Professional Documents
Culture Documents
11 – 2007 – 028
TUNA RUNGU
DEFINISI
Berkurangnya Pendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran pada salah satu ataupun
kedua telinga.
Tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat berat.
PENYEBAB
Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh:
# Suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang
menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif)
# Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak
(penurunan fungsi pendengaran sensorineural).
Pada anak dibedakan berdasarkan masa terjadinya menjadi masa prenatal, perinatal dan
postnatal. Penyebab pada masa prenatal antara lain adalah genetik herediter dan non genetik
seperti gangguan pada masa kehamilan, kelainan struktur anatomik, zat gizi, infeksi
TORCHS dan obat. Pada masa perinatal yang dapat menjadi penyebab antara lain
prematuritas, BBLR, hiperbilirubinemia, adanya tindakan seperti ekstraksi vakum, asfiksia
dan anoksia otak. Pada masa postnatal terutama adalah adanya infeksi baik virus maupun
bakteri
Menurut Joint Committee on Infant Hearing (1990) yang dianggap resiko tinggi ketulian
adalah :
1. Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran bawaan
2. Riwayat infeksi TORCHS
3. Kelainan anatomi telinga
4. Lahir prematur (<37 minggu)
5. BBLR (<1500gram)
6. Persalinan dengan tindakan
7. Hiperbilirubinemia
8. Asfiksia berat, nilai Apgar rendah (0 – 3)
DIAGNOSA
1. Pemeriksaan Dengan Garputala
Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran udara dinilai dengan menempatkan garputala
yang telah digetarkan di dekat telinga sehingga suara harus melewati udara agar sampai ke
telinga.
Penurunan fungsi pendengaran atau ambang pendengaran subnormal bisa menunjukkan
adanya kelainan pada saluran telinga, telinga tengah, telinga dalam, sarat pendengaran atau
jalur saraf pendengaran di otak.
Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran tulang dinilai dengan menempatkan ujung
pegangan garputala yang telah digetarkan pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol di
belakang telinga).
Getaran akan diteruskan ke seluruh tulang tengkorak, termasuk tulang koklea di telinga
dalam. Koklea mengandung sel-sel rambut yang merubah getaran menjadi gelombang saraf,
yang selanjutnya akan berjalan di sepanjang saraf pendengaran.
Pemeriksaan ini hanya menilai telinga dalam, saraf pendengaran dan jalur saraf pendengaran
di otak.
Jika pendengaran melalui hantaran udara menurun, tetapi pendengaran melalui hantaran
tulang normal, dikatakan terjadi tuli konduktif.
Jika pendengaran melalui hantaran udara dan tulang menurun, maka terjadi tuli sensorineural.
Kadang pada seorang penderita, tuli konduktif dan sensorineural terjadi secara bersamaan.
2. Audiometri
Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan
menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara dengan ketinggian
dan volume tertentu.
Ambang pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan dengan mengurangi volume dari
setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat mendengarnya.
Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah. Untuk mengukur pendengaran
melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran
melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang kemudian diletakkan
pada prosesus mastoideus.
5. Timpanometri
Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi (tahanan terhadap
tekanan) pada telinga tengah.
Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari tuli konduktif.
Prosedur in tidak memerlukan partisipasi aktif dari penderita dan biasanya digunakan pada
anak-anak.
Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus menerus
menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga.
Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa
banyak suara yang dipantulkan kembali sebagai perubahan tekanan di saluran telinga.
Hasil pemeriksaan menunjukkan apakah masalahnya berupa:
- penyumbatan tuba eustakius (saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan hidung
bagian belakang)
- cairan di dalam telinga tengah
- kelainan pada rantai ketiga tulang pendengaran yang menghantarkan suara melalui telinga
tengah.
Timpanometri juga bisa menunjukkan adanya perubahan pada kontraksi otot stapedius, yang
melekat pada tulang stapes (salah satu tulang pendengaran di telinga tengah).
Dalam keadaan normal, otot ini memberikan respon terhadap suara-suara yang keras/gaduh
(refleks akustik) sehingga mengurangi penghantaran suara dan melindungi telinga tengah.
Jika terjadi penurunan fungsi pendengaran neural, maka refleks akustik akan berubah atau
menjadi lambat. Dengan refleks yang lambat, otot stapedius tidak dapat tetap berkontraksi
selama telinga menerima suara yang gaduh.
7. Elektrokokleografi
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran.
Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan fungsi
pendengaran sensorineural.
Elektrokokleografi dan respon auditoris batang otak bisa digunakan untuk menilai
pendengaran pada penderita yang tidak dapat atau tidak mau memberikan respon bawah sadar
terhadap suara.
Misalnya untuk mengetahui ketulian pada anak-anak dan bayi atau untuk memeriksa
hipakusis psikogenik (orang yang berpura-pura tuli).
Beberapa pemeriksaan pendengaran bisa mengetahui adanya kelainan pada daerah yang
mengolah pendengaran di otak.
Pemeriksaan tersebut mengukur kemampuan untuk:
- mengartikan dan memahami percakapan yang dikacaukan
- memahami pesan yang disampaikan ke telinga kanan pada saat telinga kiri menerima pesan
yang lain
- menggabungkan pesan yang tidak lengkap yang disampaikan pada kedua telinga menjadi
pesan yang bermakna
- menentukan sumber suara pada saat suara diperdengarkan di kedua telinga pada waktu yang
bersamaan.
Jalur saraf dari setiap telinga menyilang ke sisi otak yang berlawanan, karena itu kelainan
pada otak kanan akan mempengaruhi pendengaran pada telinga kiri.
Kelainan pada batang otak bisa mempengaruhi kemampuan dalam menggabungkan pesan
yang tidak lengkap menjadi pesan yang bermakna dan dalam menentukan sumber suara.
PENGOBATAN
Pengobatan untuk penurunan fungsi pendengaran tergantung kepada penyebabnya.
Jika penurunan fungsi pendengaran konduktif disebabkan oleh adanya cairan di telinga
tengah atau kotoran di saluran telinga, maka dilakukan pembuangan cairan dan kotoran
tersebut.
Jika penyebabnya tidak dapat diatasi, maka digunakan alat bantu dengar atau kadang
dilakukan pencangkokan koklea.
Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologis bisa menentukan apakah
penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum (audiologis adalah seorang
profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan menentukan beratnya gangguan fungsi
pendengaran).
Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman percakapan pada
penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural.
Dalam menentukan suatu alat bantu dengar, seorang audiologis biasanya akan
mempertimbangkan hal-hal berikut:
- kemampuan mendengar penderita
- aktivitas di rumah maupun di tempat bekerja
- keterbatasan fisik
- keadaan medis
- penampilan
- harga
PENCANGKOKAN KOKLEA
Pencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada penderita tuli berat yang tidak dapat
mendengar meskipun telah menggunakan alat bantu dengar.
Alat ini dicangkokkan di bawah kulit di belakang telinga dan terdiri dari 4 bagian:
- Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitar
- Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan mengubah suara yang tertangkap
oleh mikrofon
- Sebuah transmiter dan stimulator/penerima yang berfungsi menerima sinyal dari prosesor
percakapan dan merubahnya menjadi gelombang listrik
- Elektroda, berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator dan mengirimnya ke otak.
Suatu implan tidak mengembalikan ataupun menciptakan fungsi pendengaran yang normal,
tetapi bisa memberikan pemahaman auditoris kepada penderita tuli dan membantu mereka
dalam memahami percakapan.
Implan koklea sangat berbeda dengan alat bantu dengar.
Alat bantu dengar berfungsi memperkeras suara. Implan koklea menggantikan fungsi dari
bagian telinga dalam yang mengalami kerusakan.
Jika fungsi pendengaran normal, gelombang suara diubah menjadi gelombang listrik oleh
telinga dalam. Gelombang listrik ini lalu dikirim ke otak dan kita menerimanya sebagai suara.
Implan koklea bekerja dengan cara yang sama. Secara elektronik, implan koklea menemukan
bunyi yang berarti dan kemudian mengirimnya ke otak.