You are on page 1of 15

Macam-Macam Motif Batik Di Indonesia (38 macam motif)

I. PENGERTIAN BATIK

Batik adalah salah satu budaya bangsa Indonesia, karena sejak zaman nenek moyang dulu kita
sudah bisa mengenal apa itu batik. hal ini dibuktikan dengan ditemukannya berbagai macam
motif batik pada keramik dan lain sebagainya. Indonesia kaya akan berbagai macam-macam batik
dengan teknik dan ragam hias yang beraneka ragam.

Macam-macam Batik
Jika dilihat dari ornamennya, batik daerah di Indonesia banyak yang bersumber dari ragam hias
zaman prasejarah seperti motif geometris dan perlambangan. Macam-macam batik bisa dilihat
dari motif yang dipakai. seperti halnya budaya, ragam hias pada batik pun mengalami perubahan
yang dipengaruhi oleh lingkungannya.
Adapun motif-motif batik bisa dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, yaitu :
1. Motif Geometris dengan pola hias tumpal, meander dan pola pilin.
2. Motif flora, seperti dedaunan, tumbuhan menjalar dan lain sebagainya.
3. Motif fauna seperti kupu-kupu, burung dan lain sebagainya.
4. motif benda alam seperti bebatuan, awan dan lain sebagainya.

Sehubungan dengan itu ragam batik bisa dikelompokan menjadi 2 kelompok, yang Pertama,
Batik Keraton, yaitu batik yang tumbuh didaerah lingkungan istana, khususnya Jawa Tengah,
Cirebonan seperti batik solo, batik jogja dan batik cirebon. Motif yang dihasilkan berdasarkan
berdasarkan filsafat kebudayaan yang mengacu pada nilai spiritual. Kedua batik pesisir yaitu
batik yang tumbuh diluar batiik keraton dan mengalami perubahan yang berbeda dengan batik
keraton.

Teknik Pembuatan Batik

Batik merupakan teknik rekalatar, yang pengerjaannya menggunakan semacam lilin yang disebut
malam. Ada 3 macam teknik pembuatan Batik :

1. Batik Tulis
Cara pembuatan batik dengan melukiskan sebuah pola pada kain dengan menggunakan tangan,
alat-alat yang diperlukan antara lain :
Canting, fungsinya sebagai pena yang terbuat dari tembaga dengan menggunakan malam.
Gawangan, berfungsi untuk membentangkan batik yang akan dilukis
Wajan, kauli yang terbuat dari tanah liat atau logam untuk mencairkan malam.
Anglo, perapian dari tanah liat, api dinyalakan dengan menggunakan arang.
Tipas/ Tepas, gunanya untuk membesarkan api
2. Batik Cap
Batik cap adalah motif kain batik yang dihasilkan dari proses pencelupan semacam alat yang
dibuat dari tembaga yang sudah dibentuk sedemikian rupa pada kain. dalam proses ini yang perlu
diperhatikan adalah sambungan pada tiap sisinya, hingga nantinya motif tidak terlihat terkotak-
kotak.

3. Batik Printing
Teknik pembuatan batik yang prosesnya sama dengan pembuatan kain textil pada umumnya,
yang membedakan yakni motifnya.

II. PERKEMBANGAN BATIK DI INDONESIA
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan
kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada
masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Kesenian
batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu
kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu.
Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan
keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar
kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya
masing-masing. Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat
terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk
mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana,
kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan
pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain
dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta
garamnya dibuat dari tanah lumpur. Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak
zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai
meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah
setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik
tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau
sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.
CONTOH BATIK DI BERBAGAI DAERAH INDONESIA
1. Batik Yogyakarta


Batik Yogyakarta adalah salah satu dari batik Indonesia yang pada awalnya dibuat terbatas hanya
untuk kalangan keluarga keraton saja. Warna batik tradisionalnya adalah biru-hitam, serta soga
cokelat dan putih dari pewarna alam. Biru-hitam diambil dari daun tanaman indigofera yang
disebut juga nila atau tom yang difermentasi. Sementara warna soga atau cokelat diambil dari
campuran kulit pohon tinggi warna merah, kulit pohon jambal warna merah cokelat, dan kayu
tegeran warna kuning.Sered atau pinggiran kain diusahakan tidak kemasukan soga atau pewarna.
Oleh sebab itu, pinggiran batik Yogyakarta berwarna kain latar.Karakter motif batik Yogya
adalah tegas, formal, sedikit kaku, dan patuh pada pakem. Konon, karakter ini berhubungan
dengan keraton Yogya yang anti-kolonial.
Ragam hias batik Yogyakarta ada yang geometris seperti lereng atau garis miring lerek, garis
silang atau ceplok, kawung, anyaman, dan limaran. Ragam hias yang nongeometris seperti
semen, lung-lungan, dan boketan. Ada juga ragam hias yang bersifat simbolis misalnya meru
melambangkan gunung atau tanah (bumi), naga melambangkan air, burung melambangkan angin
atau dunia atas, dan lain-lain. Ragam motif batik Yogyakarta sangat banyak dan semuanya sangat
indah, mulai dari motif bunga, tumbuhan air, tumbuhan menjalar, satwa, dan lain-lain
Ada ratusan jenis batik Yogya di antaranya telah dipatenkan. Motif Batik Yogya tidak sembarang
motif. Setiap motif yang tergores di atas batik sarat akan filosofi. Setiap motif yang tergores di
atas batik sarat akan filosofi.Motif tersebut antara lainMotif parang rusak barong, memiliki
filosofi Parang menggambarkan senjata, kekuasaan. Ksatria yang menggunakan batik ini bisa
berlipat kekuatannya.Sido Asih bermakna si pemakai selalu diliputi kasih sayang dalam berumah
tangga. Truntum berarti cinta yang bersemi. Ratu Ratih dan Semen Roma melambangkan
kesetiaan seorang isteri. Parang Kusumo, memiliki arti bunga yang mekar, diharapkan
pemakainya terlihat indah.Cuwiri, memiliki filosofi pengharapan pemakainya terlihat pantas dan
dihormati


2. Batik Solo


Solo adalah salah satu daerah yang harus disebut ketika kita membahas tentang batik. Batik Solo
terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik
tulisnya. Ragam motif batik asal Solo dipengaruhi dengan makna-makna simbolis yang berasal
dari kebudayaan Hindu. Dari kesemuanya, secara umum corak batik Solo merupakan perpaduan
dari bentuk-bentuk geometris yang berukuran kecil-kecil. Selain itu, ciri khas yang terdapat pada
batik Solo adalah terletak dalam pewarnaannya. . Bahan-bahan yang dipergunakan untuk
pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah
terkenal sejak dari dahulu.
Warna soga (kecokelatan) menjadi ciri khas batik Solo, dan kemudian disebut sebagai batik
Sogan ,ini memiliki arti kerendahan hati, bersahaja menandakan kedekatan dengan bumi, alam,
yang secara sosial bermakna dekat dengan rakyat. Batik Solo menguarkan aura megah dan kesan
anggun. Tidak semata-mata karena paduan warna dan lekuk motifnya, melainkan makna yang
terkandung di balik setiap motif itu. Dalam sejarah, hanya di wilayah Jawa, tepatnya di Solo dan
Jogjakarta, batik masuk ke ranah kekuasaan. Motif-motif batik khusus dibuat untuk raja dan
kalangan keraton.
Beberapa motif batik solo antara lain motif Wahyu Tumurun, artinya restu dari Tuhan Yang
Maha Esa. Diharapkan berkat datang sehingga pangkat naik, atasan memberikan penghargaan,
kehidupan membaik, dan rezeki pun melimpah. Motifnya terbilang simpel, seperti juga
Sidomulyo. Sido dalam bahasa Jawa berarti jadi, sedangkan mulyo berarti mulia. Singkatnya,
pola Sidomulyo mengandung harapan untuk memperoleh kebahagiaan dan ketenteraman dari
Tuhan. Untuk perkawinan, ada yang namanya motif Semen Rante. Dalam motif ini, gambar
rantai dipadukan dengan bunga kantil. Bunga tersebut terkenal sebagai simbol panjang umur.
Biasanya kain batik bermotif Semen Rante dijadikan bingkisan lamaran supaya hubungan kedua
calon mempelai semakin erat.
3. Batik Pekalongan

Pekalongan adalah salah satu daerah produksi utama batik dengan desain utara Jawa pesisir.
Walaupun Pekalongan bukan penghasil batik pesisir tertua, namun paling halus dan sampai
sekarang penghasil batik utama. Ragam hias Hindu-Jawa melekat namun tidak seperti Solo-
Yogya yang terikat peraturan-peraturan keraton. Pembatik santri di Pekalongan pun menerapkan
seni hias dari nuansa Islam. Pengaruh dominannya datang dari Cina dan Belanda, dan akibat
paparan dengan berbagai budaya, sangat berbeda dengan batik di pedalaman Jawa. Warna lebih
beraneka dan ragam hiasnya naturalistis. . Ada lebih dari 100 desain Batik yang sudah
dikembangkan sejak 1802, dan beberapa yang populer Batik Pekalongan antara lain batik
Jlamprang diilhami India dan Arab, batik Encim dan Klangenan dipengaruhi peranakan Cina,
batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai yang tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.
Warna cerah dan motif beragam membuat batik Pekalongan maju pesat. Berbeda dengan batik
Solo dan Yogyakarta, batik Pekalongan terlihat lebih dinamis lantaran permainan motif yang
lebih bebas. Media kainnya pun bermacam-macam. Tidak hanya katun dan kaos, sutera juga
menjadi andalan batik Pekalongan saat bersaing di luar negeri. Motif Jlamprang, Sekarjagat, atau
motif khas lainnya, menjadi berkelas ketika dituangkan dalam bahan baku sutera.



4. Batik Cirebon


Kota Cirebon dikenal dengan kerajinan batik tulisnya dengan salah satu motif yang paling
dikenal adalah motif mega mendung. kain batik tulis ini sangat cocok digunakan sebagai suvernir
maupun di pakai secara langsung sebagai busana
Batik Cirebon menampilkan 2 kategori motifnya yaitu: Menampilkan motif keratonan yang
diambil dari ornamen-ornamen keraton baik dari unsur bangunan maupun benda-benda yang ada
di sekitar keraton dan warnanya cenderung pada warna sogan dan babar mas. Selain keratonan,
juga menampilkan motif pesisiran yang berisi flora dan fauna baik dari darat maupun laut yang
warnanya lebih terang, misal biru,merah, dll.Adapun Bahan yang digunakan adalah dari sutra,
katun, katun primisima dan prima.
Motif batik Cirebon yang paling diingat orang sekaligus dijadikan lambang kota tersebut adalah
motif awan Mega Mendung. Motif ini banyak dipengaruhi oleh budaya China. Garis-garis awan
dalam motif mega mendung diinspirasi dari motif China. Meski demikian, mega mendung ala
Cirebon tetap memiliki ciri khas sendiri yakni bentuk garis-garis awan yang berbentuk lonjong,
lancip dan segitiga yang berbeda dengan garis awan motif China yang umumnya berbentuk
bulatan atau lingkaran. Sentuhan budaya China pada batik Cirebon itu pada akhirnya melahirkan
motif batik baru khas Cirebon.
Mega mendung Cirebon sarat makna religius dan filosofi. Garis-garis gambarnya merupakan
simbol perjalanan hidup manusia, dari lahir, anak-anak, remaja, dewasa hingga menemui akhir
hayatnya. Rangkaian kehidupan, dari lahir sampai temui ajal ini merupakan simbol kebesaran
Sang Ilahi. Selain perjalanan manusia, corak mega mendung juga melukiskan kepemimpinan
yang mengayomi dan juga perlambang keluasan serta kesuburan.
Selain motif Mega Mendung, Batik Cirebon juga memiliki motif khas, yaitu motif Kompeni.
Motif ini konon dulunya diciptakan oleh pengusaha Belanda di Cirebon pada saat jaman
penjajahan dulu.Adapun ciri motif kompeni adalah biasanya tentang kehidupan tentara kompeni
jaman dulu dengan ciri khas membawa bedil/senapan, ada juga tentang kehidupan petani,
pedagang. Intinya ciri motif batik kompeni ialah bercerita tentang kehidupan, baik jaman dulu
waktu semasa penjajahan Belanda ataupun jaman sekarang.
5. Batik Indramayu


