You are on page 1of 12

PENILAIAN OTENTIK

Burhan Nurgiyantoro
FBS Universitas Negeri Yogyakarta

Abstract
In the era of Competency-Based Curriculum/School-Based Curriculum, the
assessment emphasizes students’ performance in each subject. They are required to
acquire not only the cognitive aspect but also the performance aspect. One
assessment model relevant to this is the authentic assessment. Such an assessment
emphasizes students’ ability to meaningfully demonstrate the knowledge they
have acquired. The assessment not only asks questions about the knowledge they
have acquired, but also requires the actual performance relevant to the knowledge.
There are some differences between a traditional assessment and an authentic
assessment. The former emphasizes the elicitation of knowledge the students have
acquired through objective tests, while the latter emphasizes the tasks that make
the students practice meaningfully learning outcomes in real life, reflecting the
mastery of knowledge and skills in a particular subject. The necessary steps to
develop an authentic assessment include (1) setting the standard; (2) assigning
authentic tasks; (3) selecting the criteria; and (4) designing the rubric. One popular
authentic assessment at present is the portfolio assessment model. This model is a
class-based assessment conducted during the learning process. A portfolio is a
collection of students’ works systematically arranged during a certain learning
period, used to monitor the development of the students’ knowledge, skills, and
attitudes in a particular subject.

Keywords: authentic assessment, traditional assessment, portfolio

A. Pendahuluan nya yang mencakup tujuan dan isi, pe-


Perkembangan di seputar penilaian nilaian terhadap capaian hasil pem-
hasil pembelajaran siswa sejalan de- belajaran mesti dilakukan.
ngan perkembangan kurikulum yang Dalam kurikulum yang berbasis
dipergunakan. Hal itu disebabkan pe- kompetensi sebagaimana yang diper-
nilaian merupakan salah satu kom- gunakan di dunia pendidikan di Indo-
ponen yang terkait langsung dengan nesia —yang bernama Kurikulum Ting-
kurikulum. Kurikulum itu sendiri ada- kat Satuan Pendidikan (KTSP)— kom-
lah seperangkat rencana dan peng- ponen penilaian menempati posisi pen-
aturan mengenai tujuan, isi, dan bahan ting. Ada tiga fokus utama dalam pe-
pelajaran serta cara yang digunakan ngembangan kurikulum berbasis kom-
sebagai pedoman penyelenggaraan ke- petensi, yaitu penentuan kompetensi,
giatan pembelajaran untuk mencapai pengembangan silabus, dan pengem-
tujuan tertentu (PP No.19, Th. 2005:3). bangan penilaian. Komponen penilaian
Untuk mengukur kadar ketercapaian diyakini memberikan dampak nyata
kurikulum di jenjang sekolah, khusus- bagi keberhasilan pembelajaran kompe-

250
251

tensi kepada siswa, maka penilaian kini adalah penilaian otentik. Sejalan de-
ditempatkan pada posisi yang penting ngan pelaksanaan KBK/ KTSP, model
dalam rangkaian kegiatan pembelajar- penilaian otentik, yang di dalamnya
an. Bentuk dan cara penilaian dalam terdapat model portofolio, kini menjadi
banyak hal memberikan pengaruh pen- sesuatu yang harus dilakukan.
ting bagi proses pembelajaran, bagai-
mana guru harus membelajarkan dan B. Pembahasan
bagaimana siswa harus belajar, dan 1. Hakikat Penilaian Otentik
karenanya menentukan capaian kom- Model penilaian otentik (authentic
petensi. assessment) dewasa ini banyak dibicara-
Istilah “penilaian” dalam bahasa In- kan di dunia pendidikan karena model
donesia dapat bersinonim dengan “eva- ini direkomendasikan, atau bahkan ha-
luasi” (evaluation) dan kini juga popular rus ditekankan, penggunaannya dalam
istilah “asesmen” (assessment). Ada ba- kegiatan menilai hasil belajar pembela-
nyak definisi penilaian yang dikemuka- jar. Salah satu permasalahan yang mun-
kan orang, yang, walau berbeda rumus- cul adalah belum tentu semua guru/
an, pada umumnya menunjuk pada pe- dosen memahami konsep dan pelak-
ngertian yang hamper sama. Menurut sanaan penilaian otentik. Jika sebuah
Linch (1996:2) penilaian adalah usaha konsep belum terpahami, bagaimana
yang sistematis untuk mengumpulkan mungkin kita mau mempergunakannya
informasi untuk membuat pertimbang- untuk keperluan praktis pada kegiatan
an dan keputusan. Brown (2004:3) yang pembelajaran? Mungkin saja orang me-
sengaja memilih istilah tes dan meng- nyangka atau mengatakan telah mem-
artikannya sebagai cara pengukuran pergunakan penilaian otentik untuk
keterampilan, pengetahuan, atau pe- menilai hasil belajar siswa, tetapi pada
nampilan seseorang dalam konteks kenyataannya tidak demikian.
yang sengaja ditentukan. Atau, penilai- Penilaian otentik mementingkan
an diartikan sebagai proses pengum- penilaian proses dan hasil sekaligus.
pulan dan pengolahan informasi untuk Dengan demikian, seluruh tampilan sis-
mengukur pencapaian hasil belajar pe- wa dalam rangkaian kegiatan pem-
serta didik (PP No.19 Th 2005:3). belajaran dapat dinilai secara objektif,
Pelaksanaan KBK (Kurikulum Ber- apa adanya, dan tidak semata-mata
basis Kompetensi) dan yang kemudian hanya berdasarkan hasil akhir (produk)
menjadi KTSP di dunia pendidikan di saja. Lagi pula amat banyak kinerja sis-
Indonesia menuntut adanya tekanan wa yang ditampilkan selama berlang-
penggunaan model penilaian yang ber- sungnya kegiatan pembelajaran sehing-
beda dengan penggunaan kurikulum- ga penilaiannya haruslah dilakukan se-
kurikulum sebelumnya. Dalam era lama dan sejalan dengan berlangsung-
KBK/KTSP penekanan penilaian ada- nya kegiatan proses pembelajaran. Jika
lah pada kompetensi kinerja siswa se- dilihat dari sudut pandang teori Bloom
suai dengan mata pelajaran. Siswa tidak —sebuah model yang dijadikan acuan
hanya dituntut memahami aspek pe- pengembangan penilaian dalam bebe-
ngetahuan, melainkan juga apa yang rapa kurikulum di Indonesia sebelum
dapat dilakukan dengan pengetahuan- ini— penilaian haruslah mencakup
nya itu. Salah satu model penilaian ranah kognitif, afektif, dan psikomo-
yang sesuai dengan konsep tersebut torik.

Penilaian Otentik
252

Cara penilaian juga bermacam- Hal yang serupa dikemukakan oleh


macam, dapat menggunakan model Hiebert, Valencia, & Afferbach (1994,
nontes dan tes sekaligus, serta dapat http://www.eduplace.com/, diunduh
dilakukan kapan saja bersamaan de- 5-9-2008) yang menyatakan bahwa
ngan kegiatan pembelajaran. Namun, penilaian otentik merupakan penilaian
semuanya harus tetap terencana secara terhadap tugas-tugas yang menyerupai
baik. Misalnya, dengan memberikan tes kegiatan membaca dan menulis se-
(ulangan) harian, latihan-latihan di ke- bagaimana halnya di dunia nyata dan
las, penugasan, wawancara, pengamat- di sekolah. Tujuan penilaian itu adalah
an, angket, catatan lapangan/harian, untuk mengukur berbagai keterampil-
portofolio, dan lain-lain. Penilaian yang an dalam berbagai konteks yang men-
dilakukan lewat berbagai cara atau cerminkan situasi di dunia nyata di
model, menyangkut berbagai ranah, mana keterampilan-keterampilan terse-
serta meliputi proses dan produk inilah but digunakan. Misalnya, penugasan
yang kemudian disebut sebagai pe- kepada pembelajar untuk membaca
nilaian otentik. Otentik dapat berarti berbagai teks aktual-realistik, menulis
dan sekaligus menjamin: objektif, nyata, topik-topik tertentu sebagaimana hal-
konkret, benar-benar hasil tampilan nya di kehidupan nyata, dan berpar-
siswa, serta akurat dan bermakna. tisipasi konkret dalam diskusi atau
Penilaian otentik menekankan ke- bedah buku, menulis untuk jurnal,
mampuan pembelajar untuk mende- surat, atau mengedit tulisan sampai
monstrasikan pengetahuan yang dimili- siap cetak. Dalam kegiatan itu, baik ma-
ki secara nyata dan bermakna. Kegiatan teri pembelajaran maupun penilaiannya
penilaian tidak sekedar menanyakan terlihat atau bahkan memang alamiah.
atau menyadap pengetahuan yang te- Jadi, penilaian model ini mene-
lah diketahui pembelajar, melainkan kankan pada pengukuran kinerja, doing
kinerja secara nyata dari pengetahuan something, melakukan sesuatu yang me-
yang telah dikuasai. Sebagaimana di- rupakan penerapan dari ilmu pengeta-
nyatakan Mueller (2008) penilaian oten- huan yang telah dikuasai secara teore-
tik merupakan: a form of assessment in tis. Penilaian otentik lebih menuntut
which students are asked to perform real- pembelajar mendemonstrasikan penge-
world tasks that demonstrate meaningful tahuan, keterampilan, dan strategi de-
application of essential knowledge and ngan mengkreasikan jawaban atau pro-
skills. Jadi, penilaian otentik merupakan duk. Siswa tidak sekedar diminta me-
suatu bentuk tugas yang menghendaki respon jawaban seperti dalam tes tra-
pembelajar untuk menunjukkan kinerja disional, melainkan dituntut untuk
di dunia nyata secara bermakna yang mampu mengkreasikan dan menghasil-
merupakan penerapan esensi pengeta- kan jawaban yang dilatarbelakangi oleh
huan dan keterampilan. Menurut pengetahuan teoretis. Dalam penilaian
Stiggins (via Mueller, 2008), penilaian kemampuan bersastra misalnya, pem-
otentik merupakan penilaian kinerja belajar mampu menganalisis karakter
(perfomansi) yang meminta pembelajar tokoh dalam sebuah fiksi, mempertang-
untuk mendemonstrasikan keterampil- gungjawabkan kinerjanya tersebut se-
an dan kompetensi tertentu yang me- cara argumentatif, membuat resensi
rupakan penerapan pengetahuan yang teks kesastraan, dan lain-lain.
dikuasainya.

Cakrawala Pendidikan, November 2008, Th. XXVII, No. 3


253

Masalah kinerja, performansi, de- nyadap pengetahuan yang telah di-


monstrasi, atau apalah istilahnya, ten- kuasai siswa sebagai hasil belajar yang
tulah dalam pengertian sesuai dengan pada umumnya ditagih lewat bentuk-
karakteristik masing-masing mata pe- bentuk tes objektif. Di pihak lain, pe-
lajaran. Tiap mata pelajaran tentu me- nilaian otentik lebih menekankan pada
miliki kriteria kinerja yang belum tentu pemberian tugas yang menuntut pem-
sama dengan mata-mata pelajaran yang belajar menampilkan, mempraktikkan,
lain. Kinerja hasil pembelajaran bahasa atau mendemonstrasikan hasil pembe-
tentu tidak sama dengan hasil pem- lajarannya di dunia nyata secara ber-
belajaran matematika, teknik otomotif, makna yang mencerminkan penguasa-
tata busana, seni musik, dan lain-lain. an pengetahuan dan keterampilan da-
Namun, pada prinsipnya semua mata lam suatu mata pelajaran. Singkatnya,
pelajaran itu haruslah melaksanakan penilaian tradisional lebih menekankan
penilaian dan salah satunya dengan tagihan penguasaan pengetahuan, se-
model penilaian otentik. Walau tiap dang penilaian otentik kinerja atau tam-
mata pelajaran berbeda karakteristik, pilan yang mencerminkan penguasaan
baik yang termasuk kategori ilmu-ilmu pengetahuan dan keterampilan.
eksakta maupun sosial dan humaniora, Secara lebih konkret Mueller (2008)
kesemuanya tampaknya dapat me- menunjukkan adanya persamaan dan
nerapkan model penilaian otentik khu- perbedaan antara penilaian tradisional
susnya yang berupa portofolio. Hal itu dan penilaian otentik. Penilaian tradi-
terlihat dari hasil penelitian Mahanal sional antara lain memiliki karakteristik
(2005) tentang penerapan asesmen sebagai berikut.
portofolio untuk mata pelajaran sains di • Misi sekolah adalah mengembang-
kelas III SD, dan penelitian Abdillah kan warga negara yang produktif.
(via Mahanal, 2005) tentang penerapan • Untuk menjadi warga negara pro-
asesmen portofolio untuk mengukur duktif, seseorang harus menguasai
kemampuan kognitif, afektif, dan psi- disiplin keilmuan dan keterampilan
komotor yang keduanya menunjukkan tertentu.
hasil baik. • Maka, sekolah mesti mengajarkan
siswa disiplin keilmuan dan kete-
2. Penilaian Otentik versus Penilaian rampilan tersebut.
Tradisional • Untuk mengukur keberhasilan pem-
Penilaian otentik sebenarnya telah belajaran, guru harus mengetes sis-
lama dikenal di dunia pendidikan, wa untuk mengetahui tingkat pe-
tetapi baru naik daun di era KTSP. nguasaan keilmuan dan keteram-
Sebenarnya, bentuk-bentuk penilaian pilan itu.
otentik bukan merupakan barang asing • The curriculum drives assessment; the
bagi para pendidik di Indonesia karena body of knowledge is determined first.
sebagian (baik sebagai pelaku maupun Di pihak lain, penilaian otentik
pemilihan bentuk) telah melakukan memiliki karakteristik sebagai berikut.
penilaian model itu. Hanya memang • Misi sekolah adalah mengembang-
pada umumnya kita lebih akrab dengan kan warga negara yang produktif.
penilaian model tradisional. Penilaian • Untuk menjadi warga negara pro-
tradisional dalam kaitan ini dilihat se- duktif, seseorang harus mampu me-
bagai penilaian yang lebih banyak me-

Penilaian Otentik
254

nunjukkan penguasaan melakukan itu. Kedua model penilaian tersebut


sesuatu secara bermakna dalam du- disarankan sama-sama dipergunakan
nia nyata. untuk mengukur kompetensi yang se-
• Maka, sekolah mesti mengembang- suai, namun dengan penekanan pada
kan siswa untuk dapat mendemon- penilaian otentik. Jadi, penggunaan ke-
strasikan kemampuan/keterampilan dua model penilaian itu bersifat saling
melakukan sesuatu. melengkapi. Hal itu mirip dengan pe-
• Untuk mengukur keberhasilan pem- nilaian komunikatif dalam pembelajar-
belajaran, guru harus meminta siswa an bahasa yang juga membenarkan
melakukan aktivitas tertentu secara adanya penilaian prakomunikatif se-
bermakna yang mencerminkan ak- belum pembelajar menguasai sistem
tivitas di dunia nyata. bahasa target untuk dapat berkomuni-
• Assessment drives the curriculum; the kasi dengan bahasa itu secara konkret.
teachers first determine the tasks that
student will perform to demonstrate 3. Manfaat Penggunaan Penilaian
their mastery. Otentik
Selain hal-hal di atas, hal lain yang Mengapa penilaian otentik kini di-
membedakan kedua jenis penilaian ter- sarankan penggunaannya, apakah mo-
sebut, jika dibuat secara pilah dikoto- del itu berbeda dan menjanjikan hasil
mis, adalah berupa perbedaan antara: yang secara teoretis berbeda dengan
(i) memilih jawaban dan menunjukkan model penilaian tradisional? Karena
suatu aktivitas; (ii) menunjukkan pe- penilaian otentik menekankan capaian
nguasaan pengetahuan dan demonstrate pembelajar untuk menunjukkan kinerja,
proficiency by doing something; (iii) me- doing something, kesiapan pembelajaran
manggil kembali atau rekognisi dan untuk berunjuk kerja selepas mengikuti
mengkonstruksi atau aplikasi; (iv) soal kegiatan pembelajaran tentu lebih sig-
dan jawaban disusun guru dan siswa nifikan. Selain itu, ada beberapa man-
menyusun sendiri jawaban; dan (v) faat lain penggunaan penilaian otentik,
bukti tidak langsung dan bukti lang- sebagaimana dikemukakan Mueller
sung (faktual). (2008), yaitu sebagai berikut.
Perbedaan di antara kedua model Pertama, penggunaan penilaian
penilaian di atas sebenarnya tidak perlu otentik memungkinkan dilakukannya
dibesar-besarkan. Bagaimanapun juga, pengukuran secara langsung terhadap
dalam kegiatan pembelajaran di se- kinerja pembelajar sebagai indikator
kolah, keduanya tetap saja sama-sama capain kompetensi yang dibelajarkan.
dibutuhkan. Kedua model itu memiliki Penilaian yang hanya mengukur ca-
keunggulannya masing-masing. Tagih- paian pengetahuan yang telah dikuasai
an terhadap pengetahuan yang dimiliki pembelajar hanya bersifat tidak lang-
pembelajar (proficiency) tidak dapat di- sung. Tetapi, penilaian otentik menun-
kesampingkan begitu saja karena ia tut pembelajar untuk berunjuk kerja da-
akan mendasari pembelajar untuk da- lam situasi yang konkret dan sekaligus
pat berunjuk-kerja secara benar, dan bermakna yang secara otomatis juga
penguasaan terhadap pengetahuan itu mencerminkan penguasaan dan ke-
lebih tepat diukur dengan tes tradisio- terampilan keilmuannnya. Unjuk kerja
nal. Namun, penilaian tidak benar jika tersebut bersifat langsung, langsung
hanya berurusan dengan hal-hal seperti terkait dengan konteks situasi dunia

Cakrawala Pendidikan, November 2008, Th. XXVII, No. 3


255

nyata dan tampilannya juga dapat semata berupa tagihan terhadap pe-
diamati langsung. Hal itu lebih men- nguasaan topik itu, melainkan pem-
cerminkan tingkat capaian pada bidang belajar juga diminta untuk berunjuk
yang dipelajari. Misalnya, dalam bela- kerja mempraktikkannya dalam sebuah
jar berbicara bahasa target, pembelajar situasi konkret yang sengaja diciptakan.
tidak hanya berlatih mengucapkan la- Keempat, penilaian otentik memberi
fal, memilih kata, dan menyusun kali- kesempatan pembelajar untuk menam-
mat, melainkan juga mempratikkannya pilkan hasil belajarnya, unjuk kerjanya,
dalam situasi konkret dan dengan topik dengan cara yang dianggap paling baik.
aktual-realistik sehingga menjadi lebih Singkatnya, model ini memungkinkan
bermakna. pembelajar memilih sendiri cara, ben-
Kedua, penilaian otentik memberi tuk, atau tampilan yang menurutnya
kesempatan pembelajar untuk meng- paling efektif. Hal itu berbeda dengan
konstruksikan hasil belajarnya. Penilai- penilaian tradisional, misalnya bentuk
an haruslah tidak sekadar meminta tes pilihan ganda, yang hanya memberi
pembelajar mengulang apa yang telah satu cara untuk menjawab dan tidak
dipelajari karena hal demikian hanya- menawarkan kemungkinan lain yang
lah melatih mereka menghafal dan dapat dipilih. Jawaban pembelajar de-
mengingat saja yang kurang bermakna. ngan model ini memang seragam, dan
Dengan penilaian otentik pembelajar itu memudahkan kita mengolahnya,
diminta untuk mengkonstruksikan apa tetapi itu menutup kreativitas pembe-
yang telah diperoleh ketika mereka di- lajar untuk mengkreasikan jawaban
hadapkan pada situasi konkret. Degan atau kinerjanya. Padahal, unsur kreati-
cara ini pembelajar akan menyeleksi vitas atau kemampuan berkreasi meru-
dan menyusun jawaban berdasarkan pakan hal esensial yang harus diusaha-
pengetahuan yang dimiliki dan analisis kan ketercapaiannya dalam tujuan
situasi yang dilakukan agar jawaban- pembelajaran.
nya relevan dan bermakna.
Ketiga, penilaian otentik memung- 4. Pengembangan Penilaian Otentik
kinkan terintegrasikannya kegiatan Semua rangkaian dalam lingkup
pengajaran, belajar, dan penilaian men- kegiatan belajar mengajar harus di-
jadi satu paket kegiatan yang terpadu. rencanakan dengan baik agar dapat
Dalam pembelajaran tradisional, juga memberikan hasil dan dampak yang
model penilaian tradisional, antara ke- maksimal. Hal inilah antara lain yang
giatan pengajaran dan penilaian me- kemudian mendorong intensifnya pe-
rupakan sesuatu yang terpisah, atau nerapan teknologi pendidikan dalam
sengaja dipisahkan. Namun, tidak de- dunia pendidikan. Perencanaan yang
mikian halnya dengan model penilaian baik juga harus diterapkan dalam ke-
otentik. Ketiga hal tersebut, yaitu ak- giatan penilaian yang menjadi bagian
tivitas guru membelajarkan, siswa be- integral dari kegiatan pembelajaran.
lajar, dan guru menilai capaian hasil Mueller (2008) mengemukakan sejum-
belajar pembelajar, merupakan satu lah langkah yang perlu ditempuh da-
rangkaian yang memang sengaja di- lam pengembangan penilaian otentik,
desain demikian. Ketika guru mem- yaitu yang meliputi (i) penentuan stan-
belajarkan suatu topik dan pembelajar dar; (ii) penentuan tugas otentik; (iii)
aktif mempelajari, penilaiannya bukan

Penilaian Otentik
256

pembuatan kriteria; dan (iv) pembuatan dijabarkan menjadi sejumlah indicator


rubrik. yang lebih operasional sehingga jelas
kemampuan, keterampilan, atau kinerja
a. Penentuan Standar apa yang menjadi sasaran pengukuran.
Standar dimaksudkan sebagai se- Standar Kompetensi Lulusan tentu
buah pernyataan tentang apa yang saja harus mencerminkan harapan
harus diketahui atau dapat dilakukan masyarakat tentang apa yang mesti
pembelajar. Di samping standar ada dicapai dan atau dikuasai oleh lulusan
goal (tujuan umum) dan objektif (tujuan satuan pendidikan tertentu. Akibat per-
khusus), dan standar berada di antara kembangan ilmu dan teknologi di era
keduanya. Standar dapat diobservasi informasi, dewasa ini perkembangan
(observable) dan diukur (measurable) ke- kehidupan begitu cepat, perubahan
tercapaiannya. Istilah umum yang di- demi perubahan begitu cepatnya, apa
pakai di dunia pendidikan di Indonesia yang semula dianggap mapan atau
untuk standar adalah kompetensi se- menzaman, dalam hitungan sedikit
bagaimana terlihat pada KBK dan tahun atau bahkan bulan, telah menjadi
KTSP. Di kurikulum tersebut dikenal ketinggalan zaman. Dengan demikian,
adanya istilah standar kompetensi lu- perubahan kini menjadi kata kunci
lusan dan kompetensi dasar. Standar untuk tetap bertahan. Maka, keter-
kompetensi lulusan adalah kualifikasi bukaan terhadap perubahan juga suatu
kemampuan lulusan yang mencakup hal yang harus diterima dan disikapi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan benar. Konsekuensinya, salah
(PP No. 19 Tahun 2005: 2), sedang satu kompetensi yang disiapkan untuk
kompetensi dasar adalah kompetensi lulusan satuan pendidikan juga harus
atau standar minimal yang harus ter- menerima dan mengikuti arus per-
capai atau dikuasai oleh pembelajar. ubahan itu, dan itu artinya rumusan
Kompetensi, baik yang dirumuskan kompetensi harus realistik sesuai de-
sebagai standar kompetensi maupun ngan tuntutan zaman.
kompetensi dasar, menjadi acuan dan
tujuan yang ingin dicapai dalam ke- b. Penentuan Tugas Otentik
seluruhan proses pembelajaran. Oleh Tugas otentik adalah tugas-tugas
karena itu, kompetensi apa yang akan yang secara nyata dibebankan kepada
dicapai itu haruslah yang pertama-tama pembelajar untuk mengukur pencapai-
ditetapkan. Untuk kurikulum sekolah an kompetensi yang dibelajarkan, baik
(KTSP), standar kompetensi dan kom- ketika kegiatan pembelajaran masih
petensi dasar, yang dalam PP No. 19 berlangsung atau ketika sudah ber-
Tahun 2005 tentang Standar Nasional akhir. Pengukuran hasil pencapaian
Pendidikan disebut Standar Kompetensi kompetensi pembelajar yang secara rea-
Lulusan (SKL), telah secara jelas di- listik dilakukan di kelas dapat bersifat
tunjuk. Standar Kompetensi Lulusan model tradisional atau otentik sekaligus
inilah yang kemudian dijadikan pedo- tergantung kompetensi atau indikator
man penilaian dalam penentuan ke- yang akan diukur. Tugas otentik (au-
lulusan peserta didik dari satuan pen- thentic task) sering disinonimkan de-
didikan. Karena standar kompetensi ngan penilaian otentik (authentic asses-
dan kompetensi dasar lazimnya masih sment) walau sebenarnya cakupan mak-
abstrak, kompetensi dasar kemudian na yang kedua lebih luas. Permasalahan

Cakrawala Pendidikan, November 2008, Th. XXVII, No. 3


257

yang segera muncul adalah tugas-tugas atan tugas-tugas otentik dalam rangka
apa atau model-model pengukuran apa penilaian otentik capaian hasil belajar
yang dapat dikategorikan sebagai tugas peserta didik mesti terkait dengan
atau penilaian otentik. kemampuan menghasilkan karya tulis
Semua kegiatan pengukuran pen- jenis-jenis tersebut.
didikan harus mengacu pada standar
(standar kompetensi, kompetensi dasar) c. Pembuatan Kriteria
yang telah ditetapkan. Demikian pula Jika standar (kompetensi, kompe-
halnya dengan pemberian tugas-tugas tensi dasar) merupakan arah dan acuan
otentik. Pemilihan tugas-tugas tersebut kompetensi pembelajaran yang dibela-
pertama-tama haruslah merujuk pada jarkan oleh pendidik dan sekaligus
kompetensi mana yang akan diukur akan dicapai dalam oleh subjek didik,
pencapaiannya. Kedua, dan inilah yang proses pembelajaran haruslah secara
khas penilaian otentik, pemilihan tugas- sadar diarahkan ke capaian kompetensi
tugas itu harus mencerminkan keadaan yang telah ditetapkan sebelumnya.
atau kebutuhan yang sesungguhnya di Demikian pula halnya dengan penilai-
dunia nyata. Jadi, dalam sebuah an yang dimaksudkan untuk mengukur
penilaian otentik mesti terkandung dua kadar capaian kompetensi sebagai bukti
hal sekaligus: sesuai dengan standar hasil belajar. Untuk itu, diperlukan kri-
(kompetensi) dan relevan (bermakna) teria yang dapat menggambarkan ca-
dengan kehidupan nyata. Dua hal ter- paian kompetensi yang dimaksud. Kri-
sebut haruslah menjadi acuan kita ke- teria merupakan pernyataan yang
tika membuat tugas-tugas otentik un- menggambarkan tingkat capaian dan
tuk mengukur pencapaian kompetensi bukti-bukti nyata capaian belajar subjek
pembelajaran kepada peserta didik. belajar dengan kualitas tertentu yang
Dengan demikian, apa yang di- diinginkan. Kriteria lazimnya juga telah
tugaskan oleh guru kepada pembelajar dirumuskan sebelum pelaksanaan pem-
dan yang dilakukan oleh pembelajar belajaran. Dalam kurikulum berbasis
telah mencerminkan kompetensi yang kompetensi kriteria lebih dikenal de-
memang dibutuhkan dalam kehidupan ngan sebutan indikator.
nyata. Hal itu berarti ada keterkaitan Dalam kegiatan pembelajaran, se-
antara dunia pendidikan di satu sisi mua kompetensi yang dibelajarkan ha-
dengan tuntutan kebutuhan kehidupan rus diukur kadar capaiannya oleh pem-
di dunia nyata di sisi lain. Misalnya, belajar. Jika dalam lingkup penilaian
dalam pembelajaran bahasa, bahasa otentik harus melibatkan dua macam
target apa saja, pasti terdapat standar relevansi, yaitu sesuai dengan kom-
kompetensi lulusan yang berkaitan petensi dan bermakna dalam kehidup-
dengan kemampuan menulis. Menulis an nyata, kriteria atau indikator penilai-
dalam kaitan ini bukan sekedar menulis an yang dikembangkan harus juga
demi tulisan itu sendiri, melainkan mengandung kedua tuntutan tersebut.
menulis untuk menghasilkan karya Singkatnya, sebuah kriteria penilaian
tulis yang memang dibutuhkan di capaian hasil belajar harus cocok
dunia nyata. Misalnya, menulis surat dengan kompetensi yang dibelajarkan
lamaran pekerjaan, surat penawaran dan sekaligus bermakna atau relevan
produk, menulis artikel untuk media dengan kehidupan nyata. Jumlah kri-
masa, dan lain-lain. Untuk itu, pembu- teria yang dibuat bersifat relatif, tetapi

Penilaian Otentik
258

sebaiknya dibatasi, dan yang pasti kri- nerja subjek didik untuk tiap kriteria
teria harus mengungkap capaian hal- terhadap tugas-tugas tertentu (Mueller,
hal yang esensial dalam sebuah standar 2008).
(kompetensi) karena hal itulah yang Dalam sebuah rubrik terdapat dua
menjadi inti penguasaan terhadap kom- hal pokok yang harus dibuat, yaitu kri-
petensi pembelajaran. Kita tidak mung- teria dan tingkat capaian kinerja (level of
kin menagih semua tugas yang di- performance) tiap kriteria. Kriteria berisi
belajarkan dan sekaligus dipelajari sub- hal-hal esensial standar (kompetensi)
jek didik. yang ingin diukur tingkat capaian ki-
Selain itu, pembuatan kriteria harus nerjanya yang secara esensial dan kon-
mengacu pada ketentuan-ketentuan kret mewakili standar yang diukur ca-
yang selama ini dinyatakan baik, baik paiannya. Dengan membatasi kriteria
dalam arti efektif untuk keperluan pe- pada hal-hal esensial, dapat dihindari
nilaian hasil belajar. Ketentuan-keten- banyaknya kriteria yang dibuat yang
tuan itu antara lain (i) harus dirumus- menyebabkan penilaian menjadi ku-
kan secara jelas; (ii) singkat padat; (iii) rang praktis. Selain itu, kriteria harus-
dapat diukur, dan karenanya haruslah lah dirumuskan atau dinyatakan (jadi:
dipergunakan kata-kata kerja operasi- berupa pernyataan dan bukan kalimat)
onal; (iv) menunjuk pada tingkah laku singkat padat, komunikatif, dengan
hasil belajar, apa yang mesti dilakukan bahasa yang gramatikal, dan benar-
dan bagaimana kualitas yang dituntut; benar mencerminkan hal-hal esensial
dan (v) sebaiknya ditulis dalam bahasa (dari standar/kompetensi) yang di-
yang dipahami oleh subjek didik. ukur. Dalam sebuah rubrik, criteria
Perumusan kriteria yang jelas dan mungkin saja atau boleh juga dilabeli
operasional akan mempermudah kita, dengan kata-kata tertentu yang lebih
para guru, untuk melakukan kegiatan mencerminkan isi, misalnya dengan
penilaian. kata-kata: unsur yang dinilai.
Tingkat capaian kinerja, di pihak
d. Pembuatan Rubrik lain, umumnya ditunjukkan dalam
Penilaian otentik menggunakan angka-angka, dan yang lazim adalah
pendekatan penilaian acuan kriteria 1—4 atau 1—5, besar kecilnya angka
(criterion referenced measures) untuk sekaligus menunjukkan tinggi rendah-
menentukan nilai capaian subjek didik. nya capaian. Tiap angka tersebut biasa-
Dengan demikian, nilai seorang pem- nya mempunyai deskripsi verbal yang
belajar ditentukan seberapa tinggi ki- diwakili, misalnya skor 1: tidak ada
nerja ditampilkannya secara nyata yang kinerja, sedang skor 5: kinerja sangat
menunjukkan tingkat capaian kompe- meyakinkan dan bermakna. Bunyi des-
tensi yang dibelajarkan. Untuk menen- kripsi verbal tersebut harus sesuai de-
tukan tinggi rendahnya skor kinerja ngan kriteria yang akan diukur. Yang
yang dimaksud, haruslah diperguna- pasti terdapat banyak variasi dalam
kan alat skala untuk memberikan skor- pembuatan rubrik, juga untuk kriteria
skor tiap kriteria yang telah ditentukan. dan angka tingkat capaian kinerja.
Alat yang dimaksud disebut rubrik Penilaian tingkat capaian kinerja se-
(rubric). Rubrik dapat dipahami sebagai orang pembelajar dilakukan dengan
sebuah skala penyekoran (scoring scale) menandai angka-angka yang sesuai.
yang dipergunakan untuk menilai ki- Rubrik lazimnya ditampilkan dalam

Cakrawala Pendidikan, November 2008, Th. XXVII, No. 3


259

tabel, kriteria ditempatkan di sebelah sedang, cukup, baik, amat baik; atau
dan tingkat capaian di sebelah kanan kurang memuaskan, memuaskan,
tiap kriteria yang diukur capaiannya amat memuaskan.
itu. Misalnya, untuk mengukur tampil-
an pidato seorang siswa, dibuatkan 5. Contoh Penilaian Otentik: Porto-
rubrik sebagai berikut. folio
Salah satu penilaian otentik yang
Tabel 1: Contoh Rubrik Penilaian kini popular dipergunakan di dunia
Kemampuan Berpidato pendidikan di Indonesia adalah por-
tofolio (portfolio). Bahkan, tampaknya di
No Aspek yang Tingkat Capaian
Dinilai Kinerja Indonesia penilaian model portofolio
1 2 3 4 5 lebih dahulu dikenal para guru dari-
1. Ketepatan Lafal pada penilaian otentik bersamaan de-
dan Intonasi ngan pelaksanaan KBK/ KTSP. Tam-
2. Ketepatan Diksi paknya, tidak terlalu salah jika dikata-
3. Ketepatan kan bahwa salah satu trade mark pe-
Stuktur nilaian era KBK/KTSP adalah dengan
Gramatikal model portofolio. Kini, penilaian porto-
4. Stile Penuturan folio semakin ramai dibicarakan dan
5. Pemahaman dan diakrabi para guru dan dosen yang
Kelancaran
mengajukan sertifikasi profesionalisme
6. Ketepatan
Gagasan
pendidik lewat pembuatan portofolio.
7. Keakuratan Sebelumnya, portofolio sudah lebih
Gagasan banyak dikenal di dunia usaha dan
8. Keluasan perkantoran.
Gagasan Penggunaan portofolio sebagai sa-
9. Keterkaitan lah model penilaian hasil belajar bahasa
Antargagasan dan sastra juga cocok karena dengan
10. Kebermaknaan cara ini mahasiswa/siswa dipaksa atau
Penuturan terpaksa harus membuat karya tulis.
Penilaian model portofolio juga men-
Rubrik dapat juga dibuat secara jamin memberikan data otentik tentang
analitis (analytic rubrics) dan holistik capaian kemampuan berbahasa. Peni-
(holistic rubrics). Rubrik analitis menun- laian portofolio merupakan salah ben-
juk pada rubrik yang memberikan peni- tuk penilaian berbasis kelas yang me-
laian tersendiri untuk tiap kriteria. Jadi, rupakan penilaian yang dilakukan da-
tiap criteria mempunyai nilai tersendiri. lam proses pembelajaran. Penilaian ber-
Pada umumnya, rubrik bersifat analitis. basis kelas merupakan proses pengum-
Contoh di atas juga merupakan rubrik pulan dan penggunaan informasi dan
analisis. Rubrik holistik, di pihak lain, hasil belajar peserta didik yang dilaku-
adalah yang tidak memberikan peni- kan guru dengan menetapkan tingkat
laian capaian kinerja untuk tiap kriteria. pencapaian dan penguasaan berkaitan
Penilaian capaian kinerja diberikan se- dengan kompetensi yang ditetapkan
cara menyeluruh untuk seluruh kriteria dalam kurikulum (Supranata & Hatta,
sekaligus. Misalnya, penilaian diberi- 2004:5).
kan dalam pernyataan verbal seperti:

Penilaian Otentik
260

Di pihak lain, portofolio dapat di- las; (iii) pengesahan (attestations): per-
pahami sebagai sekumpulan karya nyataan dan hasil pengamatan guru/
yang disusun secara sistematis selama pihak lain terhadap peserta didik; dan
jangka waktu pembelajaran tertentu (iv) produksi (productions): hasil kerja
yang dipergunakan untuk memantau peserta didik yang sengaja dipersiap-
perkembangan pengetahuan, keteram- kan untuk portofolio.
pilan, dan sikap peserta didik dalam Penilaian portofolio haruslah sesuai
suatu mata pelajaran (Supranata & dengan tujuan atau kompetensi yang
Hatta, 2004:21). Portofolio antara lain akan diukur. Karena portofolio dapat
diperoleh lewat penugasan yang diberi- bermacam-macam tergantung tujuan
kan secara terencana dan terstruktur. yang ingin dicapai, pembuatan porto-
Jadi, selain untuk menilai hasil belajar folio haruslah secara jelas untuk me-
peserta didik, portofolio juga dapat di- nunjukkan kompetensi yang mana.
fungsikan sebagai sarana untuk me- Misalnya, apakah yang menyangkut
mantau perkembangan kemajuan be- kompetensi kognitif, psikomotor, atau
lajar. Pemahaman yang tidak berbeda afektif. Untuk tampilan ranah kognitif
dikemukakan oleh Mueller (2008) yang juga dapat dibedakan ke dalam ber-
menyatakan bahwa portofolio adalah bagai macam portofolio. Misalnya, por-
kumpulan karya peserta didik yang tofolio yang dimaksudkan untuk me-
secara khusus diseleksi untuk menun- ngetahui perkembangan kemampuan
jukkan keadaan secara khusus keadaan menulis: menulis ilmiah, menulis ber-
peserta didik. bagai bentuk surat, menulis iklan, me-
Portofolio merupakan bukti (evi- nulis kreatif, dan lain-lain. Selain itu,
dence) pengalaman yang dihasilkan se- penilaian portofolio juga berkaitan de-
panjang waktu pembelajaran yang di- ngan berapa jumlah karya yang di-
jadikan objek penilaian. Penilaian mo- butuhkan, bagaimana cara memilih dan
del portofolio tepat untuk melatih siswa melibatkan peserta didik yang bersang-
atau mahasiswa menghasilkan karya kutan, bagaimana cara menilai (misal-
tulis secara konkret, faktual, dan kon- nya dengan mengembangkan rubrik),
tekstual. Karya yang diperoleh adalah dan lain-lain. Pengembangan rubrik
hasil kerja langsung mahasiswa, maka untuk tiap jenis portofolio belum tentu
portofolio merupakan bahan untuk pe- sama, tergantung komponen yang akan
nilaian otentik sekaligus penilaian ki- diukur.
nerja (performance assessment) dan juga
menjadi bagian dari penilaian berbasis C. Penutup
kelas. Bahan yang termasuk portofolio Akibat tuntutan zaman yang begitu
sebenarnya dapat apa saja yang me- cepat berkembang, dunia pendidikan
nyangkut semua perilaku siswa ketika haruslah secara aktif melakukan ber-
mengikuti kegiatan pembelajaran. bagai inovasi baik yang menyangkut
Barton & Collins (1997, via Supranata & isi, kompetensi, proses, penilaian, mau-
Hatta, 2004: 25-26) membedakan objek pun berbagai aspek terkait lain-lain
penilaian portofolio (evidence) ke dalam: yang ditunjuk dalam standar nasional
(i) hasil karya peserta didik (artifacts): pendidikan. Aspek penilaian merupa-
hasil kerja yang dilakukan di kelas; (ii) kan salah satu kunci yang menentukan
reproduksi (reproduction): hasil kerja pe- tujuan kompetensi pembelajaran. Oleh
serta didik yang dilakukan di luar ke- karena itu, masalah penilaian memang

Cakrawala Pendidikan, November 2008, Th. XXVII, No. 3


261

sudah selayaknya mendapat perhatian Peraturan Pemerintah Republik Indo-


yang memadai. Namun, demikian ber- nesia Nomor 19 Tahun 2005 ten-
kembangnya teori yang baru haruslah tang Standar Pendidikan Nasio-
disikapi secara kritis terutama yang nal.
berkaitan dengan keefektifan dalam pe-
manfaatannya secara nyata. Kemuncul- Supranata, Sumarna dan Muhammad
an dan berkembangnya teori atau Hatta. 2004. Penilaian Portofolio,
model-model penilaian yang baru tidak Implementasi Kurikulum 2004.
berarti meninggalkan sama sekali Jakarta: Rosda.
model-model sebelumnya yang belum
tentu kurang baik. Tampaknya, yang
lebih bijak adalah memanfaatkan ke-
duanya sejauh relevan dan efektif de-
ngan tujuan penilaian. Demikian pula
halnya dengan pemanfaatan model pe-
nilaian tradisional dan model penilaian
otentik.

Daftar Pustaka
Brown, Douglas H. 2004. Language
Assessment, Principle and Class-
room Practices. San Francisco:
Longman.

Lynch, Brian K. 1996. Language Program


Evaluation. Cambridge: Cambri-
dge University Press.

Mahanal, Susriyati. 2005. Penerapan Por-


tofolio sebagai Asesmen Otentik pa-
da Pembelajaran IPA dengan Stra-
tegi Kontekstual bagi Siswa Kelas III
SD Laboratorium Universitas Ne-
geri Malang. Malang: Lembaga
penelitian.

Mueller, John. 2008. Authentic Assess-


ment Toolbox. North Central Col-
legehttp://www.noctrl.edu/,
Naperville, http://jonathan.-
mueller.faculty.noctrl.edu/toolbo
x/index.htm (Diunduh 27 Agus-
tus 2008).

Penilaian Otentik

You might also like