You are on page 1of 17

TUGAS ISD

UNIVERSITAS KANJURUHAN
MALANG

MASYARAKAT DESA DAN KOTA

ROBIYANTO
(1)

KATA PENGANTAR

Perubahan sosial, ekonomi dan politik yang terjadi akhir-akhir ini telah

menimbulkan dampak yang sangat kompleks bagi kehidupan seluruh lapisan

masyarakat. Sebagai warga masyarakat, kita pun harus menghadapinya dengan

memandang perubahan itu sebagai suatu proses dalam menuju masyarakat

Indonesia yang baru dan modern.

Sebagaimana warga masyarakat lainnya, para mahasiswa tentu mengalami

kompleksitas tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, hadirnya

mata kuliah sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan sosial

dalam masyarakat dan aspek-aspeknya, merupakan peluang bagi mahasiswa untuk

memahami lebih arif setiap perubahan tersebut.

Akhirnya, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi

penyempurnaan makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca dan tak lupa kami ucapkan terima kasih.

Pasuruan,……………….2009
Penulis

Robiyanto
http://robiyanto.blogspot.com

(2)

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI...................................................................................................... 2
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................ 3
BAB II : PEMBAHASAN HAKIKAT MASYARAKAT.......................... 4
A. PENGERTIAN MASYARAKAT DAN STRUKTUR
SOSIAL.................................................................................. 4
B. PANDANGAN FILOSOFIS TENTANG HAKIKAT
MASYARAKAT.................................................................... 5
1. Teori Atomistic........................................................... 5
2. Teori Organisme......................................................... 6
3. Teori Integralistik....................................................... 7
C. HUBUNGAN MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN......... 8
BAB III : MASYARAKAT DESA DAN KOTA…………………………. 10
A. PENGERTIAN MASYARAKAT DESA DAN KOTA 11
B. CIRI-CIRI MASYARAKAT DESA DAN KOTA 11
BAB III : PENUTUP....................................................................................
KESIMPULAN............................................................................. 15
(3)

BAB I
PENDAHULUAN

Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam


masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antar
aksi. Di dalam masyarakat sebagai suatu lembaga kehidupan manusia berlangsung
pula keseluruhan proses perkembangan kehidupan. Dengan demikian masyarakat
dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat berlangsungnya antar aksi
warga masyarakat itu. Tetapi masyarakat dapat pula diartikan sebagai subyek,
yakni sebagai perwujudan warga masyarakat dengan semua sifat (watak) dalam
suatu gejala dan manifestasi tertentu atau keseluruhan, sosio-psikologisnya.
Untuk mengerti bentuk dan sifat masyarakat dalam mekanismenya ada ilmu
masyarakat (sosiologi). Pengertian secara sosiologis atau ilmiah ini sesungguhnya
sudah memadai bagi seseorang profesional supaya ia lebih efektif menjalankan
fungsinya di dalam masyarakat, khususnya bagi pendidik. Bahkan bagi setiap
warga masyarakat adalah lebih baik apabila ia mengenal “masyarakat” dimana ia
menjadi bagian daripadanya. Lebih dari pada itu, bukanlah seseorang itu adalah
warga masyarakat yang sadar atau tidak, selalu terlibat dengan proses dan
mekanisme masyarakat itu. Tiap-tiap pribadi tidak saja menjadi warga masyarakat
secara pasif, melainkan dalam kondisi-kondisi tertentu ia menjadi warga
masyarakat yang aktif. Kedudukan pribadi yang demikian di dalam masyarakat,
berlaku dalam arti, baik masyarakat luas maupun masyarakat terbatas, dalam
lingkungan tertentu adalah suatu kenyataan bahwa kita hidup, bergaul, bekerja,
sampai meninggal dunia, di dalam masyarakat. Masyarakat sebagai lembaga
hidup bersama sebagai suatu gemeinschafts, bahkan tidak dapat dipisahkan
(4)

daripada warga masyarakatnya dengan segala antar hubungan dan antar aksi
yang berlangsung di dalamnya.
Untuk mengerti hakikat masyarakat, bagaimana kedudukan pribadi
(individu), peranan, hak dan kewajiban warga masyarakat kepada masyarakat,
bagaimana hubungan masyarakat dengan pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT MASYARAKAT

Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam


masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antar
aksi. Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan
tempat berlangsungnya antar aksi warga masyarakat itu. Untuk mengerti bentuk
dan sifat masyarakat dalam mekanismenya ada ilmu masyarakat (sosiologi) agar
lebih baik apabila ia mengenal “masyarakat” dimana ia menjadi bagian
daripadanya, karena tiap-tiap pribadi tidak saja menjadi warga masyarakat secara
pasif.