Batik Indramayu sering disebut juga dengan batik dermayon, memiliki ciri khas motif berupa
gambar datar flora dan fauna, dengan borgol dan banyak garis lengkung yang lancip (riritan),
latar belakang putih dan warna gelap dan banyak titik-titik yang dibuat dengan teknik cocolan
jarum, dan bentuk dari isen-isen (sawut) yang pendek dan kaku. Ragam hias batiknya
dipengaruhi mata pencaharian penduduk kota ini yang merupakan nelayan. Selain itu,
kebudayaan Cina, seni dan kepercayaan Hindu berperan dalam bentuk-bentuk yang tampak
sampai sekarang. Sifatnya cenderung dinamis dan bermacam-macam. Tidak mengherankan,
kebanyakan produk seni budaya merupakan bagian akulturasi dan asimilasi atau perbauran
budaya yang berlainan.
Beberapa contoh motif batik dermayon antara lain : motif Banji Tepak salah satu yang dihasilkan
di Indramayu. Secara umum, banji sendiri adalah simbol keadilan dan kemakmuran. Banji Tepak
terdiri dari 38 submotif, di antaranya semen, kembang gempol, dan sawat suri. Tepak adalah
kotak untuk menyimpan perhiasan dan diletakkan di bagian dalam tembok, di bawah ubin
tepatnya, dalam kondisi terkunci. Motif Obar-abir berbentuk dasar segitiga. Terinspirasi peristiwa
ombak besar disertai angin kencang. Motif Etong, menggambarkan berbagai satwa laut yang
dibawa pulang oleh setelah ikan laut seperti ikan, udang, cumi, ubur-ubur dan kepiting. motif
Kembang Gunda adalah tanaman yang tinggal di pesisir pantai dan bisa menjadi lauk pecel.
Motif Perang Teja, yang menggambarkan kisah peperangan rakyat Indramayu dengan serdadu
Belanda sepanjang tepi kali Cimanuk. Motif Srintil. Srintil adalah sejenis burung yang hidup dan
beterbangan di kawasan pantai Indramayu. Sering kali burung Srintil tersangkut jala nelayan.
Ada lagi motif Jendral Pesta, dahulu dikenakan oleh Gubernur Hindia Belanda ketika menghadiri
pesta penobatan Ratu Wilhelmina. Selain itu, ada motif Puyong. Puyong adalah burung berparuh
besar dan berleher panjang yang bentuknya menyerupai merpati. Burung ini hidup bebas di
hutan, kebanyakan di Pulau Nila. Konon di pulau tersebut, para nelayan asal Paoman kerap
bersembunyi.
6. Batik Madura


Ternyata, Pulau Madura tak hanya tersohor dengan karapan sapi dan garamnya. Wilayah yang
termasuk Provinsi Jawa Timur ini juga terkenal sebagai penghasil batik. Bahkan, produk batiknya
memiliki ragam warna dan motif yang tidak kalah dengan produksi daerah lain. Maklum, batik
Madura menggunakan pewarna alami sehingga warnanya cukup mencolok. Selain warna yang
mencolok, seperti kuning, merah atau hijau, batik Madura juga memiliki perbendaharaan motif
yang beragam. Misalnya, pucuk tombak, belah ketupat, dan rajut. Bahkan, ada sejumlah motif
mengangkat aneka flora dan fauna yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Madura.
Karakteristik Batik Madura adalah dalam warna dan desain. Seperti Batik dari pantai utara dari
Jawa, Disain batik Madura memiliki warna cerah dan lebih banyak kebebasan dalam aplikasi
desain. Warna utama batik Madura umumnya merah, merah tua atau jingga, biru tua, hijau tua,
hitam dan putih. Di daerah Pamekasan, batik Madura kemudian juga mulai menggunakan warna
seperti biru muda, cokelat muda mengikuti perkembangan zaman. . Selain warna yang mencolok,
batik Madura juga memiliki perbendaharaan motif yang beragam.Ragam hias batik madura
bersifat naturalistis., apa yang dilihat di alam sekitar, itulah yang digambar. Contohnya, ayam
bekisar, udang, kepiting maupun tumbuh-tumbuhan Ragam hias batik Madura juga tidak
mengenal stilisasi. Semua bentuk diwujudkan secara utuh, tidak membentuk simbol-simbol
tertentu. Coraknya biasanya digambarkan besar-besar sehingga motif yang kecil-kecil tidak
menonjol. Ini erat hubungannya dengan sifat alamnya yang keras, dan watak orang Madura yang
berani dan tegas.
Salah satu batik terkenal dari Madura adalah Batik Gentongan, yang memiliki karakteristik
tertentu dalam mewarnai, yang dihasilkan dari pengolahan yang berbeda dibandingkan dengan
batik lainnya. Pada tahap pertama dari proses tersebut, kapas (mori) didicuci dan direndam dalam
tong air yang dicampur dengan minyak khusus dari residu kayu. Pada langkah terakhir dari
pengolahan kain diletakkan kembali ke dalam tong selama sedikitnya dua bulan untuk membuat
efek yang selalu awet dan perbedaan warna.
7. Batik Tegal


Batik Tegalan didominasi warna coklat dan biru. Ciri khas lain batik Tegalan adalah berwarna-
warni. Batik tulis Tegal atau Tegalan itu dapat dikenali dari corak gambar atau motif rengrengan
besar atau melebar. Motif ini tak dimiliki daerah lain sehingga tampak eksklusif. Motifnya
banyak mangadaptasi dari aneka flora dan fauna disekitar kehidupan masyarakat di kota Tegal.
Motif Grudo (Garuda) dengan warna terang yang mempertontonkan bentuk-bentuk sayap burung
garuda dan motif Gribigan dengan bentuk khas anyaman bambu dalam warna agak gelap.
Dalam perkembangannya, batik Tegalan dapat dibedakan dalam dua motif dasar, yakni motif
klasik dan motif pengembangan. Motif klasik dibedakan lagi menjadi dua macam, yakni motif
klasik irengan yang didominasi warna hitam, coklat dan biru serta motif klasik bangjo yang
dipengaruhi tradisi Batik Lasem yang didominasi warna kuning, coklat, merah, hijau dan biru.
Motif yang dikategorikan sebagai motif klasik irengan diantaranya motif gribikan, jahe-jahenan,
kawung mlinjo, sidomukti ukel, udan liris, ukel wit-witan, kopi pecah, parang, parang angkik,
putihan, sawat candra atau sawat ireng, rujak sente, welut gumbel, kecubungan, buntat, kawung
endog, manggaran, cempaka putih, cempaka mulya, ukel pyur, semut runtung, serta sidomukti
putihan. Sedang motif yang termasuk motif klasik bangjo adalah motif wadas gempal,
jamblangan, gribikan, kawungjenggot, cecek kawe, unian, sokaraja, blarakan, kopi pecah,
gribikan, galaran, buntut bajing, semut runtung, beras mawur, tumbar bolong, dan tambangan.

Motif Pengembangan merupakan motif yang dipengaruhi tradisi batik lain dalam pembuatan
Batik Tegalan. Meski demikian modifikasi Motif Pengembangan ini tidak mengubah
karakteristik Batik Tegalan dengan warna-warna terang dan motif flora fauna yang banyak
ditemui di Tegal. Motif Pengembangan ini diantaranya motif gedong kosong, manuk emprit,
sotong, manuk surwiti, kipas-kipasan, juga kembang kertas.
8. Batik Banten


Motif batik banten yang paling terkenal dan menjadi ciri khas batik Banten adalaha Motif
Datulaya. Datulaya berarti tempat tinggal pangeran. Dasarnya belah ketupat berbentuk bunga,
dan lingkaran yang dibingkai sulur-sulur daun. Warna dasarnya biru, divariasikan dengan sulur
daun abu dan dasar kainnya berwarna kuning.
Pangeran yang dimaksud adalah Sultan Hasanuddin. Motifnya diambil dari ruang keluarga
kesultanan tersebut.Warna batik Banten sangat meriah. Itu merupakan hasil perpaduan warna-
warna pastel yang ceria namun lembut. Warna ini konon sulit ditiru perajin batik dari daerah lain
karena menggunakan air Banten asli yang kabarnya menguatkan warna.
Kombinasi warna ini juga dipengaruhi tanah. Ketika dicelup, warna-warna terang tadi berubah
menjadi nuansa pastel yang lebih kalem. Warna-warna tersebut mencerminkan karakter orang
Banten yang bersemangat, ekspresif tetapi rendah hati.
Semangat kesultanan dan sejarah semakin terlihat pada nama-nama motif batik Banten
kebanyakan. Ada Sabakingking (dari gelar Sultan Hasanuddin), Kawangsan (ada hubungannya
dengan Pangeran Wangsa), Kapurban (ada kaitan dengan gelar Pangeran Purba), serta
Mandalikan (berhubungan dengan Pangeran Mandalika). Ada lagi motif Srimanganti yaitu
tempat raja bertatap muka dengan rakyat dan motif Surosowan, yaitu ibukota kesultanan Banten.
Semuanya merupakan ragam hias dari karya seni abad ke-17 yang dibangkitkan kembali

9. Batik Tuban


BATIK Tuban merupakan batik yang paling khas di Jawa Timur, Kenapa? karena proses
pembatikannya dimulai dari bahan kain yang digunakan untuk membatik dipintal langsung dari
kapas. Jadi gulungan kapas dipintal menjadi benang, lalu ditenun, dan setelah jadi selembar kain
lalu dibatik. Batik ini kemudian disebut Batik Gedog.
Dalam buku Batik Fabled Cloth of Java karangan Inger McCabe Elliot tertulis, sebenarnya batik
Tuban mirip dengan batik Cirebon pada pertengahan abad ke-19. Kemiripan ini terjadi pada
penggunaan benang pintal dan penggunaan warna merah dan biru pada proses pencelupan.
Namun, ketika Kota Cirebon mengalami perubahan dramatis dan diikuti dengan perubahan pada
batiknya, batik Tuban tetap seperti semula.
Batik Tuban termasuk ke dalam batik pesisir. Kebanyakan orang menyebut motif dari Batik
Tuban mirip dengan Batik Cirebon. Selain warna yang mencolok, Batik tuban memiliki ciri khas
motif batik pesisir yang didominasi oleh kebudayaan Jawa, Cina, dan Islam. . Misalnya, gambar-
gambar burung pada motif batik tulis Tuban terpengaruh dari budaya tiongkok. Hal ini bisa
dilihat dari gambar burung yang dimotifkan pada batik tulis tersebut, burung Hong. Sedang pada
motif bunga jelas terlihat adalah motif-motif tradisional yang sejak lama dibuat dihampir seluruh
wilayah pulau Jawa. Sedangkan pengaruh islam pada motif batik tulis tuban terlihat pada motif
dengan nama yang religious seperti kijing miring.
Dalam hal tata warna, pada mulanya batik Tuban dibatasi pada warna biru indigo, merah
mengkudu, hitam, dan putih serta kekuning-kuningan yang berasal dari akar mengkudu.Namun
belakangan mulai muncul tata warna putihan, yaitu latar putih dengan corak hiasan berwarna biru
tua dan hitam; tata warna pipitan, yaitu latar putih corak berwarna merah atau biru tua, dan tata
warna bangrod, yaitu latar putih dengan motif berwarna merah.
Batik tuban sering dikenal dengan istilah batik Gedog. Proses pembatikannya dimulai dari bahan
kain yang digunakan untuk membatik dipintal langsung dari kapas. Jadi gulungan kapas dipintal
menjadi benang, lalu ditenun, dan setelah jadi selembar kain lalu dibatik. Hal ini lah yang
membuat batik Tuban menjadi batik yang paling khas di jawa timur.
Salah satu contoh motif batik tuban adalah Motif kawung merupakan penggambaran dari daun
kelapa yang bentuknya disusun silang, yang menjelaskan struktur dari jagad raya. Pusat
persilangannya diartikan sebagai sumber energi. Apabila ditemukan motif memanjang yang
letaknya tepat di tengah kain, maka motif ini disebut dengan motif suluran dan masih masuk
dalam keluarga motif kawung Cirebon, dan biasa disebut dengan motif dudo.
10. Batik Banyumas

