You are on page 1of 21

Dinamika Partikel

Dinamika adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak beserta pentebab


terjadinya gerak yaitu gaya. Perumusan tentang penyebab gerak benda
diberikan oleh Isaac Newton. Newton menemukan bahwa semua persoalan
gerak di alam semesta dapat diterangkan dengan hanya 3 hukum yang
sederhana.

A. HUKUM 1 NEWTON

Mungkin anda pernah mendorong mobil mainan yang diam, jika dorongan
anda lemah mungkin mobil mainan belum bergerak, jika gaya dorong
diperbesar mobil bergerak atau jika anda naik sepeda meluncur di jalan raya,
jika sepeda direm, sepeda berhenti.

Berdasarkan uraian di atas, apakah sebenarnya yang membuat mobil


mainan yang mula-mula diam menjadi bergerak, dan sepeda yang mula-
mula bergerak menjadi diam?

Agar mobil bergerak dan sepeda berhenti diperlukan energi (tenaga). Energi
untuk mendorong mobil dan menghentikan sepeda dikerjakan, pada benda
dengan suatu alat tertentu. Saat mendorong mobil Anda memakai tangan
dan saat mengerem karet rem menyentuh roda sepeda hingga berhenti.Saat
tangan menyentuh mobil dan karet rem menyentuh roda, maka tangan dan
karet memberikan gaya tekan yang mempengaruhi benda.

Jadi, yang menyebabkan sebuah benda bergerak atau berhenti adalah


energi. Energi diperlukan untuk mengerjakan gaya pada benda. Kemudian
gaya akan mempengaruhi gerakan benda.
Penyebab benda bergerak ialah energi. Gaya hanya akan mempengaruhi
gerak benda.

Ada beberapa pengaruh gaya pada benda bila gaya bekerja pada suatu
benda maka:
1.Gaya akan mengubah kecepatan benda dari diam menjadi bergerak, dari
bergerak lalu berhenti. Contoh : Mobil mogok didorong hingga bergerak

2.Gaya dapat mengubah arah gerak benda. Contoh : Bola ditendang dari sisi
gawang lalu disundul ke arah gawang.

3. Gaya juga dapat mengubah bentuk benda. Jika Anda memiliki balon, tiup
dan ikatlah balon, sehingga balon tetap menggembung. Apa yang terjadi jika
balon tadi kita tekan perlahan dengan tangan? Pasti Anda akan
mendapatkan balon agak kempes, atau bentuk balon berubah. Perubahan
bentuk balon karena pengaruh gaya tekan.
Gaya dapat mempengaruhi ukuran sebuah benda, karet jika ditarik akan
bertambah panjang, sedangkan pegas jika ditekan akan bertambah pendek.
Jadi, yang menyebabkan sebuah benda bergerak atau berhenti adalah energi. Energi
diperlukan untuk mengerjakan gaya pada benda. Kemudian gaya akan mempengaruhi
gerakan benda.
Penyebab benda bergerak ialah energi. Gaya hanya akan mempengaruhi
gerak benda.

Selanjutnya, coba Anda bayangkan seandainya Anda meletakkan gelas yang


diam di atas meja datar, amati beberapa saat, apakah gelas tetap diam atau
menjadi bergerak? Anda akan mendapatkan bahwa gelas tetap diam, karena
tidak ada gaya yang bekerja pada gelas.

Gelas diam tetap diam.

Bagaimana jika Anda membayangkan sedang mengamati kelereng yang


sedang meluncur di lantai licin yang datar, apakah kelereng akan terus
meluncur bergerak atau berhenti? Jika keadaan lantai licin sempurna, Anda
akan mendapatkan kelereng terus bergerak, karena tidak ada gaya yang
menghentikan kelereng. Contoh : Kelereng yang bergerak tetap bergerak.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa benda yang diam cenderung
untuk diam, benda yang bergerak cenderung untuk tetap bergerak. Hal ini
disebut sifat kelembaman benda.

Seorang ahli fisika dari Inggris bernama Newton, merumuskan peristiwa-


peristiwa seperti di atas, dan selanjutnya disebut dengan Hukum I Newton,
yang berbunyi:

"Suatu benda akan tetap diam atau tetap bergerak lurus beraturan jika
jumlah seluruh gaya pada benda sama dengan nol".

Hukum di atas dituliskan:


Σ F = 0 Newton
Dengan Σ F adalah resultan gaya pada benda, dengan satuan newton (N),
1 newton = 1 kg ms-2.

Contoh soal:

1. Gambar di samping dimaksudkan suatu benda (balok) terletak di atas


bidang datar yang licin.

Balok mengalami gaya tarik F1 = 15 N ke kanan dan gaya F2 ke kiri. Jika


benda tetap diam berapa besar F2?

Gambar 1.6. Beban mengalami dua gaya

Jawaban
Karena benda tetap diam, sesuai dengan Hukum I Newton
Σ F =0
F1 + F3 – F2 =0
F3 = F2-F1

F3 = 20-10
F3 = 10 N

Gaya Kontak / Sentuh


Untuk mengerjakan gaya pada suatu benda perlu
ada kontak langsung dengan benda atau dapat
juga menggunakan benda lain.
Saat terjadi kontak antara dua benda akan
bekerja dua gaya kontak yaitu:
1. Gaya Normal (N)
Gaya normal adalah gaya kontak yang kedudukannya tegak lurus bidang kontak dan arahnya
menjauhi bidang kontak. Gambar 1.9. memperlihatkan

Gambar 1.9. Gaya normal tegak lurus bidang kontak.


