You are on page 1of 8

USAHA TELUR ASIN

NAMA KELOMPOK :
PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043)
R. YISKA DEVIARANI S (0610963045)
SHANTY MESURINGTYAS (0610963059)
WIDIA NUR D (0610963067)
YOLANDA KUMALASARI (0610963071)

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER


FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2009
PENDAHULUAN
Pengasinan telur merupakan salah satu cara penambahan umur simpan telur. Telur asin merupakan
salah satu sumber protein yang mudah didapat dan berharga relatif murah. Telur asin sebagai bahan
makanan yang telah diawetkan mempunyai daya tahan terhadap kerusakan yang lebih tinggi
dibandingkan telur mentah. Telur umumnya mengandung protein 13%, lemak 12%, mineral dan vitamin.
Selain lebih awet telur asin juga digemari karena rasanya yang relatif lebih lezat dibandingkan telur
tawar biasa.

Konsumen terbesar produk telur asin adalah masyarakat menengah ke bawah, karena telur asin dapat
dijadikan sumber protein hewani yang murah. Disamping untuk konsumen rumah tangga, konsumen
lainnya yang sangat potensial adalah restoran, rumah makan, kapal-kapal laut, rumah sakit, asrama-
asrama, perusahaan jasa boga dan sebagainya.

Perkembangan industri telur asin akan mendorong perkembangan peternakan itik akan berdampak
kepada peningkatan pendapatan para peternak itik yang umumnya merupakan masyarakat pedesaan.
Industri telur asin juga dapat mengurangi ketergantungan terhadap sumber protein mahal seperti
daging.

PROFIL USAHA

Usaha pembuatan telur asin adalah salah satu jenis industri makanan yang umumnya berskala mikro dan
kecil. Bahan baku utama yang akan dijadikan telur asin adalah telur itik, sedangkan jenis telur lainnya
tidak lazim dilakukan karena kebiasaan dari masyarakat kita yang menganggap telur asin berasal dari
telur itik. Teknologi yang diperlukan untuk memproduksi telur asin secara umum merupakan teknologi
yang sederhana. Oleh karena itu perbedaan proses produksi dan kualitas produk telur asin ditentukan
berdasarkan cara pengolahannya.

POLA PEMBIAYAAN

Pola pembiayaan usaha produksi telur asin berasal dari biaya sendiri.

PERSAINGAN DAN PELUANG

Upaya yang harus dilakukan adalah menjaga mutu sehingga pelanggan puas dan tidak pindah ke
pengusaha lain. Persaingan yang mungkin akan terjadi adalah persaingan untuk mendapatkan bahan
baku yang murah, dimana petani itik petelur dapat saja memilih untuk menetaskan telur dibandingkan
menjual telur tawar kepada produsen telur asin.

Perluasan pasar dilakukan dengan pencarian pelanggan baru. Untuk mencapai tujuan ini akan
memperkerjakan beberapa orang agen pemasaran. Telur asin yang memiliki rasa lezat umumnya
memiliki keunggulan pemasaran yang jauh lebih baik dibandingkan dengan telur asin dengan rasa biasa.
Faktor rasa bagi pembeli menjadi hal yang sangat penting, oleh karena itu harus mampu memproduksi
telur asin dengan rasa yang lezat agar dapat melakukan penjualan ke luar daerah.
HARGA

 Harga bahan baku utama industri ini adalah telur itik tawar yang dibeli dengan harga Rp 550 - Rp
650 per butir.
 Harga telur asin yang dijual kepada konsumen berkisar antara Rp 750 – Rp 1.000 per butir.
 Perbedaan harga ditentukan berdasarkan ukuran telur asin, harga telur asin dengan ukuran lebih
besar dapat mencapai Rp 100 lebih mahal dibandingkan dengan telur yang berukuran lebih kecil.
 Daerah penjualan turut mempengaruhi perbedaan harga, harga telur asin di kota-kota besar relatif
lebih mahal dibandingkan harga telur asin di kota-kota kecil atau daerah pedesaan.

JALUR PEMASARAN

Pola pemasaran produk telur asin ini terbagi tiga, yaitu :

1. Menjual langsung produk ke pasar-pasar setempat. Daerah pemasaran hanya berkisar pada
pasar-pasar yang terdapat pada kabupaten yang sama dengan daerah produsen telur asin yang
bersangkutan.
2. Memperkerjakan tenaga-tenaga pemasaran di kota-kota besar untuk mendapatkan pesanan
dalam jumlah yang besar dan harga yang cukup baik. Para tenaga pemasaran tersebut akan
menjual telur asin ke rumah-rumah makan atau konsumen secara langsung. Kota yang menjadi
daerah pemasaran utama untuk produksi telur asin dari wilayah ini adalah DKI Jakarta dan
sekitarnya.
3. Pemesanan langsung dari agen-agen penjual telur asin yang berada dari luar daerah produsen
telur asin, dimana para agen tersebut akan memasok telur asin ke restoran, kapal dan
perkantoran.