A. PENGERTIAN MASYARAKAT DAN STRUKTUR SOSIAL


Prof. Robert W. Richey dalam bukunya : “Planning for Teaching an
Introduction to Education” membuat batasan masyarakat. Istilah masyarakat
dapat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama di suatu
wilayah dengan tata cara berpikir dan bertindak yang relatif. Berdasarkan
pengertian ini, maka pengertian masyarakat (relatif) luas wilayahnya, dan

(5)

meliputi (relatif) banyak anggota atau warganya. Oleh karena jumlahnya


yang relatif besar, akan terjadi pula “masyarakat” di dalam masyarakat
tersebut. Ada bermacam-macam faktor yang menyebabkan terbentuknya
“masyarakat” dimaksud. Terjadilah pembedaan-pembedaan yang dikenal
dengan istilah “masyarakat kota”, “masyarakat desa”, “masyarakat
pendalaman”, ada pula “masyarakat atas”, “masyarakat bawah”, dan
sebagainya.
Dengan pembedaan seperti ini, secara implisit dapat dimengerti apa
dasar daripada penamaan atau penggolongan itu. Kota besar misalnya, yang
warganya jauh lebih banyak jumlahnya daripada di desa, antar warga
masyarakat dan lebih banyak variasinya. Dengan kata lain, disana lebih
heterogen. Kenyataan menunjukkan bahwa di kota-kota besar hidup manusia
dari segala tingkat. Dari pejabat-pejabat tinggi negara, pengusaha-pengusaha
besar, kaum cerdik pandai, sampai buruh-buruh kecil. Jarak sosial diantara
mereka sedemikian rupa, sehingga terbentuklah apa yang dikenal sebagai
kelas sosial. Secara umum kelas sosial di dalam masyarakat ini terbagi atas :
kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class) dan kelas bawah
(lower class).
B. PANDANGAN FILOSOFIS TENTANG HAKIKAT MANUSIA
Sejarah perkembangan masyarakat adalah sejarah adanya manusia dan
peradaban. Jadi, manusia adalah subyek di dalam masyarakat dan masyarakat
pasti dihubungkan dengan fungsi dan kedudukan manusia di dalam
masyarakat. Teori-teori tentang hakikat masyarakat yang berkembang dan
dianut dunia pada umumnya adalah :

1. Teori Atomistic
Pada periode masyarakat sebelum terbentuknya negara seperti yang
kita kenal sekarang (pre social state) manusia sebagai pribadi adalah bebas
dan independen. Dengan demikian masyarakat dibentuk atas dasar

(6)

kehendak bersama, untuk tujuan bersama para individu, yang


kemudian menjadi warga masyarakat itu.
Pribadi manusia sebagai individu memiliki kebebasan, kemerdekaan
dan persamaan diantara manusia lainnya. Karena didorong oleh kesadaran
tertentu, mereka secara sukarela membentuk masyarakat, dan masyarakat
dalam bentuknya yang formal ialah negara. Oleh sebab itu masyarakat
adalah perwujudan kontrak sosial, perjanjian bersama warga masyarakat
itu. Berdasarkan asas pandangan atomisme ini penghargaan kepada pribadi
manusia adalah prinsip utama. Artinya setiap praktek tentang kehidupan di
dalam masyarakat selalu diarahkan bagi pembianaan hak-hak asasi
manusia, demi martabat manusia.

