Professional Documents
Culture Documents
STOIKIOMETRI
Salah satu aspek penting dari reaksi kimia adalah hubungan kuantitatif
antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun
sebagai hasil reaksi. Stoikiometri merupakan bagian dari ilmu kimia yang
mempelajari hubungan kuantitatif zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia.
Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom dalam suatu rumus kimia,
misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H2O. Jumlah dan
jenis atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama. Kata stoikiometri berasal dari
bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan metron yang berarti
mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias Benjamin Richter (1762-1807)
adalah orang yang pertama kali mengemukakan prinsip-prinsip dasar stoikiometri.
Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan
kuantitatif atau pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang satu dengan
yang lain.
Mengapa perlu mempelajari stoikiometri? Mempelajari ilmu kimia tidak
bisa dipisahkan dari melakukan percobaan di laboratorium. Biasanya di
laboratorium kita mereaksikan sejumlah gram zat A untuk menghasilkan sejumlah
gram zat B. Pertanyaan yang sering muncul adalah jika kita memiliki sejumlah
gram zat A, berapa gramkah zat B yang akan dihasilkan? Untuk menjawab
pertanyaan itu kita memerlukan stoikiometri.
1
Massa molekul unsur atau senyawa dinyatakan dengan ”Mr”. Massa molekul
relatif adalah perbandingan massa molekul unsur atau senyawa terhadap 1/12 x
massa atom C-12. Untuk menghitung massa molekul relatif maka kita harus
menjumlahkan massa atom relatif dari semua atom penyusun molekul tersebut.
Apabila terdapat koefisien ataupun subskrip maka dikalikan dengan massa atom
relatifnya.
Pengukuran dengan spektrometer massa menunjukkan bahwa massa 1
atom C-12 adalah 1,99268 x 10-23 gram, karena angka tersebut sangat kecil maka
ditetapkan suatu satuan massa yaitu massa unit atom (amu) atau satuan massa
atom (sma), dimana 1 amu bernilai sebesar 1,66 x 10-24 gram.
Satu atom helium memiliki massa 4 amu dan satu atom nitrogen memiliki
massa 14 amu. Perbandingan dari massa atom helium dengan nitrogen adalah 4 :
14 = 2 : 7. Jika kita bandingkan massa 10 atom helium dan massa 10 atom
nitrogen maka kita masih saja akan mendapatkan perbandingan 2 : 7.
2
Salah satu cara untuk menghitung massa zat adalah dengan menghitung
jumlah masing-masing partikel yang terdapat di dalam zat itu. Kita dapat
menghitung jumlah partikel jika kita mengetahui batasan angka yang mewakili
partikel tersebut.
Dalam satuan sistem internasional (SI) satuan untuk atom, ion, dan
molekul adalah ”mol”. Satu mol zat adalah jumlah zat yang mengandung partikel
elementer (atom, molekul, dan ion) sebanyak bilangan Avogadro (L) yaitu 6,02 x
1023 partikel.
Hubungan antara massa unit atom dengan mol yaitu massa satu mol atom
sama dengan massa atom relatif (Ar) atom tersebut dalam gram. Sebagai contoh,
besi memiliki massa atom relatif 55,854 sehingga 1 mol besi memiliki massa
55,854 gram.
Satu mol dari molekul diatomik seperti nitrogen mengandung 6,02 x 1023
molekul nitrogen. Satu mol dinitrogen tetraoksida N2O4 dan satu mol sukrosa
C12H22O11, keduanya sama-sama mengandung 6,02 x 1023 molekul senyawa.
Begitu juga dengan senyawa ion juga mengandung bilangan Avogadro.
Contoh :
Berapa banyak ion fluorida di dalam 1,46 mol aluminium fluorida ?
Jawab:
Satu mol = 6,02 x 1023 partikel, sehingga 1,46 mol aluminium fluorida
mengandung 8.7892 x 1023 partikel. Dalam senyawa aluminium fluorida terdapat
tiga ion fluorida berdasarkan persamaan reaksi :
AlF3 Al3+ + 3F-
Maka :
1,46 mol AlF3 mengandung 3 x 1,46 mol x 6,02 x 1023 partikel/mol = 26,3676 x
1023 partikel
3
jika kita ingin mengurangi konsentrasi larutan maka kita harus menambahkan
jumlah zat pelarut atau mengurangi jumlah zat terlarut.
Jika zat terlarut tidak dapat larut lagi di dalam pelarut, maka larutan ini
dikatakan jenuh. Jika zat terlarut masih ditambahkan ke dalam larutan yang jenuh
maka zat tersebut tidak akan dapat larut lagi. Penjenuhan bergantung pada banyak
faktor seperti temperatur lingkungan, jenis zat pelarut dan jenis zat terlarut.
Terlarut Konsentrasi
1.4.2 Molaritas
Larutan satu molar (M) adalah larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut
dalam 1 liter larutan
Jumlah mol zat terlarut
Molaritas =
Volume larutan
n
M =
V
4
Sebagai contoh : 4 liter larutan mengandung 2 mol zat terlarut sehingga
molaritasnya sebesar 0,5 M. Molaritas biasanya digunakan untuk menyatakan
besarnya konsentrasi untuk larutan. Sebagai contoh :
Berapa Molaritas dari 5 liter larutan yang mengandung 10 mol KBr ?
Jumlah mol zat terlarut
Molaritas = -----------------------------
Volume larutan
Diketahui :
Jumlah mol zat terlarut = 10 mol
Volume larutan = 5 liter
10 mol KBr
Molaritas = -------------------- = 2 M
5 Liter larutan
1.4.3 Pengenceran
Pengenceran adalah penambahan zat pelarut ke dalam suatu larutan. Pada
pengenceran, jumlah mol zat terlarut tetap, tetapi volume larutan bertambah. Oleh
karena itu, kemolaran larutan berkurang.
Jumlah mol zat terlarut sebelum diencerkan = jumlah mol zat terlarut sesudah
diencerkan
Jika larutan diencerkan dari V1 menjadi V2, molaritas larutan berubah
sesuai dengan persamaan di bawah ini :
M1 x V1 = M2 x V2
Pada persamaan ini M1 dan V1 merupakan keadaan awal sedangkan M2
dan V2 merupakan keadaan akhir.
Contoh: Buatlah larutan 0,4M MgSO4 sebanyak 100mL dari larutan 2,0M MgSO4
Jawab:
Gunakan persamaan untuk menghitung volume 2 M MgSO4.
Diketahui :
M1 = 2 M M2 = 0,4 M
V1 = ? V2 = 100mL
M1 x V1 = M2 x V2
M2 x V2
V1 =
5
M1
0,4 M x 100 ml
V1 = = 20 mL
2,0 M
1.4.4 Molalitas
Larutan satu molal (m) adalah larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut
dalam 1 kilogram pelarut
Σ n zat terlarut
Molalitas (m) =
Kilogram pelarut
Sebagai contoh : 1 mol zat terlarut dilarutkan dalam 2 kilogram pelarut
sehingga didapatkan molalitasnya adalah 0,5 mol/kg. Larutan ini bisa dikatakan
0,5 molal. Massa molar pelarut tidak perlu diketahui bila kita ingin membuat
larutan yang molalitasnya sudah diketahui.
nt
Xt =
nt + np
np
Xp =
nt + np
6
jumlah massa semua zat
massa atom A
% atom A = x 100%
massa molekul senyawa
Perhatikan persentase dari zat berikut yaitu : tembaga dan natrium klorida.
Untuk tembaga persentasenya adalah 100 % Cu karena terdiri dari 1 unsur.
Natrium klorida terdiri dari 2 unsur yaitu natrium dan klorida. Maka persentase
dari natrium di dalam senyawa natrium klorida adalah :
23 amu x 100 % = 34,9 %
(23 + 35,5 ) amu
Contoh :
Berapakah kadar C dan N dalam urea (CO(NH2)2)?
Dimana, Ar C = 12 ; N = 4 ; O = 16 ; dan H = 1.
Jawab:
1 mol urea mengandung 1 atom C, 1 atom O, 2 atom N dan 4 atom H.
Mr urea = 12 + 16 + 28 + 4 = 60
Kadar C = x 100 % = 20 %
7
1.4.8 Persentase Massa-Volume
Persentase massa-volume (seringkali disingkat dengan % m/v atau % w/v)
menyatakan jumlah massa zat terlarut dalam gram di dalam 100 mL larutan.
Persentase massa-volume sering digunakan untuk larutan yang zat terlarutnya
berbentuk padat dan kemudian dilarutkan ke dalam cairan. Sebagai contoh, 40 %
w/v larutan gula mengandung 40 gram gula per 100 mL larutan.
volume A
% volume A = x 100%
volume larutan
1.4.10 Normalitas
Jenis konsentrasi ini biasanya untuk kimia lingkungan, seperti garam di
dalam larutan, garam terpecah menjadi atom-atom yang reaktif (ion seperti H+,
Fe3+ atau Ag+). Normalitas merupakan ukuran dari unsur yang reaktif di dalam
larutan.
Normalitas = n eqivalen/1 L larutan Atau
Normalitas = n x M
(dimana n adalah jumlah ion yang reaktif)
Satu normal adalah 1 gram ekivalen dari zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Definisi 1 gram ekivalen bergantung pada jenis reaksi kimia yang terjadi, reaksi
kimia tersebut bisa saja asam, basa, reaksi redoks dan pengionan.
Normalitas merupakan ukuran untuk ion tunggal yang merupakan bagian
dari zat terlarut. Sebagai contoh, kita dapat menentukan normalitas dari ion OH-
8
atau ion Na+ dari larutan NaOH, tetapi kita tidak dapat menentukan normalitas
dari NaOH. Asam sulfat (H2SO4), normalitas dari ion H+ adalah 2 atau molaritas
dari asam sulfat adalah 1, sama juga dengan H3PO4 yang memilki harga
normalitas 3 karena mengandung 3 ion H+.
Ada 3 definisi dari normalitas yang tergantung pada jenis reaksi yang
terjadi :
1. Di dalam reaksi asam-basa, normalitas digunakan untuk menunjukkan
jumlah proton atau ion hidroksida di dalam larutan.
2. Di dalam reaksi redoks, normalitas sebagai jumlah dari agen pereduksi
atau agen pengoksidasi yang dapat menerima atau melepaskan 1 elektron.
3. Di dalam reaksi pengendapan, normalitas menyatakan konsentrasi ion
yang mengendap.
Normalitas seringkali digunakan di dalam titrasi dimana dua zat yang
bereaksi diketahui normalitasnya maka akan didapatkan persamaan kimia sebagai
berikut :
Na Va = Nb Vb
9
gram dari senyawa kimia adalah massa dari 1 mol senyawa tersebut, maka 1 mol
SO3 memiliki massa 80,1 gram. Massa molekul dalam gram dapat dihitung
dengan menjumlahkan massa atom penyusunnya dalam gram.
Contoh : Berapa gram massa molekul dari hidrogen peroksida, H2O2 ?
Jawab
Rumus molekul hidrogen peroksida adalah H2O2 artinya dalam senyawa H2O2
terdapat 2 mol hidrogen dan 2 mol oksigen. Kita dapat menghitung mol atom
menjadi gram dengan mengetahui massa atom masing-masing unsur. 1 mol H = 1
gram dan 1 mol O = 16 gram. Kita dapat menjumlahkan massa atom dari masing-
masing unsur untuk mendapatkan massa molekul.
2 mol H x 1 gram H = 2 g H
2 mol O x 16 gram O = 32 g O
Massa molekul (gram) = 34 g
10
liter dan mengandung 6,02 x 1023 partikel.Jumlah ini diketahui dari volume molar
dari gas.
Contoh: Tentukan volume 0,6 mol SO2 dalam keadaan STP ?
Jawab:
Satu mol SO2 sama dengan 22,4 L SO2. Maka:
Volume SO2 = n SO2 x 22,4 L/mol
= (0,6 x 22,4) L
= 13,4 L SO2
X + 2Y...... ......XY2
11
1.5 Hukum-Hukum Dasar Kimia
1.5.1 Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
Hukum kekekalan massa menyatakan bahwa "jumlah massa zat-zat
sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap". Hukum kekekalan massa ini didasarkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Antoine Laurent Lavoisier, seorang ahli
kimia Perancis, pada tahun 1789.
Contoh:
hidrogen + oksigen hidrogen oksida
4 gram 32 gram 36 gram
12
Kadar C = (m C / m CaCO3) x 100%
= (6 gr : 50 gr) x 100 %
= 12%
13
n1 = n2 dan T1 = T2 ; sehingga diperoleh : P1 V1 = P2 V2
Contoh:
Berapa tekanan dari 0 5 mol O2 dengan volume 10 liter jika pada
temperatur tersebut 0.5 mol NH3 mempunyai volume 5 liter dengan
tekanan 2 atmosfir ?
Jawab:
P1 V1 = P2 V2
2 atm x 5 L = P2 x 10 L
P2 = 1 atm
b) Hukum Gay-Lussac
Hukum Gay-Lussac menyatakan bahwa "Volume gas-gas yang bereaksi dan
volume gas-gas hasil reaksi bila diukur pada suhu dan tekanan yang sama, akan
berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana".
Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku :
V1 / V2 = n1 / n2
Contoh:
Hitunglah massa dari 10 liter gas nitrogen (N2) jika pada kondisi tersebut 1 liter
gas hidrogen (H2) massanya 0.1 g.
Diketahui: Ar untuk H = 1 gr/mol dan N = 14 gr/mol
Jawab:
V1/V2 = n1/n2
(10/1) L = (x/28 gr/mol)/(0.1 / 2) mol
x = 14 gram
Jadi massa gas nitrogen = 14 gram.
14
Contoh:
Berapa volume 8.5 gram amoniak (NH3) pada suhu 27o C dan tekanan 1 atm ?
(Ar: H = 1 ; N = 14)
Jawab:
d) Hukum Avogadro
Menurut Avogadro:
“Gas-gas yang volumenya sama, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama,
akan memiliki jumlah molekul yang sama pula”
Ternyata perbandingan volume gas dalam suatu reaksi sesuai dengan koefisien
reaksi gas-gas tersebut. Hal ini berarti jika volume salah satu gas diketahui, maka
volume gas yang lain dapat ditentukan dengan cara membandingkan koefisien
reaksinya.
Contohnya:
• Pada reaksi pembentukkan uap air.
.2 H2 (g) + O2 (g) 2 H2O (g)
Jika volume gas H2 yang diukur pada suhu 25oC dan tekanan 1 atm adalah 10 liter,
maka volume gas O2 dan H2O pada tekanan dan suhu yang sama dapat ditentukan
dengan cara sebagai berikut :
Volume H2 : Volume O2 = Koefisien H2 : Koefisien O2
......
15
Volume O2 = ½ x 10 L = 5 Liter
• Tentukan volume H2O?
Jawab: Volume H2O = 2/2 x 10 L = 10 Liter
16
Rumus Molekul = (Rumus Empiris)n
Mr Rumus Molekul = n x (Mr Rumus Empiris)
Sebagai contoh : senyawa N2O4 dapat dijadikan dalam perbandingan yang
sederhana yaitu 1:2 menjadi NO2. Hampir sama dengan benzena dengan rumus
molekul C6H6 yang memiliki rumus empiris CH karena perbandingannya 1 : 1
17
Contoh: bilangan oksidasi senyawa NH4+ = +1 sedangkan bilangan oksidasi
senyawa NO32- = -2
6. Bilangan oksidasi Hidrogen dalam senyawa = +1
kecuali dalam hidrida = -1
18
Semua persamaan kimia yang telah dituliskan belum tentu jumlahnya
benar. Agar suatu reaksi kimia benar maka harus disetarakan terlebih dahulu.
Pada persamaan kimia yang telah disetarakan jumlah masing-masing unsur dalam
persamaan tersebut adalah sama. Ini berdasarkan pada hukum kekekalan massa.
Kadang-kadang ketika kita menuliskan rumus dari reaktan atau produk di
dalam persamaan, persamaan tersebut telah setara. Ini benar untuk reaksi di
bawah ini :
C(s) + O2(g) CO2(g)
Persamaan itu telah setara. Satu atom karbon dan 2 atom oksigen pada
masing-masing sisi. Karbon juga dapat bereaksi dengan oksigen dan
menghasilkan karbon monoksida.
C(s) + O2(g) CO(g)
Reaksi di atas adalah benar tetapi tidak setara dan tidak mengikuti hukum
kekekalan massa. Untuk menyatarakan suatu reaksi maka syarat-syaratnya
sebagai berikut :
1. Pertama tentukan dahulu yang mana sebagai reaktan dan yang mana
sebagai produk yang bereaksi. Reaktan dituliskan di sebelah kiri dan produk
dituliskan di sebelah kanan dan letakkan tanda panah diantara reaktan dan
produk jika terdapat lebih dari satu reaktan atau produk maka pisahkan
dengan tanda +
2. Tuliskan rumus kimia dari reaktan dan produk.
3. Hitung jumlah atom dari reaktan dan produk. Ion poliatom dihitung
sebagai masing-masing unsurnya sebagai ion tunggal.
4. Setarakan masing-masing unsur dengan menambahkan koefisien.
Koefisien adalah angka yang ditambahkan di depan unsur yang ada di dalam
persamaan kimia. Ketika tidak ada koefisien yang ditulis maka dapat
dikatakan koefisiennya 1, baiknya dimulai dari unsur selain hidrogen atau
oksigen. Kedua unsur ini biasanya digunakan di dalam persamaan lebih dari
dua kali. Anda tidak boleh mengubah subskripnya.
5. Periksa jumlah masing-masing atom atau ion poliatom untuk meyakinkan
kembali bahwa persamaan kimia telah setara.
19
6. Terakhir, pastikan bahwa koefisien yang digunakan menggunakan
perbandingan yang terkecil.
2. TERMOKIMIA
2.1 Energi
Energi berasal dari bahasa Yunani yang berarti “kerja di dalam”. Kerja
dilakukan ketika materi dipindahkan atau digerakkan. Energi adalah kapasitas
untuk melakukan kerja. Objek dapat melakukan kerja karena memiliki energi
potensial dan energi kinetik. Contohnya air yang ada di puncak sebuah bendungan
memiliki energi potensial karena posisinya dan adanya gaya gravitasi bumi. Oleh
karena itu air memiliki kapasitas untuk melakukan kerja. Ketika air kita biarkan
mengalir melalui pipa ke tingkat yang lebih rendah maka energi potensial diubah
menjadi energi kinetik.
Energi kinetik memiliki rumus sebagai berikut :
Ek = ½ mv2 2.1)
Jika massa dalam kilogram dan kecepatan dalam m/s maka satuan energi
kinetik adalah :
(kg) x (m/s)2 = Kg m2 s-2 atau dikenal dengan satuan Joule.
sedangkan kerja dirumuskan oleh persamaan berikut :
Kerja = gaya x jarak 2.2)
2.2.1 Sistem
20
Sistem adalah bagian dari alam yang kita pelajari, sistem bisa jadi larutan
yang ada di dalam beker ataupun gas yang ada dalam tabung. Lingkungan adalah
bagian yang ada di luar sistem. Interaksi mengacu kepada pertukaran energi
ataupun materi atau keduanya antara sistem dan lingkungan.
Ada 3 jenis sistem. Sistem terbuka bereaksi langsung dengan
lingkungannya dan terjadi pertukaran energi ataupun materi. Secangkir kopi panas
merupakan contoh dari sistem terbuka. Pada sistem tertutup terjadi pertukaran
energi tetapi tidak terjadi pertukaran materi. Sebagai contoh sebotol teh yang
tertutup yang kita letakkan di bawah sinar matahari sedangkan sistem terisolasi
tidak terjadi pertukaran energi maupun materi dengan lingkungannya.
21
Luas permukaan dan tinggi merujuk kepada perubahan volume gas yang dapat
disimbolkan dengan ΔV. Secara matematis kita dapat menulis
ΔV = Vakhir - Vawal
sehingga rumus pada persamaan 2.3 menjadi :
Kerja = tekanan x perubahan volume
= P ΔV
Kerja = - P ΔV 2.4)
Ketika gas diperluas maka ΔV positif dan kerja menjadi negatif. Tanda
negatif berarti sistem kehilangan energi dan energi pindah dari sistem ke
lingkungan. ketika gas dimampatkan oleh lingkungannya maka ΔV negatif dan
kerja menjadi positif dan ini berarti sistem menerima energi.
2.3 Energi Dalam (U), Fungsi keadaan dan Hukum Pertama Termodinamika
Energi dalam adalah fungsi keadaan. Keadaan sistem mengacu kepada
keadaan yang ada, yang ditentukan oleh jenis materi, struktur materi pada tingkat
molekul, suhu dan tekanan awal. Fungsi keadaan adalah sifat yang bergantung
pada keadaan yang ada dari sistem dan tidak bergantung pada bagaimana sistem
mencapainya.
Panas dan kerja bukan fungsi keadaan karena panas dan kerja tidak
terdapat dalam sistem melainkan hanya jumlah energi yang kita amati ketika
sistem berubah dari satu keadaan ke keadaan lainnya.
Perubahan energi dalam antara keadaan awal dan keadaan akhir yaitu :
Keadaan awal keadaan akhir
ΔU = Uakhir – Uawal 2.5)
22
terjadi seperti panas dan kerja. Hal ini dikenal sebagai hukum pertama
termodinamika dan secara matematis dapat ditulis :
ΔU = q + w 2.6)
panas panas
Penurunan suhu
panas Tidak ada panas Penurunan suhu panas
ΔT perubahan suhu
ΔT
ΔT= 0 panas
sistem
sistem sistem
panas panas
24
ΔU = q + w 2.8)
ΔU = q + 0 2.9)
Panas reaksi sama dengan ΔU untuk reaksi ini. Panas reaksi pada volume
konstan disimbolkan sebagai qv (subkrip v menandakan bahwa volume tetap
konstan).
ΔU = qv 2.10)
Panas reaksi sama dengan ΔU untuk reaksi ini. Panas reaksi pada volume
konstan disimbolkan sebagai qp. Kemudian kita dapat mengganti - P ΔV untuk w,
maka hukum pertama termodinamika menjadi :
ΔU = q + w
ΔU = qv - P ΔV
qv = ΔU + P ΔV 2.11)
Ketika reaksi terjadi pada volume konstan semua energi termal dihasilkan
oleh konversi dari energi kimia yang dilepaskan sebagai panas, maka qv = ΔU.
Ketika reaksi terjadi pada tekanan konstan kebanyakan energi termal dilepaskan
juga sebagai panas, tetapi dalam jumlah kecil.
2.3.2 Entalpi
Untuk reaksi yang terjadi pada volume konstan, kita dapat menentukan
ΔU dengan menghitung qv. Walaupun kebanyakan reaksi kimia terjadi pada
tekanan yang konstan tidak pada volume yang konstan. Entalpi didefinisikan
sebagai jumlah energi dalam dan tekanan-volume dari sistem.
H = U + PV
Dari definisi ini kita melihat panas reaksi sebagai perubahan entalpi untuk
proses yang terjadi pada suhu dan tekanan yang konstan.
qv = ΔH = ΔU + P ΔV
Beberapa sifat entalpi, yaitu:
• Entalpi memiliki sifat yang luas. Entalpi sistem bergantung pada jumlah
zat yang ada. Entalpi 2.00 mol CO2 adalah 2 kali entalpi 1.00 mol CO2.
• Entalpi adalah fungsi keadaan. Entalpi sistem bergantung hanya pada
keadaan awal dan akhir dan tidak bergantung pada bagaimana proses
25
mencapainya. Karena U, P dan V adalah fungsi keadaan dan H merupakan
fungsi dari variabel tersebut maka H juga fungsi keadaan
• Perubahan entalpi memiliki nilai yang khas karena entalpi masing-masing
2 keadaan sistem memiliki nilai yang khas. Perbedaan entalpi antara 2
keadaan juga memiliki nilai yang khas. Perubahan entalpi ini sama dengan
panas reaksi qv = ΔH
E
produk
N
T ΔH < 0 negatif
A
L
P Produk ΔH > 0 Positif
I
reaktan
26
kemampuan kita untuk menghitung jumlah panas secara akurat dan mengerti
konsep tentang panas jenis dan kapasitas panas.
ketika kita meningkatkan suhu sistem, suhu akhir Tf lebih tinggi dari pada suhu
awal Ti sehingga ΔT = (Tf - Ti) bernilai positif maka q positif dan panas diserap
27
oleh sistem. Menurunkan suhu sistem berarti Tf lebih kecil daripada Ti, sehingga
ΔT negatif maka q juga negatif dan panas dilepas oleh sistem.
Tabel 2.1. Panas Jenis Beberapa Zat
Zat Panas jenis
Aluminium 0.902
Tembaga 0.385
Etanol 2.46
Besi 0.449
Timbal 0.128
Merkuri 0.139
Perak 0.235
Belerang 0.706
air 4.180
Jika tekanan dan volume di dalam bomb kalorimeter konstan maka ΔV = 0 dan
w = - P ΔV = 0 sehingga panas reaksi yang kita ukur adalah qv, dan qv =
ΔU, maka:
ΔU = qv = qrxn = - qkalorimeter 2.18)
28
konstan). Sebenarnya dalam beberapa keadaan ΔH dan ΔU adalah sama karena
PΔV adalah 0 atau nilainya sangat kecil kecuali pada reaksi yang melibatkan
perubahan yang besar pada sejumlah mol gas.
2.5 Hukum Hess
Untuk mencari perubahan entalpi untuk pembakaran karbon menjadi
karbon monoksida tidak dapat menggunakan bomb kalorimeter .
29
Hitunglah perubahan entalpi untuk reaksi (a), dari data yang didapat dari
persamaan (b), c) dan (d) !
(a) 2 C + 2H2 (g) C2H4 (g) ΔH = ?
(b) C + O2 (g) CO2(g) ΔH = - 393.5 kJ
(c) C2H4 (g) + 3O2 (g) 2CO2 (g) + 2H2O (l) ΔH = - 1410.9 kJ
(d) H2 (g) + ½ O2 (g) H2O (l) ΔH = - 285.8 kJ
Jawab
Pertama kita lihat persamaan (a) yang memiliki 2 C dan pasangkan dengan
persamaan (b) yang hanya memiliki 1 C maka persamaan (b) kita kalikan dengan
2 menjadi :
(b) 2 C + 2 O2 (g) 2CO2(g) ΔH = 2 x (- 393.5 kJ) = - 787.0 kJ
Berikutnya kita lihat C2H4 pada sisi sebelah kanan, maka kita pasangkan
dengan persamaan (c) dan kita perlu untuk membalik persamaan tersebut dan
mengubah tanda nilai ΔH menjadi :
(c) 2CO2 (g) + 2H2O (l) C2H4 (g) + 3O2 (g) ΔH = - (- 1410.9 kJ)
Terakhir, kita lihat persamaan pada unsur 2H2 pada sebelah kanan. Untuk
mendapatkan 2H2 ke dalam persamaan akhir, kita perlu mengalikan persamaan (d)
dan nilai ΔH menjadi :
(d) 2 H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l) ΔH = 2 x (- 285.8 kJ) = - 571.6 kJ
Maka persamaan di atas dapat kita susun menjadi :
(b) 2 C + 2 O2 (g) 2CO2(g) ΔH = 2 x (- 393.5 kJ) = - 787.0 kJ
(c) 2CO2 (g) + 2H2O (l) C2H4 (g) + 3O2 (g) ΔH = - (- 1410.9 kJ)
(d) 2 H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l) ΔH = 2 x (- 285.8 kJ) = - 571.6 kJ
30
menggunakan superskrip simbol derajat (o) untuk menyimbolkan perubahan
entalpi standar. Perubahan entalpi standar disimbolkan ΔHo.
Perubahan entalpi standar pembentukan (ΔHfo) suatu zat adalah perubahan
entalpi yang terjadi dalam pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurnya dimana
produk dan reaktan dalam keadaan standar. Tanda derajat superskrip merupakan
label perubahan entalpi sebagai perubahan entalpi standar dan subskrip f
mengacu pada reaksi dimana senyawa dibentuk dari unsur-unsurnya. Perubahan
entalpi standar pembentukan sering dikenal dengan panas standar pembentukan
atau lebih sederhana dikenal dengan panas pembentukan.
31
Dari tabel entalpi standar pembentukan pada kedua gas yaitu :
(a) ½ N2 (g) + O2 (g) NO2 (g) ΔHo =ΔHfo [NO2(g)] = 33.18 kJ
(b) N2 (g) + 2 O2 (g) N2O4 (g) ΔHo =ΔHfo [N2O4(g)] = 9.16 kJ
Dengan hukum Hess, kita dapat menggabungkan 2 persamaan ini dan
memperoleh persamaan yang kita inginkan. Untuk melakukan ini pertama kita
balik lalu dikalikan 2 selanjutnya dijumlahkan dengan persamaan (b).
32
Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan.
Proses ini selalu disertai perubahan energi. Energi yang dibutuhkan untuk
memutuskan ikatan kimia 1 mol senyawa berwujud gas menjadi atom-atom gas
pada keadaan standar disebut energi ikatan. Untuk molekul kompleks, energi yang
dibutuhkan untuk memecah molekul itu sehingga membentuk atom-atom bebas
disebut energi atomisasi.
Harga energi atomisasi ini merupakan jumlah energi ikatan atom-atom
dalam molekul tersebut. Untuk molekul kovalen yang terdiri dari dua atom seperti
H2, O2, N2 atau HI yang mempunyai satu ikatan maka energi atomisasi sama
dengan energi ikatan. Energi atomisasi suatu senyawa dapat ditentukan dengan
menggunakan entalpi pembentukan senyawa tersebut. Secara matematis hal
tersebut dapat dijabarkan dengan persamaan :
∆ H reaksi = Σ energi pemutusan ikatan – Σ energi pembentukan ikatan
∆ H reaksi = Σ energi ikatan di kiri – Σ energi ikatan di kanan
Contoh:
Diketahui :
energi ikatan:
C - H = 414,5 kJ/Mol
C = C = 612,4 kJ/mol
C - C = 346,9 kJ/mol
H - H = 436,8 kJ/mol
Tabel 2.3. Daftar Energi Ikatan
Energi ikatan (kJ/mol)
Ikatan Tunggal
Ikatan rangkap
33
Ditanya: ∆ H reaksi dari C2H4(g) + H2(g) C2H6(g)
Penyelesaian :
∆ H reaksi = Σ energi pemutusan ikatan – Σ energi pembentukan ikatan
= (4(C-H) + (C=C) + (H-H)) - (6(C-H) + (C-C))
= ((C=C) + (H-H)) - (2(C-H) + (C-C))
= (612.4 + 436.8) - (2 x 414.5 + 346.9)
= - 126,7 kJ
34
q rev
ΔS = 2.21)
T
ΔS = Σ vp x So (produk) - Σ vr x So (reaktan)
35
penguapan. Karena dS merupakan diferensial eksak, maka perubahan entropi
yang terjadi dalam setiap proses atau reaksi adalah :
∆ S = S2 – S1 2.23)
dengan S1 ialah entropi sistem dalam keadaan awal dan S2 ialah entropi sistem
dalam keadaan akhir.
Perhitungan perubahan entropi pada proses fisis untuk proses yang tidak
disertai dengan perubahan fasa.
δ qrev
dS =
T
Pada tekanan tetap δ qrev = dH = Cp dT, sehingga
Cp
dS = dT 2.24)
T
Jika diasumsikan bahwa Cp bukan fungsi dari temperatur, maka persamaan ini
dapat diintegrasi, menjadi :
T2
∆S = C p ln 2.25)
T1
Untuk air, Cp = 75,6 JK-1 mol-1, sehingga bagi proses di atas
348
∆S = 75 ,6 ln = 11,7 JK −1 mol −1
298
Proses perubahan fasa secara reversibel dapat dihitung dari persamaan :
δ qrev dH
dS = =
T T
∆H
∆S = 2.26)
T
∆ H disebut kalor transisi, yang dapat berupa kalor penguapan, kalor sublimasi,
dan sebagainya.
36
40 ,670 −1
∆S = =109 ,3 kJ mol
373
Proses irreversibel,
Contoh : H2O (l, 25oC, 1 atm) H2O (g, 100oC, 1 atm)
Proses ini dapat terjadi dalam beberapa tahap, dengan catatan bahwa pengubahan
fasa itu berlangsung secara reversibel, kemudian hitung ∆ S dari tiap bagian.
∆S
H2O (l, 25oC, 1 atm) H2O (g, 100oC, 1 atm)
∆ S1
∆ S2
H2O (l, 100oC, 1 atm)
37
Perubahan entropi lingkungan dapat dihitung dari :
∆H
∆S1 = − 2.27)
T
dengan ∆ H adalah entalpi reaksi dari reaksi tersebut.
Perhitungan entalpi reaksi :
∆ H0 = ∆ Hf0 (Cu2+) – 2 ∆ Hf0 (Ag+)
= 64,8 – 2 (105,6) = - 146,4 kJ
+146400 J −1
∆S1 = = 491 ,3 JK
298 K
Jadi ∆ Sas = ∆ S0 + ∆ S1
= -193,0 + 491,3
= 298,3 JK-1
∆ Sas > C reaksi spontan
Kebergantungan ∆ S sama halnya dengan entalpi reaksi dimana
T2
∆S 2 − ∆S1 = C p ln
T1
2.28)
38
Gambar 2.4. Hubungan entropi dan suhu
Jadi disimpulkan :
Setiap proses (spontan) cenderung berlangsung ke arah tercapainya
ketidakteraturan sistem yang setinggi-tingginya.
Pada perubahan eksotermik, panas yang dilepas sistem diserap oleh
lingkungan menyebabkan gerak acak partikel di lingkungan meningkat sehingga
entropi meningkat qsis < 0; qsurr > 0; ∆ Ssurr > 0 dan pada perubahan endotermik,
sistem menyerap panas dan lingkungan melepas panas sehingga entropi
lingkungan menurun, qsis > 0; qsurr < 0; ∆ Ssurr < 0.
Perubahan entropi lingkungan berbanding lurus dengan perubahan panas
sistem dan berbanding terbalik dengan temperatur lingkungan sebelum terjadi
pertukaran panas
∆ Ssurr ∝ -qsis, dan ∆ Ssurr ∝ 1/T Kombinasinya menghasilkan
∆ Ssurr = -qsis/T 2.29)
Perubahan energi bebas, ΔG, untuk sebuah proses pada suhu dan tekanan
yang konstan terdapat dalam persamaan Gibbs yaitu :
ΔG = ΔH - T ΔS 2.32)
39
Perubahan spontan memiliki nilai ΔG < 0. Di bawah ini terdapat kriteria
proses pada suhu dan tekanan yang konstan.
• Jika ΔG < 0 (negatif) prosesnya spontan
• Jika ΔG > 0 (positif) prosesnya tidak spontan
• Jika ΔG = 0 tidak ada perubahan dan reaksi setimbang
Bila suhu sistem naik akibat reaksi, maka panas akan mengalir dari sistem
ke reservoir sampai suhu menjadi T. Pada proses dengan tekanan sama, panas
yang mengalir ke reservoir ini sama dengan perubahan entalpi :
∆ H = H2 - H1 = -Q 2.33)
(1 : sebelum, 2 : sesudah)
Bila reaksi berupa :
Ag + HCl AgCl + ½ H2
Maka H1 merupakan entalpi perak dan asam klorida dan H2 merupakan entalpi
perak klorida dan gas hidrogen.
dari
dapat ditulis
atau
2.34)
40
Jadi perubahan entalpi serupa dengan perubahan fungsi Gibbs bila
mendekati nol.
2.36)
Hal ini merupakan teorema panas Nernst yang menyatakan : Pada sekitar
suhu absolut nol, semua reaksi dalam fasa liquid dan padat dalam keseimbangan
internal berlangsung tanpa terjadi perubahan entropi.
Planck, 1911, berhipotesa lebih lanjut bahwa : Entropi setiap zat padat
atau cairan dalam keseimbangan internal pada suhu nol absolut adalah nol.
41
Seterusnya karena entropi pada T harus finite (bernilai tertentu), maka supaya
integral tidak divergen :
2.38)
2.39)
42
3. STRUKTUR ATOM
3.1 Atom
Andaikan kita mengambil sebagian kecil unsur Timbal (Pb) dan kita
potong menjadi bagian yang paling kecil yang kita bisa, bagian kecil tersebut
masih merupakan bagian dari timbal. Bagian terkecil itu disebut partikel. Partikel
yang dimaksud adalah atom yaitu partikel terkecil dari unsur yang masih memiliki
sifat dari unsurnya. Atom timbal sangat kecil dan tidak ada alat pemotong yang
bisa untuk memisahkan atom tunggal. Satu gram timbal berbentuk kubus yang
berukuran kurang dari 0,5 cm pada sisi-sisinya, mengandung 2,9 x 1021 atom.
Ide tentang atom pertama kali dipelopori oleh Democritus, berkebangsaan
Yunani yang hidup pada abad ke-4. Teori Democritus hanya berdasarkan pada
intuisi dan kepercayaannya tentang sebuah penjelasan
sederhana yang mendasari percobaan yang kompleks
setiap harinya. Democritus berpikir bahwa dunia dibuat
oleh dua hal yaitu ruangan yang kosong dan partikel
kecil yang disebutnya atom. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani yaitu ”atomos” yang berarti ”tidak dapat
dibagi”. Dia juga mengatakan bahwa atom sangat kecil
dan tidak bisa dihancurkan atau dipotong-potong lagi. Atom tidak dapat dipecah-
pecah lagi karena merupakan partikel yang sangat kecil yang mungkin ada.
Ditambahkannya, bahwa atom-atom ini sangat banyak dan mereka memiliki
43
bentuk yang berbeda-beda. Setiap atom yang berasal dari benda yang berbeda
maka jenis atomnya akan berbeda pula.
44
Atom dari unsur A Atom dari unsur B Campuran atom A Molekul Senyawa
dan atom B yang terdiri atas
atom A dan atom B
Menurut teori atom Dalton senyawa terdiri atas atom-atom berbeda yang
berikatan bersama-sama. Senyawa memiliki komposisi yang tetap karena mereka
mengandung perbandingan yang sesuai dan masing-masing atomnya memiliki
berat yang khas,. Ditambahkannya bahwa reaksi kimia terjadi ketika atom-atom
tersebut berikatan kembali.
Model atom Dalton berukuran kecil, tidak dapat dibagi lagi, merupakan
partikel yang tidak dapat dihancurkan, dan memiliki massa serta ukuran dan sifat
kimianya ditentukan oleh jenis unsurnya. Atom yang berasal dari unsur yang
berbeda maka memiliki massa yang berbeda. Dalton berpendapat bahwa jika dua
unsur berikatan untuk membuat hanya satu senyawa, senyawa itu terdiri dari satu
atom dari masing-masing unsurnya. Karena perbandingan sederhana atom-atom
ini maka massa dari unsur-unsur yang berikatan akan ada dalam perbandingan
yang sederhana pula.
Kita sekarang tahu bahwa pendapat Dalton tidak benar. Partikel gas tidak
berikatan satu sama lain. Belum tentu senyawa yang sangat sederhana yang
dibentuk dari A dan B, akan dibentuk dari satu atom A dan satu atom B.
Contohnya air, yang terbentuk dari 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen.
45
ketidakpastian dan yang terakhir adalah Erwin Schrodinger tentang persamaan
gelombang.
Mekanika kuantum dapat mengatasi kelemahan teori atom Bohr dan
memperbaiki model atom Bohr dalam hal bentuk lintasan elektron dari yang
berupa lingkaran dengan jari-jari tertentu menjadi orbital dengan bentuk ruang
tiga dimensi yang tertentu.
46
Einstein mengusulkan tidak hanya cahaya yang dapat dipancarkan dalam
kuanta pada saat tertentu, tetapi cahaya juga menjalar dalam kuanta tertentu.
Hipotesis ini menerangkan efek fotolistrik, yaitu elektron yang terpancar bila
frekuensi cahaya cukup tinggi, terjadi dalam daerah cahaya tampak dan ultra
ungu.
Hipotesis dari Max Planck dan Einstein menghasilkan rumusan empiris
tentang efek fotolistrik yaitu:
Kutub positif
47
baterai amperemeter
Merah
Jingga
cahaya putih
Kuning
Hijau
Biru
Nila
Ungu
48
Gambar 3.5 (a) Teori gelombang cahaya menjelaskan difraksi dan interferensi yang tidak
dapat dijelaskan oleh teori kuantum. (b) Teori kuantum menjelaskan efek fotolistrik yang
tidak dapat dijelaskan oleh teori gelombang.
49
Erwin Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan
fungsi gelombang untuk menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya
elektron dalam tiga dimensi. Model atom dengan orbital lintasan elektron ini
disebut model atom modern atau model atom mekanika kuantum yang berlaku
sampai saat ini, seperti terlihat pada gambar berikut ini.
3.3)
50
momentum atau kecepatan dapat dilakukan dengan tepat maka kedudukannya
tidak akan diketahui dengan tepat dan sebaliknya.
Heisenberg menunjukkan bahwa batas terendah ketidakpastian sama
dengan tetapan Planck dinyatakan dengan :
h 3.4)
( ∆Px )( ∆X ) ≥
2π
dengan
∆ Px:ketidakpastian momentum (pada arah x)
∆ X: ketidakpastian kedudukan (pada arah x)
h : tetapan Planck
Elektron (-)
Elektron
Proton
Neutron
3.4.1 Elektron
51
Ahli Fisika dari Inggris Tuan Joseph. J. Thomson
(1856-1940), melakukan percobaan dengan sinar katoda.
Pada tahun 1897 dia menemukan sinar katoda bisa
dibelokkan dengan baik oleh magnet maupun dengan
plat yang dibebankan secara elektris.
Thomson menunjukkan bahwa sebuah sinar
katoda yang dikumpulkan dari partikel kecil yang
bermuatan negatif, bergerak dengan cepat. Dia menamakan partikel ini adalah
elektron. Thomson menentukan massa elektron yang baru saja ditemukannya. Dia
menemukan bahwa massa elektron 2000 kali lebih ringan dari pada atom
hidrogen. Lebih dari itu, dia mengamati bahwa sinar katoda selalu terdiri dari
elektron. Ini benar dengan tanpa memperhatikan gas yang ada di dalam tabung
sinar katoda atau jenis logam yang digunakan untuk menjadi elektrodanya.
Muatan elektron diukur oleh Robert Millikan dengan percobaan tetesan minyak
pada tahun 1909.