Perhatikan baik-baik gambar 1.9. dan lihat bahwa titik tangkap gaya normal (N) selalu
terletak pada bidang kontak.
1 F3 = 5 N ke kanan
.
2
2.
. Gaya Gesekan (f)
gaya gesekan adalah gaya kontak yang kedudukannya berimpit dengan bidang kontak
dan arahnya berlawanan dengan kecenderungan arah gerak benda.
Ada syarat khusus untuk gaya gesekan yaitu permukaan yang bersentuhan tidak boleh
licin. Khusus mengenai gaya gesekan akan dibahas pada bab tersendiri.

Bagaimana, apakah Anda telah memahami uraian di atas? Jika sudah coba
Anda kerjakan latihan berikut ini.
1. Beban yang terletak di atas meja datar dan licin, mengalami gaya-gaya F1 = 20 N ke
kanan, F2 = 25 N ke kiri dan F3 jika beban tetap diam. Berapakah besar F3 dan ke
mana arahnya?
2. Coba Anda perhatikan gambar di Di bawah ini. Beban m yang massanya 5 kg dengan
percepatan gravitasi 10 ms-2, tergantung pada tali. Tentukan berapa besar gaya
tegangan tali T1 dan T2!

HUKUM 2 NEWTON
Bagaimana hubungan antara Percepatan dan Gaya ?

Pernahkah anda mendorong sesuatu ? mungkin motor yang mogok atau


gerobak sampah jika belum pernah mendorong sesuatu seumur hidup anda,
gurumuda menyarankan agar sebaiknya anda berlatih mendorong. Tapi
jangan mendorong mobil orang lain yang sedang diparkir, apalagi
mendorong teman anda hingga jatuh. Ok, kembali ke dorong…

Bayangkanlah anda mendorong sebuah gerobak sampah yang bau-nya


menyengat. Usahakan sampai gerobak tersebut bergerak. Nah, ketika
gerobak bergerak, kita dapat mengatakan bahwa terdapat gaya total yang
bekerja pada gerobak itu. Silahkan dorong gerobak sampah itu dengan gaya
tetap selama 30 detik. Ketika anda mendorong gerobak tersebut dengan
gaya tetap selama 30 menit, tampak bahwa gerobak yang tadinya diam,
sekarang bergerak dengan laju tertentu, anggap saja 4 km/jam. Sekarang,
doronglah gerobak tersebut dengan gaya dua kali lebih besar (gerobaknya
didiamin dulu). Apa yang anda amati ? wah, gawat kalau belajar sambil
ngelamun… Jika anda mendorong gerobak sampah dengan gaya dua kali
lipat, maka gerobak tersebut bergerak dengan laju 4 km/jam dua kali lebih
cepat dibandingkan sebelumnya. Percepatan gerak gerobak dua kali lebih
besar. Apabila anda mendorong gerobak dengan gaya lima kali lebih besar,
maka percepatan gerobak juga bertambah lima kali lipat. Demikian
seterusnya. Kita bisa menyimpulkan bahwa percepatan berbanding lurus
dengan gaya total yang bekerja pada benda.
Seandainya percobaan mendorong gerobak sampah diulangi. Percobaan
pertama, kita menggunakan gerobak yang terbuat dari kayu, sedangkan
percobaan kedua kita menggunakan gerobak yang terbuat dari besi dan
lebih berat. Jika anda mendorong gerobak besi dengan gaya dua kali lipat,
apakah gerobak tersebut bergerak dengan laju 4 km/jam dua kali lebih cepat
dibandingkan gerobak sebelumnya yang terbuat dari kayu ?
Tentu saja tidak karena percepatan juga bergantung pada massa benda.
Anda dapat membuktikannya sendiri dengan melakukan percobaan di atas.
Jika anda mendorong gerobak sampah yang terbuat dari sampah dengan
gaya yang sama ketika anda mendorong gerobak yang terbuat dari kayu,
makaakan terlihat bahwa percepatan gerobak besi lebih kecil. Apabila gaya
total yang bekerja pada benda tersebut sama, maka makin besar massa
benda, makin kecil percepatannya, sebaliknya makin kecil massa benda
makin besar percepatannya.
Hubungan ini dikemas oleh eyang Newton dalam Hukum-nya yang laris
manis di sekolah, yakni Hukum II Newton tentang Gerak :

"Jika suatu gaya total bekerja pada benda, maka benda akan mengalami
percepatan, di mana arah percepatan sama dengan arah gaya total yang
bekerja padanya. Vektor gaya total sama dengan massa benda dikalikan
dengan percepatan benda".

Secara matematis dapat dirumuskan :

Σ F = m.a

m adalah massa benda dan a adalah (vektor) percepatannya. Jika


persamaan di atas ditulis dalam bentuk a = F/m, tampak bahwa percepatan
sebuah benda berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekerja padanya
dan arahnya sejajar dengan gaya tersebut. Tampak juga bahwa percepatan
berbanding terbalik dengan massa benda.
Contoh soal 1 :
Berapakah gaya total yang dibutuhkan untuk memberi percepatan sebesar
10 m/s2 kepada mobil yang bermassa 2000 kg ?

jAWABAN :

Dik : m = 2000 KG
a = 10 m/s2
Dit : F =...?

Jawab : F = m a
F = 2000 kg x 10 m/s2
F = 20.000 N

Contoh soal 2 :
Dirimu mendorong sebuah kotak bermassa 1 kg yang terletak pada
permukaan meja datar tanpa gesekan,dengan gaya sebesar 5 N. berapakah
percepatan yang dialami kotak tersebut ?

