You are on page 1of 19

Definisi Kufur dan Jenis-jenisnya

Posted on February 15, 2008 by Abu Aisyah Al Kediri

Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan

[A]. Definisi Kufur


kufur secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara’ kufur adalah tidak
beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau tidak
mendustakannya.

[B]. Jenis Kufur


Kufur ada dua jenis : Kufur Besar dan Kufur Kecil

Kufur Besar
Kufur besar bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Kufur besar ada lima macam

[1]. Kufur Karena Mendustakan


Dalilnya adalah firman Allah.

‘Artinya : Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang mengada-adakan
dusta terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala yang hak itu datang
kepadanya ? Bukankah dalam Neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang
kafir ?” [Al-Ankabut : 68]

[2]. Kufur Karena Enggan dan Sombong, Padahal Membenarkan.


Dalilnya firman Allah.

“Artinya : Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat, ‘Tunduklah kamu
kepada Adam’. Lalu mereka tunduk kecuali iblis, ia enggan dan congkak dan adalah ia
termasuk orang-orang kafir” [Al-Baqarah : 34]

[3]. Kufur Karena Ragu


Dalilnya adalah firman Allah.

“Artinya : Dan ia memasuki kebunnya, sedang ia aniaya terhadap dirinya sendiri ; ia


berkata, “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira
Hari Kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku,
niscaya akan kudapati tempat kembali yang baik” Temannya (yang mukmin) berkata
kepadanya, ‘Apakah engkau kafir kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes air mani, kemudian Dia menjadikan kamu seorang laki-laki ? Tapi
aku (percaya bahwa) Dialah Allah Rabbku dan aku tidak menyekutukanNya dengan
sesuatu pun” [Al-Kahfi : 35-38]
[4]. Kufur Karena Berpaling
Dalilnya adalah firman Allah.

“Artinya : Dan orang-orang itu berpaling dari peringatan yang disampaikan kepada
mereka” [Al-Ahqaf : 3]

[5]. Kufur Karena Nifaq


Dalilnya adalah firman Allah

“Artinya : Yang demikian itu adalah karena mereka beriman (secara) lahirnya lalu kafir
(secara batinnya), kemudian hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak dapat
mengerti” [Al-Munafiqun : 3]

Kufur Kecil
Kufur kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, dan ia
adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Seperti
kufur nikmat, sebagaimana yang disebutkan dalam firmanNya.

“Artinya : Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkari dan


kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir” [An-Nahl : 83]

Termasuk juga membunuh orang muslim, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Mencaci orang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu
kekufuran” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]

Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Janganlah kalian sepeninggalku kembali lagi menjadi orang-orang kafir,


sebagian kalian memenggel leher sebagian yang lain” [Hadits Riwayat Bukhari dan
Muslim]

Termasuk juga bersumpah dengan nama selain Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda.

“Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur
atau syirik” [At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta dishahihkan oleh Al-Hakim]

Yang demikian itu karena Allah tetap menjadikan para pelaku dosa sebagai orang-orang
mukmin. Allah berfirman.

“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenan
dengan orang-orang yang dibunuh” [Al-Baqarah : 178]
Allah tidak mengeluarkan orang yang membunuh dari golongan orang-orang beriman,
bahkan menjadikannya sebagai saudara bagi wali yang (berhak melakukan) qishash[1].

Allah berfirman

“Artinya : Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudarnya, hendaklah (yang
memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af)
membayar (diat) kepada yangmemberi maaf dengan cara yang baik (pula)” Al-Baqarah :
178]

Yang dimaksud dengan saudara dalam ayat di atas –tanpa diargukan lagi- adalah saudara
seagama, berdasarkan firman Allah.

“Artinya : Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya
terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga
golongan itu kembali, kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada
perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin
adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah
kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” [Al-Hujurat : 9-10] [2]

Kesimpulan Perbedaan Antara Kufur Besar Dan Kufur Kecil

[1]. Kufur besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan (pahala)
amalnya, sedangkan kufur kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam,
juga tidak menghapuskan (pahala)nya sesuai dengan kadar kekufurannya, dan pelakunya
tetap dihadapkan dengan ancaman.

[2]. Kufur besar menjadikan pelakunya kekal dalam neraka, sedankan kufur kecil, jika
pelakunya masuk neraka maka ia tidak kekal di dalamnya, dan bisa saja Allah
memberikan ampunan kepada pelakunya, sehingga ia tiada masuk neraka sama sekali.

[3]. Kufur besar menjadikan halal darah dan harta pelakunya, sedangkan kufur kecil tidak
demikian.

[4]. Kufur besar mengharuskan adanya permusuhan yang sesungguhnya, antara


pelakunya dengan orang-orang mukmin. Orang-orang mukmin tidak boleh mencintai dan
setia kepadanya, betapun ia adalah keluarga terdekat. Adapun kufur kecil, maka ia tidak
melarang secara mutlak adanya kesetiaan, tetapi pelakunya dicintai dan diberi kesetiaan
sesuai dengan kadar keimananny, dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan
kemaksiatannya.

Hal yang sama juga dikatakan dalam perbedaan antara pelaku syirik besar dan syirik
kecil
[Disalin dari kitab At-Tauhid Lis Shaffitss Tsalis Al-Ali, Edisi Indonesia Kitab Tuhid 3,
Penulis Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Penerjemah Ainul Harits Arifin
Lc, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. Qishash ialah mengambil pembalasan yang sama. Qishash itu tidak dilakukan bila
yang membunuh mendapat pemaafan dari ahlis waris yang terbunuh yaitu dengan
membayar diat (ganti rugi) yang wajar. Pembayaran diat diminta dengan baik, umpanya
dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaknya membayar
dengan baik, umpanya dengan tidak menangguh-nagguhkannya. Bila ahli waris si korban
sesudah Allah menjelaskan hukum-hukum ini membunuh yang bukan si pembunuh atau
membunuh si pembunuh setelah menerima diat maka terhadapnya di dunia di ambil
qishah dan di akhirat dia mendapat siksa yang pedih

KUFUR, DEFINISI DAN JENISNYA


http://aqidah-wa-manhaj.blogspot.com

A. Definisi Kufur

Kufur secara bahasa bererti menutupi. Sedangkan menurut syara’, kufur adalah
tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya atau
tidak mendustakannya

B. Jenis Kufur

Kufur ada dua jenis: Kufur Besar dan Kufur Kecil

Kufur Besar

Kufur besar mampu mengeluarkan seorang dari agama Islam. Kufur besar ada
lima jenis:

1. Kufur kerana mendustakan, dalilnya adalah firman Allah,

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan


dusta terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala yang haq itu datang
kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat bagi orang-orang
yang kafir?” (Al-Ankabut: 68)

2. Kufur kerana enggan dan sombong, padahal membenarkan (meng-iyakan),


dalilnya firman Allah,
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Tunduklah kamu
kepada Adam. Lalu mereka tunduk kecuali Iblis; ia enggan dan takkabur, dan
adalah ia termasuk orang-orang kafir.” (Al-Baqarah: 34)

3. Kufur kerana ragu, dalilnya adalah firman Allah,

Dan ia memasuki kebunnya, sedang ia zalim terhadap dirinya sendiri; ia


berkata, ‘Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak
mengira Hari Kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan
kepada Rabbku, niscaya akan kudapati tempat kembali yang lebih baik
daripada kebun-kebun itu.’ Temannya (yang mukmin) berkata kepadanya
sedang dia bercakap-cakap dengannya, ‘Apakah engkau kafir kepada (Rabb)
yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setitis air mani, kemudian
Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? Tapi aku (percaya
bahawa) Dialah Allah Rabbku dan aku tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatupun’. (Al-Kahfi: 35-38)

4. Kufur kerana berpaling (tidak meng-endahkan), dalilnya adalah firman


Allah,

Dan orang-orang kafir itu berpaling dari peringatan yang disampaikan kepada
mereka.” (Al-Ahqaf: 3)

5. Kufur kerana nifaq, dalilnya adalah firman Allah,

Yang demikian itu adalah kerana mereka beriman (secara lahirnya, lalu kafir
(secara batinnya)), kemudian hati mereka dikunci mati, kerana itu mereka
tidak dapat mengerti.” (Al-Munafiqun: 3)

Kufur Kecil

Kufur kecil iaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama
Islam, dan ia adalah kufur amali (perbuatan). Kufur amali ialah dosa-dosa yang
disebutkan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi
tidak mencapai darajat/ke tahap kufur besar. Seperti kufur nikmat,
sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya,

Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan


kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” (An-Nahi: 83)

Termasuk juga membunuh orang muslim, sebagaimana yang disebutkan dalam


sabda Nabi ,

Mencaci orang Islam adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu
kekufuran. (Hadis Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Dan sabda beliau s.a.w.,

Janganlah kalian sepeninggalku kembali lagi menjadi orang-orang kafir,


sebahagian kalian memenggal leher sebagian yang lain. (Hadis Riwayat al-
Bukhari dan Muslim)

Termasuk juga bersumpah dengan nama selain Allah. Nabi s.a.w. bersabda,

Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur
atau syirik. (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta
dishahihkan oleh al-Hakim)

Yang demikian itu kerana Allah tetap menjadikan para pelaku dosa sebagai
orang-orang mukmin. Allah berfirman,

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh. (al-Baqarah: 178)

Allah tidak mengeluarkan orang yang membunuh dari golongan orang-orang


beriman, bahkan menjadikannya sebagai saudara bagi wali yang (berhak
melakukan) qishash (Qishash ialah mengambil pembalasan yang sama (balas
bunuh bagi kesalahan membunuh). Qishash itu tidak dilakukan bila yang
membunuh mendapat pemaafan dari ahli waris yang terbunuh iaitu dengan
membayar diat (ganti rugi) yang wajar. Pembayaran diat diminta dengan baik,
umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh
hendaknya membayar dengan baik, umpamanya dengan tidak menangguh-
nangguhkannya. Bila ahli waris si korban sesudah Allah menjelaskan hukum-
hukum ini membunuh yang bukan si pembunuh atau membunuh si pembunuh
setelah menerima diat maka terhadapnya di dunia diambil qishash dan di
akhirat dia mendapat siksa yang pedih.” (pent.)).

Allah s.w.t. berfirman,

Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang


memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
maaf membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik
(pula). (Al-Baqarah: 178)

Yang dimaksudkan dengan saudara dalam ayat di atas tanpa diragukan lagi,
adalah saudara seagama, berdasarkan firman Allah,

Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat
zalim terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat
aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan
itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya
dengan adil, dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara kerana
itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat.” (al-Hujurat: 9-1O) (Lihat Syarah ath-Thahawiyah, al-
Maktab al-Islami hal. 361)

Kesimpulan Perbedaan antara Kufur Besar dengan Kufur Kecil:

1. Kufur besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan


(pahala) amalnya, sedangkan kufur kecil tidak menjadikan pelakunya keluar
dari agama Islam, juga tidak menghapuskan (pahala) amalnya, tetapi akan
mengurangi (pahala)-nya sesuai dengan kadar kekufurannya, dan pelakunya
tetap dihadapkan dengan ancaman.

2. Kufur besar menjadikan pelakunya kekal dalam neraka, sedangkan kufur


kecil, jika pelakunya masuk neraka maka ia tidak kekal di dalamnya, dan Allah
akan memberikan ampunan (dengan rahmatnya) kepada pelakunya, sehingga ia
tidak masuk neraka sama sekali.

3. Kufur besar menjadikan halal darah dan harta pelakunya, sedangkan kufur
kecil tidak demikian.

4. Kufur besar mengharuskan adanya permusuhan yang sesungguhnya, antara


pelakunya dengan orang-orang mukmin. Orang-orang mukmin tidak boleh
mencintai dan setia kepadanya, betapa pun ia adalah keluarga terdekat.
Adapun kufur kecil, maka ia tidak melarang secara mutlak adanya kesetiaan,
tetapi pelakunya dicintai dan diberi kesetiaan sesuai dengan kadar
keimanannya, dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kadar kemaksiatannya.

Hal yang sama juga dikatakan dalam perbezaan antara pelaku syirik besar
dengan syirik kecil.

Pengertian Kufur & Macamnya


Selasa, 19 Februari 08 - by : pdmbontang
Kita telah mengetahui tentang berhukum dengan syariat Allah, yang merupakan tuntutan
tauhid, juga konsekwensi dari iman kita kepada Allah swt. Sehingga jika hal ini
diabaikan dalam arti, jika seorang mukmin tidak berhukum atau tidak menjalankan
syariat Allah, bahkan menggantinya dengan hukum buatan manusia yang menyalahi,
maka ia termasuk dalam golongan orang yang diberi gelar kafir, dhalim dan fasik.

Selanjutnya dalam edisi kali ini, mari kita mencoba menelaah apa yang dimaksud dengan
kufur tersebut, lalu apakah kufur itu bermacam-macam ? sehingga dengan demikian kita
tidak gampang nantinya jatuh terjebak dalam kekufuran dan bisa terhindar sejauh-
jauhnya dari hal tersebut. Dalam hal ini Syeikh Sholih al-Fauzan telah menjelaskan
secara rinci dalam kitab tauhidnya, mari kita simak.

A. Arti Kufur Secara etimologi, kufur artinya menutupi, sedangkan menurut terminology
syariat, kufur artinya ingkar terhadap Allah swt, atau tidak beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya maupun tidak. Perbedaannya, kalau
mendustakan berarti menentang dan menolak, tetapi kalau tidak mendustakan artinya
hanya sekedar tidak iman dan tidak percaya. Dengan demikian kufur yang disertai
pendustaan itu lebih berat dari pada kufur sekedar kufur.

B. Jenis KufurKufur, ditinjau dari berat tidaknya dosa ada dua macam ; yaitu kufur besar
dan kufur kecil. Kufur besar adalah kufur yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam,
dan kufur besar ini ada lima macam :- Kufur karena mendustakan. Allah swt
berfirman :”Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan
kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang
kepadanya ? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang
kafir ?” (QS. 29:68)- Kufur karena enggan dan sombong, padahal ia tahu dan
membenarkannya. Allah berfirman :”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
Malaikat :”Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan
dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (QS. 2:34)- Kufur
karena ragu. Allah berfirman :”Dan dia memasuki kebunnya sedang ia zalim terhadap
dirinya sendiri; ia berkata :”Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan
aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan
kepada Rabbku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada
kebun-kebun itu”. (QS. 18:35-36). Kawannya (yang mu’min) berkata kepadanya sedang
dia bercakap-cakap dengannya : “Apakah kamu kafir kepada (Rabb) yang menciptakan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-
laki yang sempurna”. Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Rabbku, dan aku tidak
mempersekutukan seorangpun dengan Rabbku”. (QS. 18:37-38)- Kufur karena berpaling,
dalilnya adalah firman Allah swt :”Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang
ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang
ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada
mereka”. (QS. 46:3)- Kufur karena nifaq, dalilnya firman Allah :”Yang demikian itu
adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi)
lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti”. (QS. 63:3) Kufur
kecil, adalah kufur yang tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, dan ia adalah kufur
amali. Kufur amali adalah dosa-dosa yang disebut dalam al-Quran dan as-sunnah sebagai
dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Contohnya seperti kufur
nikmat sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya :”Mereka mengetahui nikmat Allah,
kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
kafir”. (QS. 16:83). Termasuk juga membunuh orang muslim, Rasulullah SAW
bersabda :”Mencaci seorang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah
kekufuran”. Termasuk juga bersumpah dengan selain Allah, Rasulullah SAW
bersabda :”Barang siapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah kafir atau
musyrik”. Para pelaku dosa-dosa tersebut bukan menjadi kafir, walaupun dalam redaksi
hadits disebut kafir, karena Allah berfirman :”Hai orang-orang yang beriman, di wajibkan
atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; (QS. 2:178). Allah
tidak mengeluarkan si pembunuh dari golongan orang-orang beriman, bahkan
menjadikannya sebagai saudara bagi wali yang berhak melakukan qishosh, lihatlah
firman Allah : ”Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang
diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula)..
(QS. 2:178). Bahkan dalam ayat lain, lebih jelas lagi Allah menyebut kelompok yang
saling bunuh dengan sebutan mukmin, “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang
mu’min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua
golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang
berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah; jika golongan
itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan
adil dan berlaku adillah. Sesung guhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
(QS. 49:9). Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua sauda ramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat. (QS. 49:10)

Demikian pembagian kufur ditinjau dari berat dan tidaknya ancaman dan dosa. Ada pun
dilihat dari segi macam, maka kufur ada tiga macam : kufur qouliy, kufur amaliy, dan
kufur I’tiqodi. Tiga macam kekufuran ini dilihat dari mana timbulnya, karena ada yang
timbul dari ucapan, ini disebut kufur qouliy (ucapan), seperti bersumpah dengan nama
selain Allah, ada yang timbul dari perbuatan, ini disebut kufur amaliy, seperti membunuh
orang mukmin, ada yang timbul dari keyakinan disebut kufur I’tiqodiy, seperti meyakini
bahwa tidak ada tuhan yang menciptakan alam, atau Isa adalah anak Allah, dll. Jenis
kufur ini ada yang termasuk kufur besar, yang dapat mengeluarkan dari agama, ada juga
termasuk kufur kecil.

C. Perbedaan kufur besar dan kecilKufur besar mengeluarkan pelakunya dari Islam, dan
menghapuskan pahala amalnya, sedangkan kufur kecil tidak mengeluarkan pelaku dari
agama dan tidak menghapus pahala amalnya, hanya saja dapat menguranginya. Kufur
besar menjadikan pelakunya kekal di neraka, sedangkan kufur kecil tidak, bisa jadi Allah
mengampuninya, bisa juga Dia menghukumnya dalam neraka untuk beberapa waktu
sesuai dengan kehendak-Nya. Kufur besar menjadikan halal darah dan harta pelakunya,
sedangkan kufur kecil tidak. Kufur besar mengharuskan permusuhan yang sesungguhnya,
bagi orang-orang mukmin tidak boleh mencintainya, walaupun kerabat sendri. Sedangkan
kufur kecil tidak mengharuskan permusuhan total, tetapi pelakunya masih berhak
mendapatkan loyalitas dari kaum mukminin sesuai dengan imannya, dan harus
mendapatkan kebencian sesuai dengan kadar kekufuran ( dosa ) yang dilakukannya.

D. Kesimpulan

Pertama : Kufur adalah ingkar terhadap Allah swt dan Rasul-Nya.

Kedua : Kufur ada dua macam ; kufur besar dan kufur kecil.

Ketiga : Kufur besar adalah kufur yang mengeluarkan pelakunya dari agama. Sedangkan
kufur kecil adalah perbuatan kufur yang tidak sampai menjadikan pelakunya keluar dari
Islam.Keempat : Dari segi timbulnya kekufuran, maka ia terbagi menjadi tiga ; kufur
ucapan (qouliy), kufur perbuatan (amaliy), dan kufur keyakinan (I’tiqodiy).

Demikian sekilas tentang kufur, arti dan macamnya, semoga Allah menjaga kita dari
kekufuran, dan menjadikan kita hamba-hamba Nya yang beriman, amin.

PEMBAHAGIAN KUFUR
Ibn. Manzur dalam Lisan Al-Arab telah membahagikan kufur itu
kepada empat bahagian iaitu:
Kufur ingkar
Iaitu kufur di dalam hati dan lidah. Sebagaimana firman Allah
subhaanahu wa taaala:
Sesungguhnya orang-orang kafir itu sama sahaja bagi mereka,
kamu beri peringatan atau tidak, mereka tidak juga beriman. (Al-
Baqarah:6)
Kufur juhud
Iaitu mengakui dengan hati tanpa ikrar dengan lidah. Contonya
seperti kufurnya iblis dan kufurnya Umayyah Bin Abi Al-Salt.
Kufur
Iaitu mengaku dengan hati, ikrar dengan lidah tetapi tidak
menunaikan kehendak-kehendak agama kerana dengki dan
sombong seperti kufur Abu Jahal dan kuncu-kuncunya.
Kufur nifaq
Iaitu mengakui dengan lidah, tetapi kufur dan tidak bertekad di
dalam hatinya. Di dalam kita Al-Tahzib ada menyebutkan bahawa:
Mengaku dengan hati dan ikrar dengan lidah, tetapi enggang
menerima Islam, ini seperti kafirnya Abu Talb, yang mana beliau
berkata: Saya akui bahawa agama Muhammad adalah sebaik-baik
agama, jika tidak kerana celaan dan cacian tentu aku terimanya
(memeluk Islam).

Kerancuan Seputar Berhukum Selain dgn Hukum Allah

penulis Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi


Syariah Tafsir 21 - Agustus - 2004 02:11:53
َ‫ك ُهُم اْلَكاِفُرْون‬
َ ‫ل َفُأوَلِئ‬
ُ ‫لا‬
َ ‫حُكْم ِبَما َأْنَز‬
ْ ‫َوَمن ّلْم َي‬
“Barangsiapa yg tdk berhukum dgn apa yg diturunkan oleh Allah mk mereka itulah
orang2 yg kafir.”

Penjelasan mufradat ayat:


َ ‫اْلَكاِفُرْو‬
‫ن‬
Asal makna kufur adl menutupi sesuatu. Dikatakan petani itu “kafir” krn dia menutupi
biji dan dinamakan malam dgn “kafir” krn ia menutupi segala sesuatu . Pengertian kufur
secara bahasa ini seperti yg terdapat dlm Surat Al-Hadid ayat 20.

Adapun makna secara istilah syar’i adl bahwa kekafiran itu terbagi menjadi dua:
a. Kufur Akbar yaitu yg menyebabkan pelaku kekal dlm neraka.
b. Kufur Ashgar yaitu kekafiran yg menyebabkan pelaku berhak mendapatkan ancaman
tanpa dikekalkan .