Elektron ditemukan di dalam daerah berbentuk awan yang mengelilingi
inti atom. Karena elektron bergerak begitu cepat, tidak mungkin untuk melihat
mereka di tempat dan waktu tertentu. Setelah percobaan bertahun-tahun, ilmuwan
menemukan tempat khusus dimana elektron dapat ditemukan. Jumlah kulit atom
berubah sesuai dengan jumlah elekron yang dimiliki suatu unsur. Semakin besar
nomor atom maka jumlah kulit dan elektron yang dimiliki unsur tersebut semakin
banyak. Elektron memiliki peran yang penting di dalam ikatan kimia. Ada satu
ikatan yang disebut dengan ikatan ion dimana elektron dari satu atom diberikan ke
atom yang lain. Partikel anti elektron adalah positron yang massanya sama tetapi
bermuatan positif. Positron ditemukan oleh Carl D. Anderson.
Elektron memiliki muatan –1,6022x10-19coulomb dan memiliki massa
9,11x10-31kg berdasarkan kepada ukuran muatan/massa dan massa relativitasnya
kira-kira 0,511MeV/c2. Massa dari elektron kira-kira 1/1836 dari massa proton.
Simbol umum dari elektron adalah e-. Elektron memiliki spin ½ dan fermion.
Ketika elektron bebas bergerak, ada aliran muatan yang disebut dengan
arus listrik. Kecepatan aliran elektron di dalam kawat logam mempunyai satuan
mm/hour.
52
3.4.2 Proton
Pada tahun 1918, Ernest Rutherford memperhatikan
bahwa ketika partikel alfa ditembakkan ke dalam gas
nitrogen, detektor menunjukkan tanda inti hidrogen.
Pada tahun 1886 seorang ahli kimia menggunakan
piringan logam yang berlobang sebagai katoda dari tabung.
Dia melihat sinar yang bergerak dengan arah yang berlawanan dengan sinar
katoda. Sinar ini datang dari lobang yang berada pada sisi katoda yang menjauhi
anoda dan bergerak lurus mendekati ujung tabung. Dia menamakannya sinar
kanal. Kemudian sinar itu menunjukkan memiliki muatan positif.
Sifat dari sinar ini ditemukan oleh J.J thomson, dia menunjukkan bahwa
sinar ini terdiri atas partikel. Partikel ini memiliki jumlah yang sama dengan
muatan listrik seperti elektron, tetapi muatannya berlawanan dengan elektron.
Partikel ini dinamakan proton. Proton merupakan aprtikel subatom dengan
muatan listrik +1 (1,602 x 10-19), diameter kira-kira 1,5 x 10-15 m dan massanya
938,27231(28) MeV/c2 (1,6726 x 10-27 kg), 1,00727646688(13)u atau kira-kira
1836 kali massa elektron. Thomson menghitung massa proton adalah 1837 kali
dari pada massa elektron. Ini berarti bahwa massa dari proton hampir sama
dengan massa atom hidrogen. Proton memiliki spin -1/2 fermion dan terdiri dari 3
elektron.
Isotop yang paling umum dari atom hidrogen adalah proton tunggal (yang
tidak mengandung neutron). Inti atom terdiri atas jumlah proton dan neutron yang
berbeda. Jumlah proton di dalam inti ditentukan oleh sifat kimia dari atom dan
jenis unsurnya.
Proton terlihat stabil. Bagaimanapun, kita tahu proton berubah menjadi
neutron melewati proses penerimaan elektron. Proses ini terjadi tidak secara
spontan tetapi membutuhkan energi.
Proses ini dapat dibalik: neutron dapat menjadi proton kembali bila
melalui peluruhan beta, sebuah bentuk umum dari peluruhan radioaktif.
53
Teori umum memprediksikan bahwa peluruhan proton bisa terjadi,
walaupun percobaannya sejauh ini hanya menghasilkan batas yang rendah 1035
tahun untuk waktu hidup proton.
Sebelum Rutherford, Eugene Goldstein telah mengamati sinar kanal yang
terdiri atas ion bermuatan positif. Setelah penemuan elektron oleh J.J Thomson,
Goldstein berpendapat pasti ada partikel muatan positif didalam atom. Dia
menggunakan sinar kanal mengamati kembali aliran elektron di dalam tabung
sinar katoda. Setelah elektron bergerak dalam tabung sinar katoda elektron
kemuidan berubah muatannya menjadi positif dan bergerak menuju katoda.
Goldstein percaya bahwa dia telah menemukan proton, tetapi ketika dia
menghitung massa partikel baru ini ternyata berbeda jika gas yang digunakan
diubah akhirnya Goldstein menyerah dengan kerjanya.
Anti partikel proton dikenal sebagai antiproton yang ditemukan pada tahun
1955 oleh Emilio Segre dan Owen Chamberlain, yang mendapatkan hadiah nobel
pada tahun 1959. Muatan proton dan anti proton bila dijumlahkan sama dengan
nol. Persamaan dari massa mereka juga diujikan lebih baik menjadi satu bagian
108. Perbandingan massa dari proton dan antiproton yaitu 1 berbanding 9 x 1011.
Momen magnet dari antiproton yaitu sebesar 8 x 10-3 dari partikel nuklir Bohr
yaitu magnetons.
3.4.3 Neutron
Seorang Ilmuwan berkebangsaan Inggris James Chadwick (1891-1974)
melakukan percobaan dan menemukan partikel berenergi tinggi yang tidak
bermuatan dan massanya sama dengan massa proton yang dengan neutron.
54
Gambar 1.8. Neutron
Neutron tidak bermuatan, memiliki spin seimbang 1/2+ dan massanya 940
MeV. Waktu hidup dari neutron bebas yang terdapat diluar inti adalah 885,7+0,8
detik (kira-kira 15 menit). Peluruhannya melalui proses ini :
Jika sebuah atom memiliki jumlah elektron dan proton yang sama,
muatannya saling meniadakan dan atom akan menjadi netral. Semua unsur
memiliki neutron kecuali satu yaitu atom hidrogen.
Sebuah metode yang umum untuk mencari neutron dengan mengubah
energi yang dilepaskan dari beberapa reaksi inti. Nuklida yang berguna untuk
tujuan ini adalah 3He, 6Li, 10B, 233U, 235U, 237Np, dan 239Pu.
Neutron memiliki peranan yang penting dalam banyak reaksi nuklir dan
berguna dalam pengembangan reaktor nuklir dan senjata nuklir.
Antineutron adalah antipartikel dari neutron yang ditemukan oleh Bruce
Cork pada tahun 1956, satu tahun setelah antiproton ditemukan. Perbedaan massa
antara massa neutron dengan massa antineutron yaitu sebesar (9+5) x 10-5.
Tabel 3.1. Sifat-sifat partikel subatom :
Partikel Simbol Muatan Massa (amu) Massa (gr)
Elektron e- 1- 1/1840 9,11 x 10-28
Proton p+ 1+ 1 1,67 x 10-24
Neutron n0 0 1 1,67 x 10-24
55
56
menggambarkan atom hidrogen, maka proton digambarkan berada di atas,
sedangkan elektron digambarkan sejauh 0,5 km jaraknya dari inti.
Inti Neutron/Proton
57
Neutron/Proton
masing neutrino dipasangkan dengan 3 jenis partikel yang disebutkan tadi.
Neutrino tidak bermuatan dan massanya tidak diketahui. Keenam partikel ini
dikelompokkan sebagai suatu keluarga karena sensitif terhadap arus listrik
Lepton merupakan partikel dasar.
Kelompok kedua dari partikel ini adalah Hadron. Partikel ini dipengaruhi
oleh gaya yang kuat ketika inti atom berikatan berdekatan. Ratusan hadron telah
diketahui, termasuk jenis proton dan neutron. Partikel ini bukan merupakan
partikel dasar. Ilmuwan fisika mengajukan bahwa hadron terdiri atas partikel
kecil yang disebut dengan Quarks. Masing-masing tipe dari quarks memiliki satu
warna dari ketiga warna. Ini bukan merupakan warna yang biasa tetapi seperti
jenis muatannya.
Masing-masing lepton dan quark juga berhubungan dengan antipartikel.
Sebagai contoh, antielektron yang dikenal dengan positron yang mempunyai
massa yang sama tetapi muatannya +1. Ketika sebuah partikel berbenturan
dengan antipartikelnya, keduanya saling meniadakan. Sebuah ledakan energi
dilepaskan dan partikel baru terbentuk.
Ilmuwan fisika telah mengidentifikasi partikel yang menyebabkan gaya
atom. Contoh foton yang tidak memiliki massa dan muatan, menyebabkan gaya
elektromagnet. Partikel lain yaitu bosson, menyebabkan gaya yang kuat dan
lemah yang telah kita sebutkan tadi diawal. partikel yang menyebakan gaya yang
lemah dikenal sebagai partikel W+, W- dan Z. Tidak seperti partikel foton dan
gluons, partikel ini agak berat. Massa mereka 100 kali dari massa proton.
Sekarang terdapat 6 jenis tipe quarks, 6 leptons, 24 antipartikel, 8 gluon, boson W
dan Z dan foton.
58
dikenal dengan nomor atom unsur dan disimbolkan dengan Z. Perbedaan di
dalam isotop terletak pada perbedaan jumlah neutron yang terletak di dalam inti.
Jumlah proton bergantung pada unsur dan jumlah neutron bergantung pada
isotop-isotop unsur tertentu.
Partikel yang terdiri dari inti (proton dan neutron) dikenal dengan nukleon.
Nomor atom unsur adalah jumlah proton yang ada di dalam inti atom dari suatu
unsur. Dengan kata lain masing-masing unsur memiliki nomor atom tertentu yang
dapat mengidentifikasi berapa banyak jumlah atom dari unsur. Sebagai contoh,
atom hidrogen mengandung 1 proton dan mempunyai nomor atom 1. Atom
karbon mengandung 6 proton dan memiliki nomor atom 6. Atom oksigen
mengandung 8 proton dan memiliki nomor atom 8. Nomor atom unsur tidak
berubah, ini berarti bahwa jumlah proton di dalam inti dari setiap atom masing-
masing unsur adalah selalu sama.
59
Contoh Atom
Massa Atom Simbol
Karbon
Nomor Atom Unsur
Contoh :
Berapa jumlah proton, elektron dan neutron yang terdapat pada atom berikut :
Unsur Nomor Atom Nomor Massa
a. Berilium (Be) 4 9
b. Neon (Ne) 10 20
c. Sodium (Na) 11 23
Jawab.
a. Untuk atom jumlah proton sama dengan jumlah elektron yang dapat kita tahu
dari nomor atomnya. Be memiliki 4 proton dan 4 elektron. Untuk mengetahui
jumlah neutronnya maka kita nomor massa dikurang dengan nomor atom.
Jumlah neutron pada atom Be = 9 – 4 = 5 neutron
b. Ne memiliki 10 proton. 10 elektron dan 20 – 10 = 10 neutron
c. Na memiliki 11 proton, 11 elektron dan 23 – 11 = 12 neutron
3.8 Isotop
Inti atom yang berasal dari unsur yang sama pasti memiliki jumlah proton
yang sama tetapi jumlah neutronnya bisa saja berbeda. Atom yang memiliki
jumlah proton yang sama tetapi memiliki jumlah neutron yang berbeda disebut
dengan isotop. Isotop unsur memiliki jumlah neutron yang berbeda. Untuk
melambangkan isotop kita menggunakan simbol kimia dengan menambahkan 2
nomor yang sama yang dituliskan di sebelah kiri. Nomor massa dituliskan pada
bagian atas dan nomor atom dituliskan di bagian bawah.
6 6 6
p6e p6e p6e
6 7 8
n n n
60
6 neutron 7 neutron 8 neutron
6 elektron 6 elektron 6 elektron
Sebuah atom netral memiliki jumlah proton dan elektron yang sama.
Semua isotop dari unsur yang berbeda memiliki jumlah proton dan elektron yang
sama dan juga struktur elektronis yang sama. Isotop menunjukkan sifat kimia
yang sama karena sifat kimia dari sebuah atom sebagian besar ditentukan oleh
struktur elektronis.
Dua molekul yang memiliki perbedaan isotop dari atom mereka akan
memiliki struktur elektron yang hampir sama dan karena itu sifat fisika dan sifat
kimianya tidak dapat dibedakan lagi.
Inti atom terdiri atas proton dan neutron yang berikatan karena adanya
gaya nuklir yang kuat. Karena proton bermuatan positif mereka
Gambar 3.15 Susunan Proton dan
Neutron pada Dua Isotop Karbon saling tolak menolak. Neutron yang tidak bermuatan,
menyebabkan beberapa pemisahan dari proton yang bermuatan positif.
Isotop yang stabil adalah isotop kimia yang tidak bersifat radioaktif.
Isotop stabil yang berasal dari unsur yang sama memiliki sifat kimia yang sama.
Perbedaan massa menyebabkan perbedaan jumlah neutronnya, hasilnya sebagian
memisah dari isotop yang lebih berat pada saat reaksi kimia.
Sebagai contoh, perbedaan massa diantara dua isotop yang stabil hidrogen,
1
H ( 1 proton, tidak ada neutron yang juga dikenal sebagai protium) dan 2H ( 1
proton, 1 neutron yang juga dikenal sebagai deuterium) hampir 100 %. Karena itu
sebuah fraksinasi yang signifikan terjadi.
61
3 4,0026 99,9999
Helium He
2
4 12,011
He 12,000 98,89
2
12
Karbon C 13,003 1,11
6
13
C
6
62
Ion yang bermuatan negatif dikenal dengan anion. Anion terbentuk ketika
atom netral menerima elektron. Menerima 1 elektron berarti menerima 1 muatan
negatif sehingga atom menjadi anion.
Muatan ion dituliskan di atas kanan dari simbol unsur. Atom yang
melepaskan elektron disebut dengan kation. Kation terbentuk ketika atom netral
melepaskan elektron. Melepaskan 1 elektron berarti kehilangan 1 muatan negatif
ini berarti jumlah proton lebih banyak daripada jumlah elektron.
Kita dapat menghitung muatan dari suatu ion jika kita mengetahui berapa
jumlah proton dan elektron yang ada di dalam unsur tersebut. Atom Klor (nomor
atomnya 17) menerima 1 elektron dan menghasilkan ion klor. Atom klor
bermuatan netral karena +17 yang berasal dari proton yang berjumlah 17 dapat
dihilangkan dengan -17 yang berasal dari elektron yang berjumlah 17. Ion klor
memiliki 17 proton (+17) dan 18 elektron (-18). Maka muatan ion klorida adalah
-1 ; [ (+17) + (-18)] = -1
17 17 17 17
p p p p
18 18 18 20
n n n n
63
35 35 35 37
Cl Cl Cl Cl
17 17 17 17
64
Spektrum yang diperoleh dengan cara ini disebut spektrum emisi. Suatu benda
yang panas keputihan seperti matahari atau lampu pijar memancarkan cahaya dari
semua warna menghasilkan spektrum kontinu.
Atom dalam keadaan tereksitasi memancarkan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu menghasilkan spektrum garis. Garis spektrum menunjukkan
sifat khas atom tersebut sehingga juga menunjukkan sifat khas unsur itu juga.
Selain dari spektrum garis ada pula spektrum yang berupa pita yang menunjukkan
sifat khas molekul. Suatu spektrum absorbsi dapat diperoleh jika radiasi kontinu
melalui uap atom. Dari berkas sinar yang diteruskan menunjukkan bahwa ada
panjang gelombang tertentu diserap ketika elektron dieksitasi ke tingkat energi
yang lebih tinggi.
Spektrum absorbsi terlihat sebagai garis hitam dibalik sinar tampak. Garis
dalam spektrum absorbsi tepat berhimpit dengan garis dalam spektrum emisi
untuk unsur yang sama. Jumlah garis spektrum absorbsi lebih sedikit dari jumlah
garis emisi sehingga mudah diidentifikasi.
Atom hidrogen dalam atmosfir dapat menyerap radiasi kontinu dari panas
yang dipancarkan matahari. Gambar spektrum absorbsi atom hidrogen diperoleh
dengan cara memotret sinar matahari yang melalui prisma.
Balmer menunjukkan bahwa garis spektrum atom hidrogen terdapat di
daerah sinar tampak dengan panjang gelombang λ = 6562,8 ; 4861,3 ; 4340,5;
4101,7 … angstrom dan dinyatakan dengan ungkapan
3.6)
dengan λ ialah panjang gelombang dalam cm, ialah bilangan gelombang dalam
cm-1 dan R ialah tetapan Rydberg.
R = tetapan Rydberg
R = 109677,76 cm-1
n = 3, 4, 5, 6, 7, …
Selain deret garis spektrum yang terdapat di daerah sinar tampak,
ditemukan deret yang lain di daerah ultraviolet dan inframerah. Deret-deret ini
diberi nama sesuai dengan nama orang yang menemukannya. Oleh Ritz (1908)
bilangan gelombangnya dinyatakan dengan selisih dua suku yaitu :
3.7)
65
Ungkapan ini kini dikenal sebagai persamaan Rydberg.
3.8)
Ion-ion seperti He+, Li2+, dan Be3+ yang masing-masing mengandung satu
elektron memiliki spektrum mirip spektrum atom hidrogen dan dinyatakan dengan
persamaan umum :
3.9)
n1 = 3 n2 = 6
= 9103,27 cm-1
λ = 1,099 x 10-4 cm
66
= 1099 nm
dengan energi dinyatakan dalam Joule dan h adalah tetapan Planck yang harganya
6,625 x 10-34 Joule detik. Planck mengemukakan bahwa “benda hitam” terdiri dari
sejumlah benda yang bergetar atau osilator yang memancarkan energi dalam
bentuk paket-paket atau kuanta.
67
pada umumnya, logam baru dapat memancarkan elektron jika disinari dengan
sinar ultraviolet. Gejala ini disebut efek fotolistrik yaitu pancaran elektron dari
logam oleh pengaruh sinar. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa :
a. Energi elektron tidak bergantung pada intensitas berkas sinar yang jatuh
pada permukaan logam.
b. Jumlah elektron yang dipancarkan berbanding lurus dengan intensitas
radiasi.
c. Energi elektron sebanding dengan frekuensi berkas sinar.
d. Jika frekuensi cahaya lebih kecil dari suatu harga kritik, tidak terjadi
pancaran elektron.
68
Eksperimen Lempeng Emas
Rutherford memanfaatkan sifat logam emas dalam eksperimen
Layar
fluoresens ZnS
Sumber partikel
bermuatan positif
Partikel
terdefleksi
69
1. Elektron bergerak mengelilingi inti atom dalam lintasan atau orbit yang
berbentuk lingkaran.
2. Lintasan yang diperlukan adalah lintasan dimana momentum sudut
h
elektron merupakan kelipatan dari dengan h, ialah tetapan Planck.
2π
Lintasan ini disebut lintasan kuantum.
3. Karena momentum sudut elektron (massa = m) yang bergerak dengan
kecepatan v dalam lintasan dengan jari-jari r, adalah mvr maksimum.
h 3.11)
mvr = n ( n =1, 2, 3, ...)
2π
4. Bila elektron bergerak dalam salah satu lintasan kuantumnya, maka
elektron tidak akan memancarkan energi. Elektron dalam lintasan ini berada
dalam keadaan stasioner atau dalam tingkat energi tertentu.
5. Bila elektron pindah dari tingkat energi E1 ke tingkat energi E2 yang lebih
kecil dari E1, maka akan terjadi radiasi energi
E1 – E2 = hv 3.12)
70
Energi En dari atom hidrogen, dengan elektron berada dalam lintasan yang
didirikan oleh harga n, diberikan oleh
2π 2 me 4 3.16)
En = − 2 2
( n =1, 2, 3, ...)
n h
3.17)
atau dapat ditulis
A
En = −
n2 3.18)
dengan
2π 2 me 4
A=
h2
dengan mengisi harga m, e dan h, akan diperoleh
A = 2,1799 x 10-11 erg
= 5,2 x 10-19 kal
= 13,6 eV
= 2,18 x 10-18
1
jadi En = −2,1799 x 10 −11 x erg
n2
1
= −5,2 x 10 −19 x kal
n2
1
= −13 ,6 x eV
n2
1
= −2,18 x 10 −18 x
n2
Untuk ion-ion berelektron satu, seperti misalnya He+ dan Li+, persamaan ditulis
sebagai
h2 n2 n2 3.19)
r= x = a
4π 2 me 2 2
0
2
2π me Z
2 4 2
Z2 3.20)
En = − x = A
h2 n2 n2
71
dibandingkan dengan tingkat dasar, dan disebut keadaan eksitasi. Suatu atom
hidrogen yang berada dalam keadaan eksitasi akan memancarkan cahaya ketika
elektron kembali ke orbit dengan tingkat energi terendah, menghasilkan garis-
garis spektrum.
Deret spektrum hidrogen dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Garis deret Lyman, terjadi karena perpindahan elektron dari orbit-orbit n =
2, 3, 4, ... ke orbit n = 1.
b. Garis deret Balmer, terjadi karena perpindahan elektron dari orbit-orbit n =
3, 4, 5, ... ke orbit n = 2.
c. Garis deret Paschen, terjadi karena perpindahan elektron dari orbit-orbit n
= 4, 5, 6 ... ke orbit n = 3.
d. Garis deret Brackett, terjadi karena perpindahan elektron dari orbit-orbit n
= 5, 6, 7, ... ke orbit n = 4.
e. Garis deret Pfund, terjadi karena perpindahan elektron dari orbit-orbit n =
6, 7, 8, ... ke orbit n = 5.
Deret Balmer
(Cahaya Tampak))
E
n
e
r Deret Lyman
(UV)
g 72
i
(E)
Dengan teori atom Bohr dapat dihitung selisih energi (energi transisi) jika
elektron dalam atom hidrogen berpindah dari satu orbit ke orbit yang lain.
