You are on page 1of 29

0

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN


SAINTIFIK PADA SUB POKOK BAHASAN IRISAN DAN GABUNGAN
HIMPUNAN DI KELAS VII SMP




Makalah
Sebagai Salah Satu Tugas dalam Mata Kuliah
Desain Pembelajaran Matematika



Oleh:
Tri Wahyudi
NIM. 06022681318067



Dosen Pembina
1. Dr. Rusdy A Siroj, M.Pd
2. Dr. Somakim, M.Pd




PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA SRIWIJAYA
TAHUN 2014

1

A. PENDAHULUAN
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat
pesat, dewasa ini sangat mempengaruhi kehidupan dan mobilitas masyarakat
Indonesia sebagai masyarakat global, terlebih di bidang pendidikan. Seiring
dengan pesatnya perkembangan IPTEK, sistem pendidikan nasional diharapkan
dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor utama
bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia. Dari sekian banyak unsur
dalam pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan
kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas
potensi peserta didik.
Kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat
diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi manusia
berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Kurikulum
sebagaimana yang ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Untuk dapat menghadapi tantangan zaman seperti saat ini
maka kurikulum yang digunakan tentunya harus memiliki standar yang sama
dengan standar internasional.
Pada kenyataannya, tujuan kurikulum yang dimaksudkan untuk
menghadapi tantangan zaman belum tercapai. Menurut materi pelatihan guru
dalam modul implementasi kurikulum 2013, berdasarkan analisis hasil PISA
2009, ditemukan bahwa dari 6 (enam) level kemampuan yang dirumuskan di
dalam studi PISA, hampir semua peserta didik Indonesia hanya mampu
menguasai pelajaran sampai level 3 (tiga) saja, sementara negara lain yang terlibat
di dalam studi ini banyak yang mencapai level 4 (empat), 5 (lima), dan 6 (enam).
Dengan keyakinan bahwa semua manusia diciptakan sama, interpretasi yang dapat
disimpulkan dari hasil studi ini adalah yang diajarkan di Indonesia berbeda
2

dengan tuntutan zaman. Selain itu analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 di
bidang matematika dan IPA untuk peserta didik kelas 2 SMP juga menunjukkan
hasil yang tidak jauh berbeda. Lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya
mampu mencapai level menengah, sementara misalnya di Taiwan kurang lebih
50% peserta didiknya mampu mencapai level tinggi dan advance. Dari hasil ini
dapat disimpulkan bahwa yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang
diujikan atau yang distandarkan di tingkat internasional.
Untuk menjawab dan memberikan solusi pada permasalahan tersebut,
pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan
mengembangkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Pengembangan
Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 yang mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Adapun tujuan kurikulum 2013
menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 tahun 2013
yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia.
Selain itu pengembangan kurikulum 2013 bertujuan untuk menghadapi
pergeseran paradigma pembelajaran pada abad 21. Sisdiknas (2012) menyatakan
bahwa dalam perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan abad 21 telah
terjadi pergeseran paradigma pembelajaran. Pergeseran paradigma tersebut adalah
(1) pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari
berbagai sumber observasi bukan diberi tahu; (2) pembelajaran diarahkan untuk
mampu merumuskan masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah
(menjawab); (3) pembelajaran diarahkan untuk melatih berpikir analitis
(pengambilan keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin); (4) Selain itu
pembelajaran menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi dalam
menyelesaikan masalah.
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap tingkat pendidikan
adalah matematika. Mata pelajaran matematika sebagai bagian dari kurikulum
3

2013 tentu memiliki peranan penting untuk mencapai tujuan kurikulum 2013.
Terlebih lagi, banyak literasi-literasi internasional di bidang matematika, seperti
TIMMS dan PISA. Adapun tujuan pembelajaran matematika menurut National
Council of Teachers of Matematics (NCTM) adalah: (1) belajar untuk
berkomunikasi (mathematical communication), (2) belajar untuk bernalar
(mathematical reasoning), (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical
problem solving), (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections),
dan (5) pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward
mathematics).
Pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas berdasarkan kurikulum
2013, yaitu menggunakan pendekatan saintifik (scientific approach). Dimana
proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan perpaduan antara
proses pembelajaran yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi
(bereksplorasi), menalar (mengasosiasi), dan mengkomunikasi atau yang sering
dikenal dengan pendekatan 5M. Dengan penggunaan pendekatan saintifik
diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran matematika, baik secara global
maupun nasional.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis akan mendesain pembelajaran
matematika dengan pendekatan saintifik pokok bahasan irisan dan gabungan
himpunan di kelas VII SMP yang didesain berdasarkan pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013.

B. TEORI BELAJAR MATEMATIKA YANG RELEVAN
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach). Di dalam
pembelajaran dengan pendekatan saintifik, peserta didik secara aktif
mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya melalui tahapan-tahapan mengamati
(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang ditemukan. Bagi peserta didik, pengetahuan yang
4

dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari
ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas,
dan dari yang bersifat konkret menuju abstrak.
Proses pembelajaran saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu
sikap (tahu mengapa), pengetahuan (tahu apa), dan keterampilan (tahu bagaimana)
yang menghasilkan peserta didik yang produktif, inovatif, kreatif dan afektif
(Kemdikbud, 2013). Proses pembelajaran yang melibatkan ketiga ranah tersebut
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Proses Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai
berikut (Kemendikbud, 2013):
1. Berpusat pada siswa.
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,
hukum atau prinsip.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa.
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.
Selain itu, Kemendikbud (2013) juga menyatakan beberapa tujuan
pembelajaran secara spesifik dalam pendekatan saintifik, tujuan-tujuan tersebut
diantaranya:
1. Meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa.
5

2. Membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara
sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide khususnya dalam
menulis artikel ilmiah.
6. Mengembangkan karakter siswa.
Pendekatan saintifik relevan dengan beberapa teori belajar di antaranya
yaitu teori konstruktivisme radikal Jean Piaget, teori konstruktivisme sosial
Vygotsky, teori belajar Thorndike, dan teori belajar bermakna Ausubell.

1. Teori Konstruktivisme Radikal Jean Piaget
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan
pembentukan dan perkembangan skema. Skema adalah suatu struktur mental
atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi
dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skema tidak pernah berhenti
berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang
dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut
dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi apabila adanya
kecocokan antara pengetahuan yang baru dengan struktur kognitif. Sedangkan
akomodasi terjadi apabila tidak adanya kecocokan antara pengetahuan yang
baru dengan struktur kognitif. Akomodasi itu sendiri adalah proses perbaikan
pengetahuan yang sudah ada atau membuat skema baru yang sesuai dengan
pengetahuan baru yang didapat..
Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik
(scientific approach) yaitu teridiri dari 5 pengalaman belajar yaitu:
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Prosesnya
dimulai dengan memberikan siswa suatu masalah. Dimana dengan masalah
tersebut diharapkan siswa mampu membangun pengetahuannya sendiri.
Mengeksplorasi pengetahuan yang baru dan kemudian menghubungkan atau
6

mengasosiasikannya dengan pengetahuan yang sudah ada. Proses diawali
dengan mengamati maslah tersebut, siswa diharapkan menggali informasi
sebanyak-banyaknya. Selanjutnya, siswa membuat rumusan masalah atau
menggali pertanyaan yang berhubungan atau dapat menambah informasi
berkenaan dengan masalah tersebut. Kemudian siswa mengeksplorasi, mencari
informasi yang terkait dengan masalah sebanyak-banyaknya, menemukan
fakta, merumuskan dugaan atau hipotesis. Selanjutnya siswa mengasosiasi
informasi-informasi yang diperoleh untuk menarik kesimpulan dari masalah.
Dan yang terakhir adalah siswa menyajikan pengetahuan yang mereka peroleh
melalui lisan atau tulisan.
Dari langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik di atas, siswa
menggali dan membangun pengetahuannya sendiri. Siswa mengasimilasi dan
mengakomodasi pengetahuan. Ketika diberikan suatu masalah dalam proses
pembelajaran, siswa mengamati masalah sehingga didapat pengetahuan baru.
Siswa dibimbing untuk membangun sendiri pengetahuannya. Kemudian siswa
mengecek pengetahuan yang baru dengan yang sudah ada, dan apabila dalam
proses pembelajaran diketahui bahwa pengetahuan yang dimiliki tidak sama
dengan pengetahuan yang sudah ada maka terjadilah perbaikan atau
pengubahan pengetahuan. Berdasarka hal tersebut, tampak jelas pendekatan
saintifik bersesusuaian dengan teori kontruktivisme radikal Jean Piaget,
dimana siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sedikit demi sedikit
melalui proses adaptasi yaitu asimilasi dan akomodasi.

