You are on page 1of 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas rahmat-Nya, telah terselesaikanlah sebuah makalah yang
berjudul “fase-fase perkembangan menurut Jean Piaget”. Makalah ini
merupakan tugas akhir yang ditawarkan kepada mahasiswa sesuai dengan
SAP yang sudah disepakati.

Pembuatan makalah ini dibuat dengan menggunakan literatur dari


berbagai sumber yang bisa dipertanggungjawabkan kebenaran dan
keabsahannya, seperti buku dan e-book di internet. Penulis menyadari
bahwa sebagai manusia, tidak akan pernah luput dari sebuah kesalahan.
Sangatlah bijak jika ada kritik ataupun saran yang kondusif terhadap
makalah ini. Sehingga, kedepannya dapat dilakukan sebuah revisi. Sekian,
terimakasih.

Singaraja, Desember 2009

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

1.2. Rumusan masalah

1.3. Tujuan

1.4. Manfaat penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1. pengertian perkembangan

2.2. fase-fase perkembangan menurut piaget

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pemahaman fase-fase perkembangan anak bagi seorang pendidik


adalah wajib hukumnya. Sebab, lewat pemahaman mengenai fase-fase
perkembangan anak, kita sebagai pendidik akan memperoleh sebuah
acuan penting dalam mengajar, mendidik ataupun pemilihan bahan
ajar yang kemudian bisa dikomunikasikan kepada anak ataupun
peserta didik agar kemudian tau, paham dan mampu
merepresentasikan oleh sang anak saat bersosialisasi pada level yang
lebih tinggi atau turun kelapangan.

Memahami fase-fase perkembangan adalah sama artinya


memahami dunia anak. Dalam memahami dunia mereka secara aktif,
anak-anak menggunakan skema (kerangka kognitif atau kerangka
referensi). Sebuah skema (schema) adalah konsep atau kerangka yang
eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan
dan menginterpretasikan informasi. Skema bisa merentang mulai dari
skema sederhana (seperti skema sebuah mobil) sampai skema
kompleks (seperti skema tentang apa yang membentuk alam
semesta). Anak usia enam tahun yang mengetahui bahwa lima mainan
kecil dapat disimpan di dalam kotak kecil berukuran sarna berarti ia
sudah memanfaatkan skema angka atau jumlah. Minat Piaget
terhadap skema difokuskan pada bagaimana anak mengorganisasikan
dan memahami pengalaman mereka.( perkembangan dan pendidikan,
jamri dafrizal,S.Ag.S.S,M.Hum, scribd.com, 27 nov, 12:28 2009).

Ini mengartikan betapa pentingnya pemahan terhadap fase-fase


perkembangan dari anak. Pemahaman yan benar terhadap fase-fase
perkembangan itu, tentu memberikan sebuah acuan. Dan semuanya
itu, sudah pasti melewati sebuah evaluasi atau pengkajian.

1.2. Rumusan Masalah

Sebagai seorang pendidik yang ideal sudah sewajarnya memahami


fase-fase perkembangan sebelum memberikan suatu rangsang atau
pemberian bahan ajar atau materi dari pserta didiknya. Evaluasi atau
pengkajian atas fase-fase itu adalah solusinya. Namun, sebagai
seorang pendidik yang ideal, yang mampu mengertikan keadaan
peserta didik, mestilah memahami beberapa hal, seperti apakah
pengertian perkembangan dari seorang individu…..? dan
bagaimanakah tahapan-tahapan atau fase-fase dari perkembangan
individu itu sendiri…? Disinilah perlu ada evaluasi awal atau
pengkajian.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari pengkajian terhadap fase-fase


perkembangan individu ini adalah :

a. Mencari gambaran umum untuk pendidik agar bisa


menyesuaikan diri dalam mengajar atau mendidik peserta didik.

b. Mengetahui karakteristik peserta didik agar nantinya ada


kesesuaian antara gaya mengajar atau mendidik dengan gaya
belajar dari pserta didik.
1.4. Manfaat

Adapun manfaat yang bisa diambil dari hasil evaluasi terhadap


fase-fase perkembangan adalah :

a. Mendapatkan gambaran umum mengenai peserta didik agar bisa


menyesuaikan diri dalam mengajar atau mendidik sehingga apa
yang diberikan bisa diterima dengan baik.

b. Memperoleh pengetahuan mengenai karakteristik peserta didik


agar nantinya ada kesesuaian antara gaya mengajar atau mendidik
dengan gaya belajar dari peserta didik sehingga peserta didik bisa
tau, paham dan mampu merepresentasikan apa yang ia dapat dari
pendidik.

BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Pengertian perkembangan

Perkembangan adalah perubahan secara kualitatif dari fungsi-fungsi


pribadi manusia. Perkembangan seorang individu takkan berlangsung begitu
saja. Perubahan itu kekal. Semuanya melalui sebuah tahap atau fase-fase
perkembangan yang berjalan maju dan takkan pernah berjalan mundur.
Perkembangan pada individu melibatkan berbagai factor yang saling
bertautan satu sama lain. Selama menjalani perkembangan, seorang
individu akan melewati suatu fase-fase menuju kesebuah perubahan.

1.2. Fase-fase perkembangan menurut Jean Peaget


Jean Piaget (9 Agustus 1896 – 16 September 1980), seorang filsuf,
ilmuwan, dan
psikolog perkembangan berkebangsaan Swiss, yang terkenal karena hasil
penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Jean
Piaget adalah perintis besar dalam teori konstruktivis tentang pengetahuan,
khususnya pada perkembangan kognitif individu.
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap
perkembangan
anak, yaitu :
1. kematangan
2. pengalaman fisik / lingkungan
3. transmisi social
4. equilibrium

Dalam memahami teori fase-fase perkembangan menurut jean piaget, ada


beberapa konsep yang perlu diperhatikan :
1. Intelegensi
Intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium kearah mana semua
struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme
sensorimotor diarahkan….(piaget, 1981, hlm. 6) dan secara progesif
dapat dikatakan bahwa intelegensi membentuk keadaan yang
ekuilibrium, kearah mana semua adaptasi sifat-sifat sensori motor dan
kognitif dan juga interaksi-interaksi asimilasi dan akomodasi antara
organism dan lingkungan mengacu (piaget, 1981,hlm.11).
2. Organisasi
Organisasi menunjuk pada tendensi semua species untuk
mengadakan sistematisasi dan mengorganisasi proses-proses mereka
dalam suatu system yang koheren, baik secara fisis maupun
psikologis.

3. Skema
Sebuah skema (schema) adalah konsep atau kerangka yang eksis di
dalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan
menginterpretasikan informasi. ( perkembangan dan pendidikan,
jamri dafrizal,S.Ag.S.S,M.Hum, scribd.com, 27 nov, 12:28 2009).

4. Asimilasi
5. Akomodasi
6. Ekuilibrasi
Proses kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. (Ekuilibrasi
(equilibration) adalah suatu mekanisme yang dikemukakan Piaget
untuk menjelaskan bagaimana anak bergerak dari satu tahap
pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya)
7. Adaptasi
Cara penyesuaian diri individu dengan lingkungannya.
8. Pengetahuan figurative dan operatif
Pengetahuan figurative didapatkan dari gambaran langsung
seseorang terhadap objek yang dipelajari(pengetahuan tentang nama-
nama barang). Sementara pengetahuan operatif didapat karena orang
itu mengadakan operasi terhadap objek yang dipelajari.
Pengetahuan akan bilangan dll)

Bagi Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan dengan


belajar. Konsep ini mejelaskan tentang perlunya menyesuaikan materi
berpijak dari ide dasar yang diketahui anak, untuk kemudian dikembangkan
dengan stimulasi lebih luas misalnya dalam bentuk pertanyaan sehingga
kemampuan anak meningkat dalam menghadapi pengalaman yang lebih
kompleks.
Menurut jean piaget perkembangan seorang individu dilihat dari keadaan
psikologisnya dapat digambarkan melewati 4 fase yaitu :

1. Sensorimotor stage (umur 0-2 tahun )

“knows”, through active interaction with environment becomens


aware of cause effect relationships learns that objects exist even when
not in view crudely imitates the actions of others.( Psychiatric Nursing,
Claudine J. Turla dkk, dalam PPT; 27 nov 2009; 12:28, scribd.com).

Pada tahap ini, anak berinteraksi aktif dengan lingkungannya.


Masa ini, masa untuk kemapuannya mulai mengartikan dunia yang
mereka lihat. Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman
diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori
(koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan
diri anak, ini berarti bahwa suatu objek itu dianggap ada bila berada
pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha
untuk mencari objek yang mulanya terlihat kemudian menghilang dari
pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini ia
mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat
perpindahannya. Objek mulai terpisah dari diri sang anak dan
bersamaan dengan itu, konsep objek dalam struktur kognitifnya pun
mulai dikatakan matang. Dalam arti Ia mulai mampu untuk
melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai
bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll. Intinya,
pada masa kanak-kanak ini, anak belum mempunyai konsepsi tentang
objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap
dengan indranya saja.

Piaget (1952) mengatakan, bahwa ada dua proses yang


bertanggungjawab atas cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema
mereka pada sensorimotor ini :
1. Asimilasi
Asimilasi adalah pemasukkan pengetahuan baru ke dalam
pengetahuan yang sudah ada. Yakni, dalam asimilasi, anak
mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema.
2. Akomodasi

Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan


pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru
yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Akomodasi terjadi
ketika anak menyesuaikan diri atau beradaptasi pada informasi baru.
Yakni, anak menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.
(Teori perkembangan kognitif jean piaget, Dr. paul suparno,
Yogyakarta, kanisius 2001)

Contoh, seorang anak berumur 2 tahun diberi sebuah pulpen untuk


menuliskan sesuatu. Dia belum pernah menggunakan pulpen sebelumnya. Ia
hanya memperhatikan orang lain sebagaimana mestinya menggunakan
sebuah pulpen. Maka ia pun tau menggunakannya dengan memegang
batangnya secara vertical dan mengoyang-goyangkan membentuk suatu
pola (Asimilasi). Namun, karena baru pertama kali ia menulis maka yang
terbentuk hanyalah coretan-coretan biasa. Disinilah perlu penyesuaian
gerakan pulpen yang tepat mebentuk suatu pola yang berarti. (Akomodasi).

Tahap Sensorimotor stage ini masih terbagai menjadi 6 sub-stages,


yaitu:

a. Reflex schema stage, occurs from birth to six weeks and is


associated primarily with the development of reflexes.

Pada tahap ini anak mulai mengembangkan kemampuan


refleksnya (terjadi secara spontan, tidak sengaja dan tidak
terbedakan). Anak belum dapat membedakan jenis-jenis
rangsangan, ia akan menggenggam dan mengisap apapun yang
dekat dengannya. Dalam teori perkembangan kognitif jean piaget,
Dr. paul suparno; pada tahap ini anak melakukan gerakan menyusu,
berarti telah melakukan asimilasi fungsional (melatih diri agar
fungsi mengisapnya berjalan dengan baik.), melakukan asimilasi
yang reproduktif, general assimilation (skema “mengisap “
diperluas tidak han ya sebat s menghisap susu ibu, tapi benda-
bendalain didekatnya) dan asimilasi rekognitif dimana anak atau
bayi mulai membedakan dan menganal benda-benda yang diisap.
Ciri sub-tahap ini, belum mempunyai konsep benda, konsep ruang
masih bersifat fragmentaris, dan konsep kausalitas anak juga masih
egosentris.

b. Primary circular reaction phase, occurs from six weeks to four


months and is associated primarily with the development of habits.

Pada tahap ini umumnya, anak mulai muncul kebiasaan yang ia


interpretasikan dari apa yang ia perhatikan dari lingkungannya
(lewat pendengaran atau pengelihatan ). Cirri sub-tahap ini adalah :

• anak mulai meniru (imitasi,”suatu ungkapan bayiuntuk


mengnal realitas dan berinteraksi dengan dunia secara
aktif”),

• konsep benda sudah mulai berkembang,

• konsep ruang ada, yaitu mengikuti benda-benda yan


bergerak atau yang bersuara.

