You are on page 1of 7

PENGERTIAN BURUH.

Pengertian buruh pada saat ini di mata masyarakat awam sama saja dengan
pekerja, atau tenaga kerja. Padahal dalam konteks sifat dasar pengertian dan terminologi
diatas sangat jauh berbeda. Secara teori, dalam kontek kepentingan, didalam suatu
perusahaan terdapat 2 (dua) kelompok yaitu kelompok pemilik modal (owner) dan
kelompok buruh, yaitu orang-orang yang diperintah dan dipekerjanan yang berfungsi
sebagai salah satu komponen dalam proses produksi. Dalam teori Karl Marx tentang
nilai lebih, disebutkan bahwa kelompok yang memiliki dan menikmati nilai lebih disebut
sebagai majikan dan kelompok yang terlibat dalam proses penciptaan nilai lebih itu
disebut Buruh. Dari segi kepemilikan kapital dan aset-aset produksi, dapat kita tarik
benang merah, bahwa buruh tidak terlibat sedikitpun dalam kepemilian asset, sedangkan
majikan adalah yang mempunyai kepemilikan aset. Dengan demikian seorang manajer
atau direktur disebuah perusahaan sebetulnya adalah buruh walaupun mereka mempunyai
embel-embel gelar keprofesionalan.

Buruh berbeda dengan pekerja. Pengertian pekerja lebih menunjuk pada proses
dan bersifat mandiri. Bisa saja pekerja itu bekerja untuk dirinya dan menggaji dirinya
sendiri pula. Contoh pekerja ini antara lain Petani, nelayan, dokter yang dalam prosesnya
pekerja memperoleh nilai tambah dari proses penciptaan nilai tambah yang mereka buat
sendiri. Istilah tenaga kerja di populerkan oleh pemerintah orde baru, untuk mengganti
kata buruh yang mereka anggap kekiri-kirian dan radikal.

Untuk memperoleh pengertian yang jelas tentang bisa atau tidaknya


seseorang yang bukan pekerja/buruh untuk menjadi anggota atau pemimpin Serikat
Pekerja/Buruh maka harus dilihat batasan istilah pekerja/buruh dan Serikat Pekerja/Buruh
dalam peraturan perundang-undangan kita.

Batasan istilah buruh/pekerja diatur secara jelas dalam Pasal 1 angka 2 UU Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi:

” Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain”
Selanjutnya batasan istilah Serikat Pekerja/Buruh diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-
undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Serikat Pekerja/Buruh:

” Serikat Pekerja/Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk
pekerja/buruh baik di perusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung-jawab guna memperjuangkan, membela
serta melindungi hak dan kepentingan pekerja serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya.”

Dari kedua pasal diatas kita mendapat pengertian yang limitatif sebagai berikut ”Bahwa
Serikat Pekerja/Buruh dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh dan pekerja/buruh
adalah orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.”

Dengan demikian tertutup kemungkinan bagi seseorang yang bukan pekerja/buruh untuk
menjadi anggota atau bahkan menjadi pemimpin Serikat Pekerja/Buruh.

Dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat
Pekerja/Buruh dijelaskan bahwa Serikat Pekerja/Buruh mempunyai fungsi :

” Sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama dibidang ketenagakerjaan


sesuai dengan tingkatannya”

Selanjutnya Pasal 4 ayat (2) huruf f Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang
Serikat Pekerja/Buruh dijelaskan bahwa Serikat Pekerja/Buruh mempunyai fungsi :

”Sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham dalam


perusahaan”.

Pengertian ”wakil” dalam dua pasal di atas seseorang atau kelompok yang bertindak atas
nama kelompok yang lebih besar. Karena tidaklah mungkin seluruh buruh terlibat dalam
lembaga kerja sama dan tidak mungkin seluruh pekerja/buruh terlibat dalam perundingan
memperjuangkan kepemilikan saham dalam perusahaan.
Kedua pasal tersebut memberi batasan limitatif bahwa wakil pekerja adalah orang yang
juga pekerja/buruh.

Pengertian ”wakil” dalam pasal di atas bukanlah sekedar sebagai ”orang yang dikuasakan
untuk menggantikan orang lain”. Karena pengertian wakil ”orang yang dikuasakan untuk
menggantikan orang lain” secara terbatas hanya dikenal dalam profesi Advokat yang
diatur dalam UU Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat

PENGERTIAN GAJI, UPAH, DAN KOMPENSASI

Beberapa pengertian tentang gaji sebagaimana yang dinyatakan padaUU tenaga kerja
tahun 2001 mengatakan Gaji adalah uang atau sesuatu yang berkaitan
dengan uang yang diberikan kepada pegawai. Selain itu ia berpendapat pula
bahwa pada kenyataannya sistem pem-bayaran karyawan dapat dibagi
menurut pembayaran berdasar-kan waktu kinerja, yaitu pembayaran yang
dilakukan atas dasar lamanya bekerja misalnya jam, hari, minggu, bulan dan
sebagai-nya serta pembayaran berdasarkan hasil kinerja, yaitu pemba-yaran
upah/gaji yang didasarkan pada hasil akhir dari proses ki-nerja, misalnya
jumlah produksi. Sedangkan Amstrong dan Murlis (1994:7) dalam buku
Pedoman Praktis
MAKSUD, TUJUAN DAN FUNGSI PENGAWASAN.

Pengawasan dilaksanakan dengan maksud:

a. Memperoleh informasi apakah penyelenggaraan tehnis peradilan, pengelolaan administrasi


peradilan, dan pelaksanaan tugas umum peradilan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Memperoleh umpan balik bagi kebijaksanaan, perencanaan dan pelaksanaan tugas-tugas


peradilan.

c. Mencegah terjadinya penyimpangan, mal-administrasi, dan ketidakefisienan penyelenggaraan


peradilan.

d. Menilai kinerja.

TUJUAN PENGAWASAN

Pengawasan dilaksanakan untuk dapat mengetahui kenyataan yang ada sebagai masukan dan bahan
pertimbangan bagi pimpinan Pengadilan Negeri Sleman untuk menentukan kebijakan dan tindakan yang
diperlukan menyangkut pelaksanaan tugas pengadilan, tingkah laku aparat pengadilan, dan kinerja
pelayanan publik pada Pengadilan Negeri Tangerang.

FUNGSI PENGAWASAN

Fungsi Pengawasan meliputi:

a. Menjaga agar pelaksanaan tugas lembaga peradilan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

b. Mengendalikan agar administrasi peradilan dikelola secara tertib sebagaimana mestinya, dan aparat
peradilan melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

c. Menjamin terwujudnya pelayanan publik yang baik bagi para pencari keadilan yang meliputi: kualitas
putusan, waktu penyelesaian perkara yang cepat, dan biaya berperkara yang murah.

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PENGAWASAN

Dalam pelaksanaan pengawasan melekat, wewenang dan tanggungjawab pengawasan berada pada:

· Pimpinan Pengadilan Negeri Tangerang.


· Seluruh pejabat kepaniteraan;
· Seluruh pejabat struktural di lingkungan PN Tangerang.
.

PENGERTIAN PENGUSAHA.

Pengusaha Kena Pajak (disingkat PKP) adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak
berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, tidak
termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha
Kena Pajak. Demikian definisi PKP berdasarkan Undang-undang KUP (UU Nomor 16
Tahun 2000).

Pengertian Pengusaha sendiri adalah adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk
apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor
barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari
luar Daerah Pabean. Dengan demikian Pengusaha Kena Pajak bisa terdiri dari Orang
Pribadi atau Badan. Dengan kata lain PKP adalah Pengusaha yang usahanya adalah
memperdagangkan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak. Apabila Pengusaha
tersebut memperdagangkan atau melakukan penyerahan barang yang tidak kena pajak
atau jasa yang tidak kena pajak, maka Pengusaha tersebut adalah bukan Pengusaha Kena
Pajak. Namun demikian, pengertian PKP ini juga dipersempit lagi. Walaupun Pengusaha
tersebut menyerahkan barang atau jasa yang kena pajak, tetapi kalau omzetnya dalam
satu tahun masuk dalam katagori Pengusaha Kecil, maka dia bukanlah PKP kecuali dia
menghendaki sebaliknya.

Pengertian serikat pekerja.


Serikat Pekerja/ Buruh adalah organisasi yg dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/ buruh
baik diperusahaan maupun diluar perusahaan, yg bersifat bebas, terbuka, mandiri,
demokratis dan bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak
dan kepentingan pekerja/ buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/ buruh dan
keluarganya.

PENGERTIAN PHK.

pengertian PHK, seringkali disamakan dengan pemecatan secara sepihak oleh


perusahaan terhadap pekerja karena kesalahan pekerjanya, sehingga kata PHK terkesan
negatif. Padahal, pada kenyataannya PHK tidak selalu sama dengan pemecatan. Dalam
UU No 13/2003, Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena
suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
pekerja/buruh dan pengusaha .

PHK dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

secara sukarela dan tidak sukarela.

PHK sukarela merupakan pemutusan hubungan kerja yang diajukan oleh pekerja
(pengunduran diri) tanpa adanya paksaan atau intimidasi dan disetujui oleh pihak
perusahaan.

PHK tidak sukarela terdiri dari:

(1) PHK oleh perusahaan baik karena kesalahan pekerja itu sendiri maupun karena

alasan lain seperti kebijakan perusahaan;

(2) Permohonan PHK oleh pekerja ke LPPHI (Lembaga Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial) karena kesalahan pengusaha;


(3) PHK karena putusan hakim

(4) PHK karena peraturan perundang-undangan.

Jangan lupa bahwa dalam suatu kejadian PHK, kedua pihak sama-sama merugi. Pekerja
merugi karena kehilangan mata pencaharian, dan perusahaan merugi karena kehilangan
aset sumber daya manusia serta kehilangan modal yang telah dikeluarkan untuk
recruitment dan peningkatan kompetensi pekerja (pelatihan dan pendidikan). Karenanya,
untuk dapat melakukan analisis etika PHK, pertama-tama kita harus memiliki sudut
pandang yang netral mengenai PHK itu sendiri.

Dalam PHK Sukarela, pekerja mengajukan pengunduran diri kepada perusahaan secara
tertulis dan tanpa paksaan/intimidasi. Dari sudut pandang etika profesi, hal ini dapat
dibenarkan karena terdapat empat prinsip etika profesi yaitu tanggung jawab, keadilan,
otonomi dan integritas moral.
Menurut prinsip otonomi, kalangan professional menuntut kebebebasan sepenuhnya
dalam menjalankan profesinya, dibatasi oleh tanggung jawab dan komitmen professional.
Dari prinsip ini, didapatkan bahwa setiap pekerja berhak untuk memilih profesi sesuai
keinginannya dan bebas untuk mengembangkan profesi tersebut. Tetapi, tentu saja hak
ini juga disertai kewajiban yaitu melakukan pengajuan pengunduran diri dengan tata cara
tertentu yang diatur oleh perusahaan, seperti misalnya mengajukan permohonan
selambatnya 30 hari sebelumnya, tidak ada ikatan dinas, dan tetap melaksanakan
kewajiban sampai mengundurkan diri. Oleh karena itu, jika seorang pekerja merasa
kariernya tidak berkembang atau melihat ada potensi pengembangan karier di perusahaan
lain, maka secara etika profesi,.

You might also like