Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
Perkuliahan ini merupakan lanjutan perkuliahan kedua,
yang akan membahas beberapa konsep dasar sastra dan
dilanjutkan dengan pembahasan wilayah studi sastra dan
wilayah kesusastraan. Setelah membahas keempat
konsep ini, berarti keseluruhan konsep dasar sastra yang
ditetapkan dalam silabus telah dibahas. Penguasaan
konsep-konsep ini sangat penting artinya bagi
pemahaman Anda terhadap konsep-konsep pada
pembelajaran berikutnya. Selain itu, konsep-konsep ini
punya hubungan yang erat dengan konsep-konsep
sebelumnya. Oleh sebab itu, pahamkanlah konsep-konsep
berikut ini.
II. Materi
1) Kreativitas
2)Tegangan ( Suspense)
4)Jarak Estetika
Daya pi kat s ebuah cer i t a f i ks i juga mun c ul aki bat p en ga rang
memiliki jarak estetika yang cukup pekat dengan cerita dan . 1 tokoh'To -
koF — cerita itu. Seolah-olah pengarang menguasai benar- benar dunia
dari to col itu, sehingga pengarang benar-benar ikut t e r l i b a t d a l a m
d i r i t o k o h d a n c e r i t a n y a . J i k a k e a d a a n i n i d a p a t di lakukan ol eh
p engar an g, p embaca akan lebi h yaki n akan hadi rnya cerita dan tokoh
itu, seakan-akan cerita fiksi itu bukan hanya tiruan dari kenyataan itu,
namun adalah kenyataan sendiri yang mengejawantah.
Waktu penulis membaca cerita Mushashi, penulis merasa ikut
terlibat dalam peristiwa-peristiwa karena kekuatan cerita itu. K e t i k a p a d a
a d e g a n t e r a k h i r M u s h a s h i m e n g a l a h k a n S a s a k i Kojiro, penulis
merasa menyaksikan dui ksatria bertempur di tepi pan tai Parangtr iti s,
di sian g hari keti ka matahari terik, dan tiba t i b a M u s h a s h i m e l o m p a t
m e n g h a n t a m k e p a l a K o l i r o d e n g a n pedang. Kisah itu seperti Nadir di
mata penulis dan bukan hanya d a l a m a n g a n - a n g a n . I n i d a p a t t e r j a d i
k a r e n a k e k u a t a n c e r i t a . Pengarang menciptakan jarak estetis yang
cukup rapat sehingga tokoh dan peristiwa benar-benar hidup
2) The study of relationship betwen two or more literature. (Hubungan kajian antara dua
atau beberapa karya sastra).
2) The study of literature in its totality (world literature or universal literature). (Kajian
sastra secara keseluruhan).
IV.Tugas
1. Buatlah ringkasan materi di atas dalam bentuk peta
konsep dalam tim Anda. Jangan lupa membuat daftar
pengertian setiap konsep atau istilah yang tertera di
peta konsep.
2. Diingatkan kepada Anda untuk membaca juga buku-
buku sumber belajar yang disebutkan di bawah ini.
V. Sumber Belajar
BAB IIPEMBAHASANA.
Sejarah Munculnya Angkatan ‘66Pada periode 60-an muncul adanya angkatan, yaitu
angkatan ‘66. Lahirnya angkatan ‘66 ini didahului adanya kemelut dalam segala
bidang kehidupan di Indonesia yang disebabkan ulah teror politik yang dilakukan
PKI dan ormas-ormas yang bernaung dibawahnya. Angkatan ‘66 mempunyai cita-
cita ingin adanya pemurnian pelaksanaan Pancasila dan melaksanakan ide-ide yang
terkandung di dalam Manifest Kebudayaan. Tumbuhnya angaktan ‘66 sejalan
dengan tumbuhnya aksi-aksi sosial politik di awal angkatan ‘66 yang dipelopori
oleh KAMMI/KAPPI untuk memperjuangkan Tritura.Munculnya nama angkatan ‘66
telah diumumkan oleh H.B. Jassin dalam majalah Horison nomor 2 tahun 1966.