JAWABAN

Dik : F = 5 kgm/s2
m = 1 kg
Dit : a =..?

Jawab : a = F/m
a = 5 kgms-2 /1 kg

a = 5 m/s2

Hukum 3 Newton
Pernahkah anda menendang batu ? belum… pernahkah dirimu menendang
dirinya ? Pernakah anda menendang atau memukul alias meninju sesuatu ?
jika pernah, apa yang anda rasakan ? sakit… bisakah dirimu menjelaskan
mengapa tangan atau kaki terasa sakit ? Apabila anda tidak bisa
menjelaskannya, pelajarilah Hukum III Newton dengan penuh semangat

Ketika kita mendorong dindng tembok sebuah bangunan maka kita akan
merasakan sebuah gaya yang mendorong kita dalam arah yang berlawanan
dengan arah dorongan kita terhadap tembok itu.

Semakin kuat kita mendorong tembok semakin kuat pula tembok itu
melawan dorongan kta. Hal ini menunjukkan bahwa gaya selalu berpasangan
dimana keduanya sama besar, tetapi arahnya berlawanan, dan bekerja pada
dua buah benda berbeda ini disebut sebagai pasangan reaksi-aksi. Newton
menyatakan pasangan aksi-reaksi ini dalam hukum 3 Newton yang
berbunyi :

" Jika benda pertama melakukan gaya pada benda ke dua, maka benda
kedua akan melakukan gaya yang sama besar pada benda pertama, tetapi
arahnya berlawanan dengan arah gaya yang diberikan benda pertama".

Secara matematis, huklum 3 Newton dinyatakan sebagai berikut:

F(aksi) = -F (reaksi)

syarat-syarat gaya aksi reaksi yaitu:


1. Arahnya berlawanan.
2. Besarnya sama (karena sistem diam).
3. Bekerja pada benda yang berbeda.
(FAB pada tembok dan FBA)

Aplikasi hukum 3 Newton dalam kehidupan sehari-hari:

1. Pada saat berjalan telapak kaki mendorong lantai kebelakang sebagai aksi
dan lantai mendorong telapak kaki kedepan sebagai reaksi.

2. Pada saat berenang, kaki dan tangan mendorong air kebelakang sebagai
aksi dan air mendorong kaki dan tangan kedepan sebagai reaksi.

3. Pada pelari,telapak kaki pelari mendorong papan start kebelakang (aksi).


sebaga reaksi, papan start mendorong kaki pelari kedepan, sehingga pelari
bergerak kedepan.

Gaya

Di dalam ilmu fisika, gaya atau kakas adalah apapun yang dapat
menyebabkan sebuah benda bermassa mengalami percepatan.[1]. Gaya
memiliki besar dan arah, sehingga merupakan besaran vektor. Satuan SI
yang digunakan untuk mengukur gaya adalah Newton (dilambangkan
dengan N). Berdasarkan Hukum kedua Newton, sebuah benda dengan massa
konstan akan dipercepat sebanding dengan gaya netto yang bekerja
padanya dan berbanding terbalik dengan massanya.
Penjelasan lain yang mirip, gaya netto yang bekerja pada sebuah benda
adalah sebanding dengan laju perubahan momentum yang dialaminya.[2]

Gaya (bisa tarik atau tolak) timbul karena


fenomena gravitasi, magnet atau yang lain sehingga mengakibatkan
percepatan
Gaya bukanlah sesuatu yang pokok dalam ilmu fisika, meskipun ada
kecenderungan untuk memperkenalkan ilmu fisika lewat konsep ini. Yang
lebih pokok ialah momentum, energi dan tekanan. Sebenarnya, tak seorang
pun dapat mengukur gaya secara langsung. Tetapi, kalau sesuatu
mengatakan seseorang mengukur gaya, sedikit berpikir akan membuat
seseorang menyadari bahwa apa yang diukur sebenarnya adalah tekanan
(atau mungkin kemiringannya). "Gaya" yang Anda rasakan saat meraba kulit
anda, misalnya, sebenarnya adalah sel syaraf tekanan Anda yang mendapat
perubahan tekanan. Ukuran neraca pegas mengukur ketegangan pegas,
yang sebenarnya adalah tekanannya, dll.
Dalam bahasa sehari-hari gaya dikaitkan dengan dorongan atau tarikan,
mungkin dikerahkan oleh otot-otot kita.
Di fisika, kita memerlukan definisi yang lebih presisi. Kita mendefinisikan
gaya di sini dalam hubungannya dengan percepatan yang dialami benda
standar yang diberikan ketika ditempatkan di lingkungan sesuai.
Sebagai benda standar kita menggunakan (atau agaknya membayangkan
bahwa kita menggunakannya!) silinder platinum yang disimpan di
International Bureau of Weights and Measures dekat Paris dan disebut
kilogram standar.
Di fisika, gaya adalah aksi atau agen yang menyebabkan benda bermassa
bergerak dipercepat. Hal ini mungkin dialami sebagai angkatan, dorongan
atau tarikan. Percepatan benda sebanding dengan penjumlahan vektor
seluruh gaya yang beraksi padanya (dikenal sebagai gaya netto atau gaya
resultan).
Dalam benda yang diperluas, gaya mungkin juga menyebabkan rotasi,
deformasi atau kenaikan tekanan terhadap benda. Efek rotasi ditentukan
oleh torka, sementara deformasi dan tekanan ditentukan oleh stres yang
diciptakan oleh gaya.
Gaya netto secara matematis sama dengan laju perubahan momentum
benda dimana gaya beraksi. Karena momentum adalah kuantitas vektor
(memiliki besar dan arah), gaya adalah juga kuantitas vektor.
Konsep gaya telah membentuk bagian dari statika dan dinamika sejak
zaman kuno. Kontribusi kuno terhadap statika berpuncak dalam pekerjaan
Archimedes di abad ke tiga sebelum Masehi, yang masih membentuk bagian
fisika modern.
Sebaliknya, dinamika Aristoteles disatukan kesalahpahaman intuisi peranan
gaya yang akhirnya dikoreksi dalam abad ke 17, berpuncak dalam pekerjaan
Isaac Newton.
Menurut perkembangan mekanika kuantum, sekarang dipahami bahwa
partikel saling mempengaruhi satu sama lain melalui interaksi fundamental,
menjadikan gaya sebagai konsep yang berguna hanya pada konsep
makroskopik.
Hanya empat interaksi fundamental yang dikenal: kuat, elektromagnetik,
lemah (digabung menjadi satu interaksi elektrolemah pada tahun 1970-an),
dan gravitasi (dalam urutan penurunan kuat interaksi).

Daftar isi

• 1 Sejarah
• 2 Jenis-jenis Gaya
• 3 Definisi Kuantitatif
• 4 Gaya dalam Relativitas
Khusus
• 5 Gaya dan Potensial
• 6 Gaya konservatif
• 7 Gaya non konservatif
• 8 Satuan Ukuran

Sejarah
Aristoteles dan pengikutnya meyakini bahwa keadaan alami objek di bumi
tak bergerak dan bahwasannya objek-objek tersebut cenderung ke arah
keadaan tersebut jika dibiarkan begitu saja. Aristoteles membedakan antara
kecenderungan bawaan objek-objek untuk menemukan “tempat alami”
mereka (misal benda berat jatuh), yang menuju “gerak alami”, dan tak alami
atau gerak terpaksa, yang memerlukan penerapan kontinyu gaya.
Namun teori ini meskipun berdasarkan pengalaman sehari-hari bagaimana
objek bergerak (misal kuda dan pedati), memiliki kesulitan perhitungan yang
menjengkelkan untuk proyektil, semisal penerbangan panah.
Beberapa teori telah dibahas selama berabad-abad, dan gagasan
pertengahan akhir bahwa objek dalam gerak terpaksa membawa gaya
dorong bawaan adalah pengaruh pekerjaan Galileo.
Galileo melakukan eksperimen dimana batu dan peluru meriam keduanya
digelindingkan pada suatu kecuraman untuk membuktikan kebalikan teori
gerak Aristoteles pada awal abad 17.
Galileo menunjukkan bahwa benda dipercepat oleh gravitasi yang mana tak
gayut massanya dan berargumentasi bahwa objek mempertahankan
kecepatan mereka jika tidak dipengaruhi oleh gaya - biasanya gesekan.
Isaac Newton dikenal sebagai pembantah secara tegas untuk pertama
kalinya, bahwa secara umum, gaya konstan menyebabkan laju perubahan
konstan (turunan waktu) dari momentum. Secara esensi, ia memberi definisi
matematika pertama kali dan hanya definisi matematika dari kuantitas gaya
itu sendiri - sebagai turunan waktu momentum: F = dp/dt.
Pada tahun 1784 Charles Coulomb menemukan hukum kuadrat terbalik
interaksi antara muatan listrik menggunakan keseimbangan torsional, yang
mana adalah gaya fundamental kedua.
Gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah ditemukan pada abad ke 20. Dengan
pengembangan teori medan kuantum dan relativitas umum, disadari bahwa
“gaya” adalah konsep berlebihan yang muncul dari kekekalan momentum
(momentum 4 dalam relativitas dan momentum partikel virtual dalam
elektrodinamika kuantum).
Dengan demikian sekarang ini dikenal gaya fundamental adalah lebih akurat
disebut “interaksi fundamental”.
Jenis-jenis Gaya
Meskipun terdapat dengan jelas banyak tipe gaya di alam semesta, mereka
seluruhnya berbasis pada empat gaya fundamental. Gaya nuklir kuat dan
gaya nuklir lemah hanya beraksi pada jarak yang sangat pendek dan
bertanggung jawab untuk “mengikat” nukleon tertentu dan menyusun nuklir.
Gaya elektromagnetik beraksi antara muatan listrik dan gaya gravitasi
beraksi antara massa.
Prinsip perkecualian Pauli bertanggung jawab untuk kecenderungan atom
untuk tak “bertumpang tindih” satu sama lain, dan adalah jadinya
bertanggung jawab untuk “kekakuan” materi, namun hal ini juga bergantung
pada gaya elektromagnetik yang mengikat isi-isi setiap atom.
Seluruh gaya yang lain berbasiskan pada keempat gaya ini. Sebagai contoh,
gesekan adalah perwujudan gaya elektromagnetik yang beraksi antara
atom-atom dua permukaan, dan prinsip perkecualian Pauli, yang tidak
memperkenankan atom-atom untuk menerobos satu sama lain.
Gaya-gaya dalam pegas dimodelkan oleh hukum Hooke adalah juga hasil
gaya elektromagnetik dan prinsip perkecualian Pauli yang beraksi bersama-
sama untuk mengembalikan objek ke posisi keseimbangan. Gaya sentrifugal
adalah gaya percepatan yang muncul secara sederhana dari percepatan
rotasi kerangka acuan.
Pandangan mekanika kuantum modern dari tiga gaya fundamental pertama
(seluruhnya kecuali gravitasi) adalah bahwa partikel materi (fermion) tidak
secara langsung berinteraksi dengan satu sama lain namun agaknya dengan
mempertukarkan partikel virtual (boson). Hasil pertukaran ini adalah apa
yang kita sebut interaksi elektromagnetik (gaya Coulomb adalah satu contoh
interaksi elektromagnetik).
Dalam relativitas umum, gravitasi tidaklah dipandang sebagai gaya.
Melainkan, objek yang bergerak secara bebas dalam medan gravitasi secara
sederhana mengalami gerak inersia sepanjang garis lurus dalam ruang-
waktu melengkung - didefinisikan sebagai lintasan ruang-waktu terpendek
antara dua titik ruang-waktu. Garis lurus ini dalam ruang-waktu dipandang
sebagai garis lengkung dalam ruang, dan disebut lintasan balistik objek.
Sebagai contoh, bola basket yang dilempar dari landasan bergerak dalam
bentuk parabola sebagaimana ia dalam medan gravitasi serba sama.
Lintasan ruang-waktunya (ketika dimensi ekstra ct ditambahkan) adalah
hampir garis lurus, sedikit melengkung (dengan jari-jari kelengkungan
berorde sedikit tahun cahaya). Turunan waktu perubahan momentum dari
benda adalah apa yang kita labeli sebagai “gaya gravitasi”.
Contoh:
• Objek berat dalam keadaan jatuh bebas. Perubahan momentumnya
sebagaimana
dp/dt = mdv/dt = ma =mg (jika massa m konstan), jadi kita sebut kuantitas
mg “gaya gravitasi” yang beraksi pada objek. Hal ini adalah definisi berat (W
= mg) objek.
• Objek berat di atas meja ditarik ke bawah menuju lantai oleh gaya
gravitasi (yakni beratnya). Pada waktu yang sama, meja menahan
gaya ke bawah dengan gaya ke atas yang sama (disebut gaya normal),
menghasilkan gaya netto nol, dan tak ada percepatan. (Jika objek
adalah orang, ia sesungguhnya merasa aksi gaya normal terhadapnya
dari bawah.)
• Objek berat di atas meja dengan lembut didorong dalam arah
menyamping oleh jari-jari.
• Akan tetapi, ia tidak pindah karena gaya dari jari-jari tangan pada
objek sekarang dilawan oleh gaya baru gesekan statis, dibangkitkan
antara objek dan permukaan meja.
• Gaya baru terbangkitkan ini secara pasti menyeimbangkan gaya yang
dikerahkan pada objek oleh jari, dan lagi tak ada percepatan yang
terjadi.
• Gesekan statis meningkat atau menurun secara otomatis. Jika gaya
dari jari-jari dinaikkan (hingga suatu titik), gaya samping yang
berlawanan dari gesekan statis meningkat secara pasti menuju titik
dari posisi sempurna.
• Objek berat di atas meja didorong dengan jari cukup keras sehingga
gesekan statis tak dapat membangkitkan gaya yang cukup untuk
menandingi gaya yang dikerahkan oleh jari, dan objek mulai terdorong
melintasi permukaan meja. Jika jari dipindah dengan kecepatan
konstan, ini perlu untuk menerapkan gaya yang secara pasti
membatalkan gaya gesek kinetik dari permukaan meja dan kemudian
objek berpindah dengan kecepatan konstan yang sama. Kecepatan
adalah konstan hanya karena gaya dari jari dan gesekan kinetik saling
menghilangkan satu sama lain. Tanpa gesekan, objek terus-menerus
bergerak dipercepat sebagai respon terhadap gaya konstan.
• Objek berat mencapai tepi meja dan jatuh. Sekarang objek, yang
dikenai gaya konstan dari beratnya, namun dibebaskan dari gaya
normal dan gaya gesek dari meja, memperoleh dalam kecepatannya
dalam arah sebanding dengan waktu jatuh, dan jadinya (sebelum ia
mencapai kecepatan dimana gaya tahanan udara menjadi signifikan
dibandingkan dengan gaya gravitasi) laju perolehan momentum dan
kecepatannya adalah konstan. Fakta ini pertama kali ditemukan oleh
Galileo.
• Objek berat suspended pada timbangan. Karena objek tidak bergerak
(sehingga turunan waktu dari momentumnya adalah nol) maka selama
percepatan jatuh bebas g ia harus mengalami percepatan yang
diarahkan sama dan berlawanan a = -g dikarenakan aksi pegas.
• Percepatan ini dikalikan dengan massa objek adalah apa yang kita
labeli sebagai “gaya reaksi pegas” yang mana secara nyata sama dan
berlawanan dengan berat objek mg.
• Mengetahui massa (katakanlah, 1 kg) dan percepatan jatuh bebas
(katakanlah, 9,8 meter/detik2) kita dapat menentukan timbangan
dengan tanda “9,8 N”. Pasang beragam massa (2 kg, 3 kg, …) kita
dapat mengkalibrasi timbangan dan kemudian menggunakan skala
tertentu ini untuk mengukur banyak gaya yang lain (gesek, gaya
reaksi, gaya listrik, gaya magnetik, dst).
Definisi Kuantitatif
Kita memiliki pemahaman intuitif ide gaya, karena gaya dapat secara
langsung dirasakan sebagai dorongan atau tarikan. Sebagaimana dengan
konsep fisika yang lain (misal temperatur), ide intuitif dikuantifikasi
menggunakan definisi operasional yang konsisten dengan persepsi langsung,
namun lebih presisi.
Secara historis, gaya pertama kali secara kuantitatif diselidiki dalam keadaan
keseimbangan statis dimana beberapa gaya membatalkan satu sama lain.
Eksperimen demikian membuktikan sifat-sifat yang rumit bahwa gaya adalah
kuantitas vektor aditif: mereka memiliki besar dan arah. Sehingga, ketika
dua gaya berkasi pada suatu objek, gaya hasil, resultan, adalah penjumlahan
vektor gaya asal. Hal ini disebut prinsip superposisi. Besar resultante
bervariasi dari perbedaan besar dua gaya terhadap penjumlahan mereka,
gayut sudut antara garis-garis aksi mereka.
Sebagaimana dengan seluruh penambahan vektor hasil-hasil ini dalam
aturan jajaran genjang: penambahan dua vektor yang diwakili oleh sisi-sisi
jajaran genjang, memberi vektor resultan ekivalen yang sama dalam besar
dan arah terhadap transversal jajaran genjang.
Sebagaimana dapat ditambahkan, gaya juga dapat diuraikan (atau dipecah).
Sebagai contoh, gaya horisontal menunjuk timur laut dapat dipecah menjadi
dua gaya, satu menunjuk ke utara dan satu menunjuk timur. Jumlahkan
komponen-komponen gaya ini menggunakan penambahan vektor
menghasilkan gaya asal. Vektor-vektor gaya dapat juga menjadi tiga
dimensi, dengan komponen ketiga (vertikal) pada penjuru sudut terhadap
dua komponen horisontal.
Kasus paling sederhana dari keseimbangan statis adalah ketika dua gaya
adalah sama dalam besar namun berlawanan arah. Ini menyisakan cara
yang paling biasa dari pengukuran gaya, menggunakan peralatan sederhana
semisal timbangan berat dan neraca pegas. Menggunakan peralatan
demikian, beberapa hukum gaya kuantitatif ditemukan: gaya gravitasi
sebanding dengan volume objek yang terdiri dari material (secara luas
dimanfaatkan saat ini untuk mendefinisikan standar berat); prinsip
Archimedes untuk gaya apung; analisis Archimedes dari pengungkit; hukum
Boyle untuk tekanan gas; dan hukum Hooke untuk pegas: seluruhnya
diformulasikan dan secara eksperimental dibuktikan sebelum Isaac Newton
menguraikan secara rinci tiga hukum geraknya.
Gaya terkadang didefinisikan menggunakan hukum kedua Newton, sebagai
perkalian massa m kali percepatan atau lebih umum, sebagai laju perubahan
momentum. Pendekatan ini diabaikan oleh sejumlah besar buku teks.
Dengan pertimbangan yang lebih, hukum kedua Newton dapat diambil
sebagai definisi kuantitatif massa; secara pasti dengan menuliskan hukum
sebagai persamaan, satuan relatif gaya dan massa ditetapkan.
Sukses empirik yang diberikan hukum Newton, hal itu terkadang digunakan
untuk mengukur kuat gaya (sebagai contoh, menggunakan orbit astronomi
untuk menentukan gaya gravitasi).
Gaya dalam Relativitas Khusus
Dalam teori relativitas khusus, massa dan energi adalah sama (sebagaimana
dapat dilihat dengan menghitung kerja yang diperlukan untuk mempercepat
benda). Ketika kecepatan suatu objek meningkat demikian juga energinya
dan oleh karenanya ekivalensi massanya (inersia). Hal ini memerlukan gaya
yang lebih besar untuk mempercepat benda sejumlah yang sama daripada
itu lakukan pada kecepatan yang lebih rendah. Definisi masih valid.
Gaya dan Potensial
Disamping gaya, konsep yang sama secara matematis dari medan energi
potensial dapat digunakan untuk kesesuaian. Sebagai contoh, gaya gravitasi
yang beraksi pada suatu benda dapat dipandang sebagai aksi medan
gravitasi yang hadir pada lokasi benda. Pernyataan ulang secara matematis
definisi energi (melalui definisi kerja), medan skalar potensial didefinisikan
sebagai medan yang mana gradien adalah sama dan berlawanan dengan
gaya yang dihasilkan pada setiap setiap titik.
Gaya dapat diklasifikasi sebagai konservatif atau non konservatif. Gaya
konservatif sama dengan gradien potensial.
Gaya konservatif
Gaya konservatif yang beraksi pada sistem tertutup memiliki sebuah kerja
mekanis terkait yang memperkenankan energi untuk mengubah hanya
antara bentuk kinetik atau potensial.
Hal ini berarti bahwa untuk sistem tertutup, energi mekanis netto adalah
kekal kapan pun gaya konservatif beraksi pada sistem.
Gaya, oleh karena itu, terkait secara langsung dengan perbedaan energi
potensial antara dua lokasi berbeda dalam ruang dan dapat ditinjau sebagai
artifak, benda (artifact) medan potensial dalam cara yang sama bahwa arah
dan jumlah aliran air dapat ditinjau sebagai artifak pemetaan kontur (contour
map) dari ketinggian area.
Gaya konservatif meliputi gravitasi, gaya elektromagnetik, dan gaya pegas.
Tiap-tiap gaya ini, oleh karena itu, memiliki model yang gayut pada posisi
seringkali diberikan sebagai vektor radial eminating dari potensial simetri
bola.
Gaya non konservatif
Untuk skenario fisis tertentu, adalah tak mungkin untuk memodelkan gaya
sebagaimana dikarenakan gradien potensial.
Hal ini seringkali dikarenakan tinjauan makrofisis yang mana menghasilkan
gaya sebagai kemunculan dari rata-rata statistik makroskopik dari keadaan
mikro. Sebagai contoh, friksi disebabkan oleh gradien banyak potensial
elektrostatik antara atom-atom, namun mewujud sebagai model gaya yang
tak gayut sembarang vektor posisi skala makro.
Gaya non konservatif selain friksi meliputi gaya kontak yang lain, tegangan,
tekanan, dan seretan (drag). Akan tetapi, untuk sembarang deskripsi detil
yang cukup, seluruh gaya ini adalah hasil gaya konservatif karena tiap-tiap
gaya makroskopis ini adalah hasil netto gradien potensial mikroskopis.
Hubungan antara gaya non konservatif makroskopis dan gaya konservatif
mikroskopis dideskripsikan oleh perlakuan detil dengan mekanika statistik.
Dalam sistem tertutup makroskopis, gaya non konservatif beraksi untuk
mengubah energi internal sistem dan seringkali dikaitkan dengan transfer
panas.
Menurut Hukum Kedua Termodinamika, gaya non konservatif hasil yang
diperlukan dalam transformasi energi dalam sistem tertutup dari kondisi
terurut menuju kondisi lebih acak sebagaimana entropi meningkat.
Satuan Ukuran
Satuan SI yang digunakan untuk mengukur gaya adalah newton (simbol N),
yang mana adalah ekivalen dengan kg.m.s-2. Satuan CGS lebih awal adalah
dyne. Hubungan F = m.a dapat digunakan dengan yang mana pun.

