You are on page 1of 10

1

PERDUKUNAN DI LAMONGAN;

Study penelitian atas teks/ayat al-qur’an yang


di gunakan sebagai mantra.

Proposal ini disusun untuk memenuhi


Tugas Ujian Akhir (UAS)
tugas Mata kuliah Metode Penelitian
Tafsir.

Disusun oleh:

Ali Farhan 07530007

Dosen Pengampu: Bapak


Mohammad Mansur

Jurusan Tafsir dan Hadits


Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri
Sunan KaliJaga
2009
PERDUKUNAN DI LAMONGAN;
Study penelitian atas teks/ayat al-qur’an yang di gunakan sebagai mantra.
A. Latar Belakang

Dukun adalah seseorang yang membantu masyarakat dalam upaya penyembuhan

penyakit melalui tenaga supranatural, namun sebagian dari mereka menyalahgunakan ilmu

supranatural tersebut untuk menciptakan "penyakit baru", kepada masyarakat.

Kebudayaan Dukun dapat ditemukan di seluruh dunia, mereka dapat terbagi berbagai

macam aliran dan ilmu, Dukun Pawang Hujan, Dukun Pawang Hewan, Dukun Santet, Dukun

Pelet, Dukun Pijat, Dukun Bayi (Bidan Desa), Dukun Ramal, dan lain sebagainya.

Masyarakat memilah perdukunan berdasarkan praktik dan penampilan mereka menjadi

dua, dukun putih dan dukun hitam. Dukun putih jika praktiknya digunakan untuk menolong

orang, seperti; menyembuhkan penyakit, mencari barang hilang, dan sebagainya. Adapun dukun

hitam adalah dukun yang melakukan praktik-praktik untuk mencelakai orang, seperti dukun

santet, dukun pelet, gendam dan sejenisnya. Dukun putih jika si dukun memakai gamis, surban

dan bersenjatakan tasbih. Rajahnya bertuliskan huruf-huruf hijaiyah. Mantera ada bacaan

Arabnya. Sedangkan dukun hitam berpenampilan seram, menakutkan, berpakaian serba hitam,

suka tempat gelap, serta akrab dengan batu akik dan kemenyan. Padahal, mengukur kebaikan

seseorang semata-mata dari sisi pakaian jelas bisa tertipu. setan bisa saja menghiasi dukun sakti

dengan pakaian ustadz.

Dalam pelaksanaannya perdukunan ini menggunakan senjata khusus dalam melakukan

prakteknya, yang di antararanya:

3
1. Mantera

Dengan inilah para dukun beraksi yang mana inti dari mantera itu adalah doa kepada jin

atau menyerunya agar mau memandangnya dan untuk menyempurnakan kesesatannya. Biasanya

para dukun atau paranormal mencampur mantera mereka dengan kata-kata Islami atau bahkan

potongan ayat suci Al Qur’an untuk mengelabui manusia. Adapun jampi-jampi untuk

penyembuhan yang tidak dicampuri kesyirikan dan kebid'ahan dikenal dengan ruqyah syar'iyyah.

Yaitu kumpulan dari ayat-ayat Al Qur'an, ta'awwudz (permintaan perlindungan) dan doa-doa

dari Nabi yang dibacakan untuk diri sendiri atau pun orang lain. Para ulama sepakat akan

kebolehannya.

2. Jimat pusaka

Jimat adalah benda keramat yang dipercayai memiliki kekuatan gaib sehingga dapat

membantu menyelesaikan masalah. Benda-benda seperti keris, badik, dan lain-lain, dijadikan

jimat dengan keyakinan bahwa benda tersebut adalah keramat.

Umat Islam Kabupaten Lamongan pada umumnya cenderung pada faham Islam Kultural

yang pada umumnya masih banyak yang percaya akan hal-hal ilmu Ghaib. Walaupun secara

formalnya organisasi-organisasi keagamaan, seperti halnya NU, Muhammadiyah, Darul Hadits,

dll, sudah mulai melarang akan hal-hal seperti itu, tapi realitanya masalah perdukunan masih

banyak terjadi di sudut-sudut daerah Lamongan.

Pada penelitian ini penulis akan mengemukakan gambaran sepintas tentang tradisi

keagamaan di Lamongan serta watak dan corak Islam yang berkembang di daerah ini. Penulis

adalah warga kabupaten lamongan, yang tepatnya tinggal di desa Tracal, Kecamatan

Karanggeneng, Kabupaten Lamongan. Disini penulis mencoba mengemukaan sebatas apa yang

di ketahui mengenai kebudayaan yang dialami di lamongan yang kemudian Pembahasan tersebut
dihubungkan dengan keberadaan perdukunan yang ada di Lamongan. tapi yang menjadi pokok

pembahasan serta penulis jadikan judul dalam penelitian ini adalah Perdukunan di Lamongan;

study penelitian atas teks/ayat al-qur’an yang di gunakan sebagai Mantra.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, agar penelitian menjadi lebih terarah dan tidak meluas

maka penelitian ini dibatasi pada bagian perdukunan yang terdapat dalam masyarakat

Lamongan.

Supaya pembahasan lebih terarah maka dalam peneltian ini perlu adanya batasan-batasan

penelitian dengan menghadirkan beberapa pertanyaan:

1. Bagaimana masyarakat Lamongan dalam memahami teks-teks yang di gunakan oleh para

dukun dukun dalam mantranya?

2. Bagaimana pengaruh dari ayat/teks yang di gunakan sebagi mantra yang di berikan dukun

atau paranormal dalam melakukan aksinya di kehidupan masyarakat Lamongan?

3. Ayat apa sajakah yang di gunakan mantra oleh para dukun/atau para normal?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat serta memahami perdukunan/para normal di

kabupaten Lamongan tentang ayat-ayat yang gunakan mantra oleh para dukun. Penelitian ini

juga ditujukan untuk mengetahui seberapa penting pengaruh dari teks/ayat yang di berikan dukun

terhadap pasiennya dalam melakukan aksinya serta dampak yang timbul setelah menggunakan

ayat-ayat Al-qur’an yang di gunakan mantra dari para dukun dalam kehidupani masyrakat

Kabupaten Lamongan

5
D. Tinjuan Pustaka

Penelitian mengenai budaya perdukunan/para normal yang akan peneliti kaji sebenarnya

bukanlah permasalahan yang baru. Sudah banyak para ilmuwan yang megkaji dan juga meneliti

mengenai perdukunan/para normal, sejauh yang peneliti lihat ada beberapa karya ilmiah yang

membahas teks/ayat-ayat Al-Qur’an yang di gunakan oleh para dukun dari beberapa pandangan

berbeda.

Berbeda dengan peneliti-peneliti yang sudah dilakukan, penelitian yang akan dibahas

oleh penulis adalah mengenai perdukunan bagi masyarakat Kabupaten Lamongan, dan penelitian

ini akan dititik beratkan pada ateks/ayat Al-qur’an yang di gunakan oleh para dukun dalam

melayani pasiennya

E. Landasan Teori

Suatu kebudayaan yang mengakar pada kehidupan masyarakat adalah sebuah hasil dari

adanya penerimaan antara yang baru oleh yang lama, begitu juga yang terjadi pada budaya

perdukunan/para normal yang eksis pada kehidupan masyarakat indonesia tepatnya

Perdukunan/para normal bagi masyarakat Kabupaten Lamongan merupakan kegiatan yang sering

di lakukan masyarakat ketika mempunyai hajat, namun anehnya para dukun itu menggunakan

ayat-ayat Al-qur’an yang di gunakan sebagai mantra dalam malakukan aksinya.

Riset terdahulu dari para ahli, di antaranya Danandjaja, menerangkan

tentang bantahan orang awam berpendidikan Barat yang menyebutkan perilaku

yang ditimbulkan mantra, salah satunya, adalah takhayul belaka dan


merupakan perbuatan bodoh. Danandjaja membantah penilaian orang awam

yang berpendidikan Barat tersebut dengan menyertakan akta bahwa tidak ada

orang yang bagaimanapun modernnya, dapat bebas dari takhayul, baik dalam

hal kepercayaan maupun dalam hal kelakuannya. Suara katak terdengar

dipercayai masyarakat Amerika Serikat sebagai tanda akan turun hujan, begitu

juga dengan kepercayaan Masyarakat Kabupaten lamongan, jika kita

memandikan kucing, maka akan segera turun hujan (1994: 153-154). Memang,

fenomena seputar kepercayaan masyarakat, terutama yang menyangkut

penilaian terhadap karya lisan yang satu ini begitu tampak pada jaman modern

ini. Di berbagai daerah di Indonesia dengan lapisan masyarakat yang beragam

menghasilkan dua golongan masyarakat dihubungkan dengan kehadiran dan

sikap masyarakat terhadap mantra pada jamannya, yaitu golongan masyarakat

penghayat dan bukan penghayat mantra baik secara aktif maupun pasif

menerima atau menolak mantra. Penghayat aktif yang dimaksud adalah dukun

dan pengamal mantra yang membacakan sendiri mantranya dan kesediaan

memenuhi segala peraturan dan larangan dukun atau gurunya. Penghayat pasif

adalah pengamal mantra dengan bantuan dukun untuk membacakan mantra, ia

tinggal menyediakan persyaratan dan bersedia mematuhi segala peraturan dan

larangan demi dukun atau gurunya. Selain itu yang termasuk penghayat pasif

adalah orang yang mengakui dan percaya terhadap mantra dengan

kemampuannya menghasilkan kekuatan gaib dan percaya bahwa mantra akan

mampu menjawab hal-hal atau masalah-masalah yang ada di dalam kekuatan

supernatural, yaitu di luar jangkauan pemikiran dan kekuatan manusia.

Sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat bukan penghayat mantra adalah

7
masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung menolak kehadiran

mantra dan dianggap sebagai perbuatan syirik atas tindakan masyarakat yang

menggunakan mantra secara aktif atau pasif dalam kehidupannya.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan antropologi yaitu

suatu pendekatan yang menggunakan nilai-nilai yang mendasari perilaku para Dukun, dengan

pendekatan ini peneliti mencoba untuk mengungkap ayat-ayat Al-Qur’an yang di gunakan oleh

para dukun dalam mantranya serta dampak dari mantra dari ayat-ayat Al-Qur’an dari para dukun

yang terjadi di kabupaten Lamongan.

F. Metode Penelitian

Suatu hasil yang ilmiah merupakan hasil penelitian yang menggunakan sistem ilmiah.

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode yang bersifat kualitataif, adapun

langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi atau pengamatan secara langsung pada objek kajian dalam penelitian

ini. Metode ini digunakan untuk memperoleh fakta tentang pengaruh ayat-ayat Al-

qur’an yang di gunakan sebagai Mantra dalam kehidupan sosial keagamaan

masyarakat lamongan.

Metode ini dilakukan dengan terjun langsung kelapangan untuk melakukan

pengamatan langsung ke kediaman si dukun/para normal tentang ayat-ayat Al-qur’an

yang di gunakan para dalam menggunakan mantranya.


b. Interview

Interview atau wawancara adalah pengumpulan data dengan cara berdialog

dengan informan, hal ini dilakuakan untuk memperoleh fakta secara lisan.

c. Dokumentasi

Dalam pengumpulan data tertulis penulis menggunakan metode dokumenter,

yaitu teknik penyelidikan yang dituuakn pada penguraian dan penjelasan terhadap apa

yang telah lalu melalui sumber dokumentasi. Metode ini bertujuan untuk

mendapatkan data primer dan skunder: Foto buku, ataupun arsip.

2. Analisis Data

Analisis berarti menguraikan secara terminologi dan sintesis yang menyatukan.

Analisis kualitatif dilakukan dengan memanfaatkan data kualitatif dari hasil observasi,

wawancara bebas, dan dari hasil dokumentasi yang relevan, dengan tujuan untuk memberikan

penjelasan dan pemahaman yang lebih luas atas hasil analisis sebelumnya. Dalam hal ini penulis

berusaha menganalisis dan memberi interpretasi terhadap data yang objektif dan relevan dengan

masalah yang diteliti.

3. Laporan penelitian

Langah terahkhir dari seluruh proses penelitian adalah penyusunan laporan. Laporan ini

merupakan langkah yang sangat penting, karena dengan laporan ini syarat keterbukaan ilmu

pengetahuan dan penelitian dapat terpenuhi. Disamping itu, melalui laporan hasil penelitian

dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang proses penelitian yang telah dilakukan.

G. Sistematika Pembahasan

9
Rangkaian pemabahsan diharapkan rapi dan saling terkait antar bab yang satu dengan bab

yang lainnya. Sistematika pemabahasan ini adalah deskripsi tentang urutan penelitian yang

dirangkai dalam bentuk bab.

You might also like