PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BUMI LEMIGAS CIPULIR, JAKARTA SELATAN TAHUN 2011
Laporan Magang Diajukan untuk memenuhi persyaratan kuliah semester 8 dan menunjang gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Disusun Oleh : NUR NAJMI LAILA NIM : 107101000119
PEMINATAN KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 1432H/2011 M FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MAGANG, MEI 2011
Nur Najmi Laila, NIM : 107101000119
Gambaran Prosedur Penanganan Limbah di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Cipulir Jakarta Selatan Tahun 2011
ABSTRAK PPPTMGB LEMIGAS merupakan sebuah institusi pemerintah yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan minyak dan gas bumi. PPPTMGB LEMIGAS memiliki hampir sekitar 60 Laboratorium yang beroperasi untuk melakukan penelitian tersebut. Sehingga pada saat prosesnya terdapat sisa hasil kegiatan berupa Limbah. Dimana sebagian besar limbah yang dihasilkan adalah limbah yang berasal dari Laboratorium. Adapun Limbah Laboratorium yang dihasilkan adalah berupa limbah B3 berbentuk padat, cair, dan gas serta air pecucian alat-alat Labratorium. Berdasarkan paparan tersebut, limbah yang ada termasuk limbah yang berasal dari laboratorium perlu diperlukan prosedur penanganan yang benar dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Adapun jenis limbah yang terdapat di KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS adalah Limbah cair non B3 seperti air sisa pencucian alat-alat analisis, limbah cair B3, limbah padat B3, limbah padat non B3 serta emisi yang berasal dari lemari asam. Jenis limbah sebagian besar berbentuk crude oil. Sedangkan untuk karateristik limbah B3 bersifat mudah terbakar dan menguap. Adapun pada Prosedur yang dilakukan untuk penanganan limbah Cair B3, Cair non B3, padat B3, padat non B3 dan emisi sebagian besar sudah memenuhi prosedur yang telah ditetapkan Walaupun masih terdapat beberapa hal yang kurang sesuai dengan prosedur yang ada. Sehingga berdasarkan hal tersebut masih perlunya dilakukan pemastian agar semua petugas laboratorium memahami cara pengendalian limbah yang benar sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Memastikan semua petugas Laboratorium menggunakan APD yang sesuai dan lengkap saat bekerja dan begitu juga saat penanganan Limbah yang ada demi keselamatan dan kesehatan para pekerja. Memperbaiki terus menerus penyimpanan limbah sementara, Memperbaiki wadah untuk limbah padat B3. Memperbaiki proses penanganan limbah padat non B3 organik. Meningkatkan pemantauan IPAL secara berkala. mellakukan pemantauan berkala uji kualitas limbah air dan emisi yang ada, yang dilakukan minimal 2 kali dalam setahun oleh internal dari Lemigas sendiri. Serta memastikan pengawasan terhadap lemari asam di seluruh laboratorium agar berfungsi dengan baik.
Kata kunci : Penanganan Limbah, PPPTMGB LEMIGAS, limbah cair, padat dan gas. Daftar Bacaan : 29 (1985-2010) PERNYATAAN PERSETUJUAN
GAMBARAN PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMILEMIGAS CIPULIR JAKARTA SELATAN TAHUN 2011
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Magang Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Mei 2011
Mengetahui
Ela Laelasari, SKM, M.Kes Ir. Sugeng Riyono, M.Phil Pembimbing Fakultas Pembimbing Lapangan
PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Mei 2011
Penguji I,
Ela Laelasari, SKM, M.Kes
Penguji II,
Raihana NAdra Alkaff, SKM, MMA DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : Nur Najmi Laila Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 1 April 1989 Warganegara : Indonesia Agama : Islam Alamat : Jl. Irian Blok C. 73 No. 17 Sarua Permai-Benda Baru Pamulang Tangerang Selatan Telepon : 08569976037 / (021) 96174082 E-mail : najmi.laila01@gmail.com
Pendidikan Formal: 1. TK Islam Bukit Indah Pamulang (1994-1995) 2. SD Tirta Buaran, Sarua Permai Ciputat (1995 2001) 3. Mts Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2001 2004) 4. MAN 11 Jakarta (2004 2007) 5. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (2007 sekarang)
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberi kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang ini. Laporan ini disusun dalam rangka menunjang sistem pembelajaran pada mata kuliah magang Program Studi Kesehatan Masyarakat semester VIII Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama penyusunan laporan ini, penulis sangat berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini, diantaranya : 1. Kedua orang tua penulis. Terima kasih untuk semua hal yang sudah diberikan, yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan demi kesuksesan penulis. 2. Ibu Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Fakultas, terima kasih atas semua arahan dan masukkan dalam bimbingannya selama magang dan penyusunan laporan ini. 3. Bapak Ir. Sugeng Riyono M.Phil. selaku Pembimbing Lapangan yang selalu memberikan bimbingan, masukkan, inspirasi dan arahan kepada penulis. 4. Ibu Dr. Puspa Ratu. Selaku Pembimbing lapangan di gedung KPRT Proses. 5. Seluruh Staff Komite LK3 PPPTMGB LEMIGAS, Pak Muksis, Pak Amir, Pak Aris, Mba Mawar, Ibu Ikha, Pak Michael dan Mba Gita. Terima kasih atas bantuan dan saran serta informasinya. 6. Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yang telah berperan aktif membantu Penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan dalam laporan ini. Akhir kata, kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari Penulis selaku manusia yang dhaif, sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan datang. Ciputat, Maret 2011 Penulis DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................iii PERNYATAAN PENGUJI .............................................................................. iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xii DAFTAR DIAGRAM ..................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Tujuan Magang ............................................................................................ 3 1.2.1 Tujuan Umum .................................................................................. 3 1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 3 1.3 Manfaat Magang .......................................................................................... 4 1.3.1 Bagi mahasiswa ................................................................................ 4 1.3.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ................................... 5 1.3.3 Bagi Institusi Magang....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah ........................................................................................................ 7 2.1.1. Pengertian Limbah .......................................................................... 7 2.1.2. Klasifikasi dan Karateristik Limbah .............................................. 7 2.2. Limbah Cair ............................................................................................... 8 2.2.1. Pengertian Limbah Cair.................................................................. 8 2.2.2. Sumber Limbah Cair ...................................................................... 8 2.2.3. Komposisi Limbah Cair .................................................................. 9 2.2.4. Tujuan Pengolahan Limbah Cair Industri .................................... 9 2.2.5. Dampak Limbah Cair .................................................................. 10 2.2.6. Cara- cara Pengolahan Limbah cair ............................................ 12 2.3. Limbah Padat ............................................................................................ 15 2.3.1. Pengertian Limbah Padat ............................................................. 15 2.3.2. Sumber Limbah Padat ................................................................. 16 2.3.3. Kategori Limbah Padat ................................................................ 17 2.3.4. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ............................. 17 2.3.5. Cara Pengolahan Limbah Padat .................................................. 18 2.3.6. Dampak Limbah Padat Industri .................................................. 21 2.4. Limbah Gas .............................................................................................. 22 2.4.1. Pengertian Pencemaran Udara ..................................................... 22 2.4.2. Sumber Pencemar Udara ............................................................. 22 2.4.3. Komposisi Pencemar Udara ......................................................... 23 2.4.4. Parameter Limbah Udara ............................................................ 24 2.4.4.1. Emisi Industri ................................................................. 24 2.4.4.2. Tingkat Kebauan ............................................................ 26 2.4.5. Dampak Pencemaran Udara ........................................................ 27 2.4.6. Tujuan Pengolahan Limbah Gas ................................................. 29 2.4.7. Cara-cara Pengolahan .................................................................. 29 2.6 Gambaran Umum Perusahaan .................................................................. 32 2.6.1 Sejarah PPPTMGB LEMIGAS ................................................. 32 2.6.2 Visi dan Misi PPPTMGB LEMIGAS ....................................... 34 2.6.3 Tugas Pokok PPPTMGB LEMIGAS ......................................... 34 2.6.4 Sumber Daya Manusia (SDM) PPPTMGB LEMIGAS ............ 36 2.6.5 Struktur Organisasi PPPTMGB LEMIGAS ............................. 36 2.7 Gambaran Umum Health Safety Environment (HSE) ............................. 38 2.7.1 Komite LK3 .................................................................................... 39 2.7.2 Kebijakan LK3 ............................................................................... 40 2.7.3 Tujuan dan Sasaran LK3 ............................................................... 43 2.7.4 Struktur Organisasi Komite LK3 .................................................. 45 2.8 Gambaran Umum Kelompok Program Riset Teknologi (KPRT)Proses . 47 2.9 UKL dan UPL ............................................................................................ 50 2.10 Pelaksanaan ISO 14001 : 2004 ................................................................. 51
BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN 3.1 Alur Kegiatan Magang .............................................................................. 52 3.2 Jadwal kegiatan Magang ........................................................................... 54 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Jenis dan Karakteristik Limbah di KPRT Proses .................................. 58 4.2. Prosedur Penanganan Limbah Cair B3 KPRT Proses ............................ 62 4.3. Prosedur Penanganan Limbah Cair Non B3 KPRT Proses .................... 75 4.3.1. IPAL KPRT Proses ....................................................................... 83 4.3.2. Pemantauan Limbah Cair KPRT Proses ..................................... 87 4.4. Prosedur Penanganan limbah padat B3 KPRT Proses ........................... 90 4.5. Prosedur Penanganan Limbah padat non B3 KPRT Proses ................... 99 4.6. Prosedur Penanganan Limbah Emisi Laboratorium KPRT Proses ..... 111 4.6.1.1 Pengukuran Cerobong Lemari Asam KPRT Proses ............... 118 4.6.1.2 Hasil Pengukuran Udara Lingkungan KPRT Proses .............. 119 4.7. Gudang Penyimpanan Limbah KPRT Proses ....................................... 120 4.8. Gambaran perbandingan hasil dari nilai prosedur penanganan terhadap jenis limbah yang ada. ........................................................... 121 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 124 5.2 Saran ......................................................................................................... 125 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 128 LAMPIRAN ................................................................................................... 132
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman 2.7 Konsep Sistem Manajemen Limbah (SML) .............................................. 75 4.1 Prosedur penanganan limbah cair B3 dan penilaiannya terhadap kelompok-kelompok KPRT Proses tahun 2011 ............................................63 4.2 Prosedur penanganan limbah cair non B3 dan penilaiannya terhadap kelompok-kelompok KPRT Proses tahun 2011 ........................................ 76 4.3 Prosedur penanganan limbah Padat B3 dan penilaiannya terhadap kelompok-kelompok KPRT Proses tahun 2011 ........................................ 92 4.4 Prosedur penanganan limbah Padat Non B3 dan penilaiannya terhadap kelompok-kelompok KPRT Proses tahun 2011 ...................................... 101 4.5 Prosedur penanganan limbah Emisi dan penilaiannya terhadap kelompok-kelompok KPRT Proses tahun 2011 ...................................... 114
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Halaman 2.1 Penanganan Limbah Cair .......................................................................... 15 2.2 Skema Penaganan Limbah ........................................................................ 31 2.3 Struktur Organisasi PPPTMGB LEMIGAS tahun 2010 .................... 38 2.4 Struktur Organisasi Komite LK3 PPPTMGB LEMIGAS tahun 2011 46 2.5 Struktur Organisasi Gedung KPRT Proses tahun 2011 ........................... 48 2.6 Konsep Sistem Manajemen Limbah (SML) .............................................. 51 3.1 Alur Kegiatan Magang .............................................................................. 52 4.1 Penanganan Limbah KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS ................ 61 4.2 Cara Kerja IPAL ....................................................................................... 83 DAFTAR DIAGRAM No. Diagram Halaman 4.1 Skoring Pencapaian dalam Prosedur Penanganan Limbah Cair B3 yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses ............................ 67 4.1 Pencapaian prosedur penanganan limbah cair B3 yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses ..................................................................... 74 4.2 Skoring Pencapaian dalam Prosedur Penanganan Limbah Cair non B3 yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses ......................................... 77 4.3 Pencapaian prosedur penanganan limbah cair non B3 yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses ..................................................................... 82 4.4 Skoring Pencapaian dalam Prosedur Penanganan Limbah Padat B3 yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses .......................................... 94 4.5 Pencapaian prosedur penanganan limbah Padat B3 yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses ..................................................................... 98 4.6 Skoring Pencapaian dalam Prosedur Penanganan Limbah Padat Non B3 yang dilakukan tiap Laboratorium KPRT Proses .................................. 103 4.7 Pencapaian prosedur penanganan limbah Padat Non B3 yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses ................................................................... 110 4.8 Skoring Pencapaian dalam Prosedur Penanganan Limbah Emisi yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses ........................................ 114 4.10 Pencapaian prosedur penanganan limbah Emisi yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses ................................................................ 117 4.11 Perbandingan persentase penanganan limbah antara kelompok ....... 121 DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 4.9 Limbah Sisa Analisis dan Limbah B3 Sisa Sampel Di Kelompok Analisis dan Kimia Terapan KPRT Proses .............................................. 69 4.2 Limbah B3 yang ditampung dalam botol kecil di KPRT Proses.............. 70 4.3 Autoklaf dan hasil analisis setelah dilakukan pemanasan di Autoklaf .... 79 4.4 Hasil reagen setelah dilakukan uji kinerja autoklaf ................................. 80 4.5 IPAL KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS ......................................... 86 4.6 Wadah Penampungan Majun di KPRT Proses ....................................... 96 4.7 Tungku pembakar dan Areal pembuangan sampah Organik ............... 104 4.8 Jenis tempat sampah organik dan anorganik di KPRT Proses .............. 107 4.9 Gerobak pengangkut sampah organik ................................................... 108 4.10Gerobak Sampah Anorganik dan Tempat Penampungan Sementara Sampah Anorganik ............................................................................... 108 4.11 Tempat sampah tertutup di Kelompok Bioteknologi KPRT Proses .... 109 4.12 Lemari asam dan exhause KPRT Proses ............................................. 116 4.13 Gudang penyimpanan Limbah KPRT Proses....................................... 121
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman 1. Surat Perizinan magang ..................................................................... 130 2. Prosedur- prosedur terkait Pengendalian Limbah ........................... 131 3. Formulir-formulir Inspeksi Limbah.................................................. 132 4. Hasil Pengukuran Air Limbah .......................................................... 133 5. Hasil Pengukuran emisi ruang kerja dan cerobong.......................... 134 6. Surat-surat berita penyerahan limbah .............................................. 135
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kegiatan industri dan teknologi dapat memberikan dampak langsung, disamping juga memberikan dampak tak langsung. Dikatakan dampak langsung apabila akibat kegiatan industri dan teknologi tersebut dapat langsung dirasakan oleh manusia. Dampak langsung yang bersifat positif memang diharapkan. Akan tetapi, dampak tak langsung yang bersifat negatif yang mengurangi kualitas hidup manusia harus dihindari atau dikurangi. Adapun dampak langsung yang bersifat negatif akibat kegiatan industri dan teknologi, dapat dilihat dari terjadinya masalah-masalah pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran daratan. Kegiatan pencemaran tersebut diatas mengurangi daya dukung alam. Pencemaran air dan pencemaran daratan. Kegiatan pencemaran tersebut di atas akan mengurangi daya dukung alam. Pencemaran udara, air dan daratan perlu dihindari sebagai bagian usaha menjaga kelestarian lingkungan (Wardhana, 2004). Adapun kegiatan penelitian dan pengembangan terhadap minyak dan gas mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Karena Minyak bumi merupakan komoditas ekspor utama Indonesia yang digunakan sebagai sumber bahan bakar dan bahan mentah bagi industri petrokimia. Kegiatan penelitian yang dilakukan biasanya menghasilkan hasil samping seperti limbah bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan terhadap minyak dan gas bumi tersebut. Hal ini tentunya dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan sekita baik itu berupa cair, padat maupun gas. Undang-undang No 22 tahun 2001 tentang Minyak dan 2 Gas Bumi mensyaratkan pengelolaan lingkungan hidup, yakni pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta pemulihan atas terjadinya kerusakan lingkungan hidup sebagai akibat kegiatan pertambangan, bagi badan usaha yang menjalankan usaha di bidang eksploitasi minyak bumi. Adapun Dampak pencemaran terhadap kesehatan manusia adalah seperti dapat menyebabkan seseorang sakit kepala dan pusing, menimbulkan keracunan, jika orang tersebut terlambat ditolong dapat mengakibatkan kematian, kanker kulit, katarak, infeksi saluran pernafasan, penyakit kulit, kolera, disentri, hati, ginjal, dan tulang, cacat pada saraf mata, kerusakan hati, ginjal, dan tulang, buta, dan hipertensi. Limbah B3 merupakan salah satu yang dihasilkan saat penelitian dilakukan, yang biasanya didalamnya masih mengandung bahan kimia yang masih berbahaya. Dimana bahan kimia (400 zat/senyawa) merupakan penyebab kanker pada manusia yang diantaranya adalah : Benzen, formaldehyde arsen dan lain-lain. Oleh karenanya limbah ini harus dikelola secara benar agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan masyarakat. (IARC, 2003). PPPTMGB LEMIGAS merupakan sebuah institusi pemerintah yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan minyak dan gas bumi. Dalam melaksanakan tugas tersebut, PPPTMGB LEMIGAS menyelenggarakan fungsi perumusan rencana program penelitian dan pengembangan, pelayanan jasa penelitian dan pengembangan teknologi. Karenanya sebagai lembaga penelitian dan pengembangan, PPPTMGB LEMIGAS memiliki hampir sekitar 60 Laboratorium yang beroperasi untuk melakukan penelitian tersebut. Sehingga pada saat prosesnya terdapat sisa hasil kegiatan berupa Limbah. Dimana sebagian besar limbah yang 3 dihasilkan adalah limbah yang berasal dari Laboratorium. Aadapun Limbah Laboratorium yang dihasilkan adalah berupa limbah B3 berbentuk padat, cair, dan gas serta air pecucian alat-alat Labratorium. Berdasarkan paparan tersebut, limbah yang ada termasuk limbah yang berasal dari laboratorium perlu dilakukan penanganan yang benar dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini sangat penting untuk menghindari pencemaran baik air, udara maupun darat yang tentunya juga berdampak kepada pekerja yang menanganinya secara langsung. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat tema permasalahan Limbah saat magang berlangsung dengan judul, Gambaran Prosedur Penanganan Limbah Di Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS Cipulir Jakarta Selatan Tahun 2011.
1.2 Tujuan Magang 1.2.1 Tujuan Umum Mengetahui Gambaran Prosedur Penanganan Limbah Di Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS Cipulir Jakarta Selatan Tahun 2011 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya jenis dan karakteristik Limbah di Di Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS Cipulir Jakarta Selatan tahun 2011 4 2. Diketahuinya Prosedur Penanganan Limbah Cair B3 di Di Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS Cipulir Jakarta Selatan tahun 2011 3. Diketahuinya Prosedur Penanganan Limbah Cair non B3 di Di Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS Cipulir Jakarta Selatan tahun 2011 4. Diketahuinya Prosedur Penanganan Limbah Padat B3 di Di Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS Cipulir Jakarta Selatan tahun 2011 5. Diketahuinya Prosedur Penanganan Limbah Padat non B3 di Di Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS Cipulir Jakarta Selatan tahun 2011 6. Diketahuinya Prosedur Penanganan Limbah Gas di Di Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS Cipulir Jakarta Selatan tahun 2011
1.3 Manfaat Magang 1.3.1. Bagi Mahasiswa 1. Dapat mengaplikasikan ilmu khususnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3) dan pengetahuan yang telah diperoleh diperkuliahan pada tempat kerja yang sesungguhnya. 2. Mengenal secara dekat dan nyata karakteristik dan kondisi lingkungan dunia kerja sesungguhnya. 5 3. Mendapatkan pengalaman bekerja sesuai dengan topik yang akan diteliti Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS 4. Memperoleh kesempatan bekerja sama dengan profesi lain yang ada di Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS 5. Mendapatkan pengalaman bekerja sesuai dengan topik yang aka diteliti di Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS 6. Dapat menjadi masukan dalam pelaksanaan aplikasi ilmu dan teori serta merubah wawasan dan pengalaman mahasiswa di Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS 7. Dapat menjadi masukan dalam pelaksanaan aplikasi ilmu dan teori serta merubah wawasan dan pengalaman mahasiswa di Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS 1.3.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat 1. Laporan magang dapat dijadikan sebagai bahan tambahan bacaan mengenai gambaran penanganan limbah di Di Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS 2. Terbinanya kerja sama dengan instansi perusahaan lahan magang guna menambah pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan 6 3. Meningkatkan kualitas pendidikan dan melibatkan tenaga tenaga terampil dan tenaga lapangan dalam kegiatan magang 4. Memperoleh masukan yang positif untuk dapat ditetapkan dalam program magang selanjutnya 1.3.3. Bagi Institusi Magang 1. Perusahaan dapat menjalankan program perusahaan yang berada di sector edukasi. 2. Perusahaan dapat melakukan koreksi terhadap dilingkungan kerja yang telah mereka miliki. 3. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara perusahaan dengan Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Jakarta. 4. Hasil dari kegiatan magang dapat dijadikan suatu sumber ilmu baru yang lebih akurat dan dapat dijadikan masukan yang bermanfaat tentang gambaran pengolahan limbah 5. Hasil dari magang yang dilakukan penulis dapat dijadikan referensi masukan yang bermanfaat tentang kajian dalam aspek Lindungan Lingkungan Komite LK3.
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah 2.1.1. Pengertian Limbah Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dandebu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. 2.1.2. Klasifikasi dan Karateristik Limbah Berdasarkan nilai ekonominya limbah dibedakan menjadi limbah yang mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah dimana dengan melalui suatu proses lanjut akan memberikan suatu nilai tambah. Limbah non ekonomis adalah suatu limbah walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara apapun tidak akan memberikan nilai tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. Limbah jenis ini sering menimbulkan masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan (Kristanto, 2002). Berdasarkan karakteristik 8 limbah industri dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu limbah cair, limbah padat dan limbah gas (Darmono, 2001). Pendapat lain menyatakan bahwa Limbah industri dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas yang dapat mencemari lingkungan (Djajadiningrat dan Harsono, 1990). 2.2. Limbah Cair 2.2.1. Pengertian Limbah Cair Berdasarkan pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Industri, Pengertian Limbah cair adalah limbah dalam wuju cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan (BAPEDAL 1997). Sedangkan menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 582 Tahun 1995, Limbah cair adalah limbah yang berasal dari sisa kegiatan proses produksi dan usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali (KPPL 1995). Sehingga dapat dikatakan bahwa limbah cair adalah limbah yang berasal dari kegiatan yang menggunakan air, dimana hal tersebut merupakan sisa hasil dari kegiatan tersebut. 2.2.2. Sumber Limbah Cair Beberapa sumber dari air buangan antara lain adalah (Kusnoputranto, 1985) : 1. Air buangan rumah tangga (domestic wastes water). 2. Air buangan kota praja (municipal wastes water). 3. Air buangan industri (industrial wastes water).