2π 2 me 4 2π 2 me 4
∆E H = − 2
+ 2 3.21)
n2 h 2 n1 h 2
2π 2 me 4 1 1
∆EH = 2− 2
h 2
n1 n2
3.22)
∆E H = E2 − E1
73
Berbentuk padat (kecuali merkuri Berbentuk padat atau gas (kecuali brom
berbentuk cair) yang berbentuk cair)
Permukaannya berkilauan; dapat terjadi Tidak memiliki karakteristik fisik
korosi
Lunak dan dapat ditempa Hancur ketika akan diubah bentuknya
Menghantarkan panas dan listrik Penghantar panas dan listrik yang lemah
1 H 2Li 3 Be 4B 5 C 6 N 7O
8F 9Na 10Mg 11Al 12Si 13P 14S
15Cl 16K 17Ca 18Cr 19Ti 20Mn 21F
22Co,Ni 23Cu 24Zn 25Y 26In 27As 28Sc
29Br 30Rb 31Sr 32Ce,Ba 33Zn 34Di,Mo 35Po,Rn
Row 1 H
Row 2 Li Be B C N O F
74
Row 3 Na Mg Al Si P S Cl
Row 4 K Ca - - - - - Ti V Cr Mn Fe Co
Ni
Row 5 Cu Zn - - As Se Br
IA Golongan VIIIA
1 Atomic number Logam 2
IIA IIIA IVA VA VIA VIIA
75
Logam transisi
H Metaloid He
1.01 Symbol 4.00
Atomic mass Nonlogam
3 4 5 6 7 8 9 10
Li Be B C N O F Ne
6.94 9.01 10.81 12.01 14.01 16.00 19.00 20.18
11 12 13 14 15 16 17 18
Na Mg Al Si P S Cl Ar
22.99 24.31 IIIB IVB VB VIB VIIB VIIIB IB IIB 26.98 28.09 30.97 32.06 35.45 39.95
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr
39.10 40.08 44.96 47.90 50.94 52.00 54.94 55.85 58.93 58.71 63.55 65.38 69.72 72.59 74.92 78.96 79.90 83.80
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I Xe
85.47 87.62 88.91 91.22 92.91 95.94 (98) 101.07 102.91 106.4 107.87 112.40 114.82 118.69 121.75 127.60 126.90 131.30
55 56 57 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86
Cs Ba La* Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb Bi Po At Rn
132.91 137.34 138.91 178.49 180.95 183.85 186.21 190.2 192.22 195.09 196.97 200.59 204.37 207.2 208.96 (209) (210) (222)
87 88 89 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113
76
Golongan 7A (halogen) yang terletak sebelum golongan 0, golongan ini
terdiri atas unsur yang sangat reaktif seperti : fluor, klor, brom, iodin dan astatin.
Golongan ini dikenal dengan halogen karena bereaksi dengan logam untuk
membentuk garam.
Pada sisi sebelah kanan sebelum golongan 7A, merupakan unsur non logam
yaitu golongan 6A yang terdiri atas oksigen, sulfur, selenium dan telurium.
Unsur-unsur tersebut merupakan unsur yang memiliki kemampuan untuk
membentuk dua ikatan kimia dan menunjukkan kenaikan sifat logamnya dari
oksigen ke telurium.
Unsur nitrogen, fosfor, arsen, antimon dan bismut merupakan golongan
yang memiliki kemampuan untuk membentuk tiga atau lima ikatan kimia. Unsur-
unsur tersebut menunjukkan peralihan sifat yaitu dari nitrogen dan fosfor (non
logam) kemudian arsen (metaloid) lalu antimon dan bismut (logam). Unsur-unsur
ini terdapat pada golongan 5A.
Unsur karbon, silikon dan germanium, timah dan timbal memiliki
kemampuan untuk membentuk empat ikatan kimia. Sebuah peralihan sifat yang
terjadi pada karbon (non logam) lalu silikon dan germanium (metaloid) serta
timah dan timbal (logam). Unsur-unsur ini terdapat pada golongan 4A.
Aluminium, galium, indium dan talium membentuk ion dengan muatan +3.
Boron merupakan metaloid, sedangkan yang lainnya merupakan logam. Unsur-
unsur tersebut termasuk ke dalam golongan 3A.
Gambar 4.2. Keperiodikan Unsur pada Perioda 3
Golongan 1 2 3 4 5 6 7 0
Unsur Na Mg Al Si P S Cl Ar
Sifat Logam Metaloid Non Logam Gas Mulia
Kereaktifan Menurun - Menurun -
Struktur Kovalen
Logam Besar Molekul Atom
unsur besar
Ion Na+ Mg2+ Al3+ - P3- S2- Cl- -
Oksida Na2O MgO Al2O3 SiO2 P2O5 SO2 Cl2O
-
P2O3 SO3 Cl2O7
Jenis Beberapa asam dan
Asam Kuat Asam -
oksida beberapa basa
Struktur Kovalen
Ion Yang besra Molekul -
oksida besar
77
4.3.2 Sifat Fisika
Periodik berarti mengikuti interval tertentu. Titik lebur suatu unsur
bergantung pada kekuatan ikatannya dan juga struktur dari unsurnya. Ketika
logam dilebur, kekuatan ikatan logamnya berkurang.
Jari-jari atom dan jari-jari ion semakin meningkat dari atas ke bawah dalam
satu golongan. Begitu juga dengan muatan dan jumlah elektron pada kulit
terluarnya dari atas ke bawah semakin meningkat dalam satu golongan.
Pada perioda pendek yang pertama, (Li-F), muatan inti meningkat dari 3
menjadi 9. Ketika muatan inti meningkat, kulit elektron K semakin dekat ke inti
dan jarak kulit elektron K berkurang. Pengaruh terhadap kulit elektron L karena
adanya kulit K yang berfungsi sebagai perisai dari inti, sehingga muatan inti yang
efektif kurang daripada muatan inti yang sebenarnya. Sebagai contoh : Pada litium
kulit elektron L tertarik ke inti yang bermuatan +3 sedangkan pada kulit K
terdapat 2 elektron sehingga muatan inti efektifnya mendekati +1. Pada berilium
kulit elektron L tertarik ke inti yang bermuatan +4 sedangkan pada kulit K
terdapat 2 elektron sehingga muatan inti efektifnya mendekati +2.
Helium : 1s2
Neon : 1s2 2s2 2p6
Argon : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
Krypton : 1s2 2s2 2p6 3s3 3p6 3d10 4s2 4p6
78
Unsur yang representatif merupakan unsur dimana sub kulit s dan p ,
elektron terluarnya hanya terisi sebagian. Unsur ini dikenal dengan golongan
A. Gas mulia juga termasuk ke dalam golongan A. Untuk unsur ini nomor
golongan sama dengan jumlah elektron valensinya yang terdapat pada kulit
terluar. Sebagai contoh, unsur golongan 1A (lithium, sodium, potassium,
rubidium, dan sesium) memiliki 1 elektron valensi.
Logam Transisi merupakan unsur dimana sub kulit s dan d terisi elektron.
Unsur transisi dikenal dengan golongan B.
Logam Transisi Dalam merupakan unsur dimana sub kulit s dan f terisi
elektron.
s1 s2 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8 d9 d10 p1 p2 p3 p4 p5 p6
1 s2
2
3
4
5
6
7
79
6
7
Perioda
blok f
Tabel periodik dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau blok, berdasarkan
pada sub kulit yang terisi elektron.
1. Blok s merupakan bagian dari tabel periodik yang berisi unsur yang
memiliki konfigurasi elektron s1 dan s2. Itu terdiri atas golongan 1A dan 2A
dan gas mulia helium.
2. Blok p terdiri atas unsur golongan 3A, 4A, 5A, 6A, 7A dan 0 dengan
pengecualian helium.
3. Logam transisi termasuk pada blok d dan logam transisi dalam termasuk
pada blok f.
s p
d d
f
H 0,030
80
Li 0,123 Be 0,89 B 0,080 C 0,077 N 0,070 O 0,066 F 0,064
81
4.4.2 Kecenderungan Berkala Pada Energi Ionisasi
Energi yang dibutuhkan untuk melepaskan sebuah elektron dari kulit terluar
sebuah atom dalam keadaan gas disebut energi ionisasi. Atom natrium
melepaskan satu elektron membentuk ion positif dengan muatan +1.
Na(g) Na+ (g) + e-
82
S 999,6 2 260 3 380
Cl 1 255 2 297 3 850
Ar (gas mulia) 1 520 2 665 3 947
K 418,8 3 069 4 600
Ca 589,5 1 146 4 941
83
Kecenderungan perioda. Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa pada
umumnya energi ionisasi pertama dari kiri ke kanan dalam satu perioda semakin
meningkat. Hal ini disebabkan jari-jari atom makin kecil sehingga daya tarik inti
terhadap elektron pada kulit terluar semakin kuat akibatnya atom sukar
melepaskan elektron dan energi ionisasinya lebih besar.
H He
13,
6 24,6
Li Be B C N O F Ne
8, 11, 14, 13, 17,
5,4 9,3 5 3 3 6 4 21,6
Na Mg Al Si P S Cl Ar
10,
5,1 7,6 6 8,2 11 4 13 15,7
84
K Ca Ga Ge As Se Br Kr
11,
4,3 6,1 6 8,1 10 9,8 8 14
Rb Sr In Sn Sb Te I Xe
5, 10,
4,2 5,7 8 7,3 8,6 9 4 12,1
Cs Ba Tl Pb Bi Po At Rn
6,
Kalau diperhatikan tabel potensial ionisasi ini maka dijumpai hal-hal yang
menarik sebagai berikut
a. Potensial ionisasi unsur-unsur N, P dan As lebih tinggi daripada potensial
ionisasi unsur-unsur di sebelah kanannya.
b. Potensial ionisasi semua gas mulia adalah paling tinggi untuk setiap
perioda, sedangkan jari-jari atom gas mulia adalah paling kecil dalam setiap
perioda.
Kalau potensial ionisasi dikaitkan dengan besarnya gaya tarik inti terhadap
elektron terluar, maka makin tinggi harga potensial ionisasi berarti makin besar
pula gaya tarik tersebut, atau dapat dinyatakan bahwa makin besar potensial
ionisasi maka keadaan elektron dalam suatu atom akan makin stabil.
Berikut ini adalah peristiwa ionisasi atom magnesium (Mg).
Ionisasi pertama :
Mg Mg+ PI = 7,64 eV
Ionisasi kedua :
Mg+ Mg2+ PI = 15,03 eV
Stabilitas elektron dalam suatu atom tentu saja ada hubungannya dengan
konfigurasi elektron atom tersebut. Sebagai contoh elektron-elektron dalam
orbital 1s lebih stabil daripada dalam orbital 2s dan seterusnya sesuai dengan
urutan tingkat energi orbital atom karena tingkat energi orbital 1s lebih rendah
daripada 2s dan seterusnya. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa elektron-
elektron yang menempati tingkat energi terendah keadaannya paling stabil.
Kembali pada potensial ionisasi N, P, dan As, maka mudah dipahami
bahwa unsur-unsur ini memiliki stabilitas yang lebih tinggi daripada unsur-unsur
di sebelah kanannya dan kalau ditinjau dari konfigurasi elektron unsur-unsur
85
tersebut, maka terlihat bahwa unsur tersebut memiliki konfigurasi setengah penuh
dalam orbital p terluar.
7N : 1s2 2s2 2px1 2py1 2pz1
Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa unsur-unsur yang memiliki
konfigurasi elektron setengah penuh pada orbital yang berisi elektron terakhir
mempunyai stabilitas yang tinggi.
Hal ini dapat digunakan untuk menerangkan penyimpangan konfigurasi
unsur-unsur :
Cr, 42Mo, dan 74W
24
Dari uraian di atas dapat pula dipahami bahwa gas mulia akan mempunyai
konfigurasi elektron paling stabil dan unsur-unsur ini memiliki konfigurasi
elektron penuh. Dan dapat pula dinyatakan bahwa unsur-unsur yang memiliki
konfigurasi elektron penuh pada orbital yang terisi elektron terakhir memiliki
susunan yang sangat stabil.
Oleh karena itu unsur tembaga 29Cu memiliki konfigurasi elektron:
29 Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d10
4.4.3 Kecenderungan Berkala Pada Afinitas Elektron
Energi yang dilepaskan pada saat atom menerima elektron dalam keadaan
gas disebut afinitas elektron (EA). Sebagai contoh : energi yang dilepaskan ketika
atom fluor menerima elektron dan membentuk ion negatif.
F (g) + e- F- (g)
Umumnya unsur melepaskan energi ketika menerima elektron sehingga
afinitas elektron bernilai negatif. Afinitas elektron menunjukkan kemudahan atom
menerima elektron. Golongan halogen memiliki afinitas elektron yang paling
tinggi. Sebuah tanda negatif dituliskan pada saat energi dilepaskan untuk
menerima sebuah elektron. Sebuah tanda positif dituliskan ketika menyerap
energi. Sebagai contoh bila klor menangkap sebuah elektron dari luar maka akan
terbentuk ion Cl- dengan melepaskan energi sebesar 3,79 eV.
F (g) + e- F- (g) + 328 kJ EA = - 328 kJ/mol
Be (g) + e- + 240 kJ Be- (g) EA = + 240 kJ/mol
Pada tabel di bawah ini kita dapat melihat afinitas elektron umumnya
meningkat dari kiri ke kanan dalam satu perioda. Ini karena ukuran atom yang
86
semakin kecil dan muatan inti yang meningkat. Ketika semakin ke bawah dalam
satu golongan, afinitas elektron umumnya menurun dengan meningkatnya ukuran
atom.
1A 2A 3A 4A 5A 6A 7A
H – 73
Li – 60 Be + 240 B - 27 C – 122 N+9 O – 141 F – 328
Na – 53 Mg + 230 Al – 44 Si – 134 P – 72 S – 200 Cl – 348
K – 48 Ca + 156 Ga – 30 Ge – 120 As – 77 Se – 195 Br – 325
Rb – 47 Sr + 170 In – 30 Sn -121 Sb – 101 Te – 190 I - 295
Cs - 45 Ba + 52 Tl - 30 Pb - 110 Bi - 110 Po - 183 At - 270
Tabel 4.3. Afinitas Elektron Unsur golongan A
87
K+ 0,133 Ca2+ 0,099 Ga3+ 0,062 Ge4+ 0,053
88
Dalam satu perioda dari kiri ke kanan keelektronegatifan unsur semakin
besar. Sebaliknya dalam satu golongan dari atas ke bawah keelektronegatifan
unsur semakin kecil.
1A 0
2A 3A 4A 5A 6A 7A
Dalam satu golongan dari atas kebawah Dalam satu perioda dari kiri ke kanan
Keelektronegatifan Menurun Keelektronegatifan meningkat
Efek Perisai Meningkat Efek Perisai Konstan
Muatan Inti Meningkat Muatan Inti Meningkat
Energi Ionisasi Menurun Energi Ionisasi Meningkat
Afinitas Elektron Menurun Afinitas Elektron Meningkat
Jari-jari atom meningkat Jari-jari atom menurun
89
4.4.6 Valensi
Banyaknya elektron pada kulit terluar disebut elektron valensi. Ion positif
terbentuk bila unsur melepaskan elektron dan ion negatif terbentuk bila unsur
menerima elektron. Valensi tertinggi sesuai dengan golongan.
Contoh :
Ne : 2 8 elektron valensi 8 (paling stabil) jadi valensi = 0
Na : 2 8 1 elektron valensi 1, jika melepaskan 1 elektron menjadi Na+.
valensi = + 1
N:2 5 elektron valensi 5, untuk membentuk konfigurasi gas mulia
(8 elektron), valensi -3 : menerima 3 elektron dan valensi
+5 : melepaskan 5 elektron.
Jadi susunan elektron : N3- : 2 8
N5+ : 2
- Dalam satu perioda : makin ke kiri sifat logam semakin besar, makin ke
kanan sifat non logam semakin besar.
- Dalam satu golongan : makin ke bawah sifat logamnya makin besar,
sedangkan semakin ke atas sifat logamnya makin kecil. Hal ini disebabkan
makin ke bawah semakin bertambah jumlah kulit sehingga jari-jari atomnya
semakin besar, akibatnya elektron valensi mudah dilepaskan.
90
Helium, neon, argon, kripton, xenon dan radon semua unsur tersebut
termasuk golongan 0. Gas ini jarang ditemukan karena mereka terdapat di
atmosfir dalam jumlah yang sangat kecil. Dahulu ilmuwan kimia juga menyebut
unsur ini sebagai gas yang stabil karena mereka jarang bereaksi dengan unsur lain.
Pada tahun 1962, bagaimanapun seorang ilmuwan kimia dari Kanada bernama
Neil Bartlett membuat Xenon tetraflorida (XeF4), sebuah senyawa xenon. Sejak
saat itu, senyawa kripton dan radon juga telah dibuat. Namun, dibandingkan
dengan unsur yang lain unsur pada golongan 0 sangat tidak reaktif. Karena alasan
ini unsur ini dikenal dengan nama Gas Mulia. Nama ini menekankan pada
kecenderungan unsur ini berada sebagai atom daripada bereaksi dengan atom lain
membentuk senyawa. Di samping tidak reaktif, gas mulia memiliki banyak
kegunaan. Helium digunakan untuk mengisi balon udara. Helium dan neon
digunakan sebagai atmosfir buatan. Neon, argon, kripton dan xenon digunakan
dalam bola lampu potret dan pengelasan aluminium.
91
oksida yang tipis. Balutan tersebut melindungi logam, terutama berilium dan
magnesium, dari reaksi yang lebih jauh. logam ini dapat digunakan dalam
pembuatan struktur material yang memiliki kerapatan yang rendah.
92
Timah dan timbal merupakan logam. Timah sangat penting dalam
pembuatan piringan timah karena timah akan melapisi besi sehingga terlindung
dari karat. Alat solder merupakan campuran dari timah dan timbal. Tetra etil lead
sebuah senyawa organik timbal merupakan zat aditif yang ditambahkan ke dalam
bensin untuk menghilangkan ketukan pada mesin tetapi zat tersebut sangat
beracun bagi makhluk hidup sehingga penggunaannya mulai dikurangi pada tahun
belakangan ini.
93
Golongan 6A terdiri atas oksigen, belerang, selenium, telurium dan
polonium. Oksigen berwujud gas. Belerang merupakan unsur non logam yang
berada di alam dalam keadaan bebas, berwujud padat, getas, dan berwarna
kekuningan. Selenium dan telurium keduanya berwujud padat. Polonium
merupakan unsur terakhir yang terdapat dalam golongan ini merupakan logam
yang bersifat radioaktif.
Oksigen merupakan unsur yang berlimpah di alam. Komposisi oksigen di
udara yaitu 20 %, 60 % massa dari tubuh manusia dan 50 % massa kulit bumi
yang keras. Kebanyakan oksigen terdapat dalam batuan silikat yang terdapat pada
kulit bumi. Oksigen dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis. Gas
oksigen digunakan dalam bidang kedokteran.
Belerang terdapat di dalam tanah dalam jumlah besar. Belerang juga
merupakan komponen dari batubara dan minyak tanah dalam jumlah yang sedikit.
Belerang penting bagi mahluk hidup dan umumnya terikat di dalam jembatan
disulfida yaitu salah satu ikatan yang menyebabkan protein berikatan bersama-
sama. Kegunaan utama dari belerang adalah dalam pembuatan asam sulfat dan
vulkanisasi karet. Asam sulfat sebagian besar digunakan di dalam industri kimia.
Selenium merupakan semikonduktor sehingga digunakan dalam sel
fotolistrik, alat pengukur cahaya dalam kamera dan pada tombol yang peka
terhadap cahaya. Proses xerografik pada mesin fotokopi juga menggunakan
selenium.
Telurium merupakan salah satu unsur yang paling jarang ditemukan, bersifat
racun.
94
Halogen di alam tidak terdapat dalam keadaan bebas, tetapi senyawa mereka
terdapat berlimpah. Unsur ini dinamakan halogen karena mereka biasanya
ditemukan sebagai garam dari logam golongan 1A dan 2A. Sebagai contoh, garam
sodium klorida, sodium bromida dan sodium iodida yang ditemukan di dalam air
laut dan garam meja. Kalsium fluorida merupakan mineral fluorspar dimana fluor
merupakan halogen yang bersifat reaktif. Meskipun demikian, senyawa dari fluor,
klor dan iodin penting bagi kehidupan. Fluor sebagai ion fluorida penting dalam
pemeliharaan dan pembentukan gigi yang sehat. Klor sebagai ion klorida
merupakan komponen yang penting dalam darah dan cairan tubuh kita. Iodin
sebagai ion iodida diperlukan untuk mencegah penyakit gondok yaitu
pembengkakan pada kelenjar tiroid.
Halogen memiliki kegunaan lain dalam industri rumah tangga. Larutan yang
encer dari klor digunakan sebagai pemutih dan pembasmi kuman. Perak klorida
dan perak bromida sensitif terhadap cahaya dan digunakan dalam pembuatan film
fotografi. Fluor digunakan dalam pembuatan teflon untuk penggorengan dan alat
masak lainnya.
Hidrogen merupakan gas yang reaktif yang membentuk senyawa yang
bersifat eksplosif dengan oksigen. Hidrogen juga mudah bereaksi dengan unsur
lainnya. Hidrogen terdapat pada golongan 1A pada tabel periodik. Hidrogen
merupakan unsur non logam, bukan juga penghantar panas atau listrik yang baik
seperti logam alkali. Pada beberapa tabel periodik, hidrogen juga diletakkan di
golongan 7A pada bagian atas karena seperti halogen, hidrogen kekurangan 1
elektron untuk membentuk konfigurasi elektron yang stabil seperti konfigurasi
elektron gas mulia.