Pada tulisan tersebut dikatakan bahwa angkatan ‘66 lahir setelah ditumpasnya
pengkhianatan G.30S/PKI. Penamaan angkatan ‘66 ini pun mengalami adu
pendapat. Sebelum nama angkatan ‘66 diresmikan, ada yang memberi nama
angkatan Manitest Kebudayaan (MANIKEBU). Alasan penamaan ini karena Manifest
Kebudayaan yang telah dicetuskan pada tahun 1963 itu pernyataan tegas
perumusan perlawanan terhadap penyelewengan Pancasila dan perusakan
kebudayaan oleh Lekra/PKI. Beberapa sastrawan merasa keberatan dengan nama
angkata manikebu. Mereka berpandangan bahwa sastrawan yang tidak ikut
menandatangani atau mendukung Manifest Kebudayaan akan merasa tidak tercaku
di dalamnya, meskipun hasil ciptaannya menunjukkan ketegasan dalam menolak
ideologi yang dibawa oleh PKI dalam lapangan politik dan kebudayaan.Istilah
angkatan ‘66 yang dikemukakan oleh H.B. Jassin melalui antologinya mendapat
beberapa tanggapan dari berbagai pihak pengarang, diantaranya adalah Ajib
Rosidi. Ajib menganggap bahwa penamaan dan pengajuan tesis mengenai angkatan
‘66 itu kurang dapat dipertanggungjawabkan. H.B. Jasssin sendiri berpendapat
bahwa angkatan ‘66 ini sejalan dengan tumbuhnya aksi-aksi sosial politik di awal
angkatan ‘66 yang dipelopori oleh KAMMI/KAPPI untuk memperjuangkan Tritura.
H.B. Jassin merumuskan bahwa sastra angkatan ‘66 adalah sastra yang diwarnai
oleh protes dan perjuangan menegakkan keadilan berdasarkan kemanusiaan.
Berdasarkan teori tersebut H.B. Jassin berpendapat bahwa tahun 1966 merupakan
tahun lahirnya suatu generasi dan konsep baru dalam sastra yang kemudian
disebutnya dengan nama angkatan ‘66.Ajib Rosidi melihat bahwa teori Jassin tidak
konsisten, terutama dalam menunjukkan sastrawan-sastrawan yang dianggap
mewakili angkatan ‘66. A.A. Navis contohnya ia disebutkan sebagai pengarang
angkatan ‘66, namun sastrawan ini muncul sejak tahun 1950-an. Hal ini sebagai
dasar Ajib Rosidi dalam menanggapi pendapat H.B. Jassin. Ia tidak melihat teori
Jassin ini dapat diterapkan untuk menyebut lahirnya angkatan ‘66. Masyarakat
sastra pada umumnya sudah terlanjur menerima pernyataan H.B. Jassin sehingga
dalam ilmu sastra pun terdapat penamaan angkatan ‘66.Pada saat menjelang
tahun 1970-an sastra perotes sudah tidak bergema lagi seperti awal tahun 1960-
1966. Sastra protes tersebut tercermin pada kumpulan sajak Taufik Ismail, yaitu:
Tirani dan Benteng. Awal tahun 70-an mulai berkembang sastra populer dan
bermunculan majalah hiburan, majalah wanita, majalah profesi. Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gema angkatan ‘66 tidak dimulai pada
tahun 1966 tetapi pada tahun 1966 justru angkatan ‘66 mulai berakhir.Uraian di
atas telah jelas dijelaskan bahwa keadaan sastra dipengaruhi oleh situasi pada saat
itu. Meskipun keadaan sosial budaya dan politik tidak stabil, namun sastra
angkatan ‘66 ini mengalami pertumbuhan yang cukup pesat terutama pada genre
prosa.Faktor-faktor penyebab pertumbuhan sastra cukup pesat, antara lain:1.
Adanya taman Ismail Marzuki2. Didirikannya penerbit Pustaka Jaya3. Adanya
maecenas yang stabil. Maecenas adalah sebagai pelindung seni dan kebudayaan4.
