Professional Documents
Culture Documents
Pedoman Akuntansi
BUMN Perkebunan
PT. Perkebunan Nusantara I - XIV (Persero)
PT. Rajawali Nusantara Indonesia
Kata Sambutan
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan bimbingan-Nya kepada kita semua, sehingga dalam waktu yang relatif
singkat kita dapat menyelesaikan penyusunan Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan.
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan ini telah mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan
(SAK), International Accounting Standard/International Financial Reporting Standards (IAS/IFRS)
dan telah mengakomodasi ketentuan-ketentuan Bapepam-LK. Pedoman ini juga berisi perlakuan
akuntansi yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta memperhatikan
karakteristik BUMN Perkebunan di Indonesia. Mengingat hingga saat ini, IAS 41: Agriculture
belum diadopsi, maka diharapkan pedoman ini dapat digunakan sebagai acuan khususnya bagi
manajemen BUMN Perkebunan dalam menyusun laporan keuangan.
Dengan diberlakukannya standar akuntansi yang sama sebagai Pedoman Akuntansi BUMN
Perkebunan, diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan yang transparan, relevance,
reliable, dan comparable antar BUMN Perkebunan ataupun dengan perusahaan swasta sejenis,
sehingga mempermudah penilaian kinerja dan pengambilan keputusan oleh pemegang saham
guna meningkatkan daya saing BUMN Perkebunan. Semoga Pedoman Akuntansi BUMN Per-
kebunan ini juga bermanfaat bagi perusahaan lain yang bergerak di sektor perkebunan.
Kami menyadari bahwa perkembangan dunia usaha, khususnya perkebunan, akan terus
mengalami perubahan sesuai dengan dinamika tantangan yang akan dihadapi dalam persaingan
perekonomian global. Untuk itu pedoman yang disusun saat ini tentu saja bukan merupakan
suatu pedoman yang kaku, yang tidak terlepas dari tuntutan perbaikan dan penyempurnaan.
Oleh karena itu masih terbuka peluang bagi saran dan perbaikan atas buku pedoman ini.
iii
Akhirnya, kami sampaikan selamat dan terima kasih kepada seluruh Anggota Tim yang telah
bekerja keras dalam menyelesaikan penyusun Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan, semoga
Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi seluruh upaya kita. Amin
MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
SOFYAN A. DJALIL
iv
perlakuan akuntansi terperinci atas transaksi yang terjadi. Dengan demikian, diharapkan akan
memudahkan pemahaman dan menyeragamkan penyusunan laporan keuangan oleh perusahaan
BUMN Perkebunan.
Penyusunan sebuah pedoman akuntansi bukanlah merupakan tugas dan kewenangan
dari Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI. Produk DSAK hanya berupa PSAK dan
interpretasinya. Sedangkan untuk menyusun pedoman akuntansi biasanya dilakukan oleh
asosiasi industri atau regulator yang terkait dengan industri tersebut dengan mengacu, antara
lain, pada kerangka dasar, PSAK dan interpretasi PSAK yang diterbitkan oleh DSAK IAI. Dengan
demikian, pedoman tersebut diharapkan dapat menjadi bagian dari PABU di Indonesia.
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan (PABP) merupakan pedoman akuntansi yang proses
penyusunannya mengacu kepada kerangka dasar, PSAK dan interpretasi PSAK yang relevan
dengan transaksi-transaksi yang ada di BUMN Perkebunan. Untuk itu, Ikatan Akuntan Indonesia
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas sikap proaktif dan kepedulian
Kementerian Negara BUMN dan BUMN Perkebunan, yang meliputi PT. Perkebunan Nusantara
I-XIV (Persero) dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia, terhadap profesi akuntansi yang telah
mempelopori penyusunan pedoman akuntansi ini.
Akhirnya pada kesempatan ini kami Dewan Pengurus Nasional IAI mengucapkan terima
kasih dan memberikan penghargaan kepada Tim Penyusun, atas jerih payah dan kerja samanya
dalam penyusunan buku pedoman akuntansi ini. Semoga kerja sama ini dapat terus ditingkatkan
lagi di masa mendatang.
AHMADI HADIBROTO
vi
Yth.:
1. Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara VI (Persero)
2. Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara VII (Persero)
3. Direktur keuangan PT Perkebunan Nusantara I - XIV (Persero)
Di
Tempat
Agus Pakpahan
NIP 080035291
Kp: D4./MBU.11/VIII
Tembusan:
Menteri Negara BUMN, sebagai laporan
Jl. Dr Wahidin Raya No. 2, Gedung Departemen Keuangan Enam Belas Lantai – Jakarta 10710
Telepon (021) 34832020 (Hunting), Faksimili (021) 3864442, http://www.bumn-ri.com
Tim Penyusun
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan
Tim Pengarah : DR. Ir. Agus Pakpahan Deputi AIPKP & P
Drs. Megananda, MBA Asdep Perkebunan I
Ignatius Rusdonobanu, SE, MSc. Asdep Perkebunan II
Ir. H. Abdul Halik, MM Ketua BMD PTPN & PT RNI
Drs. Atjeng Sastrawidjaja Ikatan Akuntan Indonesia
Drs. M. Jusuf Wibisana, M.Ec. Ikatan Akuntan Indonesia
Roy Iman Wirahardja, SE., Ak., BAP Ikatan Akuntan Indonesia
Koordinator : Drs. Soenarri Yono BS, Ak, MM. Direktur Keuangan PTPN XI
viii
ix
Daftar Isi
Kata Sambutan ............................................................................................................... iii
xi
Bagian I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Usaha di bidang perkebunan mengalami perkembangan yang pesat dan semakin dinamis
akhir-akhir ini. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut, seperti
perkembangan teknologi perkebunan yang semakin maju, meningkatnya permintaan hasil
perkebunan seiring meningkatnya harga minyak bumi yang membuat hasil perkebunan
menjadi alternatif penggantinya, dan munculnya otonomi daerah yang berdampak terhadap
pengelolaan usaha perkebunan.
Selain itu, semakin meningkatnya tuntutan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
usaha seiring keterbukaan informasi yang difasilitasi oleh keberadaan teknologi komunikasi
dan informasi yang semakin maju dan semakin murah. Tata kelola korporasi yang baik (good
corporate governance) merupakan suatu hal yang tidak terelakkan, apalagi bagi BUMN
Perkebunan (untuk selanjutnya disebut “perseroan”) yang sahamnya dimiliki negara.
Perkembangan dan kondisi di atas mempengaruhi perseroan dalam pelaporan keuangannya
supaya lebih sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,
di mana harus mengakui, mengukur, menyajikan, dan mengungkapkan suatu transaksi
keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia sebagai salah satu penyusun standar akuntansi keuangan untuk entitas
privat atau nonpemerintah. Selama ini diantara perseroan sering terjadi perbedaan
perlakuan akuntansi untuk transaksi yang sama. Hal ini tentunya menjadi masalah tersendiri
bagi para pengguna laporan keuangan pada umumnya, khususnya pemegang saham, dalam
mengevaluasi kinerja setiap perseroan. Untuk itu dipandang perlu menyempurnakan
pedoman akuntansi yang sudah ada.
Dalam memperbaiki permasalahan tersebut, maka Badan Musyawarah Direksi PT. Perkebun-
an Nusantara, yang mewakili PT. (Persero) Perkebunan Nusantara I s/d XIV dan PT. (Persero)
Rajawali Nusantara Indonesia, bekerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia berinisiatif
untuk menyusun Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan (untuk selanjutnya disebut
“Pedoman”) yang terapan dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia.
C. Referensi Penyusunan
1. Penyusunan Pedoman ini didasarkan pada referensi yang relevan dan mencakup,
antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
c. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.
1. Proses perlakuan akuntansi atas suatu transaksi yang terjadi harus dilakukan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Bangun prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia adalah sebagai berikut:
2. Rerangka ini digambarkan seperti suatu bangunan rumah “Prinsip Akuntansi yang
Berlaku Umum di Indonesia”. Setiap lapisan di bawahnya menjadi landasan bagi lapisan
yang berada di atasnya. Dalam hal terjadi pertentangan antara prinsip akuntansi dari
berbagai sumber tersebut, maka harus mengikuti perlakuan akuntansi yang diatur di
dalam kelompok yang posisinya menjadi landasan atau pada lapisan yang terletak lebih
di bawah.
3. Pedoman ini merupakan bagian dari “Pedoman atau Praktik Akuntansi Industri” dalam
struktur bangun prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
4. Ilustrasi jurnal yang digunakan dalam Pedoman ini hanya merupakan ilustrasi dan tidak
bersifat mengikat. Perseroan dapat mengembangkan metode pencatatan dan pengakuan
sesuai sistem masing-masing sepanjang memberikan hasil yang tidak berbeda. Ilustrasi
jurnal yang dicantumkan dalam Pedoman ini menggambarkan pencatatan akuntansi
secara manual.
5. Transaksi yang dicantumkan pada Pedoman ini diprioritaskan pada transaksi yang umum
terjadi pada perseroan.
6. Jika terdapat transaksi khusus yang dipandang perlu untuk dituangkan dalam
buku Pedoman ini, maka hal tersebut agar dikaji sebagai bahan masukan dalam
penyempurnaan Pedoman ini.
7. Pedoman ini secara periodik akan dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan
usaha perkebunan, standar akuntansi, ketentuan Pemerintah dan ketentuan lain yang
terkait dengan perseroan.
Bagian II
Laporan Keuangan BUMN Perkebunan
A. Karakteristik Perseroan
1. Kegiatan Operasional
a. Perseroan melakukan kegiatan usaha di:
1) Bidang perkebunan yang meliputi:
a) Kegiatan pengusahaan budidaya tanaman, meliputi pembukaan, persiapan,
dan pengelolaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan serta
kegiatan-kegiatan lain sehubungan dengan budidaya tanaman tersebut.
b) Kegiatan produksi, meliputi pemungutan hasil tanaman, dan pengolahan
hasil tanaman sendiri atau pihak lain menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi.
c) Kegiatan perdagangan, meliputi kegiatan pemasaran berbagai macam
hasil produksi dan kegiatan perdagangan lainnya yang berhubungan
dengan kegiatan usaha.
d) Kegiatan pengembangan usaha di bidang perkebunan, agrowisata, dan
agrobisnis.
2) Kegiatan usaha lain yang menunjang kegiatan usaha di bidang perkebunan di
atas.
b. Dalam usaha di bidang perkebunan, perseroan melakukan kegiatan:
1) Budidaya tanaman, melalui perkebunan tanaman kelapa sawit, karet, teh,
kopi, tebu, kakao, tembakau, kina, dan lainnya.
2) Proses produksi, melalui pabrik kelapa sawit, pabrik pengolahan inti
sawit, pabrik fraksionasi yaitu pengolahan minyak sawit tidak aktif, pabrik
pengolahan karet, pabrik teh kemasan, pabrik gula, pabrik spirtus/alkohol,
pabrik pengeringan kakao, dan lainnya.
2. Bentuk Usaha
Bentuk usaha perseroan adalah perseroan terbatas (persero) yang dapat memiliki unit
usaha, anak perusahaan, perusahaan asosiasi, usaha patungan, dan lainnya.
3. Kepemilikan
Perseroan dimiliki oleh Negara, baik seluruhnya atau sebagian besar.
a. Neraca
1) Tujuan neraca adalah menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas serta informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut
pada waktu tertentu. Informasi dalam neraca dan penjelasannya dapat
membantu para pengguna laporan keuangan untuk menilai:
perseroan yang tercermin dalam laporan laba rugi pada kurun waktu tertentu
(satu periode).
6. Kebijakan Akuntansi
a. Kebijakan akuntansi tersebut harus mencerminkan prinsip kehati-hatian dan
mencakup semua hal yang material dan sesuai dengan ketentuan dalam standar
akuntansi yang berlaku.
b. Jika standar akuntansi yang ada belum mengatur masalah pengakuan, pengukuran,
penyajian atau pengungkapan dari suatu transaksi atau peristiwa, maka harus
ditetapkan kebijakan akuntansi agar laporan keuangan yang disajikan memuat
informasi yang relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan.
c. Dalam melakukan pertimbangan tersebut manajemen memperhatikan:
1) Persyaratan dan pedoman PSAK yang mengatur hal-hal yang mirip dengan
masalah terkait;
7. Penyajian
a. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan (neraca), kinerja
(laporan laba rugi), perubahan ekuitas, dan arus kas disertai pengungkapan yang
diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan likuiditas, sedangkan
kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.
c. Laporan laba rugi dikelompokan secara berjenjang (multiple step).
d. Perubahan ekuitas disajikan berdasarkan urutan waktu terjadinya.
e. Laporan arus kas disajikan dengan metode langsung (direct method).
f. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematik dengan urutan
penyajian sesuai dengan komponen utamanya yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan keuangan. Informasi dalam catatan atas laporan keuangan
berkaitan dengan pos-pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, dan laporan arus kas yang sifatnya memberikan penjelasan, baik yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
g. Dalam catatan atas laporan keuangan tidak diperkenankan menggunakan kata
“sebagian besar” untuk menggambarkan bagian dari suatu jumlah tetapi harus
dinyatakan dalam jumlah nominal atau prosentase.
h. Perubahan akuntansi wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Perubahan estimasi akuntansi
Estimasi akuntansi dapat diubah jika terdapat perubahan kondisi yang
mendasarinya. Selain itu, juga wajib diungkapkan pengaruh material dari
perubahan yang terjadi baik pada periode berjalan maupun pada periode-
periode berikutnya.
8. Konsistensi Penyajian
a. Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus
konsisten kecuali:
1) terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasional perseroan atau
perubahan penyajian akan menghasilkan penyajian yang lebih tepat atas suatu
transaksi atau peristiwa; atau
2) perubahan tesebut diperkenankan oleh PSAK.
b. Jika penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan diubah, maka pe-
nyajian periode sebelumnya harus direklasifikasi untuk memastikan keterbandingan,
sifat, dan jumlah. Selain itu alasan reklasifikasi juga harus diungkapkan. Dalam hal
reklasifikasi dianggap tidak praktis, maka cukup diungkapkan alasannya.
dan beban interim harus mencakup periode sejak awal tahun buku sampai dengan
akhir periode interim yang dilaporkan.
b. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan
periode sebelumnya wajib diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman
laporan keuangan periode berjalan.
6. Lebih menekankan pada penyajian transaksi dan peristiwa sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya atau formalitas.
7. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga menim-
bulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomis dan tingkat kesuksesan antar
perseroan. Pedoman ini akan menyeragamkan metode akuntansi, jika memungkinkan,
untuk mengurangi variasi dalam hal tersebut.
Bagian III
Neraca (Laporan Posisi Keuangan)
A. Akuntansi Aset
keuangan. Jika dapat dipastikan bahwa perseroan akan menerima arus masuk
manfaat ekonomis, maka diakui sebagai aset dan penghasilan terkait dalam
laporan keuangan pada periode timbulnya kepastian tersebut.
5) Akan tetapi, apabila yang timbul hanya kemungkinan besar (bahwa akan
memperoleh arus masuk manfaat ekonomis), maka diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan. Pengungkapan tersebut meliputi uraian singkat
mengenai karakteristik aset kontinjensi pada tanggal neraca dan, apabila
praktis, estimasi dampak keuangannya.
3. Aset Lancar
Aset lancar adalah aset yang diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual
atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perseroan, dimiliki untuk
diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisir
dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca, atau berupa kas atau setara kas yang
penggunaannya tidak dibatasi.
3) Penjelasan
a) Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.
b) Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sangat likuid, berjangka
pendek, dan yang cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
c) Kas dan setara kas antara lain terdiri dari:
(1) kas, baik dalam rupiah maupun mata uang asing;
(2) giro pada bank;
(3) setoran dalam perjalanan;
(4) deposit on call.
d) Deposit on call adalah simpanan yang hanya dapat ditarik dengan syarat
pemberitahuan sebelumnya.
e) Kas dan setara kas merupakan salah satu komponen alat likuid dan tidak
menghasilkan pendapatan, sehingga perlu dikendalikan besarannya agar
tidak menimbulkan adanya dana yang menganggur (idle fund). Suatu
investasi dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika segera akan
jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal neraca.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan
(1) Kas dan setara kas diakui pada saat diterima.
(2) Kas dan setara kas berkurang pada saat digunakan.
b) Pengukuran
Kas dan setara kas diakui sebesar nilai nominal.
c) Penyajian
Kas dan setara kas merupakan pos neraca yang paling likuid dan lazim
disajikan pada urutan pertama pada aset lancar.
d) Pengungkapan
(1) Rincian jenis dan jumlah kas dan setara kas.
(2) Kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat penerimaan kas:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan usaha/piutang/pos terkait
b) Pada saat penggunaan kas dan setara kas:
Db. Utang usaha/beban usaha/pos terkait
Kr. Kas dan setara kas
g) Nilai wajar adalah nilai di mana suatu aset dipertukarkan atau suatu
kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan
untuk melakukan transaksi wajar.
2) Dasar Pengaturan
a) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
b) PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
c) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
3) Penjelasan
a) Umum
(1) Investasi jangka pendek adalah penanaman dana yang berisiko
atau yang sejenis yang dimaksudkan untuk memperoleh pendapat-
an apabila diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal neraca.
(2) Investasi jangka pendek yang dimaksud adalah penempatan dana
dalam surat berharga (efek), antara lain dalam bentuk:
(a) penempatan dana di bank, misalnya deposito berjangka yang
akan jatuh tempo dalam satu tahun setelah tanggal neraca;
(b) penempatan dana pada efek utang, misalnya obligasi, yang akan
jatuh tempo dalam satu tahun setelah tanggal neraca;
(c) penempatan dana pada efek ekuitas, misalnya saham, yang
bersifat jangka pendek.
b) Pengelompokan
(1) Secara umum, aset keuangan dikelompokkan menjadi:
(a) diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi;
(b) investasi dimiliki hingga jatuh tempo;
(c) terkait kejadian tertentu di luar kendali, tidak berulang dan tidak
dapat diantisipasi.
(4) Kelompok “pinjaman yang diberikan dan piutang” adalah aset keuang-
an nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan
tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif, kecuali:
(a) dimaksudkan untuk dijual dalam waktu dekat, yang diklasifikasikan
dalam kelompok diperdagangkan, serta pinjaman yang diberikan
dan piutang yang pada saat pengakuan awal oleh entitas ditetap-
kan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi;
(b) pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kelompok tersedia
untuk dijual; atau
(c) dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali
investasi awal secara substansial, kecuali yang disebabkan oleh
penurunan kualitas pinjaman yang diberikan dan piutang, dan
diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual.
Kepemilikan atas kelompok aset yang bukan merupakan pinjaman
yang diberikan atau piutang, seperti kepemilikan atas reksadana
atau yang serupa, tidak dapat diklasifikasikan sebagai pinjaman yang
diberikan atau tagihan.
(5) Kelompok “tersedia untuk dijual” yaitu aset keuangan nonderivatif
yang ditetapkan sebagai:
(a) tersedia untuk dijual; atau
(b) tidak diklasifikasikan sebagai “diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi”, “investasi dimiliki hingga jatuh tempo”, atau
“pinjaman yang diberikan dan piutang”.
(6) Investasi jangka pendek dikelompokkan menjadi:
(a) diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
(b) dimiliki hingga jatuh tempo.
(c) tersedia untuk dijual.
c) Reklasifikasi kelompok
(1) Investasi jangka pendek yang termasuk kelompok “diukur pada
nilai wajar melalui laporan laba rugi” tidak diperkenankan untuk
direklasifikasi dari dan ke kelompok ini.
(4) Untuk instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar
aktif dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, yang diukur
pada biaya perolehan, apabila telah terjadi penurunan nilai maka
diakui sebagai kerugian dalam laporan laba rugi dan tidak dapat
dipulihkan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Pengakuan awal
(a) Penempatan dana sebagai investasi jangka pendek di bank diakui
pada saat dilakukan penyerahan dana sebesar nilai nominal
(nominal value).
(b) Penempatan dana sebagai investasi jangka pendek di surat ber-
harga/efek diakui pada saat dilakukan penyerahan dana sebesar
biaya perolehan.
(2) Setelah pengakuan awal
(a) Jumlah tercatat
i. Kelompok “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi”
diukur pada nilai wajar.
ii. Kelompok “tersedia untuk dijual” diukur pada nilai wajar.
iii. Kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” diukur pada biaya
perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan suku
bunga efektif.
(b) Perubahan nilai wajar
Keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi atas perubahan
nilai wajar pada saat tanggal neraca:
i. kelompok “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi”
diakui dalam laporan laba rugi;
ii. kelompok “tersedia untuk dijual” diakui sebagai bagian dari
ekuitas di neraca;
iii. kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” tidak ada pengakuan
atas perubahan nilai wajar tersebut.
c) Pengungkapan
(1) Untuk setiap kategori diungkapkan mengenai:
(a) cakupan dan sifat instrumen keuangan, termasuk syarat dan
kondisi signifikan yang mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat
kepastian arus kas di masa mendatang;
(b) kebijakan dan metode akuntansi digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan pengukuran;
(c) apakah pembelian dan penjualan dicatat pada tanggal transaksi
atau penyelesaian;
(d) eksposur risiko tingkat bunga;
(e) eksposur risiko kredit;
(f) nilai wajar.
(2) Nilai tercatat dari investasi jangka pendek yang dijadikan agunan.
(3) Nilai tercatat dari investasi jangka pendek yang termasuk bagian
diperdagangkan.
(4) Alasan reklasifikasi, jika melakukan reklasifikasi.
(5) Item material dari pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian
akibat investasi jangka pendek.
(6) Sifat dan jumlah kerugian penurunan nilai.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Kelompok “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi” dan “tersedia
untuk dijual”
(1) Saat pengakuan awal:
Db. Investasi jangka pendek – diukur pada nilai wajar melalui laporan
laba rugi
Db. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
Kr. Kas dan setara kas
(2) Setelah pengakuan awal
(a) Pendapatan bunga
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan bunga
c. Piutang
1) Definisi
a) Piutang adalah hak tagih terhadap pihak lain atas kas, barang atau jasa.
b) Piutang usaha adalah jumlah tagihan terhadap pihak lain atas penjualan
barang atau pemberian jasa yang merupakan bagian dari kegiatan usaha
sesuai anggaran dasar.
c) Piutang lain-lain adalah piutang selain dari kegiatan usaha atau piutang
selain piutang usaha.
d) Penghentian-pengakuan adalah pengeluaran aset keuangan atau kewajib-
an keuangan dari neraca yang sebelumnya telah diakui.
2) Dasar Pengaturan
a) Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. (KDPPLK
paragraf 89)
b) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
c) Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau kewajiban keuangan,
entitas mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau
kewajiban keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi, nilai wajar tersebut ditambah biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau kewajiban
keuangan tersebut. (PSAK 55 paragraf 43)
d) Setelah pengakuan awal, entitas mengukur aset keuangan, termasuk
derivatif yang diakui sebagai aset, pada nilai wajarnya, tanpa harus dikurangi
biaya transaksi yang mungkin timbul saat penjualan, atau pelepasan lain,
kecuali untuk pinjaman yang diberikan dan piutang sesuai definisi paragraf
8 dalam PSAK 55 yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan
menggunakan metode suku bunga efektif. (Modifikasi PSAK 55 paragraf
46 huruf a)
3) Penjelasan
a) Umum
(1) Piutang merupakan hak yang muncul dari penyerahan barang,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara perseroan dan
pihak lain, yang mewajibkan pihak lain tersebut untuk melunasi
pembayaran atas barang yang telah diterimanya atau utangnya
setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.
(2) Transaksi piutang usaha, antara lain, memiliki karakteristik sebagai
berikut:
(a) adanya penyerahan barang atau jasa;
(b) persetujuan atau kesepakatan berutang;
(c) jangka waktu tertentu.
(3) Piutang usaha antara lain berasal dari penjualan produk atau jasa dari
aktivitas utama perseroan.
(4) Piutang lain-lain antara lain berasal dari pemberian pinjaman kepada
pihak lain, seperti karyawan, piutang talangan PIR/Plasma/Tebu
Rakyat (piutang PIR dan plasma yang bukan berbentuk talangan
dan akan diselesaikan lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca
diatur dalam Bagian III.A.4.a: Piutang PIR dan Plasma) dan Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi.
(5) Piutang berjangka pendek yang timbul dari transaksi nonusaha antara
perseroan dengan perseroan lain, anak perusahaan, dan perusahaan
asosiasinya atau piutang antar badan hukum tidak termasuk dalam
bagian ini, tetapi diatur dalam Bagian III.A.3.d: Piutang Antar Badan
Hukum Jangka Pendek.
(6) Piutang usaha atau piutang lain-lain yang kemungkinan besar tidak
bisa ditagih, yaitu penyisihan piutang tidak tertagih yang sudah 100%
dari jumlah piutang, tetap disajikan sebagai bagian piutang ini.
b) Jumlah tercatat
(1) Piutang tidak memiliki premium atau diskon yang harus diamortisasi.
(2) Jumlah tercatat piutang adalah sama dengan jumlah tagihan kepada
pihak lain.
c) Penghentian-pengakuan
(1) Piutang dihentikan-pengakuannya, jika dan hanya jika:
(a) hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan
tersebut berakhir; atau
(b) perseroan mentransfer piutang seperti dijelaskan di angka (2),
dan transfer tersebut memenuhi kriteria penghentian-pengakuan
di angka (3).
(2) Perseroan mentransfer piutang, jika dan hanya jika:
(a) Perseroan mentransfer hak kontraktual untuk menerima arus kas
yang berasal dari piutang; atau
(b) Perseroan tetap memiliki hak kontraktual untuk menerima
arus kas yang berasal dari piutang, namun juga menanggung
kewajiban kontraktual untuk membayar arus kas yang diterima
tersebut kepada satu atau lebih pihak penerima melalui suatu
kesepakatan yang memenuhi seluruh persyaratan berikut:
i. Perseroan tidak wajib membayar penerima akhir, kecuali
jika perseroan memperoleh jumlah yang setara dari
aset awalnya. Uang muka jangka pendek yang diberikan
perseroan dengan hak untuk memperoleh kembali jumlah
yang dipinjamkan tersebut secara penuh ditambah bunga
terutang yang dihitung berdasarkan suku bunga pasar tidak
menyalahi persyaratan ini.
ii. Perseroan tidak diperkenankan, berdasarkan persyaratan da-
lam kontrak transfer, untuk menjual atau mengagunkan aset
awalnya kecuali untuk menjamin hak penerima akhir untuk
menerima arus kas.
iii. Perseroan berkewajiban untuk menyerahkan setiap arus
kas yang ditagihnya untuk dan atas nama penerima akhir
tanpa penundaan yang signifikan. Selain itu, perseroan tidak
e) Penghapusan
(1) Penghapusan piutang merupakan suatu proses hapus buku yang
didasarkan pada pertimbangan substansi ekonomi dalam rangka
pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan konservatisme dalam
akuntansi, dan bukan didasarkan pada pertimbangan legal.
(2) Hapus buku tidak menghilangkan hak tagih perseroan kepada
debitur.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Piutang usaha diakui pada saat barang diserahkan kepada pembeli
sesuai dengan perjanjian penjualan barang.
(a) FOB shipping point diakui pada saat barang diterima perusahaan
pengiriman untuk diserahkan kepada pembeli.
(b) FOB destination diakui pada saat barang diterima pembeli.
(2) Piutang lain-lain diakui pada saat aset, misalnya kas, diserahkan
kepada pihak lain.
(3) Piutang berkurang pada saat pembayaran diterima atau dihapuskan.
(4) Penyisihan kerugian piutang tidak tertagih dilakukan jika terdapat
bukti obyektif atas kolektibilitas piutang sebesar jumlah yang tidak
akan tertagih.
(5) Apabila jumlah suatu piutang yang dihapuskan lebih besar dari penyi-
sihan kerugian piutang yang bersangkutan, maka selisihnya diakui
sebagai beban pada periode yang bersangkutan, atau sebaliknya.
(6) Apabila terjadi pembayaran setelah piutang dihapusbukukan maka
diakui sebagai pendapatan nonusaha.
b) Penyajian
(1) Piutang disajikan pada kelompok pos aset lancar dalam neraca.
(2) Piutang disajikan sebesar jumlah neto, yakni jumlah seluruh tagihan
setelah dikurangi dengan penyisihan kerugian piutang.
(3) Piutang usaha dan piutang lain-lain disajikan pada pos yang terpisah.
c) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain, sebagai berikut:
(1) Rincian jenis dan jumlah piutang.
(2) Jumlah piutang dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa.
(3) Metode pembentukan dan jumlah penyisihan kerugian piutang yang
dibentuk.
(4) Jumlah piutang yang dijadikan agunan pinjaman bank.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pengakuan awal
(1) Saat penjualan barang/jasa:
Db. Piutang usaha
Kr. Penjualan ekspor/lokal (komoditi utama)
Kr. PPN keluaran
(2) Saat penyerahan aset:
Db. Piutang lain-lain – karyawan
Kr. Kas dan setara kas
(3) saat penetapan dividen:
Db. Piutang lain-lain – dividen
Kr. Pendapatan nonusaha
b) Pada saat menerima pembayaran:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang yang terkait
c) Pada saat melakukan penyisihan piutang tidak tertagih:
Db. Beban penyisihan piutang
Kr. Akumulasi penyisihan piutang
d) Pada saat penghapusan suatu piutang:
(1) Jumlah penghapusan lebih kecil daripada jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Kr. Piutang usaha/piutang lain-lain
Kr. Pendapatan nonusaha (pengurang beban penghapusan piutang
yang lainnya)
e. Persediaan
1) Definisi
a) Persediaan adalah:
(1) aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
(2) aset dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
(3) aset yang tersedia dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk
digunakan dalam pemberian pelayanan, proses produksi, dan
mendukung kegiatan administratif.
b) Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan
usaha normal dikurangi dengan taksiran biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan penjualan, jika ada.
c) Produk utama (main product) adalah produk yang dimaksudkan untuk
dihasilkan dari suatu proses produksi yang serentak.
d) Produk sampingan (by product) adalah produk yang tidak dimaksudkan
untuk dihasilkan dari suatu proses produksi yang serentak dan mempunyai
nilai yang relatif rendah.
2) Dasar Pengaturan
a) Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih,
mana yang lebih rendah (the lower of cost and net realizable value). (PSAK
14 paragraf 5)
b) Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi
dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition).
(PSAK 14 paragraf 6)
c) Biaya persediaan untuk barang yang lazimnya tidak dapat diganti dengan
barang lain (not ordinary interchangeable) dan barang serta jasa yang
dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek khusus harus diperhitungkan
berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing. (PSAK
14 paragraf 18)
d) Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 18, harus dihitung
dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP
atau FIFO), rata-rata tertimbang (weighted average cost method), atau
masuk terakhir keluar pertama (MTKP atau LIFO). (PSAK 14 paragraf 20)
e) Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan
tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan
atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah
biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan harus
diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian
tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena
peningkatan kembali nilai realisasi bersih harus diakui sebagai pengurang
terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan
tersebut. (PSAK 14 paragraf 28)
3) Penjelasan
a) Umum
(1) Persediaan yang dimiliki perseroan dalam beberapa bentuk hasil
tanaman, barang dalam proses, serta bahan baku dan bahan
pelengkap.
(2) Persediaan hasil tanaman, antara lain terdiri dari:
(a) inti sawit;
(b) minyak sawit;
(c) teh;
(d) karet;
(e) gula;
(f) tetes;
(g) alkohol/spirtus;
(h) kopi;
(i) kakao;
(j) lain-lain.
(3) Persediaan barang dalam proses, antara lain terdiri dari:
(a) tembakau dalam proses;
(b) gula sisan;
(c) lain-lain.
(4) Persediaan bahan baku dan bahan pelengkap, antara lain terdiri
dari:
(a) pupuk;
(b) obat-obatan;
(c) suku cadang;
(d) bahan bakar;
(e) lain-lain.
b) Rumus biaya
(1) Rumus biaya yang digunakan adalah rata-rata tertimbang (weighted
average).
(2) Rata-rata tertimbang dihitung untuk setiap kelompok persediaan,
misalnya rata-rata tertimbang persediaan inti sawit dan rata-rata
tertimbang persediaan minyak sawit.
c) Biaya perolehan
(1) Biaya perolehan persediaan terdiri dari:
(a) biaya pembelian persediaan;
(b) biaya konversi;
(c) biaya lain-lain, jika ada.
(2) Biaya pembelian
(a) Dalam hal persediaan diperoleh dari pihak luar yang kemudian
diproses lebih lanjut oleh perseroan, maka biaya pembelian
sebesar harga pembelian setelah dikurangi diskon dan sebagainya,
termasuk pajak yang tidak bisa direstitusi.
(b) Dalam hal persediaan diperoleh dari internal perseroan, maka
biaya pembelian sebesar jumlah tercatat aset yang ditransfer
(transfer cost) untuk diolah lebih lanjut menjadi persediaan.
(3) Biaya konversi
(a) Biaya konversi terdiri dari:
i. biaya yang secara langsung terkait unit persediaan yang
diproduksi; dan
ii. overhead produksi.
b) Penyajian
(1) Persediaan disajikan pada kelompok aset lancar.
(2) Persediaan disajikan sebesar mana yang lebih rendah antara biaya
perolehan atau nilai realisasi bersih.
(3) Tanaman semusim disajikan sebagai pos tersendiri dalam neraca.
c) Pengungkapan
(1) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan,
termasuk rumus biaya yang dipakai;
(2) total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut
klasifikasi persediaan;
(3) pengungkapan terpisah untuk persediaan tanaman semusim yang
ada pada tanggal pelaporan;
(4) jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih;
(5) jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui
sebagai pengurang beban persediaan selama periode berjalan;
(6) kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan
yang telah diturunkan;
(7) nilai tercatat persediaan yang dijadikan sebagai agunan;
(8) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat perolehan persediaan:
Db. Persediaan
Kr. Kas dan setara kas/pos yang terkait
b) Pemakaian bahan baku dan pelengkap:
Db. Beban/pos yang terkait
Kr. Persediaan
c) Penjualan persediaan hasil jadi:
Db. Kas dan setara kas/piutang usaha
Kr. Penjualan (pendapatan usaha)
c) Pengungkapan
(1) rincian pajak dibayar dimuka; dan
(2) hal-hal lain yang diperlukan.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pembayaran angsuran PPh:
Db. Pajak dibayar dimuka (angsuran PPh)
Kr. Kas dan setara kas
b) Pada saat pembayaran PPN masukan:
Db. Aset atau beban yang terkait
Db. Pajak dibayar dimuka (PPN masukan)
Kr. Kas dan setara kas
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
b) Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih model biaya harus mengukur
seluruh properti investasinya sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
PSAK 16 tersebut. Sedangkan jika properti investasi tersebut memenuhi
kriteria dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok aset yang
akan dilepas yang dikelompokkan sebagai dimiliki untuk dijual) maka
entitas:
(1) mengukur aset tersebut sebesar nilai yang lebih rendah antara jumlah
tercatat dan nilai wajar setelah dikurangi dengan biaya penjualan dan
tidak disusutkan; dan
(2) menyajikan aset tersebut dan hasil operasinya secara terpisah di
neraca dan laporan laba rugi. (PSAK 13 paragraf 58)
c) Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan,
yaitu pada saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang
diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan intensi
manajemen. Penyusutan dari suatu aset dihentikan lebih awal ketika:
(1) aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual atau
aset tersebut termasuk dalam kelompok aset yang tidak dipergunakan
lagi dan diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual
(2) aset tersebut dihentikan pengakuannya... (PSAK 16 paragraf 58)
d) Suatu aset dalam satu sewa pembiayaan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam suatu kelompok yang akan
dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual), maka
perlakuan akuntansi untuk aset tersebut adalah sebagai berikut:
(1) disajikan sebagai aset tersedia untuk dijual, jika jumlah tercatatnya
terutama dapat dipulihkan melalui transaksi penjualan daripada
penggunaan lebih lanjut;
(2) diukur sebesar nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatatnya dan
nilai wajar setelah dikurangi beban penjualan aset tersebut; dan
(3) diungkapkan dalam laporan keuangan untuk memungkinkan evaluasi
dampak keuangan dari adanya perubahan penggunaan aset. (PSAK
30 paragraf 38)
e) PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan.
3) Penjelasan
a) Aset dimiliki untuk dijual berasal dari:
(1) aset tidak lancar yang akan dijual daripada terus dipergunakan;
(2) sekelompok aset dan kewajiban yang akan dilepaskan, yang dapat
timbul dari suatu operasi yang telah dihentikan.
b) Suatu aset dimiliki untuk dijual apabila:
(1) aset tersedia untuk segera dijual dalam kondisinya sekarang;
(2) kondisi sekarang aset tersebut sesuai dengan persyaratan dalam
suatu penjualan untuk aset yang seperti itu; dan
(3) penjualan tersebut harus kemungkinan besar terjadi.
c) Agar penjualan tersebut dapat dikatakan kemungkinan besar terjadi:
(1) adanya komitmen manajemen terhadap rencana penjualan aset
tersebut;
(2) manajemen harus sudah mengadakan suatu program aktif untuk
mencari pembeli dan menyelesaikan rencana penjualan tersebut;
(3) aset tersebut harus dipasarkan secara aktif pada harga yang pantas
sesuai dengan nilai wajar kininya;
(4) penjualan diharapkan terjadi dalam waktu satu tahun dari tanggal
klasifikasi;
(5) tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan rencana
penjualan harus mengindikasikan bahwa kemungkinan terjadinya
perubahan signifkan atau pembatalan rencana penjualan tersebut
sangat kecil.
d) Penjualan suatu aset dapat dilakukan lebih dari satu tahun [huruf c) (4)],
tetapi aset tersebut tetap diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual
jika:
(1) penundaan tersebut disebabkan oleh peristiwa atau keadaan di luar
kuasa perseroan; dan
(2) terdapat cukup bukti bahwa perseroan tetap berkomitmen atas
rencana penjualan tersebut.
e) Aset tidak lancar yang ditinggalkan sementara tidak termasuk aset dimiliki
untuk dijual karena akan digunakan di masa mendatang.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Aset dimiliki untuk dijual diakui pada saat ditetapkan akan dijual
(diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual).
(2) Aset dimiliki untuk dijual diukur pada nilai yang lebih rendah antara:
(a) jumlah tercatat, dengan
(b) nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
(3) Apabila nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual lebih tinggi daripada
jumlah tercatat, maka selisihnya diakui sebagai kerugian dalam
laporan laba rugi.
(4) Tidak ada penyusutan atas aset dimiliki untuk dijual.
b) Penyajian
(1) Aset dimiliki untuk dijual disajikan sebagai aset lancar dalam pos
tersendiri.
(2) Kewajiban yang terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual
disajikan dalam pos tersendiri dalam kewajiban.
(3) Aset dan kewajiban tersebut tidak disajikan secara neto atau tidak
saling hapus.
(4) Pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan aset dimiliki
untuk dijual disajikan dalam pos tersendiri dalam laporan laba rugi.
c) Pengungkapan
(1) Operasi yang telah dihentikan:
(a) jumlah yang diakui dalam laporan laba rugi yang terdiri dari:
i. laba atau rugi setelah pajak yang dihasilkan operasi yang
dihentikan;
ii. laba atau rugi setelah pajak dari pengukuran nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual.
(b) analisa atas jumlah di atas [huruf (a)] yang terdiri dari:
i. pendapatan, beban, laba atau rugi sebelum pajak dari
operasi yang dihentikan, dan beban pajak terkait;
ii. laba atau rugi pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual dari operasi yang dihentikan, dan beban pajak
terkait;
(c) arus kas neto dari operasi yang dihentikan.
(2) Aset tidak lancar atau kelompok yang dilepaskan:
(a) penjelasan mengenai deskripsi aset tidak lancar dan kelompok
yang dilepaskan;
(b) penjelasan mengenai fakta dan keadaan penjualan atau
ekspektasi penjualan, dan ekspektasi pelaksanaan dan waktu
pelepasan;
(c) laba atau rugi yang diakui dalam laporan laba rugi;
(d) jika praktis, segmen perusahaan dimana aset tidak lancar atau
operasi yang dilepaskan berada.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pengakuan awal
(1) Berasal dari aset tidak lancar
Db. Aset dimiliki untuk dijual (aset lancar)
Db. Kerugian penurunan nilai (jika nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual lebih besar daripada jumlah tercatat)
Kr. Aset tetap/properti investasi/pos aset tidak lancar lainnya
pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi
dipandang berguna.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Aset lancar lainnya diakui pada saat diterima atau dibayar atau
timbulnya penyebab lain aset lancar lainnya tersebut.
(2) Aset lancar lainnya diakui sebesar jumlah yang diterima atau dibayar.
b) Penyajian
Aset lancar lainnya disajikan dalam pos aset lancar dan disajikan di urutan
paling akhir.
c) Pengungkapan
Rincian aset lancar lainnya.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Saat pengakuan awal:
Db. Aset lancar lainnya
Kr. Kas dan setara kas/pos yang terkait
b) Saat penggunaan:
Db. Pos yang terkait
Kr. Aset lancar lainnya
2) Dasar pengaturan
a) Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. (KDPPLK
paragraf 89)
b) Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan
sedangkan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki
sifat atau fungsi yang sejenis. (PSAK 1 paragraf 23)
c) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
d) PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
e) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
3) Penjelasan
a) Program pemerintah terkait dengan bidang perkebunan meliputi program
perkebunan inti rakyat dan program perkebunan inti plasma.
b) Perkebunan inti rakyat
(1) Program perkebunan inti rakyat merupakan program pemerintah
yang mewajibkan perseroan untuk membina masyarakat untuk
menghasilkan komoditi perkebunan tertentu dalam wilayah kerja
perseroan.
(2) Perseroan diwajibkan untuk membuka lahan, menyediakan bibit,
pupuk dan sarana lain yang dananya akan diganti jika tanaman telah
menghasilkan.
(3) Perkebunan rakyat dibangun di atas tanah yang dimiliki pemerintah
yang telah diserahkan kepada petani peserta PIR.
(b) apabila aset nonmoneter maka diukur sebesar nilai wajar aset
tersebut.
(2) Selanjutnya, piutang PIR dan plasma diukur sebesar biaya perolehan.
b) Penyajian
Piutang PIR dan plasma disajikan dalam pos aset tidak lancar sebesar biaya
perolehan.
c) Pengungkapan
(1) rincian piutang PIR dan plasma berdasarkan jenis dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) piutang yang dijadikan agunan, jika ada;
(5) penyisihan yang dibentuk:
(a) alasan dan dasar pembentukan penyisihan;
(b) jumlah penyisihan dan penghapusan piutang.
(6) lain-lain.
5) Ilustrasi jurnal
a) Pada saat pengakuan awal
Dr. Piutang PIR dan plasma
Kr. Kas dan setara kas/pos yang terkait
b) Pada saat reklasifikasi ke aset lancar:
Db. Bagian jangka pendek piutang PIR dan plasma
Kr. Piutang PIR dan plasma
c) Pada saat penyelesaian:
Dr. Kas dan setara kas
Kr. Bagian jangka pendek piutang PIR dan plasma
5) Ilustrasi jurnal
a) Pada saat pengakuan awal
Dr. Piutang antar badan hukum jangka panjang
Kr. Kas dan setara kas/pos yang terkait
b) Pada saat reklasifikasi ke aset lancar:
Db. Bagian jangka pendek piutang antar badan hukum jangka panjang
Kr. Piutang antar badan hukum jangka panjang
c) Pada saat penyelesaian:
Dr. Kas dan setara kas
Kr. Bagian jangka pendek piutang antar badan hukum jangka panjang
d) Pada saat melakukan penyisihan piutang tidak tertagih
(1) Jika belum direklasifikasi ke aset lancar
Db. Beban penyisihan piutang
Kr. Akumulasi penyisihan piutang
(2) Jika sudah direklasifikasi ke aset lancar
Db. Beban penyisihan piutang
Kr. Akumulasi penyisihan piutang
e) Pada saat penghapusan piutang:
(1) Belum direklasifikasi ke aset lancar
(a) Jumlah penghapusan lebih kecil daripada jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Kr. Piutang antar badan hukum jangka panjang
Kr. Pendapatan nonusaha (sebagai pengurang beban penghapus-
an piutang yang lainnya)
(b) Jumlah penghapusan sama dengan jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Kr. Piutang antar badan hukum jangka panjang
(c) Jumlah penghapusan lebih besar dari jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Db. Beban penghapusan piutang
Kr. Piutang antar badan hukum jangka panjang
d) Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk meng-
hitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban
keuangan (atau kelompok aset keuangan atau kewajiban keuangan) dan
metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga
selama periode yang relevan.
e) Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan
estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang selama per-
kiraan umur dari instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan
periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari
aset keuangan atau kewajiban keuangan.
f) Nilai wajar adalah nilai di mana suatu aset dipertukarkan atau suatu
kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan
untuk melakukan transaksi wajar.
2) Dasar Pengaturan
a) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
b) PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
c) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
3) Penjelasan
a) Umum
(1) Investasi jangka panjang adalah penanaman dana yang berisiko atau
yang sejenis yang dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan dan
akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal neraca.
d) Penurunan nilai
(1) Pada setiap tanggal neraca, investasi jangka panjang tersebut harus
dievaluasi apakah telah terjadi penurunan nilai.
(2) Untuk kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” (diukur pada biaya
perolehan yang diamortisasi), apabila telah terjadi penurunan nilai,
maka:
(a) nilai tercatatnya dikurangi secara langsung atau menggunakan
pos cadangan penurunan nilai dan selisihnya diakui sebagai
kerugian dalam laporan laba rugi;
(b) apabila di periode berikutnya terjadi pemulihan nilai, maka nilai
tercatat dipulihkan tetapi tidak boleh melebihi biaya perolehan
yang telah diamortisasi sebelum terjadinya penurunan nilai dan
diakui sebagai keuntungan dalam laporan laba rugi.
(3) Untuk kelompok “tersedia untuk dijual” apabila terjadi penurunan
nilai (bukan penurunan nilai wajar), maka:
(a) penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dalam laporan
laba rugi;
(b) apabila terjadi pemulihan nilai pada periode berikutnya,
i. instrumen ekuitas diakui melalui laporan perubahan ekuitas,
bukan laporan laba rugi;
ii. instrumen utang diakui sebagai keuntungan melalui laporan
laba rugi.
(4) Untuk instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar
aktif dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal (diukur pada
biaya perolehan), apabila telah terjadi penurunan nilai maka diakui
sebagai kerugian dalam laporan laba rugi dan tidak dapat dipulihkan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Pengakuan awal
(a) Penempatan dana sebagai investasi jangka panjang di bank diakui
pada saat dilakukan penyerahan dana sebesar nilai nominal
(nominal value).
c) Pengungkapan
(1) Pengungkapan mengenai:
(a) cakupan dan sifat instrumen keuangan, termasuk syarat dan
kondisi signifikan yang mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat
kepastian arus kas di masa mendatang;
(b) kebijakan dan metode akuntansi digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan pengukuran;
(c) apakah pembelian dan penjualan dicatat pada tanggal transaksi
atau penyelesaian;
(d) eksposur risiko tingkat bunga;
(e) eksposur risiko kredit;
(f) nilai wajar.
(2) Nilai tercatat dari investasi jangka panjang yang dijadikan agunan.
(3) Nilai tercatat dari investasi jangka panjang yang termasuk bagian
diperdagangkan.
(4) Alasan reklasifikasi, jika melakukan reklasifikasi.
(5) Item material dari pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian
akibat investasi jangka panjang.
(6) Sifat dan jumlah kerugian penurunan nilai.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Kelompok “tersedia untuk dijual”
(1) Saat pengakuan awal:
Db. Investasi jangka panjang – tersedia untuk dijual
Kr. Kas dan setara kas
(2) Setelah pengakuan awal
(a) Pendapatan bunga
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan bunga
(1) kepemilikan saham lebih dari 20% hak suara pada perusahaan
investee; atau
(2) kepemilikan saham kurang dari 20% hak suara pada perusahaan
investee dimana investor mempunyai pengaruh yang signifikan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Pada saat pengakuan awal, nilai tercatat investasi pada perusahaan
asosiasi diakui sebesar biaya perolehan.
(2) Pengukuran setelah pengakuan awal
(a) Laba atau rugi investee (perusahaan asosiasi) diakui sebesar
bagian investor atas laba atau rugi tersebut sebagai pendapatan
dan penambah nilai tercatat investasi pada perusahaan asosiasi.
(b) Penerimaan dividen tunai diakui sebagai pengurang nilai penyer-
taan yang bersangkutan, sedangkan penerimaan dividen saham
tidak mempengaruhi nilai penyertaan yang bersangkutan.
(c) Penyesuaian terhadap nilai tercatat tersebut juga diperlukan
untuk mengubah hak kepemilikan proporsional investor pada
investee yang timbul dari perubahan dalam ekuitas investee
yang belum diperhitungkan ke dalam laporan laba rugi, misalnya
surplus revaluasi aset tetap, selisih penjabaran mata uang asing,
dan penyesuaian selisih yang timbul dari penggabungan usaha.
(3) Apabila bagian investor atas rugi perusahaan asosiasi sama atau
melebihi nilai tercatat dari investasi, maka nilai tercatat investasi
pada perusahaan asosiasi dilaporkan nihil.
(a) Kerugian selanjutnya diakui oleh investor apabila telah timbul
kewajiban atau investor melakukan pembayaran kewajiban
perusahaan asosiasi yang dijaminnya.
(b) Jika perusahaan asosiasi selanjutnya menghasilkan laba, investor
akan mengakui penghasilan apabila setelah bagiannya atas laba
menyamai bagiannya atas rugi neto yang belum diakui.
(4) Apabila nilai ekuitas perusahaan asosiasi berbeda setelah menjadi
perusahaan dan bukan akibat dari laba atau rugi dalam laporan
laba rugi, maka diakui sebagai “selisih transaksi perubahan ekuitas
perusahaan asosiasi” sebagai bagian dari ekuitas.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Pengakuan awal
Investasi pada perusahaan lainnya diakui pada saat perolehan saham
sebesar biaya perolehan.
(2) Pengakuan setelah pengakuan awal
(a) Penghasilan dividen diakui pada saat penentuan pembagian
dividen sebesar bagiannya atas dividen yang dibagikan;
(b) Penghasilan diakui hanya sebatas distribusi laba, kecuali divi-
den saham, yang diperoleh yang berasal dari laba neto yang
diakumulasikan oleh investee setelah tanggal perolehan.
(3) Penurunan nilai
(a) Apabila terdapat bukti obyektif telah terjadi penurunan nilai
maka kerugian penurunan nilai diukur sebesar selisih jumlah
tercatat dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan yang
didiskontokan dengan tingkat bunga yang berlaku di pasar untuk
investasi tersebut.
(b) Kerugian penurunan nilai tersebut tidak dapat dipulihkan.
b) Penyajian
(1) Kepemilikan saham yang dicatat dengan metode biaya (biaya per-
olehan) disajikan pada pos investasi pada perusahaan lainnya dan
terpisah dari pos lainnya.
(2) Investasi pada perusahaan lainnya disajikan sebesar:
(a) biaya perolehan; atau
(b) biaya perolehan dikurangi kerugian penurunan nilai, apabila
terjadi pernurunan nilai.
c) Pengungkapan
(1) Rincian investasi pada perusahaan lainnya meliputi:
(a) nama;
(b) tempat kedudukan;
(c) persentase kepemilikan dan persentase hak suara, jika berbeda
dengan persentase kepemilikan.
(2) Tambahan saham yang berasal dari dividen saham yang dikeluarkan
oleh investee.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat melakukan penyertaan:
Db. Investasi pada perusahaan lain
Kr. Kas dan setara kas
b) Pada saat pengakuan laba atau rugi investee:
Tidak ada jurnal
c) Pada saat penerimaan deviden:
(1) Dividen tunai
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan dividen
(2) Dividen saham
Tidak ada jurnal
d) Pada saat pelepasan saham baik sebagian atau keseluruhan:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi pada perusahaan lain
Dapat timbul keuntungan atau kerugian.
f. Properti Investasi
1) Definisi
a) Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari
suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau
lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan pendapatan rental
atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk:
(1) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau
untuk tujuan administratif; atau
(2) dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
b) Properti yang digunakan sendiri adalah properti yang dikuasai (oleh
pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk:
(1) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa; atau
(2) untuk tujuan administratif.
2) Dasar Pengaturan
a) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
b) PSAK 13: Properti Investasi.
3) Penjelasan
a) Properti investasi menghasilkan sebagian besar arus kas secara bebas dari
aset lainnya, sementara aset yang digunakan sendiri (aset tetap) dapat
menghasilkan arus kas yang didistribusikan tidak hanya pada properti
tersebut, tetapi juga pada aset lain yang digunakan dalam proses produksi
atau persediaan.
b) Berikut adalah contoh properti investasi:
(1) Tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan
bukan untuk dijual jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari.
(2) Tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan
belum ditentukan.
(3) Bangunan yang dimiliki (atau dikuasai melalui sewa pembiayaan) dan
disewakan kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi.
(4) Bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan
kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi.
c) Berikut adalah contoh aset yang bukan merupakan properti investasi:
(1) Properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-
hari atau sedang dalam proses pembangunan atau pengembangan
untuk dijual.
(2) Properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas nama
pihak ketiga.
g. Aset Tanaman
1) Definisi
a) Aset tanaman adalah aset tetap yang berupa tanaman perkebunan yang
terdiri dari tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman telah
menghasilkan (TM).
b) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh atau
membudidayakan aset tanaman sampai dengan aset tanaman tersebut
dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan sesuai dengan
tujuan.
c) Harga jual neto adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan aset
dalam transaksi antar pihak-pihak yang bebas (arm’s length transaction),
setelah dikurangi biaya yang terkait.
d) Jumlah tercatat adalah nilai yang disajikan dalam neraca setelah dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.
e) Jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah nilai yang lebih tinggi antara
harga jual neto dengan nilai pakai suatu aset.
f) Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan aset dikurangi nilai
residunya.
g) Nilai residu aset adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh saat ini
dari pelepasan aset, setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika aset
tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir
umur manfaatnya.
h) Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu
aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan
memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm’s length transaction).
i) Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari
suatu aset selama umur manfaatnya.
j) Rugi penurunan nilai adalah selisih dari jumlah tercatat suatu aset dengan
jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset tersebut.
k) Umur manfaat adalah:
(1) periode penggunaan yang diharapkan dari suatu aset tanaman; atau
(2) jumlah produksi yang diharapkan akan diperoleh dari aset tanaman.
l) Produk tanaman adalah produk yang dihasilkan dari aset tanaman.
2) Dasar Pengaturan
a) PSAK 16 Aset Tetap
(1) Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai
aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. (PSAK 16
paragraf 15)
(2) Contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset
tetap adalah:
(a) biaya pembukaan fasilitas baru;
(b) biaya pengenalan produk baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas
promosi);
(c) biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok
pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan staf); dan
(d) administrasi dan biaya overhead umum lainnya. (PSAK 16
paragraf 19)
(3) Suatu entitas harus memilih model biaya (cost model) dalam paragraf
30 atau model revaluasi (revaluation model) dalam paragraf 31
sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut
terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. (PSAK 16
paragraf 29)
(4) Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai aset. (PSAK 16 paragraf 30)
(5) Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat
diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai
wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler
(14) Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset
tetap harus ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil
pelepasan, jika ada, dan jumlah tercatat dari aset tersebut. (PSAK 16
paragraf 73)
b) PSAK 48: Penurunan Nilai Aset.
c) PSAK 25: Laba atau Rugi Bersih Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar,
dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.
3) Penjelasan
a) Umum
(1) Aset tanaman dapat dibedakan menjadi:
(a) tanaman belum menghasilkan (TBM);
(b) tanaman telah menghasilkan (TM).
(2) Aset tanaman yang dimaksud di sini adalah tanaman tahunan.