9 2.2.3. Komposisi Limbah Cair Limbah Cair mempunyai komposisi yang bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat sesuai dengan sumber asalnya. Komposisi Limbah cair sebagian besar terdiri dari air (99,9%) dan sisanya terdiri dari partikel-partikel padat terlarut dan tidak terlarut sebesar (0,1%). Partikel-partikel padat terdiri dari (70 %) zat organik dan (30 %) zat anorganik. Zat-zat organik tersebut sebagian besar mudah terurai (degredable) yang merupakan sumber makanan dan media yang baik bagi bakteri dan organisme lainnya. Sedangkan zat-zat anorganik terdiri dari grift, salt dan metal (logam) yang merupakan bahan pencemar yang penting (Djabu, 1990). 2.2.5. Tujuan Pengolahan Limbah Cair Industri Pengolahan limbah cair industri mempunyai tujuan (Pandia, 1995): 1. Penghilangan bahan tersuspensi dan terapung. 2. Penghilangan organisme patogen. 3. Pengolahan bahan organik yang terbiodegradasi. 4. Peningkatan pengertian tentang dampak pembuangan limbahan yang tidak diolah atau sebagian diolah terhadap lingkungan. 5. Peningkatan pengetahuan dan pemikiran tentang efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan oleh komponen tertentu dalam limbah yang dibuang ke badan air. 6. Peningkatan kepedulian nasional untuk perlindungan lingkungan. 7. Pengembangan berbagai metoda yang sesuai untuk pengolahan limbah.
10 2.2.6. Dampak Limbah Cair 1. Terhadap Badan Air a. Limbah cair organik Kandungan senyawa organik dalam badan air penerima akan meningkat, akan terjadi kadar parameter menyimpang dari standard maka akan terjadi penguraian yang tidak seimbang dan akan menimbulkan kondisi septik (suatu keadaan dimana kadar oksigen terlarut nol) dan timbul bau busuk (H 2 S). b. Limbah cair anorganik Pada badan air penerima, kandungan unsur kimia beracun, logam berat, dan lain-lain meningkat. Kadang-kadang diikuti dengan kenaikan temperatur, kenaikan/penurunan pH. Keadaan ini akan mengganggu kehidupan air misalnya tumbuhan dan hewan akan punah ataupun ada senyawa beracun/ logam berat dalam kehidupan air. Bila air tersebut mempunyai kesadahan tinggi atau partikel yang dapat mengendap cukup banyak, hal ini akan mengakibatkan pendangkalan, sehingga dapat menimbulkan banjir di musim hujan. Selain itu senyawa beracun/ logam berat sangat membahayakan bagi masyarakat yang menggunakan air sungai sebagai badan air penerima yang dipergunakan sebagai sumber penyediaan air bersih (Depkes RI, 1987). 2. Terhadap Kesehatan Manusia Limbah cair berperan dalam kehidupan karena selain mengandung air juga terdapat di dalamnya zat-zat organik dan anorganik yang diperlukan dalam 11 batas-batas tertentu, oleh sebab itu ada dua peranan Limbah cair dalam kehidupan yaitu peranan positif dan negatif. Peranan positif apabila Limbah cair dengan kualitas parameter yang dikandungnya sesuai dengan peruntukannya antara lain untuk irigasi, perikanan, perkebunan, perindustrian, rumah tangga, rekreasi, dan lain-lain. Peranan Limbah cair yang lain selain lebih banyak negatifnya karena manusia tidak merasa berkepentingan akan Limbah cair tersebut. Limbah cair dianggap sebagai air yang tidak berguna lagi atau tidak diperuntukkan lagi, oleh karena itu membuangnya begitu saja tanpa mempertimbangkan segi negatifnya yang mungkin timbul baik terhadap sumber alam hayati dan non hayati yang berguna bagi kehidupan. Peranan negatif tersebut termasuk pengaruhnya terhadap kesehatan manusia dan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Badan air yang menerima limbah cair industri, mempunyai potensi untuk menyebabkan gangguan saluran pencernaan makanan, kulit, dan sistem tubuh lain. Ada beberapa penyakit yang ditularkan melalui Limbah cair antara lain (Soedjono, 1991) : Penyakit Amoebiasis, Ascariasis, Cholera, penyakit cacing tambang, Leptospirosis, Shigellosis, Strongyloidiasis, Tetanus, Trichuriasis, dan Thypus.
2.2.7. Cara- cara Pengolahan Limbah cair Menurut Soeparman, 2002 pengolahan limbah dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu : 12 1. Pengolahan pendahuluan Pengolahan pendahuluan digunakan untuk memisahkan padatan kasar, mengurangi ukuran padatan, memisahkan minyak atau lemak, dan proses menyetarakan fluktuasi aliran limbah pada bak penampung. Unit yang terdapat dalam pengolahan pendahuluan adalah : a. Saringan (bar screen) b. Pencacah (communitor) c. Bak penangkap pasir (grit chamber) d. Penangkap lemak dan minyak (skimmer and grease trap) e. Bak penyetaraan (equalization basin) 2. Pengolahan tahap pertama Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengurangi kandungan padatan tersuspensi melalui proses pengendapan (sedimentation). Pada proses pengendapan partikel padat dibiarkan mengendap ke dasar tangki. Bahan kimia biasanya ditambahkan untuk menetralisasi dan meningkatkan kemampuan pengurangan padatan tersuspensi. Dalam unit ini pengurangan BOD dapat mencapai 35 % sedangkan suspended solid berkurang sampai 60 %. Pengurangan BOD dan padatan pada tahap awal ini selanjutnya akan membantu mengurangi beban pengolahan tahap kedua. 3. Pengolahan tahap kedua Pengolahan tahap kedua berupa aplikasi proses biologis yang bertujuan untuk mengurangi zat organik melalui mekanisme oksidasi biologis. Proses biologis yang dipilih didasarkan atas pertimbangan kuantitas limbah cair yang masuk unit 13 pengolahan, kemampuan penguraian zat organik yang ada pada limbah tersebut serta tersedianya lahan. Pada unit ini diperkirakan terjadi pengurangan kandungan BOD dalam rentang 35 95 % bergantung pada kapasitas unit pengolahnya. Unit yang biasa digunakan pada pengolahan tahap kedua berupa saringan tetes (trickling filters), unit lumpur aktif dan kolam stabilisasi. 4. Pengolahan tahap ketiga atau pengolahan lanjutan Pengolahan tahap ketiga disamping masih dibutuhkan untuk menurunkan kandungan BOD juga dimaksudkan untuk menghilangkan senyawa fosfor dengan bahan kimia sebagai koagulan, menghilangkan senyawa Nitrogen melalui proses amonia stripping menggunakan udara ataupun Nitrifikasi-Denitrifikasi dengan memanfaatkan reaktor biologis, menghilangkan sisa bahan organik dan senyawa penyebab warna melalui proses absorbsi menggunakan karbon aktif, menghilangkan padatan terlarut melalui proses pertukaran ion, osmosis balik maupun elektrodialisis. Beberapa tahap pengolahan lanjutan antara lain (Soeparman, 2002) : 1. Proses pemekatan yang bertujuan mengurangi kadar air yaitu dengan cara pengapungan. 2. Proses stabilisasi yang menggunakan proses biologis, baik secara aerob maupun anaerob. 3. Proses pengaturan/conditioning yang bertujuan untuk mengurangi kadar air dengan cara penggumpalan yang menggunakan polimer sehingga dapat mempermudah proses pengangkutan. 4. Proses pengurangan air yang bertujuan mengurangi kadar air dari lumpur. Cara yang dapat dilakukan untuk mengambil air yang terdapat di dalam lumpur 14 dengan cara alamiah maupun cara mekanis misalnya penyaringan dengan penekanan, gerakan kapiler, saringan hampa udara, pemutaran dan pemadatan. 5. Proses penyaringan yang menggunakan bak pengering. 6. Proses pembuangan yang dapat dilakukan di laut dan di tanah. 7. Pembunuhan bakteri yang bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme patogen yang ada di air limbah. Bahan yang umum dipakai adalah desinfektan antara lain klorin yang tujuannya untuk merusak enzim dan dinding mikroorganisme.
15 Bagan 2.1 Penanganan Limbah Cair
Sumber : Soeparman, 2002 2.3. Limbah Padat 2.3.1. Pengertian Limbah Padat Limbah padat adalah benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang yang berasal dari suatu aktifitas dan bersifat padat (Kusnoputranto, 2002). Secara umum Limbah Pencemaran Industri TEKNOLOGI Primary Treatment Secondary Treatment Tertiary Treatment Proses Fisika Kimia Biologi BAKU MUTU LIMBAH 16 yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas, debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3). Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity,flammabi lity, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. 2.3.2. Sumber Limbah Padat Beberapa sumber dari limbah padat antara lain (Kusnoputranto, 2002) : 1. Sampah buangan rumah tangga termasuk sisa bahan makanan, sisa pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga sampai sisa tumbuhan kebun dan sebagainya. 2. Sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko dan sebagainya) termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan dan sampah pembungkus lainnya, sisa bangunan, sampah tanaman dan sebagainya. 3. Sampah buangan jalanan termasuk diantaranya sampah berupa debu jalan, sampah sisa tumbuhan taman, sampah pembungkus bahan makanan dan bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa kotoran serta bangkai hewan. 4. Sampah industri termasuk diantaranya air limbah industri, debu industri. Sisa bahan baku dan bahan jadi dan sebagainya. 17 5. Pertanian 2.3.4. Kategori Limbah Padat Adapun kategori untuk limbah padat pada industri adalah : 1. Limbah padat non B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) diantaranya lumpur, boiler ash, sampah kantor, sampah rumah tangga, spare part alat berat, sarung tangan, dan sebagainya. 2. Limbah padat B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) diantaranya bahan radioaktif, bahan kimia, toner catridge, minyak, dan sebagainya. 2.3.5. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Menurut sumbernya limbah B3 dibagi atas : 1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah berasal bukan dari proses utamanya, tetapi dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, dan lain-lain. 2. Limbah B3 dari sumber spesifik adalah sisa proses suatu industri atau kegiatan yang dapat ditentukan. 3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Limbah yang termasuk sebagai limbah B3 apabila memiliki salah satu atau lebih karakteristik sebagai berikut : 1. Mudah meledak 2. Mudah terbakar 3. Bersifat reaktif 4. Beracun 18 5. Menyebabkan infeksi dan 6. Bersifat korosif (PPRI No. 18 Tahun 1999). 2.3.8. Cara Pengolahan Limbah Padat Berdasarkan sifatnya pengolahan limbah padat dapat dilakukan melalui 2 cara (Kristanto, 2002) : 1. Limbah padat tanpa pengolahan. 2. Limbah padat dengan pengolahan. Limbah padat tanpa pengolahan dapat dibuang ke tempat tertentu yang difungsikan sebagai tempat pembuangan akhir karena limbah tersebut tidak mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya. Tempat pembuangan limbah semacam ini dapat di daratan ataupun di laut. Berbeda dengan limbah padat yang mengandung senyawa kimia berbahaya atau yang setidak-tidaknya menimbulkan reaksi kimia baru. Limbah semacam ini harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum limbah diolah : a. Jumlah limbah, jika jumlah limbahnya sedikit maka tidak membutuhkan penanganan khusus seperti tempat dan sarana pembuangannya, tetapi jika limbah yang dibuang misalnya 4 meter kubik perhari sudah tentu membutuhkan tempat pembuangan akhir dan sarana pengangkutan tersendiri. b. Sifat fisik dan kimia limbah, dapat merusak dan mencemari lingkungan, secara kimia dapat menimbulkan reaksi saat membentuk senyawa baru. Limbah padat yang berupa lumpur akan mencemari air tanah melalui penyerapan ke dalam tanah. 19 c. Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan, perlu diketahui komponen lingkungan yang rusak akibat pencemaran pada tempat pembuangan akhir. Unsur mana yang terkena dampak dan bagaimana tingkat pencemaran yang ditimbulkan. d. Tujuan akhir yang hendak dicapai, tujuan yang hendak dicapai tergantung dari kondisi limbah, bersifat ekonomis atau non ekonomis. Untuk limbah yang memiliki nilai ekonomis mempunyai tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan untuk memanfaatkan kembali bahan yang masih berguna. Sedangkan limbah non ekonomis pengolahan ditujukan untuk pencegahan perusakan lingkungan. Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas pengelolaan limbah padat dapat dilakukan proses-proses sebagai berikut : 1. Pemisahan Pemisahan perlu dilakukan karena dalam limbah terdapat berbagai ukuran dan kandungan bahan tertentu. Proses pemisahan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : a. Sistem Balistik Pemisahan cara ini dilakukan untuk mendapatkan ukuran yang lebih seragam, misalnya atas berat dan volumenya. b. Sistem Gravitasi Pemisahan dilakukan berdasarkan gaya beratnya, misalnya terhadap bahan yang terapung dan bahan yang tenggelam dalam air yang karena gravitasi akan mengendap. c. Sistem Magnetis 20 Bahan yang bersifat magnetis akan menempel pada magnet yang terdapat pada peralatan sedangkan yang tidak mempunyai akan langsung terpisah. 2. Penyusutan Ukuran Ukuran bahan diperkecil untuk mendapatkan ukuran yang lebih homogen sehingga mempermudah pemberian perlakuan pada pengolahan berikutnya dengan maksud antara lain : a. Ukuran bahan menjadi lebih kecil b. Volume bahan lebih kecil c. berat dan volume bahan lebih kecil. Cara ini umumnya dilakukan dengan pembakaran (insenerasi) pada alat insenerator. 3. Pengomposan Bahan kimia yang terdapat di dalam limbah diuraikan secara biokoimia, sehingga menghasilkan bahan organik baru yang lebih bermanfaat. Pengomposan banyak dilakukan terhadap limbah yang sudah membusuk, buangan industri, lumpur pabrik dan sebagainya. Untuk beberapa jenis buangan tertentu barang kali tidak membutuhkan pengomposan, tetapi pembakaran (insenerasi) dengan tahap sebagai berikut : a. Pemekatan b. Penghancuran c. Pengurangan air d. Pembakaran e. Pembuangan.
21 2.3.9. Dampak Limbah Padat Industri 1. Terhadap Lingkungan a. Dampak Menguntungkan Dapat dipakai sebagai penyubur tanah, penimbun tanah dan dapat memperbanyak sumber daya alam melalui proses daur ulang (Slamet, 2000). b. Dampak merugikan Limbah padat organik akan menyebabkan bau yang tidak sedap akibat penguraian limbah tersebut. Timbunan limbah padat dalam jumlah besar akan menimbulkan pemandangan yang tidak sedap, kotor dan kumuh. Dapat juga menimbulkan pendangkalan pada badan air bila dibuang ke badan air (Wardhana, 2004). 2. Terhadap Manusia a. Dampak menguntungkan Dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak, dapat berperan sebagai sumber energi dan benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan (Slamet, 2000). b. Dampak merugikan Limbah padat dapat menjadi media bagi perkembangan vektor dan binatang pengguna. Baik tikus, lalat, nyamuk yang dapat menimbulkan penyakit menular bagi manusia diantaranya Demam berdarah, Malaria, Pilariasis, Pes, dan sebagainya (Wardhana, 2004).
22 2.4. Limbah Gas 2.4.1. Pengertian Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi) udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Kristanto, 2002). 2.4.2. Sumber Pencemar Udara Berdasarkan asal dan kelanjutannya di udara pencemar udara dapat dibedakan menjadi pencemar udara primer dan pencemar udara sekunder. Pencemar udara primer yaitu pencemar di udara yang ada dalam bentuk yang hampir tidak berubah, sama seperti pada saat dibebaskan dari sumbernya sebagai hasil dari suatu proses tertentu. Pencemar udara primer umumnya berasal dari sumber-sumber yang diakibatkan oleh aktifitas manusia seperti dari industri (cerobong asap industri), dari sektor industri transportasi. Pencemar udara sekunder adalah semua pencemar di udara yang sudah berubah karena reaksi tertentu antara dua atau lebih kontaminan/ polutan. Umumnya polutan sekunder merupakan hasil antara polutan primer dengan polutan lain yang ada di udara. Reaksi-reaksi yang menimbulkan polutan sekunder diantaranya adalah reaksi fotokimia dan reaksi oksida katalis. Reaksi fotokimia misalnya oleh pembentukan ozon, reaksi- reaksi oksida katalis diwakili oleh polutan berbentuk oksida gas (Kristanto, 2002). 2.4.3. Komposisi Pencemar Udara Pencemar udara primer dapat digolongkan menjadi lima kelompok yaitu (Wardhana, 2004): 23 1. Karbon Monoksida (CO), komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air dan tidak dapat larut dalam air. CO yang terdapat di alam terbentuk dari satu proses sebagai berikut pembakaran tidak sempurna terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon, reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi. Pada suhu tinggi karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan atom O. 2. Nitrogen Oksida (Nox), Nox adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfir, terdiri dari gas NO dan NO 2 . NO merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya NO 2 mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau tajam. 3. Hidrokarbon (HC), yaitu komponen-komponen hidrokarbon terdiri dari elemen hidrogen dan karbon. Hidrokarbon yang sering menimbulkan masalah dalam pencemaran udara adalah yang berbentuk gas pada suhu normal atmosfir atau hidrokarbon yang bersifat sangat volatil (mudah berubah menjadi gas) pada suhu tersebut. 4. Sulfur Oksida (Sox), yaitu pencemaran olah Sox terutama disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak berwarna yaitu SO 2 dan SO 3 . SO 2 mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara sedangkan SO 3 merupakan komponen yang tidak reaktif. 5. Partikel, polutan udara disamping berwujud gas dapat pula berbentuk partikel-partikel kecil padat dan dropled cairan yang terdapat dalam jumlah cukup besar di udara. Gas dan uap dibedakan menjadi : 24 a. Yang larut dalam air, misalnya oksigen larut dalam air. b. Yang tidak larut dalam air. Dibedakan lagi menjadi yang tidak larut tetapi berekasi dengan salah satu komponen dalam air lambat sekali, misalnya benzena. 2.4.4. Parameter Limbah Udara 2.4.4.1. Emisi Industri Udara alamiah selain terdiri dari gas dan uap air juga mengandung campuran partikel padat dan cair yang sangat halus yang disebut aerosol. Baku mutu emisi adalah batas kadar yang dikeluarkan dari zat-zat atau bahan pencemar yang dikeluarkan langsung dari sumber pencemar udara, sehingga kadar zat-zat atau bahan-bahan tersebut tidak menimbulkan gangguan pada manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda serta tidak melampaui baku mutu udara ambien (MenLH, 2002). Emisi sebagai salah satu penentu mutu udara berperan penting dalam menentukan kualitas udara. Sumber emisi bahan pencemar dalam hal ini dapat disebabkan oleh setiap orang atau kegiatan usaha yang menimbulkan emisi bahan pencemar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa emisi merupakan akibat dari aktifitas manusia yaitu pabrik-pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran. Bahan pencemar yang dapat ditimbulkan oleh sumber stasioner (tak bergerak) tersebut adalah (BPLHD DKI, 2000): Non Logam 1. Amonia (NH) 2. Gas Chlorin 3. Hidrogen Klorida (HO) 4. Hidrogen Fluorida (HF) 25 5. Nitrogen Dioksida (N02) 6. Opasitas 7. Partikel 8. Sulfur Dioksida (S02) 9. Total Sulfur Tereduksi (HAS) (total Reduced Sulphur) Logam 1. Air Raksa (Hg) 2. Arsem (As) 3. Antimon (Sb) 4. Kadmium (Cd) 5. Seng (Zn) 6. Timah Hitam (Pb) Bahan pencemar tersebut di atas walaupun akumulasinya banyak dipengaruhi oleh keadaan alam setempat (misalnya arah angin) tetapi asal bahan pencemar tetap (stationer) maka lingkungan sekitar terdekat dengan kegiatan yang potensil menimbulkan bahan pencemar, merupakan kelompok yang mempunyai resiko tinggi yang mendapat dampak negatif. 2.4.4.2. Tingkat Kebauan Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Baku mutu tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan yang tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Dalam KepmeLH No.50 26 tahun 1996 baku tingkat kebauan diatur dalam dua jenis zat odoran bau yaitu berupa zat odoran tunggal dan zat odoran campuran. a. Parameter bau dari odoran tunggal 1. Amoniak (NH3) 2. Metil Merkaptan (CH3SH) 3. Hidrogen 4. Metil Sulfida ((CH3)2)S 5. Stirena (C6H5CHCH2) b. Bau dari odoran campuran Tingkat kebauan yang dihasilkan oleh campuran odoran dinyatakan sebagai ambang bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50% anggota penguji yang berjumlah minimal 8 orang. 2.4.5. Dampak Pencemaran Udara 1. Terhadap Lingkungan a. Partikel Partikel di atmosfir membuat dampak yang terbatas pada sejumlah radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi. Satu prinsip efek adalah pengurangan kenampakan. Intensitas cahaya yang diterima dari benda dan latar belakang menjadi kurang. Jumlah polusi partikel tergantung pada musim ataupun lokasi sumber polusi dan emisinya. Debu pada daun jika terkena kabut atau hujan ringan akan membuat kerak yang tebal pada permukaan daun dapat mengganggu proses fotosintesis dengan menghalangi sinar matahari yang diperlukan daun dan mengacaukan proses pertukaran CO. 27 b. SO 2
Kerusakan tanaman dapat terjadi oleh sulfur dioksida (SO 2 ). Uap asap sulfat dapat merusak tanaman dan dapat terlihat pada daun. Kerusakan kronis dapat terjadi bila kontak dengan SO 2 dalam waktu yang lama ditandai dengan warna daun kuning karena terhambatnya pembentukan klorofil kemudian dapat mengakibatkan gugurnya daun. Pengaruh SO 2 antara lain terhadap cat, dimana waktu pengeringan dan pengerasan beberapa cat meningkat jika mengalami kontak dengan SO 2 , beberapa film cat menjadi lunak dan rapuh jika dikeringkan, serat tekstil terutama yang terbuat dari serta tumbuhan menjadi lapuk. Kondisi lingkungan yang tercemar SO 2 merangsang kecepatan korosi teruma besi, baja, dan zink (Sunu, 2001) dengan atmosfer. Dengan demikian pertumbuhan tanaman akan terhenti. Partikulat debu yang ada juga dapat menimbulkan kerusakan material/bahan secara luas. Partikulat mempercepat korosi terutama adanya campuran yang mengandung sulfur. c. NO 2
Adanya konsentrasi NO 2 di udara dapat menimbulkan kerusakan tanaman. Percobaan cara fumigasi tanaman-tanaman dengan NO 2 menunjukkan adanya bintik-bintik pada daun. Pencemaran udara oleh gas NO X juga menyebabkan timbulnya fotokimian yang sangat mengganggu lingkungan (Sunu, 2001) 2. Terhadap Kesehatan Manusia a. Partikel Partikel (debu) yang masuk atau mengendap dalam paru-paru dapat mengakibatkan Pneumoniosis, dan iritasi pada mata.efek tidak langsung terhadap 28 manusia bila partikel polutan yang mengandung zat kimia mengendap pada daun dan daun digunakan sebagai bahan makanan oleh manusia b. SO 2
SO 2 mempunyai sifat iritasi/perangsangan, gangguan yang lebih kuat. SO 2 merupakan polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama bagi penderita penyakit kronis sistem pernafasan dan kardiofaskuler. c. NO 2
Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas Nitrogen Oksida adalah paru-paru. Paru-paru terkontaminasi oleh gas NO 2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas dan mengakibatkan kematian. Pengaruhnya terhadap kesehatan yaitu terganggunya sistem pernafasan, bila kondisinya kronis dapat berpotensi terjadi Bronkhitis serta akan terjadi penimbunan Nitrogen Oksida dan dapat merupakan sumber Karsinogenik (Sunu, 2001). 2.4.6. Tujuan Pengolahan Limbah Gas 1. Mencegah terjadinya penurunan kualitas udara di dalam area pabrik maupun di desa-desa sekitarnya yang dekat dengan area pabrik sehingga berguna bagi hajat hidup orang banyak. 2. Minimalisasi atau mengurangi bau yang tidak menyenangkan yang disebabkan kegiatan operasional. 3. Minimalisasi atau mengurangi tingkat kebisingan di dalam area pabrik maupun di daerah sekitarnya.
29 2.4.7. Cara-cara Pengolahan Ada beberapa metode yang telah dikembangkan untuk penyederhanaan buangan gas. Dasar pengembangan yang dilakukan adalah penyapuan partikel (particulate scrubber), penyerapan absorbsi, pembakaran, penutupan bau, dilusi, penyerapan ion excanger, dan kolam netralisasi. Beberapa jenis peralatan yang digunakan untuk pengolahan limbah gas : 1. Scrubber, alat ini digunakan untuk membersihkan gas yang mudah bereaksi dengan air.Prinsip kerjanya adalah mencampur air dengan uap/gas dalam suatu wadah. Alat ini terdiri dari beberapa tipe seperti wet scrubber, ventury scrubber dan vertical scrubber, spray tower, package tower, plate tower dan cyclon. 2. Menara isi, terdiri dari yang berbentuk silinder yang diisi dengan butiran pengisi untuk memperluas permukaan kontak antara gas dan cairan penyerap. 3. Menara semprot (spray tower), pemakaiannya lebih banyak untuk keperluan perpindahan panas. 4. Penyerapan berdasarkan tarikan cairan. Cara ini banyak dipakai untuk gas klor yang membawa partikel-partikel kapur. 5. Ruang penyerapan berbentuk siklon. Cara ini adalah perpaduan antara teknik penyemprotan dengan prinsip mekanis dari gaya sentrifugal. Alat ini bisa dipakai untuk menyerap buangan dalam bentuk gas seperti gas klor atau gas yang membawa partikel. 6. Penyerapan secara mekanis, dispersi cairan penyerap ke dalam gas pada alat ini dilakukan dengan cara mekanis. 30 Untuk menghilangkan bau gas yang mengganggu dilakukan dengan cara penutupan (counter of odor). Apabila bau yang keluar tidak efektif untuk dihilangkan dengan cara kimia, pembakaran atau absorbsi maka perlu diberi zat lain yang berbau lebih enak misalnya essens, parfum dan lain-lain yang dapat menutupi bau yang mengganggu tersebut. Penambahan zat tersebut dapat dilakukan dengan penyemprotan pada dasar cerobong dengan konsentrasi sampai 2%. Cara lain dapat pula dengan penambahan pada scrubber zat tambahan kimiawi yang mudah menguap dan dapat menetralkan bau Pembakaran dilakukan terhadap gas buangan yang mengganggu tetapi tidak mengandung pencemar yang berbahaya atau terhadap gas buangan yang sulit diolah tetapi mengandung zat-zat yang dapat dibakar dan biasanya dilakukan pembakaran sebalum dibuang ke udara. Pembakaran merupakan cara yang sangat efektif untuk menghilangkan pencemar yang dapat terbakar, bau, senyawa beracun dan dapat mengurangi bahaya ledakan. 31
Bagan 2.2 Skema Penanganan Limbah
Air Limbah Air Buangan (PP 82/2001)
Sumber: HMTL UPN"V" Yogyakarta ( 2008) Bahan baku Pp74/2001 Proses Produksi *limbah padat *limbah Cair Limbah B3 (PP 18/1999 jo. 85/1999) Limbah gas PP41/1999 IPAL Produk sludge 32 2.6 Gambaran Umum Perusahaan 2.6.1 Sejarah PPPTMGB LEMIGAS Adanya perkembangan pengusahaan pertambangan Minyak dan Gas Bumi di Indonesia yang harus dipercepat karena adanya proyek B yang tercantum dalam dasar pembangunan nasional berebcana tahapan pertama 1964-1969 sebagai mana ditetapkan dalam rencana Depennas tanggal 3 Desember 1963 yang garis-garis besarnya telah di sahkan dengan ketetapan MPRS No.11/MPRS/1960 dalam bidang minyak bumi harus dilakukan pembangunan kilang minyak dan pelaksaan eksplorasi minyak bumi. Perencanaan dan penelitian dari pembangunan tersebut akan ditampung dalam satu lembaga, yang memerlukan tenaga-tenaga dan kader-kader terdidik dan terlatih. Untuk merealisasikannya, salah satunya dibentuk Panitia Persiapan Research Laboratorium Minyak dan Gas Bumi dangan Keputusan Menteri Perdatam No. 301/62 tanggal 26 Oktober 1962. Sebagai pelaksana dan keputusan no.17/M/Migas/65 khusus untuk LEMIGAS, maka dikeluarkanlah Keputusan Mentreri urusan Minyak dan Gas Bumi No. 2088a/M/Migas/65 tanggal 16 Desember 1665 tentang Tugas dan Susunan Organisasi LEMIGAS. Kemudian berdasarkan keputusan Menteri Pertambangan No.261/Kpst/M/Pertamb/68 tanggal 22 Agustus 1968 dibentuklah lembaga Minyak dan Gas Bumi, yang di dasarkan pada Instruksi Presiden No.17 tahun 1967 tanggal 28 Desember 1967 untuk segera mengadakan persiapan/penyempurnaan usaha/proyek Negara yang diarahkan kepada salah satu dari tiga bentuk pokok usaha Negara yaitu ke dalam bentuk perusahaan (Negara) Jawatan. 33 Dalam keputusan ini disebutkan bahwa lapangan usaha LEMIGAS adalah pendidikan atau latihan, riset dan dokumentasi/publikasi. LEMIGAS Berkedudukan di Jakarta. Dengan letak geografis PPPTMGB LEMIGAS, berdiri di atas lahan yang luasnya 124,940 yang terdiri dari 53 units (54.534 m) gedung perkantoran, laboratorium 30 unitt, dan sarana laboratorium 1.085 Units. Terletak di jalan Cileduk Raya kav.109 Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230, Indonesia. Dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.1092 tahun 1984 tanggal 5 novenber 1984 tentang organisasi dan tata kerja departemen pertambangan dan energi, maka Pusat Pertambangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS (PPTMGB LEMIGAS) berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi. LEMIGAS (PPPTMGB LEMIGAS). LEMIGAS sendiri tidak lagi disebut dengan kepanjangan Lembaga Minyak dan Gas Bumi, tetapi sudah menjadi sebuah nama. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1748 tahun 1992 Tanggal 31 Desember 1992 maka struktur organisasi Departemen Pertambangan dan Energi mengalami penyempurnaan lagi. Dengan ditetapkan keputusan presiden No. 177 tahun 2000 tanggal 15 Desember 2000 tentang susunan dan organisasi dan tugas Departemen dan keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 150 tahun 2001 tanggan 2 Maret 2001 tentang organisasi dan tata kerja Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, maka PPPTMGB LEMIGAS dibawah Badan Penelitian Pengembangan Energi Sumber Daya dan Mineral.
34 2.6.2 Visi dan Misi PPPTMGB LEMIGAS Visi yang ingin dicapai oleh PPPTMGB LEMIGAS adalah menjadi lembaga penelitian dan pengembangan yang unggul, profesional dan bertaraf internasional di bidang minyak dan gas. Sedangkan misi PPPTMGB LEMIGAS diantaranya adalah : 1. Meningkatkan peran lemigas dalam memberikan masukan kepada pemerintah guna meningkatkan iklm yang kondusif bagi pengembangan industri migas. 2. Meningkatkan kualitas jasa litbang untuk memberikan nilai tambah bagi pelanggan. 3. Menciptakan produk unggulan dan mengenbangkan produk andalan. 4. Meningkatkan iklim kerja yang kondusif melalui sinergi koordinasi serta penerapan sistim manajemen secara konsisten 2.6.3 Tugas Pokok PPPTMGB LEMIGAS Tugas pokok suatu kegiatan seputar penelitian dari PPPTMGB LEMIGAS adalah melaksanakan : 1. Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan meliputi Kelompok Program Riset Teknologi Eksplorasi, Ekspoitasi, Proses, Aplikasi Produk dan Teknologi Gas bagi perindustrian minyak dan gas bumi. 2. Dokumentasi dan Informasi Ilmiah 35 Tugasnya mendokumentasikan kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh PPPTMGB LEMIGAS seperti perayaan hari-hari besar agama, workshop, kegiatan- kegiatan olahraga, penelitian dan pengembangan dan lainnya serta memberikan informasi dalam bentuk publikasi dan situs internet. 3. Pelayanan Jasa Teknologi di Bidang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi. Tugas ini merupakan tugas utama dalam memberikan layanan konsultasi teknologi dalam industri Migas 4. Aktifitas PPPTMGB LEMIGAS Berbagai aktifitas penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh PPPTMGB LEMIGAS di fokuskan pada kegiatan di bidang Migas. hal tersebut direalisasikan dalam tujuan program penelitian, yaitu : a. Mengidentifikasi cadangan sumber Migas b. Meningkatkan Penemuan Kembali Sumber-sumber Migas. c. Meningkatkan Kualitas Produk Migas. d. Melakukan Konservasi e. Mencari energi alternatif f. Pemanfaatan Lingkungan g. Menyediakan alat-alat teknologi
36 Sumber Daya Manusia (SDM) PPPTMGB LEMIGAS Karyawan merupakan sumber daya penggerak utama dalam kegiatan di PPPTMGB LEMIGAS. Total sumber daya manusia yang ada di PPPTMGB LEMIGAS adalah sebanyak 775 orang. 2.6.5 Struktur Organisasi PPPTMGB LEMIGAS Pusat penelitian dan pengembangan teknologi minyak dan gas bumi LEMIGAS terdiri dari : a. Bagian Tata Usaha Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga kantor, serta pemeliharaan sarana dan prasarana di lingkungan Pusat. b. Bidang Program Bidang program mempunyai tugas melaksanakan penyusunan serta kerja sama penelitian dan pengembangan. c. Bidang Afiliasi Bidang Afiliasi mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dokumentasi dan publikasi di bidang teknologi minyak dan gas bumi. d. Bidang Sarana Penelitian dan Pengembangan Bidang Sarana Laboratorium dan Mutu mempunyai tugas melaksanakan Pengembangan dan pemeliharaan sarana laboratorium serta perumusan dan evaluasi pelaksanaan sistem mutu. e. Kelompok Program Riset dan Teknologi (KPRT) 37 Kelompok Program Riset dan Teknologi (KPRT) atau kelompok-kelompok fungsional mempunyai tugas melaksanakan dan memberikan pelayanan jasa penelitian dan pengembangan di bidang minyak dan gas bumi, yang terdiri dari : a. Kelompok Program Riset Teknologi Eksplorasi b. Kelompok Program Riset Teknologi Eksploitasi c. Kelompok Program Riset Teknologi Proses d. Kelompok Program Riset Teknologi Aplikasi e. Kelompok Program Riset Teknologi Gas Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi PPPTMGB LEMIGAS dapat dilihat dalam bagan 2.3 berikut.
38 Bagan 2.3 Struktur Organisasi PPPTMGB LEMIGAS Tahun 2010
Sumber : Bidang Afiliasi Tahun 2010 2.7 Gambaran Umum Health Safety Environment (HSE) PPPTMGB LEMIGAS merupakan institusi pemerintah yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi di bidang minyak dan gas bumi. Dalam melaksanakan tugas tersebut, PPPTMGB LEMIGAS menyelenggarakan fungsi perumusan rencana program penelitian dan pengembangan, pelayanan jasa penelitian dan pengembangan teknologi, pengelolaan sarana dan prasarana, pengembangan kerja 39 sama kemitraan serta kebijakan sistem manajemen lingkungan keselamatan dan kesehatan kerja (SMLK3). Dalam pelayanan jasa litbang, PPPTMGB LEMIGAS melaksanakan jasa penelitian dan pengembangan di bidang minyak dan gas bumi dengan menyediakan jasa studi, jasa laboratorium, jasa perbantuan tenaga ahli, dan jasa penyewaan alat atau laboratorium yang konsisten dan memenuhi persyaratan sesuai kebutuhan pelanggan. Sebagai lembaga yang memberikan pelayanan jasa dalam penelitian dan pengembangan di bidang minyak dan gas bumi, PPPTMGB LEMIGAS mempunyai komitmen terhadap aspek lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dalam menghasilkan produk atau jasa litbang dan selalu konsisten dalam menerapkan Sistem manajemen LK3 (SMLK3) yang mengacu pada standar ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007, serta berusaha menjadi organisasi yang efektif, efesien dan professional. Dalam menjalankan komitmen terhadap Sstem Manajemen Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan kerja PPPTMGB LEMIGAS melaksanakan tugas dan fungsi SMLK3 di bawah naungan komite LK3. 2.7.1 Komite LK3 K3 telah dilaksanakan dengan sepenuhnya mulai dari awal didirikannya LEMIGAS sebagai lembaga minyak dan gas bumi tahun 1965, untuk memenuhi standard safety sebagaimana dipersyaratkan di dunia industri perminyakan. Kedudukan LEMIGAS adalah di Cipulir Jakarta Selatan serta Cepu, Jawa Tengah. Keadaan tersebut berlangsung sehingga LEMIGAS ditetapkan sebagai institusi pemerintah dengan nama Pusat Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB) pada tahun 1977. Pada tahun 1988 LEMIGAS dipecah menjadi dua institusi : berkedudukan di Cipulir 40 Jakarta dan Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi (PPPTMGB) Cepu, Jawa Tengah. Namun kedua institusi tersebut tetap menerapkan K3 dengan standar industri perminyakan sebagaimana sebelumnya. Tahun 2002 LEMIGAS mulai menerapkan ISO 17025, kemudian ISO 9000- 2001 mulai tahun 2003 dan pada tahun 2004-2005 LEMIGAS mulai dibentuknya SMLK3 berdasarkan OHSAS 18001 dan ISO 14001. PPPTMGB LEMIGAS mempunyai komitmen terhadap aspek mutu, keselamatan dan lindungan dalam menghasilkan produk atau jasa dan berusaha menjadi organisasi yang efektif dan efisien dan professional. 2.7.2 Kebijakan LK3 Berdasarkan Visi dan Misi organisasi yang telah ditetapkan untuk memberikan kepuasan terhadap pelanggan maupun stakeholder, maka kepala PPPTMGB LEMIGAS menetapkan kebijakan K3 sebagai berikut : PPPTMGB LEMIGAS menjamin bahwa dalam melaksanakan kegiatannya selalu berupaya memenuhi persyaratan standar serta peraturan yang berlaku menyangkut aspek lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk pecegahan terhadap luka (injury) maupun gangguan kesehatan (ill health) serta larangan penggunaan narkotika dan obat-obatan psikotropika lainnya, melaksanakan perbaikan berkelanjutan terhadap keefektifan system manajemen lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan kinerja LK3 serta memastikan bahwa seluruh personil berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan dan sasarn LK3 sesuai tugas fungsinya. Bersamaan dengan ini PPPTMGB LEMIGAS mempunyai komitmen dan berjanji untuk memenuhi semua peraturan pemerintah pusat, daerah dan persyaratan 41 tenaga LK3, menghasilkan produk maupun proses yang aman juga ramah lingkungan bagi pelanggan dan semua orang yang berada di lingkungan PPPTMGB LEMIGAS. Untuk menunjang aktifitas di atas, PPPTMGB LEMIGAS berupaya terus menerus melakukan perbaikan kondisi kelestarian LK3 dengan melaksanakan program- program LK3, meminimalisasi pencemaran lingkungan dari sumbernya, mengefisiensikan sumber energi, daur ulang bahan baku utama, serta menghilangkan resiko bahaya kerja dengan melibatkan peran aktif seluruh pegawai. Setiap pegawai diberikan alat pelindung diri dan pengetahuan tentang green company serta ditanamkan kepedulian terhadap LK3, sehingga pegawai mampu turut serta dalam penyelenggaraan tempat kerja yang bersih, rapih, sehat, aman dan nyaman. Kepala Pusat PPPTMGB LEMIGAS menentukan kebijakan dan menjamin bahwa kebijakan ini : a) Sesuai dengan sifat, skala dan dampak lingkungan serta bahaya kerja dari kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan PPPTMGB LEMIGAS. b) Mencakup komitmen untuk mencegah terhadap cidera (injury) dan gangguan kesehatan (ill health), dan melaksanakan perbaikan berkelanjutan terhadap keefektifan Sistem Manajemen Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Kinerja Kerja LK3. c) Mencakup komitmen dalam larangan penggunaan narkotika dan obat-obatan psikotropika lainnya. 42 d) Mencakup komitmen untuk memenuhi perundang-undangan dan peraturan LK3 yang relevan dan persyaratan lain yang ditetapkan oleh PPPTMGB LEMIGAS. e) Merupakan kerangka untuk menyusun dan mengkaji tujuan dan sasaran LK3. f) Didokumentasikan, dilaksanakan, dipelihara. g) Dikomunikasikan kepada seluruh personel untuk bertanggung jawab secara dalam pribadi dalam mencegah hal-hal yang dapat mencelakakan dirinya sendiri, dan orang lain dibawah kendali organisasi. h) Berlaku untuk pihak-pihak terkait. i) Ditinjau ulang secara periodik untuk menyakinkan kesesuaian penerapan LK3 dengan kebutuhan organisasi. 2.7.3 Tujuan dan Sasaran LK3 Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, komite LK3 memiliki tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan dalam Program Manajemen (PM) LK3. Tujuan dan sasaran LK3 PPPTMGB LEMIGAS periode 2008-2009 diantaranya sebagai berikut : 1. Mencegah terjadinya keadaan bahaya dan kecelakaan kerja. - Memastikan peralatan kompresor memenuhi peraturan yang berlaku sebanyak 50% dari total kompressor yang ada. - Memastikan peralatan angkat hoist memenuhi peraturan yang berlaku sebanyak 100% dari total pesawat yang ada. 43 - Memastikan Genset memenuhi peraturan yang berlaku. - Memastikan penanganan tabung gas bertekanan memenuhi peraturan yang berlaku sebanyak 75% dari total tabung gas bertekanan yang ada. - Memastikan kelistrikan di lingkungan sesuai peraturan yang berlaku sebanyak 75% dari total tabung gas bertekanan yang ada. - Memastikan peralatan instalasi penyalur petir memenuhi peraturan yang berlaku sebanyak 100% dari total penyalur petir yang ada. - Memenuhi peraturan depnaker mengenai pengurus P2K3 sebanyak 100%. - Mengidentifikasi dan mengendalikan kecelakaan kerja akibat paparan B3 sebanyak 100%. - Mengidentifikasikan dan mengendalikan potensi hazard penyebab kecelakaan kerja sebanyak 75%. - Meningkatkan kepedulian pegawai terhadap potensi bahaya K3. 2. Mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) terhadap pegawai PPPTMGB LEMIGAS - Menciptakan kondisi kerja yang sehat dengan memenuhi peraturan yang berlaku. 3. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan - Memastikan pengendalian limbah labratorium memenuhi peraturan yang berlaku sebanyak 50%. 44 - Memastikan pengendalian limbah domestik mematuhi peraturan yang berlaku sebanyak 50%. - Memastikan pengendalian limbah udara memenuhi peraturan yang berlaku sebanyak 50%. 4. Mencegah dan menanggulangi terjadinya keadaan darurat - Mentaati peraturan perudang-undangan pengendalian kebakaran dan keadaan darurat - Mengendalikan potensi bahaya penyebab kebakaran - Meningkatkan kepedulian pegawai terhadap keadaan darurat 5. Mengembangkan dan meningkatkan program komunikasi tentang LK3 - Mengkomunikasikan program LK3 kepada seluruh pegawai, supplier, kontraktor dan konsumen dan instansi terkait (Depnaker, Instansi pemberi izin) secara berkelanjutan. 2.7.4 Struktur Organisasi Komite LK3 Kepala Komite LK3 merupakan pimpinan puncak implementasi LK3 PPPTMGB LEMIGAS yang bertanggung jawab terhadap masalah lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Koordinator Komite LK3 yang dijabat oleh Ir. Sugeng Riyono, M.Phil membawahi unit-unit yang berhubungan dengan LK3. Unit-unit tersebut adalah unit Administrasi, unit Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan Unit Lindungan Lingkungan (LL). 45 Setiap unit membawahi sub unit dibidangnya. Unit Administrasi membawahi Sub Unit TI yang mengurus masalah administrasi dan pendokumentasian. Sub unit Kecelakaan Kerja dan Kesiagaan Tanggap Darurat (KKTD) bersama dengan Sub Unit Hygene dan Kesehatan Kerja (HKK) berada di bawah naungan Unit K3. Unit LL membawahi Sub unit Pengelolaan dan Pengolahan Limbah (PPL) dan Sub Unit Konservasi Lingkungan (KL). Untuk lebih jelas mengenal struktur organisasi Komite LK3 dapat dilihat dalam bagan 2.4 berikut : 46 Bagan 2.4 Struktur Organisasi Komite LK3 PPPTMGB LEMIGAS Tahun 2011
Koordinator Komite LK3 Ir. Sugeng Riyono, M.Phil Ka. PPPTMGB LEMIGAS Dra. Yani Kussuryani M.Si Sub Unit Konservasi Lingkungan (KL) Gitafajar Saptyani. ST Sub Unit pengelolaan dan Pengolahan Limbah (PPL) Ikha Novita MS, Sub Unit Kecelakaan Kerja dan Kesiagaan Tanggap Darurat (KKTD) Aristian Ayubi
Sub Unit TI Unit Lindungan Lingkungan (LL) Michael C. Willem, ST Unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Muksis Unit Administrasi Amirullah Sub Unit Hygene dan Kesehatan Kerja (HKK) Dr. Bibit Suripto, Sp.,KJ 47 Gambaran Umum Kelompok Program Riset Teknologi (KPRT)Proses Kelompok Program Riset Teknologi Proses merupakan kelompok kegiatannya yang berada di bagian hilir industri minyak dan gas bumi. Terdiri dari beberapa kegiatan kelompok fungsional dan didukung oleh jasa laboratorium. Kegiatan jasa studi dan laboratorium KPRT proses meliputi teknik separasi, proses konversi dan katalitik, disain dan modeling proses, Bioteknologi dan kimia analitik dan terapan serta lingkungan hidup. Dalam melaksanakan aktivitas, laboratorium memiliki Dokumen Internal yang dibuat dan ditetapkan oleh satuan kerja untuk memenuhi persyaratan standar dan peraturan yang berlaku. Dokumen Internal dapat dibagi menjadi : a. Pedoman Mutu b. Prosedur dan Instruksi Kerja Khusus c. Instruksi Kerja Alat (IKA) dan Metode Uji/kalibrasi d. Dokumen Pendukung Sistem Manajemen Mutu. Penggunaan Gedung KPRT Proses sebagai tempat penelitian dan pengembangan sumber daya Alam, diharapkan dapat lebih efisien dan efektif apabila setiap pegawai dan tamu secara sadar mengikuti ketentuan-ketentuan umum maupun khusus penggunaan ruang yang ada di dalam gedung. Sesuai dengan misi PPPTMGB LEMIGAS dibidang proses, pemanfaatan Gedung KPRT Proses lebih berorientasi sebagai wahana penelitian yang pada laboratorium dan eksperimental, dimana tenaga pelaksanaannya merupakan satu kesatuan dengan peralatan. Karena itu pada dasarnya semua ruangan adalah untuk 48 sarana penelitian atau laboratorium tanpa ada pemisahan antara alat dan manusia. Adapun struktur organisasi Gedung KPRT Proses meliputi : 49 Di KPRT Proses terdapat beberapa kelompok yang terdiri dari : 1. Kelompok Proses Separasi 2. Kelompok Proses Konversi dan Katalisa 3. Kelompok Analitik dan Kimia Terapan 4. Kelompok Bioteknologi 5. Kelompok Pemodelan dan Perancangan Proses 6. Kelompok Lingkungan Enam kelompok tersebut kemudian terdiri lagi atas beberapa laboratorium yang melakukan penelitian dan alisis. Terdapat sekitar 12 laboratorium yang beroperasi di Gedung KPRT Proses, untuk melakukan penelitian dan pengembangan di bidang minyak dan gas bumi. Semua laboratorium yang ada di Gedung KPRT Proses dapat membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan adanya pengembangan ilmu pengetahuan tersebut, tentunya hasil samping yang ada berupa limbah juga perlu diberi perhatian khusus terhadap penanganannya sebagai bentuk pencegahan terhadap pencemaran yang dimungkinkan akan timbul. Mengingat sebagian besar limbah yang ada merupakan hasil samping dari proses analisis yaitu limbah laboratorium, sehingga sangat dimungkinkan adanya bahan B3 yang terkandung dalam limbah tersebut yang dapat membahayakan lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik. . Hasil indentifikasi dan evaluasi Aspek Lingkungan yang ada, dapat berasal dari limbah cair sisa analisis, limbah cair sisa alat pencucian gelas, emisi lemari asam, konsumsi air dan penggunaan energi Listrik, emisi gas buang pemanasan, limbah padat 50 pipet bekas/pecah, kertas saring, kemasan bekas, majun B3, tissue B3, penurunan SDA dan pencemaran tanah. 2.9 UKL dan UPL Dalam melaksanakan kegiatan atau aktifitas laboratorium. PPPTMGB LEMIGAS juga melakukan kajian dokumen UKL dan UPL. Dimana dokumen UKL dan UPL ini merupakan acuan bagi perusahaan untuk melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, sehingga dampak negatif yang timbul dari kegiatan usaha ini dapat diminimalkan sekecil mungkin dan dampak positif yang akan terjadi dapat dikembangkan. Adapun dampak lingkungan yang sudah diperhatikan dari PPPTMGB LEMIGAS terhadap kegiatan usaha yang telah beroperasi diantaranya akibat unit-unit kegiatan produksi, kegiatan workshop, kegiatan domestik pendukung usaha, dan lain- lain diantaranya dengan melakukan pengukuran terhadap : Pencemaran udara dan kebisingan Penurunan kualitas air permukaan dan sumber air lainnya. Pengelolaan Bahan dan Limbah berbahaya dan beracun (B3). Pengelolaan aspek-aspek lingkungan yang relevan dengan tipologi operasional perusahaan Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 11 Tahun 2006, dimana sebuah kegiatan usaha sepanjang sesuai harus memiliki Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL dan UPL) yang up to date sesuai keadaan sesungguhnya yang akan menjadi pedoman dalam upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan perusahaan.
