You are on page 1of 29

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT

SESUAI GAMBAR
MELALUI PENDEKATAN TERPADU

TUGAS AKHIR
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan
Program Diploma II PGKSD FIP UNNES

Oleh:
SUTRIASIH
NIM. 1402204163

PENDIDIKAN GURU KELAS SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005/2006
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir berjudul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Sesuai


Gambar melalui Pendekatan Terpadu” ini, telah disahkan oleh Kepala UUP II
PGKSD
FIP UNNES dan Dosen Pembimbing PPL pada:

Hari
: Sabtu
Tanggal
: 2 September 2006
Mengetahui,
Kepala UPP II PGKSD

Dosen Pembimbing

Drs. JAINO, M. Pd.

Dra. WAHYUNINGSIH, M. Pd.


NIP. 130 875 761

NIP. 130 605 451

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Kesuksesan, 99 % dipengaruhi oleh ketekunan dan kesungguhan, 1 % dipengaruhi


oleh kecerdasan.
2. Ketidakjujuran adalah awal kehancuran.
3. Jangan maju karena dipuji, jangan mundur karena dicaci.
4. Experience is the best teacher.
5. Make your day more be fun.
PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:


1. Ayah dan Bunda tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa.
2. Kakak-kakakku tersayang yang selalu memberi motivasi.

3. Keluarga besar dari ayah maupun ibu yang senantiasa memberikan nasehat,
bantuan,
semangat dan dorongan.
4. My “BOZ” (Mr. Fha) yang banyak memberi dukungan dan bantuan, Thanks a lot
dan
maaf kalau banyak merepotkan.
5. My Best Friends di “KFC MANIA”, Thanks for All. You’re My Mind.
6. Keluarga besar “TIGA DARA KOST” yang telah memberikan warna dalam tiap
hariku.
7. Rekan-rekan 4C sebagai mitra kerja dalam melaksanakan tugas-tugas kuliah,
I LOVE YOU ALL.
8. Seluruh civitas akademika PGKSD FIP UNNES.
9. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu –persatu, yang telah membantu
terselesaikannya karya ini.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir berjudul “Meningkatkan
Kemampuan Menulis Kalimat Sesuai Gambar melalui Pendekatan Terpadu” dengan
lancar tanpa halangan yang berarti.
Keberhasilan penyusunan tugas akhir ini, tidak lepas dari bantuan banyak pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,
penyusun ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Siswanto, MM. selaku Dekan FIP UNNES.
2. Drs. Sutaryono, M. Pd. selaku ketua program D2 PGKSD FIP UNNES.
3. Drs. Jaino, M. Pd. selaku kepala UPP D2 PGKSD FIP UNNES.
4. Dra. Wahyuningsih, M. Pd. selaku dosen pembimbing.
5. Keluarga besar SD Koalisi Nasional Ngaliyan 01, 03, 07.
6. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya karya ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan karya ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif selalu penulis harapkan
demi
perbaikan karya-karya selanjutnya.
Akhirnya, harapan penyusun semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penyusun
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, September 2006


Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Kurikulum SD 2004
B. Menulis
C. Pendekatan Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa
D. Pembelajaran Menulis Kalimat Sesuai Gambar melalui Pendekatan Terpadu
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
B. Metode Penelitian
C. Tahap-tahap Penelitian
D. Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Instrumen Penilaian

BAB IV PAPARAN HASIL


A. Hasil Perencanaan Kegiatan
B. Hasil Penelitian
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam undang-undang nomor 2 tahun 1989 disebutkan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Oleh karena itu sarana dan prasarana pendidikan perlu ditingkatkan
untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Dengan demikian perlu
usaha untuk menigkatkan, mengefektifkan dan lebih mendayagunakan
penggunaan cara atau tehnik-tehnik pembelajaran siswa sebagai bagian
integral dalam proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar bidang studi bahasa Indonesia
dibutuhkan adanya komunikasi antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa.
Komunikasi hendaknya bersifat interaktif edukatif dan timbal balik yang harus
dicapai oleh guru dan siswa.
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah untuk
melatih siswa agar mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam hal
membaca, menulis, bercerita dan menyimak. Keempat aspek pembelajaran

tersebut, dalam pembelajaran hendaknya dilakukan secara terpadu dengan


pendekatan proses dan pendekatan hasil.
Pembelajaran menulis kalimat di SD yang selama ini dilakukan oleh
guru pada umumnya hanya menggunakan pendekatan hasil. Hal ini berakibat
minat dan kemampuan siswa dalam bidang menulis kalimat tidak dapat
berkembang secara optimal, bukan cenderung menghambat bakat, minat dan
kempuan siswa dalam bidang menulis.
Keterampilan menulis kalimat oleh siswa, sampai saat ini masih sangat
memperihatinkan. Kekurangtrampilan menulis kalimat oleh siswa SD kelas III
disebabkan oleh kekurangtepatan guru memilih pendekatan selama kegiatan
belajar mengajar.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti memutuskan mengadakan penelitian
dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Sesuai Gambar
Melalui Pendekatan Terpadu.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut :
“Bagaimanakah bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
menulis kalimat sesuai gambar melalui pendekatan terpadu ?”

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dengan bimbingan langsung adalah mendapatkan
bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis kalimat
sesuai gambar melalui pendekatan terpadu.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dipaparkan sebagai berikut :
1. Siswa dapat lebih terampil dalam menulis kalimat pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia dan pelajaran-pelajaran lain.
2. Sebagai masukan bagi para guru atau pendidik dalam rangka melaksanakan
proses belajar mengajar dengan memperhatikan minat dan kemampuan
belajar siswa.
3. Peneliti memiliki pengetahuan pembelajaran siswa tentang menulis kalimat
sesuai gambar melalui pendekatan terpadu.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENURUT


KURIKULUM SD 2004.
Keterampilan berbahasa Indonesia meliputi empat bidang yaitu
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Untuk mencapai tujuan agar
siswa terampil berbahasa Indonesia, kurikulum SD mengharuskan guru
memfasilitasi siswa SD sehingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran
bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut :
1. Siswa menghargai dan mengembangakn Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan (nasional) dan sebagai bahasa negara.
2. Siswa memehami Bahasa Indonesia Dari segi bentuk, makna, dan fungsi,
serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam
tujuan, keperluan dan keadaan.
3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan
kematangan sosial.
4. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

5. Siswa memiliki disiplin dalam berfikir dan berbagasa (berbicara dan


menulis).
6. Siswa menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khasanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.