(3) Proses yang dilalui menjadi aset tanaman adalah:
(a) dari pembibitan sampai dengan menjadi tanaman telah meng-
hasilkan (proses dari TBM menjadi TM);
(b) dari tanaman telah menghasilkan sampai dengan dihentikan-
pengakuannya, misalnya ditebang atau diganti dengan tanaman
lain (proses dari TM sampai dengan tidak dicatat lagi di neraca).
b) Proses dari TBM menjadi TM
(1) Biaya perolehan awal
(a) Biaya-biaya yang diakui sebagai bagian dari TBM (biaya perolehan
awal), meliputi:
i. Biaya input;
ii. Biaya proses;
iii. Alokasi biaya tidak langsung.
(b) Biaya input adalah harga perolehan bibit dan biaya lainnya yang
dikeluarkan sampai dengan bibit tersebut siap tanam.
(c) Biaya proses yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sampai menjadi
tanaman menghasilkan, biaya-biaya tersebut terdiri dari:
i. Biaya biaya tenaga kerja langsung di unit/kebun untuk peme-
liharaan aset tanaman belum menghasilkan.
(b) biaya pengenalan produk baru, termasuk biaya iklan dan aktivitas
promosi;
(c) biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok
pelanggan baru, termasuk biaya pelatihan staf; dan
(d) administrasi dan biaya overhead umum lainnya.
(4) Reklasifikasi ke TM
(a) TBM direklasifikasi ke TM pada saat tanaman menghasilkan.
(b) Penentuan waktu tanaman dapat menghasilkan ditentukan
oleh:
i. pertumbuhan vegetatif; dan
ii. berdasarkan taksiran manajemen.
(c) Setelah menjadi TM
(1) Biaya perolehan TM sebesar nilai tercatat TBM yang di-
reklasifikasi ke TM.
(2) Biaya-biaya yang terjadi setelah TM diakui sebagai beban
periode terjadinya, kecuali biaya-biaya yang memenuhi
syarat untuk dikapitalisasi ke aset tanaman sebagaimana
yang dijelaskan di nomor (3).
(3) Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aset tanaman
yang tidak menambah manfaat ekonomis aset tanaman, atau
biaya-biaya yang mengembalikan aset tanaman ke kondisi
normalnya, maka biaya-biaya tersebut dibebankan pada
periode terjadinya. Misalnya, biaya pemupukkan rutin.
d) Penyusutan
(1) Penyusutan aset tanaman dimulai ketika TBM direklasifikasi ke TM.
(2) Penyusutan dilakukan metode garis lurus dengan taksiran umur
manfaat (setelah menjadi TM) sebagai berikut:
Jenis aset tanaman Umur manfaat
Kelapa sawit 25 tahun
Karet 25 tahun
Kakao 25 tahun
Teh 50 tahun
Kina 15 tahun
Kopi 40 tahun
4) Perlakuan akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Pengakuan awal (TBM dan TM)
(a) TBM. Biaya perolehan aset tanaman TBM sebesar akumulasi
biaya yang dikapitalisasi ke TBM tersebut.
(b) TM. Biaya perolehan aset tanaman TM sebesar nilai tercatat TBM
yang direklasifikasi ke TM.
(2) Pengukuran setelah pengakuan awal (TBM dan TM)
(a) TBM. Aset tanaman TBM diukur pada biaya perolehan setelah
dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada.
(b) TM. Aset tanaman TM diukur pada biaya perolehan setelah
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai, jika ada.
(3) Penyusutan (TM)
(a) Penyusutan aset tanaman diakui sebagai beban produksi atau
penambah biaya perolehan persediaan yang dihasilkannya.
(b) Akumulasi penyusutan aset tanaman disajikan sebagai pos
pengurang jumlah tercatatnya.
(4) Penurunan nilai (TBM dan TM)
(a) Penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada periode terjadi-
nya.
(b) Akumulasi rugi penurunan nilai aset tanaman disajikan sebagai
pos pengurang jumlah tercatatnya.
(5) Penghentian-pengakuan (TBM dan TM)
(a) Keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui pada periode
terjadinya.
(b) Keuntungan atau kerugian tersebut disajikan sebagai pendapatan
atau beban nonusaha.
b) Penyajian
Aset tanaman disajikan sebagai aset tidak lancar dalam pos tersendiri
sebesar jumlah tercatat, yaitu biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi penurunan nilai.
c) Pengungkapan
(1) Rincian jenis dan jumlah aset tanaman, yaitu aset tanaman TBM dan
TM.
(2) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah bruto aset
tanaman.
(3) Metode penyusutan yang digunakan.
(4) Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan.
(5) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir
periode.
(6) Suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
memperlihatkan:
(a) penambahan;
(b) pelepasan;
(c) akuisisi melalui penggabungan usaha;
(d) penurunan nilai tercatat;
(e) penyusutan;
(f) perbedaan pertukaran neto yang timbul; dan
(g) setiap pengklasifikasian kembali.
(7) Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai suatu
perubahan kebijakan akuntansi dan alasan perubahan.
5) Ilustrasi jurnal
a) Pada saat perolehan
(1) Aset tanaman TBM
Db. Aset tanaman TBM
Kr. Beban input
Kr. Beban tenaga kerja langsung/pos beban langsung lainnya
Kr. Beban bunga yang dikapitalisasi
(2) Reklasifikasi aset tanaman TBM menjadi TM
Db. Aset tanaman TM
Kr. Aset tanaman TBM
h. Aset Tetap
1) Definisi
a) Aset tetap adalah aset berwujud yang:
(1) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif; dan
(2) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
b) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau
nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu
aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan,
jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai
dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.
c) Jumlah tercatat adalah nilai yang disajikan dalam neraca setelah dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.
d) Jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah nilai yang lebih tinggi antara
harga jual neto dan nilai pakai suatu aset.
e) Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan suatu aset, atau
jumlah lain yang menjadi pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai
residunya.
f) Nilai residu aset adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas
saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan,
jika aset tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada
akhir umur manfaatnya.
g) Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu
aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan
memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm’s length transaction).
h) Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari
suatu aset selama umur manfaatnya.
i) Rugi penurunan nilai adalah selisih dari jumlah tercatat suatu aset dengan
jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset tersebut.
j) Umur manfaat adalah:
(1) suatu periode di mana aset diharapkan akan digunakan oleh entitas;
atau
(2) jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh
dari aset tersebut oleh entitas.
2) Dasar Pengaturan
a) PSAK 16 Aset Tetap
(1) Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai
aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. (PSAK 16
paragraf 15)
(2) Suatu entitas harus memilih model biaya (cost model) dalam paragraf
30 atau model revaluasi (revaluation model) dalam paragraf 31
sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut
terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. (PSAK 16
paragraf 29)
(3) Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penu-
runan nilai aset. (PSAK 16 paragraf 30)
(4) Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat
diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai
wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler
untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara
material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai
wajar pada tanggal neraca. (PSAK 16 paragraf 31)
(5) Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup
signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus
disusutkan secara terpisah. (PSAK 16 paragraf 46)
(6) Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laporan
laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah
tercatat aset lainnya. (PSAK 16 paragraf 51)
(7) Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset dialokasikan secara
sistematis sepanjang umur manfaatnya. (PSAK 16 paragraf 53)
(8) Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap harus di-review
minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review
berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut
harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai
dengan PSAK 25... (PSAK 16 paragraf 54)
(9) Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi
pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset oleh entitas.
(PSAK 16 paragraf 63)
(10) Metode penyusutan yang digunakan untuk aset harus di-review
minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan
yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi
masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan harus
diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan
metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi
akuntansi sesuai dengan PSAK 25. (PSAK 16 paragraf 64)
g) Penghentian-pengakuan
(1) Aset tetap dihentikan-pengakuannya dari kelompok aset tetap
apabila:
(a) dijual;
(b) dihibahkan; atau
(c) ditarik secara permanen dari penggunaannya.
(2) Aset tetap tanah yang diambil alih oleh negara untuk kepentingan
umum dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan sebesar
jumlah tercatat aset tanah yang diambil alih setelah dikurangi ganti
rugi yang diterima.
h) Model pengukuran
Pedoman ini menerapkan model biaya sebagai kebijakan akuntansi untuk
pengukuran setelah pengakuan awal untuk aset tetap.
i) Saldo selisih revaluasi
Jika perseroan mempunyai saldo selisih revaluasi aset tetap per 31
Desember 2007, maka saldo revaluasi tersebut direklasifikasi ke saldo
laba pada laporan perubahan ekuitas tahun 2008.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Perolehan aset tetap
(a) Pada awal perolehan aset tetap diakui sebesar biaya perolehan.
(b) Harga perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh
secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga
gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-
masing aset yang bersangkutan.
(c) Aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran dengan aset
nonmoneter diukur sebesar:
i. nilai wajar aset tetap yang diterima;
ii. nilai wajar aset yang diserahkan, jika nilai wajar aset yang
diserahkan tidak ada atau kurang andal dibandingkan aset
yang diserahkan;
iii. nilai tercatat aset yang diserahkan, jika nilai wajar aset yang
diterima atau yang diserahkan tidak ada.
(d) Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan diakui sebesar harga
taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkredit pos
modal donasi pada kelompok ekuitas.
(e) Aset tetap tanah
Harga perolehan aset tetap tanah yang dibangun sendiri me-
rupakan akumulasi seluruh biaya perolehan dan pengembang-
an tanah, berupa biaya pematangan tanah, di luar beban yang
ditangguhkan akibat biaya legal pengurusan hak.
(2) Pengeluaran setelah perolehan awal
Pengeluaran yang dapat dikapitalisasi diakui sebagai penambah nilai
tercatat aset tetap.
(3) Penyusutan
Beban penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai beban untuk
periode yang bersangkutan.
(4) Penurunan nilai
Penurunan nilai aset tetap diakui sebagai kerugian pada periode
terjadinya (beban nonusaha).
(5) Penghentian-pengakuan
(a) Keuntungan atau kerugian dari penghentian-pengakuan diakui
pada periode terjadinya.
(b) Keuntungan atau kerugian tersebut diakui sebagai pendapatan
atau beban nonusaha.
b) Penyajian
(1) Aset tetap disajikan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan kerugian penurunan nilai.
(2) Tanah disajikan sebagai bagian kelompok aset tetap sebesar biaya
perolehan dikurangi, jika ada, akumulasi penyusutan dan kerugian
penurunan nilai.
c) Pengungkapan
(1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah bruto aset
tetap.
(2) Metode penyusutan yang digunakan.
i. Aset Sewaan
1) Definisi
a) Aset sewaan (leased asset) adalah aset yang diperoleh melalui perjanjian
sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan.
b) Sewa (lease) adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak
kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu
(3) masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomik aset meski-
pun hak milik tidak dialihkan;
(4) pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum
secara substansial mendekati nilai wajar aset sewaan;
(5) aset sewaan memiliki karakteristik khusus dimana hanya lessee yang
dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.
d) Indikator dari situasi yang secara individual ataupun gabungan dapat juga
menunjukkan bahwa sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan
adalah:
(1) jika lessee dapat membatalkan sewa, kerugian lessor yang terkait
dengan pembatalan ditanggung oleh lessee;
(2) keuntungan atau kerugian dari fluktuasi nilai wajar residu dibebankan
kepada lessee, misalnya, dalam bentuk potongan harga sewa yang
setara dengan sebagian besar hasil penjualan residu pada akhir
sewa;
(3) lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode
kedua dengan nilai sewa yang secara substansial lebih rendah dari
nilai sewa pasar.
e) Situasi dan indikator di atas tidak selalu harus konklusif.
f) Jika jelas dari fitur lainnya bahwa sewa tidak mengalihkan secara substan-
sial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan, sewa
tersebut diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Misalnya, jika besarnya
pembayaran atas kepemilikan aset yang dialihkan pada akhir sewa
adalah variabel dan setara dengan nilai wajarnya, atau jika terdapat
sewa kontinjen, yang berarti lessee tidak menanggung secara substansial
seluruh risiko dan manfaat.
g) Transaksi jual dan sewa-balik
(1) Transaksi jual dan sewa-balik meliputi penjualan suatu aset dan pe-
nyewaan kembali aset yang sama.
(2) Pembayaran sewa dan harga jual biasanya saling terkait karena
keduanya dinegosiasikan sebagai suatu paket.
(3) Perlakuan akuntansi untuk transaksi jual dan sewa-balik tergantung
pada jenis sewanya.
h) Dalam bagian ini hanya mengatur perseroan sebagai lessee dan sewa
pembiayaan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Pengakuan awal atau pada awal masa sewa:
(a) aset sewaan dan kewajiban diakui sebesar nilai wajar atau nilai
kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah
dari nilai wajar;
(b) tingkat diskonto yang digunakan adalah bunga implisit dalam
sewa atau bunga pinjaman inkremental;
(c) biaya langsung awal yang dikeluarkan ditambahkan ke dalam
jumlah yang diakui sebagai aset;
(2) Setelah pengakuan awal
(a) Pembayaran sewa minimum:
i. bagian yang merupakan beban keuangan; dan
ii. bagian yang merupakan pelunasan kewajiban.
(b) Beban keuangan dialokasikan ke setiap periode selama masa
sewa.
(c) Sewa kontinjen dibebankan pada periode terjadinya.
(3) Beban penyusutan:
(a) Kebijakan penyusutan untuk aset sewaan harus konsisten dengan
aset yang dimiliki sendiri;
(b) Jika tidak ada kepastian yang memadai akan mendapatkan hak
kepemilikan, aset sewaan harus disusutkan secara penuh selama
jangka waktu yang lebih pendek antara periode masa sewa dan
umur manfaatnya.
b) Penyajian
(1) Aset sewaan yang diperoleh dengan cara sewa pembiayaan disajikan
sebagai bagian aset tidak lancar dalam kelompok tersendiri.
(2) Kewajiban sewa yang bersangkutan harus disajikan terpisah dari
kewajiban lainnya.
c) Pengungkapan
(1) jumlah neto nilai tercatat untuk setiap kelompok aset pada tanggal
neraca;
(2) rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di masa men-
datang dengan nilai kininya dan total pembayaran sewa minimum di
masa mendatang untuk setiap periode berikut:
(a) sampai dengan satu tahun;
(b) lebih dari satu tahun sampai lima tahun;
(c) lebih dari lima tahun;
(3) sewa kontinjen yang diakui sebagai beban pada periode tersebut;
(4) total perkiraan penerimaan pembayaran minimum oper-sewa di masa
mendatang dari kontrak sewa-lanjut yang tidak dapat dibatalkan pada
tanggal neraca;
(5) deskripsi umum isi perjanjian sewa yang material, yang meliputi,
tetapi tidak terbatas pada, hal berikut:
(a) dasar penentuan sewa kontinjen;
(b) ada tidaknya klausul-klausul yang berkaitan dengan opsi perpan-
jangan atau pembelian dan eskalasi beserta syarat-syaratnya;
dan
(c) pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian
sewa.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat perolehan aset sewaan:
Db. Aset sewaan (aset tidak lancar)
Kr. Kewajiban sewa (kewajiban jangka panjang)
b) Pada saat pembebanan penyusutan:
Db. Beban penyusutan – aset sewaan
Kr. Akumulasi penyusutan – aset sewaan
c) Pada saat pembelian aset sewaan:
Db. Aset tetap/pos aset lainnya
Db. Akumulasi penyusutan – aset sewaan
Kr. Aset sewaan
Kr. Akumulasi penyusutan – aset tetap/pos aset lainnya
Kr. Kas dan setara kas
5) Ilustrasi jurnal
a) Jika perseroan sebagai pemilik aset
(1) Transaksi KSO dalam bentuk bangun-kelola-serah (BOT):
(a) Pada saat penyerahan hak pengelolaan atas aset dari perseroan:
Db. Aset KSO
Kr. Aset tetap
(b) Pada saat penentuan bagi hasil dari KSO:
Db. Piutang usaha – bagi hasil KSO
Kr. Pendapatan KSO
(c) Pada saat penerimaan bagi hasil dari KSO:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang usaha – bagi hasil KSO
(d) Pada saat akhir konsesi/kontrak yaitu penyerahan aset kepada
perseroan:
Db. Aset tetap (nilai wajar aset KSO yang dibangun)
Kr. Pendapatan KSO
(e) Pada saat reklasifikasi aset perseroan yang diserahkan kembali
dari pengelola KSO kepada perseroan:
Db. Aset tetap
Kr. Aset KSO
(2) Transaksi KSO dalam bentuk bangun-serah-kelola (BTO):
(a) Pada saat penyerahan hak pengelolaan atas aset dari perseroan:
Db. Aset KSO
Kr. Aset tetap
(b) Pada saat perseroan menerima aset KSO yang dibangun oleh
investor:
Db. Aset KSO
Kr. Kewajiban jangka panjang KSO
(c) Pada saat penyusutan aset KSO:
Db. Beban penyusutan
Kr. Akumulasi penyusutan – aset KSO
(1) aktivitas, jangka waktu dan kewajiban pelaporan dari joint ventures;
(2) penunjukan pengurus joint ventures dan hak suara para venturer;
(3) partisipasi finansial masing-masing venturer;
(4) cara pembagian output, pendapatan, beban atau hasil usaha joint
ventures kepada para venturer.
d) Dalam perjanjian kontraktual tersebut dapat ditunjuk satu venturer sebagai
operator atau manajer joint ventures, mereka yang ditunjuk tersebut
tidak mengendalikan joint ventures tetapi hanya melaksanakan kebijakan
keuangan dan operasional yang telah disetujui oleh seluruh venturer.
e) Kepada operator biasanya dibayarkan suatu imbalan untuk pelaksanaan
tugas tersebut. Atas imbalan tersebut dipertanggungjawabkan joint
ventures sebagai beban, bagi operator atas imbalan tersebut diakui
sebagai pendapatan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Dalam PBO masing-masing venturer menggunakan aset tetapnya
dan mengelola sendiri persediaannya, masing-masing venturer
menanggung pengeluarannya, menyelesaikan kewajibannya serta
mencari sumber pendanaannya untuk aktivitasnya sendiri. Pem-
bagian pendapatan dari penjualan produk bersama dan pembagian
beban bersama diatur dalam perjanjian joint ventures.
(2) Dalam PBA masing-masing venturer hanya mengakui sebesar bagian
partisipasinya dalam pengendalian aset bersama tersebut, demikian
juga dengan pendapatan dan beban diakui sebesar bagiannya dalam
partisipasinya.
(3) Laporan keuangan tersendiri untuk joint ventures wajib disusun
apabila jumlahnya material dan proyek kerja sama diselesaikan dalam
jangka panjang. Jenis, bentuk dan isi laporan keuangan disesuaikan
dengan kebutuhan venturer dan perjanjian kontraktualnya.
b) Penyajian
(1) Sehubungan dengan bagian partisipasi venturer pada PBO, venturer
membukukan aset hanya sebatas aset yang dikendalikan sendiri dan
membukukan kewajiban yang timbul atas aktivitasnya sendiri.
(2) Beban diakui sebesar beban yang terjadi atas aktivitasnya sendiri dan
pendapatan diakui sebesar bagiannya atas penjualan bersama dari
penjualan barang dan jasa oleh joint ventures.
(3) Dalam PBA masing-masing venturer menyajikan:
(a) Aset yang dikendalikan bersama sebesar bagiannya dan dikla-
sifikasikan menurut sifat dari aset tersebut (bukan sebagai
investasi);
(b) Setiap kewajiban yang menjadi tanggungannya sendiri, misal-
nya pinjaman bank yang digunakannya untuk membiayai
partisipasinya pada joint ventures;
(c) Bagiannya atas setiap kewajiban bersama yang ditanggung
bersama oleh para venturer sehubungan dengan joint ventures;
(d) Bagiannya atas output joint ventures dan bagiannya atas beban
bersama yang terjadi pada joint ventures tersebut;
(e) Beban yang menjadi tanggungannya sendiri sehubungan dengan
partisipasinya dalam joint ventures misalnya bunga atas pinjaman
bank yang digunakan untuk membiayai partisipasinya pada joint
ventures.
c) Pengungkapan
(1) Venturer harus mengungkapkan jumlah agregat dari kontinjensi
berikut ini, terpisah dari kontinjensi lainnya dari venturer:
(a) setiap kontinjensi yang timbul akibat bagian partisipasi
venturer pada joint ventures dan bagiannya atas kontinjensi
yang timbul akibat tindakan yang dilakukan secara bersama-
sama dengan para venturer lainnya;
(b) bagian atas kontinjensi joint ventures apabila venturer
tersebut ikut bertanggung jawab atas kontinjensi tersebut;
(c) kontinjensi yang timbul karena venturer ikut menanggung
kewajiban venturer lainnya.
(2) Venturer harus mengungkapkan jumlah agregat komitmen beri-
kut, terpisah dari komitmen lainnya dari venturer:
(a) komitmen modal/finansial venturer sehubungan dengan
bagian partisipasinya pada joint ventures dan penyetoran
(5) Pada saat transaksi penerimaan persediaan oleh venturer dari PBA:
Db. Persediaan
Kr. Utang PBA
(6) Pada saat konsolidasi (sesuai dengan jurnal konsolidasi)
b) Metode Ekuitas
(1) Sama dengan point (1) sampai (5) dalam metode proporsional
konsolidasi.
(2) Pada saat pengumuman laba PBA:
Db. Penyertaan PBA
Kr. Pendapatan penyertaan PBA
(3) Pada saat pengumuman rugi PBA:
Db. Kerugian PBA
Kr. Penyertaan PBA
(4) Pada saat penerimaan kas atas laba PBA:
Db. Kas
Kr. Penyertaan PBA
(3) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat keputusan yang me-
nentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit
pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya
terutang.
(4) Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat keputusan yang menentukan
jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
l) Surat Tagihan Pajak adalah surat yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa
bunga dan/atau denda.
2) Dasar Pengaturan
a) Jumlah pajak kini, yang belum dibayar harus diakui sebagai kewajiban.
Apabila jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode berjalan dan
periode-periode sebelumnya melebihi jumlah pajak yang terutang untuk
periode-periode tersebut, maka selisihnya, diakui sebagai aset. (PSAK 46
paragraf 13)
b) Aset pajak tangguhan (deferred tax assets) diakui untuk seluruh perbedaan
temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan perbe-
daan temporer yang boleh dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan
untuk mengurangi laba fiskal pada masa yang akan datang, kecuali aset
pajak tangguhan yang timbul dari:
(1) goodwill negatif yang diakui sebagai pendapatan tangguhan sesuai
dengan PSAK 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha; atau
(2) pengakuan awal aset atau kewajiban pada suatu transaksi yang:
(a) bukan transaksi penggabungan usaha; dan
(b) tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba fiskal.
(PSAK 46 paragraf 21)
c) Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aset pajak
tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa yang
akan datang memadai untuk dikompensasi. (PSAK 46 paragraf 26)
d) Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan
tarif pajak yang akan berlaku pada saat aset dipulihkan atau kewajiban
dilunasi, yaitu dengan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah berlaku
atau yang telah secara substantif berlaku pada tanggal neraca. (PSAK 46
paragraf 30)
e) Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi
pajak untuk pemulihan nilai tercatat aset atau penyelesaian kewajiban
yang diharapkan perusahaan pada tanggal neraca. (PSAK 46 paragraf 33)
f) Aset dan kewajiban pajak tangguhan tidak boleh didiskonto (discounted).
(PSAK 46 paragraf 34)
g) Nilai tercatat aset pajak tangguhan harus ditinjau kembali (pada tanggal
neraca). Perusahaan harus menurunkan nilai tercatat tersebut apabila
laba fiskal tidak mungkin memadai untuk mengkompensasi sebagian
atau semua aset pajak tangguhan. Penurunan tersebut harus disesuaikan
kembali apabila besar kemungkinan laba fiskal memadai. (PSAK 46
paragraf 35)
h) Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aset dan
kewajiban lainnya dalam neraca. Aset pajak tangguhan dan kewajiban
pajak tangguhan harus dibedakan dari aset pajak kini dan kewajiban pajak
kini. (PSAK 46 paragraf 45)
i) Apabila dalam laporan keuangan suatu perusahaan, aset dan kewajiban
lancar disajikan terpisah dari aset dan kewajiban tidak lancar maka aset
(kewajiban) pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aset (kewajiban)
lancar. (PSAK 46 paragraf 46)
3) Penjelasan
a) Pengakuan aset pajak tangguhan berarti perseroan akan dapat memulihkan
nilai tercatat aset pajak tangguhan tersebut. Apabila besar kemungkinan
bahwa pemulihan aset akan mengakibatkan pembayaran pajak pada
periode mendatang yang lebih kecil, maka mengharuskan untuk meng-
akui aset pajak tangguhan, dengan beberapa pengecualian.
b) Perseroan memperlakukan konsekuensi pajak dari suatu transaksi dan
kejadian lain sama dengan cara dalam memperlakukan transaksi dan
kejadian tersebut. Oleh karena itu, untuk transaksi dan kejadian lain
yang diakui pada laporan laba rugi, konsekuensi atau pengaruh pajak dari
transaksi dan kejadian tersebut harus diakui pula pada laporan laba rugi.
Sedangkan untuk transaksi dan kejadian lain yang langsung dibebankan
atau dikreditkan ke ekuitas, konsekuensi atau pengaruh pajak dari transaksi
5) Ilustrasi Jurnal
Pada saat timbulnya aset pajak tangguhan (sejumlah pajak penghasilan dapat
diperoleh kembali akibat adanya perbedaan temporer yang dapat kurangkan
pada tanggal neraca):
Db. Beban pajak – pajak kini
Db. Aset pajak tangguhan
Kr. Utang pajak penghasilan
Kr. Beban pajak – penghasilan pajak tangguhan
m. Beban Tangguhan
1) Definisi
Beban tangguhan adalah biaya-biaya yang pada awalnya diakui sebagai aset
tetapi diperkirakan akan menjadi beban selama waktu tertentu atau melalui
operasi normal suatu usaha.
2) Dasar Pengaturan
a) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
b) Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. (KDPPLK
paragraf 89)
c) Beban Tangguhan berupa Hak Atas Tanah harus dibuktikan dengan bukti
kepemilikan hak yang masih berlaku. Hak atas tanah, baik baru maupun
perpanjangan atau pembaharuan hak, diakui sebagai Beban Tangguhan.
(PSAK 47 paragraf 24)
d) Beban Tangguhan berupa Hak Atas Tanah dicatat sebesar biaya perolehan
hak atau biaya perpanjangan hak atau biaya pembaharuan hak. (PSAK 47
paragraf 25)
e) Semua Beban Tangguhan terkait hak diamortisasi sepanjang umur hukum
hak atau umur ekonomik aset tanah, yang mana yang lebih pendek. (PSAK
47 paragraf 26)
f) Semua hak atas tanah, disajikan sebagai Beban Tangguhan Hak Atas Tanah
dalam neraca, terpisah dari Beban Tangguhan yang lain. (PSAK 47 paragraf
29)
3) Penjelasan
a) Beban tangguhan antara lain terdiri dari:
(1) beban pengurusan legal hak atas tanah;
(2) beban pengurusan sertifikasi, misalnya ISO, GMP, dan HCCP;
(3) lain-lain.
b) Beban pengurusan legal hak atas tanah antara lain meliputi:
(1) Biaya legal audit seperti pemeriksaan keaslian sertifikat tanah,
rencana tata kota.
(2) Biaya pengukuran-pematokan-pemetaan ulang.
(3) Biaya notaris, biaya jual beli & PPAT.
(4) Pajak terkait pada jual beli tanah.
(5) Biaya resmi yang harus dibayar ke Kas Negara, untuk perolehan
hak, perpanjangan atau pembaharuan Hak baik status maupun
peruntukan.
c) Biaya-biaya yang tidak mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode
tidak dapat ditangguhkan, termasuk kerugian yang timbul dari kegiatan
awal operasi dan biaya praoperasi/perintisan usaha.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Beban tangguhan diakui sebesar biaya perolehannya.
(2) Beban tangguhan diamortisasi selama masa manfaatnya.
b) Penyajian
(1) Beban tangguhan disajikan sebagai aset tidak lancar dalam pos
tersendiri sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi amortisasi.
