You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Pada prinsipnya perkawinan itu bertujuan utuk selama hidup dan
umtuk mencapai kebahaiga yang kekal (abadi) bagi suami istri, sehingga
Rasulullah meralang keras terjadinya percerai antara suami istri. Adapun
ketidak senangan Nabi kepada percerai itu dilihatt dalam haditsnya dari Ibnu
Umar menurut riwayat Abu Daud, Ibu Majal dan disahkan oleh hakim, sabda
Nabi :

“ perbuata halal yan paling dibenci Allah adalah thalaq”

Suatu percerai yang terjadi antara suami istri secara yuridis memang
mereka tidak mempunyai hak dan kewajiab diantar keduanya, terutam pada
saat si istri sedang menjalani masa iddah. Se bagaiman firman Allah SWT.
Dalam surat at- thalaq ayat 6 :1

èdqãZÅ3ó™r& ô`ÏB ß]ø™ym OçGYs3y™ `ÏiB öNä.ϙ÷`ãr`£


™wur £`èdr™™!$™Òè? (#qà)Íh™™ÒçGÏ9 £`Íkö™n=tã 4
bÎ)ur £`ä. ÏM»s9'ré& 9@÷Hxq (#qà)ÏÿRr'sù £`Íkö™n=tã
4Ó®Lym z`÷è™Òt™ £`ßgn=÷Hxq 4 ÷bÎ*sù z`÷è|Êö™r&
ö/ä3s9 £`èdqè?$t«sù £`èdu™qã_é& ( (#rã™ÏJs?ù&ur
/ä3uZ÷™t/ 7$rã™÷èoÿÏ3 ( bÎ)ur ÷Län÷™| $yès?
ßìÅÊ÷™äI|¡sù ÿ¼ã&s! 3™t™÷zé& ÇÏÈ
Artinya :
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq)
itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka
bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka
berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu
(segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka

1 Sabiq, Sayyid, Fiqih jilid VIII. Terj. Drs. Muh. Tholib, PT Al Ma’ruf. Bandung. 1987

iv
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.

Pada era globalisasi seperti sekarang ini banyak sekali permaslahan-


permasalahan yang timbul, umumnya pada permaslahan perkawiana. Di
pengadilan agama (PA) banyak pengajuan kasus perkawinan, khususnya
dalam kasus penelesaian nafkah iddah dimana norma-norma yang mengatur
maslah ini sudah dikesampingkan dan hukum yang mengatur hal ini seperti
sudah lagi tidak diindahkan (diperdulikan) nlagi. Walaupun ini hanya terjadi
di kota-kota besar.

B.RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah bertitik tolak dari latar belakang tersebut diatas maka
dapat dirumuskan beberapa poko permasalahan yang merupakan sentral
pembahasan dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana nafkah iddah menurut hukum Islam

C.TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan punulisan adalah :
1. Untuk mengetahui nafkah iddah menurut hukum Islam

D.Metode Penulisan
Adapun metode dalam penulisan malakah ini adalah
Pengumpulan data
a.Sumber data
Data yang dikumpulkan yang menjadi sum ber pembahasan daslam
makalah ini mencakup Al-Qur’an, Al-hadits dan buku-buku ilmiah y ang
relevan dengan pembahasan makalah ini.
b.T eknik mengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan yang dimaksud merupakan menifistasi yang
telah dilaksanakn melalu pembmelajaran, membaca dan mentelaah
perpustakaan dengan megumpulkan beberapa reverensi yang relevan

iv
dengan permasalahan makalah ini.

c. Analisa data
Setelah seluruh dta terkmpulakanmaka mbarulah langkah selanjutnya
penyusun menentukan bentuk pengelolaan terhadap data-data tesebut
antara lain :
1)Deduktif yaitu cara berfikir yang titik tolaknya dari
kebenaran-kebenaran yang sifat umum menuju ke arah
sifat yang khusus.