• Konsep kausalitas belum bnyak berkembang


c. The secondary circular reactions phase, occurs from four to nine
months and is associated primarily with the development of
coordination between vision and prehension.

Tahap ini muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan
berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan
pemaknaan.
Ciri pada sub tahap ini :
• Konsep benda ada, anak dapat mengantisipasi secara
visual letak sebuah benda.
• Konsep ruang berkembang, missal dalam kegiatan
menyusu eorang bayi telah mengkoordinasikan ruang
gerak mulut dan jamahan tangannya pada putting susu
ibu.
• Konsep kausalitas ada tapi masih egosentris.

d. The co-ordination of secondary circular reactions stage, which


occurs from nine to twelve months, is when Piaget (1954) thought
that object permanence developed.

Tahap ini muncul dari usia Sembilan sampai dua belas bulan,
saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai
sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat
dari sudut berbeda (permanensi objek).
Cirri sub tahap ini :
• Konsep benda ada, anak dapat mencari suatu benda yang
disembunyikan sepanjang masih dalam pengelihatannya.
• Konsep ruang berkembang
• Konsep kausalitas ada, disini anak sadar untu pertama
kalinya bahwa objek lainya dapat menyebabkan aktivitas
tertentu.(wadsworth) (anak digelitik, maka ia akan
tertawa)
e. The fifth sub-stage; the tertiary circular reactions phase, occurs
from twelve to eighteen months and is associated primarily with the
discovery of new means to meet goals.
Tahap ini muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas
bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara
baru untuk mencapai tujuan.

Cirri pada sub tahap ini :

• Konsep benda mulai maju dan lengkap. Missal anak dapat


memperhitungkan perpindahan berurutan suatu objek.

• Konsep ruang ada. Missal pada sub tahap ini anak mulai
mengerti ada hubungannya anatara benda-benda dalam
suatu ruangan.

• Konsep kausalitas semakin berkembang. Anak semakin sadar


bahwa orang lain dan juga benda lain dapat menjadi
penyebab suatu tindakan.

f. The sixth sub-stage, considered "beginnings of symbolic


representation", is associated primarily with the beginnings of
insight, or true creativity.

Pada sub tahap ini dimulai sebuah representasi simbolik


terutama tentang wawasan dan kreativitas.

Ciri pada sub tahap ini :


• Konsep benda sudah maju. Reprenstasi ini mebiarkan anak
untuk mencari dan menemukan objek-objek yang sunguh-
sungguh disembunyikan.

• Konsep ruang ada. Disini anak sadar akan gerakan suatu


benda sehiungga dapat mencarinay secara masuk akal bila
bnenda itu tidak kelihatan lagi.

• Konsep kausalitas. Anak sadar akan apa yang dialihat tak


mampu ia lakukan sehingga mencari jalan lain untuk
menyelsaikannya secara sangat sederhaana.

1. Characteristics
a. Reflexes are used to achieve equilibrium, reflexsnya
digunakan untuk mencapai equilibrium ().
b. repetitive acts help establish patterns of behavior, perulangan
perbuatan akan membantu keseimbangan pola kelakuannya
c. beginning object permanence is evident (mempelajari bahwa
sebuah objek ada jika adapada pandangannya)
d. view of the world is egocentric, memandang dunia seara
egosentrik(Egocentric thinking
The subject was asked how he felt about his favorite stuffed
animal, and he expressed sentiment towards it. When asked if
the subject’s mother felt the same sentiments toward his
favorite stuffed animal, the subject insisted that she did. He
also insisted that his friends and the author felt the same
sentiments toward his favorite stuffed animal.)
e. active experimentation as infant progresses
2. Nursing considerations: sensorimotor stage
a. children will explore their environment to learn more about it
especially through use of their mouth
b. cannot use logic to protect themselves
c. separation from parents is not as important to infants (under
six months) as it is to older children