95
Ada 14 unsur transisi dalam pada perioda keenam dalam tabel periodik yaitu
dari cerium sampai lutetium dikenal sebagai golongan lantanida. Berikutnya
perioda ketujuh yaitu thorium sampai lawrencium yang dikenal sebagai golongan
aktinida.
Unsur transisi dan transisi dalam merupakan logam yang berkilauan dan
penghantar listrik dan panas yang baik. Tungsten, sebuah padatan yang rapuh
dengan titik lebur 3400o C digunakan di dalam bola lampu kawat pijar. Merkuri
dengan titik lebur - 38o C digunakan di dalam termometer. Perak digunakan untuk
melapisi cermin karena kualitas perak yang dapat memantulkan cahaya secara
sempurna. Produksi kawat tembaga dalam jumlah yang besar disebabkan karena
tembaga merupakan penghantar panas yang sangat baik. Baja dengan ciri khas
yang berbeda dibuat dengan penambahan kobalt, tembaga, krom, nikel atau
vanadium dan besi. Tubuh kita juga memerlukan logam transisi. Besi diperlukan
dalam memproduksi hemoglobin. Kobalt bagian dari molekul vitamin B12. Seng
dan tembaga komponen yang diperlukan dalam banyak enzim.
Logam transisi dan logam transisi dalam memiliki perbedaan kereaktifan.
Unsur skandium, yittrium, dan lanthanum memiliki sifat yang hampir sama
dengan unsur yang ada di dalam golongan 1A dan 2A yaitu mudah teroksidasi dan
bereaksi dengan air serta melepaskan hidrogen. Sebaliknya platina dan emas
sangat tidak reaktif dan sukar teroksidasi. Kebanyakan senyawa transisi dan
transisi dalam memiliki warna yang menunjukkan rumus kimia yang berbeda.
96
1+7=8 natrium
8 + 7 = 15 kalium
Unsur Berilium, magnesium dan kalsium memiliki sifat yang mirip secara
fisika dan bisa bersenyawa dengan oksigen dan klor dengan rumus yang mirip.
Menurut kenaikan bobot atom, ketiganya juga muncul dengan interval tiap tujuh
unsur :
2 Berilium
2+7=9 magnesium
9 + 7 = 16 kalsium
Suatu peristiwa atau gejala yang berulang secara teratur disebut periodik
(berkala).
Bobot atom yang diketahui dalam tahun 1869 berpengaruh terhadap titik
didih beberapa unsur. Ternyata dengan turunnya kurva secara selang seling
menunjukkan bahwa titik didih merupakan fungsi berkala dari bertambahnya
bobot atom.
Dengan bertambahnya bobot atom, titik didih unsur-unsur berubah secara
berkala. Titik didih niobium dan molibdenum begitu tinggi sehingga keluar dari
grafik.
Ketika unsur argon (Ar), suatu gas secara kimia tak aktif, ditemukan
dalam tahun 1894, sifat-sifatnya tidak mirip unsur manapun yang telah dikenal.
Dengan tabel berkala sebagai penunjuk ahli kimia menduga bahwa argon pastilah
anggota keluarga yang membentuk suatu koloni vertikal baru. Dalam 6 tahun,
lima anggota lain golongan unsur tersebut, dari helium ke radon, ternyata
semuanya merupakan gas yang tak aktif secara kimia.
97
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan tabel periodik modern, yaitu :
1. Unsur digolongkan menjadi Golongan A (utama) yaitu Golongan IA
sampai VIIIA dan Golongan B (transisi) yaitu IB sampai VIIIB dan Lantanida
serta Aktinida. Unsur dalam satu golongan ditulis tegak atau vertikal dari atas
ke bawah.
2. Unsur-unsur logam ada di sebelah kiri sedangkan unsur-unsur nonlogam
ada di sebelah kanan dan unsur-unsur yang ada diantaranya merupakan unsur
metaloid.
3. Unsur logam transisi dibagi dua yaitu unsur logam transisi dalam
(Lantanida dan Aktinida) dan unsur logam transisi luar (Golongan IB sampai
VIII B).
4. Perioda (jalur mendatar atau horizontal) dari kiri ke kanan terdiri dari 7
perioda.
- Perioda 1 disebut periode sangat pendek, hanya terdiri dari 2 unsur.
- Perioda 2 dan 3 disebut periode pendek, berisi 8 unsur
- Perioda 4 dan 5 disebut periode panjang, berisi 18 unsur
- Perioda 6 disebut sangat panjang, berisi 32 unsur
- Perioda 7 belum terisi seluruhnya sehingga disebut periode belum lengkap
5. Unsur-unsur digolongkan berdasarkan kenaikan nomor atomnya.
98
Unsur dalam satu jalur horizontal (mendatar) memiliki kesamaan jumlah
kulit yang terisi elektron, sedangkan elektron valensinya (elektron pada kulit
terluar) akan bertambah dari kiri ke kanan.
Unsur dalam satu jalur vertikal (tegak) memiliki kesamaan jumlah
elektron valensi pada kulit terluar sedangkan jumlah kulit akan bertambah dari
atas ke bawah.
Dengan demikian maka jumlah kulit yang terisi elektron menyatakan
perioda sedangkan jumlah elektron valensi menyatakan golongan.
99
Golongan Lantanida akan memiliki sifat menyerupai Lantanium sebagai
contoh unsur Ce dengan nomor atom 58 dengan konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6
3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f2. Golongan Lantanida hanya memperhatikan
subkulit 4f tempat kedudukan electron valensinya. Golongan Aktinida, contohnya
Thorium (Th) dengan nomor atom 90 konfigurasi elektronnya 54[Xe] 6s2 4f14 5d10
6p6 7s2 5f2 subkulit terakhirnya 5f2 7s2 sehingga
Golongan aktinida memiliki subkulit 5f. Jadi unsur golongan utama dan golongan
transisi ditentukan berdasarkan elektron valensinya sedangkan Golongan transisi
dalam ditentukan berdasarkan jenis subkulitnya.
100
4.7.3 Penggolongan Unsur berdasarkan Susunan Elektron Kulit Terluar
Berdasarkan susunan elektron kulit terluar, unsur dibagi menjadi 4 macam :
a. Unsur inert (gas mulia) adalah unsur yang mempunyai susunan elektron
kulit terluar telah penuh (8 elektron).
b. Unsur utama (golongan A) adalah unsur yang mempunyai susunan
elektron terluar belum penuh.
c. Unsur peralihan (unsur transisi golongan B)
101
Adalah unsur yang mempunyai susunan elektron sub kulit d belum penuh.
Karena subkulit d berisi 10 elektron, maka golongan B berisi 10 unsur tiap
perioda.
Contoh : Golongan B pada perioda 4
Fe : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d6
Zn : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10
d. Unsur peralihan dalam
Unsur yang mempunyai susunan elektron subkulit f belum penuh. Karena f =
14 maka golongan unsur peralihan dalam berjumlah 14 unsur, yaitu deret
Lantanida dan Aktinida. Contoh : La :2 8 18 2 6 10 1 8 2
5. IKATAN KIMIA
5.1 Peranan Elektron dalam Ikatan Kimia
Teori duplet dan oktet dari G.N. Lewis merupakan dasar ikatan kimia.
Lewis mengemukakan bahwa suatu atom berikatan dengan cara menggunakan
bersama dua elektron atau lebih untuk mencapai konfigurasi elektron gas mulia
(ns2np6)
Teori ini mendapat beberapa kesulitan, yaitu :
1. Pada senyawa BCl3 dan PCl5, atom boron dikelilingi 6 elektron, sedangkan
atom fosfor dikelilingi 10 elektron.
2. Menurut teori ini, jumlah ikatan kovalen yang dapat dibentuk suatu unsur
tergantung jumlah elektron tak berpasangan dalam unsur tersebut.
Contoh :
8 O : 1s2 2s2 2p2 2px2 2py1 2pz1
Ada 2 elektron tunggal. sehingga oksigen dapat membentuk 2 ikatan (H-O-
H; O=O).
akan tetapi:
5B : 1s2 2s2 2px1
Sebenarnya hal ini dapat diterangkan bila kita ingat pada prinsip Hund, cara
pengisian elektron dalam orbital suatu sub kulit, yaitu bahwa elektron-
elektron tidak membentuk pasangan elektron sebelum masing-masing orbital
terisi dengan sebuah elektron.
102
Contoh : 5B : 1s2 2s2 2px1 (R) (hibridisasi) 1s2 2s1 2px1 2py1
dengan hibridisasi, untuk berikatan dengan atom B memerlukan tiga buah
elektron, seperti BCl3
3. Menurut teori di atas, unsur gas mulia tidak dapat membentuk ikatan karena
di sekelilingnya telah terdapat 8 elektron. Tetapi saat ini sudah diketahui
bahwa Xe dapat membentuk senyawa, misalnya XeF2 den XeO2.
Teori lain adalah teori ikatan valensi. Dalam teori ini ikatan antar atom
terbentuk karena adanya orbital-orbital atom yang bertumpang tindih. Elektron
dalam orbital yang tumpang tindih harus mempunyai bilangan kuantum spin yang
berlawanan.
103
5.2.2 Konfigurasi Elektron Stabil untuk Kation
Unsur umumnya ditemukan dalam bentuk ion disebabkan unsur berusaha
mencapai tingkat energi terendah yang mungkin secara alami. Tingkat energi dan
kereaktifan kimia gas mulia rendah karena memiliki konfigurasi elektron stabil.
Atom dari unsur-unsur lain kurang stabil Tingkat energi dan kereaktifan kimia
dari unsur-unsur tersebut lebih tinggi karena konfigurasi elektron kurang stabil.
Untuk membentuk senyawa, atom berusaha mencapai energi terendah yang
mungkin.
Tahun 1916, Gilbert Lewis memberikan penjelasan mengapa atom
cenderung membentuk ion dan molekul. Dia menyarankan aturan Oktet : Atom-
atom bereaksi dengan mengubah jumlah elektronnya sehingga mencapai
kestabilan struktur elektron seperti gas mulia. Gas mulia, kecuali helium,
memiliki delapan elektron (ns2 np6) pada tingkat energi tertinggi. Aturan oktet
dirumuskan berdasarkan hal tersebut. Atom unsur logam mengikuti aturan oktet
dengan melepaskan elektron membentuk ion bermuatan positif atau kation. Atom
dari unsur non logam mengikuti aturan oktet dengan menerima elektron
membentuk ion bermuatan negatif atau anion.
Kation adalah atom atau sekelompok atom yang bermuatan positif. Kation
umumnya terbentuk dari atom logam yang kehilangan elektron. Sodium, golongan
IA, pada tabel periodik memiliki elektron berjumlah 11 termasuk satu elektron
valensi. Ketika membentuk senyawa, atom sodium kehilangan satu elektron
valensinya dan memiliki konfigurasi elektron mirip neon, gas mulia. Ion sodium
memiliki delapan elektron (oktet) pada tingkat energi tertinggi. Karena jumlah
proton pada inti sodium masih 11, kekurangan satu muatan negatif menghasilkan
ion sodium bermuatan positif.
Na 1s2 2s2 2p6 3s1
Na+ 1s2 2s2 2p6
oktet
Konfigurasi elektron dari ion sodium mirip dengan atom neon. Keduanya
memiliki delapan elektron terluar
Ne 1s2 2s2 2p6
104
Ionisasi secara sederhana ditunjukkan dengan menggunakan struktur
Lewis.
Ada beberapa ion yang tidak memiliki konfigurasi elektron seperti gas
mulia (ns2 np6). Ini merupakan penyimpangan dari aturan oktet. Contoh perak,
dengan konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p6 4d10 5s1 untuk
membentuk struktur seperti gas krypton, atom perak harus kehilangan 11 elektron.
Cara lain, perak bisa menerima 7 elektron untuk mencapai konfigurasi elektron
seperti gas xenon dan hal tersebut kemungkinan kecil terjadi karena ion dengan
muatan lebih dari tiga tidak umum.
Perak tidak bisa membentuk konfigurasi elektron seperti gas mulia.
Konfigurasi elektron terluar menjadi 4s2 4p6 4d10 jika perak kehilangan elektron
pada 5s1. Konfigurasi ini, dengan 18 elektron pada tingkat energi terluar, relatif
stabil. Perak memiliki konfigurasi elektron gas mulia semu. Perak membentuk ion
bermuatan positif. Beberapa unsur lain juga memiliki sifat yang sama dengan
perak untuk deret logam transisi. Ion Cu+, Au+, Cd2+, dan Hg2+ memiliki
konfigurasi elektron gas mulia semu.
105
Cl- 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
oktet
Ion klorida memiliki 8 elektron (oktet) pada tingkat energi tertinggi sama
dengan konfigurasi elektron dari argon.
Ar 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
oktet
Menangkap e-
Melepas e-
Kehilangan e-
Atom Sodium (Na) Ion sodium (Na+)
Soal :
1. Berapa banyak elektron yang ditangkap atau dilepaskan oleh unsur berikut
untuk membentuk ion ?
a. Ca b. F c. Al d. O
106
2. Ion apakah yang dibentuk oleh unsur berikut pada saat elektron valensi
dilepaskan atau ditangkap dan mencapai konfigurasi gas mulia?
a. S b. Na c. F d. Ba
107
5.2.4 Senyawa ionik
Anion dan kation memiliki muatan berlawanan. Keduanya tertarik satu
sama lain oleh gaya elektrostatik. Gaya tarik yang mengikat dua ion yang
muatannya berlawanan disebut ikatan ion. Senyawa ionik adalah kelompok ion
netral yang berikatan oleh adanya gaya elektrostatik. Pada senyawa ionik, muatan
positif kation harus sama dengan muatan negatif anion.
Untuk mempelajari ikatan ion, sebagai contoh reaksi antara atom sodium
dan atom klorin (gambar 5.1). Dalam membentuk senyawa, sodium memiliki
elektron valensi tunggal yang mudah dilepaskan. Klorin memiliki 7 elektron
valensi dan mudah menerima satu elektron. Ketika sodium dan klorin bereaksi
membentuk senyawa, rasio muatan 1:1. Atom sodium memberikan satu elektron
valensi pada atom klorin.
1s2 2s2 2p6 3s1 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5 1s2 2s2 2p6 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
oktet oktet
Ne Ar
2 2 6
1s 2s 2p 1s 2s 2p6 3s2 3p6
2 2
oktet oktet
Makin besar perbedaan keelektronegatifan makin besar pula karakter
ioniknya terkecuali F dan Cs, F memiliki keelektronegatifan paling kuat,
sedangkan Cs memiliki keelektronegatifan paling lemah, sehingga ikatannya tidak
sepenuhnya ionik. Bagaimanapun juga ikatan kovalen murni ada dalam molekul
yang tersusun oleh atom yang sama (H2, Cl2, C-C) atau molekul yang tersusun
dari atom yang memiliki keelektronegatifan yang hampir sama, contoh: C-H.
Dalam logam gaya tarik berasal dari elektron yang terdelokalisasi sedang
dalam senyawa ionik berasal dari gaya tarik menarik antara ion positif dan
negatif. Dalam senyawa ini, partikel-partikel bermuatan diposisikan pada jarak yg
sama satu dengan yang lainnya, sehingga ikatan dalam molekul sulit dipisahkan
(diskrit). Dalam logam, setiap atom biasanya diposisikan pada jarak yang sama
dengan 6, 8 atau 12 atom yang lainnya yang menunjukkan bahwa ikatan dengan
seluruh atom-atom yang berbeda ini memiliki kekuatan yang sama.
Soal
1. Gunakan struktur Lewis untuk menentukan rumus kimia dari senyawa
ionik yang dibentuk dari gabungan unsur-unsur berikut :
a. K dan I b. Ca dan S
c. Al dan O d. Na dan P
2. Tulislah nama senyawa ionik pada soal nomor 3!
3. Gunakan muatan ionik untuk menuliskan rumus kimia dari senyawa ionik
pada soal nomor 3!
Gambar 5.3. Diagram entalpi untuk menentukan energi kisi (U) dari NaCl(p)
• • • •
N• •N N N
••
••
••
••
• • • •
•
N N N N
••
••
••
••
••
••
••
•• • •• •• •• •
• • • •• ••
O C O O C O
••
••
•• • •• •• ••
NH4+
H +
H N H
H
Kebanyakan kation atau anion poliatom memiliki ikatan kovalen dan
ikatan kovalen koordinat. Banyak ion poliatom bermuatan negatif. Atom pada ion
poliatom memiliki ikatan kovalen sehingga struktur Lewis bisa digunakan untuk
menggambarkan ion tersebut. Muatan negatif dari ion poliatom menunjukkan
jumlah elektron yang bertambah ke dalam elektron valensi dari atom. Ion
poliatom ditemukan sebagai bagian dari senyawa ion, penambahan elektron
mengimbangi muatan positif dari senyawa kation. Ion hidroksida mengandung ion
H, O dan elektron. Penambahan elektron menghasilkan muatan -1 pada molekul.
5.3.5 Resonansi
Perhatikan struktur Lewis dari ozon berikut. Perhatikan bahwa struktur
sebelah kiri bisa diubah menjadi struktur di sebelah kanan dengan menggeser
pasangan elektron tanpa mengubah posisi dari atom oksigen.
.. .. .. .. .. .. .. .. ..
:O: + :O: + :O: : O :: O : O : : O : O :: O :
.. ..
Struktur menunjukkan ikatan di dalam ozon mengandung satu ikatan
kovalen koordinat dan satu ikatan kovalen rangkap. Ikatan kovalen rangkap
umumnya lebih pendek dibandingkan ikatan kovalen tunggal. Percobaan
menunjukkan bahwa kedua ikatan dalam ozon memiliki panjang yang sama. Hal
ini bisa dijelaskan jika ikatan dalam molekul ozon merupakan rata-rata dari dua
struktur Lewis.
Resonansi terjadi jika dua atau lebih struktur Lewis yang sebanding
digunakan untuk menggambarkan sebuah molekul. Kimiawan membayangkan
bahwa pasangan elektron bergerak maju dan mundur dengan sangat cepat, atau
beresonansi, antara struktur Lewis yang beraneka ragam. Tanda panah bolak balik
digunakan untuk menunjukkan dua atau lebih struktur yang beresonansi. Semakin
banyak struktur resonansi yang bisa ditulis, semakin stabil ion atau molekul.
.. ..
:F–B + :N–H :F–B N–H
:F: H :F: H
.. ..
Beberapa unsur, terutama fosfor dan sulfur, mengalami perluasan hukum
oktet yang terdiri dari 10 atau 12 elektron. Fosfor triklorida (PCl3) dan fosfor
pentaklorida (PCl5) merupakan senyawa yang stabil. Kedua senyawa tersebut
mengandung atom klor yang terikat pada atom fosfor. Ikatan kovalen dalam PCl3
mengikuti hukum oktet karena semua atomnya memiliki delapan elektron.
Struktur Lewis dari PCl5 bisa ditulis jika fosfor memiliki sepuluh elektron valensi.
Di dalam sulfur heksafluorida (SF6), atom sulfur memiliki 12 elektron valensi.
H - Cl
Ikatan O – H dalam molekul air juga bersifat polar. Oksigen yang lebih
elektronegatif mendorong elektron ikatan menjauh dari hidrogen. Oksigen
bermuatan negatif. Hidrogen bermuatan positif.
δ -
O O
atau
δ + H H δ + H H
Keelektronegatifan menunjukkan jenis ikatan antara dua atom. Jika
perbedaan keelektronegatifan di antara dua atom lebih besar dari 2,0, ikatan
tersebut merupakan ikatan ion. Jika perbedaan keelektronegatifan lebih dari 0,4,
ikatan tersebut merupakan ikatan kovalen non polar.
O=C=O
Karbon dan oksigen terbentang sepanjang sumbu aksis. Oleh karena itu
polaritas ikatan terabaikan karena arahnya berlawanan. Karbon dioksida adalah
molekul nonpolar. Molekul air memiliki dua ikatan polar, tetapi ikatan molekul
tersebut terdistorsi. Molekul air bersifat polar.
Ikatan Tunggal
Ikatan Rangkap
Tabel 5.1 memuat energi ikatan untuk molekul diatomik tertentu. Ikatan
umumnya melemah dengan meningkatnya nomor atom, sebagaimana ditunjukkan
dengan menurunnya energi ikatan hidrogen halida berikut : HF > HCl > HBr >
HI. Namun, terdapat kelemahan pada molekul fluorin F2 (energi ikatannya jauh
lebih kecil daripada Cl2 dan sebanding dengan I2). Kekuatan ikatan menurun
sangat jauh dalam molekul diatomik dari N2 (945 kJ/mol) ke O2 (498 kJ/mol) ke
F2 (158 kj/mol).
Kita dapat menghitung energi ikatan rata-rata dari hasil pengukuran pada
sederet senyawa. Energi satu ikatan tertentu dalam senyawa yang berbeda akan
sedikit menyimpang dari nilai yang ditunjukkan, tetapi dalam banyak hal
penyimpangannya kecil.
Jumlah
Pasangan
Susunan
Pasangan
Jumlah
Pasangan
Susunan
Pasangan
Pasangan e- Susunan Pasangan Geometri Contoh
total Ikatan Bebas molekul
Soal
Apa yang dimaksud dengan ikatan sigma? Jelaskan dengan bantuan diagram
bagaimana pertumpangtindihan dua orbital 1s setengah penuh menghasilkan
ikatan sigma!
Pada molekul fluorin orbital atom p bertumpangtindih dari satu sisi ke sisi
lain. Pada beberapa molekul, orbital ini bisa bertumpangtindih sisi ke sisi.