2. Teori Konstruktivisme Sosial Vygotsky
Menurut Vygotsky siswa sebaiknya belajar melalui interaksi dengan
orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Dalam kegiatan belajar di
kelas, guru adalah sebagai orang dewasa tersebut. Selain itu, guru hendaknya
mengorganisasi situasi kelas dan menerapkan strategi pembelajaran yang
memungkinkan siswa saling berinteraksi yaitu interaksi siswa dengan siswa
lainnya atau siswa dengan guru, serta menstimulus keterlibatan siswa melalui
pemecahan masalah yang membutuhkan kehadiran orang lain (guru atau
teman sebaya yang lebih memahami masalah) dan memberikan bantuan di
saat mereka mengalami kesulitan (scaffolding). Interaksi sosial dan
7

keterlibatan siswa tersebut akan memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Sedangkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik salah
satunya dengan membentuk jejaring pembelajaran atau pembelajaran
kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif, kewenangan guru lebih bersifat
manajer belajar atau direktif, sedangkan peserta didik harus lebih aktif
(Kemdikbud, 2013). Dengan kata lain dalam pembelajaran saintifik guru
hanya sebagai pengarah atau pembimbing dan memberikan bantuan bila siswa
mengalami kesulitan. Jejaring pembelajaran dimaksudkan adanya interaksi
antara siswa dengan teman-temannya atau siswa dengan guru. Siswa
berkolaborasi atau secara berkelompok memecahkan masalah melalui langkah
pembelajaran saintifik seperti mengamati masalah, menanya kepada teman
atau guru, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan yang
kesemuanya tidak terlepas dari bimbingan guru.
Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa antara teori belajar
vygotsky dan pendekatan saintifik memiliki kesamaan yaitu dalam proses
pembelajaran siswa melakukan interaksi sesama siswa atau dengan guru untuk
memecahkan masalah dan guru sebagai pengarah/pembimbing.

3. Teori Belajar Asosiasi Thorndike
Salah satu langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik adalah
menalar (associating) yang menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan
sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh
simpulan berupa pengetahuan (Kemendikbud, 2013). Istilah menalar disini
merujuk pada teori belajar asosiasi yang di kembangkan oleh Thorndike. Yang
dimaksud dengan istilah asosiasi dalam pembelajaran disini adalah
kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori
kemudian pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak
berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran akan berhasil secara
efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik.
8