B. MENULIS
1. Pengertian Kemampuan Menulis.
Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti
mengarang, membuat surat) dengan tulisan. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1993 : 968). Menurut pengertian ini menulis merupakan hasil,
yaitu melahirkan pikiran alam perasaan dalam bentuk tulisan. Khalik,
(1999 : 52-53) mengartikan menulis sebagai proses berfikir untuk
mengembangkan gagasan atau pikiran secara logis dan sistematis dalam
bentuk tulisan
Tarigan (1992 : 233) menyatakan bahwa menulis ialah melukiskan
lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-
lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran
grafik tersebut.
Samadhi (1999 : 9) mengatakan bahwa menulis sebagai suatu
proses yang diuraikan menjadi beberapa bagian. Siswa SD yang normal
dapat mengikuti proses menulis dengan kecepatan relatif sama, bahwa

setiap siswa yang normal dapat menyelesaikan tugas menulis dalam waktu
yang berbeda-beda meskipun perbedaannya tidak terlalu banyak.
Kemampuan menulis bukanlah semata-mata milik golongan
berbakat menulis, melainkan dengan latihan yang sungguh-sungguh
kemampuan itu dapat dimiliki oleh siapa saja (Sunardji, 1998 : 17)
Dari pengertian penulis tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
menullis adalah kegiatan mengungkapkan gagasa, pikiran, perasaan dalam
bentuk tulisan.
2. Proseees menulis
a. Pra menulis
Langkah-langkah pramenulis meliputi topik, mempertimbangkan
tujuan menulis, mempertimbangkan audience, mempertimbangkaan
bentuk tulisan dan mengorganisasikan gagasan.
b. Penyyuusunan draft.
Langkah-langkahnya meliputi menulis kalimat pertama, menjabarkan
draf kasar, membacakan jabaran draf.
c. Perevision
Tahap ini meliputi melengkapi isi draf, mengurutkan kembali,
mengurangi, menjelaskan, menambah contoh.
d. Penyuntingan
Meliputi penggunaan ejaan dan penggunaan aturan penulisan.

e. Publikasi
Meliputi pengumpulan karya siswa dan penggolongan bentuk
publikasi.

C. PENDEKATAN TERPADU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA


Aspek-aspek kebahasaan di dalam praktek penggunaan bahasa akam
selalu tampil bersama, baik dalam situasi formal mmaupun dalam situasi non
formal. Melihat kenyataan tersebut, maka dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia, diterapkan suatu pendekatan yang dalam pelaksanaannya
memadukan aspek-aspek bahasa. Pendekatan itu disebut pendekatan terpadu.
Filsafat bahasa terpadu dalam pembelajaaran menjanjikan tidak hanya
dalam hal cara guru mengajarkaan membaca dan menulis saja, tetapi juga cara
mereka memandang diri mereka sendiri. Menggunakan bahasa filsafat bahasa
terpadu berarti memberikan pengetahuan (kooogniitif) kepada siswa. Dengan
demikian kelas ditandai oleh komunikasi dan interaksi bahasa yang hidup.
Pembelajaran bahasa terpadu menaruh penghargaan terhadap bahasa
dan dengan seksama meningkatkan penguasaan bahasa siswa, (Yeager, 1991).
Yeager mengemukakan beberapa hal yang penting, yang terjadi
didalam kelas dengan bahasa terpadu, antara lain:
1. Siswa banyak bergaul dengan literature.
2. Siswa merasakan peningkatan dalam belajarnya dan memperlihaatkan
kesanggupan belajar yang tinggi.

3. Guru-guru berinteraksi dengan siswa, baik sebagai pembaaca maupun


sebagaai penulis.
4. Guru memperlihatkan perhatiannya terhadap bacaan dan penulisan pada
umumnya.
Dari apa yang telah dipaparkan, terlihat bahwa dalam penerapannya
pembelajaran bahasa terpadu sebenarnya memerlukan perlengkapan yang
memadai, seperti perpustakaan dan laboratorium. Akan tetaapi kondisi sekolah
yang sederhanapun dapat dilaksanakan pembelajaran secara terpadu asalkan
guru bisa mempersiapkan diri dan siswanya dengan baik.
D. PEMBELAJARAN MENULIS KALIMAT SESUAI GAMBAR
MELALUI PENDEKATAN TERPADU
Pembelajaaran Bahasaa Indonesia adalah pembelajaran yang berusaha
meningkatkan keterampilan membaca, menyimak, berbicara dan menulis yang
sedapat mungkin disajikan secara terpadu (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 2001).
Pembelajaran Bahasa Indonesia lebih menekankan penggunaan bahasa
Indonessia. Demikian juga tetang pembelajaran menulis. Pada dasarnya
pembelajaaraaan menulis di SD mengajarkan kemampuan membuat kalimat,
merakit menjaadi paragraf yang baik, dan mengembangkan berbagai wacana.
Diharapkan siswa memiliki kemampuan tersebut sehingga siswa dapat
mengembangkan dirinya dan memperluas wawasannya. (Depdiknas, 2001: 4).

Menulis tidak saja menghendaki kemampuan siswa untuk menemukan,


mengembangkan, dan menyusun gagasan, tetapi juga menulis menghendaki
kemampuan siswa menggunakan tata tulis yang baik dan benar.
Mengingat menulis penting bagi siswa, guru semestinya bisa
membangkitkan dan mempertahankan kegairahan siswa untuk menulis serta
menjadikan menulis itu merupakan pekerjan yang alami dan menyenangkan.
Dalam memberikaan latihan menulis, guru sebaiknya memperhatikan
pekerjan siswa-siswanya, membantu mereka menemukan kesulitan, mencari
dan menemukan gagasan, mengungkapkan gagasan, penggunan bahasa dan
tidak semata-mata menjadi penunjuk kesalahan atau sekedar memberi nilai.
Kesalahan dalam menulis pada siswa adalah hal yang tidak dapat
dihindari dalam memperoleh bahasa. Melihat kenyatan inilah maka perhatian
yang khusus harus diberikan untuk mengurangi kesalahan pada keterampilan
menulis bahasa.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. SUBJEK PENELITIAN
Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti mengambil subyek siswa kelas
III SD Koalisi Nasional Ngaliyan 01, 03, 07 dengan didasarkan beberapa
alasan berikut.
Pertama, siwa kelas III merupakan masa akhir siswa berada pada kelas
tingkat rendah. Jadi sudah seyogyanya jika siswa kelas III bisa menulis
kalimat berdasarkan gambar sebagai bekal untuk memasuki jenjang kelas
berikutnya. Akan tetapi dalam kenyatanya masih ada beberapa siswa yang
belum bisa menulis kalimat berdasarkan gambar dengan baik. Hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam menulis kalimat sesuai gambar
tidak lengkap, monoton dan tidak runtut.
Kedua, dalam GBPP Bahasa Indonesia digariskan bahwa siswa harus
terampil berbahasa untuk meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar dan
memperluas wawasan. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan
meningkatkan kemampuan menyusun kalimat. Melalui kegiatan menulis siswa
dilatih agar dapat menuangkan gagasan, perasaan dan pengalaman dalam
bahasa tulis.

10

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terpadu.
Dalam hal ini, aspek pembelajaran menulis tidak terpaku pada kegiatan
menulis saja tetapi dipadukan dengan keterampilan berbicara. Selain itu dalam
pendekatan ini berusaha memadukan antara kehidupan siswa dalam bidang
bahasa dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Adapun penggunaan pendekatan terpadu didasarkan pada alasan
bahwa pada masa anak-anak, terutama anak usia sekolah dasar kelas rendah
merupakan usia dimana anak masih menerapkan pola pikir yang menyeluruh
(holistik) sehingga dalam pembelajaran harus memperhatikan minat dan
kemampuan siswa.

C. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan meliputi :
1. Studi Awal Kampus.
Tahap ini merupakan tahap awal pemerolehan kasus. Dalam hal ini
peneliti mendapatkan data ketika selesai mngajar. Peneliti mendata proses
dan hasil menulis pada siswa kelas III SD Koalisi Nasional Ngalian 01, 03,
07. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil pembelajaran menulis siswa,
terungkap bahwa masih ada beberapa siswa yang masih belum bisa
menulis kalimat sesuai gambar secar baik.