Dari ketiga jenis pemasaran di atas, untuk pemesanan yang hanya memerlukan angkutan darat semua
produk diangkut dengan kendaraan, sedangkan untuk pemesanan lintas pulau menggunakan sarana
angkutan udara.

Gb. Skema jalur pemasaran telur asin


KENDALA PEMASARAN

 Kendala pemasaran yang dihadapi adalah harga bahan baku yang meningkat setiap saat manakala
terjadi kegagalan panen padi. Lonjakan harga bahan baku ini memaksa untuk menaikkan harga,
kenaikan harga dapat menyebabkan konsumen beralih ke produk pangan lain.
 Persepsi masyarakat akan bahaya dari konsumsi garam yang berlebihan. Telur asin yang memiliki
kandungan garam yang cukup tinggi menjadi makanan yang cukup dijauhi oleh mereka yang ingin
mengurangi konsumsi garamnya.

LOKASI USAHA

Lokasi usaha industri telur asin berorientasi pada daerah produksi telur itik sebagai sumber bahan baku
utama, yaitu pada daerah persawahan. Wilayah Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon
merupakan salah satu sentra industri telur asin terbesar di Jawa Barat, karena pada daerah persawahan
yang besar ini terdapat cukup banyak usaha peternakan itik.

FASILITAS PRODUKSI DAN PERALATAN

Ruangan proses produksi industri telur asin tidak harus memenuhi suatu standar tertentu, namun
diperlukan beberapa ruangan dengan tingkat pencahayaan yang berbeda. Ruangan untuk melakukan
penyortiran dan pencucian telur harus ruangan yang terang, sedangkan ruangan untuk pengasinan telur
cukup tertutup dan hangat.

Peralatan yang banyak digunakan dalam proses produksi telur asin adalah ember atau baskom untuk
tempat pencampuran adonan dengan telur serta tempat untuk mencuci telur. Adapun peralatan lainnya
berupa panci tempat perebusan telur dan kompor. Disamping itu dibutuhkan tempat penyimpanan telur
untuk menyimpan telur asin pada proses pengasinan.

BAHAN BAKU

Bahan baku utama telur asin adalah telur itik yang diperoleh dari peternak lokal dengan cara membeli di
tempat peternakan itik. Untuk menjaga mutu dari telur asin yang dihasilkan, maka bahan baku telur itik
berukuran besar, masih segar dan tidak retak.

TENAGA KERJA

Tenaga kerja yang terlibat dalam industri telur asin sebanyak :

 10 orang dengan upah Rp 250.000 – Rp 400.000 per bulan


 2 orang tenaga pemasaran dengan upah Rp 500.000 per bulan

Jika usaha ini sudah berkembang pesat maka diperlukan tenaga :

 Seorang tenaga administrasi untuk mengawasi dan bertanggung jawab terhadap keuangan
umum dan pemesanan dengan upah Rp 600.000 per bulan.
 Untuk membina dan menjalin hubungan dengan klien dan bertanggung jawab terhadap
keseluruhan kegiatan usaha adalah seorang manajer dengan upah Rp 1.000.000 per bulan.

Kecuali untuk manajer, seluruh pekerja tidak diharuskan mempunyai spesialisasi keahlian atau tingkat
pendidikan minimum tertentu selama mereka mampu mengerjakan tugas yang telah menjadi tanggung
jawabnya.

TEKNOLOGI

Telur asin dibuat dengan cara pemeraman, yaitu pembungkusan atau penyalutan telur yang dilumuri
dengan adonan pengasin (garam dan tanah liat). Cara pengasinan telur dengan metode pembungkusan
dengan menggunakan adonan garam dan tanah liat.