Selebihnya menurut Thorndike, proses belajar peserta didik terjadi secara
perlahan atau inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba. Dalam
Hergenhahn & Mathew (2008), Thorndike mengemukakan beberapa hukum
belajar, adapun hukum-hukum belajar tersebut antara lain:
a. Law of Readiness (Hukum Kesiapan)
Law of Readiness (Hukum Kesiapan) yang dikemukakan dalam bukunya
yang berjudul The Original Nature of Man mengandung tiga bagian yang
diringkas sebagai berikut:
Ketika seseorang siap untuk melakukan suatu tindakan, maka
melakukannya akan memuaskan
Ketika seseorang siap untuk melakukan suatu tindakan, maka tidak
melakukannya akan menjengkelkan
Ketika seseorang belum siap untuk melakukan suatu tindakan tetapi
dipaksa melakukannya, maka melakukannya akan menjengkelkan.
b. Law of Exercise (Hukum Latihan)
Teori Thorndike mencakup hukum Law of exercise (Hukum Latihan),
yang terdiri dari dua bagian:
Koneksi antara stimulus dan respons akan menguat saat keduanya
dipakai. Dengan kata lain, melatih koneksi (hubungan) antara situasi
yang menstimulasi dengan suatu respons akan memperkuat koneksi
di antara keduanya.
Koneksi antara situasi dan respons akan melemah apabila praktik
hubungan dihentikan.
c. Law of Effect (Hukum Efek)
Law of Effect (Hukum Efek), yang digagasnya sebelum tahun 1930, adalah
penguatan atau pelemahan dari suatu koneksi antara stimulus dan respon
sebagai akibat dari konsekuensi dari respons. Jika suatu respons diikuti
dengan satisfying of affairs (keadaan yang memuaskan), kekuatan koneksi
itu akan bertambah. Jika respons diikuti dengan annoying state of affairs
(keadaan yang menjengkelkan), kekuatan koneksi itu menurun.


9

4. Teori Belajar Bermakna Ausubell
Pembelajaran bermakna (meaningfull learning) yang digagas David P.
Ausubel merupakan suatu proses pembelajaran yang mengkaitkan informasi
baru dengan konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
siswa. Yang dimaksud struktur kognitif ini ialah fakta-fakta, konsep-konsep,
dan generalisasi-generalisasi yang dipahami dan diingat siswa. Pada
pembelajaran ini siswa lebih mudah memahami dan mempelajari, karena guru
mampu dalam memberi kemudahan bagi siswanya sehingga mereka dengan
mudah mengaitkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada dalam
pikirannya.
Dalam Dahar (2011) salah satu prinsip pembelajaran yang
dikembangkan oleh Ausubell adalah model pengaturan awal. Pengaturan Awal
adalah perangkat pedagogik yang membantu menerapkan prinsip-prinsip
dengan menghubungkan kesenjangan antara apa yang siswa sudah ketahui
dan apa yang perlu ia ketahui. Pengaturan awal mengarahkan para siswa ke
materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat
kembali informasi yang berhubungan dengan materi itu, sehingga dapat
digunakan dalam menanamkan pengetahuan baru. Hal ini sejalan dengan
pendekatan saintifik. Pada saat proses mengamati siswa dibimbing untuk
mengaitkan pengetahuan yang mereka miliki dengan permasalahan guna
mendapatkan pengetahuan baru. Proses mengamati sangat bermanfaat bagi
pemenuhan rasa ingin tahu siswa. Sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode mengamati siswa menemukan
fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan.





10

C. RENCANA PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Satuan Pendidikan : SMP
Kelas/Semester : VII / 1
Mata Pelajaran : Matematika
Topik : Irisan dan Gabungan Himpunan
Waktu : 2 x 40 menit

A. Kompetensi Inti
KI.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI.2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
KI.3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
KI.4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar
2.1 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung
jawab, responsif dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah.
2.2 Memiliki sikap terbuka, santun, objektif, menghargai pendapat dan karya
teman dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari.
3.2 Menjelaskan pengertian himpunan, himpunan bagian, komplemen
himpunan, operasi himpunan dan menunjukkan contoh dan bukan contoh.
11

C. Indikator
1. Memahami konsep irisan dan gabungan himpunan dari permasalahan nyata
2. Menggunakan konsep irisan dan gabungan himpunan dalam menyelesaikan
permasalahan nyata.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat memahami konsep irisan dan gabungan himpunan dari
permasalahan nyata
2. Siswa dapat menggunakan konsep banyaknya anggota irisan dan gabungan
himpunan dalam menyelesaikan permasalahan nyata.

E. Materi
Himpunan

F. Pendekatan/Model/Metode Pembelajaran
Pendekatan : Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)
Metode : Diskusi, Tanya jawab, dan tugas

G. Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Deskripsi Kegiatan Guru Deskripsi Kegiatan Siswa
Alokasi
Waktu
Pembukaan Guru memberikan salam dan
menyuruh siswa untuk
berdoa untuk mengawali
pembelajaran.
Guru memberitahukan materi
yang akan dipelajari yaitu
irisan dan gabungan
himpunan.
Guru mengkomunikasikan
tujuan pembelajaran.

Guru mengingatkan kembali
materi sebelumnya yaitu
tentang pengertian himpunan.
Siswa menjawab salam Guru
dan berdoa mengawali
belajar.

Siswa mengetahui bahwa
mereka akan belajar tentang
irisan dan gabungan
himpunan.
Siswa mendengarkan dan
menanggapi tujuan
pembelajaran.
Siswa mengingat kembali
tentang materi sebelumnya
yaitu pengertian himpunan.

8
menit
12

Guru memotivasi siswa
dengan mengaitkan materi
irisan dan gabungan
himpunan dengan kehidupan
sehari-hari.

Guru menginformasikan cara
belajar yang akan
dilaksanakan dan meminta
siswa untuk bergabung ke
dalam kelompoknya masing-
masing.
Siswa termotivasi untuk
belajar karena mengetahui
bahwa materi yang akan
dipelajari berhubungan
dengan kehidupan sehari-
hari.
Siswa mengetahui cara
pembelajaran yang akan
dilaksanakan sehingga
mereka tahu apa yang harus
dilakukan dan bergabung ke
dalam kelompoknya masing-
masing.
Inti


















Mengamati

67
menit
















Guru memberikan masalah
tentang himpunan apa saja
yang dapat dibentuk dari
siswa yang terdapat di kelas
mereka serta menyebutkan
anggotanya.
Guru memberikan masalah
yang berkaitan dengan irisan
dan gabungan himpunan
yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
Siswa mengamati teman-
teman di kelasnya untuk
menentukan himpunan apa
saja yang dapat dibentuk dan
menuliskan anggotanya.

Siswa mengamati keadaan
permasalahan yang diberikan
tentang irisan dan gabungan
himpunan yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-
hari.
Menanya
Guru memotivasi siswa untuk
bertanya tentang irisan
himpunan dengan
memberikan permasalahan
tentang himpunan-himpunan
Siswa termotivasi untuk
bertanya, seperti: Apakah
himpunan-himpunan tersebut
memiliki irisan? Disebut
apakah himpunan tersebut
13

































yang terdapat anggotanya
yang sama dan tidak ada
anggota yang sama
jika tidak memiliki irisan?





























Mengeksplorasi
Guru membimbing
bagaimana menentukan
himpunan yang dapat
dibenntuk dari siswa di kelas
mereka.
Guru membimbing
bagaimana cara membuat
diagram venn dari irisan dan
gabungan himpunan.
Guru membimbing siswa
menentukan banyaknya
anggota dari masing-masing
himpunan, irisan himpunan
serta gabungan himpunan
dari diagram venn yang
diberikan.
Siswa berdiskusi menentukan
himpunan apa yang dapat
dibentuk dari teman-teman di
kelasnya.

Siswa berdiskusi membuat
diagram venn dari
permasalahan tentang irisan
dan gabungan himpunan.
Siswa berdiskusi menentukan
banyaknaya anggota dari
masing-masing himpunan,
irisan himpunan serta
gabungan himpunan dari
diagram venn yang diberikan.
Mengasosiasi
Guru membimbing siswa
untuk menentukan hubungan
antara banyaknya anggota
dari masing-masing
himpunan, irisan himpunan
serta gabungan himpunan
dari diagram venn yang
diberikan.
Guru membimbing siswa
untuk menyelesaikan
permasalahan lain yang
Siswa berdiskusi mencari
hubungan antara banyaknya
anggota masing-masing
himpunan, irisan himpunan
serta gabungan himpunan.



Siswa berdiskusi
menyelesaikan permasalahan
lain yang berkaitan dengan
14












berkaitan dengan hubungan
banyaknya anggota masing-
masing himpunan, irisan
himpunan serta gabungan
himpunan.
hubungan banyaknya anggota
masing-masing himpunan,
irisan himpunan serta
gabungan himpunan.
Mengkomunikasikan
Guru membimbing jalannya
diskusi agar seluruh siswa
aktif dalam diskusi.
Guru membimbing siswa
dalam menyimpulkan irisan
dan gabungan himpunan.
Guru meminta salah satu
kelompok maju ke depan
untuk mempresentasikan
hasil diskusinya selain itu
guru juga memberikan
pengarahan apabila terjadi
kesalahan dalam
penyampaian.
Siswa aktif berdiskusi dalam
kelompok dan bertukar
informasi.
Siswa menyimpulkan apa
yang dimaksud dengan irisan
dan gabungan himpunan.
Salah satu kelompok maju ke
depan kelas untuk
mempresentasikan hasil
diskusinya dan kelompok lain
menanggapinya.

Tes Tertulis
Guru memberikan tes tertulis
kepada siswa yang dikerjakan
secara mandiri untuk
mengukur tingkat
pemahaman siswa dan
ketercapaian indikator.

Siswa mengerjakan tes
tertulis secara mandiri.




Penutup Guru mengakhhiri pelajaran
dan mengevaluasinya.



Siswa mendengarkan dan
memperhatikan evaluasi dari
guru dan mencatat yang
dianggap perlu.


5
menit
15

Guru meminta siswa untuk
mengumpulkan tugas dan
lembar kegiatan siswa.
Guru memberikan pekerjaan
rumah kepada siswa tentang
irisan dan gabungan
himpunan.
Guru meminta siswa untuk
mempelajari kembali materi
irisan dan gabungan
himpunan serta mempelajari
materi pada pertemuan
berikutnya.
Siswa mengumpulkan tugas
dan lembar kegiatan siswa.

Siswa mencatat pekerjaan
rumah yang diberikan guru.




H. Sumber Pembelajaran
1. Lembar Kerja Siswa.
2. Buku Matematika Kelas VII, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, 2013.

I. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian: observasi dan tes tertulis (terlampir)
2. Prosedur penilaian
No Aspek yang dinilai
Teknik
penilaian
Waktu penilaian
1 Sikap:
a. Terlibat aktif dalam
pembelajaran
b. Bekerjasama dalam kegiatan
kelompok
c. Toleransi terhadap proses
pemecahan masalah yang
berbeda dan kreatif.
Observasi
Selama proses
pembelajaran,
diskusi dan
presentasi
2 Pengetahuan
a. Memahami dan menjelaskan
konsep irisan dan gabungan
himpunan


Tes Tertulis
Penyelesaian
tugas kelompok
dan individu
16

b. Menyelesaikan permasalahan
mengenai irisan dan gabungan
himpunan dalam kehidupan
sehari-hari
3 Keterampilan
Menggunakan konsep dan prinsip
dan strategi pemecahan masalah
yang berhubungan dengan irisan dan
gabungan himpunan
Observasi
Siswa bekerja
kelompok,
Individu,
Berdiskusi, dan
Presentasi

Palembang, Mei 2014
Mahasiswa,




TRI WAHYUDI
NIM. 06022681318067




17

INSTRUMEN PENILAIAN


A. TES TERTULIS

Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat dan jelas!
1. Jika A adalah himpunan bilangan prima antara 1 sampai 20 dan B adalah
himpunan bilangan ganjil antara 1 sampai 20. Tentukan anggota masing-
masing tiap himpunan, irisan himpunan serta gabungan himpunannya serta
sajikanlah ke dalam diagram venn daerah penyelesaian irisan dan gabungan
himpunan.
2. Sebuah puskesmas sedang merawat pasien yang menderita demam berdarah
23 orang, 11 orang menderita penyakit diare, 8 orang menderita penyakit
demam berdarah dan diare. Berapa orang pasien yang terdapat dalam
puskesmas tersebut?

RUBRIK PENSKORAN
No. Langkah Penyelesaian Skor
1. Diketahui:
A = himpunan bilangan prima antara 1 sampai 20
B = himpunan bilangan ganjil antara 1 sampai 20
Penyelesaian:
Anggota himpunan A
A = { 1, 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19}
Anggota himpunan B
B = {1, 3, 5, 7, 9, 11, 13. 15, 17, 19}
Irisan himpunan A dan B
Anggota yang sama = 1, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19
= {1, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19}
Gabungan himpunan A dan B
= {1, 2, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19}



1



1

1

2


2


18

Diagram venn






















2











2






Skor 11
2. Diketahui:
Pasien demam berdarah : n(A) = 23 orang
Pasien diare : n(B) = 11
Pasien demam berdarah dan diare : n( ) = 8
Ditanya: n( )
n( ) = n(A) + n(B) n( )
= 23 + 11 8
= 26 orang

1
1
1

2
1
1
Skor 7
Skor total 18

=




S
Irisan himpunan
. 1
. 3
. 2
. 5
. 7
. 9
. 11
B A
. 13
. 17
. 19
. 15
S
Gabungan himpunan
. 1
. 3
. 2
. 5
. 7
. 9
. 11
B A
. 13
. 17
. 19
. 15
19

B. LEMBAR PENGAMATAN

LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP

Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VII/1
Tahun Pelajaran : 2013/2014

Indikator sikap aktif dalam pembelajaran
1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam
pembelajaran.
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam pembelajaran
tetapi belum ajeg/konsisten.
3. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan
tugas kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsisten.

Indikator sikap bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak berusaha untuk bekerjasama dalam
kegiatan kelompok.
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bekerjasama dalam kegiatan
kelompok tetapi masih belum ajeg/konsisten.
3. Sangat baik jika menunjukkan adanya usaha bekerjasama dalam kegiatan
kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsisten.

Indikator sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan
kreatif.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak bersikap toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap
proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif tetapi masih belum
ajeg/konsisten.
20

3. Sangat baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran
terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif secara terus
menerus dan ajeg/konsisten.

Bubuhkan tanda pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
No Nama Siswa
Sikap
Aktif Kerja Sama Toleransi
KB B SB KB B SB KB B SB
1
2
3
4
5
6
dst.

Keterangan:
KB : Kurang Baik
B : Baik
SB : Sangat Baik












21

LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KETERAMPILAN

Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VII/1
Tahun Pelajaran : 2013/2014

Indikator terampil menerapkan konsep dan strategi pemecahan masalah yang
relevan yang berkaitan dengan konsep himpunan.
1. Kurang terampil jika sama sekali tidak dapat menerapkan konsep/prinsip
dan strategi pemecahan masalah yang relevan
2. Terampil jika menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan konsep dan
strategi pemecahan masalah yang relevan tetapi belum tepat.
3. Sangat terampil jika menunjukkan adanya usaha untuk menerapkan konsep
dan strategi pemecahan masalah yang relevan dan sudah tepat.

Bubuhkan tanda pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
No Nama Siswa
Keterampilan
Menerapkan konsep dan
strategi pemecahan masalah
KT T ST
1
2
3
4
dst

Keterangan:
KT : Kurang Terampil
T : Terampil
ST : Sangat Terampil



22
















KI.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI.2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
KI.3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
KI.4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.



3.2 Menjelaskan pengertian himpunan, himpunan bagian, komplemen
himpunan, operasi himpunan dan menunjukkan contoh dan bukan contoh.
Nama Kelompok:
1.
2.
3.
4.
5.
LEMBAR KEGIATAN SISWA
Kompetensi Inti A
Kompetensi Dasar B
23



1. Memahami konsep irisan dan gabungan himpunan dari permasalahan nyata
2. Menggunakan konsep irisan dan gabungan himpunan dalam menyelesaikan
permasalahan nyata.



Diskusikan dengan teman sekelompokmu penyelesaian dari kegiatan-kegiatan dan
permasalahan berikut.





1. Sekarang, observasi teman di kelasmu. Himpunan apa saja yang dapat kamu
temukan? Tuliskan anggotanya. (minimal 3 himpunan).
Contoh: Himpunan siswa yang memakai jam tangan.




2. Amati anggota-anggota himpunan yang sudah kamu temukan. Buatlah
pasangan himpunan (misal: himpunan 1 dan himpunan 2, dst.), selidikilah
apakah pasangan himpunan tersebut terdapat anggota yang sama? Tuliskanlah
dalam tabel di bawah ini.
No Pasangan Himpunan Anggota yang Sama














Indikator C
Petunjuk Umum D
Kegiatan 1
24

3. Anggota yang sama dari tabel di atas adalah irisan himpunan yang
disimbolkan dengan " " (misal ), apa yang dapat kamu simpulkan
tentang irisan himpunan?




4. Adakah pasangan himpunan yang tidak terdapat anggota yang sama?
Bagaimanakah irisan dari pasangan himpunan tersebut?




5. Sajikanlah diagram venn dari pasangan-pasangan himpunan yang kamu buat
di atas dan arsirlah daerah yang menunjukkan irisan himpunannya jika ada.












S S
S S
25




Pada suatu hari Rieke dan keluarga berkunjung ke rumah kakeknya. Mereka
membawa buah-buahan sebagai oleh-oleh yaitu durian, mangga, apel, kelengkeng
dan anggur. Ternyata di rumah kakek Rieke juga memiliki stok buah-buahan yaitu
apel, melon, anggur dan semangka. Karena banyaknya buah yang ada Ibu Rieke
berinisiatif ingin membuat sop buah dari buah-buahan yang ada.

1. Amati permasalahan di atas, himpunan apasajakah yang dapat dibentuk?



2. Ibu Rieke ingin membuat sop buah dari gabungan buah yang mereka bawa
dengan buah yang ada di rumah kakek. Buah apa sajakah yang terdapat dalam
sop buah buatan ibu Rieke?



3. Ada berapakah anggota himpunan dari sop buah tersebut? Bandingkan dengan
jumlah anggota himpunan buah yang Rieke bawa dengan buah yang ada di
rumah kekek, mengapa terdapat perbedaan?



4. Sop buah di atas merupakan gabungan dari himpunan yang disimbolkan
dengan (misal AB). Apa yang dapat kamu simpulkan tentang gabungan
himpunan?




Kegiatan 2
26

5. Sajikanlah diagram venn dari gabungan himpunan di atas dan arsirlah daerah
yang menunjukkan gabungan himpunannya








Berdasarkan dari hasil pemahamanmu terhadap masalah di atas, amati diagram-
diagram venn berikut ini.












1. Lengkapilah tabel berdasarkan hasil pengamatanmu!
No ( ) () () ( )
1. .. .. .. ..
2. .. .. .. ..
3. .. .. .. ..
4. .. .. .. ..
S
Kegiatan 3
Diagram Venn 1 Diagram Venn 2
Diagram Venn 3 Diagram Venn 4
. 1
. 3
. 2
. 4
. 5
. 7
. 9
. 11
. a
. u
. d
. i
. o
. l
. s
. 1
. 2
. 3
. 4
. 5
. 6
. 7
. a
. b . c
. d
. e
. f
. g
. h
. i
A
B
B A
B A
B A
S S
S S
27

2. Carilah hubungan antara banyaknya anggota gabungan dan irisan himpunan
berdasarkan tabel di atas!






3. Apa yang dapat kalian simpulkan?








28

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Erlangga
Hergenhahn, B.R. & Mathew H. Olson. 2008. Theories of Learning (Teori
Belajar). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Kemdikbud. 2013. Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: Kemdikbud.
Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.
Jakarta: Kemendikbud.
Kemendikbud. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Kemendikbud.
Sidiknas. 2012. Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21. Tersedia pada
http://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/uji-publik-kurikulum-2013-2.
Diakses tanggal 28 April 2014.

You might also like