Pemerintah DKI menyelenggarakan lomba menulis roman, naskah drama yang bisa
merangsang pengarang sehingga muncul kegiatan seni budayaB. Karakteristik
Angkatan ‘661. Muncul adanya angkatan yaitu angkatan ‘662. Karya yang
dihasilkan bermacam-macam ide dan warna. Contohnya: warna lokal yang terdapat
pada Ronggeng Dukuh Paruk karya Achmad Thohari3. Tema yang diangkat banyak
mengenai masalah kegelisahan batin dan rumah tangga. Kegelisahan tersebut
bersumber pada siutasi budaya belum mapan dan situasi-situasi tersebut karena
adanya norma politik dan norma ekonomi.4. Adanya sastra protes, contoh:
kumpulan sajak Tirani dan Benteng karya Taufik Ismail5. Arti penting sajak
angkatan ‘66 pertama-tama bukanlah sebagai seni, tetapi merupakan curahan hati
khas anak-anak muda yang mengalami kelegaan perasaan setelah masa
penindasan.C. Para Pengarang dan Hasil KarnyanyaSeperti telah diuraikan di atas,
periode 60-an ini telah mulai bermunculan para pengarang baru, namun para
pengarang lama pun masih tetap aktif berkarya. Untuk lebih jelas, simak
penjabaran di bawah ini:1. Taufik Ismaila. Tirani (kumpulan sajak, 1966)b.
Benteng (kumpulan sajak, 1966)c. Buku Tamu Museum Perjuangan (kumpulan
sajak, 1969)2. Bus Rasiantoa. Mereka telah Bangkit (kumpulan sajak, 1966)b. Bumi
yang Berpeluh (kumpulan cerpen, 1963)c. Mereka Akari Bangkit (kumpulan cerpen,
1963)d. Sang Ayah (novel, 1969)e. Manusia Tanah Air (novel, 1969)3. Mansur
Samina. Perlawanan (kumpulan sajak, 1966)b. Kebinasaan Negeri Senja (drama,
1968)c. Tanah Air (kumpulan sajak, 1985)4. Arifin C. Noera. Lampu Neon (drama,
1960)b. Puisi-puisi yang Kehilangan Puisi (kumpulan sajak, 1967)c. Kapai-kapai
(drama, 1970)5. Satyagraha Hoeripa. Rahasia Kehidupan Manusia (roman,
terjemahan dari Leo Tolstay, 1964)b. Ontologi Persoalan-persoalan Sastra (1969)6.
Sapardi Djoko Damonoa. Dukamu Abadi (kumpulan sajak, 1969)b. Matahari Pagi di
Tanah Air (puisi)c. Doa di Tengah-tengah Masa (puisi)d. Sajak Orang Gila7. Slamet
Kirmantoa. Jaket Kuning (kumpulan sajak, 1967)b. Kidung Putih (kumpulan sajak,
1967)8. H.B. Jassina. Angkatan ‘66, Prosa dan Puisi (1968)9. Bastari Asnina. Di
Tengah Padang (kumpulan cerpen)b. Laki-laki Berkuda (kumpulan cerpen)Para
pengarang wanita angkatan ‘66 antara lain:1. Isma Sawitria. Terima Kasihb. Tiga
Serangkaic. Pantai Utara2. Siti Saida. Perjuangan dan Hati perempuan (kumpulan
cerpen)3. Etis Basimoa. Rumah Dara (cerpen)b. Laki-laki dan Cinta (cerpen)4. Enny
Sumargoa. Sekeping Hati Perempuan (novel)Selain para pengarang tersebut di atas
masih banyak lagi para sastrawan angkatan ‘66 yang tidak disebutkan di atas.D.
