You are on page 1of 42

Penelitian tindakan kelas.

BAB I

PENDAHULUAN

 A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara
yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu
ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada
seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan yang memasung hak-hak asasi manusia, hak-
hak warganegara untuk dapat menjalankan prinsip-prinsip demokrasi. Kehidupan yang
demokratis didalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
pemerintahan, dan organisasi-organisasi non pemeritahan perlu dikenal, dipahami,
diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi serta
demi peningkatan martabat kemanusian, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan dan keadilan.

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan


pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran yang


memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa,
usia, dan suku bangsa.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (KBK 2004 dan
Standar Isi 2006) ditegaskan bahwa :

 I. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan :

Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,


kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya

 II. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan

Standar isi Pendidikan Kewarganegaraan SMA/SMK/MA :


 1. Memahami hakekat Bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia
 2. Menganalisis sikap positif terhadap penegakan hokum, peradilan nasional, dan
tindakan anti korupsi
 3. Meganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan serta
penegakan HAM baik di Indonesia maupun luar negeri
 4. Menganalisis peran dan hak warganegara dan system pemerintahan Negara Kesatuan
Repbulik Indonesia
 5. Menganalisis budaya politik demokrasi, konstitusi, kedaulatan Negara, keterbukaan
dan keadilan di Indonesia
 6. Mengevaluasi hubungan Internasional dan sistem hokum internasional
 7. Mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan pancasila dan
UUD 1945
 8. Mengaalisis peran Indonesia dalam politik dan hubungan Internasional, regional dan
kerjasama Global lainnya
 9. Menganalisis sistem hokum internasional, timbulnya konflik internasional, dan
mahkamah internasional.

Dari Standar Isi dan Standar Kompetensi tersebut diatas, penulis memilih butir ketiga yaitu
meganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan serta penegakan
HAM baik di Indonesia maupun di luar negeri, sebagai landasan judul penelitian tindakan kelas
ini.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan
belajar-mengajar. Anak cenderug tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini
pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang
menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di
sekolah.

Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu faktor internal dan
eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa
percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru
sebagai Pembina kegiatan belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan
lingkungan.

Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi
harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberika pembelajaran dan pengalaman
belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and
contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.
Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan
kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan peciptaan suasana yang menyenangkan sangat
diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini
penulis memilih model “pembelajaran berbasis masalah (PROBLEM BASED LEARNING)
dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas dimana siswa
terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat
permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk
berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk
bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.

Menurut E. Mulyana Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat
berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. [1]  Pembelajaran harus dibuat
dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai
akhir kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based
Learning sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru disekolah untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran PKn.

Berdasarkan uraian diatas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji
penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning” dalam meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn

 B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:

 1. Apakah pembelajaran model Problen Based Learning dapat meningkatkan kemampuan


memecahkan masalah HAM dalam masalah PKn?
 2. Bagaimana penerapan pembelaran model Problem Based Learning di kelas dalam mata
pelajaran PKn?
 3. Sejauh manakah pendekatan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil
belajar siswa?

 C. PEMECAHAN MASALAH

PKn sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan “How to Develop Better Civics
Behaviours” membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek nilai dan
moral, banyak memuat materi sosial. PKn merupakan salah satu dari lima tradisi pendidikan IPS
yakni citizenship transmission, saat ini sudah berkembang menjadi tiga aspek PKn (Citizenship
Education), yakni aspek akademis, aspek kurikuler dan aspek sosial budaya.
 Secara akademis PKn dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan
telaahannya pada seluruh dimensi psikologi dan sosial budaya kewarganegaraan individu
dengan menggunakan ilmu politik dan pendidikan sebagai landasan kajiannya [2].

Implementasiya sangat dibutuhkan guru yang profesional, guru yang profesional dituntut
menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara lain :

 1. Kemampuan menguasai bahan ajar


 2. Kemampuan dalam mengelola kelas
 3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar
 4. Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil

Selanjutnya UNESCO dalam Soedijarto (2004 : 10-18) mencanangkan empat pilar belajar dalam
pembelajaran (termasuk model Problem Based Learning) :

 1. Learning to Know ( penguasaan ways of knowing or mode of inquire)


 2. Learning to do ( controlling, monitoring, maintening, designing, organizing)
 3. Learning to live together
 4. Learning to be [3]

Berdasarkan uraian analisis permasalahan diatas, pendekatan model Problem Based Learning
apabila diterapkan di kelas akan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM
dalam mata pelajaran PKn.

 D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Penelititan Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
HAM dalam mata pelajaran PKn khususnya kelas X Ak pada SMKN 3 Jakarta, sehingga
pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.

 E. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

 1. Memperbaiki proses belajar mengajar dalam pelajaran PKn di Sekolah Menengah


Kejuruan.
 2. Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan pedidikan kewarganegaraan di
Sekolah Menengah Kejuruan.
 3. Memberikan alterntif kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
 4. Menciptakan rasa senang belajar Pendidikan Kewarganegaraan selama pelajaran
berlangsung dengan adanya “The Involvement of Participaton melalui Problem Based
Learning.”
BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

•A.   KAJIAN TEORI

 1. Hakekat Pembelajaran PKn

 a. Pengertian belajar

Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan
( reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya
sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian
pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural
Approach.

Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, megarah kepada
kesmpurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain)
maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan[4]

Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu :

 1. Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa


menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh
pengetahuan.
 2. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan
Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan
sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis,
melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain
serta mengelola dan mengatasi koflik
 3. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan
orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.
 4. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini
diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar
tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan
ilmu pengetahua yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan
toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan
menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal
dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan
intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut emotional
intelegence (kecerdasan emosi).
 5.
 b. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak


dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and
character building” :

Pertama : PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu
yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu
lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses
pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi warganegara.

Kedua : PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan
karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya nalar
tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic
intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.

Ketiga : PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan
adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika
dan pealaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan
pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak,
terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai
pengalaman langsung (hand of experience).

Keempat: kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan
perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ‘mengajar demokrasi” (teaching
democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup
secara demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat
kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih
dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa
dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.

 B. KERANGKA BERPIKIR
 1. Meningkatkan hasil belajar PKn melalui model Problem Based Learning

Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang
berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa
dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka
mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendir, masyarakat, bangsa
dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara
PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa
untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi:
keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan)
serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari
hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek),
hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.

Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa
termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajara interaktif dimana guru lebih banyak
memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada
hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan
komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar
hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk
melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam
proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara
totalitas adalah pembelajaran dengan Problem Based Learning. Pembelajaran dengan model
Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar
mengajar didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena.
Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan
permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas
guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada
serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif
yang berbeda diantara mereka.

Dari uraian diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning
dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa dibandingkan dengan pendekatan tradisional
(metode ceramah).

 2. Pendekatan dan penerapan model Problem Based Learning dalam mata pelajaran PKn

Pembelajaran model Problem Based Learning berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari
pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna
belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar
bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang bergua bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide.

Dalam pembelajaran model Problem Based Learning tugas guru mengatur strategi belajar,
membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi
belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Dari pembahasan diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, diaman siswa
dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya
sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa
merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan
hasil belajar yang didapat bkan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada
kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses
pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas)

 C. HIPOTESIS TINDAKAN

Dengan demikian dapat diduga bahwa:

 1. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar
mata pelajaran PKn siswa kelas X Ak SMKN 3 Jakarta
 2. Pedekatan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam pembelajaran efektif, aktif dan kreatif.

BAB III

Pelaksanaan Penelitian

A. Perencanan Penelitian

    

 1. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode dalam
penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yaitu suatu
penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable
yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.

Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : catatan guru, catatan siswa,
rekaman tape recorder, wawancara, angket dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa.

Prosedur penelitian terdiri dari  4 tahap, yakni  perencanaan, melakukan tindakan, observasi,dan
evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.

Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas siswa saat mata
pelajaran PKn dengan pendekatan Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah)
untuk melihat perubahan tingkah laku siswa, untuk mengetahui tingkat kemajuan belajarnya
yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat pengumpul data yang sudah disebutkan
diatas.

Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, presensi, nilai tugas seta data kualitatif
yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama dalam diskusi,
kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil.

Instrument yang dipakai berbentuk : soal tes, observasi, catatan lapangan. Data yang terkumpul
dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan.
 2. Tempat

            Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 3 Jakarta pada siswa kelas I AK, dengan jumlah
siswa 37 orang, yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 34 orang perempuan. Penelitian
dilaksanakan pada saat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berlangsung dengan pokok
bahasan “Peran Serta dalam Penghormatan dan Penegakan HAM”.

 3. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan selama 4 (empat) bulan dimulai pada pertengahan bulan Agustus sampai
dengan pertengahan bulan Desember 2007.

 4. Prosedur Penelitian

Siklus I

 A. Perencanaan
 Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.
 Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
 Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
 Memilih bahan pelajaran yang sesuai
 Menentukan scenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan pembelajaran
berbasis masalah. (PBL).
 Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.
 Menyusun lembar kerja siswa
 Mengembangkan format evaluasi
 Mengembangkan format observasi pembelajaran.

 B. Tindakan
 Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
 Siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber.
 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada buku sumber.
 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.
 Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah dipersiapkan oleh guru.
 Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi.
 Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).

 C. Pengamatan
 Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu
dengan alat perekam, catatan anekdot untuk mengumpulkan data.
 Menlai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).
 D. Refleksi
 Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah dan
waktu dari setiap macam tindakan.
 Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang scenario pembelajaran dan
lembar kerja siswa.
 Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus
berikutnya.

       Siklus II

 A. Perencanaan
 Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan
alternative pemecahan masalah.
 Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
 Pengembangan program tindakan II.

 B. Tindakan

Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada
siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan maslah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:

 1. Guru melakukan appersepsi


 2. Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran.
 3. Siswa mengamati gambar-gambar / foto-foto yang sesuai dengan materi.
 4. Siswa bertanya jawab tentang gambar / foto.
 5. Siswa menceritakan unsure-usur Hak Asasi Manusia yang ada pada gambar.
 6. Siswa mengumpulkan bacaaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok
belajar, memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan.
 7. Presentasi hasil diskusi.
 8. Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.

 C. Pengamatan (Observasi)
 Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua
hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
 Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.

 D. Refleksi
 Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.
 Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.
 Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada
siklus III
 Evaluasi tindakan II

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal
10% dari siklus I.

          Siklus III (bila diperlukan).

Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi proses yaitu dengan berhasilnya
siswa memecahkan masalah melalui ” Pembelajaran berbasis masalah ” dengan mengadakan
diskusi kelompok belajar, dimana para siswa dilatih untuk berani mengeluarkan pendapat dan /
atau berbeda pendapat tentang masalah Hak Asasi Manusia, khususnya :

 Hak Hidup (pasal 9 UU no 39/1999)


 Hak Wanita (pasal 45 - 51 UU no 39/1999 )
 Hak Anak (pasal 52 - 66 UU no 39/1999)
 HAka Berkeluarga dan Melanjutkan Ketuunan ( pasal 10 UU no. 39/1999)
 Hak Mengembangkan Diri (pasal 11 - 16 UU no 39/1999)
 Hak Memperoleh Keadilam (pasal 17 - 19 UU no 39/1999)
 Hak Atas Kebebasan Pribadi (pasal 20 - 27 UU no 39/1999)
 Hak Atas Rasa Aman ( pasal 28 - 35 UU no 39/1999)
 Hak Atas Kesejahteraan (pasal 36 - 42 UU no 39/1999)
 Hak Turut Serta dalam Pemerintah (pasal 43 - 44 UU no 39/1999)
Belajar PKn serasa lebih menyenagkan, meningkatkan motivasi / minat siswa, kerjasama dan
partisipasi siswa semakin meningkat.

Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam catatan anekdot dan jurnal
harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa terhadap PKn. Bila 70% siswa telah berhasil
, permasalahan kasus-kasus bentuk-bentuk HAM dari pasal 9 uu no 39 tahun 1999 s/d pasal 66
uu no 39 tahun 1999 melalui metode Problem Based Learning, maka tindakan tersebut
diasumsikan sudah berhasil.

Kriteria hasil penelitian tentang penguasaan materi ” Masalah HAM ” dan aktivitas siswa
ditetapkan sebagai berikut :

Table 1. Kriteria nilai penguasaan materi / kasus HAM (Hak Hidup, Hak Wanita, Hak Anak)

No NIlai Kriteria
1 < 5,9 Kurang
2 6,0 - 7,50 Sedang
3 7,51 - 8,99 Baik
4 9,00 - 10 Baik Sekali

Table 2. Kriteria aktivitas siswa yang relevan

No NIlai Kriteria
1 < 50 Kurang
2 60 - 69 Sedang
3 70 - 89 Baik
4 90 - 100 Baik Sekali

      

  

BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

 A. Hasil Penelitian

Pembelajaran PKn dikelas I SMK Negeri 3 Jakarta ini dilakukan dalam dua siklus.

