You are on page 1of 11

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP

PENINGKATAN KINERJA

I. MOTIVASI

Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti bergerak atau
menggerakkan. Motivasi diartikan juga sebagai suatu kekuatan sumber daya yang
menggerakkan dan mengendalikan perilaku manusia. Motivasi sebagai upaya yang
dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk mengambil suatu tindakan
yang dikehendaki, sedangkan motif sebagai daya gerak seseorang untuk berbuat.
Karena perilaku seseorang cenderung berorientasi pada tujuan dan didorong oleh
keinginan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi merupakan pendorong yang menyebabkan seseorang rela untuk
menggerakkan kemampuan tenaga dan waktunya untuk menjalankan semua
kegiatan yang telah menjadi tugas dan tanggung jawabnya agar kewajibannya
terpenuhi serta sasaran dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan terwujud.
Manusia memiliki banyak motivasi dasar yang berperan penting dalam dunia kerja
yaitu motivasi yang diberikan perusahaan/organisasi. Sedangkan imbalan yang non
finansial lebih kepada situasi lingkungan kerja yang tercipta dengan baik dan
fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan anggotanya di tempat bekerja, sehingga
anggota organisasi merasa nyaman dan dapat bekerja dengan baik.
Di dalam suatu organisasi, motivasi mempunyai peran penting, karena
mengikat langsung pada individu/orang-orang dalam organisasi tersebut, motivasi
yang dimiliki merupakan modal untuk meningkatkan dan mengembangkan
organisasi secara optimal.
Bernson dan Skiner mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan kerja yang timbul
dari diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
motivasi menempati unsur terpenting yang harus dimiliki seseorang. Sebab
motivasi merupakan kemampuan usaha yang dilakukan seseorang untuk meraih
tujuan dan disertai dengan kemampuan individu untuk memuaskan kebutuhan-

1
kebutuhannya. Menurut McClelland (1987), manusia memiliki banyak motivasi dasar
yang berperan penting dalam dunia kerja yaitu motivasi berprestasi (n – Ach),
motivasi berkuasa (n – Pow), dan motivasi berafiliasi (n – Aff). Dari ketiga motivasi
dasar tersebut, motivasi berprestasi memiliki peranan yang sangat besar dalam
dunia kerja karena dengan usaha yang terus-menerus meraih prestasi, secara
empiris terbukti memberikan sumbangan yang besar terhadap munculnya bentuk-
bentuk perilaku berwiraswasta serta pertumbuhan ekonomi negara (McClelland,
1987).
Apabila kita meninjau motivasi dalam suatu organisasi dilihat dari perannya
ada 2 macam, yaitu positif dan negatif.
a. Motivasi positif, adalah motivasi yang menimbulkan harapan dan
mempunyai sifat menguntungkan/menggembirakan bagi individu/aparat
misalnya: gaji, fasilitas, karier, jaminan hari tua, jaminan kesehatan.
b. Motivasi negatif, adalah motivasi yang menimbulkan rasa takut, misalnya:
ancaman, tekanan, dan lain-lain.
Dalam konteks pekerjaan, motivasi merupakan salah satu faktor penting
dalam mendorong seorang karyawan untuk bekerja. Motivasi adalah kesediaan
individu untuk mengeluarkan upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi
(Stephen P. Robbins, 2001). Ada tiga elemen kunci dalam motivasi yaitu upaya,
tujuan organisasi dan kebutuhan. Upaya merupakan ukuran intensitas. Bila
seseorang termotivasi maka ia akan berupaya sekuat tenaga untuk mencapai
tujuan, namun belum tentu upaya yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang
tinggi. Oleh karena itu, diperlukan intensitas dan kualitas dari upaya tersebut serta
difokuskan pada tujuan organisasi.
Kebutuhan adalah kondisi internal yang menimbulkan dorongan, dimana
kebutuhan yang tidak terpuaskan akan menimbulkan tegangan yang merangsang
dorongan dari dalam diri individu. Dorongan ini menimbulkan perilaku pencarian
untuk menemukan tujuan, tertentu. Apabila ternyata terjadi pemenuhan kebutuhan,
maka akan terjadi pengurangan tegangan. Pada dasarnya, karyawan yang

2
termotivasi berada dalam kondisi tegang dan berupaya mengurangi ketegangan
dengan mengeluarkan upaya.
Proses motivasi yang menunjukkan kebutuhan yang tidak terpuaskan akan
meningkatkan tegangan dan memberikan dorongan pada seseorang dan
menimbulkan perilaku digambarkan sebagai berikut:
Kebutuhan tidak terpuaskan
Tegangan
Dorongan
Perilaku Pencarian
Pengurangan Tegangan
Kebutuhan Terpuaskan

Pada umumnya kinerja yang tinggi dihubungkan dengan motivasi yang tinggi.
Sebaliknya, motivasi yang rendah dihubungkan dengan kinerja yang rendah. Kinerja
seseorang kadang-kadang tidak berhubungan dengan kompetensi yang dimiliki,
karena terdapat faktor diri dan lingkungan kerja yang mempengaruhi kinerja.
Kinerja yang tinggi adalah fungsi dan interaksi antara motivasi, kompetensi dan
peluang sumber daya pendukung, sehingga kinerja dapat dirumuskan sebagai
berikut:

Kinerja = f ( Motivasi x Kompetensi x Kesempatan )

II. TEORI MOTIVASI

Terdapat 5 teori motivasi yang paling popular dan berpengaruh besar dalam
praktek pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi.

a. Teori Efek Hawthorn


Penelitian oleh Elton Mayo pada perusahaan General Electric kawasan
Hawthorn di Chicago, memilki dampak pada motivasi kelompok kerja dan sikap

3
karyawan dalam bekerja. Kontribusi hasil penelitian tersebut bagi perkembangan
teori motivasi adalah:
1. Kebutuhan dihargai sebagai manusia ternyata lebih penting dalam
meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja karyawan dibandingkan
dengan kondisi fiisik lingkungan kerja.
2. Sikap karyawan dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi baik di dalam
maupun di luar lingkungan tempat kerja.
3. Kelompok informal di lingkungan kerja berperan penting dalam
membentuk kebiasaan dan sikap para karyawan.
4. Kerjasama kelompok tidak terjadi begitu saja, tetapi harus direncanakan
dan dikembangkan.

b. Teori Kebutuhan
Menurut Abraham Maslow, pada dasarnya karyawan bekerja untuk
memenuhi kebutuhan sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis.
2. Kebutuhan rasa aman.
3. Kebutuhan social.
4. Kebutuhan harga diri.
5. Kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut bersifat hierarkis, yaitu suatu kebutuhan
akan timbul apabila kebutuhan dasar sebelumnya telah dipenuhi. Setelah
kebutuhan fisiologis seperti pakaian, makanan dan perumahan terpenuhi, maka
kebutuhan tersebut akan digantikan dengan kebutuhan rasa aman dan
seterusnya. Sehingga tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda-beda dalam
bekerja. Seseorang yang kebutuhan hanya sekedar makan, maka pekerjaan
apapun akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

4
c. Teori X dan Y
McGregor mengemukakan dua model yang menjelaskan motivasi karyawan
yang bekerja yaitu teori X dan teori Y.
Teori X menganggap bahwa:
1. Karyawan tidak suka bekerja dan cenderung untuk menghindari kerja.
2. Karyawan harus diawasi dengan ketat dan diancam agar mau bekerja
dengan baik.
3. Prosedur dan disiplin yang keras lebih diutamakan dalam bekerja.
4. Uang bukan satu-satunya faktor yang memotivasi kerja.
5. Karyawan tidak perlu diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri.
Teori Y menganggap bahwa:
1. Karyawan senang bekerja, sehingga pengawasan dan hukuman tidak
diperlukan oleh karyawan.
2. Karyawan akan memiliki komitmen terhadap pekerjaan dan organisasi jika
merasa memuaskan.
3. Manusia cenderung ingin belajar.
4. Kreatifitas dan Imajinasi digunakan untuk memecahkan masalah.

d. Teori Hygine dan Motivator


Menurut Herzberg, faktor yang menimbulkan kepuasan kerja karyawan
berbeda dengan faktor yang menimbulkan ketidak-puasan kerja sebagai berikut.
Faktor Hygine meliputi :
1. Kebijakan perusahaan dan sistem administrasinya.
2. Sistem pengawasan.
3. Gaya kepemimpinan.
4. Kondisi lingkungan kerja.
5. Hubungan antar pribadi.
6. Gaji / upah.
7. Status.
8. Kesehatan dan keselamatan kerja.

5
Faktor Motivator meliputi :
1. Pengakuan.
2. Penghargaan atas prestasi.
3. Tanggungjawab yang lebih besar.
4. Pengembangan karir.
5. Pengembangan diri.
6. Minat terhadap pekerjaan.

