You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang
secara terus-menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah,
sehingga pemenuhan dan metode perawatan berubah, karena gaya hidup berubah.
Berbicara tentang keperawatan berarti berbicara tentang keperawatan pada satu waktu
tertentu, dan dalam hal ini, bab ini akan membicarakan tentang “Peran Perawat di
Bidang Politik”.
Satu trend dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta
didik keperawatan yang menerima pendidikan keperawatan dasar di sekolah dan
Universitas. Organisasi keperawatan professional terus-menerus menekankan
pentingnya pendidikan bagi perawat dalam mendapatkan dan memperluas peran baru.
Trend praktik keperawatan meliputi berkembangnya berbagai tempat praktik dimana
perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus-menerus
meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota dari tim asuhan kesehatan.
Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan.
Trend dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-sapek dari
keperawatan yang mengkarakteristikkan keperawatan sebagai profesi, meliputi
pendidikan, teori, pelayanan, otonomi dan kode etik. Aktivitas dari organisasi
professional keperawatan menggambarkan seluruh trend dalam pendidikan dan
praktik keperawatan kontemporer.

1.2 Rumusan Masalah


1)Bagaimana sistem penataan praktek keperawatan di Indonesia?
2)Bagaimana etika politik perawat dalam merawat pasien?
3)Bagaimana perbedaan model zaman sekarang dalam etika profesional?
4)Apa yang dilakukan seorang perawat di dunia politik?

1.3 Tujuan
1)Untuk mengetahui politik keperawatan di era globalisasi
2) Agar perawat dapat mengaplikasikan etika politiknya dalam merawat pasien
3)Untuk mengetahui trend politik keperawatan saat ini
4)Untuk mengetahui tatanan pelayanan keperawatan profesional
3

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep kekuatan dan politik

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.[1]
Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda
mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.

Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.

Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

• politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan


kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
• politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan
negara
• politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat
• politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan
kebijakan publik.

Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain:
kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses
politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai
politik.

a. Teori politik

Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik,


bagaimana mencapai tujuan tersebut serta segala konsekuensinya. Bahasan dalam
Teori Politik antara lain adalah filsafat politik, konsep tentang sistem politik,
negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan, legitimasi, lembaga negara,
perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dsb.

Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di
dunia antara lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme,
federalisme, feminisme, fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme,
kapitalisme, komunisme, liberalisme, libertarianisme, marxisme, meritokrasi,
monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi, totaliterisme, oligarki dsb.

2
b. Kekuasaan

Menguraikan konsep kekuasaan politik kita perlu melihat pada kedua elemennya,
yakni kekuasaan dari akar kata kuasa dan politik yang berasal dari bahasa Yunani
Politeia (berarti kiat memimpin kota (polis)). Sedangkan kuasa dan kekuasaan
kerapa dikaitkan dengan kemampuan untuk membuat gerak yang tanpa kehadiran
kuasa (kekuasaan) tidak akan terjadi, misalnya kita bisa menyuruh adik kita
berdiri yang tak akan dia lakukan tanpa perintah kita (untuk saat itu) maka kita
memiliki kekuasaan atas adik kita. Kekuasaan politik dengan demikian adalah
kemampuan untuk membuat masyarakat dan negara membuat keputusan yang
tanpa kehadiran kekuasaan tersebut tidak akan dibuat oleh mereka.

Bila seseorang, suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi
sehingga berbagai badan negara yang relevan misalnya membuat aturan yang
melarang atau mewajibkan suatu hal atau perkara maka mereka mempunyai
kekuasaan politik.

Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan (authority),


kemampuan untuk membuat orang lain melakukan suatu hal dengan dasar hukum
atau mandat yang diperoleh dari suatu kuasa. Seorang polisi yang bisa
menghentian mobil di jalan tidak berarti dia memiliki kekuasaan tetapi dia
memiliki kewenangan yang diperolehnya dari UU Lalu Lintas, sehingga bila
seorang pemegang kewenangan melaksankan kewenangannya tidak sesuai dengan
mandat peraturan yang ia jalankan maka dia telah menyalahgunakan
wewenangnya, dan untuk itu dia bisa dituntut dan dikenakan sanksi.

