You are on page 1of 4

2.

Tinjauan Tentang Metode Diskusi


Suryosubroto (1996:179), menyatakan bahwa metode diskusi merupakan suatu cara
penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa (kelompok-
kelompok siswa), untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat,
membuat kesimpulan atau menyusun alternatif pemecahan atau suatu masalah.
Ciri-ciri diskusi, adalah:
a. Berlangsung dua orang atau lebih.
b. Berlangsung dalam interaksi tatap muka dengan mengemukakan media bahasa, semua
anggota memperoleh kesempatan mendengarkan dan mengeluarkan pendapat secara bebas
langsung.
c. Mempunyai tujuan atau sasaran yang akan dicapai melalui kerja sama antar anggota.
d. Berlangsung dalam suasana bebas, teratur dan sistematis dengan aturan main yang telah
disepakati bersama.

Dengan metode diskusi kelompok siswa dapat belajar bagaimana belajar dari orang lain,
bagaimana menanggapi pendapat orang lain, bagaimana memelihara kesatuan kelompok dan
belajar tentang teknik-teknik pengambilan keputusan yang sangat berguna bagi mereka dalam
kehidupan bermasyarakat.
Pengalaman belajar yang demikian tidak akan terjadi, jika guru menyajikan pelajaran dengan
metode ceramah.
Menurut Alipade (1984:83) keuntungan metode diskusi, antara lain:
a. Suasana kelas sangat hidup sebab siswa sepenuhnya mengarahkan perhatian dan
pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
b. Dapat mempertinggi prestasi kepribadian individu, seperti semangat toleransi, jiwa
demokratis, kritis dalam berfikir, tekun, sabar dan sebagainya.
c. Hasil-hasil diskusi mudah dipahami dan dilaksanakan bersama, karena siswa ikut serta
aktif dalam pembahasan sampai pada suatu kesimpulan.
d. Siswa dilatih mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib dalam suatu diskusi, sebagai
pengalaman berharga bagi kehidupan sesungguhnya kelak di masyarakat.

Beberapa kelemahan dari metode diskusi, adalah:


a. Terutama dalam kelompok besar mungkin sekali ada antara siswa yang tidak aktif ambil
bagian, sehingga diskusi merupakan kesempatan melepaskan dari tanggung jawab.
b. Biasanya guru sulit menduga arah penyelesaian dan hasil diskusi, karena waktu yang
dipergunakan cukup panjang serta beberapa faktor lain yang mempengaruhi lancar tidaknya
diskusi.
c. Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berfikir sistematis dan rapi,
apalagi secara ilmiah.

Berdasarkan keuntungan metode diskusi, siswa akan lebih aktif dalam proses belajar. Siswa
dapat mengemukakan pemikirannya dan dapat menghargai pendapat orang lain. Metode
diskusi juga memiliki kelemahan, karena ada beberapa orang siswa yang tidak aktif, jika
diskusi dilakukan dalam kelompok besar. Diskusi akan sulit mencapai penyelesaian, karena
waktu yang digunakan sangat terbatas.

4. Tinjauan tentang metode diskusi menggunakan pendekatan ORID


Salah satu pendekatan yang bisa digunakan dalam metode diskusi, adalah dengan pendekatan
ORID. Sesuai dengan namanya metode diskusi dengan menggunakan pendekatan ORID
(Objective-Reflective-Interpretative-Decisional) akan menggulirkan diskusi dalam proses
mengalir dari pembahasan pada tahap objective hingga tahap decisional.
Metode diskusi ORID digunakan untuk mempermudah komunikasi dalam suatu kelompok.
Menurut Cendikia (2002:7), dengan metode diskusi menggunakan pendekatan ORID
memungkinkan:
a. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusinya (ide, masalah, usulan dan
sebagainya), sehingga aktif dalam proses pembelajaran.
b. Terjadinya proses diskusi yang terfokus dan berarti.
c. Diskusi ini dirancang melalui tahap-tahap yang terencana, sehingga diskusi dapat terfokus
dan tidak keluar dari materi yang dibicarakan.
d. Hadir berbagai perspektif mengenai suatu topik dalam dialog yang tidak kontrontatif.
e. Terjadinya kedalaman pemahaman secara bersama-sama dalam kelompok, karena materi
yang dipermasalahkan dibicarakan bersama.
f. Dihasilkan solusi dan rencana aksi yang spesifik, realitis dan masuk akal.