Sebab Turun Ayat


Al-Imam Ahmad dan Ath-Thabrani dlm Al-Mu’jam Al-Kabir meriwayatkan dari
Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma dan beliau menyebutkan sebab turun ayat ini:
Allah Ta’ala menurunkan ayat ini berkenaan tentang dua kelompok di kalangan Yahudi
di masa jahiliyyah di mana salah satu kelompok telah menguasai yg lain sehingga mereka
ridha. Mereka berdamai dgn ketentuan bahwa bila ada orang dari kelompok yg mulia
membunuh dari kelompok yg hina mk diharuskan membayar diyat sebesar 50 wisq .
Sementara bila ada orang dari kelompok yg hina membunuh dari kelompok yg mulia mk
diyat- sebesar 100 wisq.
Mereka tetap memegangi hukum ini sampai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tiba di
Madinah. Kedua kelompok tersebut merasa hina dgn kedatangan Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam beliau belum mengetahui di saat melakukan perjanjian damai. ada orang
dari kelompok yg hina membunuh seseorang dari kelompok yg mulia.
Maka kelompok yg mulia mengirim utusan kepada kelompok hina agar mereka
membayar 100 wisq. Berkata yg hina: “Beginikah cara dua kampung yg agama satu?
Nasab keturunan satu? Negeri satu? Sedangkan diyat sebagian mereka setengah diyat
sebagian yg lain?! Sesungguh kami hanya memberikan kamu krn penganiayaan kalian
terhadap kami dan kami takut terhadap kalian. Adapun jika Muhammad telah datang mk
kami tdk memberikan ini kepada kalian.”
hampir menyebabkan berkobar peperangan di antara mereka. Kemudian mereka
memutuskan utk menjadikan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di antara mereka.
Kelompok mulia berkata: “Demi Allah Muhammad tdk akan memberikan kepada kalian
dari mereka dua kali lipat dari apa yg diberikan mereka dari kalian. Sungguh mereka
telah benar mereka tidaklah memberikan kepada kita melainkan penganiayaan dari kami
dan menguasai mereka. mk hendaklah kalian menyelidiki Muhammad utk mengecek
pendapatnya. Jika dia memberikan kepada kalian apa yg kalian inginkan mk kalian boleh
mengangkat jadi hakim dan jika dia tdk memberikan kepadamu mk kalian waspada dan
jangan kalian jadikan dia sebagai hakim.”
Maka mereka pun menyusupkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam beberapa
orang dari kalangan munafiqin utk mengecek pendapat Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam. Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam datang Allah mengabarkan
Rasul-Nya tentang seluruh perkara mereka dan apa yg mereka kehendaki. Allahpun
menurunkan firman-Nya:
َ ‫ك ُهُم اْلَكاِفُرْو‬
‫ن‬ َ ‫ل َفُأوَلِئ‬
ُ ‫لا‬
َ ‫حُكْم ِبَما َأْنَز‬
ْ ‫َوَمن ّلْم َي‬
“Barangsiapa yg tdk berhukum dgn apa yg diturunkan oleh Allah mk mereka itulah
orang2 yg kafir.”

Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Demi Allah utk mereka turun ayat ini dan
mereka yg dimaksud oleh Allah ‘Azza wa Jalla.”

Penafsiran Ayat
Ayat Allah yg mulia ini telah ditafsirkan oleh ahli tafsir dari kalangan shahabat
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yaitu Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu anhuma.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir At-Thabari rahimahullah dgn sanad yg shahih dari Ibnu
Abbas beliau berkata: “Dengan adl kekafiran namun bukan kafir terhadap Allah para
malaikat-Nya kitab-kitab-Nya dan para Rasul-Nya.”
Dalam riwayat lain beliau berkata: “Bukan adl kekufuran yg mereka inginkan. Sesungguh
bukan kekufuran yg mengeluarkan dari agama kufrun duna kufrin .” .

Berhukum dgn Hukum Selain Allah


Telah menyebar di kalangan sebagian kaum muslimin dan orang2 yg terkena penyakit
kelompok Hamas suatu fikrah bahwa tiap yg berhukum dgn selain hukum Allah mk dia
kafir dan keluar dari Islam. Dengan alasan ini mereka berkesimpulan bahwa mayoritas
bahkan seluruh pemerintahan di negara-negara Islam adl pemerintahan kafir. Dengan
demikian para pejabat pun kafir orang2 yg tdk turut mengkafirkan mereka pun kafir.
Muncullah fitnah yg disebut dgn fitnah at-takfir yg sampai kepada tingkat pengkafiran
masyarakat muslim. Kelompok ini yg masyhur sebagai kelompok Khawarij.
Terjerumus mereka ke dlm kesesatan ini disebabkan dua hal:
Pertama sedikit ilmu.
Kedua mereka tdk memahami kaidah-kaidah syariat yg benar yg merupakan asas dakwah
Islam. Setiap orang dari kalangan kelompok sesat yg keluar dari asas tersebut mk dia
telah menyelisihi Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman
‫صْيًرا‬
ِ ‫ت َم‬
ْ ‫جَهّنَم َوسَاَء‬
َ ‫صِلِه‬
ْ ‫ن ُنَوّلِه َما َتَوّلى َوُن‬
َ ‫ل اْلُمْؤِمِنْي‬
ِ ‫سِبْي‬
َ ‫غْيَر‬
َ ‫ن َلُه اْلُهَدى َوَيّتِبْع‬
َ ‫ن َبْعِد َما َتَبّي‬
ْ ‫ل ِم‬
َ ‫سْو‬
ُ ‫ق الّر‬
ِ ‫شاِق‬
َ ‫َوَمن ّي‬
“Barang siapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bagi dan mengikuti jalan selain
jalan orang2 mukmin Kami biarkan ia leluasa dlm kesesatan yg telah ia kuasai itu dan
Kami masukkan ia ke dlm Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”

Allah memberikan penekanan yg sangat tegas dgn firman-Nya: “Mengikuti selain jalan
kaum mukminin.” Kalimat ini merupakan poin yg sangat penting utk membedakan antara
orang2 yg betul-betul memiliki komitmen dgn Al Qur’an dan As Sunnah yaitu mereka yg
senantiasa mengikuti jalan kaum mukminin dari kalangan para shahabat tabi’in dan
tabi’ut tabi’in yg mengikuti dangan baik dgn kelompok yg “mengaku” berpegang di atas
Al Qur’an dan As Sunnah padahal mereka menyelisihi jalan kaum mukminin tersebut.
orang2 demikian mendapat ancaman kesesatan dan siksaan yg pedih.
Ayat ini menjadi pemisah antara golongan yg jujur dgn kelompok sempalan yg
menjadikan Al Qur’an dan As Sunnah hanya sebagai slogan semata. Kandungan ayat
tersebut sangat mirip denga apa yg disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
dlm hadits perpecahan umat dan yg selamat hanya satu yaitu “Siapa yg berjalan di atas
jalanku dan jalan para shahabatku.” .
Jikalau mereka memperhatikan dgn seksama penafsiran dari Ibnu ‘Abbas rahimahullah
yg lalu akan nampak bagi mereka bahwa sesungguh orang yg berhukum dgn selain
hukum Allah tidaklah memiliki makna mutlak kafir yg mengeluarkan seseorang dari
Islam. Namun tergantung dari keadaan mereka ketika menjadikan sebagai hukum selain
dari hukum Allah tersebut. Apakah mereka melakukan hal tersebut krn menganggap halal
berhukum dgn selain hukum Allah atau disebabkan krn mereka hanya mengikuti hawa
nafsu mereka?!

Fatwa Ulama tentang Berhukum dgn selain Hukum Allah


Al-’Allamah Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah Ta’ala berkata setelah
menjelaskan sebab kesesatan: “Jika engkau telah mengetahui hal ini mk tdk boleh
membawa ayat-ayat ini kepada sebagian pemerintah kaum muslimin dan para hakim
mereka yg berhukum dgn selain yg diturunkan Allah berupa undang-undang buatan
manusia. Saya berkata: tdk boleh mengkafirkan mereka dan mengeluarkan dari agama
jika mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.Walaupun mereka berdosa dgn sebab
berhukum dgn selain yg diturunkan Allah. Sebab walaupun mereka seperti Yahudi dari
sisi berhukum tersebut namun mereka menyelisihi dari sisi yg lain yaitu keimanan
mereka dan pembenaran mereka dgn apa yg diturunkan Allah. Berbeda dgn Yahudi yg
kafir mereka mengingkari .”
Beliau berkata pula: “Kekufuran terbagai menjadi dua macam: kufur i’tiqadi dan amali.
Adapun i’tiqadi tempat di hati sedangkan amali tempat di jasmani. Barangsiapa yg
amalan kufur krn menyelisihi syariat dan sesuai dgn apa yg diyakini dlm hati berupa
kekafiran mk itu kufur i’tiqadi yg tdk diampuni Allah dan dikekalkan pelaku dlm neraka
selamanya. Adapun bila perbuatan tersebut menyelisihi yg diyakini dlm hati mk dia
mukmin dgn hukum Rabb-nya. Namun penyelisihan dlm hal amalan mk kekafiran adl
amali saja dan bukan kufur i’tiqadi. Dia berada di bawah kehendak Allah jika Dia
menghendaki mk disiksa dan jika Dia menghendaki mk diampuni.

Al-’Allamah Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah Ta’ala berkata:


“Barangsiapa yg tdk berhukum dgn apa yg diturunkan Allah krn meremehkan atau
menganggap hina atau meyakini bahwa yg lain lbh mendatangkan kemaslahatan dan lbh
bermanfaat bagi makhluk atau yg semisal mk dia kafir dan keluar dari Islam. Di antara
mereka adl orang yg membuat undang-undang utk manusia yg menyelisihi syariat Islam
agar dijadikan sebagai metode yg manusia berjalan di atasnya.
Karena mereka tidaklah meletakkan undang-undang yg menyelisihi syariat Islam tersebut
melainkan mereka meyakini bahwa hal tersebut lbh bermaslahat dan bermanfaat bagi
makhluk. Karena telah diketahui secara akal yg pasti dan secara fitrah bahwa tidaklah
manusia berpaling dari suatu metode menuju metode yg lain yg menyelisihi melainkan
dia meyakini ada keutamaan metode yg dia condong kepada dan ada kekurangan pada
metode yg dia berpaling darinya.
Barangsiapa yg tdk berhukum dgn apa yg diturunkan Allah namun dia tdk merendahkan
dan meremehkan dan tdk meyakini bahwa hukum yg selain lbh mendatangkan
kemaslahatan bagi diri atau yg semisal mk dia dzalim dan tdk kafir. Dan berbeda
tingkatan kedzaliman tergantung yg dijadikan sebagai hukum dan perantaraan hukumnya.
Barangsiapa yg tdk berhukum dgn apa yg diturunkan Allah bukan krn merendahkan
hukum Allah tdk pula meremehkan dan tdk meyakini bahwa hukum yg lain lbh
mendatangkan maslahat dan lbh manfaat bagi makhluk atau semisal namun dia berhukum
dengan krn ada nepotisme terhadap yg dihukum atau krn sogokan atau yg lain dari
kepentingan dunia mk dia fasiq dan tdk kafir. Dan berbeda pula tingkatan kefasiqan
tergantung kepada ada yg dia jadikan sebagai hukum dan perantaraan hukumnya.”
Kemudian beliau berkata: “Masalah ini yaitu masalah berhukum dgn selain apa yg
diturunkan Allah termasuk permasalahan besar yg menimpa para hakim di jaman ini.
Hendaklah seseorang tdk terburu-buru dlm memberi vonis kepada mereka dgn apa yg
mereka tdk pantas mendapatkan sampai jelas bagi kebenaran krn masalah ini sangatlah
berbahaya –kita memohon kepada Allah utk memperbaiki pemerintahan muslimin dan
teman dekat mereka–. Sebagaimana pula wajib atas seseorang yg Allah berikan kepada
ilmu utk menjelaskan kepada mereka supaya ditegakkan kepada mereka hujjah dan
keterangan yg jelas agar seseorang binasa di atas kejelasan dan seseorang selamat di atas
kejelasan pula. Jangan dia menganggap rendah diri utk menjelaskan dan jangan pula dia
segan kepada seorang pun krn sesungguh kemuliaan itu milik Allah Rasul-Nya dan milik
kaum mukminin.”

Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah


Mereka ditanya: “Barangsiapa yg tdk berhukum dgn apa yg diturunkan Allah apakah dia
muslim atau kafir kufur akbar dan tdk diterima amalannya?’
Mereka menjawab:
Allah berfirman
َ ‫ك ُهُم اْلَكاِفُرْو‬
‫ن‬ َ ‫ل َفُأوَلِئ‬ُ ‫لا‬َ ‫حُكْم ِبَما َأْنَز‬ ْ ‫َوَمن ّلْم َي‬
“Barangsiapa yg tdk memutuskan menurut apa yg diturunkan Allah mk mereka itu adl
orang2 kafir.”
َ ‫ظاِلُمْو‬
‫ن‬ َ ‫ك ُهُم اْل‬َ ‫ل َفُأوَلِئ‬ُ ‫لا‬َ ‫حُكْم ِبَما َأْنَز‬ْ ‫َوَمن ّلْم َي‬
“Barangsiapa tdk memutuskan perkara menurut apa yg diturunkan Allah mk mereka adl
orang2 yg dzalim.”
َ ‫سُقْو‬
‫ن‬ ِ ‫ك ُهُم اْلَفا‬
َ ‫ل َفُأوَلِئ‬ُ ‫لا‬َ ‫حُكْم ِبَما َأْنَز‬ْ ‫َوَمن ّلْم َي‬
“Barangsiapa tdk memutuskan perkara menurut apa yg diturunkan Allah mk mereka itu
adl orang2 yg fasik.”

Namun apabila dia meyakini halal hal tersebut dan meyakini boleh mk ini kufur akbar
dzalim akbar dan fasiq akbar yg mengeluarkan dari agama.
Adapun jika dia melakukan itu krn sogokan atau krn maksud lain dan dia meyakini haram
hal tersebut mk dia berdosa termasuk kufur ashgar dzalim ashgar dan fasiq ashgar yg tdk
mengeluarkan pelaku dari agama. Sebagaimana yg telah dijelaskan oleh para ulama dlm
menafsirkan ayat-ayat tersebut.
Semoga Allah memberi taufiq dan shalawat serta salam dilimpahkan kepada Nabi kita
Muhammad keluarga dan para shahabatnya.
Jan 31, '06 1:26 PM
KAFIR! [sebuah bantahan]
for everyone

Sudah dimaklumi bersama bahwa kata-kata "kafir" –dalam bahasa


Indonesia-- hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang di luar agama
Islam. Kemungkinan juga demikian, bahwa non-Muslim akan
menyebut Muslim sebagai kafir karena di luar keyakinannya. Itu
artinya bahwa kafir adalah lawan kata keimanan. Ini jelas. Tapi, sekali
lagi ini juga menegaskan bahwa setiap orang yang tidak beriman layak
disebut dengan kafir, sebagaimana orang yang tidak kafir harus
disebut sebagai beriman.

Berbicara tentang kekafiran, seperti yang kita dapatkan dari berbagai


literatur baik dari al-Quran sendiri maupun Hadis, akan dijumpai
kriteria kafir yang terbagi ke dalam aspek akidah maupun semata-
mata akhlak (etika). Namun, apabila ada khitob (perintah) dari Allah
atau Rasulullah kepada orang-orang kafir, ini jelas yang dimaksud
adalah orang-orang kafir secara akidah.

Lantas apa sih "kafir" itu sebenarnya?

Seperti "pelajaran" yang kita ikuti beberapa waktu yang lalu, untuk
memahami bahasa Arab hendaknya hilangkan terlebih dahulu syakal
atau harakatnya (dalam hal ini adalah huruf vokalnya). Dengan
demikian kita bisa merujuk kepada kamus bahasa Arab, derivasinya
dan berbagai artinya. Misalnya kata KAFIR tadi, maka yang tampak
adalah sebuah kata yang terdiri dari huruf K, F dan R. Ini sama
dengan asalnya yang memang dari Arab yang terdiri dari huruf Kaf, Fa
dan Ro' (K-F-R). Jelaslah bahwa kata "Kafir" berasal dari sebuah fi'il
(kata kerja) yang berbasis tiga huruf (fi'il tsulatsi mujarrod).

Dengan demikian, apabila kita merefer ke berbagai kamus Bahasa


Arab, kita jumpai bahwa sebuah kata yang terdiri dari ketiga huruf tadi
mengandung bermacam arti. Misalnya dalam "Al-Qamus Al-Fiqhi
Lughatan wa Isthilahan" (Kamus Fiqih dalam Tinjauan Bahasa dan
Istilah) karya Sa'di Abu Jaib, beliau menulis KFR dengan dua bacaan
dan masing-masing dibagi menjadi arti sendiri-sendiri.

Kafir menurut bahasa:

Kata yang tersusun dari huruf KFR tadi masih terbilang misterius,
bagaimana cara bacanya dan bagaimana pula artinya? Misteri inilah
yang selalu dipelajari di tempat-tempat pengajian atau di pesantren-
pesantren. Mereka mempelajari kitab-kitab yang isinya tulisan-tulisan
tanpa harakat atau syakal. Kita sering menamakannya dengan "kitab
gundul", karena tanpa sehelaipun syakal ada di sana.

Karena syakalnya kita sendiri yang menentukan, maka kita


bertanggungjawab untuk mereka-reka dan menafsirkan sendiri artinya
–sambil membandingkan dengan kamus-kamus yang sudah ada. Kita
coba dengan tiga bacaan terlebih dahulu:

1. KaFaRa (kufur).

Kufur di sini mempunyai tiga arti:

- mengingkari nikmat Allah (tidak bersyukur)

- tertutup

- lawan kata beriman.

2. KuFR (baca: KuFRun. Kalau waqaf bacanya: KuFR).

Kaf dhommah, Fa sukun, Ra dhommah tanwin. KuFR adalah


sebuah masdar (kata dasar) dari KaFaRa yang artinya
"ketertutupan". Dilihat dari kata dasar ini kita menjadi mafhum
mengapa orang-orang ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya
disebut Kafir "karena mata hatinya sudah tertutup dari
keimanan".

3. KaFR (baca: KaFRun. Kalau waqaf bacanya: KaFR).

Kaf fathah, Fa sukun, Ra dhommah tanwin. KaFR adalah masdar


dari KaFaRa juga yang artinya "ketertutupan". Tapi yang lebih
populer dinyatakan bahwa Kafr adalah nama sebuah kota di
Syam.

Bahkan dalam Kamus "Mukhtar As Shohhah" dilengkapi contoh


sebuah Hadis yang berbunyi: "yukhrijukum al ruumu kafran
kafran" [orang-orang Romawi itu mengeluarkanmu dari
kampung-kampung negara Syam].

Komposisinya:

Ka-Fa-Ra = mengingkari (past tense)

yaKFuRu = mengingkari (present tense)


KuFR = pengingkaran (masdar -kata asal)

KaFR = pengingkaran (masdar -kata asal)

KaFiR = orang yang mengingkari Allah (isim


fa'il/pelaku)

KaFiRun = mereka yang kafir (bentuk plural


dari KaFiR)

KawaFiR = wanita-wanita yang kafir (bentuk


plural dari KaFiR)

Dalam Mu'jam Lughat Al-Fuqaha (Dictionary of Islamic Legal


Terminolgy) yang ditulis Muhammad Rawwas Qal'aji juga sepakat
bahwa: "Kufr adalah Atheisme, menyerapah Tuhan (Blasphemy),
membangkang perintah Tuhan (kufur akidah), atau tidak bersyukur
(kufur nikmat)".

Pendek kata kufur ada dua macam: kufur kepada Allah yang biasa
disebut dalam bahasa Indonesia disebut sebagai KAFIR. Ada juga
kufur akan ni'mat Allah, ini yang disebut dengan kufur ni'mat.

Kafir menurut Istilah:

Karena itu Kamus Fiqhi tadi menjelaskan pengertian kufur tadi secara
istilah, yaitu: "mengingkari hal-hal yang sudah maklum dalam syariat
agama Islam".

(Baik Qamus Fiqhi, Mu'jam Lughat, Mukhtar As Shohhah ataupun


lainnya tidak ada yang berbeda dalam mengartikan kufur atau kafir.
Semua sependapat bahwa kekafiran adalah bentuk pembangkangan
terhadap perintah Allah swt). Bahkan Imam Syafi'ie, Abu Hanifah dan
kelompok Zahiriyah berpendapat bahwa kafir dan musyrik punya
pengertian yang sama.

Kufur atau kafir itu sendiri bermacam-macam:

Kafir Ingkar: yaitu kafir dalam hati dan lidahnya, tidak


meyakini kebenaran apalagi mengakuinya.

Kafir 'Inad (Gengsi): mengakui syariat Islam dalam hati,


tetapi lidahnya tidak.
Kafir Munafik: pengakuannya hanya di mulut, sementara
hatinya tidak

Kafir Millah: sesuatu yang membuatnya murtad dari Islam,


baik dengan lidah, perbuatan ataupun keyakinannya.

Kafir Amal: dia beriman, tapi suka melakukan maksiat


yang tidak beresiko memurtadkan. Ini sesuai dengan
sabda Rasulullah SAW: "Mencaci maki sesama Muslim itu
fasiq, dan membunuhnya adalah kafir". (Jelas yang
dimaksud di sini bukan kafir akidah).

Al-Quran menyebut kata kafir sebanyak 500 ayat lebih. Tentu saja
dengan berbagai perubahan kata dari bentukan kata aslinya. Misalnya
saja dengan bentuk isim fa'il (baik mufrod atau jamak) disebut
sebanyak 135 kali. Sedangkan dengan bentuk fi'il madhi (past tense)
sebanyak 343 kali, dan fi'il mudhari (present tense) sebanyak 41 kali.
Bagi yang penasaran silakan cari bentuk masdarnya, baik KuFRa,
KaFuRa, dan lain-lain.

Beberapa waktu yang lalu kita dibuat terhenyak dengan pernyataan


Jalaludin Rahmat, seorang pemikir Islam asal Bandung yang tidak kita
sangsikan lagi kepakarannya. Dia bilang, kata-kata kafir atau kufur
dalam al-Quran hanya berbicara dalam aspek etika dan tidak ada
sangkut pautnya dengan akidah atau teologis. Ia menukil surah
Ibrahim ayat 7 yang berbunyi:

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah


(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengkufuri/mengingkari (nikmat-
Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. 14:7).

Menurut Kang Jalal, ayat itu menjelaskan hukuman bagi orang yang
tidak mensyukuri nikmat Allah, yaitu azab yang sangat pedih. Jadi, ia
menyimpulkan, tidak ada hubungannya dengan akidah sama sekali.

Pemahaman seperti ini sebenarnya tidak heran kalau memang sang


pemikir ini hanya mendengar dari santrinya yang sedang muhadhoroh
(latihan pidato) di Muthahhari, yayasan yang ia pimpin. Harap
maklum, santri memang sangat senang dengan ayat ini, dan selalu
dibaca tiap kali berpidato (Ayat sejenis bisa dijumpai pada surah
Annahl: 113). Tapi Kang Jalal lupa bahwa masih banyak ratusan ayat-
ayat lain yang berbicara secara khusus tentang orang-orang kafir.
Bahkan anak TK ada yang hapal surah Al-Kafirun yang memang ada di
Juz Amma itu,
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir!"

aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah

Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah

Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah

dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku
sembah

Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku (QS. 109: 1-6)

Benarkah ayat ini berbicara tentang akhlak, hai tuan Jalal? Lha wong
ayat ini menolak sistem barteran yang ditawarkan orang-orang Kafir.
Ya terang saja Nabi menolak, sebab ini menyangkut inti keimanan
yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Dosa syirik itu tak mengenal kata
ampun. Orang-orang kafir itu memberi alasan lagi, "ya tapi kan besok-
besok kamu bisa sembah Tuhan yang kamu sembah. Akupun begitu.
Kita tukeran Tuhan untuk sekarang secara bergilir nantinya". Nabi
menjawab, "Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Kalian pun begitu, tidak akan menyembah Allah yang aku sembah.
Agamamu ya untukmu, agamaku ya untukku".

You might also like