GAYA GESEK
Seperti yang sudah diberitahu tadi, Gaya Gesek merupakan gaya kontak dan
arahnya selalu berlawanan dengan arah gerak benda. Gaya Gesek adalah
gaya yang melawan gerakan dari dua permukaan yang bersentuhan. Gaya
gesek mengubah energi kinetis menjadi panas atau suara. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa gaya gesek adalah gaya yang bekerja pada benda dan
arahnya selalu melawan arah gerak benda. Gaya gesek hanya akan bekerja
pada benda jika ada gaya luar yang bekerja pada benda tersebut.
Bagaimana gaya gesek itu dapat muncul? Gaya gesek merupakan akumulasi
interaksi mikro antar kedua permukaan yang saling bersentuhan. Gaya-gaya
yang bekerja antara lain adalah gaya elektrostatik pada masing-masing
permukaan. Dulu diyakini bahwa permukaan yang halus akan menyebabkan
gaya gesek (atau tepatnya koefisien gaya gesek) menjadi lebih kecil nilainya
dibandingkan dengan permukaan yang kasar, akan tetapi dewasa ini tidak
lagi demikian. Konstruksi mikro (nano tepatnya) pada permukaan benda
dapat menyebabkan gesekan menjadi minimum, bahkan cairan tidak lagi
dapat membasahinya.
Gaya gesek memiliki beberapa keuntungan maupun kerugian. Salah satu
keuntungan gaya gesek adalah gesekan antara roda kendaraan bermotor
dengan jalan. Dengan adanya gesekan, kecepatan mobil dapat dipercepat
maupun diperlambat, sehingga mobil dapat bergerak maupun berhenti.
Gaya gesekan itu bukan hanya memberikan keuntungan, tetapi juga
memberikan kerugian, dimana dengan adanya gaya gesekan ban mobil
menjadi lebih cepat aus, sehingga harus diganti dengan ban mobil yang
baru.
Pada dasarnya gaya gesekan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Gaya Gesek Statis
2. Gaya Gesek Kinetis

GAYA GESEK STATIS


Gaya Gesek Statis bekerja pada saat kedua permukaan benda yang
bersentuhan relatif diam satu sama lain atau ketika benda hampir bergerak.
Sehingga jika di jabarkan dengan hukum Newton, jumlah gaya yang bekerja
adalah 0. Dimana kita ketahui bahwa sesuai dengan hukum Newton, jumlah
gaya yang bekerja sama dengan massa dikalikan dengan percepatan (F =
m.a). Karena benda hampir bergerak (belum bergerak), berarti benda tidak
memiliki kecepatan dan dengan begitu benda tidak memiliki
percepatan/perlambatan, sehingga jumlah gayanya adalah 0. Jadi besar
maksimalnya gesekan statis adalah ketika benda tepat hampir bergerak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa besarnya gaya gesek statis adalah
antara 0 sampai dengan maksimalnya (0 < fs < fsmaks)
Besarnya gaya gesek statis dapat dicari dengan rumus:

dengan:
fg = Gaya Gesek
µs = Koefisien Gesek Statis
N = Gaya Normal

Besarnya koefisien gesek statis adalah tangen sudut dari kemiringan ketika
benda tepat ingin bergerak. Berikut adalah penjabaran rumus untuk
mendapatkan besarnya koefisien gesek statis,

Fy = N - W.cosA = 0, sehingga N = W.cosA


Fx = W.sinA - fs = 0, sehingga fs = W.sinA
kemudian dengan rumus gaya gesek diatas kita subsitusikan
persamaannya, sehingga
µs = fs : N
µs = W.sinA : W.cosA
µs = sinA : cosA
µs = tanA
dengan:
fs = Gaya Gesek Statis
Fy = Jumlah gaya yang bekerja pada sumbu y
Fx = Jumlah gaya yang bekerja pada sumbu x
W = Gaya Berat Benda
A = Sudut Kemiringan Benda
µs = Koefisien Gesek Statis
N = Gaya Normal