PROSES PRODUKSI

Diagram alir proses pembuatan telur asin adalah sebagai berikut:

Gb. diagram alir proses produksi

Proses produksi dengan cara pembungkusan dengan adonan dan pemeraman yang digunakan pada
industri telur asin adalah sebagai berikut:

a. Penseleksian telur itik

Penseleksian telur itik dilakukan pada saat pembelian telur di peternak itik dimana telur dengan kualitas
jelek tidak akan dibeli, yaitu pengamatan kekuatan kulit telur (dites dengan membenturkan dua butir
telur satu sama lain) serta pengamatan keutuhan kulit telur (diamati secara visual apabila terdapat
keretakan).
b. Pembuatan adonan

Adonan yang digunakan dalam proses pemeraman telur itik adalah campuran antara garam, tanah liat
atau serbuk bata merah. Garam menjadi bahan pembantu utama karena berfungsi sebagai pencipta rasa
asin dan sekaligus bahan pengawet serta dapat mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan oleh
bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein), dan menyerap air dari dalam
telur. Perbandingan kebutuhan bahan adonan untuk garam dan tanah liat adalah 1 : 3, kemudian
dilakukan pengadukan hingga rata dan berbentuk seperti bubur kental.

c. Pemeraman

Proses perendaman dalam adonan pengasin adalah salah satu faktor penentu derajat keasinan telur
asin. Proses ini diawali dengan memasukkan telur itik yang telah diseleksi ke dalam wadah/ember yang
telah berisi adonan. Setelah seluruh lapisan telur tertutup oleh adonan, maka telur tersebut
dipindahkan kedalam kotak kayu yang telah disiapkan untuk proses pemeraman selama 10 hari.
Semakin lama dibungkus dengan adonan maka akan banyak garam yang merembes masuk ke dalam
telur sehingga telur menjadi semakin awet dan asin.

d. Pencucian

Pencucian telur dilakukan dengan tujuan menghilangkan sisa-sisa adonan pengasin yang masih melekat
pada telur. Pencucian ini dilakukan dengan cara menggosok kulit telur dengan sikat yang telah dibasahi
cairan sabun. Setelah dicuci diakukan perendaman untuk menjamin hilangnya sisa-sisa adonan dan
sabun yang masih menempel pada kulit telur.

e. Perebusan

Proses perebusan bertujuan untuk mematangkan telur asin mentah. Proses ini dilakukan pada panci
perebus dengan kapasitas panci berkisar antara 500 - 1.500 butir untuk sekali rebus. Proses perebusan
sendiri dilakukan selama kurang lebih 3-5 jam. Setelah direbus telur asin dapat dikonsumsi hingga 21
hari.

f. Penirisan dan Pemberian Cap

Setelah dilakukan perebusan, telur asin dikeluarkan dari panci perebus dan dilakukan proses penirisan.
Proses ini dilakukan di atas wadah dimana telur diangin-anginkan hingga kering dan tidak terlalu panas.
Proses selanjutnya adalah pemberian cap merek dagang dan kode produksi.

g. Penyimpanan

Pada tahapan akhir proses produksi, telur asin yang telah diberi cap merek akan dikemas dalam
berbagai macam bentuk pengemas, seperti pengemas plastik. Namun hanya sekitar 25% dari total
produksi telur asin dikemas dalam pengemas plastik tersebut. Selanjutnya untuk keperluan pengiriman
ke konsumen, sebelum dibawa menggunakan mobil pengangkut, dilakukan pengepakan dan
penyimpanan dalam kotak-kotak kayu.
JENIS DAN MUTU PRODUKSI

Jumlah telur asin yang diproduks tergantung permintaan dan pasokan bahan baku dari peternak itik.
Perbedaan harga jual telur asin ditentukan oleh besar kecilnya telur asin, dimana perbedaan harga telur
asin untuk ukuran besar dan kecil berkisar antara Rp 100 - Rp 200.

Konsep jaminan mutu diterapkan untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Kualitas telur ditentukan oleh :

1. Kualitas bagian dalam (kekentalan putih dan kuning telur, posisi kuning telur, dan ada tidaknya
noda atau bintik darah pada putih atau kuning telur), dan
2. Kualitas bagian luar (bentuk dan warna kulit, permukaan telur, keutuhan, dan kebersihan kulit
telur).

PRODUKSI OPTIMUM

Tingkat produksi ditentukan oleh ketersedian bahan baku. Produksi telur asin sebanyak 150.000 butir
per bulan menjadi produksi optimum dengan jam kerja selama 8 jam per hari dan 7 hari dalam
seminggu.

KENDALA PRODUKSI

Faktor kritis usaha telur asin ini adalah ketersediaan dan kontinuitas bahan baku, dimana bila terjadi
kegagalan panen pasokan bahan telur itik tidak akan cukup. Oleh karena itu harus mendatangkan telur
itik dari daerah lain. Faktor kritis lain terdapat pada waktu penseleksian telur, karena mutu telur yang
akan diolah merupakan hal dominan dalam penentuan mutu produk telur asin.

POLA USAHA

1. Bahan baku didapatkan dengan cara membeli telur itik ke peternak secara langsung. Pembelian
bahan baku secara langsung dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kualitas bahan baku yang
baik serta menjamin kesinambungan ketersediaan pasokan telur itik.
2. Biaya investasi sebagian besar diperlukan untuk pembelian sarana transportasi, yang terdiri dari satu
unit mobil pick up untuk pembelian telur itik, tanah liat dan garam, satu unit mobil boks untuk
pengangkutan produk telur asin ke konsumen dan satu unit sepeda motor untuk keperluan
operasional lain.
3. Produk yang dipilih untuk usaha ini adalah telur asin yang telah direbus.

BIAYA INVESTASI DAN OPERASIONAL

 Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahap awal usaha telur asin ini meliputi tanah dan bangunan
(jika tidak ada lahan sendiri) serta prasarana angkutan dan peralatan, dengan total biaya sebesar Rp
50.000.000. Komponen terbesar adalah kendaraan (75%) yang terdiri dari mobil pick up untuk
sarana angkutan bahan baku telur itik dari peternak, mobil boks untuk sarana angkutan pemasaran
telur asin dan sepeda motor untuk operasional harian dan peralatan produksi dan pengemas (25%).
 Biaya operasional pertahun sebesar Rp 120.000.000 dengan asumsi bahwa pada tahun pertama
hingga tahun ke tiga usaha ini sudah dapat beroperasi dengan kapasitas 100%. Jadi biaya
operasional per bulannya sebesar Rp.10.000.000 (tiap harinya mengeluarkan sekitar Rp 330.000
untuk biaya operasionalnya).

PRODUKSI DAN PENDAPATAN

Berdasarkan kapasitas yang ada, produksi telur asin per bulan sebanyak 150.000 butir. Dengan harga
jual telur sebesar Rp 800 per butir, maka untuk satu tahun produksi untuk memperoleh pendapatan
sebesar Rp 1.440.000.000, namun dengan asumsi kerusakan yang ada, maka setiap tahun diperoleh
pendapatan sebesar Rp 1.400.000.000. jadi tiap bulannya diperoleh pendapatan berkisar sebesar Rp
115.000.000 (bruto).

ASPEK SOSIAL EKONOMI

 Keberadaan usaha telur asin meningkatkan nilai tambah telur-telur itik yang dihasilkan di daerah
yang bersangkutan. Adanya usaha telur asin ini juga mendorong berkembangnya usaha peternakan
itik petelur, sehingga peningkatan permintaan telur asin akan meningkatkan pula produk telur itik.
 Dari segi pemenuhan gizi masyarakat telur asin dapat menjadi salah satu sumber protein yang dapat
dijadikan pengganti daging. Dengan harga yang murah dan rasa yang lezat, telur asin akan memiliki
pasar yang luas yang tidak saja ditujukan bagi masyarakat menengah kebawah melainkan juga bagi
masyarakat menengah ke atas.
 Secara umum keberadaan dan pengembangan industri telur asin memberi dampak yang positif bagi
wilayah sekitarnya, karena semakin terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan
masyarakat dan sekaligus peningkatan pendapatan daerah. Satu unit usaha telur asin mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 12 orang, dengan upah Rp 400.000 - Rp 800.000 per orang per
bulan.

ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN

Proses produksi dalam usaha telur asin akan menghasilkan limbah padat dan limbah cair.

 Limbah padat umumnya berupa sisa-sisa telur yang tidak ikut diproduksi atau sisa-sisa pecahan telur
akibat proses produksi yang tidak ditangani dengan hati-hati. Selain itu ada pula limbah padat yang
berasal dari sisa-sisa adonan pengasin yang dibuang setelah proses pengasinan. Limbah-limbah
padat ini umumnya tidak berbahaya bagi lingkungan. Penanganan limbah yaitu dengan cara
menguburkannya di dalam tanah dimana untuk bahan organik akan terurai menjadi bahan-bahan
anorganik unsur hara tanah.
 Limbah cair yang dihasilkan dari air sisa pencucian telur yang mengandung sabun pada umumnya
langsung dibuang ke saluran air tanpa pengolahan terlebih dahulu. Dalam jangka waktu yang lama
limbah sabun ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang besar, karena
itu tindakan pengolahan limbah secara sederhana sepertinya sudah menjadi keharusan. Penanganan
limbah cair yang dihasilkan dari industri telur asin ini yaitu dengan cara pembuatan bak penampung
limbah cair sederhana.

You might also like