11

Dengan studi awal tersebut, diketahui ada permasalahan


pembelajaran yang perlu dipecahkan. Permasalahan tersebut menyangkut
strategi pembelajaran menulis bagi siswa. Berdasarkan hasil temuan
tersebut penulis merumuskan alternatif tindakan yang dapat dilakukan
dalam mengatasi masalah yang ditemukan.
2. Tahap Perencanaan Tindakan
Berdasarkan temuan masalah pada saat studi awal, peneliti
menyusun rancangan-rancangan kegiatan untuk melaksanakan bimbingan
khusus terhadap siswa yang mengalami masalah melalui pendekatan
terpadu.
3. Tahap Pelaksanaan kegiatan.
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai
dengan yang telah direncanakan. Adapun pelaksanaan tindakannya dengan
mengambil waktu-waktu istirahat untuk melaksanakan bimbingan-
bimbingan pada anak bermasalah menulis yang telah ditunjuk menjadi
objek penelitian.
Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut :
a. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan dan proses
kegiatan yang harus dilakukan.
b. Guru membagikan gambar pada siswa.
c. Siswa bercerita tentang gambar.
d. Guru memberikan koreksi dan evaluasi terhadap cerita siswa.
e. Siswa dialihkan untuk menulis apa yang baru saja diceritakan.
12

f. Analisis dan refleksi hasil kegiatan.


4. Tahap Analisis dan Refleksi
Data hasil pengamatan selama proses pembelajaran kemudian
dianalisis berdasarkan rencana tindakan. Hasil analisis kemudian
direfleksikan untuk menyusun rencana tindakan selanjutnya.

D. SUMBER DATA
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas III SD
Kualisi Nasional Ngaliyan 01, 03, 07.
Adapun siswa yang di opserfasi secara khusus dalam penelitian ini ada
dua siswa. Kedua siswa tersebut adalah Adi dan Amar. Kedua siswa ini dipilih
karena dari analisis hasil menulis pratindakan, kemampuan menulis kedua
siswa ini masih rendah.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik catatan lapangan
dan dokumentasi. Catatan lapangan digunakan untuk merekam seluruh
kegiatan guru dan siswa. Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk
mengkaji hasil karya berupa tulisan siswa pada setiap kegiatan.

F. INSTRUMEN PENILAIAN
Untuk mengukur keberhasilan penelitian digunakan instrumen proses
dan instrumen hasil. Instrumen proses digunakan untuk mendata siswa selama
13

melakukan tehapan proses kegiatan. Instrumen hasil digunakan untuk mendata


hasil kalimat siswa setelah melakukan pembelajaran menulis kalimat sesuai
gambar dengan pendekatan terpadu.
Contoh format lembar pengamatan.
1. Lembar pengamatan proses
LEMBAR PENGAMATAN PROSES
Kegiatan Menulis Kalimat Sesuai Gambar
Nama
:
Kelas :
Hari/tgl :
No
Aspek yang diminati
Nilai
ABC
1
Kesungguhan dalam mengikuti kegiatan.
2
Menunjukkan sikap toleransi.
3
Kelancaran dalam bercerita.
4
Adanya tanggung jawab.

Skala penilayan.
76 – 90 = A = baik
61 – 75 = B = sedang
< 60 = C = kurang
14

2. Lembar pengamatan Hasil


LEMBAR PENGAMATAN HASIL
Kegiatan Menulis Kalimat Sesuai Gambar
Nama
:
Kelas :
Hari/tgl :
No
Aspek yang diminati
Nilai
ABC
1
Kelengkapan kalimat.

2
Keruntutan kalimat.
3
Variasi kalimat.

Skala penilayan.
76 – 90 = A = baik
61 – 75 = B = sedang
< 60 = C = kurang

15

BAB IV
PAPARAN HASIL
A. HASIL PERENCANAAN KEGIATAN
1. Hasil Studi Awal.
Pada pengambilan data awal, peneliti mendapatkan data ketika
mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III dengan aspek
pembelajaran menulis cerita berdasarkan gambar. Pada proses
pembelajaran ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis
kalimat sesuai gambar. Langkah pembelajaran yang diambil adalah guru
membagikan gambar-gambar lomba anak-anak untuk ditulis dibuat cerita.
Kemudian guru menyuruh beberapa siswa maju dan menceritakan gambar
tersebut dalam beberapa kalimat. Setelah beberapa siswa maju sambil
bercerita kemudian siswa diarahkan untuk membuat cerita berdasarkan
gambar menggunakan bahasa tulis. Selama siswa menulis, guru
memberikan arahan dan bimbingan sambil sesekali mengingatkan agar
siswa tidak ramai. Selesai menulis, siswa mengumpulkan hasil
pekerjaannya lalu mengoreksi hasil pekerjaannya.
Dari hasil pekerjaan siswa terlihat bahwa masih ada beberapa
siswa yang belum bisa mengembangkan keterampilan menulis kalimat
sesuai gambar. Hal ini didiskripsikan dengan penggambaran informasi
kurang rinci, penyampaian informasi dalam menulis kalimat sesuai
gambar kurang lengkap, monotan dan tidak runtut.
16

Dari data awal tersebut, peneliti membuat rencana pembelajaran


menulis kalimat sesuai gambar dengan pendekatan terpadu.
2. Rencana Kegiatan
Setelah peneliti mendapat data awal, peneliti membuat rencana
pembelajaran menulis kalimat sesuai gambar dengan pendekatan terpadu
dalam dua tahap. Setiap tahap berisi kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru dan siswa. Kegiatan-kegiatan tersebut secara umum
tergambar sebagai berikut:
a. Guru menginformasikan materi dan menjelaskan tujuan kegiatan
b. Siswa diajak bertanya jawab tentang materi
c. Guru membagikan gambar kepada siswa
d. Siswa bercerita tentang gambar
e. Guru memberi koreksi dan evaluasi terhadap siswa
f. Siswa diarahkan untuk menulis apa yang telah diceritakan
g. Analisis dan refleksi

B. HASIL PENELITIAN
1. Hasil Penelitian Tahap Pertama
Pada tahap pertama penelitian dilakukan, focus pembelajaran
diutamakan pada kemampuan siswa untuk menulis kalimat sesuai gambar
secara lengkap dan runtut. Metode yang digunakan adalah curah pendapat
dan Tanya jawab. Metode ini digunakan untuk membangkitkan
pengetahuan awal siswa melalui penyajian gambar. Bimbingan guru
17

digunakan untuk membantu siswa dalam proses penentuan judul


mempertimbangkan bentuk tulisan dan mengorganisasikan gagasan.
Prosedur pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.
Setelah guru menginformasikan materi dan menjelaskan tujuan
kegiatan, guru memotivasi siswa agar mengikuti pembelajaran dengan
tertib. Guru memperlihatkan berbagai gambar kegiatan sehari-hari seperti
mandi, makan, menyapu, belajar sambil bertanya jawab tentang gambar
tersebut misalnya tentang manfaat, akibat dsb. Proses ini terungkap
sebagai berikut:
Guru : “ Sebutkan kegiatan-kegiatan sebelum berangkat sekolah!”
Adi : ”Menata tempat tidur, mandi, makan.”
Amar : “Menyapu, mandi, makan.”
Guru : “Bagus!”
“Apa akibatnya kalau tidak makan?”
Amar : “Sakit!”
Adi : “Lapar!”
Guru : “Pintar!”
“Apa manfaat mandi?”
Adi : “Supaya badan menjadi bersih.”
Guru : “Betulkah itu Amar?”
Amar : “Bertul bu”
Setelah prooses tersebuut, guru membagikan gambar yang
berbeda-beda kepada siswa. Adi mendapatkan gambar orang sedang
18

makan dan Amar mendapat gambaar orang mandi. Setelah itu siswa
disuruh maju satu persatu untuk bercerita tentang gambar yang

dibawanya. Kemudian guru memberikan komentar tentang cerita siswa.


Proses berikutnya adalah siswa menuliskkan cerita yang baru
diceritakannya. Sebelum mulai menulis cerita siswa diminta menentukan
judul cerita. Dalam hal ini Adi melilih judul “Makan Nasi Ngoreng”,
sedangkan Amar memiliih judul “makan pagi”.
Pada proses selanjutnya yaitu mengorganisasikan gagasan siswa.
Siswa mulai dibimbing untuk menuliskan ceritanya. Pada kegiaatan ini
guru mengarahkan siswa untuk menulis kaalimat sesuai gambar dengan
lengkap dan runtut.
Analisis dan Refleksi
Setelah pembelajaran selesai peneliti melakukaan evaluasi terhadap
hasil kegiatan siswa. Secara umum pembelajaran terlaksana cukup baik.
Hal ini digambarkan dengan kemampuan bercerita siswa sudah cukup
lancar dan hasil tulisan siswa sudah lengkap dan runtut. Akan tetapi masih
kurang variatif.
2. Hasil Penelitian Tahap Kedua
Focus pembelajaran pada tahap kedua ditekankan pada aspek
kemampuan menulis kalimat sesuai gambar dengan kalimat yang variatif.
Strategi yang digunakan adalah ceramah, Tanya jawab dan curah
pendapat. Prosedur pembelajaran dipaparkan sebagai berikut :

19

Guru menunjukkan gambar-gambar tema kegemaran. Kemudian


melakukan Tanya jawab dengan siswa.
Guru : “Sebutkan contoh kegemaran!”
Adi
: “Membaca”
Amar : “Nonton TV”
Adi
: “Olah Raga”
Guru : “Bagus!”
“Olah raga apa saja yang banyak digemari
Amar : “Basket, Voli”
Adi : “Sepakbola”
Guru : “Apa saja yang digunakan untuk bermain Voli?”
Adi
: “Bola, Net dan Lapangannya”
Guru : “Pintar!”
Setelah melakukan proses Tanya jawab dengan siswa, proses
selanjutnya adalah guru membagikan gambar pada siswa untuk

diceritakan Adi mendapatkan gambar bulu tangkis dan Amar mendapat


gambar sepak bola. Kemudian siswa diminta bercerita tentang gambar.
Setelah siswa selesai bercerita, guru memberikan evaluasi terhadap cerita
siswa dan memberikan masukan untuk bahan siswa.
Pembelajaran berikutnya adalah siswa diminta menulis cerita.
Dengan hal pertama yang dilakukan adalah menentukan judul. Ade
memilih judul “Pertandingan Bulu Tangkis” sedangkan Amar memilih
20

judul “Main Sepak Bola”. Kemudian dilanjutkan dengan mulai


mengembangkan gagasan siswa untuk di tulis dalam lembar kegiatan.
Secara khusus penyusunan tulisan siswa dipaparkan sebagai
berikut :
1. Adi : Judul menulis “Pertandingan Bulu Tangkis”. Dikembangkan
dalam delapan kalimat. Jumlah kata tiap kalimat antara 6-9 kata.
Pengembangan cerita sudah lengkap, runtut dan mulai ada variasi.
2. Amar : Judul menulis “Main Sepak Bola”. Dikembangkan dalam
delapan kalimat jumlah kata tiap kalimat 5-8 kata. Pengembangan
cerita sudah lengkap, runtut dan bervariasi.
Analisis dan Refleksi
Setelah pembelajaran selesai, peneliti melakukan evaluasi terhadap
hasil kegiatan siswa. Dari hasil siswa diperoleh hasil bahwa kemampuan
siswa dalam bercerita sudah lancar dan baik. Sedangkan hasil tulisan siswa
sudah lengkap, runtut dan bervariasi.
Dari pelaksanaan pembelajaran diatas, didapat model pembelajaran
yang dapat digunakan untuk membelajarkan menulis kalimat sesuai
gambar sebagai berikut :
1. Guru membangun skemata siswa dengan memperlihatkan gambar dan
melakukan tanya jawab.
2. Guru membagikan gambar-gambar pada siswa untuk diceritakan.
3. Siswa bercerita didepan tentang gambar dibawanya.
21

4. Cerita siswa dievaluasi oleh guru, sambil guru memberikan masukan


untuk bahan tulisan siswa.
5. Siswa mulai menulis judul cerita.
6. Siswa menuangkan gagasan berceritanya dalam bahasa tulis.
7. Guru memberikan evaluasi.
8. Analisis dan Refleksi.
22

BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan bimbingan yang dilakukan oleh
peneliti terhadap proses pembelajaran menulis kalimat sesuai gambar dengan
pendekatan terpadu siswa kelas III SD Kualisi Nasional Ngaliyan 01, 03, 07
disimpulkan bahwa :
1. Proses pembelajaran menulis kalimat sesuai gambar dengan pendekatan
terpadu dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan siswa menyusun kalimat sudah lengkap,
runtut dan lebih bervariasi.
2. Keterampilan peneliti dalam menggunakan pendekatan terpadu
pembelajaran menulis kalimat sesuai gambar dapat meningkat.

B. SARAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam usaha menigkatkan mutu proses pembelajaran menulis
kalimat sesuai gambar. Sehubungan dengan hal ini, ada beberapa hal yang
dapat peneliti sarankan yaitu :
1. Pembelajaran menulis kalimat sesuai gembar di SD hendaknya
menerapkan pendekatan terpadu.
23

2. Tahapan-tahapan proses menulis dalam pembelajaran hendaknya


dilakukan secara runtut dan stimultan, agar keterampilan menulis siswa
dapat meningkat dan proses pembelajaran lebih bermakna.

24

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiyah, Sabarti, dkk. 1991. Bahasa Indonesia 2, Jakarta : Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.
Akhadiyah, Sabarti, dkk. 1991. Pembinaan Kemempuan Menulis Bahasa
Indonesia, Jakarta : Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B. 1993. Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga.
Kartadinata, Sunaryo, dkk. 2002. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung ; CV
Maulana.
Keraf, Gorys. 1970. Komposisi. Flores : Nusa Indah.
Semiawan, Cinny R. 1999. Perkembangan Belajar dan Peserta Didik. Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tarigan, Djago. 2000. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta : Universitas
terbuka.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Zuhdi, D dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Rendah. Yogyakarta : PAS.
Model Pengajaran Menulis Bahasa Indonesia

bagi Penutur Asing Tingkat Lanjut 


Oleh Khaerudin Kurniawan

FBS Universitas Negeri Yogyakarta 

A. Pengajaran Keterampilan Menulis

      Mahasiswa asing yang belajar di Indonesia, di samping mempelajari ilmunya, ia


juga harus belajar bahasa Indonesia. Belajar bahasa Indonesia berarti ia harus belajar
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia. Menulis
adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk
menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan.

      Sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam perbuatan


menulis, yaitu: (1) penguasaan bahasa tulis, yang akan berfungsi sebagai media
tulisan, meliputi: kosakata, struktur kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan
sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan
(3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan
dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang
diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya.

      Seorang penutur asing tidak akan mungkin terampil menulis kalau hanya
menguasai satu atau dua komponen saja di antara ketiga komponen tersebut. Betapa
banyak penutur asing yang menguasai bahasa Indonesia secara tertulis tetapi tidak
dapat menghasilkan tulisan karena tidak tahu apa yang akan ditulis dan bagaimana
menuliskannya. Betapa banyak pula penutur asing yang mengetahui banyak hal untuk
ditulis dan tahu pula menggunakan bahasa tulis tetapi tidak dapat menulis karena
tidak tahu caranya. Dalam makalah ini akan dibahas model pengajaran menulis
bahasa Indonesia bagi penutur asing tingkat lanjut khususnya mereka yang belajar
berbagai ilmu di Indonesia.

      Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah. Untuk memulai
menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi seorang penulis yang terampil.
Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk mempraktikkannya tidak cukup sekali
dua kali. Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam
bidang tulis-menulis.

      Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai menulis. Artinya, kapan pun, di
mana pun, dan dalam situasi yang bagaimana pun seorang penutur asing yang belajar
di Indonesia dapat melakukannya. Ketakutan akan kegagalan bukanlah penyebab
yang harus dipertahankan. Itulah salah satu kiat, teknik, dan strategi yang ditawarkan
oleh David Nunan (1991: 86—90) dalam bukunya Language Teaching Methodology.
Dia menawarkan suatu konsep pengembangan keterampilan menulis yang meliputi:
(1) perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan, (2) menulis sebagai suatu
proses dan menulis sebagai suatu produk, (3) struktur generik wacana tulis,  (4)
perbedaan antara penulis terampil dan penulis yang tidak terampil, dan (5) penerapan
keterampilan menulis dalam proses pembelajaran.
      Pertama, perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan tampak pada fungsi
dan karakteristik yang dimiliki oleh keduanya. Namun demikian, yang patut
diperhatikan adalah keduanya harus memiliki fungsi komunikasi. Dari sudut pandang
inilah dapat diketahui sejauh mana hubungan antara bahasa lisan dan bahasa tulis,
sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan komunikasi.

      Dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan
adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada
bahasa tadi, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami
dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh dan lebih mendalam. Akibatnya,
sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia kadang-kadang tidak terampil menggunakan
bahasanya sendiri dibandingkan dengan orang asing yang belajar bahasa Indonesia.
Hal ini merupakan suatu kelemahan yang tidak kita sadari.

      Kedua, pandangan bahwa keterampilan menulis sebagai suatu proses dan


menulis sebagai suatu produk. Pendekatan yang berorientasi pada proses lebih
memfokuskan pada aktivitas belajar (proses menulis); sedangkan pendekatan yang
berorientasi pada produk lebih memfokuskan pada hasil belajar menulis yaitu wujud
tulisan.

      Ketiga, struktur generik wacana dari masing-masing jenis karangan (tulisan) tidak
menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hanya saja pada jenis karangan narasi
menunjukkan struktur yang lengkap, yang meliputi orientasi, komplikasi, dan
resolusi. Hal ini menjadi ciri khas jenis karangan/tulisan ini.

      Keempat, untuk menambah wawasan tentang keterampilan menulis, setiap penulis


perlu mengetahui penulis yang terampil dan penulis yang tidak terampil. Tujuannya
adalah agar dapat mengikuti jalan pikiran (penalaran) dari keduanya. Kita dapat
mengetahui kesulitan yang dialami penulis yang tidak terampil (baca: pemula, awal).
Salah satu kesulitan yang dihadapinya adalah ia kurang mampu mengantisipasi
masalah yang ada pada pembaca. Adapun penulis terampil, ia mampu mengatakan
masalah tersebut atau masalah lainnya, yaitu masalah yang berkenaan dengan proses
menulis itu sendiri.

      Kelima, sekurang-kurangnya ada tiga proses menulis yang ditawarkan oleh David
Nunan, yakni: (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap perbaikan.
Untuk menerapkan ketiga tahap menulis tersebut diperlukan keterampilan
memadukan antara proses dan produk menulis.

      Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat,
merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca.
Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar
yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara
tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada pikiran,
organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur kalimat (McCrimmon, 1967:
122).

B. Pendekatan Pengajaran Menulis: Tradisional dan Proses


 

      Pembelajaran menulis dengan pendekatan tradisional lebih menekankan pada


hasil berupa tulisan yang telah jadi, tidak pada apa yang dikerjakan pembelajar ketika
menulis. Pembelajar berpraktik menulis, mereka tidak mempelajari bagaimana cara
menulis yang baik. Temuan penelitian mengenai menulis menyebabkan bergesernya
penekanan pembelajaran menulis dari hasil (tulisan) ke proses menulis yang terlibat
dalam menghasilkan tulisan. Peran pengajar dalam pembelajaran menulis dengan
pendekatan proses tidak hanya memberikan tugas menulis dan menilai tulisan para
pembelajar, tetapi juga membimbing pembelajar dalam proses menulis (Tompkins,
1990: 69).

      Perbedaan antara pendekatan tradisional dan pendekatan keterampilan proses


dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia bagi penutur asing tingkat lanjut
sebagaimana dikemukakan Tompkins (1990: 70) dapat dilihat pada bagan berikut. 

Pendekatan Tradisional dan Keterampilan Proses dalam Menulis 

No. Komponen Pendekatan Tradisional Pendekatan Proses


1 Pilihan Topik Tugas menulis kreatif yang Pembelajar memilih topik sendiri, atau topik-topik
spesifik diberikan oleh pengajar yang diambil dari bidang studi lain
2 Pembelajaran Pengajar hanya sedikit atau tidak Pengajar mengajar pembelajar mengenai proses
memberikan pelajaran. menulis dan mengenai bentuk-bentuk tulisan

Pembelajar diharapkan menulis


sebaik-baiknya
3 Fokus Berfokus pada tulisan yang sudah Berfokus pada proses yang digunakan pembelajar
jadi ketika menulis
4 Rasa Memiliki Pembelajar menulis untuk Pembelajar merasa memiliki tulisan sendiri.
pengajar dan kurang merasa
memiliki  tulisan sendiri
5 Pembaca Pengajar merupakan pembaca Pembelajar menulis untuk pembaca yang
utama sesungguhnya
6 Kerja Sama Hanya sedikit atau tidak ada kerja Pembelajar menulis dengan bekerja sama dan
sama berbagi tulisan yang dihasilkan masing-masing
dengan teman-teman satu kelompok/kelas
7 Draft Pembelajar menulis draft tunggal Pembelajar menulis draft kasar (outline) untuk
dan harus memusatkan pada isi menuangkan gagasan dan kemudian merevisi dan
sekaligus segi mekanik (ejaan, menyunting draft ini sebelum membuat hasil akhir
tanda baca, tata tulis)
8 Kesalahan Pembelajar dituntut untuk Pembelajar mengoreksi kesalahan sebanyak-
Mekanik menghasilkan tulisan yang bebas banyaknya selama menyunting, tetapi tekanannya
dari kesalahan lebih besar pada isi daripada segi mekanik
9 Peran Pengajar Pengajar memberikan tugas Pengajar mengajarkan cara menulis dan
menulis dan menilainya jika memberikan balikan selama pembelajar merevisi
tulisan sudah jadi dan mengedit/menyunting
10 Waktu Pembelajar menyelesaikan tulisan Pembelajar mungkin menghabiskan waktu tidak
dalam satu jam pelajaran hanya satu jam pelajaran untuk mengerjakan setiap
tugas menulis
11 Evaluasi Pengajar mengevaluasi kualitas Pengajar memberikan balikan selama pembelajar
tulisan setelah tulisan selesai menulis, sehingga pembelajar dapat
disusun memanfaatkannya untuk memperbaiki tulisannya.
Evaluasi berfokus pada proses dan hasil.

      Dari kedua pendekatan pengajaran menulis seperti tertera pada bagan di atas
dapat diketahui kelemahan dan keunggulannya. Pada pendekatan tradisional,
pengajar memberikan topik tulisan dan setelah pembelajar mengerjakan tugas tersebut
selama setengah atau tiga per empat jam (satu jam pelajaran), pengajar
mengumpulkan pekerjaan pembelajar untuk dievaluasi. Dengan model pembelajaran
seperti ini biasanya hanya sedikit saja pembelajar yang dapat menghasilkan tulisan
yang baik. Sebagian besar pembelajar biasanya hanya menghasilkan tulisan yang
kurang baik. Pengalaman di lapangan dalam memberikan proses pembelajaran
terhadap penutur asing menunjukkan bahwa kadang-kadang mereka hanya dapat
menghasilkan beberapa kalimat saja. Dalam kondisi semacam ini pembelajar tidak
mempelajari bagaimana cara menulis. Mereka dihadapkan pada tugas sulit yang harus
mereka kerjakan tanpa memperoleh penjelasan mengenai cara mengatasi kesulitan
yang mereka hadapi.

      Menyadari terhadap kenyataan yang tidak menguntungkan bagi upaya


pengembangan keterampilan menulis bahasa Indonesia bagi penutur asing tingkat
lanjut seperti digambarkan di atas, seyogianya dapat diterapkan model/pendekatan
keterampilan proses dalam pembelajaran menulis. Untuk itu, terlebih dahulu perlu
diketahui proses kreatif dalam menulis. 

C. Proses Kreatif  dalam Menulis 

      Menulis merupakan suatu proses kreatif  yang banyak melibatkan cara berpikir
divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat) (Supriadi, 1997). Menulis tidak
ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak gagasan dalam menuliskannya.
Kendatipun secara teknis ada kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud
yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam
mengungkapkan gagasan. Banyak orang mempunyai ide-ide bagus di benaknya
sebagai hasil dari pengamatan, penelitian, diskusi, atau membaca. Akan tetapi, begitu
ide tersebut dilaporkan secara tertulis, laporan itu terasa amat kering, kurang
menggigit, dan membosankan. Fokus tulisannya tidak jelas, gaya bahasa yang
digunakan monoton, pilihan katanya (diksi) kurang tepat dan tidak mengena sasaran,
serta variasi kata dan kalimatnya kering.

      Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, penyusunan sebuah


tulisan memuat empat tahap, yaitu: (1) tahap persiapan (prapenulisan), (2) tahap
inkubasi, (3) tahap iluminasi, dan (4) tahap verifikasi/evaluasi. Keempat proses ini
tidak selalu disadari oleh para pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing.
Namun, jika dilacak lebih jauh lagi, hampir semua proses menulis (esai, opini/artikel,
karya ilmiah, artistik, atau bahkan masalah politik sekali pun) melalui keempat tahap
ini. Harap diingat, bahwa proses kreatif tidak identik dengan proses atau langkah-
langkah mengembangkan laporan tetapi lebih banyak merupakan proses kognitif atau
bernalar.
      Pertama, tahap persiapan atau prapenulisan adalah ketika pembelajar menyiapkan
diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah
informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya,
berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan
kognitifnya yang akan diproses selanjutnya.

      Kedua, tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi yang


dimilikinya sedemikian rupa, sehingga mengantarkannya pada ditemukannya
pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya. Proses inkubasi ini analog
dengan ayam yang mengerami telurnya sampai telur menetas menjadi anak ayam.
Proses ini seringkali terjadi secara tidak disadari, dan memang berlangsung dalam
kawasan bawah sadar (subconscious) yang pada dasarnya melibatkan proses
perluasan pikiran (expanding of the mind). Proses ini dapat berlangsung beberapa
detik sampai bertahun-tahun. Biasanya, ketika seorang penulis melalui proses ini
seakan-akan ia mengalami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Oleh karena itu, tidak jarang seorang penulis yang tidak sabar mengalami frustrasi
karena tidak menemukan pemecahan atas masalah yang dipikirkannya. Seakan-akan
kita melupakan apa yang ada dalam benak kita. Kita berekreasi dengan anggota
keluarga, melakukan pekerjaan lain, atau hanya duduk termenung. Kendatipun
demikian, sesungguhnya di bawah sadar kita sedang mengalami proses pengeraman
yang menanti saatnya untuk segera “menetas”.

      Ketiga, tahap iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi atau insight, yaitu
gagasan datang seakan-akan tiba-tiba dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini,
apa yang telah lama kita pikirkan menemukan pemecahan masalah atau jalan keluar.
Iluminasi tidak mengenal tempat atau waktu. Ia bisa datang ketika kita duduk di kursi,
sedang mengendarai mobil, sedang berbelanja di pasar atau di supermarket, sedang
makan, sedang mandi, dan lain-lain.

      Jika hal-hal itu terjadi, sebaiknya gagasan yang muncul dan amat dinantikan itu
segera dicatat, jangan dibiarkan hilang kembali sebab momentum itu biasanya tidak
berlangsung lama. Tentu saja untuk peristiwa tertentu, kita menuliskannya setelah
selesai melakukan pekerjaan. Jangan sampai ketika kita sedang mandi, misalnya,
kemudian keluar hanya untuk menuliskan gagasan. Agar gagasan tidak menguap
begitu saja, seorang pembelajar menulis yang baik selalu menyediakan ballpoint atau
pensil dan kertas di dekatnya, bahkan dalam tasnya ke mana pun ia pergi.

      Seringkali orang menganggap iluminasi ini sebagai ilham. Padahal, sesungguhnya


ia telah lama atau pernah memikirkannya. Secara kognitif, apa yang dikatakan ilham
tidak lebih dari proses berpikir kreatif. Ilham tidak datang dari kevakuman tetapi dari
usaha dan ada masukan sebelumnya terhadap referensi kognitif seseorang.