GAYA GESEK KINETIS


Gaya Gesek Kinetis bekerja pada saat ada gerak relatif antara kedua
permukaan yang bersentuhan. Gaya gesek kinetis bekerja pada benda yang
sedang melaju dengan sebuah kecepatan terminal. Dimana yang dimaksud
dengan kecepatan terminal itu adalah kecepatan tanpa percepatan atau
perlambatan, bisa juga disebut kecepatan konstan. Karena benda bergerak
dengan kecepatan konstan, maka sesuai dengan Hukum Newton, bahwa
jumlah gaya yang bekerja adalah massa dikalikan dengan
percepatan/perlambatan (F = m.s), jumlah gaya yang bekerja pada benda
adalah 0
Besarnya gaya gesek statis dapat dicari dengan rumus:

dengan:
fg = Gaya Gesek
µk = Koefisien Gesek Kinetis
N = Gaya Normal

Besarnya koefisien gesek kinetis adalah tangen sudut dari kemiringan ketika
benda tepat ingin bergerak. Berikut adalah penjabaran rumus untuk
mendapatkan besarnya koefisien gesek kinetis,
Fy = N - W.cosA = 0, sehingga N = W.cosA
Fx = W.sinA - fk = 0, sehingga fk = W.sinA
kemudian dengan rumus gaya gesek diatas kita subsitusikan
persamaannya, sehingga
µk = fk : N
µk = W.sinA : W.cosA
µk= sinA : cosA
µk = tanA
dengan:
fk = Gaya Gesek Kinetis
Fy = Jumlah gaya yang bekerja pada sumbu y
Fx = Jumlah gaya yang bekerja pada sumbu x
W = Gaya Berat Benda
A = Sudut Kemiringan Benda
µk = Koefisien Gesek Kinetis
N = Gaya Normal

Dari hasil percobaan antara koefisien gesek statis dan koefisien gesek
kinetis, didapatkan bahwa:
1. Besarnya koefisien gesek statis selalu lebih kecil dari besarnya
koefisien gesek kinetis (µs < µk).
2. Besarnya koefisien gesek kinetis dipengaruhi oleh kelajuan relatif
permukaan, tetapi untuk kelajuan sampai beberapa m/s, besarnya
koefisien gesek kinetis hampir sama.
3. Besarnya koefisien gesek statis maupun kinetis bergantung pada sifat -
sifat permukaan yang bergesakan.

PENERAPAN GAYA GESEKAN PADA TIKUNGAN


Dalam Hal ini, akan ada dua macam keadaan yang akan dibahas, yaitu
dalam tikungan datar dan tikungan miring. Untuk yang tikungan miring akan
dibahas dua macam, yaitu tanpa gesekan dan dengan gesekan. Hal yang
dibahas adalah berapa kecepatan yang diijinkan untuk sebuah kendara
bermotor untuk menempuh tikungan itu.
1. Tikungan Datar (Dengan Gesekan)

Dalam hal ini tikungan kita anggap sebagai lingkaran. Maka bila ada
kendaraan yang ingin menikung, pasti ada gaya sentripetal yang arah
menuju pusat lingkaran. Pada jalan datar gaya gesek statis yang
bekerja pada ban ke pusat lingkaran merupakan gaya sentripetal.
Sehingga untuk mencari besarnya kecepatan yang diijinkan digunakan
persamaan berikut:
fs = Fs
µkN = (mv2) : R , sehingga:

dengan:
fs = Gaya Gesek Statis
µs = Koefisien Gesek Statis
N = Gaya Normal (m.g)
v = Kecepatan
m = Massa
R = Jari - Jari
g = Percepatan Gravitasi

2. Tikungan Miring

Dalam hal tikungan miring ada dua hal yang akan di bahas, yaitu
dengan atau tidak dengan gesekan. Hal ini akan dibahas satu persatu.
○ Tanpa Gesekan

Sama halnya dengan tikungan datar, saat kendaraan menikung,


gaya gesek mengarah ke pusat. Namun dalam hal ini besarnya
gaya gesek adalah N sinA, sehingga didapatkan rumus:
N sinA = (mv2) : R

Selain itu juga didpatkan bahwa besarnya gaya berat yang


bekerja adalah gaya normal dikalikan cosinus dari sudut
kemiringan, atau dapat dituliskan:

N = (mg) : cosA
Dengan begitu jika persamaan kedua di subsitusikan ke
persamaan pertama didapatkan:

(mg) X (sinA : cosA) = (mv2) : R


g sinA = v2 : R, sehingga:

dengan:
N = Gaya Normal (m.g)
v = Kecepatan
m = Massa
R = Jari - Jari
A = Sudut Kemiringan
g = Percepatan Gravitasi

○ Dengan Gesekan

Tikungan sirkuit balap dibuat miring dengna maksud tertentu.


Sirkuit dibuat miring agar gaya normal yang bekerja pada mobil
memiliki komponen horizontal ke arah pusat lingkaran untuk
memnberikan gaya sentripetal. Untuk mencari besarnya
kecepatan yang diijinkan untuk menempuh sebuah tikungan
dengan gaya gesek dengan kemiringan sudut sebesar A adalah:

dengan:
v = Kecepatan
µs = Koefisien Gesek Statis
R = Jari - Jari
A = Sudut Kemiringan
g = Percepatan Gravitasi

You might also like