Professional Documents
Culture Documents
SESUAI GAMBAR
MELALUI PENDEKATAN TERPADU
TUGAS AKHIR
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan
Program Diploma II PGKSD FIP UNNES
Oleh:
SUTRIASIH
NIM. 1402204163
Hari
: Sabtu
Tanggal
: 2 September 2006
Mengetahui,
Kepala UPP II PGKSD
Dosen Pembimbing
MOTTO
3. Keluarga besar dari ayah maupun ibu yang senantiasa memberikan nasehat,
bantuan,
semangat dan dorongan.
4. My “BOZ” (Mr. Fha) yang banyak memberi dukungan dan bantuan, Thanks a lot
dan
maaf kalau banyak merepotkan.
5. My Best Friends di “KFC MANIA”, Thanks for All. You’re My Mind.
6. Keluarga besar “TIGA DARA KOST” yang telah memberikan warna dalam tiap
hariku.
7. Rekan-rekan 4C sebagai mitra kerja dalam melaksanakan tugas-tugas kuliah,
I LOVE YOU ALL.
8. Seluruh civitas akademika PGKSD FIP UNNES.
9. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu –persatu, yang telah membantu
terselesaikannya karya ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir berjudul “Meningkatkan
Kemampuan Menulis Kalimat Sesuai Gambar melalui Pendekatan Terpadu” dengan
lancar tanpa halangan yang berarti.
Keberhasilan penyusunan tugas akhir ini, tidak lepas dari bantuan banyak pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,
penyusun ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Siswanto, MM. selaku Dekan FIP UNNES.
2. Drs. Sutaryono, M. Pd. selaku ketua program D2 PGKSD FIP UNNES.
3. Drs. Jaino, M. Pd. selaku kepala UPP D2 PGKSD FIP UNNES.
4. Dra. Wahyuningsih, M. Pd. selaku dosen pembimbing.
5. Keluarga besar SD Koalisi Nasional Ngaliyan 01, 03, 07.
6. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya karya ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan karya ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif selalu penulis harapkan
demi
perbaikan karya-karya selanjutnya.
Akhirnya, harapan penyusun semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penyusun
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Kurikulum SD 2004
B. Menulis
C. Pendekatan Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa
D. Pembelajaran Menulis Kalimat Sesuai Gambar melalui Pendekatan Terpadu
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
B. Metode Penelitian
C. Tahap-tahap Penelitian
D. Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Instrumen Penilaian
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam undang-undang nomor 2 tahun 1989 disebutkan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Oleh karena itu sarana dan prasarana pendidikan perlu ditingkatkan
untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Dengan demikian perlu
usaha untuk menigkatkan, mengefektifkan dan lebih mendayagunakan
penggunaan cara atau tehnik-tehnik pembelajaran siswa sebagai bagian
integral dalam proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar bidang studi bahasa Indonesia
dibutuhkan adanya komunikasi antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa.
Komunikasi hendaknya bersifat interaktif edukatif dan timbal balik yang harus
dicapai oleh guru dan siswa.
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah untuk
melatih siswa agar mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam hal
membaca, menulis, bercerita dan menyimak. Keempat aspek pembelajaran
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut :
“Bagaimanakah bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
menulis kalimat sesuai gambar melalui pendekatan terpadu ?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dengan bimbingan langsung adalah mendapatkan
bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis kalimat
sesuai gambar melalui pendekatan terpadu.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dipaparkan sebagai berikut :
1. Siswa dapat lebih terampil dalam menulis kalimat pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia dan pelajaran-pelajaran lain.
2. Sebagai masukan bagi para guru atau pendidik dalam rangka melaksanakan
proses belajar mengajar dengan memperhatikan minat dan kemampuan
belajar siswa.
3. Peneliti memiliki pengetahuan pembelajaran siswa tentang menulis kalimat
sesuai gambar melalui pendekatan terpadu.