Problematika1. Sajak, cerpen, essai yang menyanyikan kemenangan perjuangang
yang ditulis oleh Lekra2. Karya sastra yang dihasilkan yang tergabung dalam
Manifest Kebudayaan yang ingin membela martabat manusia yakni ingim membela
kebebasan manusia yang diinjak-injak oleh tirani mental dan fisik. Perjuangan
antara dua kelompok tersebut akhirnya dimenangkan oleh kelompok Manifest
Kebudayaan setelah terjadi G.30 S/PKI ditumpas oleh Orde Baru.E. Peristiwa
Budaya1. Pelemik tentang tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.Dalam sebuah artikel
harian bintang timur, 7 September 1962, pengarang Abdullah SP, mengucapkan
bahwa Hamka sangat mirip dengan pujangga Mesir Al Manfaluthi, gaya bahasanya,
jalan pikirannya, dan perasaannya. Tenggelamnya kapal Van Der Wijck karya
Hamka sangat mirip dengan Magdaline karya Manfaluthi. Namun Adanan H
menyatakan bahwa Abdullah SP telah melakukan tuduhan sembrorno. Sebagai
bukti kecerobohan Abdullah SP, Adnan H memberikan tuduhan kalimat sebagai
berikut:Kalimat Manfaluthi Kalimat HamkaApakah artinya harta ini tempatku
setelah kau hilang dari padaku, Stevens? Ke mana lagi langit bernaung, setelah
hilang dari padaku Zainuddin?Jassin juga membuat kesimpulan bahwa pada Hamka
ada pengaruh Al Manfaluthi. Ada garis-garis persamaan tema, plot, dan buah
pikiran. Tapi Hamka menimba dari sumber pengalaman dan inspirasinya sendiri.2.
Heboh sastra 1968 tentang Langit Makin MendungSesuai dengan teori otonomi seni
yang di dalamnya terdapat paham yang berbunyi “seni untuk seni”, seni tidak
perlu mengabdi kepada apapun di luar dirinya dan seni tidak boleh dinilai dengan
ukuran-ukuran baku yang bersifat estetik seperti ukuran moral, agama dan lain
sebagainya. Maka HB. Jassin memuat cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Paji
Kusuma dalam majalahnya.Hal ini banyak menuai protes dan hujatan dari semua
umat Islam dan ulama pada waktu itu, karena cerpen Langit Makin Mendung dinilai
telah menghina Tuhan dan nabi Muhammad SAW, sehingga pada tanggal 12
Oktober 1968 Kejaksaan Tinggi Medan melarang kritik cerpen tersebut diterbitkan.
Namun penghentian itu menimbulkan kritik dari para seniman yang ada di Medan
dan Jakarta.3. Heboh hadiah sastraHadiah yang diberikan H.B. Jassin kepada
pengarang terbaik dalam majalahnya, Horison. Hal ini pertama kalinya ada dalam
sejarah sastra Indonesia, yang mana pengarang mendapat hadiah itu adalah
Motinggo Busye.4. Munculnya sastra majalahPada periode 60-an muncul adanya
sastra majalah atau majalah yang memuat karya-karya sastra seperti Horison dan
Basis. Ini terjadi karena majalah adalah media baca yang paling diminati saat itu,
sehingga para pengarang mencoba menarik simpati masyarakat terhadap karya
sastra melalui majalah.
BAB IIIPENUTUPA.
KesimpulanMunculnya nama angkatan ‘66 telah diumumkan oleh H.B. Jassin dalam
majalah Horison nomor 2 tahun 1966. Pada tulisan tersebut dikatakan bahwa
angkatan ‘66 lahir setelah ditumpasnya pengkhianatan G.30S/PKI. Penamaan
angkatan ‘66 ini pun mengalami adu pendapat. Sebelum nama angkatan ‘66
diresmikan, ada yang memberi nama angkatan Manitest Kebudayaan (MANIKEBU).
Alasan penamaan ini karena Manifest Kebudayaan yang telah dicetuskan pada
tahun 1963 itu pernyataan tegas perumusan perlawanan terhadap penyelewengan
Pancasila dan perusakan kebudayaan oleh Lekra/PKI.Daftar
RujukanYandianto.2004. Apresiasi Karya Sastra dan Pujangga Indonesia. Bandung :
CV. M2SYudiono K.S. 2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta:
GrasindoDari