2. Pre-operational period (umur 2–7)

Preoperational stage adalah tahap kedua dari empat tahap


perkembangan intelektual atau kognitif seorang anak. Berdasarkan dari
rangkaian observasi dari piaget, ia mendemonstrasikan bahwa diakhir tahun
kedua anak terdapat perkembangan fungsi psikologinya. Pemikiran pra-
operasional bisa dibagi lagi menjadi dua subtahap:
1. Fungsi simbolis (2-4 tahun)
Sub tahap fungsi simbolis terjadi kira-kira antara usia dua sampai
empat tahun. Dalam subtahap ini, anak kecil secara mental mulai bisa
merepresentasikan objek yang tak hadir. Ini memperluas dunia mental
anak hingga mencakup dimensi-dimensi baru. Penggunaan bahasa
yang mulai berkembang dan kemunculan sikap bermain adalah contoh
lain dari peningkatan pemikiran simbolis dalam subtahap ini. Contoh,
anak kecil mulai mencoret-coret gambar orang, rumah, mobil, awan,
dan banyak benda lain dari dunia ini. Mungkin karena anak kecil tidak
begitu peduli pada realitas, gambar mereka tampak aneh dan tampak
khayal. Dalam imajinasi mereka, matahari warnanya biru, langit
berwarna hijau, dan mobil melayang di awan.
Fungsi semiotic atau simbolis ini Nampak jelas dalam lima
gejala :
a. Imitasi tak langsung
b. Permainan simbolis
c. Menggambar
d. Gambaran mental
e. Bahasa ucapan

2. Pemikiran intuitif (4-7)


Pemikiran intuitif adalah subtahap kedua dalam pemikiran
praoperasional, mulai sekitar usia empat tahun dan berlangsung
sampai usia tujuh tahun. Pada subtahap ini, anak mulai menggunakan
penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan.
Piaget menyebut tahap ini sebagai "intuitif' karena anak-anak
tampaknya merasa yakin terhadap pengetahuan dan pemahaman
mereka, tetapi tidak menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui
apa-apa yang ingin mereka ketahui. Artinya, mereka mengatakan
bahwa mereka tahu sesuatu tetapi mereka mengetahuinya tanpa
menggunakan pemikiran rasional.
Adabeberapa cirri pemikiran yang lain :

• pemikiran egosentris

• adaptasi yang tidak disertai gambaran yang akurat

• reversibilitas belum terbentuk

• pengertian kekelaan belum lengkap

• klasifikasi figurative

• relasi ordinal /serial

• kausalitas
Menurut Piaget, anak pada tahap pra-operasionaljuga tidak bisa
melakukan apa yang disebutnya sebagai "operasi" (operation). Dalam teori
Piaget, operasi adalah representasi mental yang dapat dibalik (reversible).
Seperti dalam percobaan gelas kimia tersebut di atas, anak-anak prasekolah
biasanya kesulitan untuk memahami bahwa membalikkan suatu tindakan
akan menghasilkan kondisi awal dan tindakan tersebut. Dua contoh berikut
ini akan membantu Anda memahami konsep operasi menurut Piaget.
Seorang anak kecil mungkin tahu bahwa 4 + 2 = 6, tetapi ia tidak tahu
bahwa kebalikannya, yakni 6 - 2 = 4 adalah benar.
tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara
usia
dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya.Mereka mulai merepresentasikan benda-benda
dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun,mereka masih menggunakan
penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, merekacenderung
egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan
bagaimanahal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan
memahami bagaimana perasaan dariorang di sekitarnya. Tetapi seiring
pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif oranglain semakin
baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan
menganggapsetiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

1. Characteristics
a. object permanence becomes more established
b. still egocentric in thinking
c. use language as a symbol system more and more
d. increased magical thinking and imagination; called animism.
e. perceptions rule child's thinking and reasoning
f. attention span is short.
g. child has better concept of time as he/she approaches school age
2. Nursing considerations
a. illness and hospitalization frighten toddlers and preschoolers. They lack
the cognitive
powers to grasp these experiences.
b. precognitive children use fantasy and magical thinking to attempt to
understand illness
and hospitalization.
c. precognitive children have many fears, especially separation which peaks
from two
through three years of age.
d. these children learn best if actively involved in the learning process.
e. this age group relates well to discussions about what they will see and
feel. Visual and
tactile learning is best.