BAB II
LANDASAN TEORI
B. MENULIS
1. Pengertian Kemampuan Menulis.
Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti
mengarang, membuat surat) dengan tulisan. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1993 : 968). Menurut pengertian ini menulis merupakan hasil,
yaitu melahirkan pikiran alam perasaan dalam bentuk tulisan. Khalik,
(1999 : 52-53) mengartikan menulis sebagai proses berfikir untuk
mengembangkan gagasan atau pikiran secara logis dan sistematis dalam
bentuk tulisan
Tarigan (1992 : 233) menyatakan bahwa menulis ialah melukiskan
lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-
lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran
grafik tersebut.
Samadhi (1999 : 9) mengatakan bahwa menulis sebagai suatu
proses yang diuraikan menjadi beberapa bagian. Siswa SD yang normal
dapat mengikuti proses menulis dengan kecepatan relatif sama, bahwa
setiap siswa yang normal dapat menyelesaikan tugas menulis dalam waktu
yang berbeda-beda meskipun perbedaannya tidak terlalu banyak.
Kemampuan menulis bukanlah semata-mata milik golongan
berbakat menulis, melainkan dengan latihan yang sungguh-sungguh
kemampuan itu dapat dimiliki oleh siapa saja (Sunardji, 1998 : 17)
Dari pengertian penulis tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
menullis adalah kegiatan mengungkapkan gagasa, pikiran, perasaan dalam
bentuk tulisan.
2. Proseees menulis
a. Pra menulis
Langkah-langkah pramenulis meliputi topik, mempertimbangkan
tujuan menulis, mempertimbangkan audience, mempertimbangkaan
bentuk tulisan dan mengorganisasikan gagasan.
b. Penyyuusunan draft.
Langkah-langkahnya meliputi menulis kalimat pertama, menjabarkan
draf kasar, membacakan jabaran draf.
c. Perevision
Tahap ini meliputi melengkapi isi draf, mengurutkan kembali,
mengurangi, menjelaskan, menambah contoh.
d. Penyuntingan
Meliputi penggunaan ejaan dan penggunaan aturan penulisan.
e. Publikasi
Meliputi pengumpulan karya siswa dan penggolongan bentuk
publikasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. SUBJEK PENELITIAN
Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti mengambil subyek siswa kelas
III SD Koalisi Nasional Ngaliyan 01, 03, 07 dengan didasarkan beberapa
alasan berikut.
Pertama, siwa kelas III merupakan masa akhir siswa berada pada kelas
tingkat rendah. Jadi sudah seyogyanya jika siswa kelas III bisa menulis
kalimat berdasarkan gambar sebagai bekal untuk memasuki jenjang kelas
berikutnya. Akan tetapi dalam kenyatanya masih ada beberapa siswa yang
belum bisa menulis kalimat berdasarkan gambar dengan baik. Hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam menulis kalimat sesuai gambar
tidak lengkap, monoton dan tidak runtut.
Kedua, dalam GBPP Bahasa Indonesia digariskan bahwa siswa harus
terampil berbahasa untuk meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar dan
memperluas wawasan. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan
meningkatkan kemampuan menyusun kalimat. Melalui kegiatan menulis siswa
dilatih agar dapat menuangkan gagasan, perasaan dan pengalaman dalam
bahasa tulis.
10
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terpadu.
Dalam hal ini, aspek pembelajaran menulis tidak terpaku pada kegiatan
menulis saja tetapi dipadukan dengan keterampilan berbicara. Selain itu dalam
pendekatan ini berusaha memadukan antara kehidupan siswa dalam bidang
bahasa dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Adapun penggunaan pendekatan terpadu didasarkan pada alasan
bahwa pada masa anak-anak, terutama anak usia sekolah dasar kelas rendah
merupakan usia dimana anak masih menerapkan pola pikir yang menyeluruh
(holistik) sehingga dalam pembelajaran harus memperhatikan minat dan
kemampuan siswa.
C. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan meliputi :
1. Studi Awal Kampus.
Tahap ini merupakan tahap awal pemerolehan kasus. Dalam hal ini
peneliti mendapatkan data ketika selesai mngajar. Peneliti mendata proses
dan hasil menulis pada siswa kelas III SD Koalisi Nasional Ngalian 01, 03,
07. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil pembelajaran menulis siswa,
terungkap bahwa masih ada beberapa siswa yang masih belum bisa
menulis kalimat sesuai gambar secar baik.
11
D. SUMBER DATA
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas III SD
Kualisi Nasional Ngaliyan 01, 03, 07.
Adapun siswa yang di opserfasi secara khusus dalam penelitian ini ada
dua siswa. Kedua siswa tersebut adalah Adi dan Amar. Kedua siswa ini dipilih
karena dari analisis hasil menulis pratindakan, kemampuan menulis kedua
siswa ini masih rendah.
F. INSTRUMEN PENILAIAN
Untuk mengukur keberhasilan penelitian digunakan instrumen proses
dan instrumen hasil. Instrumen proses digunakan untuk mendata siswa selama
13
Skala penilayan.
76 – 90 = A = baik
61 – 75 = B = sedang
< 60 = C = kurang
14
2
Keruntutan kalimat.
3
Variasi kalimat.
Skala penilayan.
76 – 90 = A = baik
61 – 75 = B = sedang
< 60 = C = kurang
15
BAB IV
PAPARAN HASIL
A. HASIL PERENCANAAN KEGIATAN
1. Hasil Studi Awal.
Pada pengambilan data awal, peneliti mendapatkan data ketika
mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III dengan aspek
pembelajaran menulis cerita berdasarkan gambar. Pada proses
pembelajaran ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis
kalimat sesuai gambar. Langkah pembelajaran yang diambil adalah guru
membagikan gambar-gambar lomba anak-anak untuk ditulis dibuat cerita.
Kemudian guru menyuruh beberapa siswa maju dan menceritakan gambar
tersebut dalam beberapa kalimat. Setelah beberapa siswa maju sambil
bercerita kemudian siswa diarahkan untuk membuat cerita berdasarkan
gambar menggunakan bahasa tulis. Selama siswa menulis, guru
memberikan arahan dan bimbingan sambil sesekali mengingatkan agar
siswa tidak ramai. Selesai menulis, siswa mengumpulkan hasil
pekerjaannya lalu mengoreksi hasil pekerjaannya.
Dari hasil pekerjaan siswa terlihat bahwa masih ada beberapa
siswa yang belum bisa mengembangkan keterampilan menulis kalimat
sesuai gambar. Hal ini didiskripsikan dengan penggambaran informasi
kurang rinci, penyampaian informasi dalam menulis kalimat sesuai
gambar kurang lengkap, monotan dan tidak runtut.
16
B. HASIL PENELITIAN
1. Hasil Penelitian Tahap Pertama
Pada tahap pertama penelitian dilakukan, focus pembelajaran
diutamakan pada kemampuan siswa untuk menulis kalimat sesuai gambar
secara lengkap dan runtut. Metode yang digunakan adalah curah pendapat
dan Tanya jawab. Metode ini digunakan untuk membangkitkan
pengetahuan awal siswa melalui penyajian gambar. Bimbingan guru
17
makan dan Amar mendapat gambaar orang mandi. Setelah itu siswa
disuruh maju satu persatu untuk bercerita tentang gambar yang
19
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan bimbingan yang dilakukan oleh
peneliti terhadap proses pembelajaran menulis kalimat sesuai gambar dengan
pendekatan terpadu siswa kelas III SD Kualisi Nasional Ngaliyan 01, 03, 07
disimpulkan bahwa :
1. Proses pembelajaran menulis kalimat sesuai gambar dengan pendekatan
terpadu dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan siswa menyusun kalimat sudah lengkap,
runtut dan lebih bervariasi.