(2) Beban tangguhan pengurusan legal hak atas tanah disajikan secara
terpisah dari beban tangguhan lainnya.
c) Pengungkapan
(1) Rincian beban tangguhan;
(2) Kebijakan amortisasi dan alasan pemilihan kebijakan amortisasi
tersebut;
(3) Untuk beban tangguhan pengurusan legal hak atas tanah, ditambah
pengungkapan mengenai:
(a) keterkaitan dengan aset tetap tanah tertentu;
(b) bila perpanjangan atau pembaharuan hak tidak diperoleh, harus
diungkapkan secara khusus.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengakuan awal
Db. Beban tangguhan – hak atas tanah
Kr. Kas dan setara kas/pos terkait
b) Pada saat amortisasi beban tangguhan
Db. Beban amortisasi – beban tangguhan hak atas tanah
Kr. Akumulasi amortisasi – beban tangguhan hak atas tanah
d) Amortisasi adalah alokasi sistematis dari nilai aset tidak berwujud yang
dapat didepresiasi selama masa manfaat aset tersebut.
2) Dasar Pengaturan
a) Aset tidak berwujud diakui jika:
(1) kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis
masa depan dari aset tersebut; dan
(2) biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal. (PSAK 19
paragraf 20)
b) Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomis masa depan,
perusahaan harus menggunakan asumsi yang masuk akal dan dapat
dipertanggungjawabkan, yang merupakan estimasi terbaik manajemen
atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang masa manfaat aset tersebut.
(PSAK 19 paragraf 21)
c) Suatu aset tidak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya
perolehan. (PSAK 19 paragraf 23)
d) Muhibah (goodwill) yang dihasilkan secara internal di dalam perusahaan
(internally generated) tidak boleh diakui sebagai aset. (PSAK 19 paragraf
30)
e) Perusahaan tidak boleh mengakui aset tidak berwujud yang timbul dari
riset. Pengeluaran untuk riset diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
(PSAK 19 paragraf 36)
f) Suatu aset tidak berwujud yang timbul dari pengembangan diakui jika
perusahaan dapat memenuhi semua persyaratan berikut ini:
(1) kelayakan teknis penyelesaian aset tidak berwujud tersebut sehingga
aset tersebut dapat digunakan atau dijual;
(2) niat untuk menyelesaikan aset tidak berwujud tersebut sehingga
dapat digunakan atau dijual;
(3) kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset tidak berwujud
tersebut;
(4) cara aset tidak berwujud menghasilkan kemungkinan manfaat eko-
nomis masa depan, yaitu antara lain perusahaan harus mampu menun-
jukkan adanya pasar bagi keluaran aset tidak berwujud atau pasar atas
aset tidak berwujud itu sendiri, atau, jika aset tidak berwujud itu akan
(6) alasan jika amortisasi aset tidak berwujud melebihi 20 (dua puluh)
tahun;
(7) keberadaan dan nilai tercatat aset tidak berwujud yang hak pengguna-
annya dibatasi dan ditentukan sebagai jaminan atas utang;
(8) jumlah komitmen untuk memperoleh aset tidak berwujud;
(9) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengeluaran untuk biaya pengembangan atau memperoleh aset
tak berwujud:
Db. Aset tidak berwujud – beban pengembangan yang ditangguhkan
Db. Aset tidak berwujud
Kr. Kas dan setara kas
b) Pada saat amortisasi beban pengembangan yang ditangguhkan:
Db. Beban amortisasi
Kr. Akumulasi amortisasi – aset tidak berwujud
c) Pada saat amortisasi aset tidak berwujud:
Db. Beban amortisasi
Kr. Akumulasi amortisasi – aset tidak berwujud.
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
c) Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai
unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar...
(PSAK 1 paragraf 49)
3) Penjelasan
Contoh aset tidak lancar lainnya, antara lain:
a) kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya;
b) lain-lain.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Aset tidak lancar diakui pada saat diperoleh sebesar harga
perolehan.
(2) Aset yang direklasifikasi dari pos lainnya diakui sebesar nilai yang
terendah.
b) Penyajian
Pos-pos aset tidak lancar lainnya disajikan secara gabungan di neraca
dalam kelompok pos aset tidak lancar lainnya, kecuali jika material
disajikan secara terinci dalam kelompok pos aset tidak lancar lainnya.
c) Pengungkapan
(1) Sifat dan uraian penting dari aset yang bersangkutan;
(2) Alasan perubahan klasifikasi aset yang sebelumnya tidak termasuk
dalam aset tidak lancar lainnya;
(3) Untuk kas dan setara kas yang dibatasi penggunaanya, alasan dan
maksud pembatasan tersebut.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Saat perolehan (pembatasan atas kas dan setara kas)
Db. Aset tidak lancar lainnya – kas dan setara kas yang dibatasi
Kr. Kas dan setara kas
b) Saat selesainya pembatasan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Aset tidak lancar lainnya – kas dan setara kas yang dibatasi
c) Saat penggunaan
Db. Utang obligasi/pos terkait lainnya
Kr. Kas dan setara kas
B. Akuntansi Kewajiban
3. Biaya Pinjaman
a. Aset yang memenuhi syarat (qualifying asset), dimana biaya pinjaman dapat diakui
sebagai bagian biaya perolehan aset tersebut, adalah aset yang membutuhkan
waktu yang cukup lama agar siap dipergunakan atau dijual sesuai dengan
tujuannya.
b. Komponen biaya pinjaman
1) bunga;
2) amortisasi diskonto atau premium;
3) amortisasi biaya terkait pinjaman, misalnya biaya konsultan, ahli hukum,
commitment fee, dan sebagainya;
4) selisih kurs pinjaman dalam mata uang asing.
c. Persyaratan kapitalisasi
1) Beban pinjaman bunga diakui sebagai beban pada periode terjadinya, kecuali
dapat dikapitalisasi sebagai bagian biaya perolehan aset lain, misalnya
persediaan, apabila memenuhi persyaratan kapitalisasi biaya pinjaman.
2) Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah biaya pinjaman yang dapat
diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi atau produksi
aset yang memenuhi syarat sebagai bagian dari biaya perolehan aset tersebut.
Biaya pinjaman selain itu diakui sebagai beban pada periode terjadinya.
d. Jumlah kapitalisasi
1) Apabila pinjaman secara spesifik digunakan untuk memperoleh suatu aset
tertentu, maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi adalah seluruh
biaya pinjaman yang timbul selama peminjaman dana tersebut dikurangi
pendapatan bunga (jika ada) dari investasi sementara dana pinjaman yang
belum digunakan.
2) Apabila pinjaman tidak secara spesifik digunakan untuk memperoleh aset
tertentu, maka jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi ditentukan
dengan mengalikan tingkat kapitalisasi terhadap pengeluaran yang terjadi
untuk memperoleh aset tersebut. Tingkat kapitalisasi dihitung berdasarkan
rata-rata tertimbang dari biaya pinjaman dibagi dengan jumlah pinjaman dari
suatu periode (tidak termasuk jumlah pinjaman yang secara khusus digunakan
untuk perolehan aset tertentu). Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi
dalam periode tertentu tidak boleh melebihi jumlah biaya pinjaman yang
terjadi selama periode tersebut.
e. Waktu kapitalisasi
1) Kapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian dari biaya perolehan suatu aset
dimulai ketika:
a) pengeluaran untuk aset tersebut telah mulai dilakukan;
b) biaya pinjaman sedang terjadi;
c) aktivitas yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pembangunan atau
memproduksi aset tersebut sedang berlangsung.
2) Kapitalisasi biaya pinjaman harus dihentikan apabila dalam sauatu periode yang
cukup lama perusahaan menangguhkan atau menunda aktivitas perolehan,
pembangunan ataupun produksi.
a. Utang Usaha
1) Definisi
Utang usaha adalah kewajiban yang timbul karena pengadaan kebutuhan
barang atau jasa untuk pelaksanaan aktivitas operasional.
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
3) Penjelasan
a) Klasifikasi kewajiban jangka pendek
(1) Kewajiban jangka pendek dapat diklasifikasikan dengan cara yang
serupa dengan aset lancar.
(2) Beberapa kewajiban jangka pendek seperti utang dagang dan biaya
pegawai serta biaya operasi lainnya membentuk sebagian modal
kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal perusahaan.
(3) Pos-pos operasi seperti tersebut diatas diklasifikasikan sebagai kewa-
jiban jangka pendek walaupun pos-pos tersebut diselesaikan dalam
jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca.
b) Utang usaha meliputi utang kepada pemasok untuk pengadaan bahan
baku dan bahan pelengkap, bangunan, fasilitas pabrik, mesin, alat-alat
fasilitas produksi, instalasi fasilitas produksi, peralatan, kendaraan, dan
sebagainya.
c) Nilai utang usaha yang dimaksud terdiri dari jumlah pokok utang dan
bunga (jika ada), dan tidak ada diskonto atau premium atas utang usaha
tersebut. Sehingga secara umum, jumlah tercatat utang usaha sama
dengan biaya perolehan dan tidak ada amortisasi diskon atau premium.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Utang usaha diakui pada saat:
(a) perseroan telah menerima atau memiliki atau mengendalikan
barang dan jasa yang diterima dari pemasok; dan
(b) timbulnya kewajiban perseroan untuk membayar atau menyerah-
kan sumber daya ekonomi lain yang harus diselesaikan dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun.
(2) Utang usaha dinilai sebesar jumlah rupiah atau nilai tunai sumber
daya ekonomi yang harus diserahkan kepada pihak lain untuk
menyelesaikan kewajiban tersebut.
(3) Utang usaha berkurang pada saat dilakukan pembayaran atau
pelunasan.
b) Penyajian
Utang usaha disajikan dalam kelompok kewajiban jangka pendek sebesar
jumlah yang harus diselesaikan.
c) Pengungkapan
(1) Rincian jenis dan jumlah masing-masing utang usaha;
(2) Utang usaha dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengadaan barang/penerimaan jasa:
Db. Persediaan
Db. PPN Masukan
Kr. Utang usaha
b) Pada saat pelunasan utang usaha:
Db. Utang usaha
Kr. Kas dan setara kas
b. Utang Bank Jangka Pendek
1) Definisi
a) Utang bank jangka pendek adalah kewajiban kepada bank atau lembaga
keuangan yang akan dibayar atau diselesaikan dalam periode kurang
dari 1 (satu) tahun atau satu siklus normal operasional perseroan yang
digunakan untuk pelaksanaan kegiatannya.
b) Biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung
perseroan sehubungan dengan peminjaman dana.
c) Aset yang memenuhi syarat adalah suatu aset yang membutuhkan
waktu yang cukup lama agar siap digunakan atau dijual sesuai dengan
tujuannya.
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai
wajar tersebut ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau kewajiban
keuangan tersebut. (PSAK 55 paragraf 43)
f) Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh kewajiban keuangan
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga
efektif. (PSAK 55 paragraf 47)
g) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
h) PSAK 26: Biaya Pinjaman.
3) Penjelasan
a) Klasifikasi kewajiban jangka pendek
Kewajiban jangka pendek selain yang membentuk modal yang digunakan
sulit dikaitkan dengan siklus operasional berjalan meskipun akan jatuh
tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, misalnya
cerukan dan utang selain utang dagang.
b) Utang bank jangka pendek terdiri utang kepada bank yang berjangka
pendek, antara lain terdiri dari kredit modal kerja, kredit restrukturisasi
utang, penjualan wesel bayar jangka pendek kepada bank, dan segala
pinjaman jangka pendek lainnya pada bank.
c) Utang bank jangka pendek diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi
dengan menggunakan suku bunga efektif.
(1) Apabila dalam utang bank jangka pendek terdapat provisi dan
sejenisnya. maka harus diperhitungkan dalam menentukan jumlah
tercatat utang bank jangka pendek tersebut.
(2) Suku bunga efektif ditentukan saat awal perolehan utang bank jangka
pendek.
d) Biaya perolehan diamortisasi utang bank jangka pendek tidak akan
berbeda secara signifikan dengan utang pokok karena jangka waktu yang
pendek, kurang dari satu tahun.
e) Beban bunga
(1) Pembayaran angsuran utang bank jangka pendek dibagi menjadi
pelunasan pokok utang dan beban bunga.
(2) Beban bunga yang merupakan bagian dari biaya pinjaman diperhitung-
kan dengan komponen biaya pinjaman lainnya dengan menggunakan
suku bunga efektif.
(3) Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dapat dilihat di Bagian III.
B.3: Biaya Pinjaman.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Utang bank jangka pendek diakui pada saat utang bank itu segera
jatuh tempo dalam waktu 1 (satu) tahun dan direncanakan tidak
dijadwalkan kembali.
(2) Utang bank jangka pendek diukur sebesar jumlah rupiah atau nilai
tunai sumber daya ekonomi yang harus diserahkan kepada bank
untuk menyelesaikan kewajiban tersebut.
(3) Utang bank jangka pendek berkurang pada saat dilakukan pembayaran
atau pelunasan atau penjadwalan kembali utang bank tersebut.
b) Penyajian
Utang bank jangka pendek disajikan dalam kelompok kewajiban jangka
pendek sebesar biaya perolehan diamortisasi.
c) Pengungkapan
(1) rincian utang bank jangka pendek berdasarkan jenis dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku
bunga efektif;
(5) agunan dan nilai agunan;
(6) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pengakuan utang bank jangka pendek:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Utang bank jangka pendek
b) Reklasifikasi utang bank jangka panjang ke kewajiban jangka pendek:
Db. Utang bank jangka panjang
Kr. Utang bank jangka pendek
c) Pelunasan atau pembayaran utang bank jangka pendek:
Db. Utang bank jangka pendek
Db. Beban bunga
Kr. Kas dan setara kas
d) Kapitalisasi biaya pinjaman (jika memenuhi syarat):
Db. Persediaan/aset tetap/pos aset terkait lainnya
Kr. Beban bunga.
c. Beban yang Masih Harus Dibayar
1) Definisi
Beban yang masih harus dibayar adalah beban yang telah diakru hingga tanggal
neraca. Pada umumnya beban ini belum dibayar karena dokumen penagihan
belum diterima atau akibat jatuh tempo pembayarannya.
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktik, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap me-
menuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
(2) beban yang sudah diterima manfaatnya dan belum dilunasi pada
tanggal neraca, misalnya beban gaji dan tunjangan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Beban yang masih harus dibayar diakui pada saat perseroan menerima
manfaat ekonomis dari pihak lain tetapi belum melunasinya.
(2) Beban yang masih harus dibayar diakui sebesar jumlah rupiah atau
nilai tunai sumber daya ekonomi yang harus diserahkan kepada pihak
lain untuk menyelesaikan kewajiban tersebut.
(3) Beban yang masih harus dibayar berkurang pada saat dilakukan
pembayaran atau pelunasan.
b) Penyajian
Beban yang masih harus dibayar disajikan dalam kelompok kewajiban
jangka pendek sebesar jumlah yang harus dibayarkan.
c) Pengungkapan
(1) Rincian beban yang masih harus dibayar berdasarkan jenis dan jumlah
masing-masing beban.
(2) Beban yang masih harus dibayar dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengakuan awal:
Db. Beban gaji/tunjangan/pos beban lainnya
Db. Beban listrik/telepon/pos beban lainnya
Kr. Beban yang masih harus dibayar
b) Pada saat awal periode akuntansi (jurnal balik):
Db. Beban yang masih harus dibayar
Kr. Beban gaji/tunjangan/pos beban lainnya
Kr. Beban listrik/telepon/pos beban lainnya
c) Pada saat pelunasan:
Db. Beban gaji/tunjangan/pos beban lainnya
Db. Beban listrik/telepon/pos beban lainnya
Kr. Kas dan setara kas.
d. Utang Pajak
1) Definisi
Utang pajak adalah pajak yang harus dibayar oleh perseroan dan yang sudah
dipungut oleh perseroan tetapi belum disetorkan ke kas negara berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
2) Dasar Pengaturan
a) Karakteristik esensial kewajiban (liabilities) adalah bahwa perusahaan
mempunyai kewajiban (obligation) masa kini. Kewajiban merupakan suatu
tugas dan tanggung jawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan
sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut
hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan
perundang-undangan. (KDPPLK paragraf 60)
b) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
c) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
d) Jumlah pajak kini, yang belum dibayar harus diakui sebagai kewajiban...
(PSAK 46 paragraf 13)
e) Kewajiban (aset) pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelum-
nya, diakui sebesar jumlah pajak terhutang (restitusi pajak), yang dihitung
dengan menggunakan tarif pajak (peraturan pajak) yang berlaku atau yang
telah secara substantif berlaku pada tanggal neraca. (PSAK 46 paragraf
29)
f) Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aset dan
kewajiban lainnya dalam neraca. Aset pajak tangguhan dan kewajiban
pajak tangguhan harus dibedakan dari aset pajak kini dan kewajiban pajak
kini. (PSAK 46 paragraf 45)
3) Penjelasan
a) Utang pajak antara lain:
(1) Utang pajak penghasilan (PPh):
(a) Utang PPh Pasal 21;
(b) Utang PPh pasal 23; dan
(c) Utang PPh pasal 29.
(2) Utang pajak pertambahan nilai (PPN).
(3) Utang pajak lainnya, misalnya pajak bumi dan bangunan (PBB).
b) Utang pajak penghasilan badan harus dibayar dan disetorkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
c) Besarnya utang pajak pada akhir periode perhitungan final (berdasarkan
Surat Pemberitahuan [SPT] tahunan) ditentukan setelah dikurangi dengan
uang muka pajak yang dibayarkan setiap bulan (SPT masa).
d) Utang PBB disajikan sebagai kewajiban jangka pendek.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan
Utang pajak diakui pada saat terjadinya transaksi atau kejadian yang telah
mewajibkan perseroan untuk membayar/menyetor pajak kepada negara.
b) Pengukuran
(1) Utang pajak berkurang pada saat disetorkan ke kas negara.
(2) Utang pajak dinilai sebesar:
(a) PPh yang dipotong tetapi belum disetorkan ke kas negara;
(b) PPN yang dipotong tetapi belum disetor ke kas negara;
3) Penjelasan
a) Klasifikasi kewajiban jangka pendek
(1) Kewajiban jangka pendek selain yang membentuk modal yang diguna-
kan sulit dikaitkan dengan siklus operasional berjalan meskipun
akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal
neraca, misalnya bagian dari kewajiban berbunga yang akan jatuh
tempo dalam periode berjalan.
(2) Kewajiban berbunga jangka panjang yang digunakan untuk membiayai
modal kerja dan tidak jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas
bulan merupakan kewajiban jangka panjang.
(3) Kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam siklus
operasional tahun berikutnya, diharapkan dapat dibiayai kembali atau
diperpanjang kembali sehingga tidak diharapkan adanya penggunaan
modal kerja lancar. Kewajiban seperti itu merupakan bagian dari
pembiayaan jangka panjang perusahaan dan diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka panjang.
(4) Dalam hal tidak terdapat perjanjian mengenai pembiayaan kembali,
maka pembiayaan kembali tidak dapat diasumsikan akan terjadi secara
otomatis sehingga kewajiban harus diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka pendek. Perjanjian kembali harus secara resmi disepakati
sebelum laporan keuangan disetujui yang membuktikan bahwa pada
tanggal neraca substansi kewajiban merupakan kewajiban jangka
panjang.
b) Bagian kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo
(1) Kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo adalah utang
jangka panjang perseroan kepada pihak ketiga yang akan jatuh tempo
dalam waktu satu tahun.
(2) Utang jangka panjang itu bisa berupa, utang bank jangka panjang,
utang obligasi atau utang subordinasi.
(3) Dalam bagian ini juga termasuk porsi utang bank jangka panjang yang
akan segera jatuh tempo, dan tidak termasuk dalam Bagian III.B.4.b:
Utang Bank Jangka Pendek yang hanya mencakup utang yang berasal
dari bank yang bersifat jangka pendek.
c) Bagian kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo diukur sebesar
biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif.
(1) Apabila dalam bagian kewajiban jangka panjang yang segera jatuh
tempo terdapat provisi, diskonto, premium dan sejenisnya, maka
harus diperhitungkan dalam menentukan jumlah tercatat utang bank
jangka pendek tersebut.
(2) Suku bunga efektif ditentukan saat awal perolehan kewajiban jangka
panjang yang segera jatuh tempo.
d) Beban bunga
(1) Pembayaran angsuran bagian kewajiban jangka panjang yang segera
jatuh tempo dibagi menjadi pelunasan pokok utang dan beban
bunga.
(2) Beban bunga yang merupakan bagian dari biaya pinjaman diperhitung-
kan dengan komponen biaya pinjaman lainnya dengan menggunakan
suku bunga efektif.
(3) Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dapat dilihat di Bagian III.
B.3: Biaya Pinjaman.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo diakui pada
saat kewajiban itu segera jatuh tempo dalam waktu satu tahun
dan direncanakan tidak dijadwalkan kembali sebesar jumlah bagian
kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo dalam waktu satu
tahun.
(2) Kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo berkurang pada
saat dilakukan pembayaran atau pelunasan atau penjadwalan kembali
kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo.
b) Penyajian
(1) Kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo disajikan sebagai
kewajiban jangka pendek;
(2) Jumlah yang disajikan sebesar jumlah yang harus dibayar/jatuh
tempo.
c) Pengungkapan
(1) rincian kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo berdasar-
kan jenis dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku
bunga efektif;
(5) agunan;
(6) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Reklasifikasi kewajiban jangka panjang ke kewajiban jangka pendek:
Db. Kewajiban jangka panjang terkait
Kr. Kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo
b) Pada saat pembayaran angsuran:
Db. Kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo
Db. Beban bunga (dihitung dengan suku bunga efektif)
Kr. Kas dan setara kas
c) Pada saat kapitalisasi biaya pinjaman, jika ada:
Db. Persediaan/aset tetap/pos aset lainnya
Kr. Beban bunga (dihitung dengan suku bunga efektif)
d) Pada saat pelunasan:
Db. Kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo
Kr. Kas dan setara kas
dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah akhir periode pelaporan saat
pekerja memberikan jasa.
b) Kewajiban imbalan kerja jangka pendek adalah kewajiban atas imbalan
kerja (selain pesangon pemutusan kontrak kerja dan imbalan berbasis
ekuitas) yang jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah akhir
periode pelaporan saat pekerja memberikan jasa.
2) Dasar Pengaturan
a) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
b) Kewajiban diestimasi harus diakui apabila ketiga kondisi berikut
dipenuhi:
(1) perusahaan memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun
bersifat konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu;
(2) besar kemungkinan (probable) penyelesaian kewajiban tersebut
mengakibatkan arus keluar sumber daya; dan
(3) estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat
dibuat. (PSAK 57 paragraf 15)
c) Ketika pekerja telah memberikan jasanya kepada perusahaan dalam suatu
periode akuntansi, perusahaan harus mengakui jumlah tak-terdiskonto
(undiscounted amount) atas imbalan kerja jangka pendek yang diperkirakan
untuk dibayar sebagai imbalan atas jasa tersebut:
(1) sebagai kewajiban (beban terakru), setelah dikurangi jumlah yang
telah dibayar. Apabila jumlah yang dibayar melebihi jumlah tak-
terdiskonto dari imbalan tersebut, perusahaan harus mengakui
kelebihan tersebut sebagai aset (beban dibayar di muka) sejauh
pembayaran tersebut akan menimbulkan, misalnya, pengurangan
pembayaran di masa depan atau pengembalian kas; atau
g) Contoh dari kewajiban imbalan kerja jangka pendek antara lain utang
iuran Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun) dan iuran Jamsostek yang
diakru pada tanggal neraca.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Kewajiban imbalan kerja jangka pendek diakui pada saat pegawai
telah memberikan jasanya kepada perseroan dalam suatu periode
akuntansi.
(2) Kewajiban imbalan kerja jangka pendek diakui sebesar jumlah tak-
terdiskonto (undiscounted amount).
(3) Kewajiban imbalan kerja jangka pendek berkurang pada saat di-
bayarkan.
b) Penyajian
Kewajiban imbalan kerja jangka pendek disajikan dalam kelompok kewa-
jiban jangka pendek sebesar jumlah tidak terdiskonto.
c) Pengungkapan
(1) rincian kewajiban imbalan kerja jangka pendek berdasarkan jenis-
nya;
(2) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengakuan kewajiban imbalan kerja jangka pendek:
(1) Utang gaji/honor/insentif pegawai:
Db. Beban pegawai
Kr. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek
(gaji/honor/insentif pegawai)
(2) Utang tantiem/bonus/imbalan jasa:
Db. Beban pegawai
Kr. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek (tantiem/bonus/imbalan
jasa)
(3) Utang iuran dana pensiun:
Db. Beban pegawai
Kr. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek – utang iuran Dapenbun
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasi perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) PSAK 57: Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi.
3) Penjelasan
a) Kewajiban diestimasi
(1) Kewajiban diestimasi jangka pendek diakui sebagai kewajiban
(dengan asumsi dapat dibuat estimasi andal) karena kewajiban diesti-
masi tersebut merupakan kewajiban masa kini dan kemungkinan
besar (probable) mengakibatkan arus keluar sumber daya untuk
menyelesaikan kewajiban tersebut, dimana penyelesaian kewajiban
tersebut akan dilakukan dalam jangka pendek.
(13) Restrukturisasi
(a) Kewajiban konstruktif muncul apabila memenuhi seluruh per-
syaratan berikut:
i. perseroan memiliki rencana formal terperinci restrukturisasi
yang sekurang-kurangnya:
(i) usaha atau bagian yang terlibat;
(ii) lokasi utama yang terpengaruh;
(iii) lokasi, fungsi, dan perkiraan jumlah pegawai yang akan
menerima kompensasi akibat pemutusan hubungan
kerja;
(iv) pengeluaran yang akan terjadi; dan
(v) waktu implementasi.
ii. menimbulkan harapan kuat dan sah pihak-pihak yang ter-
kena dampak restrukturisasi bahwa perseroan akan melak-
sanakan restrukturisasi dengan memulai rencana atau
mengumumkan pokok-pokok rencana.
(b) Tidak ada kewajiban yang timbul dalam penjualan suatu ope-
rasi hingga perseroan membuat perjanjian penjualan yang
mengikat.
(c) Kewajiban diestimasi restrukturisasi hanya mencakup pengeluar-
an langsung dari restrukturisasi, yaitu:
i. benar-benar dikeluarkan dalam restrukturisasi; dan
ii. tidak terkait dengan aktivitas yang masih berlanjut.
b) Aset dan kewajiban kontinjensi
(1) Kewajiban kontinjensi tidak diakui, tetapi diungkapkan kecuali
kemungkinan kecil terjadi arus keluar sumber daya.
(2) Pengungkapan tersebut meliputi uraian ringkas mengenai kewajiban
kontinjensi, dan apabila praktis:
(a) estimasi dampak keuangan;
(b) indikasi ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu;
(c) kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga.
(c) jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan
pada kewajiban diestimasi selama periode bersangkutan;
(d) jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode
bersangkutan; dan
(e) peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini
yang timbul karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap
perubahan tingkat diskonto.
Informasi komparatif tidak diharuskan.
(2) Untuk setiap jenis kewajiban diestimasi, perseroan harus mengungkap-
kan pula:
(a) uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan
saat arus keluar sumber daya terjadi;
(b) indikasi mengenai ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar
tersebut jika diperlukan dalam rangka menyediakan informasi
yang memadai, perseroan harus mengungkapkan asumsi utama
yang mendasari prakiraan peristiwa masa datang; dan
(c) jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menye-
butkan jumlah aset yang telah diakui untuk estimasi penggantian
tersebut.
5) Ilustrasi jurnal
a) Pada saat pengakuan utang diestimasi jangka pendek:
Db. Beban/pos yang terkait
Kr. Kewajiban diestimasi jangka pendek
b) Pada saat penyelesaian:
Db. Kewajiban diestimasi jangka pendek
Kr. Kas atau setara kas
Apabila terjadi selisih jumlah penyelesaian dengan jumlah estimasi maka
diakui sebagai penambah atau pengurang beban periode berjalan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Kewajiban jangka pendek lainnya diakui pada saat terjadinya kewajiban
sebesar jumlah rupiah atau nilai tunai sumber daya ekonomi yang
harus diserahkan kepada pihak lain untuk menyelesaikan kewajiban
tersebut.
(2) Kewajiban jangka pendek lainnya berkurang pada saat dilakukan
pembayaran atau pelunasan.
b) Penyajian
(1) Kewajiban jangka pendek lainnya disajikan dalam kelompok kewajiban
jangka pendek.
(2) Jumlah yang disajikan sebesar jumlah yang harus dibayarkan atau
diselesaikan.
c) Pengungkapan
Rincian kewajiban jangka pendek lainnya.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengakuan:
Db. Beban/pos yang terkait
Kr. Kewajiban jangka pendek lainnya
b) Pada saat diselesaikannya:
Db. Kewajiban jangka pendek lainnya
Kr. Kas dan setara kas
f. utang obligasi
g. kewajiban imbalan kerja jangka panjang
h. kewajiban diestimasi jangka panjang
i. kewajiban pajak tangguhan
j. kewajiban jangka panjang lainnya
a. Utang kepada Pemerintah
1) Definisi
a) Utang kepada pemerintah adalah utang yang timbul dari pemberian
pinjaman oleh pemerintah yang bersumber dari penerusan pinjaman.
b) Penerusan pinjaman adalah pinjaman yang berasal dari dalam dan luar
negeri kepada BUMN/perseroan terbatas atau yang dipersamakan.
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku
bunga efektif;
(5) rincian nama pihak yang memiliki hubungan istimewa, dan jumlah
utang;
(6) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat penerimaan:
Dr. Kas dan setara kas
Kr. Utang kepada pemerintah
b) Pada saat pengakuan bagian utang pemerintah yang akan jatuh tempo:
Dr. Utang kepada pemerintah
Kr. Bagian jangka pendek utang kepada pemerintah
c) Pada saat penyelesaian:
(1) Pelunasan/Dilunasi
Db. Bagian jangka pendek utang kepada pemerintah
Kr. Kas dan setara kas
(2) Penjadwalan kembali
Tidak ada jurnal
(3) Konversi menjadi Penyertaan Modal Negara
Db. Utang kepada pemerintah
Kr. Bagian jangka pendek utang kepada pemerintah
3) Penjelasan
a) Hubungan istimewa yang dimaksud adalah hubungan istimewa antar
badan hukum, lembaga, anak perusahaan dan perusahaan asosiasi sesama
BUMN yang bergerak di bidang perkebunan.
b) Utang antar badan hukum jangka panjang mencakup utang yang timbul dari
transaksi nonusaha antara badan hukum, lembaga, anak perusahaan dan
perusahaan asosiasi yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana
di maksud di huruf a), di mana akan diselesaikan lebih dari satu periode
setelah tanggal neraca.
c) Beban bunga, jika ada:
(1) Pembayaran angsuran utang antar badan hukum dibagi menjadi
pelunasan pokok utang dan beban bunga.
(2) Beban bunga yang merupakan bagian dari biaya pinjaman diperhitung-
kan dengan komponen biaya pinjaman lainnya dengan menggunakan
suku bunga efektif.
d) Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dapat dilihat di Bagian III.B.3:
Biaya Pinjaman.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Saat pengakuan awal, utang antar badan hukum jangka panjang diakui
pada saat penyerahan aset atau pembayaran sebesar nilai wajarnya,
yaitu:
(a) apabila aset moneter maka diukur sebesar jumlah yang diserah-
kan; atau
(b) apabila aset nonmoneter maka diukur sebesar nilai wajar aset
tersebut.
(2) Selanjutnya, utang antar badan hukum jangka panjang diukur sebesar
biaya perolehan diamortisasi, jika ada amortisasi atas premium,
diskon atau biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
dengan utang tersebut.
b) Penyajian
Utang antar badan hukum jangka panjang disajikan dalam pos kewajiban
jangka panjang sebesar jumlah yang harus diselesaikan (biaya perolehan
diamortisasi).
c) Pengungkapan
Hal-hal yang diungkapkan antara lain:
(1) rincian utang antar badan hukum berdasarkan jenis dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku
bunga efektif;
(5) rincian nama pihak yang memiliki antar badan hukum, dan jumlah
utang;
(6) lain-lain.
5) Ilustrasi jurnal
a) Pada saat penerimaan:
Dr. Kas dan setara kas
Kr. Utang antar badan hukum jangka panjang
b) Pada saat pengakuan bagian utang antara badan hukum yang akan jatuh
tempo:
Dr. Utang antar badan hukum jangka panjang
Kr. Bagian jangka pendek utang antar badan hukum jangka panjang
c) Pada saat penyelesaian:
Dr. Bagian jangka pendek utang antar badan hukum jangka panjang
Kr. Kas dan setara kas
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban mengaki-
batkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK paragraf
91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewajib-
an jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam
jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila:
(1) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari
dua belas bulan;
(2) perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan
pendanaan jangka panjang; dan
(3) maksud tersebut pada angka (2) didukung dengan perjanjian pem-
biayaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang resmi
disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok kewa-
jiban jangka pendek sesuai dengan paragraf ini beserta informasi yang
mendukung penyajian tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan. (PSAK 1 paragraf 47)
b) Penyajian
Utang bank jangka panjang disajikan dalam kelompok kewajiban
jangka panjang sebesar jumlah yang harus dibayarkan (biaya perolehan
diamortisasi dengan suku bunga efektif).
c) Pengungkapan
Hal-hal yang diungkapkan antara lain:
(1) rincian utang bank jangka panjang berdasarkan jenis dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku
bunga efektif;
(5) agunan;
(6) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pengakuan awal:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Utang bank jangka panjang
b) Reklasifikasi utang bank jangka panjang ke kewajiban jangka pendek:
Db. Utang bank jangka panjang
Kr. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo
c) Pembayaran angsuran:
Db. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo
Db. Beban bunga (dihitung dengan suku bunga efektif)
Kr. Kas dan setara kas
d) Pembayaran utang bank yang telah jatuh tempo:
Db. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo
Kr. Kas dan setara kas
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewajib-
an jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam
jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila:
(1) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari
dua belas bulan;
(2) perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan
pendanaan jangka panjang; dan
(3) maksud tersebut pada angka (2) didukung dengan perjanjian pembia-
yaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang resmi
disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok
kewajiban jangka pendek sesuai dengan paragraf ini beserta informasi
yang mendukung penyajian tersebut harus diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan. (PSAK 1 paragraf 47)
d) Pada awal masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset
dan kewajiban dalam neraca sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar
nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari
nilai wajar. Penilaian ditentukan pada awal kontrak. Tingkat diskonto yang
digunakan dalam perhitungan nilai kini dari pembayaran sewa minimum
adalah tingkat suku bunga implisit dalam sewa, jika dapat ditentukan secara
praktis; jika tidak, digunakan tingkat suku bunga pinjaman inkremental
lessee. Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessee ditambahkan ke dalam
jumlah yang diakui sebagai aset. (PSAK 30 paragraf 16)
e) Pembayaran sewa minimum harus dipisahkan antara bagian yang merupa-
kan beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan kewajiban.
Beban keuangan harus dialokasikan ke setiap periode selama masa
sewa sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu tingkat suku bunga
periodik yang konstan atas saldo kewajiban. Rental kontinjen dibebankan
pada periode terjadinya. (PSAK 30 paragraf 21)
3) Penjelasan
a) Utang sewa pembiayaan timbul dari perjanjian sewa yang diklasifikasikan
dalam sewa pembiayaan sebagaimana yang dijelaskan pada Bagian III.
A.3.i: Aset Sewaan.
b) Kewajiban yang timbul dari perjanjian sewa yang diklasifikasikan sebagai
sewa operasi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Utang sewa diakui pada saat awal masa sewa.
(2) Utang sewa diakui sebesar:
(a) nilai wajar aset sewaan; atau
(b) nilai kini dari pembayaran sewa minimum (jika nilai kini lebih
rendah dari nilai wajar).
(3) Selisih pembayaran dan pokok kewajiban diakui sebagai beban
keuangan (beban bunga).
(4) Beban bunga yang memenuhi persyaratan dapat dikapitalisasi ke
aset yang terkait sebagaimana dijelaskan pada Bagian III.B.3: Biaya
Pinjaman.
b) Penyajian
Utang sewa disajikan dalam kelompok kewajiban jangka panjang secara
terpisah dari kewajiban lainnya.
c) Pengungkapan
(1) Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di masa
mendatang pada tanggal neraca, dengan nilai kininya.
(2) Total pembayaran sewa minimum di masa mendatang pada tanggal
neraca, dan nilai kininya, untuk setiap periode berikut:
(a) sampai dengan satu tahun;
(b) lebih dari satu tahun sampai lima tahun;
(c) lebih dari lima tahun.
(3) Sewa kontinjen yang diakui sebagai beban pada periode tersebut;
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewa-
jiban jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo
dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila:
(1) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari
dua belas bulan;
(2) perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan
pendanaan jangka panjang; dan
(3) maksud tersebut pada angka (2) didukung dengan perjanjian
pembiayaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang
resmi disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok
kewajiban jangka pendek sesuai dengan paragraf ini beserta informasi
yang mendukung penyajian tersebut harus diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan. (PSAK 1 paragraf 47)
b) Penyajian
Utang MTN disajikan dalam kelompok kewajiban jangka panjang sebesar
jumlah yang harus dibayarkan (biaya perolehan diamortisasi dengan suku
bunga efektif).
c) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
(1) rincian MTN berdasarkan jenis dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk jangka waktu, tanggal jatuh
tempo dan suku bunga efektif;
(5) jenis mata uang;
(6) agunan;
(7) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Saat pengakuan awal:
(1) Dijual pada nilai par
Db. Kas dan setara kas
Db. Utang MTN – biaya emisi
Kr. Utang MTN (nilai par)
(2) Dijual pada premium
Db. Kas dan setara kas
Db. Utang MTN – biaya emisi
Kr. Utang MTN (nilai par)
Kr. Utang MTN – premium
f. Utang Obligasi
1) Definisi
a) Obligasi adalah instrumen utang jangka panjang yang mencerminkan
kewajiban kontraktual perseroan untuk membayar bunga dan pokok.
b) Nilai par adalah nilai yang tertera (nilai pokok) dalam instrumen obligasi
ketika diterbitkan.
c) Premium adalah jumlah lebih harga jual obligasi daripada nilai par.
d) Diskon adalah jumlah kurang harga jual obligasi daripada nilai par.
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewajib-
an jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam
jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila:
(1) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari
dua belas bulan;
(2) perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan
pendanaan jangka panjang; dan
(3) maksud tersebut pada angka (2) didukung dengan perjanjian pem-
biayaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang resmi
disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok ke-
wajiban jangka pendek sesuai dengan paragraf ini beserta informasi yang
mendukung penyajian tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan. (PSAK 1 paragraf 47)
d) Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca,
jika dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam
ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. (PSAK 55 paragraf 14)
e) Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh kewajiban keuangan
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga
efektif. (PSAK 55 paragraf 47)
f) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
g) PSAK 26: Biaya Pinjaman.
3) Penjelasan
a) Karakteristik dan jenis obligasi
(1) Obligasi mempunyai beberapa karakteristik yang harus diperhatikan,
yaitu:
(a) Call provision yaitu hak penerbit obligasi untuk membeli dan
mengakhiri obligasi dengan membayar sejumlah tertentu kepada
pemegang obligasi, sedangkan puttable bond sebaliknya dimana
pemegang obligasi mempunyai hak untuk memperpanjang atau
memperpendek jatuh tempo;
(b) Sinking fund yang menyediakan dana untuk mengakhiri obligasi
dengan melunasi saat jatuh tempo. Penerbit obligasi akan
menyisihkan dana secara reguler dalam singking fund tersebut;
(c) Jaminan yang digunakan dalam penerbitan obligasi, mulai dari
efek senior (senior securities) yang hak pembayaran di atas peme-
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Utang obligasi diakui pada saat:
(a) perseroan telah menerima atau memiliki atau mengendalikan
kas dan setara kas yang diterima dari pembeli;
(b) timbulnya kewajiban perseroan untuk membayar atau menyerah-
kan sumber daya ekonomi lain yang harus diselesaikan dalam
jangka lebih dari satu tahun atau satu siklus normal operasional
perseroan, mana yang lebih panjang.
(2) Utang obligasi dinilai sebesar jumlah rupiah atau nilai tunai sumber
daya ekonomi yang harus diserahkan kepada pihak lain untuk
menyelesaikan kewajiban tersebut (biaya perolehan diamortisasi
dengan suku bunga efektif).
(3) Utang obligasi berkurang pada saat:
(a) utang tersebut jatuh tempo kurang dari satu tahun atau satu
siklus normal operasional (direklasifikasi ke bagian kewajiban
jangka panjang yang akan jatuh tempo); atau
(b) utang tersebut dikonversi menjadi saham.
b) Penyajian
Utang obligasi disajikan dalam kelompok kewajiban jangka panjang sebesar
jumlah yang harus dibayarkan (biaya perolehan diamortisasi dengan suku
bunga efektif).
c) Pengungkapan
Hal-hal yang diungkapkan antara lain:
(1) rincian obligasi berdasarkan jenis dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk jangka waktu, tanggal jatuh
tempo dan suku bunga efektif;
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Kewajiban imbalan kerja jangka panjang diakui pada saat pekerja
telah memberikan jasanya kepada perseroan dalam suatu periode
akuntansi.
(2) Kewajiban imbalan kerja jangka panjang diakui sebesar jumlah
terdiskonto (discounted amount).
(3) Kewajiban imbalan kerja jangka panjang berkurang pada saat dibayar-
kan atau menjadi kewajiban imbalan kerja jangka pendek.
b) Penyajian
Kewajiban imbalan kerja jangka panjang disajikan dalam kelompok
kewajiban jangka panjang sebesar jumlah terdiskonto (discounted
amount).
c) Pengungkapan
Hal-hal yang diungkapkan antara lain:
(1) Rincian kewajiban imbalan kerja jangka panjang berdasarkan
jenisnya.
(2) Jika menggunakan program iuran pasti, perseroan mengungkapkan
jumlah yang diakui sebagai beban untuk program iuran pasti.
(3) Jika menggunakan program imbalan pasti, perseroan harus mengung-
kapkan informasi berikut:
(a) kebijakan akuntansi perseroan dalam mengakui keuntungan dan
kerugian aktuarial;
(b) gambaran umum mengenai program;
(c) rekonsiliasi aset dan kewajiban yang diakui di neraca, setidaknya
menunjukkan:
i. nilai kini kewajiban imbalan pasti per tanggal neraca yang
seluruhnya tidak didanai;
ii. nilai kini (sebelum dikurangi nilai wajar aset program) ke-
wajiban imbalan pasti per tanggal neraca yang seluruhnya
atau sebagian didanai;
iii. nilai wajar setiap aset program per tanggal neraca;
dalam jangka waktu lebih dari satu siklus normal operasi perseroan atau
jatuh tempo dalam jangka waktu lebih dari dua belas bulan dari tanggal
neraca).
(1) Kewajiban hukum adalah kewajiban yang timbul dari suatu kontrak
legislasi atau peraturan perundang-undangan, atau pelaksanaan
produk hukum lainnya.
(2) Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari tindakan
perusahaan yang dalam hal ini:
(a) berdasarkan praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah di-
publikasi atau pernyataan baru yang cukup spesifik, perusahaan
telah memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa perusahaan
akan menerima tanggung jawab tertentu; dan
(b) akibatnya, perusahaan telah menimbulkan ekspektasi kuat dan
sah kepada pihak lain bahwa perusahaan akan melaksanakan
tanggung jawab tersebut.
c) Kewajiban kontinjensi adalah:
(1) kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya
satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya
berada dalam kendali perusahaan; atau
(2) kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi
tidak diakui karena:
(a) tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) perusahaan
mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat eko-
nomis (selanjutnya disebut sebagai “sumber daya”) untuk me-
nyelesaikan kewajibannya; atau
(b) jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
d) Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa
lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya
satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada
dalam kendali perusahaan.
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasi perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) PSAK 57: Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi.
3) Penjelasan
a) Kewajiban diestimasi
(1) Kewajiban diestimasi jangka panjang diakui sebagai kewajiban
(dengan asumsi dapat dibuat estimasi andal) karena kewajiban
diestimasi tersebut merupakan kewajiban masa kini dan kemungkinan
besar (probable) mengakibatkan arus ke luar sumber daya untuk
menyelesaikan kewajiban tersebut, dimana penyelesaian kewajiban
tersebut akan dilakukan dalam jangka panjang.
(13) Restrukturisasi
(a) Kewajiban konstruktif muncul apabila memenuhi seluruh per-
syaratan berikut:
i. perseroan memiliki rencana formal terperinci restrukturisasi
yang sekurang-kurangnya:
(i) usaha atau bagian yang terlibat;
(ii) lokasi utama yang terpengaruh;
(iii) lokasi, fungsi, dan perkiraan jumlah pegawai yang akan
menerima kompensasi akibat pemutusan hubungan
kerja;
(iv) pengeluaran yang akan terjadi;
(v) waktu implementasi.
ii. menimbulkan harapan kuat dan sah pihak-pihak yang ter-
kena dampak restrukturisasi bahwa perseroan akan melak-
sanakan restrukturisasi dengan memulai rencana atau
mengumumkan pokok-pokok rencana.
(b) Tidak ada kewajiban yang timbul dalam penjualan suatu ope-
rasi hingga perseroan membuat perjanjian penjualan yang
mengikat.
(c) Kewajiban diestimasi restrukturisasi hanya mencakup pengeluar-
an langsung dari restrukturisasi, yaitu:
i. benar-benar dikeluarkan dalam restrukturisasi; dan
ii. tidak terkait dengan aktivitas yang masih berlanjut.
b) Aset dan kewajiban kontinjensi
(1) Kewajiban kontinjensi tidak diakui, tetapi diungkapkan kecuali ke-
mungkinan kecil terjadi arus keluar sumber daya.
(2) Pengungkapan tersebut meliputi uraian ringkas mengenai kewajiban
kontinjensi, dan apabila praktis:
(a) estimasi dampak keuangan;
(b) indikasi ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu;
(c) kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga.
(3) Aset kontinjensi tidak boleh diakui, tetapi diungkapkan apabila
terdapat kemungkinan besar arus masuk manfaat ekonomis akan
diperoleh perseroan.
(c) jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan
pada kewajiban diestimasi selama periode bersangkutan;
(d) jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode
bersangkutan; dan
(e) peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini
yang timbul karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap
perubahan tingkat diskonto.
(2) Informasi komparatif, tetapi tidak diharuskan.
(3) Untuk setiap jenis kewajiban diestimasi, perseroan harus meng-
ungkapkan pula:
(a) uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan
saat arus keluar sumber daya terjadi;
(b) indikasi mengenai ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar
tersebut jika diperlukan dalam rangka menyediakan informasi
yang memadai, perseroan harus mengungkapkan asumsi utama
yang mendasari prakiraan peristiwa masa datang; dan
(c) jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menye-
butkan jumlah aset yang telah diakui untuk estimasi penggantian
tersebut.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengakuan kewajiban diestimasi jangka panjang:
Db. Beban yang terkait
Kr. Kewajiban diestimasi jangka panjang
b) Pada reklasifikasi kewajiban diestimasi jangka panjang menjadi kewajiban
diestimasi jangka pendek:
Db. Kewajiban diestimasi jangka panjang
Kr. Kewajiban diestimasi jangka pendek
c) Pada saat pembayaran:
Db. Kewajiban diestimasi jangka pendek
Kr. Kas atau setara kas
Apabila terjadi selisih jumlah penyelesaian dengan jumlah estimasi maka
diakui sebagai penambah atau pengurang beban periode berjalan.
(2) pada saat pengakuan awal aset atau kewajiban dari suatu transaksi
yang:
(a) bukan transaksi penggabungan usaha; dan
(b) pada saat transaksi, tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba
fiskal. (PSAK 46 paragraf 13)
b) Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan
tarif pajak yang akan berlaku pada saat aset dipulihkan atau kewajiban
dilunasi, yaitu dengan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah berlaku
atau yang telah secara substantif berlaku pada tanggal neraca. (PSAK 46
paragraf 30)
c) Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi
pajak untuk pemulihan nilai tercatat aset atau penyelesaian kewajiban
yang diharapkan perusahaan pada tanggal neraca. (PSAK 46 paragraf 33)
d) Aset dan kewajiban pajak tangguhan tidak boleh didiskonto (discounted).
(PSAK 46 paragraf 34)
e) Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aset dan
kewajiban lainnya dalam neraca. Aset pajak tangguhan dan kewajiban
pajak tangguhan harus dibedakan dari aset pajak kini dan kewajiban pajak
kini. (PSAK 46 paragraf 45)
f) Apabila dalam laporan keuangan suatu perusahaan, aset dan kewajiban
lancar disajikan terpisah dari aset dan kewajiban tidak lancar maka aset
(kewajiban) pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aset (kewajiban)
lancar. (PSAK 46 paragraf 46)
3) Penjelasan
a) Pengakuan kewajiban pada laporan keuangan perseroan akan dapat
melunasi nilai tercatat kewajiban tersebut. Apabila besar kemungkinan
bahwa pelunasan kewajiban tersebut akan mengakibatkan pembayaran
pajak pada periode mendatang yang lebih besar, maka dalam ketentuan
PSAK, mengharuskan perseroan untuk mengakui kewajiban pajak
tangguhan.
b) Perseroan memperlakukan konsekuensi pajak dari suatu transaksi dan
kejadian lain sama dengan cara perseroan memperlakukan transaksi
dan kejadian tersebut. Oleh karena itu, untuk transaksi dan kejadian lain
yang diakui pada laporan laba rugi, konsekuensi atau pengaruh pajak dari
transaksi dan kejadian tersebut harus diakui pula pada laporan laba rugi.
Sedangkan untuk transaksi dan kejadian lain yang langsung dibebankan
atau dikreditkan ke ekuitas, konsekuensi atau pengaruh pajak dari transaksi
dan kejadian tersebut harus langsung dibebankan atau dikreditkan ke
ekuitas. Demikian pula, pengakuan kewajiban pajak tangguhan pada suatu
penggabungan usaha mempengaruhi saldo goodwill atau goodwill negatif
yang timbul dari penggabungan usaha tersebut.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer
kena pajak (nilai basis akuntansi lebih besar nilai basis pajak) yang
akan mengakibatkan penambahan penghasilan kena pajak di masa
mendatang diakui sebagai kewajiban pajak tangguhan.
(2) Transaksi yang tidak diakui sebagai bagian dari kewajiban pajak
tangguhan yaitu:
(a) goodwill yang amortisasinya tidak dapat dikurangkan untuk
tujuan fiskal;
(b) pengakuan awal aset atau kewajiban dari suatu transaksi yang:
i. bukan merupakan transaksi penggabungan usaha; dan
ii. pada saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi dan
penghasilan kena pajak.
b) Penyajian
(1) Kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari kewajiban lainnya dalam
neraca.
(2) Kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari utang pajak.
(3) Kewajiban pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai kewajiban
jangka pendek.
c) Pengungkapan
(1) unsur-unsur utama beban (penghasilan) pajak;
(2) jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari transaksi-
transaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas;
(3) beban (penghasilan) pajak yang berasal dari pos-pos luar biasa yang
diakui pada periode berjalan;
3) Penjelasan
a) Termasuk dalam pos kewajiban jangka panjang lainnya adalah kewajiban-
kewajiban selain utang kepada pemerintah, utang antar badan hukum
(utang hubungan istimewa) jangka panjang, utang bank jangka panjang,
utang obligasi, utang MTN, utang sewa, kewajiban imbalan kerja jangka
panjang, kewajiban diestimasi jangka panjang, dan kewajiban pajak
tangguhan.
b) Pos dalam kewajiban jangka panjang lainnya dengan jumlah yang cukup
material dapat disajikan dalam pos tersendiri.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Kewajiban jangka panjang lainnya diakui pada saat terjadinya kewa-
jiban sebesar nilai tunai sumber daya ekonomi yang harus diserahkan
kepada pihak lain untuk menyelesaikan kewajiban tersebut.
(2) Kewajiban jangka panjang lainnya berkurang pada saat dilakukan
pembayaran atau pelunasan.
b) Penyajian
(1) Kewajiban jangka panjang lainnya disajikan dalam kelompok kewajiban
jangka panjang.
(2) Jumlah yang disajikan sebesar nilai tunai jumlah yang harus
diselesaikan.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Saat pengakuan awal:
Db. Beban/pos yang terkait
Kr. Kewajiban jangka panjang lainnya
b) Saat direklasifikasi menjadi kewajiban jangka pendek:
Db. Kewajiban jangka panjang lainnya
Kr. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo
c) Saat diselesaikannya:
Db. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo
Kr. Kas dan setara kas
C. Akuntansi Ekuitas
2. Komponen Ekuitas
a. Modal Disetor
1) Definisi
a) Modal dasar adalah seluruh nilai nominal saham sesuai dengan Anggaran
Dasar.
b) Modal disetor adalah modal yang telah efektif diterima perseroan dari
pihak ketiga sebesar nilai nominal saham.
2) Dasar Pengaturan
a) Undang-Undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas.
b) PSAK 21: Akuntansi Ekuitas.
3) Penjelasan
a) Modal disetor merupakan bagian dari modal ditempatkan yang telah
disetor penuh oleh pemegang saham.
b) Penambahan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan:
(1) Jumlah uang yang diterima;
(2) Nilai wajar aset nonkas yang diterima.
c) Pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan:
(1) Jumlah uang yang dibayarkan.
(2) Nilai wajar aset nonkas yang diserahkan.
d) Metode yang digunakan dalam pengurangan modal disetor adalah metode
saham yang diperoleh kembali (treasury stock).
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan
(1) Modal disetor diakui pada saat penerimaan setoran modal dari pihak
ketiga baik berupa dana kas maupun aset nonkas.
(2) Penambahan modal disetor diakui pada saat:
(a) Dilakukan penambahan setoran kas oleh pemilik sebesar kas
yang diterima;
(b) Dilakukan penambahan setoran aset nonkas sebesar nilai wajar
aset nonkas yang diterima.
b) Pengukuran
(1) Setoran modal berupa kas dinilai sebesar kas yang diterima.
(2) Setoran modal berupa aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar aset
nonkas yang diterima.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan
(1) Tambahan modal disetor diakui pada saat penerimaan setoran modal
dari pihak ketiga baik berupa dana kas maupun aset nonkas.
(2) Penambahan pos tambahan modal disetor diakui pada saat:
(a) dilakukan penambahan setoran kas oleh pemilik sebesar kas
yang diterima;
(b) dilakukan penambahan setoran aset nonkas sebesar nilai wajar
aset nonkas yang diterima.
b) Pengukuran
(1) Setoran modal berupa kas dinilai sebesar kas yang diterima.
(2) Setoran modal berupa aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar aset
nonkas yang diterima.
(3) Tambahan modal disetor akan berkurang karena:
(a) kerugian yang diderita;
(b) penebusan oleh entitas terhadap kepemilikan pemilik; atau
(c) penarikan kembali penyertaan oleh pemilik.
(d) Pengurangan tambahan modal disetor dinilai sebesar:
i. Kerugian yang disetujui sebagai pengurang modal disetor
oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
ii. Jumlah uang yang dibayarkan untuk penebusan atau penarik-
an kembali oleh pemilik.
iii. Nilai wajar aset nonkas yang diserahkan untuk penebusan
atau penarikan kembali oleh pemilik.
c) Penyajian
Tambahan modal disetor disajikan dalam kelompok pos ekuitas.
d) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
(1) agio saham;
(2) tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang
lebih rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran;
(3) tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan
harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya;
(4) tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor; dan
(5) lain sebagainya.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat penyetoran tambahan modal oleh pihak ketiga dalam bentuk
kas sebesar nilai nominal:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Tambahan modal disetor
b) Penyetoran tambahan modal dalam bentuk aset nonkas:
Db. Aset yang diterima (nilai wajar)
Kr. Tambahan modal disetor
c) Pengurangan modal disetor akibat adanya kerugian:
Db. Tambahan modal disetor
Kr. Saldo laba
c. Modal Sumbangan
1) Definisi
Modal sumbangan adalah modal yang didapatkan oleh perseroan dari
sumbangan atau donasi pihak ketiga.
2) Dasar Pengaturan
a) Undang-Undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas.
b) PSAK 21: Akuntansi Ekuitas.
3) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan
Modal sumbangan diakui pada saat diterimanya sumbangan berupa kas
atau aset nonkas dari pihak ketiga.
b) Pengukuran
(1) Modal sumbangan berupa kas dinilai sebesar kas yang diterima.