Pada setiap siklus, data yang diambil adalah aktivitas dan nilai evalusi pada akhir siklus.

Hasil Observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada table-tabel berikut ini :
Table 3. Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran.

No Indikator Ketercapaian
Siklus I Siklus II
1 Keberanian siswa dalam bertanya dan 52,75% 69,44%
mengemukakan pendapat
2 Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti 63,82% 83,35%
pembelajaran ( meyelesaikan tugas mandiri atau
tugas kelompok )
3 Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi 72,25% 88,32%
kelompok
4 Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan 75,00% 91,66%
pembelajaran
5 Hubungan siswa dengan siswa lain selama 77,65% 86,11%
pembelajaran  ( Dalam kerja kelompok)
6 Partisipasi siswa dalam pembelajaran  80,55% 94,45%
(memperhatikan), ikut melakukan kegiatan
kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru).
Rata -Rata 70,33% 85,55%

Berdasarkan tabel 3 diatas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan
pembelajaran pada siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus1 yaitu sebesar
12,42%.

Selanjutnya  data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran terlihat pada table 4.

Table 4. Data Aktivitas Siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran.

No Indikator Ketercapaian
Siklus I Siklus II
1 Tidak memperhatikan penjelasan guru 27,75% 13,88%
2 Mengobrol dengan teman 19,44% 8,33%
3 Mengerjakan tugas lain 16,60% 5,50%
Rata - rata 21,26% 9,25%

Berdasarkan tabel 4 diatas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan dengan kegiatan
pembelajaran pada siklus 2 mengalami penurunan dibandingkan dengan siklus 1 yaitu sebesar
12,01%.

Data pemahaman Siswa tentang masalah HAM dan ketuntasan belajar dari siklus ke siklus dapat
dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.

Tabel 5. Data Pemahaman Siswa tentang masalah HAM dan ketuntasan belajar siswa .
No Aspek yang diamati Ketercapaian
Siklus I Siklus II
1 Nilai Rata-rata pemahaman HAM 7,01% 7,80%
2 Siswa yang telah tuntas 74,82% 89,96%
3 Siswa yang belum tuntas 16,52% 7,88%

Berdasarkan tabel 5 diatas, nilai rata-rata pemahaman siswa tentang masalah HAM mengalami
peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, begitu juga prosentase siswa yang mencapai ketuntasan
belajar meningkat dari siklus 1 ke siklus2 sebesar 15,14%.

 B. Pembahasan

          Siklus pertama dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Siswa dibagi menjadi delapan
kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 - 5  orang. Setiap anggota
kelompok  diberi lembaran kasus yang telah disediakan oleh guru. Tiap-tiap kelompok
melakukan pembahasan  dengan mengacu kepada buku pegangan dan Undang-Undang no. 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia serta Undang Undang Dasar 1945 (yang telah
diamandemen).

Hasil pengamatan guru menunjukan pada pembahasan siklus pertama dengan judul hak hidup
(pro dan kontra masalah pengguguran kandungan/aborsi), terlihat para siswa sangat antusias
dalam mengajukan pertanyaan dan memberikan argumentasi.

Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat keberanian siswa bertanya dan mengemukakan pendapat,
rerata perolehan skor pada siklus pertama 52,75 % menjadi 69,44 %, mengalami kenaikan 16,69
%. Begitupun dalam indikator motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran pada
siklus pertama rata-rata 63,82 % dan pada siklus kedus 83,35 % mengalami kenaikan 19,53 %.
Dalam indikator interaksi siswa selama mengikuti diskusi kelompok pada siklus pertama 72,25
% dan pada siklus kedua 88,32 % mengalami kenaikan sebesar 16,07 %. Dalam indikator
hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran, pada siklus pertama 75 % dan pada
siklus kedua 91,66 % mengalami kenaikan sebesar 16,66 %. Dalam indikator hubungan siswa
dengan siswa, pada siklus pertama 77,65 % sedangkan pada siklus kedua 86,11 % mengalami
kenaikan sebesar 8,46 %. Dalam indikator partisipasi siswa dalam pembelajaraan terlihata pada
siklkus pertama 80,55 %, sedangkan pada silklus kedua 94,45 % mengalam kenaikan sebesar
13,9 %.

Melalui model Problem Based Learning ini terlihat hubungan siswa dengan guru sangat
signifikan karena guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra
untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep creatif learning yaitu melalui discovery dan
invention serta creativity and diversity sangat menunjol dalam model pembelajaran ini. Dengan
model problem based learning guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan efisien yaitu
belajar bagaimana cara belajar ( learning how to learn). Dalam metode learning how to learn
guru hanya sebagai guide (pemberi arah/petunjuk) untuk membantu siswa jika menemukan
kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah. Melalui metode learning how to learn
siswa dapat mengeksplorasi dan mengkaji setiap persoalan, setiap kasus Hak Asasi Manusia
yang meliputi:

 1. Hak untuk hidup (membahas tentang pro dan kontra pengguguran kandungan/aborsi)
 2. Hak wanita (Hak perempuan) membahas tentang pro dan kontra perkawinan dibawah
tangan ( nikah syiri)
 3. Hak anak (membahas tentang peluang anak yang cacat untuk memperoleh pendidikan
serta untuk memperoleh perlakuan bahwa setiap orang baik yang normal maupun yang
cacat dilindungi oleh hukum

Dalam model Problem Based Learning melalui diskusi kelompok guru dapat mengamati
karakteristik atau gaya belajar masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka
membaca daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan
kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas visual (gaya
belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, saling mngajukan argumentasi
dengan cara mendengarkan siswa yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru kemudian
menyampaikan pendapatnya tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas
Auditorial (gaya belajar Auditorial). Dan siswa yang dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain
melihat, mendengar uraian dari siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan,
mampu membuktikan teori kedalam praktek,  mampu memecahkan masalah secara rasional,
tergolong kepada kelompok belajar yang memiliki potensi atau modalitas Kinestetik (gaya
belajar Kinestetik). Kelompok kinestetik ini tergolong kepada tipe belajar konvergen dimana
siswa memiliki kekuartan otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya dengan menggunakan
kata tanya “How” (bagaimana).

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas diatas prosentasi ketercapaian pada siklus npertama
mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus kedua, maka dapat disimpulkan bahwa
temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang dirumuskan pada bab II bahwa melalui model
Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah Hak Asasi
Manusia dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa SMK Negeri 3 Jakarta.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

 A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV diatas, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan
kelas ini yaitu:

 1. Skor rerata aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan
dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama keberanian siswa dalam
bertanya dan mengemukakan pendapat meningkat dari 70.33 % menjadi 85,55 %
mengalami kenaikan sebesar 15,22 %
 2. Skor rerata aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran mengalami
penurunan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama rerata skor
aktivitas siswa yang tidak relevan sebesar 21,26 %, sedangkan pada siklus kedua sebesar
9,25 % mengalami penurunan sebesar 12,01 %
 3. Skor rerata pemahaman siswa tentang masalah Hak Asasi Manusia, pada siklus
pertama sebesar 7,01 % dan pada siklus kedua pada siklus kedua 7,80 %, tergolong baik
demikian juga tentang penuntasan belajar pada siklus pertama 74,82 % dan pada siklus
kedua menjadi 89,96 %

 Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat dismpulkan bahwa model Problem Based
Learning  dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah Hak Asasi Manusia
dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa SMK Negeri 3 Jakarta.

 B. Saran

Berdasarkan temuan-temuan diatas, dapat diasarankan agar:

 1. Pembelajaran pengetahuan IPS pada umunya dan Pendidikan Kewarganegaraan pada


khususnya dapat menggunkan mdel Problem Based Learning sebagai salah satu alternatif
dalam proses penyampaian pembelajaran di Sekolah.
 2. melalui pembelajaran model Problem Based Learning, gurur dapat dengan mudah
merespon potensi atau modalitas siswa daoam setiap kelompok belajar, apakah tergolong
kepada kelompok Visual, atau kelompok Auditorial atau kelompok Kinestetik. Dengan
demikian seorang guru yang profesional dapat elbih efektif dapat melakuakn kegiatan
proses belajar mengajar, serta dengan mudah dapat merespon perbedaan0perbedaan
potensi yang dimiliki peserta didiknya
 3. Bersyukurlah kita senantiasa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berbanggalah kita
menjadi seorang guru yang dilibatkan (diikut-sertakan) dalam kegiatan penelitian
kegiatan kelas tahun 2007 ini. Berbuat lebih baik lagi, agar kita dapat menuntut yang
lebih baik. Bekerjalah hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dan besok harus lebih
baik daripada hari ini. Dengan demikian, maka kita termasuk orang-orang yang sukses.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, H. Rozali, dan Syamsir, 2002, Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Keberadaan
Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Jakarta, PT. Ghalia Indonesia

Affan Gaffar, 2002, Politik Indonesia, Transisi menuju Demokrasi, Jogjakarta, Pustaka Pelajar

Alfian, 1980, Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia, Jakarta, LP3ES

Anonim, 1993, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 50 tahun 1993 tentang Kominsi
Nasional Hak Asasi Manusia
             , 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi,
Jakarta

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bina
Aksara

Asshiddiqie, Jimly, 2005, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD
1945, Jogjakarta, FHUII Press

BP7 Pusat, 1995, UUD 1945, P4, GBHN, Bahan Penataran P4, Jakarta, BP7 Pusat

Budimansyah, Dasim, 2002, Model Pembelajaran dan Penelian Portofolio, Bandung, PT.
Genesindo

Budiardjo, Prof. Miriam, 1995, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia

Depdiknas, 2006, Standar Kompetensi Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2006,


Jakarta, Depdiknas

Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, 1984, Budaya Politik, Jakarta, Bina Aksara

Kaelan, MS, 2004, Pendidikan Pancasila, Jogjakarta, Edisi reformasi, penerbit Paradigma

Lemhanas, 2001, Pendidikan Kewarganegaraan., Jakarta, Gramedia Pustaka Umum

Magnis-Suseno, Franz, 200, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern,
Jakarta, Gramedia

Malian, Sobirin dan Marzuki Suparman, 2003, Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Asasi
Manusia, Jogjakarta, UII Press

Republik Indonesia, Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Tilaar, HAR, et, al, Dimensi-Dimensi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Persekolahan
Indonesia, Bandung, PT. Alumni

 Lampiran 1

PEDOMAN OBSERVASI

 A. Data Aktivitas Siswa yang Relevan dengan Pembelajaran

Ketercapaian
No. Indikator
Ya Tidak
1. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan
pendapat
Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti
2. pembelajaran (menyelesaikan tugas mandiri dan aktif
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru)
Interaksi siswa dalam mengikuti kegiatan
3.
pembelajaran  kelompok
4. Hubungan siswa dengan guru selama pembelajaran
Hubungan siswa dengan siswa lain selama
5.
pembelajaran ( dalam kerja kelompok
Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat, ikut
6. melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti
petunjuk guru)
 B. Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran

Ketercapaian
No. Indikator
Ya Tidak
1. Tidak memperhatikan penjelasan guru
2. Mengobrol dengan teman
3. Mengerjakan tugas lain

FORMAT PENILAIAN KELOMPOK

Penguasaan Ketepatan
No. Nama. Keberanian Kerjasama
Materi Jawaban
    5 7 9 5 7 9 5 7 9 5 7 9
1                          
2                          
3                          
4                          
5                          
6                          
7                          
8                          
9                          
10                          
11                          
12                          
13                          
14                          
15                          
16                          
17                          
18                          
19                          
20                          
21                          
22                          
23                          
24                          
25                          
26                          
27                          
28                          
29                          
30                          
31                          
32                          
33                          
34                          
35                          
36                          
37                          

 
 

Nama  :
Kelas   :

Lampiran 2LEMBARAN KASUS 1

HAK UNTUK HIDUP

Martina seorang gadis berusia 19 tahun berpacaran dengan pria bernama Anton berusia 25 tahun.
Mereka sudah berhubungan lebih kurang 1 tahun, sehingga dalam hubungan mereka yang begitu
akrab mereka melakukan hubungan suami istri yang mengakibatkan Martina hamil. Pacarnya
Anton tidak menghendaki kehamilan tersebut karena Anton belum punya pekerjaan tetap dan
belum siap untuk menikah. Saat itu Anton menyuruh Martina menggugurkan kandungannya.

Pertanyaan untuk didiskusikan:

 1. Apakah sikap Anton melanggar Hak Asasi Manusia


 2. Bagaiman tindakan Martina seharusnya?
 3. Dalam hal keadaan bagaimana seorang dokter dapat melayani pengguguran
kandungan?
 4. Kemukakan dampak negatif dari perbuatan Aborsi bagi seorang wanita!