51 2.10 Pelaksanaan ISO 14001 : 2004 Adapun semua aktifitas pemantauan terhadap lingkungan kerja, yang dalam hal ini adalah penanganan limbah, PPPTMGB LEMIGAS berbasis pada standar ISO 14001 : 2004. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO 14001 sudah dilakukan dimana semua kompartemen struktural yang berada dalam struktur organisasi direktorat produksi dituntut untuk senantiasa patuh dan memenuhi persyaratan yang diinginkan termasuk didalamnya laboratorium yang merupakan unit kerja pendukung operasional perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan PPPTMGB LEMIGAS telah mendapatkan sertifikat ISO 14001 : 2004. yang memuat semua persyaratan sistem manajemen yang berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan. Standard ini berdasarkan kepada metodologi yang dikenal sebagai beberapa tahapan yaitu, Rencanakan-Lakukan-Periksa-Tindakan (PDCA). Bagan 2.6 Konsep Sistem Manajemen Limbah (SML)
52 BAB III RENCANA KEGIATAN MAGANG
3.1. Alur Kegiatan Magang
Bagan 3.1 Alur Kegiatan Magang Dalam kegiatan magang ini, diperlukan rencana kegiatan magang yang dibuat sebelum turun ke lapangan magang. Hal ini adalah untuk dilakukan dapat Pemberian pengarahan magang serta Induction dari pembimbing lapangan
Studi Literatur dan menelaah dokumen, pengambilan data, observasi dan wawancara terkait tema magang
Pengamatan penanganan limbah Cair B3 dan Non B3. Limbah padat B3 dan Non B3. dan Limbah Emisi gas. Penyusunan Laporan Magang
Pencarian serta pengumpulan kelengkapan data serta pendokumentasian penanganan limbah
Presentasi laporan magang (sidang)
53 dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Adapun rencana kegiatan magang dibuat secara terstruktur dalam tahap-tahap tertentu. Adapun tahap pertama adalah melakukan Pengenalan dengan staff PPPTMGB LEMIGAS dan pemberian pengarahan magang serta Induction dari pembimbing lapangan. Sebelum melakukan observasi lapangan, terlebih dahulu melakukan studi Literatur serta telaah dokumen tentang sistem Manajemen Lingkungan dan Keselamatan dan kesehatan Kerja (SMLK3) Komite LK3 PPPTMGB LEMIGAS. Hal ini dilakukan untuk memahami prosedur LK3 yang berlaku di institusi magang, untuk kemudian sebagai referensi pada saat melakukan pencarian data sekunder, serta observasi dan wawancara dengan pihak-pihak tertentu terkait tema magang. Tahapan selanjutnya adalah Pengamatan penanganan limbah Cair B3 dan Non B3. Limbah padat B3 dan Non B3. dan Limbah Emisi gas yang dilakukan di KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS. Kemudian setelah itu melakukan Pencarian serta pengumpulan kelengkapan data serta pendokumentasian penanganan limbah. Setelah itu melakukan penyusunan laporan. Selama penyusunan laporan magang, dilakukan kembali telaah dokumen, studi literature serta observasi dan wawancara untuk melengkapi data dan informasi yang kurang. Tahap terakhir adalah presentasi hasil laporan magang dengan melakukan sidang magang. 54 3.2 Jadwal Kegiatan Magang Berikut dibawah ini adalah jadwal kegiatan magang. No Hari Tanggal Kegiatan Tempat 1. Senin 31 Januari 2011 - Mengurus perizinan magang dengan pihak Afiliasi - Induction dan safety briefing pengenalan dasar-dasar K3 dengan pembimbing lapangan - Silaturahmi dan pengenalan dengan staff Komite LK3 LEMIGAS - Mempelajari Dokumen Sistem Manajemen Lingkungan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMLK3) - Menentukan topik magang - Membuat Rencana Kegiatan Magang
- Gedung Afilias - Ruang Rapat Komite LK3
2. Selasa 1 Februari 2011 - Mempelajari Dokumen Sistem Manajemen Lingkungan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMLK3) - Mencari Literatur tentang Profil LEMIGAS dan organisasi LEMIGAS - Melakukan konsultasi dengan pembimbing lapangan terkait judul Magang
- Ruang Rapat Komite LK3
- Ruang Afiliasi dan Perpustakaan Lemigas 3. Rabu 2 Februari 2011 - Mempelajari Dokumen Sistem Manajemen Lingkungan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMLK3) - Mencari Literatur tentang Profil LEMIGAS dan organisasi LEMIGAS - Studi Literatur terkait judul magang
- Ruang Rapat Komite LK3 - Ruang Afiliasi 4. Jumat 4 Februari 2011 - Mempelajari Dokumen Sistem Manajemen Lingkungan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMLK3) - Mencari Literatur tentang Profil LEMIGAS dan organisasi LEMIGAS - Studi Literatur terkait judul magang - Ruang Rapat Komite LK3 - Perpustakaan Lemigas 55
5. Sabtu 5 Februari 2011 - Studi Literatur terkait judul magang
homebase 6. Senin 7 Februari 2011 - Studi Literatur terkait judul magang - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan
- Ruang Rapat Komite LK3
7. Selasa 8 Februari 2011 - Studi Literatur terkait judul magang - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan - Ruang Rapat Komite LK3
8. Rabu 9 Februari 2011 - Studi Literatur terkait judul magang - Telaah dokumen SMLK3 dan Dokumen LL - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan - Ruang Rapat Komite LK3
9. Kamis 10 Februari 2011 - Studi Literatur terkait judul magang - Telaah dokumen SMLK3 dan Dokumen LL - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan
- Ruang Rapat Komite LK3
10. Jumat 11 Februari 2011 - Mengikuti Training Induction dan pengenalan Lemigas - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan
- Ruang Rapat Komite LK3
11. Sabtu 12 Februari 2011 - Mencari referensi dan studi Literatur terkait laporan magang
homebase 12. Senin 14 Februari 2011 - Studi Literatur terkait judul magang - Telaah dokumen SMLK3 dan Dokumen IAB aspek lingkungan Konsultasi dengan pembimbing Lapangan
- Ruang Rapat Komite LK3
13. Rabu 16 Februari 2011 - Observasi Lapangan ke Gedung KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS - Mengobservasi penanganan limbah pada kelompok analitik dan kimia terapan - Wawancara dengan pihak penanganan Limbah - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan
- Gedung KPRT Proses
56 14 Kamis 17 Februari 2011 - Observasi Lapangan ke Gedung KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS - Mengobservasi penanganan limbah pada kelompok analitik dan kimia terapan - Wawancara dengan pihak penanganan Limbah - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan Gedung KPRT Proses 15 Jumat 18 Februari 2011 - Observasi Lapangan ke Gedung KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS - Mengobservasi penanganan limbah pada kelompok Separasi - Wawancara dengan pihak penanganan Limbah Konsultasi dengan pembimbing Lapangan - Gedung KPRT Proses 16 Sabtu 19 Januari - Studi Literatur terkait judul magang - Pencarian data terkait penanganan Limbah
homebase 17 Senin 21 Februari - Observasi Lapangan ke Gedung KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS - Mengobservasi penanganan limbah pada kelompok Separasi - Wawancara dengan pihak penanganan Limbah - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan Lapangan
- Gedung KPRT Proses 18 Selasa 22 Februari 2011 - Observasi Lapangan ke Gedung KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS - Mengobservasi penanganan limbah pada kelompok Bioteknologi - Wawancara dengan pihak penanganan Limbah - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan Lapangan
- Gedung KPRT Proses 19 Rabu 23 Februari 2011 - Observasi Lapangan melihat penanganan limbah dari gedung KPRT ke gudang penyimpanan limbah - Wawancara dengan pihak penanganan Limbah - Konsultasi dengan pembimbing - KPRT Eksploitasi - Gudang penyimpanan limbah 57 Lapangan
20 Kamis 24 Februari 2011 - Penyusunan hasil observasi dan telaah dokumen IAB kelompok Bioteknologi - Pencarian dokumen-dokumen terkait penanganan Limbah - Pembuatan Laporan magang - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan - Ruang Rapat Komite LK3
21 Jumat 25 Februari 2011 - Observasi lapangan ke Gedung KPRT Proses untuk melihat cara kerja IPAL - Pembuatan Laporan magang - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan - Ruang Rapat Komite LK3 - Gedung KPRT Proses 22 Sabtu 26 Februari 2011 - Pembuatan Laporan magang - Studi literature
homebase 23 Senin 28 Februari 2011 - Pembuatan Laporan magang - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan - Ruang Rapat Komite LK3
24 Selasa 1 Maret 2011 - Mengikuti HSE Meeting - Pembuatan Laporan magang - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan - Gedung Komite LK3 25 Rabu 2 Maret 2011 - Pembuatan Laporan magang - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan
- Gedung Komite LK3 26 Kamis 3 Maret 2011 - Pembuatan Laporan magang - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan
- Gedung Komite LK3
27. Jumat 4 Maret 2011 - Pembuatan Laporan magang - Konsultasi dengan pembimbing Lapangan - Pengurusan pemberitahuan selesai magang
- Gedung Komite LK3 - Gedung Afiliasi
58 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Jenis dan Karakteristik Limbah di KPRT Proses Semua laboratorium yang ada di Gedung KPRT Proses dapat membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan adanya pengembangan ilmu pengetahuan tersebut, tentunya hasil samping yang ada berupa limbah juga perlu diberi perhatian khusus terhadap penanganannya sebagai bentuk pencegahan terhadap pencemaran yang dimungkinkan akan timbul. Mengingat sebagian besar limbah yang ada merupakan hasil samping dari proses analisis yaitu limbah laboratorium, sehingga sangat dimungkinkan adanya bahan B3 yang terkandung dalam limbah tersebut yang dapat membahayakan lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik. Hasil indentifikasi dan evaluasi Aspek Lingkungan yang berasal dari KPRT Proses, limbah yang dihasilkan dapat berasal dari limbah cair sisa analisis, limbah cair sisa alat pencucian gelas, emisi lemari asam, konsumsi air dan penggunaan energi Listrik, emisi gas buang pemanasan, limbah padat pipet bekas/pecah, kertas saring, kemasan bekas, majun B3, tissue B3, penurunan SDA dan pencemaran tanah. Adapun berdasarkan wawancara yang dilakukan di lapangan dengan Pengurus PJU LK3 Gedung KPRT Proses, dikatakan bahwa sebagian limbah yang dihasilkan oleh KPRT Proses mempunyai karateristik yang sama, yaitu yang berasal dari laboratorium berupa Limbah B3, Limbah non B3 cair dan Limbah hasil pencucian alat-alat analisis. Jenis limbah sebagian besar berbentuk crude oil. Sedangkan untuk karateristik limbah B3 bersifat mudah terbakar dan menguap. 59 Sedangkan untuk masalah penanganan limbah yang ada, sedikit berbeda penanganannya antara kelompok yang satu dengan yang lainnya. Yaitu pada Kelompok Proses Separasi di lantai 2 yang terdiri dari laboratorium uji sifat fisika dan kimia dan Laboratorium Destilasi. Kelompok Analitik dan Kimia Terapan di Lantai 3 yang terdiri dari Laboratorium Spektroskopi, Laboratorium Kimia Umum dan Limbah dan Laboratorium Kromatografi. Serta pada lantai 5 yakni Kelompok Bioteknologi yang terdiri atas Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium bio-Proses. Hal ini dikarenakan proses yang dilakukan dan penggunaan bahan analisis berbeda-beda pada tiap kelompok tersebut. Pada kelompok analitik dan kimia terapan, kelompok ini lebih banyak menggunakan metode secara kimia dalam melakukan analisisnya. Pada kelompok proses separasi, kelompok ini menggunakan metode secara fisika dalam melakukan kegiatan analisis dan penelitiannya. Sedangkan pada kelompok Bioteknologi lebih kepada aspek biologi dalam melakukan kegiatan dan aktivitas analisis dan penelitian. Adapun untuk proses penanganan Limbah yang dihasilkan di Gedung KPRT Proses, sudah terdapat prosedur Penanganan Limbah dalam Dokumen Sistem Manajemen Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Dokumen SMLK3) PPPTMGB LEMIGAS. Adapun tujuan dibuatnya Prosedur ini adalah untuk memastikan seluruh pegawai mengendalikan semua limbah yang ditimbulkan dan aktivitas operasional PPPTMGB LEMIGAS dan menjamin penanganan limbah tidak mencemari Lingkungan dengan mengacu pada Perundang-undangan dan Peraturan yang berlaku mencakup pengendalian limbah cair, padat dan udara yang ditimbulkan dari kegiatan operasional di lingkungan perkantoran PPPTMGB LEMIGAS. 60 Adapun Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yakni diantaranya : 1. Limbah Domestik, contoh Limbah dari toilet, debu, dapur, udara tungku pembakar, air hujan 2. Limbah Laboratorium, contoh B3 berbentuk padat, cair dan gas, air pencucian alat-alat Laboratorium. Sebagian besar limbah yang dihasilkan oleh KPRT Proses banyak berasal dari kegiatan-kegiatan Laboratorium biasanya menggunakan bahan B3. Sehingga limbah laboratorium yang ada mengandung B3 baik itu sudah berbentuk cair, padat maupun gas. Berikut akan dijelaskan penanganan limbah-limbah tersebut berdasarkan jenisnya. 61 Bagan 4.1 Bagan Penanganan Limbah KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS
Sumber : Dokumen SMLK3 PPPTMGB LEMIGAS Bahan baku Limbah Cair non B3 (air sisa pencucian alat-alat analisis) Emisi (cerobong) Limbah cair B3 (cairan/bahan kimia sisa analisis maupun kadaluarsa, oli bekas, bahan bakar bekas Limbah padat B3 (majun, sarung tangan, masker dll) Limbah padat non B3 Proses produksi dan analisis Organic (limbah kantin, kardus, kertas, majun daun dan kayu) Non organic (plastic, sarung tangan, APD bekas yang tidak terkontaminasi B3 IPAL Sungai Pesanggarahan Gudang sementara Pihak Ketiga seperti Dinas Kebersihan DKI Jakarta Pihak Ketiga seperti PPLI Tungku pembakar Lemari Asam Udara 62 Berikut akan dijelaskan mengenai prosedur pengendalian Limbah cair dan padat B3, cair dan padat non B3 dan emisi yang dibahas berdasarkan kelompok laboratorium yang ada yaitu kelompok Analitik dan Kimia Terapan, kelompok Teknologi Separasi dan kelompok Bioteknologi. Prosedur pengendalian yang akan dijelaskan mencakup pada Penanganan, Penampungan dan penyimpanan Limbah yang dilakukan, untuk kemudian hal yang dilakukan di lapangan oleh para pekerja akan dibandingkan dengan Prosedur dan Peraturan yang ada terhadap kesesuaian dengan prosedur dan peraturan yang ada tersebut dengan cara pemberian nilai/skoring.
4.2. Prosedur Penanganan limbah Cair B3 KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS. Limbah Cair Laboratorium adalah Limbah yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan laboratorium- laboratorium yang ada di KPRT Proses. Termasuk didalamnya limbah cair B3. Limbah cair B3 disini adalah berupa cairan/bahan kimia sisa analisis maupun kadaluarsa, oli bekas, dan bahan baker bekas. Berikut adalah Prosedur penanganan limbah cair B3 yang dihasilkan gedung KPRT Proses, saat dilakukannya pengamatan lapangan pada Laboratorium kelompok Analitik dan Kimia Terapan, Laboratorium kelompok Teknologi Separasi dan Laboratorium kelompok Bioteknologi. Adapun proses penanganan limbah Cair B3 KPRT proses yang dilakukan adalah sebagai berikut : 63 Tabel 4.1 prosedur penanganan limbah cair B3 dan penilaiannya terhadap kelompok-kelompok KPRT Proses tahun 2011 No Pengelolaan Limbah di lapangan Dokumen SMLK3 LEMIGAS / Klausul ISO 14001 : 2004 PP No 18 jo. 85 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3. Kelompok Analitik dan kimia terapan Kelompok Teknologi Separasi Kelompok Bioteknologi Nilai Nilai Nilai 1. Limbah B3 yang ada, setelah digunakan untuk analisis, dibuang sesuai dengan jenisnya pada drum khusus bewarna biru yang telah diberi label. Dan Drum yang digunakan adalah drum bewarna biru dengan volume sekitar 50 liter dan 100 liter Limbah cair B3 berupa bahan atau cairan kimia sisa analisis maupun kadaluarsa, oli bekas, bahan bakar bekas, dan lain-lain ditempatkan ke dalam jerigen atau drum khusus yang telah diberi label jenis limbah dan ditutup rapat.
(Prosedur P.16, No. 6.2.2.1 terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6)
Setiap kemasan limbah B3 wajib diberi simbol dan label yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3.
1) Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran. 2) Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan logam (teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya.
(kepdal 01/BAPEDAL/09 tahun 1995)
Kemasan yang digunakan untuk pengemasan limbah dapat berupa drum/tong dengan volume 50 liter, 100 liter atau 200 liter, atau dapat pula berupa bak kontainer berpenutup dengan kapasitas 2 M3, 4 M3 atau 8 M3, 100 100 100 64 No Pengelolaan Limbah di lapangan Dokumen SMLK3 LEMIGAS / Klausul ISO 14001 : 2004 PP No 18 jo. 85 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3. Kelompok Analitik dan kimia terapan Kelompok Teknologi Separasi Kelompok Bioteknologi Nilai Nilai Nilai 2. Beberapa petugas saat mengemas limbah cair B3 memang menggunakan jas Lab dan sarung tangan, tetapi ada masih ada pegawai yang tidak menggunakan APD lengkap seperti tidak menggunakan sepatu dan masker. Selama melakukan pekerjaan, operator atau personil penanganan limbah wajib menggunakan APD sesuai dengan kebutuhan.
(Prosedur IKK. 12 No. 6.1.4 terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6) - 75 65 80 3. Rekaman jerigen berisi limbah dibuat rekamannya yang diserahkan kepada PJU LL Komite LK3 saat akan mengangkut limbah menuju gudang penyimpanan sementara. Jerigen berisi limbah tersebut dibuat rekamannya oleh Pengelola Laboratorium, kemudian diserahkan kepada Komite LK3 sesuai dengan instruksi Kerja Khusus Pengendalian Limbah Laboratorium.
(Prosedur P.16, No. 6.2.2.2 terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6) Penghasil limbah B3 wajib menyampaikan catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya sekali dalam enam bulan kepada instansi yang bertanggung jawab dengan tembusan kepada instansi yang terkait danBupati/ Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan. 100 100 100 4. Diadakan Inspeksi setiap 3 bulan sekali terhadap limbah untuk kemudian dibuat laporannya dalam formulir inspeksi berkala. (Lampiran 3). Setiap 3 bulan sekali diadakan inspeksi terhadap limbah B3 yang telah ada.
(Prosedur IKK.12, No. 6.1.1 terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.5.1) Penghasil limbah B3 wajib menyampaikan catatan sekurang- kurangnya sekali dalam enam bulan kepada instansi yang bertanggung jawab. 100 100 100 65 No Pengelolaan Limbah di lapangan Dokumen SMLK3 LEMIGAS / Klausul ISO 14001 : 2004 PP No 18 jo. 85 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3. Kelompok Analitik dan kimia terapan Kelompok Teknologi Separasi Kelompok Bioteknologi Nilai Nilai Nilai 5.