3. Operasional konkret

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara
usia enam sampai duabelastahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan
logika yang memadai. Proses-proses pentingselama tahapan ini adalah:

1. Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran,


bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yangpaling besar ke yang paling kecil.
2. Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian bendamenurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik
lain, termasuk gagasan bahwa serangkaianbenda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak
lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa
semua benda hidup dan berperasaan)
3. Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari
suatu permasalahan untukbisa memecahkannya. Sebagai contoh anak
tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapipendek lebih sedikit
isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
4. Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda
dapat diubah, kemudiankembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak
dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan
sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
5. Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-
benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan
dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagaicontoh, bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila
air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu
akan tetap sama banyakdengan isi cangkir lain.
6. Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu
dari sudut pandangorang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir
dengan cara yang salah). Sebagai contoh,tunjukkan komik yang
memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak,
lalumeninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu
ke dalam laci, setelah itu baruSiti kembali ke ruangan. Anak dalam
tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akantetap
menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu
bahwa boneka itu sudahdipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

Ciri pemikiran operasi konkret yang lain :

• Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh


• Melihat dari berbagai macam segi

• Seriasi

• Klasifikasi

• Ruang waktu dan kecepatan

• Kausalitas

• Probalitas

• Penalaran

• Egosntris dan sosialisme

Piaget's period of concrete operations: seven to ten years


1. Characteristics
a. thinking shifts from total egocentrism to more local awareness
b. conscience develops
c. perception no longer dominates reasoning- recognized cause-and-effect
relationships.
d. understands basic ideas of conversation, number, classification, and other
concrete
ideas.
e. attention span increases
f. can solve problems by trial and error
2. Nursing considerations
a. this age group benefits from health teaching with concrete terms and
explanations.
b. this age group reads and understands concepts related to the human
body.

4. Tahapan operasional formal


Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan
kognitif dalam teori Piaget.Tahap ini mulai dialami anak dalam usia
sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampaidewasa.
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir
secara abstrak,menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini,seseorang dapat
memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat
segalasesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada
"gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihatdari faktor biologis, tahapan ini
muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besarlainnya),
menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif,
penalaran moral,perkembangan psikoseksual, dan perkembangan
sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnyamencapai perkembangan
sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir
sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap
operasional konkrit.

Cirri pokok pemikiran operasi formal :

Pemikiran deduktif hipotesis

Pemikiran induktif saintifik

Pemikiran abstraksi reflektif

Skema operasi formal :


Proporsi

System referensi ganda

Kesetimbangan hidrostatis

Pengertian probalitas

Dua reversibilitas

Piaget's period of formal operations: 11 years to Adult


1. Characteristics
a. see new logical relationships
b. analyze situations and think more logically than before
c. think creatively since increased abilities to think abstractly
d. concern for moral and social issues are a priority over Egocentric thinking
2. Nursing considerations
a. think much more like adults
b. are able to be taught health concepts at higher levels
c. more likely to understand adult vocabulary

Kesimpulan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
· Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi
urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada
urutan yang mundur.
· Universal (tidak terkait budaya)
· Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri
seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
· Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara
logis
· Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen
dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
· Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model
berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif

Daftar Pustaka

Psychiatric Nursing, Claudine J. Turla dkk, dalam PPT, 27 nov 2009 12:28,
scribd.com
perkembangan dan pendidikan, jamri dafrizal,S.Ag.S.S,M.Hum, scribd.com,
27 nov, 12:28 2009

Piaget Realized 1 , scribd.com, 27 nov, 12:28 2009

http://www.e-psikologi.com/epsi/tokoh_detail.asp, 20 nov 2009 14:36

Teori-teori Tokoh Psikologi, 27 nov 2009 12:28, scribd.com

You might also like