Nilai :                                   Paraf Guru:

Nama  :
Kelas   :

LEMBARAN KASUS 2HAK WANITA

Banyaknya kasus pernikahan dibawah tangan karena rendahnya sanksi hukum di Jakarta,
ternyata banyak para suami yuang memiliki istri lebuih dari satu dengan cara dnikah di bawah
tangan. Menurut ketua Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jakarta,
Ismail, maraknya perkawinan dibawah tangan karena dalam undang undang perkawinan tersebut
tidak ada sanksi hukum yang cukup berat. Menurut Ismail, secara keagamaan, pernikahan yang
dilakukan di bawah tangan itu tetap syah. Hanya saja secara hukum normatif, kegiatan
perkawinan itu tidak tercatat. Dampaknya istri maupun anak-anak dari hasil perkawinan dibawah
tangan itu tidak memiliki hak kepedataan misalnya, hak waris atau hak memperoleh nafkah.
(Sumber: Republika 28 Mei 2004)
Pertanyaan:

 1. Bagaimana pendapat anda menganai praktek pernikahan di bawah tangan?


 2. jika anda seorang perepuan, apakah anda setuju dengan praktek pernikahan di bawah
tangan?
 3. Bagaimana perlindungan Hak-hak istri serta anak dari hasil pernikahan di bawah
tangan?
 4. Pendapat apa yang dapat anda berikan untuk melindungi istri dan anak-anak dari hasil
pernikahan di bawah tangan?

Nilai :                                   Paraf Guru:

 
Lampiran 3

DATA HASIL PENELITIAN

Data Aktivitas Siswa yang Relevan dengan Pembelajaran

Jumlah Siswa Prosentase


No. Indikator
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2
Keberanian siswa dalam bertanya dan
1. 19 28 52,77 69,44
mengemukakan pendapat
Motivasi dan kegairahan dalam
mengikuti pembelajaran
2. (menyelesaikan tugas mandiri dan 23 30 63,88 83,33
aktif mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru)
Interaksi siswa dalam mengikuti
3. 26 32 72,22 88,32
kegiatan pembelajaran  kelompok
Hubungan siswa dengan guru selama
4. 27 33 75,00 91,66
pembelajaran
Hubungan siswa dengan siswa lain
5. selama pembelajaran (dalam kerja 28 32 77,65 86,11
kelompok)
Partisipasi siswa dalam pembelajaran
(melihat, ikut melakukan kegiatan
6. 29 34 80,55 94,55
kelompok, selalu mengikuti petunjuk
guru)
Rerata 25,33 31,00 70,34 85,55

Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran


 

Jumlah Siswa Prosentase


No. Indikator
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2
Tidak memperhatikan penjelasan
1. 10 5 27,75 13,88
guru
2. Mengobrol dengan teman 7 3 19,44 8,33
3. Mengerjakan tugas lain 6 2 16,60 5,50
Rerata 7,66 3,33 21,26 9,23

PEROLEHAN SKOR HASIL BELAJAR SISWA

TENTANG HAK ASASI MANUSIA


No. Nama Nilai Siklus 1 Nilai Siklus 2
1 Abdurrahman Saleh 8,00 8,50
2 Agung Novianto 8,00 8,25
3 Agustia Ardila 7,50 8,00
4 Allisa Septia Indriani 5,25 6,.50
5 Aprilia Rulis 8,50 8,50
6 Dessy Lestari 4,75 6,00
7 Dini Tri Rulita Sari 9,00 9,50
8 Eka Novita Sari 5,50 7,00
9 Elysa Andelany A 6,75 7,50
10 Erliawati Suci 9,75 9,75
11 Evany Rodhiyah 7,75 8,75
12 Fina Nurfitriana 6,25 7,00
13 Fitria Aprilliani 6,00 7,00
14 Fitria Nurtiani 9,75 9,75
15 Ika Ayu Puji Lestari 9,00 9,00
16 Kuni Julita Sari 6,50 7,50
17 Mentari 4,75 6,00
18 Nungki Saraswati 4,75 6,00
19 Okti Marina 8,00 8,50
20 Putri Dina Sulistiyani 8,00 9,00
21 Resti Pratiwi 8,25 8,50
22 Ris Triadi - -
23 Septiasih 9,00 9,00
24 Siti Lutfiah 7,50 8,00
25 Sri Wahyuni 4,00 6,00
26 Syadat Faillah Syaifatul 8,00 8,50
27 Syawallyyah Handayani 4,00 6,00
28 Tia Ashari 5,25 6,75
29 Tria Oktarianti 8,75 9,00
30 Ulfah Nurillah 6,00 7,50
31 Umanti 7,75 8,00
32 Wenny Wulandari 6,00 7,00
33 Wike Widowati 7,25 7,75
34 Wina Waskilah Dewi 9,00 9,00
35 Wisika 5,50 6,50
36 Wulandari 6,50 7,50
37 Yuli Yana Wulansari 6,00 7,25
Rerata 7,01 7,80
Diketahui oleh:

Kepala SMK Negeri 3 Jakarta

Drs. Dedi Dwitagama, MM, Msi.

NIP. 131765462

Jakarta, November 2007

Peneliti

Drs. Aston L. Toruan SH.

NIP. 130523414

Lampiran 4

TIPE GAYA BELAJAR ANDA

PETUNJUK PENGISIAN

 1. Baca pernyataan/pertanyaan, pilih jawaban yang paling cocok dan paling natural pada
anda!
 2. Pertanyaan yang mungkin perlu anda perhatikan adalah, “Manakah yang paling cocok
dengan diri saya saat ini?”
 3. Anda boleh memilih dua atau bahkan semua pilihan jawaban yang tersedia dengan
catatan demikianlah adanya diri anda !
 4. Tulis jawaban anda di lembar soal yang telah disediakan
 5. Apabila anda tidak menjawab dengan akurat maka hasil tes ini tidak akan
menggambarkan diri anda yang sesungguhnya.
SELAMAT MENGERJAKAN

 1. Jika anda bertemu dengan teman baru, apa yang biasanya anda perhatikan pertama
kali?
 a. penampilan dan cara berpakaiannya
 b. cara berbicara saat mengucapkan kata-kata atau suaranya
 c. cara mereka bertingkah laku atau berperilaku
 2. beberapa hari setelah anda bertemu dengan orang baru, apa yang biasanya paling anda
ingat dari orang tersebut?
 a. wajah
 b. nama
 c. sesuatu yang anda lakukan bersamanya meski lupa nama dan wajahnya
 3. saat anda memasuki ruangan yang baru apa yang paling anda perhatikan
 a. keadaan ruangan
 b. suara ataupun diskusi yang berlangsung di ruangan tersebut
 c. aktifitas yang sedang berjalan yang dilakukan diruangan tersebut
 4. Jika anda mempelajari sesuatu yang baru, cara mana yang paling anda sukai?
 a. diberui bahan untuk dibaca dan ditunjukkan buku-buku, gambar, grafik, peta, bagan
atau objek
 b. diberikan penjelasan melalui diskusi dan kesempatan bertanya, tetapi tidak diberikan
sesuatu untuk dilihat, dibaca, ditulis atau dikerjakan
 c. diberikan kesempatan untuk mengerjakan sebuah projek, simulasi, percobaan,
permainan, eksplorasi dan penemuan-penemuan yang memungkinkan anda bergerak
bebas dalam belajar
 5. Saat anda harus mengajar orang lain, manakah yang akan anda lakukan?
 a. memberikan sesuatu kepada mereka untuk dihormati seperti suatu objek, gambar atau
bagan
 b. anda akan menjelaskan dengan berbicara, tetapi tidak memberikan materi visual
apapun
 c. anda mendemonstrasikan dan mengajak mereka melakukan secara bersama-sama
 6. Jenis buku apa yang paling anda suka?
 a. buku yang berisi penjelasan untuk membantu memahami situasi
 b. buku yang berisi informasi faktual, sejarah atau dialog-dialog
 c. buku saku yang berisi tips olahraga, hobi, atau cara mengembangkan bakat
 7. Jenis aktivitas apa yang akan anda lakukan dalam waktu senggang anda?
 a. membaca buku atau majalah
 b. mendengarkan pelajaran lewat kaset atau radio
 c. berolahraga atau melakukan permainan yang membutuhkan gerakan tubuh
 8. Berikut ini situasi mana yang anda anggap paling enak untuk membaca atau
mempelajari sesuatu
 a. anda tetap bisa belajar dengan diiringi musik atau suara-suara bising disekelling anda
 b. anda tidak akan bisa belajar bila ada musik atau kebisingan di sekeliling anda
 c. anda harus merasa nyaman, tetap bisa belajar baik dengan atau tanpa musik tapi
aktivitas dan kegiatan yang berlagsung di ruangan bisa mempengaruhi proses belajar
anda
 9. Saat anda berbicara dengan seseorang kemanakah arah pandangan mata anda?
 a. anda merasa harus melihat tepat diwajah orang yang anda ajak berbicara dan iapun
harus melihat wajah anda
 b. anda memandangnya hanya sekilas saja dan kemudian mata anda melihat dari satu sisi
ke sisi yang lain, ke kanan atau kekiri
 c. anda sering memandangnya dan melihat ke bawah atau ke arah lain, tetapi jika ada
suatu gerakan maka anda akan mengalihkan pandangan ke arah gerakan tersebut
 10. Pernyataan manakah yang paling pas menggambarkan diri anda
 a. anda senang mengamati warna, bentuk, dan desain
 b. anda tidak biasa tinggal diam dan jika sekeliling anda begitu sunyi maka anda akan
bersenandung atau menghidupkan tv agar diruangan tersebut selalu ada suara
 c. Anda merasa kesulitan bila harus duduk berlama-lama dan harus banyak bergerak dan
bila anda harus duduk anda akan membungkuk, bergeser-geser, atau sering menggerak-
gerakkan kaki

 
 

Lampiran 5

RENCANA PEMBELAJARAN

Nama Sekolah             : SMK Negeri 3 Jakarta

Mata Pelajaran            : Pendidikan Kewarganegaraan

Kelas                                      : I (satu) SMK

Semester                      : 1 (satu)

Waktu                            : 2 X 45 menit (1 x pertemuan)

Kompetensi Dasar                : Kemampuan Menganalisis Penegakan HAM dan Implikasinya

 I. Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat menganalisis pengertian HAM, macam-macam HAM dan perkembangan Hak Asasi
Manusia
 II. Materi Ajar

Penegakan Hak Asasi Manusia dan Implikasinya:

 1. Pengertian Hak Asasi Manusia


 2. Macam-macam Hak Asasi Manusia
 3. Perkembangan Hak Asasi Manusia dalam piagam Hak Asasi Manusia

 III. Media/Metode Pembelajaran

 1. Kliping tentang Hak Asasi Manusia


 2. Kasus yang berhubungan dengan Hak Asasi Manusia
 3. Lembar pengamatan/skala sikap
 4. Kertas
 5. Alat tulis

 IV. Langkah-Langkah Pembelajaran

Langkah Pembelajaran 1 (Apersepsi):

 Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang Hak Asasi Manusia


 Menunjukkan gambar-gambar tokoh-tokoh yang berjasa dalam memperjuangkan Hak
Asasi Manusia

Kegiatan Inti:

 Membagi siswa dalam kelompok belajar, masing-masing kelompok belajar terdiri dari 4 -
5 orang :
 a. siswa 1 membahas hak untuk hidup
 b. siswa 2 membahas hak wanita
 c. siswa 3 membahas hak anak
 d. siswa 4 membahas hak turut serta dalam pemerintah
 e. siswa 5 membahas hak memperoleh keadilan
 Siswa-siswa dengan nomor yang sama membentuk kelompok baru membahas hak asasi
sesuai tugas pada nomornya
 Memastikan semua siswa memiliki catatan hasil diskusi tersebut, sehingga dalam waktu
yang bersamaan semua siswa akan mendapat jawaban dari kelima kasus
 Salah satu siswa melaporkan hasilnya didepan kelas dan yang lainnya menyimak laporan
tersebut
 Guru memberikan penguatan dan klarifikasi terhadap laporan dan jawaban siswa

Kegiatan Akhir:

Penilaian

Data kemajuan belajar siwa diperoleh dari:

 1. Partisipasi siswa dalam kerja kelompok


 2. Lembar kerja pengumpulan daftar kerja kelompk
 3. Cara siswa menyampaikan usul deskriptif secara lisan
 4. Hasil laporan siswa terhadap kasus yang dibahas
 5. Lembar pengamatan/skala sikap
 6. Sikap dan perilaku selama kerja kelompok

Catatan:

Dilakukan refleksi diakhir pembelajaran:

 1. Bertanya kepada siswa apakah senang dengan kegiatan belajar yang baru saja diikuti?
 2. Apakah melalui kegiatan belajar demikian anda lebih memahami Hak Asasi Manusia?