2. Teori Organisme
Pada dasarnya setiap individu dilahirkan dan berkembang di dalam
masyarakat. Manusia lahir dalam wujud yang serba lemah, lahir dan
bathin. Keadaannya dan perkembangannya amat tergantung (dependent)
kepada orang lain, minimal kepada keluarganya. Kenyataan ini tidak
hanya pada masa bayi dan masa kanak-kanak, bahkan di dalam
perkembangan menuju kedewasaan seseorang individu masih memerlukan
bantuan orang lain. Misalnya dalam penyesuaian kelangsungan hidupnya.
Oleh karena itu manusia saling membutuhkan sesamanya demi kelanjutan
hidup dan kesejahteraannya.
Prinsip pelaksanaan pola-pola kehidupan di dalam masyarakat
menurut teori organisme ialah :
a. Bahwa kekuasaan dan kehendak masyarakat sebagai lembaga di atas
hak, kepentingan, keinginan, cita-cita dan kekuasaan individu.

(7)

b. Lembaga masyarakat yang meliputi seluruh bangsa, secara nasional,


bersifat totalitas, pendidikan berfungsi mewujudkan warga negara
yang ideal, dan bukan manusia sebagai individu yang ideal.

3. Teori Integralistik
Menurut teori ini meskipun masyarakat sebagai satu lembaga yang
mencerminkan kebersamaan sebagai satu totalitas, namun tidak dapat
diingkari realita manusia sebagai pribadi. Sebaliknya manusia sebagai
pribadi selalu ada dan hidup di dalam kebersamaan di dalam masyarakat.
Jelas bahwa pribadi manusia adalah suatu realita di dalam masyarakat,
seperti halnya masyarakat pun adalah realita diantara bangsa-bangsa di
dunia ini dan komplementatif. Masyarakat ada karena terdiri dari pada
individu-individu warga masyarakat. Dan pribadi manusia, individu-
individu dalam masyarakat itu berkembang dan dipengaruhi oleh
masyarakat.
Perwujudan masyarakat sebagai lembaga kehidupan sosial tiada
bedanya dengan kehidupan suatu keluarga. Tiap-tiap anggota keluarga
adalah warga yang sadar tentang status dirinya di dalam keluarga itu,
sebagaimana ia menyadari tanggung jawab dan kewajibannya atas
integritas keluarga tersebut. Sewajarnya tidak bertentangan dengan
kepentingan dan terutama kehormatan dan martabat keluarga. Bahkan
kehormatan keluarga adalah kehormatan anggota keluarga, demikian pula
sebaliknya.
Pelaksanaan asas-asas menurut teori integralistik yang dapat penulis
samakan dengan teori kekeluargaan adalah berdasarkan keseimbangan
antara hak-hak (asasi) dan kewajiban-kewajiban (asasi). Praktek tata
kehidupan sosial berdasarkan kesadaran nilai-nilai, norma-norma sosial
yang berlaku dan dijunjung bersama baik oleh individu sebagai pribadi,
maupun oleh masyarakat sebagai lembaga. Kepentingan dan tujuan hidup
individu meskipun amat bersifat pribadi, tak dapat dipertentangkan dengan
(8)

kepentingan dan tujuan sosial. Sebab tiap individu menyadari hak


dan kewajibannya masing-masing. Ini berarti bahwa kebebasan
(kemerdekaan) dan hak-hak individu dengan sendirinya dibatasi oleh
kemerdekaan dan hak-hak individu lain di dalam masyarakat. Kesadaran
atas nilai-nilai asasi demikian berarti merupakan dasar bagi tiap individu
untuk melaksanakan fungsi sosialnya secara maksimal.
Kesadaran atas hak-hak asasi dan kewajiban dalam antar hubungan
manusia sudah pasti berdasarkan nilai-nilai sosial yang berlaku
berdasarkan norma-norma nilai tertentu. Nilai-nilai itulah sebagai asas
normatif. Asas normatif merupakan dasar terwujudnya harmonis di dalam
masyarakat. Tetapi, pelaksanaan asas normatif ini sudah tentu berbeda
dengan yang berlaku di dalam masyarakat yang berlatar belakang
pandangan filosofis atomisme atau organisme. Dalam masyarakat menurut
teori integralistik, asas kekeluargaan menjadi prinsip kehidupan bersama
demi kesejahteraan bersama, baik individu maupun keseluruhan.
Walaupun pada hakekatnya yang diutamakan adalah keseluruhan warga
masyarakat, namun pandangan integralistik tak mengabaikan individu.
Karena realitas yang wajar ialah menghormati pribadi sama dengan
menghormati keseluruhan masyarakat sebagai satu totalitas.
C. HUBUNGAN MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN
Untuk melaksanakan antar hubungan dan antar aksi di dalam masyarakat
tiap individu memerlukan kesadaran-kesadaran nilai dan kecakapan-
kecakapan tertentu. Untuk itu pasti diperlukan proses mengetahui, belajar,
baik lewat pengalaman sehari-hari maupun melalui pendidikan formal.
Sebagaimana kita ketahui baik melalui ilmu jiwa maupun ilmu pendidikan,
bahwa perkembangan kepribadian manusia ke tingkat kematangan ditentukan
pula oleh faktor-faktor tersebut. Sedemikian besar pengaruh masyarakat atau
lingkungan keseluruhan terhadap perkembangan kepribadian diakui oleh teori
konvergensi, bahkan lebih-lebih oleh aliran empirisme dan pragmatisme.

(9)

Di lain pihak, seseorang mungkin berpendapat bahwa “pendidikan ialah


metode fundamental untuk memajukan dan memperbarui masyarakat” dan
bahwa itu adalah sebagai masalah setiap orang yang berminat dengan
pendidikan untuk menggunakan sekolah sebagai alat utama dan paling efektif
bagi memajukan dan memperbarui suatu masyarakat”.
Karena itu setiap warga masyarakat bercita-cita dan aktif berpartisipasi
untuk membina pendidikan Sebab pembinaan pendidikan yang ideal adalah
pembinaan atas pribadi warga masyarakat yang ideal pula. Dan ini berarti
pembinaan tata kehidupan sosial yang sejahtera lahir dan bathin. Aspek-aspek
kebudayaan di dalam masyarakat seperti ilmu pengetahuan, hukum, nilai-nilai
(demokrasi, moral, agama), dan sebagainya hanya mungkin dimengerti oleh
warga masyarakat melalui pendidikan. Bahkan ilmu-ilmu tersebut sebagai
wujud, sistem yang berkembang hanya tumbuh melalui lembaga-lembaga
pendidikan.
Hubungan masyarakat dan pendidikan sangat bersifat korelatif, bahkan
“seperti telor dengan ayam.” Masyarakat maju karena pendidikan, dan
pendidikan yang maju hanya akan ditemukan dalam masyarakat yang maju
pula, bagaimanapun kita harus menyadari kedudukan manusia baik sebagai
pribadi maupun sebagai masyarakat keseluruhan, adalah berfungsi sebagai
subyek. Manusia sebagai subyek, ialah yang menyadari dirinya sendiri, untuk
apa dan bagaimana ia hidup dan harus hidup. Manusia mampu mengerti,
bukan saja segala sesuatu yang ada di luar dirinya sebagai obyek, bahkan
manusia mampu pula menyadari dirinya sendiri sebagai subyek. Dari
kesadaran subyek dengan segala potensi, kondisi dan kepentingannya,
manusia mengatur hidupnya, menetapkan cita-citanya sendiri.
Oleh karena itu latar belakang filosofis seseorang atas kedudukan
individu amat besar peranannya. Pandangan filosofis teori itu sedemikian
besar implikasinya dalam kehidupan manusia. Dari pandangan filosofis atas
masyarakat, atas manusia merupakan titik tolak dalam seluruh persoalan

(10)

kehidupan manusia. Dan apabila pandangan tersebut dianalisa lebih


mendalam, berarti titik tolak segala pandangan berawal pada subyek, yakni
manusia sendiri, sebagai pribadi, atau sebagai masyarakat.
Dari beberapa dasar pertimbangan di atas, nyatalah masyarakat harus
secara aktif menetapkan asas-asas pendidikan yang tersimpul di dalam Filsafat
Pendidikan masyarakat (bangsa, negara) itu. Untuk pedoman pelaksanaan
pendidikan (nasional) bangsa itu, maka pedoman pelaksanaan pendidikan itu
termaktub di dalam Undang-undang Pendidikan. Akan tetapi Undang-undang
Pendidikan adalah pedoman operasional formal. Sedangkan Filsafat
Pendidikan adalah pedoman filosofis-ideal, asas-asas normatif yang
fundamental yang bersifat tetap, sebagai sumber nilai, sumber cita-cita.
Jadi masyarakat/negara sebagai subyek makro kependidikan wajar
menentukan motivasi, tujuan, lembaga atau keseluruhan sis-tem pendidikan
nasionalnya berdasarkan cita karsanya. Inilah sistem pendidikan nasional
berdasarkan filsafat negara bangsa/negara itu (i.e. negara R.I ialah sistem
pendidikan nasional (berdasarkan) Pancasila.

Masyarakat Desa dan Kota

A. Pengertian Masyarakat Desa dan kota


Masyarakat desa adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak
dikuasai oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah sesuatu aturan yang
sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur
tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosial hidup bersama,
bekerja sama dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang
hampir seragam.

(11)

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya


mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban
masa kini. Pada umumnya masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan,
sehingga disebut masyarakat kota. Namun tidak semua masyarakat kota tidak
dapat disebut masyarakat modern,sebab orang kota tidak memiliki orientasi ke
masa kini, misalnya gelandangan.

B. Ciri-ciri Masyarakat Desa dan Kota

a) Ciri-Ciri Masyarakat Desa


Adapun ciri yang menonjol pada masyarakat desa antara lain pada
umumnya kehidupannya tergantung pada alam (bercocok tanam) anggotanya
saling mengenal, sifat gotong royong erat penduduknya sedikit perbedaan
penghayatan dalam kehidupan religi lebih kuat.
1. Lingkungan dan Orientasi Terhadap Alam

Desa berhubungan erat dengan alam, ini disebabkan oleh lokasi geografis
di daerah desa petani, realitas alam ini sangat vital menunjang
kehidupannya. Kepercayaan-kepercayaan dan hukum-hukum alam seperti
dalam pola berfikir dan falsafah hidupnya menentukan.

2. dalam Segi Pekerjaan/Mata Pencaharian


Umumnya mata pencaharian daerah pedesaan adalah bertani, sedangkan
mata pencaharian berdagang merupakan pekerjaan sekunder sebagian
besar penduduknya bertani.

3. Ukuran Komunitas

Komunitas pedesaan biasanya lebih kecil dan daerah pedesaan mempunyai


penduduk yang rendah kilo meter perseginya.

4. Kepadatan Penduduknya

(12)

Kepadatan penduduknya lebih rendah, biasanya kelompok perumahan


yang dikelilingi oleh tanah pertanian udaranya yang segar, bentuk interaksi
sosial dalam kelompok sosial menyebabkan orang tidak terisolasi.

5. Diferensiasi Sosial

Pada masyarakat desa yang homogenitas, derajat diferensiasi atau


perbedaan sosial relatif lebih rendah.

6. Pelapisan Sosial

Masyarakat desa kesenjangan antara kelas atas dan kelas bawah tidak
terlalu besar.

7. Pengawasan SosialMasyarakat desa pengawasan sosial pribadi


dan ramah tamah disamping itu kesadaran untuk mentaati norma yang
berlaku sebagai alat pengawasan sosial.

8. Pola Kepemimpinan

Menentukan kepemimpinan di daerah cenderung banyak ditentukan oleh


kualitas pribadi dari individu. Disebabkan oleh luasnya kontak tatap muka
dan individu lebih banyak saling mengetahui. Misalnya karena kejujuran,
kesolehan, sifat pengorbanannya dan pengalamannya.

9. Dalam Segi Keluarga

Rasa persatuan dalam masyarakat desa sangat kuat. Peranan keluarga


sangat penting dalam berbagai kehidupan, baik dalam kehidupan ekonomi,
pendidikan, adat istiadat dan agama.

10. Dalam Segi Pendidikan

Pendidikan keluarga mewariskan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat


kepada generasi berikutnya. Sebaliknya, pendidikan sekolah sangat jarang

(13)

dijumpai kalaupun ada pendidikan sekolah hanya terbatas pada tingkat


dasar. Sebagai pelengkap pendidikan oleh keluarga atau masyarakat.

11. Dalam Segi Agama

fungsi agama mengatur hubungan manusia dengan yang maha pencipta.


Menjalankan perintah dan menjadi larangannya sesuai dengan aturan
agama yang dianut.

12. Dalam Segi Politik

Pemimpin yang berdasarkan tradisi atau berdasarkan nilai-nilai sosial yang


mendalam misal :

- Kyai

- Pendeta

- Tokoh adat dan

- Tokoh masyarakat
13. Kesetiakawanan Sosial

Kesetiakawanan sosial pada masyarakat desa lebih tinggi disebabkan oleh


homogenis masyarakat yang terlihat dalam tolong menolong (gotong
royong) dan masyarakat.

14. Perilaku Masyarakat Desa

Pola kelakuan adalah suatu cara bertingkah laku yang diciptakan untuk
ditiru oleh banyak orang, suatu cara bertindak menjadi suatu pola
bertindak yang tetap melalui proses pergaulan (peniruan) yang dilakukan
oleh banyak orang dalam waktu relatif lama. Sehingga terbentuklah suatu
kebiasaan didalam kehidupan masyarakat luas didapati seperangkat
kelakuan sosial karena pergaulan, kelakuan berpola itu menjadi suatu yang
bersifat mekanis tanpa disertai dengan kemauan ataupun kesadaran.

(14)

Jika bernilai moral yang baik tindakan demikian tidak menimbulkan


masalah, sebaliknya jika negatif menimbulkan masalah dalam masyarakat.
Didalam masyarakat desa tidak ada persaingan, disamping pengaruh
norma dan nilai juga adat istiadat yang kuat, sehingga perubahan sangat
lambat. Perilaku yang terikat bersifat status, gambar dan pasif mewarnai

kehidupan. Kebiasaan-kebiasaan lain dalam aktifitas kehidupan tolong


menolong demikian dalam mengambil keputusan melalui masyarakat
sehingga mencapai mufakat dalam menyelesaikan masalah hukum hal
asing lagi.

Ciri-ciri Masyarakat Modern/Kota


 Hubungan antar manusia terutama didasarkan atas kepentingan-
kepentingan pribadi
 Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan
suasana yang saling memepengaruhi
 Keprcayaan yang kuat akan Ilmu Pengetahuan Teknologi sebagai sarana
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
 Masyarakatnya tergolong ke dalam macam-macam profesiyang dapat
dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga pendidikan, keterampilan dan
kejuruan
 Tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata
 Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks
 Ekonomi hamper seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang
didasarkanatas penggunaan uangdan alat-alat pembayaran lain.

(15)

PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan :
1. Bahwa masyarakat desa adalah masyarakat yang kehidupannya masih
banyak dikuasai oleh adat istiadat.
2. Desa memiliki 3 unsur yaitu : daerah dan letak, penduduk serta tata
kehidupan.
3. Desa mempunyai ciri-ciri pokok kehidupan adalah ketergantungan
mereka terhadap lingkungan alam sekitarnya.

Perubahan sosial mendorong munculnya semangat-semangat untuk


menciptakan produk baru , sehinnga terjadilah revolusi industri, dan kemunculan
semangat asketisme intelektual. Kemudian, asketisme intelektual menimbulkan
etos intelektual, dan inilah yang mendorong masyarakat untuk terus berkarya dan
terus menciptakan hal-hal baru guna meningkatkan kemakmuran hidupnya,
sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang modern. Sedangkan
proses menjadi masyarakat yang modern disebut dengan istilah Modernisasi.

Pasuruan, .......….......….2009
Penulis

ROBIYANTO
http://robiyanto-anto.blogspot.com

You might also like