Penyimpanan limbah sementara dilakukan selama kurang lebih 6 bulan di gudang penyimpanan sementara.
Secara berkala (6 bulan sekali) PJU LL Komite LK3 menyerahkan limbah ke pengumpul.
(Prosedur IKK.12, No. 6.1.1 terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6)
Bila limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) kilogram per hari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya lebih dari sembilan pu1uh hari sebelum diserahkan kepada pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3, dengan persetujuan Kepa1a instansi yang bertanggung jawab. 69 69 69 6. Pengumpulan Limbah cair B3 dilakukan oleh LK3 selanjutnya diserahkan kepada pihak yang mendapat ijin dari pemerintah seperti PPLI Limbah cair B3 oleh LK3 akan diserahkan kepada pihak yang mendapat ijin dari pemerintah seperti PPLI.
(Prosedur P.16, No. 6.2.2.3 terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6) Pengumpul limbah B3 dilakukan oleh badan usaha yang melakukan kegiatan pengumpulan limbah B3. 100 100 100 7. Pekerja membersihkan area bekerja sesaat sebelum jam pulang dengan mengelap jika ada ceceran. Sesudah pekerjaan selesai operator/personil laboran wajib membersihkan area bekerja dengan cara disapu, diserap dan kotoran ditempatkan ditempat tertentu.
- 100 100 100 66 No Pengelolaan Limbah di lapangan Dokumen SMLK3 LEMIGAS / Klausul ISO 14001 : 2004 PP No 18 jo. 85 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3. Kelompok Analitik dan kimia terapan Kelompok Teknologi Separasi Kelompok Bioteknologi Nilai Nilai Nilai (Prosedur IKK. 12 No. 6.1.4 point a, terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6) 8. Ada kelompok yang terdapat ceceran crude oil tidak langsung dilakukan penanganan dengan benda kering. Apabila terjadi ceceran atau tumpahan oli, minyak dan lain-lain, segera diangkat, diserap dengan benda kering. Dan masukkan ke tempat yang telah ditemtukan.
(Prosedur IKK. 12 No. 6.1.4 point b, terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6) 80 60 80 9. Pekerja merapikan APD dengan menggantung jas lab pada tempat yang tersedia dan meletakkan sarung tangan serta masker yang digunakan di lemari APD yang tersedia Merapikan peralatan kerja dan alat pelindung diri ke tempat yang telah disediakan.
(Prosedur IKK. 12 No. 6.1.4 point d, terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6)
80 80 80 Total 804 774 809
67 804 774 809 750 760 770 780 790 800 810 analitik dan kimia terapan teknologi separasi bioteknologi *Keterangan Nilai: 50-59 = kurang sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 60-69 = Cukup sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 70-79 = prosedur yang dilaksanakan sudah baik dan sesuai , dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 80-100 = Prosedur yang dilaksanakan sudah sangat baik dan sesuai, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada
Diagram 4.1 Skoring Pencapaian dalam Prosedur Penanganan Limbah Cair B3 yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses tahun 2011
68 Berdasarkan hasil scoring yang dilakukan terhadap pemenuhan prosedur penanganan limbah Cair B3 pada tiap kelompok yaitu kelompok analitik dan kimia terapan, kelompok teknologi Separasi dan Bioteknologi, didapatkan nilai skor pemenuhan bagi kelompok analitik dan kimia terapan adalah 804, pada kelompok teknologi separasi didapatkan nilai 774 sedangkan pada kelompok bioteknologi didapatkan nilai 809 dari nilai total 900 jika prosedur dijalankan dengan baik dan sesuai dengan standar yang ada. .Sehingga, dapat dikatakan untuk kelompok yang menerapkan prosedur lebih baik dan mendekati standar yang ada pada penanganan limbah cair B3 adalah pada kelompok Bioteknologi. Berikut akan dijelaskan mengenai pemberian nilai terhadap kelompok-kelompok yang ada sesuai dengan item-item prosedur yang ada. Adapun penjelasan mengenani penaganan Limbah Cair B3 sesuai dengan prosedur pengendalian limbah (Lampiran 1) dokumen sistem manajemen Lingkungan dan Keselamatan dan kesehatan Kerja (SMLK3) Komite LK3 PPPTMGB LEMIGAS adalah sebagai berikut : 1. Limbah cair B3 berupa bahan atau cairan kimia sisa analisis maupun kadaluarsa, oli bekas, bahan bakar bekas, dan lain-lain ditempatkan ke dalam jerigen atau drum khusus yang telah diberi label jenis limbah dan ditutup rapat. Pada Prosedur ini semua kelompok telah menempatkan limbah cair yang mengandung B3 di sebuah drum khusus yang telah diberi label. Pada limbah sisa analisis dan limbah B3 sisa sampel yang telah digunakan, limbah tersebut langsung dimasukkan ke dalam jerigen yang ditempeli label merah yang bertuliskan limbah sisa analisis dan jerigen dengan label orange yang bertuliskan limbah B3 sisa sampel (gambar 4.1) yang letaknya biasa tidak 69 jauh dari wastafel. Ini dikarenakan bahwa tidak boleh membuang sampel atau limbah yang mengandung B3 langsung ke dalam wastafel. Hal ini telah dilakukan oleh masing-masing kelompok. Sehingga para pekerja yang bekerja bisa terhindar dari bahaya paparan limbah B3 yang ada. Gambar 4. 1 Limbah Sisa Analisis dan Limbah B3 Sisa Sampel Di Kelompok Analisis dan Kimia Terapan KPRT Proses Tahun 2011
Sumber : pengamatan lapangan oleh Nur Najmi Laila, Februari 2011 Penanganan Limbah Cair B3 pada kelompok teknologi separasi dan Bioteknologi sedikit berbeda dengan penanganan limbah cair B3 pada kelompok analitik dan kimia terapan. Dikarenakan pada kedua kelompok ini, penelitian dilakukan dengan proses fisika dan biologi, sehingga pada penggunaan bahan B3 yang dipakai sedikit. Sehingga limbah B3 setelah digunakan kemudian ditampung di dalam botol kaca gelap yang diberi label limbah B3. 70 Gambar 4. 2 Limbah B3 yang ditampung dalam botol kaca gelap di KPRT Proses Tahun 2011
Sumber : pengamatan lapangan oleh Nur Najmi Laila, Februari 2011 Karena alasan itulah sehingga kemudian diberikan nilai 100 bagi masing- maasing kelompok karena telah melakukan penanganan limbah cair B3 sesuai dengan prosedur yang ada, baik itu prosedur dari dokumen SMLK3 Lemigas maupun prosedur yang ada pada PP no 18 tahun 1995 tentang pengolahan limbah B3. 2. Selama melakukan pekerjaan, operator atau personil penanganan limbah wajib menggunakan APD sesuai dengan kebutuhan. Pada prosedur ini, kebanyakan tidak menggunakan sepatu saat didalam lab, dan juga tidak menggunakan masker saat bekerja menganalisis. Sehingga untuk itulah diberikan nilai yang beragam terhadap kelompok-kelompok tersebut sesuai dengan kelengkapan APD yang digunakan para pekerja saat bekerja di dalam laboratorium. Karena sesuai safety warning yang ada di temple di setiap ruangan laboratorium, APD yang wajib digunakan saat akan bekerja adalah masker, sarung tangan, jas lab, sepatu safety, dan kacamata google. Akan tetapi para pekerja biasanya hanya memakai sarung tangan, masker dan jas lab saja. Walaupun ada juga pekerja yang memakai 71 sepatu saat bekerja. Pemakaian APD tentunya tidak selalu bosan untuk diingatkan kepada pekerja agar selalu mematuhi peraturan yang ada. Karena pekerjaan yang dilakukan disini mengandung bahaya B3 yang apabila terjadi sesuatu seperti kecelakaan, dampaknya dapat diminimalisir dengan pemakain APD yang baik serta tepat. 3. Jerigen berisi limbah tersebut dibuat rekamannya oleh Pengelola Laboratorium, kemudian diserahkan kepada Komite LK3 sesuai dengan instruksi Kerja Khusus Pengendalian Limbah Laboratorium (Lampiran 6). Pada prosedur ini, semua kelompok menyatakan, setelah jerigen limbah sisa analisis dan jerigen limbah B3 sisa sampel penuh, jerigen-jerigen tersebut ditutup rapat serta diberi label khusus. Kemudian Jerigen-jerigen berisi limbah tersebut dibuat rekamannya oleh Pengelola Laboratorium. Setelah itu diserahkan kepada Komite LK3 sesuai dengan instruksi Kerja Khusus Pengendalian Limbah Laboratorium (lampiran 2, IKK 12-A). Selanjutnya limbah tersebut dibawa ke lantai 1 di ruang pengambilan contoh sampel, untuk disimpan sekitar kurang lebih 6 bulan. Pada pelaksanaan terhadap rposedur ini juga, semua kelompok diberi nilai 100 karena telah melakukan penanganan limbah cair B3 sesuai dengan prosedur yang ada, baik itu prosedur dari dokumen SMLK3 Lemigas maupun prosedur yang ada pada PP no 18 tahun 1995 tentang pengolahan limbah B3. 4. Setiap 3 bulan sekali diadakan inspeksi terhadap limbah B3 yang telah ada. Dan setiap 6 bulan sekali limbah B3 tersebut diberikan kepada pihak terkait (PPLI) untuk dilakukan pemusnahan. Pada prosedur ini, telah dilakukan dengan baik oleh semua kelompok. Hal ini dapat dilihat dari laporan seperti yang 72 ditunjukkan pada lampiran 6. sehingga diberikan skor 100 karena telah melakukan sesuai dengan prosedur yang ada. Adapun inspeksi ini dilakukan adalah untuk melihat dan melakukan pengecekan terhadap limbah yang ada apakah sudah penuh atau belum dan juga inspeksi terhadap wadah yang menampungnya. Apakah wadah sudah bocor atau sudah tidak layak pakai. Sehingga inspeksi ini sangat penting untuk dilakukan dalam penanganan limbah. Karena jika wadah yang menyimpan limbah mengalami kebocoran, akan berkemungkinan berdampak negative bagi pekerja yang ada. 5. Secara berkala (6 bulan sekali) PJU LL Komite LK3 menyerahkan limbah ke pengumpul. Hal ini diberikan nilai 69 kepada semua kelompok. Karena semua kelompok memiliki gudang yang sama. Sehingga diberikan nilai 69. Mengapa? karena berdasarkan hasil wawancara. Limbah yang ada di gudang diangkut bisa setiap 6 bulan sekali atau 12 bulan sekali. Sehingga limbah yang ada dapat tersimpan lebih dari 6 bulan. Hal ini lah yang menyebabkan semua kelompok diberi nilai sama yaitu 69. karena tidak sesuai dengan PP yang ada yang menyatakan limbah disimpan paling lama 90 hari. Meski jika limbah yang dihasilkan tidak lebih dari 50 Kg perhari, limbah dapat disimpan lebih dari 90 hari. Tetapi jika disimpan terlalu lama hingga sampai 1 tahun dikhawatirkan terjadi hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran dari limbah yang terlalu lama disimpan itu. Sehingga hal ini sebaiknya dilakukan 6 bulan sekali. Jangan sampai berjangka waktu hingga lebih dari 6 bulan sekali. Karena hal ini dapat memungkinkan limbah-limbah yang ada yang sudah tersimpan lama dapat 73 bereaksi dengan limbah lainnya, sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan pencemaran yang tidak diinginkan yang berasal dari limbah yang ada. 6. Limbah cair B3 oleh LK3 akan diserahkan kepada pihak yang mendapat ijin dari pemerintah seperti PPLI. (lampiran 6). Jika ruang tersebut sudah penuh, limbah- limbah tersebut di pindahkan untuk disimpan di gudang sementara LK3 yang terletak di luar gedung Proses. Kemudian Limbah cair B3 oleh LK3 selanjutnya akan diserahkan kepada pihak ketiga yang mendapat ijin dari pemerintah seperti PPLI. Pada prosedur ini, pengumpulan dilakukan oleh LK3 LEMIGAS untuk selanjutnya di serahkan kepada pihak yang telah mendapat ijin dario pemerintah yang dalam hal ini adalah PPLI. Sehingga semua kelompok diberikan nilai 100, karena sudah melakukan dengan baik prosedur ini. 7. Sesudah pekerjaan selesai operator/personil laboran wajib membersihkan area bekerja dengan cara disapu, diserap dan kotoran ditempatkan ditempat tertentu. Pada prosedur ini diberikan nilai bagi semua kelompok 100 karena Pekerja membersihkan area bekerja sesaat sebelum jam pulang dengan mengelap jika ada ceceran. 8. Apabila terjadi ceceran atau tumpahan oli, minyak dan lain-lain, segera diangkat, diserap dengan benda kering. Dan masukkan ke tempat yang telah ditentukan. Pada prosedur poin ini, pada kelompok teknologi separasi banyak ditemukan ceceran tumpahan oli yang tidak segera diangkat. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar bahan yang ada di lab ini adalah crude oil. Sehingga diberikan nilai 60 bagi kelompok teknologi separasi. Mau bagaimana pun, tumpahan oli yang ada harus segera dibersihkan. Karena dimungkinkan dapat terjadi pekerja 74 analitik dan kimia terapan, 89.3 teknologi Separasi, 86 Bioteknologi, 89.8 analitik dan kimia terapan teknologi Separasi Bioteknologi yang terpleset atau hal-hal lain yang dapat terjadi karena adanya ceceran dari crude oil ini. Untuk kedua kelompok lainnya diberikan nilai 80 karena kebersihan yang ada sudah cukup baik dan sesuai dengan prosedur. Akan tetapi untuk kebersihan terlihat masih kurang. Karena lingkungan kerja yang bersih jika dijaga dapat membuat lingkungan pekerjaan menjadi baik, sehingga dapat membuat pekerja menjadi nyaman dan aman saat bekerja. Sehingga prrduktifitas pekerja pun dapat meningkat. 9. Merapikan peralatan kerja dan alat pelindung diri ke tempat yang telah disediakan. Pada prosedur ini diberikan nilai bagi semua kelompok sebesar 80 karena pekerja yang ada merapikan APD dengan menggantung jas lab pada tempat yang tersedia dan meletakkan sarung tangan serta masker yang digunakan di lemari APD yang tersedia. Sehingga berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dan nilai yang ada maka didapatkan presentasi kecukupan pencapaian prosedur yang dilakukan terhadap penanganan limbah cair B3 dari masing-masing kelompok adalah sebagai berikut : Diagram 4.2 Pencapaian prosedur penanganan limbah cair B3 yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses tahun 2011 (dalam Persentase)
75 Kelompok Bioteknologi memegang presentase terbesar yaitu 89,8 % dari 100% dalam pencapaian pelaksanaan prosedur penanganan limbah cair B3 yang dilakukan. Kemudian kelompok analitik dan kimia terapan sebesar 89,3%. dan yang terakhir adalah kelompok teknologi separasi yaitu sebesar 86 % dalam pencapaian prosedur pelaksanaan penanganan limbah cair B3 yang dilakukan. Sehingga dengan adanya penilaian ini diharapkan dapat membuat masing-masing kelompok melengkapi kekurangan yang ada dalam rangka pencapain prosedur penanganan limbah cair B3 agar tercipta tempat kerja yang aman dan sehat dan terhindar dari bahaya yang dapat dihasilkan dari limbah yang ada apabila limbah tersebut tidak ditangani dengan baik.
4.3. Prosedur Penanganan limbah Cair non B3 KPRT Proses Limbah Cair non B3 adalah Limbah yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan baik dari kegiatan laboratorium maupun hasil kegiatan lainnya yang tidak mengandung B3 yang ada di KPRT Proses. Limbah Cair non B3 disini merupakan air sisa pencucian alat-alat analisis. Berikut adalah Prosedur penanganan limbah cair non B3 yang dihasilkan gedung KPRT, saat dilakukannya pengamatan lapangan pada Laboratorium kelompok Analitik dan Kimia Terapan, Laboratorium kelompok Teknologi Separasi dan Laboratorium kelompok Bioteknologi. Adapun proses penanganan limbah Cair non B3 KPRT proses yang dilakukan adalah sebagai berikut :
76 Tabel 4.2 prosedur penanganan limbah cair non B3 dan penilaiannya terhadap kelompok-kelompok KPRT Proses tahun 2011 No Pengelolaan Limbah di lapangan Dokumen SMLK3 LEMIGAS LEMIGAS / Klausul ISO 14001 : 2004 Keputusan Menteri KesehatanNo.61/MENKES/ SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Kelompok Analitik dan kimia terapan Kelompok Teknologi Separasi Kelompok Bioteknologi Nilai* Nilai* Nilai* 1. Setelah melakukan analisis, alat-alat yang digunakan untuk analisis tersebut kemudian dicuci dengan fraksi untuk menghilangkan sisa-sisa sampel pada alat tersebut, dan hasil cuciannya juga dibuang ke dalam jerigen khusus limbah sisa analisis. Setelah itu, alat tersebut kemudian dicuci lagi dengan sabun dan airnya dibuang ke wastafel. Air sisa pencucian alat-alat analisis dialirkan melalui wastafel pencucian untuk kemudian ditampung dalam bak control limbah yang tersedia dan dilakukan pemeriksaan kualitas air. Jika hasil pemeriksaan dibawah baku mutu maka air dibuang langsung ke badan air. Jika lebih tinggi dari baku mutu, maka dilakukan pengolahan air sisa pencucian alat-alat di IPAL.
(Prosedur P.16, No. 6.2.1.1 terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6) Limbah cair harus diolah dalam instansi pengolahan limbah cair secara sendiri- endiri atau dialirkan untuk diolah secara terpusat. 100 100 100 2. Adapun berdasarkan hasil wawancara dengan PJU LL Komite LK3, dikatakan bahwa pemantauan dan pengukuran kualitas limbah cair dari outlet IPAL dilakukan setahun sekali oleh pihak eksternal, Komite LK3 memantau dan mengukur kualitas limbah cair dari outlet IPAL yang dibuang melalui saluran langsung ke badan air sungai setiap enam bulan.
