You are on page 1of 15

BAB II

ISI

A. Pengertian pakaian

Pakaian (sandang) adalah salah satu kebutuhan pokok manusia di samping makanan
(pangan) dan tempat tinggal (papan). Selain berfungsi menutup tubuh, pakaian juga dapat
merupakan pernyataan lambang status seseorang dalam masyarakat. Sebab berpakaian
ternyata merupakan perwujudan dari sifat dasar manusia yang mempunyai rasa malu
sehingga berusaha selalu menutupi tubuhnya.
Busana menurut bahasa adalah segala sesuatu yang menempel pada tubuh dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Menurut istilah, busana adalah pakaian yang kita kenakan setiap
hari dari ujung rambut sampai ujung kaki berserta segala pelengkapannya, seperti tas, sepatu,
dan segala macam perhiasan/aksesoris yang melekat padanya.
Dalam ajaran Islam, pakaian bukan semata-mata masalah budaya dan mode. Islam
menetapkan batasan-batasan tertentu untuk laki-laki maupun perempuan. Khusus untuk
muslimah, memiliki pakaian khusus yang menunjukkan jatidirinya sebagai seorang
muslimah. Bila pakaian adat umumnya bersifat lokal, maka pakaian muslimah bersifat
universal. Dalam arti dapat dipakai oleh muslimah di manapun ia berada.

‫خْييٌر‬
َ ‫ك‬
َ ‫ى ذَِلي‬
َ ‫س الّتْقيَو‬
ُ ‫سْوَءاِتُكْم َوِريشاً َوِلَبيا‬
َ ‫عَلْيُكْم ِلَباسًا ُيَواِري‬
َ ‫َيا َبِني آَدَم َقْد َأنَزْلَنا‬
َ ‫ل َلَعّلُهْم َيّذّكُرو‬
‫ن‬ ّ ‫تا‬
ِ ‫ن آَيا‬
ْ ‫ك ِم‬
َ ‫َذِل‬
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.
Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka selalu ingat.” (Al-A’RAF 26)
Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa pakaian bani Adam ada itu ada tiga macam, yaitu:
Pertama, pakaian yuwaari sau-atikum, artinya pakaian sekedar penutup bagian-
bagian yang malu dilihat atau terlihat orang.
Kedua, pakaian riisyan, artinya pakaian yang merupakan hiasan yang layak bagi
manusia , jadi lebih daripada hanya menyembunyikan aurat saja.
Ketiga, (dan yang terpenting) pakaian yang disebut libasut taqwa yang berarti pakaian
yang merupakan ketakwaan, yang menyelamatkan diri, menyegarkan jiwa, membangkitkan
budi pekerti dan akhlak yang mulia. Pakaian inilah yang menjamin keselamatan diri, dunia

i
dan akhirat, menjamin kebahagiaan rumah tangga dan menjamin keamanan serta ketentraman
dalam masyarakat dan negara.
Begitu hebatnya pengaruh budaya dan mode dalam berpakaian, membuat manusia lupa
memahami hakekat dari fungsi adanya pakaian. Dalam hal ini Islam sebagai agama yang
salih li kulli zaman wa makan memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi berpakaian.
Menurut ajaran Islam, - sebagaimana dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Qur’an Surat An-
Nahl : 81 dan Surat Al-A’raaf : 26-, pakaian itu mempunyai tiga fungsi utama yaitu :
1. Sebagai penutup aurat.
2. Sebagai perhiasan. Maksudnya adalah sebagai perhiasan untuk memperindah
penampilan dihadapan Allah dan sesama manusia. Sebagai perhiasan, seseorang
bebas merancang dan membuat bentuk atau mode serta warna pakaian yang dianggap
indah, menarik, serta menyenangkan, selama tidak melanggar batas-batas yang telah
ditentukan.
3. Sebagai pelindung tubuh dari hal-hal yang merusak, seperti panas, dingin, angin
kencang, sengatan matahari dan sebagainya.
Demikianlah tiga fungsi utama pakaian dalam pandangan Islam, mudah-mudahan dalam
berpakaian kita bisa menyadari apa sebenarnya fungsi yang kita inginkan dari pakaian kita,
sehingga kita termasuk hamba-hamba Allah yang mensyukuri nikmat-Nya dan terhindar dari
sifat kufur terhadap karunia-Nya.

A. Ketentuan berbusana muslim dan muslimah

Busana muslim, begitu sering disebut saat ini. Oleh sebagian perancang busana
Indonesia disebut sebagai busana seni kontemporer. Dalam kolom konsultasi syari'ah online,
ada beberapa syarat yang wajib dipenuhi dalam berbusana. Syarat-syarat tersebut adalah:
menutupi seluruh tubuh selain yang dikecualikan, tidak tembus pandang, tidak ketat sehingga
membentuk lekuk tubuh, tidak menyerupai pakaian laki-laki dan tidak menyerupai pakaian
'khas' milik orang kafir atau pakaian orang fasik. Berikut penjelasannya yang dikutip dari
buku Jilbab Al Mar'ah Al Muslimah fil Kitabi wa Sunnah (Syaikh Al Albany), beberapa
syarat yang wajib dipenuhi agar dapat berbusana harmonis dan tentunya syar'i:
1. Menutupi seluruh tubuh selain yang dikecualikan Syarat.
Terdapat dalam surat An Nuur ayat 31 Allah berfirman: "Katakanlah kepada wanita yang
beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka
dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari
mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah

i
menampakkan perhiasan mereka.'"
Juga firman Allah dalam surat Al-Ahzab:59 yang berbunyi: "Hai Nabi katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mumin: 'Hendaklah mereka
mengulurkann jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.'" Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa
menutup seluruh tubuh adalah kewajiban setiap wanita muslimah (mukminah) dan
merupakan tanda keimanan mereka. Menutup aurat adalah salah satu dari kewajiban yang
telah ditetapkan bagi muslimah, sedangkan menuntut ilmu adalah kewajiban lain yang
berlaku untuk seumur hidup.
Al-Qurthubi berkata: "Pengecualian itu adalah pada wajah dan telapak tangan. Yang
menunjukkan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah bahwa Asma
binti Abu Bakr menemui Rasulullah sedangkan ia memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah
berpaling darinya dan berkata kepadanya: "Wahai Asma! Sesungguhnya jika seorang wanita
itu telah mencapai masa haid, tidak baik jika ada bagian tubuhnya yang terlihat, kecuali ini.'
Kemudian beliau menunjuk wajah dan (telapak) tangannya. Allah Pemberi Taufik dan tidak
ada Rabb selain-Nya."
2. Bukan berfungsi sebagai perhiasan.
Ini berdasarkan firman Allah dalam surat An-Nuur ayat 31 yang berbunyi: "Dan janganlah
kaum wanita itu menampakkan perhiasan mereka." Secara umum kandungan ayat ini juga
mencakup pakaian biasa jika dihiasi dengan sesuatu, yang menyebabkan kaum laki-laki
melirikkan pandangan kepadanya.
Hal ini dikuatkan firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 33: "Dan hendaklah kamu tetap di
rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah."
Berhias diri seperti orang-orang jahiliyah disini artinya bertabarruj. Tabarruj adalah perilaku
wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib
ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki. (Fathul Bayan VII/19).
3. Tidak tembus pandang.

Dalam sebuah hadits Rasulullah telah bersabda: "Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-
wanita yang berpakain namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat
bongkol (punuk) unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah kaum wanita yang
terkutuk." Di dalam hadits lain terdapat tambahan: "Mereka tidak akan masuk surga dan juga
tidak akan mencium baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan sekian
dan sekian." (HR. Muslim dari riwayat Abu Hurairah).
Atsar di atas menunjukkan bahwa pakaian yang tipis atau yang mensifati dan
menggambarkan lekuk-lekuk tubuh adalah dilarang. Oleh karena itu Aisyah pernah berkata:

i
"Yang namanya khimar adalah yang dapat menyembunyikan kulit dan rambut." Saat ini
banyak diproduksi bahan-bahan lenan yang tipis dan berbahan lembut. Dengan sentuhan
teknologi jahit menjahit mungkin bisa disiasati dengan menambahkan lapisan (yang agak
tebal/senada) didalam bahan baju ketika menjahitnya atau memakainya, sehingga kita tetap
bisa mengenakan busana yang kita inginkan.
4. Tidak ketat hingga memperlihatkan lekuk tubuh.
Usamah bin Zaid pernah berkata: Rasulullah pernah memberiku baju Quthbiyah yang tebal
yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun
aku pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku: "Mengapa kamu tidak mengenakan baju
Quthbiyah?" Aku menjawab: "Aku pakaikan baju itu pada istriku." Nabi lalu bersabda:
"Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Quthbiyah itu, karena saya khawatir
baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya." (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi dengan
sanad Hasan).
Aisyah pernah berkata: "Seorang wanita dalam shalat harus mengenakan tiga pakaian: baju,
jilbab dan khimar." Adalah Aisyah pernah mengulurkan izar-nya (pakaian sejenis jubah) dan
berjilbab dengannya.
5. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
Dari Abu Hurairah berkata: "Rasulullah melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan
wanita yang memakai pakaian pria."
Dari Abdullah bin Amru yang berkata: "Saya mendengar Rasulullah bersabda: 'Tidak
termasuk golongan kami para wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria dan kaum
pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita.'"

Dari Abdullah bin Umar yang berkata: "Rasulullah bersabda: 'Tiga golongan yang tidak akan
masuk surga dan Allah tidak akan memandang mereka pada hari kiamat; Orang yang durhaka
kepada kedua orang tuanya, wanita yang bertingkah kelaki-lakian dan menyerupakan diri
dengan laki-laki dan dayyuts (orang yang tidak memiliki rasa cemburu).'"
Dalam hadits-hadits ini terkandung petunjuk yang jelas mengenai diharamkannya tindakan
wanita menyerupai kaum pria, begitu pula sebaiknya. Tidak menyerupai pakaian pria disini,
misalnya seorang muslimah memakai celana panjang yang layaknya dipakai oleh seorang
laki-laki, memakai kemeja laki-laki dll. Sehingga secara psikologis terpengaruh pada pribadi
pemakainya, misalnya merasa sekuat pria, merasa tomboy dll.
6. Tidak menyerupai pakaian 'khas' orang kafir atau orang fasik.
Syariat Islam telah menetapkan bahwa kaum muslimin (laki-laki maupun perempuan) tidak
boleh bertasyabuh (menyerupai) kepada orang-orang kafir, baik dalam ibadah, ikut

i
merayakan hari raya, dan berpakaian khas mereka. Dalilnya adalah firman Allah surat Al-
Hadid:16, yang berbunyi: "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman,
untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada
mereka) dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-
Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka
menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik."
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam Al-Iqtidha hal. 43: Firman Allah "Janganlah
mereka seperti..." merupakan larangan mutlak dari tindakan menyerupai mereka, di samping
merupakan larangan khusus dari tindakan menyerupai mereka dalam hal membatunya hati
akibat kemaksiatan. Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini (IV/310) berkata: "Karena itu
Allah melarang orang-orang beriman menyerupai mereka dalam perkara-perkara pokok
maupun cabang. Allah berfirman dalam surat Al-Mujadalah:22 bahwa tidak ada seorang
mumin yang mencintai orang-orang kafir. Barangsiapa yang mencintai orang-orang kafir,
maka ia bukan orang mumin, sedangkan tindakan menyerupakan diri secara lahiriah
merupakan hal yang dicurigai sebagai wujud kecintaan, oleh karena itu diharamkan.
7. Memakai busana bukan untuk mencari popularitas.
Berdasarkan hadits Ibnu Umar yang berkata: "Rasulullah bersabda: 'Barangsiapa mengenakan
pakaian (libas) syuhrah di dunia, niscaya Allah mengenakan pakaian kehinaan kepadanya
pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api neraka.'" (Abu Daud II/172; Ibnu
Majah II/278-279).
Libas Syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan untuk meraih popularitas di
tengah-tengah orang banyak, baik pakain tersebut mahal, yang dipakai oleh seseorang untuk
berbangga dengan dunia dan perhiasannya, maupun pakaian yang bernilai rendah, yang
dipakai oleh seseorang untuk menampakkan kezuhudannya dan dengan tujuan riya.
Ibnul Atsir berkata: "Syuhrah artinya terlihatnya sesuatu. Maksud dari Libas Syuhrah adalah
pakaiannya terkenal di kalangan orang-orang yang mengangkat pandangannya mereka
kepadanya. Ia berbangga terhadap orang lain dengan sikap angkuh dan sombong.
Demikianlah syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang muslimah dalam menentukan busana
yang akan dikenakannya. Semakin kita mengetahui dengan jelas syarat-syarat berbusana
muslimah, kita akan lebih dapat berkreasi dengan busana kita. Berbusana muslimah yang
harmonis merupakan salah satu tanda ke syukuran kita kepada Allah .

B. Perintah berjilbab bagi wanita muslim


Muslimah hendaknya kembali pada fitrah islam. Dan tak layak bagi mereka mengingkari
perintah Allah SWT ketika Allah mensyari’atkan suatu kewajiban, tidak ada pilihan lain

i
kecuali menaatinya. Begitu pula ketika jilbab disyari’atkan , tidak ada pilihan lain kecuali
mengenakannya dengan penuh ketaatan, tidak setengah-setengah dan tidak dicampurkan
denagn mode-mode yahudi.
An-Nur Ayat 31

‫ل َممما‬
ّ ‫ن ِإ‬
ّ ‫ن ِزيَنَتُه‬
َ ‫ل ُيْبِدي‬
َ ‫ن َو‬
ّ ‫جُه‬
َ ‫ن ُفُرو‬
َ‫ظ‬
ْ ‫حَف‬
ْ ‫ن َوَي‬
ّ ‫صاِرِه‬
َ ‫ن َأْب‬
ْ ‫ن ِم‬
َ‫ض‬ْ ‫ض‬
ُ ‫ت َيْغ‬
ِ ‫َوُقل ّلْلُمْؤِمَنا‬
‫ن َأْو‬
ّ ‫ل ِلُبُعمموَلِتِه‬
ّ ‫ن ِإ‬
ّ ‫ن ِزيَنَتُهم‬
َ ‫ن َولَ ُيْبمِدي‬
ّ ‫جُيمموِبِه‬
ُ ‫عَلممى‬
َ ‫ن‬
ّ ‫خُمِرِهم‬
ُ ‫ن ِب‬
َ ‫ضمِرْب‬
ْ ‫ظَهَر ِمْنَها َوْلَي‬
َ
‫ن َأْو‬
ّ ‫خممَواِنِه‬
ْ ‫ن َأْو َبِني ِإ‬
ّ ‫خَواِنِه‬
ْ ‫ن َأْو ِإ‬
ّ ‫ن َأْو َأْبَناء ُبُعوَلِتِه‬
ّ ‫ن َأْو َأْبَناِئِه‬
ّ ‫ن َأْو آَباء ُبُعوَلِتِه‬
ّ ‫آَباِئِه‬
َ ‫لْرَبمِة ِمم‬
‫ن‬ ِْ ‫غْيمِر ُأْوِلممي ا‬
َ ‫ن‬
َ ‫ن َأوِ الّتمماِبِعي‬
ّ ‫ت َأْيَممماُنُه‬
ْ ‫ن َأْو َممما َمَلَكم‬
ّ ‫ساِئِه‬
َ ‫ن َأْو ِن‬
ّ ‫خَواِتِه‬
َ ‫َبِني َأ‬
‫ن ِلُيْعَل مَم‬
ّ ‫جِلِه‬
ُ ‫ن ِبَأْر‬
َ ‫ضِرْب‬
ْ ‫ل َي‬
َ ‫ساء َو‬
َ ‫ت الّن‬
ِ ‫عْوَرا‬
َ ‫عَلى‬
َ ‫ظَهُروا‬
ْ ‫ن َلْم َي‬
َ ‫ل اّلِذي‬
ِ ‫طْف‬
ّ ‫ل َأِو ال‬
ِ ‫جا‬
َ ‫الّر‬
َ ‫حو‬
‫ن‬ ُ ‫ن َلَعّلُكْم ُتْفِل‬
َ ‫جِميعًا َأّيَها اْلُمْؤِمُنو‬
َ ‫ل‬
ِّ ‫ن َوُتوُبوا ِإَلى ا‬
ّ ‫ن ِمن ِزيَنِتِه‬
َ ‫خِفي‬
ْ ‫َما ُي‬
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-
putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
Al-Ahzab 59

َ ‫ن َذِلم‬
‫ك‬ ّ ‫لِبيِبِهم‬
َ‫ج‬
َ ‫ن ِممن‬
ّ ‫عَلْيِه‬
َ ‫ن‬
َ ‫ن ُيْدِني‬
َ ‫ساء اْلُمْؤِمِني‬
َ ‫ك َوِن‬
َ ‫ك َوَبَناِت‬
َ‫ج‬
ِ ‫لْزَوا‬
َّ ‫ي ُقل‬
ّ ‫َيا َأّيَها الّنِب‬
‫حيمًا‬
ِ ‫غُفورًا ّر‬
َ ‫ل‬
ُّ ‫ن ا‬
َ ‫ن َوَكا‬
َ ‫ل ُيْؤَذْي‬
َ ‫ن َف‬
َ ‫َأْدَنى َأن ُيْعَرْف‬
“ Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Islam agama fitrah. Hukum-hukum yang terkandung didalamnya sesuai dengan fitrah
manusia. Hukum islam yang senantiasa cocok dengan kondisi zaman karena pembuat hukum
itu sendiri Allah SWT adalah Yang Mahatahu akan kondisi manusia. Hukum yang terkait

i
dengan jilbab sangatlah jelas. Siapapun mengaku wanita muslimah, harus menutup tubuhnya
dengan jilbab. Hal ini untuk menjaga agar tidak untuk menjaga agar tidak terjadi fitnah yang
disebabkan aurat itu.

D. Ketentuan pria berbusana dan berdandan :

1. Untuk kebersihan dan kebutuhan

“ Kebersihan adalah sebagian dari iman “ menurut hadist tersebut jika seseorang
hidup bersih berarti orang itu beriman, begitu juga untuk laki – laki yang senang pergi ke
salon dan menjaga penampilannya itu diperbolehkan selam untuk menjga kebersihan diri.
Pria berdandan juga diperbolehkan selama untuk kebutuhan, misalnya seorang pembicara
publik, presenter, salesman dan profesi lain yang menuntut banyak interaksi dengan banyak
orang harus bernampilan rapi, sehingga hal tersebut merupakan hal yang mahfum. Dalam
lingkup pribadi berdandan juga kebutuhan suami untuk menyenangkan isteri.

2. Tak berlebihan

Allah tidak menyukai apapun yang berlebihan, termasuk berdandan bagi pria. Boleh
berdandan rapi, memakai wangi – wangian, pergi kesalon, creambath, pedicure, manicure dan
lain – laian asal tidak berlebihan dan sifat lelakinya masih ada.

3. Tidak menyerupai perempuan

Dalam hadits marfu’ riwayat Ibnu Abbas radhiallahu’anhu disebutkan “ Rasulullah


SAW melaknat laki – laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki – laki “.
( HR al Bukhori Fathul Bari : 10/332 ).

Menyerupai dalam hal ini bisa dari pakaian, perhiasa, cara berdandan, cara berbicara dan
tingkah laku lainnya. Peniruan pria terhadap wanita atau sebaliknya menyalahi fitrah dan
akan membuka pintu keburukan.

4. Tidak berbahan sutera

Hadits riwayat Hudzaifah bin yaman ra, bahwasanya rasulullah saw bersabda : “
Janganlah kalian minum dalam wadah emas dan perak dan jangan mengenakan pakaian
sutera, sebab pakaian sutera itu untuk mereka ( orang kafir ) didunia dan untuk kalian di
akhirat pada hari kiamat. “ ( HR Muslim ).

i
Para lelaki jelas dilarang memakai pakaian sutera, namun ada pengecualian bagi
mereka yang sakit kulit untuk memakai sutera ( karena pakaian lain memicu penyakit mereka
) sebagaimana keringanan yang diberikan nabi saw kepada Abdurahman bin Auf dan Zubair
bin Awwam.
5. Emas

Rasulullah bersabda, “ diharamkan memakai sutera dan emas bagi kalangan laki – laki
umatku dan diperbolehkan bagi kalangan wanitanya “ ( HR Abu Dawud, tirmidzi, An –
Nasa’I dan Ibnu Majah ), jadi walau bagaimanapun indahnya emas laki – laki tidak boleh
memakainya, tapi perak boleh dipakai.

6. Menyemir Rambut

Seorang muslim diperkenankan untuk menyemir rambut, menurut halal haram dalam
islam, untuk orang tua yang rambutnya telah memutih semuanya semestinya dihindari semir
rambut warna hitam, sementara yang masih muda diperkenankan semir rambut warna hitam.

E. Implementasi Berbusana Menurut islam dalam era globalisasi

Dengan kemajuan tekhnologi seperti ini banyak bermunculan model – model dan
trend baju muslim pria wanita yang tidak kalah modern. Bahkan sekarang banyak wanita
yang memakai kerudung dengan baju tertutup dan gaya yang sepadan, sehingga tidak akan
mengurangi rasa percaya diri dan mengganggu aktivitas sehari - hari. Dengan begitu tidak
ada lagi istilah ‘ ketinggalan zaman ’ untuk wanita atau pria yang berbusana menurut kaidah
islam. Tidak hanya semata – mata ikut – ikutan trend, kita berpakaian muslim karena Allah
SWT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adanya berbagai kemajuan tekhnologi dan perkembangan zaman yang serba canggih dan
cepat dapat menghasilkan produk – produk yang beraneka ragam yang digunakan untuk
kebutuhan manusia. Salah satu aspek yang sangat berkembang dan dapat mempengaruhi
kehidupan manusia adalah industri pakaian, pakaian pada dasarnya adalah kebutuhan primer

i
(pokok) yang sangat dibutuhkan oleh manusia didunia dan perkembangannya cukup
signifikan, hal ini terbukti dengan berdirinya pabrik – pabrik pakaian dengan berbagai model
dan bahan yang sangat bervariasi di seluruh dunia.

Sebagai seorang muslim kita harus melihat kaidah – kaidah berbusana yang sesuai dengan
syari’at islam, supaya apa yang kita kenakan dapat dipertanggung jawabkan diakhirat kelak
dan tidak memicu hal – hal yang tidak diinginkan. Berbeda dengan zaman sekarang banyak
sekali model yang tidak sesuai dengan syari’at islam, sebagai contoh ada model pakaian yang
dikenal dengan istilah “ you can see “ yang artinya kamu boleh melihat, atau bahkan ada yang
rela mati – matian untuk menaikan bagian bawahnya keatas dan ayang atas rela untuk
diturunkan kebawah, atau ada yang mengenakan baju yang semestinya dipakai oleh anak
TK / SD ( pakaian super ketat ) hingga terlihatlah apa yang seharusnya tidak boleh terlihat.
Nauzubillah min dzalik.

Dengan gaya berpakaian seperti itu akan dapat memicu perbuatan – perbuatan yang tidak
diinginkan, yang jelas akan merugikan baik di dunia atau diakhirat kelak. Untuk itu kami
mengangkat judul mengenai “ Berbusana Dalam Perspektif Islam “.

B. Masalah
Dalam makalah ini kami mmengangkat beberapa permasalahan, diantaranya :

1. Apa pengertian berbusana dalam islam ?


2. Bagaimana ketentuan berbusana menurut islam ?
3. Mengapa wanita muslim harus berjilbab ?
4. Apakah pria boleh berdandan menurut islam ?
5. Bagaimana perkembangan berbusana menurut islam dalam era globalisasi?

A. Pemecahan Masalah
Dibahas dalam kajian literatur

B. Sistematika Makalah
Daftar Isi, Kata Pengantar, BAB I Pendahuluan : Latar belakang, masalah, pemecahan
masalah, sistematika makalah. BAB II Isi : Pengertian Pakaian, Ketentuan bebusana muslim
dan muslimah, Perintah Berjilbab bagi wanita muslim, Ketentuan Pria Berbusana dan
Berdandan, Implementasi Berbusana Menurut islam dalam era globalisasi. BAB III
Kesimpulan, Daftar pustaka.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Masalah 1
C. Pemecahan Masalah 2

i
D. Sistematika Makalah 2
BAB II. ISI
A. Pengertian pakaian
B. Ketentuan berbusana muslim dan muslimah
C. Perintah berjilbab bagi wanita muslim
D. Ketentuan pria berbusana dan berdandan
E. Implementasi Berbusana Menurut islam dalam era globalisasi

BAB III. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Al – Ghifari, Abu. ( 2005 ). Jilbab Seksi. Bandung : Media Qalbu.

A Fillah, Salim. ( 2008 ). Agar Bidadari Cemburu Padamu. Yogyakarta :

Pro-U Media.

Asmawati dan Al – Bughuri, Subki. ( 2008 ). Pria Berdandan Pesolek Atau Jaga

Penampilan. Ummi ( 11 Maret 2008 ).

i
El Ghozy al – akhfiya. Sheiddi. ( 2006 ) . Ukhti Cantik. Bandung : Pustaka

Ulumuddin.

Fathari, Abu. ( 2005 ). 101 Alasan mengapa Saya Pakai Jilbab. Bandung :

Assaduddin Press.

BERBUSANA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam

i
Di susun oleh :

1. Awit Kania Asih ( 0701438 )


2. Ismi Amelia Sari ( 0701229 )
3. Lina Rosliana ( 0702677 )
4. Shanti ( 0702632 )

Kelas : Kons. IPA semester V

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2009
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Illahi robbi karena berkat rahmatnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam semoga tercurah
kepada Rasulullah SAW, juga kepada keluarga, para sahabat dan orang – orang yang selalu
meniti dijalan kebenaran dan membela sunnah – sunnahnya.

i
Makalah yang berjudul “ Berbusana Dalam Perspektif Islam “ berisi mengenai ketentuan
– ketentuan berbusana menurut islam baik untuk perempuan atau laki – laki serta
perkembangannya di era globalisasi seperti sekarang ini.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.Kami juga menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna, hal ini dikarenakan keterbatasan kami dalam kemampuan dan pengetahuan,
sehingga masih banyak hal yang mungkin belum dibahas dalam makalah ini.

Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.A..min..

18 September 2009

Penyusun,

BAB III
KESIMPULAN

i
i

You might also like