Sedangkan kekuasaan politik, tidak berdasar dari UU tetapi harus dilakukan dalam
kerangka hukum yang berlaku sehingga bisa tetap menjadi penggunaan kekuasaan
yang konstitusional.

> ADA 2 SIFAT KEKUASAAN YAITU :


1. Kekuasaan bersifat positif
Merupakan Kemampuan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada individu sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi yang dapat mempengaruhi dan merubah pemikiran
orang lain atau kelompok untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh
pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh dan atau bukan karena paksaan
baik secara fisik maupun mental.

2. Kekuasaan bersifat Negatif


Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta
apatis dalam mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan
yang diinginkan oleh pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik
secara fisik maupun mental. Biasanya pemegang kekuasaan yang bersifat negatif
ini tidak memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang baik,mereka hanya
berfikir pendek dalam mengambil keputusan tanpa melakukan pemikiran yang
tajam dalam mengambil suatu tindakan, bahkan mereka sendiri terkadang tidak
dapat menjalankan segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang atau
kelompok yang berada di bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi.

3
dan biasanya kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari
keuntungan pribadi atau golongan di atas kekuasannya itu. karena mereka tidak
memiliki kemampuan atau modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan
apapun, dan para pemegang kekuasaan bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan
berlangsung lama karena tidak akan mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh
rakyatnya.

Dalam teori politik menunjuk pada kemampuan untuk membuat orang lain
melakukan sesuatu yang tidak dikehendakinya. Max Weber menuliskan adanya
tiga sumber kekuasaan: pertama dari perundangundangan yakni kewenangan;
kedua, dari kekerasan seperti penguasaan senjata; ketiga, dari karisma.

2.2. Hubungan perawat dengan politik

Perawatan memerlukan Politik di dasari oleh trens dan isu yaitu karena profesi
keperawatan adalah profesi yang dinamis, Terns holistic keperawata, minimnya
keterlibatan perawat dan menentukan keputusan

Arti politik bagi perawat

a. Proses
Politik menciptakan iklim yang kondusif bagi keperawatan terutama mendapatkan
legitimasi masyarakat dalam upaya mendukung usaha- usaha memberikan asuhan
keperwatan.

b. Tujuan
Memberikan pencapaian tujuan keperawatan dalam melakukan intervensi kepada
masayarakat melalui serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh Profesi
keperawatan berupa kebijakan strategis dalam memberikan asuhan keperawatan.
• Kepmenkes No. 1239 Registrasi dan Praktik Keperwatan
• Permenkes No. 1419/Menkes/Per./X/2005 Ttg Praktik dokter Dokter gigi

Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang perawat dalam berperan secara
active maupun passive dalam dunia politik. Mulai dari kemampuan yang harus
dimiliki bidang politik hingga talenta yang harus di miliki mengenai sense of
politic.

Dalam wikipedia Indonesia disebutkan bahwa seseorang dapat mengikuti dan


berhak menjadi insan politik dengan mengikuti suatu partai politik atau parpol,
mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau LSM (lembaga swadaya
masyarakat). Maka dari hal tersebut seseorang berkewajiban untuk melakukan hak
dan kewajibannya sebagai insan politik guna melakukan perilaku politik yang
telah disusun secara baik oleh undang-undang dasar dan perundangan hukum yang
berlaku.

Dari hal tersebut, perawat yang merupakan bagian dari insan perpolitikan di

4
Indonesia juga berhak dan berkewajiban ikut serta dan mengambil sebuah
kekuasaan demi terwujudnya regulasi profesi keperawatan yang nyata. Dari hal
tersebut juga terlihat bahwa perawat dapat memperjuangkan banyak hal terkait
dengan umat maupun nasib perawat itu sendiri.

Pentingnya dunia politik bagi profesi keperawatan

Dunia politik bukan dunia yang asing, namun terjun dan berjuang bersamanya
mungkin akan terasa asing bagi profesi keperawatan. Hal ini di tunjukkan belom
adanya keterwakilan seorang perawat dalam kancah perpolitikan Indonesia.

Tidak di pungkiri lagi bahwa seorang perawat juga rakyat Indonesia yang juga
memiliki hak pilih dan tentunya telah melakukan haknya untuk memilih wakil-
wakilnya sebagai anggota legislative namun seakan tidak ada satupun suara yang
menyuarakan hati nurani profesi keperawatan. Akankah hal ini di biarkan begitu
saja? Tentunya tidak, karena profesi kita pun mebutuhkan penyampaian aspirasi
yang patut untuk di dengar dan di selesaikannya permasalahan yang ada, yang
tentunya akan membawa kesejahteraan rakyat seluruh profesi keperawatan.
Sulitnya menjadikan Rancangan Undang-Undang (RUU) Keperawatan seringkali
dikaitkan dengan tidak adanya keterwakilan seorang perawat di badan legislative
sana.

a. Regulasi pendidikan

Banyak sekali keuntungan yang akan didapatkan ketika regulasi (undang-undang)


keperawatan telah di tetapkan, salah satunya adalah mengenai regulasi pendidikan
keperawatan di Indonesia. Walaupun regulasi pendidikan seharusnya wewenang
Dinas Pendidikan Tinggi, namun saat ini profesi keperawatan mengalami
dualisme arah, kiblat pendidikan keperawatan yang ganda ini menjadikan profesi
keperawatan semakin ruwet dan kemungkinan akan menyulitkan dalam birokasi-
birokrasi pengurusannya.

Sesuai keputusan………….dinyatakan bahwa pendidikan hanya dapat di


laksanakan atau berada di bawah Dinas Pendidikan Tinggi (DIKTI) namun
kenyataan yang ada adalah pendidikan keperawatan masih ada yang berada di
bawah selain DIKTI dan istitusi lainnya ada yang berada di bawah Dinas
Kesehatan (Dinkes).

Kenapa hal tersebut masih terjadi? Dan mengapa hal semacam ini masih di
pertahankan sampai sekarang yang kemudian akan menjadikan banyaknya
kesenjangan, kurikulum yang tidak merata dan kesulitan dalam quality control
kurikulum yang ada, dan masih banyak lagi permasalah yang lain.

Menjadi bagian dari dunia perpolitikan di Indonesia, di harapkan seorang perawat


mampu mewakili banyaknya aspirasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada
di profesi keperawatan salah satunya seperti yang di sebutkan diatas yaitu
mengenai begaimana meregulasi pendidikan keperawatan yang hasil akhirnya di
harapkan tercapainya kualitas perawat bias di pertanggung jawabkan.

Regulasi pendidikan akan menjadikan tidak bermunculnya institusi pendidikan

5
keperawatan yang hanya mencari untung, politik uang, dan institusi yang tidak
melakukan penjaminan mutu akan output perawat yang di luluskan setiap
periodenya.

Dengan regulasi pendidikan keperawatan, semua menjadi terstandardisasi, profesi


keperawatan yang mempunyai nilai tawar, nilai jual dan menjadi profesi yang di
pertimbangkan.

b. Regulasi kewenangan perawat di lahan klinik

Tidak kalah pentingnya dengan regulasi pendidikan, dimana regulasi pendidikan


merupakan bagaimana kita melakukan persiapan yang matang sebelum membuat
dan memulai (perencanaan), dimana kita melakukan pembangunan fondasi yang
kokoh dan system yang mensupport akan terbentuknya generasi perawat-perawat
yang siap tempur. Regulasi kewenangan perawat di lahan klinik akan menjadikan
profesi keperawatan semakin mantap dalam langkahnya. Kewenangan perawat
yang mandiri, terstruktur dan ranah yang jelas akan menjadikan perawat semakin
professional dan proporsional sesuai dengan tanggung jawab yang harus di
penuhi, selain itu dalam regulasi kewenangan ini di harapkan tidak terjadi adanya
overlap dan salah satu yang paling penting adalah menghindari terjadi malpraktek
yang kemungkinan dapat terjadi.

c. Cara terjun ke dunia politik

Banyak hal yang dapat di lakukan oleh seorang perawat sehingga mampu terjun
ke dunia politik. Salah satu yang paling umum dilakukan adalah mendukung salah
satu partai politik. Partai politik ini akan menjadi motor penggerak pembawa di
kancah perpolitikan Indonesia.

Banyak partai yang menawarkan posisi legislative, ada partai yang melakukan
pengkaderan dari awal yang mampu menyiapkan calon-calon legislative dari
embrio yang akan di berikan suntikan idiologi dari pertain tersebut, ada juga partai
yang memberikan kesempatan kepada siapa saja yang siap untuk berjuang
bersama-sama mendukung partainya dan menjadi calon legislative.

d. Etika Politik dalam Merawat Pasien

Etika adalah mengenai pengawasan bagi orang lain, kepedulian terhadap perasaan,
banyak sumber praktis. “Merawat seseorang berarti bertindak untuk kebaikan
mereka, membantu mengembalikan otonomi mereka, membantu mereka untuk
mencapai potensi penuh mereka. Mencapai tujuan hidup mereka dan pemenuhan
kebutuhan”.
Dalam pengalaman menderita mungkin tidak hanya membuat kita lebih simpati,
tapi mungkin juga membantu kita untuk lebih empati terhadap pasien kita. Simpati
adalah perasaan yang timbul secara spontan yang kita miliki atau tidak dimiliki.
Empati adalah kemampuan untuk meletakkan diri kita dalam sesuatu orang lain,
dalam suatu seni yang dapat dipelajari, latihan imajinasi yang dapat dilatih.
Perasaan ini dapat menjadi motivator yang kuat, yang juga dapat diperoleh dalam
melakukan tanggung jawab professional kita.
Jika kita memilih menjadi perawat untuk memenuhi kebutuhan pribadi, atau

6
hanya sebagai aututerapi tanpa disadari, untuk menghadapimasalah dan
kecemasan sendiri, pasien akan menderita karena pekerjaan kita yang akan
menjadi catatan bagi mereka. (Eadie 1975, Shimpson et all 1983).
Merawat bisa menjadi merusak orang lain jika kita tidak mengerti dinamika
aslinya, yaitu seperti dorongan psikologis yang kompleks yang muncul dalam
operasi ketika kita dalam posisi tangguh sebagai penolong terhadap pasien yang
relative tidak mandiri dan lemah. Inilah, mengapa psikiater dalam pelatihan dan
perawat psikiatri didukung untuk mengalami psikoanalisis pribadi atau terlibat
dalam terapi kelompok, sebagai proses untuk mengungkapkan perasaan yang
terdalam dan sering tersembunyi dengan maksud lain.
Ketika pengawasan dan perhatian dari perawat yang baik dapat melakukan
kekuasaannya dengan baik, over protektif, menguasai atau mengganggu dan
pengawasan seperti pada bayi, seperti pengasuhan yang jelek, juga bias menjadi
sangat merusak, ini dapat dikatakan bahwa “kebaikan terbesar kita juga
merupakan sumber potensial kelemahan dan kejahatan kita”.
Beberapa praktik dan sikap perawat dapat membawa mereka kepada
konfliklangsung dengan tim kesehatan yang terkait dalam merehabilitasi
kesehatan pasien,dengan fisioterapis dan ahli terapi yang menjabat. Konflik disini
bukan hanya dalam persaingan profesionalitas atau ketidak jelasan batasan kerja,
tapi juga perbedaan dalam interpretasi tentang perawatan dandalam praktik
perawatan.
Dari suatu pandangan yang lazim, perawat juga merupakan pegawai yang
melakukan pekerjaan tertentu seefisien dan seefektif mungkin. Hasilnya,
pembatasan-pembatasan layak di pertimbangkandan batasan praktik dapat
dilakukan pada waktu yang tersedia untuk hubungan perawatan dan dan perhatian
terhadap kebutuhan tertentu pasien.
Pengalaman perawat menghadapi kenyataan hubungan kekuasaan dalam bekerja
dengan pasien dan dokter,berarti bahwa mereka mengetahui bahwa etika harus
dilakukan dengan kekuasaan dan pembagian kekuasaan dalam hubungan langsung
antar pribadi. Bagaimanapun, tantangan adalah untuk memahami sifat alami
hubungan kekuasaan dan etika pembagian kekuasaan, dalam mengajar, dalam
management, dalam pendidikan kesehatan dan riset, dalam mempengaruhi sumber
daya, dan dalam politik kesehatan local dan nasional.
Perawat tidak hanya belajar merawat pasien, tetapi juga meningkatkan
kesejahteraan pasien secara umum. Ini berarti memperhatikan standard dan
management pelayanan, kemampuan staff, efisiensi dan efektifitas prosedur yang
digunakan, peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, dan kesehatan
masyarakat. Jika kepedulian terhadap kesehatan dipahami dari arti perspektif luas,
perawat cepat mengetahui bahwa politik dan etika perawatan berlanjut satu sama
lain, pembagian dan kepedulian, menghormati orang dan keadilan, kaitan
kekuasaan dan nilai-nilai adalah saling berhubungan, dan memaksakan tanggung
jawab politis pada mereka. Pada akhirnya perjuangan menjadi lebih baik dan
kondisi yang lebih patut untuk pasien dan perawat serta petugas kesehatan lain
yang tidak dapat dipisahkan.
Bukan tidak mungkin menggabungkan kualitas personal yang sensitive dan peduli
dengan yang kompeten dan efisiensi dalam management, atau empati kepada
orang lain dengan orang yang keras dalam susunan staff, atau perundingan
bersama.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Pada akhir makalah ini kami ingin lebih menegaskan bahwasannya politik
harusnya disikapi sacara serius oleh semua pihak agar perawat Indonesia ke depan
lebih siap umtuk berkompetisi di era globalisasi. Semua pihak yang terkait harus
segera bersinergi dalam rangka menciptakan perbaikan dan perubahan untuk
menciptakan sistem yang lebih baik, pihak – pihak tersebut antara lain adalah:
- Pemerintah
- Swasta
- Organisasi profesi ( PPNI )
- Lembaga pendidikan
- Perawat dan calon perawat

Ada beberapa hal yang menurut kami perlu segera dilakukan agar perbaikan
keperawatan di Indonesia dapat segera tercapai, antara lain:
- Pengesahan UU Pratek Keperawatan
- Pembentukan Nursing Council (Nursing Board)
- Reformasi system pendidikan keperawatan Indonesia
- Peningkatan fungsi organisasi profesi

3.2 Saran

Fakta yang ada pada masyarakat, bahwa lulusan perawat masih belum di akui
sebagai sosok profesional yang akan mampu memberikan kontribusi yang hebat
dalam system pelayanan. Pandangan tersebut harus kita terima dengan lapang dada
dan sekaligus sebagai pemicu adrenalin kita untuk membuktikan jati diri kita, bahwa
seorang perawat adalah profesional dengan segala atribut yang menyertainya.
Hal yang harus dan terus kita lakukan adalah memperbaiki citra perawat dengan
menunjukkan jati diri perawat dengan KOREK API (Komunikasi, Organisatoris,
Responsif and Responsible, Efisiensi dan Efectif, Komitmen serta tunjukkan API :
Aktualisasi, Produktif,dan Inovatif).

8
DAFTAR PUSTAKA

M. Muhammad, Siswanto. 2009. Trend dan Perkenbangan Kebutuhan Pelayanan


Keperawatan dalam Persaingan Global. Dalam Simposium Nasional Keperawatan
Universitas Airlangga
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika
Nursalam. 2007. Manajement Keperawatan. Konsep dan Praktik. Edisi 2. Jakarta.
Salemba Medika
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Reformasi Keperawatan Indonesia. Website URL: http: //www.inna-ppni.or.id

You might also like