(2) Sumbangan berupa aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar aset nonkas
yang diterima.
c) Penyajian
Modal sumbangan disajikan dalam kelompok pos ekuitas sebagai bagian
dari tambahan modal disetor.
d) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
(1) Rincian modal sumbangan;
(2) Nama-nama penyumbang.
4) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat sumbangan modal oleh pihak ketiga dalam bentuk kas sebesar
nilai nominal:
Db. Kas
Kr. Modal sumbangan
b) Sumbangan modal dalam bentuk aset nonkas:
Db. Aset yang diterima (nilai wajar)
Kr. Modal sumbangan
3) Penjelasan
a) Selisih penilaian aset keuangan “tersedia untuk dijual” berasal dari selisih
antara nilai wajar dan nilai tercatat aset keuangan pada tanggal pelaporan
(penjelasan lebih rinci dapat dilihat di Bagian III.A.3.b: Investasi Janka
Pendek dan Bagian III.A.4.c: Investasi Jangka Panjang).
b) Aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok “tersedia untuk
dijual” adalah:
(1) aset keuangan nonderivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk
dijual; atau
(2) tidak diklasifikasikan sebagai:
(a) pinjaman yang diberikan atau piutang;
(b) investasi yang diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki hingga
jatuh tempo; atau
(c) aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi.
5) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan
Selisih penilaian aset keuangan diakui pada tanggal neraca.
b) Pengukuran
(1) Selisih penilaian aset keuangan sebesar selisih nilai wajar dengan nilai
tercatatnya.
(2) Apabila aset keuangan dipindahkan dari kelompok “dimiliki hingga
jatuh tempo” maka selisih penilaian aset keuangan tersebut tetap
menjadi bagian dari ekuitas.
(3) Selisih penilaian aset keuangan tersebut dihentikan-pengakuannya
ketika dijual dan diakui sebagai keuntungan atau kerugian penjualan
aset keuangan.
c) Penyajian
Selisih penilaian aset keuangan disajikan sebagai pos terpisah dalam
ekuitas.
d) Pengungkapan
Hal-hal yang diungkapkan antara lain:
(1) keuntungan atau kerugian yang direalisasikan;
(2) pengungkapan lain dalam bagian investasi jangka pendek.
6) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat dilakukan penilaian pada tanggal neraca:
(1) Jika nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat:
Db. Investasi jangka pendek/panjang (tersedia untuk dijual)
Kr. Selisih penilaian aset keuangan
(2) Jika nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat:
Db. Selisih penilaian aset keuangan
Kr. Investasi jangka pendek/panjang (tersedia untuk dijual)
b) Pada saat aset keuangan “dimiliki hingga jatuh tempo” dipindahkan ke
“tersedia untuk dijual:
(1) Jika nilai wajar lebih tinggi dari nilai tercatat:
Db. Investasi jangka pendek/panjang (tersedia untuk dijual)
Kr. Investasi jangka pendek/panjang (dimiliki hingga jatuh tempo)
Kr. Selisih penilaian aset keuangan
(2) Jika nilai wajar lebih rendah dari nilai tercatat:
Db. Investasi jangka pendek/panjang (tersedia untuk dijual)
Db. Selisih penilaian aset keuangan
Kr. Investasi jangka pendek/panjang (dimiliki hingga jatuh tempo)
c) Pada saat penghentian-pengakuan
Db. Kas dan setara kas
Db. Selisih penilaian aset keuangan
Kr. Investasi jangka pendek/panjang (tersedia untuk dijual)
d) Dapat terjadi keuntungan atau kerugian.
(2) Jika nilai pengalihan yang diterima lebih kecil dari jumlah kas yang
dikeluarkan:
Db. Aset yang terkait
Db. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
Kr. Kas
Kr. Kewajiban yang terkait
c) Pada saat terjadinya transaksi resiprokal antara entitas sepengendali yang
sama:
(1) Jika sebelumnya saldo STRES positif, kemudian hasil pengalihan dari
transaksi resrukturisasi berikutnya lebih kecil dari jumlah tercatat:
Db. Kas
Db. Kewajiban yang terkait
Db. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
Kr. Aset yang terkait
(STRES baru mengurangi nilai saldo positif stres sebelumnya)
(2) Jika sebelumnya saldo STRES negatif, kemudian hasil pengalihan dari
transaksi resrukturisasi berikutnya lebih besar dari jumlah tercatat:
Db. Kewajiban yang terkait
Db. Kas
Kr. Aset yang terkait
Kr. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
(STRES baru mengurangi nilai saldo negatif STRES sebelumnya)
d) Pada saat terjadinya peristiwa kuasi-reorganisasi yang menyebabkan
tereliminasinya saldo STRES:
(1) Jika sebelumnya saldo STRES positif:
Db. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
Kr. Saldo laba (negatif) - defisit
(2) Jika sebelumnya saldo STRES negatif:
Db. Saldo laba (negatif) - defisit
Kr. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
5) Ilustrasi Jurnal
a) Penambahan investasi, misalnya berkurangnya saham beredar:
(1) Pengakuan awal
Db. Investasi pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi
Kr. Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan
asosiasi (bagian ekuitas)
(2) Penghentian-pengakuan, sebagian atau seluruh
Db. Kas dan setara kas
Db. Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan
asosiasi (bagian ekuitas)
Kr. Investasi pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi
Dapat terjadi keuntungan atau kerugian.
b) Pengurangan investasi, misalnya bertambahnya saham beredar:
(1) Pengakuan awal
Db. Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan
asosiasi (bagian ekuitas)
Kr. Investasi pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi
(2) Penghentian-pengakuan, sebagian atau seluruh
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi
Kr. Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan
asosiasi (bagian ekuitas)
Dapat terjadi keuntungan atau kerugian.
h. Saldo Laba
1) Definisi
Saldo laba adalah laba bersih setelah pajak yang belum didistribusikan yang
terdiri dari:
a) Laba atau rugi tahun lalu yang penggunaannya belum ditetapkan oleh
RUPS;
b) Laba atau rugi tahun berjalan.
2) Dasar Pengaturan
a) PSAK 21 : Akuntansi Ekuitas.
b) Anggaran dasar atau anggaran rumah tangga perseroan yang mengatur
pembagian laba.
3) Penjelasan
a) Pos saldo laba harus dinyatakan secara terpisah dari pos modal disetor.
b) Saldo laba tahun lalu didistribusikan seluruhnya sesuai dengan keputusan
RUPS antara lain untuk:
(1) dividen;
(2) cadangan umum;
(3) penyisihan laba untuk program program kemitraan dan bina
lingkungan (PKBL).
c) Saldo laba tahun lalu tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos
yang seharusnya diperhitungkan pada laba/rugi tahun berjalan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Saldo laba diakui pada akhir periode laporan sebesar laba tahun
berjalan.
(2) Saldo laba dalam laporan keuangan interim dinilai sebesar:
(a) laba rugi tahun lalu yang belum didistribusikan;
(b) laba rugi periode berjalan selama periode laporan interim.
(3) Laba rugi tahun berjalan direklasifikasi menjadi laba rugi tahun lalu
pada saat laporan interim di periode berikutnya.
(4) Laba rugi tahun lalu akan habis ketika RUPS telah memutuskan
pengalokasiannya untuk:
(a) dividen;
(b) cadangan umum;
(c) penyisihan laba untuk program PKBL.
b) Penyajian
Saldo laba disajikan sebagai pos tersendiri dalam ekuitas sebesar akumulasi
laba.
c) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
(1) penjelasan jenis, tujuan, jumlah, untuk setiap alokasi saldo laba;
(2) dasar pelaksanaan pendistribusian saldo laba.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pemindahan laba tahun berjalan ke saldo laba:
Db. Ikhtisar laba rugi
Kr. Saldo laba (laba tahun berjalan)
b) Pemindahan rugi tahun berjalan ke saldo laba:
Db. Saldo rugi (rugi tahun berjalan)
Kr. Ikhtisar laba/rugi
c) Pada saat reklasifikasi antar pos laba tahun berjalan menjadi laba tahun
lalu:
Db. Laba tahun berjalan
Kr. Laba tahun lalu
d) Pada saat pengalokasian laba tahun lalu oleh RUPS:
(1) Pada saat diumumkan:
Db. Saldo laba
Kr. Cadangan umum
Kr. Utang dividen
Kr. Utang PKBL
(2) Pada saat dibayar:
Db. Utang dividen
Db. Utang PKBL
Kr. Kas dan setara kas
D. Ilustrasi
PT PERKEBUNAN NUSANTARA
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)
Per 31 Desember 2xx2 dan 2xx1
(dalam Rp Juta)
PT PERKEBUNAN NUSANTARA
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)
Per 31 Desember 2xx2 dan 2xx1
(dalam Rp Juta)
EKUITAS
Modal saham
Modal disetor xxx xxx
Tambahan modal disetor xxx xxx
Modal sumbangan xxx xxx
Bagian IV
Laporan Laba Rugi
A. Pengertian
Laporan laba rugi dapat disajikan secara berjenjang (multiple step) atau single step. Laporan
laba rugi yang disajikan secara berjenjang menyajikan beban berdasarkan fungsinya sebagai
harga pokok penjualan, beban kegiatan usaha, dan beban kegiatan bukan usaha Penyajian
dengan metode ini memberikan informasi yang lebih relevan kepada pengguna laporan
keuangan. Namun demikian, di sisi lain alokasi biaya ke masing-masing fungsi merupakan
proses arbitrase dan membutuhkan banyak pertimbangan.
Laporan laba rugi yang disajikan secara single step menyajikan beban berdasarkan sifatnya,
contohnya: penyusutan, gaji, upah, dan transportasi; dan tidak dialokasikan menurut
fungsinya. Penyajian dengan metode ini sederhana dan cocok diterapkan pada perusahaan
kecil sebab tidak perlu dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan tersebut.
Pedoman ini mengharuskan perseroan untuk menyajikan laporan laba rugi secara berjenjang
(multiple step income statement) berdasarkan fungsi.
B. Penghasilan
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus masuk/penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan aset bersih yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
1. Pendapatan Usaha
a. Definisi
1) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal (shareholder).
b. Dasar Pengaturan
1) Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi
di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal… (KDPPLK paragraf
92)
2) Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang
dapat diterima. (PSAK 23 paragraf 8)
3) Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut
dipenuhi:
a) perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memin-
dahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli;
b) perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif
atas barang yang dijual;
c) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d) besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi
akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan
e) biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan dapat diukur dengan andal. (PSAK 23 paragraf 13)
4) Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan
andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan
acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu
transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
b) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi ter-
sebut akan mengalir kepada perusahaan;
c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi tersebut pada tanggal neraca
dapat diukur dengan andal; dan
d) biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan
transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. (PSAK 23 paragraf 19)
5) Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan
andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang telah
diakui yang dapat diperoleh kembali. (PSAK 23 paragraf 25)
c. Penjelasan
1) Umum
a) Pendapatan usaha adalah pendapatan yang berkaitan langsung dengan
produk utama perseroan dan produk turunannya. Atau pendapatan yang
berkaitan langsung dengan aktivitas perkebunan sebagaimana yang
disebutkan dalam anggaran dasar.
b) Produk utama, antara lain, komoditi kelapa sawit, karet, teh, tebu, tem-
bakau, kakao, kopi, dan kina.
c) Sedangkan produk turunannya adalah produk turunan dari produk utama,
antara lain, produk turunan dari komoditi kelapa sawit, karet, teh, tebu,
tembakau, kakao, kopi, dan kina.
d) Apabila terjadi perubahan anggaran dasar perseroan yang mencakup
juga aktivitas di luar bidang perkebunan, maka pendapatan usaha dapat
meliputi pendapatan yang berasal dari aktivitas non-perkebunan atau
turunannya. Misalnya, pendapatan dari aktivitas di bidang properti,
kawasan industri, atau pertambangan.
e) Penjualan ekspor adalah penjualan yang didukung oleh dokumen ekspor.
f) Penjualan lokal adalah penjualan yang tidak didukung oleh dokumen
ekspor atau selain penjualan ekspor.
2) Penjualan barang
a) Penjualan barang dilakukan secara:
(1) FOB shipping point yaitu penjualan diakui pada saat perseroan menye-
rahkan barang yang dijual kepada perusahaan pengiriman untuk
diserahkan kepada pembeli.
(2) FOB destination yaitu penjualan diakui pada saat barang diterima
pembeli.
b) Persyaratan penjualan barang
(1) Syarat-syarat pengakuan penjualan barang:
(a) adanya pemindahan manfaat dan risiko kepemilikan atas barang
kepada pembeli dan penjual tidak mengendalikan barang
tersebut;
c) Pengakuan penjualan
(1) Penjualan diakui sebesar nilai wajar imbalan yang diterima atau yang
dapat diterima, yaitu jumlah tagihan dikurangi diskon, pengembalian
barang, dan pengurang lainnya.
(2) Penjualan produk sampingan diakui secara terpisah dan tidak diper-
kenankan untuk mengurangi beban pokok penjualan produk utama.
(3) Dalam hal penjualan dilakukan secara terpusat melalui suatu entitas
tertentu, maka pengakuan penjualan dilakukan sesuai persyaratan
pengakuan sebagaimana dijelaskan di atas.
3) Penjualan jasa
a) Persyaratan pengakuan penjualan jasa
(1) tingkat penyelesaian dapat diukur secara andal;
(2) besar kemungkinan manfaat ekonomi akan diperoleh; dan
(3) pendapatan dan biaya dapat diukur secara andal.
b) Jika hasil transaksi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal,
maka pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan biaya yang
telah diakui yang dapat diperoleh kembali.
c) Namun, jika kecil kemungkinan biaya tersebut dapat diperoleh kembali,
maka pendapatan tidak diakui dan biaya tersebut diakui sebagai beban.
4) Dalam hal penjualan ekspor maka dicatat berdasarkan kurs transaksi Bank
Indonesia pada tanggal transaksi.
d. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan pengukuran
a) Penjualan barang
(1) Penjualan barang diakui pada saat terjadinya pengalihan hak atas
barang yang dijual tersebut sesuai dengan perjanjian yaitu:
(a) Apabila FOB shipping point maka penjualan diakui pada saat
barang diserahkan kepada perusahaan pengiriman; atau
(b) Apabila FOB destination maka penjualan diakui pada saat barang
diterima oleh pembeli.
(2) Penjualan diukur sebesar jumlah tagihan dikurangi diskon, pengem-
balian, dan pengurang lainnya.
b) Penjualan jasa
Penjualan jasa diakui pada saat penyelesaian pemberian jasa sebesar
jumlah yang setara dengan penyelesaian pekerjaan.
2) Penyajian
a) Pendapatan usaha disajikan secara neto dalam laporan laba rugi.
b) Pendapatan usaha disajikan sebagai pos tersendiri dalam laporan laba
rugi yang dibagi menjadi:
(1) penjualan ekspor; dan
(2) penjualan lokal.
3) Pengungkapan
a) rincian penjualan berdasarkan jenis, jumlah, dan pasar;
b) jumlah penjualan secara bruto dan pos-pos pengurang;
c) penjelasan penjualan yang dilakukan melalui pemasaran bersama dengan
perseroan lain;
d) penjualan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa antara
lain mencakup nama, sifat hubungan, jumlah, dan kebijakan penentuan
harga;
e) lain-lain.
e. Ilustrasi Jurnal
1) Saat pengakuan awal:
a) Penjualan lokal
Db. Piutang usaha
Db. Penjualan lokal – diskon
Kr. Penjualan lokal (komoditi utama)
b) Penjualan ekspor
Db. Piutang usaha
Db. Penjualan ekspor – diskon
Kr. Penjualan ekspor (komoditi utama)
2. Pendapatan Nonusaha
a. Definisi
1) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal (shareholder).
2) Pendapatan (revenue) adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perseroan
yang biasa.
3) Pendapatan nonusaha (non-operating revenue) adalah semua jenis pendapatan
perseroan yang berasal dari aktivitas pendukung atau bukan aktivitas utama
perseroan, baik pendapatan lainnya (other revenues) dan keuntungan (gain).
b. Dasar Pengaturan
1) Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi apabila kenaikan manfaat ekonomi
di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan
penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aset atau penu-
runan kewajiban. (KDPPLK paragraf 92)
2) Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang
dapat diterima. (PSAK 23 paragraf 8)
3) Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut
dipenuhi:
a) perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memin-
dahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli;
b) perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif
atas barang yang dijual;
c) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d) besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi
akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan
e) biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan dapat diukur dengan andal. (PSAK 23 paragraf 13)
4) Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan
andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan
acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu
transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
b) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan mengalir kepada perusahaan;
c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi tersebut pada tanggal neraca
dapat diukur dengan andal; dan
d) biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan
transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. (PSAK 23 paragraf 19)
5) Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan
andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang telah
diakui yang dapat diperoleh kembali. (PSAK 23 paragraf 25)
6) Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset perusahaan oleh pihak-pihak
lain yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen harus diakui atas dasar yang
diatur dalam PSAK 23 paragraf 29 bila:
c. Penjelasan
1) Pendapatan nonusaha berasal dari kegiatan di luar aktivitas perseroan yang
disebutkan dalam anggaran dasar.
2) Pendapatan nonusaha terdiri dari:
a) pendapatan selain pendapatan usaha;
b) keuntungan.
3) Pendapatan selain pendapatan usaha:
a) Pendapatan nonusaha diantaranya terdiri dari:
(1) pendapatan rental;
(2) pendapatan jasa giro;
(3) pendapatan bunga deposito;
(4) pendapatan investasi;
(5) penjualan nonkomoditi utama;
(6) penjualan produk sampingan;
(7) lain-lain.
b) Pendapatan rental adalah pendapatan yang diperoleh dari rental bangunan
dan tanah.
c) Pendapatan jasa giro adalah pendapatan yang diperoleh dari simpanan
dana rekening giro perseroan yang bukan merupakan portofolio inves-
tasi.
d. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Pendapatan nonusaha dari penjualan aset diakui pada saat telah terjadi
pengalihan risiko dan manfaat atas kepemilikan aset tersebut (true sale)
sebesar hasil neto setelah dikurangi jumlah tercatat aset dan biaya untuk
menjual.
b) Pendapatan nonusaha dari penjualan jasa diakui pada saat jumlah
penjualan diestimasi secara andal sebesar tingkat penyelesaian.
2) Penyajian
Pendapatan non usaha disajikan sebagai pos tersendiri dalam laporan laba
rugi sebesar jumlah yang telah diterima atau hak yang harus diterima selama
periode berjalan secara neto.
3) Pengungkapan
Rincian jenis dan jumlah pendapatan nonusaha.
e. Ilustrasi Jurnal
1) Pendapatan lain
a) Pada saat pengakuan:
Db. Kas dan setara kas/piutang non usaha
Kr. Pendapatan nonusaha
b) Pada saat akhir periode:
Db. Pendapatan yang masih akan diterima
Kr. Pendapatan nonusaha
c) Pada saat penerimaan (pada periode berikutnya):
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan yang masih akan diterima
2) Keuntungan
a) Penjualan aset tetap
Db. Kas dan setara kas/piutang non usaha
Db. Akumulasi penyusutan aset tetap
Kr. Aset tetap
Kr. Keuntungan penjualan aset tetap
b) Penjualan investasi jangka pendek
(1) Kelompok “dinilai pada nilai wajar melalui laporan laba rugi”
(a) Pengakuan awal
Db. Investasi jangka pendek – dinilai pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi
Kr. Kas dan setara kas
(c) Penjualan
i. Saldo positif selisih nilai wajar
Db. Kas dan setara kas
Db. Selisih penilaian nilai wajar (bagian ekuitas dalam
neraca)
Kr. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
Kr. Keuntungan penjualan investasi jangka pendek
ii. Saldo negatif selisih nilai wajar
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
Kr. Selisih penilaian nilai wajar (bagian ekuitas dalam
neraca)
Kr. Keuntungan penjualan investasi jangka pendek
(3) Kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo”
(a) Pengakuan awal
Db. Investasi jangka pendek – dimiliki hingga jatuh tempo
Kr. Kas dan setara kas
(b) Perubahan nilai wajar (pada tanggal pelaporan)
Tidak ada jurnal
(c) Penjualan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi jangka pendek – dimiliki hingga jatuh tempo
Kr. Keuntungan penjualan investasi jangka pendek
(4) Kelompok “pinjaman dan piutang” (sekedar untuk ilustrasi, dimana
tidak ada kelompok tersebut dalam Bagian III.A.3.c Investasi Jangka
Pendek).
(a) Pengakuan awal
Db. Investasi jangka pendek – pinjaman dan piutang
Kr. Kas dan setara kas
(b) Perubahan nilai wajar (pada tanggal pelaporan)
Tidak ada jurnal
(c) Penjualan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi jangka pendek – pinjaman dan piutang
Kr. Keuntungan penjualan investasi jangka pendek
c) Selisih kurs valas
(1) Pengakuan awal
Db. Piutang usaha/pos yang terkait
Kr. Pendapatan usaha/pos yang terkait
(2) Saat penerimaan pelunasan
Db. Kas dan setara kas (dalam valuta asing)
Kr. Piutang usaha/pos yang terkait
Kr. Keuntungan selisih kurs
(3) Perubahan kurs pada tanggal pelaporan
Db. Kas dan setara kas (dalam valuta asing)
Kr. Keuntungan selisih kurs
C. Beban
a. Definisi
1) Beban pokok penjualan adalah biaya suatu produk yang dijual.
2) Biaya produksi adalah biaya untuk memproduksi suatu produk yang terdiri
dari biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
produksi.
3) Biaya bahan langsung adalah biaya bahan yang menjadi bagian yang menyatu
dari suatu produk jadi dan jumlahnya signifikan dari total biaya produksi.
4) Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang terlibat langsung
dalam mengubah bahan menjadi produk jadi dan jumlahnya signifikan dari
total biaya produksi.
5) Biaya overhead produksi adalah biaya selain biaya bahan langsung atau biaya
tenaga kerja langsung yang terjadi dalam proses produksi suatu produk.
b. Dasar Pengaturan
1) Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan
biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat
yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition). (PSAK 14
paragraf 6)
2) Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut
harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan
tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai
realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban
pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan
kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi
bersih harus diakui sebagai pengurang terhadap jumlah beban persediaan
pada periode terjadinya pemulihan tersebut. (PSAK 14 paragraf 28)
c. Penjelasan
1) Biaya
a) Biaya dapat dibagi menjadi:
(1) Biaya produksi atau manufakturing (product cost);
(2) Biaya periode atau nonmanufakturing (period cost).
b) Biaya produksi merupakan biaya perolehan persediaan dan diakui sebagai
beban ketika persediaan tersebut dijual.
c) Biaya periode pada umumnya diakui sebagai beban ketika terjadinya,
kecuali diakui sebagai bagian biaya perolehan suatu aset yang diatur
secara tersendiri dalam PSAK terkait.
2) Biaya produksi
a) Biaya produksi terdiri dari:
(1) Biaya langsung;
(2) Biaya overhead produksi.
b) Biaya langsung
(1) Biaya langsung terdiri dari:
(a) biaya bahan baku langsung; dan
(b) biaya tenaga kerja langsung.
(7) Pembebanan biaya overhead produksi tetap pada setiap unit produk
tidak bertambah sebagai akibat dari rendahnya produksi atau tidak
terpakainya kapasitas pabrik. Biaya overhead yang tidak teralokasi
diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Dalam periode produksi
luar biasa tinggi, biaya overhead yang dialokasikan pada unit produk
diturunkan, agar persediaan tidak dinilai di atas biaya.
(8) Biaya overhead produksi variabel dialokasikan pada unit produk atas
dasar penggunaan fasilitas produksi yang sebenarnya.
d) Biaya produksi terkait secara langsung dengan pengaturan mengenai aset
tanaman untuk menentukan biaya hasil perkebunan yang akan diubah
menjadi persediaan (Bagian III.A.4.g Aset Tanaman); dan persediaan
untuk menentukan biaya persediaan yang akan siap dijual atau digunakan
(Bagian III.A.3.e Persediaan).
3) Beban pokok penjualan
a) Beban pokok penjualan merupakan biaya produksi untuk produk yang
dijual.
b) Beban pokok penjualan dihitung secara perpetual (perpetual system) atau
periodik (periodic system).
c) Apabila beban pokok penjualan dihitung secara periodik, maka dihitung
sebagai berikut:
(+) nilai persediaan awal
(+) penambahan persediaan selama periode berjalan
(–) nilai persediaan akhir
d. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan pengukuran
a) Dalam sistem perpetual, beban pokok penjualan diakui pada saat terjadi
penjualan sebesar nilai persediaan yang dijual.
b) Dalam sistem periodik, beban pokok penjualan diakui pada secara periodik
sebesar selisih antara nilai persediaan awal dan penambahan persediaan
selama periode berjalan dikurangi nilai persediaan akhir.
2) Penyajian
Beban pokok penjualan disajikan dalam laporan laba rugi sebagai pos
tersendiri.
3) Pengungkapan
a) jumlah beban pokok penjualan untuk penjualan lokal dan ekspor;
b) sistem pencatatan beban pokok penjualan apakah perpetual atau
periodik;
c) rumus biaya persediaan yang digunakan;
d) lain-lain.
e. Ilustrasi Jurnal
1) Sistem perpetual
a) Pada saat penjualan
Db. Kas dan setara kas/piutang usaha
Kr. Penjualan
Db. Beban pokok penjualan
Kr. Persediaan
b) Pada saat akhir periode
Tidak ada jurnal
2) Sistem periodik
a) Pada saat penjualan
Db. Kas dan setara kas/piutang usaha
Kr. Penjualan
b) Pada saat akhir periode
Db. Persediaan – akhir (sesuai perhitungan)
Db. Beban pokok penjualan
Kr. Persediaan (penambahan selama periode berjalan)
Kr. Persediaan – awal
2. Beban Usaha
a. Definisi
1) Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal.
2) Beban usaha adalah beban yang berhubungan dengan pelaksanaan usaha
tetapi tidak dapat dibebankan secara langsung kepada produk atau jasa yang
dijual.
b. Dasar Pengaturan
1) Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa
depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban
telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. (KDPPLK paragraf 94)
2) Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara
biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang
biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of costs with
revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan
atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari
transaksi atau peristiwa lain yang sama; misalnya berbagai komponen beban
yang membentuk beban pokok penjualan (cost or expense of goods sold) diakui
pada saat yang sama sebagaimana penghasilan yang diperoleh dari penjualan
barang. (KDPPLK paragraf 95)
c. Penjelasan
1) Beban usaha terdiri dari:
a) Beban penjualan;
b) Beban umum dan administrasi.
2) Beban penjualan adalah beban yang timbul terkait dengan aktivitas pen-
jualan produk, misalnya pengiriman barang, promosi, marketing fee, dan
sebagainya.
3) Beban umum dan administrasi adalah beban yang timbul terkait dengan
aktivitas dukungan dan tidak secara langsung terkait dengan aktivitas produksi
d. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan pengukuran
a) Beban usaha diakui pada saat terjadinya transaksi atau peristiwa yang
menyebabkan terjadinya arus keluar sumber daya ekonomis perseroan.
b) Beban usaha diakui sebesar jumlah yang harus diselesaikan.
2) Penyajian
Beban usaha disajikan sebagai pos terpisah dalam laporan laba rugi.
3) Pengungkapan
a) rincian beban usaha;
b) lain-lain.
e. Ilustrasi Jurnal
Db. Beban pegawai/pos beban yang terkait
Kr. Kas dan setara kas/utang usaha/pos yang terkait
a. Definisi
1) Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal.
2) Beban nonusaha adalah beban yang tidak berhubungan dengan pelaksanaan
usaha atau beban aktivitas pendukung atau bukan aktivitas utama perseroan,
baik beban lainnya (other expenses) dan kerugian (lost).
b. Dasar Pengaturan
1) Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa
depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban
telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. (KDPPLK paragraf 94)
2) Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara
biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang
biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of costs with
revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan
atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari tran-
saksi atau peristiwa lain yang sama; misalnya berbagai komponen beban yang
membentuk beban pokok penjualan (cost or expense of goods sold) diakui
pada saat yang sama sebagaimana penghasilan yang diperoleh dari penjualan
barang. (KDPPLK paragraf 95)
c. Penjelasan
1) Beban non usaha terdiri dari beban yang bukan berasal dari aktivitas utama
perseroan dan kerugian lainnya, misalnya beban administrasi bank dan beban
bunga.
