Professional Documents
Culture Documents
Bimbingan
Karir
Ditulis Oleh Ifdil Dahlani
Dahulu kita menganal istilah Bimbingan vakasional/jabatan yaitu pelayanan
yang penekanannya berpusat pada pemberian informasi kepada konseli (klien). Hal
yag diutamakan dalam pelayanan ini adalah penyeberluasan informasi jabatan dan
pasar kerja. Istilah bimbingan karir mengandung konsep yang lebih luas. Bila
bimbingan jabatan menekankan pada keputusan yang sangat menentukan pekerjaan
tertentu, bimbingan karir menitikberatkan kepada perencanaan kehidpan seseorang
dengan mempertimbangkan keadaan diri dan lingkungannya agar individu
memperoleh peranan ositif yang layak dilaksanakan dalam masyarakat.
Layanan Bimbingan Karir di SMA dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu
secara individual dan secara kelompok. Layanan individual dapat diberikan di dalam
ruang bimbingan/ ruang konseling melalui layanan konseling karir individu. Konseling
karir dapat dimanfaatkan oleh setiap siswa yang secara khusus mengalami hambatan
dalam hal perencanaan dan pemilihan karir. Konseling karir individual, lebih pada
pertemuan profesional daripada pertemuan yang bersifat rekreatif. Dalam proses
konseling tanggung jawab keputusan akhir tetap berada pada siswa/ klien (Gani,
1987). Sementara itu layanan bimbingan karir dengan format kelompok dapat
dilakukan di dalam kelas dan diluar kelas. Kegiatan yang dapat dilakukan di dalam
kelas antara lain: mendatangkan nara sumber, diskusi kelompok, bimbingan
kelompok, sosiodrama, atau kegiatan yang melibatkan peran serta banyak kelas
seperti hari karir. Guru pembimbing dapat menggunakan buku paket yang telah ada
pada saat memberikan materi mengenai karir atau menggali lebih dalam dari
sumber-sumber lain sehingga wawasan siswa mengenai karir semakin luas. Kegiatan
yang dilakukan diluar sekolah misalnya dengan mengadakan karya wisata atau
mengunjungi Perguruan Tinggi yang ada. Dengan pemberian informasi, diskusi
kelompok, seminar, talk show, tes bakat dan minat, mendatangkan narasumber yang
berhasil dibidangnya dan melalui media cetak seperti poster, phamphlet, brosur,
siswa diarahkan untuk memiliki pengetahuan yang memadai sebagai sebuah proses
berfikir yang komprehensif. Setelah informasi terserap dengan baik diharapkan siswa
memiliki sikap dan pemahaman diri yang baik sehingga mampu membuat
perencanaan karir yang terarah. Perencanaan karir yang terarah dapat dilakukan
sendiri oleh siswa atau dengan bantuan guru pembimbing melalui konsleing
individual. Sikap positif siswa akan terbentuk melalui kegiatan yang melibatkan siswa
secara aktif sebagai contoh guru pembimbing dapat melakukan bimbingan kelompok,
konsleing kelompok, kunjungan ke Perguruan Tinggi, dll. Siswa dengan konsep
pemikiran dan sikap yang positif memiliki keterampilan dalam membuat perencanaan
karir dan keputusan karir yang tepat untuk dirinya.
http://konselingindonesia.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=101&Itemid=104
Pekerjaan (occupation, vocation, career) merupakan salah satu aspek terpenting dalam
kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada.
Betapa orang akan merasa sangat susah dan gelisah jika tidak memiliki pekerjaan yang
jelas, apalagi kalau sampai menjadi penganggur. Demikian pula banyak orang yang
mengalami stres dan frustrasi dalam hidup ini karena masalah pekerjaan. Penelitian
Levinson (dalam Isaacson, 1985) menunjukkan bahwa komponen terpenting dari
kehidupan manusia dewasa adalah: (1) keluarga, dan (2) pekerjaan. Dua komponen
tersebut sangat menentukan kebahagian hidup manusia, sehingga tidak mengherankan
jika masalah pekerjaan dan keluarga praktis menyita seluruh perhatian, energi, dan waktu
orang dewasa.
