meresapkan air di bagian
dasar, LBR bisa meresapkan air di dindingnya.
Biaya pembuatannya pun sangat murah. Satu LRB hanya menghabiskan paling
banyak Rp 20.000. Untuk bor manualnya, tim menyediakan dengan harga Rp 200.000.
Paling tidak, konblok dan aeral semen di halaman dan di jalan bisa diselingi LBR. Jarak
antar LRB setidaknya satu meter, ujarnya.

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 22


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

Bab III. Penutup


Sebagai penutup tulisan ini dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :
1. Kota Semarang Sebagai Ibukota propinsi memiliki tipe geografis, Demografi yang
berbeda dengan kota lainnya tentu saja penengannanya akan berbeda pula.
2. Guna mengantisipasi terjadinya instrusi air laut di kawasan perumahan, hendaknya
pihak kontraktor atau developer perumahan merencanakan dari awal pembuatan
konstruksi sumur resapan air atau mengalokasikan lahan untuk pembangunan
pompa pengendali banjir.
3. Penerapan sumur resapan air pada kawasan perumahan menjadi suatu keharusan
yang perlu direalisasikan secara bersama-sama pada setiap rumah, sebagai suatu
upaya memperkecil genangan-genangan air atau bahaya banjir dan mencegah
menurunnya permukaaan air tanah serta dalam rangka mewujudkan perumahan
yang berwawasan lingkungan.

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 23


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

Daftar Pustaka

Adhisthana. 2003. Banjir rob melanda perumahan di Semarang.


http://adhisthana.tripod.com/artikel/semarang.txt

Anonim. 2003. Dijual Murah Pun Tak Ada yang Berminat Beli. Kompas, Jakarta.
http://www.kompas.com//kompas-cetak/0302/14/metro/130038.htm

Dephut. 1994.Pedoman Penyusunan Rencana Pembuatan Bangunan Sumur Resapan Air.


Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Jakarta.

Dephut. 1995. Petunjuk Teknis Uji coba Pembuatan Percontohan Sumur Resapan Air.
Departemen Kehutanan, Jakarta.

Balitbang Kimpraswil. 2001. Ringkasan Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan Untuk
Lahan Pekarangan SNI No.03-2459-1991. Departemen Kimpraswil, Jakarta.
http://www.kimpraswil.go.id/balitbang/uraian_SNI/SNIKIM/Perumahan/sni-03-2459-
1991.htm

Balitbang Kimpraswil. 2001. Ringkasan Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur Resapan
Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan SNI No.02-2453-1991. Departemen Kimpraswil,
Jakarta. http://www.kimpraswil.go.id/balitbang/uraian_SNI/SNIKIM/Perumahan/ sni-02-
2453-1991.htm

Mulyana, Rachmat. 1998. Penentuan Tipe Konstruksi Sumur Resapan Air Berdasarkan
Sifat-sifat Fisik Tanah dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kawasan Puncak. Tesis
S2 IPB, Bogor.

Pasaribu, 1999.Sumur Resapan Air Mengurangi Genangan Banjir Dan Mengembalikan


Persediaan Air. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.5 No.19 Th.V IKIP Medan,
Medan.

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 24


Tugas Kimia Lingkungan - Studi instrusi Air laut

PU Cipta Karya. 2003. Sumur Resapan Air. http://www.pu.go.id/publik/


ciptakarya/html/ind/resapan-htm.

Saragih, John F.B. 1997. Merenovasi Rumah Tipe 21 dan Tipe 36. PT.Gramedia Pustaka
Utama,Jakarta. instrusi air laut

WWW. Semarang.go.id, Diunduh tanggal 28 Maret 2009

Indikasi Instrusi Air Laut Di Kota Semarang Suwahono - 25

You might also like