2) Contoh kerugian lainnya antara lain kerugian yang timbul dari penjualan aset
tetap dan investasi jangka pendek, selisih kurs, dan sebagainya.
d. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Beban nonusaha dari penjualan aset diakui pada saat telah terjadi peng-
alihan risiko dan manfaat atas kepemilikan aset tersebut (true sale) se-
besar jumlah tercatat aset dan biaya untuk menjual setelah dikurangi hasil
neto.
b) Beban nonusaha dari penerimaan jasa diakui pada saat jumlah penjualan
diestimasi secara andal sebesar tingkat penyelesaian.
2) Penyajian
Beban nonusaha disajikan sebagai pos tersendiri dalam laporan laba rugi
sebesar jumlah yang telah diserahkan atau hak yang harus diselesaikan selama
periode berjalan secara neto.
3) Pengungkapan
a) rincian jenis dan jumlah beban nonusaha;
b) lain-lain.
e. Ilustrasi Jurnal
1) Beban lain
a) Pada saat pengakuan:
Db. Beban non usaha
Kr. Kas dan setara kas/beban yang masih harus dibayar
b) Pada saat akhir periode:
Db. Beban nonusaha
Kr. Beban yang masih harus dibayar
c) Pada saat pembayaran (pada periode berikutnya):
Db. Beban yang masih harus dibayar
Kr. Kas dan setara kas
2) Kerugian
a) Penjualan aset tetap
Db. Kas dan setara kas
Db. Akumulasi penyusutan aset tetap
Db. Kerugian penjualan aset tetap
Kr. Aset tetap
1. Definisi
a. Pos luar biasa penghasilan atau beban yang timbul dari kejadian atau transaksi
yang secara jelas berbeda dari aktivitas normal perusahaan dan karenanya tidak
diharapkan untuk seringkali terjadi atau tidak terjadi secara teratur.
b. Aktivitas normal adalah setiap aktivitas yang dilakukan oleh sebuah perusahaan
sebagai bagian dari usahanya dan aktivitas yang terkait dengan kegiatan usaha
utama perusahaan tersebut.
2. Dasar Pengaturan
a. Laba atau rugi neto untuk periode berjalan terdiri atas unsur-unsur berikut, yang
masing-masing harus diungkapkan pada laporan laba rugi:
3. Penjelasan
a. Suatu kejadian atau transaksi dapat diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika
memenuhi dua kriteria berikut:
1) bersifat tidak normal yaitu kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki
tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan
kegiatan normal perseroan; dan
2) tidak sering terjadi yaitu kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak
sering terjadi dalam kegiatan normal perseroan.
b. Kejadian atau transaksi yang pada umumnya menimbulkan kerugian luar biasa,
antara lain, adalah:
1) kerugian karena gempa bumi, banjir, kebakaran atau bencana alam lainnya;
2) kerugian karena pengambil-alihan aset perseroan.
c. Contoh kejadian atau transaksi yang tidak dapat dikelompokkan sebagai pos luar
biasa antara lain:
1) Perseroan yang membeli tanah untuk tujuan ekspansi. Namun karena sesuatu
hal, proyek ekspansi tidak dapat dilaksanakan sehingga perusahaan bermaksud
menjual kembali tanah tersebut. Keuntungan atau kerugian yang diperoleh
dari penjualan tanah tersebut tidak dapat dikelompokkan dalam pos luar biasa
karena walaupun tidak termasuk dalam kegiatan utama perusahaan dan tidak
diharapkan terjadi, namun kejadian ini tidak mempunyai tingkat abnormalitas
yang tinggi. Hal yang wajar jika perusahaan menjual kembali aset tetap yang
dimilikinya, yang tidak dipergunakan lagi.
2) Penghapusbukuan aset tetap karena aset tetap tersebut sudah mengalami
keusangan teknologi.
4. Perlakuan Akuntansi
b. Penyajian
Kerugian luar biasa disajikan terpisah dalam laporan laba rugi setelah dikurangi
pajak dan hak minoritas.
c. Pengungkapan
1) rincian berdasarkan jenis dan jumlah untuk setiap pos kerugian luar biasa;
2) sebab terjadinya kerugian luar biasa;
3) nilai bruto kerugian luar biasa sebelum dikurangi pajak terkait dan hak
minoritas;
4) lain-lain.
5. Ilustrasi Jurnal
a. Pada saat pengakuan kerugian luar biasa:
Db. Kerugian luar biasa
Db. Akumulasi penyusutan aset yang terkait (Bila ada)
Kr. Aset yang terkait
E. Pajak Penghasilan
1. Definisi
a. Beban pajak penghasilan adalah jumlah agregat beban pajak kini dan pajak tang-
guhan yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada satu periode.
b. Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan terutang atas penghasilan kena pajak
pada satu periode.
c. Beban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang untuk periode
mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
2. Dasar Pengaturan
a. Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan
laba rugi periode berjalan, kecuali untuk pajak penghasilan yang berasal dari:
1) transaksi atau kejadian yang langsung dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas
pada periode yang sama atau periode yang berbeda; atau
2) penggabungan usaha yang secara substansi adalah akuisisi. (PSAK 46 paragraf
37)
b. Pajak kini dan pajak tangguhan harus langsung dibebankan atau dikreditkan ke
ekuitas apabila pajak tersebut berhubungan dengan transaksi yang langsung
dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas. (PSAK 46 paragraf 40)
c. Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas
normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi. (PSAK 46 paragraf 48)
d. Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh Final, beban pajak diakui proporsional
dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan.
(PSAK 46 paragraf 52)
e. Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dengan Surat Ketetapan
Pajak (SKP) harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain-lain pada
Laporan Laba Rugi periode berjalan, kecuali apabila diajukan keberatan dan atau
banding. Jumlah tambahan pokok pajak dan denda yang ditetapkan dengan SKP
ditangguhkan pembebanannya. Apabila terdapat kesalahan mendasar maka per-
lakuan akuntansinya mengacu pada PSAK 25: Laba atau Rugi Bersih untuk Periode
Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. (PSAK 46
paragraf 55)
3. Penjelasan
a. Beban pajak yang diakui di laporan laba rugi terdiri dari:
1) pajak kini; dan
2) pajak tangguhan.
b. Pajak kini dihitung berdasarkan laba fiskal, sedangkan pajak tangguhan dihitung
berdasarkan laba akuntansi yang terdapat perbedaan temporer kena pajak setelah
dikurangi pajak kini.
4. Perlakuan akuntansi
a. Pengakuan dan pengukuran
Pajak diakui pada saat terutang sebesar jumlah yang harus dibayarkan.
b. Penyajian
1) Beban pajak penghasilan disajikan di laporan laba rugi dalam pos tersendiri
yang disajikan unsur pajak kini dan pajak tangguhan.
2) Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari
aktivitas normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi.
c. Pengungkapan
1) Unsur-unsur utama beban/penghasilan pajak.
2) Jumlah pajak kini dan tangguhan yang berasal dari transaksi-transaksi yang
langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas.
3) Beban/penghasilan pajak dari pos luar biasa yang diakui pada periode
berjalan.
4) Penjelasan hubungan antara beban/penghasilan pajak dan laba akuntansi
dengan cara berikut:
5. Ilustrasi Jurnal
a. Pencatatan transaksi pada saat terjadi kenaikan pajak penghasilan terutang pada
periode mendatang sebagai akibat adanya “perbedaan temporer“.
Db. Beban pajak kini
Db. Beban pajak tangguhan
Kr. Hutang pajak penghasilan
Kr. Kewajiban pajak tangguhan
b. Ketika aset pajak tangguhan dapat mencerminkan bahwa sejumlah pajak peng-
hasilan dapat diperoleh kembali sebagai akibat adanya “perbedaan temporer yang
boleh dikurangkan“ pada tanggal neraca.
Db. Beban pajak kini
Db. Aset pajak tangguhan
Kr. Hutang pajak penghasilan
Kr. Beban pajak tangguhan
F. Ilustrasi
PT PERKEBUNAN NUSANTARA
LAPORAN LABA RUGI
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2xx2 dan 2xx1
(dalam Rp Juta)
Beban usaha
Beban penjualan xxx xxx
Beban umum dan administrasi xxx xxx
Laba usaha xxx xxx
Pendapatan (beban ) nonusaha xxx xxx
Laba (rugi) sebelum bagian laba (rugi) perusahaan asosiasi xxx xxx
Bagian laba (rugi) perusahaan asosiasi xxx xxx
Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan xxx xxx
Bagian V
Laporan Perubahan Ekuitas
A. Pengertian
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas perseroan
yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama
periode pelaporan.
B. Dasar Pengaturan
C. Penjelasan
1. Perseroan menyusun laporan perubahan ekuitas, dimana divisi atau unit tidak perlu
menyusun laporan perubahan ekuitas.
2. Pos-pos laporan perubahan ekuitas adalah sebagai berikut:
a. Modal saham yang ditempatkan dan disetor penuh;
b. Tambahan modal disetor;
c. Modal sumbangan;
d. Dana setoran modal;
e. Selisih penilaian aset dan kewajiban karena kuasi-reorganisasi;
f. Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing;
g. Selisih nilai transaksi restrukturisasi sepengendali;
h. Cadangan umum;
i. Cadangan tujuan;
j. Saldo laba yang belum ditetapkan penggunaannya.
3. Laporan perubahan ekuitas disajikan dalam bentuk tabel matriks dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pada bagian baris mencerminkan gambaran transaksi mutasi pos-pos ekuitas; dan
b. Pada bagian kolom dibagi berdasarkan jenis pos yang ada dalam struktur ekuitas.
D. Ilustrasi
Ilustrasi yang dicantumkan hanya menampilkan pos-pos ekuitas yang secara umum dimiliki
perseroan. Namun demikian, jika dalam praktiknya perseroan memiliki pos-pos ekuitas yang
tidak terdapat dalam ilustrasi ini, maka dapat menambahkan kolom baru untuk menampung
pos tersebut dalam laporan perubahan ekuitas.
Dividen (xxx)
Cadangan umum (xxx)
Bagian 5 I L a p o r a n
23/07/2008 13:00:31
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bagian VI
Laporan Arus Kas
A. Pengertian
1. Tujuan
Informasi tentang arus kas berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar
untuk menilai kemampuan perseroan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta
menilai kebutuhan penggunaan arus kas tersebut.
Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai laporan keuangan perlu
melakukan evaluasi terhadap kemampuan perseroan dalam menghasilkan kas dan
setara kas serta kepastian perolehannya. Evaluasi tersebut untuk mengetahui bagaimana
perseroan menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas, serta kebutuhan kas dan
setara kas untuk melaksanakan usaha, melunasi kewajiban, dan membagikan dividen
kepada pemegang saham.
Laporan arus kas memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara
kas dari suatu perseroan dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas
operasional, investasi, dan pendanaan selama suatu periode akuntansi.
2. Ruang Lingkup
Perseroan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam Pedoman
ini dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian dari yang tidak terpisahkan
atau integral dengan laporan keuangan untuk setiap periode sajian laporan keuangan.
Pedoman ini mewajibkan semua perseroan menyajikan laporan arus kas dengan metode
langsung (direct method).
3. Definisi
Beberapa istilah yang dipergunakan dalam Pedoman ini didefinisikan sebagai berikut:
a. Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan
pengeluaran kas dan setara kas selama periode tertentu yang dikelompokkan ke
dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
b. Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.
c. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka
sangat pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu
tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
d. Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.
e. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan
(principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
f. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta
investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
g. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah
serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan.
B. Dasar Pengaturan
5. Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan berikut ini dapat
disajikan menurut arus kas bersih:
a. penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan para pelanggan apabila
arus kas tersebut lebih mencerminkan aktivitas pelanggan daripada aktivitas
perusahaan; dan
b. penerimaan dan pengeluaran kas untuk pos-pos dengan perputaran yang cepat,
dengan volume transaksi yang besar dan dengan jangka waktu singkat (maturity
short). (PSAK 2 paragraf 52)
6. Arus kas yang berasal dari transaksi dalam valuta asing harus dibukukan dalam mata
uang yang digunakan dalam pelaporan keuangan dengan menjabarkan jumlah mata
uang asing tersebut menurut kurs pada tanggal transaksi arus kas. (PSAK 2 paragraf
54)
7. Arus kas anak perusahaan di luar negeri dijabarkan berdasarkan kurs transaksi pada
tanggal arus kas. (PSAK 2 paragraf 55)
8. Arus kas sehubungan dengan pos luar biasa harus diklasifikasikan sebagai aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan sesuai dengan sifat transaksinya dan diungkapkan
secara terpisah. (PSAK 2 paragraf 56)
9. Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan masing-masing harus
diungkapkan tersendiri. Masing-masing harus diklasifikasikan secara konsisten antar
periode sebagai aktivitas operasi, investasi, atau pendanaan. (PSAK 2 paragraf 57)
10. Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan harus diungkapkan tersendiri
dan diklasifikasi sebagai arus kas aktivitas operasi kecuali jika secara spesifik dapat
diidentifikasikan sebagai aktivitas pendanaan dan investasi. (PSAK 2 paragraf 58)
11. Keseluruhan arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan anak perusahaan atau
unit bisnis lainnya harus diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasi sebagai aktivitas
investasi. (PSAK 2 paragraf 59)
12. Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut secara keseluruhan, sehubungan
dengan perolehan dan pelepasan (anak perusahaan) dan unit bisnis lainnya selama
satu periode:
a. Jumlah harga perolehan atau pelepasan;
b. Bagian nilai perolehan atau pelapasan yang dibayarkan dengan arus kas dan setara
kas;
c. Jumlah kas dan setara kas pada unit bisnis yang diperoleh atau dilepaskan; dan
d. Jumlah aset dan kewajiban selain kas atau setara kas pada unit bisnis yang diperoleh
atau dilepaskan, diikhtisarkan berdasarkan kategori utamanya. (PSAK 2 paragraf
60)
13. Transaksi investasi dan pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan kas atau setara
kas harus dikeluarkan dari laporan arus kas. Transaksi semacam itu harus diungkapkan
sedemikian rupa pada catatan atas laporan keuangan sehingga dapat memberikan
semua informasi yang relevan mengenai aktivitas investasi dan pendanaan tersebut.
(PSAK 2 paragraf 61)
14. Perusahaan harus mengungkapkan komponen kas dan setara kas dan harus menyajikan
rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang sama yang disajikan
di neraca. (PSAK 2 paragraf 62)
C. Penjelasan
1. Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk
mengevaluasi perubahan dalam aset neto perseroan, struktur keuangan, termasuk
likuiditas dan solvabilitas, dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu
arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
2. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perseroan dalam menghasilkan
kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk
menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash
flows) dari berbagai perseroan.
3. Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu,
dan kepastian arus kas masa depan. Selain itu, informasi arus kas juga berguna untuk
meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya
dan dalam menentukan hubungan profitabilitas dan arus kas neto serta dampak
perubahan harga.
4. Perseroan menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dengan
cara yang paling sesuai dengan bisnis perseroan. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan
informasi yang memungkinkan para pemakai laporan untuk menilai pengaruh aktivitas
tersebut terhadap posisi keuangan perseroan serta terhadap jumlah kas dan setara kas.
Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan di antara ketiga
aktivitas tersebut.
5. Suatu transaksi tertentu dapat meliputi arus kas yang diklasifikasikan lebih dari satu
aktivitas. Sebagai contoh, jika pelunasan pinjaman oleh perseroan meliputi pokok
pinjaman dan bunga, maka bunga merupakan unsur yang dapat diklasifikasikan sebagai
aktivitas operasi dan pokok pinjaman merupakan unsur yang diklasifikasikan sebagai
aktivitas pendanaan.
6. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang
menentukan apakah dari hasil operasinya tersebut, perseroan dapat menghasilkan arus
kas yang cukup untuk melunasi kewajiban, memelihara kemampuan operasinya, dan
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber dana dari luar. Informasi
mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna
dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.
7. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama
pendapatan perseroan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari
transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan kenaikan/penurunan aset
neto. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi antara lain:
a. Penerimaan dari dan pembayaran kepada pembeli/pelanggan.
b. Penerimaan dari dan pembayaran kepada mitra usaha.
c. Penerimaan dari dan pembayaran kepada pemasok barang dan jasa.
d. Penerimaan dari dan pembayaran kepada karyawan.
e. Pembayaran kepada pajak, kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus sebagai
bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi.
8. Pengungkapan yang terpisah terhadap arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran
kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan penghasilan
dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
antara lain:
a. Pembayaran kas untuk membeli aset tetap dan aset tidak lancar lain, termasuk
biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri;
b. Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, peralatan, dan aset tidak lancar
lainnya;
c. Perolehan instrumen keuangan (efek hutang atau efek ekuitas) perusahaan lain;
kas dan setara kas dalam mata uang asing dilaporkan dalam laporan arus kas untuk
merekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir kas dan setara kas. Jumlah selisih kurs tersebut
disajikan terpisah dari arus kas aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
14. Pajak penghasilan atas penghasilan yang diterima dapat diklasifikasikan sebagai
aktivitas operasi, investasi, atau pendanaan dalam laporan arus kas, walaupun beban
pajak penghasilan dapat dengan mudah diidentifikasikan dan dapat terjadi dalam
periode yang berbeda dengan transaksi arus kas yang mendasarinya. Oleh karena itu,
pajak yang dibayar umumnya diklasifikasikan sebagai arus kas dari aktivitas operasi.
Namun demikian, jika arus kas pajak tersebut dapat diidentifikasikan dengan transaksi
individual yang menimbulkan arus kas yang bersangkutan, maka arus kas tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan atau investasi, sesuai dengan jenis aktivitas
tersebut. Apabila arus kas pajak dialokasikan pada lebih satu jenis aktivitas, maka jumlah
keseluruhan pajak yang dibayar harus diungkapkan.
15. Apabila akuntansi untuk investasi pada perusahaan asosiasi atau anak perusahaan
dibukukan dengan menggunakan metode ekuitas atau metode biaya perolehan,
maka perseroan membatasi pelaporannya dalam laporan arus kas yang terjadi antara
perseroan dan investee, misalnya sejumlah dividen dan uang muka yang diterima.
16. Penyajian tersendiri mempengaruhi arus kas dari akuisisi dan pelepasan unit bisnis
lainnya sebagai suatu pos tunggal, bersama-sama dengan pengungkapan tersendiri
jumlah aset dan kewajiban yang diakuisisi akan membantu membedakan arus kas yang
berasal dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan lainnya. Pengaruh arus kas dari
pelepasan tidak boleh dikurangkan dari arus kas dalam rangka akuisisi.
17. Jumlah keseluruhan kas yang dibayarkan untuk pembelian atau diterima atas pelepasan
tersebut dilaporkan dalam laporan arus kas setelah memperhitungkan dalam jumlah
neto yaitu kas dan setara kas yang diperoleh atau dibayarkan.
18. Pengertian unit bisnis lainnya yang dimaksud dalam PSAK 2 paragraf 59 di dalam
perseroan adalah unit bisnis lainnya yang berada di luar kegiatan utamanya.
D. Ilustrasi
Dalam ilustrasi ditampilkan laporan arus kas yang disajikan dengan metode langsung.
PT PERKEBUNAN NUSANTARA
LAPORAN ARUS KAS
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2xx2 dan 2xx1
(dalam Rp juta)
Pengeluaran kepada:
Pemasok (xxx) (xxx)
Mitra usaha (xxx) (xxx)
Karyawan (xxx) (xxx)
Pajak (xxx) (xxx)
Lain-lain (xxx) (xxx)
Total pengeluaran (xxx) (xxx)
Jumlah arus kas dari aktivitas operasi xxx xxx
Pengeluaran
Pembelian kembali saham (xxx) (xxx)
Pembayaran hutang bank (xxx) (xxx)
Pembayaran obligasi/MTN (xxx) (xxx)
Pembayaran dividen (xxx) (xxx)
PKBL (xxx) (xxx)
Lain-lain (xxx) (xxx)
Total pengeluaran xxx xxx
Bagian VII
Catatan Atas Laporan Keuangan
A. Pengertian
1. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan
keuangan. Catatan atas laporan keuangan memuat penjelasan mengenai gambaran
umum perseroan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan
dan informasi penting lainnya.
2. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang ada dalam catatan atas laporan keuangan.
3. Dalam Pedoman ini diatur yang harus diungkapkan mencakup, tetapi tidak terbatas,
pada unsur-unsur yang diuraikan dalam bagian ini. Secara umum, catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan:
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting;
b. Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas;
c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas tetapi diperlukan dalam rangka penyajian
secara wajar;
d. Untuk pos-pos yang nilainya material, harus dirinci dan dijelaskan dalam catatan
atas laporan keuangan. Sedangkan untuk pos-pos yang bersifat khusus harus dirinci
dan dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan tanpa mempertimbangkan
materialitasnya;
e. Untuk pos yang merupakan hasil penggabungan beberapa akun sejenis dirinci dan
dijelaskan sifat dari unsur utamanya dalam catatan atas laporan keuangan.
4. Catatan atas laporan keuangan harus menunjukkan secara terpisah jumlah dari setiap
jenis transaksi dan saldo dengan para direktur, pegawai, komisaris, pemegang saham
utama, dan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Ikhtisar terpisah tersebut
diperlukan untuk piutang, hutang, penjualan atau pendapatan dan beban.
5. Dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan memahami dan membandingkan-
nya dengan laporan keuangan perusahaan lain maka catatan atas laporan keuangan
umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
a. pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang di-
terapkan;
b. informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-
pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen
laporan keuangan;
c. pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen dan pengungkapan keuangan
lainnya serta pengungkapan yang bersifat nonkeuangan.
B. Dasar Pengaturan
1. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan,
perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar
disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan.
Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun
pengungkapkan tersebut tidak diharuskan oleh PSAK. (PSAK 1 paragraf 10)
2. Laporan keuangan harus disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha. Apabila
laporan keuangan tidak disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha maka ke-
nyataan tersebut harus diungkapkan bersama dengan dasar lain yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan serta alasan mengapa asumsi kelangsungan usaha
perusahaan tidak dapat digunakan. (PSAK 1 paragraf 17)
3. Informasi kuantitatif harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya
kecuali dinyatakan lain oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Informasi kompa-
ratif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya
diungkapkan kembali apabila relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode
berjalan. (PSAK 1 paragraf 28)
4. Apabila penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan diubah maka penya-
jian periode sebelumnya direklasifikasi untuk memastikan daya banding. Sifat, jumlah
serta alasan reklasifikasi harus diungkapkan. Apabila reklasifikasi tersebut tidak praktis
dilakukan maka alasannya harus diungkapkan. (PSAK 1 paragraf 30)
5. Laporan keuangan setidaknya disajikan secara tahunan. Apabila tahun buku perusahaan
berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau
pendek dari periode satu tahun maka sebagai tambahan terhadap periode cakupan
laporan keuangan, perusahaan harus mengungkapkan:
a. alasan penggunaan periode pelaporan selain periode satu tahunan; dan
b. fakta bahwa jumlah komparatif dalam laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan.
(PSAK 1 paragraf 36)
6. Perusahaan harus mengungkapkan informasi mengenai jumlah setiap aset yang akan
diterima dan kewajiban yang akan dibayarkan sebelum dan sesudah dua belas bulan
dari tanggal neraca. (PSAK 1 paragraf 40)
7. Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas
bulan sejak tanggal neraca, apabila:
a. kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas
bulan;
b. perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan pendanaan
jangka panjang; dan
c. maksud tersebut pada huruf b didukung dengan perjanjian pembiayaan kembali
atau penjadualan kembali pembayaran yang resmi disepakati sebelum laporan
keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok kewajiban jangka
pendek sesuai dengan paragraf ini beserta informasi yang mendukung penyajian ter-
sebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. (PSAK 1 paragraf 47)
8. Perusahaan harus mengungkapkan, di neraca atau di catatan atas laporan keuangan,
sub-klasifikasi pos-pos yang disajikan, diklasifikasikan dengan cara yang tepat sesuai
dengan operasi perusahaan. Setiap pos di sub-klasifikasikan, jika memungkinkan,
sesuai dengan sifatnya; dan jumlah terutang atau piutang pada perusahaan induk, anak
13. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi
yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan
mengungkapkan:
a. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting;
b. informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi
tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan
ekuitas;
c. informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan
dalam rangka penyajian secara wajar. (PSAK 1 paragraf 69)
14. Bagian kebijakan akuntansi dalam catatan atas laporan keuangan menjelaskan hal-hal
sebagai berikut:
a. dasar pengukuran dalam menyiapkan laporan keuangan;
b. kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan guna memahami laporan keuangan
secara benar. (PSAK 1 paragraf 72)
15. Perusahaan mengungkapkan hal-hal berikut ini jika tidak diungkapkan dibagian
manapun dari informasi yang dipublikasikan bersama dengan laporan keuangan:
a. domisili dan bentuk hukum perusahaan, negara tempat pendirian perusahaan,
alamat kantor pusat perusahaan serta lokasi utama bisnis jika berbeda dari lokasi
kantor pusat;
b. keterangan mengenai hakekat operasi dan kegiatan utama perusahaan;
c. nama perusahaan dalam grup, nama perusahaan asosiasi, nama perusahaan induk
dan perusahaan holding;
d. nama anggota direksi dan komisaris; dan
e. jumlah karyawan pada akhir periode atau rata-rata jumlah karyawan selama
periode yang bersangkutan. (PSAK 1 paragraf 74)
16. Untuk setiap jenis pinjaman atau penerbitan surat berharga yang bersifat utang dalam
mata uang asing, perusahaan harus mengungkapkan informasi berikut ini:
a. karakteristik umum dari setiap pinjaman dan surat berharga yang bersifat utang
termasuk informasi mengenai suku bunga dan nama kreditur;
b. nilai nominal dalam mata uang asing, jangka waktu pinjaman, tanggal jatuh tempo,
jadual angsuran atau pembayaran;
c. dasar konversi utang menjadi efek lain jika pinjaman dapat dikonversi;
d. nilai kurs yang digunakan pada tanggal neraca;
e. jaminan kredit;
f. hal penting lain, misalnya persyaratan kredit tidak dipenuhi. (PSAK 1 paragraf 75)
17. Apabila suatu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan diterapkan sebelum tanggal
berlaku efektif dan penerapan lebih dini tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang ada dalam Pernyataan tersebut, maka fakta tersebut harus diungkapkan. (PSAK 1
paragraf 76)
C. Penjelasan
1. PSAK dimaksudkan agar laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan,
kinerja dan arus kas sehingga tujuan laporan keuangan tersebut dapat tercapai. PSAK
mungkin tidak mengatur pengungkapan informasi tertentu padahal pengungkapan
informasi tersebut diperlukan guna menyajikan laporan keuangan secara wajar. Dalam
hal tersebut maka perseroan harus memberikan tambahan pengungkapan informasi
yang relevan sehingga laporan keuangan dapat disajikan secara wajar.
2. Pada beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan pada laporan keuangan periode
sebelumnya masih relevan untuk diungkapkan pada periode berjalan. Misalnya rincian
tentang sengketa hukum yang dihadapi, dimana hasil akhirnya belum diketahui secara
pasti pada periode sebelumnya dan masih dalam proses penyelesaian, perlu diungkapkan
kembali pada periode berjalan. Pengguna laporan akan memperoleh manfaat dari
informasi adanya ketidakpastian pada tanggal neraca sebelumnya dan langkah-langkah
yang telah dilakukan pada periode berjalan untuk mengatasi ketidakpastian tersebut.
3. Terdapat suatu keadaan dimana reklasifikasi guna menjaga daya banding informasi
komparatif dengan informasi pada periode berjalan tidak praktis dilakukan, misalnya pada
periode sebelumnya data dikumpulkan sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan
dilakukan reklasifikasi serta tidak praktis untuk menciptakan kembali informasi tersebut.
Dalam keadaan demikian maka sifat penyesuaian terhadap informasi komparatif yang
seharusnya dilakukan harus diungkapkan.