Mengetahui,

Kepala SMK Negeri 3 Jakarta

Drs. Dedi Dwitagama, MM, MSi.

NIP. 131765462

Jakarta, November 2007

Guru Yang Bersangkutan

 
 

Drs. Aston L. Toruan SH

NIP. 130523414

Lampiran 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONALIA PENELITIAN

 Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Aston L. Toruan SH


 Pangkat/Golongan : Pembina/IV/A
 NIP : 130523414
 Jabatan Fungsional : Guru
 Bidang Keahlian : Pendidikan Kewarganegaraan
 Tempat Kerja : SMK Negeri 3 Jakarta
 Agama : Kristen
 Umur : 56 tahun
 Alamat Rumah : Jl. Bambu Wulung Rt. 003/05

  No.14 Bambu Apus Cipayung

  Jakarta Timur

 Riwayat Pendidikan :

1. SMA Negeri Siborong-borong                           Lulus tahun 1969

2. IKIP Negeri Jakarta (S1)                                    Lulus tahun 1978

3. Fakultas Hukum Universitas Indonesia (S1)   Lulus tahun 1987

 Penelitian yang dilakukan : -


 Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan : -
Jakarta, November 2007

Drs. Aston L. Toruan SH

Lampiran 7

FOTO-FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN

Guru Sedang Menjelaskan pengertian Hak Asasi Manusia dengan metode Problem Based
Learning

Murid-murid sedang memperoleh penjelasan dari guru tentang masalah HAM dan model
pembelajaran Problem Based Learning

Siswa-siswi sedang sibuk mendiskusikan materi dibawah bimbingan guru

Guru menjelaskan dan mengarahkan pemecahan masalah.

Para siswa sedang mendiskuskan materi/kasus dengan metode Problem Based Learning

Para siswa sedang mendiskuskan materi/kasus dengan metode Problem Based Learning
Kelompok diskusi sedang menyampaikan kesimpulan dari hasil kerja kelompok mereka dengan
bimbingan guru

Guru sedang menulis pokok-pokok masalah HAM sesuai UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia (gambar atas),

Guru sedang memberikan pertanyaan kepada salah seorang siswa tentang masalah Hak Asasi
Manusia (gambar bawah)

Kelompok diskusi sedang menyampaikan kesimpulan dari hasil kerja kelompok mereka dengan
bimbingan guru

Para siswa melalui kelompok belajar (diskusi kelompok) mempresentasikan hasil kerja mereka
di depan kelas dibawah bimbingan dan arahan guru

[1] E. Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteistik dan implementasi


( Bandung, Remaja Rosda Karya, 2003) Halaman 45

[2] NADIROH, Profesionalisme Guru PKn sebagai esensi dari Social Studies, dalam JURNAL
DIAMIKA PENDIDIKAN ( Jurnal Pasca Sarjana UNJ) Volume 1, No.1, Sept. 2007, p. 1-2

[3] NADIROH, Loccit

[4] Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta, Bina Aksara, 1998, h. 2

Penelitian Tindakan Kelas

oleh: Drs. Tatang Sunendar, M.Si.


Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat

A. Latar Belakang

Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk
dilakukan oleh para profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di
berbagai bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah sosial
(pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di masyarakat pada saat itu.
PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal
kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses
pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang
dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan.
Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana
tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan
sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai.

Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu
penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi
dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan
berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai
penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu
harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-
masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru
mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.

B. Mengapa Penelitian Tindakan Kelas Penting ?

Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan
profesional seorang guru :

1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika
pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang dia
dan muridnya
2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi
sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama
bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti di
bidangnya.
3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses
pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang
terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah
aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.
4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu
meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi
dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan
upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik
pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
6. Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki
dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga
meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru;
meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta
menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.
C. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika
yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya
dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave
Ebbutt, dan sebagainya.

PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini
keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra,
terutama jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.

Jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang pengembangan organisasi, manejemen,
kesehatan atau kedokteran, pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian
ini dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di
dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok
bahasan tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut ini akan dikemukan
mengenai hakikat PTK.

Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial
dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Seluruh
prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan
hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan profesional. Pendapat yang
hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan bahwa PTK
adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta–pesertanya dalam situasi
sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat
dilakukan praktik-praktik tersebut (Kemmis dan Taggart, 1988).

Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan bahwa
yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para
partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan)
untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang
dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi
( dan lembaga-lembaga ) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Harjodipuro, 1997).

Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk
memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan
praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk
mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap
mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap
proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani
bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan
bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah dalam rangka
guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri
sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk
selanjutnya, diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan
hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi
dewasa.

Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa
bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut
diharapkan dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang disertai dengan meneliti
semua “ aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan
kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi” nya masih terdapat kekurangan, dia akan
bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya tidak
terjadi permasahan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu
penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan
oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian
terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di
antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang diselenggarakan oleh
guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang
mengganjal di kelas.

D. Jenis dan Model PTK

Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK memiliki karakteristik yang relatif
agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian
naturalistik, eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis
penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen.
PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis digunakan
pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian eksperimen,
karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian,
dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari
karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1) didasarkan pada masalah
yang dihadapi guru dalam instruksional; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3)
penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan
atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah
dengan beberapa siklus.

Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis,
(3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek (Winter,
1996). Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut.

1. Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan
khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan
kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu
upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga
dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.
2. Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia
melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia
melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang
merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi
internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya
kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit
tersebut bersifat stabil.
3. Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain
seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu
diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh
karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi
dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi
dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau
kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu
proses dapat berlangsung.Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang
yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap
sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai
permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut
pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara
tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dari berbagai pihak.
Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap
sebagai figur yang memiliki ,kewenangan dan tanggung jawab untuk menentukan apakah
sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat
dikatakan bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan
sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.
4. Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani
mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang
mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk
melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian,
aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan
sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya
menyebabkan pandangannya berubah.
5. Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal
karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur
jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif.
Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus
mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh,
seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya
harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi
belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.
6. Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan
praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan
dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk
mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian
konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang terpisah.
Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat
digunakan dan dikembangkan bersama.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk
penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif maupun
paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan,
terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.

E. Jenis Penelitian Tindakan Kelas

Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4)
PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat
mengenai keempat jenis PTK tersebut.

1. PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang
dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosia
dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah
apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan
antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.
2. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang
yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak
awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak penencanan
panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan
mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil
panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada
butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan
terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.
3. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya
melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa
yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan
dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan
sehari-hari.
4. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK
diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif
dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan
belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang
ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini
diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk
mencapai tujuan pengajaran.

F. Model-model Penelitian Tindakan Kelas


Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di
antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot,
dan (4) Model Dave Ebbutt.

1. Model Kurt Lewin; di depan sudah disebutnya bahwa PTK pertama kali diperkenalkan
oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin
ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan
( planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) Observasi (observing), dan (4) refleksi
(reflecting) (Lewin, 1990). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang
dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi :
(1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (implementing), dan (3) Penilaian
(evaluating) (Ernest, 1996).
2. Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu
Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih
detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan
terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi
kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan
belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini,
supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi
atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya
setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran
terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik
di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu
langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John
Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model
sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut ini.

SIKLUS PELAKSANAAN PTK


Gambar 4: Riset Aksi Model John Elliot

G. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Banyak model PTK yang dapat diadopsi dan diimplementasikan di dunia pendidikan. Namun
secara singkat, pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan
berkesinambungan: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan
(observing), dan (4) refleksi (reflecting). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu
Tahapan Pra PTK, yang meliputi:

 Identifikasi masalah
 Analisis masalah
 Rumusan masalah
 Rumusan hipotesis tindakan

Tahapan Pra PTK ini sangat esensial untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan
disusun. Tanpa tahapan ini suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu
penelitian ilmiah. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan guna menuntut pelaksanaan tahapan
PTK adalah sebagai berikut ini.

1. Apa yang memprihatinkan dalam proses pembelajaran?


2. Mengapa hal itu terjadi dan apa sebabnya?
3. Apa yang dapat dilakukan dan bagaimana caranya mengatasi keprihatinan tersebut?
4. Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk membantu mencari fakta apa yang
terjadi?
5. Bagaimana cara mengumpulkan bukti-bukti tersebut?

Jadi, tahapan pra PTK ini sesungguhnya suatu reflektif dari guru terhadap masalah yang ada
dikelasnya. Masalah ini tentunya bukan bersifat individual pada salah seorang murid saja, namun
lebih merupakan masalah umum yang bersifat klasikal, misalnya kurangnya motivasi belajar di
kelas, rendahnya kualitas daya serap klasikal, dan lain-lain.

Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan Pra PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat.

1. Perencanaan Tindakan; berdasarkan pada identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap
pra PTK, rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang
ditentukan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala
keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari materi/bahan ajar, rencana pengajaran yang
mencakup metode/ teknik mengajar, serta teknik atau instrumen observasi/ evaluasi,
dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan ini. Dalam tahap ini perlu juga
diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul pada saat tahap implementasi
berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih dari diharapkan pelaksanaan PTK dapat
berlangsung dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.
2. Pelaksanaan Tindakan; tahap ini merupakan implementasi ( pelaksanaan) dari semua
rencana yang telah dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi
dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya.
Langkah-langkah yang dilakukan guru tentu saja mengacu pada kurikulum yang berlaku,
dan hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektifitas keterlibatan kolaborator sekedar
untuk membantu si peneliti untuk dapat lebih mempertajam refleksi dan evaluasi yang dia
lakukan terhadap apa yang terjadi dikelasnya sendiri. Dalam proses refleksi ini segala
pengalaman, pengetahuan, dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan.
3. Pengamatan Tindakan; kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan
rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang
dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti.
Pada tahap ini perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis instrumen ukur
penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan observasi dan
evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini guru bisa dibantu
oleh pengamat dari luar (sejawat atau pakar). Dengan kehadiran orang lain dalam
penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Hanya saja pengamat
luar tidak boleh terlibat terlalu dalam dan mengintervensi terhadap pengambilan
keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Terdapat empat metode observasi, yaitu
: observasi terbuka; observasi terfokus; observasi terstruktur dan dan observasi sistematis.
Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam observasi, diantaranya a) ada perencanaan
antara dosen/guru dengan pengamat; (b) fokus observasi harus ditetapkan bersama; (c)
dosen/guru dan pengamat membangun kriteria bersama; (d) pengamat memiliki
keterampilan mengamati; dan (e) balikan hasil pengamatan diberikan dengan segera.
Adapun keterampilan yang harus dimiliki pengamat diantaranya : (a) menghindari
kecenderungan untuk membuat penafsiran; (b) adanya keterlibatan keterampilan antar
pribadi; (c) merencanakan skedul aktifitas kelas; (d) umpan balik tidak lebih dari 24 jam;
(d) catatan harus teliti dan sistemaris
4. Refleksi Terhadap Tindakan; tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang
didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari
eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan
untuk melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat observasi.
Keterlebatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk dapat lebih tajam
melakukan refleksi dan evaluasi. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman,
pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas
yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan sehingga
dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih.Proses refleksi ini memegang
peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu
refleksi yang tajam dan terpecaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan
akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya. Refleksi yang tidak tajam akan
memberikan umpan balik yang misleading dan bias, yang pada akhirnya menyebabkan
kegagalan suatu PTK. Tentu saja kadar ketajaman proses refleksi ini ditentukan oleh
kejataman dan keragaman instrumen observasi yang dipakai sebagai upaya triangulasi
data. Observasi yang hanya mengunakan satu instrumen saja. Akan menghasilkan data
yang miskin.Adapun untuk memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan kelebihan
dan kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan siiklus selanjutnya.
Pelaksanaan refleksi diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam artinya begitu selesai
observasi langsung diadakan refleksi bersama kolaborator.

Demikianlah, secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus.
Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara bersinambungan seperti sebuah spiral.

Kapan siklus-siklus tersebut berakhir? Pertanyaan ini hanya dapat dijawab oleh si peneliti
sendiri. Kalau dia sudah merasa puas terhadap hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan PTK
yang dia lakukan, maka dia akan mengakhiri siklus-siklus tersebut. Selanjutnya, dia akan
melakukan satu identifikasi masalah lain dan kemudian diikuti oleh tahapan-tahapan PTK baru
guna mencari solusi dari masalah tersebut.

You might also like