Professional Documents
Culture Documents
KOTA KENDARI
Oleh : Subran
Nim : 086601043
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) 66 KENDARI
Abstrak
Pedagang kaki lima yang berada didalam Kawasan Kendari Beach termasuk binaan
Pemerintah Kota. Adapun pembinaan yang sudah dilakukan terhadap PKL antara lain
penyediaan Tenda-tenda berjualan yang lebih rapi
Dalam penelitian ini para PKL tersebut dapat mendatangkan penghasilan dimana rata-rata
penghasilannya melebihi dari standard Upah Minimum Regional (UMR)
Dari hasil penelitian ini belum kelihatan adanya sumber pemasukan atau merupakan
pendapatan bagi daerah, karena PKL yang ada di Kota Kendari khususnya Pedagang Makanan
dan minuman tidak/belum di pusatkan di Kawasan Kendari Beach.
1. Pendahuluan
Halaman 1
Menurut Ramli (1992) bahwa sektor informal selain sebagai penyedia lapangan
pekerjaan juga keberadaan kemampuan sektor informal ini bertahan di perkotaan tanpa
bantuan dari pemerintah adalah karena adanya kebutuhan akan berbagai macam produk
dan jasa yang dihasilkan oleh sektor informal ini.
Beberapa ahli beranggapan bahwa sektor formalpun membutuhkan keberadaan
sektor informal, sehingga tepat sekali bila dikatakan bahwa sektor formal dan informal
dianggap berkaitan dan saling melengkapi dalam kegiatan perekonomian perkotaan. Salah
satu bentuk perdagangan sektor informal yang begitu penting adalah pedagang kaki lima.
Bahkan begitu penting dank has dalam sektor informal, istilah informal sering
diidentifikasikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pedagang kaki lima.
Dilain pihak kegiatan pedagang kaki lima tersebut ternyata memberikan kontribusi
yang besar dalam aktivitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat terutama dalam
golongan ekonomi lemah.
Selain itu, kegiatan sektor informal ini merupakan ciri ekonomi kerakyatan yang
bersifat mandiri dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Mempertimbangkan keadaan
dan potensi tersebut, selayaknya pola penanganan dan pembinaan kegiatan pedagang kaki
lima harus didasarkan pada konsep perilaku dan karakteristik berwawasan lingkungan agar
isi pengaturannya tepat.
Sebagian besar pedagang kaki lima dikawasan perkotaan dan sekitarnya adalah
bukan penduduk asli (pendatang dari desa atau luar provinsi) dan bukan merupakan pilihan
pertama sebagai mata pencahariannya. Dengan adanya proses urbanisasi dan migrasi
dengan mengacu kepada permasalahan tersebut akan timbul masalah demografi.
Cara kerja pedagang kaki lima ternyata juga berbeda-beda baik menyangkut jam
kerja, jumlah hari kerja, jenis produk maupun permodalannya. Dengan demikian,
permasalahan yang akan timbul akan berkaitan dengan masalah pola kerja.
Selain permasalahan demografi dan pola kerja yang dapat timbul, ternyata dengan
adanya pedagang kaki lima juga berdampak terhadap lingkungan, aspek lingkungan ini
juga harus disertakan dalam penataan pedagang kaki lima lebih lanjut yang nantinya
berdampak pada peningkatan pendapatan pedagang kaki lima
Halaman 2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dibagian Kendari Beach atau dibagian badan jalan dan tempat
kepentingan umum yang bukan diperuntukkan tempat usaha, serta tempat lain yang bukan
miliknya.
Pasar yang ada di Kota Kendari dikelola oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota
Kendari yaitu pasar Kota Lama, pasar Punggolaka, pasar Wua-wua, pasar
Anduonohu, pasar Lepo-lepo. Sedangkan pasar yang dikelola oleh pihak Investor
adalah Mall Mandonga, Brylian Plaza (matahari).
Berdasarkan jenis pasar yang ada di Kota Kendari terdapat 7 unit dengan rincian
sebagai berikut :
Di Kota Kendari terdapat 2 unit pasar modern yaitu Mall Mandonga, Brylian Plaza
(matahari) serta 5 pasar tradisional. Kelima pasar tradisional ini dikelola oleh
Pemerintah Kota Kendari yaitu PD. Pasar Kota Kendari, sedangkan yang lainnya
dikelola oleh pihak Investor.