Kualitas efluen harus memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Laporan tentang pembuangan limbah cair dan hasil analisisnya sekurang- 50 50 50 77 dan tidak dilakukan pengukuran dari pihak internal. Dikarenakan kurangnya alat yang dapat digunakan untuk pengukuran (Prosedur P.16, No. 6.2.1.2 terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6) kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan.(PP no 20 thn 1990) Total 150 150 150 *Keterangan Nilai: 50-59 = kurang sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 60-69 = Cukup sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 70-79 = prosedur yang dilaksanakan sudah baik dan sesuai , ibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 80-100 = Prosedur yang dilaksanakan sudah sangat baik dan sesuai, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada Diagram 4.3 Skoring Pencapaian dalam Prosedur Penanganan Limbah Cair non B3 yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses Tahun 2011 150150150 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Kelompok KPRT Proses analitik dan kimia terapan Teknologi separasi bioteknologi 78 Berdasarkan hasil scoring yang dilakukan terhadap pemenuhan prosedur penanganan limbah Cair non B3 pada tiap kelompok yaitu kelompok analitik dan kimia terapan, kelompok teknologi Separasi dan Bioteknologi, didapatkan nilai skor pemenuhan bagi kelompok analitik dan kimia terapan adalah 150, pada kelompok teknologi separasi didapatkan nilai 150 sedangkan pada kelompok bioteknologi didapatkan nilai 150 dari nilai total 200 jika prosedur dijalankan dengan baik dan sesuai dengan standar yang ada. Sehingga, dapat dikatakan untuk ketiga kelompok tersebut memiliki skor yang sama dalam yang menerapkan prosedur yang ada pada penanganan limbah cair non B3. Berikut akan dijelaskan mengenai pemberian nilai terhadap kelompok-kelompok yang ada sesuai dengan item-item prosedur yang ada. Adapun penjelasan mengenani penaganan Limbah Cair non B3 sesuai dengan prosedur pengendalian limbah (Lampiran 1) dokumen sistem manajemen Lingkungan dan Keselamatan dan kesehatan Kerja (SMLK3) Komite LK3 PPPTMGB LEMIGAS adalah sebagai berikut : 1. Air sisa pencucian alat-alat analisis dialirkan melalui wastafel pencucian untuk kemudian ditampung dalam bak control limbah yang tersedia dan dilakukan pemeriksaan kualitas air. Jika hasil pemeriksaan dibawah baku mutu maka air dibuang langsung ke badan air. Jika lebih tinggi dari baku mutu, maka dilakukan pengolahan air sisa pencucian alat-alat di IPAL. Pada prosedur ini ketiga kelompok yang ada telah sangan baik melaksanakan prosedur ini. Dimana hal ini dilakukan dengan cara setelah melakukan analisis, alat-alat yang digunakan untuk analisis tersebut kemudian dicuci dengan fraksi untuk menghilangkan sisa-sisa sampel pada alat tersebut, dan hasil cuciannya juga 79 dibuang ke dalam jerigen khusus limbah sisa analisis. Setelah itu, alat tersebut kemudian dicuci lagi dengan sabun dan airnya dibuang ke wastafel. Pada kelompok Bioteknologi, limbah cair non B3 juga dapat berasal dari hasil analisis yang menggunakan mikobiologi seperti kapang, jamur dan bakteri. Sehingga penanganan terhadap limbah cair non B3 pada kelompok ini sedikit berbeda dengan dua kelompok yang lain. Adapun penanganannya adalah setelah melakukan analisis, kelompok Bioteknologi memusnahkan limbah yang ada (destruk), menggunakan autoklaf dengan pemanasan 121C selama 15 menit. Setelah itu limbah cair tersebut dibuang melalui wastafel karena bakteri yang ada sudah dianggap mati. Sehingga aman jika dibuang melalui wastafel tersebut. (gambar 4.8) Gambar 4.3 Autoklaf dan hasil analisis setelah dilakukan pemanasan di Autoklaf KPRT Proses tahun 2011
Sumber : pengamatan lapangan oleh Nur Najmi Laila, Februari 2011 Adapun cara untuk mengetahui apakah hasil analisis yang telah di destruk sudah bagus atau masih dapat mencemari adalah dengan cara dilakukan uji kinerja autoklaf. (lampiran 5). Caranya adalah dengan menggunakan reagen yang 80 dimana jika dilakukan pemanasan dengan autoklaf, reagen tersebut akan berwarna ungu, yang artinya autoklaf tersebut masih bekerja dengan baik. Sedangkan jika berwarna kuning artinya autoklaf tersebut bekerja tidak maksimal. Sehingga harus dilakukan maintenance terhadap Autoklaf tersebut. (gambar 4. 9) Gambar 4. 4 Hasil reagen setelah dilakukan uji kinerja autoklaf yang berwarna kuning
Sumber : pengamatan lapangan oleh Nur Najmi Laila, Februari 2011 Berdasarkan hasil pengamatan yang ada terhadap prosedur yang dilakukan untuk penanganan limbah cair non B3, prosedur-prosedur yang ada sangat penting untuk dilakukan, karena jika air sisa pencucian alat-alat analisis dialirkan langsung melalui wastafel tanpa sebelumnya dilakukan pencucian dengan fraksi atau tanpa dilakukan pemanansan sebelumnya, akan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terhadap masyarakat sekitar yang ada di perusahaan ini. Karena Peranan Limbah cair yang lain selain lebih banyak negatifnya karena manusia tidak merasa berkepentingan akan Limbah cair tersebut. Limbah cair dianggap sebagai air yang tidak berguna lagi atau tidak diperuntukkan lagi, oleh karena itu membuangnya begitu saja tanpa 81 mempertimbangkan segi negatifnya yang mungkin timbul baik terhadap sumber alam hayati dan non hayati yang berguna bagi kehidupan. Peranan negatif tersebut termasuk pengaruhnya terhadap kesehatan manusia dan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Badan air yang menerima limbah cair industri, mempunyai potensi untuk menyebabkan gangguan saluran pencernaan makanan, kulit, dan sistem tubuh lain. Karenanya juga ada beberapa penyakit yang ditularkan melalui Limbah cair antara lain seperti : Penyakit Amoebiasis, Ascariasis, Cholera, penyakit cacing tambang, Leptospirosis, Shigellosis, Strongyloidiasis, Tetanus, Trichuriasis, dan Thypus (Soedjono, 1991). 2. Komite LK3 memantau dan mengukur kualitas limbah cair dari outlet IPAL yang dibuang melalui saluran langsung ke badan air sungai setiap enam bulan. Pada prosedur ini, berdasarkan hasil wawancara dengan PJU LL Komite LK3, dikatakan bahwa pemantauan dan pengukuran kualitas limbah cair dari outlet IPAL dilakukan setahun sekali oleh pihak eksternal, dan tidak dilakukan pengukuran dari pihak internal. Sehingga karena itulah diberikan nilai 50 untuk semua kelompok. karena hal ini sudah tidak sesuai dengan prosedur yang dibuat oleh Lemigas dan juga PP no 20 tahun 1990 yang menyatakan bahwa hasil analisis limbah dilaporkan sekurang-kurangnya 6 bulan sekali. Sehingga jika pengukuran hanya dilakukan sekali tentunya sudah tidak sesuai juga dengan PP yang ada. Sebaiknya diusahakan agar dapat dilakukan pengukuran yang dilaksanakan oleh pihak dari internal lemigas tersendiri. Dengan pengadaan alat-alat dan penambahan skill pegawai. Hal ini perlu dilakukan 82 75 75 75 analitik dan kimia terapan teknologi separasi bioteknologi juga, karena walaupun hasil pengukuran yang dilakukan oleh pihak eksternal selalu menunjukkan hasil yang tidak melewati baku mutu, ada baiknya pengukuran internal juga dilakukan seperti yang ditulis dalam prosedur pengendalian limbah SMLK3 Lemigas. Agar hasil yang didapatkan mengenai limbah cair non B3 dapat lebih valid. Pasalnya jika terjadi pencemaran air, hal ini merupakan kejadian yang harus sangat diperhatikan. Karena jangan sampai warga yang ada disekitar Lemigas terkena dampak dari pencemaran limbah cair non B3. Diagram 4.4 Pencapaian prosedur penanganan limbah cair non B3 yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses tahun 2011 (dalam Persentase)
Semua Kelompok memiliki jumlah persentase yang sama yakni 75% dari total 100 %. dalam pencapaian prosedur pelaksanaan penanganan limbah cair B3 yang dilakukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga kelompok masih memilkki kekurangan yang sama dalam hal pemeriksaan limbah secara Internal. Diharapkan dengan adanya penilaian ini diharapkan dapat membuat masing-masing kelompok melengkapi kekurangan yang ada dalam rangka pencapain prosedur penanganan limbah cair B3 agar tercipta tempat kerja yang aman dan sehat dan terhindar dari bahaya yang 83 dapat dihasilkan dari limbah yang ada apabila limbah tersebut tidak ditangani dengan baik. 4.3.1. IPAL KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS Instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL) di gedung KPRT Proses telah berjalan kurang lebih 3 tahun, dengan limbah kurang lebih 10m/perminggunya. Maksud dan tujuan dari proses IPAL adalah suatu sistem proses pengolahan limbah cair kegiatan : Laboratorium sehingga limbah cair yang dihasilkan aman sebelum dibuang ke sungai Pesanggrahan dan sudah memenuhi syarat atau baku mutu air buangan yang ditetapkan oleh pemerintah (BAPEDAL) Badan Pengelola dan Pengendali Dampak Lingkungan. Dengan demikian pencemaram terhadap lingkungan dapat terkontrol dan dapat dikendalikan. Bagan 4.2 Cara kerja IPAL
Sumber : PJU LK3 KPRT Proses 2010. Proses Kimia Limbah sisa sampel Sisa Limbah Cair Sisa Pencucian di Lab Proses Biologi Gudang Limbah sementara Bak Kontrol Sungai PPLI Sampel 84 Proses IPAL yang menggunakan pengolahan secara proses biologi ini yaitu menggunakan bakteri dalam prosesnya, pada sistem ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu : 1. Bak Perangkap Lemak 2. Bak Aerasi 3. Bak Pengendapan 4. Chlorinator 5. Bak Effluent 1. Bak Perangkap Lemak Air Limbah yang berasal dari pencucian peralatan laboratorium dari beberapa lab, dialirkan melalui instalasi pipa, dan digabungkan menjadi satu lalu dialirkan menuju bak perangkap lemak atau minyak. Bak tersebut dirancang untuk berfungsi sebagai bak pengendapan, penyaringan, dan memisahkan minyak. Jika air limbah bekas pencucian peralatan laboratorium terdapat kandungan pertikel-partikel yang sangat berat seperti pasir, lumpur, atau sebagainya, maka partikel tersebut akan mengendap pada bak tersebut. Kemudian jika bekas pencucian tersebut terdapat kandungan minyaknya, maka bak tersebut dapat juga memisahkannya antara minyak dan air. Setelah itu air tersebut dialirkan menuju bak aerasi. 2. Bak Aerasi. Setelah proses awal yang ada dalam point 1, maka proses selanjtunya adalah proses aerasi, dimana proses ini dirancang dengan metode Aerobik. Maksud dan tujuannya adalah proses ini menggunakan bakteri yang ada pada limbah cair itu sendiri. Lalu bakteri tersebut dikembangbiakkan dengan cara melarutkan oksigen atau udara ke 85 dalam air tersebut, yang dailirkan ke air seal defizer sehingga bakteri yang ada di dalam air kotor akan tumbuh dan berkembang biak serta merubah zat-zat organik menjadi anorganik yang mudah di endapkan. Karena kebutuhan oksigen tersebut juga untuk proses biologi (BOD) akan menururn hingga lebih kurang 90-93% 3. Bak Pengendapan. Dalam proses pengendapan terjadi pemisahan partikel yang terlarut dalam air. Untuk partikel yang tenggelam (lumpur) berhubung dengan lumpur tersebut adalah lumpur aktif dan mengandung bakteri, maka dikembalikan lagi ke Bak Aerasi, dengan cara di vakum dengan alat yaitu pompa udara begitu pula lumpur yang mengapung di vakum, juga dikembalikan ke bak aerasi. Lalu air yang bersih di alirkan ke bak berikutnya. 4. Chlorinator Air yang mengalir dari bak pengendapan tersebut masih terdapat bakteri yang hidup. Maka sebelum dialirkan ke bak selanjutnya, bakteri tersebut tidak diperlukan lagi. Sehingga harus dimatikan dengan cara membubuhkan chlorine atau kaporit supaya bakteri tersebut mati. 5. Bak Effluent Bak Effluent sebagau penampung air dari hasil terakhir proses IPAL. Air tersebut siap di buang ke saluran umum setelah memenuhi persyaratan, dengan menggunakan effluent Pump, dan pompa tersebut dapat bekerja secara automatic dab manual. 86 IPAL selalu di pantau dan dievaluasi oleh Komite LK3, agar berjalan dengan baik. Berikut merupakan digram alir yang menerangkan mulai dari contoh masuk dari laboratorium hingga ke IPAL. IPAL di Gedung KPRT Proses diperiksa setiap 3 bulan sekali, minimal setahun sekali diperiksa ke laboratorium luar untuk membandingkan antara laboratorium di KPRT proses dengan laboratorium luar dan memastikan hasil limbah yang telah diolah benar-benar aman untuk dibuang ke sungai terdekat (sungai Pesanggrahan). Gambar 4. 5 IPAL KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS Tahun 2011
Sumber : pengamatan lapangan oleh Nur Najmi Laila, Februari 2011 Secara prosedur IPAL sudah baik namun ada sedikit kelemahan pada operator yang bertanggung jawab terhadap perngoperasian IPAL. Karena yang bertanggung jawab untuk menyalakan panel IPAL tidak ada penunjukkan secara resmi atau khusus dari KPRT Proses. Hanya bagian utilities atau office boy yang secara bergantian memantau aerator IPAL ini.
87 4.3.2 Pemantauan Limbah Cair KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS Limbah cair dalam kegiatan operasional PPPTMGB LEMIGAS berpotensi menimbulkan dampak terhadap perairan. Sehingga perusahaan melakukan pemantauan limbah cair dengan pengambilan contoh dan analisis air limbah, sekali dalam setahun yang dilakukan oleh pihak eksternal. Sebenarnya pemantauan limbah, termasuk limbah cair seharusnya juga dilakukan oleh pihak internal yaitu PPPTMGB LEMIGAS itu sendiri sesuai dengan dokumen SMLK3 PPPTMGB LEMIGAS yang sudah dibuat. Dimana pengukuran yang seharusnya dilakukan setiap tiga bulan sekali. Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara dengan pihak LL Komite LK3 PPPTMGB LEMIGAS, pengukuran tersebut tidak dilakukan. Hal ini dikarenakan, dengan melihat hasil pengukuran sebelum-sebelumnya yang dilakukan pihak eksternal, dikatakan limbah cair yag dihasilkan oleh KPRT Proses biasanya selalu dibawah baku mutu. PPPTMGB LEMIGAS berikut KPRT Proses, juga telah memiliki izin pembuangan limbah cair sesuai Kepgub. Provinsi DKI Jakarta No.582 tahun 1995 tentang penetapan Peruntukkan dan Baku mutu air sungai/badan Air serta Baku Mutu Limbah cair di Wilayah DKI. Untuk mengetahui apakah prosedur penanganan limbah yang telah dilakukan sudah benar, Lemigas kemudian melakukan pengukuran kualitas limbah cair dari KPRT Proses . hal ini dilakukan dengan cara pihak eksternal melakukan sampling terhadap kalitas air IPAL dan air sungai sekitar Lemigas. Selanjutnya dianalisis dilaboratorium dibandingkan dengan Kepgub. Provinsi DKI Jakarta No.582 tahun 1995 tentang penetapan Peruntukkan dan Baku mutu air sungai/badan Air serta Baku Mutu Limbah cair di Wilayah DKI. 88 Adapun Hasil pengukuran yang dilakukan terhadap limbah cair di KPRT Proses dapat dilihat pada lampiran 4. Dimana didapatkan hasil analisis terhadap Air limbah yang berasal dari Outlet gedung Proses sudah sesuai dan dibawah baku mutu yang diteapkan berdasarkan KEP. GUB. KDKI Jakarta no 582/1995 tentang penetapan Peruntukkan dan Baku mutu air sungai/badan Air serta Baku Mutu Limbah cair di Wilayah DKI . Dilakukan juga pemantauan terhadap Bak control atau IPAL gedung proses juga yang dimana pengukurannya juga dilakukan oleh pihak eksternal. Untuk hasil dari pengukuran tersebut dapat dilihat dalam lampiran 4. Berdasarkan seluruh hasil analisis parameter limbah cair yang merupakan Air limbah yang berasal dari Bak Kontrol/IPAL gedung Proses sudah sesuai dan dibawah baku mutu yang diteapkan berdasarkan *KEP. GUB. KDKI Jakarta no 582/1995 tentang penetapan Peruntukkan dan Baku mutu air sungai/badan Air serta Baku Mutu Limbah cair di Wilayah DKI . Pengukuran Air permukaan Up and Down Stream Sungai Pesanggrahan PPPTMGB LEMIGAS juga dilakukan. Adapun fungsi tujuan dilakukannya analisis pada pengukuran up and down stream yang dilakukan pada sungai Pesanggrahan adalah untuk mengetahui seberapa jauh hasil buangan pabrik terhadap pencemaran yang ada di sungai pesanggarahan. Dengan melakukan test tersebut, PPPTMGB LEMIGAS dapat memastikan kegiatan yang telah dilakukan menghasilkan cemaran atau tidak bagi sungai pesanggrahan tersebut. Hasil pengukuran terhadap Up and Down Stream sungai Pesanggrahan dapat dilihat dalam lampiran 4. Berdasarkan hasil analisis parameter limbah cair yang dilakukan terhadap Air permukaan sungai Pesanggrahan-Up Stream, sebagian besar sudah sesuai dan dibawah baku mutu yang diteapkan berdasarkan KEP. GUB. KDKI Jakarta no 582/1995 tentang 89 penetapan Peruntukkan dan Baku mutu air sungai/badan Air serta Baku Mutu Limbah cair di Wilayah DKI . hanya saja pada Nilai Permanganat (KMnO4) serta COD melewati baku mutu yang telah ditetapkan. Juga BOD yang nilainya sudah sama dengan baku mutu. Minyak dan lemak walaupun hasil ukurnya < 0,02 tetap saja telah melewati baku mutu yang telah ditetapkan yaitu nihil. Sedangkan pada hasil analisis parameter limbah cair yang merupakan Air permukaan sungai Pesanggrahan-Down Stream sebagian besar sudah sesuai dan dibawah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan KEP. GUB. KDKI Jakarta no 582/1995 tentang penetapan Peruntukkan dan Baku mutu air sungai/badan Air serta Baku Mutu Limbah cair di Wilayah DKI . hanya saja pada Nilai Permanganat (KMnO4) nilainya sudah cukup tinggi yaitu 13, 9 mg/L mendekati nilai baku mutu yaitu 15mg/L. Serta COD memiliki hasil dengan nilai yang sama dengan baku mutu yang telah ditetapkan yaitu sebesar 20mg/L. Minyak dan lemak walaupun hasil ukurnya < 0,02 tetap saja telah melewati baku mutu yang telah ditetapkan yaitu nihil. Yang perlu diperhatikan disini adalah angka hasil pengukuran antara hulu dan hilir tidak begitu jauh. Sebagian besar nilainya sama. Sedangkan berdasarkan penelitian Rani Apryanti Lubis (2007) diketahui nilai BOD, COD dan Fecal coli di bagian hulu, tengah dan hilir DAS Ciliwung dari tahun 2003 sampai dengan 2005 mempunyai sebaran bervariasi, berdasarkan nilai baku mutu air PP RI No. 82 tahun 2001. akan tetapi pada hasil pengukuran yang ada ini tidak menunjukkan adanya nilai variasi pada total coliform yang ada. Sehingga bagaimana hasil bisa menunjukkan seperti ini, penulis tidak dapat mengetahui secara pasti. 90 Dengan melihat hasil pengukuran seperti ini, sebaiknya perlu dilakukan penyelidikan terhadap prosedur penanganan limbah yang ada. apakah ada bagian prosedur yang terlewati. Karena hasil pengukuran yang ditunjukkan bisa jadi karena adanya prosedur penanganan limbah yang terlewati atau tidak dijalankan dengan baik dan tuntas.
4.4 Prosedur Penanganan limbah Padat B3 KPRT Proses Limbah Padat B3 adalah semua jenis sampah/sisa dari suatu kegiatan/aktivitas berupa padatan dan sudah tidak bisa dimanfaatkan kembali yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari dan/atau merusak lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Limbah padat B3 yang dihasilkan disini dapat berupa majun, sarung tangan, masker dan lain-lainnya yang mengandung B3. Berikut adalah Prosedur penanganan limbah Padat B3 yang dihasilkan gedung KPRT Proses sesuai dengan jenisnya, saat dilakukannya pengamatan lapangan pada Laboratorium kelompok Analitik dan Kimia Terapan, Laboratorium kelompok Teknologi Separasi dan Laboratorium kelompok Bioteknologi. Adapun proses penanganan limbah Padat B3 KPRT proses yang dilakukan adalah sebagai berikut :
91 Tabel 4.3 Prosedur penanganan limbah Padat B3 dan penilaiannya terhadap kelompok-kelompok KPRT Proses tahun 2011 No Pengelolaan Limbah di lapangan Dokumen SMLK3 LEMIGAS / Klausul ISO 14001 : 2004 PP No 18 jo. 85 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3. Kelompok Analitik dan kimia terapan Kelompok Teknologi Separasi Kelompok Bioteknologi Nilai Nilai Nilai 1. Untuk limbah padat B3 seperti majun sudah diletakkan pada tempat khusus berbeda tempatnya dengan tempat sampah organik dan non organik. Hanya saja hal ini kurang sesuai dengan peraturan yang ada. Karena majun B3 yang ada hanya diletakkan di kardus-kardus. Bukan wadah khusus yang tertutup yang seharusnya disediakan untuk tempat majun B3 tersebut. Limbah padat B3 yang termasuk dalam daftar limbah B3 sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan, kemasan bekas B3 dan limbah padat terkontaminasi B3 (majun, sarung tangan, masker dan lain-lain) dikumpulkan dan dikemas dalam drum khusus yang diberi label.
(Prosedur P.16, No. 6.2.4 terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6) Setiap kemasan limbah B3 wajib diberi simbol dan label yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3. 1) Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran. 2) Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan logam (teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya. (kepdal 01/BAPEDAL/09 tahun 1995) 50 50 70 2. Rekaman kemasan berisi limbah dibuat rekamannya yang diserahkan kepada PJU LL Komite LK3 saat akan mengangkut limbah Setiap 3 bulan sekali diadakan inspeksi terhadap limbah B3 yang telah ada. kemudian kemasan Jerigen berisi limbah tersebut dibuat rekamannya Penghasil limbah B3 wajib menyampaikan catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya sekali dalam enam bulan 80 80 80 92 No Pengelolaan Limbah di lapangan Dokumen SMLK3 LEMIGAS / Klausul ISO 14001 : 2004 PP No 18 jo. 85 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3. Kelompok Analitik dan kimia terapan Kelompok Teknologi Separasi Kelompok Bioteknologi Nilai Nilai Nilai menuju gudang penyimpanan sementara. oleh Pengelola Laboratorium, kemudian diserahkan kepada Komite LK3 sesuai dengan instruksi Kerja Khusus Pengendalian Limbah Laboratorium.
(Prosedur IKK.12, No. 6.1.1 terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.5.1) kepada instansi yang bertanggung jawab dengan tembusan kepada instansi yang terkait danBupati/ Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan. 3 Berdasarkan hasil wawancara, terkadang limbah yang ada di gudang dapat tersimpan lebih dari 6 bulan Dan setiap 6 bulan sekali limbah B3 tersebut diberikan kepada pihak terkait (PPLI) untuk dilakukan pemusnahan.
(Prosedur IKK.12, No. 6.1.1 terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.5.1)
Penghasil limbah B3 wajib menyampaikan catatan sekurang-kurangnya sekali dalam enam bulan kepada instansi yang bertanggung jawab. Dan Bila limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) kilogram per hari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya lebih dari sembilan pu1uh hari sebelum diserahkan kepada pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3, dengan persetujuan Kepa1a instansi yang bertanggung jawab. 69 69 69 93 No Pengelolaan Limbah di lapangan Dokumen SMLK3 LEMIGAS / Klausul ISO 14001 : 2004 PP No 18 jo. 85 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3. Kelompok Analitik dan kimia terapan Kelompok Teknologi Separasi Kelompok Bioteknologi Nilai Nilai Nilai 4 Pengumpulan Limbah padat B3 dilakukan oleh LK3 selanjutnya diserahkan kepada pihak yang mendapat ijin dari pemerintah seperti PPLI limbah padat B3 disimpan di Gudang Limbah untuk selanjutnya diserahkan kepada pihak yang mendapat ijin Pemerintah.
(Prosedur P.16, No. 6.2.4 terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6)
Pengumpul limbah B3 dilakukan oleh badan usaha yang melakukan kegiatan pengumpulan limbah B3. 100 100 100 Total 299 299 319
*Keterangan Nilai: 50-59 = kurang sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 60-69 = Cukup sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 70-79 = prosedur yang dilaksanakan sudah baik dan sesuai , ibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 80-100 = Prosedur yang dilaksanakan sudah sangat baik dan sesuai, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada
94 299 299 319 285 290 295 300 305 310 315 320 kelompok KPRT proses analitik dan kimia terapan teknologi Separasi Bioteknologi Diagram 4.5 Skoring Pencapaian dalam Prosedur Penanganan Limbah Padat B3 yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses tahun 2011
Berdasarkan hasil scoring yang dilakukan terhadap pemenuhan prosedur penanganan limbah Padat B3 pada tiap kelompok yaitu kelompok analitik dan kimia terapan, kelompok teknologi Separasi dan Bioteknologi, didapatkan nilai skor pemenuhan bagi kelompok analitik dan kimia terapan dan Teknologi Separasi adalah 299, sedangkan pada kelompok bioteknologi didapatkan nilai 319 dari nilai total 400 jika prosedur dijalankan dengan baik dan sesuai dengan standar yang ada. Sehingga, dapat dikatakan untuk kelompok yang menerapkan prosedur lebih baik dan mendekati standar yang ada pada penanganan limbah Padat B3 adalah pada kelompok Bioteknologi.. Berikut akan dijelaskan mengenai pemberian nilai terhadap kelompok- kelompok yang ada sesuai dengan item-item prosedur yang ada. Adapun penjelasan mengenani penaganan Limbah padat B3 sesuai dengan prosedur pengendalian limbah (Lampiran 1) dokumen sistem manajemen Lingkungan dan Keselamatan dan kesehatan Kerja (SMLK3) Komite LK3 PPPTMGB LEMIGAS adalah sebagai berikut : 95 1. Limbah padat B3 yang termasuk dalam daftar limbah B3 sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan, kemasan bekas B3 dan limbah padat terkontaminasi B3 (majun, sarung tangan, masker dan lain-lain) dikumpulkan dan dikemas dalam drum khusus yang diberi label. Pada prosedur ini Untuk limbah padat B3 seperti majun sudah diletakkan pada tempat khusus berbeda tempatnya dengan tempat sampah organik dan non organik. Hanya saja hal ini kurang sesuai dengan peraturan yang ada. Karena majun B3 yang ada hanya diletakkan di kardus-kardus dan keranjang sampah. Bukan wadah khusus yang tertutup yang seharusnya disediakan untuk tempat majun B3 tersebut. Seharusnya limbah padat B3 yang ada diberikan wadah tertutup. Bukan kardus yang terbuka. Karena hal ini dapat memungkinkan adanya paparan B3 yang bisa dapat berasal dari limbah padat B3 pada wadah yang terbuka tersebut. Karena hal inilah yang membuat kedua kelompok yang ada diberikan nilai 50 karena menggunakan wadah kardus besar yang terbuka. (gambar 4.11). Sedangkan pada bioteknologi sudah tersedia wadah berupa tempat sampah tertutup. Hanya saja ukurannya kecil dan kurang banyak. Sehingga di berikan nilai 70. 96 Gambar 4.6 Gambar Wadah Penampungan Majun di KPRT Proses Tahun 2011
Sumber : pengamatan lapangan oleh Nur Najmi Laila, Februari 2011 2. Setiap 3 bulan sekali diadakan inspeksi terhadap limbah B3 yang telah ada. Dan setiap 6 bulan sekali limbah B3 tersebut diberikan kepada pihak terkait (PPLI) untuk dilakukan pemusnahan. Pada prosedur ini, telah dilakukan dengan baik oleh semua kelompok. Hal ini dapat dilihat dari laporan seperti yang ditunjukkan pada lampiran 6. sehingga diberikan skor 80 karena telah melakukan sesuai dengan prosedur yang ada. Adapun inspeksi ini dilakukan adalah untuk melihat dan melakukan pengecekan terhadap limbah yang ada apakah sudah penuh atau belum dan juga inspeksi terhadap wadah yang menampungnya. Apakah wadah sudah bocor atau sudah tidak layak pakai. Sehingga inspeksi ini sangat penting untuk dilakukan dalam penanganan limbah. Karena jika wadah yang menyimpan limbah mengalami kebocoran, akan berkemungkinan berdampak negative bagi pekerja yang ada. sebenarnya inspeksi untuk wadah penampungan limbah padat ini sudah disadari bahwa tempat yang ada tidak layak. Hanya saja dalam pelaksanaannya untuk pergantian wadah tersebut 97 memelukan waktu dan masalah internal Lemigas yang tidak dapat dijelaskan dalam laporan ini. 3. Secara berkala (6 bulan sekali) PJU LL Komite LK3 menyerahkan limbah ke pengumpul. Hal ini diberikan nilai 69 kepada semua kelompok. Karena semua kelompok memiliki gudang yang sama. Sehingga diberikan nilai 69. mengapa? Pada prosedur ini, Berdasarkan hasil wawancara Penyimpanan limbah sementara dilakukan selama kurang lebih 6 bulan di gudang penyimpanan sementara. Terkadang bisa 1 tahun sekali baru diserahkan ke pengumpul, sehingga limbah yang ada dapat tersimpan lebih dari 6 bulan. Hal ini lah yang menyebabkan semua kelompok diberi nilai sama yaitu 69. karena tidak sesuai dengan PP yang ada yang menyatakan limbah disimpan paling lama 90 hari. Meski jika limbah yang dihasilkan tidak lebih dari 50 Kg perhari, limbah dapat disimpan lebih dari 90 hari. Tetapi jika disimpan terlalu lama hingga sampai 1 tahun dikhawatirkan terjadi hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran dari limbah yang terlalu lama disimpan itu. 4. Limbah Padat B3 oleh LK3 akan diserahkan kepada pihak yang mendapat ijin dari pemerintah seperti PPLI. (lampiran 6). Jika ruang tersebut sudah penuh, limbah-limbah tersebut di pindahkan untuk disimpan di gudang sementara LK3 yang terletak di luar gedung Proses. Kemudian Limbah cair B3 oleh LK3 selanjutnya akan diserahkan kepada pihak ketiga yang mendapat ijin dari pemerintah seperti PPLI. Sudah sesuai dengan prosedur yang ada. karenanya diberikan nilai 100 terhadap semua kelompok.