4. Dalam keadaan sangat luar biasa, perseroan mungkin terpaksa atau memutuskan
untuk mengubah tanggal neracanya misalnya akibat di akuisisi oleh perusahaan lain
yang mempunyai tanggal neraca yang berbeda. Dalam kasus seperti ini, pengguna
laporan perlu mengetahui bahwa jumlah yang disajikan pada periode berjalan dan
jumlah komparatif tidak dapat dibandingkan dan alasan perubahan tanggal neraca
diungkapkan.
5. Apabila perseroan menyediakan barang atau jasa dalam siklus operasi perseroan yang
dapat diidentifikasi dengan jelas, maka klasifikasi aset lancar dan tidak lancar serta
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca memberikan informasi yang
bermanfaat dengan membedakan aset bersih sebagai modal kerja dengan aset yang
digunakan untuk operasi jangka panjang. Pengklasifikasian tersebut juga menonjolkan
aset yang diharapkan akan direalisasi dalam siklus operasi berjalan dan kewajiban yang
akan jatuh tempo pada periode yang sama. Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset
dan kewajiban bermanfaat dalam menilai likuiditas dan solvabilitas perseroan.
6. Terdapat kewajiban yang akan jatuh tempo dalam siklus operasi tahun berikutnya,
diharapkan dapat dibiayai kembali atau diperpanjang kembali sehingga tidak diharapkan
adanya penggunaan modal kerja lancar. Kewajiban seperti itu merupakan bagian dari
pembiayaan jangka panjang perseroan dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. Dalam hal tidak terdapat perjanjian mengenai pembiayaan kembali, maka
pembiayaan kembali tidak dapat di asumsikan akan terjadi secara otomatis sehingga
kewajiban harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek. Perjanjian kembali
harus secara resmi disepakati sebelum laporan keuangan disetujui yang membuktikan
bahwa pada tanggal neraca substansi kewajiban merupakan kewajiban jangka
panjang.
7. Rincian yang tercakup dalam subklasifikasi, di neraca atau di catatan atas laporan
keuangan, tergantung pada persyaratan dari PSAK dan materialitas jumlah pos yang
bersangkutan. Pertimbangan apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah
didasarkan atas penilaian dari:
a. sifat, likuiditas dan materialitas aset;
b. fungsi pos-pos tersebut dalam perseroan;
c. jumlah, sifat dan jangka waktu kewajiban.
8. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang
tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan
ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan
atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk
diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan
untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
9. Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan
membandingkannya dengan laporan keuangan perusahaan lain, maka catatan atas
laporan keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
a. pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan;
b. informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-
pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen
laporan keuangan;
c. pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen dan pengungkapan keuangan
lainnya serta pengungkapan yang bersifat nonkeuangan.
Sistematika struktur dalam catatan atas laporan keuangan agar tetap dipertahankan
sepanjang hal tersebut praktis untuk dilaksanakan.
10. Pengguna laporan perlu mengetahui dasar pengukuran yang digunakan (nilai historis,
nilai pasar, nilai realisasi, nilai wajar atau nilai sekarang) sebagai landasan dalam
penyiapan laporan keuangan. Apabila lebih dari satu dasar pengukuran digunakan
dalam laporan keuangan, maka informasi yang disajikan cukup memadai untuk
dapat mengindikasikan aset dan kewajiban yang menggunakan dasar pengukuran
tersebut. Selanjutnya, dalam menentukan apakah kebijakan akuntansi tertentu harus
diungkapkan, manajemen mempertimbangkan apakah pengungkapan tersebut akan
membantu pengguna laporan untuk memahami bagaimana transaksi dan peristiwa
tercermin di laporan laba rugi dan neraca. Kebijakan akuntansi meliputi, tetapi tidak
terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:
a. pengakuan pendapatan;
b. prinsip-prinsip konsolidasi;
c. penggabungan usaha;
d. joint venture;
e. pengakuan beban termasuk metode penyusutan atau amortisasi aset berwujud
dan aset tidak berwujud;
f. kapitalisasi biaya pinjaman dan pengeluaran lainnya;
g. kontrak konstruksi;
h. properti investasi;
D. Unsur-unsur
cost), biaya kini (current cost), nilai realisasi (realizable value), nilai sekarang
(present value), nilai wajar (fair value) berdasarkan standar akuntansi yang
berlaku.
2) Dasar penyusunan laporan keuangan yaitu dasar akrual kecuali untuk laporan
arus kas.
3) Kebijakan akuntansi tertentu.
b. Kebijakan akuntansi meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal berikut:
1) Konsep dasar pengukuran laporan keuangan;
2) Prinsip-prinsip konsolidasi;
3) Transaksi dalam mata uang asing;
4) Kas dan setara kas;
5) Piutang dan penyisihan piutang;
6) Persediaan;
7) Aset tetap dan penyusutan;
8) Investasi dan penyertaan;
9) Biaya yang ditangguhkan;
10) Hutang usaha;
11) Pendapatan diterima dimuka;
12) Pengakuan pendapatan;
13) Pengakuan beban;
14) Pajak penghasilan;
15) Tunjangan karyawan;
16) Sewa (lease);
17) Kerja sama usaha; dan
18) Hibah pemerintah.
a. Hak minoritas
Rincian bagian pemegang saham minoritas atas aset bersih anak perusahaan untuk
masing-masing anak perusahaan.
b. Pos luar biasa
Sifat dan jumlah dari setiap unsur pos luar biasa, nilai pajak penghasilan yang
terkait dan nilai bersihnya.
c. Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan
Rincian bagian pemegang saham minoritas atas laba bersih anak perusahaan untuk
masing-masing anak perusahaan.
d. Transaksi hubungan istimewa
1) Rincian jumlah masing-masing pos aset, kewajiban, penghasilan dan beban
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa beserta persentasenya
terhadap total aset, kewajiban, penghasilan dan beban.
2) Penjelasan transaksi yang tidak berhubungan dengan kegiatan usaha utama
dan jumlah hutang/piutang sehubungan dengan transaksi tersebut.
3) Sifat hubungan, jenis dan unsur transaksi hubungan istimewa.
4) Kebijakan syarat transaksi serta pernyataan apakah penerapan kebijakan syarat
tersebut sama dengan kebijakan syarat untuk transaksi dengan pihak lain yang
tidak memiliki hubungan istimewa.
5) Alasan dan dasar dilakukannya pembentukan penyisihan kerugian piutang
yang terkait dengan hubungan istimewa.
e. Perubahan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar
1) Perubahan estimasi akuntansi
a) Hakikat dan alasan perubahan estimasi akuntansi;
b) Jumlah perubahan estimasi yang mempengaruhi periode berjalan; dan
c) Pengaruh estimasi terhadap periode mendatang. Jika penghitungan
pengaruh terhadap periode mendatang tidak praktis kenyataan tersebut
harus diungkapkan.
2) Perubahan kebijakan akuntansi
a) Hakikat, alasan dan tujuan dilakukannya perubahan kebijakan akuntansi;
(3) Nilai keseluruhan, mata uang, dan bagian yang telah direalisasi; dan
(4) Sanksi-sanksi
b) Uraian mengenai sifat, jenis, jumlah dan batasan-batasannya.
2) Pengungkapan kontinjensi
a) Untuk perkara/sengketa hukum:
(1) Pihak-pihak yang terkait;
(2) Jumlah yang diperkarakan;
(3) Latar belakang, isi dan status perkara dan pendapat hukum (legal
opinion); dan
(4) Probabilitas risiko dari peristiwa kontinjen diungkapkan berdasarkan
prinsip-prinsip manajemen risiko.
b) Untuk peraturan pemerintah yang mengikat, seperti masalah ketenaga-
kerjaan, diungkapkan uraian singkat tentang peraturan dan dampaknya.
c) Kemungkinan kewajiban pajak tambahan
(1) Jenis ketetapan/tagihan pajak, jenis pajak, tahun pajak serta jumlah
pokok dan denda/bunganya;
(2) Sikap perseroan terhadap ketetapan/tagihan pajak, misalnya keberat-
an, banding dan sebagainya.
h. Informasi penting lainnya
Informasi penting lainnya antara lain sifat, jenis, jumlah dan dampak dari peristiwa
atau keadaan tertentu yang mempengaruhi kinerja perseroan, seperti peristiwa/
keadaan yang mempengaruhi kelangsungan hidupnya.
i. Peristiwa setelah tanggal neraca
1) Uraian peristiwa, misalnya tanggal terjadinya, sifat peristiwa;
2) Jumlah moneter yang mempengaruhi pos-pos laporan keuangan.
j. Perkembangan terakhir standar akuntansi keuangan dan peraturan lainnya
1) Penjelasan mengenai standar akuntansi keuangan dan peraturan baru yang
akan diterapkan dan mempengaruhi aktivitas perseroan.
2) Estimasi dampak penerapan standar akuntansi keuangan dan peraturan baru
tersebut.
k. Reklasifikasi
Harus diungkapkan antara lain mengenai sifat, jumlah, dan alasan reklasifikasi
untuk setiap pos dalam tahun buku sebelum tahun buku terakhir yang disajikan
dalam rangka laporan keuangan komparatif.
Daftar Istilah
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang
tidak termasuk setara kas.
Aktivitas normal adalah setiap aktivitas yang dilakukan oleh sebuah perusahaan sebagai bagian
dari usahanya dan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan usaha utama perusahaan
tersebut.
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-
producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan.
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi modal dan pinjaman perusahaan.
Anak perusahaan adalah perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan lain (yang disebut
induk perusahaan).
Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.
Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dimana manfaat ekonomis di masa depan diharapkan akan diperoleh.
Aset dimiliki untuk dijual adalah aset tidak lancar yang nilai tercatatnya secara prinsip akan
dipulihkan melalui transaksi penjualan daripada kelanjutan pemakaian.
Aset kerjasama operasi adalah aset sehubungan dengan kerjasama operasi.
Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa
datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali perusahaan.
Aset lancar adalah aset yang diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan, dimiliki untuk diperdagangkan atau
untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisir dalam jangka waktu 12 bulan
dari tanggal neraca, atau berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
Aset lancar lainnya adalah aset lancar yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu pos-pos
aset lancar yang ada dan tidak cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri.
Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada periode mendatang
sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi
kerugian.
Aset sewaan (leased asset) adalah aset yang diperoleh melalui perjanjian sewa yang diklasifikasi-
kan sebagai sewa pembiayaan.
Aset tanaman adalah aset tetap yang berupa tanaman perkebunan yang terdiri dari tanaman
belum menghasilkan (TBM) dan tanaman telah menghasilkan (TM).
Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan
diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai
wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang
atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif.
Aset tidak lancar adalah semua aset yang tidak termasuk kategori aset lancar, seperti yang telah
disebutkan pada klasifikasi aset lancar di atas.
Aset tidak lancar lainnya adalah pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam
kelompok pos aset tidak lancar yang ada dan tidak secara material untuk disajikan
tersendiri.
Aset yang memenuhi syarat adalah suatu aset yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar
siap digunakan atau dijual sesuai dengan tujuannya.
Bagian kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo adalah bagian dari utang jangka
panjang yang telah jatuh tempo dalam periode berjalan atau akan dilunasi dalam waktu
kurang dari satu tahun.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus
keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Beban nonusaha adalah beban yang tidak berhubungan dengan pelaksanaan usaha atau beban
aktivitas pendukung atau bukan aktivitas utama perusahaan, baik beban lainnya (other
expenses) dan kerugian (lost).
Beban pajak atau penghasilan pajak adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan yang
diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada satu periode.
Beban pajak penghasilan adalah jumlah agregat beban pajak kini dan pajak tangguhan yang
diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada satu periode.
Beban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang untuk periode mendatang
sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
Beban pokok penjualan adalah biaya suatu produk yang dijual.
Beban tangguhan adalah biaya-biaya yang pada awalnya diakui sebagai aset tetapi diperkirakan
akan menjadi beban selama waktu tertentu atau melalui operasi normal suatu usaha.
Beban usaha adalah beban yang berhubungan dengan pelaksanaan usaha tetapi tidak dapat
dibebankan secara langsung kepada produk atau jasa yang dijual.
Beban yang masih harus dibayar adalah beban yang telah diakru hingga tanggal neraca. Pada
umumnya beban ini belum dibayar karena dokumen penagihan belum diterima atau akibat
jatuh tempo pembayarannya.
Biaya bahan langsung adalah biaya bahan yang menjadi bagian yang menyatu dari suatu produk
jadi dan jumlahnya signifikan dari total biaya produksi.
Biaya dibayar dimuka adalah pembayaran biaya dimuka yang manfaatnya akan digunakan di
dalam satu periode yang akan datang.
Biaya overhead produksi adalah biaya selain biaya bahan langsung atau biaya tenaga kerja
langsung yang terjadi dalam proses produksi suatu produk.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain
yang diberikan untuk memperoleh atau membudidayakan aset tanaman sampai dengan aset
tanaman tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan sesuai dengan
tujuan.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan
lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi
atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui
sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.
Biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung perusahaan sehubungan
dengan peminjaman dana.
Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan perolehan, konstruksi atau produksi aset yang memenuhi syarat sebagai
bagian dari biaya perolehan aset tersebut. Biaya pinjaman selain itu diakui sebagai beban
pada periode terjadinya.
Biaya produksi adalah biaya untuk memproduksi suatu produk yang terdiri dari biaya bahan
langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead produksi.
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang terlibat langsung dalam mengubah
bahan menjadi produk jadi dan jumlahnya signifikan dari total biaya produksi.
Dasar pengenaan pajak aset atau kewajiban adalah nilai aset atau kewajiban yang diakui oleh
Direktorat Jenderal Pajak dalam penghitungan laba fiskal.
Dasar pengenaan pajak aset atau kewajiban adalah nilai aset atau kewajiban yang diakui oleh
Direktorat Jenderal Pajak dalam penghitungan laba fiskal.
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian perusahaan (nasabah penyimpan) dengan bank.
Diskon adalah jumlah kurang harga jual obligasi daripada nilai par.
Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka
atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan utang piutang antara kreditor dengan
entitas yang menerbitkan efek.
Ekuitas adalah hak residual pemilik atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban.
Harga jual neto adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan aset dalam transaksi antar
pihak-pihak yang bebas (arm’s length transaction), setelah dikurangi biaya yang terkait.
Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja (selain pesangon pemutusan kontrak kerja
dan imbalan berbasis ekuitas) yang jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan jasa.
Induk perusahaan adalah perusahaan yang memiliki satu atau lebih anak perusahaan.
Investasi jangka panjang adalah investasi yang tidak segera dicairkan dan dimaksudkan untuk
dimiliki lebih dari satu tahun yang berbentuk aset keuangan.
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk
dimiliki selama satu tahun atau kurang, yang berbentuk aset keuangan.
Investasi pada perusahaan asosiasi adalah penanaman dana dalam bentuk kepemilikan saham
pada perusahaan lain untuk tujuan jangka panjang di mana investor mempunyai pengaruh
signifikan.
Investasi pada perusahaan lainnya adalah penanaman dana dalam bentuk kepemilikan saham
pada perusahaan lain untuk tujuan jangka panjang di mana investor tidak mempunyai
pengaruh signifikan.
Investor adalah perusahaan yang memiliki investasi dalam saham pada anak perusahaan dan
atau perusahaan asosiasi.
Joint venture adalah perjanjian kontraktual yang melibatkan dua atau lebih pihak-pihak untuk
melakukan kegiatan ekonomi yang dikendalikan bersama.
Jumlah tercatat adalah nilai yang disajikan dalam neraca setelah dikurangi akumulasi penyusutan
dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah nilai yang lebih tinggi antara harga jual neto dengan
nilai pakai suatu aset.
Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan suatu aset, atau jumlah lain yang menjadi
pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya.
Kas adalah mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun mata uang asing yang masih berlaku
sebagai alat pembayaran yang sah.
Kerjasama operasi adalah investasi dalam bentuk kerjasama antara 2 (dua) pihak atau lebih
untuk melakukan suatu usaha bersama dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang
dimiliki dan secara bersama-sama menanggung risiko usaha tersebut sesuai perjanjian.
Kewajiban adalah utang masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya yang mengandung manfaat
ekonomi.
Kewajiban diestimasi adalah kewajiban perusahaan yang jumlah dan waktunya belum pasti.
Kewajiban diestimasi jangka panjang adalah kewajiban perusahaan yang jumlah dan waktunya
belum pasti yang dibentuk untuk estimasi pengeluaran dalam jangka panjang (diperkirakan
akan diselesaikan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus normal operasi perusahaan atau
jatuh tempo dalam jangka waktu lebih dari dua belas bulan dari tanggal neraca).
Kewajiban diestimasi jangka pendek adalah kewajiban perusahaan yang jumlah dan waktunya
belum pasti serta dibentuk untuk estimasi pengeluaran dalam jangka pendek (diperkirakan
akan diselesaikan dalam jangka waktu satu siklus normal operasi perusahaan atau jatuh
tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca).
Kewajiban hukum adalah kewajiban yang timbul dari suatu kontrak legislasi atau peraturan
perundang-undangan, atau pelaksanaan produk hukum lainnya.
Kewajiban imbalan kerja jangka panjang adalah kewajiban atas imbalan kerja yang jatuh tempo
lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan
jasa.
Kewajiban imbalan kerja jangka pendek adalah kewajiban atas imbalan kerja (selain pesangon
pemutusan kontrak kerja dan imbalan berbasis ekuitas) yang jatuh tempo dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan jasa.
Kewajiban jangka panjang adalah semua kewajiban selain yang termasuk sebagai kewajiban
jangka pendek seperti yang dijelaskan di atas.
Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka
waktu siklus normal operasional perusahaan, atau jatuh tempo dalam jangka waktu dua
belas bulan dari tanggal neraca.
Kewajiban keuangan adalah setiap kewajiban yang berupa:
(1) kewajiban kontraktual:
(a) untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada perusahaan lain; atau
(b) untuk mempertukarkan aset keuangan atau kewajiban keuangan yang berpotensi tidak
menguntungkan.
(2) kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas yang
diterbitkan oleh perusahaan dan merupakan:
(a) nonderivatif yang perusahaan harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima suatu
jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh perusahaan; atau
(b) derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan sejumlah
tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang
diterbitkan oleh perusahaan.
Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari tindakan perusahaan yang dalam hal
ini berdasarkan praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasi atau pernyataan
baru yang cukup spesifik, perusahaan telah memberikan indikasi kepada pihak lain
bahwa perusahaan akan menerima tanggung jawab tertentu dan akibatnya, perusahaan
telah menimbulkan ekspektasi kuat dan sah kepada pihak lain bahwa perusahaan akan
melaksanakan tanggung jawab tersebut.
Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan usaha normal dikurangi
dengan taksiran biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penjualan, jika ada.
Nilai residu aset adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh saat ini dari pelepasan aset,
setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika aset tersebut telah mencapai umur dan
kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak
yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar
(arm’s length transaction).
Obligasi adalah instrumen utang jangka panjang yang mencerminkan kewajiban kontraktual
perusahaan untuk membayar bunga dan pokok.
Pajak dibayar dimuka adalah pembayaran pajak yang akan diperhitungkan dengan kewajiban
pajak.
Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan terutang atas penghasilan kena pajak pada satu
periode.
Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan, pajak ini
dikenakan atas penghasilan kena pajak.
Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang setelah pelunasannya, kewajiban pajak
telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak digabungkan
dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final.
Pembayaran sewa minimum (minimum lease payments) adalah pembayaran selama masa
sewa yang harus dibayar oleh lessee atau lessee dapat dituntut untuk membayar, tidak
meliputi rental kontinjen, biaya jasa, dan pajak yang dibayar oleh dan diberikan gantinya
kepada lessor, ditambah dengan jumlah yang dijamin oleh lessee atau oleh pihak yang
terkait dengan lessee.
Pendapatan (revenue) adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa.
Pendapatan diterima dimuka adalah uang yang diterima dari pihak lain sehubungan dengan
penjualan produk yang akan dilakukan oleh perusahaan di masa depan, tetapi produk
tersebut belum diserahkan kepada pemesan.
Pendapatan nonusaha (non-operating revenue) adalah semua jenis pendapatan perusahaan
yang berasal dari aktivitas pendukung atau bukan aktivitas utama perusahaan, baik
pendapatan lainnya (other revenues) dan keuntungan (gain).
Pendapatan usaha (operating revenue) adalah pendapatan yang diperoleh dari aktivitas yang
disebutkan dalam anggaran dasar perusahaan.
Penerusan pinjaman adalah pinjaman yang berasal dari dalam dan luar negeri kepada BUMN/
perusahaan terbatas atau yang dipersamakan.
Pengaruh signifikan adalah penyertaan dalam pengambilan keputusan kebijakan keuangan
dan operasi suatu perusahaan, tetapi tidak mengendalikan kebijakan tersebut. Pengaruh
signifikan dapat dijalankan dengan berbagai cara antara lain berdasarkan perwakilan dalam
dewan komisaris atau penyertaan dalam proses perumusan kebijakan, transaksi antar
perusahaan yang material, pertukaran karyawan manajerial, atau ketergantungan pada
informasi teknis pengaruh signifikan dapat diperoleh berdasarkan kepemilikan bersama,
anggaran dasar, atau perjanjian.
Pengendalian adalah kekuatan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasi dari sebuah
perusahaan untuk mendapat manfaat dari aktivitasnya.
Pengendalian bersama adalah pengendalian bersama oleh para venturer atas suatu kegiatan
usaha yang didasarkan pada perjanjian kontraktual.
Pengendalian Bersama Aset (PBA) adalah kegiatan joint ventures dimana para venturer
melakukan pengendalian bersama dan kepemilikan bersama atas satu atau lebih aset yang
diserahkan oleh venturer, atau dibeli untuk digunakan dalam melaksanakan kegiatan joint
ventures. Masing-masing venturer dapat mengambil bagiannya atas output yang dihasilkan
oleh aset tersebut dan masing-masing memikul bagiannya atas beban yang terjadi.
Pengendalian Bersama Operasional (PBO) adalah kegiatan joint ventures yang meliputi
pemanfaatan aset dan sumber daya lainnya dari para venturer dan tidak memerlukan
pembentukan suatu perusahaan terbatas, firma, badan usaha lain atau suatu pengelolaan
keuangan yang terlepas dari venturer. Perjanjian joint ventures biasanya mengatur cara
pembagian pendapatan dari penjualan produk bersama dan pembagian beban bersama
lainnya yang terjadi.
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal (shareholder).
Penghasilan kena pajak atau laba fiskal atau rugi pajak adalah laba atau rugi selama satu periode
yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar penghitungan
pajak penghasilan.
Piutang antar badan hukum jangka pendek adalah piutang yang timbul sebagai akibat dari
transaksi nonusaha dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, selain untuk
pos yang telah ditentukan penyajiannya dan akan diselesaikan dalam satu periode setelah
tanggal neraca.
Piutang lain-lain adalah piutang selain dari kegiatan usaha atau piutang selain piutang usaha.
Piutang perkebunan inti plasma (plasma) adalah piutang yang berasal dari program perkebunan
inti plasma yang sumber dananya berasal dari perbankan, bukan pemerintah, dan akan
diselesaikan lebih dari satu periode setelah tanggal neraca.
Piutang perkebunan inti rakyat (PIR) adalah piutang yang berasal dari program perkebunan inti
rakyat yang sumber dananya berasal dari pemerintah dan akan diselesaikan lebih dari satu
periode setelah tanggal neraca.
Piutang usaha adalah jumlah tagihan terhadap pihak lain atas penjualan barang atau pemberian
jasa yang merupakan bagian dari kegiatan usaha sesuai anggaran dasar.
Premium adalah jumlah lebih harga jual obligasi daripada nilai par.
Produk sampingan (by product) adalah produk yang tidak dimaksudkan untuk dihasilkan dari
suatu proses produksi yang serentak dan mempunyai nilai yang relatif rendah.
Produk tanaman adalah produk yang dihasilkan dari aset tanaman.
Produk utama (main product) adalah produk yang dimaksudkan untuk dihasilkan dari suatu
proses produksi yang serentak.
Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau
kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk
menghasilkan pendapatan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif
atau dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Properti yang digunakan sendiri adalah properti yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui
sewa pembiayaan) untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau
untuk tujuan administratif
Rugi penurunan nilai adalah selisih dari jumlah tercatat suatu aset dengan jumlah yang dapat
diperoleh kembali dari aset tersebut.
Saldo laba adalah laba bersih setelah pajak yang belum didistribusikan yang terdiri dari laba atau
rugi tahun lalu yang penggunaannya belum ditetapkan oleh RUPS ditambah laba atau rugi
tahun berjalan.
Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali adalah selisih antara harga pengalihan
dan jumlah tercatat setiap transaksi restrukturisasi entitas sepengendali.
Selisih penilaian aset dan kewajiban adalah selisih antara nilai wajar dan jumlah tercatat
seluruh aset dan kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan sebagai akibat diadakannya kuasi
reorganisasi perusahaan.
Selisih penilaian efek adalah selisih nilai wajar efek dalam kategori “tersedia untuk dijual” antara
tanggal neraca periode sekarang dengan saat dibeli.
Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka sangat pendek
dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko
perubahan nilai yang signifikan.
Setara kas adalah penempatan dana sementara untuk kepentingan likuiditas perusahaan dan
dengan cepat dapat dijadikan kas tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
Sewa (lease) adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk
menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee
melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.
Sewa operasi (operating lease) adalah sewa selain sewa pembiayaan.
Sewa pembiayaan (finance lease) adalah sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh
risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya
dapat dialihkan, dapat juga tidak dialihkan.
Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran
atau penerimaan kas di masa datang selama perkiraan umur dari instrumen keuangan,
atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat
bersih dari aset keuangan atau kewajiban keuangan.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah
pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat keputusan yang menentukan
tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau
tidak seharusnya terutang.
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat keputusan yang menentukan jumlah pajak yang
terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak.
Surat Tagihan Pajak adalah surat yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk melakukan
tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
Tambahan modal disetor adalah selisih lebih dari nilai nominal saham yang telah diterima
perusahaan dari pihak ketiga.
Umur manfaat adalah suatu periode di mana aset diharapkan akan digunakan oleh entitas atau
jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh
entitas.
Utang antar badan hukum jangka panjang adalah utang yang timbul sebagai akibat dari transaksi
nonusaha dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, selain untuk pos yang telah
ditentukan penyajiannya, dan akan diselesaikan lebih dari satu periode setelah tanggal
neraca.
Utang antar badan hukum jangka pendek adalah utang yang timbul sebagai akibat dari transaksi
nonusaha dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, selain untuk pos yang telah
ditentukan penyajiannya, dan akan diselesaikan dalam satu periode setelah tanggal neraca.
Utang bank jangka panjang adalah kewajiban kepada bank atau lembaga keuangan yang akan
dibayar atau diselesaikan dalam periode lebih dari satu tahun atau satu siklus normal
operasional perusahaan, mana yang lebih panjang yang digunakan untuk pelaksanaan
kegiatan perusahaan.
Utang bank jangka pendek adalah kewajiban kepada bank atau lembaga keuangan yang akan
dibayar atau diselesaikan dalam periode kurang dari 1 (satu) tahun atau satu siklus normal
operasional perusahaan yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatannya.
Utang kepada pemerintah adalah utang yang timbul dari pemberian pinjaman oleh pemerintah
yang bersumber dari penerusan pinjaman.
Utang medium term note (MTN) atau surat utang jangka menengah adalah surat utang yang
memiliki jangka waktu antara 3 (tiga) hingga 10 (sepuluh) tahun, namun masanya bisa saja
hanya 1 (satu) tahun.
Utang pajak adalah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan dan yang sudah dipungut oleh
perusahaan tetapi belum disetorkan ke kas negara berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Utang sewa pembiayaan adalah kewajiban kepada perusahaan pembiayaan (lessor) sebagai
akibat perjanjian sewa pembiayaan (finance lease) yang dilakukan oleh perusahaan (lessee)
untuk pelaksanaan kegiatan operasional.
Utang usaha adalah kewajiban yang timbul karena pengadaan kebutuhan barang atau jasa untuk
pelaksanaan aktivitas operasional.
Venturer adalah salah satu pihak dalam joint ventures yang ikut melakukan pengendalian
bersama terhadap joint ventures tersebut.