E.Sistematika Pembahasan
Adapun ini terdiri dari tiga bagian dan masing-masing bagian disusun
tujuan pe nulisan metode penulisan dan sistematika penulisan
Bab II berisi tentang tujuan umum tentang masa iddah yag meliputi
antara lain : pengertian iddah, dasar hukum iddah, macam-macam
iddah,hikmah disyariatkan iddah, dan kewajiban suami istri pada masa iddah.
Bb III berisi tentang hasil analisa sehingga menjadi kesimpulan
sebagai bagian penutup, bagian juga berisi tentang kesimpulan dan saran.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A.Kajian Dalil
1.Pengertian Iddah
Untuk memudahkan pembhasan kita mengenai pengertian iddah ini,
maka penulis mengungkapkan dan menyajikan dari dua segi yaitu segi
bahasan da seg istilah.
Dari segi bahasa sebelum kita mengkaji lebih lanjut tentag nafkah
iddah terlebih dahulu penulis kemukakan arti iddah di tenjau dar segi
bahasa, iddah berasal dari kata yang mempunyai arti bilangan ata
hitungan. Dengan demikian, jika ditinjau dari segi bahasa, maka iddah
adalah untuk menujukkan pengertian hari-hari haid atau hari suci pada
wanita.2
Dari segi istilah para ulama telah merumuskan pengertian iddah
dengna rumusan bahwa iddah adalah suatu tenggang waktu tertentu yang
harus dijalani seorang perempuan sejak ia berpisah. Baik pisah thalaq
ataupun di tinggal mati suami. Dalam hal ini wanita (istri) tidak boleh
kawin dengan laki-laki lain sebelum habis masa iddahnya. Dengan
demikian dapat diambil suatu pengertian bahwa iddah mempunyai
beberapa unsur yaitu :
a.Suatu tenggang waktu tertentu
b.Wajib dijalani si bekas istri
c.Karena dicearai atau ditinggal mati oleh suaminya.
2.Dasar Hukum Iddah
Setelah membahas masalah iddah dari segi pengertian,maka
dibawah ini penyusun bahasa dasar-dasar hukum iddah yang mencakup
pada hukum naqli gun memper jelas tentang iddah itu sendiri.
a.Dasar dari Al- Qur’an :
àM»s)¯=sÜßJø9$#ur ™ÆóÁ/u™tIt™ £`ÎgÅ¡àÿRr'Î/
2 Basyir, Azhari, Hukum Perkawinan di Indonesia, cet. I, Yogyakarta. 1997

iv
spsW»n=rO &äÿrã™è% 4 ™wur ™@Ïts™ £`çlm; br&
z`ôJçFõ3t™ $tB t,n=y{ ª!$# þ™Îû £`ÎgÏB%tnö™r& bÎ)
£`ä. £`ÏB÷s㙠«!$$Î/ ÏQöqu™ø9$#ur ̙ÅzFy$# 4
£`åkçJs9qãèç/ur ™,ymr& £`ÏdÏj™t™Î/ ™Îû y7Ï9ºs™
÷bÎ) (#ÿrߙ#u™r& $[s»n=ô¹Î) 4 £`çlm;ur ã@÷WÏB ™Ï
%©!$# £`Íkö™n=tã Å$rá™÷èpRùQ$$Î/ 4
ÉA$y_Ìh™=Ï9ur £`Íkö™n=tã ×py_u™y™ 3 ª!$#ur
͙tã îLìÅ3ym
Artinya :
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga
kali quru'[142]. tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah
dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam
masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan
Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu
tingkatan kelebihan daripada isterinya[143]. dan Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.3

[142] Quru' dapat diartikan suci atau haidh.


[143] Hal ini disebabkan karena suami bertanggung jawab terhadap
keselamatan dan Kesejahteraan rumah tangga (Lihat surat An Nisaa'
ayat 34).
b.Dasar Hukum Perdata
Undang-undang No. 1 tahun 1974 tenteng perkawinan menetapkan
waktu tunggu bagi seorang wanita yang putus perkawinan. Selanjutnya
atas dasar pasal 11 undang-undang no.1 tahun 1974 tentang perkawinan
ditetapkan waktu tunggu yang termuatdalam undang-undang ayat (1) bagi
seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu,
(2) tentang jangka waktu tunggu tersebut dalam ayat satu akan diatur oleh
pemerintah lebih lanjut

3.Macam-Macam Iddah
3 AL-Baqorah Ayat : 228

iv
Mengenai macam-macam iddah tau waktu tunggu menurut perundang-
undngan hukum indonesia. Khusus dsalam undang-undasng No 1 tahun
19974 dan kopilasi hukum islam.
Sedangkan secara spesifikasi maka macam-macam iddah it ntara
lain adalah:
a.Iddah Perempuan yang Haid

Jika perempuan bisa hasid maka iddahnya tga kali quru’


sebagaimana firman Allah :
àM»s)¯=sÜßJø9$#ur ™ÆóÁ/u™tIt™ £`ÎgÅ¡àÿRr'Î/
spsW»n=rO &äÿrã™è% 4
Artinya : “Wanita-wanita yang ditalak handaklah
menahan diri (menunggu) tiga kali quru'.4

Dengan ayat tersebut diatas jelaslah bahw istri yang diceraikan oleh
suaminya,sedangkan istri tersebut belum pernah disetubuhi oleh
suaminya yang menthalaqnya, maka bagi istri tersebut tidsak mempuyai
masa iddah. Sedangkan bagi istri yang ditinggal mati oleh suaminya dan
pernah bersetubuh, maka harus beriddah sepertiorang yang disetubihi,
hal itu berdasarkan firman Allah yang berbunyi sebagai berikut:
tûïÏ%©!$#ur tböq©ùuqtF㙠öNä3ZÏB tbrâ™x™t™ur %
[`ºurø™r& z`óÁ/u™tIt™ £`ÎgÅ¡àÿRr'Î/ spyèt/ö™r&
9™åkôr& #Z™ô³tãur ( #s™Î*sù z`øón=t/ £`ßgn=y_r&
™xsù yy$oYã_ ö/ä3ø™n=tæ $yJ™Ïù z`ù=yèsù þ™Îû
£`ÎgÅ¡àÿRr& Å$râ™÷êyJø9$$Î/ 3 ª!$#ur $yJÎ/
tbqè=yJ÷ès? י™Î6yz
Artinya :
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan
isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya
(ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis
'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka
berbuat terhadap diri mereka[147] menurut yang patut. Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat.5

4 AL-Baqorah Ayat : 228


5 AL-Baqorah Ayat : 234

iv
[147] Berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan.

Wajib iddah bagi istri tersebut dimaksudkan untuk meghormati


bekas suaminya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh sayyid sabiq
sebagai berikut: istri yang kematian suaminya wjib menjalani iddah
meskipun belumpernah di setebuhi, hal in untuk menyempurnakan dan
juga untukmenghargai hak suami meninggal dunia. Istri yang di cerai
dalam keadaan masih haid harus menjalani masa iddah (waktu tunggu)
selama tiga kali sucian dan bila di harikan minimal 90 hari hal ini yang
i sebut dalam pasal 39 peraturan pememrintah nomor 9 tahun 1975,
ayat 1 sub (b) yang berbunyi sebagai berikut: “ppabila perkawinan
putus krena perceraian, waktu tunggu bagi yang bersangkutan di
tetapkan tiga kali sucian dengan sekurang-kurang 90 hari.
b.Iddah Istri yang Tidak Haid Lagi
Jika dicerai oleh suaminya atau ditinggal mati olleh suaminya
maka mereka (istri) harus menjlani iddah tiga bulan. Kentuan ini
berlaku buat perempuan yang belum baligh dan perempuan yang sudah
tua akan tetapi tidak berhaid lagi, baik ia sama sekali tidak mengalami
haid atau sebelumnya pernah berhaid akan tetapi putus haidnya. Hal ini
berdasarkan pada firman Allah yang berbunyi sebagai berikut:
™Ï«¯»©9$#ur z`ó¡Í³t™ z`ÏB ÇٙÅsyJø9$# `ÏB
ö/ä3ͬ!$|¡ÎpS ÈbÎ) óOçFö;s?ö™$# £`åkèE£™Ïèsù
èpsW»n=rO 9™ßgô©r& ™Ï«¯»©9$#ur óOs9 z`ôÒÏts™ 4
àM»s9'ré&ur ÉA$uH÷qF{$# £`ßgè=y_r& br&
z`÷è™Òt™ £`ßgn=÷Hxq 4 `tBur È,Gt™ ©!$# @yèøgs™
„¼ã&©! ô`ÏB ¾Ín͙öDr& #Z™ô£ç

Artinya:
Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di
antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa
iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu

iv
(pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-
perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka
melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada
Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya.6

Sedangkan berdasarkan hukum perdata indonesia maka istri


tersebut harus menjlani masa iddah selama 90 (sembilan puluh) hari.
Ini sejalan dengan pasal 39 peraturan pemerintah No. 9 tahun 1975
ayat (1)
c.Iddah Istri Yang Elah Disetubuhi
Iddah istri yang telah disetubuhi adakalahnya dalam keadaan
haid dan adakalahnya tidak berhaid lagi. Masa iddah yang masih dalam
keadaan haid adalah tiga kali sucian.
d.Iddah Perempuan Hamil
Perempuan yang dicerai atauditinggalmati oleh suaminya dalam
keadaan hamil maka iddahnya sampai ia melahirkan. Ahl ini di
dasarkan pada firman Allah yang berbunyi sebagai berikut:
àM»s9'ré&ur ÉA$uH÷qF{$# £`ßgè=y_r& br& z`÷è™Òt™
£`ßgn=÷Hxq 4
Artinya :
Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah
mereka itu ialah sampai mereka melahirkan.”7

Istri tersebut harus menjlani masa iddah sampai ia melahirkan


bayinya. Ini sejalan dengan kompilasi hukum islam pasal 135, ayat
(2), sub (c) yang berbunyi sebagai berikut :
Apabila perkawinan putus karena perkawinan sedang janda
tersebut dalam keadaan hamil waktu iddah ditetapkan sampai
melahirkan.
e.Iddah Perempuan Yang Suaminya Meninggal Dunia
Iddah wanita yang ditinggal mati suaminya dan ia masiah dalam

6 At-thalaq Ayat : 4
7 At-thalaq Ayat : 4

iv
keadaan hamil maka iddahnya adalah 4 bulan sepuluh hari, ini
didasarkanpada firman Allah yang berbunyi :
tûïÏ%©!$#ur tböq©ùuqtF㙠öNä3ZÏB tbrâ™x™t™ur
%[`ºurø™r& z`óÁ/u™tIt™ £`ÎgÅ¡àÿRr'Î/
) spyèt/ö™r& 9™åkôr& #Z™ô³tãur
Artinya :
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu)
menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh
hari.” (QS. Al-baqoroh : 234)8

4.Hikam Di Syariatkannya Iddah


Suatu keyakinan yang mesti menjadi pengangan umat islam ialah
ajaran islam yang termuat di dalam al-Qur’an dan as sunnah merupakan
petunjuk Allah yang harus menjadi pedoman bagi manusia yang
khususnya kaum muslimin dan muslimat demi keselamatan hidupnya di
dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan ajaran-ajaran yang diturukan
Allah sebelumnya. Dimana ajaran tersebut hanya diperuntukkan untuk
kaum tertentu. Ajaran islamtidak hanya berlaku untuk kelompok atau
kaum didalam masyarakat tertentu atau tidak pula terbatas pada masa
tertentu pula. Akan tetapi ajaran islam sejak diturunkan telah sebagai
pegangan darisemua kelompok dan kaum manusia pada berbagai tempat
danwaktu sampai akhir masa (zaman).
Demikian pula halnya dengan masalah iddah yang merupakan
suatu syari’at yang telah ada sejak zaman dahulu yang mana mereka tidak
pernah meninggalkan kebiasaan ini tatkala islam datang, kebiasaan itu
diakui dan dijalankan karenabanyak terdapat kebaikan dan faedah
didalamnya. Para ulama telah mencoba menganalisa hikmah
disyariatkannyaiddah secara global dapat disebutkan sebagai berikut:
a)untuk mengetahu bersihnya rahim seorang perempuan,
sehingga tidak bercampur anatara keturun seorang yang
dengan yang lain, atau dengan kata agar tidak terjadi

8 AL-Baqorah Ayat : 234

iv
percampuran dan kekacauan nasab.
b)Memberi kesempatan kepada suami agar berpikir untuk
kembali, apakah untuk ruju’ kembali akepada istrinya
ataukah akan menerukan cerai tersebut jika hal tersebut
dianggap lebih baik.
c)Kebaikan perkawinan tidak dapt terwujud sebelum kedua
sumi istri sama-sama hidup dalam ikatan aqadnya. Untuk
lebih jelasa dan mendetailnya hikamh disyariatkanny.
Iddah tersebut maka dapat dikemukakan seperti di bawah
ini:
1)Sebagai Pembersih Rahim9
Kegegasan penisaban keturun dalam islam merupakan hal
yang amat penting. Oleh karena itu ketentuan untukmenghindari
terjadinya kekacauan nisab keturunan manusia ditetapka dalam
Al-Qur’an dan as sunnah dengan tegas. Diatara ketentuan
tersebut adalah larangan bagi wanita untukmenikah denga
beberapa orang pria dalam waktu yang bersamaan. Dan
disamping itu untuk menghilangkan keragu-raguan tentang
kesucian perempuan rahim tersebut. Sehingga pada nantinya
tidak ada lagi keragu-raguan tentang anak yang di kandungnya
oleh perempuan itu, apabila ia sudah kawin lagi dengan laki-laki
yang lain.
2)Kesempatan untuk berpikir
Iddah khususnya dalam thalak raj’i merupakan suatu
tenggang waktu yang memungkin tentang hubngan mereka.
Dalam masa ini kedua belah pihak dapat mengintropeksi diri
masing-masing guna mengambil langkah-langkahyang lebih baik.
Terutama bila meraka mempunyai putra-putri yang
membutuhkan kasiah sayang dan pendidkanyang baik dari kedua
orang tuanya.
9 Yanggo, Chuzaiman T. Dkk., Problematyika Hukum Islam Kontemporer, cet. I, PT. Pustaka
Firdaus, Jakarta, 1994

iv
3)Kesempatan untuk bersuka cita
Iddah khususnya dalam cerai mati, adalah masa duka atua
bela sungkawan atas kematian suaminya.cerai mati merupakan
musibah yang diluar kekuasaan manusia untuk membendungnya.
Karena meraka berpisah secara lairiyah akan tetapi dalam
hubungan batin mereka begitu akrab.
Jadi apabila percerai teresebut karena suaminya
meninggal dunia, maka rasa tidak senang dari keluarga suami
yaang di tinggal mati, bila waktu itu istri menerima lamaran
ataupun melangsungkan perkawinan dengan laki-laki lain.
4)Kesempatan untuk rujuk
Apabila seorang istri di cerai karena talak, yang mana
bekas suami tersebut massih berhak untuk ruujk kepada bekas
istrinya. Maka masa iddah itu adalah untuk perpikir kembali bagi
suami untuk kembali kepada istri sebagai suami istri. Apabila
bekas suami berpendapat bahwa ia sanggup untuk mendayung
kehidupan ruamh tangga kembali, maka ia oleh untuk merujuk
kepada istrinya dalam masa iddah.10
Sebaliknya apabila suami berpendapat badhwa tidak
mungkin melanjutkan rumah tangga kembali, ia harus melepas
bekas istri untuk kawin lagi dengna laki-laki lain.
Dengan demiakian tanpak jelas bahwaiddah it memiliki
berbagai keutamaan di berbagai aspek, yang mana masing-
masing mempunyai hubungan yang tidak dapta dipisahkan.
Sehubungan dengan itu maka dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa:
a.Perkembangn ilmu pengetahuan dan
teknologi modern tidaklah dapat
mengubah ketentuan dalam kasus-
kasus yang sudah jelas di kemukakan
10 Ali, Muh Daud, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, cet. 6, PT. Raja Grafindo,
Pustaka Belajar, Jakarta

iv
dan ditetapkan dalam Al-Qur’an dan
as-dunnah. Na mun hanya dalam
kasus wathsyubbhat dan zina
perkembangn ilmu pengetahuan dan
teknologi dapat dimafaatkan, sebab
hukum antar pria dan wanita dalam
kasus ini hanya tekait pada iddah
dhuhul yang menggunakan kesucian
rahi.
b.Meskipun dapat keyakinan bahwa
rahim perempuan (istri) bersih siantar
mereka (suami istri) tidak mungkin
rujuk kembali, namun tidaklah dapat
dibenarkan bagi perempuan tersebut
(brekas istri) melanggar ketentuan
iddah yang sudah ditentukan.
c.Begitu pula sebaliknya tidak dapt
dibenarkan untuk memperpanjang
iddah yang dapat mengakibatkan pe
nganiayaan maupun yang
mendatangkan keuntugan baik, bagi
bekas suami ataupun bagi bekas isri.

iv
5)Hak dan Kewajiban Suami Istri pada Masa
Iddah
a.Ha k istri pada masa
iddah
1)Mendapatkan nafkah selama masa
iddah
2)Mendapatkan perumahan selama
masa iddah
3)Istri berhak memutuskan untuk
rujuk kembali. Sedangkan
kewajiban istri adalah masa
bergabung bila ia ditginggal mati
oleh suaminya.
b.Kewajiban suami
pada masa iddah
istri
1)Suami wasjib memberikan nafkah
pada isri
2)Suami wajib memberikan
perumahan pada istri
3)Suami berhak untuk merujuk
kembali atau tidak.
B.Fenomena-fenomena yang Muncul
a)Nafkah istri dalam iddah raj'ie
Yang sering ditimbu dalam percerai, yang mana suami tidak
melaksanakn kewajiabannya terhadap hak istri dan anak dalam masa
iddah.setelah terjadi percerai pada hakikatnya suami harus memberikan
minimal memberikan perumahan pada mantan istri dan anak.sedangkan di
kalangan masyarakat banyka terjadi penyimpanga-penyimpangan yang
terjadi, baik itu di kota maupun di desa.
b)Nafkah istri dalam iddah ba'in

iv
Begitu juga dengan nafkah iddah ba'in suami banyka melalaikan
kewajibannya sehingga timbulberbagai macam permasalahan, contohnya
si anak putus sekoalah.
C.Analisa
a.Berdasarkan kompilasi hukum islam dalam pasal 18 ayat 1 yang berbunyi
"Suami wajib menyediakan tempatkediaman bagi istri dan anak-anaknya
atau bagi istri yang sedang dalam masa iddah."
b.Menurut undang-undang perkawianan No. 1 tahun 1974 tentang hak dan
kewajbn suami istri pasal 34 menyatakan bahwa : suami wajib melindungi
istri dan memberikan segala seuatu keperluanhidup berumah tangga sesuai
dengan kewajiban.
BAB III
KESIMPULAN

A.Kesimpulan
Hendaklah orang yang mampu memberikan nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberikan
nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan
beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang allah berikan
kepadanya, Allah t\kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.

B.Saran-saran
Penuhilah hak istrimu jika mereka dicerai ataupun dalam masa iddah
segaimana kemampuanmu.

iv
DAFTAR PUSTAKA

Sabiq, Sayyi, Fiqih Sunnah Jijid VIII Terj. Drs. Muh. Thalib,PT AI Ma'ruf
Bandung, 1987

Sumiati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, Cet. 1,


Liberty, Jogjakarta, 1982

Undang-undang Perkawinan di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaan. PT.


Radya Pramita Jakarta, 1987

Ali, Muhammad Daud, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Cet. 6 Pt.
Raja Grafindo, Pustaka Pelajar Jakarta.

Armojo, H. Arso. Hukum Perkawinan di Indonesia, Cet. 3 Bulan Bintang Jakarta


1981.

Ashari, Hukum Perkawinan di Indonesia. Jokyakarta 1997

iv
KATA PENGANTAR
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§™9$# ÉO™Ïm§™9$#
Segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan taufiq hidayah-nya kepada kita semua. Dengan hidayah-
nya pulalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ nafkah wanita
yang dalam masa iddah “ shalawat dan salam mudah-mudahan tetap tercurah
limpahkan kepada jujungan kita Nabi Muhammad SAW. Keluarga beliu, sahabt
dan pengikut beliu.
Penulisan makalah ini kami lakukan dengan sungguh-sungguh, dengan
motivasi dan dorongan dari semua pihak. Oleh karena itu dala m kesempatan yang
baik ini izinkanlah penulis meng haturkan ucapan terima kasih kepada :
1.Ayah dan Bunda yang telah banyak memberikan sumbangan baik material
ataupun moral.
2.KH. Muhammad Zuhri Zaini,BA selaku pengasuh pondok pesantren nurul
jadid yang menjadi suri tauladan bagi kami.
3.Bapak Dr.KH. Muhlisin Sa'ad, MA selaku Rektor Nurul jadid yang selalu
mendorong kami belajar dan introspeksi diri.
4.Bapak KH. Moh. Romzi Al-Amiri Mannan,SH. M. H.I selaku dosen kuliah
hokum perkawinan islam yang telah membimbing kami daslam penulisan
makalah ini.
5.Semua perpustakaan yang telah sudi memberikan pinjaman buku kepada
kami.
6.semua teman-teman yang telah sudi meluangkan waktunya dan tenaganya
dalam penulisan makalah ini,semoga Allah SWT. Memberika balasan dan
kebaikan yang lebih besar atas segala jasa dan budi baiknya.

Tiada gading yang tak retak. Kami menyadari sepenuhnya bahwa


penulisan makalah ini masih juah dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan

iv
saran selalu kami terima dengan besar hati.

Paiton, 25 Januari 2009


Penulis,

MASHUDI
NIM. 07221042

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1
A.Latar Belakang Masalah........................................................................1
B.Rumusan Masalah.................................................................................2
C.Tujuan Penulisan....................................................................................2
D.Metode Penulisan ..................................................................................2
E.Sistematika Penulisan............................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................4
A.Kajian-kajian Dalil.................................................................................4
1.Pengertian Iddah..............................................................................4
2.Dasar Hukum Iddah.........................................................................4
3.Macam-macam Iddah......................................................................6
4.Hikmah Disyariatkannya Iddah.......................................................9
5.Hak dan Kewajiban Suami Istri pada Masa Iddah.........................13
B.Fenomena-fenomena yang Muncul.....................................................13
1. Nafkah istri dalam iddah raj'ie.........................................................13
2. Nafkah istri dalam iddah raj'ie ........................................................ 13
C.Analisa.................................................................................................13
1. Menurut kompilasi hukum islam ....................................................13
2. Menurut undang-undang..................................................................13
BAB III : PENUTUP.............................................................................................14
A.Kesimpulan..........................................................................................14
B.Saran-saran...........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iv
iv
iv

You might also like