98 74.8 74.8 79.8 Analitik dan Kimia terapan teknologi Separasi Bioteknologi Diagram 4.6 Pencapaian prosedur penanganan limbah Padat B3 yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses tahun 2011 (dalam Persentase)
Kelompok Bioteknologi memegang presentase terbesar yaitu 79,8 % dari 100% dalam pencapaian pelaksanaan prosedur penanganan limbah padat B3 yang dilakukan. Kemudian kelompok analitik dan kimia terapan dan kelompok teknologi separasi mempunyai presentasi dalam penanganan limbah padat yaitu sebesar 74,8% dalam pencapaian prosedur pelaksanaan penanganan limbah Padat B3 yang dilakukan. Sehingga dengan adanya penilaian ini diharapkan dapat membuat masing-masing kelompok melengkapi kekurangan yang ada dalam rangka pencapain prosedur penanganan limbah Padat B3 agar tercipta tempat kerja yang aman dan sehat dan terhindar dari bahaya yang dapat dihasilkan dari limbah yang ada apabila limbah tersebut tidak ditangani dengan baik.
99 4.5 Proses Penanganan limbah Padat non B3 KPRT Proses Pengertian Limbah Padat non B3 disini adalah semua jenis sampah/sisa dari suatu kegiatan/aktivitas berupa padatan dan sudah tidak bisa dimanfaatkan kembali. Limbah padat non B3 yang dihasilkan disini terbagi menjadi dua yaitu limbah padat organic seperti limbah kantin, kardus, kertas, majun, daun dan kayu. Sedangkan limbah padat anorganik seperti plastic, sarung tangan, APD bekas yang tidak terkontaminasi B3. Berikut adalah Prosedur penanganan limbah Padat B3 yang dihasilkan gedung KPRT Proses sesuai dengan jenisnya, saat dilakukannya pengamatan lapangan pada Laboratorium kelompok Analitik dan Kimia Terapan, Laboratorium kelompok Teknologi Separasi dan Laboratorium kelompok Bioteknologi. Adapun proses penanganan limbah Padat B3 KPRT proses yang dilakukan adalah sebagai berikut :
100 Tabel 4.4 Prosedur penanganan limbah Padat Non B3 dan penilaiannya terhadap kelompok-kelompok KPRT Proses tahun 2011 No Pengelolaan Limbah di lapangan Dokumen SMLK3 LEMIGAS / Klausul ISO 14001 : 2004 Keputusan Menteri Kesehatan No.61/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Kelompok Analitik dan kimia terapan Kelompok Teknologi Separasi Kelompok Bioteknologi Nilai Nilai Nilai 1. Limbah padat Organik (Limbah kantin, kerdus kertas, daun dan kayu, majun) dibuang ke tempat penampungan sementara organik. Limbah padat organik selanjutnya tidak dibakar dengan tungku pembakar lagi, melainkan hanya ditimbun diarea tanah lemigas. Limbah padat Organik (Limbah kantin, kerdus kertas, daun dan kayu, majun) dibuang ke tempat penampungan sementara organik. Limbah padat organik selanjutnya dibakar di tungku pembakar.
(Prosedur P.16, No. 6.2.3.1 terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6) - 69 69 69 2. Limbah padat anorganik (plastic, karet, gelas/kaca, sarung tangan, APD bekas yang tidak terkontaminasi B3) dibuang ke tempat penampungan sementara anorganik
Limbah padat anorganik (plastic, karet, gelas/kaca, sarung tangan, APD bekas yang tidak terkontaminasi B3) dibuang ke tempat penampungan sementara anorganik (Prosedur P.16, No. 6.2.3.2, terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6) - 100 100 100 3. Limbah padat berupa seng, besi drum, kaleng, pelat tali diserahkan kepada pihak ke-3. Limbah padat yang Limbah padat berupa seng, besi drum, kaleng, pelat tali diserahkan kepada pihak ke- 3. Limbah padat yang dihasilkan - 100 100 100 101 No Pengelolaan Limbah di lapangan Dokumen SMLK3 LEMIGAS / Klausul ISO 14001 : 2004 Keputusan Menteri Kesehatan No.61/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Kelompok Analitik dan kimia terapan Kelompok Teknologi Separasi Kelompok Bioteknologi Nilai Nilai Nilai dihasilkan oleh kontraktor, pembuangannya menjadi tanggung jawab kontraktor terkait yang diawasi oleh PJU LK3 terkait dan Komite LK3
oleh kontraktor, pembuangannya menjadi tanggung jawab kontraktor terkait yang diawasi oleh PJU LK3 terkait dan Komite LK3 (Prosedur P.16, No. 6.2.3.3 dan 6.2.3.4 terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6) 4. Lemigas sudah dilengkapi dengan tempat sampah. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, berbakan plastik, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup. - Setiap perkantoran harus dilengkapi dengan tempat sampah. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup.
75 75 75 5. Tidak ada pemisahan terhadap sampah kering dan sampah basah, yang ada adalah pemisahan terhadap sampah organic dan sampah non organic, dan ada tempat sampah yang sudah dilapisi kantong palstik hitam ada yang belum dilapisi - Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat sampah yang terpisah dan dilapisi kantong plastik berwarna hitam. 75 75 75 102 No Pengelolaan Limbah di lapangan Dokumen SMLK3 LEMIGAS / Klausul ISO 14001 : 2004 Keputusan Menteri Kesehatan No.61/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Kelompok Analitik dan kimia terapan Kelompok Teknologi Separasi Kelompok Bioteknologi Nilai Nilai Nilai 6. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil pengamatan, Sampah organic dibuang setiap hari pada pagi hari. Sampah non organic dibuang setiap 3 kali dalam seminggu yang dilakukan setiap sore hari - Sampah dibuang setiap hari atau apabila 2/3 bagian tempat sampah telah terisi oleh sampah. 80 80 80 7. Di Lemigas sudah tersedia tempat pengumpulan sampah sementara. Sampah ornganik ada yang ditimbun dan secara berkala sampah organic dan non organic diambil oleh dinas kebersihan DKI Jakarta, dan ini tidak diangkut setiap hari. - Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara. Sampah dari tempat penampungan sementara harus diangkut setiap hari. 70 70 70 Total 569 569 569
*Keterangan Nilai: 50-59 = kurang sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 60-69 = Cukup sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 70-79 = prosedur yang dilaksanakan sudah baik dan sesuai , ibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 80-100 = Prosedur yang dilaksanakan sudah sangat baik dan sesuai, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 103 569 569 569 0 100 200 300 400 500 600 kelompok KPRT proses analitik dan kimia terapan teknologi Separasi Bioteknologi Diagram 4.7 Skoring Pencapaian dalam Prosedur Penanganan Limbah non Padat B3 yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses Tahun 2011
Berdasarkan hasil scoring yang dilakukan terhadap pemenuhan prosedur penanganan limbah Padat non B3 pada tiap kelompok yaitu kelompok analitik dan kimia terapan, kelompok teknologi Separasi dan Bioteknologi, didapatkan nilai skor pemenuhan bagi kelompok analitik dan kimia terapan adalah 569, pada kelompok teknologi separasi didapatkan nilai 569 sedangkan pada kelompok bioteknologi didapatkan nilai 569 dari nilai total 700 jika prosedur dijalankan dengan baik dan sesuai dengan standar yang ada. Sehingga, dapat dikatakan untuk ketiga kelompok tersebut memiliki skor yang sama dalam yang menerapkan prosedur yang ada pada penanganan limbah Padat non B3. Berikut akan dijelaskan mengenai pemberian nilai terhadap kelompok-kelompok yang ada sesuai dengan item-item prosedur yang ada. Adapun penjelasan mengenani penaganan Limbah padat non B3 sesuai dengan prosedur pengendalian limbah (Lampiran 1) dokumen sistem manajemen Lingkungan 104 dan Keselamatan dan kesehatan Kerja (SMLK3) Komite LK3 PPPTMGB LEMIGAS adalah sebagai berikut : 1. Limbah padat Organik (Limbah kantin, kerdus kertas, daun dan kayu, majun) dibuang ke tempat penampungan sementara organik. Limbah padat organik selanjutnya dibakar di tungku pembakar. Pada prosedur ini ketiga kelompok diberikan nilai yang sama karena untuk penanganan limbah organic terpusat kepada Komite LK3 Lemigas. Sehingga semua limbah padat yang ada seperti Limbah padat Organik (Limbah kantin, kerdus kertas, daun dan kayu, majun) dibuang ke tempat penampungan sementara organik. Adapun Limbah padat organik selanjutnya tidak dibakar di tungku pembakar lagi saat ini seperti yang dituliskan dalam dokumen SMLK3 Lemigas. Dikarenakan cerobong asap tungku pembakaran sangat pendek. Dimana saat pembakaran berlangsung, Asapnya mengganggu pekerja yang ada dilingkungan sekitar. Sehingga saat ini Limbah padat non B3 organik dibuang kemudian di sebuah areal yang ada di LEMIGAS dengan cara dikubur dan kemudian diratakan dengan tanah (gambar 4.14). Gambar 4.7 Tungku pembakar dan Areal pembuangan sampah Organik PPPTMGB LEMIGAS Tahun 2011
Sumber : Pengamatan Lapangan oleh Nur Najmi Laila, Februari 2011 105 Sehingga, untuk penanganan limbah padat non B3 agar lebih baik, disarankan menggunakan insenerator agar sampah padat yang ada diolah oleh insenerator tersebut dan lebih baik penggunaannya dibandingkan dengan penggunaan tungku pembakar yang ada saat ini yang memiliki cerobong yang pendek. Dan penggunaan insenerator juga lebih baik dibandingkan ditimbun. Atau dapat juga dilakukan dengan cara pengomposan sampah padat organik yang ada. Hal ini lebih mudah dilakukan karena sudah dilakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik di Lemigas. Karena sampah yang ditimbun begitu saja tanpa menggunakan system sanitary landfill dan tidak dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi tanah dan air tanah, dikhawatirkan akan dapat beresiko terhadap adanya pencemaran air tanah. Untuk itulah prosedur penanganan terhadap limbah padat non B3 ini juga sangat perlu diperhatikan dengan seksama. Perlu juga diadakan pengukuran terhadap air tanah yang ada disekitar areal Lemigas ini. Karena berdasarkan wawancara dengan komite LL, untuk pengukuran limbah padat terhadap pencemaran tanah belum ada. Sehingga tidak didapatkan data mengenai adanya pencemaran tanah akibat limbah padat di KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS. 2. Limbah padat anorganik (plastic, karet, gelas/kaca, sarung tangan, APD bekas yang tidak terkontaminasi B3) dibuang ke tempat penampungan sementara anorganik. Pada prosedur ini ketiga kelompok telah sesuai dengan prosedur dan peraturan yang ada yaitu Limbah padat anorganik (plastic, karet, gelas/kaca, sarung tangan, APD bekas yang tidak terkontaminasi B3) dibuang ke tempat penampungan sementara anorganik. Sehingga karenanya diberikan nilai 100. 106 3. Limbah padat berupa seng, besi drum, kaleng, pelat tali diserahkan kepada pihak ke-3. Limbah padat yang dihasilkan oleh kontraktor, pembuangannya menjadi tanggung jawab kontraktor terkait yang diawasi oleh PJU LK3 terkait dan Komite LK3. pada rpsedur ini juga ketiga kelompok telah melakukan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang ada. Adapun penjelasan mengenani penaganan Limbah padat non B3 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.61/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja yang digunakan karena prosedur ini dilakukan di lemigas, tetapi tidak ada di dalam dokumen SMLK3 adalah sebagai berikut : 4. Setiap perkantoran harus dilengkapi dengan tempat sampah. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup. Lemigas sudah dilengkapi dengan tempat sampah. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, berbakan plastik, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup. Tetapi pada tempat sampah yang ada di lab-lab tidak dilengkapi dengan penutup. Hanya berupa keranjang sampah biasa. Untuk itulah maka diberikan nilai 75 bagi tempah sampah ini. 5. Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat sampah yang terpisah dan dilapisi kantong plastic berwarna hitam. Pada prosedur ini bila dibandingkan dengan Kemenkes yang ada, di Lemigas tidak ada pemisahan terhadap sampah kering dan sampah basah, yang ada adalah pemisahan terhadap sampah organic bewarna hijau dan sampah non organic bewarna orange. (gambar 107 4.12), dan ada tempat sampah yang sudah dilapisi kantong palstik hitam ada yang belum dilapisi. Sehingga diberikan nilai 75. Gambar 4. 12 Jenis tempat sampah organik dan anorganik di KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS Tahun 2011.
Sumber : pengamatan lapangan oleh Nur Najmi Laila, Februari 2011 Sampah-sampah padat non B3 yang ada di lemigas, dipisahkan dalam bentuk organik dan anorganik agar lebih mudah penanganannya. 6. Sampah dibuang setiap hari atau apabila 2/3 bagian tempat sampah telah terisi oleh sampah. Pada prosedur ini jika dibandingkan dengan Kemenkes, penanganan yang dilakukan Lemigas adalah dengan cara sampah organik yang ada diangkut setiap hari di waktu pagi dengan menggunakan gerobak sampah berwarna hijau (gambar 4.13). Biasanya limbah padat Organik (Limbah kantin, kerdus kertas, daun dan kayu, majun) yang ada kemudian dibuang ke tempat penampungan sementara organik. 108 Gambar 4.9 Gerobak Pengangkut Sampah Organik PPPTMGB LEMIGAS Tahun 2011
Sumber : pengamatan lapangan oleh Nur Najmi Laila, Februari 2011 Sedangkan sampah anorganik diangkut setiap 3 kali dalam seminggu. Hal ini dikarenakan sampah jenis ini tidak sebanyak jenis sampah organik yang harus diangkut setiap hari. Sampah organik diangkut oleh gerobak berwarna orange (gambar 4.15). Penanganan limbah padat anorganik seperti plastik, karet, gelas atau kaca, sarung tangan, APD bekas yang tidak terkontaminasi B3 dibuang ke tempat penampungan sementara anorganik (gambar 4.15) yang kemudian secara berkala akan diserahkan kepada Suku Dinas Kebersihan DKI Jakarta selatan dan Perusahaan lainnya yang juga menggunakan limbah tersebut.(lampiran). Gambar 4.10 Gerobak Sampah Anorganik dan Tempat Penampungan Sementara Sampah Anorganik PPPTMGB LEMIGAS tahun 2011.
Sumber : pengamatan lapangan oleh Nur Najmi Laila, Februari 2011 109 Adapun Penanganan limbah padat non B3 pada kelompok analitik dan kimia terapan, kelompok laboratorium teknologi proses separasi dan kelompok Bioteknologi sebagian besar sama, limbah padat non B3 yang dihasilkan dari kelompok-kelompok tersebut sebagian besar mempunyai karateristik yang sama, seperti tissue, kertas, kertas saring dan limbah organik lainnya. Hanya saja ada jenis sampah lain yang dihasilkan dari kelompok Bioteknologi. Sampah organik dari kelompok mikrobiologi merupakan sampah organik berupa media agar yang sebelumnya digunakan untuk pertumbuhan bakteri, jamur atau kapang untuk proses analisis. Dimana setelah analisis selesai dilakukan, media agar yang sudah digunakan untuk proses analisis tersebut kemudian di destruk atau dilakukan pemanasan dengan autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121 C. hal ini digunakan untuk mematikan bakteri, jamur dan kapang yang ada, sehingga media agar tersebut dapat dibuang dengan aman ke tempat sampah organik yang khusus berbentuk tempat sampah tertutup yang ada di dalam ruang laboratorium mikrobiologi (gambar 4.16). Gambar 4.11 Tempat sampah tertutup di Kelompok Bioteknologi KPRT Proses Tahun 2011
Sumber : pengamatan lapangan oleh Nur Najmi Laila, Februari 2011 110
7. Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara. Sampah dari tempat penampungan sementara harus diangkut setiap hari. Pada prosedur ini yang jika dibandingkan dengan Kemenkes yang ada Di Lemigas sudah tersedia tempat pengumpulan sampah sementara. Sampah ornganik ada yang ditimbun dan secara berkala sampah organic dan non organic diambil oleh dinas kebersihan DKI Jakarta, dan ini tidak diangkut setiap hari. Hal inilah yang membuat penilaian pada prosedur ini diberikan 70. karena pengangkutan yang tidak dilakukan setiap hari. Karena jika terlalu lama sampah tidak diangkut dikhawatirkan akan menimbulkan gas H2S yang dapat timbul dari timbunan sampah yang ada. Diagram 4.8 Pencapaian prosedur penanganan limbah Padat non B3 yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses Tahun 2011 (dalam Persentase) 80 80 80 Analitik dan Kimia terapan teknologi Separasi Bioteknologi 111
Semua Kelompok memiliki jumlah persentase yang sama yakni 80% dari total 100 %. dalam pencapaian prosedur pelaksanaan penanganan limbah padat non B3 yang dilakukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga kelompok masih memilkki kekurangan yang sama dalam hal prosedur penanganan limbah padat non B3 yang ada. Diharapkan dengan adanya penilaian ini dapat memberikan masukan bagi Komite LK3 yang memegang peranan juga dalam prosedur penanganan limbah padat non B3 yang ada di gedung Proses ini agar dapat membuat masing-masing kelompok melengkapi kekurangan yang ada dalam rangka pencapain prosedur penanganan limbah padat non B3 agar tercipta tempat kerja yang aman dan sehat dan terhindar dari bahaya yang dapat dihasilkan dari limbah yang ada apabila limbah tersebut tidak ditangani dengan baik.