      Keempat, tahap terakhir yaitu verifikasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari
tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus
tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu
ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal yang
peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa
menghilangkan esensinya. Jadi, pada tahap ini kita menguji dan menghadapkan apa
yang kita tulis itu dengan realitas sosial, budaya, dan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat.
D. Proses Pembelajaran Menulis

      Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan terhadap tulisan mahasiswa, Flower


dan Hayes (lewat Tompkins, 1990: 71) mengembangkan model proses dalam
menulis. Proses menulis dapat dideskripsikan sebagai proses pemecahan masalah
yang kompleks, yang mengandung tiga elemen, yaitu lingkungan tugas, memori
jangka panjang penulis, dan proses menulis. Pertama, lingkungan tugas adalah tugas
yang penulis kerjakan dalam menulis. Kedua, memori jangka panjang penulis adalah
pengetahuan mengenai topik, pembaca, dan cara menulis. Ketiga, proses menulis
meliputi tiga kegiatan, yaitu: (1) merencanakan (menentukan tujuan untuk
mengarahkan tulisan), (2) mewujudkan (menulis sesuai dengan rencana yang sudah
dibuat), dan (3) merevisi (mengevaluasi dan merevisi tulisan).

      Ketiga kegiatan tersebut tidak merupakan tahap-tahap yang linear, karena penulis
terus-menerus memantau tulisannya dan bergerak maju mundur (Zuchdi, 1997: 6).
Peninjauan kembali tulisan yang telah dihasilkan ini dapat dianggap sebagai
komponen keempat dalam proses menulis. Hal inilah yang membantu penulis dapat
mengungkapkan gagasan secara logis dan sistematis, tidak mengandung bagian-
bagian yang kontradiktif. Dengan kata lain, konsistensi (keajegan) isi gagasan dapat
terjaga.

      Berkaitan dengan tahap-tahap proses menulis, Tompkins (1990: 73) menyajikan


lima tahap, yaitu: (1) pramenulis, (2) pembuatan draft, (3) merevisi, (4) menyunting,
dan (5) berbagi (sharing). Tompkins juga menekankan bahwa tahap-tahap menulis ini
tidak merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinier, artinya
merupakan putaran berulang. Misalnya, setelah selesai menyunting tulisannya,
penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau
draft awalnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap itu dapat dirinci
lagi. Dengan demikian, tergambar secara menyeluruh proses menulis, mulai awal
sampai akhir menulis seperti berikut. 

1.Tahap Pramenulis

      Pada tahap pramenulis, pembelajar melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri


b. Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis
c. Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis
d. Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis
e. Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah
mereka tentukan

2. Tahap Membuat Draft

      Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Membuat draft kasar


b. Lebih menekankan isi daripada tata tulis
 

3. Tahap Merevisi

      Yang perlu dilakukan oleh pembelajar pada tahap merevisi tulisan ini adalah
sebagai berikut:

a. Berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok)


b. Berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi tentang tulisan teman-teman
sekelompok atau sekelas
c. Mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan komentar baik
dari pengajar maupun teman
d. Membuat perubahan yang substantif pada draft pertama dan draft berikutnya,
sehingga menghasilkan draft akhir

4. Tahap Menyunting

      Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh pembelajar adalah
sebagai berikut:

a. Membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri


b. Membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis tulisan mereka
sekelas/sekelompok
c. Mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis tulisan mereka sendiri

      Dalam kegiatan penyuntingan ini, sekurang-kurangnya ada dua tahap yang harus
dilakukan. Pertama, penyuntingan tulisan untuk kejelasan penyajian. Kedua,
penyuntingan bahasa dalam tulisan agar sesuai dengan sasarannya (Rifai, 1997: 105
—106). Penyuntingan tahap pertama akan berkaitan dengan masalah komunikasi.
Tulisan diolah agar isinya dapat dengan jelas diterima oleh pembaca. Pada tahap ini,
sering kali penyunting harus mereorganisasi tulisan karena penyajiannya dianggap
kurang efektif. Ada kalanya, penyunting terpaksa membuang beberapa paragraf atau
sebaliknya, harus menambahkan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf untuk
memperlancar hubungan gagasan. Dalam melakukan penyuntingan pada tahap ini,
penyunting sebaiknya berkonsultasi dan berkomunikasi dengan penulis. Pada tahap
ini, penyunting harus luwes dan pandai-pandai menjelaskan perubahan yang
disarankannya kepada penulis karena hal ini sangat peka. Hal-hal yang berkaitan
dengan penyuntingan tahap ini adalah kerangka tulisan, pengembangan tulisan,
penyusunan paragraf, dan kalimat.

      Kerangka tulisan merupakan ringkasan sebuah tulisan. Melalui kerangka tulisan,


penyunting dapat melihat gagasan, tujuan, wujud, dan sudut pandang penulis. Dalam
bentuknya yang ringkas itulah, tulisan dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan
secara menyeluruh, dan tidak secara lepas-lepas (Keraf, 1989: 134). Penyunting dapat
memperoleh keutuhan sebuah tulisan dengan cara mengkaji daftar isi tulisan dan
bagian pendahuluan. Jika ada, misalnya, dalam tulisan ilmiah atau ilmiah populer,
sebaiknya bagian simpulan pun dibaca. Dengan demikian, penyunting akan
memperoleh gambaran awal mengenai sebuah tulisan dan tujuannya. Gambaran itu
kemudian diperkuat dengan membaca secara keseluruhan isi tulisan. Jika tulisan
merupakan karya fiksi, misalnya, penyunting langsung membaca keseluruhan karya
tersebut. Pada saat itulah, biasanya penyunting sudah dapat menandai bagian-bagian
yang perlu disesuaikan.

      Berdasarkan kerangka tulisan tersebut dapat diketahui tujuan penulis. Selanjutnya,


berdasarkan pengetahuan atas tujuan penulis, dapat diketahui bentuk tulisan dari
sebuah naskah (tulisan). Pada umumnya, tulisan dapat dikelompokkan atas empat
macam bentuk, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.

      Bentuk tulisan narasi dipilih jika penulis ingin bercerita kepada pembaca. Narasi
biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Akan tetapi, narasi dapat juga
ditulis berdasarkan pengamatan atau wawancara. Narasi pada umumnya merupakan
himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian.
Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang terlibat dalam suatu atau berbagai
peristiwa.

      Bentuk tulisan deskripsi dipilih jika penulis ingin menggambarkan bentuk, sifat,
rasa, corak dari hal yang diamatinya. Deskripsi juga dilakukan untuk melukiskan
perasaan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya. Penggambaran itu
mengandalkan pancaindera dalam proses penguraiannya. Deskripsi yang baik harus
didasarkan pada pengamatan yang cermat dan penyusunan yang tepat. Tujuan
deskripsi adalah membentuk, melalui ungkapan bahasa, imajinasi pembaca agar dapat
membayangkan suasana, orang, peristiwa, dan agar mereka dapat memahami suatu
sensasi atau emosi. Pada umumnya, deskripsi jarang berdiri sendiri. Bentuk tulisan
tersebut selalu menjadi bagian dalam bentuk tulisan lainnya.

      Bentuk tulisan eksposisi dipilih jika penulis ingin memberikan informasi,


penjelasan, keterangan atau pemahaman. Berita merupakan bentuk tulisan eksposisi
karena memberikan informasi. Tulisan dalam majalah juga merupakan eksposisi.
Buku teks merupakan bentuk eksposisi. Pada dasarnya, eksposisi berusaha
menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan definisi, menerangkan,
menjelaskan, menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel, mengulas
sesuatu.Tulisan eksposisi sering ditemukan bersama-sama dengan bentuk tulisan
deskripsi. Laras yang termasuk dalam bentuk tulisan eksposisi adalah buku resep,
buku-buku pelajaran, buku teks, dan majalah.

      Tulisan berbentuk argumentasi bertujuan meyakinkan orang, membuktikan


pendapat atau pendirian pribadi, atau membujuk pembaca agar pendapat pribadi
penulis dapat diterima. Bentuk tulisan tersebut erat kaitannya dengan eksposisi dan
ditunjang oleh deskripsi. Bentuk argumentasi dikembangkan untuk memberikan
penjelasan dan fakta-fakta yang tepat sebagai alasan untuk menunjang kalimat topik.
Kalimat topik, biasanya merupakan sebuah pernyataan untuk meyakinkan atau
membujuk pembaca. Dalam sebuah majalah atau surat kabar, misalnya, argumentasi
ditemui dalam kolom opini/wacana/gagasan/pendapat.

      Kendatipun keempat bentuk tulisan tersebut memiliki ciri masing-masing, mereka


tidak secara ketat terpisah satu sama lain. Dalam sebuah kolom, misalnya, dapat
ditemukan berbagai bentuk tulisan tersebut tersebar di dalam paragraf yang
membangun kerangka tersebut. Oleh karena itu, penyunting berfungsi untuk
mempertajam dan memperkuat pembagian paragraf. Pembagian paragraf terdiri atas
paragraf pembuka, paragraf penghubung atau isi, dan paragraf penutup sering kali
tidak diketahui oleh penulis. Masih sering ditemukan tulisan yang sulit dipahami
karena pemisahan bagian-bagian atau pokok-pokoknya tidak jelas.

      Pemeriksaan atas kalimat merupakan penyuntingan tahap pertama juga. Pada


tahap ini pun, sebaiknya penyunting berkonsultasi dengan penulis. Penyunting harus
memiliki pengetahuan bahasa yang memadai. Dengan demikian, penyunting dapat
menjelaskan dengan baik kesalahan kalimat yang dilakukan oleh penulis. Untuk itu,
penyunting harus menguasai persyaratan yang tercakup dalam kalimat yang efektif.
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang secara jitu atau tepat mewakili gagasan atau
perasaan penulis. Untuk dapat membuat kalimat yang efektif, ada tujuh hal yang harus
diperhatikan, yaitu kesatuan gagasan, kepaduan, penalaran, kehematan atau
ekonomisasi bahasa, penekanan, kesejajaran, dan variasi.

 Penyuntingan tahap kedua berkaitan dengan masalah yang lebih terperinci, lebih
khusus. Dalam hal ini, penyunting berhubungan dengan masalah kaidah bahasa, yang
mencakup perbaikan dalam kalimat, pilihan kata (diksi), tanda baca, dan ejaan. Pada
saat penyunting memperbaiki kalimat dan pilihan kata dalam tulisan, ia dapat
berkonsultasi dengan penulis atau langsung memperbaikinya. Hal ini bergantung pada
keluasan permasalahan yang harus diperbaiki. Sebaliknya, masalah perbaikan dalam
tanda baca dan ejaan dapat langsung dikerjakan oleh penyunting tanpa
memberitahukan penulis. Perbaikan dalam tahap ini bersifat kecil, namun sangat
mendasar. 

5. Tahap Berbagi

      Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing) atau publikasi.
Pada tahap berbagi ini, pembelajar:

a. Mempublikasikan (memajang) tulisan mereka dalam suatu bentuk tulisan


yang sesuai, atau
b. Berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka tentukan.

      Dari tahap-tahap pembelajaran menulis dengan pendekatan/model proses


sebagaimana dijabarkan di atas dapat dipahami betapa banyak dan bervariasi kegiatan
pembelajar dalam proses menulis. Keterlibatannya dalam berbagai kegiatan tersebut
sudah barang tentu merupakan pelajaran yang sangat berharga guna mengembangkan
keterampilan menulis. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh pembelajar pada setiap
tahap, upaya-upaya mengatasi kesulitan tersebut, dan hasil terbaik yang dicapai oleh
para pembelajar membuat mereka lebih tekun dan tidak mudah menyerah dalam
mencapai hasil yang terbaik dalam mengembangkan keterampilan menulis.

      Pembelajaran menulis bagi penutur asing dengan menggunakan pendekatan


keterampilan proses merupakan suatu alternatif untuk mencapai keterampilan
menulis pembelajar secara efektif. Hal ini dimungkinkan karena diterapkannya 
proses kreatif dalam menulis yang diimplementasikan melalui tahap-tahap kegiatan
yang dapat dilakukan pembelajar (pramenulis, membuat draft, merevisi, menyunting,
dan berbagi (sharing). Proses menulis itu tidak selalu bersifat linear tetapi dapat
bersifat nonlinier, dan perlu disesuaikan dengan berbagai jenis tulisan yang mereka
susun.

Daftar Pustaka

Keraf, Gorys. (1989). Komposisi. Flores: Nusa Indah.

McCrimmon, James M. (1967). Writing With a Purpose. Boston: Houghton


Mifflin Company.

Nunan, David. (1991). Language Teaching Methodology. New York: Prentice Hall.

Rifai, Mien A. (1997). Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan


Penerbitan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Supriadi, Dedi. (1997). Isu dan Agenda Pendidikan Tinggi di Indonesia.


Jakarta: PT Rosda Jayaputra.

Tompkins, Gail E. (1990). Teaching Writing Balancing Process and Product.


New York: Macmillan Publishing Company.

Zuchdi, Darmiyati. (1997). “Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan


Proses”, Karya Ilmiah disajikan dan dibahas pada Senat Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Seni IKIP Yogyakarta tanggal 15 November 1996 (tidak
dipublikasikan). Yogyakarta: IKIP. 
Berikut saya contohkan penggunaan Azan times di HP yang sudah mendukung
Aplikasi Java ( MIDP 2.0).

1. Download azan times amr, kemudian buka file zip.


2. Pindahkan file azan.jar ke HP, bisa melalui kabel data, bluetooth (HP teman),
infrared dan lainnya
3. Buka lokasi azan.jar di HP, dan jika HP tersebut mendukung java, akan ada
menu Install atau sejenisnya. Jalankan dengan memilih Install.

Setelah selesai, maka langkah selanjutnya adalah memilih lokasi yang tepat. Setelah
program Azan Times berjalan, ikuti langkah singkat berikut :

1. Pilih menu Setting ( bisa jadi melalui Menu > Setting )


2. Pilih menu Change City
3. Pilih Negara yang diinginkan, misalnya Indonesia, maka pilih huruf I,
sekanjutnya akan tampil negara-negara yang berawalan dengan huruf I
4. Setelah memilih negara, kemudian pilih kota (Choose City), misalnya J jika
Jakarta, Y jika Yogyakarta dan sebagainya, kemudian tekan Choose City.

Selanjutnya mengatur Metode Kalkulasi yang digunakan. Untuk Wilayah Indonesia,


metode yang paling dekat adalah Egyptian. Caranya

1. Pilih Setting > Calculation Methods


2. Pilih Egyptian kemudian Save

Jika dengan pilihan diatas masih berbeda beberapa menit dengan waktu setempat,
maka kita bisa menyesuaikan melalui menu Penambahan atau pengurangan menit (
Setting > Minutes Adjustment ).

Read more: http://ebsoft.web.id/2009/06/29/azan-times-2-8-pengingat-sholat-untuk-


hp-pocket-pc-dan-blackberry/#ixzz0XrZGPSI8

You might also like