Batik Banyumas memiliki sejarah yang tak lepas dari pengaruh budaya, seperti Yogyakarta dan
Surakarta, maupun Pekalongan. Asal mula batik Banyumas memang belum dapat dilacak.
Namun dari informasi para sesepuh dan penggiat batik Banyumas, disebutkan batik Banyumas
muncul, lantaran pengaruh berdirinya kademangan-kademangan di daerah Banyumas dan para
pengikut Pangeran Diponegoro yang mengungsi di daerah Banyumas. Batik Banyumas identik
dengan motif Jonasan, yaitu kelompok motif non geometrik yang didominasi dengan warna-
warna dasar kecoklatan dan hitam. Warna coklat karena soga, sementara warna hitam karena
wedel. Motif-motif yang berkembang sekarang ini antara lain: Sekarsurya, Sidoluhung, Lumbon
(Lumbu), Jahe Puger, Cempaka Mulya, Kawung Jenggot, Madu Bronto, Satria Busana, Pring
Sedapur. Tentu saja, para penggiat batik Banyumas juga menghasilkan motif-motif lain dengan
melakukan kombinasi, terobosan motif baru sehingga tercipta satu karakter seni lukis yang indah.
Bahan batik Banyumas antara lain: mori sen, dobi, sutera, paris. Batik Banyumas dibedakan dari
cara pembuatannya ada dua yaitu batik cap dan batik tulis. Batik cap bisa diselesaikan dalam
waktu tiga hari sementara batik tulis bisa tiga sampai enam bulan, sehingga harganya pun jauh
berbeda. Batik cap berkisar puluhan ribu sampai ratusan ribu rupiah, sedangkan batik tulis dari
ratusan ribu sampai jutaan rupiah.
11. Batik Purwokerto


12. Batik Betawi



Bukan cuma Solo, Yogyakarta atau Pekalongan yang punya batik, tapi Jakarta juga. Jakarta
tempo dulu pernah diramaikan dengan tempat usaha pembuatan batik yang pemiliknya orang-
orang Betawi asli.
Batik ini dibuat secara rumahan dan diwariskan secara turun-temurun. Daerah yang terkenal
dengan usaha batiknya yaitu di Palmerah, Bendungan Hilir, Karet Tengsin, dan Kebon Kacang.
Hasil dari pembatikan, menjadi barang-barang dagangan yang dijual di pasar-pasar.
Batik dari Jakarta atau Batik Betawi mempunyai warna-warna yang semarak sesuai dengan selera
orang Betawi yang meriah. Warna-warnanya didominasi warna-warna cerah dengan sedikit
corak, seperti biru terang, shocking pink , oranye, dan hijau.
Pengaruh kebudayaan China juga muncul melalui warna-warna merah, kuning terang dan ungu
muda. Batik Betawi jarang menggunakan warna gelap karena menggambarkan kesedihan. Seiring
dengan pertumbuhan kota, akhirnya pengrajin batik Betawi pun hilang dari Jakarta karena
dianggap tidak cocok untuk lingkungan dan popularitasnya pun tenggelam. Belakangan ini
akhirnya Batik Betawi muncul kembali dengan motif-motif yang baru namun tetap dengan ciri
khas Betawi.
Motif khas Batik Betawi biasanya berbentuk ondel-ondel, nusa kelapa, alat musik tanjidor,
menggembala kerbau, menumbuk padi, menjala ikan, pengantin Betawi, topeng Betawi, dan
sebagainya. Setelah dikembangkan, muncul juga motif Islami seperti masjid, marunda dan
lainnya.
13. Batik Kalimantan


Sebenernya ini bukan batik tapi coraknya bisa dibilang mirip batik lah. Di Kalimantan ga ada
batik, namanya Kain Sasirangan (Prosesnya Penyelupan kain ke campuran warna). Jelas itu tidak
sama sekali dengan Batik yang notabene di canting yang terisi oleh lilin ..
14. Batik Papua

Batik Papua yang dapat di temukan di pasaran, seperti motif Burung Cenderawasih, motif
Komoro, motif Sentani, dan lainnya, dengan dasar warna yang cerah, seperti merah ataupun
orange, ada juga motif yang di variasi dengan sentuhan garis - garis emas dan di juluki batik
Prada.

Keunikan batik Papua membuatnya kini banyak dilirik pencinta batik lokal maupun international.
Batik papua tak hanya melambangkan culture masyarakat yang ada di sekitar, tapi juga
menorehkan unsur sejarah dan arkeolog di dalamnya.

Berikut ini adalah gambar - gambar batik Papua sesuai dengan nama dan motifnya :
Batik Komoro dengan motif gambar patung berdiri



Batik Asmat dengan motif gambar patung duduk


Batik Sentani, dengan motif gambar alur melingkar


Motif Cederawasih, dengan gambar yang di dominasi dengan burung cenderawasih

Batik khas daerah Papua, yang merupakan ciri khas culture kehidupan masyarakat di papua, ini
layak untuk kita lestarikan karena merupakan aset nasional lainnya, bila tertarik untuk memiliki
batik - batik papua.
15. Batik Padang

Pemakaian batik tanah liek dahulu hanya digunakan untuk acara-acara adat. Dulu pemuka adat
seperti datuak (penghulu atau kepala adat), bundo kanduang (pemimpin wanita di Minang), raja-
raja kecil di Sungai Pagu, Solok, Jambu Lipo, Punjung, Sawah Lunto, dan Sijujung memakai
batik ini. Biasanya batik dipakai sebagai perlengkapan adat, bisa berupa selendang atau
saluak/peci. Para Datuak memakai selendang dengan melingkarkannya di leher, sedangkan untuk
kaum wanita melampirkan selendang itu di bahu dengan ujung kain pertama dililit dua kali di
bahu kiri dan ujungnya disampirkan di tangan kanan melalui bagian belakang badan.

Batik Padang agak sulit ditemukan tetapi sekarang sudah mulai digiatkan kembali agar batik ini
mudah ditemukan dan dinikmati oleh orang. Salah satu yang berusaha menaikkan kembali batik
Tanah Liek adalah Ranah Minang Inaaya yang mempunyai showroom batik Padang di
Marapalam Padang.

Motif Batik Padang

Motif Batik Padang antara lain motif kaluak paku, motif pucuk rebung, motif rangkiang, motif
itiak pulang patang, motif parang rusak, motif tumbuhan merambat atau akar berdaun, keluk daun
pakis, dan lain-lain.

