Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anemia atau kurang darah sering dikaitkan dengan kondisi lemah, letih, dan
lesu akibat kurangnya kandungan zat besi di dalam darah. Tak hanya pada orang
dewasa, anak-anak bahkan balita pun bisa terkena anemia. Indonesia jumlah penderita
anemia yang berasal dari kelompok anak usia sekolah (6–18 tahun) mencapai 65 juta
jiwa. Bahkan, jika digabung dengan penderita anemia usia balita,remaja putri,ibu
hamil, wanita usia subur, dan lansia, jumlah total mencapai 100 juta jiwa! ”Artinya,
secara kasar bisa dikatakan bahwa satu di antara dua penduduk Indonesia menderita
anemia.
Dalam survei KRT juga terlihat angka kejadian anemia lebih tinggi pada
perempuan dibandingkan laki-laki. Jika anemia terjadi pada anak perempuan,
dampaknya tidak hanya bagi anak tersebut melainkan juga generasi selanjutnya. Ini
mengingat anak perempuan tersebut kelak akan mengandung dan melahirkan.
Anemia bisa disebabkan kondisi tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah
tinggi, seperti saat hamil,menyusui, masa pertumbuhan anak dan balita, serta masa
puber. Atau ketika tubuh banyak kehilangan darah seperti saat menstruasi dan pada
penderita wasir dan cacing tambang. Mereka yang menjalankan diet miskin zat besi
atau pola makan yang kurang baik juga rentan anemia. Sebab lainnya adalah
terjadinya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh.
B. RUMUSAN MASALAH
Anemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah sel darah
merah. Menurut WHO, anemia didefinisikan sebagai Hb (hemoglobin) kurang 13 g/dl
untuk laki-laki dan kurang 12 g/dl untuk wanita. Definisi sangat tergantung pada usia
dan jenis kelamin. Definisi yang paling sering dipakai adalah definisi anemia menurut
WHO dan CDC (Centers for Disease Control and Prevention).
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI ANEMIA
Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin
yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas.
Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal
kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar
wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan
tersebut, Centers for disease control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar
hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari
10,5 g/dl pada trimester kedua (Suheimi, 2007).
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat
besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup,
yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi
serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total
Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta
ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi,
antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan
absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat
besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari
penyakit.
Terjadi sekitar 62,3 % pada kehamilan. Merupakan anemia yang paling sering
dijumpaipada kehamilan. Hal ini disebabkan oleh kurang masuknya unsure besi dan
makanan, karena gangguan resorpsi, ganguan penggunaan atau karena terlampaui
banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan besi
bertambah dalam kehamilan terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat besi
untuk wanita tidak hamil 12 mg, wanita hamil 17 mg dan wanita menyusui 17 mg.
♦ Memiliki rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis,rata, dan
mudah patah
♦ Lidah tampak pucat, licin dan mengkilat, berwarna merah daging,
stomatitis angularis, pecah-pecah disertai kemerahan dan nyeri sudut mulut
• mikrositosis
• hipokromasia
• anemia ringan tidak selalu menimbulkan ciri khas bahkan banyak yang
bersifat normositer dan normokrom
• kadar besi serum rendah
• daya ikat besi serum meningkat
• protoporfirin meningkat
• tidak dtemukan hemosiderin dalam sumsum tulang.
2. Anemia megaloblastik
Gejala-gejalanya:
• Malnutrisi
• Glositis berat(Lidah meradang, nyeri)
• Diare
• Kehilangan nafsu makan
• megaloblast
• promegaloblast dalam darah atau sumsum tulang
• anemia makrositer dan hipokrom dijumpai bila anemianya sudah berat. Hal itu
disebabkan oleh defisiensi asam folat sering berdampingan ndenagn defisiensi
besi dalam kehamilan
3. Anemia hipoplastik
Ciri-ciri
4. Anemia hemolitik
Terjadi pada sekitar 0,7 % kehamilan. Disebabkan oleh pengancuran sel darah
merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya. Wanita dengan anemia
hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka biasanya anemia menjadi berat.
Sebaliknya mungkin pula kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang
sebelumnay tidak menderita anemia. Anemia hemolitk dibagi menjadi 2 golongan
besar:
• anemia
• hemoglobinemia
• hemoglobinuria
• hiperbilirubinuria
• hiperurobilirubinuria
• kadar sterkobilin dalam feses tinggi, dll
1. Perdarahan hebat
2. Akut (mendadak)
3. Kecelakaan
4. Pembedahan
5. Persalinan 23. Reaksi autoimun terhadap sel
6. Pecah pembuluh darah darah merah:
7. Kronik (menahun) Hemoglobinuria
8. Perdarahan hidung nokturnal paroksismal
9. Wasir (hemoroid) Sferositosis herediter
10. Ulkus peptikum Elliptositosis herediter
11. Kanker atau polip di saluran
pencernaan 24. Kekurangan G6PD
12. Tumor ginjal atau kandung 25. Penyakit sel sabit
kemih 26. Penyakit hemoglobin C
13. Perdarahan menstruasi yang 27. Penyakit hemoglobin S-C
sangat banyak 28. Penyakit hemoglobin E
14. Berkurangnya pembentukan sel 29. Thalasemia
darah merah
15. Kekurangan zat besi
16. Kekurangan vitamin B12
17. Kekurangan asam folat
18. Kekurangan vitamin C
19. Penyakit kronik
20. Meningkatnya penghancuran sel
darah merah
21. Pembesaran limpa
22. Kerusakan mekanik pada sel
darah merah
C. GEJALA KLINIS
Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi
sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya
yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala
penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-
kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah,
lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati
bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia
akan jelas.
DERAJAT ANEMIA
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu
hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori,
yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8
g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu
hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan
tertinggi 14.00 mg/dl.
E. PENCEGAHAN ANEMIA
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang
dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat
diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat
besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan
kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa
zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada
sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis
rendah 30 mg pada trimester ketiga ibu hamil non anemik (Hb lebih/=11g/dl),
sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen
Fe sulfat 325 mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi
asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapat
diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari
Kondisi anemia adalah suatu kondisi yang mudah dikendalikan dan diperbaiki
bila penyebabnya adalah kekurangan nutrisi atau bahan baku pembentukan
hemoglobin. Bila kondisi anemia yang terjadi pada ibu adalah akibat perdarahan,
penyakit darah atau kelainan tubuh lainnya, maka kondisi anemia membutuhkan
perhatian lebih lanjut dan advis dokter.
Berikut ini ada beberapa tips hal yang dapat ibu lakukan untuk menghindari,
mengurangi dan menghadapi kondisi anemia.
Untuk memastikan kondisi anemia ini, ibu dapat memeriksakan darah untuk
kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah. Bila hemoglobin kurang
dari 10gr% maka sebaiknya ibu segera pergi ke dokter untuk memeriksakan diri.
Penyebab anemia terbanyak pada ibu hamil adalah diet yang buruk. Perbaikan
pola makan dan kebiasaan makan yang sehat dan baik selama kehamilan akan
membantu ibu untuk mendapatkan asupan nutrisi yang cukup sehingga dapat
mencegah dan mengurani kondisi anemia.
Bahan kaya protein dapat diperoleh dari hewan maupun tanaman. Daging,
hati, dan telur adalah sumber protein yang baik bagi tubuh. Hati juga banyak
mengandung zat besi, vitamin A dan berbagai mineral lainnya. Kacang-kacangan,
gandum/beras yang masih ada kulit arinya, beras merah, dan sereal merupakan bahan
tanaman yang kaya protein nabati dan kandungan asam folat atau vitamin B lainnya.
Sayuran hijau, bayam, kangkung, jeruk dan berbagai buah-buahan kaya akan mineral
baik zat besi maupun zat lain yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah
merah dan hemoglobin.
Antasida atau obat maag yang berfungsi menetralkan asam lambung ini
umumnya mengandung mineral, atau logam lain yang dapat menganggu penyerapan
zat besi dalam tubuh. Oleh karena itu batasi penggunaannya dan gunakan sesuai
aturan pemakaian.
Pedoman menu
1. Makan dua kali lebih dari biasanya, bukan hanya dalam jumlah porsi, namun
lebih ditekankan pada mutu zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan yang
dikonsumsi.
2. Makanan dapat diberikan 4 - 6 kali waktu makan sesuai dengan kemampuan
ibu. Jangan memaksa untuk menghabiskan makanan yang tersaji jika merasa
mual, pusing, dan ingin muntah.
3. Batasi konsumsi makanan berlemak tinggi dan yang merangsang seperti cabe,
makanan bergas seperti nangka, nanas dan durian, serta yang beralkohol
semacam tape.
4. Usahakan mengkonsumsi makanan dalam komposisi seimbang, dengan
susunan yang meliputi 2 piring nasi @ 250 g, 90 g daging atau ikan, sebutir
telur, 60 g kacang-kacangan, 3 porsi sayur @ 100 g, 2 porsi buah-buahan @
100 g, segelas susu atau yoghurt, atau seiris keju sebagai ganti serta 1 sdm
minyak atau lemak.
5. Berikan minum 1/2 jam sehabis makan. Perbanyak minum air putih, sari buah
seperti air jeruk, air tomat, sari wortel, air rebusan kacang hijau sebagai
pengganti cairan yang keluar, karena ibu hamil lebih banyak berkeringat dan
sering buang air kecil karena kandung kemih yang terdesak oleh pertumbuhan
janin. Penting untuk menghindari minuman berkafein seperti kopi, coklat, dan
soft drink (minuman ringan) pemicu hipertensi.
6. Hindari konsumsi bahan makanan olahan pabrik yang diberi pengawet dan
pewarna yang dimasukkan ke dalam bahan pangan, karena dapat
membahayakan kesehatan dan pertumbuhan janin, yang sering dihubungkan
dengan cacat bawaaan dan kelainan bayi saat lahir. Waspadai tulisan pada
kemasan seperti amaranth, potassium nitrit, sodium nitrit, sodium nitrat,
formalin, boraks, sianida, rodhamin B, dsb.
7. Hindari makanan berkalori tinggi dan banyak mengandung gula serta lemak
namun rendah kandungan zat gizi, makanan siap saji, makanan kecil, coklat,
karena akan mengakibatkan mual dan muntah.
8. Bagi ibu yang hamil muda, konsumsilah makanan dalam bentuk kering, porsi
kecil dan frekuensi sering, misalnya biskuit marie dan jenis-jenis biskuit yang
lain, karena biasanya mereka tidak berselera makan.
9. Hindari konsumsi makanan laut dan daging yang pengolahannya tidak
sempurna karena besar risikonya tercemar kuman dan bakteri yang
membahayakan. Untuk menghindarinya, masaklah makanan sampai matang
benar, dan cuci makanan untuk menjaga kebersihan, terutama buah dan
sayuran sampai bersih sebelum dikonsumsi.
10. Tetap beraktivitas dan bergerak, misalnya dengan jalan santai di pagi hari.
Zat-zat gizi yang perlu mendapat perhatian dalam konsumsi ibu hamil adalah
sebagai berikut:
F. PENGOBATAN ANEMIA
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian
besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida.
Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan.
Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus
untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis
yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan
pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna
hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia
dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka
kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus
mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi
hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada
kehamilan muda.
B. Saran
Untuk menyempurnakan makalah yang kami buat,kami sangat mengharapkan
saran dari anda
1.
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA