Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang
secara terus-menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah,
sehingga pemenuhan dan metode perawatan berubah, karena gaya hidup berubah.
Berbicara tentang keperawatan berarti berbicara tentang keperawatan pada satu waktu
tertentu, dan dalam hal ini, bab ini akan membicarakan tentang “Peran Perawat di
Bidang Politik”.
Satu trend dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta
didik keperawatan yang menerima pendidikan keperawatan dasar di sekolah dan
Universitas. Organisasi keperawatan professional terus-menerus menekankan
pentingnya pendidikan bagi perawat dalam mendapatkan dan memperluas peran baru.
Trend praktik keperawatan meliputi berkembangnya berbagai tempat praktik dimana
perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus-menerus
meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota dari tim asuhan kesehatan.
Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan.
Trend dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-sapek dari
keperawatan yang mengkarakteristikkan keperawatan sebagai profesi, meliputi
pendidikan, teori, pelayanan, otonomi dan kode etik. Aktivitas dari organisasi
professional keperawatan menggambarkan seluruh trend dalam pendidikan dan
praktik keperawatan kontemporer.
1.3 Tujuan
1)Untuk mengetahui politik keperawatan di era globalisasi
2) Agar perawat dapat mengaplikasikan etika politiknya dalam merawat pasien
3)Untuk mengetahui trend politik keperawatan saat ini
4)Untuk mengetahui tatanan pelayanan keperawatan profesional
3
1
BAB II
PEMBAHASAN
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.[1]
Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda
mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain:
kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses
politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai
politik.
a. Teori politik
Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di
dunia antara lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme,
federalisme, feminisme, fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme,
kapitalisme, komunisme, liberalisme, libertarianisme, marxisme, meritokrasi,
monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi, totaliterisme, oligarki dsb.
2
b. Kekuasaan
Menguraikan konsep kekuasaan politik kita perlu melihat pada kedua elemennya,
yakni kekuasaan dari akar kata kuasa dan politik yang berasal dari bahasa Yunani
Politeia (berarti kiat memimpin kota (polis)). Sedangkan kuasa dan kekuasaan
kerapa dikaitkan dengan kemampuan untuk membuat gerak yang tanpa kehadiran
kuasa (kekuasaan) tidak akan terjadi, misalnya kita bisa menyuruh adik kita
berdiri yang tak akan dia lakukan tanpa perintah kita (untuk saat itu) maka kita
memiliki kekuasaan atas adik kita. Kekuasaan politik dengan demikian adalah
kemampuan untuk membuat masyarakat dan negara membuat keputusan yang
tanpa kehadiran kekuasaan tersebut tidak akan dibuat oleh mereka.
Bila seseorang, suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi
sehingga berbagai badan negara yang relevan misalnya membuat aturan yang
melarang atau mewajibkan suatu hal atau perkara maka mereka mempunyai
kekuasaan politik.
Sedangkan kekuasaan politik, tidak berdasar dari UU tetapi harus dilakukan dalam
kerangka hukum yang berlaku sehingga bisa tetap menjadi penggunaan kekuasaan
yang konstitusional.
3
dan biasanya kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari
keuntungan pribadi atau golongan di atas kekuasannya itu. karena mereka tidak
memiliki kemampuan atau modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan
apapun, dan para pemegang kekuasaan bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan
berlangsung lama karena tidak akan mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh
rakyatnya.
Dalam teori politik menunjuk pada kemampuan untuk membuat orang lain
melakukan sesuatu yang tidak dikehendakinya. Max Weber menuliskan adanya
tiga sumber kekuasaan: pertama dari perundangundangan yakni kewenangan;
kedua, dari kekerasan seperti penguasaan senjata; ketiga, dari karisma.
Perawatan memerlukan Politik di dasari oleh trens dan isu yaitu karena profesi
keperawatan adalah profesi yang dinamis, Terns holistic keperawata, minimnya
keterlibatan perawat dan menentukan keputusan
a. Proses
Politik menciptakan iklim yang kondusif bagi keperawatan terutama mendapatkan
legitimasi masyarakat dalam upaya mendukung usaha- usaha memberikan asuhan
keperwatan.
b. Tujuan
Memberikan pencapaian tujuan keperawatan dalam melakukan intervensi kepada
masayarakat melalui serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh Profesi
keperawatan berupa kebijakan strategis dalam memberikan asuhan keperawatan.
• Kepmenkes No. 1239 Registrasi dan Praktik Keperwatan
• Permenkes No. 1419/Menkes/Per./X/2005 Ttg Praktik dokter Dokter gigi
Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang perawat dalam berperan secara
active maupun passive dalam dunia politik. Mulai dari kemampuan yang harus
dimiliki bidang politik hingga talenta yang harus di miliki mengenai sense of
politic.
Dari hal tersebut, perawat yang merupakan bagian dari insan perpolitikan di
4
Indonesia juga berhak dan berkewajiban ikut serta dan mengambil sebuah
kekuasaan demi terwujudnya regulasi profesi keperawatan yang nyata. Dari hal
tersebut juga terlihat bahwa perawat dapat memperjuangkan banyak hal terkait
dengan umat maupun nasib perawat itu sendiri.
Dunia politik bukan dunia yang asing, namun terjun dan berjuang bersamanya
mungkin akan terasa asing bagi profesi keperawatan. Hal ini di tunjukkan belom
adanya keterwakilan seorang perawat dalam kancah perpolitikan Indonesia.
Tidak di pungkiri lagi bahwa seorang perawat juga rakyat Indonesia yang juga
memiliki hak pilih dan tentunya telah melakukan haknya untuk memilih wakil-
wakilnya sebagai anggota legislative namun seakan tidak ada satupun suara yang
menyuarakan hati nurani profesi keperawatan. Akankah hal ini di biarkan begitu
saja? Tentunya tidak, karena profesi kita pun mebutuhkan penyampaian aspirasi
yang patut untuk di dengar dan di selesaikannya permasalahan yang ada, yang
tentunya akan membawa kesejahteraan rakyat seluruh profesi keperawatan.
Sulitnya menjadikan Rancangan Undang-Undang (RUU) Keperawatan seringkali
dikaitkan dengan tidak adanya keterwakilan seorang perawat di badan legislative
sana.
a. Regulasi pendidikan
Kenapa hal tersebut masih terjadi? Dan mengapa hal semacam ini masih di
pertahankan sampai sekarang yang kemudian akan menjadikan banyaknya
kesenjangan, kurikulum yang tidak merata dan kesulitan dalam quality control
kurikulum yang ada, dan masih banyak lagi permasalah yang lain.
5
keperawatan yang hanya mencari untung, politik uang, dan institusi yang tidak
melakukan penjaminan mutu akan output perawat yang di luluskan setiap
periodenya.
Banyak hal yang dapat di lakukan oleh seorang perawat sehingga mampu terjun
ke dunia politik. Salah satu yang paling umum dilakukan adalah mendukung salah
satu partai politik. Partai politik ini akan menjadi motor penggerak pembawa di
kancah perpolitikan Indonesia.
Banyak partai yang menawarkan posisi legislative, ada partai yang melakukan
pengkaderan dari awal yang mampu menyiapkan calon-calon legislative dari
embrio yang akan di berikan suntikan idiologi dari pertain tersebut, ada juga partai
yang memberikan kesempatan kepada siapa saja yang siap untuk berjuang
bersama-sama mendukung partainya dan menjadi calon legislative.
Etika adalah mengenai pengawasan bagi orang lain, kepedulian terhadap perasaan,
banyak sumber praktis. “Merawat seseorang berarti bertindak untuk kebaikan
mereka, membantu mengembalikan otonomi mereka, membantu mereka untuk
mencapai potensi penuh mereka. Mencapai tujuan hidup mereka dan pemenuhan
kebutuhan”.
Dalam pengalaman menderita mungkin tidak hanya membuat kita lebih simpati,
tapi mungkin juga membantu kita untuk lebih empati terhadap pasien kita. Simpati
adalah perasaan yang timbul secara spontan yang kita miliki atau tidak dimiliki.
Empati adalah kemampuan untuk meletakkan diri kita dalam sesuatu orang lain,
dalam suatu seni yang dapat dipelajari, latihan imajinasi yang dapat dilatih.
Perasaan ini dapat menjadi motivator yang kuat, yang juga dapat diperoleh dalam
melakukan tanggung jawab professional kita.
Jika kita memilih menjadi perawat untuk memenuhi kebutuhan pribadi, atau
6
hanya sebagai aututerapi tanpa disadari, untuk menghadapimasalah dan
kecemasan sendiri, pasien akan menderita karena pekerjaan kita yang akan
menjadi catatan bagi mereka. (Eadie 1975, Shimpson et all 1983).
Merawat bisa menjadi merusak orang lain jika kita tidak mengerti dinamika
aslinya, yaitu seperti dorongan psikologis yang kompleks yang muncul dalam
operasi ketika kita dalam posisi tangguh sebagai penolong terhadap pasien yang
relative tidak mandiri dan lemah. Inilah, mengapa psikiater dalam pelatihan dan
perawat psikiatri didukung untuk mengalami psikoanalisis pribadi atau terlibat
dalam terapi kelompok, sebagai proses untuk mengungkapkan perasaan yang
terdalam dan sering tersembunyi dengan maksud lain.
Ketika pengawasan dan perhatian dari perawat yang baik dapat melakukan
kekuasaannya dengan baik, over protektif, menguasai atau mengganggu dan
pengawasan seperti pada bayi, seperti pengasuhan yang jelek, juga bias menjadi
sangat merusak, ini dapat dikatakan bahwa “kebaikan terbesar kita juga
merupakan sumber potensial kelemahan dan kejahatan kita”.
Beberapa praktik dan sikap perawat dapat membawa mereka kepada
konfliklangsung dengan tim kesehatan yang terkait dalam merehabilitasi
kesehatan pasien,dengan fisioterapis dan ahli terapi yang menjabat. Konflik disini
bukan hanya dalam persaingan profesionalitas atau ketidak jelasan batasan kerja,
tapi juga perbedaan dalam interpretasi tentang perawatan dandalam praktik
perawatan.
Dari suatu pandangan yang lazim, perawat juga merupakan pegawai yang
melakukan pekerjaan tertentu seefisien dan seefektif mungkin. Hasilnya,
pembatasan-pembatasan layak di pertimbangkandan batasan praktik dapat
dilakukan pada waktu yang tersedia untuk hubungan perawatan dan dan perhatian
terhadap kebutuhan tertentu pasien.
Pengalaman perawat menghadapi kenyataan hubungan kekuasaan dalam bekerja
dengan pasien dan dokter,berarti bahwa mereka mengetahui bahwa etika harus
dilakukan dengan kekuasaan dan pembagian kekuasaan dalam hubungan langsung
antar pribadi. Bagaimanapun, tantangan adalah untuk memahami sifat alami
hubungan kekuasaan dan etika pembagian kekuasaan, dalam mengajar, dalam
management, dalam pendidikan kesehatan dan riset, dalam mempengaruhi sumber
daya, dan dalam politik kesehatan local dan nasional.
Perawat tidak hanya belajar merawat pasien, tetapi juga meningkatkan
kesejahteraan pasien secara umum. Ini berarti memperhatikan standard dan
management pelayanan, kemampuan staff, efisiensi dan efektifitas prosedur yang
digunakan, peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, dan kesehatan
masyarakat. Jika kepedulian terhadap kesehatan dipahami dari arti perspektif luas,
perawat cepat mengetahui bahwa politik dan etika perawatan berlanjut satu sama
lain, pembagian dan kepedulian, menghormati orang dan keadilan, kaitan
kekuasaan dan nilai-nilai adalah saling berhubungan, dan memaksakan tanggung
jawab politis pada mereka. Pada akhirnya perjuangan menjadi lebih baik dan
kondisi yang lebih patut untuk pasien dan perawat serta petugas kesehatan lain
yang tidak dapat dipisahkan.
Bukan tidak mungkin menggabungkan kualitas personal yang sensitive dan peduli
dengan yang kompeten dan efisiensi dalam management, atau empati kepada
orang lain dengan orang yang keras dalam susunan staff, atau perundingan
bersama.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pada akhir makalah ini kami ingin lebih menegaskan bahwasannya politik
harusnya disikapi sacara serius oleh semua pihak agar perawat Indonesia ke depan
lebih siap umtuk berkompetisi di era globalisasi. Semua pihak yang terkait harus
segera bersinergi dalam rangka menciptakan perbaikan dan perubahan untuk
menciptakan sistem yang lebih baik, pihak – pihak tersebut antara lain adalah:
- Pemerintah
- Swasta
- Organisasi profesi ( PPNI )
- Lembaga pendidikan
- Perawat dan calon perawat
Ada beberapa hal yang menurut kami perlu segera dilakukan agar perbaikan
keperawatan di Indonesia dapat segera tercapai, antara lain:
- Pengesahan UU Pratek Keperawatan
- Pembentukan Nursing Council (Nursing Board)
- Reformasi system pendidikan keperawatan Indonesia
- Peningkatan fungsi organisasi profesi
3.2 Saran
Fakta yang ada pada masyarakat, bahwa lulusan perawat masih belum di akui
sebagai sosok profesional yang akan mampu memberikan kontribusi yang hebat
dalam system pelayanan. Pandangan tersebut harus kita terima dengan lapang dada
dan sekaligus sebagai pemicu adrenalin kita untuk membuktikan jati diri kita, bahwa
seorang perawat adalah profesional dengan segala atribut yang menyertainya.
Hal yang harus dan terus kita lakukan adalah memperbaiki citra perawat dengan
menunjukkan jati diri perawat dengan KOREK API (Komunikasi, Organisatoris,
Responsif and Responsible, Efisiensi dan Efectif, Komitmen serta tunjukkan API :
Aktualisasi, Produktif,dan Inovatif).
8
DAFTAR PUSTAKA