Pola Batik Padang mirip dengan Batik Banyumas, Indramayu, Solo, Yogya.

Di Padang, batiknya yang terkenal bernama batik tanah liek/tanah liat. Dinamakan demikian
karena dalam proses pewarnaannya, batik ini dicelupkan ke dalam tanah liat. Namun, seiring
dengan permintaan pasar, batik tanah liek ini tidak hanya berwarna cokelat saja. Batik ini pada
akhirnya juga diwarnai menggunakan sumber-sumber pewarna alam lainnya. Sebut saja seperti
kulit jengkol, kulit rambutan, gambir, kulit mahoni, dan lain-lain. Bahannya pun ada yang terbuat
dari katun ataupun sutera. Motifnya juga bermacam-macam antara lain tumbuhan merambat atau
akar berdaun, keluk daun pakis, pucuk rebung, dan lain-lain.
Ini dia beberapa motif dari batik Tanah Liek:
Warna batik Padang kebanyakan hitam, kuning, merah, ungu. Polanya Banyumasan,
Indramayuan, Solo, Yogya.

16. Batik Aceh

Batik Aceh mengeluarkan warna-warna yang cenderung berani, merah, hijau, kuning, merah
muda. Biasanya motif batik Aceh yang tertera pada kain melambangkan falsafah hidup
masyarakatnya. Motif pintu misalnya, menunjukkan ukuran tingi pintu yang rendah. Motif tolak
angin menjadi perlambang banyaknya ventilasi udara di setiap rumah adat, motif ini mengandung
arti bahwa masyarakat Aceh cenderung mudah menerima perbedaan.
Motif bunga jeumpa-bunga kantil, diambil karena banyak terdapat di aceh. Kuatnya pengaruh
islam juga turut mewarnai motif-motif batik diantaranya ragam hias berbentuk sulur, melingkar,
dan garis.

17. Batik Bengkulu


Motif batik khas Bengkulu, konon, merupakan sebuah adopsi campuran dari motif kaligrafi
Jambi dengan Cirebon. Adopsi itu membentuk sebuah desain batik khas Bengkulu. Batik khas
Bengkulu secara umum terdiri dari dua jenis. Pertama adalah batik Besurek dengan motif
khasnya berupa tulisan kaligrafi. Dan kedua adalah batik Pei Ka Ga Nga atau disebut juga dengan
batik Ka Ga Nga yang memiliki motif berupa tulisan asli masyarakat Rejang Lebong. Beberapa
motif dasar dari batik Besurek antara lain: motif kaligrafi (diambil dari huruf-huruf kaligrafi.
Untuk batik Besurek modern, biasanya kaligrafinya tidak bermakna); motif bunga rafflesia; motif
burung kuau (bergambar burung yang terbuat dari rangkaian huruf-huruf kaligrafi); motif relung
paku; dan motif rembulan.
Berikut ini beberapa motif batik Besurek:
Kain Besurek memiliki motif khas yang bernuansa kaligrafi Jambi dan Cirebon. Adopsi ini
akhirnya membentuk sebuah desain batik khas Bengkulu. Batik Kanganga memiliki motif khas
yaitu berupa huruf asli Rejang.
Motif kain besurek yang bertuliskan huruf arab yang dapat dibaca, kain ini sangat sakral,
terutama pada pemakaian kain upacara adat pengantin dan untuk menutupi mayat. Kain jenis ini
biasanya berbentuk kerudung wanita calon pengantin yang digunakan untuk upacara ziarah ke
makan para leluhur. Kain jenis ini tidak boleh dipergunakan secara sembarangan.

18. Batik Bali

Di Bali, industri kerajinan batik dimulai sekitar dekade 1970-an. Industri tersebut dipelopori
antara lain oleh Pande Ketut Krisna dari Banjar Tegeha, Desa Batubulan, Sukawati Gianyar,
dengan teknik tenun-cap menggunakan alat tenun manual yang dikenal dengan sebutan Alat
Tenun Bukan Mesin (ATBM). Kerapnya orang Bali mengenakan batik untuk berupacara
sebagai bahan kain maupun udeng (ikat kepala), mendorong industri batik di pulau ini terus
berkembang dang maju. Kini di Bali telah tumbuh puluhan industri Batik yang menampilkan
corak-corak khas Bali, juga corak-corak perpaduan Bali dengan luar Bali seperti Bali-Papua,
Bali-Pekalongan, dan lain-lain.
19. Batik Lampung

Mungkin lebih banyak orang mengenal Lampung dari kain tenun tapis-nya. Tapi jangan salah,
Lampung juga memiliki batik dengan corak tersendiri. Batik ini lahir melalui proses panjang
yang dilakukan oleh Andriand Damiri Sangadjie, seorang budayawan, bersama kawan-kawannya.
Motif batik Lampung yang paling terkenal dan sering menjadi rebutan kolektor asing adalah
motif perahu dan pohon kehidupan.
Ini adalah beberapa contoh motif dari batik Lampung:






20. Batik Toraja

Batik merupakan warisan seni dan budaya bangsa yang sampai saat ini banyak diminati dari
berbagai kalangan dan tanpa batasan umur, batik juga telah menjadi ciri khas budaya bangsa yang
tak kan lekang oleh waktu.
Lahirnya batik Toraja masih tergolong baru yaitu sekitar satu tahun yang lalu, meskipun
demikian keindahan serta ciri khas pada batiknya tidak kalah dengan batik-batik yang ada di
daerah lainnya. Dan saat ini batik Toraja telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan,
motif dan warna yang digunakanpun sangat beragam serta mengandung unsur-unsur budaya
daerah yang mengembangkannya.
Batik Toraja memiliki motif atau corak batik yang cukup beragam juga mengandung arti tertentu,
seperti motif pare allo yang berarti matahari, motif pa'teddong yang berarti kepala kerbau juga
menjadi lambang kebesaran di daerah Toraja, motif poya mundudan yang dalam bahasa
Indonesia berarti burung blibis, Proses pembuatan batik Toraja hampir sama dengan pembuatan
batik pada umumnya serta bahan yang di gunakanpun sama dengan batik lainnya yaitu
menggunakan malam atau lilin.

21. Batik Palembang

Batik Palembang menggunakan bahan sutra, organdi, jumputan, katun, dan blongsong. Adapun
motif batik Palembang di antaranya Kembang Jepri, Lasem, Sisik Ikan, Gribik, Encim, Kembang
Bakung, Kerak Mutung, Sembagi dan Salahi. Untuk pewarnaan menggunakan warna cerah khas
Melayu, seperti merah, kuning dan hijau terang. Memang tidak mudah untuk menemukan pebatik
khas Palembang yang mau menggunakan media canting atau menulis kain sehingga jadi batik
saat ini. Pihak Kesultanan Palembang berupaya melestarikaan kekayaan seni dan budaya
peninggalan nenek moyang mereka tersebut, tentunya dengan menggali dan mengumpulkan serta
memproduksi kembali batik tulis.
YANG membedakan batik Palembang dengan batik Jawa yakni motifnya. Batik Palembang itu
ada dua motif yang cukup dikenal. Yang pertama motif Lasem, yang hak paten motifnya sudah
didapatkan pemerintah Palembang. Ciri-ciri motif ini ramai dengan simbol tanaman atau bunga.
Lalu dihiasi pula dengan garis-garis simetris. Kemudian motif Bungo Teh, yakni kain yang
dipenuhi oleh bungo teh.
Intinya batik Palembang itu tidak ada gambar binatang. Hal ini ada pengaruh dari ajaran Islam
yang melarang simbol binatang atau manusi dijadikan hiasan

22. Batik Jambi


Kain dasar batik Jambi diberi pewarna alami dari tanaman dan buah-buahan seperti getah kayu
dan saga. Warna khas : merah, kuning, biru, hitam. Motif batik Jambi pada umumnya diambil
dari alam, seperti tumbuhan, hewan dan aktivitas sehari-hari warga Jambi.
Motifnya satu-satu atau biasa disebut ceplokan. Motif batik Jambi yang sangat terkenal adalah
motif kapal sanggat, kuau berhias, durian pecah, merak ngeram, tampok manggis.
Berbeda dengan batik Jawa yang menggunakan potongan-potongan kain panjang, batik Jambi
biasanya datang dalam bentuk jubah longgar, sarung, atau sebagai selendang/syal. Warna khas
yang biasa dijumpai pada batik Jambi adalah merah, biru, hitam, dan kuning. Motifnya pada
umumnya diambil dari alam, seperti tumbuhan, hewan, dan aktivitas sehari-hari warga Jambi.
Motif batik Jambi yang terkenal antara lain adalah motif kapal sanggat, burung kuau, durian
pecah, merak ngeram, dan tampok manggis.
Berikut ini adalah motif-motif Batik Jambi yang beraneka ragam.

23. Batik Bojonegoro






Sejak lama Bojonegoro sangat kaya dengan motif batik. Beberapa motif di antaranya siap
dipatenkan. Motif batik asli Bojonegoro, mengambil tema dari budaya lokal yang cukup arif dan
potensi Bojonegoro yang cukup terkenal. Di antaranya motif Mliwis Putih, Sapi, Jagung,
Kahyangan Api, Tembakau, Minyak, Wayang Tengul, Padi dan motif batik Jati. Hingga saat ini
pasar produksi batik tersebut kini telah sampai di Singapura.

24. Batik Purbalingga


Sekilas memang mirip batik dari Banyumas, karena Purbalingga memang pernah saru
karisidenan dengan Banyumas.
Buat yang ngga tahu di mana itu Purbalingga, Purbalingga terletak di provinsi Jawa Tengah.
Disebelah selatan dan barat berbatasan dengan Kabupaten Banyumas (Purwokerto). Sebelah
timur dengan Kabupaten Banjarnegara dan sebelah utara dengan Kabupaten Pemalang.

25. Batik Garut



26. Batik Riau
Di Riau, konon ada batik Selerang yang sempat begitu terkenal pada tahun 1990-an namun
sayangnya kabarnya saat ini sudah menghilang. Selain itu, ada pula yang namanya batik Tabir.
Batik Tabir yang dibuat berdasarkan sistem tulis dan tolek ini warna-warnanya terang dan cerah,
seperti merah, kuning, hijau. Corak dan motifnya antara lain adalah bunga bintang, sosou,
cempaka, dan kenduduk.
Ini adalah beberapa motif dari batik Tabir Riau:

Di Riau ada batik Batik Selerang yang sayangnya kabarnya sudah menghilang dan Batik Tabir.
Batik Tabir warnanya lebih terang dan cerah seperti merah, kuning, hijau. Corak dan motif batik
Riau adalah bunga bintang, sosou, cempaka, kenduduk

27. Batik Semarang
Diproduksi para pengrajin di Kampung Batik, Kelurahan Bubakan, Kecamatan Mijen, Semarang,
batik Semarang juga menawarkan beragam motif yang khas dibanding motif-motif batik dari
daerah Jawa Tengah lainnya. Pada umumnya batik Semarang berwarna dasar oranye kemerahan
karena mendapat pengaruh dari China dan Eropa. Selain itu, motif dasar batik Semarang banyak
dipengaruhi budaya China yang pada umumnya banyak menampilkan motif fauna yang lebih
menonjol daripada flora. Misalnya merak, kupu-kupu, jago, cendrawasih, burung phoenix, dan
sebagainya. Adapun motif Semarang yang menonjolkan ikon kota Semarang seperti Tugu Muda,
Lawang Sewu, Burung Kuntul, Wisma Perdamaian, dan Gereja Blenduk.
Beberapa motif dari batik Semarang:

28. Batik Rembang
Batik yang sangat terkenal di Rembang adalah batik Lasem. Batik Lasem ini pasarannya pun
sudah menembus pasar mancanegara. Berikut ini adalah motif-motif dari batik Lasem:

29. Batik Pacitan
Batik tulis khas pacitan tergolong jenis klasik seperti Motif Sidomulyo, Sekar Jagat, Semen
Romodan Kembang-Kembang.

30. Batik Sidoarjo
Sidoarjo juga punya Kampoeng batik dengan nama Batik Jetis, Kampoeng ini memproduksi batik
tulis dengan motif yang khas dari Sidoarjo. Motif kain batik asal Jetis didominasi flora dan fauna
khas Sidoarjo yang memiliki warna-warna cerah, merah, hijau, kuning, dan hitam. Motifnya juga
motif kuno, tidak banyak perubahan dari motif yang dulu dipakai oleh para pendahulu. Ada
abangan dan ijo-ijoan (gaya Madura), motif beras kutah, motif krubutan (campur-campur) lalu
ada motif burung merak, dan motif-motif lainnya.

31. Batik Banyuwangi

Tak banyak orang yang tahu, bahwa sejatinya Banyuwangi merupakan salah satu daerah asal
batik di Nusantara. Banyak motif asli batik khas Bumi Blambangan. Namun hingga sekarang,
baru 21 jenis motif batik asli Banyuwangi yang diakui secara nasional. Jenis-jenis batik
Banyuwangi itu salah satunya antara lain: Gajah Oling; Kangkung Setingkes; Alas Kobong;
Paras Gempal; Kopi Pecah, dan lain-lain.
Semua nama motif dari batik asli Bumi blambangan ini ternyata banyak dipengaruhi oleh kondisi
alam. Misalnya, Batik Gajah Oling yang cukup dikenal itu, motifnya berupa hewan seperti belut
yang ukurannya cukup besar. Motif Sembruk Cacing juga motifnya seperti cacing dan motif
Gedegan juga kayak gedeg (anyaman bambu). Motif-motif batik yang ada ini merupakan
cerminan kekayaan alam yang ada di Banyuwangi. Motif batik seperti di Banyuwangi ini tidak
akan ditemui di daerah lain dan merupakan khas Banyuwangi.

32. Batik Mojokerto

Batik Mojokerto merupakan sebuah budaya kerajinan batik yang sejarahnya berkembang dengan
masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Keunikan batik Mojokerto adalah pada nama-nama coraknya
yang sangat asing dan aneh di telinga sebagian orang. Misalnya gedeg rubuh, matahari, mrico
bolong, pring sedapur, grinsing, atau surya majapait. Batik Mojokerto kini memiliki 6 motif yang
telah dipatenkan, yakni pring sedapur, mrico bolong, sisik gringsing, koro renteng, rawan indek
dan matahari.
Desain batik itu Mojokerto mengambil corak alam sekitar kehidupan manusia. Misalnya motif
pring sedapur merupakan gambar rumpun bambu dengan daun-daun menjuntai. Ada burung
merak bertengger. Warna dasarnya putih dengan batang bambu warna biru. Sedangkan daunnya
warna biru dan hitam. Demikian pula motif gedeg rubuh, coraknya mirip seperti anyaman bambu
yang miring. Kalau mrico bolong, motifnya berupa bulatan merica berlubang.

33. Batik Ponorogo
Batik Ponorogo terkenal dengan motif meraknya yang diilhami dari kesenian reog yang menjadi
ikon di daerah ini. Hingga kini paling tidak sudah 25 corak batik Ponorogo diciptakan.Motif batik
lainnya antara lain merak tarung, merak romantis, sekar jagad, dan batik reog.

34. Batik Tulungagung





Pesona batik Tulungagung terletak pada tingkat keberanian memadukan warna untuk
menghasilkan batik dengan warna yang berbeda. Dari yang kebanyakan berwarna coklat maupun
hitam, kini lebih berani dengan memainkan warna yang lebih cerah. Beberapa motif yang paling
banyak dibuat di Tulungagung antara lain buket ceprik gringsing,buket ceprik pacit ungker,
serta lereng buket. Ketiga motif tersebut merupakan satu di antara 86 motif yang dimiliki para
perajin di Tulungagung.
Batik Tulungagung, Jawa Timur yang juga dikenal dengan Barong Gung, kini mulai dilirik
pengusaha timur tengah. Adalah pengusaha asal Arab Saudi Talal Omar Al Yafee yang berniat
memasarkan Barong Gung ke tanah kelahirannya.
35. Nusa Tenggara
Daerah Nusa Tenggara juga memiliki batik dengan motif khasnya sendiri. Contohnya adalah
batik Sasambo (Sasak Samawa Mbojo) yang dijadikan sebagai pakaian batik resmi lokal NTB. Di
NTT, juga terdapat batik. Bahkan setiap pulaunya bisa menghasilkan batik dengan keunikan
masing-masing. Pulau Sumba misalnya batik tenunnya khas dengan motif hewan. Pulau Rote
khas dengan motif daunnya.


36. Batik Sumedang atau Batik Kasumedangan


Dengan warna kain merah, motif batik Kasumedangan yaitu berpola ceplokan motif utama pada
latar vertikal, horisontal atau polos, dan menemukan makna-makna simbolis dari motif-motif
tersebut.
37. Batik Tasikmalaya : Batik Tasikan, Batik Karajinan (Wurug), Batik Sukaraja/Sukapura (Batik
tulis khas tasikmalaya)

Warna dasar kain merah, kuning, ungu, biru, hijau, orange dan soga. Dan warnanya cerah namun
tetap klasik dengan dominasi biru. Batik Sukapura : berciri khas warna merah, hitam, coklat.
Motifnya kental dengan nuansa Parahyangan seperti bunga anggrek dan burung, selain itu ada
juga motif Merak-ngibing, Cala-culu, Pisang-bali, Sapujagat, Awi Ngarambat.
Batik Tasik memiliki kekhususan tersendiri yaitu bermotif alam, flora, dan fauna. Batik Tasik
hampir sama dengan Batik Garut hanya berbeda dari warna, Batik Tasik lebih terang warnanya.

38. Sulawesi
Sulawesi juga memiliki motif batik yang beraneka ragama. Sebagai contoh, batik Sulawesi
Selatan memiliki motif-motif seperti Toraja, Bugis dan Makassar. Batik Sulawesi Selatan
umumnya menggunakan teknik pembuatan yang sama dengan batik Jawa, namun tetap memiliki
kekhasan sendiri. Sedangkan di Sulawesi Tengah rata rata mendatangkan bahan baku tekstil batik
dari Jawa, namun pembuatan motifnya dilakukan oleh masyarakat pengrajin batik di Sulawesi
Tengah tepatnya di kota Palu dan motifnya sesuai dengan ciri khas motif lokal Palu. Motif yang
digunakan batik-batik di Sulawesi Tengah kebanyakan menggambarkan motif burung maleo,
motif bunga merayap, motif resplang, motif ventilasi dan motif ukiran rumah adat Kaili ataupun
motif bunga dan buah cengkeh.

You might also like