2. Keterampilan peneliti dalam menggunakan pendekatan terpadu
pembelajaran menulis kalimat sesuai gambar dapat meningkat.
B. SARAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam usaha menigkatkan mutu proses pembelajaran menulis
kalimat sesuai gambar. Sehubungan dengan hal ini, ada beberapa hal yang
dapat peneliti sarankan yaitu :
1. Pembelajaran menulis kalimat sesuai gembar di SD hendaknya
menerapkan pendekatan terpadu.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Seorang penutur asing tidak akan mungkin terampil menulis kalau hanya
menguasai satu atau dua komponen saja di antara ketiga komponen tersebut. Betapa
banyak penutur asing yang menguasai bahasa Indonesia secara tertulis tetapi tidak
dapat menghasilkan tulisan karena tidak tahu apa yang akan ditulis dan bagaimana
menuliskannya. Betapa banyak pula penutur asing yang mengetahui banyak hal untuk
ditulis dan tahu pula menggunakan bahasa tulis tetapi tidak dapat menulis karena
tidak tahu caranya. Dalam makalah ini akan dibahas model pengajaran menulis
bahasa Indonesia bagi penutur asing tingkat lanjut khususnya mereka yang belajar
berbagai ilmu di Indonesia.
Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah. Untuk memulai
menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi seorang penulis yang terampil.
Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk mempraktikkannya tidak cukup sekali
dua kali. Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam
bidang tulis-menulis.
Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai menulis. Artinya, kapan pun, di
mana pun, dan dalam situasi yang bagaimana pun seorang penutur asing yang belajar
di Indonesia dapat melakukannya. Ketakutan akan kegagalan bukanlah penyebab
yang harus dipertahankan. Itulah salah satu kiat, teknik, dan strategi yang ditawarkan
oleh David Nunan (1991: 86—90) dalam bukunya Language Teaching Methodology.
Dia menawarkan suatu konsep pengembangan keterampilan menulis yang meliputi:
(1) perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan, (2) menulis sebagai suatu
proses dan menulis sebagai suatu produk, (3) struktur generik wacana tulis, (4)
perbedaan antara penulis terampil dan penulis yang tidak terampil, dan (5) penerapan
keterampilan menulis dalam proses pembelajaran.
Pertama, perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan tampak pada fungsi
dan karakteristik yang dimiliki oleh keduanya. Namun demikian, yang patut
diperhatikan adalah keduanya harus memiliki fungsi komunikasi. Dari sudut pandang
inilah dapat diketahui sejauh mana hubungan antara bahasa lisan dan bahasa tulis,
sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan komunikasi.
Dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan
adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada
bahasa tadi, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami
dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh dan lebih mendalam. Akibatnya,
sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia kadang-kadang tidak terampil menggunakan
bahasanya sendiri dibandingkan dengan orang asing yang belajar bahasa Indonesia.
Hal ini merupakan suatu kelemahan yang tidak kita sadari.
Ketiga, struktur generik wacana dari masing-masing jenis karangan (tulisan) tidak
menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hanya saja pada jenis karangan narasi
menunjukkan struktur yang lengkap, yang meliputi orientasi, komplikasi, dan
resolusi. Hal ini menjadi ciri khas jenis karangan/tulisan ini.
Kelima, sekurang-kurangnya ada tiga proses menulis yang ditawarkan oleh David
Nunan, yakni: (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap perbaikan.
Untuk menerapkan ketiga tahap menulis tersebut diperlukan keterampilan
memadukan antara proses dan produk menulis.
Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat,
merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca.
Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar
yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara
tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada pikiran,
organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur kalimat (McCrimmon, 1967:
122).
Dari kedua pendekatan pengajaran menulis seperti tertera pada bagan di atas
dapat diketahui kelemahan dan keunggulannya. Pada pendekatan tradisional,
pengajar memberikan topik tulisan dan setelah pembelajar mengerjakan tugas tersebut
selama setengah atau tiga per empat jam (satu jam pelajaran), pengajar
mengumpulkan pekerjaan pembelajar untuk dievaluasi. Dengan model pembelajaran
seperti ini biasanya hanya sedikit saja pembelajar yang dapat menghasilkan tulisan
yang baik. Sebagian besar pembelajar biasanya hanya menghasilkan tulisan yang
kurang baik. Pengalaman di lapangan dalam memberikan proses pembelajaran
terhadap penutur asing menunjukkan bahwa kadang-kadang mereka hanya dapat
menghasilkan beberapa kalimat saja. Dalam kondisi semacam ini pembelajar tidak
mempelajari bagaimana cara menulis. Mereka dihadapkan pada tugas sulit yang harus
mereka kerjakan tanpa memperoleh penjelasan mengenai cara mengatasi kesulitan
yang mereka hadapi.
Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir
divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat) (Supriadi, 1997). Menulis tidak
ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak gagasan dalam menuliskannya.
Kendatipun secara teknis ada kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud
yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam
mengungkapkan gagasan. Banyak orang mempunyai ide-ide bagus di benaknya
sebagai hasil dari pengamatan, penelitian, diskusi, atau membaca. Akan tetapi, begitu
ide tersebut dilaporkan secara tertulis, laporan itu terasa amat kering, kurang
menggigit, dan membosankan. Fokus tulisannya tidak jelas, gaya bahasa yang
digunakan monoton, pilihan katanya (diksi) kurang tepat dan tidak mengena sasaran,
serta variasi kata dan kalimatnya kering.
Ketiga, tahap iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi atau insight, yaitu
gagasan datang seakan-akan tiba-tiba dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini,
apa yang telah lama kita pikirkan menemukan pemecahan masalah atau jalan keluar.
Iluminasi tidak mengenal tempat atau waktu. Ia bisa datang ketika kita duduk di kursi,
sedang mengendarai mobil, sedang berbelanja di pasar atau di supermarket, sedang
makan, sedang mandi, dan lain-lain.
Jika hal-hal itu terjadi, sebaiknya gagasan yang muncul dan amat dinantikan itu
segera dicatat, jangan dibiarkan hilang kembali sebab momentum itu biasanya tidak
berlangsung lama. Tentu saja untuk peristiwa tertentu, kita menuliskannya setelah
selesai melakukan pekerjaan. Jangan sampai ketika kita sedang mandi, misalnya,
kemudian keluar hanya untuk menuliskan gagasan. Agar gagasan tidak menguap
begitu saja, seorang pembelajar menulis yang baik selalu menyediakan ballpoint atau
pensil dan kertas di dekatnya, bahkan dalam tasnya ke mana pun ia pergi.
Keempat, tahap terakhir yaitu verifikasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari
tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus
tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu
ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal yang
peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa
menghilangkan esensinya. Jadi, pada tahap ini kita menguji dan menghadapkan apa
yang kita tulis itu dengan realitas sosial, budaya, dan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat.
D. Proses Pembelajaran Menulis
Ketiga kegiatan tersebut tidak merupakan tahap-tahap yang linear, karena penulis
terus-menerus memantau tulisannya dan bergerak maju mundur (Zuchdi, 1997: 6).
Peninjauan kembali tulisan yang telah dihasilkan ini dapat dianggap sebagai
komponen keempat dalam proses menulis. Hal inilah yang membantu penulis dapat
mengungkapkan gagasan secara logis dan sistematis, tidak mengandung bagian-
bagian yang kontradiktif. Dengan kata lain, konsistensi (keajegan) isi gagasan dapat
terjaga.
1.Tahap Pramenulis
Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah sebagai berikut:
3. Tahap Merevisi
Yang perlu dilakukan oleh pembelajar pada tahap merevisi tulisan ini adalah
sebagai berikut:
4. Tahap Menyunting
Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh pembelajar adalah
sebagai berikut:
Dalam kegiatan penyuntingan ini, sekurang-kurangnya ada dua tahap yang harus
dilakukan. Pertama, penyuntingan tulisan untuk kejelasan penyajian. Kedua,
penyuntingan bahasa dalam tulisan agar sesuai dengan sasarannya (Rifai, 1997: 105
—106). Penyuntingan tahap pertama akan berkaitan dengan masalah komunikasi.
Tulisan diolah agar isinya dapat dengan jelas diterima oleh pembaca. Pada tahap ini,
sering kali penyunting harus mereorganisasi tulisan karena penyajiannya dianggap
kurang efektif. Ada kalanya, penyunting terpaksa membuang beberapa paragraf atau
sebaliknya, harus menambahkan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf untuk
memperlancar hubungan gagasan. Dalam melakukan penyuntingan pada tahap ini,
penyunting sebaiknya berkonsultasi dan berkomunikasi dengan penulis. Pada tahap
ini, penyunting harus luwes dan pandai-pandai menjelaskan perubahan yang
disarankannya kepada penulis karena hal ini sangat peka. Hal-hal yang berkaitan
dengan penyuntingan tahap ini adalah kerangka tulisan, pengembangan tulisan,
penyusunan paragraf, dan kalimat.
Bentuk tulisan narasi dipilih jika penulis ingin bercerita kepada pembaca. Narasi
biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Akan tetapi, narasi dapat juga
ditulis berdasarkan pengamatan atau wawancara. Narasi pada umumnya merupakan
himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian.
Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang terlibat dalam suatu atau berbagai
peristiwa.
Bentuk tulisan deskripsi dipilih jika penulis ingin menggambarkan bentuk, sifat,
rasa, corak dari hal yang diamatinya. Deskripsi juga dilakukan untuk melukiskan
perasaan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya. Penggambaran itu
mengandalkan pancaindera dalam proses penguraiannya. Deskripsi yang baik harus
didasarkan pada pengamatan yang cermat dan penyusunan yang tepat. Tujuan
deskripsi adalah membentuk, melalui ungkapan bahasa, imajinasi pembaca agar dapat
membayangkan suasana, orang, peristiwa, dan agar mereka dapat memahami suatu
sensasi atau emosi. Pada umumnya, deskripsi jarang berdiri sendiri. Bentuk tulisan
tersebut selalu menjadi bagian dalam bentuk tulisan lainnya.
Penyuntingan tahap kedua berkaitan dengan masalah yang lebih terperinci, lebih
khusus. Dalam hal ini, penyunting berhubungan dengan masalah kaidah bahasa, yang
mencakup perbaikan dalam kalimat, pilihan kata (diksi), tanda baca, dan ejaan. Pada
saat penyunting memperbaiki kalimat dan pilihan kata dalam tulisan, ia dapat
berkonsultasi dengan penulis atau langsung memperbaikinya. Hal ini bergantung pada
keluasan permasalahan yang harus diperbaiki. Sebaliknya, masalah perbaikan dalam
tanda baca dan ejaan dapat langsung dikerjakan oleh penyunting tanpa
memberitahukan penulis. Perbaikan dalam tahap ini bersifat kecil, namun sangat
mendasar.
5. Tahap Berbagi
Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing) atau publikasi.
Pada tahap berbagi ini, pembelajar:
Daftar Pustaka
Nunan, David. (1991). Language Teaching Methodology. New York: Prentice Hall.
Setelah selesai, maka langkah selanjutnya adalah memilih lokasi yang tepat. Setelah
program Azan Times berjalan, ikuti langkah singkat berikut :
Jika dengan pilihan diatas masih berbeda beberapa menit dengan waktu setempat,
maka kita bisa menyesuaikan melalui menu Penambahan atau pengurangan menit (
Setting > Minutes Adjustment ).