e. Teori Motivasi Berprestasi


Motivasi berprestasi karyawan dalam bekerja di suatu organisasi yang baik
akan memberikan dampak positif, baik bagi diri individu maupun pihak
organisasi. Sikap positif yang ditunjukkan karyawan terhadap organisasi,
merupakan cerminan motivasi berprestasi pada diri karyawan tinggi. Pengelola
organisasi, dalam konteks ini harus memberikan jalan terbaik, dengan jalan lebih
memperhatikan para karyawan agar mereka dapat bekerja secara efektif.
Motivasi berprestasi menjadi komponen yang sangat berperan dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Karyawan memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi akan mempunyai semangat, keinginan dan energi yang
besar dalam diri individu untuk bekerja seoptimal mungkin. Motivasi berprestasi
karyawan yang tinggi akan membawa dampak positif bagi organisasi dan
meningkatkan daya saing para karyawan.
David McClelland menjelaskan tentang keinginan seseorang untuk mencapai
kinerja yang tinggi. Hasil penelitian tentang motivasi berprestasi menunjukkan
pentingnya menetapkan target atau standar keberhasilan. Karyawan dengan ciri-
ciri motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki keinginan bekerja yang tinggi.
Karyawan lebih mementingkan kepuasan pada saat target telah tercapai
dibandingkan imbalan atas kinerja tersebut. Hal ini bukan berarti mereka tidak
mengharapkan imbalan, melainkan mereka menyukai tantangan.

6
Ada tiga macam kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu yaitu:
1. Kebutuhan berprestasi (Achievement motivation) yang meliputi tanggung
jawab pribadi, kebutuhan untuk mencapai prestasi, umpan balik dan
mengambil risiko sedang.
2. Kebutuhan berkuasa (Power motivation) yang meliputi persaingan,
mempengaruhi orang lain.
3. Kebutuhan berafiliasi (Affiliation motivation) yang meliputi persahabatan,
kerjasama dan perasaan diterima.
Dalam lingkungan pekerjaan, ketiga macam kebutuhan tersebut saling
berhubungan, karena setiap karyawan memiliki semua kebutuhan tersebut
dengan kadar yang berbeda-beda. Seseorang dapat dilatihkan untuk
meningkatkan salah satu dari tiga faktor kebutuhan ini. Misalnya untuk
meningkatkan kebutuhan berprestasi kerja, maka karyawan dapat dipertajam
tingkat kebutuhan berprestasi dengan menurunkan kebutuhan yang lain.

III. MOTIVASI BERPRETASI DALAM MENINGKATKAN KINERJA

McClelland seorang pakar psikologi dari Universitas Harvard di Amerika


Serikat mengemukakan bahwa kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh virus
mental yang ada pada dirinya. Virus tersebut merupakan kondisi jiwa yang
mendorong seseorang untuk mencapai kinerja secara optimal. Ada tiga jenis virus
sebagai pendorong kebutuhan yaitu kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi
dan kebutuhan berkuasa. Karyawan perlu mengembangkan virus tersebut melalui
lingkungan kerja yang efektif untuk meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan
perusahaan.
Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dengan ciri-ciri seseorang
melakukan pekerjaan dengan baik dan kinerja yang tinggi. Kebutuhan akan
berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk
berupaya mencapai target yang telah ditetapkan, bekerja keras untuk mencapai

7
keberhasilan dan memiliki keinginan untuk mengerjakan sesuatu secara lebih lebih
baik dari sebelumnya.
Karyawan dengan motivasi berprestasi tinggi sangat menyukai tantangan,
berani mengambil risiko, sanggup mengambil alih tanggungjawab, senang bekerja
keras. Dorongan ini akan menimbulkan kebutuhan berprestasi karyawan yang
membedakan dengan yang lain, karena selalu ingin mengerjakan sesuatu dengan
lebih baik. Berdasarkan pengalamam dan antisipasi dari hasil yang menyenangkan
serta jika prestasi sebelumnya dinilai baik, maka karyawan lebih menyukai untuk
terlibat dalam perilaku berprestasi. Sebaliknya jika karyawan telah dihukum karena
mengalami kegagalan, maka perasaan takut terhadap kegagalan akan berkembang
dan menimbulkan dorongan untuk menghindarkan diri dari kegagalan.
Ciri-ciri perilaku karyawan yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi
menurut McClelland adalah:
a. Menyukai tanggungjawab untuk memecahkan masalah.
b. Cenderung menetapkan target yang sulit dan berani mengambil risiko.
c. Memiliki tujuan yang jelas dan realistik.
d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh.
e. Lebih mementingkan umpan balik yang nyata tentang hasil prestasinya.
f. Senang dengan tugas yang dilakukan dan selalu ingin menyelesaikan dengan
sempurna.

Sebaliknya ciri-ciri karyawan yang memiliki motivasi berprestasi rendah adalah:


a. Bersikap apatis dan tidak percaya diri.
b. Tidak memiliki tanggungjawab pribadi dalam bekerja.
c. Bekerja tanpa rencana dan tujuan yang jelas.
d. Ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
e. Setiap tindakan tidak terahan dan menyimpang dari tujuan.

8
Laporan hasil penelitian tentang gaya manajerial dari 16.000 manajer di
Amerika Serikat yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, menengah dan
rendah menunjukkan sebagai berikut :
a. Manajer dengan motivasi berprestasi yang rendah memiliki karakter pesimis
dan tidak percaya dengan kemampuan bawahannya. Sedangkan manajer
dengan motivasi berprestasi tinggi sangat optimis dan memandang bawahan
baik dan menyenangkan.
b. Motivasi manajer dapat diproyeksikan pada bawahannya. Bagi manajer yang
bermotivasi prestasi tinggi selalu memperhatikan aspek-aspek pekerjaan yang
harus diselesaikan dan mendiskusikan tugas pekerjaan yang harus dicapai
bawahannya, sehingga mereka akan menerima.
c. Manajer yang bermotivasi berprestasi tinggi cenderung menggunakan metode
partisipasi terhadap bawahannya, sedangkan manajer dengan motivasi
berprestasi sedang dan rendah selalu menghindar dalam interaksi dan
komunikasi terbuka.
d. Manajer yang prestasinya tinggi lebih memperhatikan pada manusia dan
tugas / produksi, manajer yang prestasinya sedang lebih memperhatikan
tugas / produksi, sedangkan manajer yang prestasinya rendah hanya
memperhatikan kepentingan pribadi dan tidak menghiraukan bawahannya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat


hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan tingkat kinerja.
Artinya, para karyawan yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan cenderung
memiliki tingkat kinerja yang tinggi. Sebaliknya, mereka yang motivasi
berprestasinya rendah kemungkinan akan memperoleh kinerja yang rendah.

9
IV. KESIMPULAN

1. Motivasi mempunyai peran penting, karena mengikat langsung pada


individu/orang-orang dalam organisasi tersebut, motivasi yang dimiliki
merupakan modal untuk meningkatkan dan mengembangkan organisasi secara
optimal
2. Motivasi berprestasi karyawan dalam bekerja di suatu organisasi yang baik akan
memberikan dampak positif, baik bagi diri individu maupun pihak organisasi.
3. Karyawan dengan ciri-ciri motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki
keinginan bekerja yang tinggi. Karyawan lebih mementingkan kepuasan pada
saat target telah tercapai dibandingkan imbalan atas kinerja tersebut. Hal ini
bukan berarti mereka tidak mengharapkan imbalan, melainkan mereka menyukai
tantangan.
4. Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dengan ciri-ciri seseorang
melakukan pekerjaan dengan baik dan kinerja yang tinggi. Kebutuhan akan
berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang
untuk berupaya mencapai target yang telah ditetapkan
5. Karyawan lebih menyukai untuk terlibat dalam perilaku berprestasi. Sebaliknya
jika karyawan telah dihukum karena mengalami kegagalan, maka perasaan takut
terhadap kegagalan akan berkembang dan menimbulkan dorongan untuk
menghindarkan diri dari kegagalan
6. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara motivasi berprestasi dengan tingkat kinerja. Artinya, para
anggota organisasi yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan cenderung
memiliki tingkat kinerja yang tinggi. Sebaliknya, mereka yang motivasi
berprestasinya rendah kemungkinan akan memperoleh kinerja yang rendah.

M. Talib, S.Pd - 08503032


Kekhususan Manajemen Pendidikan
Program Pasca Sarjana UNM 2008
E-Mail: talibsmk4jeneponto@yahoo.co.id

10
DAFTAR PUSTAKA

1. David W. Johnson; THE SOCIAL PSICHOLOGY OF EDUCATION, Holt, Rinehart


And Winston, Inc, New York. 1970

2. Dr.H. ADIE E. YUSUF, SPd.MA; PENGARUH MOTIVASI TERHADAP


PENINGKATAN KINERJA, Uncategorized http: teknologikinerja.wordpress.com/…
/adietekkinerja Weblog. Published May 6, 2008

3. By admin2; PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI ANTARA KARYAWAN


KONTRAK DAN KARYAWAN TETAP DI PT. BANK RAKYAT INDONESIA
(PERSERO) CABANG …. http://www.skripsi-tesis.com Jul 2nd, 2008

4. Staffmm; PENGARUH KEDISIPLINAN, MOTIVASI DAN FASILITAS SEKOLAH


TERHADAP PRESTASI BELAJAR (STUDI KASUS PADA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 8 PURWOREJO) \Official Site MM UNSOED Jumat/15/Jun/2007/07:58
WIB

5. Rumyati; STUDI KORELASI ANTARA KEBIASAAN BELAJAR SISWA, SIKAP


SISWA TERHADAP MATEMATIKA DAN KONSEP DIRI DENGAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 METRO (2004)
Top / S2 THESIS / S2-Magister Teknologi Pendidikan / 2006 / laptunilapp-gdl-s2-2006-rumyati-
534 Dibuat: 2006-11-24

6. Prof. Dr. J. Winardi, SE; MOTIVASI DAN PEMOTIVASIAN DALAM


MANAJEMEN, PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakrta 2002

7. E.Koeswara; MOTIVASI TEORI DAN PENELITIANNYA, Angkasa Bandung, Mei


1986.

11

You might also like