Tumpang tindih sisi ke sisi pada orbital atom p menghasilkan orbital molekul pi.
Terjadi ikatan pi ketika orbital molekul pi diisi oleh dua elektron. Simbol Yunani
untuk pi adalah π (gambar 5.15). Di dalam ikatan pi, elektron ikatan lebih mudah
ditemukan pada daerah berbentuk lonjong di atas dan di bawah inti dari atom
yang berikatan. Orbital bertumpang tindih pada ikatan pi tidak seluas pada ikatan
sigma. Oleh karena itu ikatan pi cenderung lebih lemah daripada ikatan sigma.
5.7 Hibridisasi
Struktur Lewis dan gabungan dari elektron bebas di dalam orbital adalah
dua cara untuk menjelaskan ikatan kovalen. Teori VSEPR menggambarkan
bentuk molekul. Cara lain untuk menggambarkan molekul baik bentuk dan
ikatannya adalah dengan cara hibridisasi orbital. Dengan hibridisasi beberapa
orbital atom digabung untuk membentuk jumlah yang sama dari orbital padanan
yang sesuai.
Hibridisasi bisa digunakan untuk menggambarkan molekul metana. Satu
elektron pada 2s dan tiga elektron pada orbital 2p dari atom karbon bergabung
untuk membentuk 4 elektron pada hibridisasi sp3. Bentuk molekulnya tetrahedral
dengan sudut 109,5o. Elektron pada orbital sp3 dari karbon bertumpang tindih
dengan elektron pada orbital 1s dari empat atom hidrogen (gambar 5.17).
Kemungkinan besar terjadi tumpang tindih dengan elektron pada orbital 1s dari
atom hidrogen. Delapan elektron valensi yang tersedia mengisi orbital molekul
untuk membentuk empat ikatan sigma C – H.
Bentuk ketiga dari ikatan kovalen adalah ikatan kovalen rangkap tiga,
contohnya pada etuna, C2H2. Nama lain dari etuna adalah asetilen.
H −C ≡ C − H
6. GAS
6.1 Wujud, Sifat dan Variabel Gas
Pada tingkat makroskopik, gas dibedakan dari cairan dan padatan karena
nilai rapatan massa (mass density) gas jauh lebih kecil (paling mudah diukur
dalam gram per cm3). Pada tingkat mikroskopik, rapat bilangan (number density)
(jumlah molekul per cm3 sampel) lebih kecil dan jarak diantara molekul jauh lebih
besar daripada dalam cairan dan padatan. Molekul tanpa muatan listrik akan
menghasilkan gaya nyata terhadap molekul lainnya hanya bila mereka berdekatan.
Akibatnya, bila mempelajari gas, interaksi diantara molekul gas dapat diabaikan
dan menganggap tumbukan sebanyak-banyaknya terjadi antara dua molekul saja.
Suatu gas tak mempunyai bentuk; gas mengambil bentuk dari wadahnya;
gas tak mempunyai volume yang tertentu, melainkan dapat dimampatkan maupun
dimuaikan menurut perubahan ukuran wadah. Volume wadahnya adalah volume
gas.
Bangsa Yunani menganggap udara merupakan salah satu dari 4 unsur
utama di alam. Komposisi bumi dari udara (tabel 6.1) tidak diakui sampai akhir
abad ke-18 sewaktu Lavoiser, Priestley, dan lainnya menunjukkan bahwa udara
terutama terdiri atas dua jenis zat : oksigen dan nitrogen. Oksigen dicirikan oleh
kemampuannya mendukung kehidupan. Lebih dari 100 tahun berlalu sebelum
udara direanalisis secara cermat, yang menunjukkan bahwa oksigen dan nitrogen
hanya menyusun 99% dari volume total, dan sebagian besar dari 1% sisanya
adalah gas baru yang disebut argon. Gas mulia lainnya (helium, neon, kripton,
xenon) ada di udara dalam jumlah yang jauh lebih kecil.
Gas terbentuk bila cairan menguap. Uap air di udara dari penguapan air
merupakan contoh yang paling dikenal; uap ini menyebabkan kelembapan udara.
Gas juga terbentuk lewat reaksi kimia. Bila dipanaskan, beberapa padatan
terurai menghasilkan gas, contoh penguraian merkuri (II) oksida menjadi merkuri
dan oksigen.
kalor
2HgO(s) CaO(s) + CO2(g)
Reaksi ini digunakan oleh Joseph Priestley. Bahkan sebelumnya (1756)
Joseph Black telah menunjukkan bahwa marmer, yang terdiri atas CaCO3 terurai
jika dipanaskan menghasilkan kapur tohor (CaO) dan karbon dioksida :
kalor
CaCO3(s) CaO(s)+ CO2(g)
Amonium klorida (NH4Cl) juga terurai jika dipanaskan menghasilkan dua
gas, amonia dan hidrogen klorida.
kalor
NH4Cl(s) NH3(g) + HCl(g)
Beberapa reaksi pembentukan gas berlangsung secara eksplosif.
Penguraian nitrogliserin merupakan detonasi yang semuanya menghasilkan gas:
4C3H5(NO3)3(l) 6N2(g) + 12CO2(g) + O2(g) + 10H2O(g)
Beberapa unsur bereaksi dengan oksigen membentuk oksida gas :
S(s) + O2(g) SO2(g)
2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)
N2(g) + O2(g) 2NO(g)
2NO(g) + O2(g) 2NO2(g)
Reaksi asam dengan padatan ionik tertentu merupakan golongan reaksi
penting yang menghasilkan gas. Karbondioksida dihasilkan dari reaksi asam
klorida dengan karbonat.
CaCO3(s) + 2HCl(g) CaCl2(s) + CO2(g) + H2O(l)
Gas-gas yang baru dibahas tersebut menunjukkan sifat kimia yang sangat
beragam. Sebagai contoh HCl dan SO3, sangat reaktif, bersifat asam dan korosif,
sedangkan lainnya, seperti N2O dan N2, kurang reaktif. Meskipun sifat kimia gas
sangat beragam, sifat fisis semua gas sama saja yang mendekati gas “ideal”.
Tiga sifat yang menjelaskan tentang gas ialah volume (V), tekanan (P),
dan suhu (T).
a. Volume
Bila gas dimasukkan ke dalam suatu wadah, molekul-molekulnya akan
bergerak secara bebas dan akan menempati seluruh volume wadah tersebut.
Akibatnya, volume gas berdasarkan volume dari wadahnya. Gas akan bercampur
satu sama lain secara bebas bila ada beberapa macam gas dalam campuran, maka
volume dari tiap komponen gas sama dengan volume wadah yang ditempati
seluruh macam gas.
b. Tekanan
Gaya yang diberikan oleh gas pada satu satuan luas dinding wadah disebut
tekanan gas. Hal ini ditunjang oleh eksperimen yang dilakukan oleh Evangelista
Torricelli (1608 – 1647). Ia menutup tabung kaca panjang di satu ujungnya dan
mengisinya dengan merkuri. Kemudian ia menutup ujung yang terbuka dengan
ibu jarinya, membalikkan tabung itu dan mencelupkannya dalam mangkuk berisi
merkuri dengan hati-hati agar tidak ada udara masuk. Merkuri dalam tabung
turun, meninggalkan ruang gas yang nyaris hampa pada ujung yang tertutup,
tetapi tidak semuanya turun dari tabung. Merkuri ini berhenti jika mencapai 76 cm
di atas aras merkuri dalam mangkuk. Torricelli menunjukkan bahwa tinggi aras
yang tepat sedikit beragam dari hari ke hari dan dari satu tempat ke tempat lain.
Piranti sederhana ini disebut barometer (gambar 6.1) bekerja seperti neraca, salah
satu lengannya dibebani dengan merkuri dalam tabung dan lengan lainnya berupa
kolom udara dengan luas potongan melintang yang sama yang memanjang ke
atmosfer bumi, sekiar 150 km ke atas. Tinggi kolom merkuri menyesuaikan diri
dengan demikian massanya berubah-ubah; inipun berlaku untuk massa kolom
udara (jadi, kedua gaya pada permukaan merkuri) menjadi sama. Perubahan tinggi
kolom dari hari ke hari terjadi karena gaya yang ditimbulkan oleh atmosfer
beragam bergantung pada cuaca. Barometer pada ketinggian tertentu memiliki
sebagian atmosfer di bawahnya sehingga nilai yang terbaca akan lebih rendah
dibandingkan barometer yang terletak di permukaan laut, jika pengaruh cuaca
diabaikan.
Gambar 6.1. Barometer
c. Suhu
Pada skala celcius, titik beku ditetapkan pada suhu 0oC dan titik didih
(pada 1 atm) pada suhu 100oC. Pada skala Fahrenheit kedua suhu yang sama
adalah 32oF dan 212oF. Penetapan kedua titik ini tidak memecahkan masalah
pendefinisian skala suhu. Eter misalnya, mendidih pada tekanan atmosfer di
antara 0 dan 100oC, tetapi pada suhu berapa titik didihnya? Masalahnya ialah
bahwa suhu bukanlah kuantitas mekanis, seperti tekanan, jadi sukar didefinisikan.
Charles mengamati bahwa pada tekanan yang cukup rendah semua gas
memuai dengan jumlah relatif sama jika mereka memiliki suhu awal dan akhir
yang sama. Misalnya, memanaskan sampel N2 dari suhu beku air ke suhu
didihnya, menyebabkan gas memuai sampai 1,366 kali volume awalnya;
peningkatan volume yang sama sebesar 36,6% juga dijumpai pada O2, CO2, dan
gas lain. Perilaku universal ini menyiratkan bahwa suhu dapat dinyatakan sebagai
fungsi linear volume gas. Dengan demikian dapat ditulis
V
t = c
V −1
0
dengan V adalah volume gas pada suhu t, V 0 adalah volume pada suhu beku air,
dan c meruupakan tetapan, yang sama untuk semua gas. Pada tahun 1802, Gay-
Lussac menemukan nilai untuk c sebesar 267oC. Eksperimen berikutnya
menghasilkan c = 273,15oC. Definisi suhu (dalam derajat Celcius) ialah
V
t = 273 ,15 o C
V −1
0
Suhu gas dapat diukur dengan mengambil sampel gas pada tekanan rendah
dan membandingkan volumenya dengan volume pada titik beku air. Untuk
penetapan suhu yang sangat cermat diperlukan tekanan yang rendah atau
diterapkan koreksi kecil.
Begitu suhu ditetapkan, kita dapat mengukur perubahan volume merkuri
akibat perubahan suhu. Hasil yang didapatkan hampir, tidak tepat linear.
Misalnya, jika termometer merkuri dikalibrasi untuk disesuaikan dengan
termometer gas pada 0oC dan 100oC dan jika skala di antaranya dibagi rata
menjadi 100 bagian untuk menandai setiap derajat, ada galat (error) kecil karena
penggunaan termometer ini. Suhu 40oC pada termometer gas akan dibaca sebagai
40,11oC pada termometer merkuri, yang menandakan bahwa volume merkuri cair
tidak berubah secara tepat linear dengan berubahnya suhu. Maka persamaannya
menjadi :
t
V =V0 1 + o
273 ,15 C
Dengan kata lain, volume gas berubah secara linear dengan berubahnya
suhu. Ini merupakan pernyataan umum hukum Charles (gambar 6.2). Suhu
negatif pada skala Celsius berhubungan dengan suhu di bawah titik beku air dan
tentu saja ini akan mendekati 0, dan jika t berada di bawah angka ini maka
volume akan menjadi negatif, sesuatu yang tidak mungkin. Dengan demikian kita
menduga bahwa t = -273,15oC merupakan limit dasar bagi suhu, yang tidak dapat
lagi diturunkan. Semua gas nyata mengembun menjadi cairan atau padatan
sebelum mencapai suhu nol mutlak, namun pendapat yang lebih cermat
menunjukkan bahwa tidak ada zat yang dapat didinginkan di bawah -273,15oC-
273,15oC. Suhu terdingin yang dapat dicapai adalah sekitar beberapa mikroderajat
di atas nol mutlak.
Gambar 6.2. Hukum Charles
Suhu nol mutlak merupakan pilihan logis yang dipaksakan sebagai titik
nol pada skala suhu. Cara termudah untuk menciptakan skala baru ialah dengan
menambahkan 273,15 pada suhu Celsius. Ini menghasilkan skala suhu Kelvin :
T (Kelvin) = 273,15 + t (Celsius)
huruf kapital T menunjukkan bahwa ini merupakan skala mutlak, yang satuannya
ialah kelvin (K). Jadi suhu 25,00oC sama dengan 273,15 + 25,00 = 298,15 K. Pada
skala ini hukum Charles menjadi
V∞ T
(tekanan tetap dan jumlah gas tetap)
dengan tetapan proporsionalitas ditetapkan oleh tekanan tetap dan jumlah gas
yang ada. Nisbah volume yang ditempati pada dua suhu berbeda oleh sejumlah
gas tertentu pada tekanan tetap adalah V1 T
= 1
V2 T2
Persamaan 6.3) berarti bahwa : apabila sejumlah tertentu gas pada tekanan tetap
suhunya berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2, maka volumnya juga berubah
dengan perbandingan V/T yang selalu tetap (=k)
V2 V1 6.4)
= =k
T2 T1
Untuk mendapatkan kuosien pertama, maka persamaan 6.3) diturunkan
terhadap T, pada tekanan dan jumlah mol tetap, dan diperoleh persamaan :
(∂V/∂T)p,n = k 6.5)
Persamaan 6.7) ini merupakan kuosien turunan pertama pada ruas kanan
persamaan 6.2).
Jika persamaan 6.8) diturunkan terhadap P pada suhu dan jumlah mol tetap, maka
diperoleh persamaan
(∂∇ /∂P)T,n = - (k/P2) 6.10)
Persamaan 6.11) merupakan nilai kuosien turunan suku kedua dari persamaan
6.2).
Hasil penelitian yang sangat cermat memperlihatkan bahwa hukum Boyle
berlaku untuk gas nyata hanya jika tekanan yang dimiliki mendekati nol dan juga
pada suhu yang sangat tinggi. Hukum Boyle (gambar 6.4) dapat dipahami sebagai
gambaran dari gas yang terdiri atas sejumlah besar molekul yang bergerak bebas,
tidak ada antaraksi antar molekul-molekulnya. Tekanan yang ditimbulkan oleh
gas hanya disebabkan oleh tumbukan dari molekul gas terhadap dinding.
Penurunan volum mengakibatkan tumbukan molekul terhadap dinding menjadi
semakin sering, sehingga meningkatkan tekanan.
Persamaan 6.12) berarti bahwa pada suhu dan tekanan yang tetap, jika
jumlah mol berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 maka volumnya akan berubah
dengan perbandingan V/n yang selalu tetap.
V2 V1 6.13)
= =k
n2 n1
Jika persamaan 6.12) diturunkan terhadap n pada suhu dan tekanan tetap, maka
diperoleh persamaan
(∂V/∂n)T,P = k = V/n 6.14)
dengan nt adalah jumlah total mol semua gas dalam volum V. Misalkan
dari tiga gas dengan jumlah mol masing-masing n1, n2, dan n3 maka persamaan
gas menjadi
PV = (n1 + n2 + n3) RT atau
P = (n1 + n2 + n3) RT/V 6.16)
Tekanan P adalah tekanan total dari ketiga gas tersebut, sehingga tekanan masing-
masing gas dapat dinyatakan sebagai berikut
P1 = n1 RT/V 6.17.a)
P2 = n2 RT/V 6.17.b)
P3 = n3 RT/V 6.17.c)
Jadi tekanan total adalah jumlah tekanan parsial semua komponen gas yang
terdapat di dalam campuran gas, yang disebut sebagai hukum Dalton (gambar
6.5 dan gambar 6.6).
P = P 1 + P 2 + P3 6.19)
Tekanan =
Tekanan =
Tekanan = Minyak 152 mmHg +
152 mmHg
160 mmHg 608 mmHg =
He
H2 760 mmHg
Hidrogen
(Tekanan parsial = 752 mmHg)
HCl
dengan uap air
(tekanan parsial = 17 mmHg)
Air pada suhu 19oC
Seng
- mvx
mvx
→
mvy m v
Dari hukum kedua Newton, ini merupakan gaya yang ditimbulkan pada
muka awal oleh molekul yang menghantamnya berkali-kali :
2 6.31)
∆v ∆p mvx
f = ma = m = =
∆t ∆t l
Sekarang, andaikan sejumlah besar molekul N, dengan massa m bergerak
bebas dalam kotak dengan komponen kecepatan x, yaitu vx1, vx2, vx3, dan
seterusnya. Jadi gaya total yang ditimbulkan pada muka oleh N molekul adalah
jumlah gaya yang ditimbulkan oleh molekul secara individual :
sehingga u 2 = v x2 + v y2 + v z2 = 3vx2
1 6.32)
PV = Nm u 2
3
dengan u 2 adalah kelajuan purata kuadrat dari molekul gas. Dari hukum
gas ideal :
PV = nRT
dapat kita simpulkan bahwa
1 6.33)
Nm u 2 = nRT
3
Persamaan ini dapat diperiksa dengan dua cara. Pertama, kita ketahui
bahwa energi kinetik molekul dengan massa m yang bergerak kelajuan u adalah ½
mu2, jadi, energi kinetik rerata N molekul (1 mol) ialah ½ N0mu2. Ini tepat sama
dengan ruas kiri persamaan dengan faktor ½ bukannya 1/3 :
1 3 1 3
energi kinetik per mol = N 0 mu 2 = x N 0 mu 2 = RT
2 2 3 2
Energi kinetik rerata dari molekul gas bergantung hanya pada suhu dan
tidak bergantung pada massa molekul atau rapatannya.
Cara kedua untuk melihat persamaan ini ialah dengan mengingat bahwa m
merupakan massa satu molekul, jadi, N0m ialah massa 1 mol molekul, yaitu massa
molar, disingkat dengan M. Pemecahan persamaan ini untuk kelajuan purata
kuadrat ialah
3RT 6.35)
u2 =
M
Semakin tinggi suhu dan semakin ringan molekul, semakin besar kelajuan
purata kuadratnya.
3/ 2
m
f (u ) = 4π
2πk T
u 2 exp ( − mu 2 / 2k BT ) 6.38)
B
Gambar 6.9. Distribusi Kelajuan Molekul Maxwell-Boltzmann.
j
u
m
l
a
h
m
o
l
e
k
u
l
Kecepatan Molekul (m/s)
dimana tetapan Boltzmann kB sama dengan R/N0. Distribusi ini diplotkan dalam
gambar 6.9 untuk beberapa suhu. Jika suhu ditingkatkan, distribusi keseluruhan
dari kelajuan molekul bergeser ke nilai yang lebih tinggi. Sangat sedikit molekul
yang mempunyai kelajuan yang sangat rendah atau sangat tinggi, jadi f(u) kecil
pada batas-batas ini dan distribusinya maksimum pada kelajuan yang sedang.
Distribusi kelajuan molekul dalam gas telah diukur secara eksperimen seperti
ditunjukkan pada gambar dan hasilnya sesuai dengan prediksi Maxwell dan
Boltzmann.
Cara lain untuk memikirkan f(u) ialah sebagai distribusi probabilitas : f(u)
∆ u ialah probabilitas bahwa suatu molekul tertentu akan memiliki kelajuan antara
u dan u + ∆ u. Kelajuan yang paling mungkin (most probable speed) ump ialah
kelajuan yang f(u)-nya maksimum. Untuk fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann,
ini adalah
Kuantitas penting lainnya ialah kelajuan rerata u, yaitu
2 k BT 2 RT
ump = =
m M
8k BT 8 RT 6.39)
u= =
πm πM
Telah kita ketahui bahwa
3k BT 3RT
u rms = =
m M
Ketiga kelajuan ini saling berdekatan, tetapi tidak sama. Nisbahnya :
u mp : u : u rms =1,000 : 1,128 : 1,225
Untuk setiap suhu ada kurva distribusi unik yang mendefinisikan suhu
dalam teori kinetik gas. Kecuali molekul gas memiliki distribusi kelajuan yang
sesuai dengan kurva itu, suhu tidak mempunyai makna bagi gas. Suhu dapat
menjelaskan suatu sistem dari molekul gas hanya bila distribusi kelajuannya
dinyatakan oleh fungsi Maxwell-Boltzmann. Perhatikan suatu wadah tertutup
yang diisi dengan sejumlah molekul yang distribusi kelajuannya bukan
“Maxwell”. Keadaan seperti ini dimungkinkan (misalnya, sejenak sesudah
ledakan) tetapi ini tidak bertahan lama. Distribusi manapun dari kelajuan molekul
selain distribusi Maxwell-Boltzmann dengan cepat menjadi Maxwell lewat
tumbukan molekul, yang mempertukarkan energi. Begitu tercapai, distribusi
Maxwell-Boltzmann bertahan sampai waktu tak terhingga. Molekul gas mencapai
kesetimbangan termal satu sama lain, dan kita katakan bahwa sistem itu
memiliki suhu hanya jika kondisi kesetimbangan termalnya ada.
Teori kinetik gas dapat diringkas dalam bentuk suatu model sebagai berikut :
1. Gas terdiri dari molekul yang berjarak jauh satu dari yang lain dalam
ruangan yang tanpa molekul-molekul ini akan hampa.
2. Molekul bergerak kian kemari dengan kecepatan tinggi, dengan lintasan
lurus tetapi arahnya acak.
3. Molekul-molekul saling bertabrakan, tetapi tabrakan ini bersifat elastis
sempurna (tak mengakibatkan kehilangan energi).
4. Kecepatan rata-rata molekul bertambah jika temperatur naik dan
berkurang jika temperatur turun. Dalam suatu contoh gas murni, molekul-
molekul bergerak tidak dengan kecepatan yang sama, tetapi untuk suatu gas
pada temperatur tertentu, kecepatan rata-rata dalam semua contoh akan sama,
tak bergantung pada tekanan.
5. Pada temperatur tertentu, molekul gas A dan B mempunyai energi kinetik
rata-rata yang sama. Membesarnya massa m, diimbangi dengan menurunnya
kecepatan rata-rata, v. Artinya, pada suatu temperatur tertentu, K.E = ½ mAvA2
= ½ mBvB2. Jika mA lebih besar daripada mB, maka vA harus lebih kecil
daripada vB.
R e a l v e r s u s Id e a l G a s e s
Gas Ideal vs Gas Nyata
2,5
id e a l
H2
2
O2
1,5 N2
CH4
Vobs/Videal
1 CO2
SO2
0,5 C l2
H 2O
0
0 100 200 300 4 00 500 6 00 700 800 900
P re ssu re , a tm
Juga telah dipelajari bahwa molekul-molekul dari gas ideal tak mempunyai
gaya tarik menarik sesamanya dan dapat didinginkan sampai suhu nol absolut
tanpa berkondensasi menjadi cairan. Molekul-molekul dari gas nyata akan saling
tarik menarik. Waktu gas didinginkan maka volumenya akan turun menjadi di
bawah nilai menurut hukum Charles. Kemudian tiba-tiba zatnya akan
berkondensasi menjadi cairan dengan volume yang lebih kecil. Pada suhu yang
lebih rendah lagi akan membeku menjadi zat padat. Akibat lain dari gaya tarik
antara molekul ini adalah pendinginan yang terjadi bila gas yang dimampatkan
dan dibiarkan mengembang secara bebas ke ruang vakum. Ketika gas
mengembang, jarak rata-rata dari molekulnya makin bertambah. Karena ada gaya
tarik antara molekul tersebut, untuk memisahkan molekul-molekul tersebut akan
menaikkan energi potensialnya, sehingga menyebabkan energi kinetiknya turun.
Menurunnya energi kinetik sebanding dengan menurunnya suhu dari gas.
Karena perilaku gas nyata menyimpang dari gas ideal, terutama pada
tekanan tinggi (gambar 6.11) dan suhu rendah, maka rumus gas ideal tak dapat
dipakai untuk menghitung dengan ketelitian tinggi. Cara untuk memperbaiki
perhitungan adalah dengan memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara
memasukkan faktor-faktor yang menyebabkan adanya perbedaan antara gas nyata
dengan gas ideal.
Misalnya molekul-molekul gas dalam wadah dapat kita hentikan
pergerakannya dan dibiarkan mengendap ke dasar wadah. Akan terlihat bahwa
sebagian volume dari wadah akan terisi oleh molekul-molekul gas. Sisa ruang
yang bebas lebih kecil dari isi seluruh wadah. Bila pada kasus perkiraan ini,
molekul gas lain ditambahkan, dapat masuk ke ruang bebas itu, tetapi tidak pada
seluruh isi wadah. Keadaan yang sama akan terjadi bila molekul-molekulnya
bergerak, dan ada volume dimana di dalamnya molekul tak dapat bergerak karena
molekulnya mempunyai volume disebut volume yang diabaikan (volume
tersisih).
Pada gas ideal, molekul-molekulnya tak mempunyai volume, sehingga pada
gas ideal tempat merupakan ruangan kosong, ke dalam mana molekul-molekul
gas lain dapat ikut dimasukkan bila gas dimampatkan. Bila kita hubungkan ruang
kosong yang terdapat dalam gas nyata dengan volume gas ideal, Videal, maka
ukuran volume dari gas nyata, Vukur, ternyata lebih besar dari volume gas ideal
(gambar 6.11), selisih ini berkaitan dengan ukuran molekul nyata. Menurut J.D.
Van der Waals (1837 – 1923) seorang ahli fisika Belanda, volume terukur adalah
R e a l v e rs u s Id e a l G a s e s
1,00 4 dimana b adalah koreksi dari volume yang diabaikan per mol dan n adalah
mol1,00dari
2
gas. Volume gas ideal menjadi
1
0,99 8
Videal = Vukur – nb.
ideal
0,99 6 H2
O2
0,99 4 N2
Vobs/Videal
CH4
0,99 2 CO2
0 ,9 9
Gambar 6.11. Perbedaan volume antara gas ideal dan
S O 2 gas nyata pada tekanan tinggi.
C l2
H 2O
0,98 8
Gas Ideal vs Gas Nyata
0,98 6
0,98 4
0,98 2
0 0,2 0 ,4 0,6 0,8 1 1, 2 1 ,4 1 ,6 1,8
P re ssu re , a tm
6.5 Persamaan Van der Waals
Gas nyata berbeda dari gas ideal disebabkan karena volume molekul dan
antar aksi molekul, sehingga volume dan tekanan gas untuk gas nyata perlu
dikoreksi dari gas ideal. Volume wadah, V, harus terdiri atas volume gas dan
volume bebas untuk gerak molekul.
n RT 6.41)
V =nb +
Pideal
dengan b adalah suatu tetapan sebagai koreksi terhadap volume, yang nilainya
tergantung pada jenis gas. Penyusunan ulang persamaan 6.41) menghasilkan
nRT 6.42)
Pideal =
V − nb
Tekanan gas nyata dikoreksi terhadap gas ideal. Tekanan gas nyata lebih rendah
dari tekanan gas ideal.
n 6.43)
P = Pideal − a
V
dengan a adalah tetapan yang tergantung pada jenis gas; sehingga persamaan
6.43) menjadi
nRT an 2
P= − 2 6.44)
V − nb V
7. KESETIMBANGAN KIMIA
Senyawa dinitrogen tetraoksida dan dinitrogen oksida berada dalam
keadaan setimbang seperti pada persamaan dibawah ini :
N2O4 2NO2
Pada temperatur tertentu, jumlah NO2 dan N2O4 tidak mengalami
perubahan, tetapi beberapa pasang molekul NO2 bergabung membentuk N2O4 dan
beberapa molekul N2O4 pecah membentuk 2 molekul NO2. Kelajuan 2 proses di
atas adalah sama, dinitrogen tetraoksida dan nitrogen oksida berada dalam
kesetimbangan dinamis.
te
Panas turun
Entropi naik
Panas turun
Entropi turun
Panas naik
Entropi naik
Gambar 7.2. Hubungan antara panas, entropi, dan perubahan energi bebas untuk reaksi
tidak spontan
panas naik
entropi turun
panas naik
entropi naik
panas turun
entropi turun
Cara yang lain, ∆ Ho atau ∆ So bisa ditentukan jika dua nilai lainnya pada
persamaan diketahui. Energi bebas Gibbs juga dapat dihitung (karena ia fungsi
keadaan) dari energi bebas produk dan reaktan
∆ Gorxn=Σ m∆ Gof(produk) - Σ n∆ Gof(reaktan)
Tabel 7.1 menunjukkan nilai ∆ Go untuk beberapa reaksi umum. Tabel 7.2
menunjukkan nilai ∆ Go perubahan energi bebas standar pada pembentukan
senyawa dari unsur-unsurnya.
Catatan : ∆ Gfo = 0 untuk molekul unsur. ∆ Gfo bisa digunakan untuk
menghitung ∆ Go dari reaksi. Ini mirip dengan cara menghitung panas reaksi
dengan menggunakan ∆ Hfo. Jika ∆ Go dihitung untuk mengetahui apakah reaksi
berjalan spontan, hasilnya berlaku untuk reaktan dan produk pada keadaan standar
reaksi berjalan tidak spontan pada kondisi tertentu bisa berjalan spontan.
Tabel 7.1. Energi Bebas untuk Reaksi Spontan pada Suhu 25oC
Energi Bebas
Reaksi
kkal/mol kJ/mol
H2(g) + Cl2(g) 2HCl(g) -45,6 -191
S(s) + O2(g) SO2(g) -71,7 -300
2N2O5(s) 4NO2(g) + O2(g) -7,2 -30
C6H12O6(s) + 6O2(g) 6CO2(g) + 6H2O(l) -686 -2868
Tabel 7.2. Energi Bebas Standar Pembentukan pada Suhu 25oC dan Tekanan 1 atm
Senyawa ∆ Gfo (kj/mol) Senyawa ∆ Gfo (kj/mol) Senyawa ∆ Gfo (kj/mol)
Al2O3(s) -1576,4 Fe(s) 0,0 NO(g) 86,69
Br2(g) 3,14 Fe2O3(s) -741,0 NO2(g) 51,84
Br2(l) 0,0 H2(g) 0,0 Na2CO3(s) -1048
C(s, intan) 2,866 H2O(g) -288,6 NaCl(s) -384,03
C(s, grafit) 0,0 H2O(l) -237,2 O2(g) 0,0
CH4(g) -50,79 H2O2(l) -114,0 O3(g) 163,4
CO(g) -137,3 HCl(g) -95,27 P(s, putih) 0,0
CO2(g) -394,4 H2S(g) -33,02 P(s, merah) -14
CaCO3(s) -1127,7 I2(g) 19,4 S(s, rombik) 0,0
CaO(s) -604,2 I2(s) 0,0 S(s, monoklinik) 0,096
Cl2(g) 0,0 N2(g) 0,0 SO2(g) -300,4
F2(g) 0,0 NH3(g) -16,64 SO3(g) -370,4
Soal
1. Tentukan apakah reaksi berikut ini berjalan spontan. Asumsikan semua
unsur dalam keadaan standar pada suhu 25oC dan tekanan 1 atm.
a. 2Na(s) + Cl2(g) 2NaCl(s)
b. 4Al(s) + 3O2(g) 2Al2O3(s)
2. Ketika gas nitrogen dan hidrogen bereaksi membentuk gas amonia, ∆ Go =
-16,64 kJ/mol.
3H2(g) + N2(g) 2NH3(g)
Gunakan nilai So pada tabel , hitung ∆ Hfo untuk pembentukan amonia.
7.3 Tetapan Kesetimbangan
Pada grafik diatas dijelaskan ketika HI dimasukkan kedalam bejana
reaksi, hanya reaksi yang selanjutnya terjadi karena tidak ada H2 atau I2. Tetapi
segera setelah terbentuk produk maka reaksi bolak balik terjadi. Setelah beberapa
waktu, reaksi selanjutnya berlangsung lambat karena konsentrasi HI menurun.
Reaksi bolak balik kecepatannya meningkat ketika H2(g) dan I2(g) diakumulasikan.
Akhirnya, reaksi selanjutnya dan reaksi bolak balik berlangsung dengan kelajuan
yang sama dan campuran reaksi setimbang.
Grafik diatas memiliki data yang terdapat dalam tabel 7.3 Eksperimen 2
dan 3 melibatkan konsentrasi awal yang berbeda untuk reaksi yang sama.
Berdasarkan data yang ada pada kolom ketiga pada tabel 7.3, konsentrasi
setimbang dari HI, H2 dan I2. Kita menggunakan metode trial and error untuk
mencari konstanta kesetimbangannya.
[G ] g [ H ] h
Kc =
[ A] a [ B ]b
Contoh :
Jika konsentrasi kesetimbangan dari Cl2 dan COCl2 pada suhu 395o C, tentukan
konsentrasi setimbang CO pada reaksi di bawah ini :
CO(g) + Cl2(g) COCl2(g)
Kc = 1.2 x 103 pada suhu 395o C
Jawab
Jika menentukan konsentrasi unsur yang ada didalam reaksi pada saat setimbang,
kita harus menggunakan konstanta kesetimbangan.
[COCl 2 ]
Kc = = 1.2 x 103
[CO ][ Cl 2 ]
Karena [Cl2] sama dengan [COCl2] setimbang pada 395o C, 2 unsur ini dapat
dicoret
[COCl 2 ] 1
= [CO ] = Kc = 1.2 x 103
[CO ][ Cl 2 ]
1 1
[CO] = =
Kc 1.2 x10 3
-4
= 8.3 x 10 M
Menggunakan data eksperimen yang sesuai yang sama dengan tabel 14.1,
kita dapat menentukan nilai dari Kc.
[ NO 2 ] 2
Kc = 2 = 4.67 x 1013 (pada 298 K)
[ NO ] [O2 ]
Jika reaksi kebalikannya yaitu penguraian dari NO2 (g) pada 298 K. Kita
dapat menuliskan persamaan reaksinya sebagai berikut:
2NO2(g) 2NO(g) + O2(g)
Tetapi kita tidak memerlukan eksperimen lain untuk menentukan nilai
tetapan kesetimbangan yang baru yang disimbolkan K’c. Tetapan kesetimbangan
untuk reaksi penguraian NO2(g) merupakan kebalikan dari tetapan kesetimbangan
yang telah dibentuk.
1
[ NO ] 2 [O2 ] 1 1
K’c = = [ NO 2 ] 2 = = = 2.14 x
[ NO 2 ] 2 Kc 4.67 x10 13
[ NO ] 2 [O2 ]
10-14
1/ 2
1
= = 2.14 x10 −14
= 1.46 x 10-7
Kc
Persamaan di atas menggambarkan aturan umum yang baru :
Ketika koefisien dalam sebuah persamaan dikalikan dengan faktor yang
umum, n, untuk menghasilkan persamaan yang baru, kita mengkuadratkan
nilai Kc yang asli dengan menambah n untuk memperoleh tetapan
kesetimbangan yang baru.
Pada contoh yang terdahulu, n = ½ . Jika kita gandakan koefisien
persamaan sehingga n = 2 dan seterusnya.
Kesimpulannya, pembentukan tetapan kesetimbangan dan nilai Kc
bergantung pada bagaimana persamaan kimia untuk reaksi bolak balik yang
sebenarnya dituliskan. Kita harus menuliskan persamaan kimia yang setara ketika
mencari nilai Kc.
Contoh :
Tetapan kesetimbangan untuk reaksi dibawah ini :
½ H2(g) + ½ I2(g) HI(g)
([ NO 2 ) RT ] 2
([ NO ]RT ) 2 [O2 ]RT
[ NO 2 ] 2 1
= x
[ NO ] 2 [O2 ] RT
Kc
Kp = = Kc (RT)-1
RT
Reaksi umum :
aA(g) + bB(g) gG(g) + hH(g)
Dari reaksi di atas kita dapat membuat persamaan untuk reaksi umum :
Kp = Kc (RT)Δn gas
Eksponen Δngas merupakan perubahan jumlah mol gas pada reaksi yang terjadi.
Δngas = ( g + h ) - ( a + b )
Kita juga dapat menulis tetapan kesetimbangan untuk reaksi yang memiliki fase
cair dan gas.
H2O(l) H2O(g)
Kc = [H2O(g)] dan Kp = P H 2 O
Nilai awal dari Qc adalah 0 tetapi seperti proses reaksi pada langkah selanjutnya,
perbandingan pembilang –[H2][I2]- nilainya menjadi meningkat, dan penyebutnya
–[HI]2- menjadi lebih kecil. Kedua perubahan ini menyebabkan perubahan pada
nilai Qc yang menjadi meningkat. Kesetimbangan tercapai ketika Qc = Kc. Analisa
ini membuat beberapa kriteria dibawah ini :
Jika Qc < Kc, perubahan terjadi pada langkah selanjutnya yaitu dari kiri
kekanan.
Nilai Qc untuk kondisi Awal pada percobaan 2. Reaksi ini dimulai dari
produknya. Perubahan terjadi pada reaksi kebalikannya (kekiri). Kita dapat
menghitung nilai Qc untuk konsentrasi [HI] = 0.000 M dan H2] = [I2] = 1.000 M.
[ H 2 ][ I 2 ] (1.000 ) x (1.000 )
Qc = 2 =
(0.000 ) 2
∞
[ HI ]
Pr oduk
Q = =K Keadaan Setimbang Tidak Ada
reak tan
Pr oduk
Q = >K Kebanyakan Produk membentuk
reak tan
reaktan
Pr oduk
Q = >∞ Murni Produk membentuk
reak tan
reaktan
Persamaan tersebut digunakan bila tekanan P dinyatakan dalam atmosfer dan Pref
= 1 atm. Untuk sistem yang lebih kompleks dapat digunakan dengan persamaan :
a
∆G = nRT ln = nRT ln a
a
ref
dimana aref adalah aktivitas dalam keadaan acuan yang dipilih dan a adalah
aktivitas dalam keadaan termodinamika umum. Aktivitas dalam keadaan acuan
selalu dinyatakan dengan nilai 1. Itu berarti perubahan dalam energi bebas Gibbs
pada waktu pengambilan sistem dari keadaan acuan ke suatu keadaan
termodinamika umum ditentukan oleh aktivitas a dalam keadaan umum.
Aktivitas ini dihubungkan terhadap tekanan atau konsentrasi oleh
koefisien aktivitas (γ 1) yang didefinisikan oleh persamaan :
γ i Pi
ai =
Pref
Koefisien aktivitas untuk gas ideal adalah sama dengan 1. Itu berarti
bahwa aktivitas sebuah gas ideal adalah nisbah antara tekanannya dengan tekanan
standar tertentu. Jika tekanan dinyatakan dalam satuan atmosfer, maka aktivitas
gas ideal secara numerik sama dengan tekanannya. Koefisien aktivitas untuk zat
terlarut i dalam suatu larutan pada konsentrasi ci didefinisikan oleh persamaan :
γ i ci
ai =
cref
Untuk zat terlarut dalam larutan encer, keadaan acuan yang dipilih sebagai larutan
ideal pada konsentrasi cref = 1 M.
Keadaan acuan untuk zat padat dan zat cair murni dipilih yang berbentuk
stabil pada 1 atm. Setelah keadaan acuan didefinisikan, koefisien aktivitas dapat
ditentukan dari P-V-T hasil eksperimen dan data kalorimetri. Dari persamaan
aktivitas sistem pada gas ideal akan diperoleh tetapan kesetimbangan K tanpa
memperhatikan fasa dari setiap produk dan reaktan :
a cC . a d D
=K
a a A. ab B
Begitu juga dengan reaksi di bawah ini, penambahan atau pengurangan cairan air
tidak berpengaruh terhadap tekanan penguapan air.
H2O(l) H2O(g)
Kp = PH2O
= NO2 = N2O4
Jika jumlah NO2 dan N2O4 tidak diubah seperti gambar 14.5 (b), masing-
masing tekanan parsial digandakan karena volume telah dikurangi menjadi
setengah dari volume awal. Sehingga :
2 PNO 2 x 2 PNO 2 ( PNO 2 ) 2
Qp = 2 PN = 2 x = 2 x Kp > Kp
2O4
PN 2O4
Karena Qp lebih besar dari pada Kp pada gambar 14.5 (b) reaksi terjadi
pada arah sebaliknya. Ini akan mengurangi pembilang dan meningkatkan
penyebutnya dan mengurangi Qp sehingga sekali lagi akan sama dengan Kp .
Persamaan setimbang yang baru akan memiliki N2O4 berlebih dan kekurangan
NO2 daripada awalnya. Pada gambar 8.4 (c) terdapat kesetimbangan yang baru.
Sekarang tambahkan prinsip Le Chatelier’s. Ketika kita mengurangi
volume campuran yang setimbang dengan meningkatkan tekanan parsialnya, kita
menyebabkan molekulnya berdesakan. Reaksi kebalikan terjadi karena 1 mol gas
reaktan N2O4 mengganti 2 molekul gas NO2. Dalam gambar 8.4 (c), kita melihat 2
molekul NO2 dari gambar 8.4 (a) dan 8.4 (b) yang telah mengganti 1 molekul
N2O4.
Pernyataan di bawah ini ringkasan pengaruh perubahan tekanan atau
volume pada kesteimbangan yang melibatkan gas :
Ketika tekanan ditingkatkan atau volume dikurangi, kesetimbangan akan
menghasilkan sejumlah kecil mol gas
Ketika tekanan parsial diturunkan atau volume ditingkatkan akan
menghasilkan sejumlah besar mol gas
Jika tidak ada perubahan sejumlah mol gas dalam reaksi, perubahan
tekanan atau volumenya tidak akan mempengaruhi kesetimbangan
Jika perubahan tekanan gas atau volume dihasilkan dengan menambahkan
gas inert ke dalam campuran yang setimbang, pengaruhnya berbeda. Jika gas inert
ditambahkan pada tekanan yang konstan, volume akan diperluas untuk
menampung gas yang ditambahkan. Ini memiliki pengaruh yang sama seperti
memindahkan campuran ke kontainer yang memiliki volume yang besar. Jika gas
inert ditambahkan ke dalam campuran yang memiliki volume yang konstan,
konsentrasi dan tekanan parsial dari reaktan dan produk tidak berubah dan gas
inert tidak mempengaruhi kesetimbangan.
Sekarang kita isi yang kosong. Karena kita mulai dengan tidak ada SO3
dan menghasilkan konsentrasi setimbang 0.0162 M, perubahan [SO3] harus
+0.0162 M. Tanda positif menandakan bahwa sesuatu terbentuk. Dari persamaan
kimia, kita melihat jumlah yang sama mol per liter SO2 harus digunakan sebanyak
mol per liter SO3 yang dihasilkan. Perubahan [SO2] sama dengan – 0.0162 M ;
tanda negatif menandakan sesuatu digunakan. Karena hanya 1 mol per liter O2
diperlukan untuk setiap 2 mol per liter SO3 yang dihasilkan, perubahan [O2]
adalah – ½ x 0.0162 M, yang sama dengan – 0.0081 M. Sekarang kita melengkapi
tabel dengan menambahkan perubahan ini dari konsentrasi awal sehingga
mencapai konsentrasi setimbang.