Menurut Herr dan Cramer (dalam Isaacson, 1985) pekerjaan memiliki peran yang sangat
besar dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan ekonomis, sosial,
dan psikologis. Secara ekonomis orang yang bekerja akan memperoleh penghasilan/uang
yang bisa digunakan untuk membeli barang dan jasa guna mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari. Secara sosial orang yang memiliki pekerjaan akan lebih dihargai oleh
masyarakat daripada orang yang menganggur.
Secara social orang yang bekerja mendapat status sosial yang lebih terhormat daripada
yang tidak bekerja. Lebih jauh lagi orang yang memiliki pekerjaan secara psikologis akan
meningkatkan harga diri dan kompetensi diri. Pekerjaan juga dapat menjadi wahana yang
subur untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki individu.
Pekerjaan tidak serta merta merupakan karier. Kata pekerjaan (work, job, employment)
menunjuk pada setiap kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa (Isaacson, 1985);
sedangkan kata karier (career) lebih menunjuk pada pekerjaan atau jabatan yang ditekuni
dan diyakini sebagai panggilan hidup, yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan
seseorang, serta mewarnai seluruh gaya hidupnya (Winkel, 1991). Maka dari itu
pemilihan karier lebih memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang dari pada
kalau sekedar mendapat pekerjaan yang sifatnya sementara waktu.
Mengingat betapa pentingnya masalah karier dalam kehidupan manusia, maka sejak dini
anak perlu dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah,
dengan cara memberikan pendidikan dan bimbingan karier yang berkelanjutan.
Pada tahap fantasi anak sering kali menyebutkan cita-cita mereka kelak kalau sudah
besar, misalnya ingin menjadi dokter, ingin menjadi petani, pilot pesawat, guru, tentara,
dll. Mereka juga senang bermain peran (misalnya bermain dokter-dokteran, bermain jadi
guru, bermain jadi polisi, dll) sesuai dengan peran-peran yang mereka lihat di lingkungan
mereka. Jabatan atau pekerjaan yang mereka inginkan atau perankan pada umumnya
masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya dari TV, video, majalah, atau
tontonan maupun tokoh-tokoh yang pernah melintas dalam kehidupan mereka. Maka
tidak mengherankan jika pekerjaan ataupun jabatan yang mereka sebut masih jauh dari
pertimbangan rasional maupun moral. Mereka memang asal sebut saja pekerjaan yang
dirasa menarik saat itu. Dalam hal ini orang tua dan pendidik tidak perlu cemas atau pun
gelisah jika suatu ketika anak ternyata menyebut atau menginginkan pekerjaan yang jauh
dari harapan orang tua atau pun pendidik. Dalam tahap ini anak belum mampu memilih
jenis pekerjaan/jabatan secara rasional dan obyektif, karena mereka belum mengetahui
bakat, minat, dan potensi mereka yang sebenarnya. Mereka sekedar berfantasi saja secara
bebas, yang sifatnya sama sekali tidak mengikat.
Tahap tentatif dibagi menjadi 4 (empat) sub tahap, yakni: (1) sub tahap Minat (Interest);
(2) sub tahap Kapasitas (Capacity); (3) sub tahap Nilai (Values) dan (4) sub tahap
Transisi (Transition). Pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki
minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Ada yang lebih berminat di bidang
seni, sedangkan yang lain lebih berminat di bidang olah raga. Demikian juga mereka
mulai sadar bahwa kemampuan mereka juga berbeda satu sama lain. Ada yang lebih
mampu dalam bidang matematika, sedang yang lain dalam bidang bahasa, atau lain lagi
bidang olah raga.
Pada sub tahap minat (11-12 tahun) anak cenderung malakukan pekerjaan-pekerjaan atau
kegiatan-kegiatan hanya yang sesuai dengan minat dan kesukaan mereka saja; sedangkan
pada sub tahap kapasitas/kemampuan (13-14 tahun) anak mulai melakukan
pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuan masing-masing, di samping minat dan
kesukaannya. Selanjutnya pada sub tahap nilai (15-16 tahun) anak sudah bisa
membedakan mana kegiatan/pekerjaan yang dihargai oleh masyarakat, dan mana yang
kurang dihargai; sedangkan pada sub tahap transisi (17-18 tahun) anak sudah mampu
memikirkan atau "merencanakan" karier mereka berdasarkan minat, kamampuan dan
nilai-nilai yang ingin diperjuangkan.
Pada usia perguruan tinggi (18 tahun ke atas) remaja memasuki tahap reasiltis, di mana
mereka sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang
ingin dikejar. Lebih lagi, mereka juga sudah lebih menyadari berbagai bidang pekerjaan
dengan segala konsekuensi dan tuntutannya masing-masing. Oleh sebab itu pada tahap
realistis seorang remaja sudah mampu membuat perencanaan karier secara lebih rasional
dan obyektif. Tahap realistis dibagi menjadi 3 (tiga) sub-tahap, yakni sub-sub tahap (1)
eksplorasi (exploration), (2) kristalisasi (chystallization), dan spesifikasi/penentuan
(specification).
Pada sub tahap eksplorasi umumnya remaja mulai menerapkan pilihan-pilihan yang
dipikirkan pada tahap tentatif akhir. Mereka menimbang-nimbang beberapa kemungkinan
pekerjaan yang mereka anggap sesuai dengan bakat, minat, serta nilai-nilai mereka,
namun mereka belum berani mengambil keputusan tentang pekerjaan mana yang paling
tepat. Dalam hal ini termasuk di dalamnya masalah memilih sekolah lanjutan yang
sekiranya sejalan dengan karier yang akan mereka tekuni. Pada sub tahap berikutnya,
yakni tahap kristalisasi, remaja mulai merasa mantap dengan pekerjaan/karier tertentu.
Berkat pergaulan yang lebih luas dan kesadaran diri yang lebih mendalam, serta
pengetahuan akan dunia kerja yang lebih luas, maka remaja makin terarah pada karier
tertentu meskipun belum mengambil keputusan final. Akhirnya, pada sub tahap
spesifikasi remaja sudah mampu mengambil keputusan yang jelas tentang karier yang
akan dipilihnya.
Dalam buku edisi revisinya Ginzberg dkk (1972) menegaskan bahwa proses pilihan
karier itu terjadi sepanjang hidup manusia, artinya bahwa suatu ketika dimungkinkan
orang berubah pikiran. Hal ini berarti bahwa pilihan karier tidaklah terjadi sekali saja
dalam hidup manusia. Di samping itu Ginzberg juga menyadari bahwa faktor
peluang/kesempatan memegang peranan yang amat penting. Meskipun seorang remaja
sudah menentukan pilihan kariernya berdasar minat, bakat, dan nilai yang ia yakini, tetapi
kalau peluang/kesempatan untuk bekerja pada bidang itu tertutup karena "tidak ada
lowongan", maka karier yang dicita-citakan akhirnya tidak bisa terwujud.
Tokoh lain yang banyak membahas masalah perkembangan kerier adalah Donald Super.
Ia menulis banyak buku yang berkaitan dengan pengembangan karier. Beberapa di
antaranya adalah: The Psychology of Career (1957), dan Career and Life Development
(1984). Ia juga menyusun beberapa tes untuk menilai tingkat kematangan vokasional, a.l.:
Carrer Development Inventory, Career maturity Test, dan Vocational Maturity Test.
Menurut Super perkembangan karier manusia dapat dibagi menjadi 5 (lima) fase, yaitu:
(1) fase pengembangan (Growth) yang meliputi masa kecil sampai usia 15 tahun. Dalam
fase ini anak mengembangkan bakat-bakat, minat, kebutuhan, dan potensi, yang akhirnya
dipadukan dalam struktur konsep diri (self-concept structure); (2) fase eksplorasi
(exploration) antara umur 16-24 tahun, di mana saat ini remaja mulai memikirkan
beberapa alternatif pekerjaan tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat; (3) fase
pemantaban (establishment), antara umur 25 – 44 tahun. Pada fase ini remaja sudah
memilih karier tertentu dan mendapatkan berbagai pengalaman positif maupun negatif
dari pekerjaannya. Dengan pengalaman yang diperoleh ia lalu bisa menentukan apakah ia
akan terus dengan karier yang telah dijalani atau berubah haluan. (4) fase pembinaan
(maintenance) antara umur 44 – 65 tahun, di mana orang sudah mantab dengan
pekerjaannya dan memeliharanya agar dia bertekun sampai akhir; (5) fase kemunduran
(decline), masa sesudah pensiun atau melepaskan jabatan tertentu. Dalam fase ini orang
membebaskan diri dari dunia kerja formal.
Pemaparan dua tokoh di atas, Ginzberg dan Donald Super, memberi petunjuk yang jelas
bagi kita bahwa karier adalah permasalahan sepanjang hidup. Maka ada pepatah yang
mengatakan bahwa karier itu merupakan persoalan sejak lahir sampai mati 'from the birth
unto the death' atau 'from the womb to tomb' (dari kandungan sampai kuburan). Sekarang
sampailah pada persoalan pokok, yakni bagaimanakah membantu anak-anak untuk sejak
dini merencanakan karier mereka di masa depan?
Lebih jauh dijelaskan secara rinci pada buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan
tersebut mengenai isi bimbingan karier untuk kelas-kelas rendah (kelas 1,2, dan 3)
maupun untuk kelas-kelas tinggi (kelas 4,5, dan 6) sebagai berikut:
Isi bimbingan karier untuk kelas-kelas rendah (dikutip dari Pedoman BP-SD, 1994, hal.
16-17)
a) Mengenalkan perbedaan antar kawan sebaya;
b) Menggambarkan perkembangan diri siswa;
c) Menjelaskan bahwa bekerja itu penting bagi kehidupan sesuai dengan tuntutan
lingkungan;
d) Mengenalkan ketrampilan yang dimiliki siswa;
e) Menjelaskan macam-macam pekerjaan yang ada di lingkungan sekolah;
f) Menggambarkan kegiatan setelah tamat SD;
g) Mengenalkan macam-macam pekerjaan yang dilakukan orang dewasa;
h) Mengenalkan kegiatan-kegiatan yang menarik;
i) Mengenalkan alasan orang memilih suatu pekerjaan, dan bahwa pilihan itu masih dapat
berubah;
j) Menjelaskan bahwa kehidupan masa depan dapat direncanakan sejak sekarang;
k) Mengenalkan bahwa seseorang dapat memiliki banyak peran;
l) Menjelaskan bahwa pekerjaan seseorang itu dipengaruhi oleh minat dan kecakapannya,
Materi bimbingan karier yang disebutkan di atas merupakan sekedar panduan. Guru
setempat dapat menggunakannya sebagai acuan yang tetap terbuka untuk disesuaikan
dengan situasi kondisi setempat. Sebaiknya contoh-contoh diambil dari lingkungan
sekitar yang kongkrit dan mudah ditangkap oleh anak. Materi bimbingan karier
sebenarnya dapat disusun sendiri asalkan mempertimbangkan fase-fase perkembangan
karier seperti yang dirumuskan oleh Ginzberg dan Donald Super. Selanjutnya untuk
tingkat Sekolah Menengah (SLTP dan SMU/SMK) materi bimbingan karier dapat dilihat
pada buku pedoman BP untuk jenjang sekolah yang bersangkutan, atau disusun sendiri
oleh guru BP yang kompeten.
Pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah
Setelah memahami materi bimbingan karier yang harus diberikan di SD, maka langkah
selanjutnya adalah menentukan waktu, tempat, teknik, dan sistem penilaian Bimbingan
Karier.
Mengenai waktu pelaksaan bimbingan karier dapat diintegrasikan dengan jam-jam
pelajaran yang sudah ada, atau pun menyediakan jam khusus untuk keperluan bimbingan
karier ini. Untuk tingkat SD kiranya lebih praktis jika bimbingan karier diintegrasikan
dengan jam-jam pelajaran yang tersedia. Jika cara ini yang dipilih, maka semua guru
kelas dan semua guru bidang studi sekaligus menjadi guru bimbingan karier. Dalam
setiap pelajaran yang diberikan, guru dapat menyelipkan berbagai macam hal yang
berkaitan dengan pekerjaan/jabatan/karier anak-anak di masa mendatang, disesuaikan
dengan tahap perkembangan karier anak. Kalau ada tenaga khusus untuk Bimbingan
Karier, maka penyediaan jam khusus akan sangat bermanfaat.
Tempat pelaksanaan bimbingan karier dapat di mana saja, misalnya di dalam kelas, di
luar ruangan, atau di tempat kerja yang sesuai dengan topik yang yang dibahas.
Penentuan tempat juga bergantung pada fasilitas yang dibutuhkan. Jika dibutuhkan
gambar-gambar, film, atau video, barangkali lebih cocok menggunakan ruang audio
visual kalau memang ada. Atau jika ingin memperkenalkan pekerjaan di sektor industri,
maka pabrik menjadi tempat yang mungkin cocok.
Sistem evaluasi untuk bimbingan karier dapat dilaksanakan dalam berbagai cara,
misalnya: (1) mengevaluasi apakah pelaksanaan Bimbingan Karier sudah sesuai dengan
yang direncanakan, (2) apakah tujuan tercapai, (3) apakah terjadi perubahan dalam diri
siswa, dan lain-lain.
Pekerjaan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, maka perlu
direncanakan secara matang. Program Bimbingan Karier bertujuan untuk membantu anak
dalam merencanakan karier di masa mendatang, agar karier yang dipilih sungguh sesuai
dengan bakat, minat, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Jika orang memperoleh karier
yang tepat, maka hidup orang akhirnya akan bahagia. Dan kebahagiaan adalah tujuan
hidup semua orang. Oleh sebab itu bimbingan karier sejak usia dini merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari tugas pendidikan.
http://www.bruderfic.or.id/h-62/perencanaan-karier-sejak-dini.html
Generasi muda merupakan salah satu elemen utama penerus dan regenerasi bangsa. Masa
muda adalah proses peralihan masa kanak-kanak menuju masa dewasa, suatu masa yang
paling menentukan perkembangan manusia di bidang emosional, moral, spiritual, dan
fisik. Masa ini dipenuhi dengan perkembangan dan perubahan, masa goncang dan penuh
dengan pemberontakan. Tak jarang ditemui banyak kaum muda kehilangan pegangan
dalam usaha menemukan dirinya. Dalam masa ini kaum muda membutuhkan
pendampingan yang intensif dari orang yang lain yang lebih dewasa.
Pada hakekatnya seseorang yang tengah memasuki tahap remaja memiliki karakteristik
mental yang tengah labil. Dapat dikatakan seseorang tersebut sedang memasuki tahap
yang dinamakan transisi. Siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun yang
berada pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), adalah usia di mana seorang
individu yang berada dalam masa atau tahap peralihan. Dalam masa ini individu mulai
berinteraksi dengan individu lainnya, baik dengan yang sejenis maupun dengan lawan
jenisnya. Lebih-lebih seorang pribadi individu yang tinggal di daerah perkotaan. Mereka
begitu dekat dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu mereka membutuhkan
perhatian dan pendampingan yang baik dan serius. Pendampingan ini bertujuan untuk
membantu mereka dalam menghadapi masa depan mereka. Pendampingan/advokasi
terhadap siswa-siswi di tingkat SMP ataupun tingkat SMA salah satunya adalah dengan
kegiatan Bimbingan dan Konseling (BK). BK (Bimbingan dan Konseling) merupakan
proses bantuan yang diberikan kepada individu/siswa-siswi agar dapat memahami
dirinya, mengarahkan dirinya, dan memecahkan masalah serta dapat merencanakan masa
depannya selaras dengan tuntutan masyarakat/zaman dan mampu berkompetisi dan
menyikapi secara positif berbagai permasalahan dan tawaran zaman yang begitu
menggiurkan. Bimbingan ini merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam hal
memecahkan masalah yang sangat kompleks dan bersifat rahasia. Bimbingan dalam
menggunakan waktu senggang (Sure time Guidance).
Guru BK juga menempati posisi yang strategis dalam upaya pembinaan peserta didik,
baik untuk tujuan preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Peranan guru BK (bimbingan
konseling) di sekolah sangat bermakna untuk dapat membantu siswa yang bermasalah.
Konselor yang ada di sekolah dalam hal ini guru BK tentunya harus memiliki
pengetahuan dan wawasan yang luas mengenai tahapan perkembangan fisik, mental,
sosial, spiritual di masa remaja. Corak kehidupan remaja, pemikiran tentang diri dan
lingkungannya, gaya hidup yang dianut dan pandangan remaja perlu dipahami dengan
baik oleh seorang guru BK. Kegelisahan yang dialami siswa sehubungan dengan
kebutuhan memiliki indentitas diri sangat perlu dipahami oleh guru BK dalam konteks
kehidupan remaja sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. Guru BK juga diharapkan
menyiapkan diri dengan berbagai informasi mengenai macam pendidikan atau pekerjaan
yang bisa dipilih sesuai dengan kemampuan dan kondisi nya, termasuk cara memperoleh
kesempatan dan persyaratan yang harus dipenuhi. Konseling untuk remaja bermasalah
diarahkan terutama untuk membantu pengembangan rasa percaya diri dan sikap
kemandirian dalam menjalani kehidupan. Dalam dunia pendidikan sering kali kita
dihadapkan kepada fenomena, yang kerap ada di dalamnya. Selama ini masyarakat sering
menentukan, seorang anak yang belajar di suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia
mendapatkan nilai dan ijazah yang bagus, tanpa memperhatikan bekal atau keahlian yang
dimiliki oleh siswa atau anak itu.
Untuk siswa SMA pada umumnya mereka mulai dihadapkan pada permasalahan
mengenai apa yang menjadi bakat atau minat mereka. Sehingga permasalahan cari
potensi bakat merupakan hal yang amat penting. Hal ini dianggap sangat penting karena
nantinya menentukan kesuksesan akan masa depan mereka sendiri. Apabila seorang
individu tidak dapat mengenali bakat dan minat yang ada di dalam diri mereka maka
individu tersebut tidak dapat mengenali kemana potensi diri mereka akan dimaksimalkan.
Bukanlah tidak mungkin seorang siswa yang berprestasi pun kesusahan di dalam
menentukan apa yang menjadi minat serta bakat dalam diri mereka.
Guru BK mempunyai peranan yang dinilai penting di dalam hal ini. Di SMA Negeri 1
Rancaekek, salah seorang guru BK yang saya wawancarai mengemukakan bahwa
kebanyakan siswa yang berprestasi di sekolah tersebut mengeluhkan soal minat dan bakat
mereka. Hampir 40 persen siswa di SMA 1 Rancaekek keberatan dengan jurusan dan
sekolah yang mereka pilih. Contoh kasus:
1. Ada siswa yang ingin melanjutkan ke STM tetapi karena keinginan orang tua maka
terpaksa ia masuk SMA. Memang siswa tersebut berprestasi di kelasnya tetapi karena
siswa tersebut merasa lebih berminat mempelajari mesin-mesin sementara di SMA tidak
belajar akan masalah mesin, maka dia merasa bingung dalam menentukan jurusan.
2. Ada siswa yang salah memilih jurusan. Banyak siswa yang bakat dan minatnya di IPA
tetapi karena akhir-akhir ini diberlakukan standar kelulusan yang tiap tahun semakin naik
nilainya, maka banyak siswa IPA yang ramai pindah ke IPS. Akan tetapi sebagian besar
dari mereka jenuh karena tidak berminat untuk menghapal dan banyak juga yang
kewalahan belajar akuntansi.
3. Ada pula siswa yang bingung dalam memilih jurusan ketika akan masuk ke perguruan
tinggi, bahkan ada juga siswa yang bingung ketika memilih perguruan tinggi yang bonafit
baik itu swasta ataupun negeri
4. Yang terakhir, ada siswa yang mengeluhkan bagaimana keadaan dunia kerja dan
pekerjaan apa yang layak mereka terima ketika mereka menyelesaikan studi mereka di
bangku SMA. Hal ini dikarenakan semakin ketatnya persaingan di dunia kerja itu sendiri.
Dapat dikatakan permasalahan mengenai minat dan bakat dan juga tentang orientasi masa
depan menjadi permasalahan utama siswa yang berprestasi di SMA.Uraian di atas
merupakan salah satu tujuan dari adanya bimbingan karier yang ada di sekolah yang
dilaksanakan di bawah asuhan BK.
http://go-kerja.com/peranan-sekolah-dalam-karier/
Bimbingan
Karier di
SLTP
Ditulis Oleh Ifdil Dahlani
Bimbingan karir di SLTP merupakan proses bantuan yang dberikan oleh konselor sekolah kepada siswa dalam
rangka pemberian informasi karir dan pekerjaan sehingga muncul kesadaran pada diri siswa untuk memilih pekerjaan
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki.
d. mengarahkan diri pada peranan sosial sebagai pria atau sebagai wanita.
3. Perkembangan kemampuan berpikir anak sudah pada tahap operasional formal, dimana anak sudah mulai berpikir
secara abstrak, namun masih perlu bantuan dengan contoh-contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari.
4. Konsep belajar sudah mulai berkembang pada tahap pemahaman, dimana setiap informasi/konsep atau peristiwa
belajar dapat dicerna oleh aspek kognitifnya sehingga mereka memperoleh pemahaman diri yang lebih baik.
5. Berada pada tahap perkembangan remaja, sedang mengalami masa pubertas dan mencari identitas diri.
Tujuan umum bimbingan karir di SMP/SLTP adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk melibatkan
diri secara aktif dalam suatu proses yang dapat mengungkapkan berbagai macam karir. Melalui proses tersebut
diharapkan siswa menyadari dirinya, kemampuannya, dan hubungan antara keduanya dengan berbagai karir dalam
masyarakat. Tujuan khusus bimbingan karir di SMP adalah:
1. Memahami lebih tepat tentang keadaan dan kemampuan diri para siswa.
2. Membina kesadaran terhadap nilai-nilai yang ada pada diri pribadi siswa.
1. Memberikan arahan kepada siswa agar mempunyai wawasan awal yang objektif tentang pendidikan lanjutan
dan lapangan pekerjaan
2. Memberikan bekal tambahan dalam melalui masa peralihan yang sistematis dari status siswa menjadi anggota
masyarakat yang produktif.
3. Memberikan kesempatan untuk mengenal serta membina sikap, minat, dan nilai terhadap dunia kerja.
1. Pengenalan konsep diri berkenaan dengan bakat dan kecenderungan pilihan karir/jabatan serta arah
pengembangan karir.
2. Pengenalan bimbingan karir khususnya berkenaan dengan pilihan pekerjaan.
3. Orientasi dan informasi jabatan dan usaha untuk memperoleh penghasilan.
4. Pengenalan berbagai jenis lapangan pekerjaan yang dapat dimasuki tamatan SMP.
5. Orientasi dan informasi pendidikan menengah sesuai dengan cita-cita melanjutkan pendidikan dan
pengembangan karir.
Bimbingan karir di SMP merupakan kelanjutan dari bimbingan karir di SD, melalui guru pembimbing siswa
mendapatkan berbagai informasi tentang karir sehingga dapat membina sikap dan apresiasinya terhadap jenis
pendidikan, jenis pekerjaan, dan menelusuri hubungan antara kerja dan waktu luang, memperluas minat kerja, serta
memberikan berbagai informasi tentang pekerjaan sehingga memunculkan kesadaran siswa untuk menentukan pilihan
pekerjaannya dimasa datang sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
http://konselingindonesia.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=48&Itemid=91