Disamping pasar tersebut di atas masih ada pasar tradisional milik masyarakat yaitu
; Pasar Lawata. Pasar ini langsung dikelola oleh masyarakat yang memiliki lahan
sebagai tempat berjualan.
Pada awalnya pedagang kaki lima merupakan istilah sejak dari dahulu sampai
sekarang belum ditemui definisi PKL secara jelas. Namun berdasarkan wawancara
peneliti dengan Kepala PD. Pasar Kota Kendari bahwa Pedagang Kaki Lima adalah
orang yang melakukan usaha dagang atau jasa ditempat umum dengan
mempergunakan emperan toko atau kaki lima pertokoan atau dipinggir jalan yang
tidak ada izin dari pemerintah serta mengganggu ketertiban, keamanan dan
kebersihan serta keindahan kota.
Dalam penelitian ini penulis memberi batasan pedagang kaki lima yaitu PKL yang
berjualan di Kawasan Kendari Beach,
A. Hasil Penelitian
Halaman 3
sebagai pedagang kaki lima ini adalah pekerjaan pokoknya, atau merupakan
penghasilan yang utama tidak lagi sebagai pekerjaan sambilan.
Halaman 4
dalam Provinsi Sulawesi Tenggara, Konawe 2 orang, Kota Kendari 3 orang, Muna
2 orang, Buton 1 orang.
Untuk kesimpulan sementara bahwa PKL yang berada di Kawasan Kendari
Beach bukan penduduk asli akan tetapi adalah penduduk pendatang dari daerah
Sulawesi Selatan Hal ini dapat diartikan bahwa dengan munculnya PKL setiap
tahun di Kota Kendari berarti yang akan timbul masalah demografi.
Dimana terjadi perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) dan
perpindahan penduduk dari suatu daerah lain (Sulawesi Selatan) ke daerah Kota
Kendari atau terjadinya migrasi.
Halaman 5
sampai dengan Rp. 6.000.000,- sebanyak 13 orang, penghasilan minimal
Rp. 1.500.000 sampai dengan Rp. 3.000.000, serta penghasilan maksimum
adalah 8 responden yaitu lebih besar dari Rp. 3.000.000 per bulan.
Penghasilan terendah yang diperoleh pedagang kaki lima tersebut
adalah Rp.50.000 per hari atau Rp. 1.500.000 per bulan masih diatas upah
minimum Propinsi (UMP). Penghasilan tertinggi ada yang mencapai
sebesar Rp. 200.000 per hari atau Rp. 6.000.000,- setiap bulannya.
Sedangkan pendapatan rata-rata pedagang kaki lima setiap hari adalah
sebesar Rp.62.500 atau Rp. 1.875.000 per bulan.
B. Pembahasan
3. Penutup
3.1. Rekomendasi
3.1.1. Diharapkan Pemerintah Kota Kota Kota Kendari melalui PD Pasar dapat
memusatkan lokasi pedagang Kaki lima di Kawasan Kendari Beach dan
Halaman 6
diharapkan pihak investor dapat menyediakan gerobak-gerobak sebagai
tempat berjualan. Gerobak ini dibuat warnanya seragam, serta diukir dengan
gambar-gambar reklame/promosi berbagai perusahaan makanan dan
minuman dan sebagainya.
3.1.2. Diharapkan para PKL dapat bergabung menjadi suatu kelompok atau
diharuskan mendirikan koperasi pedagang kaki lima agar mudah untuk
mendapatkan bantuan modal dari Dinas Koperasi Usaha Kecil dan
Menengah. Para PKL tidak dipungut biaya dalam menempati lokasi ini,
hanya membayar sewa tempat dan dipungut biaya retribusi setiap harinya.
3.2. Saran
Disarankan agar lokasi para PKL dimaksud dalam poin 1 diatas dapat diatur
jam kerjanya misalnya jam 09.00 WITA pagi sampai jam 03.00 WITA dini hari diisi
oleh pedagang Makanan dan minuman, makanan berupa makanan atau sarapan pagi,
makan malam. Kemudian pada jam 21.00 WITA malam hari sampai jam 03.00
WITA dini hari untuk pedagang non makanan/ café tenda dimana dimaksudkan
untuk menjaga kenyamanan pengunjung.
DAFTAR PUSTAKA
Munir, R. dan Budiarto, Teknik Analisa Kependudukan, Jakarta ; Bina Aksara, 1999.
Ramli, R,. Sektor Informal Perkotaan Pedagang Kaki Lima, Jakarta Ind – Hill Co, 1992.
Halaman 7