You are on page 1of 7

PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KENDARI BEACH

KOTA KENDARI

Oleh : Subran
Nim : 086601043
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) 66 KENDARI

Abstrak

Pedagang kaki lima yang berada didalam Kawasan Kendari Beach termasuk binaan
Pemerintah Kota. Adapun pembinaan yang sudah dilakukan terhadap PKL antara lain
penyediaan Tenda-tenda berjualan yang lebih rapi
Dalam penelitian ini para PKL tersebut dapat mendatangkan penghasilan dimana rata-rata
penghasilannya melebihi dari standard Upah Minimum Regional (UMR)
Dari hasil penelitian ini belum kelihatan adanya sumber pemasukan atau merupakan
pendapatan bagi daerah, karena PKL yang ada di Kota Kendari khususnya Pedagang Makanan
dan minuman tidak/belum di pusatkan di Kawasan Kendari Beach.

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pertambahan penduduk kota dengan adanya urbanisasi, migrasi menjadi semakin


meningkat pesat karena itu, dapat dikemukakan bahwa kota-kota besar yang jumlah
penduduknya sangat tinggi akan bertambah banyak dan kota-kota yang mempunyai jumlah
penduduknya kecil akan berubah menjadi kota dengan kepadatan penduduk yang sangat
tinggi. Hal ini menyebabkan penduduk Kota Kendari meningkat dengan pesat. Akibat
penduduk bertambah dengan sangat cepat, kebutuhan akan ruang tempat tinggal atau
perumahan semakin banyak.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Watt (1973) yang dikutip Dahlan (1992) yaitu bahwa
peningkatan jumlah penduduk akan menuntut penambahan lahan pemukiman, jaringan
jalan, pusat perbelanjaan, perdagangan dan hiburan. Kegiatan ekonomi sector informal
pedagang kaki lima di kawasan Jalan Raya Kota Kendari berkembang sangat pesat tetapi
hal ini ini Ironi dengan para PKL di Kawasan Kendari Beach dimana sekitar tahun 90-an
PKL terpusat di Kawasan tersebut akan tetapi dengan kondisi sekarang dimana tempat-
tempat hiburan semakin berkembang dan tidak di pusatkan di satu kawasan tertentu
sehingga para PKL yang tadinya berjualan di Kawasan Kendari Beach banyak yang
berpindah tempat hal ini berdampak semakin tidak teraturnya penempatan para PKL dikota
Kendari.
Beberapa permasalahan lingkungan yang timbul akibat keberadaan Pedagang Kaki
Lima (PKL) yang menempati kawasan yang bukan diperuntukannya. Pengertian PKL yang
dimaksudkan disini adalah pedagang kecil yang berjualan dipinggir jalan raya seperti :
taman-taman, trotoar atau emperan took, pekarangan/rumah penduduk, tanpa izin usaha
dari pemerintah. Keadaan ini tentu sangat mengganggu kebersihan atau keindahan
pemandangan jalan. Disamping itu pedagang kaki lima juga sulit untuk diatur ataupun di
realokasikan.

Halaman 1
Menurut Ramli (1992) bahwa sektor informal selain sebagai penyedia lapangan
pekerjaan juga keberadaan kemampuan sektor informal ini bertahan di perkotaan tanpa
bantuan dari pemerintah adalah karena adanya kebutuhan akan berbagai macam produk
dan jasa yang dihasilkan oleh sektor informal ini.
Beberapa ahli beranggapan bahwa sektor formalpun membutuhkan keberadaan
sektor informal, sehingga tepat sekali bila dikatakan bahwa sektor formal dan informal
dianggap berkaitan dan saling melengkapi dalam kegiatan perekonomian perkotaan. Salah
satu bentuk perdagangan sektor informal yang begitu penting adalah pedagang kaki lima.
Bahkan begitu penting dank has dalam sektor informal, istilah informal sering
diidentifikasikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pedagang kaki lima.
Dilain pihak kegiatan pedagang kaki lima tersebut ternyata memberikan kontribusi
yang besar dalam aktivitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat terutama dalam
golongan ekonomi lemah.
Selain itu, kegiatan sektor informal ini merupakan ciri ekonomi kerakyatan yang
bersifat mandiri dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Mempertimbangkan keadaan
dan potensi tersebut, selayaknya pola penanganan dan pembinaan kegiatan pedagang kaki
lima harus didasarkan pada konsep perilaku dan karakteristik berwawasan lingkungan agar
isi pengaturannya tepat.
Sebagian besar pedagang kaki lima dikawasan perkotaan dan sekitarnya adalah
bukan penduduk asli (pendatang dari desa atau luar provinsi) dan bukan merupakan pilihan
pertama sebagai mata pencahariannya. Dengan adanya proses urbanisasi dan migrasi
dengan mengacu kepada permasalahan tersebut akan timbul masalah demografi.
Cara kerja pedagang kaki lima ternyata juga berbeda-beda baik menyangkut jam
kerja, jumlah hari kerja, jenis produk maupun permodalannya. Dengan demikian,
permasalahan yang akan timbul akan berkaitan dengan masalah pola kerja.
Selain permasalahan demografi dan pola kerja yang dapat timbul, ternyata dengan
adanya pedagang kaki lima juga berdampak terhadap lingkungan, aspek lingkungan ini
juga harus disertakan dalam penataan pedagang kaki lima lebih lanjut yang nantinya
berdampak pada peningkatan pendapatan pedagang kaki lima

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Dengan bertambahnya penduduk, sejauh manakah pengaruhnya terhadap


Pendapatan PKL Kendari Beach Kota Kendari?
1.2.2. Sejauh mana upaya Pemerintah Kota dalam membina PKL Kendari Beach di Kota
Kendari.
1.2.3. Bagaimana pengaruh pedagang kaki lima terhadap aspek lingkungan dalam rangka
penataan pedagang kaki lima selanjutnya.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Untuk mengetahui urbanisasi penduduk, masyarakat pendatang serta perhatian


pihak Pemerintah terutama Pemerintah Kota terhadap pembinaan serta
Peningkatan Pendapatan para pedagang kaki lima Kendari Beach.
1.3.2. Untuk mengetahui kontribusi apa yang dapat diberikan oleh pedagang kaki lima
Kendari Beach terhadap aktifitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat terutama
golongan ekonomi lemah
1.3.3. Mengidentivikasi pedagang kaki lima terhadap pola kerja dan kepedulian
terhadap lingkungan perkotaan.

Halaman 2
Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap kebijaksanaan


Pemerintah Kota serta pembinaan dan penataan terhadap pedagang kaki lima yang ada di
Kota Kendari Khususnya di Kawasan Kendari Beach.

1.4. Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sampel

Penelitian ini dilakukan dibagian Kendari Beach atau dibagian badan jalan dan tempat
kepentingan umum yang bukan diperuntukkan tempat usaha, serta tempat lain yang bukan
miliknya.

1.5. Keadaan Pasar dan Pedagang Kaki Lima

1.5.1 Keadaan Pasar

Pasar yang ada di Kota Kendari dikelola oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota
Kendari yaitu pasar Kota Lama, pasar Punggolaka, pasar Wua-wua, pasar
Anduonohu, pasar Lepo-lepo. Sedangkan pasar yang dikelola oleh pihak Investor
adalah Mall Mandonga, Brylian Plaza (matahari).
Berdasarkan jenis pasar yang ada di Kota Kendari terdapat 7 unit dengan rincian
sebagai berikut :
Di Kota Kendari terdapat 2 unit pasar modern yaitu Mall Mandonga, Brylian Plaza
(matahari) serta 5 pasar tradisional. Kelima pasar tradisional ini dikelola oleh
Pemerintah Kota Kendari yaitu PD. Pasar Kota Kendari, sedangkan yang lainnya
dikelola oleh pihak Investor.
Disamping pasar tersebut di atas masih ada pasar tradisional milik masyarakat yaitu
; Pasar Lawata. Pasar ini langsung dikelola oleh masyarakat yang memiliki lahan
sebagai tempat berjualan.

