You are on page 1of 19

BAB I

KONSEP DASAR KINETIKA KIMIA

Tujuan Pembelajaran:
1. memahami tujuan dan pentingnya kinetika
kimia.
2. memahami hubungan termodinamika kimia
dengan kinetika kimia.
3. memahami variabel-variabel yang
mempengaruhi laju reaksi.
4. memahami definisi: laju reaksi, hukum laju,
orde reaksi, konstanta laju reaksi, reaksi
dasar, reaksi kompleks, molekularitas reaksi,
mekanisme reaksi, kompleks teraktivasi,
energi aktivasi, dan katalis.
1. Termodinamika Kimia

Termodinamika kimia mempelajari hubungan antara


reaktan dan hasil reaksi, tidak mempelajari bagaimana
suatu reaksi tersebut berlangsung dan dengan
kecepatan berapa kesetimbangan reaksi kimia
dicapai. Hal ini dipelajari dalam kinetika kimia,
sehingga kinetika kimia merupakan pelengkap bagi
termodinamika kimia.
Termodinamika kimia memberikan 2 hal penting yang
diperlukan dalam merancang reaktor, yaitu : panas
yang dibebaskan atau panas yang diserap selama
reaksi berlangsung dan tingkat reaksi maksimum yang
tepat.
positif, endoterm
aA + bB → cC + dD ∆H r 
negatif, eksoterm

2. Kinetika Kimia

Kinetika kimia adalah bagian dari kimia


fisika yang mempelajari laju reaksi
dan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi tersebut.
Beberapa alasan pentingnya mempelajari
kinetika kimia, yaitu:
1. Untuk kimia fisika, sebagai jalan untuk memahami lebih
dalam sifat dari sistem reaksi, untuk memahami
bagaimana pemutusan ikatan kimia dan terbentuknya
ikatan kimia yang baru, dan untuk memperkirakan energi
dan kestabilan suatu produk.

2. Untuk kimia organik, kinetika kimia sangat penting karena


reaksi kimia akan memberikan petunjuk pada struktur
molekul. Suatu sifat yang penting dari setiap reaksi
organik adalah bagaimana pemutusan satu atau lebih
ikatan kimia (pada reaktan) dan pembentukan ikatan
kimia yang baru (pada produk). Kemudian dengan
membandingkan struktur pada reaktan dan produk, akan
dapat ditentukan ikatan yang hilang dan ikatan yang
terbentuk. Jadi kekuatan relatif ikatan kimia dan struktur
molekul senyawa dapat ditelusuri dengan kinetika kimia.
3. Untuk teknik kimia, kinetika suatu reaksi harus diketahui
jika kita ingin merancang peralatan untuk menghasilkan
reaksi yang baik pada skala keteknikan.

4. Disamping itu, merupakan teori dasar yang penting


dalam proses pembakaran dan pelarutan
serta melengkapi proses perpindahan
massa dan perpindahan panas, dan
memberikan masukan pada metode
pemecahan masalah penomena laju dalam
studi yang lain.
Dalam mempelajari laju reaksi, ada beberap hal yang perlu diperhatikan yaitu;
 Apakah reaksi berlangsung dengan cepat atau lambat?
 Bagaimana kebergantungan laju reaksi pada konsentrasi?
 Bagaimana kebergantungan laju reaksi pada temperatur?
 Apakah reaksi berlangsung dalam satu tahapan atau dalam beberapa
tahap?
 Faktor-faktor apa yang mempengaruhi laju tiap-tiap tahap?
 Apa yang terjadi dengan energi yang dilepaskan ketika reaksi berlangsung?
2.1. Reaksi Kimia dan Waktu
Reaksi kimia berlangsung dengan laju yang berbeda-beda.
Ada yang cepat ada yang lambat. Reaksi yang cepat
misalnya reaksi penetralan antara larutan asam
klorida dan larutan natrium hidroksida, reaksi
pengndapan perak klorida antara larutan perak nitrat
dan larutan natrium klorida. Reaksi yang
berlangsung lambat misalnya pengkaratan besi, reaksi–
reaksi yang menyangkut proses geologi juga
berlangsung sangat lambat, misalnya pelapukan kimia
batu karang yang disebabkan oleh pengaruh air dan gas-
gas yang terdapat di atmosfir.

2.2. Laju Reaksi (Kecepatan Reaksi), r


Laju reaksi adalah kecepatan (laju) berkurangnya pereaksi
(reaktan) atau terbentuknya produk reaksi. Dapat
dinyatakan dalam satuan mol/L atau atm/s.
2.3. Persamaan Laju Reaksi (Hukum Laju)
Hukum laju adalah persamaan yang mengaitkan laju reaksi
dengan konsentrasi molar atau tekanan parsial
pereaksi dengan pangkat yang sesuai. Persamaan laju
atau Hukum laju diperoleh dari hasil eksperimen.
Persamaan laju reaksi dinyatakan dalam bentuk
diferensiaal atau bentuk integral.

2.4. Orde Reaksi, n


Orde reaksi adalah pangkat konsentrasi dalam persamaan laju
bentuk diferensial. Secara teoritis orde reaksi merupakan
bilangan bulat, namun dari hasil eksperimen, dapat berupa
bilangan pecahan atau nol.

2.5. Konstanta Laju, k


Konstanta laju reaksi adalah tetapan perbandingan antara
laju reaksi dan hasil kali konsentrasi spesi yang
mempengaruhi laju reaksi.
Contoh, untuk reaksi: aA + bB → Produk

= k [ A ] [ B]
x y
Jadi persamaan hukum lajunya adalah:
-r A

dimana :
-rA : laju reaksi komponen A
k : konstanta laju reaksi
[A] dan [B]: konsentrasi reaktan A dan B
x dan y : orde reaksi terhadap A dan B

2.6. Katalis
Katalis adalah zat yang mempercepat laju reaksi tanpa
mengalami perubahan secara kimia pada akhir reaksi.
Katalis memberikan jalan lain dengan energi aktivasi
yang lebih kecil.
Inhibitor adalah zat yang memperlambat laju reaksi.
Katalis Homogen adalah katalis yang mempunyai fase
yang sama dengan pereaksi (reaktan).
Katalis heterogen adalah katalis yang mempunyai fase
yang tidak sama dengan fase pereaksi (reaktan).
2.7. Zat antara (Intermediate/Kompleks teraktivasi)
Kompleks teraksivasi adalah sekumpulan radikal bebas,
ion-ion dan zat polar, molekul-molekul serta kompleks
transisi pereaksi yang tidak stabil dan bersifat aktif,
yang berada dalam keadaan transisi sebelum berubah
menjadi produk reaksi.

2.8. Energi Aktivasi, EA


Energi aktivasi adalah energi minimum yang harus dimiliki
pereaksi (reaktan) untuk menghasilkan produk reaksi.

2.9. Reaksi Elementer dan Non-elementer


Reaksi elementer adalah reaksi dimana persamaan laju
reaksinya sesuai dengan persamaan stoikiometrinya. Reaksi
elementer (reaksi dasar) adalah tiap reaksi yang merupakan
proses satu tahap.
Contoh:
2 A
→ P k
− rA = k .[A]
2

− rA = k .[ A].[ B ] 2
A+ 2B
→ P k
Reaksi non-elementer adalah reaksi dimana persamaan
kecepatan reaksinya tidak sesuai dengan persamaan
stoikiometri reaksinya.
Contoh:

k1 k1 .[ Br 2 ].[ H 2 ]0,5
H 2 + Br 2 ↔2 HBr rHBr =
[ HBr ]
k2 k2 +
[ Br 2 ]
k1
0,72 .[ A] 2 .[ B ]
2 A + B ↔ A2 B rA2 B =
k2 1 + 2.[ A]

Model kinetika reaksi Non-elementer


Untuk menjelaskan mengenai kinetika reaksi non-
elementer, maka kita beranggapan bahwa reaksi yang terjadi
adalah reaksi elementer yang terjadi secara berurutan, tetapi
kita ”tidak dapat mengukur dan mengamati” terbentuknya
intermediate, karena terbentuknya dalam waktu yang sangat
singkat. Sehingga kita beranggapan dalam keadaan setimbang
= 0, asumsi ini disebut asumsi steady-state.
d (intermediate)
=0
dt
Contoh reaksi non-elementer:
k1
A2 +B2↔ AB
2
k2

Maka untuk menjelaskannya dibuat langkah-langkah, sebagai


berikut: k
1
1. A2 ↔ 2 A*
k2

k3
2. A * + B2 ↔ AB + B *
k4

k5
3. A * +B * ↔ AB
k6

Tanda bintang (*) menunjukkan intermediate


(kompleks teraktivasi) yang “takteramati”.
Reaksi Kompleks
Reaksi kompleks adalah suatu kumpulan dari reaksi-reaksi
elementer (reaksi dasar) yang memberikan produk-produk yang
diperlukan atau menguraikan tahap-tahap atau mekanisme
terjadinya suatu reaksi. Contoh:

N 2 O5 ↔ NO 2 + NO 3 …………………....
1.
NO2 + NO3 → NO2 + O2 + NO ……………
2.
NO + NO3 → 2NO2 …………………………
3.

Dari keempat tipe intermediate diatas, terdapat 2 macam


reaksi:
1. Reaksi tak-berantai
Reaktan → (Intermediate)*
(Intermediate)* → Produk
2. Reaksi berantai
Reaktan → (Intermediate)* inisiasi
(Intermediate)* + Reaktan → (Intermediate)* + Produk
propagasi
(Intermediate)* → Produk
2.10. Molekularitas Reaksi

Perhatikan reaksi:

dalam CCl 4 , 45o C


2 N 2 O 5 (g)    → 4 NO 2 (g) + O 2 (g)

Laju reaksi = k.[N2O5]


Reaksi ini adalah orde kesatu. Jadi orde reaksi tidak selalu
sama dengan koefisien stoikiometri (dari reaksi penguraian
N2O5). Sehingga orde reaksi tidak dapat disimpulkan dari
persamaan reaksi.
Molekularitas suatu reaksi adalah jumlah molekul yang ikut
dalam reaksi dan nilainya adalah satu, dua, dan kadang-
kadang tiga. Molekularitas hanya berlaku untuk reaksi-
reaksi dasar (reaksi elementer). Misalkan reaksi penguraian
N2O5 diatas, berlangsung dalam tiga tahap. Reaksi tahap
(2) adalah reaksi yang lambat dan disebut sebagai tahap
penentu laju reaksi. Reaksi diatas adalah orde kesatu,
molekularitas tahap penentu laju reaksi adalah dua,
sehingga disebut reaksi bimolekular.
3. Klasifikasi Reaksi Kimia
Ada banyak cara untuk mengelompokkan reaksi kimia, yang
disesuaikan dengan jumlah, macam, dan fase yang terlibat dalam
suatu reaksi.

Reaksi dikatakan homogen apabila berlangsungnya reaksi


dalam satu fase saja. Dalam reaksi homogen seluruh bahan
yang bereaksi (reaktan) ditemukan dalam keadaan fase tunggal,
yaitu apakah itu padat, cair atau gas. Jika reaksi berkatalis,
maka katalis harus uga dalam fase yang sama dengan
reaktan.

Reaksi dikatakan heterogen terjadi apabila berlangsungnya


paling sedikit 2 fase. Kadang klasifikasi ini tidak jelas batasnya
untuk kelompok besar reaksi secara biologis, reaksi substrat-
enzim. Disini enzim bertindak sebagai katalis dalam
memproduksi protein, padahal kenyataannya enzim sendiri
merupakan gabungan protein dengan berat molekul yang
besar dengan ukuran 10 – 100 mμ. Larutan yang mengandung
enzim mengaburkan batasan yang sama antara sistem
homogen dan s istem heterogen.
Klasifikasi reaksi kimia yang berguna dalam perencanaan
reaktor kimia:

Non Katalitis Katalitis


Reaksi - kebanyakan reaksi fase gas - kebanyakan reaksi
Homogen fase cair
- reaksi yang berlangsung - reaksi dalam sistem
cepat seperti; pembakaran. koloid
Reaksi
Heterogen - reaksi enzim dan
mikrobial
- pembakaran batubara - sintesa amonia
- peleburan bijih tambang - oksidasi amonia
- pemecahan padatan dengan untuk memproduksi
asam asam nitrat
- absorpsi gas-cair disertai - pemecahan
denga reaksi (cracking) crude oil
- reduksi bijih besi menjadi - oksidasi SO2 → SO3
baja dan besi
4. Variabel yang Berpengaruh
terhadap Laju Reaksi
Variabel yang mempengaruhi laju reaksi adalah
konsentrasi, tekanan, temperatur, dan katalis.
Variabel inilah yang kita kontrol untuk mempelajari
laju reaksi.
Dalam sistem yang homogen; konsentrasi, tekanan, dan
temperatur, adalah variabel yang nyata, sedangkan dalam
sistem heterogen yang lebih dari satu fase akan menjadi
permasalahan yang lebih kompleks.
Dan kita dapat menyimpulkan bahwa laju reaksi komponen A
merupakan fungsi dari sebagai berikut:

rA = f (keadaaan sistem)
rA = f ( temperatur, tekanan, konsentrasi)
rA = f (T, P, C)
Dalam industri suatu proses perlu dipercepat atau
diperlambat. Oleh karena itu setiap reaksi kimia dalam
industri perlu dilangsungkan pada kondisi tertentu agar
produknya dapat diperoleh dalam waktu yang singkat.
Jadi
dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
suatu reaksi, maka reaksi itu dapat dikendalikan.

5. Definisi Laju Reaksi.


Laju reaksi dapat didefinisikan berdasarkan pada: satuan volume
fluida yang bereaksi, satuan massa padatan dalam sistem cair-
padat, satuan antar permukaan dari sistem cair-cair atau
sistem gas-padat, dan satuan volume reaktor.
Contoh: Laju reaksi pembentukan komponen i yang didasarkan
pada satuan volume fluida yang bereaksi;

1 d Ni (mol komponen i yang terbentuk)


ri = =
V dt ( volume fuida) (waktu)
Bila laju reaksi didasarkan pada satuan massa padatan
dalam sistem cair-padat maka persamaan lajunya:

1 d Ni (mol komponen i yang terbentuk)


ri = =
W dt (massa padatan) (waktu)

Bila laju reaksi didasarkanpada satuan antar permukaan dari 2 sistem cair-cair atau satuan
permukaan dalam sistem gas-padatan, maka persamaan lajunya:

1 d Ni (mol komponen i yang terbentuk)


ri = =
S dt (permukaan) (waktu)
Jika laju reaksi didasarkan pada satuan volume
padatan dalam sistem gas-padat, maka:

1 d Ni (mol komponen i yang terbentuk)


ri = =
VS dt (volume padatan) (waktu)

Sedangkan laju reaksi yang didasarkan pada satuan


volume reaktor dan apabila berbeda dengan laju reaksi
yang didasarkan atas satuan volume fluida, maka
persamaan lajunya:

1 d Ni (mol komponen i yang terbentuk)


ri = =
VR dt (volume reaktor) (waktu)

You might also like