Reaksi : 2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)
Mula-mula M : 0.0250 0.0250 0
Reaksi M : - 0.0162 - 0.0162 + 0.0162
Setimbang M : 0.0088 0.0088 0.0162
Terakhir, kita memasukkan konsentrasi setimbang kedalam persamaan
kesetimbangan.
[ SO3 ] 2 (0.0162 ) 2
Kc = = = 2.8 x 102
[ SO 2 ] 2 [O2 ] (0.0088 ) 2 (0.0119 )
Contoh :
Berdasarkan reaksi di bawah ini :
H2(g) + I2(g) 2 HI(g)
Kc = 54.3 pada 698 K
Jika kita mulai dengan 0.500 mol H2(g) dan 0.500 I2(g) dengan volume 5.25 L pada
698 K, berapa mol dari masing-masing gas yang ada dalam keadaan setimbang ?
Jawab
Pertama mari kita hitung konsentrasi awal
0.500 mol
[H2] = [I2] = = 0.0952 M
5.25 L
[HI] = 0
Jika kita andaikan x sebagai perubahan konsentrasi H2 dan I2, perubahan [HI]
adalah + 2x karena 2 mol HI dibentuk dari setiap 1 mol H2 dan I2 yang bereaksi.
Kita memasukkan perubahan ini, bersama dengan keadaan awal dan konsentrasi
setimbang, ke dalam tabel dibawah ini :
54.3
Dari persamaan di atas, dapat dicari perubahan x dan mengganti x.
1/ 2
(2 x) 2
2
= (54.3)1/2
(0.0952 − x )
2x
= (54.3)1/2
(0.0952 − x )
2x = (54.3)1/2 x ( 0.0952 – x )
2x = 7.37 x ( 0.0952 – x )
2x = 0.702 - 7.37x
9.37x = 0.702
x = 0.0749
Sekarang kita dapat menghitung konsentrasi setimbang
[H2] = [I2] = 0.0952 - x = 0.0952 - 0.0749 = 0.0203 M
[HI] = 2x = 2 x 0.0749 = 0.150 M
Untuk menentukan jumlah kesetimbangan, kita mengalikan konsentrasi setimbang
dengan volumenya.
Mol H2 = Mol I2 = 5.25 L x 0.0203 mol/L = 0.107 mol
Mol HI = 5.25 L x 0.150 mol/L = 0.788 mol
katalis besi
Pengembalian N2 dan H2
Air Laut Hidrogen
Elektrolisis
Seperti pada pembuatan NH3, untuk mendapatkan hasil SO3 dalam jumlah
besar, pembuatannya harus dilakukan pada temperatur rendah dan tekanan tinggi,
agar kesetimbangan bergeser ke arah SO3. Akan tetapi reaksi tidak dapat
berlangsung pada temperatur rendah. Reaksi baru dapat berlangsung pada
temperatur 400oC.
Dengan menggunkan katalis vanadium pentaoksida (V2O5), reaksi
berlangsung dengan baik, yaitu 98% sempurna dan tidak memerlukan tekanan
tinggi. Pada waktu sebelumnya, katalis platina (Pt) pernah digunakan. Akan
tetapi, ternyata platina tersebut teracuni dan menjadi tidak aktif.
Belerang trioksida (SO3) diabsorpsi oleh asam sulfat pekat dan membentuk
asam pirosulfat (H2S2O7), dengan reaksi :
SO3 dilarutkan dalam H2SO4 98% membentuk oleum atau disebut juga
sulfur acid. Asam pirosulfat itu akan dibuah menjadi asam sulfat dengan
menambahkan air dengan reaksi :
Air
Oksigen Oksigen H2SO4 H2SO4
dari air dari air 98% 98%
V2O5
5. pada industri tekstil, cat, plastik, akumulator (aki), dan bahan peledak.
8. STRUKTUR KRISTAL
8.1 Sistem Kristal
Zat padat dapat diklasifikasikan berdasarkan keteraturan susunan atom-
atom atau ion-ion penyusunnya. Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom
yang teratur letaknya dan berulang (periodik) disebut bahan kristal. Dikatakan
bahwa bahan kristal mempunyai keteraturan atom berjangkauan panjang.
Sebaliknya, zat padat yang tidak memiliki keteraturan demikian disebut bahan
amorf atau bukan kristal.
Bahan kristal untuk yang selanjutnya disebut kristal, dapat dibentuk dari
larutan, lelehan, uap, atau gabungan dari ketiganya. Bila proses pertumbuhannya
lambat, atom-atom atau partikel penyusun zat padat dapat menata diri selama
proses tersebut untuk menempati posisi yang sedemikian sehingga energi
potensialnya minimum. Keadaan ini cenderung membentuk susunan yang teratur
dan juga berulang pada arah tiga dimensi, sehingga terbentuklah keteraturan
susunan atom dalam jangkauan yang jauh, inilah yang mencirikan keadaan kristal.
Sebaliknya, dalam proses pembentukan yang berlangsung cepat, atom-atom tidak
mempunyai cukup waktu untuk menata diri dengan teratur. Hasilnya terbentuklah
susunan yang memiliki tingkat energi yang lebih tinggi. Susunan atom ini
umumnya hanya mempunyai keteraturan yang berjangkauan terbatas, dan keadaan
inilah yang mencerminkan keadaan amorf. Dalam bahan amorf, jangkauan
keteraturan atom biasanya sampai tetangga kedua.
Diantara kedua kristal sempurna (tunggal) di satu pihak, dan keadaan
amorf di pihak lain, terdapat keadaan yang disebut polikristal (kristal jamak). Zat
padat pada keadaan ini tersusun oleh kristal-kristal kecil. Bila ukuran kristalnya
dalam ukuran orde mikrometer, bahan yang bersangkutan termasuk kristal mikro
(microcrystalline); dan bila ukuran kristalnya dalam orde nanometer, maka
bahannya digolongkan sebagai kristal nano (nanocrystalline).
Gaya elektrostatik tarik-menarik antara muatan negatif elektron dan
muatan positif inti atom adalah yang menjadi penyebab timbulnya gaya
pemersatu (kohesi) dalam zat padat. Sementara itu gaya magnet sangat kecil
pengaruhnya pada kohesi, dan gaya gravitasi bahkan dapat diabaikan efeknya. Di
pihak lain, adanya interaksi pertukaran, seperti gaya van der waals dan ikatan
kovalen memberikan sumbangan yang berarti pada kohesi kristal.
Energi kohesi kristal didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk
memecah atau memisahkan kristal menjadi komponen-komponennya yang berupa
atom netral yang bebas. Apabila komponen-komponen kristal berupa ion positif
dan ion negatif, maka energi kohesi lebih tepat disebut energi kisi. Hal ini banyak
dijumpai pada ikatan ionik.
Berdasarkan cara atom-atom berikatan satu sama lain dalam membentuk
kristal, dapat dibedakan : ikatan ionik, ikatan kovalen, ikatan logam, ikatan van
der waals, dan ikatan hidrogen.
n1, n2, dan n3 adalah bilangan bulat, sedangkan a, b, dan c adalah vektor satuan
dalam arah tiga dimensi (sejajar dengan rusuk-rusuk persegi-empat dari sel
satuan) sebagai ilustrasi, bila pada posisi r dan r1 dapat ditentukan atom-atom
yang identik, ini berarti r1 memenuhi :
Bentuk dan ukuran sel satuan serta distribusi atom di dalamnya menggambarkan
karakteristik kristal. Pilihan bentuk dan ukuran sel satuan dalam dua dimensi
dapat dilihat pada gambar 8.1. Setiap sel satuan memiliki vektor-vektor basis a
dan b yang unik.
Gambar 8.1. Kisi dua dimensi. Dapat dibentuk sel satuan sembarang
Titik-titik sebagai tempat kedudukan atom dalam kristal disebut titik kisi.
Berdasarkan jumlah titik kisi dalam setiap sel satuan dapat dibedakan sel satuan
primitif dan non-primitif. Sel satuan disebut primitif bilamana dalam sel satuan
tersebut hanya terdapat satu titik kisi, dan bila terdapat lebih dari satu titik kisi
disebut sel satuan non-primitif. Pada gambar 8.2, sel satuan E adalah non-primitif.
Bila kristal memiliki simetri rotasi, artinya kisi kristal tersebut dapat
diputar terhadap sumbu tertentu dengan sudut 2π/n dan n = 1, 2, 3, 4, ... Akan
tetapi, tidak semua operasi rotasi dapat dilakukan terutama bila dikaitkan dengan
sifat simetri translasinya. Dengan syarat ini maka untuk kisi dua dimensi rotasi
yang mungkin hanyalah untuk n = 3, 4, dan 6 saja; perhatikan gambar 7.3.
Dalam ruang tiga-dimensi, persyaratan simetri nampak lebih ketat, yang
variasi panjang vektor a, b dan c serta besarnya sudut (α, β, γ) yang dibentuk oleh
vektor-vektor itu. Persyaratan panjang vektor dan besarnya sudut tersebut
menghasilkan 14 kisi Bravais dalam ruang tiga-dimensi, baik primitif maupun
non-primitif yang tertuang dalam 7 sistem kristal, seperti pada gambar 8.4
parameter kisi dan sistem kristal ditunjukkan pada tabel 8.1.
Gambar 8.3. Dalam dua-dimensi bentuk kisi yang memenuhi syarat periodik terbatas
jumlahnya. Hanya segi 3, 4, dan 6 yang dapat digunakan, untuk segi 5 dan 8 tersisa bidang
yang berbeda bentuknya dengan bentuk kisi, sedangkan pada segi 7 terjadi penumpukan.
Gambar 8.6. Susunan mampat sel satuan heksagonal : a. heksagonal mampat (hcp), b. kubus
mampat (ccp), c. tampak atas truktur hcp.
Gambar 8.7. Faktor pemampatan atom untuk kubus bersusunan mampat : kubus pusat sisi
(FCC), kubus pusat ruang (BBCC), kubus sederhana (SC) dan struktur intal (diamond).
Bilangan dalam % menunjukkan besarnya APF.
Dalam setiap sel satuan SC terdapat sebuah atom, sehingga volume yang
ditempati atom :
Hasil ini menunjukkan bahwa atom-atom dalam kristal SC menempati 52% dari
volume kristal keseluruhan.
Soal :
Dari gambar 8.7, ditunjukkan bahwa APF untuk setiap kristal berikut adalah :
FCC = 74%, BCC = 68% dan struktur intan = 34%.
b. Neutron
Berkas neutron dihasilkan dari reaksi inti, yang dapat berlangsung di
dalam reaktor atom (melalui reaksi fisi) dan dalam generator neutron. Dalam
reaktor atom, reaksi fisi diawali dengan penembakan neutron termal yang
diarahkan pada inti berat, misal uranium, sehingga terjadi pembelahan
inti (fisi) yang disertai dengan pemancaran neutron (dalam jumlah yang
banyak) dan pembebasan energi sampai 200 MeV; menurut reaksi :
c. Elektron
Berkas elektron dihasilkan dari elektron gun. Pemilihan panjang
gelombang elektron dilakukan dengan mengatur tegangan pemercepatnya
(energi elektron), menurut persamaan :
yang disebut syarat Bragg. d jarak antar bidang (hkl) yang sama, θ sudut
difraksi, dan λ panjang gelombang sinar-X yang digunakan.
Dalam difraktometer sinar-X, posisi kristal sedemikian sehingga
pengukuran dilakukan pada sudut 2θ , yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar
hambur.
Gambar 8.8. Difraksi sinar-X : a. berkas sinar-X dipantulkan oleh bidang (hkl) yang
berjarak d satu sama lain, b. berkas sinar datang dan sianr hambur membentuk sudut 2θ ,
c. data I vs 2θ dari difraktometer sinar-X
Dengan demikian, pengukuran yang bersangkutan menghasilkand ata intensitas
berkas sinar hambur (I) dan sudut difraksi (2θ ). Perhatikan gambar 8.8b dan
8.8c. Dari data yang dihasilkan, dapat dihitung jarak antar bidang dari bidang-
bidang yang mendifraksikan berkas sinar-X. Dengan demikian, melalui difraksi
sinar-X dapat diketahui beberapa parameter kisi dan struktur kristal dari cuplikan
yang diamati.
dengan
yaitu volume sel satuan. Sifat-sifat selanjutnya dari vektor basis yang
bersangkutan :
Vektor dalam kisi balik Ghkl (semacam vektro translasi T dalam kisi langsung)
dinyatakan sebagai berikut :
Berhubungan dengan bidang (hkl) dalam kisi dengan sifat sebagai berikut :
Gambar 8.9. Posisi vektor gelombang datang, vektor gelombang hambur, vektor hamburan,
dan vektor normal bidang.
Kembali pada difraksi kristal, pada gambar 8.9a dapat diperhatikan bahwa vektor
hamburan s adalah :
karena , dengan :
maka :
vektor hamburan s selanjutnya dapat ditulis :
yaitu syarat Bragg dalam ungkapan vektor hamburan dan vektor dalam kisi balik.
Selanjutnya ion Na+ dan ion Cl- yang dalam keadaan gas berikatan satu
sama lain dan membentuk kristal dengan melepaskan energi kisi (kohesi) sebesar
7,9 eV:
8.1)
Apabila ion Na+ dan ion Cl- berdekatan pada jarak r, besarnya energi
(potensial) tarik-menarik Coulomb adalah :
8.2)
dengan e muatan listrik ion dan εo permitivitas hampa. Gaya tarik-menarik ini
tidak mengakibatkan kedua ion terus mendekat, sampai jarak yang sedekat-
dekatnya, karena orbital tertutup yang terisi penuh elektron pada masing-masing
atom juga saling berdekatan. Sebagai akibatnya, timbul gaya tolak antar elektron
pada orbital atom, sebagai konsekuensi larangan Pauli. Besarnya energi tolak-
menolak (repulsif) dapat diungkapkan sebagai berikut :
atau :
8.3)
A, B dan ρ adalah tetapan, sedangkan n = 12. Dalam persamaan 8.3 terlihat bahwa
energi tolak menolak menurun dengan cepat dengan bertambahnya jarak antar
ion. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi tolak menolak tersebut adalah
berjangkauan pendek, terutama bila dibandingkan dengan interaksi elektrostatik
Coulomb. Dengan demikian, setiap ion hanya merasakan interaksi tolak menolak
dengan ion tetangga terdekatnya saja.
Di pihak lain, dalam interaksi elektrostatik setiap ion akan berinteraksi
baik dengan ion tetangga terdekatnya maupun dengan ion tetangga berikutnya,
karena interaksi ini berjangkauan lebih jauh. Dengan ini kita perlu
memperhitungkan pengaruh tetangga yang lebih jauh tersebut dalam perhitungan
energi interaksinya.
Tabel 8.4. Jenis dan jarak ion-ion tetangga dari ion tinjauan Na+ dalam sel satuan kristal
NaCl
Energi kisi adalah energi total pada r = ro. Dalam grafik pada gambar 8.11, E(ro)
adalah nilai energi keseimbangan pada titik minimum dari kurva E (r). Hal ini
berarti turunan pertama dari E (r) terhadap r pada r = r o adalah sama dengan nol.
Jadi,
Gambar 8.10. Empat tampilan kisi sel satuan garam meja (NaCl) : a. Sel satuan secara
umum, b. Konfigurasi Oktahedral, setiap atom dikelilingi 6 atom tetangga terdekat, c.
Susunan mampat, dan d. Susunan atom pada salah satu bidang kisi kubus.
Gambar 8.11
menghasilkan :
8.5)
8.6)
8.7)
Terlihat pada persamaan terakhir ini bahwa nilai energi kisi bergantung pada
tetapan Madelung, sementara itu nilai tetapan ρ biasanya hanya beberapa persen
dari nilai ro. Mott dan Gurney melaporkan bahwa ρ = 0,345 angstrom untuk 20
macam kristal ionik alkali halida. Distribusi elektron di sekitar ion pada kristal
NaCl ditunjukkan pada gambar 8.12. Angka-angka yang tersaji pada kontur
menunjukkan konsentrasi relatif elektron di lokasi yang bersangkutan.
Gambar 8.12. Distribusi rapat elektron
pada bidang dasar kristal NaCl.
Konsentrasi relatif elektron ditunjukkan
oleh angka- angka yang tercantum
Tabel 8.4. Persentase keionikan beberapa kristal biner (mempunyai dua jenis atom)
Gambar 8.13. Energi molekul hidrogen sebagai fungsi jarak antar atom
8.4 Struktur Logam
Kebanyakan logam murni mengkristal dalam salah satu dari tiga bentuk
yang sederhana.
Dua politipe terbentuk jika kedua pola penumpukkan itu diulang dalam
arah vertikal. Jika pola ABA diulang, sehingga menghasilkan urutan lapisan
ABABA …, maka bola-bola itu tersusun rapat secara heksagonal (hcp). Selain itu
juga, jika pola ABC diulang, sehingga menghasilkan urutan ABCABC…, maka
bola-bola itu tersusun rapat kubus (ccp). Struktur ccp menimbulkan sel satuan
berpusat muka, sehingga struktur itu dapat juga dinyatakan dengan kubus F (atau
fcc, singkatan dari face-centered cubic ; kubus berpusat muka).
Kekompakan struktur ccp dan hcp ditunjukkan dengan bilangan
koordinasi, yaitu jumlah atom yang mengelilingi suatu atom tertentu. Dalam
kedua hal ini, bilangan koordinasinya 12. Ukuran kekompakan yang lain adalah
fraksi penyusunan, yaitu fraksi ruang yang ditempati oleh bola-bola itu yang
besarnya 0,740. Jadi, dalam padatan yang tersusun rapat dengan bola identik,
26,0% volumenya adalah ruang kosong. Kenyataan bahwa banyak logam
merupakan susunan rapat, menyebabkan satu dari sifat khas yang sama, yaitu
rapatannya yang tinggi. Gambar berikut merupakan jenis dari beberapa struktur
logam.
Gambar 8.16. Struktur Kristal Logam
Sumber :
8.5 Struktur Molekul Raksasa
Oksida-oksida dari unsur-unsur periode 3 yaitu : Na2O, MgO, Al2O3, SiO2,
P4O10, P4O6, SO3, SO2, Cl2O7, dan Cl2O. Oksida-oksida tersebut dikenal sebagai
oksida-oksida tertinggi dari tiap unsur. Oksida-oksida ini terbentuk pada saat
unsur-unsur periode 3 berada pada keadaan oksidasi tertinggi. Pada oksida-oksida
ini, semua elektron terluarnya terlibat dalam pembentukan ikatan mulai dari
natrium yang hanya memiliki satu elektron terluar hingga klor dengan 7 elektron
terluar.
Oksida logam yaitu Na2O, MgO, dan Al2O3 cenderung membentuk struktur
ionik raksasa, SiO2 membentuk struktur kovalen raksasa, P4O10, P4O6, SO3, SO2,
Cl2O7, dan Cl2O membentuk struktur molekuler.
Struktur raksasa (oksida logam dan silikon dioksida) memiliki titik leleh
dan titik didih yang tinggi karena dibutuhkan energi yang besar untuk
memutuskan ikatan yang kuat (ionik atau kovalen) yang bekerja pada tiga
dimensi. Oksida-oksida fosfor, sulfur, dan klor terdiri dari molekul-molekul
individual, beberapa diantaranya kecil dan sederhana, dan yang lainnya berupa
polimer. Gaya tarik menarik antar molekul-molekul ini berupa dispersi atau
penyebaran gaya Van der Waals dan interaksi dipol-dipol. Ukuran yang
bermacam-macam ini tergantung pada ukuran, bentuk dan polaritas dari masing-
masing molekul, tapi akan selalu lebih lemah daripada yang dibutuhkan untuk
memutuskan ikatan ionik atau kovalen pada struktur raksasa. Oksida-oksida ini
cenderung menjadi gas, cairan atau padatan dengan titik leleh rendah.
Semua oksida dari unsur pada periode 3 ini tidak memiliki elektron bebas
sehingga tidak dapat menghantar arus listrik dalam wujud padat. Oksida-oksida
ini dapat mengalami elektrolisis jika dicairkan sehingga dapat menghantarkan
arus listrik karena adanya pergerakan ion-ion menuju elektroda dan pelepasan
muatan ion-ion saat mencapai elektroda.
Molekul P4
Fosfor hanya menggunakan tiga elektron terluar (3 elektron p yang tidak
berpasangan) membentuk tiga ikatan dengan oksigen.
Molekul P4O6
Molekul P4O10
8.5.4 Oksida-Oksida Sulfur
Sulfur membentuk dua oksida yang umum, sulfur dioksida (sulfur (IV)
oksida), SO2, dan sulfur trioksida (sulfur (VI) oksida), SO3.
O O
Sulfur menggunakan empat elektron terluarnya untuk membentuk ikatan
rangkap dengan oksigen, menyisakan dua elektron yang berpasangan pada sulfur.
Bentuk bengkok dari SO2 adalah akibat dari adanya elektron bebas ini.
O O
Terdapat bermacam-macam bentuk sulfur trioksida, yang paling sederhana
adalah trimer, S3O9, dimana 3 molekul SO3 bergabung membentuk cincin.
Molekul S3O9
Terdapat bentuk polimer lainnya dimana molekul SO3 bergabung membentuk
rantai panjang, sebagai contoh :
Cl Cl