1.5.2. Keadaan Pedagang Kaki Lima

Pada awalnya pedagang kaki lima merupakan istilah sejak dari dahulu sampai
sekarang belum ditemui definisi PKL secara jelas. Namun berdasarkan wawancara
peneliti dengan Kepala PD. Pasar Kota Kendari bahwa Pedagang Kaki Lima adalah
orang yang melakukan usaha dagang atau jasa ditempat umum dengan
mempergunakan emperan toko atau kaki lima pertokoan atau dipinggir jalan yang
tidak ada izin dari pemerintah serta mengganggu ketertiban, keamanan dan
kebersihan serta keindahan kota.
Dalam penelitian ini penulis memberi batasan pedagang kaki lima yaitu PKL yang
berjualan di Kawasan Kendari Beach,

2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

2.A.1. Identitas Responden


Diperoleh data PKL bahwa jumlah responden laki-laki yaitu 15 orang
sedangkan yang perempuan adalah 6 orang. Keadaan ini ada kaitannya dengan
karakter pekerjaannya yaitu semua responden menganggap bahwa pekerjaan

Halaman 3
sebagai pedagang kaki lima ini adalah pekerjaan pokoknya, atau merupakan
penghasilan yang utama tidak lagi sebagai pekerjaan sambilan.

2.A.2. Kelompok Umur


Dari segi usia/umur responden dapat dilihat bahwa seseorang masih
bersemangat atau kreatif dan berpengalaman dalam salah satu kegiatan usaha atau
pekerjaan. PKL menurut jenis usaha dagangannya sebagian besar adalah berusia
antara 30-45 tahun yaitu 14 orang, sedangkan usia termuda 2 orang dan usia tertua
56-60 tahun sebanyak 5 orang.
Kelompok umur PKL dikategorikan sebagai kelompok yang menyediakan
tenaga kerja secara ekonomis bekerja aktif adalah usia antara 15-64 tahun (Munir
dan Budiarto, 1984). Sebagian pedagang kaki lima adalah usia produktif yaitu usia
antara 20-45 tahun. Bahkan untuk jenis PKL usia (46-55) ternyata masih mengikuti
profil usia produktif pegawai pada umumnya.

2.A.3. Jenis Usaha Pedagang Kaki Lima


Hasil survey di lapangan tentang Pedagang Kaki Lima (PKL) Kendari Beach
berjumlah 21 orang..
Tempat usaha pedagang kaki lima, adalah tempat tertentu yang ditetapkan
oleh Walikota. Berarti PKL yang dibahas disini bukan PKL yang ditetapkan dalam
Peraturan Pemerintah tersebut diatas,atau penulis memberi istilah PKL illegal.
Adapun jenis usaha pedagang kaki lima dapat dilihat sebagai berikut :
Dari 21 PKL tersebut, kemudian dikelompokkan menjadi 2 jenis pedagang
dengan rinciannya adalah sebagai berikut ;
· Pedagang makanan dan minuman 18 orang
· Pedagang non makanan/Café Tenda 3 orang

2.A.4. Pendidikan Responden


Tingkat pendidikan pedagang kaki lima akan berpengaruh terhadap jenis
usaha mereka sehari-hari, seperti jenis usaha jasa minimal pendidikannya adalah
Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) karena usaha ini harus memiliki
keterampilan yang khusus. Pendidikan para responden untuk 2 jenis perdagangan
tersebut, sebagian besar berpendidikan Sekolah Lanjut Tingkat Menengah (SLTA).
Dari seluruh responden ternyata yang berpendidikan SLTA berjumlah 13 orang
dari yang berpendidikan SLTP 5 orang serta masih ditemui yang berpendidikan
Sekolah Dasar/Sekolah Rakyat 3 orang.

2.A.5. Lamanya Bertempat Tinggal di Kota Kendari


Pada umumnya responden atau pedagang kaki lima adalah pendatang dari
luar daerah atau Propinsi diluar dari Kota Kendari. Pada umumnya sebahagian
besar responden bertempat tinggal di Kota Kendari selama 6 – 15 tahun sebanyak
14 responden dan sebagian pendatang baru yaitu berkisar antara 1 sampai 5 tahun
sebanyak 5 orang. Ditemui juga responden yang bertempat tinggal di Kota Kendari
melebihi dari 30 tahun diantaranya ada 2 orang yang sudah 45 tahun menetap di
kota ini.

2.A.6. Daerah Asal Responden


ditemui hasil penelitian bahwa sebahagian besar responden (PKL) adalah
berasal dari Sulawesi Selatan yaitu 13 orang, sedangkan yang berasal dari dari

Halaman 4
dalam Provinsi Sulawesi Tenggara, Konawe 2 orang, Kota Kendari 3 orang, Muna
2 orang, Buton 1 orang.
Untuk kesimpulan sementara bahwa PKL yang berada di Kawasan Kendari
Beach bukan penduduk asli akan tetapi adalah penduduk pendatang dari daerah
Sulawesi Selatan Hal ini dapat diartikan bahwa dengan munculnya PKL setiap
tahun di Kota Kendari berarti yang akan timbul masalah demografi.
Dimana terjadi perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) dan
perpindahan penduduk dari suatu daerah lain (Sulawesi Selatan) ke daerah Kota
Kendari atau terjadinya migrasi.

2.A.7. Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima

2.A.7.1. Jumlah Hari dan Jam Kerja


Tidak semua responden memanfaatkan hari kerja selama 7 hari
dalam seminggu dan ada juga hanya 5 atau 6 hari selama seminggu. Dari
seluruh responden hanya 2 orang yang memanfaatkan 5 hari kerja dalam
seminggu yaitu pedagang kaki lima untuk jenis non makanan/café tenda, 6
orang responden yang memanfaatkan 6 hari kerja dan 10 responden
memanfaatkan 7 hari kerja Berarti sebahagian besar pedagang kaki lima
bekerja tujuh hari perminggu, sehingga tidak ada hari libur bagi PKL
tersebut.
Apabila dikaitkan dengan hari kerja per minggu tentunya jumlah jam
kerja tidak berarti 7 hari kali 24 jam, akan tetapi mempunyai jam kerja
yang berbeda tergantung jenis usaha mereka. Untuk mengetahui jumlah
jam kerja dari masing-masing responden sebagai berikut :
Sebahagian besar pedagang kaki lima yaitu 3 responden berdagang
dengan menggunakan waktu selama 8 jam ( mulai Jam 19.00 s/d 03.00
WITA) setiap harinya, kelompok PKL yang berjualan selama 12 jam
terdapat 18 responden kelompok ini biasanya para pedagang yang
berjualan mulai jam 16.00 WIB sampai dengan jam 03.00 WITA dini
hari.

2.A.7.2. Lamanya PKL Berjualan


sebahagian besar responden 15 orang pedagang kaki lima berjualan
selama 4 sampai 5 tahun dan 4 responden masa kerja sebagai PKL 6
sampai 7 tahun, sedangkan 2 responden masa kerjanya diatas 8 tahun.

2.A.7.3. Jumlah Modal Pedagang Kaki Lima


Jumlah modal yang terbesar digunakan oleh Pedagang Kaki Lima
bervariasi menurut jenis usaha dagangannya. Untuk jenis usaha makanan
dan minuman minimal modal < Rp. 300.000,- lebih dari separuh
mengatakan berkisar Rp. 1.200.000,- sampai dengan diatas dari Rp.
2.000.000,-, demikian juga untuk modal jenis usaha non makanan/café
tenda diatas dari Rp. 1.600.000,-.

2.A.7.4. Penghasilan Responden


Penghasilan responden atau pendapatan bersih setelah dikurangi
biaya modal setiap harinya, maka diperoleh sebagai berikut : Untuk semua
jenis perdagangan, penghasilan responden yaitu antara Rp. 1.500.000,-

Halaman 5
sampai dengan Rp. 6.000.000,- sebanyak 13 orang, penghasilan minimal
Rp. 1.500.000 sampai dengan Rp. 3.000.000, serta penghasilan maksimum
adalah 8 responden yaitu lebih besar dari Rp. 3.000.000 per bulan.
Penghasilan terendah yang diperoleh pedagang kaki lima tersebut
adalah Rp.50.000 per hari atau Rp. 1.500.000 per bulan masih diatas upah
minimum Propinsi (UMP). Penghasilan tertinggi ada yang mencapai
sebesar Rp. 200.000 per hari atau Rp. 6.000.000,- setiap bulannya.
Sedangkan pendapatan rata-rata pedagang kaki lima setiap hari adalah
sebesar Rp.62.500 atau Rp. 1.875.000 per bulan.

B. Pembahasan

2.B.1. Pemerintah Kota dalam Membina Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima yang berada didalam Kawasan Kendari Beach


termasuk binaan Pemerintah Kota. Adapun pembinaan yang sudah dilakukan
terhadap PKL antara lain penyediaan Tenda-tenda berjualan yang lebih rapi,
Panggung Bertakwa sebagai pusat kegiatan Seni dan Taman Pantai atau Taman
Keluarga. Namun demikian masih ada para pedagang kaki lima yang enggan
berjualan atau pindah ke tempat lain. Alasan mereka adalah tempat yang kurang
strategis lagi dan agak jauh dari Pusat Kota dimana kita ketahui Pusat Kota
sekarangadalah di sekitar Mandonga dan Wua-wua.
Dalam penelitian ini, sebagaimana telah disampaikan bahwa para PKL
tersebut dapat mendatangkan penghasilan dimana rata-rata penghasilannya
melebihi dari standard Upah Minimum Regional (UMR), maka selayaknya PKL ini
perlu diperhatikan atau perlu didata kembali lokasinya yang mudah dijangkau oleh
konsumen atau dilalui oleh transport kota.
Dari hasil penelitian ini belum kelihatan adanya sumber pemasukan atau
merupakan pendapatan bagi daerah, karena PKL yang ada di Kota Kendari
khususnya Pedagang Makanan dan minuman tidak/belum di pusatkan di Kawasan
ini. Apabila Pemerintah Kota dapat menata dan memusatkan para PKL di kawasan
ini, serta mendorong percepatan penyelesaian Hotel Kendari Beach dan lebih sering
mengadakan kegiatan-kegiatan Seni atau Olah Raga di Sekitar Teluk Kendari maka
diharapkan PKL ini dapat mendatangkan PAD bagi Pemerintah Kota.
Apalagi bila Pemerintah Kota bekerjasama dengan pihak investor untuk
membangun lokasi PKL serta menyediakan gerobak-gerobak atau alat tempat
berjualan, dan warnanya juga bisa sama serta diukir dengan reklame-reklame atau
promosi berbagai perusahaan yang ada dikota Kendari. Disamping hal tersebut,
diharapkan para PKL diharuskan membentuk suatu Koperasi pedagang kaki lima
agar mudah mendapat bantuan modal dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah. PKL disini tidak dipungut biaya hanya dipungut biaya retribusi saja dan
ditagih setiap hari.

3. Penutup

3.1. Rekomendasi

3.1.1. Diharapkan Pemerintah Kota Kota Kota Kendari melalui PD Pasar dapat
memusatkan lokasi pedagang Kaki lima di Kawasan Kendari Beach dan

Halaman 6
diharapkan pihak investor dapat menyediakan gerobak-gerobak sebagai
tempat berjualan. Gerobak ini dibuat warnanya seragam, serta diukir dengan
gambar-gambar reklame/promosi berbagai perusahaan makanan dan
minuman dan sebagainya.
3.1.2. Diharapkan para PKL dapat bergabung menjadi suatu kelompok atau
diharuskan mendirikan koperasi pedagang kaki lima agar mudah untuk
mendapatkan bantuan modal dari Dinas Koperasi Usaha Kecil dan
Menengah. Para PKL tidak dipungut biaya dalam menempati lokasi ini,
hanya membayar sewa tempat dan dipungut biaya retribusi setiap harinya.

3.2. Saran
Disarankan agar lokasi para PKL dimaksud dalam poin 1 diatas dapat diatur
jam kerjanya misalnya jam 09.00 WITA pagi sampai jam 03.00 WITA dini hari diisi
oleh pedagang Makanan dan minuman, makanan berupa makanan atau sarapan pagi,
makan malam. Kemudian pada jam 21.00 WITA malam hari sampai jam 03.00
WITA dini hari untuk pedagang non makanan/ café tenda dimana dimaksudkan
untuk menjaga kenyamanan pengunjung.

DAFTAR PUSTAKA
Munir, R. dan Budiarto, Teknik Analisa Kependudukan, Jakarta ; Bina Aksara, 1999.
Ramli, R,. Sektor Informal Perkotaan Pedagang Kaki Lima, Jakarta Ind – Hill Co, 1992.

Halaman 7

You might also like