Berdasarkan kegunaan metode diskusi dengan pendekatan ORID, maka diskusi akan berjalan
dengan lancar. Dimana setiap kelompok harus memberikan kontribusinya, sehingga aktif
dalam pembelajaran. Proses diskusi ini dilakukan secara bertahap-tahap agar topik atau objek
yang dibahas tidak keluar dari jalurnya. Dengan adanya tahapan tersebut, maka solusi yang
dihasilkan akan lebih spesifik dan masuk akal.
Menurut Cendikia (2002:9), menyatakan bahwa metode diskusi menggunakan pendekatan
ORID berusaha menghindari:
a. Terjadinya dominasi satu (beberapa) anggota kelompok dalam forum karena setiap anggota
kelompok memberikan kontribusi yang berupa ide, pertanyaan, usulan dan lainnya.
b. Terjadinya pembicaraan yang berlarut-larut tak terfokus dan membosankan. Setiap anggota
berpartisipasi aktif, sehingga diskusi tidak monoton yang membuat kebosanan dan diskusi
diarahkan ke tujuan yang diharapkan.
c. Adanya anggota kelompok yang tidak dapat menyampaikan pendapat, karena setiap
anggota kelompok diminta kontribusinya, berupa apa pun baik ide atau pernyataan-
pernyataan.
d. Terjadinya kesulitan menemukan kata sepakat dalam forum dengan banyaknya masukan
pemikiran dari anggota kelompok akan semakin memudahkan menemukan kesepakatan
bersama.

Berdasarkan kegunaan metode diskusi pendekatan ORID, maka berusaha untuk menghindari
tidak terjadinya dominasi satu (beberapa) kelompok dalam diskusi, sehingga diharapkan
seluruh siswa dapat terlibat aktif dalam mengemukakan idenya. Adapun topik yang
dibicarakan hendaklah menarik untuk dibahas secara kelompok, sehingga anggota tidak
bosan dalam mengikuti diskusi dari seluruh masukan atau ide yang dikemukakan anggota,
maka akan memudahkan bagi anggota untuk mengambil kesimpulan.
Menurut Cendikian (2002:10-12), alur proses diskusi ORID yang dilaksanakan melalui
tahap-tahap:
a. Definisikan tujuan
Definisikan tujuan objektif diskusi agar jelas apa yang akan didiskusikan atau jelas tujuan
yang didiskusikan dan tujuan eksperimental ini melihatkan proses dari diskusi yang
dilakukan.
1). Tujuan objektif, meliputi:
Apa saja yang hendak diketahui, dipahami atau diputuskan dalam diskusi, sehingga jelas apa
yang akan dibahas.
2). Tujuan eksperimental, meliputi:
a) Bagaimana situasi dan interaksi antar peserta yang ingin dialami oleh peserta selama
proses diskusi.
b) Isu apa atau pengalaman apa yang ingin dialami oleh kelompok.
b. Pembukaan dan penjelasan konteks masalah
Penjelasan kepada peserta masalah (topik) yang akan didiskusikan cukup global saja, tidak
terlalu detail. Penjelasan yang terlalu detai dapat mengakibatkan kerangka berfikir peserta
terbatasi, dan cepat bosan. Yang terpenting dari tahap ini adalah keikutsertaan (inveloment)
peserta, baik secara fisik, fikiran dan emosi.
c. Tahap Objective
Pertanyaan yang diajukan fasilitator dalam tahap objective, adalah:
1). Apa yang diketahui, dilihat, didengar, dibaca atau diingat oleh peserta mengenai topik
yang dibahas (berupa fakta dan data). Dengan pertanyaan ini akan memancing siswa untuk
mengemukakan apa yang diketahuinya.
2). Pengalaman apa yang pernah dialami oleh peserta dan relevan dengan topik yang dibahas
(kapan, kejadian apa, dan dimana), karena berupa pengalaman yang dialami siswa akan
membuat siswa tertarik untuk mengikuti diskusi yang dilakukan dan siswa akan
menyampaikan apa yang menjadi pengalaman yang pernah dialami.
d. Tahap Reflective
Pada tahap reflective pertanyaan yang diajukan mengenai respon emosional peserta atas fakta
dan data yang telah didapat pada tahap objective. Pada tahap ini akan semakin
memperjelaskan apa sebenarnya permasalahan yang sedang dibahas dalam diskusi.
e. Tahap Interpretative
Tujuan dari tahap Interpretative adalah pengetahuan esensi dari topik yang dibahas.
Pernyataan-pernyataan dalam tahap ini, misalnya: apakah dampak dari masalah itu, dan
sebagainya. Dengan pernyataan ini siswa dapat mencari solusi dari permasalahan, karena
mengetahui inti dari topik yang dibicarakan.
f. Tahap Decisional
Review poin-poin penting dari diskusi dan mengingatkan peserta pada tujuan objectif yang
harus dicapai. Dalam tahap ini fasilitator mengajak atau memotivasi kelompok untuk
membuat keputusan berdasarkan hasil diskusi pada tahap-tahap sebelumnya.
g. Konfirmasi dan penutupan
Melakukan review kembali setiap poin-poin penting yang disepakati atau diterima dalam
diskusi. Menuliskan kembali poin-poin tersebut di tempat yang bisa diperhatikan oleh seluruh
peserta. Menelusuri sejarah, mulai dari bagaimana poin tersebut diusulkan, dibahas sampai
disepakati. Menanyakan pada forum apakah ada yang salah atau kurang memuaskan dalam
proses diskusi.
Adapun diagram tentang diagram di atas, yaitu:

Berdasarkan alur proses diskusi, maka terlebih dahulu guru menjelaskan tujuan diskusi dan
tujuan eksperimental yang hendak dicapai. Kemudian guru menjelaskan konteks
permasalahan secara global. Pada tahap objective, guru memberikan pertanyaan tentang
objek yang pernah dialami siswa. Tahap reflective, guru menilai bagaimana respon emosional
siswa tentang pertanyaan yang diberikan pada tahap objective kemudian guru lebih
memperjelas tentang topik yang akan dibahas. Pada tahap interpretative, diharapkan siswa
dapat mencari jawaban atau pemecahan permasalahan dan tahap decisional, guru mengajak
siswa untuk dapat membuat keputusan atas hasil diskusi yang telah dilakukan.
5. Strategi pembelajaran konvensional
Strategi pembelajaran konvensional, merupakan strategi yang berorientasi pada guru “teacher
oriented”. Hal ini sesuai dengan pendapat Roejikers (1984:52), bahwa strategi konvensional
adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan komunikasi satu arah, sehingga situasi
pembelajaran berpusat pada pengajar.
Strategi konvensional yang dimaksud di sini adalah strategi pembelajaran yang biasa di mana
strategi mengajar guru lebih menekankan pada metode ceramah. Menurut Suryosubroto
(1997:165), metode ceramah adalah penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap
kelasnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sagala (2003:201), bahwa metode ceramah adalah
sebuah bentuk interaksi penerapan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah guru
memahami kondisi dan situasi siswa dalam kelas. Dimana dalam metode ceramah guru yang
aktif, setiap siswa hanya berperan sebagai pendengar dengan cara mencatat pokok-pokok
penting yang dikemukakan oleh guru.
Meskipun metode ceramah ini sederhana dan mudah dilakukan namun metode ini
mempunyai kelemahan-kelemahan (Sagala, 2003:2002), yaitu:
a. Metode ceramah tidak dapat memberikan kesempatan kepada peserta berdiskusi
memecahkan masalah, sehingga proses penyerapan pengetahuannya kurang tajam.
b. Metode ceramah kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan keberanian mengemukakan pendapatnya.
c. Pertanyaan lisan dalam ceramah kurang dapat ditangkap oleh pendengarnya apalagi
menggunakan kata-kata asing.
Sagala (2003:202), mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam metode
ceramah yang baik, yaitu:
a. Metode ceramah dipakai jika jumlah siswa sangat banyak, sehingga tidak mungkin guru
menggunakan metode lain.
b. Guru hendak menyampaikan materi pelajaran baru.
c. Siswa telah mampu menerima informasi melalui kata-kata.
d. Sebaiknya ceramah diselingi oleh penjelasan melalui gambar atau alat visual lainnya.
Sagala (2003:202) mengemukakan langkah-langkah yang harus dipersiapkan guru agar
metode ceramah efektif dalam pelaksanaanya, yaitu:
a. Melaksanakan pendahuluan sebelum bahan baru dengan cara:
1. Menjelaskan tujuan terlebih dahulu kepada peserta didik agar peserta didik mengetahui
arah kegiatan dalam belajar bahkan dapat membangkitkan motivasi belajar jika berhubungan
dengan kebutuhan mereka.
a. Kemukakan pokok-pokok materi yang akan dibahas.
2. Mamancing pengalaman peserta didik yang cocok dengan materi yang akan dipelajari.
b. Pelaksanaan
Menyajikan bahan baru, maka diperhatikan faktor-faktor, berikut:
1. Perhatian peserta didik dari awal sampai akhir pelajaran harus tetap terpelihara.
2. Menyajikan materi pelajaran secara sistematis.
3. Kegiatan belajar mengajar diciptakan secara variatif.
4. Memberikan ulangan.
5. Membangkitkan motivasi belajar dengan situasi belajar yang menyenangkan.
6. Menggunakan media pelajaran.
c. Menutup pelajaran pada akhir pelajaran, yaitu:
1. Menyimpulkan materi pelajaran.
2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanggapi materipelajaran.
3. Melaksanakan penilaian secara komprehensif untuk mengetahui hasil belajar atau
mengukur perubahan tingkah laku.

Note: Tulisan ini sebagaian dari penelitian eskperimen di kelas dengan desain Randomized
Control Group Pretest-Posttest Desaign

Tinggalkan sebuah Komentar

You might also like