4.6 Prosedur Penanganan limbah Emisi KPRT Proses Pengertian Limbah Emisi disini adalah hasil gas buang yang dihasilkan dari proses kegiatan yang dilakukan. Berikut adalah Prosedur penanganan limbah emisi yang dihasilkan gedung KPRT Proses, saat dilakukannya pengamatan lapangan pada Laboratorium kelompok Analitik dan Kimia Terapan, Laboratorium kelompok Teknologi Separasi dan Laboratorium kelompok Bioteknologi. Adapun proses penanganan limbah emisi Padat B3 KPRT proses yang dilakukan adalah sebagai berikut : 112 Tabel 4.5 Prosedur penanganan limbah Emisi dan penilaiannya terhadap kelompok-kelompok KPRT Proses tahun 2011 No Pengelolaan Limbah di lapangan Dokumen SMLK3 LEMIGAS / Klausul ISO 14001 : 2004 Kep. 13 MenLH/3/95 tentang Kualitas Udara Emisi Cerobong Kelompok Analitik dan kimia terapan Kelompok Teknologi Separasi Kelompok Bioteknologi Nilai Nilai Nilai 1. Emisi, meliputi emisi cerobong yang ada di lingkungan perkantoran PPPTMGB LEMIGAS dilakukan pemeriksaan sesuai dengan Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Emisi, meliputi emisi cerobong yang ada di lingkungan perkantoran PPPTMGB LEMIGAS dilakukan pemeriksaan sesuai dengan Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
(Prosedur P.16, No. 6.2.5.1, terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6) Setiap penanggung jawab jenis kegiatan wajib memenuhi ketentuan sebagaimana berikut : a. membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat pengaman; b. memasang alat ukur pemantauan yang melitputi kadar dan laju alir volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah dan kecepatan angin; c. melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong emisi; 65 65 75 2. Penanganan emisi pada ketiga kelompok tersebut sebagian besar sama, yaitu dengan menggunakan lemari asam pada saat melakukan analisis. Gas hasil lemari asam dibuang langsung ke udara. Untuk mengendalikan sistem ventilasi di laboratorium Pengendalian pencemaran Udara dalam ruangan akibat debu atau paparan uap/asap bahan exhaust fan dan pengukuran konsentrasi polutan-polutan yang relevan sesuai dengan Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
- 75 75 75 113 No Pengelolaan Limbah di lapangan Dokumen SMLK3 LEMIGAS / Klausul ISO 14001 : 2004 Kep. 13 MenLH/3/95 tentang Kualitas Udara Emisi Cerobong Kelompok Analitik dan kimia terapan Kelompok Teknologi Separasi Kelompok Bioteknologi Nilai Nilai Nilai digunakan pemasangan AC dan juga exhause. (Prosedur P.16, No. 6.2.5.2, terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6)
3 Debu yang ditimbulkan dalam kegiatan penyimpanan arsip atau barang di gudang harus dilakukan pemeriksaan setiap enam bulan sekali oleh Komite LK3 dan satu tahun sekali oleh PJK3, sesuai dengan peraturan pemerintah yang dalam hal ini dilakukan oleh pihak eksternal dalam setahun sekali. dan tidak dilakukan pengukuran dari pihak internal. Dikarenakan kurangnya alat yang dapat digunakan untuk pengukuran Debu yang ditimbulkan dalam kegiatan penyimpanan arsip atau barang di gudang harus dilakukan pemeriksaan setiap enam bulan sekali oleh Komite LK3 dan satu tahun sekali oleh PJK3, sesuai dengan peraturan pemerintah
(Prosedur P.16, No. 6.2.5.3 terkait dengan klausul ISO 14001 : 2004 butir 4.4.6) - 69 69 69 Total 209 209 219
114 209 209 219 204 206 208 210 212 214 216 218 220 kelompok KPRT proses analitik dan kimia terapan teknologi Separasi Bioteknologi *Keterangan Nilai: 50-59 = kurang sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 60-69 = Cukup sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 70-79 = prosedur yang dilaksanakan sudah baik dan sesuai , ibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada 80-100 = Prosedur yang dilaksanakan sudah sangat baik dan sesuai, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada
Diagram 4.9 Skoring Pencapaian dalam Prosedur Penanganan Limbah Emisi yang dilakukan tiap Kelompok KPRT Proses Tahun 2011
115 Berdasarkan hasil scoring yang dilakukan terhadap pemenuhan prosedur penanganan limbah emisi pada tiap kelompok yaitu kelompok analitik dan kimia terapan, kelompok teknologi Separasi dan Bioteknologi, didapatkan nilai skor pemenuhan bagi kelompok analitik dan kimia terapan dan Teknologi Separasi adalah 209, sedangkan pada kelompok bioteknologi didapatkan nilai 219 dari nilai total 300 jika prosedur dijalankan dengan baik dan sesuai dengan standar yang ada. Sehingga, dapat dikatakan untuk kelompok yang menerapkan prosedur lebih baik dan mendekati standar yang ada pada penanganan limbah emisi adalah pada kelompok Bioteknologi.. Berikut akan dijelaskan mengenai pemberian nilai terhadap kelompok-kelompok yang ada sesuai dengan item-item prosedur yang ada. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap penanganan limbah Emisi 1. Pada prosedur emisi meliputi emisi cerobong yang ada di lingkungan perkantoran PPPTMGB LEMIGAS dilakukan pemriksaan sesuai dengan Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan. Penanganan yang dilakukan pada kelompok analitik dan kimia terapan dan kelompok pada laboratorium teknologi separasi memiliki cara yang sama, yaitu sudah memiliki emisi cerobong, karena disini banyak digunakan bahan B3. sehingga diberikan skor yang sama ditiap kelompoknya. Sedangkan terdapat sedikit perbedaan dalam penanganan limbah emisi pada kelompok Bioteknologi. Disini digunakan lemari asam yang dapat mengendalikan hasil buangannya tanpa dihubungkan dengan cerobong. Karena lemari asam tersebut digunakan untuk pekerjaan yang mengandung mikrobiologi. Sehingga lemari asam yang dihubungkan ke cerobong sudah tidak ada lagi di kelompok ini. Hal inilah yang membuat penulis
116 memberikan nilai lebih bagi kelompok ini dimana penanganan pada emisi yang dilakukan sudah cukup baik. 2. Pada prosedur engendalian pencemaran Udara dalam ruangan akibat debu atau paparan uap/asap bahan exhaust fan dan pengukuran konsentrasi polutan-polutan yang relevan sesuai dengan Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan. Penanganan emisi pada ketiga kelompok tersebut sebagian besar sama, yaitu dengan menggunakan lemari asam pada saat melakukan analisis. Gas hasil lemari asam dibuang langsung ke udara. Untuk mengendalikan sistem ventilasi di laboratorium digunakan pemasangan AC dan juga exhause. Exhause terlihat ada sebagian yang rusak dan sebagian juga sudah diganti dengan yang baru. (gambar 4.17). Sehingga pengendalian emisi dengan exhause fan, karena semua kelompok sudah memiliki sehingga diberi nilai yang sama. Gambar 4.12 Lemari asam dan exhause KPRT Proses Tahun 2011
Sumber : pengamatan lapangan oleh Nur Najmi Laila, Februari 2011 3. Debu yang ditimbulkan dalam kegiatan penyimpanan arsip atau barang di gudang harus dilakukan pemeriksaan setiap enam bulan sekali oleh Komite LK3
117 69.6 69.6 73 Analitik dan Kimia terapan teknologi Separasi Bioteknologi dan satu tahun sekali oleh PJK3, sesuai dengan peraturan pemerintah. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan wawancara dengan pekerja, pengukuran terhadap kualitas udara dilakukan sebanyak 1 kali dalam setahun dan baru dilaksanakan oleh pihak eksternal. Sebaiknya diusahakan juga agar dapat dilakukan pengukuran yang dilaksanakan oleh pihak dari internal lemigas tersendiri. Dengan pengadaan alat-alat dan penambahan skill pegawai. Walaupun hasil pengukuran yang dilakukan oleh pihak eksternal selalu menunjukkan hasil yang tidak melewati baku mutu, ada baiknya pengukuran internal juga dilakukan seperti yang ditulis dalam prosedur pengendalian limbah SMLK3 Lemigas. Agar hasil yang didapatkan mengenai pencemaran gas dapat lebih valid. Pasalnya pencemaran udara merupakan hal yang harus sangat diperhatikan. Terlebih lagi perusahaan ini menggunakan Bahan B3 dalam sebagian besar pekerjaannya. Hal inilah yang membuat penulis memberikan skor 69 karena tidak adanya pengukuran yang dilakukan secara internal. Diagram 4.10 Pencapaian prosedur penanganan limbah emisi yang dilakukan tiap Kelompok Laboratorium KPRT Proses tahun 2011 (dalam Persentase)
118 Kelompok Bioteknologi memegang presentase terbesar yaitu 73% dari 100% dalam pencapaian pelaksanaan prosedur penanganan limbah emisi yang dilakukan. Kemudian kelompok analitik dan kimia terapan dan kelompok teknologi separasi mempunyai presentasi dalam penanganan limbah emisi yaitu sebesar 69,6% dalam pencapaian prosedur pelaksanaan penanganan limbah emisi yang dilakukan. Sehingga dengan adanya penilaian ini diharapkan dapat membuat masing-masing kelompok melengkapi kekurangan yang ada dalam rangka pencapain prosedur penanganan limbah emisi agar tercipta tempat kerja yang aman dan sehat bagi pekerja serta terhindar dari bahaya yang dapat dihasilkan dari limbah yang ada apabila limbah tersebut tidak ditangani dengan baik.
4.6.1 Pengukuran cerobong Lemari Asam Untuk mengetahui apakah prosedur terhadap penanganan limbah sudah baik dilakukan, PPPTMGB Lemigas melakukan pengecekan terhadap kualitas emisi dari KPRT Proses. Dimana pengukuran ini tidak dilakukan oleh pihak internal, tetapi dilakukan oleh pihak eksternal dimana setelah diambil sampel oleh pihak eksternal dan selanjutnya dianalisis dilaboratorium dibandingkan dengan Kep. 13 MenLH/3/95 tentang Kualitas Udara Emisi Cerobong. Adapun Hasil pengukuran yang dilakukan terhadap emisi di KPRT Proses dapat dilihat dalam lampiran 4. Berdasarkan hasil analisis parameter emisi yang merupakan hasil pengukuran pada cerobong Lemari Asam Laboratorium Elementer sudah sesuai dan dibawah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Kep. 13 MenLH/3/95 tentang Kualitas Udara Emisi Cerobong. Akan tetapi pada hasil pengukuran terhadap suhu ruangan, terlihat hasil pengukuran
119 sebesar 38C, tentunya hal ini sudah terlalu melebihi suhu normal ruangan yaitu sebesar 25C. sehingga ada baiknya hal ini perlu segera dilakukan pengecekan ruangan, mengapa suhu ruangan laboratorium tersebut bisa sampai sebesar 38 C. Adapun untuk hasil pengukuran pada emisi cerobong tidak dilakukan pada tahun 2010, dikarenakan lemari asam yang biasa digunakan untuk proses, sedang rusak. Sehingga tidak dihasilkan emisi dari cerobong yang ada.
4.6.2 Hasil pengukuran Udara Lingkungan Kerja KPRT Proses Pengukuran emisi Udara Lingkungan dilakukan setahun sekali oleh pihak ekstenal. Kecuali pada kelompok Bioteknologi, pada kelompok ini dilakukan juga pengukuran udara yang dilaksanakan oleh pihak intenal dengan melihat perhitungan jumlah koloni yang tumbuh (lampiran 5). Pengukuran emisi udara lingkungan penting untuk dilakukan. Karena dengan mengetahui emisi Udara lingkungan yang ada, dapat dilakukan penilaian terhadap prosedur penanganan limbah yang telah dilakukan sudah sesuai atau belum. Adapun untuk hasil Pengukuran Udara Lingkungan Kerja dapat dilihat dalam lampiran 4. Berdasarkan hasil pengukuran Udara Lingkungan Kerja KPRT Proses yang dilakukan oleh pihak eksternal ini didapatkan hasil yang sudah sesuai dan dibawah baku mutu yang diteapkan berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-01/MEN/1997. tentang Nilai Ambang Batas Factor Kimia Di Udara Lingkungan Kerja. Walaupun hasil pengukuran yang dilakukan oleh pihak eksternal selalu menunjukkan hasil yang tidak melewati baku mutu, ada baiknya pengukuran internal juga dilakukan seperti yang ditulis dalam prosedur pengendalian limbah SMLK3
120 Lemigas. Agar hasil yang didapatkan mengenai pencemaran gas dapat lebih valid. Pasalnya pencemaran udara merupakan hal yang harus sangat diperhatikan. Terlebih lagi perusahaan ini menggunakan Bahan B3 dalam sebagian besar pekerjaannya.
4.7 Gudang penyimpanan Limbah KPRT Proses Adapun untuk gudang penyimpanan limbah yang ada sudah kedap air sesuai dengan ketentuan PPRI No. 18/99 jo PPRI No. 85/99 dan keputusan kepala Bapedal No. 1/BAPEDAL/09/95 untuk menyimpan limbah-limbah yang ada sebelum ke perusahaan pengumpul limbah yangg mempunyai izin dari Mentri Lingkungan hidup. Gudang limbah ini jika dilihat, limbah-limbah yang disimpan didalamnya sangat tidak rapi. Rak-rak yang sudah disediakan justru tidak digunakan untuk menyimpan limbah-limbah yang ada. Hal ini tentunya harus diberikan perhatian khusus untuk merapikan gudang penyimpanan limbah yang ada. Karena penyimpanan limbah yang tidak rapi dikhawatirkan akan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan. Seperti kemungkinan terjadinya kerusakan wadah limbah yang dapat menimbulkan kebocoran dan bau limbah. Sehingga, setelah diadakan rapat evaluasi Komite LK3, dari hasil dari rapat tersebut yang membahas masalah gudang ini, pun akhirnya diperbaiki dalam 2 minggu.
121 0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 C a i r B 3 C a i r n o n B 3 P a d a t B 3 P a d a t N o n B 3 E m i s i A n a l i t i k d a n k i m i a t e r a p a n T e k n o l o g i S e p a r a s i B i o t e k n o l o g i Gambar 4.13 Gudang penyimpanan Limbah KPRT Proses Tahun 2011
Sumber : pengamatan lapangan. oleh Nur Najmi Laila, Februari 2011 4.8 Gambaran perbandingan hasil dari nilai prosedur penanganan terhadap jenis limbah yang ada. LimbahBerdasarkan prosedur yang dijalankan terhadap limbah cair dan padat B3, limbah cair dan padat non B3 serta emisi dari tiap-tiap kelompok yang ada, akan dapat dilihat dalam grafik, tentang kelompok manakah yang paling tinggi presentasenya terhadap pekerja yang menjalankan prosedur penanganan yang ada dengan baik, yang akan ditunjukkan pada grafik berikut : Diagram 4.11 Perbandingan persentase penanganan limbah antara kelompok KPRT Proses tahun 2011 (dalam persentase)
122 Jika dilihat, perbadingan persentase antara ketiga kelompok yang ada terhadap pemenuhan pelaksanaan prosedur penanganan limbah yang ada hanya sedikit perbedaan nilai yang ditunjukkan. Kemudian jika nilai tingkat presentase yang ada dari pelaksanaan penanganan dari lima jenis yang ada dirata-ratakan, jumlah presentase yang didapat kelompok analitik dan kimia terapan adalah 76,42 %, kemudian kelompok teknologi separasi adalah 75,76 % dan kemudian Kelompok Bioteknologi sebesar 78,24% tingkat pemenuhan pelaksanaan prosedur penanganan limbah yang telah dilaksanakan. Memang sedikit jarak antara nilai persentase yang ada. karena memang karakteristik gedung yang sama dapat saja memperngaruhi hasil ini dan juga karena ada pada beberapa penanganan limbah yang ditangani langsung oleh Komite LK3 Lemigas secara terpusat. Hal inilah yang memungkinkan nilai yang ada tidak terlalu jauh berbeda. Sehingga dengan adanya gambaran mengenai tingkat prosedur penanganan limbah yang telah dilakukan, diharapkan laporan ini dapat menjadi pertimbangan Komite LK3 untuk mengevaluasi penanganan limbah yang ada di ketiga kelompok ini. Agar penanganan limbah yang telah dilakukan dapat lebih maksimal dan lebih baik dari yang sebelumnya.
123 76.42 75.76 78.24 74.5 75 75.5 76 76.5 77 77.5 78 78.5 persentase perbandingan Analitik dan Kimia Terapan Teknologi Separasi Bioteknologi Diagram 4.12 Perbandingan tingkat presentase keseluruhan pelaksanaan penanganan limbah kelompok KPRT Proses tahun 2011 (dalam persentase)
Berdasarkan Hasil persentase Keseluruhan pelaksanaan penanganan limbah kelompok yang ada di KPRT Proses, hal ini sudah mencapai target tujuan dan sasaran komite LK3 dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yaitu : - Memastikan pengendalian limbah labratorium memenuhi peraturan yang berlaku sebanyak 50%. - Memastikan pengendalian limbah domestik mematuhi peraturan yang berlaku sebanyak 50%. - Memastikan pengendalian limbah udara memenuhi peraturan yang berlaku sebanyak 50%.
124 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 7. Adapun jenis dan karakteristik limbah yang terdapat di KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS adalah Limbah cair non B3 seperti air sisa pencucian alat-alat analisis, limbah cair B3, limbah padat B3, limbah padat non B3 serta emisi yang berasal dari lemari asam. Adapun jenis limbah yang terdapat di KPRT Proses PPPTMGB LEMIGAS adalah Limbah cair non B3 seperti air sisa pencucian alat-alat analisis, limbah cair B3, limbah padat B3, limbah padat non B3 serta emisi yang berasal dari lemari asam. Jenis limbah sebagian besar berbentuk crude oil. Sedangkan untuk karateristik limbah B3 bersifat mudah terbakar dan menguap. 8. Untuk prosedur mengenai penanganan limbah cair, penanganan limbah cair B3 dilakukan dengan menampung limbah sesuai jenisnya ke dalam jerigen khusus yang telah dilabeli, kemudian disimpan didalam gudang penyimpanan limbah sementara selama 6 bulan, untuk kemudian diserahkan kepada pihak ketiga seperti PPLI. Untuk Prosedur terhadap penanganan limbah cair non B3 seperti air sisa pencucian alat-alat analisis dilakukan dengan cara setelah melakukan analisis, alat yang ada dicuci dahulu dengan fraksi. Kemudian fraksi tersebut dimasukkan kedalam jerigen khusus. Lalu setelah itu alat-alat dicuci lagi dengan air dan sabun kemudian sisa air pencucian analisis tersebut dialirkan melalui wastafel
125 untuk kemudian ditampung dalam bak kontrol yang tersedia. Kemudian dilakukan pengolahan dengan menggunakan IPAL KPRT Proses. 4. Untuk prosedur penanganan Limbah Padat B3 seperti kain majun yang mengandung B3 masih menggunakan wadah seperti kardus yang terbuka. Tidak menggunakan wadah atau drum khusus yang tertutup untuk limbah padat B3 ini. Adapun untuk penanganannya diserahkan kepada pihak ketiga seperti PPLI. 5. Untuk prosedur penanganan limbah padat non B3 dilakukan pemisahan antara sampah organik dan non organik yang dimana pada penanganannya sampah organik tidak lagi dibakar di tungku pembakar, akan tetapi hanya di timbun di area penampungan sampah organik. Walaupun sebagian sampah ada juga yang diangkut oleh pihak ketiga juga seperti Dinas Kebersihan DKI jakarta. 6. Untuk prosedur penanganan limbah emisi dilakukan dengan menggunakan lemari asam dan local exhause. 5.2 Saran 1. Memastikan semua petugas laboratorium memahami cara pengendalian limbah yang benar sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. 2. Memastikan semua petugas Laboratorium menggunakan APD yang sesuai dan lengkap saat bekerja dan begitu juga saat penanganan Limbah yang ada demi keselamatan dan kesehatan para pekerja. 3. Memperbaiki terus menerus penyimpanan limbah sementara di gudang Limbah dengan baik dan teratur dan tidak menyimpan limbah yang ada terlalu lama tidak lebih dari 90 hari atau bahkan lebih dari 6 bulan. Minimal 2 kali dalam setahun sudah diberikan kepada pihak pengumpul limbah cair B3 dan padat B3.
126 4. Memperbaiki wadah untuk limbah padat B3 seperti majun yang ada dengan drum khusus yang tertutup, agar paparan yang dimungkinkan muncul dari limbah padat B3 yang ada dapat diminimalisir. Atau jika dimungkinkan limbah padat B3 yang ada seperti majun tersebut dapat dilakukan penanganannya dengan menggunakan insenerator. 5. Memperbaiki proses penanganan limbah padat non B3 organik seperti dengan cara memperbaiki tungku pembakar agar asap yang dihasilkan tidak lagi menganggu, pengolahan dengan bakteri untuk dijadikan kompos, atau dengan lahan urukan seperti sanitary landfill. Atau tetap dilakukan pembakaran dengan insenerator jika memungkinkan. 6. Meningkatkan pemantauan IPAL secara berkala sesuai dengan prosedur yang sudah ada. 7. Perlunya dilakukan pemantauan berkala uji kualitas limbah air dan emisi yang ada, yang dilakukan minimal 2 kali dalam setahun oleh internal dari Lemigas sendiri dengan jika dimungkinkan dapat dilakukan pengadaan alat ukur serta pelatihan terhadap skill pegawai untuk melakukan pengukuran tersebut. 8. Memastikan pengawasan terhadap lemari asam di seluruh laboratorium agar berfungsi dengan baik.
127 DAFTAR PUSTAKA Komite LK3 PPPTMGB LEMIGAS. 2010. Dokumen Identifikasi Aspek Bahaya BLM 7 KPRT Proses. Indrasti, N dan Fauzi, A. 2009. Produksi Bersih. Bogor; IPB Press Komite LK3 PPPTMGB LEMIGAS. 2008. Dokumen Sistem Manajemen Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMLK3). Damayanti, Ruth. 2008. Sistem Pengolahan Limbah Cair, Padat dan Gas di Bagian Eksplorasi Produksi (EP)-I Pertamina Pangkalan Susu. USU Repository. Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) UPN V Yogyakarta. 2008. Pengertian Limbah. http://hmtlupnv.blogspot.com/. Diakses tanggal 15 Maret 2011. Kementrian Negara Lingkungan Hidup, KepmenLH No. 04/MENLH/2007, Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi. Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta Lubis, Rany Apryyanti. 2007. Model Perubahan Kualitas Air Sungai di Daerah Aliran Sungai ( DAS) Ciliwung. Fakultas Teknik Pertanian IPB, Bogor Prijambada dan Jaka Widada, 2006. Mitigasi dan bioremediasi lahan tambang minyak. UGM Press Lab. Mikrobiologi Tanah dan Lingkungan. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Wardhana, Wisnu Arya, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi, Yogyakarta. Pramudyanto, Bambang, 2003. Pemeriksaan Industri dalam Pengendalian Pencemaran. Agung, Semarang.
128 International Agency for Research on cancer (IARC) kelas 1. 2003. Tentang Bahan yang terdaftar sebagai mutagen atau karsinogen pada manusia dan hewan. IARC. Soeparman, Suparmin, 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Kristanto, Philip, 2002. Ekologi Industri. Andi, Yogyakarta. Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI Press, Jakarta. Sunu, Pramudya, 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. PT Grasindo, Jakarta. Slamet, Juli Soemirat, 2000. Kesehatan Lingkungan. Gajahmada University, Yogyakarta Depkes Republik Indonesia, 1999. Penanganan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Jakarta. Depkes Republik Indonesia, 1999. Peraturan Pemerintah republik Indonesia No.18/1999, Tentang Pengelolaan Limbah Bahan berbahaya dan Beracun, Jakarta. Rustama et al; 1998. Kelestarian Alam. Jakarta: Departemen Lingkungan Hidup Sastrawijaya, Tresna. 1997. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta. Badan Pengendalian Kusnoputranto, H. 1997. Air Limbah dan Ekskreta Manusia : Aspek Kesehatan Masyarakat dan pengelolaannya. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud;
129 BBLH Setwidasu. 1997. UU No. 23 Tahun 1997, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup pada Bab V pasal 16, ayat 1. BBLH Sekretaris wilayah daerah Sumatera Utara. Kementrian Negara Lingkungan Hidup, KepmeLH No.50 tahun 1996 tentang baku tingkat kebauan. Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta. Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (KPPL). Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor : 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/ badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta : KPPL; 1995. Pandia, Setyati et all, 1995. Kimia Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdikbud, Jakarta Gintings, Perdana 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Metcalf and Eddy Inc. 1991. Wastewater Enginering: Treatment, Disposal and Reuse. 3 rd ed. McGraws Hill, Singapore. UNEP dan UNIDO. 1991. Audit and Reduction Manual for Industrial Emission and Wastes Technical Report No 7 UNEP, Paris ISBN 92-807-1303-5 Soedjono, 1991. Pedoman Bidang Studi Pengawasan Pencemaran Lingkungan Fisik. Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Jakarta. Djajadiningrat, Surna T. dan Harsono, H. 1990. Penilaian Secara Tepat Sumber- sumber Pencemaran Air, Tanah, dan Udara. Yogyakarta; Gadjah Mada University Press.
130 Djabu, Udin dkk, 1990. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja dan Air Limbah. Pusdiknakes Depkes RI., Jakarta. Depkes RI, 1987. Pembuangan Sampah. Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Jakarta. Kusnoputranto, Haryoto, 1985. Kesehatan Lingkungan. FKM UI, Jakarta.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu