You are on page 1of 350

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan

Pedoman Akuntansi
BUMN Perkebunan
PT. Perkebunan Nusantara I - XIV (Persero)
PT. Rajawali Nusantara Indonesia

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.ii i 23/07/2008 12:53:01


Halaman ini sengaja dikosongkan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iii ii 23/07/2008 13:00:13


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan

Kata Sambutan
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan bimbingan-Nya kepada kita semua, sehingga dalam waktu yang relatif
singkat kita dapat menyelesaikan penyusunan Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan.
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan ini telah mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan
(SAK), International Accounting Standard/International Financial Reporting Standards (IAS/IFRS)
dan telah mengakomodasi ketentuan-ketentuan Bapepam-LK. Pedoman ini juga berisi perlakuan
akuntansi yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta memperhatikan
karakteristik BUMN Perkebunan di Indonesia. Mengingat hingga saat ini, IAS 41: Agriculture
belum diadopsi, maka diharapkan pedoman ini dapat digunakan sebagai acuan khususnya bagi
manajemen BUMN Perkebunan dalam menyusun laporan keuangan.
Dengan diberlakukannya standar akuntansi yang sama sebagai Pedoman Akuntansi BUMN
Perkebunan, diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan yang transparan, relevance,
reliable, dan comparable antar BUMN Perkebunan ataupun dengan perusahaan swasta sejenis,
sehingga mempermudah penilaian kinerja dan pengambilan keputusan oleh pemegang saham
guna meningkatkan daya saing BUMN Perkebunan. Semoga Pedoman Akuntansi BUMN Per-
kebunan ini juga bermanfaat bagi perusahaan lain yang bergerak di sektor perkebunan.
Kami menyadari bahwa perkembangan dunia usaha, khususnya perkebunan, akan terus
mengalami perubahan sesuai dengan dinamika tantangan yang akan dihadapi dalam persaingan
perekonomian global. Untuk itu pedoman yang disusun saat ini tentu saja bukan merupakan
suatu pedoman yang kaku, yang tidak terlepas dari tuntutan perbaikan dan penyempurnaan.
Oleh karena itu masih terbuka peluang bagi saran dan perbaikan atas buku pedoman ini.

iii

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iiii iii 23/07/2008 13:00:13


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan

Akhirnya, kami sampaikan selamat dan terima kasih kepada seluruh Anggota Tim yang telah
bekerja keras dalam menyelesaikan penyusun Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan, semoga
Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi seluruh upaya kita. Amin

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Jakarta, Maret 2008

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA

SOFYAN A. DJALIL

iv

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iiv iv 23/07/2008 13:00:13


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan

Sambutan Ketua Dewan Pengurus Nasional


Ikatan Akuntan Indonesia

Kegiatan usaha perkebunan di Indonesia mengalami perkembangan yang terus berkesi-


nambungan dari waktu ke waktu. Dinamisasi perkembangan tersebut berjalan seiring dengan
berbagai faktor yang mempengaruhinya, seperti perubahan regulasi, perkembangan teknologi,
tuntutan para pelanggan, dan perkembangan berbagai bentuk kerjasama usaha antara BUMN
Perkebunan dan mitra usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional usaha.
Perkembangan kegiatan usaha tersebut agar dapat berjalan dengan baik memerlukan
berbagai infrastruktur pendukung yang memadai. Salah satu bentuk infrastruktur yang diperlukan
adalah ketentuan-ketentuan yang terkait dengan akuntansi. Akuntansi dipandang sebagai salah
satu infrastruktur yang penting karena melalui proses akuntansi inilah seluruh kegiatan, khususnya
yang bersifat kuantitatif, akan didokumentasikan. Selanjutnya, melalui proses akuntansi ini, juga
akan dihasilkan suatu laporan keuangan yang sangat berguna sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan para stakeholder dari perusahaan pelabuhan.
Laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan usaha harus
memiliki kualitas yang baik. Suatu laporan keuangan dikatakan berkualitas jika memenuhi syarat
karakteristik kualitatif laporan keuangan yang terdiri dari andal, relevan, dapat diperbandingkan
(comparability), dan dapat dipahami (understandability). Untuk mencapai kualitas tersebut,
suatu laporan keuangan harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
(PABU). Pondasi utama dari PABU di Indonesia adalah kerangka dasar (conceptual framework),
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan interpretasinya.
Berkaitan dengan penyajian dan penyusunan laporan keuangan yang berkualitas dan
transparansi dunia usaha tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memiliki komitmen yang
tinggi untuk mencapai hal tersebut. Salah satu bentuknya, dengan melakukan perumusan
dan penyempurnaan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi PSAK
secara terus-menerus dan berkesinambungan selaras dengan International Financial Reporting
Standards (IFRS). Hingga saat ini sudah 65 PSAK dan 7 Interpretasi PSAK yang diterbitkan. Jumlah
ini tentunya akan terus disempurnakan dan bertambah di kemudian hari.
Seluruh ketentuan akuntansi tersebut, jika dikaitkan dengan kegiatan atau transaksi-
transaksi usaha BUMN Perkebunan, tentunya tidak seluruhnya relevan. Sehingga, diperlukan
suatu pedoman akuntansi yang di dalamnya merupakan kodifikasi atas ketentuan-ketentuan
akuntansi yang relevan dengan kegiatan perusahaan perkebunan dan memberikan panduan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iv v 23/07/2008 13:00:13


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan

perlakuan akuntansi terperinci atas transaksi yang terjadi. Dengan demikian, diharapkan akan
memudahkan pemahaman dan menyeragamkan penyusunan laporan keuangan oleh perusahaan
BUMN Perkebunan.
Penyusunan sebuah pedoman akuntansi bukanlah merupakan tugas dan kewenangan
dari Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI. Produk DSAK hanya berupa PSAK dan
interpretasinya. Sedangkan untuk menyusun pedoman akuntansi biasanya dilakukan oleh
asosiasi industri atau regulator yang terkait dengan industri tersebut dengan mengacu, antara
lain, pada kerangka dasar, PSAK dan interpretasi PSAK yang diterbitkan oleh DSAK IAI. Dengan
demikian, pedoman tersebut diharapkan dapat menjadi bagian dari PABU di Indonesia.
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan (PABP) merupakan pedoman akuntansi yang proses
penyusunannya mengacu kepada kerangka dasar, PSAK dan interpretasi PSAK yang relevan
dengan transaksi-transaksi yang ada di BUMN Perkebunan. Untuk itu, Ikatan Akuntan Indonesia
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas sikap proaktif dan kepedulian
Kementerian Negara BUMN dan BUMN Perkebunan, yang meliputi PT. Perkebunan Nusantara
I-XIV (Persero) dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia, terhadap profesi akuntansi yang telah
mempelopori penyusunan pedoman akuntansi ini.
Akhirnya pada kesempatan ini kami Dewan Pengurus Nasional IAI mengucapkan terima
kasih dan memberikan penghargaan kepada Tim Penyusun, atas jerih payah dan kerja samanya
dalam penyusunan buku pedoman akuntansi ini. Semoga kerja sama ini dapat terus ditingkatkan
lagi di masa mendatang.

Jakarta, Maret 2008

KETUA DEWAN PENGURUS NASIONAL


IKATAN AKUNTAN INDONESIA

AHMADI HADIBROTO

vi

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.ivi vi 23/07/2008 13:00:13


KEMENTERIAN NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
Nomor : S-194/D4.MBU/2007 Agustus 2007
Lampiran : -
Hal : Penyusunan Pedoman Akuntansi Perusahaan Perkebunan

Yth.:
1. Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara VI (Persero)
2. Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara VII (Persero)
3. Direktur keuangan PT Perkebunan Nusantara I - XIV (Persero)
Di
Tempat

Sehubungan dengan rencana standarisasi Laporan Keuangan PT Perkebunan


Nusantara yang akan dilakukan bekerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia kiranya perlu
disusun Pedoman Akuntansi Perusahaan Perkebunan yang dapat digunakan sebagai acuan
dalam menyusun Laporan Keuangan Perusahaan yang disesuaikan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir.
Berdasarkan hasil rapat tanggal 14 Agustus 2007 di Kantor Kementerian Negara
BUMN, telah disepakati bahwa untuk pelaksanaan kegiatan tersebut telah ditunjuk Direktur
Keuangan PTPN XI sebagai koordinator. Selanjutnya agar pelaksanaan program dimaksud
segera dilaporkan kepada kami.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih.

Deputi Bidang Usaha Agro Industri,


Kehutanan, Kertas, Percetakan dan penerbitan

Agus Pakpahan
NIP 080035291

Kp: D4./MBU.11/VIII
Tembusan:
Menteri Negara BUMN, sebagai laporan

Jl. Dr Wahidin Raya No. 2, Gedung Departemen Keuangan Enam Belas Lantai – Jakarta 10710
Telepon (021) 34832020 (Hunting), Faksimili (021) 3864442, http://www.bumn-ri.com

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.ivii vii 23/07/2008 13:00:14


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan

Tim Penyusun
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan
Tim Pengarah : DR. Ir. Agus Pakpahan Deputi AIPKP & P
Drs. Megananda, MBA Asdep Perkebunan I
Ignatius Rusdonobanu, SE, MSc. Asdep Perkebunan II
Ir. H. Abdul Halik, MM Ketua BMD PTPN & PT RNI
Drs. Atjeng Sastrawidjaja Ikatan Akuntan Indonesia
Drs. M. Jusuf Wibisana, M.Ec. Ikatan Akuntan Indonesia
Roy Iman Wirahardja, SE., Ak., BAP Ikatan Akuntan Indonesia

Koordinator : Drs. Soenarri Yono BS, Ak, MM. Direktur Keuangan PTPN XI

Tim Perumus : Drs. H. Darmansyah Simamora Direktur Keuangan PTPN I


Naif Ali Dahbul Direktur Keuangan PTPN II
Drs. Johannes Sitepu Direktur Keuangan PTPN III
Ir. Setia Darma Sebayang, M.M. Direktur Keuangan PTPN IV
Drs. Erwan Pelawi, M.B.A. Direktur Keuangan PTPN V
Drs. H. Ahmad Karimudin, M.M. Direktur Keuangan PTPN VI
Ir. Boyke Budiono Direktur Keuangan PTPN VII
Ir. Ishaq. Z. Soediredja, M.M. Direktur Keuangan PTPN VIII
Drs. Akhmad Amien Mastur, M.B.A. Direktur Keuangan PTPN IX
Ir. Thendri Supriatno, M.B.A. Direktur Keuangan PTPN X
Ir. Retno Mursudarini, M.Si Direktur Keuangan PTPN XII
Drs. Natsir Tarigan Direktur Keuangan PTPN XIII
Ir. Suhardjito, M.Sc. Direktur Keuangan PTPN XIV
Drs. Sugianto UK, Ak. Direktur Keuangan PT RNI
Drs. Yuni Suryanto, Ak., MBA. Kabid Perkebunan I
Ir. Wahyu Kuncoro, MM. Kabid Perkebunan II
Sri Yanto Ikatan Akuntan Indonesia
Yakub Ikatan Akuntan Indonesia
Rakhmat Adi Santoso Ikatan Akuntan Indonesia
Nursatyo Kurniawan Ikatan Akuntan Indonesia

viii

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iviii viii 23/07/2008 13:00:14


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan

Tim Teknis : YB. Priatmo Hadi KaSubid Perkebunan II


Ruslan Nasution PT Perkebunan Nusantara I
Syamsul Lubis PT Perkebunan Nusantara II
H. Arih Muli Bangun PT Perkebunan Nusantara III
Budi Susanto PT Perkebunan Nusantara IV
H. Parlindungan Lubis PT Perkebunan Nusantara V
Arfinaldi PT Perkebunan Nusantara VI
Sapta Yoga PT Perkebunan Nusantara VII
Ahmad Kertabumi PT Perkebunan Nusantara VIII
Dikdik Purwana PT PerkebunanNusantara VIII
Umar Affandi PT Perkebunan Nusantara IX
Ris Sumanger PT Perkebunan Nusantara IX
Nurul Fatih PT Perkebunan Nusantara X
TP Harianja PT Perkebunan Nusantara X
Titis Adji Wisanggeni PT Perkebunan Nusantara XI
Fallen Wicaksono PT Perkebunan Nusantara XI
Ali Machfud PT Perkebunan Nusantara XII
Bambang Widjanarko PT Perkebunan Nusantara XII
Darwin Tarigan PT Perkebunan Nusantara XIII
Andi Aco PT Perkebunan Nusantara XIV
Nurdin Iswajudi PT Rajawali Nusantara Indonesia
Ashari Effendi PT Rajawali Nusantara Indonesia I
Sudewo Santoso PT Rajawali Nusantara Indonesia II
Samsul Bahri Lembaga Pendidikan Perkebunan Medan
Dwi Ariani Suryaningrum Lembaga Pendidikan Perkebunan Yogyakarta
Eka Supriyati Ikatan Akuntan Indonesia
Juni Lisa Ikatan Akuntan Indonesia
Nurwidodo Pristwanto Ikatan Akuntan Indonesia
Mansur Ikatan Akuntan Indonesia

ix

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iix ix 23/07/2008 13:00:14


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan

Daftar Isi
Kata Sambutan ............................................................................................................... iii

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara .................................................................... iii

Sambutan Ketua Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia ........................... iv

SK Penyusunan Pedoman Akuntansi Perusahaan Perkebunan ........................................ vii

Tim Penyusun Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan .................................................. vi

Bagian I Pendahuluan ................................................................................................ 1


A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan dan Ruang Lingkup ........................................................................... 2
C. Referensi Penyusunan .................................................................................. 2
D. Bangun Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum dan Ketentuan Lain .......... 3

Bagian II Laporan Keuangan BUMN Perkebunan ......................................................... 5


A. Karakteristik Perseroan ................................................................................ 5
B. Ketentuan Umum Laporan Keuangan ......................................................... 6
C. Keterbatasan Laporan Keuangan.................................................................. 16

Bagian III Neraca (Laporan Posisi Keuangan) ................................................................ 19


A. Akuntansi Aset ............................................................................................. 19
B. Akuntansi Kewajiban .................................................................................... 152
C. Akuntansi Ekuitas ......................................................................................... 240
D. Ilustrasi ......................................................................................................... 260

Bagian IV Laporan Laba Rugi ........................................................................................ 263


A. Pengertian ................................................................................................... 263
B. Penghasilan .................................................................................................. 263
C. Beban ........................................................................................................... 276
D. Pos Luar Biasa .............................................................................................. 287
E. Pajak Penghasilan ......................................................................................... 290
F. Ilustrasi ......................................................................................................... 294

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.ix x 23/07/2008 13:00:14


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan

Bagian V Laporan Perubahan Ekuitas........................................................................... 295


A. Pengertian ................................................................................................... 295
B. Dasar Pengaturan ......................................................................................... 295
C. Penjelasan .................................................................................................... 296
D. Ilustrasi ......................................................................................................... 296

Bagian VI Laporan Arus Kas .......................................................................................... 299


A. Pengertian .................................................................................................... 299
B. Dasar Pengaturan ......................................................................................... 300
C. Penjelasan .................................................................................................... 302
D. Ilustrasi ......................................................................................................... 306

Bagian VII Catatan Atas Laporan Keuangan .................................................................... 309


A. Pengertian ................................................................................................... 309
B. Dasar Pengaturan ......................................................................................... 310
C. Penjelasan ................................................................................................... 314
D. Unsur-unsur ................................................................................................. 317

Daftar Istilah ............................................................................................................... 325

xi

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.ixi xi 23/07/2008 13:00:14


Halaman ini sengaja dikosongkan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.ixii xii 23/07/2008 13:00:14


Bagian 1 I P e n d a h u l u a n

Bagian I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Usaha di bidang perkebunan mengalami perkembangan yang pesat dan semakin dinamis
akhir-akhir ini. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut, seperti
perkembangan teknologi perkebunan yang semakin maju, meningkatnya permintaan hasil
perkebunan seiring meningkatnya harga minyak bumi yang membuat hasil perkebunan
menjadi alternatif penggantinya, dan munculnya otonomi daerah yang berdampak terhadap
pengelolaan usaha perkebunan.
Selain itu, semakin meningkatnya tuntutan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
usaha seiring keterbukaan informasi yang difasilitasi oleh keberadaan teknologi komunikasi
dan informasi yang semakin maju dan semakin murah. Tata kelola korporasi yang baik (good
corporate governance) merupakan suatu hal yang tidak terelakkan, apalagi bagi BUMN
Perkebunan (untuk selanjutnya disebut “perseroan”) yang sahamnya dimiliki negara.
Perkembangan dan kondisi di atas mempengaruhi perseroan dalam pelaporan keuangannya
supaya lebih sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,
di mana harus mengakui, mengukur, menyajikan, dan mengungkapkan suatu transaksi
keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia sebagai salah satu penyusun standar akuntansi keuangan untuk entitas
privat atau nonpemerintah. Selama ini diantara perseroan sering terjadi perbedaan
perlakuan akuntansi untuk transaksi yang sama. Hal ini tentunya menjadi masalah tersendiri
bagi para pengguna laporan keuangan pada umumnya, khususnya pemegang saham, dalam
mengevaluasi kinerja setiap perseroan. Untuk itu dipandang perlu menyempurnakan
pedoman akuntansi yang sudah ada.
Dalam memperbaiki permasalahan tersebut, maka Badan Musyawarah Direksi PT. Perkebun-
an Nusantara, yang mewakili PT. (Persero) Perkebunan Nusantara I s/d XIV dan PT. (Persero)
Rajawali Nusantara Indonesia, bekerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia berinisiatif
untuk menyusun Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan (untuk selanjutnya disebut
“Pedoman”) yang terapan dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I1

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec2:1 Sec2:1 23/07/2008 13:00:14


Bagian 1 I P e n d a h u l u a n

B. Tujuan dan Ruang Lingkup


1. Tujuan Pedoman ini adalah:
a. Membantu penyusun dalam menyusun laporan keuangan.
b. Menciptakan keseragaman dalam penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian
laporan keuangan. Keseragaman penyajian sebagaimana diatur dalam Pedoman ini
tidak menghalangi setiap perseroan untuk menambah informasi yang relevan bagi
pengguna laporan keuangan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
c. Menjadi acuan minimal dalam menyusun laporan keuangan perseroan.
d. Menjadi referensi bagi pemerhati akuntansi perseroan untuk lebih mengenal
tentang penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangannya.
2. Ruang lingkup Pedoman ini adalah sebagai berikut:
a. Pedoman ini berlaku untuk laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh
perseroan.
b. Perusahaan-perusahaan perkebunan yang berada di luar perseroan dapat pula
menggunakan Pedoman ini dalam menyusun laporan keuangan.
c. Apabila perseroan memiliki usaha rumah sakit yang sudah menjadi entitas hukum
tersendiri maka usaha rumah sakit tersebut menggunakan Pedoman Akuntansi
Rumah Sakit (PARSI). Sedangkan usaha rumah sakit yang belum menjadi entitas
hukum tersendiri menggunakan kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh
manajemen perseroan.
d. Hal-hal yang tidak secara khusus diatur dalam Pedoman ini wajib mengacu kepada
standar akuntansi yang terkait.

C. Referensi Penyusunan
1. Penyusunan Pedoman ini didasarkan pada referensi yang relevan dan mencakup,
antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
c. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

2 I Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec2:2 Sec2:2 23/07/2008 13:00:14


Bagian 1 I P e n d a h u l u a n

f. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan


Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/
Daerah.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.
h. Anggaran Dasar masing-masing perseroan.
i. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK), Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan
(ISAK).
j. Peraturan perundang-undangan lain yang relevan dengan laporan keuangan.
2. Jika PSAK memberikan pilihan atas suatu perlakuan akuntansi tertentu, maka
perseroan diwajibkan untuk mengikuti perlakuan akuntansi yang dipilih dalam
Pedoman ini.

D. Bangun Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum dan Ketentuan Lain

1. Proses perlakuan akuntansi atas suatu transaksi yang terjadi harus dilakukan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Bangun prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia adalah sebagai berikut:

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I3

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:3 Sec1:3 23/07/2008 13:00:14


Bagian 1 I P e n d a h u l u a n

2. Rerangka ini digambarkan seperti suatu bangunan rumah “Prinsip Akuntansi yang
Berlaku Umum di Indonesia”. Setiap lapisan di bawahnya menjadi landasan bagi lapisan
yang berada di atasnya. Dalam hal terjadi pertentangan antara prinsip akuntansi dari
berbagai sumber tersebut, maka harus mengikuti perlakuan akuntansi yang diatur di
dalam kelompok yang posisinya menjadi landasan atau pada lapisan yang terletak lebih
di bawah.
3. Pedoman ini merupakan bagian dari “Pedoman atau Praktik Akuntansi Industri” dalam
struktur bangun prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
4. Ilustrasi jurnal yang digunakan dalam Pedoman ini hanya merupakan ilustrasi dan tidak
bersifat mengikat. Perseroan dapat mengembangkan metode pencatatan dan pengakuan
sesuai sistem masing-masing sepanjang memberikan hasil yang tidak berbeda. Ilustrasi
jurnal yang dicantumkan dalam Pedoman ini menggambarkan pencatatan akuntansi
secara manual.
5. Transaksi yang dicantumkan pada Pedoman ini diprioritaskan pada transaksi yang umum
terjadi pada perseroan.
6. Jika terdapat transaksi khusus yang dipandang perlu untuk dituangkan dalam
buku Pedoman ini, maka hal tersebut agar dikaji sebagai bahan masukan dalam
penyempurnaan Pedoman ini.
7. Pedoman ini secara periodik akan dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan
usaha perkebunan, standar akuntansi, ketentuan Pemerintah dan ketentuan lain yang
terkait dengan perseroan.

4 I Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:4 Sec1:4 23/07/2008 13:00:14


Bagian 2 I L a p o r a n Keuangan BUMN Perkebunan

Bagian II
Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

A. Karakteristik Perseroan

1. Kegiatan Operasional
a. Perseroan melakukan kegiatan usaha di:
1) Bidang perkebunan yang meliputi:
a) Kegiatan pengusahaan budidaya tanaman, meliputi pembukaan, persiapan,
dan pengelolaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan serta
kegiatan-kegiatan lain sehubungan dengan budidaya tanaman tersebut.
b) Kegiatan produksi, meliputi pemungutan hasil tanaman, dan pengolahan
hasil tanaman sendiri atau pihak lain menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi.
c) Kegiatan perdagangan, meliputi kegiatan pemasaran berbagai macam
hasil produksi dan kegiatan perdagangan lainnya yang berhubungan
dengan kegiatan usaha.
d) Kegiatan pengembangan usaha di bidang perkebunan, agrowisata, dan
agrobisnis.
2) Kegiatan usaha lain yang menunjang kegiatan usaha di bidang perkebunan di
atas.
b. Dalam usaha di bidang perkebunan, perseroan melakukan kegiatan:
1) Budidaya tanaman, melalui perkebunan tanaman kelapa sawit, karet, teh,
kopi, tebu, kakao, tembakau, kina, dan lainnya.
2) Proses produksi, melalui pabrik kelapa sawit, pabrik pengolahan inti
sawit, pabrik fraksionasi yaitu pengolahan minyak sawit tidak aktif, pabrik
pengolahan karet, pabrik teh kemasan, pabrik gula, pabrik spirtus/alkohol,
pabrik pengeringan kakao, dan lainnya.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I5

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:5 Sec1:5 23/07/2008 13:00:14


Bagian 2 I L a p o r a n Keuangan BUMN Perkebunan

3) Kegiatan perdagangan, melalui penjualan hasil tanaman dan hasil produksi ke


pasar domestik dan luar negeri baik dilakukan sendiri maupun melalui Kantor
Pemasaran Bersama, serta mengimpor dan memasarkan beberapa komoditas
seperti gula putih dan raw sugar.
4) Pengembangan usaha di bidang perkebunan, melalui pendirian pabrik karung
goni, pabrik karung plastik, dan lainnya.
c. Dalam usaha lain, perseroan mendirikan rumah sakit, pusat penelitian, bengkel,
dan lainnya.

2. Bentuk Usaha
Bentuk usaha perseroan adalah perseroan terbatas (persero) yang dapat memiliki unit
usaha, anak perusahaan, perusahaan asosiasi, usaha patungan, dan lainnya.

3. Kepemilikan
Perseroan dimiliki oleh Negara, baik seluruhnya atau sebagian besar.

B. Ketentuan Umum Laporan Keuangan

1. Tujuan Laporan Keuangan


a. Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi yang tepat dan bermanfaat
bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi
yang rasional, seperti:
1) pemegang saham;
2) karyawan;
3) pemberi pinjaman;
4) pemasok dan kreditur usaha lainnya;
5) pelanggan;
6) regulator; dan
7) masyarakat.

6 I Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:6 Sec1:6 23/07/2008 13:00:14


Bagian 2 I L a p o r a n Keuangan BUMN Perkebunan

b. Pihak pengguna laporan keuangan perseroan mempunyai kepentingan bersama


dalam rangka menilai:
1) Usaha perkebunan dan usaha lainnya yang dilakukan perseroan dan
kesinambungan usaha tersebut.
2) Kinerja manajemen dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
mengelola perusahaan.
c. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah:
1) Jumlah dan sifat aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban perseroan.
2) Pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan
sifat ekuitas.
3) Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam kurun waktu
tertentu (satu periode) dan hubungan antara keduanya.
4) Cara perseroan mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjam-
an dan melunasi pinjaman, dan faktor lainnya yang berpengaruh pada
likuiditasnya.
5) Hasil usaha perkebunan dan usaha lainnya yang terkait.
d. Laporan keuangan juga merupakan sarana pertanggungjawaban manajemen atas
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

2. Komponen Laporan Keuangan


Laporan keuangan yang lengkap bagi perseroan terdiri dari:
a. Neraca;
b. Laporan laba rugi;
c. Laporan perubahan ekuitas;
d. Laporan arus kas; dan
e. Catatan atas laporan keuangan.

a. Neraca
1) Tujuan neraca adalah menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas serta informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut
pada waktu tertentu. Informasi dalam neraca dan penjelasannya dapat
membantu para pengguna laporan keuangan untuk menilai:

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I7

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:7 Sec1:7 23/07/2008 13:00:15


Bagian 2 I L a p o r a n Keuangan BUMN Perkebunan

a) kemampuan perseroan untuk melaksanakan kegiatan usaha perkebunan


secara berkelanjutan;
b) likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajiban-
nya, dan kebutuhan pendanaan eksternal.
2) Neraca mencakup struktur perseroan secara keseluruhan dan harus menyajikan
total aset, kewajiban, dan ekuitas.

b. Laporan laba rugi


1) Tujuan utama laporan laba rugi adalah menyediakan informasi:
a) Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat
ekuitas.
b) Hubungan antar transaksi dan peristiwa lainnya.
c) Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan kegiatan usaha
perkebunan.
2) Informasi dalam laporan laba rugi yang dipergunakan bersama dengan infor-
masi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu para pengguna laporan
keuangan untuk:
a) Mengevaluasi kinerja dalam kurun waktu tertentu (satu periode).
b) Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan entitas dalam melak-
sanakan usaha perkebunan.
c) Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajemen perseroan.
3) Laporan laba rugi mencakup struktur perseroan secara keseluruhan dan
menyajikan perhitungan jumlah laba atau rugi selama periode tertentu. Laba
atau rugi tersebut selanjutnya tercermin pada ekuitas dalam neraca.

c. Laporan perubahan ekuitas


1) Tujuan laporan perubahan ekuitas adalah menyediakan informasi bagi peng-
guna laporan keuangan yang meliputi:
a) pengaruh hasil perhitungan laba rugi terhadap posisi ekuitas;
b) mengetahui posisi ekuitas sehingga dapat menilai sumber daya bersih
yang dimiliki oleh perseroan.
2) Laporan perubahan ekuitas mencakup struktur perseroan secara keseluruhan
dan menyajikan informasi penambahan atau pengurangan ekuitas atas kinerja

8 I Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:8 Sec1:8 23/07/2008 13:00:15


Bagian 2 I L a p o r a n Keuangan BUMN Perkebunan

perseroan yang tercermin dalam laporan laba rugi pada kurun waktu tertentu
(satu periode).

d. Laporan arus kas


1) Tujuan utama laporan arus kas perseroan dalam periode tertentu adalah
memberikan informasi pada para pengguna laporan keuangan untuk:
a) Melihat kemampuan perseroan dalam menghasilkan kas dan setara kas.
b) Melihat kebutuhan perseroan dalam menggunakan arus kas tersebut.
2) Laporan arus kas mencakup struktur perseroan secara keseluruhan dan
menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran struktur kas
dalam suatu periode.

e. Catatan atas laporan keuangan


Tujuan catatan atas laporan keuangan adalah menyediakan informasi bagi pengguna
laporan keuangan mengenai:
1) Gambaran umum perseroan.
2) Ikhtisar kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan.
3) Penjelasan atas pos-pos yang terdapat dalam setiap komponen laporan
keuangan.
4) Pengungkapan hal-hal penting lainnya yang berguna untuk pengambilan
keputusan ataupun kebijakan perseroan lainnya yang dapat mempengaruhi
perseroan secara keseluruhan.
Bagi perseroan yang telah mencatatkan diri di bursa efek melalui penerbitan efek
hutang atau efek ekuitas (go public), maka selain mengacu pada Pedoman ini, juga
harus mengikuti ketentuan tambahan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan.

3. Tanggungjawab atas Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan


Manajemen perseroan bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan
keuangan.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I9

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:9 Sec1:9 23/07/2008 13:00:15


Bagian 2 I L a p o r a n Keuangan BUMN Perkebunan

4. Bahasa Laporan Keuangan


a. Laporan keuangan harus disusun dalam bahasa Indonesia.
b. Jika laporan keuangan juga disusun dalam bahasa lain selain dari bahasa Indonesia,
maka laporan keuangan yang disusun dalam bahasa lain selain bahasa Indonesia
tersebut harus memuat informasi dan waktu yang sama, serta diterbitkan
dalam waktu bersamaan dengan laporan keuangan yang disusun dalam bahasa
Indonesia.

5. Mata Uang Pelaporan


a. Pelaporan harus dinyatakan dalam mata uang rupiah.
b. Jika transaksi menggunakan mata uang lain selain dari rupiah maka laporan tersebut
harus dikonversikan dalam mata uang rupiah.
c. Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat
terjadinya transaksi.
d. Kurs yang digunakan adalah kurs tengah Bank Indonesia.
e. Keuntungan atau kerugian dalam periode berjalan yang terkait dengan transaksi
dalam mata uang asing dinilai dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia
yang berlaku pada saat transaksi tersebut.

6. Kebijakan Akuntansi
a. Kebijakan akuntansi tersebut harus mencerminkan prinsip kehati-hatian dan
mencakup semua hal yang material dan sesuai dengan ketentuan dalam standar
akuntansi yang berlaku.
b. Jika standar akuntansi yang ada belum mengatur masalah pengakuan, pengukuran,
penyajian atau pengungkapan dari suatu transaksi atau peristiwa, maka harus
ditetapkan kebijakan akuntansi agar laporan keuangan yang disajikan memuat
informasi yang relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan.
c. Dalam melakukan pertimbangan tersebut manajemen memperhatikan:
1) Persyaratan dan pedoman PSAK yang mengatur hal-hal yang mirip dengan
masalah terkait;

10 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:10 Sec1:10 23/07/2008 13:00:15


Bagian 2 I L a p o r a n Keuangan BUMN Perkebunan

2) Definisi, kriteria pengakuan dalam pengukuran aset, kewajiban, penghasilan


dan beban yang ditetapkan dalam KDPPLK; dan
3) Pernyataan yang dibuat oleh badan pembuat standar lain dan praktik industri
yang lazim sepanjang konsisten dengan angka 1) dan 2) diatas.

7. Penyajian
a. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan (neraca), kinerja
(laporan laba rugi), perubahan ekuitas, dan arus kas disertai pengungkapan yang
diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan likuiditas, sedangkan
kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.
c. Laporan laba rugi dikelompokan secara berjenjang (multiple step).
d. Perubahan ekuitas disajikan berdasarkan urutan waktu terjadinya.
e. Laporan arus kas disajikan dengan metode langsung (direct method).
f. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematik dengan urutan
penyajian sesuai dengan komponen utamanya yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan keuangan. Informasi dalam catatan atas laporan keuangan
berkaitan dengan pos-pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, dan laporan arus kas yang sifatnya memberikan penjelasan, baik yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
g. Dalam catatan atas laporan keuangan tidak diperkenankan menggunakan kata
“sebagian besar” untuk menggambarkan bagian dari suatu jumlah tetapi harus
dinyatakan dalam jumlah nominal atau prosentase.
h. Perubahan akuntansi wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Perubahan estimasi akuntansi
Estimasi akuntansi dapat diubah jika terdapat perubahan kondisi yang
mendasarinya. Selain itu, juga wajib diungkapkan pengaruh material dari
perubahan yang terjadi baik pada periode berjalan maupun pada periode-
periode berikutnya.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 11

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:11 Sec1:11 23/07/2008 13:00:15


Bagian 2 I L a p o r a n Keuangan BUMN Perkebunan

2) Perubahan kebijakan akuntansi


a) Kebijakan akuntansi dapat diubah jika:
(1) terdapat peraturan perundangan atau standar akuntansi yang
berbeda penerapannya; atau
(2) diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian
kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan.
b) Dampak perubahan kebijakan akuntansi harus diperlakukan secara retros-
pektif dengan melakukan penyajian ulang untuk seluruh periode sajian
dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian.
c) Dalam hal perlakuan secara retrospektif dianggap tidak praktis maka
cukup diungkapkan alasannya atau mengikuti ketentuan dalam PSAK
yang berlaku jika terdapat aturan lain dalam ketentuan masa transisi pada
standar akuntansi keuangan baru.
3) Terdapat kesalahan mendasar
Koreksi kesalahan mendasar dilakukan secara retrospektif dengan melakukan
penyajian ulang untuk seluruh periode sajian dan melaporkan dampaknya
terhadap masa sebelum periode sajian.
i. Pada setiap lembar neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan
laporan arus kas, harus diberi pernyataan bahwa “Catatan atas laporan keuangan
merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan”.

8. Konsistensi Penyajian
a. Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus
konsisten kecuali:
1) terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasional perseroan atau
perubahan penyajian akan menghasilkan penyajian yang lebih tepat atas suatu
transaksi atau peristiwa; atau
2) perubahan tesebut diperkenankan oleh PSAK.
b. Jika penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan diubah, maka pe-
nyajian periode sebelumnya harus direklasifikasi untuk memastikan keterbandingan,
sifat, dan jumlah. Selain itu alasan reklasifikasi juga harus diungkapkan. Dalam hal
reklasifikasi dianggap tidak praktis, maka cukup diungkapkan alasannya.

12 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:12 Sec1:12 23/07/2008 13:00:15


Bagian 2 I L a p o r a n Keuangan BUMN Perkebunan

9. Materialitas dan Agregrasi


a. Penyajian laporan keuangan didasarkan pada konsep materialitas.
b. Pos-pos yang jumlahnya material disajikan tersendiri dalam laporan keuangan,
sedangkan yang jumlahnya tidak material dapat digabungkan sepanjang memiliki
sifat dan fungsinya sejenis.
c. Informasi dianggap material jika kelalaian untuk mencantumkan (omission) atau
kesalahan dalam mencatat (misstatement) informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan yang diambil.

10. Saling Hapus (Off Setting)


a. Jumlah aset dan kewajiban yang disajikan pada neraca tidak boleh disalinghapuskan
dengan kewajiban atau aset lain, kecuali secara hukum atau perjanjian dibenarkan
dan saling hapus tersebut mencerminkan prakiraan realisasi atau penyelesaian
aset atau kewajiban.
b. Pos-pos pendapatan dan beban tidak boleh disalinghapuskan, kecuali yang ber-
hubungan dengan transaksi lindung nilai (hedging).

11. Periode Pelaporan


a. Laporan keuangan wajib disajikan secara tahunan berdasarkan tahun takwim.
b. Dalam hal perseroan baru berdiri, laporan keuangan dapat disajikan untuk periode
yang lebih pendek dari satu takwim. Selain itu, untuk kepentingan pihak lainnya,
pihak perseroan dapat membuat dua laporan yaitu dengan menggunakan periode
tahun takwim dan periode efektif, dengan mencantumkan:
1) Alasan penggunaan periode pelaporan selain periode satu tahunan.
2) Fakta bahwa jumlah yang tercantum dalam dua periode pelaporan neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan
atas laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan.

12. Informasi Komparatif


a. Laporan keuangan tahunan dan interim harus disajikan secara komparatif dengan
periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sedangkan untuk laporan pendapatan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 13

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:13 Sec1:13 23/07/2008 13:00:15


Bagian 2 I L a p o r a n Keuangan BUMN Perkebunan

dan beban interim harus mencakup periode sejak awal tahun buku sampai dengan
akhir periode interim yang dilaporkan.
b. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan
periode sebelumnya wajib diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman
laporan keuangan periode berjalan.

13. Laporan Keuangan Interim


a. Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara
dua laporan keuangan tahunan dan harus dipandang sebagai bagian integral dari
laporan periode tahunan. Penyusunan laporan interim dapat dilakukan secara
bulanan, triwulanan, semesteran atau periode lain yang kurang dari satu tahun.
b. Laporan keuangan interim memuat komponen yang sama seperti laporan keuangan
tahunan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
c. Penyajian laporan keuangan interim komparasi adalah sebagai berikut:
1) Neraca per akhir periode interim tahun berjalan disajikan secara komparatif
dengan neraca pada akhir tahun sebelumnya.
2) Laporan laba rugi untuk periode interim tahun berjalan disajikan secara
komparatif dengan laporan laba rugi periode interim tahun sebelumnya.
Penyajian laporan laba rugi interim untuk periode setelah laporan keuangan
interim pertama meliputi informasi untuk periode yang dimulai:
a) Awal tahun sampai dengan akhir periode interim yang bersangkutan;
dan
b) Awal periode interim sampai dengan akhir periode interim yang ber-
sangkutan.
3) Laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk periode interim tahun
berjalan disajikan secara komparatif dengan laporan perubahan ekuitas dan
laporan arus kas dengan akhir periode interim tahun sebelumnya.
d. Penyajian laporan keuangan interim triwulanan yang berakhir per 30 September
20X1 adalah sebagai berikut:

14 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:14 Sec1:14 23/07/2008 13:00:15


Bagian 2 I L a p o r a n Keuangan BUMN Perkebunan

Laporan Keuangan Periode Interim Periode Komparatif


Neraca Per 30 Sep 20x1 Per 31 Des 20x0
1 Jan - 30 Sep 20x1 1 Jan - 30 Sep 20x0
Laporan laba rugi
1 Juli - 30 Sep 20x1 1 Juli - 30 Sep 20x0
Lap. perubahan ekuitas 1 Jan - 30 Sep 20x1 1 Jan - 30 Sep 20x0
Laporan arus kas 1 Jan - 30 Sep 20x1 1 Jan - 30 Sep 20x0

e. Dalam hal perseroan menyampaikan laporan mengenai ringkasan informasi


keuangan pada tanggal laporan, maka laporan keuangan interim harus memuat
data minimum sebagai berikut:
1) pendapatan, beban, estimasi pajak penghasilan, pos luar biasa (termasuk
pengaruh terhadap pajak penghasilan yang terkait), pengaruh kumulatif, dan
laba bersih;
2) perubahan yang penting dalam taksiran pajak penghasilan;
3) pelepasan suatu segmen usaha, pos luar biasa, transaksi tidak biasa dan tidak
sering terjadi;
4) kewajiban kontinjensi;
5) perubahan akuntansi; dan
6) perubahan yang material pada unsur laporan perubahan ekuitas.

14. Laporan Keuangan Konsolidasian


a. Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan dari suatu grup
perusahaan yang disajikan sebagai satu kesatuan ekonomi.
b. Penyusunan laporan keuangan konsolidasian merupakan gabungan laporan
keuangan wilayah perseroan yang kemudian dikonsolidasikan dengan laporan
keuangan anak-anak perusahaan.
c. Dalam menyusun laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan perseroan
dan anak perusahaan digabungkan satu persatu dengan menjumlahkan unsur-
unsur yang sejenis dari aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban. Agar
laporan keuangan konsolidasian dapat menyajikan informasi keuangan dari
kelompok perusahaan tersebut sebagai satu kesatuan ekonomi, maka perlu
dilakukan langkah-langkah berikut:

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 15

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:15 Sec1:15 23/07/2008 13:00:15


Bagian 2 I L a p o r a n Keuangan BUMN Perkebunan

1) Transaksi dan saldo resiprokal antara perseroan, sebagai induk perusahaan,


dan anak perusahaan harus dieliminasi.
2) Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi yang timbul dari transaksi
antara perseroan dan anak perusahaan harus dieliminasi.
d. Untuk tujuan konsolidasi, tanggal laporan keuangan anak perusahaan pada
dasarnya harus sama dengan tanggal laporan keuangan perseroan. Apabila tanggal
laporan keuangan tersebut berbeda maka laporan keuangan konsolidasian per
tanggal laporan keuangan perseroan masih dapat dilakukan sepanjang:
1) perbedaan tanggal pelaporan tersebut tidak lebih dari 3 (tiga) bulan; dan
2) peristiwa atau transaksi material yang terjadi di antara tanggal pelaporan
tersebut diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi.
e. Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi
yang sama untuk transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama atau sejenis.
f. Hak minoritas harus disajikan tersendiri dalam neraca konsolidasian antara
kewajiban dan ekuitas, sedangkan hak minoritas dalam laba disajikan dalam
laporan laba rugi konsolidasian.

C. Keterbatasan Laporan Keuangan


Pengambilan keputusan ekonomi tidak dapat semata-mata didasarkan atas informasi
yang terdapat dalam laporan keuangan. Hal ini disebabkan laporan keuangan memiliki
keterbatasan, antara lain:
1. Bersifat historis yang menunjukkan transaksi dan peristiwa yang telah lampau.
2. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak pengguna. Biasanya
informasi khusus yang dibutuhkan oleh pihak tertentu tidak dapat secara langsung
dipenuhi semata-mata dari laporan keuangan.
3. Tidak luput dari penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran.
4. Hanya melaporkan informasi yang material.
5. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Jika terdapat beberapa
kemungkinan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka dipilih alternatif
yang menghasilkan kenaikan laba atau nilai aset yang paling kecil.

16 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:16 Sec1:16 23/07/2008 13:00:15


Bagian 2 I L a p o r a n Keuangan BUMN Perkebunan

6. Lebih menekankan pada penyajian transaksi dan peristiwa sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya atau formalitas.
7. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga menim-
bulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomis dan tingkat kesuksesan antar
perseroan. Pedoman ini akan menyeragamkan metode akuntansi, jika memungkinkan,
untuk mengurangi variasi dalam hal tersebut.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 17

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:17 Sec1:17 23/07/2008 13:00:15


Halaman ini sengaja dikosongkan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:18 Sec1:18 23/07/2008 13:00:15


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

Bagian III
Neraca (Laporan Posisi Keuangan)

A. Akuntansi Aset

1. Pengertian dan Karakteristik


a. Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perseroan sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dimana manfaat ekonomis di masa depan diharapkan akan diperoleh.
b. Manfaat ekonomis masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset
tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung,
atas arus kas dan setara kas. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang
produktif dan merupakan bagian dari aktivitas usaha. Mungkin pula berbentuk
sesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas atau berbentuk kemampuan
untuk mengurangi pengeluaran kas.
c. Manfaat ekonomis masa depan yang terwujud dalam aset dapat mengalir dengan
beberapa cara, misalnya aset dapat:
1) digunakan sendiri maupun bersama aset lain dalam menghasilkan produk
perkebunan;
2) dipertukarkan dengan aset lain; atau
3) digunakan untuk menyelesaikan kewajiban.
d. Pada umumnya, aset memiliki bentuk fisik. Namun demikian, bentuk fisik tersebut
tidak esensial untuk menentukan eksistensi aset. Oleh karena itu, misalnya aset
tidak berwujud merupakan aset kalau mendatangkan manfaat ekonomis di masa
depan dan dikuasai oleh perseroan.
e. Pada umumnya aset, misalnya piutang dan properti, dihubungkan dengan hak
menurut hukum, termasuk hak milik. Namun demikian, eksistensi aset ditentukan
bukan semata-mata oleh adanya hak milik tetapi berdasarkan kemampuan untuk
mengendalikan manfaat yang diharapkan dari aset tersebut, misalnya properti
yang diperoleh melalui sewa pembiayaan (finance lease), maka properti tersebut
dapat diakui menjadi aset. Selain itu, suatu barang atau jasa dapat memenuhi

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 19

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:19 Sec1:19 23/07/2008 13:00:15


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

definisi aset meskipun tidak dikuasai berdasarkan hukum, misalnya pengetahuan


yang diperoleh melalui aktivitas pengembangan dapat memenuhi definisi aset jika,
dengan merahasiakan pengetahuan tersebut, maka perseroan menikmati manfaat
yang diharapkan dari pengetahuan tersebut.
f. Aset berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi di masa lalu. Aset
biasanya diperoleh melalui pembelian, tetapi transaksi atau peristiwa lain juga
dapat menghasilkan aset, misalnya properti yang diterima dari pemerintah sebagai
bagian dari program untuk merangsang pertumbuhan ekonomi nasional.
g. Transaksi atau peristiwa yang diharapkan terjadi di masa depan tidak dengan
sendirinya memunculkan aset, misalnya maksud untuk membeli persediaan tidak
dengan sendirinya memenuhi definisi aset.
h. Terdapat hubungan erat antara terjadinya pengeluaran dan timbulnya aset,
tetapi kedua peristiwa ini tidak perlu harus terjadi bersamaan. Apabila perseroan
melakukan pengeluaran, maka peristiwa ini memberikan bukti bahwa perseroan
tersebut mengharapkan manfaat ekonomis, tetapi belum merupakan bukti konklusif
bahwa suatu barang atau jasa yang memenuhi definisi aset telah diperoleh. Sama
halnya dengan tidak adanya pengeluaran tidak mengecualikan suatu barang atau
jasa memenuhi definisi aset dan dengan demikian terdapat kemungkinan untuk
diakui dalam neraca, misalnya barang atau jasa yang telah diterima melalui donasi
memenuhi definisi aset.
i. Aset kontinjensi:
1) Aset kontinjensi merupakan aset potensial yang timbul dari peristiwa masa
lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya
satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada
dalam pengendalian.
2) Timbulnya aset kontinjensi biasanya dari peristiwa tidak terencana atau tidak
diharapkan yang menimbulkan kemungkinan arus masuk manfaat ekonomis.
3) Aset kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan karena dapat menim-
bulkan pengakuan penghasilan yang mungkin tidak pernah terealisasikan.
Akan tetapi, apabila realisasi penghasilan sudah dapat dipastikan, aset tersebut
bukan merupakan aset kontinjensi, melainkan diakui sebagai aset.
4) Aset kontinjensi harus dikaji ulang secara terus-menerus untuk memastikan
bahwa perkembangannya telah tercermin dengan semestinya dalam laporan

20 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:20 Sec1:20 23/07/2008 13:00:15


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

keuangan. Jika dapat dipastikan bahwa perseroan akan menerima arus masuk
manfaat ekonomis, maka diakui sebagai aset dan penghasilan terkait dalam
laporan keuangan pada periode timbulnya kepastian tersebut.
5) Akan tetapi, apabila yang timbul hanya kemungkinan besar (bahwa akan
memperoleh arus masuk manfaat ekonomis), maka diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan. Pengungkapan tersebut meliputi uraian singkat
mengenai karakteristik aset kontinjensi pada tanggal neraca dan, apabila
praktis, estimasi dampak keuangannya.

2. Pilihan Nilai Wajar Aset Keuangan


a. Aset keuangan terdiri dari:
1) kas;
2) instrumen ekuitas yang diterbitkan perusahaan lain, misalnya saham per-
usahaan lain;
3) hak kontraktual untuk:
a) menerima kas atau aset keuangan lainnya dari perusahaan lain; atau
b) untuk mempertukarkan aset keuangan atau kewajiban keuangan dengan
perusahaan lain dengan kondisi yang berpotensi menguntungkan;
4) kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen
ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan:
a) nonderivatif yang entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima
suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh
entitas; atau
b) derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan memper-
tukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah
tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas.
b. Aset keuangan yang dimiliki perseroan, antara lain, kas dan setara kas, investasi
jangka pendek dan jangka panjang, piutang usaha dan piutang lain-lain, piutang
antar badan hukum jangka pendek dan jangka panjang, piutang PIR dan plasma,
dan investasi pada perusahaan lainnya.
c. Aset keuangan yang merupakan bagian dari instrumen keuangan dikelompokkan
sebagai “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi” apabila memenuhi salah
satu kondisi:

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 21

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:21 Sec1:21 23/07/2008 13:00:15


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

1) diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan; atau


2) ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (pilihan nilai
wajar atau fair value option);
sebagaimana diatur dalam PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran.
d. Apabila aset keuangan diklasifikasikan dalam kelompok seperti huruf c di atas,
maka perubahan nilai wajar aset keuangan diakui langsung sebagai keuntungan
atau kerugian dalam laporan laba rugi.
e. Pedoman ini tidak memperkenankan perseroan untuk menggunakan pilihan nilai
wajar (fair value option) atas aset keuangan.

3. Aset Lancar
Aset lancar adalah aset yang diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual
atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perseroan, dimiliki untuk
diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisir
dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca, atau berupa kas atau setara kas yang
penggunaannya tidak dibatasi.

Aset lancar terdiri dari:


a. kas dan setara kas
b. investasi jangka pendek
c. piutang
d. piutang antar badan hukum jangka pendek
e. persediaan
f. biaya dibayar dimuka
g. pajak dibayar dimuka
h. aset dimiliki untuk dijual
i. aset lancar lainnya.

22 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:22 Sec1:22 23/07/2008 13:00:15


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

a. Kas dan Setara Kas


1) Definisi
a) Kas adalah mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun mata uang
asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah.
b) Setara kas adalah penempatan dana sementara untuk kepenting-
an likuiditas perseroan dan dengan cepat dapat dijadikan kas tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
2) Dasar Pengaturan
a) Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. (KDPPLK
paragraf 89)
b) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisir dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
c) Setara kas dimiliki untuk komitmen jangka pendek, bukan untuk investasi
atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus
segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang telah diketahui
tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Karenanya,
suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya
jika segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari
tanggal perolehannya. Investasi dalam bentuk saham tidak termasuk
setara kas, kecuali substansi investasi saham tersebut adalah setara kas.
Sebagai contoh, saham preferen yang dibeli dan akan segera jatuh tempo
serta tanggal penebusan (redemption date) telah ditentukan. (PSAK 2
paragraf 6)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 23

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:23 Sec1:23 23/07/2008 13:00:15


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

3) Penjelasan
a) Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.
b) Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sangat likuid, berjangka
pendek, dan yang cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
c) Kas dan setara kas antara lain terdiri dari:
(1) kas, baik dalam rupiah maupun mata uang asing;
(2) giro pada bank;
(3) setoran dalam perjalanan;
(4) deposit on call.
d) Deposit on call adalah simpanan yang hanya dapat ditarik dengan syarat
pemberitahuan sebelumnya.
e) Kas dan setara kas merupakan salah satu komponen alat likuid dan tidak
menghasilkan pendapatan, sehingga perlu dikendalikan besarannya agar
tidak menimbulkan adanya dana yang menganggur (idle fund). Suatu
investasi dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika segera akan
jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal neraca.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan
(1) Kas dan setara kas diakui pada saat diterima.
(2) Kas dan setara kas berkurang pada saat digunakan.
b) Pengukuran
Kas dan setara kas diakui sebesar nilai nominal.
c) Penyajian
Kas dan setara kas merupakan pos neraca yang paling likuid dan lazim
disajikan pada urutan pertama pada aset lancar.
d) Pengungkapan
(1) Rincian jenis dan jumlah kas dan setara kas.
(2) Kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya.

24 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:24 Sec1:24 23/07/2008 13:00:15


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat penerimaan kas:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan usaha/piutang/pos terkait
b) Pada saat penggunaan kas dan setara kas:
Db. Utang usaha/beban usaha/pos terkait
Kr. Kas dan setara kas

b. Investasi Jangka Pendek


1) Definisi
a) Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan
dan dimaksudkan untuk dimiliki selama satu tahun atau kurang, yang
berbentuk aset keuangan.
b) Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian perseroan (nasabah
penyimpan) dengan bank.
c) Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak
investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari
efek.
d) Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan utang piutang antara
kreditor dengan entitas yang menerbitkan efek.
e) Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk meng-
hitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban
keuangan (atau kelompok aset keuangan atau kewajiban keuangan) dan
metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga
selama periode yang relevan.
f) Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan
estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang selama
perkiraan umur dari instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan
periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari
aset keuangan atau kewajiban keuangan.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 25

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:25 Sec1:25 23/07/2008 13:00:15


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

g) Nilai wajar adalah nilai di mana suatu aset dipertukarkan atau suatu
kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan
untuk melakukan transaksi wajar.
2) Dasar Pengaturan
a) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
b) PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
c) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
3) Penjelasan
a) Umum
(1) Investasi jangka pendek adalah penanaman dana yang berisiko
atau yang sejenis yang dimaksudkan untuk memperoleh pendapat-
an apabila diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal neraca.
(2) Investasi jangka pendek yang dimaksud adalah penempatan dana
dalam surat berharga (efek), antara lain dalam bentuk:
(a) penempatan dana di bank, misalnya deposito berjangka yang
akan jatuh tempo dalam satu tahun setelah tanggal neraca;
(b) penempatan dana pada efek utang, misalnya obligasi, yang akan
jatuh tempo dalam satu tahun setelah tanggal neraca;
(c) penempatan dana pada efek ekuitas, misalnya saham, yang
bersifat jangka pendek.
b) Pengelompokan
(1) Secara umum, aset keuangan dikelompokkan menjadi:
(a) diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi;
(b) investasi dimiliki hingga jatuh tempo;

26 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:26 Sec1:26 23/07/2008 13:00:15


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(c) pinjaman yang diberikan dan piutang;


(d) tersedia untuk dijual.
(2) Kelompok “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi”, apabila
salah satu terpenuhi:
(a) diklasifikasikan sebagai kelompok diperdagangkan yaitu:
i. dimiliki terutama dengan tujuan untuk dijual atau dibeli
kembali dalam waktu dekat;
ii. bagian dari portofolio instrumen keuangan yang dikelola
bersama dan terbukti mengenai pola ambil untung dalam
jangka pendek; atau
iii. derivatif, kecuali derivatif kontrak jaminan keuangan atau
instrumen lindung nilai (hedging) yang ditetapkan dan
efektif;
(b) saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai
wajar melalui laporan laba rugi. Tetapi Pedoman ini tidak
memperkenankan hal tersebut (lihat Bagian III.A.2: Pilihan Nilai
Wajar Aset Keuangan).
(3) Kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” yaitu:
(a) aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah
ditentukan, dan jatuh tempo telah ditetapkan; dan
(b) perseroan mempunyai maksud positif dan kemampuan untuk
memiliki hingga jatuh tempo.
Perseroan tidak boleh mengklasifikasikan aset keuangan, dalam
hal ini investasi jangka pendek, dalam kategori “investasi dimiliki
hingga jatuh tempo” apabila dalam tahun berjalan atau dua tahun
sebelumnya pernah menjual atau mereklasifikasi investasi tersebut
sebelum jatuh tempo yang melebihi jumlah yang tidak signifikan (dari
jumlah investasi dimiliki hingga jatuh tempo), kecuali:
(a) dilakukan ketika sudah mendekati jatuh tempo sehingga perubah-
an suku bunga tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap
nilai wajarnya;
(b) setelah perseroan memperoleh seluruh jumlah pokok secara
substansial atau menerima pelunasan dipercepat; atau

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 27

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:27 Sec1:27 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(c) terkait kejadian tertentu di luar kendali, tidak berulang dan tidak
dapat diantisipasi.
(4) Kelompok “pinjaman yang diberikan dan piutang” adalah aset keuang-
an nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan
tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif, kecuali:
(a) dimaksudkan untuk dijual dalam waktu dekat, yang diklasifikasikan
dalam kelompok diperdagangkan, serta pinjaman yang diberikan
dan piutang yang pada saat pengakuan awal oleh entitas ditetap-
kan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi;
(b) pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kelompok tersedia
untuk dijual; atau
(c) dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali
investasi awal secara substansial, kecuali yang disebabkan oleh
penurunan kualitas pinjaman yang diberikan dan piutang, dan
diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual.
Kepemilikan atas kelompok aset yang bukan merupakan pinjaman
yang diberikan atau piutang, seperti kepemilikan atas reksadana
atau yang serupa, tidak dapat diklasifikasikan sebagai pinjaman yang
diberikan atau tagihan.
(5) Kelompok “tersedia untuk dijual” yaitu aset keuangan nonderivatif
yang ditetapkan sebagai:
(a) tersedia untuk dijual; atau
(b) tidak diklasifikasikan sebagai “diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi”, “investasi dimiliki hingga jatuh tempo”, atau
“pinjaman yang diberikan dan piutang”.
(6) Investasi jangka pendek dikelompokkan menjadi:
(a) diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
(b) dimiliki hingga jatuh tempo.
(c) tersedia untuk dijual.
c) Reklasifikasi kelompok
(1) Investasi jangka pendek yang termasuk kelompok “diukur pada
nilai wajar melalui laporan laba rugi” tidak diperkenankan untuk
direklasifikasi dari dan ke kelompok ini.

28 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:28 Sec1:28 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) Investasi jangka pendek yang termasuk kelompok “dimiliki hingga


jatuh tempo” direklasifikasi ke kelompok “tersedia untuk dijual”
apabila:
(a) terdapat perubahan maksud atau kemampuan manajemen per-
seroan;
(b) terjadi penjualan atau reklasifikasi melebihi jumlah yang tidak
signifikan atas sebagian investasi dalam kelompok “dimiliki hingga
jatuh tempo” maka sisa sebagian investasi dalam kelompok
tersebut harus direklasifikasi.
Selisih antara nilai wajar dengan nilai tercatat diakui langsung ke
ekuitas, tanpa melalui laporan laba rugi.
d) Penurunan nilai
(1) Pada setiap tanggal neraca, investasi jangka pendek tersebut harus
dievaluasi apakah telah terjadi penurunan nilai.
(2) Untuk kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” yang diukur pada
biaya perolehan yang diamortisasi, apabila telah terjadi penurunan
nilai, maka:
(a) nilai tercatatnya dikurangi secara langsung atau menggunakan
pos cadangan penurunan nilai dan selisihnya diakui sebagai
kerugian dalam laporan laba rugi;
(b) apabila di periode berikutnya terjadi pemulihan nilai, maka nilai
tercatat dipulihkan tetapi tidak boleh melebihi biaya perolehan
yang telah diamortisasi sebelum terjadinya penurunan nilai dan
diakui sebagai keuntungan dalam laporan laba rugi.
(3) Untuk kelompok “tersedia untuk dijual” apabila terjadi penurunan
nilai, bukan perubahan nilai wajar, maka:
(a) penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dalam laporan
laba rugi;
(b) apabila terjadi pemulihan nilai pada periode berikutnya;
i. instrumen ekuitas diakui melalui laporan perubahan ekuitas,
bukan laporan laba rugi;
ii. instrumen utang diakui sebagai keuntungan melalui laporan
laba rugi.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 29

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:29 Sec1:29 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(4) Untuk instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar
aktif dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, yang diukur
pada biaya perolehan, apabila telah terjadi penurunan nilai maka
diakui sebagai kerugian dalam laporan laba rugi dan tidak dapat
dipulihkan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Pengakuan awal
(a) Penempatan dana sebagai investasi jangka pendek di bank diakui
pada saat dilakukan penyerahan dana sebesar nilai nominal
(nominal value).
(b) Penempatan dana sebagai investasi jangka pendek di surat ber-
harga/efek diakui pada saat dilakukan penyerahan dana sebesar
biaya perolehan.
(2) Setelah pengakuan awal
(a) Jumlah tercatat
i. Kelompok “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi”
diukur pada nilai wajar.
ii. Kelompok “tersedia untuk dijual” diukur pada nilai wajar.
iii. Kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” diukur pada biaya
perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan suku
bunga efektif.
(b) Perubahan nilai wajar
Keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi atas perubahan
nilai wajar pada saat tanggal neraca:
i. kelompok “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi”
diakui dalam laporan laba rugi;
ii. kelompok “tersedia untuk dijual” diakui sebagai bagian dari
ekuitas di neraca;
iii. kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” tidak ada pengakuan
atas perubahan nilai wajar tersebut.

30 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:30 Sec1:30 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(c) Penurunan dan pemulihan nilai


i. kelompok “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi”
secara otomatis telah diakui dalam laporan laba rugi.
ii. kelompok “tersedia untuk dijual”
(i) kerugian penurunan nilai diakui dalam laporan laba
rugi;
(ii) keuntungan pemulihan nilai diakui dalam laporan laba
rugi.
iii. kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo”
(i) kerugian penurunan nilai diakui dalam laporan laba
rugi;
(ii) keuntungan pemulihan nilai diakui dalam laporan laba
rugi maksimal sebesar selisih antara: nilai tercatat jika
tidak ada penurunan nilai pada tanggal pemulihan;
dengan nilai tercatat sebelum pemulihan.
(d) Pendapatan bunga, dividen, keuntungan atau kerugian diakui
sebagai pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi.
b) Penyajian
(1) Investasi jangka pendek disajikan pada kelompok pos aset lancar
berdasarkan jenis investasi dalam neraca.
(2) Investasi jangka pendek:
(a) kelompok “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi”
disajikan sebesar nilai wajar dan selisihnya disajikan dalam
laporan laba rugi;
(b) kelompok “tersedia untuk dijual” disajikan sebesar nilai wajar
dan selisihnya disajikan sebagai bagian ekuitas yang terpisah dari
pos lain dalam neraca;
(c) kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” disajikan sebesar biaya
perolehan setelah diamortisasi dan kerugian penurunan nilai,
jika ada.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 31

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:31 Sec1:31 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Pengungkapan
(1) Untuk setiap kategori diungkapkan mengenai:
(a) cakupan dan sifat instrumen keuangan, termasuk syarat dan
kondisi signifikan yang mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat
kepastian arus kas di masa mendatang;
(b) kebijakan dan metode akuntansi digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan pengukuran;
(c) apakah pembelian dan penjualan dicatat pada tanggal transaksi
atau penyelesaian;
(d) eksposur risiko tingkat bunga;
(e) eksposur risiko kredit;
(f) nilai wajar.
(2) Nilai tercatat dari investasi jangka pendek yang dijadikan agunan.
(3) Nilai tercatat dari investasi jangka pendek yang termasuk bagian
diperdagangkan.
(4) Alasan reklasifikasi, jika melakukan reklasifikasi.
(5) Item material dari pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian
akibat investasi jangka pendek.
(6) Sifat dan jumlah kerugian penurunan nilai.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Kelompok “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi” dan “tersedia
untuk dijual”
(1) Saat pengakuan awal:
Db. Investasi jangka pendek – diukur pada nilai wajar melalui laporan
laba rugi
Db. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
Kr. Kas dan setara kas
(2) Setelah pengakuan awal
(a) Pendapatan bunga
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan bunga

32 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:32 Sec1:32 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(b) Perubahan nilai wajar


i. kelompok “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi”
(i) keuntungan
Db. Investasi jangka pendek – diukur pada nilai wajar
melalui laporan laba rugi
Kr. Keuntungan (sebagai bagian dari laporan laba rugi)
(ii) kerugian
Db. Kerugian (sebagai bagian dari laporan laba rugi)
Kr. Investasi jangka pendek – diukur pada nilai wajar
melalui laporan laba rugi
ii. kelompok “tersedia untuk dijual”
(i) keuntungan
Db. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
Kr. Keuntungan (sebagai bagian dari ekuitas yang
dipisahkan penyajiannya)
(ii) kerugian
Db. Kerugian (sebagai bagian dari ekuitas yang dipisah-
kan penyajiannya)
Kr. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
(c) Penurunan nilai
i. kelompok “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi”
Tidak ada jurnal, karena secara otomatis telah tercermin
dalam nilai tercatatnya.
ii. kelompok “tersedia untuk dijual”
Db. Kerugian penurunan nilai (bagian laporan laba rugi)
Kr. Kerugian (sebagai bagian dari ekuitas yang dipisahkan
penyajiannya)
Kr. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 33

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:33 Sec1:33 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(d) Pemulihan nilai


i. kelompok “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi”
Tidak ada jurnal, karena secara otomatis telah tercermin
dalam nilai tercatatnya.
ii. kelompok “tersedia untuk dijual”
Db. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
Kr. Keuntungan pemulihan nilai (bagian laporan laba rugi)
(3) Saat penjualan:
(a) Kelompok “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi”
Db. Kas atau setara kas
Kr. Investasi jangka pendek
Dapat terjadi keuntungan atau kerugian.
(b) Kelompok “tersedia untuk dijual”
i. Timbul keuntungan
(i) Akumulasi keuntungan yang belum direaliasi
Db. Kas dan setara kas
Db. Keuntungan (sebagai bagian dari ekuitas yang
dipisahkan penyajiannya)
Kr. Keuntungan (bagian laporan laba rugi)
Kr. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
(ii) Akumulasi kerugian yang belum direalisasi
Db. Kas dan setara kas
Db. Keuntungan (bagian laporan laba rugi)
Kr. Kerugian (sebagai bagian dari ekuitas yang dipisah-
kan penyajiannya)
Kr. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual

34 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:34 Sec1:34 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

ii. Timbul kerugian


(i) Akumulasi keuntungan yang belum direaliasi
Db. Kas dan setara kas
Db. Keuntungan (sebagai bagian dari ekuitas yang di-
pisahkan penyajiannya)
Db. Kerugian (bagian laporan laba rugi)
Kr. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
(ii) Akumulasi kerugian yang belum direalisasi
Db. Kas dan setara kas
Kr. Kerugian (sebagai bagian dari ekuitas yang dipisah-
kan penyajiannya)
Kr. Keuntungan (bagian laporan laba rugi)
Kr. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
b) Kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo”
(1) Saat pengakuan awal:
(a) Diperoleh dengan premium
Db. Investasi jangka pendek – dimiliki hingga jatuh tempo
Db. Investasi jangka pendek – premium
Kr. Kas dan setara kas
(b) Diperoleh dengan diskonto
Db. Investasi jangka pendek – dimiliki hingga jatuh tempo
Kr. Investasi jangka pendek – diskonto
Kr. Kas dan setara kas
(c) Diperoleh pada par
Db. Investasi jangka pendek – dimiliki hingga jatuh tempo
Kr. Kas dan setara kas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 35

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:35 Sec1:35 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) Setelah pengakuan awal


(a) Pendapatan bunga
i. Diperoleh dengan premium
Db. Kas dan setara kas
Db. Amortisasi premium (pengurang pendapatan bunga)
Kr. Investasi jangka pendek - premium
Kr. Pendapatan bunga
ii. Diperoleh dengan diskon
Db. Kas dan setara kas
Db. Investasi jangka pendek - diskonto
Kr. Amortisasi diskonto (penambah pendapatan bunga)
Kr. Pendapatan bunga
iii. Diperoleh pada par
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan bunga
(b) Perubahan nilai wajar
Tidak ada jurnal
(c) Penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai (bagian laporan laba rugi)
Kr. Investasi jangka pendek – dimiliki hingga jatuh tempo
(d) Pemulihan nilai
Db. Investasi jangka pendek – dimiliki hingga jatuh tempo
Kr. Keuntungan pemulihan nilai (bagian laporan laba rugi)
(3) Saat jatuh tempo:
Db. Kas atau setara kas
Kr. Investasi jangka pendek – dimiliki hingga jatuh tempo

36 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:36 Sec1:36 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c. Piutang
1) Definisi
a) Piutang adalah hak tagih terhadap pihak lain atas kas, barang atau jasa.
b) Piutang usaha adalah jumlah tagihan terhadap pihak lain atas penjualan
barang atau pemberian jasa yang merupakan bagian dari kegiatan usaha
sesuai anggaran dasar.
c) Piutang lain-lain adalah piutang selain dari kegiatan usaha atau piutang
selain piutang usaha.
d) Penghentian-pengakuan adalah pengeluaran aset keuangan atau kewajib-
an keuangan dari neraca yang sebelumnya telah diakui.
2) Dasar Pengaturan
a) Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. (KDPPLK
paragraf 89)
b) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
c) Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau kewajiban keuangan,
entitas mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau
kewajiban keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi, nilai wajar tersebut ditambah biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau kewajiban
keuangan tersebut. (PSAK 55 paragraf 43)
d) Setelah pengakuan awal, entitas mengukur aset keuangan, termasuk
derivatif yang diakui sebagai aset, pada nilai wajarnya, tanpa harus dikurangi
biaya transaksi yang mungkin timbul saat penjualan, atau pelepasan lain,

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 37

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:37 Sec1:37 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

kecuali untuk pinjaman yang diberikan dan piutang sesuai definisi paragraf
8 dalam PSAK 55 yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan
menggunakan metode suku bunga efektif. (Modifikasi PSAK 55 paragraf
46 huruf a)
3) Penjelasan
a) Umum
(1) Piutang merupakan hak yang muncul dari penyerahan barang,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara perseroan dan
pihak lain, yang mewajibkan pihak lain tersebut untuk melunasi
pembayaran atas barang yang telah diterimanya atau utangnya
setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.
(2) Transaksi piutang usaha, antara lain, memiliki karakteristik sebagai
berikut:
(a) adanya penyerahan barang atau jasa;
(b) persetujuan atau kesepakatan berutang;
(c) jangka waktu tertentu.
(3) Piutang usaha antara lain berasal dari penjualan produk atau jasa dari
aktivitas utama perseroan.
(4) Piutang lain-lain antara lain berasal dari pemberian pinjaman kepada
pihak lain, seperti karyawan, piutang talangan PIR/Plasma/Tebu
Rakyat (piutang PIR dan plasma yang bukan berbentuk talangan
dan akan diselesaikan lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca
diatur dalam Bagian III.A.4.a: Piutang PIR dan Plasma) dan Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi.
(5) Piutang berjangka pendek yang timbul dari transaksi nonusaha antara
perseroan dengan perseroan lain, anak perusahaan, dan perusahaan
asosiasinya atau piutang antar badan hukum tidak termasuk dalam
bagian ini, tetapi diatur dalam Bagian III.A.3.d: Piutang Antar Badan
Hukum Jangka Pendek.
(6) Piutang usaha atau piutang lain-lain yang kemungkinan besar tidak
bisa ditagih, yaitu penyisihan piutang tidak tertagih yang sudah 100%
dari jumlah piutang, tetap disajikan sebagai bagian piutang ini.

38 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:38 Sec1:38 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Jumlah tercatat
(1) Piutang tidak memiliki premium atau diskon yang harus diamortisasi.
(2) Jumlah tercatat piutang adalah sama dengan jumlah tagihan kepada
pihak lain.
c) Penghentian-pengakuan
(1) Piutang dihentikan-pengakuannya, jika dan hanya jika:
(a) hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan
tersebut berakhir; atau
(b) perseroan mentransfer piutang seperti dijelaskan di angka (2),
dan transfer tersebut memenuhi kriteria penghentian-pengakuan
di angka (3).
(2) Perseroan mentransfer piutang, jika dan hanya jika:
(a) Perseroan mentransfer hak kontraktual untuk menerima arus kas
yang berasal dari piutang; atau
(b) Perseroan tetap memiliki hak kontraktual untuk menerima
arus kas yang berasal dari piutang, namun juga menanggung
kewajiban kontraktual untuk membayar arus kas yang diterima
tersebut kepada satu atau lebih pihak penerima melalui suatu
kesepakatan yang memenuhi seluruh persyaratan berikut:
i. Perseroan tidak wajib membayar penerima akhir, kecuali
jika perseroan memperoleh jumlah yang setara dari
aset awalnya. Uang muka jangka pendek yang diberikan
perseroan dengan hak untuk memperoleh kembali jumlah
yang dipinjamkan tersebut secara penuh ditambah bunga
terutang yang dihitung berdasarkan suku bunga pasar tidak
menyalahi persyaratan ini.
ii. Perseroan tidak diperkenankan, berdasarkan persyaratan da-
lam kontrak transfer, untuk menjual atau mengagunkan aset
awalnya kecuali untuk menjamin hak penerima akhir untuk
menerima arus kas.
iii. Perseroan berkewajiban untuk menyerahkan setiap arus
kas yang ditagihnya untuk dan atas nama penerima akhir
tanpa penundaan yang signifikan. Selain itu, perseroan tidak

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 39

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:39 Sec1:39 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

berhak untuk menginvestasikan kembali arus kas tersebut,


kecuali investasi pada kas atau setara kas selama periode
penyelesaian jangka pendek yaitu antara tanggal penagihan
dan tanggal pembayaran kepada penerima akhir, dan
pendapatan bunga yang diperoleh dari investasi tersebut
harus diserahkan kepada penerima akhir.
(3) Transfer piutang memenuhi kriteria penghentian-pengakuan jika
secara substansial telah mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas
kepemilikan piutang.
(4) Dalam hal perseroan secara substansial tidak mentransfer dan
tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan piutang
tersebut, maka perseroan menentukan apakah perseroan masih
memiliki pengendalian atas aset keuangan tersebut.
(a) Jika tidak lagi memiliki pengendalian, maka piutang dihentikan-
pengakuannya.
(b) Jika masih memiliki pengendalian, maka piutang tetap diakui
sebesar keterlibatan berkelanjutan (continuing involvement)
dengan piutang tersebut.
(5) Contoh kasus penghentian-pengakuan tersebut adalah sekuritisasi
piutang dan kemudian dijual kepada pihak lain.
d) Penyisihan piutang yang tidak tertagih
(1) Penyisihan piutang tidak tertagih (penurunan nilai dan tidak ter-
tagihnya piutang) dilakukan dengan mengevaluasi apakah terdapat
bukti yang obyektif bahwa suatu piutang atau kelompok piutang aset
keuangan mengalami penurunan nilai pada setiap tanggal neraca.
(2) Bukti-bukti obyektif atas penurunan nilai piutang sebagai akibat
dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal
aset tersebut (peristiwa yang merugikan), dan peristiwa tersebut
berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas suatu piutang
atau kelompok piutang yang dapat diestimasi secara handal.
(3) Peristiwa-peristiwa yang merugikan antara lain:
(a) kesulitan keuangan signifikan yang dialami pihak berutang
(debitur);

40 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:40 Sec1:40 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(b) pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tung-


gakan pembayaran pokok atau bunga;
(c) pihak kreditur, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan
dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam,
memberikan keringanan (konsesi) pada pihak debitur yang tidak
mungkin diberikan jika pihak debitur tidak mengalami kesulitan
tersebut;
(d) terdapat kemungkinan bahwa pihak debitur akan dinyatakan
pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya;
(e) hilangnya pasar aktif dari piutang akibat kesulitan keuangan;
atau
(f) data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan
yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelom-
pok piutang sejak pengakuan awalnya, meskipun penurunannya
belum dapat diidentifikasi terhadap piutang secara individual
dalam kelompok piutang tersebut, termasuk:
i. memburuknya status pembayaran pihak debitur dalam
kelompok tersebut, misalnya meningkatnya tunggakan pem-
bayaran piutang dari suatu industri tertentu; atau
ii. kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan
wanprestasi atas kelompok piutang tersebut, misalnya
kenaikan harga bahan bakar minyak yang mempengaruhi
kolektibilitas kelompok piutang dari suatu industri tertentu.
(4) Kerugian piutang tidak tertagih yang diperkirakan timbul akibat
peristiwa di masa datang tidak dapat diakui, terlepas hal tersebut
sangat mungkin terjadi.
(5) Kerugian piutang tidak tertagih merupakan bagian dari beban
nonusaha.
(6) Perseroan secara internal mengevaluasi dan menentukan jumlah
piutang yang tidak tertagih berdasarkan ketentuan yang dijelaskan di
atas.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 41

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:41 Sec1:41 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

e) Penghapusan
(1) Penghapusan piutang merupakan suatu proses hapus buku yang
didasarkan pada pertimbangan substansi ekonomi dalam rangka
pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan konservatisme dalam
akuntansi, dan bukan didasarkan pada pertimbangan legal.
(2) Hapus buku tidak menghilangkan hak tagih perseroan kepada
debitur.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Piutang usaha diakui pada saat barang diserahkan kepada pembeli
sesuai dengan perjanjian penjualan barang.
(a) FOB shipping point diakui pada saat barang diterima perusahaan
pengiriman untuk diserahkan kepada pembeli.
(b) FOB destination diakui pada saat barang diterima pembeli.
(2) Piutang lain-lain diakui pada saat aset, misalnya kas, diserahkan
kepada pihak lain.
(3) Piutang berkurang pada saat pembayaran diterima atau dihapuskan.
(4) Penyisihan kerugian piutang tidak tertagih dilakukan jika terdapat
bukti obyektif atas kolektibilitas piutang sebesar jumlah yang tidak
akan tertagih.
(5) Apabila jumlah suatu piutang yang dihapuskan lebih besar dari penyi-
sihan kerugian piutang yang bersangkutan, maka selisihnya diakui
sebagai beban pada periode yang bersangkutan, atau sebaliknya.
(6) Apabila terjadi pembayaran setelah piutang dihapusbukukan maka
diakui sebagai pendapatan nonusaha.
b) Penyajian
(1) Piutang disajikan pada kelompok pos aset lancar dalam neraca.
(2) Piutang disajikan sebesar jumlah neto, yakni jumlah seluruh tagihan
setelah dikurangi dengan penyisihan kerugian piutang.
(3) Piutang usaha dan piutang lain-lain disajikan pada pos yang terpisah.

42 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:42 Sec1:42 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain, sebagai berikut:
(1) Rincian jenis dan jumlah piutang.
(2) Jumlah piutang dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa.
(3) Metode pembentukan dan jumlah penyisihan kerugian piutang yang
dibentuk.
(4) Jumlah piutang yang dijadikan agunan pinjaman bank.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pengakuan awal
(1) Saat penjualan barang/jasa:
Db. Piutang usaha
Kr. Penjualan ekspor/lokal (komoditi utama)
Kr. PPN keluaran
(2) Saat penyerahan aset:
Db. Piutang lain-lain – karyawan
Kr. Kas dan setara kas
(3) saat penetapan dividen:
Db. Piutang lain-lain – dividen
Kr. Pendapatan nonusaha
b) Pada saat menerima pembayaran:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang yang terkait
c) Pada saat melakukan penyisihan piutang tidak tertagih:
Db. Beban penyisihan piutang
Kr. Akumulasi penyisihan piutang
d) Pada saat penghapusan suatu piutang:
(1) Jumlah penghapusan lebih kecil daripada jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Kr. Piutang usaha/piutang lain-lain
Kr. Pendapatan nonusaha (pengurang beban penghapusan piutang
yang lainnya)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 43

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:43 Sec1:43 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) Jumlah penghapusan sama dengan jumlah penyisihan


Db. Akumulasi penyisihan piutang
Kr. Piutang usaha/piutang lain-lain
(3) Jumlah penghapusan lebih besar dari jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Db. Beban penghapusan piutang
Kr. Piutang usaha/piutang lain-lain
e) Pada saat penerimaan pelunasan piutang yang telah dihapusbukukan:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan nonusaha

d. Piutang antar badan hukum jangka pendek


1) Definisi
a) Piutang antar badan hukum jangka pendek adalah piutang yang timbul
sebagai akibat dari transaksi nonusaha dengan pihak-pihak yang mempu-
nyai hubungan istimewa, selain untuk pos yang telah ditentukan penya-
jiannya dan akan diselesaikan dalam satu periode setelah tanggal neraca.
b) Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-pihak yang
dianggap mempunyai hubungan istimewa bila salah satu pihak mempunyai
kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh
signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan
operasional.
c) Pengendalian adalah kepemilikan langsung melalui anak perusahaan
dengan lebih dari setengah hak suara dari suatu perusahaan, atau
suatu kepentingan substansial dalam hak suara dan kekuasaan untuk
mengarahkan kebijakan keuangan dan operasi manajemen perusahaan
berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian.
d) Pengaruh signifikan adalah penyertaan dalam pengambilan keputusan
kebijakan keuangan dan operasi suatu perusahaan, tetapi tidak mengen-
dalikan kebijakan tersebut. Pengaruh signifikan dapat dijalankan de-
ngan berbagai cara antara lain berdasarkan perwakilan dalam dewan
komisaris atau penyertaan dalam proses perumusan kebijakan, transaksi

44 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:44 Sec1:44 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

antar perusahaan yang material, pertukaran karyawan manajerial, atau


ketergantungan pada informasi teknis. Pengaruh signifikan dapat diperoleh
berdasarkan kepemilikan bersama, anggaran dasar, atau perjanjian.
2) Dasar pengaturan
a) Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat eko-
nominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut mem-
punyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. (KDPPLK paragraf
89)
b) Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan
sedangkan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki
sifat atau fungsi yang sejenis. (PSAK 1 paragraf 23)
c) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
d) PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
e) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
f) PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan
Istimewa.
3) Penjelasan
a) Hubungan istimewa yang dimaksud adalah hubungan istimewa antar
BUMN, lembaga, anak perusahaan dan perusahaan asosiasi yang bergerak
di bidang perkebunan.
b) Piutang antar badan hukum jangka pendek mencakup piutang yang timbul
dari transaksi nonusaha antara perseroan dengan perseroan lain, anak
perusahaan, dan perusahaan asosiasinya yang mempunyai hubungan
istimewa sebagaimana dimaksud di huruf a), di mana akan diselesaikan
dalam satu periode setelah tanggal neraca. Sedangkan untuk piutang yang
timbul dari transaksi usaha, termasuk dalam Bagian III.A.3.c: Piutang.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 45

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:45 Sec1:45 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Penghentian-pengakuan dan penyisihan piutang antara badan hukum


jangka pendek yang tidak tertagih sama sebagaimana penjelasan di
Bagian III.A.3.c: Piutang.
4) Perlakuan akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Saat pengakuan awal, piutang antar badan hukum jangka pendek
diakui pada saat penyerahan aset atau pembayaran sebesar nilai
wajarnya, yaitu:
(a) apabila aset moneter maka diukur sebesar jumlah yang diserah-
kan; atau
(b) apabila aset nonmoneter maka diukur sebesar nilai wajar aset
tersebut.
(2) Selanjutnya, piutang antar badan hukum jangka pendek diukur
sebesar biaya perolehan diamortisasi (jika ada amortisasi atas
premium, diskon atau biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan piutang tersebut).
b) Penyajian
Piutang antar badan hukum jangka pendek disajikan dalam pos aset lancar
sebesar biaya perolehan.
c) Pengungkapan
(1) rincian piutang antar badan hukum jangka pendek berdasarkan jenis
dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku
bunga efektif;
(5) piutang yang dijadikan agunan, jika ada;
(6) rincian nama pihak yang memiliki hubungan istimewa, dan jumlah
piutang;

46 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:46 Sec1:46 23/07/2008 13:00:16


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(7) penyisihan yang dibentuk:


(a) alasan dan dasar pembentukan penyisihan;
(b) jumlah penyisihan dan penghapusan piutang.
(8) lain-lain
5) Ilustrasi jurnal
a) Pada saat pengakuan awal
Dr. Piutang antar badan hukum jangka pendek
Kr. Kas dan setara kas
b) Pada saat penyelesaian:
Dr. Kas dan setara kas
Kr. Piutang antar badan hukum jangka pendek
c) Pada saat melakukan penyisihan piutang tidak tertagih
Db. Beban penyisihan piutang
Kr. Akumulasi penyisihan piutang
d) Pada saat penghapusan piutang:
(1) Jumlah penghapusan lebih kecil daripada jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Kr. Piutang antar badan hukum jangka pendek
Kr. Pendapatan nonusaha (pengurang beban penghapusan piutang
yang lainnya)
(2) Jumlah penghapusan sama dengan jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Kr. Piutang antar badan hukum jangka pendek
(3) Jumlah penghapusan lebih besar daripada jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Db. Beban penghapusan piutang
Kr. Piutang antar badan hukum jangka pendek

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 47

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:47 Sec1:47 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

e) Pada saat penerimaan pelunasan piutang antar badan hukum jangka


pendek yang telah dihapusbukukan:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan nonusaha

e. Persediaan
1) Definisi
a) Persediaan adalah:
(1) aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
(2) aset dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
(3) aset yang tersedia dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk
digunakan dalam pemberian pelayanan, proses produksi, dan
mendukung kegiatan administratif.
b) Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan
usaha normal dikurangi dengan taksiran biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan penjualan, jika ada.
c) Produk utama (main product) adalah produk yang dimaksudkan untuk
dihasilkan dari suatu proses produksi yang serentak.
d) Produk sampingan (by product) adalah produk yang tidak dimaksudkan
untuk dihasilkan dari suatu proses produksi yang serentak dan mempunyai
nilai yang relatif rendah.
2) Dasar Pengaturan
a) Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih,
mana yang lebih rendah (the lower of cost and net realizable value). (PSAK
14 paragraf 5)
b) Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi
dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition).
(PSAK 14 paragraf 6)
c) Biaya persediaan untuk barang yang lazimnya tidak dapat diganti dengan
barang lain (not ordinary interchangeable) dan barang serta jasa yang
dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek khusus harus diperhitungkan
berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing. (PSAK
14 paragraf 18)

48 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:48 Sec1:48 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d) Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 18, harus dihitung
dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP
atau FIFO), rata-rata tertimbang (weighted average cost method), atau
masuk terakhir keluar pertama (MTKP atau LIFO). (PSAK 14 paragraf 20)
e) Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan
tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan
atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah
biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan harus
diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian
tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena
peningkatan kembali nilai realisasi bersih harus diakui sebagai pengurang
terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan
tersebut. (PSAK 14 paragraf 28)
3) Penjelasan
a) Umum
(1) Persediaan yang dimiliki perseroan dalam beberapa bentuk hasil
tanaman, barang dalam proses, serta bahan baku dan bahan
pelengkap.
(2) Persediaan hasil tanaman, antara lain terdiri dari:
(a) inti sawit;
(b) minyak sawit;
(c) teh;
(d) karet;
(e) gula;
(f) tetes;
(g) alkohol/spirtus;
(h) kopi;
(i) kakao;
(j) lain-lain.
(3) Persediaan barang dalam proses, antara lain terdiri dari:
(a) tembakau dalam proses;
(b) gula sisan;
(c) lain-lain.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 49

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:49 Sec1:49 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(4) Persediaan bahan baku dan bahan pelengkap, antara lain terdiri
dari:
(a) pupuk;
(b) obat-obatan;
(c) suku cadang;
(d) bahan bakar;
(e) lain-lain.
b) Rumus biaya
(1) Rumus biaya yang digunakan adalah rata-rata tertimbang (weighted
average).
(2) Rata-rata tertimbang dihitung untuk setiap kelompok persediaan,
misalnya rata-rata tertimbang persediaan inti sawit dan rata-rata
tertimbang persediaan minyak sawit.
c) Biaya perolehan
(1) Biaya perolehan persediaan terdiri dari:
(a) biaya pembelian persediaan;
(b) biaya konversi;
(c) biaya lain-lain, jika ada.
(2) Biaya pembelian
(a) Dalam hal persediaan diperoleh dari pihak luar yang kemudian
diproses lebih lanjut oleh perseroan, maka biaya pembelian
sebesar harga pembelian setelah dikurangi diskon dan sebagainya,
termasuk pajak yang tidak bisa direstitusi.
(b) Dalam hal persediaan diperoleh dari internal perseroan, maka
biaya pembelian sebesar jumlah tercatat aset yang ditransfer
(transfer cost) untuk diolah lebih lanjut menjadi persediaan.
(3) Biaya konversi
(a) Biaya konversi terdiri dari:
i. biaya yang secara langsung terkait unit persediaan yang
diproduksi; dan
ii. overhead produksi.

50 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:50 Sec1:50 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(b) Biaya yang terkait langsung terdiri dari:


i. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost);
ii. Biaya bahan baku langsung lainnya.
(c) Overhead produksi
i. Overhead produksi terdiri dari:
(i) Overhead produksi yang bersifat variabel (variable
production overhead);
(ii) Overhead produksi yang bersifat tetap (fixed production
overhead).
ii. Overhead produksi tetap
(i) Alokasi overhead produksi tetap didasarkan pada kapa-
sitas normal fasilitas produksi.
(ii) Kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang diharap-
kan akan tercapai selama suatu periode atau musim
dalam keadaan normal, dengan memperhitungkan
hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana.
iii. Overhead produksi yang dimaksud adalah overhead yang
terjadi di unit/pabrik.
iv. Beban bonus dan bagi laba yang diberikan kepada pegawai di
unit/pabrik tidak termasuk komponen overhead produksi.
(4) Biaya lain-lain
(a) Biaya lain-lain yang dapat dibebankan ke persediaan jika biaya
tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dipakai atau dijual.
(b) Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk membe-
bankan biaya overhead nonproduksi atau biaya perancangan
produk untuk pelanggan khusus sebagai biaya persediaan.
Tetapi hal tersebut kecil kemungkinannya terjadi di bidang usaha
perseroan yang bersifat massal atau produk yang dihasilkan
bersifat komoditas.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 51

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:51 Sec1:51 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d) Biaya-biaya yang tidak termasuk persediaan


(1) Beberapa contoh biaya yang tidak diakui sebagai bagian dari biaya
persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya
adalah:
(a) jumlah pemborosan bahan, upah, atau biaya produksi lainnya
yang tidak normal;
(b) biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam
proses produksi sebelum dilanjutkan pada tahap produksi
berikutnya;
(c) biaya administrasi dan umum (overhead nonproduksi) di unit/
pabrik yang tidak memberikan kontribusi langsung untuk mem-
buat persediaan berada dalam lokasi dan kondisi sekarang;
(d) biaya penjualan.
(2) Biaya overhead di luar unit/pabrik, misalnya overhead kantor
pusat atau kantor direksi, tidak diakui sebagai bagian dari biaya
persediaan.
e) Produk sampingan
(1) Contoh produk sampingan: baggase tebu, cangkang sawit, dan lain
lain.
(2) Hasil penjualan produk sampingan tidak boleh mengurangi biaya
produk utama, tetapi diakui sebagai pendapatan nonusaha.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Pengakuan awal
Persediaan diakui pada saat perolehan sebesar biaya perolehan
persediaan.
(2) Pengukuran setelah pengakuan awal
(a) Persediaan diukur mana yang lebih rendah antara biaya perolehan
dengan nilai realisasi bersih.
(b) Penurunan nilai persediaan akibat nilai realisasi bersih lebih
rendah daripada biaya perolehan diakui sebagai kerugian pada
periode berjalan.
(c) Persediaan berkurang pada saat digunakan atau dijual.

52 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:52 Sec1:52 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Penyajian
(1) Persediaan disajikan pada kelompok aset lancar.
(2) Persediaan disajikan sebesar mana yang lebih rendah antara biaya
perolehan atau nilai realisasi bersih.
(3) Tanaman semusim disajikan sebagai pos tersendiri dalam neraca.
c) Pengungkapan
(1) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan,
termasuk rumus biaya yang dipakai;
(2) total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut
klasifikasi persediaan;
(3) pengungkapan terpisah untuk persediaan tanaman semusim yang
ada pada tanggal pelaporan;
(4) jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih;
(5) jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui
sebagai pengurang beban persediaan selama periode berjalan;
(6) kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan
yang telah diturunkan;
(7) nilai tercatat persediaan yang dijadikan sebagai agunan;
(8) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat perolehan persediaan:
Db. Persediaan
Kr. Kas dan setara kas/pos yang terkait
b) Pemakaian bahan baku dan pelengkap:
Db. Beban/pos yang terkait
Kr. Persediaan
c) Penjualan persediaan hasil jadi:
Db. Kas dan setara kas/piutang usaha
Kr. Penjualan (pendapatan usaha)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 53

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:53 Sec1:53 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d) Penjualan produk sampingan:


Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan usaha
e) Pada saat terjadi penurunan nilai:
Db. Kerugian penurunan nilai persediaan
Kr. Selisih penurunan nilai persediaan (pengurang nilai persediaan)
f) Pada saat pemulihan nilai:
Db. Selisih penurunan nilai persediaan
Kr. Pendapatan pemulihan nilai persediaan (pengurang beban per-
sediaan)

f. Biaya Dibayar Dimuka


1) Definisi
Biaya dibayar dimuka adalah pembayaran biaya dimuka yang manfaatnya akan
digunakan di dalam satu periode yang akan datang.
2) Dasar Pengaturan
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
b) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
c) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai aset
tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
3) Penjelasan
a) Biaya dibayar dimuka berfungsi antara lain untuk membiayai operasional
tidak lebih dari 1 (satu) tahun setelah tanggal neraca.
b) Biaya dibayar di muka antara lain terdiri:
(1) uang muka pembelian barang;
(2) uang muka rental untuk satu tahun yang akan datang;

54 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:54 Sec1:54 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) biaya asuransi yang dibayar dimuka;


(4) lain-lain.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Biaya dibayar dimuka diakui pada saat pengeluaran uang dilakukan
tetapi barang/jasa/manfaat belum diterima.
(2) Biaya dibayar dimuka berkurang pada saat barang/jasa/manfaat
diterima atau habis masanya.
b) Pengukuran
(1) Biaya dibayar dimuka diakui sebesar jumlah yang dibayarkan.
(2) Pada akhir periode pelaporan, biaya dibayar dimuka diakui sebesar
nilai barang/jasa/manfaat atau setaranya yang belum diakui pada
periode berjalan.
c) Penyajian
(1) Biaya dibayar dimuka disajikan pada kelompok pos aset lancar.
(2) Biaya dibayar dimuka disajikan secara neto setelah dikurangi peng-
akuan/pembebanan periode berjalan.
d) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
(1) nilai perjanjian.
(2) jangka waktu perjanjian dan pembebanan tiap tahun.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pembayaran biaya dibayar dimuka:
Db. Biaya dibayar dimuka
Kr. Kas dan setara kas
b) Saat pembebanan tahun berjalan:
Db. Aset atau beban yang terkait
Kr. Biaya dibayar dimuka

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 55

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:55 Sec1:55 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

g. Pajak Dibayar Dimuka


1) Definisi
Pajak dibayar dimuka adalah pembayaran pajak yang akan diperhitungkan
dengan kewajiban pajak.
2) Dasar Pengaturan
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
b) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisir dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
c) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai aset
tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
3) Penjelasan
Pajak dibayar dimuka terdiri dari:
a) angsuran pajak penghasilan (PPh) Pasal 21, 23, 24, dan 25.
b) PPN masukan yang dapat dikreditkan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Pajak dibayar dimuka diakui pada saat angsuran PPh disetor ke
kas negara atau pada saat PPN masukan (yang dapat dikreditkan)
dibayar.
(2) Pajak dibayar dimuka diakui sebesar:
(a) angsuran untuk PPh;
(b) PPN masukan yang dapat dikreditkan untuk PPN masukan.
(3) PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan diakui sebagai beban pos
yang terkait.
b) Penyajian
Pajak dibayar dimuka disajikan pada kelompok pos aset lancar.

56 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:56 Sec1:56 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Pengungkapan
(1) rincian pajak dibayar dimuka; dan
(2) hal-hal lain yang diperlukan.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pembayaran angsuran PPh:
Db. Pajak dibayar dimuka (angsuran PPh)
Kr. Kas dan setara kas
b) Pada saat pembayaran PPN masukan:
Db. Aset atau beban yang terkait
Db. Pajak dibayar dimuka (PPN masukan)
Kr. Kas dan setara kas

h. Aset Dimiliki untuk Dijual


1) Definisi
a) Aset dimiliki untuk dijual adalah aset tidak lancar yang nilai tercatatnya
secara prinsip akan dipulihkan melalui transaksi penjualan daripada
kelanjutan pemakaian.
b) Operasi yang telah dihentikan adalah komponen perusahaan yang telah
dihentikan atau diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual dan:
(1) mewakili sebagian besar lini bisnis atau area geografis operasi,
(2) sebagai bagian dari rencana tunggal pelepasan sebagian besar lini
bisnis atau area geografis operasi, atau
(3) anak perusahaan yang dimiliki secara khusus dengan tujuan untuk
dijual kembali.
c) Kelompok yang dilepaskan adalah suatu kelompok aset yang dilepaskan,
dijual atau cara lainnya dalam suatu transaksi tunggal, serta kewajiban
yang berkaitan langsung yang akan dialihkan dalam transaksi tersebut.
2) Dasar Pengaturan
a) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 57

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:57 Sec1:57 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
b) Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih model biaya harus mengukur
seluruh properti investasinya sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
PSAK 16 tersebut. Sedangkan jika properti investasi tersebut memenuhi
kriteria dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok aset yang
akan dilepas yang dikelompokkan sebagai dimiliki untuk dijual) maka
entitas:
(1) mengukur aset tersebut sebesar nilai yang lebih rendah antara jumlah
tercatat dan nilai wajar setelah dikurangi dengan biaya penjualan dan
tidak disusutkan; dan
(2) menyajikan aset tersebut dan hasil operasinya secara terpisah di
neraca dan laporan laba rugi. (PSAK 13 paragraf 58)
c) Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan,
yaitu pada saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang
diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan intensi
manajemen. Penyusutan dari suatu aset dihentikan lebih awal ketika:
(1) aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual atau
aset tersebut termasuk dalam kelompok aset yang tidak dipergunakan
lagi dan diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual
(2) aset tersebut dihentikan pengakuannya... (PSAK 16 paragraf 58)
d) Suatu aset dalam satu sewa pembiayaan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam suatu kelompok yang akan
dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual), maka
perlakuan akuntansi untuk aset tersebut adalah sebagai berikut:
(1) disajikan sebagai aset tersedia untuk dijual, jika jumlah tercatatnya
terutama dapat dipulihkan melalui transaksi penjualan daripada
penggunaan lebih lanjut;

58 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:58 Sec1:58 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) diukur sebesar nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatatnya dan
nilai wajar setelah dikurangi beban penjualan aset tersebut; dan
(3) diungkapkan dalam laporan keuangan untuk memungkinkan evaluasi
dampak keuangan dari adanya perubahan penggunaan aset. (PSAK
30 paragraf 38)
e) PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan.
3) Penjelasan
a) Aset dimiliki untuk dijual berasal dari:
(1) aset tidak lancar yang akan dijual daripada terus dipergunakan;
(2) sekelompok aset dan kewajiban yang akan dilepaskan, yang dapat
timbul dari suatu operasi yang telah dihentikan.
b) Suatu aset dimiliki untuk dijual apabila:
(1) aset tersedia untuk segera dijual dalam kondisinya sekarang;
(2) kondisi sekarang aset tersebut sesuai dengan persyaratan dalam
suatu penjualan untuk aset yang seperti itu; dan
(3) penjualan tersebut harus kemungkinan besar terjadi.
c) Agar penjualan tersebut dapat dikatakan kemungkinan besar terjadi:
(1) adanya komitmen manajemen terhadap rencana penjualan aset
tersebut;
(2) manajemen harus sudah mengadakan suatu program aktif untuk
mencari pembeli dan menyelesaikan rencana penjualan tersebut;
(3) aset tersebut harus dipasarkan secara aktif pada harga yang pantas
sesuai dengan nilai wajar kininya;
(4) penjualan diharapkan terjadi dalam waktu satu tahun dari tanggal
klasifikasi;
(5) tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan rencana
penjualan harus mengindikasikan bahwa kemungkinan terjadinya
perubahan signifkan atau pembatalan rencana penjualan tersebut
sangat kecil.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 59

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:59 Sec1:59 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d) Penjualan suatu aset dapat dilakukan lebih dari satu tahun [huruf c) (4)],
tetapi aset tersebut tetap diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual
jika:
(1) penundaan tersebut disebabkan oleh peristiwa atau keadaan di luar
kuasa perseroan; dan
(2) terdapat cukup bukti bahwa perseroan tetap berkomitmen atas
rencana penjualan tersebut.
e) Aset tidak lancar yang ditinggalkan sementara tidak termasuk aset dimiliki
untuk dijual karena akan digunakan di masa mendatang.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Aset dimiliki untuk dijual diakui pada saat ditetapkan akan dijual
(diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual).
(2) Aset dimiliki untuk dijual diukur pada nilai yang lebih rendah antara:
(a) jumlah tercatat, dengan
(b) nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
(3) Apabila nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual lebih tinggi daripada
jumlah tercatat, maka selisihnya diakui sebagai kerugian dalam
laporan laba rugi.
(4) Tidak ada penyusutan atas aset dimiliki untuk dijual.
b) Penyajian
(1) Aset dimiliki untuk dijual disajikan sebagai aset lancar dalam pos
tersendiri.
(2) Kewajiban yang terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual
disajikan dalam pos tersendiri dalam kewajiban.
(3) Aset dan kewajiban tersebut tidak disajikan secara neto atau tidak
saling hapus.
(4) Pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan aset dimiliki
untuk dijual disajikan dalam pos tersendiri dalam laporan laba rugi.

60 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:60 Sec1:60 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Pengungkapan
(1) Operasi yang telah dihentikan:
(a) jumlah yang diakui dalam laporan laba rugi yang terdiri dari:
i. laba atau rugi setelah pajak yang dihasilkan operasi yang
dihentikan;
ii. laba atau rugi setelah pajak dari pengukuran nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual.
(b) analisa atas jumlah di atas [huruf (a)] yang terdiri dari:
i. pendapatan, beban, laba atau rugi sebelum pajak dari
operasi yang dihentikan, dan beban pajak terkait;
ii. laba atau rugi pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual dari operasi yang dihentikan, dan beban pajak
terkait;
(c) arus kas neto dari operasi yang dihentikan.
(2) Aset tidak lancar atau kelompok yang dilepaskan:
(a) penjelasan mengenai deskripsi aset tidak lancar dan kelompok
yang dilepaskan;
(b) penjelasan mengenai fakta dan keadaan penjualan atau
ekspektasi penjualan, dan ekspektasi pelaksanaan dan waktu
pelepasan;
(c) laba atau rugi yang diakui dalam laporan laba rugi;
(d) jika praktis, segmen perusahaan dimana aset tidak lancar atau
operasi yang dilepaskan berada.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pengakuan awal
(1) Berasal dari aset tidak lancar
Db. Aset dimiliki untuk dijual (aset lancar)
Db. Kerugian penurunan nilai (jika nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual lebih besar daripada jumlah tercatat)
Kr. Aset tetap/properti investasi/pos aset tidak lancar lainnya

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 61

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:61 Sec1:61 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) Berasal dari kelompok yang dilepaskan


Db. Aset dimiliki untuk dijual
Db. Kewajiban terkait dari kelompok yang dilepaskan
Db. Kerugian penurunan nilai (jika nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual lebih besar daripada jumlah tercatat)
Kr. Aset terkait dari kelompok yang dilepaskan
Kr. Kewajiban – dimiliki untuk dijual
b) Pengukuran setelah pengakuan awal
(1) Jika terjadi kenaikan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
(a) Kerugian penurunan nilai diakui pada awal pengakuan
Db. Aset dimiliki untuk dijual
Kr. Keuntungan kenaikan nilai (maksimal sama dengan jumlah
kerugian yang telah diakui)
(b) Tidak ada kerugian penurunan nilai diakui pada awal pengakuan
Tidak ada jurnal
(2) Jika terjadi penurunan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual lebih tinggi daripada jumlah
tercatat:
Db. Kerugian penurunan nilai
Kr. Aset dimiliki untuk dijual
c) Pendapatan dan beban
(1) Pendapatan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan dari aset – dimiliki untuk dijual
(2) Beban
Db. Beban dari aset – dimiliki untuk dijual
Kr. Kas dan setara kas
d) Penjualan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Aset dimiliki untuk dijual
Dapat terjadi keuntungan atau kerugian.

62 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:62 Sec1:62 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

i. Aset Lancar Lainnya


1) Definisi
Aset lancar lainnya adalah aset lancar yang tidak dapat digolongkan ke dalam
salah satu pos-pos aset lancar yang ada dan tidak cukup material untuk
disajikan dalam pos tersendiri.
2) Dasar Pengaturan
a) Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan
sedangkan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki
sifat atau fungsi yang sejenis. (PSAK 1 paragraf 23)
b) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
c) Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai
unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar...
(PSAK 1 paragraf 49)
3) Penjelasan
a) Aset lancar lainnya merupakan aset lancar yang tidak dapat digolongkan
ke dalam pos-pos aset lancar yang ada, namun tidak cukup material untuk
disajikan secara terpisah.
b) Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.
Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai
sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan
(omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya,
materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 63

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:63 Sec1:63 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi
dipandang berguna.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Aset lancar lainnya diakui pada saat diterima atau dibayar atau
timbulnya penyebab lain aset lancar lainnya tersebut.
(2) Aset lancar lainnya diakui sebesar jumlah yang diterima atau dibayar.
b) Penyajian
Aset lancar lainnya disajikan dalam pos aset lancar dan disajikan di urutan
paling akhir.
c) Pengungkapan
Rincian aset lancar lainnya.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Saat pengakuan awal:
Db. Aset lancar lainnya
Kr. Kas dan setara kas/pos yang terkait
b) Saat penggunaan:
Db. Pos yang terkait
Kr. Aset lancar lainnya

4. Aset Tidak Lancar


Aset tidak lancar adalah semua aset yang tidak termasuk kategori aset lancar, seperti
yang telah disebutkan pada klasifikasi aset lancar di atas.

Aset tidak lancar terdiri dari:


a. piutang PIR dan plasma
b. piutang antar badan hukum jangka panjang
c. investasi jangka panjang
d. investasi pada perusahaan asosiasi

64 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:64 Sec1:64 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

e. investasi pada perusahaan lainnya


f. properti investasi
g. aset tanaman
h. aset tetap
i. aset sewaan
j. aset kerjasama operasi
k. aset pengelolaan bersama
l. aset pajak tangguhan
m. beban tangguhan
n. aset tidak berwujud
o. aset tidak lancar lainnya

a. Piutang PIR dan Plasma


1) Definisi
a) Piutang perkebunan inti rakyat (PIR) adalah piutang yang berasal dari
program perkebunan inti rakyat yang sumber dananya berasal dari
pemerintah dan akan diselesaikan lebih dari satu periode setelah tanggal
neraca.
b) Piutang perkebunan inti plasma (plasma) adalah piutang yang berasal
dari program perkebunan inti plasma yang sumber dananya berasal dari
perbankan, bukan pemerintah, dan akan diselesaikan lebih dari satu
periode setelah tanggal neraca.
c) Perkebunan inti adalah perkebunan yang dimiliki oleh perseroan.
d) Perkebunan rakyat adalah perkebunan yang akan diserahkan kepada
petani pada saat siap menghasilkan yang dana pembuatannya bersumber
dari pemerintah.
e) Perkebunan plasma perkebunan yang akan diserahkan kepada petani
pada saat siap menghasilkan yang dana pembuatannya bersumber dari
perbankan, bukan pemerintah.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 65

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:65 Sec1:65 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

2) Dasar pengaturan
a) Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. (KDPPLK
paragraf 89)
b) Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan
sedangkan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki
sifat atau fungsi yang sejenis. (PSAK 1 paragraf 23)
c) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
d) PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
e) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
3) Penjelasan
a) Program pemerintah terkait dengan bidang perkebunan meliputi program
perkebunan inti rakyat dan program perkebunan inti plasma.
b) Perkebunan inti rakyat
(1) Program perkebunan inti rakyat merupakan program pemerintah
yang mewajibkan perseroan untuk membina masyarakat untuk
menghasilkan komoditi perkebunan tertentu dalam wilayah kerja
perseroan.
(2) Perseroan diwajibkan untuk membuka lahan, menyediakan bibit,
pupuk dan sarana lain yang dananya akan diganti jika tanaman telah
menghasilkan.
(3) Perkebunan rakyat dibangun di atas tanah yang dimiliki pemerintah
yang telah diserahkan kepada petani peserta PIR.

66 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:66 Sec1:66 23/07/2008 13:00:17


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(4) Program PIR dibiayai oleh pemerintah yang disalurkan kepada


perseroan atau ditalangi sementara oleh perseroan.
(5) Pengelolaan perkebunan rakyat ini akan diserahterimakan kepada
petani peserta PIR senilai harga konversi yang ditetapkan pemerintah
pada saat perkebunan rakyat siap menghasilkan.
(6) Petani peserta PIR berkewajiban menjual hasil panennya kepada
perseroan dan mencicil kredit pemerintah dengan cara pemotongan
dari hasil penjualannya.
c) Perkebunan inti plasma
(1) Program perkebunan inti plasma merupakan program pemerintah
yang mewajibkan perseroan untuk membina masyarakat menghasil-
kan komoditas perkebunan tertentu. Perseroan diwajibkan untuk
membuka lahan, menyediakan bibit, pupuk dan sarana lain yang
dananya akan diganti jika tanaman telah menghasilkan.
(2) Perkebunan plasma dibangun di atas tanah yang dimiliki petani
setempat, yaitu perkebunan plasma.
(3) Proyek perkebunan plasma dibiayai oleh kredit investasi dari bank
yang disalurkan kepada perseroan atau ditalangi sementara oleh
perseroan.
(4) Pengelolaan perkebunan plasma ini akan diserahterimakan kepada
petani plasma senilai harga konversi yang ditetapkan pemerintah
pada saat perkebunan plasma siap menghasilkan.
(5) Petani plasma berkewajiban menjual hasil panennya kepada perse-
roan dan mencicil kredit investasi dengan cara pemotongan dari hasil
penjualannya.
d) Penghentian-pengakuan dan penyisihan piutang antar badan hukum yang
tidak tertagih sama sebagaimana penjelasan di Bagian III.A.3.c: Piutang.
4) Perlakuan akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Saat pengakuan awal, piutang PIR dan plasma diakui pada saat
penyerahan aset atau pembayaran sebesar nilai wajarnya, yaitu:
(a) apabila aset moneter maka diukur sebesar jumlah yang
diserahkan; atau

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 67

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:67 Sec1:67 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(b) apabila aset nonmoneter maka diukur sebesar nilai wajar aset
tersebut.
(2) Selanjutnya, piutang PIR dan plasma diukur sebesar biaya perolehan.
b) Penyajian
Piutang PIR dan plasma disajikan dalam pos aset tidak lancar sebesar biaya
perolehan.
c) Pengungkapan
(1) rincian piutang PIR dan plasma berdasarkan jenis dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) piutang yang dijadikan agunan, jika ada;
(5) penyisihan yang dibentuk:
(a) alasan dan dasar pembentukan penyisihan;
(b) jumlah penyisihan dan penghapusan piutang.
(6) lain-lain.
5) Ilustrasi jurnal
a) Pada saat pengakuan awal
Dr. Piutang PIR dan plasma
Kr. Kas dan setara kas/pos yang terkait
b) Pada saat reklasifikasi ke aset lancar:
Db. Bagian jangka pendek piutang PIR dan plasma
Kr. Piutang PIR dan plasma
c) Pada saat penyelesaian:
Dr. Kas dan setara kas
Kr. Bagian jangka pendek piutang PIR dan plasma

68 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:68 Sec1:68 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d) Pada saat melakukan penyisihan piutang tidak tertagih


(1) Jika belum direklasifikasi ke aset lancar
Db. Beban penyisihan piutang
Kr. Akumulasi penyisihan piutang piutang PIR dan plasma
(2) Jika sudah direklasifikasi ke aset lancar
Db. Beban penyisihan piutang
Kr. Akumulasi penyisihan piutang bagian jangka pendek piutang PIR
dan plasma
e) Pada saat penghapusan piutang:
(1) Belum direklasifikasi ke aset lancar
(a) Jumlah penghapusan lebih kecil daripada jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Kr. Piutang PIR dan plasma
Kr. Pendapatan nonusaha (sebagai pengurang beban penghapus-
an piutang yang lainnya)
(b) Jumlah penghapusan sama dengan jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Kr. Piutang PIR dan plasma
(c) Jumlah penghapusan lebih besar dari jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Db. Beban penghapusan piutang
Kr. Piutang PIR dan plasma
(2) Sudah direklasifikasi ke aset lancar
(a) Jumlah penghapusan lebih kecil daripada jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Kr. Bagian jangka pendek piutang PIR dan plasma
Kr. Pendapatan nonusaha (sebagai pengurang beban penghapus-
an piutang yang lainnya)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 69

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:69 Sec1:69 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(b) Jumlah penghapusan sama dengan jumlah penyisihan


Db. Akumulasi penyisihan piutang
Kr. Bagian jangka pendek piutang PIR dan plasma
(c) Jumlah penghapusan lebih besar daripada jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Db. Beban penghapusan piutang
Kr. Bagian jangka pendek piutang PIR dan plasma
f) Pada saat penerimaan pelunasan piutang antar badan hukum jangka
pendek yang telah dihapusbukukan:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan nonusaha

b. Piutang antara badan hukum jangka panjang


1) Definisi
a) Piutang antar badan hukum jangka panjang adalah piutang yang timbul
sebagai akibat dari transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, selain untuk pos yang telah ditentukan penyajiannya dan akan
diselesaikan lebih dari satu periode setelah tanggal neraca.
b) Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-pihak yang
dianggap mempunyai hubungan istimewa bila salah satu pihak mempunyai
kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh
signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan
operasional.
c) Pengendalian adalah kepemilikan langsung melalui anak perusahaan
dengan lebih dari setengah hak suara dari suatu perusahaan, atau
suatu kepentingan substansial dalam hak suara dan kekuasaan untuk
mengarahkan kebijakan keuangan dan operasi manajemen perusahaan
berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian.
d) Pengaruh signifikan adalah penyertaan dalam pengambilan keputusan
kebijakan keuangan dan operasi suatu perusahaan, tetapi tidak mengen-
dalikan kebijakan tersebut. Pengaruh signifikan dapat dijalankan de-
ngan berbagai cara antara lain berdasarkan perwakilan dalam dewan
komisaris atau penyertaan dalam proses perumusan kebijakan, transaksi

70 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:70 Sec1:70 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

antarperusahaan yang material, pertukaran karyawan manajerial, atau


ketergantungan pada informasi teknis. Pengaruh signifikan dapat diperoleh
berdasarkan kepemilikan bersama, anggaran dasar, atau perjanjian.
2) Dasar pengaturan
a) Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. (KDPPLK
paragraf 89)
b) Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan
sedangkan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki
sifat atau fungsi yang sejenis. (PSAK 1 paragraf 23)
c) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
d) PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
e) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
f) PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan
Istimewa.
3) Penjelasan
a) Hubungan istimewa yang dimaksud adalah hubungan istimewa antar
sesama BUMN yang bergerak di bidang perkebunan.
b) Piutang antar badan hukum jangka panjang mencakup piutang yang
timbul dari transaksi nonusaha antara perseroan dengan perseroan lain,
anak perusahaan, dan perusahaan asosiasi yang mempunyai hubungan
istimewa sebagaimana di maksud di huruf a), di mana akan diselesaikan
lebih dari satu periode setelah tanggal neraca.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 71

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:71 Sec1:71 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Penghentian-pengakuan dan penyisihan piutang antar badan hukum yang


tidak tertagih sama sebagaimana penjelasan di Bagian III.A.3.c: Piutang.
4) Perlakuan akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Saat pengakuan awal, piutang antar badan hukum jangka panjang
diakui pada saat penyerahan aset atau pembayaran sebesar nilai
wajarnya, yaitu:
(a) apabila aset moneter maka diukur sebesar jumlah yang diserah-
kan; atau
(b) apabila aset nonmoneter maka diukur sebesar nilai wajar aset
tersebut.
(2) Selanjutnya, piutang antar badan hukum jangka panjang diukur
sebesar biaya perolehan.
b) Penyajian
Piutang antar badan hukum jangka panjang disajikan dalam pos aset tidak
lancar sebesar biaya perolehan.
c) Pengungkapan
(1) rincian piutang antar badan hukum jangka panjang berdasarkan jenis
dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku
bunga efektif;
(5) piutang yang dijadikan agunan, jika ada;
(6) rincian nama pihak yang memiliki hubungan istimewa, dan jumlah
piutang;
(7) penyisihan yang dibentuk:
(a) alasan dan dasar pembentukan penyisihan;
(b) jumlah penyisihan dan penghapusan piutang.
(8) lain-lain.

72 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:72 Sec1:72 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

5) Ilustrasi jurnal
a) Pada saat pengakuan awal
Dr. Piutang antar badan hukum jangka panjang
Kr. Kas dan setara kas/pos yang terkait
b) Pada saat reklasifikasi ke aset lancar:
Db. Bagian jangka pendek piutang antar badan hukum jangka panjang
Kr. Piutang antar badan hukum jangka panjang
c) Pada saat penyelesaian:
Dr. Kas dan setara kas
Kr. Bagian jangka pendek piutang antar badan hukum jangka panjang
d) Pada saat melakukan penyisihan piutang tidak tertagih
(1) Jika belum direklasifikasi ke aset lancar
Db. Beban penyisihan piutang
Kr. Akumulasi penyisihan piutang
(2) Jika sudah direklasifikasi ke aset lancar
Db. Beban penyisihan piutang
Kr. Akumulasi penyisihan piutang
e) Pada saat penghapusan piutang:
(1) Belum direklasifikasi ke aset lancar
(a) Jumlah penghapusan lebih kecil daripada jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Kr. Piutang antar badan hukum jangka panjang
Kr. Pendapatan nonusaha (sebagai pengurang beban penghapus-
an piutang yang lainnya)
(b) Jumlah penghapusan sama dengan jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Kr. Piutang antar badan hukum jangka panjang
(c) Jumlah penghapusan lebih besar dari jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Db. Beban penghapusan piutang
Kr. Piutang antar badan hukum jangka panjang

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 73

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:73 Sec1:73 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) Sudah direklasifikasi ke aset lancar


(a) Jumlah penghapusan lebih kecil daripada jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Kr. Bagian jangka pendek piutang antar badan hukum jangka
panjang
Kr. Pendapatan nonusaha (sebagai pengurang beban penghapus-
an piutang yang lainnya)
(b) Jumlah penghapusan sama dengan jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Kr. Bagian jangka pendek piutang antar badan hukum jangka
panjang
(c) Jumlah penghapusan lebih besar daripada jumlah penyisihan
Db. Akumulasi penyisihan piutang
Db. Beban penghapusan piutang
Kr. Bagian jangka pendek piutang antar badan hukum jangka
panjang
f) Pada saat penerimaan pelunasan piutang antar badan hukum jangka
pendek yang telah dihapusbukukan:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan nonusaha

c. Investasi Jangka Panjang


1) Definisi
a) Investasi jangka panjang adalah investasi yang tidak segera dicairkan dan
dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari satu tahun yang berbentuk aset
keuangan.
b) Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak
investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari
efek.
c) Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan utang piutang antara
kreditor dengan entitas yang menerbitkan efek.

74 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:74 Sec1:74 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d) Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk meng-
hitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban
keuangan (atau kelompok aset keuangan atau kewajiban keuangan) dan
metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga
selama periode yang relevan.
e) Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan
estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang selama per-
kiraan umur dari instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan
periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari
aset keuangan atau kewajiban keuangan.
f) Nilai wajar adalah nilai di mana suatu aset dipertukarkan atau suatu
kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan
untuk melakukan transaksi wajar.
2) Dasar Pengaturan
a) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
b) PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
c) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
3) Penjelasan
a) Umum
(1) Investasi jangka panjang adalah penanaman dana yang berisiko atau
yang sejenis yang dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan dan
akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal neraca.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 75

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:75 Sec1:75 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) Investasi jangka panjang yang dimaksud adalah dalam bentuk:


(a) penempatan dana di bank, misalnya deposito berjangka yang
akan jatuh tempo lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca;
(b) penempatan dana di efek utang, misalnya obligasi yang akan
jatuh tempo lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca.
(3) Investasi dalam efek ekuitas yang bersifat jangka panjang diatur dalam
Bagian III.A.4.e: Investasi pada Perusahaan Lainnya.
b) Pengelompokkan
(1) Secara umum, aset keuangan dikelompokkan menjadi:
(a) diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi;
(b) investasi dimiliki hingga jatuh tempo;
(c) pinjaman yang diberikan dan piutang;
(d) tersedia untuk dijual.
Penjelasan masing-masing dapat dilihat di Bagian III.A.3.b: Investasi
Jangka Pendek.
(2) Investasi jangka panjang dikelompokkan menjadi:
(a) dimiliki hingga jatuh tempo;
(b) tersedia untuk dijual.
c) Reklasifikasi kelompok
(1) Investasi jangka panjang tidak dapat direklasifikasi ke kelompok
“diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi”.
(2) Kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” direklasifikasi ke “tersedia
untuk dijual” apabila:
(a) terdapat perubahan maksud atau kemampuan manajemen
perseroan;
(b) terjadi penjualan atau reklasifikasi melebihi jumlah yang tidak
signifikan atas sebagian investasi dalam kategori “dimiliki hingga
jatuh tempo” maka sisa sebagian investasi dalam kategori
tersebut harus direklasifikasi.
Selisih antara nilai wajar dengan nilai tercatat diakui langsung ke
ekuitas, tanpa melalui laporan laba rugi.

76 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:76 Sec1:76 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d) Penurunan nilai
(1) Pada setiap tanggal neraca, investasi jangka panjang tersebut harus
dievaluasi apakah telah terjadi penurunan nilai.
(2) Untuk kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” (diukur pada biaya
perolehan yang diamortisasi), apabila telah terjadi penurunan nilai,
maka:
(a) nilai tercatatnya dikurangi secara langsung atau menggunakan
pos cadangan penurunan nilai dan selisihnya diakui sebagai
kerugian dalam laporan laba rugi;
(b) apabila di periode berikutnya terjadi pemulihan nilai, maka nilai
tercatat dipulihkan tetapi tidak boleh melebihi biaya perolehan
yang telah diamortisasi sebelum terjadinya penurunan nilai dan
diakui sebagai keuntungan dalam laporan laba rugi.
(3) Untuk kelompok “tersedia untuk dijual” apabila terjadi penurunan
nilai (bukan penurunan nilai wajar), maka:
(a) penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dalam laporan
laba rugi;
(b) apabila terjadi pemulihan nilai pada periode berikutnya,
i. instrumen ekuitas diakui melalui laporan perubahan ekuitas,
bukan laporan laba rugi;
ii. instrumen utang diakui sebagai keuntungan melalui laporan
laba rugi.
(4) Untuk instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar
aktif dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal (diukur pada
biaya perolehan), apabila telah terjadi penurunan nilai maka diakui
sebagai kerugian dalam laporan laba rugi dan tidak dapat dipulihkan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Pengakuan awal
(a) Penempatan dana sebagai investasi jangka panjang di bank diakui
pada saat dilakukan penyerahan dana sebesar nilai nominal
(nominal value).

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 77

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:77 Sec1:77 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(b) Penempatan dana sebagai investasi jangka panjang di surat


berharga/efek diakui pada saat dilakukan penyerahan dana
sebesar biaya perolehan.
(2) Setelah pengakuan awal
(a) Jumlah tercatat
i. Kelompok “tersedia untuk dijual” diukur pada nilai wajar.
ii. Kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” diukur pada biaya
perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan suku
bunga efektif.
(b) Perubahan nilai wajar
Keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi atas perubahan
nilai wajar pada saat tanggal neraca:
i. kelompok “tersedia untuk dijual” yang diakui sebagai bagian
dari ekuitas di neraca;
ii. kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” tidak ada pengakuan
atas perubahan nilai wajar tersebut.
(c) Pendapatan bunga, dan keuntungan atau kerugian yang sudah
direalisasi diakui sebagai pendapatan dan beban dalam laporan
laba rugi.
b) Penyajian
(1) Investasi jangka panjang disajikan pada kelompok pos aset tidak
lancar berdasarkan jenis investasi.
(2) Investasi jangka panjang:
(a) kelompok “tersedia untuk dijual” disajikan sebesar nilai wajar
dan selisihnya disajikan sebagai bagian ekuitas yang terpisah dari
pos lain dalam neraca;
(b) kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” disajikan sebesar biaya
perolehan setelah diamortisasi dan kerugian penurunan nilai,
jika ada.

78 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:78 Sec1:78 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Pengungkapan
(1) Pengungkapan mengenai:
(a) cakupan dan sifat instrumen keuangan, termasuk syarat dan
kondisi signifikan yang mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat
kepastian arus kas di masa mendatang;
(b) kebijakan dan metode akuntansi digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan pengukuran;
(c) apakah pembelian dan penjualan dicatat pada tanggal transaksi
atau penyelesaian;
(d) eksposur risiko tingkat bunga;
(e) eksposur risiko kredit;
(f) nilai wajar.
(2) Nilai tercatat dari investasi jangka panjang yang dijadikan agunan.
(3) Nilai tercatat dari investasi jangka panjang yang termasuk bagian
diperdagangkan.
(4) Alasan reklasifikasi, jika melakukan reklasifikasi.
(5) Item material dari pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian
akibat investasi jangka panjang.
(6) Sifat dan jumlah kerugian penurunan nilai.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Kelompok “tersedia untuk dijual”
(1) Saat pengakuan awal:
Db. Investasi jangka panjang – tersedia untuk dijual
Kr. Kas dan setara kas
(2) Setelah pengakuan awal
(a) Pendapatan bunga
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan bunga

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 79

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:79 Sec1:79 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(b) Perubahan nilai wajar


i. keuntungan
Db. Investasi jangka panjang – tersedia untuk dijual
Kr. Keuntungan (sebagai bagian dari ekuitas yang dipisahkan
penyajiannya)
ii. kerugian
Db. Kerugian (sebagai bagian dari ekuitas yang dipisahkan
penyajiannya)
Kr. Investasi jangka panjang – tersedia untuk dijual
(c) Penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai (bagian laporan laba rugi)
Kr. Kerugian (sebagai bagian dari ekuitas yang dipisahkan
penyajiannya)
Kr. Investasi jangka panjang – tersedia untuk dijual
(d) Pemulihan nilai
Db. Investasi jangka panjang – tersedia untuk dijual
Kr. Keuntungan pemulihan nilai (bagian laporan laba rugi)
(3) Saat penjualan:
(a) Timbul keuntungan
i. Akumulasi keuntungan yang belum direaliasi
Db. Kas dan setara kas
Db. Keuntungan (sebagai bagian dari ekuitas yang dipisahkan
penyajiannya)
Kr. Keuntungan (bagian laporan laba rugi)
Kr. Investasi jangka panjang – tersedia untuk dijual
ii. Akumulasi kerugian yang belum direalisasi
Db. Kas dan setara kas
Db. Keuntungan (bagian laporan laba rugi)
Kr. Kerugian (sebagai bagian dari ekuitas yang dipisahkan
penyajiannya)
Kr. Investasi jangka panjang – tersedia untuk dijual

80 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:80 Sec1:80 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(b) Timbul kerugian


i. Akumulasi keuntungan yang belum direalisasi
Db. Kas dan setara kas
Db. Keuntungan (sebagai bagian dari ekuitas yang dipisahkan
penyajiannya)
Db. Kerugian (bagian laporan laba rugi)
Kr. Investasi jangka panjang – tersedia untuk dijual
ii. Akumulasi kerugian yang belum direalisasi
Db. Kas dan setara kas
Kr. Kerugian (sebagai bagian dari ekuitas yang dipisahkan
penyajiannya)
Kr. Keuntungan (bagian laporan laba rugi)
b) Kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo”
(1) Saat pengakuan awal:
(a) Diperoleh dengan premium
Db. Investasi jangka panjang – dimiliki hingga jatuh tempo
Db. Premium (penambah nilai tercatat investasi)
Kr. Kas dan setara kas
(b) Diperoleh dengan diskonto
Db. Investasi jangka panjang – dimiliki hingga jatuh tempo
Kr. Diskonto
Kr. Kas dan setara kas
(c) Diperoleh pada par
Db. Investasi jangka panjang – dimiliki hingga jatuh tempo
Kr. Kas dan setara kas
(2) Setelah pengakuan awal
(a) Pendapatan bunga
i. Diperoleh dengan premium
Db. Kas dan setara kas
Db. Amortisasi premium (pengurang pendapatan bunga)
Kr. Premium
Kr. Pendapatan bunga

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 81

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:81 Sec1:81 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

ii. Diperoleh dengan diskon


Db. Kas dan setara kas
Db. Diskonto
Kr. Amortisasi diskonto (penambah pendapatan bunga)
Kr. Pendapatan bunga
iii. Diperoleh pada par
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan bunga
(b) Perubahan nilai wajar
Tidak ada jurnal
(c) Penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai (bagian laporan laba rugi)
Kr. Investasi jangka panjang – dimiliki hingga jatuh tempo
(d) Pemulihan nilai
Db. Investasi jangka panjang – dimiliki hingga jatuh tempo
Kr. Keuntungan pemulihan nilai (bagian laporan laba rugi)
(3) Saat jatuh tempo:
(a) Reklasifikasi ke aset lancar
Db. Investasi jangka pendek – dimiliki hingga jatuh tempo
Kr. Investasi jangka panjang – dimiliki hingga jatuh tempo
(b) Penyelesaian
Db. Kas atau setara kas
Kr. Investasi jangka pendek – dimiliki hingga jatuh tempo

d. Investasi pada Perusahaan Asosiasi


1) Definisi
a) Investasi pada perusahaan asosiasi adalah penanaman dana dalam bentuk
kepemilikan saham pada perusahaan lain untuk tujuan jangka panjang di
mana investor mempunyai pengaruh signifikan.

82 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:82 Sec1:82 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Perusahaan asosiasi adalah suatu perusahaan yang investornya mempunyai


pengaruh yang signifikan dan bukan anak perusahaan maupun joint
venture dari investornya.
c) Pengaruh signifikan adalah wewenang untuk berpartisipasi dalam kepu-
tusan yang menyangkut kebijakan keuangan dan operasi investee, tapi
bukan pengendalian atas kebijakan tersebut.
d) Pengendalian adalah kekuatan untuk mengatur kebijakan keuangan
dan operasi dari sebuah perusahaan untuk mendapat manfaat dari
aktivitasnya.
e) Anak perusahaan adalah perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan
lain.
f) Joint venture adalah perjanjian kontraktual yang melibatkan dua atau
lebih pihak-pihak untuk melakukan kegiatan ekonomi yang dikendalikan
bersama.
g) Metode ekuitas adalah metode akuntansi yang mencatat investasi pada
mulanya sebesar biaya perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk
perubahan dalam bagian kepemilikan investor atas aset bersih investee
yang terjadi setelah perolehan. Laporan laba rugi investor merefleksikan
bagian laba atau rugi investor atas hasil usaha investee.
h) Metode biaya adalah metode akuntansi yang mencatat investasi sebesar
biaya perolehan. Penghasilan baru diakui oleh investor apabila investee
mendistribusikan laba bersih, kecuali dividen saham, yang berasal dari
laba setelah tanggal perolehan.
2) Dasar Pengaturan
a) PSAK 4: Laporan Keuangan Konsolidasi.
b) PSAK 15: Akuntansi Investasi dalam Perusahaan Asosiasi.
c) Apabila nilai ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang menjadi
bagian perusahaan investor sesudah transaksi perubahan ekuitas anak
perusahaan/perusahaan asosiasi berbeda dengan nilai ekuitas anak
perusahaan/perusahaan asosiasi yang menjadi bagian perusahaan investor
sebelum transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan
asosiasi, maka perbedaan tersebut, oleh investor diakui sebagai bagian
dari ekuitas dengan akun “Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak
Perusahaan/Perusahaan Asosiasi”. (PSAK 40 paragraf 6)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 83

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:83 Sec1:83 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d) Pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan, jumlah selisih transaksi


perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang terkait
diakui sebagai pendapatan atau beban dalam periode yang sama pada
waktu keuntungan atau kerugian pelepasan diakui. (PSAK 40 paragraf 7)
3) Penjelasan
a) Penyertaan pada perusahaan lain berdasarkan kepemilikan saham dapat
dibedakan:
(1) Kepemilikan saham kurang dari 20% hak suara pada perusahaan
investee, diakui dengan metode biaya kecuali investor mempunyai
pengaruh yang signifikan maka investasi tersebut diakui dengan
metode ekuitas.
(2) Kepemilikan saham 20% s/d 50% dari hak suara pada perusahaan
investee, diakui dengan metode ekuitas.
(3) Penyertaan dalam saham pada anak perusahaan 50% ke atas dari
hak suara pada suatu perusahaan dianggap ada unsur pengendalian
sehingga wajib untuk dilakukan konsolidasi laporan keuangan.
Meskipun hak suara kurang dari 50%, pengendalian tetap dianggap
ada apabila dapat dibuktikan adanya salah satu kondisi berikut:
(a) Mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan
keuangan dan operasional perusahaan berdasarkan anggaran
dasar atau perjanjian;
(b) Mampu menunjuk atau memberhentikan mayoritas pengurus
perusahaan; atau
(c) Mampu menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus.
Namun, anak perusahaan tidak dikonsolidasikan apabila:
(a) Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena saham
anak perusahaan dibeli dengan tujuan untuk dijual atau dialihkan
dalam jangka pendek; atau
(b) Anak perusahaan dibatasi oleh suatu restriksi jangka panjang
sehingga mempengaruhi secara signifikan kemampuannya dalam
mentransfer dana kepada induk perusahaan.
b) Investasi pada perusahaan asosiasi yang dimaksud adalah kepemilikan
saham yang mempunyai pengaruh signifikan dan dicatat dengan metode
ekuitas, yaitu:

84 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:84 Sec1:84 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(1) kepemilikan saham lebih dari 20% hak suara pada perusahaan
investee; atau
(2) kepemilikan saham kurang dari 20% hak suara pada perusahaan
investee dimana investor mempunyai pengaruh yang signifikan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Pada saat pengakuan awal, nilai tercatat investasi pada perusahaan
asosiasi diakui sebesar biaya perolehan.
(2) Pengukuran setelah pengakuan awal
(a) Laba atau rugi investee (perusahaan asosiasi) diakui sebesar
bagian investor atas laba atau rugi tersebut sebagai pendapatan
dan penambah nilai tercatat investasi pada perusahaan asosiasi.
(b) Penerimaan dividen tunai diakui sebagai pengurang nilai penyer-
taan yang bersangkutan, sedangkan penerimaan dividen saham
tidak mempengaruhi nilai penyertaan yang bersangkutan.
(c) Penyesuaian terhadap nilai tercatat tersebut juga diperlukan
untuk mengubah hak kepemilikan proporsional investor pada
investee yang timbul dari perubahan dalam ekuitas investee
yang belum diperhitungkan ke dalam laporan laba rugi, misalnya
surplus revaluasi aset tetap, selisih penjabaran mata uang asing,
dan penyesuaian selisih yang timbul dari penggabungan usaha.
(3) Apabila bagian investor atas rugi perusahaan asosiasi sama atau
melebihi nilai tercatat dari investasi, maka nilai tercatat investasi
pada perusahaan asosiasi dilaporkan nihil.
(a) Kerugian selanjutnya diakui oleh investor apabila telah timbul
kewajiban atau investor melakukan pembayaran kewajiban
perusahaan asosiasi yang dijaminnya.
(b) Jika perusahaan asosiasi selanjutnya menghasilkan laba, investor
akan mengakui penghasilan apabila setelah bagiannya atas laba
menyamai bagiannya atas rugi neto yang belum diakui.
(4) Apabila nilai ekuitas perusahaan asosiasi berbeda setelah menjadi
perusahaan dan bukan akibat dari laba atau rugi dalam laporan
laba rugi, maka diakui sebagai “selisih transaksi perubahan ekuitas
perusahaan asosiasi” sebagai bagian dari ekuitas.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 85

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:85 Sec1:85 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(5) Investor menghentikan penggunaan metode ekuitas sejak tanggal


ketika:
(a) Investor tidak memiliki pengaruh signifikan dalam perusahaan
asosiasi tetapi menahan seluruh atau sebagian investasinya;
atau
(b) Adanya pembatasan operasi perusahaan asosiasi atau tujuan
investasi tersebut untuk dijual dalam jangka pendek.
b) Penyajian
(1) Investasi pada perusahaan asosiasi yang dicatat dengan metode
ekuitas disajikan sebagai pos tersendiri.
(2) Investasi pada perusahaan asosiasi disajikan sebesar biaya perolehan
ditambah laba atau dikurang rugi perusahaan asosiasi dan dividen
yang diterima.
(3) Pos “selisih transaksi perubahan ekuitas perusahaan asosiasi” disaji-
kan sebagai pos tersendiri dalam ekuitas.
c) Pengungkapan
(1) Daftar dan penjelasan dari perusahaan asosiasi yang signifikan
meliputi:
(a) nama;
(b) tempat kedudukan;
(c) persentase kepemilikan dan persentase hak suara, jika berbeda
dengan persentase kepemilikan.
(2) Metode yang digunakan untuk mencatat investasi pada perusahaan
asosiasi.
(3) Tambahan saham yang berasal dari dividen saham yang dikeluarkan
oleh perusahaan asosiasi.
(4) Unsur-unsur utama pos “selisih transaksi perubahan ekuitas
perusahaan asosiasi”.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat melakukan penyertaan:
Db. Investasi pada perusahaan asosiasi
Kr. Kas dan setara kas

86 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:86 Sec1:86 23/07/2008 13:00:18


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Pada saat pengakuan pendapatan atau kerugian metode ekuitas:


(1) jika laba
Db. Investasi pada perusahaan asosiasi
Kr. Pendapatan Investasi pada perusahaan asosiasi
(2) jika rugi
Db. Rugi Investasi pada perusahaan asosiasi
Kr. Investasi pada perusahaan asosiasi
c) Pada saat penerimaan pendapatan tunai:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi pada perusahaan asosiasi
d) Pada saat terjadi perubahan nilai ekuitas perusahaan asosiasi yang bukan
akibat laba atau rugi dalam laporan laba rugi (jika ada)
(1) Menambah nilai investasi
Db. Investasi pada perusahaan asosiasi
Kr. Selisih transaksi perubahan ekuitas perusahaan asosiasi (bagian
tersendiri dari ekuitas)
(2) Mengurangi nilai investasi
Db. Selisih transaksi perubahan ekuitas perusahaan asosiasi (bagian
tersendiri dari ekuitas)
Kr. Investasi pada perusahaan asosiasi
e) Pada saat pelepasan saham, baik sebagian atau keseluruhan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi pada perusahaan asosiasi
Realisasi pengakuan selisih transaksi perubahan ekuitas perusahaan
asosiasi dilakukan, dan dapat timbul keuntungan atau kerugian.

e. Investasi pada Perusahaan Lainnya


1) Definisi
a) Investasi pada perusahaan lainnya adalah penanaman dana dalam bentuk
kepemilikan saham pada perusahaan lain untuk tujuan jangka panjang di
mana investor tidak mempunyai pengaruh signifikan.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 87

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:87 Sec1:87 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Pengaruh signifikan adalah wewenang untuk berpartisipasi dalam kepu-


tusan yang menyangkut kebijakan keuangan dan operasi investee, tapi
bukan pengendalian atas kebijakan tersebut.
c) Metode ekuitas adalah metode akuntansi yang mencatat investasi pada
mulanya sebesar biaya perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk
perubahan dalam bagian kepemilikan investor atas aset bersih investee
yang terjadi setelah perolehan. Laporan laba rugi investor merefleksikan
bagian laba atau rugi investor atas hasil usaha investee.
d) Metode biaya adalah metode akuntansi yang mencatat investasi sebesar
biaya perolehan. Penghasilan baru diakui oleh investor apabila investee
mendistribusikan laba bersih (kecuali dividen saham) yang berasal dari
laba setelah tanggal perolehan.
2) Dasar Pengaturan
a) PSAK 15: Akuntansi Investasi dalam Perusahaan Asosiasi.
b) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
c) PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
3) Penjelasan
a) Penyertaan pada perusahaan lainnya merupakan investasi dengan tujuan
jangka panjang dan dicatat dengan metode biaya (dicatat pada biaya
perolehan) apabila:
(1) kepemilikan saham kurang dari 20% hak suara pada perusahaan
investee, kecuali investor mempunyai pengaruh yang signifikan
maka investasi tersebut dicatat dengan metode ekuitas (perlakuan
akuntansi metode ekuitas dapat dilihat Bagian III.A.4.d: Investasi
pada Perusahaan Asosiasi); dan
(2) saham yang dimiliki tidak mempunyai kuotasi harga di pasar aktif dan
nilai wajar tidak dapat diukur secara andal.
b) Apabila investasi pada perusahaan lainnya untuk tujuan jangka pendek,
maka perlakuan akuntansinya mengacu ke Bagian III.A.3.b: Investasi
Jangka Pendek.

88 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:88 Sec1:88 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Pengakuan awal
Investasi pada perusahaan lainnya diakui pada saat perolehan saham
sebesar biaya perolehan.
(2) Pengakuan setelah pengakuan awal
(a) Penghasilan dividen diakui pada saat penentuan pembagian
dividen sebesar bagiannya atas dividen yang dibagikan;
(b) Penghasilan diakui hanya sebatas distribusi laba, kecuali divi-
den saham, yang diperoleh yang berasal dari laba neto yang
diakumulasikan oleh investee setelah tanggal perolehan.
(3) Penurunan nilai
(a) Apabila terdapat bukti obyektif telah terjadi penurunan nilai
maka kerugian penurunan nilai diukur sebesar selisih jumlah
tercatat dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan yang
didiskontokan dengan tingkat bunga yang berlaku di pasar untuk
investasi tersebut.
(b) Kerugian penurunan nilai tersebut tidak dapat dipulihkan.
b) Penyajian
(1) Kepemilikan saham yang dicatat dengan metode biaya (biaya per-
olehan) disajikan pada pos investasi pada perusahaan lainnya dan
terpisah dari pos lainnya.
(2) Investasi pada perusahaan lainnya disajikan sebesar:
(a) biaya perolehan; atau
(b) biaya perolehan dikurangi kerugian penurunan nilai, apabila
terjadi pernurunan nilai.
c) Pengungkapan
(1) Rincian investasi pada perusahaan lainnya meliputi:
(a) nama;
(b) tempat kedudukan;
(c) persentase kepemilikan dan persentase hak suara, jika berbeda
dengan persentase kepemilikan.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 89

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:89 Sec1:89 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) Tambahan saham yang berasal dari dividen saham yang dikeluarkan
oleh investee.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat melakukan penyertaan:
Db. Investasi pada perusahaan lain
Kr. Kas dan setara kas
b) Pada saat pengakuan laba atau rugi investee:
Tidak ada jurnal
c) Pada saat penerimaan deviden:
(1) Dividen tunai
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan dividen
(2) Dividen saham
Tidak ada jurnal
d) Pada saat pelepasan saham baik sebagian atau keseluruhan:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi pada perusahaan lain
Dapat timbul keuntungan atau kerugian.

f. Properti Investasi
1) Definisi
a) Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari
suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau
lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan pendapatan rental
atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk:
(1) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau
untuk tujuan administratif; atau
(2) dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
b) Properti yang digunakan sendiri adalah properti yang dikuasai (oleh
pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk:
(1) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa; atau
(2) untuk tujuan administratif.

90 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:90 Sec1:90 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

2) Dasar Pengaturan
a) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
b) PSAK 13: Properti Investasi.
3) Penjelasan
a) Properti investasi menghasilkan sebagian besar arus kas secara bebas dari
aset lainnya, sementara aset yang digunakan sendiri (aset tetap) dapat
menghasilkan arus kas yang didistribusikan tidak hanya pada properti
tersebut, tetapi juga pada aset lain yang digunakan dalam proses produksi
atau persediaan.
b) Berikut adalah contoh properti investasi:
(1) Tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan
bukan untuk dijual jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari.
(2) Tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan
belum ditentukan.
(3) Bangunan yang dimiliki (atau dikuasai melalui sewa pembiayaan) dan
disewakan kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi.
(4) Bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan
kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi.
c) Berikut adalah contoh aset yang bukan merupakan properti investasi:
(1) Properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-
hari atau sedang dalam proses pembangunan atau pengembangan
untuk dijual.
(2) Properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas nama
pihak ketiga.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 91

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:91 Sec1:91 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) Properti yang digunakan sendiri, termasuk:


(a) properti yang dikuasai untuk digunakan di masa depan sebagai
properti yang digunakan sendiri;
(b) properti yang dimiliki untuk pengembangan di masa depan
dan penggunaan selanjutnya sebagai properti yang digunakan
sendiri, properti yang digunakan oleh karyawan dengan atau
tanpa karyawan tersebut membayar rental sesuai harga pasar;
(c) properti yang digunakan sendiri yang menunggu untuk dijual.
(4) Properti dalam proses konstruksi atau penggembangan yang di masa
depan digunakan sebagai properti investasi. Namun, termasuk properti
investasi yang sedang dikembangkan kembali untuk dilanjutkan
penggunaannya di masa depan sebagai properti investasi.
(5) Properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa
pembiayaan.
d) Biaya perolehan dari properti investasi yang dibeli meliputi harga pem-
belian dan setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung.
Pengeluaran yang dapat diatribusikan langsung termasuk, misalnya, biaya
jasa hukum, pajak penjualan dan biaya transaksi lainnya.
e) Transfer dari dan ke properti investasi apabila ada perubahan peng-
gunaan:
(1) Ke properti investasi
(a) berakhirnya penggunaan oleh pemilik, dari properti yang diguna-
kan sendiri, termasuk aset tetap, menjadi properti investasi;
(b) berakhirnya pembangunan atau pengembangan, dari properti
yang sedang dibangun atau dikembangkan, termasuk aset tetap,
menjadi properti investasi;
(c) Dimulai sewa operasi ke perusahaan lain, dari persediaan menjadi
properti investasi.
(2) Dari properti investasi
(a) digunakan sendiri, dari properti investasi menjadi properti yang
digunakan sendiri, termasuk aset tetap;
(b) mulai dikembangkan untuk dijual, dari properti investasi menjadi
persediaan;

92 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:92 Sec1:92 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

f) Properti investasi dihentikan-pengakuannya atau dikeluarkan dari neraca


pada saat:
(1) pelepasan; atau
(2) tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat
ekonomi di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepas-
annya.
g) Pedoman ini menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansi
untuk seluruh properti investasi.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan,
termasuk biaya transaksi.
(2) Biaya perolehan properti investasi melalui sewa pembiayaan diukur
pada jumlah mana yang lebih rendah antara nilai wajar dan nilai
kini dari pembayaran sewa minimum (pengertian pembayaran sewa
minimum dapat dilihat di Bagian III.A.3.i: Aset Sewaan).
(3) Laba atau rugi akibat penghentian atau pelepasan properti investasi
diukur sebesar selisih hasil netonya.
b) Penyajian
Properti investasi disajikan dalam pos aset tidak lancar dan terpisah dari
pos lainnya sebesar biaya perolehan.
c) Pengungkapan
(1) Model pengukuran yang digunakan, yaitu model biaya;
(2) Jumlah yang diakui dalam laporan laba rugi untuk:
(a) penghasilan rental;
(b) beban operasi langsung dari properti investasi yang menghasilkan
dan tidak menghasilkan penghasilan rental;
(3) Keberadaan dan jumlah pembatasan atas realisasi dari properti
investasi atau pembayaran penghasilan dan hasil pelepasan;
(4) Kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau mengem-
bangkan properti investasi atau untuk perbaikan, pemeliharaan atau
peningkatan.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 93

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:93 Sec1:93 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(5) Penyusutan atas properti investasi meliputi:


(a) metode penyusutan;
(b) masa manfaat atau tarif penyusutan;
(c) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan
akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode.
(6) Rekonsiliasi jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir
periode, yang menunjukkan:
(a) penambahan;
(b) penambahan dari akuisisi melalui penggabungan usaha;
(c) aset yang diklasifikasikan sebagai “dimiliki untuk dijual” yang
dinilai mana yang lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai jual
dikurangi beban penjualan;
(d) penyusutan;
(e) jumlah dan rugi penurunan nilai yang diakui, dan jumlah pe-
mulihan rugi penurunan nilai;
(f) perbedaan nilai tukar bersih yang timbul pada penjabaran
laporan keuangan;
(g) transfer ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan
sendiri; dan
(h) perubahan lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengakuan awal:
Db. Properti investasi
Kr. Kas dan setara kas/aset tetap/persediaan
b) Pada saat penerimaan pendapatan rental:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan rental
c) Pada saat transfer ke pos lain:
Db. Aset tetap/persediaan
Kr. Properti investasi

94 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:94 Sec1:94 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d) Pada saat penghentian-pengakuan:


Db. Kas dan setara kas
Kr. Properti investasi
Dapat terjadi keuntungan atau kerugian.

g. Aset Tanaman
1) Definisi
a) Aset tanaman adalah aset tetap yang berupa tanaman perkebunan yang
terdiri dari tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman telah
menghasilkan (TM).
b) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh atau
membudidayakan aset tanaman sampai dengan aset tanaman tersebut
dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan sesuai dengan
tujuan.
c) Harga jual neto adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan aset
dalam transaksi antar pihak-pihak yang bebas (arm’s length transaction),
setelah dikurangi biaya yang terkait.
d) Jumlah tercatat adalah nilai yang disajikan dalam neraca setelah dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.
e) Jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah nilai yang lebih tinggi antara
harga jual neto dengan nilai pakai suatu aset.
f) Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan aset dikurangi nilai
residunya.
g) Nilai residu aset adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh saat ini
dari pelepasan aset, setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika aset
tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir
umur manfaatnya.
h) Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu
aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan
memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm’s length transaction).
i) Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari
suatu aset selama umur manfaatnya.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 95

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:95 Sec1:95 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

j) Rugi penurunan nilai adalah selisih dari jumlah tercatat suatu aset dengan
jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset tersebut.
k) Umur manfaat adalah:
(1) periode penggunaan yang diharapkan dari suatu aset tanaman; atau
(2) jumlah produksi yang diharapkan akan diperoleh dari aset tanaman.
l) Produk tanaman adalah produk yang dihasilkan dari aset tanaman.
2) Dasar Pengaturan
a) PSAK 16 Aset Tetap
(1) Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai
aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. (PSAK 16
paragraf 15)
(2) Contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset
tetap adalah:
(a) biaya pembukaan fasilitas baru;
(b) biaya pengenalan produk baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas
promosi);
(c) biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok
pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan staf); dan
(d) administrasi dan biaya overhead umum lainnya. (PSAK 16
paragraf 19)
(3) Suatu entitas harus memilih model biaya (cost model) dalam paragraf
30 atau model revaluasi (revaluation model) dalam paragraf 31
sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut
terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. (PSAK 16
paragraf 29)
(4) Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai aset. (PSAK 16 paragraf 30)
(5) Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat
diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai
wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler

96 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:96 Sec1:96 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara


material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai
wajar pada tanggal neraca. (PSAK 16 paragraf 31)
(6) Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup
signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus
disusutkan secara terpisah. (PSAK 16 paragraf 46)
(7) Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laporan
laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah
tercatat aset lainnya. (PSAK 16 paragraf 51)
(8) Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset dialokasikan secara
sistematis sepanjang umur manfaatnya. (PSAK 16 paragraf 53)
(9) Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap harus di-review
minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review
berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut
harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai
dengan PSAK 25... (PSAK 16 paragraf 54)
(10) Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi
pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset oleh entitas.
(PSAK 16 paragraf 63)
(11) Metode penyusutan yang digunakan untuk aset harus di-review
minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan
yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi
masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan harus
diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan
metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi
akuntansi sesuai dengan PSAK 25. (PSAK 16 paragraf 64)
(12) Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:
(a) dilepaskan; atau
(b) tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya. (PSAK 16 paragraf 69)
(13) Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap
harus dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat aset tersebut
dihentikan pengakuannya. Laba tidak boleh diklasifikasikan sebagai
pendapatan. (modifikasi PSAK 16 paragraf 70)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 97

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:97 Sec1:97 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(14) Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset
tetap harus ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil
pelepasan, jika ada, dan jumlah tercatat dari aset tersebut. (PSAK 16
paragraf 73)
b) PSAK 48: Penurunan Nilai Aset.
c) PSAK 25: Laba atau Rugi Bersih Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar,
dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.
3) Penjelasan
a) Umum
(1) Aset tanaman dapat dibedakan menjadi:
(a) tanaman belum menghasilkan (TBM);
(b) tanaman telah menghasilkan (TM).
(2) Aset tanaman yang dimaksud di sini adalah tanaman tahunan.
(3) Proses yang dilalui menjadi aset tanaman adalah:
(a) dari pembibitan sampai dengan menjadi tanaman telah meng-
hasilkan (proses dari TBM menjadi TM);
(b) dari tanaman telah menghasilkan sampai dengan dihentikan-
pengakuannya, misalnya ditebang atau diganti dengan tanaman
lain (proses dari TM sampai dengan tidak dicatat lagi di neraca).
b) Proses dari TBM menjadi TM
(1) Biaya perolehan awal
(a) Biaya-biaya yang diakui sebagai bagian dari TBM (biaya perolehan
awal), meliputi:
i. Biaya input;
ii. Biaya proses;
iii. Alokasi biaya tidak langsung.
(b) Biaya input adalah harga perolehan bibit dan biaya lainnya yang
dikeluarkan sampai dengan bibit tersebut siap tanam.
(c) Biaya proses yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sampai menjadi
tanaman menghasilkan, biaya-biaya tersebut terdiri dari:
i. Biaya biaya tenaga kerja langsung di unit/kebun untuk peme-
liharaan aset tanaman belum menghasilkan.

98 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:98 Sec1:98 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(i) Biaya tenaga kerja langsung meliputi imbalan kerja yang


terkait langsung dengan pembudidayaan tanaman,
misalnya upah tenaga kerja.
(ii) Biaya tenaga kerja yang tidak terkait secara langsung
dengan pembudidayaan tanaman, misalnya bonus,
tunjangan-tunjangan, dan sebagainya, tidak termasuk
biaya yang dapat dikapitalisasi ke aset tanaman. Biaya-
biaya tersebut dibebankan pada periode terjadinya.
ii. Biaya-biaya lainnya yang terjadi di unit/kebun yang dapat
diatribusikan langsung ke aset tanaman.
(i) Contohnya: biaya penyiapan lahan (land clearing);
biaya handling dan biaya pengangkutan bibit tanaman;
biaya penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan;
pembangunan prasarana; biaya pengujian aset tanam-
an; dan biaya komisi profesional yang menangani aset
tanaman.
(ii) Biaya umum dan administrasi diunit/kebun, kantor
pusat/kantor direksi, dan di tempat lainnya, tidak ter-
masuk biaya yang dapat dikapitalisasi ke aset tanaman.
Biaya tersebut diakui sebagai beban periode terjadinya.
(d) Alokasi biaya tidak langsung yang dapat dikapitalisasi ke TBM
aset tanaman dikapitalisasi ke aset tanaman, misalnya biaya
pinjaman. (Lihat penjelasan lebih lanjut mengenai biaya pinjaman
yang dapat dikapitalisasi di Bagian III.B.3: Biaya Pinjaman)
(2) Biaya penyisipan
(a) Biaya penyisipan/sulaman suatu aset tanaman dalam areal TBM
diakui sebagai penambah jumlah tercatat aset TBM.
(b) Biaya penyisipan/sulaman suatu aset tanaman dalam areal TM
diakui sebagai beban periode terjadinya.
(3) Bukan biaya perolehan
Berikut ini contoh biaya yang bukan merupakan biaya perolehan,
yaitu:
(a) biaya pembukaan fasilitas baru;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 99

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:99 Sec1:99 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(b) biaya pengenalan produk baru, termasuk biaya iklan dan aktivitas
promosi;
(c) biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok
pelanggan baru, termasuk biaya pelatihan staf; dan
(d) administrasi dan biaya overhead umum lainnya.
(4) Reklasifikasi ke TM
(a) TBM direklasifikasi ke TM pada saat tanaman menghasilkan.
(b) Penentuan waktu tanaman dapat menghasilkan ditentukan
oleh:
i. pertumbuhan vegetatif; dan
ii. berdasarkan taksiran manajemen.
(c) Setelah menjadi TM
(1) Biaya perolehan TM sebesar nilai tercatat TBM yang di-
reklasifikasi ke TM.
(2) Biaya-biaya yang terjadi setelah TM diakui sebagai beban
periode terjadinya, kecuali biaya-biaya yang memenuhi
syarat untuk dikapitalisasi ke aset tanaman sebagaimana
yang dijelaskan di nomor (3).
(3) Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aset tanaman
yang tidak menambah manfaat ekonomis aset tanaman, atau
biaya-biaya yang mengembalikan aset tanaman ke kondisi
normalnya, maka biaya-biaya tersebut dibebankan pada
periode terjadinya. Misalnya, biaya pemupukkan rutin.
d) Penyusutan
(1) Penyusutan aset tanaman dimulai ketika TBM direklasifikasi ke TM.
(2) Penyusutan dilakukan metode garis lurus dengan taksiran umur
manfaat (setelah menjadi TM) sebagai berikut:
Jenis aset tanaman Umur manfaat
Kelapa sawit 25 tahun
Karet 25 tahun
Kakao 25 tahun
Teh 50 tahun
Kina 15 tahun
Kopi 40 tahun

100 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:100 Sec1:100 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) Jumlah penyusutan adalah sebesar jumlah yang dapat disusutkan


yaitu biaya perolehan dikurangi nilai residu.
(4) Apabila terjadi penurunan umur manfaat aset tanaman, maka penyu-
sutan didasarkan pada umur manfaat setelah penurunan tersebut.
e) Perubahan akuntansi
(1) Umur manfaat (estimasi akuntansi)
Jika umur manfaat aset tanaman perseroan berbeda dengan umur
manfaat di huruf d.2 di atas, maka perubahan estimasi umur manfaat
tersebut berlaku prospektif (lihat Bagian II.B.7: Penyajian).
(2) Metode penyusutan (kebijakan akuntansi)
Jika metode penyusutan aset tanaman perseroan berbeda dengan
metode penyusutan di huruf d.2 di atas, maka perubahan kebijakan
akuntansi penyusutan aset tanaman berlaku retrospektif. (lihat
Bagian II.B.7: Penyajian).
f) Penurunan nilai
(1) Pada setiap tanggal neraca harus me-review ada atau tidaknya
indikasi penurunan nilai aset. Jika terdapat indikasi penurunan nilai
aset, maka harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari
aset tersebut. (Penjelasan lebih detil mengenai indikasi penurunan
nilai dapat dilihat Bagian III.A.3.h: Aset Tetap)
(2) Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali lebih rendah dibanding-
kan jumlah tercatat, maka perseroan mengakui kerugian penurunan
nilai.
(3) Seluruh kerugian tersebut diakui pada periode terjadinya.
g) Penghentian-pengakuan
Penghentian-pengakuan aset tanaman ketika aset tanaman ditebang,
dijual, atau dengan cara lainnya.
h) Model pengukuran
Pedoman ini menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansi
untuk pengukuran setelah pengakuan awal.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 101

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:101 Sec1:101 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

4) Perlakuan akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Pengakuan awal (TBM dan TM)
(a) TBM. Biaya perolehan aset tanaman TBM sebesar akumulasi
biaya yang dikapitalisasi ke TBM tersebut.
(b) TM. Biaya perolehan aset tanaman TM sebesar nilai tercatat TBM
yang direklasifikasi ke TM.
(2) Pengukuran setelah pengakuan awal (TBM dan TM)
(a) TBM. Aset tanaman TBM diukur pada biaya perolehan setelah
dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada.
(b) TM. Aset tanaman TM diukur pada biaya perolehan setelah
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai, jika ada.
(3) Penyusutan (TM)
(a) Penyusutan aset tanaman diakui sebagai beban produksi atau
penambah biaya perolehan persediaan yang dihasilkannya.
(b) Akumulasi penyusutan aset tanaman disajikan sebagai pos
pengurang jumlah tercatatnya.
(4) Penurunan nilai (TBM dan TM)
(a) Penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada periode terjadi-
nya.
(b) Akumulasi rugi penurunan nilai aset tanaman disajikan sebagai
pos pengurang jumlah tercatatnya.
(5) Penghentian-pengakuan (TBM dan TM)
(a) Keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui pada periode
terjadinya.
(b) Keuntungan atau kerugian tersebut disajikan sebagai pendapatan
atau beban nonusaha.
b) Penyajian
Aset tanaman disajikan sebagai aset tidak lancar dalam pos tersendiri
sebesar jumlah tercatat, yaitu biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi penurunan nilai.

102 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:102 Sec1:102 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Pengungkapan
(1) Rincian jenis dan jumlah aset tanaman, yaitu aset tanaman TBM dan
TM.
(2) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah bruto aset
tanaman.
(3) Metode penyusutan yang digunakan.
(4) Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan.
(5) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir
periode.
(6) Suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
memperlihatkan:
(a) penambahan;
(b) pelepasan;
(c) akuisisi melalui penggabungan usaha;
(d) penurunan nilai tercatat;
(e) penyusutan;
(f) perbedaan pertukaran neto yang timbul; dan
(g) setiap pengklasifikasian kembali.
(7) Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai suatu
perubahan kebijakan akuntansi dan alasan perubahan.
5) Ilustrasi jurnal
a) Pada saat perolehan
(1) Aset tanaman TBM
Db. Aset tanaman TBM
Kr. Beban input
Kr. Beban tenaga kerja langsung/pos beban langsung lainnya
Kr. Beban bunga yang dikapitalisasi
(2) Reklasifikasi aset tanaman TBM menjadi TM
Db. Aset tanaman TM
Kr. Aset tanaman TBM

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 103

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:103 Sec1:103 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Pengeluaran setelah pengakuan awal


(1) Menambah umur manfaat
Db. Akumulasi penyusutan – aset tanaman TM
Kr. Kas dan setara kas
(2) Menambah hasil produksi
Db. Aset tanaman TM
Kr. Kas dan setara kas
c) Penyusutan
Db. Beban penyusutan – aset tanaman TM
Kr. Akumulasi penyusutan – aset tanaman TM
d) Penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai (beban nonusaha)
Kr. Aset tanaman TBM/aset tanaman TM
e) Penghentian-pengakuan
Db. Kas dan setara kas/pos lainnya
Kr. Aset tanaman TBM/aset tanaman TM
Dapat terjadi keuntungan atau kerugian.

h. Aset Tetap
1) Definisi
a) Aset tetap adalah aset berwujud yang:
(1) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif; dan
(2) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
b) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau
nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu
aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan,
jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai
dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.

104 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:104 Sec1:104 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Jumlah tercatat adalah nilai yang disajikan dalam neraca setelah dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.
d) Jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah nilai yang lebih tinggi antara
harga jual neto dan nilai pakai suatu aset.
e) Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan suatu aset, atau
jumlah lain yang menjadi pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai
residunya.
f) Nilai residu aset adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas
saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan,
jika aset tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada
akhir umur manfaatnya.
g) Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu
aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan
memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm’s length transaction).
h) Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari
suatu aset selama umur manfaatnya.
i) Rugi penurunan nilai adalah selisih dari jumlah tercatat suatu aset dengan
jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset tersebut.
j) Umur manfaat adalah:
(1) suatu periode di mana aset diharapkan akan digunakan oleh entitas;
atau
(2) jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh
dari aset tersebut oleh entitas.
2) Dasar Pengaturan
a) PSAK 16 Aset Tetap
(1) Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai
aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. (PSAK 16
paragraf 15)
(2) Suatu entitas harus memilih model biaya (cost model) dalam paragraf
30 atau model revaluasi (revaluation model) dalam paragraf 31
sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut
terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. (PSAK 16
paragraf 29)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 105

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:105 Sec1:105 23/07/2008 13:00:19


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penu-
runan nilai aset. (PSAK 16 paragraf 30)
(4) Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat
diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai
wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler
untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara
material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai
wajar pada tanggal neraca. (PSAK 16 paragraf 31)
(5) Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup
signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus
disusutkan secara terpisah. (PSAK 16 paragraf 46)
(6) Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laporan
laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah
tercatat aset lainnya. (PSAK 16 paragraf 51)
(7) Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset dialokasikan secara
sistematis sepanjang umur manfaatnya. (PSAK 16 paragraf 53)
(8) Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap harus di-review
minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review
berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut
harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai
dengan PSAK 25... (PSAK 16 paragraf 54)
(9) Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi
pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset oleh entitas.
(PSAK 16 paragraf 63)
(10) Metode penyusutan yang digunakan untuk aset harus di-review
minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan
yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi
masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan harus
diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan
metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi
akuntansi sesuai dengan PSAK 25. (PSAK 16 paragraf 64)

106 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:106 Sec1:106 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(11) Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:


(a) dilepaskan; atau
(b) tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya. (PSAK 16 paragraf 69)
(12) Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap
harus dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat aset tersebut
dihentikan pengakuannya. Laba tidak boleh diklasifikasikan sebagai
pendapatan. (modifikasi PSAK 16 paragraf 70)
(13) Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset
tetap harus ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil
pelepasan, jika ada, dan jumlah tercatat dari aset tersebut. (PSAK 16
paragraf 73)
(14) Entitas yang sebelum penerapan Pernyataan ini telah melakukan
revaluasi aset tetap dan kemudian menggunakan model biaya sebagai
kebijakan akuntansi pengukuran aset tetapnya maka nilai revaluasi
aset tetap tersebut dianggap sebagai biaya perolehan (deemed
cost). Biaya perolehan tersebut adalah nilai pada saat Pernyataan ini
diterbitkan. (PSAK 16 paragraf 83)
(15) Entitas yang sebelum penerapan Pernyataan ini pernah melakukan
revaluasi aset tetap dan masih memiliki saldo selisih nilai revaluasi
aset tetap, maka pada saat penerapan pertama kali Pernyataan ini
harus mereklasifikasi seluruh saldo selisih nilai revaluasi aset tetap
tersebut ke saldo laba. Hal tersebut harus diungkapkan. (PSAK 16
paragraf 84)
b) PSAK 47: Akuntansi Tanah.
c) PSAK 48: Penurunan Nilai Aset.
d) PSAK 25: Laba atau Rugi Bersih Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar,
dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.
2) Penjelasan
a) Umum
(1) Aset tetap, antara lain, meliputi:
(a) tanah;
(b) gedung dan bangunan fisik lainnya;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 107

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:107 Sec1:107 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(c) mesin dan instalasi;


(d) alat pertanian;
(e) alat inventaris/peralatan;
(f) jalan, jembatan, dan saluran air;
(g) kendaraan.
(2) Suatu benda berwujud harus diakui sebagai aset tetap bila biaya
perolehan aset dapat diukur secara handal dan besar kemungkinan
ada aliran manfaat ekonomis di masa datang yang berkaitan dengan
aset tersebut.
(3) Aset tetap dapat diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun
terlebih dahulu sampai siap pakai.
(4) Aset tetap dapat diperoleh dari transaksi sewa pembiayaan, sedangkan
jika dilakukan dengan sewa operasi tidak dicatat sebagai aset tetap.
(Penjelasan lebih detil dapat dilihat Bagian III.A.4.i: Aset Sewaan)
b) Aset tetap selain tanah
(1) Biaya perolehan
(a) Biaya perolehan aset tetap terdiri dari:
i. harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembe-
lian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon
pembelian dan potongan-potongan lain;
ii. biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk
membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar
aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud
manajemen;
iii. estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset
tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut
timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas
menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk
tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.
(b) Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
i. biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari pem-
bangunan atau akuisisi aset tetap;
ii. biaya penyiapan lahan untuk pabrik;

108 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:108 Sec1:108 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

iii. biaya handling dan penyerahan awal;


iv. biaya perakitan dan instalasi;
v. biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik,
setelah dikurangi hasil bersih penjualan produk yang dihasil-
kan sehubungan dengan pengujian tersebut, misalnya
sample yang diproduksi dari peralatan yang sedang diuji;
dan
vi. komisi profesional, misalnya biaya arsitek.
(c) Contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset
tetap adalah:
i. biaya pembukaan fasilitas baru;
ii. biaya pengenalan produk baru, termasuk biaya iklan dan
aktivitas promosi;
iii. biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok
pelanggan baru, termasuk biaya pelatihan staf; dan
iv. administrasi dan biaya overhead umum lainnya.
(d) Dalam kondisi yang memenuhi persyaratan tertentu, biaya
pinjaman dapat merupakan bagian perolehan aset tetap (lihat
penjelasan di Bagian III.B.3: Biaya Pinjaman).
(2) Biaya setelah perolehan awal
(a) Biaya-biaya yang terjadi setelah perolehan awal diakui sebagai
beban pada periode terjadinya, termasuk biaya pemakaian dan
pengembangan aset, misalnya:
i. biaya-biaya yang terjadi ketika suatu aset telah mampu
beroperasi sebagaimana dimaksudkan oleh manajemen
namun belum dipakai atau masih beroperasi di bawah
kapasitas penuhnya;
ii. kerugian awal operasi, seperti ketika permintaan terhadap
keluaran/output masih rendah; dan
iii. biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh
operasi entitas.
Kecuali biaya-biaya yang memenuhi syarat untuk dikapitalisasi ke
aset tanaman sebagaimana yang dijelaskan di huruf (b).

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 109

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:109 Sec1:109 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(b) Biaya-biaya yang terjadi setelah perolehan awal diakui sebagai


penambah nilai tercatat aset tetap (dikapitalisasi) jika memenuhi
syarat kualitatif dan kuantitatif berikut ini:
i. Syarat kualitatif yaitu:
(i) memperpanjang umur manfaat aset tetap; atau
(ii) kemungkinan besar memberikan manfaat ekonomis
di masa datang dalam bentuk peningkatan kapasitas
produksi, peningkatan mutu produksi, atau peningkatan
standar kinerja.
ii. Syarat kuantitatif yaitu jumlah batasan biaya yang dapat
dikapitalisasi.
(i) Batasan jumlah tersebut ditentukan oleh kebijakan
masing-masing perseroan.
(ii) Kebijakan tersebut didasarkan pada pertimbangan
bisnis yang rasional.
(c) Jika pengeluaran di atas mempunyai umur manfaat yang
lebih pendek daripada sisa umur manfaat aset awalnya, maka
pengeluaran tersebut diakui sebagai beban yang ditangguhkan
dan diamortisasi selama masa manfaatnya.
(d) Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aset tetap
yang tidak menambah umur manfaat atau menambah manfaat
ekonomis aset tetap, atau biaya-biaya yang mengembalikan aset
tetap ke kondisi normalnya, maka biaya-biaya tersebut dibebankan
pada periode terjadinya. Misalnya, biaya pemeliharaan rutin.
(e) Biaya penggantian suatu komponen aset tetap diperlakukan
sebagai berikut:
i. biaya penggantian tersebut menambah jumlah tercatat aset
tetap; dan
ii. jumlah tercatat komponen yang diganti dihentikan-peng-
akuannya.
c) Aset tetap tanah
(1) Biaya perolehan tanah, antara lain, meliputi:
(a) Harga transaksi pembelian tanah termasuk tanaman, prasarana,
bangunan diatasnya yang harus dibeli kemudian dimusnahkan.

110 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:110 Sec1:110 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(b) Biaya konstruksi atau pembuatan tanah, bila lahan tanah


diciptakan.
(c) Biaya ganti rugi penghuni, biaya relokasi.
(d) Biaya komisi perantara jual beli tanah.
(e) Biaya pinjaman terkapitalisasi ke dalam tanah.
(f) Biaya pematangan tanah.
(2) Beban tangguhan untuk pengurusan legal hak atas tanah sebesar
biaya perolehan atau perpanjangan atau pembaruan hak diamortisasi
selama masa umur hukum hak atau umur ekonomis tanah, mana yang
lebih pendek. Metode amortisasi sesuai dengan pola pemanfaatan
hak tanah dalam operasi perusahaan. (Lihat Bagian III.A.4.m:
Beban Tangguhan untuk perlakuan akuntansi beban tangguhan
pengurusan hak atas tanah)
d) Penyusutan
(1) Aset tetap selain tanah
(a) Aset tetap harus disusutkan secara sistematis selama masa
manfaatnya.
(b) Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus.
(c) Umur manfaat untuk setiap kelompok aset tetap adalah sebagai
berikut:
Kelompok aset tetap Umur ekonomis
Bangunan perusahaan
permanen 20 tahun
semi permanen 5 tahun
Bangunan rumah dinas
permanen 20 tahun
semi permanen 5 tahun
Jalan, jembatan, dan saluran air
permanen 16 tahun
semi permanen 5 tahun
Mesin dan instalasi
berat 20 tahun
ringan 8 tahun
Alat pengangkutan 5 tahun
Alat pertanian 5 tahun
Inventaris 5 tahun

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 111

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:111 Sec1:111 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(d) Jumlah yang dapat disusutkan yaitu biaya perolehan dikurangi


nilai residunya.
(e) Apabila terjadi penurunan umur manfaat aset tetap, maka
penyusutan didasarkan pada umur manfaat setelah penurunan
tersebut.
(2) Aset tetap tanah tidak disusutkan, kecuali:
(a) kondisi kualitas tanah tidak layak lagi digunakan dalam operasi
utama;
(b) sifat operasi utama meninggalkan tanah dan bangunan begitu
saja apabila proyek selesai;
(c) prediksi manajemen atas kepastian perpanjangan atau pem-
baruan hak atas tanah kemungkinan besar atau pasti tidak
diperoleh.
e) Perubahan akuntansi
(1) Metode penyusutan (kebijakan akuntansi)
Jika metode penyusutan aset tetap perseroan berbeda dengan
metode penyusutan di huruf d.1.b di atas, maka perubahan kebijakan
akuntansi penyusutan aset tetap berlaku retrospektif (lihat Bagian
II.B.7: Penyajian).
(2) Umur manfaat (estimasi akuntansi)
Jika umur manfaat aset tetap perseroan berbeda dengan umur man-
faat di huruf d.1.c di atas, maka perubahan estimasi umur manfaat
tersebut berlaku prospektif (lihat Bagian II.B.7: Penyajian).
f) Penurunan nilai
(1) Pada setiap tanggal neraca harus me-review ada atau tidaknya indi-
kasi penurunan nilai aset. Jika terdapat indikasi penurunan nilai aset,
maka harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset
tersebut.
(2) Dalam mengidentifikasi terdapat atau tidaknya penurunan nilai aset
tetap, paling tidak harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
(a) Informasi dari luar:
i. selama periode tertentu, nilai pasar aset tetap telah turun
secara signifikan melebihi penurunan akibat proses normal
depresiasi;

112 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:112 Sec1:112 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

ii. telah terjadi dalam periode tertentu atau akan terjadi


dalam waktu dekat perubahan memburuk yang signifikan
dalam teknologi, pasar, kondisi ekonomi atau hukum
tempat beroperasi, atau dalam pasar produk atau jasa yang
dihasilkan dari aset tetap tersebut;
iii. selama periode tertentu, tarif diskonto pasar atau tingkat
kembalian investasi pasar telah meningkat, dan peningkatan
ini cenderung akan menurunkan nilai aset tetap yang dapat
diperoleh kembali secara material.
(b) Informasi dari dalam:
i. terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik
aset tetap;
ii. telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan
signifikan yang bersifat merugikan sehubungan dengan cara
penggunaan aset tetap;
iii. terdapat bukti dari pelaporan internal yang menunjukkan
bahwa kinerja ekonomi aset tetap tidak memenuhi harapan
atau akan lebih buruk dari yang diharapkan; dan
iv. aset tetap yang pada tahun terakhir sebelumnya disajikan
sebesar nilai pakainya, dimana aliran kas sesungguhnya
secara material lebih kecil dari aliran kas taksiran, sebelum
diperhitungkan diskonto.
(3) Indikasi penurunan nilai aset yang disajikan di atas belum meliputi
seluruh indikasi yang mungkin muncul. Perseroan mungkin mengiden-
tifikasi hal-hal lain yang secara potensial berpengaruh terhadap
penurunan nilai aset tetap dan menjadikan indikasi tersebut sebagai
dasar untuk menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali.
(4) Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali lebih rendah dibanding-
kan jumlah tercatat, maka perseroan mengakui kerugian penurunan
nilai.
(5) Aset tetap tanah yang secara fisik menyusut luasnya karena pengi-
kisan alam, secara proporsional mengurangi nilai tercatatnya dan
dibebankan pada laporan laba rugi.
(6) Seluruh kerugian tersebut diakui pada periode terjadinya

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 113

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:113 Sec1:113 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

g) Penghentian-pengakuan
(1) Aset tetap dihentikan-pengakuannya dari kelompok aset tetap
apabila:
(a) dijual;
(b) dihibahkan; atau
(c) ditarik secara permanen dari penggunaannya.
(2) Aset tetap tanah yang diambil alih oleh negara untuk kepentingan
umum dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan sebesar
jumlah tercatat aset tanah yang diambil alih setelah dikurangi ganti
rugi yang diterima.
h) Model pengukuran
Pedoman ini menerapkan model biaya sebagai kebijakan akuntansi untuk
pengukuran setelah pengakuan awal untuk aset tetap.
i) Saldo selisih revaluasi
Jika perseroan mempunyai saldo selisih revaluasi aset tetap per 31
Desember 2007, maka saldo revaluasi tersebut direklasifikasi ke saldo
laba pada laporan perubahan ekuitas tahun 2008.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Perolehan aset tetap
(a) Pada awal perolehan aset tetap diakui sebesar biaya perolehan.
(b) Harga perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh
secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga
gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-
masing aset yang bersangkutan.
(c) Aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran dengan aset
nonmoneter diukur sebesar:
i. nilai wajar aset tetap yang diterima;
ii. nilai wajar aset yang diserahkan, jika nilai wajar aset yang
diserahkan tidak ada atau kurang andal dibandingkan aset
yang diserahkan;
iii. nilai tercatat aset yang diserahkan, jika nilai wajar aset yang
diterima atau yang diserahkan tidak ada.

114 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:114 Sec1:114 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(d) Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan diakui sebesar harga
taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkredit pos
modal donasi pada kelompok ekuitas.
(e) Aset tetap tanah
Harga perolehan aset tetap tanah yang dibangun sendiri me-
rupakan akumulasi seluruh biaya perolehan dan pengembang-
an tanah, berupa biaya pematangan tanah, di luar beban yang
ditangguhkan akibat biaya legal pengurusan hak.
(2) Pengeluaran setelah perolehan awal
Pengeluaran yang dapat dikapitalisasi diakui sebagai penambah nilai
tercatat aset tetap.
(3) Penyusutan
Beban penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai beban untuk
periode yang bersangkutan.
(4) Penurunan nilai
Penurunan nilai aset tetap diakui sebagai kerugian pada periode
terjadinya (beban nonusaha).
(5) Penghentian-pengakuan
(a) Keuntungan atau kerugian dari penghentian-pengakuan diakui
pada periode terjadinya.
(b) Keuntungan atau kerugian tersebut diakui sebagai pendapatan
atau beban nonusaha.
b) Penyajian
(1) Aset tetap disajikan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan kerugian penurunan nilai.
(2) Tanah disajikan sebagai bagian kelompok aset tetap sebesar biaya
perolehan dikurangi, jika ada, akumulasi penyusutan dan kerugian
penurunan nilai.
c) Pengungkapan
(1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah bruto aset
tetap.
(2) Metode penyusutan yang digunakan.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 115

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:115 Sec1:115 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan.


(4) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir
periode.
(5) Suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
memperlihatkan:
(a) penambahan;
(b) pelepasan;
(c) akuisisi melalui penggabungan usaha;
(d) penurunan nilai tercatat;
(e) penyusutan;
(f) perbedaan pertukaran neto yang timbul; dan
(g) setiap pengklasifikasian kembali.
(6) Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai suatu
perubahan kebijakan akuntansi dan alasan perubahan.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat perolehan:
(1) Pembelian
Db. Aset tetap
Kr. Kas dan setara kas
(2) Pembelian tanah
Db. Aset tetap – tanah
Kr. Kas dan setara kas
(3) Pertukaran aset
Db. Aset tetap (baru)
Db. Akumulasi penyusutan – aset tetap (lama)
Kr. Aset tetap (lama)
(4) Pemberian sumbangan berupa aset tetap
Db. Aset tetap
Kr. Modal donasi

116 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:116 Sec1:116 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Pada saat penyusutan


Db. Beban penyusutan
Kr. Akumulasi penyusutan – aset tetap
c) Pada saat pengeluaran setelah perolehan
(1) Penggantian (menambah masa manfaat)
Db. Akumulasi penyusutan – aset tetap
Kr. Kas dan setara kas
(2) Penggantian (menambah kapasitas)
Db. Aset tetap
Kr. Kas dan setara kas
(3) Penggantian komponen aset tetap
(a) Pengakuan komponen pengganti
Db. Komponen pengganti (menambah nilai tercatat aset tetap)
Kr. Kas dan setara kas
(b) Penghentian-pengakuan komponen yang digantikan
Db. Akumulasi penyusutan komponen aset tetap yang diganti-
kan
Kr. Komponen yang digantikan (mengurangi nilai tercatat aset
tetap)
d) Pada saat penghentian-pengakuan, misalnya dijual
Db. Kas dan setara kas
Db. Akumulasi penyusutan – aset tetap
Kr. Aset tetap
Dapat terjadi keuntungan atau kerugian.

i. Aset Sewaan
1) Definisi
a) Aset sewaan (leased asset) adalah aset yang diperoleh melalui perjanjian
sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan.
b) Sewa (lease) adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak
kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 117

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:117 Sec1:117 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau


serangkaian pembayaran kepada lessor.
c) Sewa pembiayaan (finance lease) adalah sewa yang mengalihkan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan
suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak
dialihkan.
d) Sewa operasi (operating lease) adalah sewa selain sewa pembiayaan.
e) Pembayaran sewa minimum (minimum lease payments) adalah pemba-
yaran selama masa sewa yang harus dibayar oleh lessee atau lessee dapat
dituntut untuk membayar, tidak meliputi rental kontinjen, biaya jasa, dan
pajak yang dibayar oleh dan diberikan gantinya kepada lessor, ditambah
dengan jumlah yang dijamin oleh lessee atau oleh pihak yang terkait
dengan lessee.
2) Dasar Pengaturan
PSAK 30: Sewa
3) Penjelasan
a) Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa meng-
alihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan aset. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika
sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat
yang terkait dengan kepemilikan aset.
b) Klasifikasi sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi didasarkan
pada substansi transaksi dan bukan pada formalitas kontraknya.
c) Contoh dari situasi yang secara individual atau gabungan dalam kondisi
normal mengarah pada sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa pembiaya-
an adalah:
(1) sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa
sewa;
(2) lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cu-
kup rendah dibanding nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat
dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi
memang akan dilaksanakan;

118 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:118 Sec1:118 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomik aset meski-
pun hak milik tidak dialihkan;
(4) pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum
secara substansial mendekati nilai wajar aset sewaan;
(5) aset sewaan memiliki karakteristik khusus dimana hanya lessee yang
dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.
d) Indikator dari situasi yang secara individual ataupun gabungan dapat juga
menunjukkan bahwa sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan
adalah:
(1) jika lessee dapat membatalkan sewa, kerugian lessor yang terkait
dengan pembatalan ditanggung oleh lessee;
(2) keuntungan atau kerugian dari fluktuasi nilai wajar residu dibebankan
kepada lessee, misalnya, dalam bentuk potongan harga sewa yang
setara dengan sebagian besar hasil penjualan residu pada akhir
sewa;
(3) lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode
kedua dengan nilai sewa yang secara substansial lebih rendah dari
nilai sewa pasar.
e) Situasi dan indikator di atas tidak selalu harus konklusif.
f) Jika jelas dari fitur lainnya bahwa sewa tidak mengalihkan secara substan-
sial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan, sewa
tersebut diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Misalnya, jika besarnya
pembayaran atas kepemilikan aset yang dialihkan pada akhir sewa
adalah variabel dan setara dengan nilai wajarnya, atau jika terdapat
sewa kontinjen, yang berarti lessee tidak menanggung secara substansial
seluruh risiko dan manfaat.
g) Transaksi jual dan sewa-balik
(1) Transaksi jual dan sewa-balik meliputi penjualan suatu aset dan pe-
nyewaan kembali aset yang sama.
(2) Pembayaran sewa dan harga jual biasanya saling terkait karena
keduanya dinegosiasikan sebagai suatu paket.
(3) Perlakuan akuntansi untuk transaksi jual dan sewa-balik tergantung
pada jenis sewanya.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 119

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:119 Sec1:119 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

h) Dalam bagian ini hanya mengatur perseroan sebagai lessee dan sewa
pembiayaan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Pengakuan awal atau pada awal masa sewa:
(a) aset sewaan dan kewajiban diakui sebesar nilai wajar atau nilai
kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah
dari nilai wajar;
(b) tingkat diskonto yang digunakan adalah bunga implisit dalam
sewa atau bunga pinjaman inkremental;
(c) biaya langsung awal yang dikeluarkan ditambahkan ke dalam
jumlah yang diakui sebagai aset;
(2) Setelah pengakuan awal
(a) Pembayaran sewa minimum:
i. bagian yang merupakan beban keuangan; dan
ii. bagian yang merupakan pelunasan kewajiban.
(b) Beban keuangan dialokasikan ke setiap periode selama masa
sewa.
(c) Sewa kontinjen dibebankan pada periode terjadinya.
(3) Beban penyusutan:
(a) Kebijakan penyusutan untuk aset sewaan harus konsisten dengan
aset yang dimiliki sendiri;
(b) Jika tidak ada kepastian yang memadai akan mendapatkan hak
kepemilikan, aset sewaan harus disusutkan secara penuh selama
jangka waktu yang lebih pendek antara periode masa sewa dan
umur manfaatnya.
b) Penyajian
(1) Aset sewaan yang diperoleh dengan cara sewa pembiayaan disajikan
sebagai bagian aset tidak lancar dalam kelompok tersendiri.
(2) Kewajiban sewa yang bersangkutan harus disajikan terpisah dari
kewajiban lainnya.

120 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:120 Sec1:120 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Pengungkapan
(1) jumlah neto nilai tercatat untuk setiap kelompok aset pada tanggal
neraca;
(2) rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di masa men-
datang dengan nilai kininya dan total pembayaran sewa minimum di
masa mendatang untuk setiap periode berikut:
(a) sampai dengan satu tahun;
(b) lebih dari satu tahun sampai lima tahun;
(c) lebih dari lima tahun;
(3) sewa kontinjen yang diakui sebagai beban pada periode tersebut;
(4) total perkiraan penerimaan pembayaran minimum oper-sewa di masa
mendatang dari kontrak sewa-lanjut yang tidak dapat dibatalkan pada
tanggal neraca;
(5) deskripsi umum isi perjanjian sewa yang material, yang meliputi,
tetapi tidak terbatas pada, hal berikut:
(a) dasar penentuan sewa kontinjen;
(b) ada tidaknya klausul-klausul yang berkaitan dengan opsi perpan-
jangan atau pembelian dan eskalasi beserta syarat-syaratnya;
dan
(c) pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian
sewa.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat perolehan aset sewaan:
Db. Aset sewaan (aset tidak lancar)
Kr. Kewajiban sewa (kewajiban jangka panjang)
b) Pada saat pembebanan penyusutan:
Db. Beban penyusutan – aset sewaan
Kr. Akumulasi penyusutan – aset sewaan
c) Pada saat pembelian aset sewaan:
Db. Aset tetap/pos aset lainnya
Db. Akumulasi penyusutan – aset sewaan
Kr. Aset sewaan
Kr. Akumulasi penyusutan – aset tetap/pos aset lainnya
Kr. Kas dan setara kas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 121

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:121 Sec1:121 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

j. Aset Kerjasama Operasi


1) Definisi
a) Kerjasama operasi adalah investasi dalam bentuk kerjasama antara 2
(dua) pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha bersama dengan
menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersama-
sama menanggung risiko usaha tersebut sesuai perjanjian.
b) Aset kerjasama operasi adalah aset sehubungan dengan kerjasama
operasi.
2) Dasar Pengaturan
PSAK 39: Akuntansi Kerjasama Operasi
3) Penjelasan
a) Kerjasama operasional (KSO) adalah kesepakatan antara pemilik aset dan
investor yang bersepakat untuk melakukan kerja sama dalam menggunakan
aset untuk menghasilkan pendapatan.
b) Kerjasama operasional, terdiri dari:
(1) Bangun-kelola-serah (built operate transfer), yaitu aset KSO yang
dikelola oleh investor yang mendanai pembangunan sampai berakhir
masa konsesi, diakhir masa konsesi investor akan menyerahkan aset
KSO dan pengelolaannya kepada pemilik aset.
(2) Bangun-serah-kelola (built transfer operate), yaitu aset KSO yang
pembangunannya didanai oleh investor hingga siap dioperasikan dan
selanjutnya diserahkan kepada pemilik aset untuk dikelola.
c) Pemilik aset adalah pihak yang memiliki aset atau hak penyelenggaraan
usaha tertentu yang dipakai sebagai objek atau sarana kerjasama
operasional.
d) Investor adalah pihak yang menyediakan dana, baik seluruh atau sebagian,
untuk memungkinkan aset atau hak usaha pemilik aset diberdayakan atau
dimanfaatkan dalam KSO.
e) Aset KSO terdiri dari:
(1) aset yang diserahkan oleh pemilik aset untuk dipakai sebagai objek
atau sarana kerjasama operasional; dan
(2) aset yang dibangun oleh investor untuk dipakai sebagai objek atau
sarana kerjasama operasional.

122 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:122 Sec1:122 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

f) Pengelola KSO adalah pihak yang mengoperasikan dan mencatat aset


KSO selama masa konsesi sesuai dengan perjanjian. Pengelola KSO
dapat dilakukan oleh pemilik aset atau investor. Dalam hal pengelolaan
KSO dialihkan kepada pihak lain maka hal tersebut tidak mengubah hak
pengendalian, operasional, dan pencatatan aset KSO.
g) perseroan dapat bertindak sebagai pemilik aset atau investor.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Aset yang diserahkan pemilik aset untuk diusahakan dalam perjanjian
KSO harus diakui oleh pemilik aset sebagai aset KSO sebesar biaya
perolehan.
(2) Dana yang diserahkan oleh pemilik aset kepada investor diakui
sebagai penyertaan KSO oleh pemilik aset dan sebagai kewajiban KSO
oleh investor.
(3) Aset KSO yang dibangun dan didanai oleh investor harus dicatat oleh
pihak yang mengelola aset KSO tersebut.
(4) Aset KSO harus dicatat sebesar biaya perolehannya, atau biaya
pembangunan yang tercantum di perjanjian KSO, atau sebesar nilai
wajar, dipilih yang paling obyektif atau paling berdaya uji.
(a) Apabila menggunakan skema bangun-serah-kelola:
i. Pada saat penyerahan aset KSO dari investor kepada pemilik
aset
(i) investor mengakui “hak bagi pendapatan”, dan pelunas-
an “kewajiban KSO”, jika ada;
(ii) pemilik aset mengakui “aset KSO” dan “kewajiban jangka
panjang KSO” serta mengurangi “penyertaan KSO”, jika
ada.
ii. Pendapatan yang berasal dari KSO diakui oleh pemilik aset.
iii. Pada saat pembagian pendapatan dari pengelolaan KSO
(i) investor mengakui pendapatan KSO sebesar selisih
antara kas yang diterima dengan amortisasi “hak bagi
pendapatan”.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 123

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:123 Sec1:123 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(ii) pemilik aset mengakui beban KSO sebesar selisih kas


yang dibayarkan dengan amortisasi “kewajiban jangka
panjang”.
(b) Apabila menggunakan skema bangun-kelola-serah
i. Pendapatan yang berasal dari KSO diakui oleh investor.
ii. Kewajiban KSO dapat dilunasi secara bertahap atau saat
penyerahan aset.
iii. Apabila kewajiban/penyertaan KSO dilunasi secara bertahap
sesuai dengan pembagian pendapatan:
(i) investor mengakui beban KSO sebesar selisih antara
kas yang dibayarkan kepada pemilik aset dan kewajiban
KSO yang dilunasi;
(ii) pemilik aset mengakui pendapatan sebesar selisih
antara kas yang diterima dan penyertaan KSO yang
dilunasi.
iv. Apabila kewajiban/penyertaan KSO dilunasi pada saat penye-
rahan aset KSO kepada pemilik aset:
(i) investor mengakui beban KSO sebesar kas atau porsi
pendapatan KSO yang dibayarkan kepada pemilik aset;
(ii) pemilik aset mengakui pendapatan sebesar kas yang
diterima.
v. Saat penyerahan aset KSO dari investor kepada pemilik aset
(i) investor menghapus aset KSO dan akumulasi penyusutan
aset KSO serta melunasi kewajiban KSO yang masih
tersisa;
(ii) pemilik aset;
(iii) mengakui penerimaan aset KSO tersebut sebagai aset
tetap/properti investasi dan penghasilan KSO sebesar
nilai wajar aset KSO;
(iv) mereklasifikasi aset KSO yang diserahkan menjadi aset
tetap/properti investasi.

124 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:124 Sec1:124 23/07/2008 13:00:20


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(5) Besarnya beban penyusutan aset KSO dialokasikan berdasarkan:


(a) Masa konsesi apabila perseroan bertindak sebagai investor dalam
KSO dengan skema bangun-kelola-serah.
(b) Umur manfaat apabila perseroan bertindak sebagai pemilik aset
dalam KSO dengan skema bangun-serah-kelola.
b) Penyajian
(1) Apabila menggunakan skema bangun-kelola-serah dan:
(a) perseroan bertindak sebagai investor maka:
i. dana yang diterima dari pemilik aset disajikan sebagai kewa-
jiban KSO dalam kelompok pos kewajiban lain;
ii. dana yang digunakan untuk membangun aset KSO disajikan
sebagai aset KSO dalam konstruksi dalam kelompok pos
investasi;
iii. aset KSO dalam konstruksi yang telah selesai pembangun-
annya disajikan sebagai aset KSO;
iv. akumulasi penyusutan aset KSO disajikan sebagai pos lawan
(contra account) dari aset KSO; atau
(b) perseroan bertindak sebagai pemilik aset maka:
i. aset yang diserahkan kepada investor disajikan sebagai aset
KSO;
ii. dana yang diserahkan kepada investor untuk membangun
aset KSO disajikan sebagai penyertaan KSO, jika ada;
iii. aset KSO yang diterima pada akhir masa konsesi disajikan
sebagai aset tetap/properti investasi;
iv. pada akhir masa konsesi aset yang diserahkan disajikan
kembali sebagai aset tetap/properti investasi.
(2) Apabila menggunakan skema bangun-serah-kelola dan:
(a) perseroan bertindak sebagai investor maka:
i. dana yang diterima dari pemilik aset disajikan sebagai
kewajiban KSO;
ii. dana yang digunakan untuk membangun aset KSO disajikan
sebagai aset KSO dalam konstruksi;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 125

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:125 Sec1:125 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

iii. aset KSO dalam konstruksi yang telah selesai pembangun-


annya disajikan sebagai aset KSO;
iv. selisih antara aset KSO yang diserahkan dan kewajiban
KSO yang dilunasi, jika ada, disajikan sebagai “hak bagi
pendapatan”; atau
(b) perseroan bertindak sebagai pemilik aset maka:
i. aset yang diserahkan kepada investor disajikan sebagai aset
KSO;
ii. dana yang diserahkan kepada investor untuk membangun
aset KSO disajikan sebagai penyertaan KSO, jika ada;
iii. aset KSO yang diterima setelah selesai pembangunannya
disajikan sebagai aset KSO;
iv. selisih antara aset KSO yang diterima dan penyertaan KSO
yang dilunasi, jika ada, disajikan sebagai kewajiban jangka
panjang KSO dalam kelompok pos kewajiban lain;
v. pada akhir masa konsesi aset yang diserahkan dan aset KSO
disajikan kembali sebagai aset tetap/properti investasi.
c) Pengungkapan
(1) Perjanjian kerjasama operasional:
(a) pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian KSO;
(b) hak dan kewajiban dari masing-masing partisipan KSO berkenaan
dengan perjanjian KSO;
(c) ketentuan tentang perubahan perjanjian KSO, jika ada;
(d) Perjanjian bagi pendapatan/hasil KSO;
(e) penghitungan atau penentuan hak bagi pendapatan/hasil KSO;
(f) penentuan amortisasi hak bagi pendapatan/hasil KSO;
(g) penghitungan tambahan beban atau penghasilan KSO yang
timbul dari pembayaran bagi pendapatan/hasil KSO.
(2) Pengungkapan yang lazim untuk aset tetap:
(a) klasifikasi aset yang membentuk aset KSO;
(b) penentuan biaya perolehan aset KSO;
(c) penentuan penyusutan atau amortisasi aset KSO.

126 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:126 Sec1:126 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

5) Ilustrasi jurnal
a) Jika perseroan sebagai pemilik aset
(1) Transaksi KSO dalam bentuk bangun-kelola-serah (BOT):
(a) Pada saat penyerahan hak pengelolaan atas aset dari perseroan:
Db. Aset KSO
Kr. Aset tetap
(b) Pada saat penentuan bagi hasil dari KSO:
Db. Piutang usaha – bagi hasil KSO
Kr. Pendapatan KSO
(c) Pada saat penerimaan bagi hasil dari KSO:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang usaha – bagi hasil KSO
(d) Pada saat akhir konsesi/kontrak yaitu penyerahan aset kepada
perseroan:
Db. Aset tetap (nilai wajar aset KSO yang dibangun)
Kr. Pendapatan KSO
(e) Pada saat reklasifikasi aset perseroan yang diserahkan kembali
dari pengelola KSO kepada perseroan:
Db. Aset tetap
Kr. Aset KSO
(2) Transaksi KSO dalam bentuk bangun-serah-kelola (BTO):
(a) Pada saat penyerahan hak pengelolaan atas aset dari perseroan:
Db. Aset KSO
Kr. Aset tetap
(b) Pada saat perseroan menerima aset KSO yang dibangun oleh
investor:
Db. Aset KSO
Kr. Kewajiban jangka panjang KSO
(c) Pada saat penyusutan aset KSO:
Db. Beban penyusutan
Kr. Akumulasi penyusutan – aset KSO

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 127

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:127 Sec1:127 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(d) Pada saat reklasifikasi kewajiban jangka panjang KSO menjadi


kewajiban jangka pendek KSO (secara periodik):
Db. Kewajiban jangka panjang KSO
Kr. Kewajiban jangka pendek KSO
(e) Pada saat pembayaran kewajiban jangka pendek KSO (secara
periodik):
Dr. Kewajiban jangka pendek KSO
Kr. Kas dan setara kas
(f) Pada saat pengakuan pendapatan KSO:
Db. Kas dan setara kas/piutang usaha
Kr. Pendapatan KSO
(g) Pada saat penentuan bagi hasil KSO untuk investor:
Db. Beban KSO
Kr. Utang usaha – bagi hasil KSO
(h) Pada saat pembayaran bagi hasil KSO kepada investor:
Db. Utang usaha – bagi hasil KSO
Kr. Kas dan setara kas
(i) Pada saat akhir masa konsesi:
Tidak ada jurnal
(j) Pada saat reklasifikasi aset perseroan yang digunakan dalam
KSO:
Db. Aset tetap
Kr. Aset KSO
b) Jika perseroan sebagai investor
(1) Transaksi KSO dalam skema bangun-kelola-serah (BOT):
(a) Pada saat menerima hak pengelolaan atas aset:
Tidak ada jurnal
(b) Pada saat penyelesaian pembangunan aset KSO:
Db. Aset KSO
Kr. Kas dan setara kas/Utang usaha

128 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:128 Sec1:128 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(c) Pada saat penyusutan aset KSO:


Db. Beban penyusutan
Kr. Akumulasi penyusutan – aset KSO
(d) Pada saat pengakuan pendapatan:
Db. Kas dan setara kas/Piutang usaha
Kr. Pendapatan KSO
(e) Pada saat penentuan bagi hasil:
Db. Beban KSO (bagian mitra atas pendapatan KSO)
Kr. Utang usaha – bagi hasil KSO
(f) Pada saat akhir konsesi/kontrak (penyerahan hak pengelolaan
aset):
Tidak ada jurnal.
(g) Pada saat penyerahan aset KSO:
Db. Akumulasi penyusutan – aset KSO
Kr. Aset KSO
(2) Transaksi KSO dalam bentuk bangun-serah-kelola (BTO):
(a) Pada saat menerima hak pengelolaan atas aset:
Tidak ada jurnal
(b) Pada saat penyelesaian pembangunan aset KSO:
Db. Aset KSO
Kr. Kas dan setara kas/Utang usaha
(c) Pada saat perseroan menyerahkan aset KSO yang dibangun
kepada pemilik aset:
Db. Hak bagi pendapatan KSO
Kr. Aset KSO
(d) Pada saat amortisasi hak bagi pendapatan KSO (secara periodik)
Db. Beban KSO (amortisasi hak bagi pendapatan KSO)
Kr. Akumulasi amortisasi atas hak bagi pendapatan KSO
(e) Pada saat penentuan bagi hasil KSO
Db. Piutang usaha – bagi hasil KSO
Kr. Pendapatan KSO

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 129

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:129 Sec1:129 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(f) Pada saat akhir masa konsesi:


Db. Akumulasi amortisasi atas hak bagi pendapatan KSO
Kr. Hak bagi pendapatan KSO

k. Aset Pengelolaan Bersama


1) Definisi
a) Joint ventures adalah perjanjian kontraktual antara dua atau lebih pihak
untuk melaksanakan kegiatan ekonomi yang dikendalikan bersama.
b) Venturer adalah salah satu pihak dalam joint ventures yang ikut melakukan
pengendalian bersama terhadap joint ventures tersebut.
c) Pengendalian bersama adalah pengendalian bersama oleh para venturer
atas suatu kegiatan usaha yang didasarkan pada perjanjian kontraktual.
d) Pengendalian Bersama Operasional (PBO) adalah kegiatan joint ventures
yang meliputi pemanfaatan aset dan sumber daya lainnya dari para
venturer dan tidak memerlukan pembentukan suatu perseroan terbatas,
firma, badan usaha lain atau suatu pengelolaan keuangan yang terlepas
dari venturer. Perjanjian joint ventures biasanya mengatur cara pembagian
pendapatan dari penjualan produk bersama dan pembagian beban
bersama lainnya yang terjadi.
e) Pengendalian Bersama Aset (PBA) adalah kegiatan joint ventures dimana
para venturer melakukan pengendalian bersama dan kepemilikan bersama
atas satu atau lebih aset yang diserahkan oleh venturer, atau dibeli untuk
digunakan dalam melaksanakan kegiatan joint ventures. Masing-masing
venturer dapat mengambil bagiannya atas output yang dihasilkan oleh
aset tersebut dan masing-masing memikul bagiannya atas beban yang
terjadi.
2) Dasar Pengaturan
a) Sehubungan dengan bagian partisipasinya pada PBO, venturer harus
membukukan dan menyajikan dalam laporan keuangannya:
(1) aset yang dikendalikannya sendiri dan kewajiban yang timbul atas
aktivitasnya sendiri; dan
(2) beban yang terjadi oleh venturer sendiri dan bagiannya atas pen-
dapatan yang dihasilkan dari penjualan barang dan jasa oleh joint
ventures. (PSAK 12 paragraf 25)

130 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:130 Sec1:130 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Sehubungan dengan bagian partisipasinya pada PBA, venturer harus


membukukan dan menyajikan dalam laporan keuangannya:
(1) bagiannya (interest) atas aset yang dikendalikan bersama, diklasifi-
kasikan menurut sifat dari aset tersebut;
(2) kewajiban yang timbul dan menjadi kewajiban venturer sendiri;
(3) bagiannya atas kewajiban bersama yang timbul bersama-sama
dengan venturer lain sehubungan dengan joint ventures;
(4) bagiannya atas output joint ventures, dan bagiannya atas beban
bersama joint ventures tersebut; dan
(5) beban yang terjadi yang menjadi tanggungan venturer sendiri
yang berkaitan dengan bagian partisipasinya (interest) dalam joint
ventures.
Apabila penerapan metode proportionate consolidation tersebut di
atas tidak praktis untuk diterapkan, maka venturer dapat menggunakan
metode ekuitas (equity method) untuk membukukan dan menyajikan
partisipasinya pada PBA. (PSAK 12 paragraf 27)
c) Laporan keuangan tersendiri untuk joint ventures wajib disusun apabila
jumlahnya material dan proyek kerja sama diselesaikan dalam jangka
panjang. Jenis, bentuk dan isi laporan keuangan disesuaikan dengan
kebutuhan venturer dan perjanjian kontraktual. (PSAK 12 paragraf 26)
3) Penjelasan
a) Kegiatan PBO meliputi penggabungan operasional, sumber daya dan
keahlian dalam rangka memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan
bersama suatu produk tertentu. Proses produksi komponen produk
dilakukan oleh masing-masing venturer dan konsekuensi timbulnya biaya
akan ditanggung oleh venturer sendiri.
b) Kegiatan PBA tidak perlu didirikan suatu perseroan terbatas, firma, atau
badan usaha lain. Masing-masing venturer dapat menikmati bagiannya
atas hasil pemanfaatan aset tersebut di masa mendatang berdasarkan
bagiannya dan juga menanggung beban yang terjadi sebesar bagiannya.
c) Dalam joint ventures harus ada perjanjian kontraktualnya antara dua pihak
atau lebih yang akan melaksanakan kegiatan ekonomi yang dikendalikan
bersama. Dalam perjanjian kontraktual biasanya tertulis dan mengatur
hal-hal tertentu seperti:

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 131

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:131 Sec1:131 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(1) aktivitas, jangka waktu dan kewajiban pelaporan dari joint ventures;
(2) penunjukan pengurus joint ventures dan hak suara para venturer;
(3) partisipasi finansial masing-masing venturer;
(4) cara pembagian output, pendapatan, beban atau hasil usaha joint
ventures kepada para venturer.
d) Dalam perjanjian kontraktual tersebut dapat ditunjuk satu venturer sebagai
operator atau manajer joint ventures, mereka yang ditunjuk tersebut
tidak mengendalikan joint ventures tetapi hanya melaksanakan kebijakan
keuangan dan operasional yang telah disetujui oleh seluruh venturer.
e) Kepada operator biasanya dibayarkan suatu imbalan untuk pelaksanaan
tugas tersebut. Atas imbalan tersebut dipertanggungjawabkan joint
ventures sebagai beban, bagi operator atas imbalan tersebut diakui
sebagai pendapatan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Dalam PBO masing-masing venturer menggunakan aset tetapnya
dan mengelola sendiri persediaannya, masing-masing venturer
menanggung pengeluarannya, menyelesaikan kewajibannya serta
mencari sumber pendanaannya untuk aktivitasnya sendiri. Pem-
bagian pendapatan dari penjualan produk bersama dan pembagian
beban bersama diatur dalam perjanjian joint ventures.
(2) Dalam PBA masing-masing venturer hanya mengakui sebesar bagian
partisipasinya dalam pengendalian aset bersama tersebut, demikian
juga dengan pendapatan dan beban diakui sebesar bagiannya dalam
partisipasinya.
(3) Laporan keuangan tersendiri untuk joint ventures wajib disusun
apabila jumlahnya material dan proyek kerja sama diselesaikan dalam
jangka panjang. Jenis, bentuk dan isi laporan keuangan disesuaikan
dengan kebutuhan venturer dan perjanjian kontraktualnya.
b) Penyajian
(1) Sehubungan dengan bagian partisipasi venturer pada PBO, venturer
membukukan aset hanya sebatas aset yang dikendalikan sendiri dan
membukukan kewajiban yang timbul atas aktivitasnya sendiri.

132 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:132 Sec1:132 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) Beban diakui sebesar beban yang terjadi atas aktivitasnya sendiri dan
pendapatan diakui sebesar bagiannya atas penjualan bersama dari
penjualan barang dan jasa oleh joint ventures.
(3) Dalam PBA masing-masing venturer menyajikan:
(a) Aset yang dikendalikan bersama sebesar bagiannya dan dikla-
sifikasikan menurut sifat dari aset tersebut (bukan sebagai
investasi);
(b) Setiap kewajiban yang menjadi tanggungannya sendiri, misal-
nya pinjaman bank yang digunakannya untuk membiayai
partisipasinya pada joint ventures;
(c) Bagiannya atas setiap kewajiban bersama yang ditanggung
bersama oleh para venturer sehubungan dengan joint ventures;
(d) Bagiannya atas output joint ventures dan bagiannya atas beban
bersama yang terjadi pada joint ventures tersebut;
(e) Beban yang menjadi tanggungannya sendiri sehubungan dengan
partisipasinya dalam joint ventures misalnya bunga atas pinjaman
bank yang digunakan untuk membiayai partisipasinya pada joint
ventures.
c) Pengungkapan
(1) Venturer harus mengungkapkan jumlah agregat dari kontinjensi
berikut ini, terpisah dari kontinjensi lainnya dari venturer:
(a) setiap kontinjensi yang timbul akibat bagian partisipasi
venturer pada joint ventures dan bagiannya atas kontinjensi
yang timbul akibat tindakan yang dilakukan secara bersama-
sama dengan para venturer lainnya;
(b) bagian atas kontinjensi joint ventures apabila venturer
tersebut ikut bertanggung jawab atas kontinjensi tersebut;
(c) kontinjensi yang timbul karena venturer ikut menanggung
kewajiban venturer lainnya.
(2) Venturer harus mengungkapkan jumlah agregat komitmen beri-
kut, terpisah dari komitmen lainnya dari venturer:
(a) komitmen modal/finansial venturer sehubungan dengan
bagian partisipasinya pada joint ventures dan penyetoran

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 133

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:133 Sec1:133 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

atau penyetoran modal yang telah dilakukannya pada joint


ventures;
(b) bagian atas komitmen modal/finansial yang dibuat oleh joint
ventures.
(3) Agar pemakai laporan keuangan venturer memperoleh pema-
haman yang jelas mengenai aktivitasnya, venturer harus meng-
ungkapkan daftar dan deskripsi bagian partisipasinya yang
signifikan pada joint ventures.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Metode konsolidasi proporsional
(1) Pada saat penyertaan dana untuk membangun aset PBA
Db. Penyertaan PBA
Kr. Kas dan setara kas
(2) Pada saat penyertaan PBA digunakan untuk pembangunan/ pembelian
aset.
Tidak ada jurnal.
(3) Pada saat transaksi penyerahan persediaan dari venturer kepada
PBA:
Db. Piutang PBA
Kr. Persediaan
Kr. Pendapatan yang ditangguhkan
Pada prinsipnya keuntungan atau kerugian dari transaksi penjualan
antara venturer dan PBA belum boleh diakui sampai dengan
terealisasinya penjualan persediaan kepada pihak ketiga. Penentuan
nilai penyerahan persediaan dari venturer kepada PBA sesuai dengan
perjanjian (at cost atau cost plus margin).
(4) Pada saat piutang dilunasi oleh PBA:
Db. Kas
Kr. Piutang
Db. Pendapatan yang ditangguhkan
Kr. Pendapatan
Asumsi: dengan adanya pelunasan piutang oleh PBA dianggap pen-
jualan kepada pihak ketiga sudah direalisasi.

134 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:134 Sec1:134 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(5) Pada saat transaksi penerimaan persediaan oleh venturer dari PBA:
Db. Persediaan
Kr. Utang PBA
(6) Pada saat konsolidasi (sesuai dengan jurnal konsolidasi)
b) Metode Ekuitas
(1) Sama dengan point (1) sampai (5) dalam metode proporsional
konsolidasi.
(2) Pada saat pengumuman laba PBA:
Db. Penyertaan PBA
Kr. Pendapatan penyertaan PBA
(3) Pada saat pengumuman rugi PBA:
Db. Kerugian PBA
Kr. Penyertaan PBA
(4) Pada saat penerimaan kas atas laba PBA:
Db. Kas
Kr. Penyertaan PBA

l. Aset Pajak Tangguhan


1) Definisi
a) Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan per-
pajakan, pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak.
b) Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang setelah pelunas-
annya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan
pajak penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain
yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final.
c) Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum
dikurangi beban pajak.
d) Penghasilan kena pajak atau laba fiskal atau rugi pajak adalah laba atau
rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan
dan yang menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan.
e) Beban pajak atau penghasilan pajak adalah jumlah agregat pajak kini dan
pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi
pada satu periode.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 135

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:135 Sec1:135 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

f) Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan terutang atas penghasilan


kena pajak pada satu periode.
g) Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang
untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer
kena pajak.
h) Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada
periode mendatang sebagai akibat adanya:
(1) perbedaan temporer yang boleh dikurangkan; dan
(2) sisa kompensasi kerugian.
i) Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau
kewajiban dengan dasar pengenaan pajak. Perbedaan temporer dapat
berupa:
(1) perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang
menimbulkan suatu jumlah kena pajak dalam penghitungan laba
fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan atau
nilai tercatat kewajiban tersebut diselesaikan; atau
(2) perbedaan temporer yang boleh dikurangkan adalah perbedaan
temporer yang menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan
dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat
nilai tercatat aset dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban tersebut
diselesaikan.
j) Dasar pengenaan pajak aset atau kewajiban adalah nilai aset atau
kewajiban yang diakui oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam penghitungan
laba fiskal.
k) Surat Ketetapan Pajak adalah surat yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak yang dapat berupa:
(1) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat keputusan yang
menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
(2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat keputus-
an yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan.

136 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:136 Sec1:136 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat keputusan yang me-
nentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit
pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya
terutang.
(4) Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat keputusan yang menentukan
jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
l) Surat Tagihan Pajak adalah surat yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa
bunga dan/atau denda.
2) Dasar Pengaturan
a) Jumlah pajak kini, yang belum dibayar harus diakui sebagai kewajiban.
Apabila jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode berjalan dan
periode-periode sebelumnya melebihi jumlah pajak yang terutang untuk
periode-periode tersebut, maka selisihnya, diakui sebagai aset. (PSAK 46
paragraf 13)
b) Aset pajak tangguhan (deferred tax assets) diakui untuk seluruh perbedaan
temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan perbe-
daan temporer yang boleh dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan
untuk mengurangi laba fiskal pada masa yang akan datang, kecuali aset
pajak tangguhan yang timbul dari:
(1) goodwill negatif yang diakui sebagai pendapatan tangguhan sesuai
dengan PSAK 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha; atau
(2) pengakuan awal aset atau kewajiban pada suatu transaksi yang:
(a) bukan transaksi penggabungan usaha; dan
(b) tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba fiskal.
(PSAK 46 paragraf 21)
c) Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aset pajak
tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa yang
akan datang memadai untuk dikompensasi. (PSAK 46 paragraf 26)
d) Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan
tarif pajak yang akan berlaku pada saat aset dipulihkan atau kewajiban
dilunasi, yaitu dengan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah berlaku

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 137

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:137 Sec1:137 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

atau yang telah secara substantif berlaku pada tanggal neraca. (PSAK 46
paragraf 30)
e) Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi
pajak untuk pemulihan nilai tercatat aset atau penyelesaian kewajiban
yang diharapkan perusahaan pada tanggal neraca. (PSAK 46 paragraf 33)
f) Aset dan kewajiban pajak tangguhan tidak boleh didiskonto (discounted).
(PSAK 46 paragraf 34)
g) Nilai tercatat aset pajak tangguhan harus ditinjau kembali (pada tanggal
neraca). Perusahaan harus menurunkan nilai tercatat tersebut apabila
laba fiskal tidak mungkin memadai untuk mengkompensasi sebagian
atau semua aset pajak tangguhan. Penurunan tersebut harus disesuaikan
kembali apabila besar kemungkinan laba fiskal memadai. (PSAK 46
paragraf 35)
h) Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aset dan
kewajiban lainnya dalam neraca. Aset pajak tangguhan dan kewajiban
pajak tangguhan harus dibedakan dari aset pajak kini dan kewajiban pajak
kini. (PSAK 46 paragraf 45)
i) Apabila dalam laporan keuangan suatu perusahaan, aset dan kewajiban
lancar disajikan terpisah dari aset dan kewajiban tidak lancar maka aset
(kewajiban) pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aset (kewajiban)
lancar. (PSAK 46 paragraf 46)
3) Penjelasan
a) Pengakuan aset pajak tangguhan berarti perseroan akan dapat memulihkan
nilai tercatat aset pajak tangguhan tersebut. Apabila besar kemungkinan
bahwa pemulihan aset akan mengakibatkan pembayaran pajak pada
periode mendatang yang lebih kecil, maka mengharuskan untuk meng-
akui aset pajak tangguhan, dengan beberapa pengecualian.
b) Perseroan memperlakukan konsekuensi pajak dari suatu transaksi dan
kejadian lain sama dengan cara dalam memperlakukan transaksi dan
kejadian tersebut. Oleh karena itu, untuk transaksi dan kejadian lain
yang diakui pada laporan laba rugi, konsekuensi atau pengaruh pajak dari
transaksi dan kejadian tersebut harus diakui pula pada laporan laba rugi.
Sedangkan untuk transaksi dan kejadian lain yang langsung dibebankan
atau dikreditkan ke ekuitas, konsekuensi atau pengaruh pajak dari transaksi

138 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:138 Sec1:138 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

dan kejadian tersebut harus langsung dibebankan atau dikreditkan ke


ekuitas. Demikian pula, pengakuan aset dan kewajiban pajak tangguhan
pada suatu penggabungan usaha mempengaruhi saldo goodwill atau
goodwill negatif yang timbul dari penggabungan usaha tersebut.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer
yang boleh dikurangkan (nilai basis akuntansi lebih kecil daripada
nilai basis pajak), sepanjang besar kemungkinan perbedaan tersebut
dapat dimanfaatkan untuk mengurangi penghasilan kena pajak pada
masa yang akan datang.
(2) Transaksi yang tidak diakui sebagai bagian aset pajak tangguhan
yaitu:
(a) goodwill negatif yang diakui sebagai pendapatan tangguhan;
(b) pengakuan awal aset atau kewajiban dari suatu transaksi yang:
i. bukan merupakan transaksi penggabungan usaha; dan
ii. pada saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi dan
penghasilan kena pajak.
(3) Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasikan diakui sebagai aset
pajak tangguhan.
b) Penyajian
(1) Aset pajak harus disajikan terpisah dari aset lainnya dalam neraca.
(2) Aset pajak tangguhan harus dibedakan dari piutang pajak/pajak
dibayar dimuka.
(3) Aset pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aset lancar.
c) Pengungkapan
(1) unsur-unsur utama beban (penghasilan) pajak;
(2) jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari transaksi-
transaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas;
(3) beban (penghasilan) pajak yang berasal dari pos-pos luar biasa yang
diakui pada periode berjalan;
(4) penjelasan mengenai hubungan antara beban (penghasilan) pajak
dan laba akuntansi dalam salah satu atau kedua bentuk berikut ini:

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 139

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:139 Sec1:139 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(a) rekonsiliasi antara beban (penghasilan) pajak hasil perkalian laba


akuntansi dan tarif pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan
dasar penghitungan tarif pajak yang berlaku; atau
(b) rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata dan tarif pajak yang
berlaku, dengan mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak
yang berlaku.
(5) penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perban-
dingan dengan tarif pajak yang berlaku pada periode akuntansi
sebelumnya;
(6) jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan temporer
yang boleh dikurangkan dan sisa rugi yang dapat dikompensasi ke pe-
riode berikut, yang tidak diakui sebagai aset pajak tangguhan pada
neraca;
(7) untuk setiap kelompok perbedaan temporer dan untuk setiap kelom-
pok rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut:
(a) jumlah aset dan kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada
neraca untuk setiap periode penyajian;
(b) jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang diakui pada
laporan laba rugi apabila jumlah tersebut tidak terlihat dari
perubahan jumlah aset atau kewajiban pajak tanguhan yang
diakui pada neraca; dan
(c) untuk operasi yang tidak dilanjutkan, beban pajak yang berasal
dari:
i. keuntungan atau kerugian atas penghentian operasi; dan
ii. laba atau rugi dari aktivitas normal operasi yang tidak di-
lanjutkan untuk periode pelaporan, bersama dengan jumlah
periode akuntansi sebelumnya yang disajikan pada laporan
keuangan.
(8) jumlah aset pajak tangguhan dan sifat bukti yang mendukung peng-
akuannya, jika:
(a) penggunaan aset pajak tangguhan tergantung pada apakah laba
fiskal yang dapat dihasilkan pada periode mendatang melebihi
laba dari realisasi perbedaan temporer kena pajak yang telah
ada; dan
(b) perusahaan telah menderita kerugian pada periode berjalan atau
periode sebelumnya.

140 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:140 Sec1:140 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

5) Ilustrasi Jurnal
Pada saat timbulnya aset pajak tangguhan (sejumlah pajak penghasilan dapat
diperoleh kembali akibat adanya perbedaan temporer yang dapat kurangkan
pada tanggal neraca):
Db. Beban pajak – pajak kini
Db. Aset pajak tangguhan
Kr. Utang pajak penghasilan
Kr. Beban pajak – penghasilan pajak tangguhan

m. Beban Tangguhan
1) Definisi
Beban tangguhan adalah biaya-biaya yang pada awalnya diakui sebagai aset
tetapi diperkirakan akan menjadi beban selama waktu tertentu atau melalui
operasi normal suatu usaha.
2) Dasar Pengaturan
a) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
b) Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. (KDPPLK
paragraf 89)
c) Beban Tangguhan berupa Hak Atas Tanah harus dibuktikan dengan bukti
kepemilikan hak yang masih berlaku. Hak atas tanah, baik baru maupun
perpanjangan atau pembaharuan hak, diakui sebagai Beban Tangguhan.
(PSAK 47 paragraf 24)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 141

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:141 Sec1:141 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d) Beban Tangguhan berupa Hak Atas Tanah dicatat sebesar biaya perolehan
hak atau biaya perpanjangan hak atau biaya pembaharuan hak. (PSAK 47
paragraf 25)
e) Semua Beban Tangguhan terkait hak diamortisasi sepanjang umur hukum
hak atau umur ekonomik aset tanah, yang mana yang lebih pendek. (PSAK
47 paragraf 26)
f) Semua hak atas tanah, disajikan sebagai Beban Tangguhan Hak Atas Tanah
dalam neraca, terpisah dari Beban Tangguhan yang lain. (PSAK 47 paragraf
29)
3) Penjelasan
a) Beban tangguhan antara lain terdiri dari:
(1) beban pengurusan legal hak atas tanah;
(2) beban pengurusan sertifikasi, misalnya ISO, GMP, dan HCCP;
(3) lain-lain.
b) Beban pengurusan legal hak atas tanah antara lain meliputi:
(1) Biaya legal audit seperti pemeriksaan keaslian sertifikat tanah,
rencana tata kota.
(2) Biaya pengukuran-pematokan-pemetaan ulang.
(3) Biaya notaris, biaya jual beli & PPAT.
(4) Pajak terkait pada jual beli tanah.
(5) Biaya resmi yang harus dibayar ke Kas Negara, untuk perolehan
hak, perpanjangan atau pembaharuan Hak baik status maupun
peruntukan.
c) Biaya-biaya yang tidak mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode
tidak dapat ditangguhkan, termasuk kerugian yang timbul dari kegiatan
awal operasi dan biaya praoperasi/perintisan usaha.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Beban tangguhan diakui sebesar biaya perolehannya.
(2) Beban tangguhan diamortisasi selama masa manfaatnya.
b) Penyajian
(1) Beban tangguhan disajikan sebagai aset tidak lancar dalam pos
tersendiri sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi amortisasi.

142 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:142 Sec1:142 23/07/2008 13:00:21


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) Beban tangguhan pengurusan legal hak atas tanah disajikan secara
terpisah dari beban tangguhan lainnya.
c) Pengungkapan
(1) Rincian beban tangguhan;
(2) Kebijakan amortisasi dan alasan pemilihan kebijakan amortisasi
tersebut;
(3) Untuk beban tangguhan pengurusan legal hak atas tanah, ditambah
pengungkapan mengenai:
(a) keterkaitan dengan aset tetap tanah tertentu;
(b) bila perpanjangan atau pembaharuan hak tidak diperoleh, harus
diungkapkan secara khusus.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengakuan awal
Db. Beban tangguhan – hak atas tanah
Kr. Kas dan setara kas/pos terkait
b) Pada saat amortisasi beban tangguhan
Db. Beban amortisasi – beban tangguhan hak atas tanah
Kr. Akumulasi amortisasi – beban tangguhan hak atas tanah

n. Aset Tidak Berwujud


1) Definisi
a) Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi
dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada
pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif.
b) Riset adalah penelitian orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan
harapan memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis
atas ilmu yang baru.
c) Pengembangan adalah penerapan temuan riset atau pengetahuan
lainnya pada suatu rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat,
produk, proses, sistem, atau jasa yang sifatnya baru atau yang mengalami
perbaikan yang substansial, sebelum dimulainya produksi komersial atau
pemakaian.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 143

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:143 Sec1:143 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d) Amortisasi adalah alokasi sistematis dari nilai aset tidak berwujud yang
dapat didepresiasi selama masa manfaat aset tersebut.
2) Dasar Pengaturan
a) Aset tidak berwujud diakui jika:
(1) kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis
masa depan dari aset tersebut; dan
(2) biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal. (PSAK 19
paragraf 20)
b) Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomis masa depan,
perusahaan harus menggunakan asumsi yang masuk akal dan dapat
dipertanggungjawabkan, yang merupakan estimasi terbaik manajemen
atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang masa manfaat aset tersebut.
(PSAK 19 paragraf 21)
c) Suatu aset tidak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya
perolehan. (PSAK 19 paragraf 23)
d) Muhibah (goodwill) yang dihasilkan secara internal di dalam perusahaan
(internally generated) tidak boleh diakui sebagai aset. (PSAK 19 paragraf
30)
e) Perusahaan tidak boleh mengakui aset tidak berwujud yang timbul dari
riset. Pengeluaran untuk riset diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
(PSAK 19 paragraf 36)
f) Suatu aset tidak berwujud yang timbul dari pengembangan diakui jika
perusahaan dapat memenuhi semua persyaratan berikut ini:
(1) kelayakan teknis penyelesaian aset tidak berwujud tersebut sehingga
aset tersebut dapat digunakan atau dijual;
(2) niat untuk menyelesaikan aset tidak berwujud tersebut sehingga
dapat digunakan atau dijual;
(3) kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset tidak berwujud
tersebut;
(4) cara aset tidak berwujud menghasilkan kemungkinan manfaat eko-
nomis masa depan, yaitu antara lain perusahaan harus mampu menun-
jukkan adanya pasar bagi keluaran aset tidak berwujud atau pasar atas
aset tidak berwujud itu sendiri, atau, jika aset tidak berwujud itu akan

144 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:144 Sec1:144 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

digunakan secara intern, perusahaan harus mampu menunjukkan


kegunaan aset tidak berwujud tersebut;
(5) tersedianya sumber daya teknis, keuangan dan sumber daya lainnya
untuk menyelesaikan pengembangan aset tidak berwujud dan meng-
gunakan atau menjual aset tersebut; dan
(6) kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait
dengan aset tidak berwujud selama pengembangannya. (PSAK 19
paragraf 39)
g) Merek, daftar pelanggan yang dihasilkan secara internal, dan hal-hal
sejenis yang substansinya sama tidak boleh diakui sebagai aset tidak
berwujud. (PSAK 19 paragraf 45)
h) Pengeluaran untuk suatu pos aset tidak berwujud diakui sebagai beban
pada saat terjadinya, kecuali:
(1) pengeluaran itu merupakan bagian dari biaya perolehan aset tidak
berwujud yang memiliki kriteria pengakuan (lihat paragraf 20-29);
atau
(2) pos tersebut diperoleh melalui suatu penggabungan usaha yang
berbentuk akuisisi dan tidak dapat diakui sebagai aset tidak berwujud.
Apabila demikian halnya, maka pengeluaran tersebut (yang termasuk
dalam biaya perolehan akuisisi) merupakan bagian dari muhibah
(goodwill) atau muhibah negatif (negative goodwill) pada tanggal
akuisisi. (PSAK 19 paragraf 50)
i) Pengeluaran atas unsur tidak berwujud yang awalnya diakui oleh perusa-
haan sebagai beban dalam laporan keuangan tahunan atau laporan ke-
uangan interim periode sebelumnya tidak boleh diakui sebagai bagian dari
harga perolehan aset tidak berwujud di kemudian hari. (PSAK 19 paragraf
53)
j) Pengeluaran setelah aset tidak berwujud diperoleh (sering disebut “pe-
ngeluaran setelah perolehan”) diakui sebagai beban pada saat terjadinya,
kecuali:
(1) pengeluaran tersebut besar kemungkinannya akan meningkatkan
manfaat ekonomis masa depan sehingga menjadi lebih besar daripada
standar kinerja yang diperkirakan semula; dan
(2) pengeluaran tersebut dapat diukur dan dikaitkan dengan aset secara
andal;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 145

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:145 Sec1:145 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) Jika persyaratan-persyaratan di atas dipenuhi, maka pengeluaran


setelah perolehan harus ditambahkan kepada biaya perolehan aset
tidak berwujud. (PSAK 19 paragraf 54)
k) Jumlah yang dapat diamortisasi dari aset tidak berwujud harus dialokasi-
kan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaat-
nya. Pada umumnya masa manfaat suatu aset tidak berwujud tidak
akan melebihi 20 (dua puluh) tahun sejak tanggal aset siap digunakan.
Amortisasi harus mulai dihitung saat aset siap untuk digunakan. (PSAK 19
paragraf 58)
l) Metode amortisasi harus mencerminkan pola konsumsi manfaat ekonomis
oleh perusahaan. Jika pola tersebut tidak dapat ditentukan secara andal,
maka harus digunakan metode garis lurus. Biaya amortisasi setiap periode
harus diakui sebagai beban kecuali PSAK lainnya mengizinkan atau meng-
haruskannya untuk dimasukkan ke dalam nilai tercatat aset lain. (PSAK 19
paragraf 67)
3) Penjelasan
a) Aset tidak berwujud harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) keteridentifikasian;
(2) adanya pengendalian sumber daya; dan
(3) adanya manfaat ekonomis di masa depan.
Jika suatu aset tidak memenuhi karakteristik tersebut, maka pengeluaran
yang dilakukan untuk memperoleh atau menciptakan sendiri aset ter-
sebut diperlakukan sebagai beban pada saat terjadinya. Namun, jika aset
tersebut diperoleh dalam suatu penggabungan usaha yang bentuknya
akuisisi, maka unsur tersebut diperlakukan sebagai bagian dari goodwill
yang diakui pada tanggal akuisisi.
b) Pendidikan karyawan
(1) Perseroan mungkin memiliki karyawan terampil atau program, misal-
nya program pelatihan, untuk mendorong para karyawan agar dapat
menguasai keterampilan yang dibutuhkan.
(2) Perseroan biasanya juga berharap bahwa para karyawan tersebut
menerapkan keterampilannya secara optimal pada perseroan.
(3) Namun, perseroan belum tentu dapat mengendalikan manfaat ekono-
mis masa depan yang timbul dari para karyawan terampil tersebut

146 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:146 Sec1:146 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

atau dari kegiatan pelatihan sehingga sulit bagi perseroan untuk


menggolongkan kedua hal tersebut sebagai aset tidak berwujud.
(4) Dengan alasan yang sama, sulit bagi perseroan untuk menggolongkan
talenta teknis atau manajemen khusus sebagai aset tidak berwujud,
kecuali perseroan memiliki hak hukum yang memungkinkannya untuk
menggunakan atau memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari
talenta tersebut dan syarat-syarat lain dari karakteristik aset tidak
berwujud dipenuhi.
(5) Biaya pendidikan karyawan hanya dapat diakui sebagai aset tidak
berwujud, apabila dipenuhi semua syarat berikut ini:
(a) keteridentifikasian;
(b) memiliki hak hukum yang memungkinkan untuk mengendalikan,
menggunakan, atau memperoleh manfaat ekonomis masa depan
dari karyawan yang telah dididik tersebut, misalnya berdasarkan
suatu kontrak perjanjian; dan
(c) adanya manfaat ekonomis di masa depan dari hasil pendidikan
tersebut, misalnya, peningkatan pendapatan dari penjualan jasa,
penghematan biaya, atau manfaat lain bagi perseroan.
c) Pengeluaran untuk riset tidak diakui sebagai aset tidak berwujud. Contoh-
contoh kegiatan riset adalah:
(1) kegiatan yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan baru;
(2) pencarian, evaluasi, dan seleksi penerapan temuan riset atau
pengetahuan lainnya;
(3) pencarian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem,
atau jasa; dan
(4) perumusan, desain, evaluasi, dan seleksi berbagai alternatif kemung-
kinan bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem, atau jasa.
d) Pengeluaran untuk pengembangan diakui sebagai aset tidak berwujud
sepanjang memenuhi seluruh persyaratan yang diatur dalam PSAK 19
paragraf 39 (lihat penjelasan di Dasar Pengaturan huruf f). Contoh-
contoh kegiatan pengembangan adalah:
(1) pengembangan piranti lunak komputer;
(2) desain, konstruksi, dan pengujian prototipe dan model sebelum
produksi;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 147

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:147 Sec1:147 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) desain peralatan, cetakan, dan pewarnaan yang melibatkan teknologi


baru;
(4) desain, konstruksi, dan operasional pabrik percontohan yang skalanya
tidak ekonomis untuk produksi komersial; dan
(5) desain, konstruksi, dan pengujian alternatif bahan baku, peralatan,
produk, proses, sistem, atau jasa yang baru atau yang diperbaiki.
e) Biaya perolehan aset tidak berwujud yang dihasilkan sendiri terdiri
dari semua pengeluaran yang dapat dikaitkan langsung, atau dapat
dialokasikan atas dasar yang rasional dan konsisten, yang dilakukan untuk
menghasilkan dan mempersiapkan aset tersebut sehingga siap untuk
digunakan sesuai dengan tujuannya. Biaya perolehan aset mencakup,
apabila dapat diterapkan:
(1) pengeluaran untuk bahan baku dan jasa yang digunakan atau
dikonsumsi dalam menghasilkan aset tidak berwujud;
(2) gaji, upah, dan biaya-biaya kepegawaian terkait lainnya dari pegawai
yang langsung terlibat dalam menghasilkan aset tersebut;
(3) pengeluaran yang langsung terkait dengan dihasilkannya aset
tersebut, seperti biaya pendaftaran hak hukum dan amortisasi paten
dan lisensi yang digunakan untuk menghasilkan aset; dan
(4) overhead yang dibutuhkan untuk menghasilkan aset dan yang
dapat dialokasikan atas dasar yang rasional dan konsisten kepada
aset tersebut, contohnya: alokasi dari depresiasi aset tetap, premi
asuransi, bunga pinjaman, dan rental.
f) Hal-hal berikut bukan merupakan komponen biaya perolehan aset tidak
berwujud yang diciptakan sendiri:
(1) beban penjualan, beban administratif, dan beban overhead lainnya,
kecuali pengeluaran ini khusus dilakukan untuk mempersiapkan aset
sehingga dapat digunakan;
(2) inefisiensi dan keteridentifikasian kerugian awal operasional secara
jelas yang terjadi sebelum aset yang bersangkutan mencapai kinerja
yang direncanakan; dan
(3) pengeluaran pelatihan para pegawai untuk mengoperasikan aset.

148 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:148 Sec1:148 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

g) Contoh pengeluaran lainnya yang diakui sebagai beban pada saat


terjadinya adalah:
(1) pengeluaran untuk kegiatan perintisan/biaya perintisan, kecuali
apabila pengeluaran ini termasuk dalam biaya perolehan pos aset
tetap sebagaimana diatur dalam Bagian III.A.3.h: Aset Tetap;
(2) pengeluaran untuk kegiatan pelatihan;
(3) pengeluaran untuk kegiatan periklanan dan promosi; dan
(4) pengeluaran dalam rangka realokasi atau reorganisasi sebagian atau
seluruh perseroan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Aset tidak berwujud diakui pada saat dikeluarkannya dana untuk
memperoleh aset tersebut sebesar biaya perolehan.
(2) Biaya perolehan untuk pengembangan diakui sebagai beban pengem-
bangan yang ditangguhkan.
(3) Aset tidak berwujud berkurang pada saat diamortisasi sebesar jumlah
alokasi yang sistematis.
(4) Jumlah alokasi yang sistematis tersebut diakui sebagai beban
amortisasi pada saat terjadinya.
b) Penyajian
Aset tidak berwujud disajikan sebagai aset sebesar biaya perolehannya
dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilainya.
c) Pengungkapan
(1) golongan aset tidak berwujud yang dihasilkan sendiri dan aset tidak
berwujud lain;
(2) masa manfaat dan metode amortisasi yang digunakan;
(3) nilai tercatat bruto dan akumulasi amortisasi pada awal dan akhir
periode;
(4) unsur pada laporan keuangan yang didalamnya terdapat amortisasi
aset tidak berwujud;
(5) rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan akhir periode;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 149

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:149 Sec1:149 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(6) alasan jika amortisasi aset tidak berwujud melebihi 20 (dua puluh)
tahun;
(7) keberadaan dan nilai tercatat aset tidak berwujud yang hak pengguna-
annya dibatasi dan ditentukan sebagai jaminan atas utang;
(8) jumlah komitmen untuk memperoleh aset tidak berwujud;
(9) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengeluaran untuk biaya pengembangan atau memperoleh aset
tak berwujud:
Db. Aset tidak berwujud – beban pengembangan yang ditangguhkan
Db. Aset tidak berwujud
Kr. Kas dan setara kas
b) Pada saat amortisasi beban pengembangan yang ditangguhkan:
Db. Beban amortisasi
Kr. Akumulasi amortisasi – aset tidak berwujud
c) Pada saat amortisasi aset tidak berwujud:
Db. Beban amortisasi
Kr. Akumulasi amortisasi – aset tidak berwujud.

o. Aset tidak lancar lainnya


1) Definisi
Aset tidak lancar lainnya adalah pos-pos yang tidak dapat secara layak
digolongkan dalam kelompok pos aset tidak lancar yang ada dan tidak secara
material untuk disajikan tersendiri.
2) Dasar Pengaturan
a) Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedang-
kan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat
atau fungsi yang sejenis. (PSAK 1 paragraf 23)
b) Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau

150 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:150 Sec1:150 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;
Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar. (PSAK 1 paragraf 42)
c) Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai
unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar...
(PSAK 1 paragraf 49)
3) Penjelasan
Contoh aset tidak lancar lainnya, antara lain:
a) kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya;
b) lain-lain.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Aset tidak lancar diakui pada saat diperoleh sebesar harga
perolehan.
(2) Aset yang direklasifikasi dari pos lainnya diakui sebesar nilai yang
terendah.
b) Penyajian
Pos-pos aset tidak lancar lainnya disajikan secara gabungan di neraca
dalam kelompok pos aset tidak lancar lainnya, kecuali jika material
disajikan secara terinci dalam kelompok pos aset tidak lancar lainnya.
c) Pengungkapan
(1) Sifat dan uraian penting dari aset yang bersangkutan;
(2) Alasan perubahan klasifikasi aset yang sebelumnya tidak termasuk
dalam aset tidak lancar lainnya;
(3) Untuk kas dan setara kas yang dibatasi penggunaanya, alasan dan
maksud pembatasan tersebut.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 151

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:151 Sec1:151 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

5) Ilustrasi Jurnal
a) Saat perolehan (pembatasan atas kas dan setara kas)
Db. Aset tidak lancar lainnya – kas dan setara kas yang dibatasi
Kr. Kas dan setara kas
b) Saat selesainya pembatasan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Aset tidak lancar lainnya – kas dan setara kas yang dibatasi
c) Saat penggunaan
Db. Utang obligasi/pos terkait lainnya
Kr. Kas dan setara kas

B. Akuntansi Kewajiban

1. Pengertian Dan Karakteristik


a. Kewajiban adalah utang masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi.
b. Karakteristik dasar kewajiban (liabilities) adalah bahwa perseroan mempunyai
kewajiban (obligation) masa kini. Kewajiban merupakan suatu tugas dan tanggung
jawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu.
Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak
mengikat atau peraturan perundang-undangan yang disertai jumlah yang terutang
untuk pembayaran barang dan jasa yang telah diterima. Kewajiban juga dapat
timbul dari praktik bisnis yang lazim, kebiasaan, dan keinginan untuk memelihara
hubungan bisnis yang baik atau bertindak dengan cara yang adil.
c. Kewajiban masa kini berbeda dengan komitmen di masa depan. Keputusan mana-
jemen untuk membeli aset di masa depan tidak dengan sendirinya menimbulkan
kewajiban kini. Kewajiban biasanya timbul hanya jika aset telah diterima atau telah
membuat perjanjian yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli aset. Perjanjian
yang tak dapat dibatalkan adalah apabila terdapat konsekuensi ekonomi berupa
keluarnya sumber daya kepada pihak lain apabila gagal untuk memenuhi kewajiban
tersebut.

152 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:152 Sec1:152 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d. Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya mengakibatkan penyerahan/pengorban-


an sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi untuk memenuhi
tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban masa kini dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya, dengan:
1) pembayaran kas;
2) penyerahan aset lain;
3) pemberian jasa;
4) penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain; atau
5) konversi kewajiban menjadi ekuitas.
Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur membebaskan
atau membatalkan haknya.
e. Kewajiban timbul dari transaksi atau peristiwa masa lalu. Sebagai contoh, pem-
belian barang atau penggunaan jasa dapat menimbulkan utang usaha (kecuali
kalau dibayarkan dimuka atau pada saat penyerahan) dan penerimaan pinjaman
bank menimbulkan kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut.
f. Beberapa jenis kewajiban hanya dapat diukur dengan menggunakan estimasi
dalam derajat yang substansial. Secara umum, kewajiban ini disebut sebagai
kewajiban diestimasi. Dalam pengertian sempit, kewajiban diestimasi semacam
itu tidak dipandang sebagai kewajiban, karena kewajiban hanya mencakupi
jumlah yang dapat ditentukan tanpa perlu membuat estimasi. Namun demikian,
definisi kewajiban dalam huruf a mengikuti pendekatan luas. Jadi, kalau kewajiban
diestimasi menyangkut kewajiban masa kini dan memenuhi ketentuan lain dalam
definisi tersebut, maka pos yang bersangkutan merupakan kewajiban meskipun
jumlahnya hanya diestimasi. Sebagai contoh, kewajiban diestimasi untuk menutup
kewajiban manfaat pensiun karyawan.
g. Kewajiban diakui dalam neraca (laporan posisi keuangan) apabila besar kemungkin-
an pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) masa kini dan jumlah yang harus
diselesaikan dapat diukur dengan andal.
h. Kewajiban diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam yaitu kewajiban jangka pendek
dan kewajiban jangka panjang.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 153

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:153 Sec1:153 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

i. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:


1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasional;
atau
2) jatuh tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca.
j. Kewajiban jangka pendek dapat diklasifikasikan dengan cara yang serupa dengan
aset lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek seperti utang dagang dan biaya
pegawai serta biaya operasional lainnya membentuk sebagian modal kerja yang
digunakan dalam siklus operasional normal. Pos-pos operasional seperti itu diklasifi-
kasikan sebagai kewajiban jangka pendek walaupun pos-pos tersebut diselesaikan
dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca.
k. Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang tidak diharapkan diselesaikan
dalam jangka waktu siklus operasional normal atau 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal neraca, atau juga bisa diartikan semua kewajiban selain yang diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka pendek.
l. Kewajiban jangka panjang tetap dikategorikan kewajiban jangka panjang walaupun
kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari
tanggal neraca apabila:
1) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk waktu lebih dari 12 (dua belas)
bulan;
2) perseroan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan pendanaan
jangka panjang; dan
3) maksud di atas didukung perjanjian pembiayaan kembali atau penjadwalan
kembali pembayaran yang resmi disepakati sebelum laporan keuangan
disetujui.

2. Pilihan Nilai Wajar Kewajiban Keuangan


a. Kewajiban keuangan adalah setiap kewajiban yang berupa:
1) kewajiban kontraktual:
a) untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada perusahaan lain;
atau
b) untuk mempertukarkan aset keuangan atau kewajiban keuangan yang
berpotensi tidak menguntungkan;

154 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:154 Sec1:154 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

2) kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen


ekuitas yang diterbitkan oleh perseroan dan merupakan:
a) nonderivatif yang perseroan harus atau mungkin diwajibkan untuk mene-
rima suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan
oleh perseroan; atau
b) derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukar-
kan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah
tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh perseroan.
b. Kewajiban keuangan yang merupakan bagian dari instrumen keuangan dikelompok-
kan sebagai “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi” apabila memenuhi
salah satu kondisi:
1) diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan; atau
2) ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (pilihan nilai
wajar atau fair value option);
sebagaimana diatur dalam PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran.
c. Apabila kewajiban keuangan diklasifikasikan dalam kelompok seperti huruf b di
atas, maka perubahan nilai wajar kewajiban keuangan tersebut diakui langsung
sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi.
d. Pedoman ini tidak memperkenankan perseroan untuk menggunakan pilihan nilai
wajar (fair value option) atas kewajiban keuangan.

3. Biaya Pinjaman
a. Aset yang memenuhi syarat (qualifying asset), dimana biaya pinjaman dapat diakui
sebagai bagian biaya perolehan aset tersebut, adalah aset yang membutuhkan
waktu yang cukup lama agar siap dipergunakan atau dijual sesuai dengan
tujuannya.
b. Komponen biaya pinjaman
1) bunga;
2) amortisasi diskonto atau premium;
3) amortisasi biaya terkait pinjaman, misalnya biaya konsultan, ahli hukum,
commitment fee, dan sebagainya;
4) selisih kurs pinjaman dalam mata uang asing.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 155

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:155 Sec1:155 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c. Persyaratan kapitalisasi
1) Beban pinjaman bunga diakui sebagai beban pada periode terjadinya, kecuali
dapat dikapitalisasi sebagai bagian biaya perolehan aset lain, misalnya
persediaan, apabila memenuhi persyaratan kapitalisasi biaya pinjaman.
2) Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah biaya pinjaman yang dapat
diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi atau produksi
aset yang memenuhi syarat sebagai bagian dari biaya perolehan aset tersebut.
Biaya pinjaman selain itu diakui sebagai beban pada periode terjadinya.
d. Jumlah kapitalisasi
1) Apabila pinjaman secara spesifik digunakan untuk memperoleh suatu aset
tertentu, maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi adalah seluruh
biaya pinjaman yang timbul selama peminjaman dana tersebut dikurangi
pendapatan bunga (jika ada) dari investasi sementara dana pinjaman yang
belum digunakan.
2) Apabila pinjaman tidak secara spesifik digunakan untuk memperoleh aset
tertentu, maka jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi ditentukan
dengan mengalikan tingkat kapitalisasi terhadap pengeluaran yang terjadi
untuk memperoleh aset tersebut. Tingkat kapitalisasi dihitung berdasarkan
rata-rata tertimbang dari biaya pinjaman dibagi dengan jumlah pinjaman dari
suatu periode (tidak termasuk jumlah pinjaman yang secara khusus digunakan
untuk perolehan aset tertentu). Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi
dalam periode tertentu tidak boleh melebihi jumlah biaya pinjaman yang
terjadi selama periode tersebut.
e. Waktu kapitalisasi
1) Kapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian dari biaya perolehan suatu aset
dimulai ketika:
a) pengeluaran untuk aset tersebut telah mulai dilakukan;
b) biaya pinjaman sedang terjadi;
c) aktivitas yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pembangunan atau
memproduksi aset tersebut sedang berlangsung.
2) Kapitalisasi biaya pinjaman harus dihentikan apabila dalam sauatu periode yang
cukup lama perusahaan menangguhkan atau menunda aktivitas perolehan,
pembangunan ataupun produksi.

156 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:156 Sec1:156 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

3) Kapitalisasi biaya pinjaman harus diakhiri apabila aktivitas untuk memperoleh,


membangun atau memproduksi aset tersebut sesuai dengan tujuannya secara
substansial telah selesai.
4) Apabila pembangunan atau konstruksi suatu aset dapat diselesaikan perbagian
dimana bagian yang telah selesai dapat segera digunakan sementara bagian
lainnya masih dalam penyelesaian, maka jumlah biaya pinjaman yang
dikapitalisasi adalah untuk bagian yang belum selesai saja.

4. Kewajiban Jangka Pendek


Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diperkirakan akan diselesaikan dalam
jangka waktu siklus normal operasional perusahaan, atau jatuh tempo dalam jangka
waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Kewajiban jangka pendek terdiri dari:
a. utang usaha
b. utang bank jangka pendek
c. beban yang masih harus dibayar
d. utang pajak
e. pendapatan diterima dimuka
f. kewajiban iuran dapenbun dan jamsostek
g. utang antar badan hukum jangka pendek
h. bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo
i. kewajiban imbalan kerja jangka pendek
j. kewajiban diestimasi jangka pendek
k. kewajiban jangka pendek lainnya.

a. Utang Usaha
1) Definisi
Utang usaha adalah kewajiban yang timbul karena pengadaan kebutuhan
barang atau jasa untuk pelaksanaan aktivitas operasional.
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 157

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:157 Sec1:157 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktik, kewajiban


(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap me-
menuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca,
jika dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam
ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. (PSAK 55 paragraf 14)
d) Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau kewajiban keuangan, entitas
mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau kewajiban
keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai
wajar tersebut ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau kewajiban
keuangan tersebut. (PSAK 55 paragraf 43)
e) Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh kewajiban keuangan
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga
efektif. (PSAK 55 paragraf 47)
f) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
g) PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan
Istimewa.

158 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:158 Sec1:158 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

3) Penjelasan
a) Klasifikasi kewajiban jangka pendek
(1) Kewajiban jangka pendek dapat diklasifikasikan dengan cara yang
serupa dengan aset lancar.
(2) Beberapa kewajiban jangka pendek seperti utang dagang dan biaya
pegawai serta biaya operasi lainnya membentuk sebagian modal
kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal perusahaan.
(3) Pos-pos operasi seperti tersebut diatas diklasifikasikan sebagai kewa-
jiban jangka pendek walaupun pos-pos tersebut diselesaikan dalam
jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca.
b) Utang usaha meliputi utang kepada pemasok untuk pengadaan bahan
baku dan bahan pelengkap, bangunan, fasilitas pabrik, mesin, alat-alat
fasilitas produksi, instalasi fasilitas produksi, peralatan, kendaraan, dan
sebagainya.
c) Nilai utang usaha yang dimaksud terdiri dari jumlah pokok utang dan
bunga (jika ada), dan tidak ada diskonto atau premium atas utang usaha
tersebut. Sehingga secara umum, jumlah tercatat utang usaha sama
dengan biaya perolehan dan tidak ada amortisasi diskon atau premium.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Utang usaha diakui pada saat:
(a) perseroan telah menerima atau memiliki atau mengendalikan
barang dan jasa yang diterima dari pemasok; dan
(b) timbulnya kewajiban perseroan untuk membayar atau menyerah-
kan sumber daya ekonomi lain yang harus diselesaikan dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun.
(2) Utang usaha dinilai sebesar jumlah rupiah atau nilai tunai sumber
daya ekonomi yang harus diserahkan kepada pihak lain untuk
menyelesaikan kewajiban tersebut.
(3) Utang usaha berkurang pada saat dilakukan pembayaran atau
pelunasan.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 159

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:159 Sec1:159 23/07/2008 13:00:22


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Penyajian
Utang usaha disajikan dalam kelompok kewajiban jangka pendek sebesar
jumlah yang harus diselesaikan.
c) Pengungkapan
(1) Rincian jenis dan jumlah masing-masing utang usaha;
(2) Utang usaha dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengadaan barang/penerimaan jasa:
Db. Persediaan
Db. PPN Masukan
Kr. Utang usaha
b) Pada saat pelunasan utang usaha:
Db. Utang usaha
Kr. Kas dan setara kas
b. Utang Bank Jangka Pendek
1) Definisi
a) Utang bank jangka pendek adalah kewajiban kepada bank atau lembaga
keuangan yang akan dibayar atau diselesaikan dalam periode kurang
dari 1 (satu) tahun atau satu siklus normal operasional perseroan yang
digunakan untuk pelaksanaan kegiatannya.
b) Biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung
perseroan sehubungan dengan peminjaman dana.
c) Aset yang memenuhi syarat adalah suatu aset yang membutuhkan
waktu yang cukup lama agar siap digunakan atau dijual sesuai dengan
tujuannya.
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah

160 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:160 Sec1:160 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)


pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewajib-
an jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam
jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila:
(1) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari
dua belas bulan;
(2) perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan
pendanaan jangka panjang; dan
(3) maksud tersebut pada angka (2) didukung dengan perjanjian pembia-
yaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang resmi
disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok
kewajiban jangka pendek sesuai dengan paragraf ini beserta informasi
yang mendukung penyajian tersebut harus diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan. (PSAK 1 paragraf 47)
d) Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca,
jika dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam
ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. (PSAK 55 paragraf 14)
e) Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau kewajiban keuangan, entitas
mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau kewajiban

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 161

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:161 Sec1:161 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai
wajar tersebut ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau kewajiban
keuangan tersebut. (PSAK 55 paragraf 43)
f) Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh kewajiban keuangan
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga
efektif. (PSAK 55 paragraf 47)
g) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
h) PSAK 26: Biaya Pinjaman.
3) Penjelasan
a) Klasifikasi kewajiban jangka pendek
Kewajiban jangka pendek selain yang membentuk modal yang digunakan
sulit dikaitkan dengan siklus operasional berjalan meskipun akan jatuh
tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, misalnya
cerukan dan utang selain utang dagang.
b) Utang bank jangka pendek terdiri utang kepada bank yang berjangka
pendek, antara lain terdiri dari kredit modal kerja, kredit restrukturisasi
utang, penjualan wesel bayar jangka pendek kepada bank, dan segala
pinjaman jangka pendek lainnya pada bank.
c) Utang bank jangka pendek diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi
dengan menggunakan suku bunga efektif.
(1) Apabila dalam utang bank jangka pendek terdapat provisi dan
sejenisnya. maka harus diperhitungkan dalam menentukan jumlah
tercatat utang bank jangka pendek tersebut.
(2) Suku bunga efektif ditentukan saat awal perolehan utang bank jangka
pendek.
d) Biaya perolehan diamortisasi utang bank jangka pendek tidak akan
berbeda secara signifikan dengan utang pokok karena jangka waktu yang
pendek, kurang dari satu tahun.
e) Beban bunga
(1) Pembayaran angsuran utang bank jangka pendek dibagi menjadi
pelunasan pokok utang dan beban bunga.

162 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:162 Sec1:162 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) Beban bunga yang merupakan bagian dari biaya pinjaman diperhitung-
kan dengan komponen biaya pinjaman lainnya dengan menggunakan
suku bunga efektif.
(3) Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dapat dilihat di Bagian III.
B.3: Biaya Pinjaman.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Utang bank jangka pendek diakui pada saat utang bank itu segera
jatuh tempo dalam waktu 1 (satu) tahun dan direncanakan tidak
dijadwalkan kembali.
(2) Utang bank jangka pendek diukur sebesar jumlah rupiah atau nilai
tunai sumber daya ekonomi yang harus diserahkan kepada bank
untuk menyelesaikan kewajiban tersebut.
(3) Utang bank jangka pendek berkurang pada saat dilakukan pembayaran
atau pelunasan atau penjadwalan kembali utang bank tersebut.
b) Penyajian
Utang bank jangka pendek disajikan dalam kelompok kewajiban jangka
pendek sebesar biaya perolehan diamortisasi.
c) Pengungkapan
(1) rincian utang bank jangka pendek berdasarkan jenis dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku
bunga efektif;
(5) agunan dan nilai agunan;
(6) lain-lain.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 163

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:163 Sec1:163 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

5) Ilustrasi Jurnal
a) Pengakuan utang bank jangka pendek:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Utang bank jangka pendek
b) Reklasifikasi utang bank jangka panjang ke kewajiban jangka pendek:
Db. Utang bank jangka panjang
Kr. Utang bank jangka pendek
c) Pelunasan atau pembayaran utang bank jangka pendek:
Db. Utang bank jangka pendek
Db. Beban bunga
Kr. Kas dan setara kas
d) Kapitalisasi biaya pinjaman (jika memenuhi syarat):
Db. Persediaan/aset tetap/pos aset terkait lainnya
Kr. Beban bunga.
c. Beban yang Masih Harus Dibayar
1) Definisi
Beban yang masih harus dibayar adalah beban yang telah diakru hingga tanggal
neraca. Pada umumnya beban ini belum dibayar karena dokumen penagihan
belum diterima atau akibat jatuh tempo pembayarannya.
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktik, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap me-
menuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)

164 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:164 Sec1:164 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:


(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca,
jika dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam
ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. (PSAK 55 paragraf 14)
d) Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau kewajiban keuangan, entitas
mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau kewajiban
keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai
wajar tersebut ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau kewajiban
keuangan tersebut. (PSAK 55 paragraf 43)
e) Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh kewajiban keuangan
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga
efektif. (PSAK 55 paragraf 47)
3) Penjelasan
a) Klasifikasi kewajiban jangka pendek
(1) Kewajiban jangka pendek dapat diklasifikasikan dengan cara yang
serupa dengan aset lancar.
(2) Beberapa kewajiban jangka pendek seperti utang dagang dan biaya
pegawai serta biaya operasi lainnya membentuk sebagian modal
kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal perusahaan.
(3) Pos-pos operasi seperti tersebut di atas diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka pendek walaupun pos-pos tersebut diselesaikan
dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dari tanggal
neraca.
b) Beban yang masih harus dibayar antara lain terdiri dari:
(1) beban langganan seperti listrik, telepon, air, gas, majalah, dan surat
kabar;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 165

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:165 Sec1:165 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) beban yang sudah diterima manfaatnya dan belum dilunasi pada
tanggal neraca, misalnya beban gaji dan tunjangan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Beban yang masih harus dibayar diakui pada saat perseroan menerima
manfaat ekonomis dari pihak lain tetapi belum melunasinya.
(2) Beban yang masih harus dibayar diakui sebesar jumlah rupiah atau
nilai tunai sumber daya ekonomi yang harus diserahkan kepada pihak
lain untuk menyelesaikan kewajiban tersebut.
(3) Beban yang masih harus dibayar berkurang pada saat dilakukan
pembayaran atau pelunasan.
b) Penyajian
Beban yang masih harus dibayar disajikan dalam kelompok kewajiban
jangka pendek sebesar jumlah yang harus dibayarkan.
c) Pengungkapan
(1) Rincian beban yang masih harus dibayar berdasarkan jenis dan jumlah
masing-masing beban.
(2) Beban yang masih harus dibayar dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengakuan awal:
Db. Beban gaji/tunjangan/pos beban lainnya
Db. Beban listrik/telepon/pos beban lainnya
Kr. Beban yang masih harus dibayar
b) Pada saat awal periode akuntansi (jurnal balik):
Db. Beban yang masih harus dibayar
Kr. Beban gaji/tunjangan/pos beban lainnya
Kr. Beban listrik/telepon/pos beban lainnya
c) Pada saat pelunasan:
Db. Beban gaji/tunjangan/pos beban lainnya
Db. Beban listrik/telepon/pos beban lainnya
Kr. Kas dan setara kas.

166 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:166 Sec1:166 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d. Utang Pajak
1) Definisi
Utang pajak adalah pajak yang harus dibayar oleh perseroan dan yang sudah
dipungut oleh perseroan tetapi belum disetorkan ke kas negara berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
2) Dasar Pengaturan
a) Karakteristik esensial kewajiban (liabilities) adalah bahwa perusahaan
mempunyai kewajiban (obligation) masa kini. Kewajiban merupakan suatu
tugas dan tanggung jawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan
sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut
hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan
perundang-undangan. (KDPPLK paragraf 60)
b) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
c) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
d) Jumlah pajak kini, yang belum dibayar harus diakui sebagai kewajiban...
(PSAK 46 paragraf 13)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 167

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:167 Sec1:167 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

e) Kewajiban (aset) pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelum-
nya, diakui sebesar jumlah pajak terhutang (restitusi pajak), yang dihitung
dengan menggunakan tarif pajak (peraturan pajak) yang berlaku atau yang
telah secara substantif berlaku pada tanggal neraca. (PSAK 46 paragraf
29)
f) Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aset dan
kewajiban lainnya dalam neraca. Aset pajak tangguhan dan kewajiban
pajak tangguhan harus dibedakan dari aset pajak kini dan kewajiban pajak
kini. (PSAK 46 paragraf 45)
3) Penjelasan
a) Utang pajak antara lain:
(1) Utang pajak penghasilan (PPh):
(a) Utang PPh Pasal 21;
(b) Utang PPh pasal 23; dan
(c) Utang PPh pasal 29.
(2) Utang pajak pertambahan nilai (PPN).
(3) Utang pajak lainnya, misalnya pajak bumi dan bangunan (PBB).
b) Utang pajak penghasilan badan harus dibayar dan disetorkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
c) Besarnya utang pajak pada akhir periode perhitungan final (berdasarkan
Surat Pemberitahuan [SPT] tahunan) ditentukan setelah dikurangi dengan
uang muka pajak yang dibayarkan setiap bulan (SPT masa).
d) Utang PBB disajikan sebagai kewajiban jangka pendek.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan
Utang pajak diakui pada saat terjadinya transaksi atau kejadian yang telah
mewajibkan perseroan untuk membayar/menyetor pajak kepada negara.
b) Pengukuran
(1) Utang pajak berkurang pada saat disetorkan ke kas negara.
(2) Utang pajak dinilai sebesar:
(a) PPh yang dipotong tetapi belum disetorkan ke kas negara;
(b) PPN yang dipotong tetapi belum disetor ke kas negara;

168 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:168 Sec1:168 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(c) PPh pasal 29 yang belum dibayar berdasarkan SPT Tahunan;


(d) Pajak yang terutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT), Surat Tagihan Pajak (STP), dan Surat Ketetapan
Peninjauan Kembali;
(e) PBB yang belum dibayar sebesar Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT).
c) Penyajian
Utang pajak disajikan dalam kelompok kewajiban jangka pendek sebesar
jumlah yang harus dibayarkan ke Kas Negara.
d) Pengungkapan
(1) rincian utang pajak berdasarkan jenis pajak yang dipungut dan
dibayar/disetorkan ke Kas Negara;
(2) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengakuan utang pajak untuk:
(1) PPh pasal 21 dan 23:
Db. Beban yang terkait
Kr. Utang pajak – PPh pasal 21dan 23
Kr. Kas dan setara kas
(2) PPh Pasal 29:
Db. Pajak PPh badan
Kr. Uang muka PPh pasal 25
Kr. Utang pajak – PPh pasal 29
(3) PPN pada saat penjualan/sewa:
Db. Kas dan setara kas
Kr. PPN keluaran
Kr. Pendapatan sewa
(4) PBB pada saat menerima SPPT:
Db. Pajak PBB
Kr. Utang pajak – PBB

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 169

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:169 Sec1:169 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Pada saat pembayaran/penyetoran pajak untuk:


(1) PPh pasal 21 dan 23:
Db. Utang pajak - PPh pasal 21 dan 23
Kr. Kas dan setara kas
(2) PPh pasal 29:
Db. Utang pajak – PPh pasal 29
Kr. Kas dan setara kas
(3) PPN:
Db. PPN keluaran
Kr. Kas dan setara kas
Kr. PPN masukan
(4) PBB:
Db. Utang pajak – PBB
Kr. Kas dan setara kas

e. Pendapatan Diterima Dimuka


1) Definisi
a) Pendapatan diterima dimuka adalah uang yang diterima dari pihak
lain sehubungan dengan penjualan produk yang akan dilakukan oleh
perseroan di masa depan, tetapi produk tersebut belum diserahkan
kepada pemesan.
b) Pendapatan diterima dimuka adalah pendapatan diterima dimuka
apabila:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu satu siklus normal
operasi perseroan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
2) Dasar Pengaturan
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal opera-
sional perusahaan; atau
b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.

170 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:170 Sec1:170 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka


panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
3) Penjelasan
a) Pendapatan diterima dimuka sehubungan dengan penjualan produk seperti
uang muka penjualan minyak kelapa sawit dari pemesan/pembeli.
b) Penyelesaian pesanan akan dilakukan dalam siklus normal operasional
perseroan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Pendapatan diterima dimuka jangka pendek diakui sebagai kewajiban
pada saat penerimaan kas dan setara kas sebesar jumlah yang
diterima.
(2) Pendapatan diterima dimuka jangka pendek berkurang ketika aktivitas
atau penjualan telah dilakukan.
b) Penyajian
Pendapatan diterima dimuka jangka pendek disajikan dalam kelompok
kewajiban jangka pendek sebesar setara nilai aktivitas atau penjualan
yang belum selesai dilakukan.
c) Pengungkapan
(1) rincian pendapatan diterima dimuka jangka pendek;
(2) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pengakuan pendapatan diterima dimuka jangka pendek:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan diterima dimuka jangka pendek
b) Penyelesaian pekerjaan atau penjualan:
Db. Pendapatan diterima dimuka jangka pendek
Kr. Pendapatan yang terkait

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 171

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:171 Sec1:171 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

f. Utang antar badan hukum jangka pendek


1) Definisi
a) Utang antar badan hukum jangka pendek adalah utang yang timbul sebagai
akibat dari transaksi nonusaha dengan pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, selain untuk pos yang telah ditentukan penyajiannya, dan akan
diselesaikan dalam satu periode setelah tanggal neraca.
b) Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-pihak yang
dianggap mempunyai hubungan istimewa bila salah satu pihak mempunyai
kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh
signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan
operasional.
c) Pengendalian adalah kepemilikan langsung melalui anak perusahaan
dengan lebih dari setengah hak suara dari suatu perusahaan, atau
suatu kepentingan substansial dalam hak suara dan kekuasaan untuk
mengarahkan kebijakan keuangan dan operasi manajemen perusahaan
berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian.
d) Pengaruh signifikan adalah penyertaan dalam pengambilan keputusan
kebijakan keuangan dan operasi suatu perusahaan, tetapi tidak mengen-
dalikan kebijakan tersebut. Pengaruh signifikan dapat dijalankan
dengan berbagai cara antara lain berdasarkan perwakilan dalam dewan
komisaris atau penyertaan dalam proses perumusan kebijakan, transaksi
antar perusahaan yang material, pertukaran karyawan manajerial, atau
ketergantungan pada informasi teknis. Pengaruh signifikan dapat diperoleh
berdasarkan kepemilikan bersama, anggaran dasar, atau perjanjian.
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan

172 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:172 Sec1:172 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-


nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca,
jika dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam
ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. (PSAK 55 paragraf 14)
d) Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau kewajiban keuangan, entitas
mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau kewajiban
keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai
wajar tersebut ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau kewajiban
keuangan tersebut. (PSAK 55 paragraf 43)
e) Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh kewajiban keuangan
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga
efektif. (PSAK 55 paragraf 47)
f) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
g) PSAK 26: Biaya Pinjaman.
h) PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan
Istimewa.
3) Penjelasan
a) Hubungan istimewa yang dimaksud adalah hubungan istimewa antar
badan hukum, lembaga, anak perusahaan, dan perusahaan asosiasi
sesama BUMN yang bergerak di bidang perkebunan.
b) Utang antar badan hukum jangka pendek mencakup utang yang timbul
dari transaksi nonusaha antara perseroan dengan perseroan lain, badan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 173

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:173 Sec1:173 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

hukum, lembaga, anak perusahaan dan perusahaan asosiasi yang mem-


punyai hubungan istimewa sebagaimana di maksud di huruf a), di mana
akan diselesaikan dalam satu periode setelah tanggal neraca.
c) Beban bunga, jika ada:
(1) Pembayaran angsuran utang hubungan istimewa dibagi menjadi
pelunasan pokok utang dan beban bunga.
(2) Beban bunga yang merupakan bagian dari biaya pinjaman diperhitung-
kan dengan komponen biaya pinjaman lainnya dengan menggunakan
suku bunga efektif.
(3) Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dapat dilihat di Bagian III.
B.3 Biaya Pinjaman.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Saat pengakuan awal, utang antar badan hukum jangka pendek diakui
pada saat penyerahan aset atau pembayaran sebesar nilai wajarnya,
yaitu:
(a) apabila aset moneter maka diukur sebesar jumlah yang diserah-
kan; atau
(b) apabila aset nonmoneter maka diukur sebesar nilai wajar aset
tersebut.
(2) Selanjutnya, utang antar badan hukum jangka pendek diukur sebesar
biaya perolehan diamortisasi, jika ada amortisasi atas premium,
diskon atau biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
dengan utang tersebut.
b) Penyajian
Utang antar badan hukum jangka pendek disajikan dalam pos kewajiban
jangka pendek sebesar jumlah yang harus diselesaikan, yaitu biaya
perolehan diamortisasi.
c) Pengungkapan
(1) rincian utang antar badan hukum berdasarkan jenis dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;

174 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:174 Sec1:174 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria


pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku
bunga efektif;
(5) rincian nama pihak yang memiliki hubungan istimewa, dan jumlah
utang;
(6) lain-lain.
5) Ilustrasi jurnal
a) Pada saat penerimaan:
Dr. Kas dan setara kas
Kr. Utang antar badan hukum jangka pendek
b) Pada saat penyelesaian:
Dr. Utang antar badan hukum jangka pendek
Kr. Kas dan setara kas.

g. Bagian Kewajiban Jangka Panjang yang Akan Jatuh Tempo


1) Definisi
Bagian kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo adalah bagian dari
utang jangka panjang yang telah jatuh tempo dalam periode berjalan atau
akan dilunasi dalam waktu kurang dari satu tahun.
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 175

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:175 Sec1:175 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:


(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewajib-
an jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam
jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila:
(1) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari
dua belas bulan;
(2) perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan
pendanaan jangka panjang; dan
(3) maksud tersebut pada angka (2) didukung dengan perjanjian pem-
biayaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang resmi
disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok
kewajiban jangka pendek sesuai dengan paragraf ini beserta informasi
yang mendukung penyajian tersebut harus diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan. (PSAK 1 paragraf 47)
d) Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca,
jika dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam
ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. (PSAK 55 paragraf 14)
e) Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau kewajiban keuangan, entitas
mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau kewajiban
keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai
wajar tersebut ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau kewajiban
keuangan tersebut. (PSAK 55 paragraf 43)
f) Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh kewajiban keuangan
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga
efektif. (PSAK 55 paragraf 47)
g) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
h) PSAK 26: Biaya Pinjaman.

176 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:176 Sec1:176 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

3) Penjelasan
a) Klasifikasi kewajiban jangka pendek
(1) Kewajiban jangka pendek selain yang membentuk modal yang diguna-
kan sulit dikaitkan dengan siklus operasional berjalan meskipun
akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal
neraca, misalnya bagian dari kewajiban berbunga yang akan jatuh
tempo dalam periode berjalan.
(2) Kewajiban berbunga jangka panjang yang digunakan untuk membiayai
modal kerja dan tidak jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas
bulan merupakan kewajiban jangka panjang.
(3) Kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam siklus
operasional tahun berikutnya, diharapkan dapat dibiayai kembali atau
diperpanjang kembali sehingga tidak diharapkan adanya penggunaan
modal kerja lancar. Kewajiban seperti itu merupakan bagian dari
pembiayaan jangka panjang perusahaan dan diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka panjang.
(4) Dalam hal tidak terdapat perjanjian mengenai pembiayaan kembali,
maka pembiayaan kembali tidak dapat diasumsikan akan terjadi secara
otomatis sehingga kewajiban harus diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka pendek. Perjanjian kembali harus secara resmi disepakati
sebelum laporan keuangan disetujui yang membuktikan bahwa pada
tanggal neraca substansi kewajiban merupakan kewajiban jangka
panjang.
b) Bagian kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo
(1) Kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo adalah utang
jangka panjang perseroan kepada pihak ketiga yang akan jatuh tempo
dalam waktu satu tahun.
(2) Utang jangka panjang itu bisa berupa, utang bank jangka panjang,
utang obligasi atau utang subordinasi.
(3) Dalam bagian ini juga termasuk porsi utang bank jangka panjang yang
akan segera jatuh tempo, dan tidak termasuk dalam Bagian III.B.4.b:
Utang Bank Jangka Pendek yang hanya mencakup utang yang berasal
dari bank yang bersifat jangka pendek.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 177

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:177 Sec1:177 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Bagian kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo diukur sebesar
biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif.
(1) Apabila dalam bagian kewajiban jangka panjang yang segera jatuh
tempo terdapat provisi, diskonto, premium dan sejenisnya, maka
harus diperhitungkan dalam menentukan jumlah tercatat utang bank
jangka pendek tersebut.
(2) Suku bunga efektif ditentukan saat awal perolehan kewajiban jangka
panjang yang segera jatuh tempo.
d) Beban bunga
(1) Pembayaran angsuran bagian kewajiban jangka panjang yang segera
jatuh tempo dibagi menjadi pelunasan pokok utang dan beban
bunga.
(2) Beban bunga yang merupakan bagian dari biaya pinjaman diperhitung-
kan dengan komponen biaya pinjaman lainnya dengan menggunakan
suku bunga efektif.
(3) Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dapat dilihat di Bagian III.
B.3: Biaya Pinjaman.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo diakui pada
saat kewajiban itu segera jatuh tempo dalam waktu satu tahun
dan direncanakan tidak dijadwalkan kembali sebesar jumlah bagian
kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo dalam waktu satu
tahun.
(2) Kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo berkurang pada
saat dilakukan pembayaran atau pelunasan atau penjadwalan kembali
kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo.
b) Penyajian
(1) Kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo disajikan sebagai
kewajiban jangka pendek;
(2) Jumlah yang disajikan sebesar jumlah yang harus dibayar/jatuh
tempo.

178 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:178 Sec1:178 23/07/2008 13:00:23


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Pengungkapan
(1) rincian kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo berdasar-
kan jenis dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku
bunga efektif;
(5) agunan;
(6) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Reklasifikasi kewajiban jangka panjang ke kewajiban jangka pendek:
Db. Kewajiban jangka panjang terkait
Kr. Kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo
b) Pada saat pembayaran angsuran:
Db. Kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo
Db. Beban bunga (dihitung dengan suku bunga efektif)
Kr. Kas dan setara kas
c) Pada saat kapitalisasi biaya pinjaman, jika ada:
Db. Persediaan/aset tetap/pos aset lainnya
Kr. Beban bunga (dihitung dengan suku bunga efektif)
d) Pada saat pelunasan:
Db. Kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo
Kr. Kas dan setara kas

h. Kewajiban Imbalan Kerja Jangka Pendek


1) Definisi
a) Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja (selain pesangon
pemutusan kontrak kerja dan imbalan berbasis ekuitas) yang jatuh tempo

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 179

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:179 Sec1:179 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah akhir periode pelaporan saat
pekerja memberikan jasa.
b) Kewajiban imbalan kerja jangka pendek adalah kewajiban atas imbalan
kerja (selain pesangon pemutusan kontrak kerja dan imbalan berbasis
ekuitas) yang jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah akhir
periode pelaporan saat pekerja memberikan jasa.
2) Dasar Pengaturan
a) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
b) Kewajiban diestimasi harus diakui apabila ketiga kondisi berikut
dipenuhi:
(1) perusahaan memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun
bersifat konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu;
(2) besar kemungkinan (probable) penyelesaian kewajiban tersebut
mengakibatkan arus keluar sumber daya; dan
(3) estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat
dibuat. (PSAK 57 paragraf 15)
c) Ketika pekerja telah memberikan jasanya kepada perusahaan dalam suatu
periode akuntansi, perusahaan harus mengakui jumlah tak-terdiskonto
(undiscounted amount) atas imbalan kerja jangka pendek yang diperkirakan
untuk dibayar sebagai imbalan atas jasa tersebut:
(1) sebagai kewajiban (beban terakru), setelah dikurangi jumlah yang
telah dibayar. Apabila jumlah yang dibayar melebihi jumlah tak-
terdiskonto dari imbalan tersebut, perusahaan harus mengakui
kelebihan tersebut sebagai aset (beban dibayar di muka) sejauh
pembayaran tersebut akan menimbulkan, misalnya, pengurangan
pembayaran di masa depan atau pengembalian kas; atau

180 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:180 Sec1:180 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) sebagai beban, kecuali PSAK lain mewajibkan atau membolehkan


imbalan tersebut termasuk dalam biaya perolehan aset (lihat,
misalnya, PSAK 14: Persediaan, dan PSAK 16 : Aset Tetap). (PSAK 24
paragraf 11)
3) Penjelasan
a) Imbalan kerja jangka pendek mencakup hal-hal seperti:
(1) upah, gaji, dan iuran jaminan sosial;
(2) cuti berimbalan jangka pendek dimana ketidakhadiran diperkirakan
terjadi dalam waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan saat
pekerja memberikan jasanya;
(3) utang bagi laba dan utang bonus dalam waktu 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan saat pekerja memberikan jasanya; dan
(4) imbalan nonmoneter untuk pekerja, seperti imbalan kesehatan,
rumah, mobil dan barang atau jasa yang diberikan secara cuma-cuma
atau melalui subsidi.
b) Kewajiban imbalan kerja jangka pendek dihitung dengan dasar yang tak-
terdiskonto (undiscounted basis).
c) Kewajiban imbalan kerja jangka pendek antara lain terdiri dari:
(1) Utang gaji/honor/insentif pegawai;
(2) Utang bonus/imbalan jasa/tantiem;
(3) Utang dana pensiun;
(4) Kewajiban diestimasi imbalan kerja jangka pendek;
(5) Kewajiban imbalan pascakerja jangka panjang yang akan jatuh
tempo.
d) Utang tantiem yang merupakan pembagian insentif kepada direksi dan
komisaris ditetapkan oleh RUPS, yang dapat dihitung dari laba bersih dan
dibebankan pada periode yang bersangkutan.
e) Utang dana pensiun adalah utang iuran pensiun yang ditanggung oleh
perseroan, sebagai pemberi kerja, yang telah jatuh tempo dan belum
dibayarkan kepada perseroan dana pensiun.
f) Utang diestimasi imbalan kerja jangka pendek adalah utang atas imbalan
kerja jangka pendek yang waktu dan jumlahnya belum pasti.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 181

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:181 Sec1:181 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

g) Contoh dari kewajiban imbalan kerja jangka pendek antara lain utang
iuran Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun) dan iuran Jamsostek yang
diakru pada tanggal neraca.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Kewajiban imbalan kerja jangka pendek diakui pada saat pegawai
telah memberikan jasanya kepada perseroan dalam suatu periode
akuntansi.
(2) Kewajiban imbalan kerja jangka pendek diakui sebesar jumlah tak-
terdiskonto (undiscounted amount).
(3) Kewajiban imbalan kerja jangka pendek berkurang pada saat di-
bayarkan.
b) Penyajian
Kewajiban imbalan kerja jangka pendek disajikan dalam kelompok kewa-
jiban jangka pendek sebesar jumlah tidak terdiskonto.
c) Pengungkapan
(1) rincian kewajiban imbalan kerja jangka pendek berdasarkan jenis-
nya;
(2) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengakuan kewajiban imbalan kerja jangka pendek:
(1) Utang gaji/honor/insentif pegawai:
Db. Beban pegawai
Kr. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek
(gaji/honor/insentif pegawai)
(2) Utang tantiem/bonus/imbalan jasa:
Db. Beban pegawai
Kr. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek (tantiem/bonus/imbalan
jasa)
(3) Utang iuran dana pensiun:
Db. Beban pegawai
Kr. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek – utang iuran Dapenbun

182 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:182 Sec1:182 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(4) Utang iuran Jamsostek


Db. Beban pegawai
Kr. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek – utang iuran Jamsostek
(5) Kewajiban diestimasi imbalan kerja jangka pendek:
Db. Beban pegawai
Kr. Kewajiban diestimasi imbalan kerja
Pada awal periode berikutnya dilakukan jurnal balik.
b) Pada saat pembayaran/penyelesaian utang imbalan kerja jangka pendek:
(1) Kewajiban imbalan kerja jangka pendek (gaji/honor/insentif pe-
gawai):
Db. Utang gaji/honor/insentif pegawai
Kr. Kas dan setara kas
(2) Kewajiban imbalan kerja jangka pendek (tantiem/bonus/imbalan
jasa):
Db. Utang tantiem/bonus/imbalan jasa
Kr. Kas dan setara kas
(3) Utang iuran dana pensiun:
Db. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek – utang iuran Dapenbun
Kr. Kas dan setara kas
(4) Utang iuran Jamsostek
Db. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek – utang iuran Jamsostek
Kr. Kas dan setara kas
(5) Kewajiban diestimasi imbalan kerja jangka pendek:
Db. Kewajiban diestimasi imbalan kerja
Kr. Kas dan setara kas

i. Kewajiban Diestimasi Jangka Pendek


1) Definisi
a) Kewajiban diestimasi
(1) Kewajiban diestimasi adalah kewajiban perseroan yang jumlah dan
waktunya belum pasti.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 183

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:183 Sec1:183 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) Kewajiban diestimasi jangka pendek adalah kewajiban perseroan


yang jumlah dan waktunya belum pasti serta dibentuk untuk estimasi
pengeluaran dalam jangka pendek (diperkirakan akan diselesaikan
dalam jangka waktu satu siklus normal operasi perseroan atau jatuh
tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca).
(3) Kewajiban hukum adalah kewajiban yang timbul dari suatu kontrak
legislasi atau peraturan perundang-undangan, atau pelaksanaan
produk hukum lainnya.
(4) Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari tindakan
perusahaan yang dalam hal ini:
(a) berdasarkan praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah
dipublikasi atau pernyataan baru yang cukup spesifik, perusahaan
telah memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa perusahaan
akan menerima tanggung jawab tertentu; dan
(b) akibatnya, perusahaan telah menimbulkan ekspektasi kuat dan
sah kepada pihak lain bahwa perusahaan akan melaksanakan
tanggung jawab tersebut.
b) Kewajiban kontinjensi adalah:
(1) kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keber-
adaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu
peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada
dalam kendali perusahaan; atau
(2) kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi
tidak diakui karena:
(a) tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) perusahaan
mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekono-
mis (selanjutnya disebut sebagai “sumber daya”) untuk menye-
lesaikan kewajibannya; atau
(b) jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
c) Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa
lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya
satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada
dalam kendali perusahaan.

184 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:184 Sec1:184 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasi perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) PSAK 57: Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi.
3) Penjelasan
a) Kewajiban diestimasi
(1) Kewajiban diestimasi jangka pendek diakui sebagai kewajiban
(dengan asumsi dapat dibuat estimasi andal) karena kewajiban diesti-
masi tersebut merupakan kewajiban masa kini dan kemungkinan
besar (probable) mengakibatkan arus keluar sumber daya untuk
menyelesaikan kewajiban tersebut, dimana penyelesaian kewajiban
tersebut akan dilakukan dalam jangka pendek.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 185

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:185 Sec1:185 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) Penyelesaian kewajiban dalam jangka pendek apabila:


(a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu satu siklus
normal operasi perseroan; atau
(b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
(3) Kewajiban kini, atas dasar bukti-bukti, apabila besar kemungkinan
telah ada pada tanggal neraca, perseroan mengakui kewajiban
diestimasi.
(4) Peristiwa masa lalu yang menimbulkan kewajiban kini disebut
peristiwa mengikat. Dalam suatu peristiwa mengikat, perseroan tidak
mempunyai alternatif realistik selain menyelesaikan kewajiban yang
timbul dari peristiwa tersebut. Ini akan terjadi hanya jika:
(a) penyelesaian kewajiban dipaksakan secara hukum; atau
(b) dalam kasus kewajiban konstruktif, suatu peristiwa (mungkin
berupa tindakan perseroan) menimbulkan harapan kuat dan
sah pada pihak lain bahwa perseroan akan bertanggung jawab
terhadap kewajiban tersebut.
(5) Suatu peristiwa mungkin tidak segera menimbulkan kewajiban
konstruktif. Namun pada kemudian hari peristiwa tersebut dapat
menimbulkan kewajiban konstruktif karena:
(a) perubahan perundang-undangan; atau
(b) tindakan perseroan, misalnya, ketika perseroan mempublikasikan
suatu pengumuman secara jelas.
(6) Arus keluar sumber daya atau terjadinya suatu peristiwa dianggap
sebagai suatu “kemungkinan besar” jika kemungkinan terjadinya
peristiwa tersebut lebih besar daripada kemungkinan tidak terjadinya
peristiwa tersebut.
(7) Apabila tidak terdapat kemungkinan besar bahwa kewajiban masa
kini telah ada, perseroan mengungkapkan kewajiban kontinjensi.
Pengungkapan tersebut tidak perlu dilakukan jika kemungkinan arus
keluar sumber daya kecil.
(8) Apabila terdapat sejumlah kewajiban serupa, misalnya garansi
atau jaminan produk, atau kontrak-kontrak serupa; kemungkinan
arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban tersebut

186 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:186 Sec1:186 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

ditentukan dengan mempertimbangkan keseluruhannya sebagai suatu


golongan kewajiban. Walaupun kemungkinan arus keluar sumber
daya untuk tiap-tiap unsur kewajiban (yang menyusun golongan
kewajiban) tersebut kecil, dapat saja terdapat kemungkinan besar
arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan golongan kewajiban
secara keseluruhan. Apabila hal itu terjadi, kewajiban diestimasi
diakui dengan syarat kriteria pengakuan lainnya terpenuhi.
(9) Penggunaan estimasi merupakan bagian mendasar dalam penyusunan
laporan keuangan dan tidak mengurangi keandalan laporan ke-
uangan tersebut. Hal itu tampak jelas pada kewajiban diestimasi,
karena sifatnya mengandung ketidakpastian yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan sebagian besar pos-pos neraca lainnya. Kecuali
pada beberapa kasus yang sangat jarang, perseroan akan mampu
menetapkan kisaran hasil dari berbagai peristiwa. Oleh karena itu,
dalam mengakui kewajiban diestimasi, perseroan dapat membuat
estimasi kewajiban secara cukup andal.
(10) Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, yaitu jika estimasi yang andal
tidak dapat dibuat, suatu kewajiban tidak dapat diakui. Kewajiban
tersebut diungkapkan sebagai kewajiban kontinjensi.
(11) Kerugian operasi masa depan
(a) Kewajiban diestimasi tidak boleh diakui untuk kerugian masa
depan.
(b) Perkiraan kerugian masa depan merupakan indikasi terjadi pe-
nurunan nilai untuk aset tertentu.
(12) Kontrak memberatkan
(a) Apabila perseroan terikat kontrak memberatkan, kewajiban kini
menurut kontrak tersebut diukur dan diakui sebagai kewajiban
diestimasi.
(b) Kontrak memberatkan merupakan kontrak yang menimbulkan
biaya yang tidak dapat dihindarkan dalam memenuhi kewajiban
menurut kontrak tersebut, dan melebihi manfaat yang akan
diperoleh.
(c) Sebelumnya, perseroan mengakui kerugian karena penurunan
nilai aset yang diperuntukkan bagi kontrak tersebut.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 187

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:187 Sec1:187 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(13) Restrukturisasi
(a) Kewajiban konstruktif muncul apabila memenuhi seluruh per-
syaratan berikut:
i. perseroan memiliki rencana formal terperinci restrukturisasi
yang sekurang-kurangnya:
(i) usaha atau bagian yang terlibat;
(ii) lokasi utama yang terpengaruh;
(iii) lokasi, fungsi, dan perkiraan jumlah pegawai yang akan
menerima kompensasi akibat pemutusan hubungan
kerja;
(iv) pengeluaran yang akan terjadi; dan
(v) waktu implementasi.
ii. menimbulkan harapan kuat dan sah pihak-pihak yang ter-
kena dampak restrukturisasi bahwa perseroan akan melak-
sanakan restrukturisasi dengan memulai rencana atau
mengumumkan pokok-pokok rencana.
(b) Tidak ada kewajiban yang timbul dalam penjualan suatu ope-
rasi hingga perseroan membuat perjanjian penjualan yang
mengikat.
(c) Kewajiban diestimasi restrukturisasi hanya mencakup pengeluar-
an langsung dari restrukturisasi, yaitu:
i. benar-benar dikeluarkan dalam restrukturisasi; dan
ii. tidak terkait dengan aktivitas yang masih berlanjut.
b) Aset dan kewajiban kontinjensi
(1) Kewajiban kontinjensi tidak diakui, tetapi diungkapkan kecuali
kemungkinan kecil terjadi arus keluar sumber daya.
(2) Pengungkapan tersebut meliputi uraian ringkas mengenai kewajiban
kontinjensi, dan apabila praktis:
(a) estimasi dampak keuangan;
(b) indikasi ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu;
(c) kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga.

188 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:188 Sec1:188 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) Aset kontinjensi tidak boleh diakui, tetapi diungkapkan apabila


terdapat kemungkinan besar arus masuk manfaat ekonomis akan
diperoleh perseroan.
c) Contoh dari peristiwa yang dapat menimbulkan kewajiban diestimasi atau
kewajiban kontinjensi adalah penjaminan yang diberikan oleh perseroan
atas utang petani plasma kepada bank.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Kewajiban diestimasi harus diakui pada apabila ketiga kondisi berikut
ini dipenuhi:
(a) perseroan memiliki kewajiban kini, baik bersifat hukum maupun
bersifat konstruktif, sebagai akibat peristiwa masa lalu;
(b) besar kemungkinan (probable) penyelesaian kewajiban tersebut
mengakibatkan arus keluar sumber daya; dan
(c) estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat
dibuat.
(2) Kewajiban diestimasi dinilai berdasar hasil estimasi terbaik penge-
luaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada
tanggal neraca.
(3) Kewajiban diestimasi harus ditelaah setiap tanggal neraca dan di-
sesuaikan untuk mencerminkan estimasi terbaik yang paling kini. Jika
arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban kemungkinan
tidak terjadi, kewajiban diestimasi tersebut harus dibatalkan.
b) Penyajian
Utang diestimasi jangka pendek lainnya disajikan dalam kelompok
kewajiban jangka pendek sebesar estimasi jumlah yang akan dibayarkan.
c) Pengungkapan
(1) Untuk setiap jenis kewajiban diestimasi jangka pendek, perseroan
harus mengungkapkan:
(a) nilai tercatat pada awal dan akhir periode;
(b) kewajiban diestimasi tambahan yang dibuat dalam periode
bersangkutan, termasuk peningkatan jumlah pada kewajiban
diestimasi yang ada;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 189

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:189 Sec1:189 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(c) jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan
pada kewajiban diestimasi selama periode bersangkutan;
(d) jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode
bersangkutan; dan
(e) peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini
yang timbul karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap
perubahan tingkat diskonto.
Informasi komparatif tidak diharuskan.
(2) Untuk setiap jenis kewajiban diestimasi, perseroan harus mengungkap-
kan pula:
(a) uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan
saat arus keluar sumber daya terjadi;
(b) indikasi mengenai ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar
tersebut jika diperlukan dalam rangka menyediakan informasi
yang memadai, perseroan harus mengungkapkan asumsi utama
yang mendasari prakiraan peristiwa masa datang; dan
(c) jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menye-
butkan jumlah aset yang telah diakui untuk estimasi penggantian
tersebut.
5) Ilustrasi jurnal
a) Pada saat pengakuan utang diestimasi jangka pendek:
Db. Beban/pos yang terkait
Kr. Kewajiban diestimasi jangka pendek
b) Pada saat penyelesaian:
Db. Kewajiban diestimasi jangka pendek
Kr. Kas atau setara kas
Apabila terjadi selisih jumlah penyelesaian dengan jumlah estimasi maka
diakui sebagai penambah atau pengurang beban periode berjalan.

190 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:190 Sec1:190 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

j. Kewajiban Jangka Pendek Lainnya


1) Definisi
Kewajiban jangka pendek lainnya merupakan pos yang dimaksudkan untuk
menampung kewajiban-kewajiban perseroan yang tidak dapat digolongkan
ke dalam salah satu pos kewajiban jangka pendek yang ada dan tidak cukup
material untuk disajikan dalam pos tersendiri.
2) Dasar Pengaturan
a) Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedang-
kan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat
atau fungsi yang sejenis. (PSAK 1 paragraf 23)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai
unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar...
(PSAK 1 paragraf 49)
3) Penjelasan
a) Termasuk dalam pos kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban-
kewajiban selain utang usaha, beban yang masih harus dibayar, utang bank
jangka pendek, bagian utang jangka panjang yang akan jatuh tempo, utang
pajak, kewajiban imbalan kerja jangka pendek, kewajiban diestimasi, dan
pendapatan diterima dimuka.
b) Pos dalam kewajiban jangka pendek lainnya dengan jumlah yang cukup
material dapat disajikan dalam pos tersendiri, seperti bunga yang masih
harus dibayar.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 191

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:191 Sec1:191 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Kewajiban jangka pendek lainnya diakui pada saat terjadinya kewajiban
sebesar jumlah rupiah atau nilai tunai sumber daya ekonomi yang
harus diserahkan kepada pihak lain untuk menyelesaikan kewajiban
tersebut.
(2) Kewajiban jangka pendek lainnya berkurang pada saat dilakukan
pembayaran atau pelunasan.
b) Penyajian
(1) Kewajiban jangka pendek lainnya disajikan dalam kelompok kewajiban
jangka pendek.
(2) Jumlah yang disajikan sebesar jumlah yang harus dibayarkan atau
diselesaikan.
c) Pengungkapan
Rincian kewajiban jangka pendek lainnya.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengakuan:
Db. Beban/pos yang terkait
Kr. Kewajiban jangka pendek lainnya
b) Pada saat diselesaikannya:
Db. Kewajiban jangka pendek lainnya
Kr. Kas dan setara kas

5. Kewajiban Jangka Panjang


Kewajiban jangka panjang adalah semua kewajiban selain yang termasuk sebagai
kewajiban jangka pendek seperti yang dijelaskan di atas.
Kewajiban jangka panjang terdiri dari:
a. utang kepada pemerintah
b. utang antar badan hukum jangka panjang
c. utang bank jangka panjang
d. utang sewa pembiayaan
e. utang medium term note

192 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:192 Sec1:192 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

f. utang obligasi
g. kewajiban imbalan kerja jangka panjang
h. kewajiban diestimasi jangka panjang
i. kewajiban pajak tangguhan
j. kewajiban jangka panjang lainnya
a. Utang kepada Pemerintah
1) Definisi
a) Utang kepada pemerintah adalah utang yang timbul dari pemberian
pinjaman oleh pemerintah yang bersumber dari penerusan pinjaman.
b) Penerusan pinjaman adalah pinjaman yang berasal dari dalam dan luar
negeri kepada BUMN/perseroan terbatas atau yang dipersamakan.
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 193

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:193 Sec1:193 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewa-


jiban jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo
dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila:
(1) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari
dua belas bulan;
(2) perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan
pendanaan jangka panjang; dan
(3) maksud tersebut pada angka (2) didukung dengan perjanjian pem-
biayaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang resmi
disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok
kewajiban jangka pendek sesuai dengan paragraf ini beserta informasi
yang mendukung penyajian tersebut harus diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan. (PSAK 1 paragraf 47)
d) Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca,
jika dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam
ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. (PSAK 55 paragraf 14)
e) Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh kewajiban keuangan
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga
efektif. (PSAK 55 paragraf 47)
f) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
g) PSAK 26: Biaya Pinjaman.
3) Penjelasan
a) Utang kepada pemerintah yang dimaksud di sini adalah utang yang berasal
dari penerusan pinjaman.
b) Penyelesaian utang kepada pemerintah dapat berbentuk:
(1) pelunasan;
(2) penjadwalan kembali yang mengakibatkan perubahan besaran
pembayaran pokok utang, bunga/biaya administrasi, biaya komitmen,
denda, dan biaya lainnya;
(3) perubahan persyaratan baik sebagian atau seluruh persyaratan
pinjaman kecuali jangka waktu pinjaman;

194 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:194 Sec1:194 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(4) dikonversi menjadi penyertaan modal negara (kekayaan negara yang


dipisahkan) dengan mengubah utang kepada pemerintah menjadi
modal apabila tidak dapat dilakukan penjadwalan kembali atau
perubahan persyaratan, dimana diikuti dengan keluarnya Peraturan
Pemerintah untuk mencatat penyertaan modal negara tersebut;
(5) dihapuskan sebagian atau seluruhnya apabila tidak bisa dijadwalkan
kembali, diubah persyaratan atau dikonversi menjadi penyertaan
modal negara, yang diatur sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
c) Beban bunga:
(1) Pembayaran angsuran utang kepada pemerintah dibagi menjadi
pelunasan pokok utang dan beban bunga.
(2) Beban bunga yang merupakan bagian dari biaya pinjaman diperhitung-
kan dengan komponen biaya pinjaman lainnya dengan menggunakan
suku bunga efektif.
(3) Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dapat dilihat di Bagian III.
B.3: Biaya Pinjaman.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Saat pengakuan awal, utang kepada pemerintah diakui pada saat
penyerahan aset atau pembayaran sebesar nilai wajarnya, yaitu
sebesar rupiah jumlah yang diserahkan.
(2) Selanjutnya, utang kepada pemerintah diukur sebesar biaya peroleh-
an diamortisasi (jika ada amortisasi atas premium, diskon atau
biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dengan utang
tersebut).
b) Penyajian
Utang kepada pemerintah disajikan dalam pos kewajiban jangka pan-
jang sebesar nilai kini jumlah yang harus dibayar (biaya perolehan
diamortisasi).
c) Pengungkapan
Hal-hal yang diungkapkan antara lain:
(1) rincian utang kepada pemerintah berdasarkan jenis dan jumlah;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 195

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:195 Sec1:195 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku
bunga efektif;
(5) rincian nama pihak yang memiliki hubungan istimewa, dan jumlah
utang;
(6) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat penerimaan:
Dr. Kas dan setara kas
Kr. Utang kepada pemerintah
b) Pada saat pengakuan bagian utang pemerintah yang akan jatuh tempo:
Dr. Utang kepada pemerintah
Kr. Bagian jangka pendek utang kepada pemerintah
c) Pada saat penyelesaian:
(1) Pelunasan/Dilunasi
Db. Bagian jangka pendek utang kepada pemerintah
Kr. Kas dan setara kas
(2) Penjadwalan kembali
Tidak ada jurnal
(3) Konversi menjadi Penyertaan Modal Negara
Db. Utang kepada pemerintah
Kr. Bagian jangka pendek utang kepada pemerintah

Db. Bagian jangka pendek utang kepada pemerintah


Kr. Penyertaan Modal Negara
(4) Penghapusan sebagian atau seluruh
Db. Bagian jangka pendek utang kepada pemerintah
Kr. Keuntungan penghapusan utang kepada pemerintah

196 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:196 Sec1:196 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b. Utang Antar Badan Hukum Jangka Panjang


1) Definisi
a) Utang antar badan hukum jangka panjang adalah utang yang timbul
sebagai akibat dari transaksi nonusaha dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, selain untuk pos yang telah ditentukan penyajiannya,
dan akan diselesaikan lebih dari satu periode setelah tanggal neraca.
b) Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-pihak yang
dianggap mempunyai hubungan istimewa bila salah satu pihak mempunyai
kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh
signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan
operasional.
c) Pengendalian adalah kepemilikan langsung melalui anak perusahaan
dengan lebih dari setengah hak suara dari suatu perusahaan, atau
suatu kepentingan substansial dalam hak suara dan kekuasaan untuk
mengarahkan kebijakan keuangan dan operasi manajemen perusahaan
berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian.
d) Pengaruh signifikan adalah penyertaan dalam pengambilan keputusan
kebijakan keuangan dan operasi suatu perusahaan, tetapi tidak mengen-
dalikan kebijakan tersebut. Pengaruh signifikan dapat dijalankan de-
ngan berbagai cara antara lain berdasarkan perwakilan dalam dewan
komisaris atau penyertaan dalam proses perumusan kebijakan, transaksi
antarperusahaan yang material, pertukaran karyawan manajerial, atau
ketergantungan pada informasi teknis. Pengaruh signifikan dapat diperoleh
berdasarkan kepemilikan bersama, anggaran dasar, atau perjanjian.
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 197

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:197 Sec1:197 23/07/2008 13:00:24


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-


nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewajib-
an jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam
jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila:
(1) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari
dua belas bulan;
(2) perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan
pendanaan jangka panjang; dan
(3) maksud tersebut pada angka (2) didukung dengan perjanjian pem-
biayaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang resmi
disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok
kewajiban jangka pendek sesuai dengan paragraf ini beserta informasi
yang mendukung penyajian tersebut harus diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan. (PSAK 1 paragraf 47)
d) Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca,
jika dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam
ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. (PSAK 55 paragraf 14)
e) Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh kewajiban keuangan
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga
efektif. (PSAK 55 paragraf 47)
f) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
g) PSAK 26: Biaya Pinjaman.
h) PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan
Istimewa.

198 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:198 Sec1:198 23/07/2008 13:00:25


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

3) Penjelasan
a) Hubungan istimewa yang dimaksud adalah hubungan istimewa antar
badan hukum, lembaga, anak perusahaan dan perusahaan asosiasi sesama
BUMN yang bergerak di bidang perkebunan.
b) Utang antar badan hukum jangka panjang mencakup utang yang timbul dari
transaksi nonusaha antara badan hukum, lembaga, anak perusahaan dan
perusahaan asosiasi yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana
di maksud di huruf a), di mana akan diselesaikan lebih dari satu periode
setelah tanggal neraca.
c) Beban bunga, jika ada:
(1) Pembayaran angsuran utang antar badan hukum dibagi menjadi
pelunasan pokok utang dan beban bunga.
(2) Beban bunga yang merupakan bagian dari biaya pinjaman diperhitung-
kan dengan komponen biaya pinjaman lainnya dengan menggunakan
suku bunga efektif.
d) Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dapat dilihat di Bagian III.B.3:
Biaya Pinjaman.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Saat pengakuan awal, utang antar badan hukum jangka panjang diakui
pada saat penyerahan aset atau pembayaran sebesar nilai wajarnya,
yaitu:
(a) apabila aset moneter maka diukur sebesar jumlah yang diserah-
kan; atau
(b) apabila aset nonmoneter maka diukur sebesar nilai wajar aset
tersebut.
(2) Selanjutnya, utang antar badan hukum jangka panjang diukur sebesar
biaya perolehan diamortisasi, jika ada amortisasi atas premium,
diskon atau biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
dengan utang tersebut.
b) Penyajian
Utang antar badan hukum jangka panjang disajikan dalam pos kewajiban
jangka panjang sebesar jumlah yang harus diselesaikan (biaya perolehan
diamortisasi).

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 199

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:199 Sec1:199 23/07/2008 13:00:25


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Pengungkapan
Hal-hal yang diungkapkan antara lain:
(1) rincian utang antar badan hukum berdasarkan jenis dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku
bunga efektif;
(5) rincian nama pihak yang memiliki antar badan hukum, dan jumlah
utang;
(6) lain-lain.
5) Ilustrasi jurnal
a) Pada saat penerimaan:
Dr. Kas dan setara kas
Kr. Utang antar badan hukum jangka panjang
b) Pada saat pengakuan bagian utang antara badan hukum yang akan jatuh
tempo:
Dr. Utang antar badan hukum jangka panjang
Kr. Bagian jangka pendek utang antar badan hukum jangka panjang
c) Pada saat penyelesaian:
Dr. Bagian jangka pendek utang antar badan hukum jangka panjang
Kr. Kas dan setara kas

c. Utang Bank Jangka Panjang


1) Definisi
Utang bank jangka panjang adalah kewajiban kepada bank atau lembaga ke-
uangan yang akan dibayar atau diselesaikan dalam periode lebih dari satu
tahun atau satu siklus normal operasional perseroan, mana yang lebih panjang
yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan perseroan.

200 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:200 Sec1:200 23/07/2008 13:00:25


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban mengaki-
batkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK paragraf
91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewajib-
an jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam
jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila:
(1) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari
dua belas bulan;
(2) perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan
pendanaan jangka panjang; dan
(3) maksud tersebut pada angka (2) didukung dengan perjanjian pem-
biayaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang resmi
disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok kewa-
jiban jangka pendek sesuai dengan paragraf ini beserta informasi yang
mendukung penyajian tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan. (PSAK 1 paragraf 47)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 201

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:201 Sec1:201 23/07/2008 13:00:25


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d) Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca,


jika dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam
ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. (PSAK 55 paragraf 14)
e) Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh kewajiban keuangan
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga
efektif. (PSAK 55 paragraf 47)
f) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
g) PSAK 26: Biaya Pinjaman.
3) Penjelasan
a) Fitur utang bank jangka panjang
(1) Utang bank jangka panjang adalah utang kepada bank atau lembaga
keuangan lain yang berjangka panjang, antara lain adalah kredit
investasi, kredit pembiayaan bersama, kredit restrukturisasi utang,
penjualan wesel bayar jangka panjang kepada bank dan segala
pinjaman jangka panjang pada bank lainnya.
(2) Utang kepada bank dapat berupa pinjaman bank dengan suku bunga
tetap atau mengambang (fixed or floating interest rate), dan umumnya
dengan suku bunga mengambang.
(3) Perjanjian pinjaman bank umumnya mempunyai kesamaan karak-
teristik, yaitu:
(a) mempunyai waktu jatuh tempo satu sampai sepuluh tahun;
(b) adanya cicilan secara periodik, seperti setiap tiga bulan, enam
bulan atau tahunan, selama periode pinjaman; dan
(c) umumnya dengan jaminan aset riil atau properti.
(4) Selain meminta jaminan dari perseroan sebagai debitur, bank sebagai
kreditur membuat pembatasan-pembatasan (debt covenants) yang
termuat dalam perjanjian, seperti:
(a) kebutuhan modal kerja minimal, baik dalam rasio atau jumlah
tertentu;
(b) pinjaman tambahan, dimana biasanya diperlukan persetujuan
dari bank sebelum membuat pinjaman tambahan kepada pihak
lain;
(c) laporan keuangan periodik;

202 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:202 Sec1:202 23/07/2008 13:00:25


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(d) manajemen, dimana diperlukan persetujuan dari bank untuk


mengganti posisi manajemen tertentu.
b) Utang bank jangka panjang diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi
dengan menggunakan suku bunga efektif.
(1) Apabila dalam utang bank jangka panjang terdapat provisi, biaya
legal, dan sejenisnya maka harus diperhitungkan dalam menentukan
jumlah tercatat utang bank jangka panjang tersebut.
(2) Suku bunga efektif ditentukan saat awal perolehan utang bank jangka
panjang.
c) Beban bunga
(1) Pembayaran angsuran utang bank jangka panjang dibagi menjadi
pelunasan pokok utang dan beban bunga.
(2) Beban bunga yang merupakan bagian dari biaya pinjaman diperhitung-
kan dengan komponen biaya pinjaman lainnya dengan menggunakan
suku bunga efektif.
(3) Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dapat dilihat di Bagian III.
B.3: Biaya Pinjaman.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Utang bank jangka panjang diakui pada saat:
(a) perseroan telah menerima atau memiliki atau mengendalikan
kas dan setara kas yang diterima dari bank/lembaga keuangan;
(b) timbulnya kewajiban perseroan untuk membayar atau menyerah-
kan sumber daya ekonomi lain yang harus diselesaikan dalam
jangka lebih dari satu tahun atau satu siklus normal operasional
perseroan, mana yang lebih panjang.
(2) Utang bank jangka panjang dinilai sebesar jumlah rupiah atau nilai
tunai sumber daya ekonomi yang harus diserahkan kepada pihak lain
untuk menyelesaikan kewajiban tersebut (biaya perolehan diamor-
tisasi dengan suku bunga efektif).
(3) Utang bank jangka panjang berkurang pada saat:
(a) utang tersebut jatuh tempo kurang dari satu tahun atau satu
siklus normal operasional (direklasifikasi ke utang bank jangka
pendek); atau
(b) bank menghapuskan kewajiban tersebut.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 203

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:203 Sec1:203 23/07/2008 13:00:25


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Penyajian
Utang bank jangka panjang disajikan dalam kelompok kewajiban
jangka panjang sebesar jumlah yang harus dibayarkan (biaya perolehan
diamortisasi dengan suku bunga efektif).
c) Pengungkapan
Hal-hal yang diungkapkan antara lain:
(1) rincian utang bank jangka panjang berdasarkan jenis dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo dan suku
bunga efektif;
(5) agunan;
(6) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pengakuan awal:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Utang bank jangka panjang
b) Reklasifikasi utang bank jangka panjang ke kewajiban jangka pendek:
Db. Utang bank jangka panjang
Kr. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo
c) Pembayaran angsuran:
Db. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo
Db. Beban bunga (dihitung dengan suku bunga efektif)
Kr. Kas dan setara kas
d) Pembayaran utang bank yang telah jatuh tempo:
Db. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo
Kr. Kas dan setara kas

204 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:204 Sec1:204 23/07/2008 13:00:25


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d. Utang Sewa Pembiayaan


1) Definisi
a) Utang sewa pembiayaan adalah kewajiban kepada perusahaan pembiaya-
an (lessor) sebagai akibat perjanjian sewa pembiayaan (finance lease)
yang dilakukan oleh perseroan (lessee) untuk pelaksanaan kegiatan
operasional.
b) Sewa (lease) adalah suatu perjanjian dimana perusahaan pembiayaan
(lessor) memberikan hak kepada perseroan (lessee) untuk menggunakan
suatu aset selama periode waktu yang disepakati, dan sebagai imbalannya,
perseroan melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada
perusahaan pembiayaan.
c) Sewa pembiayaan (finance lease) adalah sewa yang mengalihkan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan
suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak
dialihkan.
d) Sewa operasi (operating lease) adalah sewa selain sewa pembiayaan.
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 205

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:205 Sec1:205 23/07/2008 13:00:25


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewajib-
an jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam
jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila:
(1) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari
dua belas bulan;
(2) perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan
pendanaan jangka panjang; dan
(3) maksud tersebut pada angka (2) didukung dengan perjanjian pembia-
yaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang resmi
disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok
kewajiban jangka pendek sesuai dengan paragraf ini beserta informasi
yang mendukung penyajian tersebut harus diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan. (PSAK 1 paragraf 47)
d) Pada awal masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset
dan kewajiban dalam neraca sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar
nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari
nilai wajar. Penilaian ditentukan pada awal kontrak. Tingkat diskonto yang
digunakan dalam perhitungan nilai kini dari pembayaran sewa minimum
adalah tingkat suku bunga implisit dalam sewa, jika dapat ditentukan secara
praktis; jika tidak, digunakan tingkat suku bunga pinjaman inkremental
lessee. Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessee ditambahkan ke dalam
jumlah yang diakui sebagai aset. (PSAK 30 paragraf 16)
e) Pembayaran sewa minimum harus dipisahkan antara bagian yang merupa-
kan beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan kewajiban.
Beban keuangan harus dialokasikan ke setiap periode selama masa
sewa sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu tingkat suku bunga
periodik yang konstan atas saldo kewajiban. Rental kontinjen dibebankan
pada periode terjadinya. (PSAK 30 paragraf 21)

206 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:206 Sec1:206 23/07/2008 13:00:25


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

3) Penjelasan
a) Utang sewa pembiayaan timbul dari perjanjian sewa yang diklasifikasikan
dalam sewa pembiayaan sebagaimana yang dijelaskan pada Bagian III.
A.3.i: Aset Sewaan.
b) Kewajiban yang timbul dari perjanjian sewa yang diklasifikasikan sebagai
sewa operasi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Utang sewa diakui pada saat awal masa sewa.
(2) Utang sewa diakui sebesar:
(a) nilai wajar aset sewaan; atau
(b) nilai kini dari pembayaran sewa minimum (jika nilai kini lebih
rendah dari nilai wajar).
(3) Selisih pembayaran dan pokok kewajiban diakui sebagai beban
keuangan (beban bunga).
(4) Beban bunga yang memenuhi persyaratan dapat dikapitalisasi ke
aset yang terkait sebagaimana dijelaskan pada Bagian III.B.3: Biaya
Pinjaman.
b) Penyajian
Utang sewa disajikan dalam kelompok kewajiban jangka panjang secara
terpisah dari kewajiban lainnya.
c) Pengungkapan
(1) Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di masa
mendatang pada tanggal neraca, dengan nilai kininya.
(2) Total pembayaran sewa minimum di masa mendatang pada tanggal
neraca, dan nilai kininya, untuk setiap periode berikut:
(a) sampai dengan satu tahun;
(b) lebih dari satu tahun sampai lima tahun;
(c) lebih dari lima tahun.
(3) Sewa kontinjen yang diakui sebagai beban pada periode tersebut;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 207

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:207 Sec1:207 23/07/2008 13:00:25


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(4) Total perkiraan penerimaan pembayaran minimum oper-sewa di masa


mendatang dari kontrak sewa-lanjut yang tidak dapat dibatalkan pada
tanggal neraca.
(5) Deskripsi umum isi perjanjian sewa yang material, yang meliputi,
tetapi tidak terbatas pada, hal berikut:
(a) dasar penentuan sewa kontinjen;
(b) ada tidaknya klausul-klausul yang berkaitan dengan opsi per-
panjangan atau pembelian dan eskalasi beserta syarat-syaratnya;
dan
(c) pembatasan-pembatasan dalam perjanjian sewa. Jumlah rincian
utang sewa pembiayaan.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pengakuan awal:
Db. Aset sewaan
Kr. Utang sewa pembiayaan
b) Reklasifikasi ke kewajiban jangka pendek:
Db. Utang sewa pembiayaan
Kr. Bagian jangka pendek dari utang sewa pembiayaan
c) Saat pembayaran angsuran:
Db. Bagian jangka pendek dari utang sewa pembiayaan
Db. Beban bunga
Kr. Kas dan setara kas
d) Saat akhir masa sewa (aset sewa dapat menjadi milik perseroan):
Db. Aset tetap/pos aset terkait
Kr. Aset sewaan

e. Utang Medium Term Note


1) Definisi
Utang medium term note (MTN) atau surat utang jangka menengah adalah
surat utang yang memiliki jangka waktu antara 3 (tiga) hingga 10 (sepuluh)
tahun, namun masanya bisa saja hanya 1 (satu) tahun.

208 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:208 Sec1:208 23/07/2008 13:00:25


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewa-
jiban jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo
dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila:
(1) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari
dua belas bulan;
(2) perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan
pendanaan jangka panjang; dan
(3) maksud tersebut pada angka (2) didukung dengan perjanjian
pembiayaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang
resmi disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok
kewajiban jangka pendek sesuai dengan paragraf ini beserta informasi
yang mendukung penyajian tersebut harus diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan. (PSAK 1 paragraf 47)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 209

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:209 Sec1:209 23/07/2008 13:00:25


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d) Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca,


jika dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam
ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. (PSAK 55 paragraf 14)
e) Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau kewajiban keuangan, entitas
mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau kewajiban
keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai
wajar tersebut ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau kewajiban
keuangan tersebut. (PSAK 55 paragraf 43)
f) Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh kewajiban keuangan
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga
efektif. (PSAK 55 paragraf 47)
g) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
h) PSAK 26: Biaya Pinjaman.
3) Penjelasan
a) Karakteristik MTN
(1) Umumnya MTN ini menggunakan suku bunga mengambang dengan
mengacu pada suatu acuan suku bunga yang dikenal dalam dunia
keuangan internasional misalnya MTN yang diterbitkan dalam mata
uang euro maka akan digunakan patokan suku bunga Euribor (Euro
Interbank Offered Rate) sebagai acuan fluktuasi bunga.
(2) Di Indonesia istilah MTN ini digunakan secara umum dalam berbagai
peraturan yang ada, yang berarti surat hutang yang dikeluarkan oleh
perusahaan terdaftar kepada Pemegang MTN untuk jangka waktu
tertentu terhitung sejak tanggal penerbitan.
(3) Suku bunga MTN dalam denominasi rupiah ini biasanya menggunakan
acuan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
(4) Program MTN adalah merupakan program pendanaan yang digunakan
oleh perseroan untuk memperoleh utang secara teratur. Program ini
dapat melibatkan lebih dari satu penerbit walaupun masing-masing
penerbitan adalah berdiri sendiri hingga jumlah tertentu yang
diperbolehkan.
(5) Keuntungan perseroan adalah tidak perlu menyiapkan dokumen-
dokumen hukum secara secara lengkap setiap kali akan menerbitkan

210 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:210 Sec1:210 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

MTN, dimana hal ini akan menjadikan pembiayaan utang menjadi


mudah dan murah.
b) Utang MTN diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan meng-
gunakan suku bunga efektif.
(1) Biaya-biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung ter-
masuk dalam biaya perolehan diamortisasi tersebut, misalnya biaya
legal, penjamin emisi, dan sebagainya.
(2) Premium atau diskonto termasuk dalam perhitungan biaya perolehan
diamortisasi.
(3) Suku bunga efektif ditentukan saat awal penerbitan MTN.
c) Beban bunga
(1) Pembayaran bunga MTN yang merupakan bagian dari biaya pinjaman
diperhitungkan dengan komponen biaya pinjaman lainnya dengan
menggunakan suku bunga efektif sebagai beban bunga yang sebenar-
nya.
d) Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dapat dilihat di Bagian III.B.3:
Biaya Pinjaman.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Utang MTN diakui pada saat:
(a) perseroan telah menerima atau memiliki atau mengendalikan
kas dan setara kas yang diterima dari pembeli;
(b) timbulnya kewajiban perseroan untuk membayar atau menyerah-
kan sumber daya ekonomi lain yang harus diselesaikan dalam
jangka lebih dari satu tahun atau satu siklus normal operasional
perseroan, mana yang lebih panjang.
(2) Utang MTN dinilai sebesar jumlah rupiah atau nilai tunai sumber
daya ekonomi yang harus diserahkan kepada pihak lain untuk menye-
lesaikan kewajiban tersebut (biaya perolehan diamortisasi dengan
suku bunga efektif).
(3) Utang MTN berkurang pada saat utang tersebut jatuh tempo kurang
dari satu tahun atau satu siklus normal operasional (direklasifikasi ke
bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 211

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:211 Sec1:211 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Penyajian
Utang MTN disajikan dalam kelompok kewajiban jangka panjang sebesar
jumlah yang harus dibayarkan (biaya perolehan diamortisasi dengan suku
bunga efektif).
c) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
(1) rincian MTN berdasarkan jenis dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk jangka waktu, tanggal jatuh
tempo dan suku bunga efektif;
(5) jenis mata uang;
(6) agunan;
(7) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Saat pengakuan awal:
(1) Dijual pada nilai par
Db. Kas dan setara kas
Db. Utang MTN – biaya emisi
Kr. Utang MTN (nilai par)
(2) Dijual pada premium
Db. Kas dan setara kas
Db. Utang MTN – biaya emisi
Kr. Utang MTN (nilai par)
Kr. Utang MTN – premium

212 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:212 Sec1:212 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) Dijual pada diskonto


Db. Kas dan setara kas
Db. Utang MTN – diskonto
Db. Utang MTN – biaya emisi
Kr. Utang MTN (nilai par)
b) Saat pembayaran bunga:
(1) Dijual pada nilai par
Db. Beban bunga (dihitung dengan suku bunga efektif)
Kr. Amortisasi utang MTN – biaya emisi
Kr. Kas dan setara kas
(2) Dijual pada premium
Db. Beban bunga (dihitung dengan suku bunga efektif)
Db. Amortisasi utang MTN – premium
Kr. Amortisasi utang MTN – biaya emisi
Kr. Kas dan setara kas
(3) Dijual pada diskonto
Db. Beban bunga (dihitung dengan suku bunga efektif)
Kr. Amortisasi utang MTN – diskonto
Kr. Amortisasi utang MTN – biaya emisi
Kr. Kas dan setara kas
c) Saat penyisihan dana kepada sinking fund:
Db. Kas dan setara kas – sinking fund (sebagai bagian dari aset tidak lancar
lainnya)
Kr. Kas dan setara kas
d) Saat direklasifikasi menjadi kewajiban jangka pendek:
Db. Utang MTN
Kr. Bagian utang MTN yang akan jatuh tempo
e) Saat pelunasan:
Db. Bagian utang MTN yang akan jatuh tempo
Kr. Kas dan setara kas – sinking fund (sebagai bagian dari aset tidak lancar
lainnya)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 213

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:213 Sec1:213 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

f. Utang Obligasi
1) Definisi
a) Obligasi adalah instrumen utang jangka panjang yang mencerminkan
kewajiban kontraktual perseroan untuk membayar bunga dan pokok.
b) Nilai par adalah nilai yang tertera (nilai pokok) dalam instrumen obligasi
ketika diterbitkan.
c) Premium adalah jumlah lebih harga jual obligasi daripada nilai par.
d) Diskon adalah jumlah kurang harga jual obligasi daripada nilai par.
2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewajib-
an jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam
jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila:

214 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:214 Sec1:214 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(1) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari
dua belas bulan;
(2) perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan
pendanaan jangka panjang; dan
(3) maksud tersebut pada angka (2) didukung dengan perjanjian pem-
biayaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang resmi
disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok ke-
wajiban jangka pendek sesuai dengan paragraf ini beserta informasi yang
mendukung penyajian tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan. (PSAK 1 paragraf 47)
d) Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca,
jika dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam
ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. (PSAK 55 paragraf 14)
e) Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh kewajiban keuangan
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga
efektif. (PSAK 55 paragraf 47)
f) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
g) PSAK 26: Biaya Pinjaman.
3) Penjelasan
a) Karakteristik dan jenis obligasi
(1) Obligasi mempunyai beberapa karakteristik yang harus diperhatikan,
yaitu:
(a) Call provision yaitu hak penerbit obligasi untuk membeli dan
mengakhiri obligasi dengan membayar sejumlah tertentu kepada
pemegang obligasi, sedangkan puttable bond sebaliknya dimana
pemegang obligasi mempunyai hak untuk memperpanjang atau
memperpendek jatuh tempo;
(b) Sinking fund yang menyediakan dana untuk mengakhiri obligasi
dengan melunasi saat jatuh tempo. Penerbit obligasi akan
menyisihkan dana secara reguler dalam singking fund tersebut;
(c) Jaminan yang digunakan dalam penerbitan obligasi, mulai dari
efek senior (senior securities) yang hak pembayaran di atas peme-

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 215

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:215 Sec1:215 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

gang saham ketika terjadi likuidasi sampai dengan debenture


yang tidak dijamin dengan aset tertentu tetapi kredibilitas kredit
penerbitnya.
(d) Fitur konversi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi
untuk mengkonversi obligasi menjadi saham, dalam keadaan
tertentu.
(2) Ada beberapa jenis obligasi antara lain:
(a) Obligasi berkupon nol (zero-coupon bond) yaitu obligasi yang
tidak memberikan kupon yang dijual dengan diskon dan akan
dilunasi sebesar nilai par.
(b) Obligasi berbunga mengambang (floating-rate bond) yaitu obli-
gasi yang memberikan tingkat bunga yang dikaitkan dengan
ukuran pasar tertentu.
(c) Obligasi berbunga tetap (fixed-rate bond) yaitu obligasi yang
memberikan tingkat bunga tetap sampai dengan jatuh tempo.
b) Utang obligasi diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan
menggunakan suku bunga efektif.
(1) Biaya-biaya transaksi yang dapat distribusikan secara langsung ter-
masuk dalam biaya perolehan diamortisasi tersebut, misalnya biaya
legal, penjamin emisi, dan sebagainya.
(2) Premium atau diskonto termasuk dalam perhitungan biaya perolehan
diamortisasi.
(3) Suku bunga efektif ditentukan saat awal penerbitan obligasi.
c) Beban bunga
(1) Pembayaran bunga obligasi yang merupakan bagian dari biaya pin-
jaman diperhitungkan dengan komponen biaya pinjaman lainnya
dengan menggunakan suku bunga efektif sebagai beban bunga yang
sebenarnya.
(2) Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dapat dilihat di Bagian III.
B.3: Biaya Pinjaman.

216 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:216 Sec1:216 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Utang obligasi diakui pada saat:
(a) perseroan telah menerima atau memiliki atau mengendalikan
kas dan setara kas yang diterima dari pembeli;
(b) timbulnya kewajiban perseroan untuk membayar atau menyerah-
kan sumber daya ekonomi lain yang harus diselesaikan dalam
jangka lebih dari satu tahun atau satu siklus normal operasional
perseroan, mana yang lebih panjang.
(2) Utang obligasi dinilai sebesar jumlah rupiah atau nilai tunai sumber
daya ekonomi yang harus diserahkan kepada pihak lain untuk
menyelesaikan kewajiban tersebut (biaya perolehan diamortisasi
dengan suku bunga efektif).
(3) Utang obligasi berkurang pada saat:
(a) utang tersebut jatuh tempo kurang dari satu tahun atau satu
siklus normal operasional (direklasifikasi ke bagian kewajiban
jangka panjang yang akan jatuh tempo); atau
(b) utang tersebut dikonversi menjadi saham.
b) Penyajian
Utang obligasi disajikan dalam kelompok kewajiban jangka panjang sebesar
jumlah yang harus dibayarkan (biaya perolehan diamortisasi dengan suku
bunga efektif).
c) Pengungkapan
Hal-hal yang diungkapkan antara lain:
(1) rincian obligasi berdasarkan jenis dan jumlah;
(2) cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan yang
dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas
di masa mendatang;
(3) kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
(4) eksposur risiko suku bunga, termasuk jangka waktu, tanggal jatuh
tempo dan suku bunga efektif;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 217

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:217 Sec1:217 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(5) jenis mata uang;


(6) agunan;
(7) suku bunga nominal dan efektif;
(8) lain-lain.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Saat pengakuan awal:
(1) Dijual pada nilai par
Db. Kas dan setara kas
Db. Utang obligasi – biaya emisi
Kr. Utang obligasi (nilai par)
(2) Dijual pada premium
Db. Kas dan setara kas
Db. Utang obligasi – biaya emisi
Kr. Utang obligasi (nilai par)
Kr. Utang obligasi – premium
(3) Dijual pada diskonto
Db. Kas dan setara kas
Db. Utang obligasi – diskonto
Db. Utang obligasi – biaya emisi
Kr. Utang obligasi (nilai par)
b) Saat pembayaran bunga:
(1) Dijual pada nilai par
Db. Beban bunga (dihitung dengan suku bunga efektif)
Kr. Amortisasi utang obligasi – biaya emisi
Kr. Kas dan setara kas
(2) Dijual pada premium
Db. Beban bunga (dihitung dengan suku bunga efektif)
Db. Amortisasi utang obligasi – premium
Kr. Amortisasi utang obligasi – biaya emisi
Kr. Kas dan setara kas

218 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:218 Sec1:218 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) Dijual pada diskonto


Db. Beban bunga (dihitung dengan suku bunga efektif)
Kr. Amortisasi utang obligasi – diskonto
Kr. Amortisasi utang obligasi – biaya emisi
Kr. Kas dan setara kas
c) Saat penyisihan dana kepada sinking fund:
Db. Kas dan setara kas – sinking fund (sebagai bagian dari aset tidak lancar
lainnya)
Kr. Kas dan setara kas
d) Saat direklasifikasi menjadi kewajiban jangka pendek:
Db. Utang obligasi
Kr. Bagian utang obligasi yang akan jatuh tempo
e) Saat pelunasan:
Db. Bagian utang obligasi yang akan jatuh tempo
Kr. Kas dan setara kas – sinking fund (sebagai bagian dari aset tidak lancar
lainnya)

g. Kewajiban Imbalan Kerja Jangka Panjang


1) Definisi
Kewajiban imbalan kerja jangka panjang adalah kewajiban atas imbalan
kerja yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah akhir periode
pelaporan saat pekerja memberikan jasa.
2) Dasar Pengaturan
a) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasi perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 219

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:219 Sec1:219 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Kewajiban diestimasi harus diakui apabila ketiga kondisi berikut


dipenuhi:
(1) perusahaan memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun
bersifat konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu;
(2) besar kemungkinan (probable) penyelesaian kewajiban tersebut
mengakibatkan arus keluar sumber daya; dan
(3) estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat
dibuat. (PSAK 57 paragraf 15)
c) Dalam kasus yang jarang terjadi, tidak dapat ditentukan secara jelas apakah
terdapat kewajiban kini. Dalam hal ini, peristiwa masa lalu dianggap
menimbulkan kewajiban kini apabila, setelah mempertimbangkan semua
bukti tersedia, terdapat kemungkinan yang cukup besar bahwa kewajiban
kini telah ada pada tanggal neraca. (PSAK 57 paragraf 16)
d) Jumlah yang diakui sebagai kewajiban diestimasi adalah hasil estimasi
terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini
pada tanggal neraca. (PSAK 57 paragraf 37)
e) Kewajiban diestimasi harus ditelaah setiap tanggal neraca dan disesuaikan
untuk mencerminkan estimasi terbaik yang paling kini. Jika arus keluar
sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban kemungkinan besar tidak
terjadi, kewajiban diestimasi tersebut harus dibatalkan. (PSAK 57 paragraf
61)
f) Kewajiban diestimasi hanya dapat digunakan untuk pengeluaran yang
berhubungan langsung dengan tujuan pembentukan kewajiban diestimasi
tersebut. (PSAK 57 paragraf 63)
g) Apabila pekerja telah memberikan jasa kepada perusahaan selama suatu
periode, maka perusahaan harus mengakui iuran terutang untuk program
iuran pasti sebagai kewajiban (beban terakru), setelah dikurangi dengan
iuran yang telah dibayar. Jika iuran tersebut melebihi iuran terutang untuk
jasa sebelum tanggal neraca, maka perusahaan mengakui kelebihan ter-
sebut sebagai aset (beban dibayar dimuka) sepanjang kelebihan tersebut
akan mengurangi pembayaran iuran di masa datang atau dikembalikan.
(PSAK 24 paragraf 45.a)
h) Dalam program iuran pasti, jika iuran tidak jatuh tempo seluruhnya dalam
jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode saat pekerja memberikan

220 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:220 Sec1:220 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

jasanya, maka iuran tersebut didiskontokan dengan menggunakan tingkat


diskonto yang diatur dalam PSAK ini. (modifikasi PSAK 24 paragraf 46)
i) Perusahaan harus menghitung tidak hanya kewajiban hukum berdasarkan
ketentuan formal program imbalan pasti, tetapi juga kewajiban kons-
truktif yang timbul dari praktik kebiasaan perusahaan Kebiasaan akan
menimbulkan kewajiban konstruktif jika perusahaan tidak memiliki pilihan
realistis lain kecuali membayar imbalan kerja. Contoh kewajiban konstruktif
adalah ketika perubahan dalam kebiasaan perusahaan menyebabkan
memburuknya hubungan kerja antara perusahaan dan para pekerjanya.
(PSAK 24 paragraf 52)
j) Jumlah yang diakui sebagai kewajiban imbalan pasti merupakan jumlah
bersih dari:
(1) nilai kini kewajiban imbalan pasti pada tanggal neraca;
(2) ditambah keuntungan aktuarial (dikurang kerugian akturial) yang
tidak diakui;
(3) dikurang biaya jasa lalu yang belum diakui;
(4) dikurang nilai wajar aset program pada tanggal neraca (jika ada)
yang akan digunakan untuk penyelesaian kewajiban secara langsung.
(modifikasi PSAK 24 paragraf 54)
k) Jumlah yang diakui sebagai kewajiban imbalan kerja jangka panjang
lainnya adalah total nilai bersih jumlah berikut ini:
(1) nilai kini kewajiban imbalan pasti per tanggal neraca;
(2) dikurangi dengan nilai wajar dari aset program per tanggal neraca
(jika ada) selain kewajiban yang harus dilunasi secara langsung.
(modifikasi PSAK 24 paragraf 134)
3) Penjelasan
a) Imbalan kerja jangka panjang mencakup hal-hal seperti:
(1) imbalan pascakerja jangka panjang;
(2) cuti berimbalan jangka panjang;
(3) imbalan cacat permanen;
(4) utang bagi laba dan bonus/imbalan jasa yang dibayar 12 bulan atau
lebih setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan
jasanya; dan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 221

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:221 Sec1:221 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(5) kompensasi ditangguhkan yang dibayar 12 bulan atau lebih sesudah


akhir dari periode pelaporan saat jasa diberikan.
b) Pengukuran imbalan kerja jangka panjang biasanya bergantung pada
tingkat ketidakpastian tertentu.
c) Metode akuntansi imbalan kerja jangka panjang untuk imbalan pascakerja
berbeda dengan imbalan kerja jangka panjang lainnya dalam hal:
(1) keuntungan dan kerugian aktuarial tidak langsung diakui dan ada
koridor yang dipakai;
(2) tidak seluruh biaya jasa lalu langsung diakui.
d) Imbalan pascakerja meliputi:
(1) tunjangan pensiun; dan
(2) imbalan pascakerja lainnya, seperti tunjangan kesehatan pascakerja.
e) Program imbalan pascakerja dapat diklasifikasikan sebagai program iuran
pasti atau program manfaat pasti tergantung dari substansi ekonomis dari
program tersebut.
f) Dalam program iuran pasti:
(1) kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif perseroan terbatas pada
jumlah yang disepakati sebagai iuran pada entitas (dana) terpisah.
Jadi, jumlah imbalan pascakerja yang diterima pekerja tergantung
jumlah iuran yang dibayarkan perseroan (dan mungkin juga oleh
pekerja) kepada program imbalan pascakerja atau perseroan asuransi,
ditambah hasil investasi iuran tersebut; dan
(2) akibatnya, risiko aktuarial (yaitu imbalan yang diterima lebih
kecil daripada yang diperkirakan) dan risiko investasi (yaitu aset
yang diinvestasikan tidak cukup untuk memenuhi imbalan yang
diperkirakan) ditanggung pekerja.
g) Dalam program manfaat pasti:
(1) kewajiban perseroan adalah menyediakan imbalan yang dijanjikan
kepada pekerja maupun mantan pekerja; dan
(2) risiko aktuarial dan risiko investasi menjadi tanggungan perseroan.
h) Contoh dari kewajiban imbalan kerja jangka panjang adalah utang iuran
Dapenbun yang akan jatuh tempo lebih dari satu tahun setelah tanggal
neraca.

222 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:222 Sec1:222 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Kewajiban imbalan kerja jangka panjang diakui pada saat pekerja
telah memberikan jasanya kepada perseroan dalam suatu periode
akuntansi.
(2) Kewajiban imbalan kerja jangka panjang diakui sebesar jumlah
terdiskonto (discounted amount).
(3) Kewajiban imbalan kerja jangka panjang berkurang pada saat dibayar-
kan atau menjadi kewajiban imbalan kerja jangka pendek.
b) Penyajian
Kewajiban imbalan kerja jangka panjang disajikan dalam kelompok
kewajiban jangka panjang sebesar jumlah terdiskonto (discounted
amount).
c) Pengungkapan
Hal-hal yang diungkapkan antara lain:
(1) Rincian kewajiban imbalan kerja jangka panjang berdasarkan
jenisnya.
(2) Jika menggunakan program iuran pasti, perseroan mengungkapkan
jumlah yang diakui sebagai beban untuk program iuran pasti.
(3) Jika menggunakan program imbalan pasti, perseroan harus mengung-
kapkan informasi berikut:
(a) kebijakan akuntansi perseroan dalam mengakui keuntungan dan
kerugian aktuarial;
(b) gambaran umum mengenai program;
(c) rekonsiliasi aset dan kewajiban yang diakui di neraca, setidaknya
menunjukkan:
i. nilai kini kewajiban imbalan pasti per tanggal neraca yang
seluruhnya tidak didanai;
ii. nilai kini (sebelum dikurangi nilai wajar aset program) ke-
wajiban imbalan pasti per tanggal neraca yang seluruhnya
atau sebagian didanai;
iii. nilai wajar setiap aset program per tanggal neraca;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 223

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:223 Sec1:223 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

iv. nilai bersih keuntungan dan kerugian aktuarial yang tidak


diakui di neraca;
v. biaya jasa lalu yang diakui di neraca;
vi. jumlah yang tidak diakui sebagai aset, karena pembatasan;
vii. nilai wajar pada tanggal neraca hak penggantian yang diakui
sebagai aset; dan
viii. jumlah lain yang diakui dalam neraca;
(d) jumlah yang termasuk dalam nilai wajar aset program:
i. tiap kategori instrumen keuangan yang diterbitkan oleh
perseroan;
ii. properti atau aset lain yang digunakan oleh perseroan;
(e) rekonsiliasi yang menunjukkan mutasi nilai bersih kewajiban
(aset) selama suatu periode di neraca;
(f) total beban yang diakui di laporan laba rugi untuk setiap hal
berikut dan jumlah yang dilaporkan dalam laporan laba rugi yang
didalamnya terdapat:
i. biaya jasa kini;
ii. biaya bunga;
iii. hasil yang diharapkan dari aset program;
iv. hasil yang diharapkan dari hak penggantian yang diakui
sebagai aset;
v. keuntungan dan kerugian aktuarial;
vi. biaya jasa lalu;
vii. dampak dari adanya kurtailmen atau penyelesaian.
(g) hasil aktual dari aset program, sama baiknya dengan hasil aktual
atas hak penggantian yang diakui sebagai aset;
(h) asumsi aktuarial utama yang digunakan per tanggal neraca,
termasuk, jika dapat diterapkan:
i. tingkat diskonto;
ii. tingkat hasil yang diharapkan dari setiap aset program untuk
periode-periode penyajian laporan keuangan;

224 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:224 Sec1:224 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

iii. tingkat hasil yang diharapkan dari hak penggantian yang


diakui sebagai aset untuk periode yang di sajikan dalam
laporan keuangan;
iv. tingkat kenaikan gaji yang diharapkan (dan perubahan dari
indeks atau variabel lain yang dirinci dalam ketentuan formal
atau konstruktif sebuah program sebagai dasar dari kenaikan
imbalan di masa mendatang);
v. tingkat tren biaya kesehatan; dan
vi. asumsi aktuarial material lainnya yang dipergunakan;
vii. perseroan harus mengungkapkan setiap asumsi aktuarial
dalam angka absolut (sebagai contoh dalam persentase
absolut) dan tidak hanya sebagai selisih persentase-persen-
tase atau variabel-variabel lainnya.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengakuan kewajiban imbalan kerja jangka panjang:
Db. Beban imbalan kerja
Kr. Kewajiban imbalan kerja jangka panjang
b) Pada saat reklasifikasi kewajiban imbalan kerja jangka panjang ke kewajiban
imbalan kerja jangka pendek :
Db. Kewajiban imbalan kerja jangka panjang
Kr. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek
c) Pada saat penyelesaian kewajiban imbalan kerja:
Db. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek
Kr. Kas dan setara kas

h. Kewajiban Diestimasi Jangka Panjang


1) Definisi
a) Kewajiban diestimasi adalah kewajiban perseroan yang jumlah dan
waktunya belum pasti.
b) Kewajiban diestimasi jangka panjang adalah kewajiban perseroan
yang jumlah dan waktunya belum pasti yang dibentuk untuk estimasi
pengeluaran dalam jangka panjang (diperkirakan akan diselesaikan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 225

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:225 Sec1:225 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

dalam jangka waktu lebih dari satu siklus normal operasi perseroan atau
jatuh tempo dalam jangka waktu lebih dari dua belas bulan dari tanggal
neraca).
(1) Kewajiban hukum adalah kewajiban yang timbul dari suatu kontrak
legislasi atau peraturan perundang-undangan, atau pelaksanaan
produk hukum lainnya.
(2) Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari tindakan
perusahaan yang dalam hal ini:
(a) berdasarkan praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah di-
publikasi atau pernyataan baru yang cukup spesifik, perusahaan
telah memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa perusahaan
akan menerima tanggung jawab tertentu; dan
(b) akibatnya, perusahaan telah menimbulkan ekspektasi kuat dan
sah kepada pihak lain bahwa perusahaan akan melaksanakan
tanggung jawab tersebut.
c) Kewajiban kontinjensi adalah:
(1) kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya
satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya
berada dalam kendali perusahaan; atau
(2) kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi
tidak diakui karena:
(a) tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) perusahaan
mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat eko-
nomis (selanjutnya disebut sebagai “sumber daya”) untuk me-
nyelesaikan kewajibannya; atau
(b) jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
d) Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa
lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya
satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada
dalam kendali perusahaan.

226 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:226 Sec1:226 23/07/2008 13:00:26


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

2) Dasar Pengaturan
a) Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa penge-
luaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban
(obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima)
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan.
Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan
terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap meme-
nuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban meng-
akibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan. (KDPPLK
paragraf 91)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasi perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) PSAK 57: Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi.
3) Penjelasan
a) Kewajiban diestimasi
(1) Kewajiban diestimasi jangka panjang diakui sebagai kewajiban
(dengan asumsi dapat dibuat estimasi andal) karena kewajiban
diestimasi tersebut merupakan kewajiban masa kini dan kemungkinan
besar (probable) mengakibatkan arus ke luar sumber daya untuk
menyelesaikan kewajiban tersebut, dimana penyelesaian kewajiban
tersebut akan dilakukan dalam jangka panjang.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 227

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:227 Sec1:227 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) Penyelesaian kewajiban dalam jangka panjang apabila:


(a) diperkirakan akan diselesaikan lebih dari jangka waktu satu siklus
normal operasi perseroan; atau
(b) jatuh tempo dalam jangka waktu lebih dari dua belas bulan dari
tanggal neraca.
(3) Kewajiban kini, atas dasar bukti-bukti, apabila besar kemungkinan
telah ada pada tanggal neraca, perseroan mengakui kewajiban
diestimasi.
(4) Peristiwa masa lalu yang menimbulkan kewajiban kini disebut
peristiwa mengikat. Dalam suatu peristiwa mengikat, perseroan tidak
mempunyai alternatif realistik selain menyelesaikan kewajiban yang
timbul dari peristiwa tersebut. Ini akan terjadi hanya jika:
(a) penyelesaian kewajiban dipaksakan secara hukum; atau
(b) dalam kasus kewajiban konstruktif, suatu peristiwa (mungkin
berupa tindakan perseroan) menimbulkan harapan kuat dan
sah pada pihak lain bahwa perseroan akan bertanggung jawab
terhadap kewajiban tersebut.
(5) Suatu peristiwa mungkin tidak segera menimbulkan kewajiban
konstruktif. Namun pada kemudian hari peristiwa tersebut dapat
menimbulkan kewajiban konstruktif karena:
(a) perubahan perundang-undangan; atau
(b) tindakan perseroan (misalnya, ketika perseroan mempublikasikan
suatu pengumuman secara jelas).
(6) Arus keluar sumber daya atau terjadinya suatu peristiwa dianggap
sebagai suatu “kemungkinan besar” jika kemungkinan terjadinya
peristiwa tersebut lebih besar daripada kemungkinan tidak terjadinya
peristiwa tersebut.
(7) Apabila tidak terdapat kemungkinan besar bahwa kewajiban masa
kini telah ada, perseroan mengungkapkan kewajiban kontinjensi.
Pengungkapan tersebut tidak perlu dilakukan jika kemungkinan arus
keluar sumber daya kecil.
(8) Apabila terdapat sejumlah kewajiban serupa (misalnya garansi
atau jaminan produk, atau kontrak-kontrak serupa), kemungkinan
arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban tersebut

228 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:228 Sec1:228 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

ditentukan dengan mempertimbangkan keseluruhannya sebagai suatu


golongan kewajiban. Walaupun kemungkinan arus keluar sumber
daya untuk tiap-tiap unsur kewajiban (yang menyusun golongan
kewajiban) tersebut kecil, dapat saja terdapat kemungkinan besar
arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan golongan kewajiban
secara keseluruhan. Apabila hal itu terjadi, kewajiban diestimasi
diakui dengan syarat kriteria pengakuan lainnya terpenuhi.
(9) Penggunaan estimasi merupakan bagian mendasar dalam penyusunan
laporan keuangan dan tidak mengurangi keandalan laporan keuang-
an tersebut. Hal itu tampak jelas pada kewajiban diestimasi, ka-
rena sifatnya mengandung ketidakpastian yang lebih tinggi jika di-
bandingkan dengan sebagian besar pos-pos neraca lainnya. Kecuali
pada beberapa kasus yang sangat jarang, perseroan akan mampu
menetapkan kisaran hasil dari berbagai peristiwa. Oleh karena itu,
dalam mengakui kewajiban diestimasi, perseroan dapat membuat
estimasi kewajiban secara cukup andal.
(10) Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, yaitu jika estimasi yang andal
tidak dapat dibuat, suatu kewajiban tidak dapat diakui. Kewajiban
tersebut diungkapkan sebagai kewajiban kontinjensi.
(11) Kerugian operasi masa depan
(a) Kewajiban diestimasi tidak boleh diakui untuk kerugian masa
depan.
(b) Perkiraan kerugian masa depan merupakan indikasi terjadi penu-
runan nilai untuk aset tertentu.
(12) Kontrak memberatkan
(a) Apabila perseroan terikat kontrak memberatkan, kewajiban kini
menurut kontrak tersebut diukur dan diakui sebagai kewajiban
diestimasi.
(b) Kontrak memberatkan merupakan kontrak yang menimbulkan
biaya yang tidak dapat dihindarkan dalam memenuhi kewajiban
menurut kontrak tersebut, dan melebihi manfaat yang akan
diperoleh.
(c) Sebelumnya, perseroan mengakui kerugian karena penurunan
nilai aset yang diperuntukkan bagi kontrak tersebut.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 229

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:229 Sec1:229 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(13) Restrukturisasi
(a) Kewajiban konstruktif muncul apabila memenuhi seluruh per-
syaratan berikut:
i. perseroan memiliki rencana formal terperinci restrukturisasi
yang sekurang-kurangnya:
(i) usaha atau bagian yang terlibat;
(ii) lokasi utama yang terpengaruh;
(iii) lokasi, fungsi, dan perkiraan jumlah pegawai yang akan
menerima kompensasi akibat pemutusan hubungan
kerja;
(iv) pengeluaran yang akan terjadi;
(v) waktu implementasi.
ii. menimbulkan harapan kuat dan sah pihak-pihak yang ter-
kena dampak restrukturisasi bahwa perseroan akan melak-
sanakan restrukturisasi dengan memulai rencana atau
mengumumkan pokok-pokok rencana.
(b) Tidak ada kewajiban yang timbul dalam penjualan suatu ope-
rasi hingga perseroan membuat perjanjian penjualan yang
mengikat.
(c) Kewajiban diestimasi restrukturisasi hanya mencakup pengeluar-
an langsung dari restrukturisasi, yaitu:
i. benar-benar dikeluarkan dalam restrukturisasi; dan
ii. tidak terkait dengan aktivitas yang masih berlanjut.
b) Aset dan kewajiban kontinjensi
(1) Kewajiban kontinjensi tidak diakui, tetapi diungkapkan kecuali ke-
mungkinan kecil terjadi arus keluar sumber daya.
(2) Pengungkapan tersebut meliputi uraian ringkas mengenai kewajiban
kontinjensi, dan apabila praktis:
(a) estimasi dampak keuangan;
(b) indikasi ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu;
(c) kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga.
(3) Aset kontinjensi tidak boleh diakui, tetapi diungkapkan apabila
terdapat kemungkinan besar arus masuk manfaat ekonomis akan
diperoleh perseroan.

230 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:230 Sec1:230 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Contoh dari peristiwa yang dapat menimbulkan kewajiban diestimasi atau


kewajiban kontinjensi adalah penjaminan yang diberikan oleh perseroan
atas utang petani plasma kepada bank.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Kewajiban diestimasi harus diakui apabila ketiga kondisi berikut ini
dipenuhi:
(a) perseroan memiliki kewajiban kini, baik bersifat hukum maupun
bersifat konstruktif, sebagai akibat peristiwa masa lalu;
(b) besar kemungkinan (probable) penyelesaian kewajiban tersebut
mengakibatkan arus keluar sumber daya; dan
(c) estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat
dibuat.
(2) Kewajiban diestimasi dinilai berdasar hasil estimasi terbaik penge-
luaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada
tanggal neraca.
(3) Kewajiban diestimasi harus ditelaah setiap tanggal neraca dan dise-
suaikan untuk mencerminkan estimasi terbaik yang paling kini. Jika
arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban
kemungkinan tidak terjadi, kewajiban diestimasi tersebut harus
dibatalkan.
b) Penyajian
Kewajiban diestimasi jangka panjang disajikan dalam kelompok kewajiban
jangka panjang sebesar nilai kini estimasi jumlah yang akan dibayarkan.
c) Pengungkapan
Hal-hal yang diungkapkan antara lain:
(1) Untuk setiap jenis kewajiban diestimasi jangka panjang, perseroan
harus mengungkapkan:
(a) nilai tercatat pada awal dan akhir periode;
(b) kewajiban diestimasi tambahan yang dibuat dalam periode
bersangkutan, termasuk peningkatan jumlah pada kewajiban
diestimasi yang ada;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 231

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:231 Sec1:231 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(c) jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan
pada kewajiban diestimasi selama periode bersangkutan;
(d) jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode
bersangkutan; dan
(e) peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini
yang timbul karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap
perubahan tingkat diskonto.
(2) Informasi komparatif, tetapi tidak diharuskan.
(3) Untuk setiap jenis kewajiban diestimasi, perseroan harus meng-
ungkapkan pula:
(a) uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan
saat arus keluar sumber daya terjadi;
(b) indikasi mengenai ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar
tersebut jika diperlukan dalam rangka menyediakan informasi
yang memadai, perseroan harus mengungkapkan asumsi utama
yang mendasari prakiraan peristiwa masa datang; dan
(c) jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menye-
butkan jumlah aset yang telah diakui untuk estimasi penggantian
tersebut.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengakuan kewajiban diestimasi jangka panjang:
Db. Beban yang terkait
Kr. Kewajiban diestimasi jangka panjang
b) Pada reklasifikasi kewajiban diestimasi jangka panjang menjadi kewajiban
diestimasi jangka pendek:
Db. Kewajiban diestimasi jangka panjang
Kr. Kewajiban diestimasi jangka pendek
c) Pada saat pembayaran:
Db. Kewajiban diestimasi jangka pendek
Kr. Kas atau setara kas
Apabila terjadi selisih jumlah penyelesaian dengan jumlah estimasi maka
diakui sebagai penambah atau pengurang beban periode berjalan.

232 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:232 Sec1:232 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

i. Kewajiban Pajak Tangguhan


1) Definisi
a) Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan per-
pajakan, pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak.
b) Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang setelah pelunas-
annya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan
pajak penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain
yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final.
c) Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum
dikurangi beban pajak.
d) Penghasilan kena pajak atau laba fiskal atau rugi pajak adalah laba atau
rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan
dan yang menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan.
e) Beban pajak atau penghasilan pajak adalah jumlah agregat pajak kini dan
pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi
pada satu periode.
f) Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan terutang atas penghasilan
kena pajak pada satu periode.
g) Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang
untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer
kena pajak.
h) Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada
periode mendatang sebagai akibat adanya:
(1) perbedaan temporer yang boleh dikurangkan; dan
(2) sisa kompensasi kerugian.
i) Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau
kewajiban dengan dasar pengenaan pajak. Perbedaan temporer dapat
berupa:
(1) perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang
menimbulkan suatu jumlah kena pajak dalam penghitungan laba
fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan atau
nilai tercatat kewajiban tersebut diselesaikan; atau

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 233

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:233 Sec1:233 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) perbedaan temporer yang boleh dikurangkan adalah perbedaan


temporer yang menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan
dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat
nilai tercatat aset dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban tersebut
diselesaikan.
j) Dasar pengenaan pajak aset atau kewajiban adalah nilai aset atau
kewajiban yang diakui oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam penghitungan
laba fiskal.
k) Surat Ketetapan Pajak adalah surat yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak yang dapat berupa:
(1) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat keputusan yang
menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
(2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat keputus-
an yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetap-
kan.
(3) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah
kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya
terutang.
(4) Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat keputusan yang menentukan
jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
l) Surat Tagihan Pajak adalah surat yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa
bunga dan/atau denda.
2) Dasar Pengaturan
a) Semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai kewajiban pajak
tangguhan, kecuali jika timbul perbedaan temporer kena pajak:
(1) dari goodwill yang amortisasinya tidak dapat dikurangkan untuk
tujuan fiskal; atau

234 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:234 Sec1:234 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) pada saat pengakuan awal aset atau kewajiban dari suatu transaksi
yang:
(a) bukan transaksi penggabungan usaha; dan
(b) pada saat transaksi, tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba
fiskal. (PSAK 46 paragraf 13)
b) Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan
tarif pajak yang akan berlaku pada saat aset dipulihkan atau kewajiban
dilunasi, yaitu dengan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah berlaku
atau yang telah secara substantif berlaku pada tanggal neraca. (PSAK 46
paragraf 30)
c) Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi
pajak untuk pemulihan nilai tercatat aset atau penyelesaian kewajiban
yang diharapkan perusahaan pada tanggal neraca. (PSAK 46 paragraf 33)
d) Aset dan kewajiban pajak tangguhan tidak boleh didiskonto (discounted).
(PSAK 46 paragraf 34)
e) Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aset dan
kewajiban lainnya dalam neraca. Aset pajak tangguhan dan kewajiban
pajak tangguhan harus dibedakan dari aset pajak kini dan kewajiban pajak
kini. (PSAK 46 paragraf 45)
f) Apabila dalam laporan keuangan suatu perusahaan, aset dan kewajiban
lancar disajikan terpisah dari aset dan kewajiban tidak lancar maka aset
(kewajiban) pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aset (kewajiban)
lancar. (PSAK 46 paragraf 46)
3) Penjelasan
a) Pengakuan kewajiban pada laporan keuangan perseroan akan dapat
melunasi nilai tercatat kewajiban tersebut. Apabila besar kemungkinan
bahwa pelunasan kewajiban tersebut akan mengakibatkan pembayaran
pajak pada periode mendatang yang lebih besar, maka dalam ketentuan
PSAK, mengharuskan perseroan untuk mengakui kewajiban pajak
tangguhan.
b) Perseroan memperlakukan konsekuensi pajak dari suatu transaksi dan
kejadian lain sama dengan cara perseroan memperlakukan transaksi
dan kejadian tersebut. Oleh karena itu, untuk transaksi dan kejadian lain
yang diakui pada laporan laba rugi, konsekuensi atau pengaruh pajak dari

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 235

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:235 Sec1:235 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

transaksi dan kejadian tersebut harus diakui pula pada laporan laba rugi.
Sedangkan untuk transaksi dan kejadian lain yang langsung dibebankan
atau dikreditkan ke ekuitas, konsekuensi atau pengaruh pajak dari transaksi
dan kejadian tersebut harus langsung dibebankan atau dikreditkan ke
ekuitas. Demikian pula, pengakuan kewajiban pajak tangguhan pada suatu
penggabungan usaha mempengaruhi saldo goodwill atau goodwill negatif
yang timbul dari penggabungan usaha tersebut.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan Pengukuran
(1) Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer
kena pajak (nilai basis akuntansi lebih besar nilai basis pajak) yang
akan mengakibatkan penambahan penghasilan kena pajak di masa
mendatang diakui sebagai kewajiban pajak tangguhan.
(2) Transaksi yang tidak diakui sebagai bagian dari kewajiban pajak
tangguhan yaitu:
(a) goodwill yang amortisasinya tidak dapat dikurangkan untuk
tujuan fiskal;
(b) pengakuan awal aset atau kewajiban dari suatu transaksi yang:
i. bukan merupakan transaksi penggabungan usaha; dan
ii. pada saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi dan
penghasilan kena pajak.
b) Penyajian
(1) Kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari kewajiban lainnya dalam
neraca.
(2) Kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari utang pajak.
(3) Kewajiban pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai kewajiban
jangka pendek.
c) Pengungkapan
(1) unsur-unsur utama beban (penghasilan) pajak;
(2) jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari transaksi-
transaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas;
(3) beban (penghasilan) pajak yang berasal dari pos-pos luar biasa yang
diakui pada periode berjalan;

236 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:236 Sec1:236 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(4) penjelasan mengenai hubungan antara beban (penghasilan) pajak


dan laba akuntansi dalam salah satu atau kedua bentuk berikut ini:
(a) rekonsiliasi antara beban (penghasilan) pajak hasil perkalian laba
akuntansi dan tarif pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan
dasar penghitungan tarif pajak yang berlaku; atau
(b) rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata dan tarif pajak yang
berlaku, dengan mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak
yang berlaku.
(5) penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perban-
dingan dengan tarif pajak yang berlaku pada periode akuntansi
sebelumnya;
(6) jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan temporer
yang boleh dikurangkan dan sisa rugi yang dapat dikompensasi ke pe-
riode berikut, yang tidak diakui sebagai aset pajak tangguhan pada
neraca;
(7) untuk setiap kelompok perbedaan temporer dan untuk setiap
kelompok rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut:
(a) jumlah aset dan kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada
neraca untuk setiap periode penyajian; dan
(b) jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang diakui pada
laporan laba rugi apabila jumlah tersebut tidak terlihat dari
perubahan jumlah aset atau kewajiban pajak tangguhan yang
diakui pada neraca.
(8) untuk operasi yang tidak dilanjutkan, beban pajak yang berasal dari:
(a) keuntungan atau kerugian atas penghentian operasi; dan
(b) laba atau rugi dari aktivitas normal operasi yang tidak dilanjutkan
untuk periode pelaporan, bersama dengan jumlah periode
akuntansi sebelumnya yang disajikan pada laporan keuangan.
(9) jumlah aset pajak tangguhan dan sifat bukti yang mendukung peng-
akuannya, jika:
(a) penggunaan aset pajak tangguhan tergantung pada apakah laba
fiskal yang dapat dihasilkan pada periode mendatang melebihi
laba dari realisasi perbedaan temporer kena pajak yang telah
ada; dan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 237

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:237 Sec1:237 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(b) perusahaan telah menderita kerugian pada periode berjalan atau


periode sebelumnya.
5) Ilustrasi Jurnal
Pada saat timbulnya kewajiban pajak tangguhan (kenaikan pajak penghasilan
terutang pada periode mendatang akibat adanya perbedaan temporer):
Db. Beban pajak – pajak kini
Db. Beban pajak – pajak tangguhan
Kr. Utang pajak penghasilan
Kr. Kewajiban pajak tangguhan

j. Kewajiban Jangka Panjang Lainnya


1) Definisi
Kewajiban jangka panjang lainnya merupakan pos yang dimaksudkan untuk
menampung kewajiban-kewajiban jangka panjang perseroan yang tidak dapat
digolongkan ke dalam salah satu pos kewajiban jangka panjang yang ada dan
tidak cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri.
2) Dasar Pengaturan
a) Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedang-
kan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat
atau fungsi yang sejenis. (PSAK 1 paragraf 23)
b) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
(1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasional perusahaan; atau
(2) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. (PSAK 1 paragraf 44)
c) Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai
unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar...
(PSAK 1 paragraf 49)

238 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:238 Sec1:238 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

3) Penjelasan
a) Termasuk dalam pos kewajiban jangka panjang lainnya adalah kewajiban-
kewajiban selain utang kepada pemerintah, utang antar badan hukum
(utang hubungan istimewa) jangka panjang, utang bank jangka panjang,
utang obligasi, utang MTN, utang sewa, kewajiban imbalan kerja jangka
panjang, kewajiban diestimasi jangka panjang, dan kewajiban pajak
tangguhan.
b) Pos dalam kewajiban jangka panjang lainnya dengan jumlah yang cukup
material dapat disajikan dalam pos tersendiri.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Kewajiban jangka panjang lainnya diakui pada saat terjadinya kewa-
jiban sebesar nilai tunai sumber daya ekonomi yang harus diserahkan
kepada pihak lain untuk menyelesaikan kewajiban tersebut.
(2) Kewajiban jangka panjang lainnya berkurang pada saat dilakukan
pembayaran atau pelunasan.
b) Penyajian
(1) Kewajiban jangka panjang lainnya disajikan dalam kelompok kewajiban
jangka panjang.
(2) Jumlah yang disajikan sebesar nilai tunai jumlah yang harus
diselesaikan.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Saat pengakuan awal:
Db. Beban/pos yang terkait
Kr. Kewajiban jangka panjang lainnya
b) Saat direklasifikasi menjadi kewajiban jangka pendek:
Db. Kewajiban jangka panjang lainnya
Kr. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo
c) Saat diselesaikannya:
Db. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo
Kr. Kas dan setara kas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 239

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:239 Sec1:239 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

C. Akuntansi Ekuitas

1. Pengertian Dan Karakteristik


a. Ekuitas adalah hak residual pemilik atas aset entitas setelah dikurangi semua
kewajiban.
b. Bentuk kepemilikan dapat ditunjukkan dengan bukti kepemilikan berupa saham
atau bukti kepemilikan lainnya.
c. Meskipun ekuitas didefinisikan sebagai residual, unsur ekuitas dapat disubklasifi-
kasikan dalam neraca menjadi pos-pos ekuitas. Misalnya, dalam perseroan terbatas,
setoran pemegang saham, saldo laba, penyisihan saldo laba, dan penyisihan
pemeliharaan modal yang disajikan dalam pos-pos terpisah. Klasifikasi semacam itu
dapat menjadi relevan untuk pengambilan keputusan pemakai laporan keuangan
apabila pos tersebut mengindikasikan pembatasan hukum atau pembatasan
lainnya terhadap kemampuan perseroan untuk membagikan atau menggunakan
ekuitas.
d. Pembentukan cadangan kadang-kadang diharuskan oleh suatu peraturan per-
undang-undangan yang berlaku untuk memberikan perlindungan tambahan
kepada perseroan terhadap kerugian yang terjadi. Pemindahan ke cadangan
tersebut lebih merupakan penyisihan saldo laba daripada beban. Eksistensi dan
besarnya cadangan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku ini
merupakan informasi yang relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan bagi
para pemakai laporan keuangan.
e. Jumlah ekuitas yang disajikan dalam neraca tergantung pada pengukuran aset dan
kewajiban.

2. Komponen Ekuitas
a. Modal Disetor
1) Definisi
a) Modal dasar adalah seluruh nilai nominal saham sesuai dengan Anggaran
Dasar.
b) Modal disetor adalah modal yang telah efektif diterima perseroan dari
pihak ketiga sebesar nilai nominal saham.

240 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:240 Sec1:240 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

2) Dasar Pengaturan
a) Undang-Undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas.
b) PSAK 21: Akuntansi Ekuitas.
3) Penjelasan
a) Modal disetor merupakan bagian dari modal ditempatkan yang telah
disetor penuh oleh pemegang saham.
b) Penambahan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan:
(1) Jumlah uang yang diterima;
(2) Nilai wajar aset nonkas yang diterima.
c) Pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan:
(1) Jumlah uang yang dibayarkan.
(2) Nilai wajar aset nonkas yang diserahkan.
d) Metode yang digunakan dalam pengurangan modal disetor adalah metode
saham yang diperoleh kembali (treasury stock).
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan
(1) Modal disetor diakui pada saat penerimaan setoran modal dari pihak
ketiga baik berupa dana kas maupun aset nonkas.
(2) Penambahan modal disetor diakui pada saat:
(a) Dilakukan penambahan setoran kas oleh pemilik sebesar kas
yang diterima;
(b) Dilakukan penambahan setoran aset nonkas sebesar nilai wajar
aset nonkas yang diterima.
b) Pengukuran
(1) Setoran modal berupa kas dinilai sebesar kas yang diterima.
(2) Setoran modal berupa aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar aset
nonkas yang diterima.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 241

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:241 Sec1:241 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) Modal disetor akan berkurang karena:


(a) kerugian yang diderita;
(b) penebusan oleh perseroan terhadap kepemilikan pemilik; atau
(c) penarikan kembali penyertaan oleh pemilik.
(4) Pengurangan modal disetor dinilai sebesar:
(a) kerugian yang disetujui sebagai pengurang modal disetor oleh
RUPS;
(b) jumlah uang yang dibayarkan untuk penebusan atau penarikan
kembali oleh pemilik;
(c) nilai wajar aset nonkas yang diserahkan untuk penebusan atau
penarikan kembali oleh pemilik.
c) Penyajian
(1) Modal disetor disajikan dalam kelompok pos ekuitas sebesar jumlah
nilai nominal saham yang telah disetor penuh.
(2) Saham yang diperoleh kembali (treasury stock) disajikan dalam neraca
sebagai pos lawan dari modal disetor sebesar jumlah nilai nominal
saham yang ditarik kembali atau ditebus oleh perseroan.
d) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
(1) modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor, nilai
nominal dan banyaknya saham;
(2) hak dan keistimewaan pemilik sebagai pemegang saham;
(3) perubahan atas modal yang ditanam dalam tahun berjalan;
(4) saham beredar yang diperoleh kembali.
e) Ilustrasi Jurnal
(1) Pada saat penyetoran modal oleh pihak ketiga dalam bentuk kas/bank
sebesar nilai nominal:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Modal disetor
(2) Penyetoran modal dalam bentuk aset nonkas:
Db. Aset yang diterima (nilai wajar)
Kr. Modal disetor

242 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:242 Sec1:242 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) Pengurangan modal disetor akibat adanya kerugian:


Db. Modal disetor
Kr. Saldo laba
(4) Penarikan kembali/penebusan modal dalam bentuk tunai:
Db. Saham yang diperoleh kembali (treasury stock)
Kr. Kas dan setara kas
(5) Penarikan kembali/penebusan modal dalam bentuk aset nonkas:
Db. Saham yang diperoleh kembali (treasury stock)
Kr. Aset yang diserahkan (nilai wajar)
Dapat terjadi keuntungan atau kerugian.

b. Tambahan Modal Disetor


1) Definisi
Tambahan modal disetor adalah selisih lebih dari nilai nominal saham yang
telah diterima perseroan dari pihak ketiga.
2) Dasar Pengaturan
a) Undang-Undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas.
b) PSAK 21: Akuntansi Ekuitas.
3) Penjelasan
a) Tambahan modal disetor merupakan bagian dari modal ditempatkan yang
telah disetor penuh oleh pemegang saham.
b) Pos tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsur penambah
modal, seperti; agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali
saham dengan harga yang lebih rendah dari pada jumlah yang diterima
pada saat pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang
diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat
perolehannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan
lain sebagainya.
c) Pos tambahan modal disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos
laba/rugi usaha maupun laba/rugi luar biasa.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 243

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:243 Sec1:243 23/07/2008 13:00:27


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan
(1) Tambahan modal disetor diakui pada saat penerimaan setoran modal
dari pihak ketiga baik berupa dana kas maupun aset nonkas.
(2) Penambahan pos tambahan modal disetor diakui pada saat:
(a) dilakukan penambahan setoran kas oleh pemilik sebesar kas
yang diterima;
(b) dilakukan penambahan setoran aset nonkas sebesar nilai wajar
aset nonkas yang diterima.
b) Pengukuran
(1) Setoran modal berupa kas dinilai sebesar kas yang diterima.
(2) Setoran modal berupa aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar aset
nonkas yang diterima.
(3) Tambahan modal disetor akan berkurang karena:
(a) kerugian yang diderita;
(b) penebusan oleh entitas terhadap kepemilikan pemilik; atau
(c) penarikan kembali penyertaan oleh pemilik.
(d) Pengurangan tambahan modal disetor dinilai sebesar:
i. Kerugian yang disetujui sebagai pengurang modal disetor
oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
ii. Jumlah uang yang dibayarkan untuk penebusan atau penarik-
an kembali oleh pemilik.
iii. Nilai wajar aset nonkas yang diserahkan untuk penebusan
atau penarikan kembali oleh pemilik.
c) Penyajian
Tambahan modal disetor disajikan dalam kelompok pos ekuitas.
d) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
(1) agio saham;
(2) tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang
lebih rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran;

244 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:244 Sec1:244 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(3) tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan
harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya;
(4) tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor; dan
(5) lain sebagainya.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat penyetoran tambahan modal oleh pihak ketiga dalam bentuk
kas sebesar nilai nominal:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Tambahan modal disetor
b) Penyetoran tambahan modal dalam bentuk aset nonkas:
Db. Aset yang diterima (nilai wajar)
Kr. Tambahan modal disetor
c) Pengurangan modal disetor akibat adanya kerugian:
Db. Tambahan modal disetor
Kr. Saldo laba

c. Modal Sumbangan
1) Definisi
Modal sumbangan adalah modal yang didapatkan oleh perseroan dari
sumbangan atau donasi pihak ketiga.
2) Dasar Pengaturan
a) Undang-Undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas.
b) PSAK 21: Akuntansi Ekuitas.
3) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan
Modal sumbangan diakui pada saat diterimanya sumbangan berupa kas
atau aset nonkas dari pihak ketiga.
b) Pengukuran
(1) Modal sumbangan berupa kas dinilai sebesar kas yang diterima.
(2) Sumbangan berupa aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar aset nonkas
yang diterima.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 245

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:245 Sec1:245 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Penyajian
Modal sumbangan disajikan dalam kelompok pos ekuitas sebagai bagian
dari tambahan modal disetor.
d) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
(1) Rincian modal sumbangan;
(2) Nama-nama penyumbang.
4) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat sumbangan modal oleh pihak ketiga dalam bentuk kas sebesar
nilai nominal:
Db. Kas
Kr. Modal sumbangan
b) Sumbangan modal dalam bentuk aset nonkas:
Db. Aset yang diterima (nilai wajar)
Kr. Modal sumbangan

d. Selisih Penilaian Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual


1) Definisi
Selisih penilaian efek adalah selisih nilai wajar efek dalam kategori “tersedia
untuk dijual” antara tanggal neraca periode sekarang dengan saat dibeli.
2) Dasar Pengaturan
a) Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar aset
keuangan atau kewajiban keuangan yang bukan merupakan bagian dari
hubungan lindung nilai (lihat paragraf 91—105), diakui sebagai berikut:
(1) Keuntungan atau kerugian atas aset keuangan atau kewajiban
keuangan yang diklasifikasikan sebagai instrumen yang diukur pada
nilai wajar melalui laporan laba rugi diakui pada laporan laba rugi.
(2) Keuntungan atau kerugian atas aset keuangan yang diklasifikasikan
dalam kelompok tersedia untuk dijual diakui secara langsung
dalam ekuitas, yaitu melalui laporan perubahan ekuitas (lihat PSAK
1: Penyajian Laporan Keuangan), kecuali untuk kerugian akibat
penurunan nilai (lihat paragraf 68-71), dan keuntungan atau kerugian

246 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:246 Sec1:246 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

akibat perubahan nilai tukar (lihat Pedoman Aplikasi paragraf PA99),


sampai aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya, dan pada
saat keuntungan atau kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui
dalam ekuitas harus diakui pada laporan laba rugi. Namun, bunga yang
dihitung menggunakan metode suku bunga efektif (lihat paragraf 8)
diakui pada laporan laba rugi (lihat PSAK 23: Pendapatan). Dividen
atas instrumen ekuitas yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia
untuk dijual diakui pada laporan laba rugi ketika hak entitas untuk
memperoleh pembayaran atas dividen tersebut sudah ditetapkan
(lihat PSAK 23: Pendapatan). (PSAK 55 paragraf 56)
(3) Ketika penurunan nilai wajar atas aset keuangan yang diklasifikasikan
dalam kelompok tersedia untuk dijual telah diakui secara langsung
dalam ekuitas dan terdapat bukti obyektif bahwa aset tersebut meng-
alami penurunan nilai (lihat paragraf 60), maka kerugian kumulatif
yang sebelumnya diakui secara langsung dalam ekuitas harus
dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi meskipun
aset keuangan tersebut belum dihentikan pengakuannya. (PSAK 55
paragraf 68)
(4) Jumlah kerugian kumulatif yang dikeluarkan dari ekuitas dan diakui
pada laporan laba rugi sesuai paragraf 68 merupakan selisih antara
biaya perolehan (setelah dikurangi pelunasan pokok dan amortisasi)
dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai aset
keuangan yang sebelumnya telah diakui pada laporan laba rugi. (PSAK
55 paragraf 69)
(5) Kerugian penurunan nilai yang diakui pada laporan laba rugi atas
investasi instrumen ekuitas yang diklasifikasikan sebagai instrumen
ekuitas yang tersedia untuk dijual tidak boleh dipulihkan melalui
laporan laba rugi. (PSAK 55 paragraf 69)
(6) Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen utang yang
diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual meningkat dan
peningkatan tersebut dapat secara obyektif dihubungkan dengan
peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai
pada laporan laba rugi, maka kerugian penurunan nilai tersebut harus
dipulihkan melalui laporan laba rugi. (PSAK 55 paragraf 70)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 247

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:247 Sec1:247 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

3) Penjelasan
a) Selisih penilaian aset keuangan “tersedia untuk dijual” berasal dari selisih
antara nilai wajar dan nilai tercatat aset keuangan pada tanggal pelaporan
(penjelasan lebih rinci dapat dilihat di Bagian III.A.3.b: Investasi Janka
Pendek dan Bagian III.A.4.c: Investasi Jangka Panjang).
b) Aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok “tersedia untuk
dijual” adalah:
(1) aset keuangan nonderivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk
dijual; atau
(2) tidak diklasifikasikan sebagai:
(a) pinjaman yang diberikan atau piutang;
(b) investasi yang diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki hingga
jatuh tempo; atau
(c) aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi.
5) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan
Selisih penilaian aset keuangan diakui pada tanggal neraca.
b) Pengukuran
(1) Selisih penilaian aset keuangan sebesar selisih nilai wajar dengan nilai
tercatatnya.
(2) Apabila aset keuangan dipindahkan dari kelompok “dimiliki hingga
jatuh tempo” maka selisih penilaian aset keuangan tersebut tetap
menjadi bagian dari ekuitas.
(3) Selisih penilaian aset keuangan tersebut dihentikan-pengakuannya
ketika dijual dan diakui sebagai keuntungan atau kerugian penjualan
aset keuangan.
c) Penyajian
Selisih penilaian aset keuangan disajikan sebagai pos terpisah dalam
ekuitas.

248 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:248 Sec1:248 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

d) Pengungkapan
Hal-hal yang diungkapkan antara lain:
(1) keuntungan atau kerugian yang direalisasikan;
(2) pengungkapan lain dalam bagian investasi jangka pendek.
6) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat dilakukan penilaian pada tanggal neraca:
(1) Jika nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat:
Db. Investasi jangka pendek/panjang (tersedia untuk dijual)
Kr. Selisih penilaian aset keuangan
(2) Jika nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat:
Db. Selisih penilaian aset keuangan
Kr. Investasi jangka pendek/panjang (tersedia untuk dijual)
b) Pada saat aset keuangan “dimiliki hingga jatuh tempo” dipindahkan ke
“tersedia untuk dijual:
(1) Jika nilai wajar lebih tinggi dari nilai tercatat:
Db. Investasi jangka pendek/panjang (tersedia untuk dijual)
Kr. Investasi jangka pendek/panjang (dimiliki hingga jatuh tempo)
Kr. Selisih penilaian aset keuangan
(2) Jika nilai wajar lebih rendah dari nilai tercatat:
Db. Investasi jangka pendek/panjang (tersedia untuk dijual)
Db. Selisih penilaian aset keuangan
Kr. Investasi jangka pendek/panjang (dimiliki hingga jatuh tempo)
c) Pada saat penghentian-pengakuan
Db. Kas dan setara kas
Db. Selisih penilaian aset keuangan
Kr. Investasi jangka pendek/panjang (tersedia untuk dijual)
d) Dapat terjadi keuntungan atau kerugian.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 249

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:249 Sec1:249 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

e. Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali


1) Definisi
Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali adalah selisih antara
harga pengalihan dan jumlah tercatat setiap transaksi restrukturisasi entitas
sepengendali.
2) Dasar Pengaturan
a) Apabila selisih penilaian aset dan kewajiban digunakan untuk mengeli-
minasi saldo laba negatif maka jumlah yang digunakan untuk menutup
defisit tersebut hanya sampai saldo laba menjadi nol. Selanjutnya
jika masih terdapat saldo selisih penilaian aset dan kewajiban setelah
digunakan untuk mengeliminasi saldo laba negatif, maka saldo tersebut
tetap disajikan sebagai selisih penilaian aset dan kewajiban di kelompok
pos ekuitas. (PSAK 51 paragraf 19)
b) Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku setiap transaksi re-
strukturisasi antara entitas sepengendali dibukukan dalam pos Selisih
Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali. Saldo akun tersebut
selanjutnya disajikan sebagai unsur Ekuitas. (PSAK 38 paragraf 15)
3) Penjelasan
a) Transaksi Restrukturisasi entitas sepengendali (restructuring transactions
among under common control companies) adalah transaksi pengalihan
aset, kewajiban, saham atau bentuk instrumen kepemilikan lainnya antara
pihak-pihak (perorangan, perseroan atau bentuk entitas lainnya) yang,
secara langsung atau tidak langsung (melalui satu atau lebih perantara),
mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian
yang sama.
b) Pengalihan aset, kewajiban atau instrumen kepemilikan lainnya termasuk
dalam katagori restrukturisasi apabila pengalihan tersebut secara material
mengubah lingkup kegiatan suatu usaha perseroan atau cara pengelolaan
usaha dari sekurang-kurangnya salah satu entitas yang bertransaksi.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali diakui pada saat
terjadinya pengalihan aset, kewajiban atau instrumen kepemilikan kepada
atau dari entitas sepengendali.

250 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:250 Sec1:250 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

b) Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali diakui sebesar


selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku setiap transaksi
restrukturisasi antara entitas sepengendali.
c) Saldo pos Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali
(STRES) dapat berubah pada saat:
(1) adanya transaksi resiprokal antara entitas sepengendali yang sama;
(2) adanya peristiwa kuasi reorganisasi;
(3) hilangnya status substansi sepengendalian antara entitas yang pernah
bertransaksi; atau
(4) pelepasan aset, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lain-
nya yang mendasari terjadinya selisih transaksi restrukturisasi entitas
sepengendali ke pihak lain yang tidak sepengendali.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat pengalihan aset, kewajiban atau instrumen kepemilikan kepada
entitas sepengendali (jika entitas merupakan pihak yang mengalihkan):
(1) Jika hasil pengalihan lebih besar dari jumlah tercatat:
Db. Kas
Db. Kewajiban yang terkait
Kr. Aset yang terkait
Kr. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
(2) Jika hasil pengalihan lebih kecil dari jumlah tercatat:
Db. Kas
Db. Kewajiban yang terkait
Db. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
Kr. Aset yang terkait
b) Pada saat pengalihan aset, kewajiban atau intrumen kepemilikan kepada
entitas sepengendali (jika entitas merupakan pihak yang menerima
pengalihan):
(1) Jika nilai pengalihan yang diterima lebih besar dari jumlah kas yang
dikeluarkan:
Db. Aset yang terkait
Kr. Kas
Kr. Kewajiban yang terkait
Kr. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 251

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:251 Sec1:251 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(2) Jika nilai pengalihan yang diterima lebih kecil dari jumlah kas yang
dikeluarkan:
Db. Aset yang terkait
Db. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
Kr. Kas
Kr. Kewajiban yang terkait
c) Pada saat terjadinya transaksi resiprokal antara entitas sepengendali yang
sama:
(1) Jika sebelumnya saldo STRES positif, kemudian hasil pengalihan dari
transaksi resrukturisasi berikutnya lebih kecil dari jumlah tercatat:
Db. Kas
Db. Kewajiban yang terkait
Db. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
Kr. Aset yang terkait
(STRES baru mengurangi nilai saldo positif stres sebelumnya)
(2) Jika sebelumnya saldo STRES negatif, kemudian hasil pengalihan dari
transaksi resrukturisasi berikutnya lebih besar dari jumlah tercatat:
Db. Kewajiban yang terkait
Db. Kas
Kr. Aset yang terkait
Kr. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
(STRES baru mengurangi nilai saldo negatif STRES sebelumnya)
d) Pada saat terjadinya peristiwa kuasi-reorganisasi yang menyebabkan
tereliminasinya saldo STRES:
(1) Jika sebelumnya saldo STRES positif:
Db. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
Kr. Saldo laba (negatif) - defisit
(2) Jika sebelumnya saldo STRES negatif:
Db. Saldo laba (negatif) - defisit
Kr. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali

252 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:252 Sec1:252 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

e) Pada saat hilangnya status sepengendalian atau pelepasan aset, kewajiban


dan instrumen kepemilikan kepada pihak yang tidak sepengendali:
(1) Jika sebelumnya saldo STRES positif:
Db. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
Kr. Penghasilan
(2) Jika sebelumnya saldo STRES negatif:
Db. Kerugian
Kr. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali.

f. Selisih Penilaian Aset dan Kewajiban – Kuasi Reorganisasi


1) Definisi
Selisih penilaian aset dan kewajiban adalah selisih antara nilai wajar dan jumlah
tercatat seluruh aset dan kewajiban yang dimiliki oleh perseroan sebagai akibat
diadakannya kuasi reorganisasi perusahaan.
2) Dasar Pengaturan
Apabila selisih penilaian aset dan kewajiban digunakan untuk mengeliminasi
saldo laba negatif maka jumlah yang digunakan untuk menutup defisit tersebut
hanya sampai saldo laba menjadi nol. Selanjutnya jika masih terdapat saldo
selisih penilaian aset dan kewajiban setelah digunakan untuk mengeliminasi
saldo laba negatif, maka saldo tersebut tetap disajikan sebagai selisih penilaian
aset dan kewajiban di kelompok akun ekuitas. (PSAK 51 paragraf 19)
3) Penjelasan
a) Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi
nyata (true reorganisation atau corporate restructuring) yang dilakukan
dengan menilai kembali pos-pos aset dan kewajiban pada nilai wajar dan
mengeliminasi saldo laba negatif atau defisit.
b) Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perseroan untuk melakukan
kuasi-reorganisasi adalah:
(1) perseroan mengalami defisit dalam jumlah yang material;
(2) perseroan harus memiliki status kelancaran usaha dan memiliki
prospek yang baik pada saat kuasi-reorganisasi dilakukan;
(3) saldo laba setelah proses kuasi-reorganisasi harus nol; dan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 253

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:253 Sec1:253 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(4) tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang


berlaku.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Selisih penilaian aset dan kewajiban diakui pada saat dilakukannya kuasi-
reorganisasi.
b) Selisih penilaian aset dan kewajiban diakui sebesar selisih antara nilai
wajar aset dan kewajiban dan nilai bukunya.
c) Selisih penilaian aset dan kewajiban berkurang untuk mengeliminasi saldo
laba negatif yang ada.
d) Jumlah selisih penilaian aset dan kewajiban yang tidak digunakan untuk
mengeliminasi saldo laba negatif disajikan sebagai bagian pos ekuitas
dalam neraca.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pada saat penilaian kembali aset dan kewajiban:
Db. Aset yang terkait
Db. Kewajiban yang terkait
Kr. Selisih penilaian kembali aset dan kewajiban – kuasi reorganisasi
b) Pada saat digunakan untuk mengeliminasi saldo laba negatif:
Db. Selisih penilaian kembali aset dan kewajiban – kuasi reorganisasi
Kr. Saldo laba (negatif)

g. Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi


1) Definisi
a) Investor adalah perusahaan yang memiliki investasi dalam saham pada
anak perusahaan dan atau perusahaan asosiasi.
b) Anak perusahaan adalah perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan
lain (yang disebut induk perusahaan).
c) Induk perusahaan adalah perusahaan yang memiliki satu atau lebih anak
perusahaan.
d) Pengendalian adalah kemampuan untuk mengatur kebijakan keuangan
dan operasional suatu perusahaan untuk memperoleh manfaat dari
kegiatan perusahaan tersebut.

254 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:254 Sec1:254 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

e) Perusahaan asosiasi adalah perusahaan investee yang perusahaan inves-


tornya mempunyai pengaruh signifikan dan perusahaan investee ini
bukan merupakan anak perusahaan dan bukan merupakan joint venture
dari perusahaan investornya.
f) Pengaruh signifikan adalah wewenang untuk berpartisipasi dalam kepu-
tusan yang menyangkut kebijakan keuangan serta operasi perusahaan
investee tetapi bukan merupakan pengendalian terhadap kebijakan
tersebut.
2) Dasar Pengaturan
a) Apabila nilai ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang menjadi
bagian perusahaan investor sesudah transaksi perubahan ekuitas anak
perusahaan/perusahaan asosiasi berbeda dengan nilai ekuitas anak
perusahaan/perusahaan asosiasi yang menjadi bagian perusahaan investor
sebelum transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan
asosiasi, maka perbedaan tersebut, oleh investor diakui sebagai bagian
dari ekuitas dengan akun “Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak
Perusahaan/Perusahaan Asosiasi”. (PSAK 40 paragraf 6)
b) Pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan, jumlah selisih transaksi
perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang terkait
diakui sebagai pendapatan atau beban dalam periode yang sama pada
waktu keuntungan atau kerugian pelepasan diakui. (PSAK 40 paragraf 7)
3) Penjelasan
a) Transaksi yang mengubah ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi
antara lain:
(1) Transaksi yang mengubah persentase kepemilikan investor pada anak
perusahaan/perusahaan asosiasi:
(a) Transaksi antara anak perusahaan/perusahaan asosiasi dengan
investor:
i. Anak perusahaan/perusahaan asosiasi menjual saham tam-
bahan kepada investor,
ii. Anak perusahaan/perusahaan asosiasi memperoleh kembali
saham beredar yang dimiliki oleh investor.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 255

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:255 Sec1:255 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

(b) Transaksi antara anak perusahaan/perusahaan asosiasi dengan


pihak ketiga (selain investor):
i. Anak perusahaan/perusahaan asosiasi menjual saham tam-
bahan kepada pihak ketiga,
ii. Anak perusahaan/perusahaan asosiasi memperoleh kembali
saham beredar yang dimiliki oleh pihak ketiga.
(2) Transaksi yang tidak mengubah persentase kepemilikan investor pada
anak perusahaan/perusahaan asosiasi, misalnya anak perusahaan/
perusahaan asosiasi melakukan revaluasi aset tetap sehingga muncul
pos “Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap”.
b) Bagian ini hanya mencakup perlakuan akuntansi untuk perubahan nilai
investasi perseroan (investor) pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi
akibat adanya perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi
yang bukan berasal dari transaksi antara perseroan (investor) dan anak
perusahaan/perusahaan asosiasi. Atau akibat transaksi anak perusahaan/
perusahaan asosiasi dengan pihak ketiga.
c) Pada hakekatnya, anak perusahaan/perusahaan asosiasi merupakan bagian
perusahaan investor, karena itu perubahan ekuitas anak perusahaan/
perusahaan asosiasi yang tidak berasal dari transaksi antara perusahaan
investor dan anak perusahaan/perusahaan asosiasi juga diperlakukan
sebagai perubahan ekuitas di perusahaan investor.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan
asosiasi diakui pada saat anak perusahaan/perusahaan asosiasi
melakukan transaksi ekuitas dengan pihak ketiga.
(2) Jumlah yang diakui sebesar bagian perseroan atas perubahan nilai
ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi.
b) Penyajian
Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/ perusahaan asosiasi
disajikan sebagai bagian ekuitas dan terpisah dari pos ekuitas lainnya.
c) Pengungkapan
Hal-hal yang diungkapkan antara lain unsur-unsur utama pos “selisih
transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/ perusahaan asosiasi.”

256 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:256 Sec1:256 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

5) Ilustrasi Jurnal
a) Penambahan investasi, misalnya berkurangnya saham beredar:
(1) Pengakuan awal
Db. Investasi pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi
Kr. Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan
asosiasi (bagian ekuitas)
(2) Penghentian-pengakuan, sebagian atau seluruh
Db. Kas dan setara kas
Db. Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan
asosiasi (bagian ekuitas)
Kr. Investasi pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi
Dapat terjadi keuntungan atau kerugian.
b) Pengurangan investasi, misalnya bertambahnya saham beredar:
(1) Pengakuan awal
Db. Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan
asosiasi (bagian ekuitas)
Kr. Investasi pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi
(2) Penghentian-pengakuan, sebagian atau seluruh
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi
Kr. Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan
asosiasi (bagian ekuitas)
Dapat terjadi keuntungan atau kerugian.

h. Saldo Laba
1) Definisi
Saldo laba adalah laba bersih setelah pajak yang belum didistribusikan yang
terdiri dari:
a) Laba atau rugi tahun lalu yang penggunaannya belum ditetapkan oleh
RUPS;
b) Laba atau rugi tahun berjalan.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 257

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:257 Sec1:257 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

2) Dasar Pengaturan
a) PSAK 21 : Akuntansi Ekuitas.
b) Anggaran dasar atau anggaran rumah tangga perseroan yang mengatur
pembagian laba.
3) Penjelasan
a) Pos saldo laba harus dinyatakan secara terpisah dari pos modal disetor.
b) Saldo laba tahun lalu didistribusikan seluruhnya sesuai dengan keputusan
RUPS antara lain untuk:
(1) dividen;
(2) cadangan umum;
(3) penyisihan laba untuk program program kemitraan dan bina
lingkungan (PKBL).
c) Saldo laba tahun lalu tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos
yang seharusnya diperhitungkan pada laba/rugi tahun berjalan.
4) Perlakuan Akuntansi
a) Pengakuan dan pengukuran
(1) Saldo laba diakui pada akhir periode laporan sebesar laba tahun
berjalan.
(2) Saldo laba dalam laporan keuangan interim dinilai sebesar:
(a) laba rugi tahun lalu yang belum didistribusikan;
(b) laba rugi periode berjalan selama periode laporan interim.
(3) Laba rugi tahun berjalan direklasifikasi menjadi laba rugi tahun lalu
pada saat laporan interim di periode berikutnya.
(4) Laba rugi tahun lalu akan habis ketika RUPS telah memutuskan
pengalokasiannya untuk:
(a) dividen;
(b) cadangan umum;
(c) penyisihan laba untuk program PKBL.
b) Penyajian
Saldo laba disajikan sebagai pos tersendiri dalam ekuitas sebesar akumulasi
laba.

258 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:258 Sec1:258 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

c) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
(1) penjelasan jenis, tujuan, jumlah, untuk setiap alokasi saldo laba;
(2) dasar pelaksanaan pendistribusian saldo laba.
5) Ilustrasi Jurnal
a) Pemindahan laba tahun berjalan ke saldo laba:
Db. Ikhtisar laba rugi
Kr. Saldo laba (laba tahun berjalan)
b) Pemindahan rugi tahun berjalan ke saldo laba:
Db. Saldo rugi (rugi tahun berjalan)
Kr. Ikhtisar laba/rugi
c) Pada saat reklasifikasi antar pos laba tahun berjalan menjadi laba tahun
lalu:
Db. Laba tahun berjalan
Kr. Laba tahun lalu
d) Pada saat pengalokasian laba tahun lalu oleh RUPS:
(1) Pada saat diumumkan:
Db. Saldo laba
Kr. Cadangan umum
Kr. Utang dividen
Kr. Utang PKBL
(2) Pada saat dibayar:
Db. Utang dividen
Db. Utang PKBL
Kr. Kas dan setara kas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 259

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:259 Sec1:259 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

D. Ilustrasi
PT PERKEBUNAN NUSANTARA
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)
Per 31 Desember 2xx2 dan 2xx1
(dalam Rp Juta)

Keterangan Catatan 2xx2 2xx1


ASET
Aset Lancar
Kas dan setara kas xxx xxx
Investasi jangka pendek xxx xxx
Piutang usaha xxx xxx
Piutang lain-lain xxx xxx
Piutang antar badan hukum jangka pendek xxx xxx
Persediaan xxx xxx
Biaya dibayar dimuka xxx xxx
Pajak dibayar dimuka xxx xxx
Aset tersedia untuk dijual xxx xxx
Aset lancar lainnya xxx xxx
Jumlah Aset Lancar xxx xxx

Aset Tidak Lancar


Piutang PIR dan plasma xxx xxx
Piutang antar badan hukum jangka panjang xxx xxx
Investasi jangka panjang xxx xxx
Investasi pada perusahaan asosiasi xxx xxx
Investasi pada perusahaan lainnya xxx xxx
Properti investasi xxx xxx
Aset tanaman xxx xxx
Aset tetap xxx xxx
Aset sewaan xxx xxx
Aset kerjasama operasi xxx xxx
Aset pengelolaan bersama xxx xxx
Aset pajak tangguhan xxx xxx
Beban tangguhan xxx xxx
Aset tidak berwujud xxx xxx
Aset tidak lancar lainnya xxx xxx
Jumlah Aset Tidak Lancar xxx xxx
JUMLAH ASET XXX XXX

260 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:260 Sec1:260 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

PT PERKEBUNAN NUSANTARA
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)
Per 31 Desember 2xx2 dan 2xx1
(dalam Rp Juta)

Keterangan Catatan 2xx2 2xx1


KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Utang usaha xxx xxx
Utang bank jangka pendek xxx xxx
Beban yang masih harus dibayar xxx xxx
Utang pajak xxx xxx
Pendapatan diterima dimuka xxx xxx
Utang antar badan hukum jangka pendek xxx xxx

Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo


xxx xxx
Kewajiban imbalan kerja jangka pendek xxx xxx
Kewajiban diestimasi jangka pendek xxx xxx
Kewajiban jangka pendek lainnya xxx xxx
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek xxx xxx

Kewajiban Jangka Panjang


Utang kepada pemerintah xxx xxx
Utang antar badan hukum jangka panjang xxx xxx
Utang bank jangka panjang xxx xxx
Utang sewa pembiayaan xxx xxx
Utang medium term note xxx xxx
Utang obligasi xxx xxx
Kewajiban imbalan kerja jangka panjang xxx xxx
Kewajiban diestimasi jangka panjang xxx xxx
Kewajiban pajak tangguhan xxx xxx
Kewajiban jangka panjang lainnya xxx xxx
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx
JUMLAH KEWAJIBAN XXX XXX

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 261

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:261 Sec1:261 23/07/2008 13:00:28


Bagian 3 I N e r a c a (Laporan Posisi Keuangan)

EKUITAS
Modal saham
Modal disetor xxx xxx
Tambahan modal disetor xxx xxx
Modal sumbangan xxx xxx

Selisih penilaian aset dan kewajiban (kuasi reorganisasi)


xxx xxx
Selisih penilaian investasi tersedia untuk dijual xxx xxx
Selisih restrukturisasi entitas sepengendali xxx xxx
Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan
asosiasi xxx xxx
Saldo laba
Cadangan umum xxx xxx
Cadangan tujuan xxx xxx
Laba tahun berjalan xxx xxx
JUMLAH EKUITAS XXX XXX
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS XXX XXX

262 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:262 Sec1:262 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

Bagian IV
Laporan Laba Rugi

A. Pengertian
Laporan laba rugi dapat disajikan secara berjenjang (multiple step) atau single step. Laporan
laba rugi yang disajikan secara berjenjang menyajikan beban berdasarkan fungsinya sebagai
harga pokok penjualan, beban kegiatan usaha, dan beban kegiatan bukan usaha Penyajian
dengan metode ini memberikan informasi yang lebih relevan kepada pengguna laporan
keuangan. Namun demikian, di sisi lain alokasi biaya ke masing-masing fungsi merupakan
proses arbitrase dan membutuhkan banyak pertimbangan.
Laporan laba rugi yang disajikan secara single step menyajikan beban berdasarkan sifatnya,
contohnya: penyusutan, gaji, upah, dan transportasi; dan tidak dialokasikan menurut
fungsinya. Penyajian dengan metode ini sederhana dan cocok diterapkan pada perusahaan
kecil sebab tidak perlu dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan tersebut.
Pedoman ini mengharuskan perseroan untuk menyajikan laporan laba rugi secara berjenjang
(multiple step income statement) berdasarkan fungsi.

B. Penghasilan
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus masuk/penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan aset bersih yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

1. Pendapatan Usaha

a. Definisi
1) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal (shareholder).

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 263

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:263 Sec1:263 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

2) Pendapatan (revenue) adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perseroan


yang biasa.
3) Pendapatan usaha (operating revenue) adalah pendapatan yang diperoleh
dari aktivitas yang disebutkan dalam anggaran dasar perseroan.

b. Dasar Pengaturan
1) Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi
di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal… (KDPPLK paragraf
92)
2) Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang
dapat diterima. (PSAK 23 paragraf 8)
3) Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut
dipenuhi:
a) perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memin-
dahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli;
b) perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif
atas barang yang dijual;
c) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d) besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi
akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan
e) biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan dapat diukur dengan andal. (PSAK 23 paragraf 13)
4) Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan
andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan
acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu
transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
b) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi ter-
sebut akan mengalir kepada perusahaan;
c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi tersebut pada tanggal neraca
dapat diukur dengan andal; dan
d) biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan
transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. (PSAK 23 paragraf 19)

264 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:264 Sec1:264 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

5) Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan
andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang telah
diakui yang dapat diperoleh kembali. (PSAK 23 paragraf 25)

c. Penjelasan
1) Umum
a) Pendapatan usaha adalah pendapatan yang berkaitan langsung dengan
produk utama perseroan dan produk turunannya. Atau pendapatan yang
berkaitan langsung dengan aktivitas perkebunan sebagaimana yang
disebutkan dalam anggaran dasar.
b) Produk utama, antara lain, komoditi kelapa sawit, karet, teh, tebu, tem-
bakau, kakao, kopi, dan kina.
c) Sedangkan produk turunannya adalah produk turunan dari produk utama,
antara lain, produk turunan dari komoditi kelapa sawit, karet, teh, tebu,
tembakau, kakao, kopi, dan kina.
d) Apabila terjadi perubahan anggaran dasar perseroan yang mencakup
juga aktivitas di luar bidang perkebunan, maka pendapatan usaha dapat
meliputi pendapatan yang berasal dari aktivitas non-perkebunan atau
turunannya. Misalnya, pendapatan dari aktivitas di bidang properti,
kawasan industri, atau pertambangan.
e) Penjualan ekspor adalah penjualan yang didukung oleh dokumen ekspor.
f) Penjualan lokal adalah penjualan yang tidak didukung oleh dokumen
ekspor atau selain penjualan ekspor.
2) Penjualan barang
a) Penjualan barang dilakukan secara:
(1) FOB shipping point yaitu penjualan diakui pada saat perseroan menye-
rahkan barang yang dijual kepada perusahaan pengiriman untuk
diserahkan kepada pembeli.
(2) FOB destination yaitu penjualan diakui pada saat barang diterima
pembeli.
b) Persyaratan penjualan barang
(1) Syarat-syarat pengakuan penjualan barang:
(a) adanya pemindahan manfaat dan risiko kepemilikan atas barang
kepada pembeli dan penjual tidak mengendalikan barang
tersebut;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 265

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:265 Sec1:265 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

(b) besar kemungkinan adanya aliran manfaat ekonomi ke penjual;


dan
(c) pendapatan dan biaya dapat diukur secara andal.
(2) Manfaat dan risiko kepemilikan barang
(a) Pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan barang:
i. bersamaan waktunya dengan pemindahan hak milik atau
pemindahan penguasaan atas barang; atau
ii. pada saat yang berbeda dengan pemindahan hak milik atau
pemindahan penguasaan atas barang.
(b) Jika perseroan menahan risiko signifikan atas kepemilikan barang,
maka tidak terjadi suatu penjualan dan pendapatan tidak diakui.
Misalnya, penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tertentu
tergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber dari pen-
jualan barang yang bersangkutan.
(c) Jika perseroan menahan risiko tidak signifikan atas kepemilikan
barang, maka terjadi penjualan dan pendapatan diakui. Misalnya,
perseroan menahan hak milik atas barang semata-mata untuk
melindungi kolektibilitas dari jumlah yang jatuh tempo.
(3) Aliran manfaat ekonomi
(a) Jika hanya besar kemungkinan manfaat ekonomi dari transaksi
penjualan akan mengalir kepada perseroan.
(b) Kadang-kadang kemungkinan hal tersebut terjadi sangat kecil
sampai imbalan diterima atau ketidakpastian dihilangkan.
(4) Keandalan pengukuran pendapatan dan biaya
(a) Pendapatan dan beban diakui secara bersamaan (matching
revenue and expense).
(b) Beban biasanya dapat diukur dengan andal jika kondisi lain untuk
pengakuan pendapatan yang berkaitan dapat dipenuhi.
(c) Pendapatan tidak dapat diakui bila beban yang berkaitan tidak
dapat diukur dengan andal.

266 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:266 Sec1:266 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

c) Pengakuan penjualan
(1) Penjualan diakui sebesar nilai wajar imbalan yang diterima atau yang
dapat diterima, yaitu jumlah tagihan dikurangi diskon, pengembalian
barang, dan pengurang lainnya.
(2) Penjualan produk sampingan diakui secara terpisah dan tidak diper-
kenankan untuk mengurangi beban pokok penjualan produk utama.
(3) Dalam hal penjualan dilakukan secara terpusat melalui suatu entitas
tertentu, maka pengakuan penjualan dilakukan sesuai persyaratan
pengakuan sebagaimana dijelaskan di atas.
3) Penjualan jasa
a) Persyaratan pengakuan penjualan jasa
(1) tingkat penyelesaian dapat diukur secara andal;
(2) besar kemungkinan manfaat ekonomi akan diperoleh; dan
(3) pendapatan dan biaya dapat diukur secara andal.
b) Jika hasil transaksi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal,
maka pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan biaya yang
telah diakui yang dapat diperoleh kembali.
c) Namun, jika kecil kemungkinan biaya tersebut dapat diperoleh kembali,
maka pendapatan tidak diakui dan biaya tersebut diakui sebagai beban.
4) Dalam hal penjualan ekspor maka dicatat berdasarkan kurs transaksi Bank
Indonesia pada tanggal transaksi.

d. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan pengukuran
a) Penjualan barang
(1) Penjualan barang diakui pada saat terjadinya pengalihan hak atas
barang yang dijual tersebut sesuai dengan perjanjian yaitu:
(a) Apabila FOB shipping point maka penjualan diakui pada saat
barang diserahkan kepada perusahaan pengiriman; atau
(b) Apabila FOB destination maka penjualan diakui pada saat barang
diterima oleh pembeli.
(2) Penjualan diukur sebesar jumlah tagihan dikurangi diskon, pengem-
balian, dan pengurang lainnya.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 267

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:267 Sec1:267 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

b) Penjualan jasa
Penjualan jasa diakui pada saat penyelesaian pemberian jasa sebesar
jumlah yang setara dengan penyelesaian pekerjaan.
2) Penyajian
a) Pendapatan usaha disajikan secara neto dalam laporan laba rugi.
b) Pendapatan usaha disajikan sebagai pos tersendiri dalam laporan laba
rugi yang dibagi menjadi:
(1) penjualan ekspor; dan
(2) penjualan lokal.
3) Pengungkapan
a) rincian penjualan berdasarkan jenis, jumlah, dan pasar;
b) jumlah penjualan secara bruto dan pos-pos pengurang;
c) penjelasan penjualan yang dilakukan melalui pemasaran bersama dengan
perseroan lain;
d) penjualan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa antara
lain mencakup nama, sifat hubungan, jumlah, dan kebijakan penentuan
harga;
e) lain-lain.

e. Ilustrasi Jurnal
1) Saat pengakuan awal:
a) Penjualan lokal
Db. Piutang usaha
Db. Penjualan lokal – diskon
Kr. Penjualan lokal (komoditi utama)
b) Penjualan ekspor
Db. Piutang usaha
Db. Penjualan ekspor – diskon
Kr. Penjualan ekspor (komoditi utama)

Bila transaksi penjualan didahului dengan penerimaan uang muka, maka


jurnal transaksi penjualan sbb:
Db. Uang muka penjualan
Db. Penjualan lokal – diskon
Kr. Penjualan lokal (komoditi utama)

268 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:268 Sec1:268 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

2) Saat penerimaan barang yang dikembalikan:


a) Penjualan lokal
Db. Penjualan lokal – pengembalian barang
Kr. Piutang usaha
b) Penjualan ekspor
Db. Penjualan ekspor – pengembalian barang
Kr. Piutang usaha
3) Saat penyelesaian/pelunasan:
a) Penjualan lokal
Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang usaha
b) Penjualan ekspor
Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang usaha
Dapat terjadi keuntungan atau kerugian selisih kurs valas.

2. Pendapatan Nonusaha

a. Definisi
1) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal (shareholder).
2) Pendapatan (revenue) adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perseroan
yang biasa.
3) Pendapatan nonusaha (non-operating revenue) adalah semua jenis pendapatan
perseroan yang berasal dari aktivitas pendukung atau bukan aktivitas utama
perseroan, baik pendapatan lainnya (other revenues) dan keuntungan (gain).

b. Dasar Pengaturan
1) Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi apabila kenaikan manfaat ekonomi
di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 269

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:269 Sec1:269 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan
penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aset atau penu-
runan kewajiban. (KDPPLK paragraf 92)
2) Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang
dapat diterima. (PSAK 23 paragraf 8)
3) Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut
dipenuhi:
a) perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memin-
dahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli;
b) perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif
atas barang yang dijual;
c) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d) besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi
akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan
e) biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan dapat diukur dengan andal. (PSAK 23 paragraf 13)
4) Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan
andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan
acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu
transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
b) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan mengalir kepada perusahaan;
c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi tersebut pada tanggal neraca
dapat diukur dengan andal; dan
d) biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan
transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. (PSAK 23 paragraf 19)
5) Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan
andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang telah
diakui yang dapat diperoleh kembali. (PSAK 23 paragraf 25)
6) Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset perusahaan oleh pihak-pihak
lain yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen harus diakui atas dasar yang
diatur dalam PSAK 23 paragraf 29 bila:

270 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:270 Sec1:270 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

a) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi ter-


sebut akan diperoleh perusahaan; dan
b) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal. (PSAK 23 paragraf 28)
7) Pendapatan harus diakui dengan dasar sebagai berikut:
a) bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan
hasil efektif aset tersebut;
b) royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian
yang relevan; dan
c) dalam metode biaya (cost method), dividen tunai harus diakui bila hak
pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan. (PSAK 23
paragraf 29)

c. Penjelasan
1) Pendapatan nonusaha berasal dari kegiatan di luar aktivitas perseroan yang
disebutkan dalam anggaran dasar.
2) Pendapatan nonusaha terdiri dari:
a) pendapatan selain pendapatan usaha;
b) keuntungan.
3) Pendapatan selain pendapatan usaha:
a) Pendapatan nonusaha diantaranya terdiri dari:
(1) pendapatan rental;
(2) pendapatan jasa giro;
(3) pendapatan bunga deposito;
(4) pendapatan investasi;
(5) penjualan nonkomoditi utama;
(6) penjualan produk sampingan;
(7) lain-lain.
b) Pendapatan rental adalah pendapatan yang diperoleh dari rental bangunan
dan tanah.
c) Pendapatan jasa giro adalah pendapatan yang diperoleh dari simpanan
dana rekening giro perseroan yang bukan merupakan portofolio inves-
tasi.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 271

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:271 Sec1:271 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

d) Pendapatan bunga deposito adalah pendapatan yang diperoleh dari bunga


deposito dana perseroan yang bukan merupakan portofolio investasi.
e) Pendapatan investasi adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan
investasi dalam instrumen keuangan, misalnya obligasi dan saham, seperti
pendapatan bunga dan dividen.
4) Keuntungan
a) Keuntungan antara lain terdiri dari:
(1) keuntungan penjualan aset tetap;
(2) keuntungan penjualan investasi jangka pendek;
(3) keuntungan selisih kurs mata uang asing.
b) Keuntungan lainnya yang dapat terjadi untuk transaksi-transaksi yang
tidak disebutkan di atas.
5) Pendapatan nonusaha yang berasal dari penjualan aset diakui apabila penjualan
tersebut memenuhi persyaratan sebagaimana dijelaskan dalam Bagian IV.B.1
Pendapatan Usaha.
6) Aset keuangan
a) Keuntungan penjualan aset keuangan, misalnya kas dan setara kas dalam
valuta asing, investasi jangka pendek, dan sebagainya diakui ketika
memenuhi persyaratan penghentian-pengakuan.
b) Ketentuan mengenai penghentian-pengakuan dapat dilihat di Bagian III.
A.3.c Piutang.

d. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Pendapatan nonusaha dari penjualan aset diakui pada saat telah terjadi
pengalihan risiko dan manfaat atas kepemilikan aset tersebut (true sale)
sebesar hasil neto setelah dikurangi jumlah tercatat aset dan biaya untuk
menjual.
b) Pendapatan nonusaha dari penjualan jasa diakui pada saat jumlah
penjualan diestimasi secara andal sebesar tingkat penyelesaian.

272 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:272 Sec1:272 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

2) Penyajian
Pendapatan non usaha disajikan sebagai pos tersendiri dalam laporan laba
rugi sebesar jumlah yang telah diterima atau hak yang harus diterima selama
periode berjalan secara neto.
3) Pengungkapan
Rincian jenis dan jumlah pendapatan nonusaha.

e. Ilustrasi Jurnal
1) Pendapatan lain
a) Pada saat pengakuan:
Db. Kas dan setara kas/piutang non usaha
Kr. Pendapatan nonusaha
b) Pada saat akhir periode:
Db. Pendapatan yang masih akan diterima
Kr. Pendapatan nonusaha
c) Pada saat penerimaan (pada periode berikutnya):
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan yang masih akan diterima
2) Keuntungan
a) Penjualan aset tetap
Db. Kas dan setara kas/piutang non usaha
Db. Akumulasi penyusutan aset tetap
Kr. Aset tetap
Kr. Keuntungan penjualan aset tetap
b) Penjualan investasi jangka pendek
(1) Kelompok “dinilai pada nilai wajar melalui laporan laba rugi”
(a) Pengakuan awal
Db. Investasi jangka pendek – dinilai pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi
Kr. Kas dan setara kas

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 273

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:273 Sec1:273 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

(b) Perubahan nilai wajar (pada tanggal pelaporan)


i. Nilai wajar lebih tinggi daripada jumlah tercatat
Db. Investasi jangka pendek – dinilai pada nilai wajar mela-
lui laporan laba rugi
Kr. Keuntungan perubahan nilai wajar (dalam laporan laba
rugi)
ii. Nilai wajar lebih rendah daripada jumlah tercatat
Db. Kerugian perubahan nilai wajar (dalam laporan laba
rugi)
Kr. Investasi jangka pendek – dinilai pada nilai wajar mela-
lui laporan laba rugi
(c) Penjualan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi jangka pendek – dinilai pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi
Kr. Keuntungan penjualan investasi jangka pendek
(2) Kelompok “tersedia untuk dijual”
(a) Pengakuan awal
Db. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
Kr. Kas dan setara kas
(b) Perubahan nilai wajar (pada tanggal pelaporan)
i. Nilai wajar lebih tinggi daripada jumlah tercatat
Db. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
Kr. Selisih penilaian nilai wajar (bagian ekuitas dalam
neraca)
ii. Nilai wajar lebih rendah daripada jumlah tercatat
Db. Selisih penilaian nilai wajar (bagian ekuitas dalam
neraca)
Kr. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual

274 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:274 Sec1:274 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

(c) Penjualan
i. Saldo positif selisih nilai wajar
Db. Kas dan setara kas
Db. Selisih penilaian nilai wajar (bagian ekuitas dalam
neraca)
Kr. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
Kr. Keuntungan penjualan investasi jangka pendek
ii. Saldo negatif selisih nilai wajar
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
Kr. Selisih penilaian nilai wajar (bagian ekuitas dalam
neraca)
Kr. Keuntungan penjualan investasi jangka pendek
(3) Kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo”
(a) Pengakuan awal
Db. Investasi jangka pendek – dimiliki hingga jatuh tempo
Kr. Kas dan setara kas
(b) Perubahan nilai wajar (pada tanggal pelaporan)
Tidak ada jurnal
(c) Penjualan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi jangka pendek – dimiliki hingga jatuh tempo
Kr. Keuntungan penjualan investasi jangka pendek
(4) Kelompok “pinjaman dan piutang” (sekedar untuk ilustrasi, dimana
tidak ada kelompok tersebut dalam Bagian III.A.3.c Investasi Jangka
Pendek).
(a) Pengakuan awal
Db. Investasi jangka pendek – pinjaman dan piutang
Kr. Kas dan setara kas
(b) Perubahan nilai wajar (pada tanggal pelaporan)
Tidak ada jurnal

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 275

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:275 Sec1:275 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

(c) Penjualan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi jangka pendek – pinjaman dan piutang
Kr. Keuntungan penjualan investasi jangka pendek
c) Selisih kurs valas
(1) Pengakuan awal
Db. Piutang usaha/pos yang terkait
Kr. Pendapatan usaha/pos yang terkait
(2) Saat penerimaan pelunasan
Db. Kas dan setara kas (dalam valuta asing)
Kr. Piutang usaha/pos yang terkait
Kr. Keuntungan selisih kurs
(3) Perubahan kurs pada tanggal pelaporan
Db. Kas dan setara kas (dalam valuta asing)
Kr. Keuntungan selisih kurs

C. Beban

1. Beban Pokok Penjualan

a. Definisi
1) Beban pokok penjualan adalah biaya suatu produk yang dijual.
2) Biaya produksi adalah biaya untuk memproduksi suatu produk yang terdiri
dari biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
produksi.
3) Biaya bahan langsung adalah biaya bahan yang menjadi bagian yang menyatu
dari suatu produk jadi dan jumlahnya signifikan dari total biaya produksi.
4) Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang terlibat langsung
dalam mengubah bahan menjadi produk jadi dan jumlahnya signifikan dari
total biaya produksi.
5) Biaya overhead produksi adalah biaya selain biaya bahan langsung atau biaya
tenaga kerja langsung yang terjadi dalam proses produksi suatu produk.

276 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:276 Sec1:276 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

b. Dasar Pengaturan
1) Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan
biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat
yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition). (PSAK 14
paragraf 6)
2) Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut
harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan
tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai
realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban
pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan
kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi
bersih harus diakui sebagai pengurang terhadap jumlah beban persediaan
pada periode terjadinya pemulihan tersebut. (PSAK 14 paragraf 28)

c. Penjelasan
1) Biaya
a) Biaya dapat dibagi menjadi:
(1) Biaya produksi atau manufakturing (product cost);
(2) Biaya periode atau nonmanufakturing (period cost).
b) Biaya produksi merupakan biaya perolehan persediaan dan diakui sebagai
beban ketika persediaan tersebut dijual.
c) Biaya periode pada umumnya diakui sebagai beban ketika terjadinya,
kecuali diakui sebagai bagian biaya perolehan suatu aset yang diatur
secara tersendiri dalam PSAK terkait.
2) Biaya produksi
a) Biaya produksi terdiri dari:
(1) Biaya langsung;
(2) Biaya overhead produksi.
b) Biaya langsung
(1) Biaya langsung terdiri dari:
(a) biaya bahan baku langsung; dan
(b) biaya tenaga kerja langsung.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 277

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:277 Sec1:277 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

(2) Biaya bahan baku langsung meliputi:


(a) biaya persediaan hasil perkebunan yang ditransfer ke proses
produksi selanjutnya (jika bahan baku berasal dari internal
perseroan), atau biaya perolehan bahan baku (jika bahan baku
bukan berasal dari internal perseroan); dan
(b) biaya bahan baku langsung lainnya atau bahan baku langsung di
luar persediaan yang ditransfer atau bahan baku yang diperoleh.
(3) Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang langsung
berhubungan dengan proses konversi bahan baku menjadi produk
yang siap dijual.
c) Biaya overhead produksi
(1) Biaya overhead produksi merupakan biaya overhead yang terjadi
dalam unit atau bagian yang terlibat langsung dalam proses produksi,
misalnya overhead produksi di unit/pabrik. Sedangkan biaya overhead
lainnya bukan bagian dari overhead produksi dan diakui sebagai
beban pada periode terjadinya.
(2) Biaya overhead produksi terdiri dari biaya overhead produksi tetap
dan biaya overhead produksi variabel, serta dialokasikan secara
sistematis ke persediaan.
(3) Biaya overhead produksi tetap adalah biaya overhead yang relatif
konstan, tanpa memperhatikan volume produksi yang dihasilkan,
seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan
pabrik.
(4) Biaya overhead produksi variabel adalah biaya yang berubah secara
langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume
produksi, seperti bahan tak langsung dan upah tak langsung.
(5) Dalam mengalokasikan biaya overhead produksi tetap ke biaya
konversi didasarkan pada kapasitas normal fasilitas produksi.
(6) Kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang diharapkan akan
tercapai selama suatu periode atau musim dalam keadaan normal,
dengan memperhitungkan hilangnya kapasitas selama pemeliharaan
terencana. Tingkat produksi aktual dapat digunakan bila mendekati
kapasitas normal.

278 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:278 Sec1:278 23/07/2008 13:00:29


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

(7) Pembebanan biaya overhead produksi tetap pada setiap unit produk
tidak bertambah sebagai akibat dari rendahnya produksi atau tidak
terpakainya kapasitas pabrik. Biaya overhead yang tidak teralokasi
diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Dalam periode produksi
luar biasa tinggi, biaya overhead yang dialokasikan pada unit produk
diturunkan, agar persediaan tidak dinilai di atas biaya.
(8) Biaya overhead produksi variabel dialokasikan pada unit produk atas
dasar penggunaan fasilitas produksi yang sebenarnya.
d) Biaya produksi terkait secara langsung dengan pengaturan mengenai aset
tanaman untuk menentukan biaya hasil perkebunan yang akan diubah
menjadi persediaan (Bagian III.A.4.g Aset Tanaman); dan persediaan
untuk menentukan biaya persediaan yang akan siap dijual atau digunakan
(Bagian III.A.3.e Persediaan).
3) Beban pokok penjualan
a) Beban pokok penjualan merupakan biaya produksi untuk produk yang
dijual.
b) Beban pokok penjualan dihitung secara perpetual (perpetual system) atau
periodik (periodic system).
c) Apabila beban pokok penjualan dihitung secara periodik, maka dihitung
sebagai berikut:
(+) nilai persediaan awal
(+) penambahan persediaan selama periode berjalan
(–) nilai persediaan akhir

d. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan pengukuran
a) Dalam sistem perpetual, beban pokok penjualan diakui pada saat terjadi
penjualan sebesar nilai persediaan yang dijual.
b) Dalam sistem periodik, beban pokok penjualan diakui pada secara periodik
sebesar selisih antara nilai persediaan awal dan penambahan persediaan
selama periode berjalan dikurangi nilai persediaan akhir.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 279

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:279 Sec1:279 23/07/2008 13:00:30


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

2) Penyajian
Beban pokok penjualan disajikan dalam laporan laba rugi sebagai pos
tersendiri.
3) Pengungkapan
a) jumlah beban pokok penjualan untuk penjualan lokal dan ekspor;
b) sistem pencatatan beban pokok penjualan apakah perpetual atau
periodik;
c) rumus biaya persediaan yang digunakan;
d) lain-lain.
e. Ilustrasi Jurnal
1) Sistem perpetual
a) Pada saat penjualan
Db. Kas dan setara kas/piutang usaha
Kr. Penjualan
Db. Beban pokok penjualan
Kr. Persediaan
b) Pada saat akhir periode
Tidak ada jurnal
2) Sistem periodik
a) Pada saat penjualan
Db. Kas dan setara kas/piutang usaha
Kr. Penjualan
b) Pada saat akhir periode
Db. Persediaan – akhir (sesuai perhitungan)
Db. Beban pokok penjualan
Kr. Persediaan (penambahan selama periode berjalan)
Kr. Persediaan – awal

280 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:280 Sec1:280 23/07/2008 13:00:30


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

2. Beban Usaha

a. Definisi
1) Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal.
2) Beban usaha adalah beban yang berhubungan dengan pelaksanaan usaha
tetapi tidak dapat dibebankan secara langsung kepada produk atau jasa yang
dijual.
b. Dasar Pengaturan
1) Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa
depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban
telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. (KDPPLK paragraf 94)
2) Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara
biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang
biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of costs with
revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan
atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari
transaksi atau peristiwa lain yang sama; misalnya berbagai komponen beban
yang membentuk beban pokok penjualan (cost or expense of goods sold) diakui
pada saat yang sama sebagaimana penghasilan yang diperoleh dari penjualan
barang. (KDPPLK paragraf 95)

c. Penjelasan
1) Beban usaha terdiri dari:
a) Beban penjualan;
b) Beban umum dan administrasi.
2) Beban penjualan adalah beban yang timbul terkait dengan aktivitas pen-
jualan produk, misalnya pengiriman barang, promosi, marketing fee, dan
sebagainya.
3) Beban umum dan administrasi adalah beban yang timbul terkait dengan
aktivitas dukungan dan tidak secara langsung terkait dengan aktivitas produksi

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 281

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:281 Sec1:281 23/07/2008 13:00:30


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

atau penjualan, misalnya beban pegawai, beban pemeliharaan, beban


penyusutan dan amortisasi, beban asuransi, beban sewa, beban administrasi,
dan beban umum.
4) Beban pegawai meliputi:
a) imbalan kerja jangka pendek;
b) imbalan pascakerja;
c) imbalan kerja jangka panjang lainnya;
d) pesangon pemutusan hubungan kerja;
e) imbalan berbasis ekuitas.
Kecuali imbalan kerja yang termasuk biaya perolehan suatu aset, misalnya
biaya tenaga kerja langsung dalam proses produksi yang termasuk biaya
persediaan.
5) Beban umum dan administrasi kantor direksi/kantor pusat dan unit usaha/
kebun tidak dialokasikan ke aset tanaman atau persediaan, tetapi langsung
dibebankan pada periode terjadinya.

d. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan pengukuran
a) Beban usaha diakui pada saat terjadinya transaksi atau peristiwa yang
menyebabkan terjadinya arus keluar sumber daya ekonomis perseroan.
b) Beban usaha diakui sebesar jumlah yang harus diselesaikan.
2) Penyajian
Beban usaha disajikan sebagai pos terpisah dalam laporan laba rugi.
3) Pengungkapan
a) rincian beban usaha;
b) lain-lain.

e. Ilustrasi Jurnal
Db. Beban pegawai/pos beban yang terkait
Kr. Kas dan setara kas/utang usaha/pos yang terkait

282 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:282 Sec1:282 23/07/2008 13:00:30


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

3. Beban Non Usaha

a. Definisi
1) Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal.
2) Beban nonusaha adalah beban yang tidak berhubungan dengan pelaksanaan
usaha atau beban aktivitas pendukung atau bukan aktivitas utama perseroan,
baik beban lainnya (other expenses) dan kerugian (lost).

b. Dasar Pengaturan
1) Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa
depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban
telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. (KDPPLK paragraf 94)
2) Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara
biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang
biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of costs with
revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan
atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari tran-
saksi atau peristiwa lain yang sama; misalnya berbagai komponen beban yang
membentuk beban pokok penjualan (cost or expense of goods sold) diakui
pada saat yang sama sebagaimana penghasilan yang diperoleh dari penjualan
barang. (KDPPLK paragraf 95)

c. Penjelasan
1) Beban non usaha terdiri dari beban yang bukan berasal dari aktivitas utama
perseroan dan kerugian lainnya, misalnya beban administrasi bank dan beban
bunga.
2) Contoh kerugian lainnya antara lain kerugian yang timbul dari penjualan aset
tetap dan investasi jangka pendek, selisih kurs, dan sebagainya.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 283

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:283 Sec1:283 23/07/2008 13:00:30


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

d. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Beban nonusaha dari penjualan aset diakui pada saat telah terjadi peng-
alihan risiko dan manfaat atas kepemilikan aset tersebut (true sale) se-
besar jumlah tercatat aset dan biaya untuk menjual setelah dikurangi hasil
neto.
b) Beban nonusaha dari penerimaan jasa diakui pada saat jumlah penjualan
diestimasi secara andal sebesar tingkat penyelesaian.
2) Penyajian
Beban nonusaha disajikan sebagai pos tersendiri dalam laporan laba rugi
sebesar jumlah yang telah diserahkan atau hak yang harus diselesaikan selama
periode berjalan secara neto.
3) Pengungkapan
a) rincian jenis dan jumlah beban nonusaha;
b) lain-lain.

e. Ilustrasi Jurnal
1) Beban lain
a) Pada saat pengakuan:
Db. Beban non usaha
Kr. Kas dan setara kas/beban yang masih harus dibayar
b) Pada saat akhir periode:
Db. Beban nonusaha
Kr. Beban yang masih harus dibayar
c) Pada saat pembayaran (pada periode berikutnya):
Db. Beban yang masih harus dibayar
Kr. Kas dan setara kas
2) Kerugian
a) Penjualan aset tetap
Db. Kas dan setara kas
Db. Akumulasi penyusutan aset tetap
Db. Kerugian penjualan aset tetap
Kr. Aset tetap

284 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:284 Sec1:284 23/07/2008 13:00:30


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

b) Penjualan investasi jangka pendek


(1) Kelompok “dinilai pada nilai wajar melalui laporan laba rugi”
(a) Pengakuan awal
Db. Investasi jangka pendek – dinilai pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi
Kr. Kas dan setara kas
(b) Perubahan nilai wajar (pada tanggal pelaporan)
i. Nilai wajar lebih tinggi daripada jumlah tercatat
Db. Investasi jangka pendek – dinilai pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi
Kr. Keuntungan perubahan nilai wajar (dalam laporan laba
rugi)
ii. Nilai wajar lebih rendah daripada jumlah tercatat
Db. Kerugian perubahan nilai wajar (dalam laporan laba
rugi)
Kr. Investasi jangka pendek – dinilai pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi
(c) Penjualan
Db. Kas dan setara kas
Db. Kerugian penjualan investasi jangka pendek
Kr. Investasi jangka pendek – dinilai pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi
(2) Kelompok “tersedia untuk dijual”
(a) Pengakuan awal
Db. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
Kr. Kas dan setara kas
(b) Perubahan nilai wajar (pada tanggal pelaporan)
i. Nilai wajar lebih tinggi daripada jumlah tercatat
Db. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
Kr. Selisih penilaian nilai wajar (bagian ekuitas dalam
neraca)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 285

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:285 Sec1:285 23/07/2008 13:00:30


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

ii. Nilai wajar lebih rendah daripada jumlah tercatat


Db. Selisih penilaian nilai wajar (bagian ekuitas dalam
neraca)
Kr. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
(c) Penjualan
i. Saldo positif selisih nilai wajar
Db. Kas dan setara kas
Db. Selisih penilaian nilai wajar (bagian ekuitas dalam
neraca)
Db. Kerugian penjualan investasi jangka pendek
Kr. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
ii. Saldo negatif selisih nilai wajar
Db. Kas dan setara kas
Db. Kerugian penjualan investasi jangka pendek
Kr. Investasi jangka pendek – tersedia untuk dijual
Kr. Selisih penilaian nilai wajar (bagian ekuitas dalam
neraca)
(3) Kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo”
(a) Pengakuan awal
Db. Investasi jangka pendek – dimiliki hingga jatuh tempo
Kr. Kas dan setara kas
(b) Perubahan nilai wajar (pada tanggal pelaporan)
Tidak ada jurnal
(c) Penjualan
Db. Kas dan setara kas
Db. Kerugian penjualan investasi jangka pendek
Kr. Investasi jangka pendek – dimiliki hingga jatuh tempo
(4) Kelompok “pinjaman dan piutang” (sekedar untuk ilustrasi dalam
Bagian III.A.3.b Investasi Jangka Pendek tidak ada kelompok ini)
(a) Pengakuan awal
Db. Investasi jangka pendek – pinjaman dan piutang
Kr. Kas dan setara kas

286 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:286 Sec1:286 23/07/2008 13:00:30


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

(b) Perubahan nilai wajar (pada tanggal pelaporan)


Tidak ada jurnal
(c) Penjualan
Db. Kas dan setara kas
Db. Kerugian penjualan investasi jangka pendek
Kr. Investasi jangka pendek – pinjaman dan piutang
c) Selisih kurs valas
(1) Pengakuan awal
Db. Piutang usaha/pos yang terkait
Kr. Pendapatan usaha/pos yang terkait
(2) Saat penerimaan pelunasan
Db. Kas dan setara kas (dalam valuta asing)
Db. Kerugian selisih kurs
Kr. Piutang usaha /pos yang terkait
(3) Perubahan kurs pada tanggal pelaporan
Db. Kerugian selisih kurs
Kr. Kas dan setara kas (dalam valuta asing)

D. Pos Luar Biasa

1. Definisi
a. Pos luar biasa penghasilan atau beban yang timbul dari kejadian atau transaksi
yang secara jelas berbeda dari aktivitas normal perusahaan dan karenanya tidak
diharapkan untuk seringkali terjadi atau tidak terjadi secara teratur.
b. Aktivitas normal adalah setiap aktivitas yang dilakukan oleh sebuah perusahaan
sebagai bagian dari usahanya dan aktivitas yang terkait dengan kegiatan usaha
utama perusahaan tersebut.

2. Dasar Pengaturan
a. Laba atau rugi neto untuk periode berjalan terdiri atas unsur-unsur berikut, yang
masing-masing harus diungkapkan pada laporan laba rugi:

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 287

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:287 Sec1:287 23/07/2008 13:00:30


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

1) laba atau rugi dari aktivitas normal; dan


2) pos luar biasa. (PSAK 25 paragraf 9)
b. Hakikat dan jumlah dari setiap pos luar biasa harus diungkapkan secara terpisah.
(PSAK 25 paragraf 10)

3. Penjelasan
a. Suatu kejadian atau transaksi dapat diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika
memenuhi dua kriteria berikut:
1) bersifat tidak normal yaitu kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki
tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan
kegiatan normal perseroan; dan
2) tidak sering terjadi yaitu kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak
sering terjadi dalam kegiatan normal perseroan.
b. Kejadian atau transaksi yang pada umumnya menimbulkan kerugian luar biasa,
antara lain, adalah:
1) kerugian karena gempa bumi, banjir, kebakaran atau bencana alam lainnya;
2) kerugian karena pengambil-alihan aset perseroan.
c. Contoh kejadian atau transaksi yang tidak dapat dikelompokkan sebagai pos luar
biasa antara lain:
1) Perseroan yang membeli tanah untuk tujuan ekspansi. Namun karena sesuatu
hal, proyek ekspansi tidak dapat dilaksanakan sehingga perusahaan bermaksud
menjual kembali tanah tersebut. Keuntungan atau kerugian yang diperoleh
dari penjualan tanah tersebut tidak dapat dikelompokkan dalam pos luar biasa
karena walaupun tidak termasuk dalam kegiatan utama perusahaan dan tidak
diharapkan terjadi, namun kejadian ini tidak mempunyai tingkat abnormalitas
yang tinggi. Hal yang wajar jika perusahaan menjual kembali aset tetap yang
dimilikinya, yang tidak dipergunakan lagi.
2) Penghapusbukuan aset tetap karena aset tetap tersebut sudah mengalami
keusangan teknologi.

288 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:288 Sec1:288 23/07/2008 13:00:30


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

4. Perlakuan Akuntansi

a. Pengakuan dan Pengukuran


1) Keuntungan atau kerugian luar biasa diakui pada saat terjadinya, yaitu:
a) pada saat terjadinya peristiwa luar biasa yang mengakibatkan kerugian
luar biasa, seperti gempa bumi, banjir, kebakaran atau bencana alam
lainnya; atau
b) pada saat ditetapkannya pengambil-alihan aset.
2) Keuntungan atau kerugian luar biasa diakui sebesar:
a) nilai tercatat aset yang rusak, hilang, atau hancur karena gempa bumi,
banjir, kebakaran atau bencana alam lainnya; atau
b) nilai tercatat aset yang diambil alih;
dikurangi kompensasi dari pihak ketiga (jika ada).
3) Keuntungan (kerugian) luar biasa diakui sebesar nilai setelah dikurangi pajak
terkait dan hak minoritas.

b. Penyajian
Kerugian luar biasa disajikan terpisah dalam laporan laba rugi setelah dikurangi
pajak dan hak minoritas.
c. Pengungkapan
1) rincian berdasarkan jenis dan jumlah untuk setiap pos kerugian luar biasa;
2) sebab terjadinya kerugian luar biasa;
3) nilai bruto kerugian luar biasa sebelum dikurangi pajak terkait dan hak
minoritas;
4) lain-lain.

5. Ilustrasi Jurnal
a. Pada saat pengakuan kerugian luar biasa:
Db. Kerugian luar biasa
Db. Akumulasi penyusutan aset yang terkait (Bila ada)
Kr. Aset yang terkait

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 289

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:289 Sec1:289 23/07/2008 13:00:30


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

b. Pada saat pengakuan keuntungan luar biasa:


Db. Kas dan setara kas
Kr. Keuntungan luar biasa

E. Pajak Penghasilan

1. Definisi
a. Beban pajak penghasilan adalah jumlah agregat beban pajak kini dan pajak tang-
guhan yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada satu periode.
b. Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan terutang atas penghasilan kena pajak
pada satu periode.
c. Beban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang untuk periode
mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.

2. Dasar Pengaturan
a. Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan
laba rugi periode berjalan, kecuali untuk pajak penghasilan yang berasal dari:
1) transaksi atau kejadian yang langsung dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas
pada periode yang sama atau periode yang berbeda; atau
2) penggabungan usaha yang secara substansi adalah akuisisi. (PSAK 46 paragraf
37)
b. Pajak kini dan pajak tangguhan harus langsung dibebankan atau dikreditkan ke
ekuitas apabila pajak tersebut berhubungan dengan transaksi yang langsung
dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas. (PSAK 46 paragraf 40)
c. Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas
normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi. (PSAK 46 paragraf 48)
d. Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh Final, beban pajak diakui proporsional
dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan.
(PSAK 46 paragraf 52)
e. Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dengan Surat Ketetapan
Pajak (SKP) harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain-lain pada

290 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:290 Sec1:290 23/07/2008 13:00:30


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

Laporan Laba Rugi periode berjalan, kecuali apabila diajukan keberatan dan atau
banding. Jumlah tambahan pokok pajak dan denda yang ditetapkan dengan SKP
ditangguhkan pembebanannya. Apabila terdapat kesalahan mendasar maka per-
lakuan akuntansinya mengacu pada PSAK 25: Laba atau Rugi Bersih untuk Periode
Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. (PSAK 46
paragraf 55)

3. Penjelasan
a. Beban pajak yang diakui di laporan laba rugi terdiri dari:
1) pajak kini; dan
2) pajak tangguhan.
b. Pajak kini dihitung berdasarkan laba fiskal, sedangkan pajak tangguhan dihitung
berdasarkan laba akuntansi yang terdapat perbedaan temporer kena pajak setelah
dikurangi pajak kini.

4. Perlakuan akuntansi
a. Pengakuan dan pengukuran
Pajak diakui pada saat terutang sebesar jumlah yang harus dibayarkan.
b. Penyajian
1) Beban pajak penghasilan disajikan di laporan laba rugi dalam pos tersendiri
yang disajikan unsur pajak kini dan pajak tangguhan.
2) Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari
aktivitas normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi.
c. Pengungkapan
1) Unsur-unsur utama beban/penghasilan pajak.
2) Jumlah pajak kini dan tangguhan yang berasal dari transaksi-transaksi yang
langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas.
3) Beban/penghasilan pajak dari pos luar biasa yang diakui pada periode
berjalan.
4) Penjelasan hubungan antara beban/penghasilan pajak dan laba akuntansi
dengan cara berikut:

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 291

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:291 Sec1:291 23/07/2008 13:00:30


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

a) Rekonsiliasi antara beban/penghasilan pajak dengan hasil kali laba


akuntansi dan tarif pajak yang berlaku; atau
b) Rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata sama dengan beban/
penghasilan pajak dibagi laba akuntansi dengan tarif pajak.
5) Penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingannya
dengan tarif pada periode sebelumnya.
6) Jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan temporer dan sisa
rugi kompensasi yang boleh/tidak boleh diakui sebagai aset pajak tangguhan
pada neraca.
7) Untuk setiap kelompok perbedaan temporer dan untuk setiap kelompok rugi
yang dapat dikompensasikan ke tahun berikut:
a) jumlah aset dan kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada neraca
untuk setiap periode penyajian;
b) jumlah beban/penghasilan pajak tangguhan yang diakui pada laporan
laba rugi apabila jumlah tersebut tidak terlihat dari perubahan jumlah
aset atau kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada neraca.
8) Untuk usaha yang tidak dilanjutkan, beban pajak yang berasal dari:
a) keuntungan atau kerugian atas penghentian usaha;
b) laba (rugi) dari aktivitas normal usaha yang tidak dilanjutkan untuk periode
pelaporan, bersama dengan jumlah periode akuntansi sebelumnya yang
disajikan dalam laporan keuangan.

5. Ilustrasi Jurnal
a. Pencatatan transaksi pada saat terjadi kenaikan pajak penghasilan terutang pada
periode mendatang sebagai akibat adanya “perbedaan temporer“.
Db. Beban pajak kini
Db. Beban pajak tangguhan
Kr. Hutang pajak penghasilan
Kr. Kewajiban pajak tangguhan

292 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:292 Sec1:292 23/07/2008 13:00:30


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

b. Ketika aset pajak tangguhan dapat mencerminkan bahwa sejumlah pajak peng-
hasilan dapat diperoleh kembali sebagai akibat adanya “perbedaan temporer yang
boleh dikurangkan“ pada tanggal neraca.
Db. Beban pajak kini
Db. Aset pajak tangguhan
Kr. Hutang pajak penghasilan
Kr. Beban pajak tangguhan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 293

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:293 Sec1:293 23/07/2008 13:00:30


Bagian 4 I L a p o r a n Laba Rugi

F. Ilustrasi

PT PERKEBUNAN NUSANTARA
LAPORAN LABA RUGI
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2xx2 dan 2xx1
(dalam Rp Juta)

Keterangan Catatan 2xx2 2xx1


Pendapatan usaha
Penjualan
Ekspor xxx xxx
Lokal xxx xxx
Beban pokok penjualan xxx xxx
Laba bruto xxx xxx

Beban usaha
Beban penjualan xxx xxx
Beban umum dan administrasi xxx xxx
Laba usaha xxx xxx
Pendapatan (beban ) nonusaha xxx xxx
Laba (rugi) sebelum bagian laba (rugi) perusahaan asosiasi xxx xxx
Bagian laba (rugi) perusahaan asosiasi xxx xxx
Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan xxx xxx

Beban Pajak Penghasilan


Beban pajak kini xxx xxx
Beban pajak tangguhan xxx xxx
Laba (rugi) sebelum hak minoritas xxx xxx
Pos luar biasa xxx xxx
Hak minoritas xxx xxx
Laba neto xxx xxx
Laba neto per saham xxx xxx

294 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:294 Sec1:294 23/07/2008 13:00:30


Bagian 5 I L a p o r a n Perubahan Ekuitas

Bagian V
Laporan Perubahan Ekuitas

A. Pengertian
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas perseroan
yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama
periode pelaporan.

B. Dasar Pengaturan

1. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama


laporan keuangan, yang menunjukkan:
a. laba atau rugi neto periode yang bersangkutan;
b. setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya
yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas;
c. pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap
kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait;
d. transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik;
e. saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya;
dan
f. rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan
cadangan baik pada awal periode maupun akhir periode yang mengungkapkan
secara terpisah setiap perubahan. (PSAK 1 paragraf 66)
2. Perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan kekayaan
selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut
dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali
untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham atau pemilik
seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan
dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan.
(PSAK 1 paragraf 67)

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 295

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:295 Sec1:295 23/07/2008 13:00:31


Bagian 5 I L a p o r a n Perubahan Ekuitas

C. Penjelasan

1. Perseroan menyusun laporan perubahan ekuitas, dimana divisi atau unit tidak perlu
menyusun laporan perubahan ekuitas.
2. Pos-pos laporan perubahan ekuitas adalah sebagai berikut:
a. Modal saham yang ditempatkan dan disetor penuh;
b. Tambahan modal disetor;
c. Modal sumbangan;
d. Dana setoran modal;
e. Selisih penilaian aset dan kewajiban karena kuasi-reorganisasi;
f. Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing;
g. Selisih nilai transaksi restrukturisasi sepengendali;
h. Cadangan umum;
i. Cadangan tujuan;
j. Saldo laba yang belum ditetapkan penggunaannya.
3. Laporan perubahan ekuitas disajikan dalam bentuk tabel matriks dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pada bagian baris mencerminkan gambaran transaksi mutasi pos-pos ekuitas; dan
b. Pada bagian kolom dibagi berdasarkan jenis pos yang ada dalam struktur ekuitas.

D. Ilustrasi
Ilustrasi yang dicantumkan hanya menampilkan pos-pos ekuitas yang secara umum dimiliki
perseroan. Namun demikian, jika dalam praktiknya perseroan memiliki pos-pos ekuitas yang
tidak terdapat dalam ilustrasi ini, maka dapat menambahkan kolom baru untuk menampung
pos tersebut dalam laporan perubahan ekuitas.

296 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:296 Sec1:296 23/07/2008 13:00:31


PT PERKEBUNAN NUSANTARA
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2xx2 dan 2xx1
(dalam Rp juta)

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:297 Sec1:297


Selisih Selisih kurs
Selisih nilai
penilaian aset penjabaran
Modal transaksi Jumlah
Keterangan Cat. Modal dan kewajiban laporan keuangan Saldo laba
sumbangan restrukturisasi Ekuitas
karena kuasi- dalam mata uang
sepengendali
reorganisasi asing
Saldo per 31 Des 2xx0 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

Setoran modal xxx - - - - - xxx


Dividen - - - - - (xxx) (xxx)
Cadangan umum - - - - - (xxx) (xxx)
Cadangan bertujuan - - - - - (xxx) (xxx)
Laba (rugi) neto perio- - - - - - xxx xxx
de berjalan
Saldo per 31 Des 2xx1 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

Dividen (xxx)
Cadangan umum (xxx)
Bagian 5 I L a p o r a n

Laba (rugi) neto xxx


periode berjalan
Saldo per 31 Des 2xx2 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan


I 297
Perubahan Ekuitas

23/07/2008 13:00:31
Halaman ini sengaja dikosongkan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:298 Sec1:298 23/07/2008 13:00:31


Bagian 6 I L a p o r a n Arus Kas

Bagian VI
Laporan Arus Kas

A. Pengertian

1. Tujuan
Informasi tentang arus kas berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar
untuk menilai kemampuan perseroan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta
menilai kebutuhan penggunaan arus kas tersebut.
Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai laporan keuangan perlu
melakukan evaluasi terhadap kemampuan perseroan dalam menghasilkan kas dan
setara kas serta kepastian perolehannya. Evaluasi tersebut untuk mengetahui bagaimana
perseroan menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas, serta kebutuhan kas dan
setara kas untuk melaksanakan usaha, melunasi kewajiban, dan membagikan dividen
kepada pemegang saham.
Laporan arus kas memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara
kas dari suatu perseroan dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas
operasional, investasi, dan pendanaan selama suatu periode akuntansi.

2. Ruang Lingkup
Perseroan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam Pedoman
ini dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian dari yang tidak terpisahkan
atau integral dengan laporan keuangan untuk setiap periode sajian laporan keuangan.
Pedoman ini mewajibkan semua perseroan menyajikan laporan arus kas dengan metode
langsung (direct method).

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 299

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:299 Sec1:299 23/07/2008 13:00:31


Bagian 6 I L a p o r a n Arus Kas

3. Definisi
Beberapa istilah yang dipergunakan dalam Pedoman ini didefinisikan sebagai berikut:
a. Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan
pengeluaran kas dan setara kas selama periode tertentu yang dikelompokkan ke
dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
b. Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.
c. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka
sangat pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu
tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
d. Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.
e. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan
(principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
f. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta
investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
g. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah
serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan.

B. Dasar Pengaturan

1. Kas dan setara kas terdiri dari:


a. Kas;
b. Giro; dan
c. Deposito maksimal berjangka waktu 3 (tiga) bulan.
2. Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan
menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
3. Pelaporan arus kas untuk aktivitas operasi perseroan dengan menggunakan metode
langsung. Dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan
pengeluaran kas bruto diungkapkan.
4. Pelaporan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas
bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan, kecuali diatur bahwa arus kas
dilaporkan atas dasar arus kas bersih. (modifikasi PSAK 2 paragraf 51)

300 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:300 Sec1:300 23/07/2008 13:00:31


Bagian 6 I L a p o r a n Arus Kas

5. Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan berikut ini dapat
disajikan menurut arus kas bersih:
a. penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan para pelanggan apabila
arus kas tersebut lebih mencerminkan aktivitas pelanggan daripada aktivitas
perusahaan; dan
b. penerimaan dan pengeluaran kas untuk pos-pos dengan perputaran yang cepat,
dengan volume transaksi yang besar dan dengan jangka waktu singkat (maturity
short). (PSAK 2 paragraf 52)
6. Arus kas yang berasal dari transaksi dalam valuta asing harus dibukukan dalam mata
uang yang digunakan dalam pelaporan keuangan dengan menjabarkan jumlah mata
uang asing tersebut menurut kurs pada tanggal transaksi arus kas. (PSAK 2 paragraf
54)
7. Arus kas anak perusahaan di luar negeri dijabarkan berdasarkan kurs transaksi pada
tanggal arus kas. (PSAK 2 paragraf 55)
8. Arus kas sehubungan dengan pos luar biasa harus diklasifikasikan sebagai aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan sesuai dengan sifat transaksinya dan diungkapkan
secara terpisah. (PSAK 2 paragraf 56)
9. Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan masing-masing harus
diungkapkan tersendiri. Masing-masing harus diklasifikasikan secara konsisten antar
periode sebagai aktivitas operasi, investasi, atau pendanaan. (PSAK 2 paragraf 57)
10. Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan harus diungkapkan tersendiri
dan diklasifikasi sebagai arus kas aktivitas operasi kecuali jika secara spesifik dapat
diidentifikasikan sebagai aktivitas pendanaan dan investasi. (PSAK 2 paragraf 58)
11. Keseluruhan arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan anak perusahaan atau
unit bisnis lainnya harus diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasi sebagai aktivitas
investasi. (PSAK 2 paragraf 59)
12. Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut secara keseluruhan, sehubungan
dengan perolehan dan pelepasan (anak perusahaan) dan unit bisnis lainnya selama
satu periode:
a. Jumlah harga perolehan atau pelepasan;
b. Bagian nilai perolehan atau pelapasan yang dibayarkan dengan arus kas dan setara
kas;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 301

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:301 Sec1:301 23/07/2008 13:00:31


Bagian 6 I L a p o r a n Arus Kas

c. Jumlah kas dan setara kas pada unit bisnis yang diperoleh atau dilepaskan; dan
d. Jumlah aset dan kewajiban selain kas atau setara kas pada unit bisnis yang diperoleh
atau dilepaskan, diikhtisarkan berdasarkan kategori utamanya. (PSAK 2 paragraf
60)
13. Transaksi investasi dan pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan kas atau setara
kas harus dikeluarkan dari laporan arus kas. Transaksi semacam itu harus diungkapkan
sedemikian rupa pada catatan atas laporan keuangan sehingga dapat memberikan
semua informasi yang relevan mengenai aktivitas investasi dan pendanaan tersebut.
(PSAK 2 paragraf 61)
14. Perusahaan harus mengungkapkan komponen kas dan setara kas dan harus menyajikan
rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang sama yang disajikan
di neraca. (PSAK 2 paragraf 62)

C. Penjelasan

1. Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk
mengevaluasi perubahan dalam aset neto perseroan, struktur keuangan, termasuk
likuiditas dan solvabilitas, dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu
arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
2. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perseroan dalam menghasilkan
kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk
menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash
flows) dari berbagai perseroan.
3. Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu,
dan kepastian arus kas masa depan. Selain itu, informasi arus kas juga berguna untuk
meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya
dan dalam menentukan hubungan profitabilitas dan arus kas neto serta dampak
perubahan harga.
4. Perseroan menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dengan
cara yang paling sesuai dengan bisnis perseroan. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan
informasi yang memungkinkan para pemakai laporan untuk menilai pengaruh aktivitas
tersebut terhadap posisi keuangan perseroan serta terhadap jumlah kas dan setara kas.

302 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:302 Sec1:302 23/07/2008 13:00:31


Bagian 6 I L a p o r a n Arus Kas

Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan di antara ketiga
aktivitas tersebut.
5. Suatu transaksi tertentu dapat meliputi arus kas yang diklasifikasikan lebih dari satu
aktivitas. Sebagai contoh, jika pelunasan pinjaman oleh perseroan meliputi pokok
pinjaman dan bunga, maka bunga merupakan unsur yang dapat diklasifikasikan sebagai
aktivitas operasi dan pokok pinjaman merupakan unsur yang diklasifikasikan sebagai
aktivitas pendanaan.
6. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang
menentukan apakah dari hasil operasinya tersebut, perseroan dapat menghasilkan arus
kas yang cukup untuk melunasi kewajiban, memelihara kemampuan operasinya, dan
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber dana dari luar. Informasi
mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna
dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.
7. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama
pendapatan perseroan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari
transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan kenaikan/penurunan aset
neto. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi antara lain:
a. Penerimaan dari dan pembayaran kepada pembeli/pelanggan.
b. Penerimaan dari dan pembayaran kepada mitra usaha.
c. Penerimaan dari dan pembayaran kepada pemasok barang dan jasa.
d. Penerimaan dari dan pembayaran kepada karyawan.
e. Pembayaran kepada pajak, kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus sebagai
bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi.
8. Pengungkapan yang terpisah terhadap arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran
kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan penghasilan
dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
antara lain:
a. Pembayaran kas untuk membeli aset tetap dan aset tidak lancar lain, termasuk
biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri;
b. Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, peralatan, dan aset tidak lancar
lainnya;
c. Perolehan instrumen keuangan (efek hutang atau efek ekuitas) perusahaan lain;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 303

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:303 Sec1:303 23/07/2008 13:00:31


Bagian 6 I L a p o r a n Arus Kas

d. Pembayaran kas sehubungan dengan kontrak derivatif kecuali apabila kontrak


tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan atau apabila pembayaran tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. Jika suatu kontrak dimaksudkan untuk
lindung nilai (hedging) suatu posisi yang dapat diidentifikasi, maka arus kas dari
kontrak tersebut diklasifikasikan dengan cara yang sama seperti arus kas dari posisi
yang dilindung nilai.
9. Pengungkapan yang terpisah terhadap arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan
perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan
oleh para pemberi pinjaman dan penggunaan dana pembatasan oleh para donatur.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan, antara lain:
a. Penerimaan kas dari para donatur atau para pemberi pinjaman;
b. Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, dan pinjaman lainnya;
c. Pelunasan pinjaman;
d. Pembayaran kas atas kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.
10. Perseroan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode
langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus
kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung. Dengan
metode langsung, informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan
pengeluaran kas bruto dapat diperoleh dengan cara antara lain:
a. Melalui catatan akuntansi; atau
b. Menyesuaikan pos-pos lain dalam laporan aktivitas untuk;
1) Perubahan hutang bunga, selama periode berjalan;
2) Pos bukan kas lainnya; dan
3) Pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.
11. Arus kas dalam mata uang asing dilaporkan sesuai dengan PSAK 10: Transaksi dalam
Mata Uang Asing. Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan
kurs pada saat terjadinya transaksi.
12. Pada tanggal neraca, pos aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan
ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada
tanggal neraca. Sedangkan untuk pos nonmoneter harus menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia pada tanggal transaksi.
13. Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi yang timbul akibat perubahan kurs,
bukan merupakan arus kas. Namun demikian, pengaruh perubahan kurs terhadap

304 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:304 Sec1:304 23/07/2008 13:00:31


Bagian 6 I L a p o r a n Arus Kas

kas dan setara kas dalam mata uang asing dilaporkan dalam laporan arus kas untuk
merekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir kas dan setara kas. Jumlah selisih kurs tersebut
disajikan terpisah dari arus kas aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
14. Pajak penghasilan atas penghasilan yang diterima dapat diklasifikasikan sebagai
aktivitas operasi, investasi, atau pendanaan dalam laporan arus kas, walaupun beban
pajak penghasilan dapat dengan mudah diidentifikasikan dan dapat terjadi dalam
periode yang berbeda dengan transaksi arus kas yang mendasarinya. Oleh karena itu,
pajak yang dibayar umumnya diklasifikasikan sebagai arus kas dari aktivitas operasi.
Namun demikian, jika arus kas pajak tersebut dapat diidentifikasikan dengan transaksi
individual yang menimbulkan arus kas yang bersangkutan, maka arus kas tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan atau investasi, sesuai dengan jenis aktivitas
tersebut. Apabila arus kas pajak dialokasikan pada lebih satu jenis aktivitas, maka jumlah
keseluruhan pajak yang dibayar harus diungkapkan.
15. Apabila akuntansi untuk investasi pada perusahaan asosiasi atau anak perusahaan
dibukukan dengan menggunakan metode ekuitas atau metode biaya perolehan,
maka perseroan membatasi pelaporannya dalam laporan arus kas yang terjadi antara
perseroan dan investee, misalnya sejumlah dividen dan uang muka yang diterima.
16. Penyajian tersendiri mempengaruhi arus kas dari akuisisi dan pelepasan unit bisnis
lainnya sebagai suatu pos tunggal, bersama-sama dengan pengungkapan tersendiri
jumlah aset dan kewajiban yang diakuisisi akan membantu membedakan arus kas yang
berasal dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan lainnya. Pengaruh arus kas dari
pelepasan tidak boleh dikurangkan dari arus kas dalam rangka akuisisi.
17. Jumlah keseluruhan kas yang dibayarkan untuk pembelian atau diterima atas pelepasan
tersebut dilaporkan dalam laporan arus kas setelah memperhitungkan dalam jumlah
neto yaitu kas dan setara kas yang diperoleh atau dibayarkan.
18. Pengertian unit bisnis lainnya yang dimaksud dalam PSAK 2 paragraf 59 di dalam
perseroan adalah unit bisnis lainnya yang berada di luar kegiatan utamanya.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 305

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:305 Sec1:305 23/07/2008 13:00:31


Bagian 6 I L a p o r a n Arus Kas

D. Ilustrasi
Dalam ilustrasi ditampilkan laporan arus kas yang disajikan dengan metode langsung.

PT PERKEBUNAN NUSANTARA
LAPORAN ARUS KAS
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2xx2 dan 2xx1
(dalam Rp juta)

Keterangan Catatan 2xx2 2xx1


Arus kas dari aktivitas operasi
Penerimaan dari:
Pelanggan/pembeli xxx xxx
Bunga xxx xxx
Lain-lain xxx xxx
Total penerimaan xxx xxx

Pengeluaran kepada:
Pemasok (xxx) (xxx)
Mitra usaha (xxx) (xxx)
Karyawan (xxx) (xxx)
Pajak (xxx) (xxx)
Lain-lain (xxx) (xxx)
Total pengeluaran (xxx) (xxx)
Jumlah arus kas dari aktivitas operasi xxx xxx

Arus kas dari aktivitas investasi


Penerimaan
Penerimaan dividen xxx xxx
Penjualan investasi jangka pendek/panjang xxx xxx
Lain-lain xxx xxx
Total Penerimaan xxx xxx

306 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:306 Sec1:306 23/07/2008 13:00:31


Bagian 6 I L a p o r a n Arus Kas

Keterangan Catatan 2xx2 2xx1


Pengeluaran
Perolehan anak perusahaan (xxx) (xxx)
Pembelian aset tetap (xxx) (xxx)
Lain-lain (xxx) (xxx)
Total Pengeluaran (xxx) (xxx)
Jumlah arus kas dari aktivitas investasi xxx xxx

Arus kas dari aktivitas pendanaan


Penerimaan
Emisi saham xxx xxx
Emisi obligasi/MTN xxx xxx
Pinjaman bank xxx xxx
Lain-lain xxx xxx
Total penerimaan xxx xxx

Pengeluaran
Pembelian kembali saham (xxx) (xxx)
Pembayaran hutang bank (xxx) (xxx)
Pembayaran obligasi/MTN (xxx) (xxx)
Pembayaran dividen (xxx) (xxx)
PKBL (xxx) (xxx)
Lain-lain (xxx) (xxx)
Total pengeluaran xxx xxx

Jumlah arus kas dari aktivitas pendanaan xxx xxx

Kenaikan (penurunan) arus kas neto xxx xxx


Saldo kas dan setara kas awal periode xxx xxx
Saldo kas dan setara kas akhir periode xxx xxx

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 307

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:307 Sec1:307 23/07/2008 13:00:31


Halaman ini sengaja dikosongkan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:308 Sec1:308 23/07/2008 13:00:31


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

Bagian VII
Catatan Atas Laporan Keuangan

A. Pengertian

1. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan
keuangan. Catatan atas laporan keuangan memuat penjelasan mengenai gambaran
umum perseroan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan
dan informasi penting lainnya.
2. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang ada dalam catatan atas laporan keuangan.
3. Dalam Pedoman ini diatur yang harus diungkapkan mencakup, tetapi tidak terbatas,
pada unsur-unsur yang diuraikan dalam bagian ini. Secara umum, catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan:
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting;
b. Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas;
c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas tetapi diperlukan dalam rangka penyajian
secara wajar;
d. Untuk pos-pos yang nilainya material, harus dirinci dan dijelaskan dalam catatan
atas laporan keuangan. Sedangkan untuk pos-pos yang bersifat khusus harus dirinci
dan dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan tanpa mempertimbangkan
materialitasnya;
e. Untuk pos yang merupakan hasil penggabungan beberapa akun sejenis dirinci dan
dijelaskan sifat dari unsur utamanya dalam catatan atas laporan keuangan.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 309

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:309 Sec1:309 23/07/2008 13:00:31


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

4. Catatan atas laporan keuangan harus menunjukkan secara terpisah jumlah dari setiap
jenis transaksi dan saldo dengan para direktur, pegawai, komisaris, pemegang saham
utama, dan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Ikhtisar terpisah tersebut
diperlukan untuk piutang, hutang, penjualan atau pendapatan dan beban.
5. Dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan memahami dan membandingkan-
nya dengan laporan keuangan perusahaan lain maka catatan atas laporan keuangan
umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
a. pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang di-
terapkan;
b. informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-
pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen
laporan keuangan;
c. pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen dan pengungkapan keuangan
lainnya serta pengungkapan yang bersifat nonkeuangan.

B. Dasar Pengaturan

1. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan,
perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar
disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan.
Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun
pengungkapkan tersebut tidak diharuskan oleh PSAK. (PSAK 1 paragraf 10)
2. Laporan keuangan harus disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha. Apabila
laporan keuangan tidak disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha maka ke-
nyataan tersebut harus diungkapkan bersama dengan dasar lain yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan serta alasan mengapa asumsi kelangsungan usaha
perusahaan tidak dapat digunakan. (PSAK 1 paragraf 17)
3. Informasi kuantitatif harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya
kecuali dinyatakan lain oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Informasi kompa-
ratif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya
diungkapkan kembali apabila relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode
berjalan. (PSAK 1 paragraf 28)

310 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:310 Sec1:310 23/07/2008 13:00:31


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

4. Apabila penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan diubah maka penya-
jian periode sebelumnya direklasifikasi untuk memastikan daya banding. Sifat, jumlah
serta alasan reklasifikasi harus diungkapkan. Apabila reklasifikasi tersebut tidak praktis
dilakukan maka alasannya harus diungkapkan. (PSAK 1 paragraf 30)
5. Laporan keuangan setidaknya disajikan secara tahunan. Apabila tahun buku perusahaan
berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau
pendek dari periode satu tahun maka sebagai tambahan terhadap periode cakupan
laporan keuangan, perusahaan harus mengungkapkan:
a. alasan penggunaan periode pelaporan selain periode satu tahunan; dan
b. fakta bahwa jumlah komparatif dalam laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan.
(PSAK 1 paragraf 36)
6. Perusahaan harus mengungkapkan informasi mengenai jumlah setiap aset yang akan
diterima dan kewajiban yang akan dibayarkan sebelum dan sesudah dua belas bulan
dari tanggal neraca. (PSAK 1 paragraf 40)
7. Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas
bulan sejak tanggal neraca, apabila:
a. kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas
bulan;
b. perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan pendanaan
jangka panjang; dan
c. maksud tersebut pada huruf b didukung dengan perjanjian pembiayaan kembali
atau penjadualan kembali pembayaran yang resmi disepakati sebelum laporan
keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok kewajiban jangka
pendek sesuai dengan paragraf ini beserta informasi yang mendukung penyajian ter-
sebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. (PSAK 1 paragraf 47)
8. Perusahaan harus mengungkapkan, di neraca atau di catatan atas laporan keuangan,
sub-klasifikasi pos-pos yang disajikan, diklasifikasikan dengan cara yang tepat sesuai
dengan operasi perusahaan. Setiap pos di sub-klasifikasikan, jika memungkinkan,
sesuai dengan sifatnya; dan jumlah terutang atau piutang pada perusahaan induk, anak

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 311

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:311 Sec1:311 23/07/2008 13:00:31


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

perusahaan, perusahaan asosiasi dan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa


lainnya diungkapkan secara terpisah. (PSAK 1 paragraf 53)
9. Perusahaan mengungkapkan hal-hal berikut di neraca atau di catatan atas laporan
keuangan:
a. untuk setiap jenis saham:
1) jumlah saham modal dasar;
2) jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh;
3) nilai nominal saham;
4) ikhtisar perubahan jumlah saham beredar;
5) hak, keistimewaan dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham,
termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal;
6) saham perusahaan yang dikuasai oleh perusahaan itu sendiri atau oleh anak
perusahaan atau perusahaan asosiasi; dan
7) saham yang dicadangkan untuk hak opsi dan kontrak penjualan, termasuk nilai
dan persyaratannya.
b. penjelasan mengenai sifat dan tujuan pos cadangan dalam ekuitas;
c. penjelasan apakah dividen yang diusulkan tapi secara resmi belum disetujui untuk
dibayarkan telah diakui atau tidak sebagai kewajiban; dan
d. jumlah dividen saham preferen kumulatif yang belum diakui.
Perusahaan yang modalnya tidak terbagi dalam saham, seperti persekutuan, meng-
ungkapkan informasi yang setara dengan persyaratan di atas, yang memperlihatkan
perubahan dalam suatu periode dari setiap jenis penyertaan serta hak, keistimewaan
dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis penyertaan. (PSAK 1 paragraf 55)
10. Perusahaan menyajikan, di laporan laba rugi atau di catatan atas laporan keuangan,
rincian beban dengan menggunakan klasifikasi yang didasarkan pada sifat atau fungsi
beban di dalam perusahaan. (PSAK 1 paragraf 58)
11. Perusahaan yang mengklasifikasikan beban menurut fungsinya harus mengungkapkan
informasi tambahan mengenai sifat beban, termasuk beban penyusutan dan amortisasi
serta biaya pegawai. (PSAK 1 paragraf 63)
12. Perusahaan mengungkapkan dalam laporan laba rugi atau dalam catatan atas laporan
keuangan; jumlah dividen per saham yang diumumkan. (PSAK 1 paragraf 65)

312 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:312 Sec1:312 23/07/2008 13:00:32


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

13. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi
yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan
mengungkapkan:
a. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting;
b. informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi
tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan
ekuitas;
c. informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan
dalam rangka penyajian secara wajar. (PSAK 1 paragraf 69)
14. Bagian kebijakan akuntansi dalam catatan atas laporan keuangan menjelaskan hal-hal
sebagai berikut:
a. dasar pengukuran dalam menyiapkan laporan keuangan;
b. kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan guna memahami laporan keuangan
secara benar. (PSAK 1 paragraf 72)
15. Perusahaan mengungkapkan hal-hal berikut ini jika tidak diungkapkan dibagian
manapun dari informasi yang dipublikasikan bersama dengan laporan keuangan:
a. domisili dan bentuk hukum perusahaan, negara tempat pendirian perusahaan,
alamat kantor pusat perusahaan serta lokasi utama bisnis jika berbeda dari lokasi
kantor pusat;
b. keterangan mengenai hakekat operasi dan kegiatan utama perusahaan;
c. nama perusahaan dalam grup, nama perusahaan asosiasi, nama perusahaan induk
dan perusahaan holding;
d. nama anggota direksi dan komisaris; dan
e. jumlah karyawan pada akhir periode atau rata-rata jumlah karyawan selama
periode yang bersangkutan. (PSAK 1 paragraf 74)
16. Untuk setiap jenis pinjaman atau penerbitan surat berharga yang bersifat utang dalam
mata uang asing, perusahaan harus mengungkapkan informasi berikut ini:
a. karakteristik umum dari setiap pinjaman dan surat berharga yang bersifat utang
termasuk informasi mengenai suku bunga dan nama kreditur;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 313

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:313 Sec1:313 23/07/2008 13:00:32


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

b. nilai nominal dalam mata uang asing, jangka waktu pinjaman, tanggal jatuh tempo,
jadual angsuran atau pembayaran;
c. dasar konversi utang menjadi efek lain jika pinjaman dapat dikonversi;
d. nilai kurs yang digunakan pada tanggal neraca;
e. jaminan kredit;
f. hal penting lain, misalnya persyaratan kredit tidak dipenuhi. (PSAK 1 paragraf 75)
17. Apabila suatu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan diterapkan sebelum tanggal
berlaku efektif dan penerapan lebih dini tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang ada dalam Pernyataan tersebut, maka fakta tersebut harus diungkapkan. (PSAK 1
paragraf 76)

C. Penjelasan

1. PSAK dimaksudkan agar laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan,
kinerja dan arus kas sehingga tujuan laporan keuangan tersebut dapat tercapai. PSAK
mungkin tidak mengatur pengungkapan informasi tertentu padahal pengungkapan
informasi tersebut diperlukan guna menyajikan laporan keuangan secara wajar. Dalam
hal tersebut maka perseroan harus memberikan tambahan pengungkapan informasi
yang relevan sehingga laporan keuangan dapat disajikan secara wajar.
2. Pada beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan pada laporan keuangan periode
sebelumnya masih relevan untuk diungkapkan pada periode berjalan. Misalnya rincian
tentang sengketa hukum yang dihadapi, dimana hasil akhirnya belum diketahui secara
pasti pada periode sebelumnya dan masih dalam proses penyelesaian, perlu diungkapkan
kembali pada periode berjalan. Pengguna laporan akan memperoleh manfaat dari
informasi adanya ketidakpastian pada tanggal neraca sebelumnya dan langkah-langkah
yang telah dilakukan pada periode berjalan untuk mengatasi ketidakpastian tersebut.
3. Terdapat suatu keadaan dimana reklasifikasi guna menjaga daya banding informasi
komparatif dengan informasi pada periode berjalan tidak praktis dilakukan, misalnya pada
periode sebelumnya data dikumpulkan sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan
dilakukan reklasifikasi serta tidak praktis untuk menciptakan kembali informasi tersebut.
Dalam keadaan demikian maka sifat penyesuaian terhadap informasi komparatif yang
seharusnya dilakukan harus diungkapkan.

314 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:314 Sec1:314 23/07/2008 13:00:32


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

4. Dalam keadaan sangat luar biasa, perseroan mungkin terpaksa atau memutuskan
untuk mengubah tanggal neracanya misalnya akibat di akuisisi oleh perusahaan lain
yang mempunyai tanggal neraca yang berbeda. Dalam kasus seperti ini, pengguna
laporan perlu mengetahui bahwa jumlah yang disajikan pada periode berjalan dan
jumlah komparatif tidak dapat dibandingkan dan alasan perubahan tanggal neraca
diungkapkan.
5. Apabila perseroan menyediakan barang atau jasa dalam siklus operasi perseroan yang
dapat diidentifikasi dengan jelas, maka klasifikasi aset lancar dan tidak lancar serta
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca memberikan informasi yang
bermanfaat dengan membedakan aset bersih sebagai modal kerja dengan aset yang
digunakan untuk operasi jangka panjang. Pengklasifikasian tersebut juga menonjolkan
aset yang diharapkan akan direalisasi dalam siklus operasi berjalan dan kewajiban yang
akan jatuh tempo pada periode yang sama. Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset
dan kewajiban bermanfaat dalam menilai likuiditas dan solvabilitas perseroan.
6. Terdapat kewajiban yang akan jatuh tempo dalam siklus operasi tahun berikutnya,
diharapkan dapat dibiayai kembali atau diperpanjang kembali sehingga tidak diharapkan
adanya penggunaan modal kerja lancar. Kewajiban seperti itu merupakan bagian dari
pembiayaan jangka panjang perseroan dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. Dalam hal tidak terdapat perjanjian mengenai pembiayaan kembali, maka
pembiayaan kembali tidak dapat di asumsikan akan terjadi secara otomatis sehingga
kewajiban harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek. Perjanjian kembali
harus secara resmi disepakati sebelum laporan keuangan disetujui yang membuktikan
bahwa pada tanggal neraca substansi kewajiban merupakan kewajiban jangka
panjang.
7. Rincian yang tercakup dalam subklasifikasi, di neraca atau di catatan atas laporan
keuangan, tergantung pada persyaratan dari PSAK dan materialitas jumlah pos yang
bersangkutan. Pertimbangan apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah
didasarkan atas penilaian dari:
a. sifat, likuiditas dan materialitas aset;
b. fungsi pos-pos tersebut dalam perseroan;
c. jumlah, sifat dan jangka waktu kewajiban.
8. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang
tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan
ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 315

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:315 Sec1:315 23/07/2008 13:00:32


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk
diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan
untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
9. Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan
membandingkannya dengan laporan keuangan perusahaan lain, maka catatan atas
laporan keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
a. pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan;
b. informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-
pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen
laporan keuangan;
c. pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen dan pengungkapan keuangan
lainnya serta pengungkapan yang bersifat nonkeuangan.
Sistematika struktur dalam catatan atas laporan keuangan agar tetap dipertahankan
sepanjang hal tersebut praktis untuk dilaksanakan.
10. Pengguna laporan perlu mengetahui dasar pengukuran yang digunakan (nilai historis,
nilai pasar, nilai realisasi, nilai wajar atau nilai sekarang) sebagai landasan dalam
penyiapan laporan keuangan. Apabila lebih dari satu dasar pengukuran digunakan
dalam laporan keuangan, maka informasi yang disajikan cukup memadai untuk
dapat mengindikasikan aset dan kewajiban yang menggunakan dasar pengukuran
tersebut. Selanjutnya, dalam menentukan apakah kebijakan akuntansi tertentu harus
diungkapkan, manajemen mempertimbangkan apakah pengungkapan tersebut akan
membantu pengguna laporan untuk memahami bagaimana transaksi dan peristiwa
tercermin di laporan laba rugi dan neraca. Kebijakan akuntansi meliputi, tetapi tidak
terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:
a. pengakuan pendapatan;
b. prinsip-prinsip konsolidasi;
c. penggabungan usaha;
d. joint venture;
e. pengakuan beban termasuk metode penyusutan atau amortisasi aset berwujud
dan aset tidak berwujud;
f. kapitalisasi biaya pinjaman dan pengeluaran lainnya;
g. kontrak konstruksi;
h. properti investasi;

316 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:316 Sec1:316 23/07/2008 13:00:32


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

i. instrumen keuangan dan investasi;


j. sewa (lease);
k. biaya riset dan pengembangan;
l. persediaan;
m. pajak termasuk pajak tangguhan;
n. penyisihan;
o. biaya manfaat pensiun;
p. penjabaran mata uang asing dan lindung nilai (hedging);
q. definisi segmen usaha dan geografis dan dasar alokasi biaya antar segmen;
r. definisi kas dan setara kas;
s. akuntansi inflasi; dan
t. hibah pemerintah.

D. Unsur-unsur

1. Gambaran Umum Perseroan


Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
a. Pendirian.
b. Riwayat ringkas.
c. Nomor dan tanggal akta pendirian serta perubahan terakhir, pengesahan
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (d.h. Departemen Kehakiman) dan
atau nomor dan tanggal Berita Negara yang bersangkutan.
d. Bidang usaha utama sesuai anggaran dasar dan kegiatan utama pada periode
pelaporan.
e. Tempat kedudukan dan lokasi utama kegiatan usaha.
f. Tanggal mulai beroperasi. Apabila perseroan melakukan ekspansi atau penciutan
usaha secara signifikan pada periode laporan yang disajikan, harus disebutkan saat
dimulainya ekspansi atau penciutan usaha dan kapasitas usaha.
g. Karyawan, direksi dan komisaris:
1) Nama anggota direksi dan dewan komisaris;
2) Jumlah karyawan pada akhir periode atau rata-rata jumlah karyawan selama
periode yang bersangkutan.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 317

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:317 Sec1:317 23/07/2008 13:00:32


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

h. Struktur kepemilikan perseroan dan anak perusahaan.


i. Penjelasan hubungan kepemilikan antara perseroan dan anak perusahaan baik yang
dimiliki secara langsung maupun tidak langsung. Penjelasan tersebut mencakup
hal-hal berikut:
1) Nama anak perusahaan yang dimiliki;
2) Tempat kedudukan anak perusahaan;
3) Jenis usaha anak perusahaan;
4) Tahun beroperasi anak perusahaan secara komersial;
5) Persentase kepemilikan pada anak perusahaan;
6) Total aset anak perusahaan;
7) Informasi penting lain yang berkaitan dengan anak perusahaan, seperti:
a) alasan tidak dikonsolidasikannya laporan keuangan anak perusahaan;
b) dampak penggunaan kebijakan akuntansi yang berbeda oleh anak
perusahaan;
c) proporsi unsur-unsur yang terkait dengan kebijakan akuntansi tersebut.
j. Penjelasan kerja sama usaha antara perseroan dan anak perusahaan dengan mitra
usahanya. Penjelasan tersebut mencakup, tetapi tidak terbatas, pada hal-hal
berikut:
1) Nama mitra usaha;
2) Jenis aktivitas yang tercakup dalam kerja sama usaha;
3) Jangka waktu kerja sama usaha;
4) Aset perseroan/anak perusahaan dan mitra usaha yang digunakan dalam kerja
sama usaha;
5) Persentase pembagian hasil;
6) Informasi penting lain yang berkaitan dengan kerja sama usaha.

2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi


Dalam bagian ini harus diungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan.
1) Dasar pengukuran laporan keuangan yaitu berdasarkan biaya historis (historical

318 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:318 Sec1:318 23/07/2008 13:00:32


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

cost), biaya kini (current cost), nilai realisasi (realizable value), nilai sekarang
(present value), nilai wajar (fair value) berdasarkan standar akuntansi yang
berlaku.
2) Dasar penyusunan laporan keuangan yaitu dasar akrual kecuali untuk laporan
arus kas.
3) Kebijakan akuntansi tertentu.
b. Kebijakan akuntansi meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal berikut:
1) Konsep dasar pengukuran laporan keuangan;
2) Prinsip-prinsip konsolidasi;
3) Transaksi dalam mata uang asing;
4) Kas dan setara kas;
5) Piutang dan penyisihan piutang;
6) Persediaan;
7) Aset tetap dan penyusutan;
8) Investasi dan penyertaan;
9) Biaya yang ditangguhkan;
10) Hutang usaha;
11) Pendapatan diterima dimuka;
12) Pengakuan pendapatan;
13) Pengakuan beban;
14) Pajak penghasilan;
15) Tunjangan karyawan;
16) Sewa (lease);
17) Kerja sama usaha; dan
18) Hibah pemerintah.

3. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Keuangan


Penjelasan atas pos-pos laporan keuangan disusun dengan memperhatikan urutan
penyajian neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas,
serta informasi tambahan sesuai dengan ketentuan pengungkapan pada setiap pos
pada bagian yang terkait, ditambah dengan pengungkapan:

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 319

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:319 Sec1:319 23/07/2008 13:00:32


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

a. Hak minoritas
Rincian bagian pemegang saham minoritas atas aset bersih anak perusahaan untuk
masing-masing anak perusahaan.
b. Pos luar biasa
Sifat dan jumlah dari setiap unsur pos luar biasa, nilai pajak penghasilan yang
terkait dan nilai bersihnya.
c. Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan
Rincian bagian pemegang saham minoritas atas laba bersih anak perusahaan untuk
masing-masing anak perusahaan.
d. Transaksi hubungan istimewa
1) Rincian jumlah masing-masing pos aset, kewajiban, penghasilan dan beban
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa beserta persentasenya
terhadap total aset, kewajiban, penghasilan dan beban.
2) Penjelasan transaksi yang tidak berhubungan dengan kegiatan usaha utama
dan jumlah hutang/piutang sehubungan dengan transaksi tersebut.
3) Sifat hubungan, jenis dan unsur transaksi hubungan istimewa.
4) Kebijakan syarat transaksi serta pernyataan apakah penerapan kebijakan syarat
tersebut sama dengan kebijakan syarat untuk transaksi dengan pihak lain yang
tidak memiliki hubungan istimewa.
5) Alasan dan dasar dilakukannya pembentukan penyisihan kerugian piutang
yang terkait dengan hubungan istimewa.
e. Perubahan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar
1) Perubahan estimasi akuntansi
a) Hakikat dan alasan perubahan estimasi akuntansi;
b) Jumlah perubahan estimasi yang mempengaruhi periode berjalan; dan
c) Pengaruh estimasi terhadap periode mendatang. Jika penghitungan
pengaruh terhadap periode mendatang tidak praktis kenyataan tersebut
harus diungkapkan.
2) Perubahan kebijakan akuntansi
a) Hakikat, alasan dan tujuan dilakukannya perubahan kebijakan akuntansi;

320 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:320 Sec1:320 23/07/2008 13:00:32


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

b) Jumlah penyesuaian perubahan kebijakan akuntansi terhadap periode


berjalan dan periode sebelumnya yang disajikan kembali;
c) Jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan masa sebelum periode
yang tercakup dalam informasi komparatif; dan
d) Kenyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau
kenyataan bahwa untuk menyatakan kembali informasi komparatif
dianggap tidak praktis.
3) Kesalahan mendasar
a) Hakikat kesalahan mendasar;
b) Jumlah koreksi untuk periode berjalan dan periode-periode sebelumnya;
c) Jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode-periode sebelum
periode yang tercakup dalam informasi komparatif; dan
d) Kenyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau
kenyataan bahwa informasi komparatif tidak praktis untuk dinyatakan
kembali.
f. Informasi segmen
1) Pengungkapan segmen primer
a) Pendapatan untuk tiap segmen dilaporkan;
b) Hasil untuk tiap segmen dilaporkan;
c) Jumlah keseluruhan nilai tercatat aset segmen untuk setiap segmen
dilaporkan;
d) Jumlah keseluruhan kewajiban segmen untuk setiap segmen dilaporkan;
e) Jumlah biaya keseluruhan yang terjadi selama suatu periode untuk mem-
peroleh aset segmen, baik aset tetap maupun aset tidak berwujud, yang
diperkirakan akan digunakan lebih dari satu periode. Meskipun perolehan
tersebut seringkali disebut sebagai pengeluaran modal, namun pengukuran
yang diterapkan dalam prinsip ini menggunakan dasar akrual;
f) Jumlah keseluruhan beban depresiasi dan amortisasi aset segmen yang
tercakup dalam hasil segmen;
g) Jumlah keseluruhan beban nonkas signifikan, selain dari depresiasi dan
amortisasi yang harus diungkapkan secara terpisah untuk setiap segmen
yang dilaporkan;

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 321

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:321 Sec1:321 23/07/2008 13:00:32


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

h) Perseroan dianjurkan, tetapi tidak diharuskan, untuk mengungkapkan


karakteristik dan jumlah komponen-komponen pendapatan dan beban
segmen, yang ukuran, karakteristik atau kejadiannya relevan untuk
diungkapkan dalam rangka menjelaskan kinerja tiap segmen dilaporkan
pada suatu periode;
i) Perseroan sangat dianjurkan untuk mengungkapkan arus kas segmen.
2) Pengungkapan segmen sekunder
a) Pendapatan segmen dari pelanggan eksternal menurut wilayah geografis
yang ditentukan berdasarkan lokasi geografis pelanggan;
b) Jumlah nilai tercatat aset segmen menurut lokasi geografis aset;
c) Jumlah biaya perolehan aset segmen berdasarkan lokasi aset.
3) Pengungkapan lainnya
a) Perubahan kebijakan akuntansi dalam pelaporan segmen yang berdampak
material pada informasi segmen harus diungkapkan, dan informasi
segmen periode sebelumnya yang disajikan untuk tujuan komparatif harus
disajikan kembali, kecuali apabila hal tersebut tidak praktis dilakukan.
b) Pengungkapan demikian harus mencakup penjelasan mengenai karak-
teristik perubahan, alasan perubahan, fakta bahwa informasi komparatif
telah disajikan kembali atau tidak praktis untuk dilakukan, serta dampak
keuangan perubahan tersebut, jika dampak tersebut dapat ditentukan
secara memadai.
c) Jika perseroan mengubah identifikasi segmen dan perseroan tidak menyaji-
kan kembali informasi segmen periode sebelumnya atas dasar yang baru
karena tidak praktis dilakukan, untuk tujuan perbandingan, perseroan
harus melaporkan data segmen menurut dasar segmentasi yang lama
dan yang baru dalam tahun terjadinya perubahan identifikasi segmen
tersebut.
g. Komitmen dan kontinjensi
1) Pengungkapan komitmen
a) Kontrak/perjanjian yang memerlukan penggunaan dana di masa yang
akan datang, seperti: perjanjian jual beli dan ikatan untuk investasi:
(1) Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian;
(2) Periode berlakunya komitmen;

322 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:322 Sec1:322 23/07/2008 13:00:32


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

(3) Nilai keseluruhan, mata uang, dan bagian yang telah direalisasi; dan
(4) Sanksi-sanksi
b) Uraian mengenai sifat, jenis, jumlah dan batasan-batasannya.
2) Pengungkapan kontinjensi
a) Untuk perkara/sengketa hukum:
(1) Pihak-pihak yang terkait;
(2) Jumlah yang diperkarakan;
(3) Latar belakang, isi dan status perkara dan pendapat hukum (legal
opinion); dan
(4) Probabilitas risiko dari peristiwa kontinjen diungkapkan berdasarkan
prinsip-prinsip manajemen risiko.
b) Untuk peraturan pemerintah yang mengikat, seperti masalah ketenaga-
kerjaan, diungkapkan uraian singkat tentang peraturan dan dampaknya.
c) Kemungkinan kewajiban pajak tambahan
(1) Jenis ketetapan/tagihan pajak, jenis pajak, tahun pajak serta jumlah
pokok dan denda/bunganya;
(2) Sikap perseroan terhadap ketetapan/tagihan pajak, misalnya keberat-
an, banding dan sebagainya.
h. Informasi penting lainnya
Informasi penting lainnya antara lain sifat, jenis, jumlah dan dampak dari peristiwa
atau keadaan tertentu yang mempengaruhi kinerja perseroan, seperti peristiwa/
keadaan yang mempengaruhi kelangsungan hidupnya.
i. Peristiwa setelah tanggal neraca
1) Uraian peristiwa, misalnya tanggal terjadinya, sifat peristiwa;
2) Jumlah moneter yang mempengaruhi pos-pos laporan keuangan.
j. Perkembangan terakhir standar akuntansi keuangan dan peraturan lainnya
1) Penjelasan mengenai standar akuntansi keuangan dan peraturan baru yang
akan diterapkan dan mempengaruhi aktivitas perseroan.
2) Estimasi dampak penerapan standar akuntansi keuangan dan peraturan baru
tersebut.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 323

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:323 Sec1:323 23/07/2008 13:00:32


Bagian 7 I C a t a t a n Atas Laporan Keuangan

k. Reklasifikasi
Harus diungkapkan antara lain mengenai sifat, jumlah, dan alasan reklasifikasi
untuk setiap pos dalam tahun buku sebelum tahun buku terakhir yang disajikan
dalam rangka laporan keuangan komparatif.

324 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:324 Sec1:324 23/07/2008 13:00:32


Daftar Istilah

Daftar Istilah

Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang
tidak termasuk setara kas.
Aktivitas normal adalah setiap aktivitas yang dilakukan oleh sebuah perusahaan sebagai bagian
dari usahanya dan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan usaha utama perusahaan
tersebut.
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-
producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan.
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi modal dan pinjaman perusahaan.
Anak perusahaan adalah perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan lain (yang disebut
induk perusahaan).
Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.
Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dimana manfaat ekonomis di masa depan diharapkan akan diperoleh.
Aset dimiliki untuk dijual adalah aset tidak lancar yang nilai tercatatnya secara prinsip akan
dipulihkan melalui transaksi penjualan daripada kelanjutan pemakaian.
Aset kerjasama operasi adalah aset sehubungan dengan kerjasama operasi.
Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa
datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali perusahaan.
Aset lancar adalah aset yang diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan, dimiliki untuk diperdagangkan atau
untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisir dalam jangka waktu 12 bulan
dari tanggal neraca, atau berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
Aset lancar lainnya adalah aset lancar yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu pos-pos
aset lancar yang ada dan tidak cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 325

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:325 Sec1:325 23/07/2008 13:00:32


Daftar Istilah

Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada periode mendatang
sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi
kerugian.
Aset sewaan (leased asset) adalah aset yang diperoleh melalui perjanjian sewa yang diklasifikasi-
kan sebagai sewa pembiayaan.
Aset tanaman adalah aset tetap yang berupa tanaman perkebunan yang terdiri dari tanaman
belum menghasilkan (TBM) dan tanaman telah menghasilkan (TM).
Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan
diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai
wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang
atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif.
Aset tidak lancar adalah semua aset yang tidak termasuk kategori aset lancar, seperti yang telah
disebutkan pada klasifikasi aset lancar di atas.
Aset tidak lancar lainnya adalah pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam
kelompok pos aset tidak lancar yang ada dan tidak secara material untuk disajikan
tersendiri.
Aset yang memenuhi syarat adalah suatu aset yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar
siap digunakan atau dijual sesuai dengan tujuannya.
Bagian kewajiban jangka panjang yang segera jatuh tempo adalah bagian dari utang jangka
panjang yang telah jatuh tempo dalam periode berjalan atau akan dilunasi dalam waktu
kurang dari satu tahun.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus
keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Beban nonusaha adalah beban yang tidak berhubungan dengan pelaksanaan usaha atau beban
aktivitas pendukung atau bukan aktivitas utama perusahaan, baik beban lainnya (other
expenses) dan kerugian (lost).
Beban pajak atau penghasilan pajak adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan yang
diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada satu periode.

326 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:326 Sec1:326 23/07/2008 13:00:32


Daftar Istilah

Beban pajak penghasilan adalah jumlah agregat beban pajak kini dan pajak tangguhan yang
diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada satu periode.
Beban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang untuk periode mendatang
sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
Beban pokok penjualan adalah biaya suatu produk yang dijual.
Beban tangguhan adalah biaya-biaya yang pada awalnya diakui sebagai aset tetapi diperkirakan
akan menjadi beban selama waktu tertentu atau melalui operasi normal suatu usaha.
Beban usaha adalah beban yang berhubungan dengan pelaksanaan usaha tetapi tidak dapat
dibebankan secara langsung kepada produk atau jasa yang dijual.
Beban yang masih harus dibayar adalah beban yang telah diakru hingga tanggal neraca. Pada
umumnya beban ini belum dibayar karena dokumen penagihan belum diterima atau akibat
jatuh tempo pembayarannya.
Biaya bahan langsung adalah biaya bahan yang menjadi bagian yang menyatu dari suatu produk
jadi dan jumlahnya signifikan dari total biaya produksi.
Biaya dibayar dimuka adalah pembayaran biaya dimuka yang manfaatnya akan digunakan di
dalam satu periode yang akan datang.
Biaya overhead produksi adalah biaya selain biaya bahan langsung atau biaya tenaga kerja
langsung yang terjadi dalam proses produksi suatu produk.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain
yang diberikan untuk memperoleh atau membudidayakan aset tanaman sampai dengan aset
tanaman tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan sesuai dengan
tujuan.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan
lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi
atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui
sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.
Biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung perusahaan sehubungan
dengan peminjaman dana.
Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan perolehan, konstruksi atau produksi aset yang memenuhi syarat sebagai
bagian dari biaya perolehan aset tersebut. Biaya pinjaman selain itu diakui sebagai beban
pada periode terjadinya.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 327

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:327 Sec1:327 23/07/2008 13:00:32


Daftar Istilah

Biaya produksi adalah biaya untuk memproduksi suatu produk yang terdiri dari biaya bahan
langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead produksi.
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang terlibat langsung dalam mengubah
bahan menjadi produk jadi dan jumlahnya signifikan dari total biaya produksi.
Dasar pengenaan pajak aset atau kewajiban adalah nilai aset atau kewajiban yang diakui oleh
Direktorat Jenderal Pajak dalam penghitungan laba fiskal.
Dasar pengenaan pajak aset atau kewajiban adalah nilai aset atau kewajiban yang diakui oleh
Direktorat Jenderal Pajak dalam penghitungan laba fiskal.
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian perusahaan (nasabah penyimpan) dengan bank.
Diskon adalah jumlah kurang harga jual obligasi daripada nilai par.
Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka
atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan utang piutang antara kreditor dengan
entitas yang menerbitkan efek.
Ekuitas adalah hak residual pemilik atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban.
Harga jual neto adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan aset dalam transaksi antar
pihak-pihak yang bebas (arm’s length transaction), setelah dikurangi biaya yang terkait.
Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja (selain pesangon pemutusan kontrak kerja
dan imbalan berbasis ekuitas) yang jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan jasa.
Induk perusahaan adalah perusahaan yang memiliki satu atau lebih anak perusahaan.
Investasi jangka panjang adalah investasi yang tidak segera dicairkan dan dimaksudkan untuk
dimiliki lebih dari satu tahun yang berbentuk aset keuangan.
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk
dimiliki selama satu tahun atau kurang, yang berbentuk aset keuangan.
Investasi pada perusahaan asosiasi adalah penanaman dana dalam bentuk kepemilikan saham
pada perusahaan lain untuk tujuan jangka panjang di mana investor mempunyai pengaruh
signifikan.

328 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:328 Sec1:328 23/07/2008 13:00:32


Daftar Istilah

Investasi pada perusahaan lainnya adalah penanaman dana dalam bentuk kepemilikan saham
pada perusahaan lain untuk tujuan jangka panjang di mana investor tidak mempunyai
pengaruh signifikan.
Investor adalah perusahaan yang memiliki investasi dalam saham pada anak perusahaan dan
atau perusahaan asosiasi.
Joint venture adalah perjanjian kontraktual yang melibatkan dua atau lebih pihak-pihak untuk
melakukan kegiatan ekonomi yang dikendalikan bersama.
Jumlah tercatat adalah nilai yang disajikan dalam neraca setelah dikurangi akumulasi penyusutan
dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah nilai yang lebih tinggi antara harga jual neto dengan
nilai pakai suatu aset.
Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan suatu aset, atau jumlah lain yang menjadi
pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya.
Kas adalah mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun mata uang asing yang masih berlaku
sebagai alat pembayaran yang sah.
Kerjasama operasi adalah investasi dalam bentuk kerjasama antara 2 (dua) pihak atau lebih
untuk melakukan suatu usaha bersama dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang
dimiliki dan secara bersama-sama menanggung risiko usaha tersebut sesuai perjanjian.
Kewajiban adalah utang masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya yang mengandung manfaat
ekonomi.
Kewajiban diestimasi adalah kewajiban perusahaan yang jumlah dan waktunya belum pasti.
Kewajiban diestimasi jangka panjang adalah kewajiban perusahaan yang jumlah dan waktunya
belum pasti yang dibentuk untuk estimasi pengeluaran dalam jangka panjang (diperkirakan
akan diselesaikan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus normal operasi perusahaan atau
jatuh tempo dalam jangka waktu lebih dari dua belas bulan dari tanggal neraca).
Kewajiban diestimasi jangka pendek adalah kewajiban perusahaan yang jumlah dan waktunya
belum pasti serta dibentuk untuk estimasi pengeluaran dalam jangka pendek (diperkirakan
akan diselesaikan dalam jangka waktu satu siklus normal operasi perusahaan atau jatuh
tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca).

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 329

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:329 Sec1:329 23/07/2008 13:00:33


Daftar Istilah

Kewajiban hukum adalah kewajiban yang timbul dari suatu kontrak legislasi atau peraturan
perundang-undangan, atau pelaksanaan produk hukum lainnya.
Kewajiban imbalan kerja jangka panjang adalah kewajiban atas imbalan kerja yang jatuh tempo
lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan
jasa.
Kewajiban imbalan kerja jangka pendek adalah kewajiban atas imbalan kerja (selain pesangon
pemutusan kontrak kerja dan imbalan berbasis ekuitas) yang jatuh tempo dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan jasa.
Kewajiban jangka panjang adalah semua kewajiban selain yang termasuk sebagai kewajiban
jangka pendek seperti yang dijelaskan di atas.
Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka
waktu siklus normal operasional perusahaan, atau jatuh tempo dalam jangka waktu dua
belas bulan dari tanggal neraca.
Kewajiban keuangan adalah setiap kewajiban yang berupa:
(1) kewajiban kontraktual:
(a) untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada perusahaan lain; atau
(b) untuk mempertukarkan aset keuangan atau kewajiban keuangan yang berpotensi tidak
menguntungkan.
(2) kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas yang
diterbitkan oleh perusahaan dan merupakan:
(a) nonderivatif yang perusahaan harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima suatu
jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh perusahaan; atau
(b) derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan sejumlah
tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang
diterbitkan oleh perusahaan.
Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari tindakan perusahaan yang dalam hal
ini berdasarkan praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasi atau pernyataan
baru yang cukup spesifik, perusahaan telah memberikan indikasi kepada pihak lain
bahwa perusahaan akan menerima tanggung jawab tertentu dan akibatnya, perusahaan
telah menimbulkan ekspektasi kuat dan sah kepada pihak lain bahwa perusahaan akan
melaksanakan tanggung jawab tersebut.

330 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:330 Sec1:330 23/07/2008 13:00:33


Daftar Istilah

Kewajiban kontinjensi adalah:


(1) kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti
dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali perusahaan; atau
(2) kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena:
(a) tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) perusahaan mengeluarkan sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomis (selanjutnya disebut sebagai “sumber daya”)
untuk menyelesaikan kewajibannya; atau
(b) jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang untuk periode mendatang
sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban
pajak.
Metode biaya adalah metode akuntansi yang mencatat investasi sebesar biaya perolehan
penghasilan baru diakui oleh investor apabila investee mendistribusikan laba bersih, kecuali
dividen saham, yang berasal dari laba setelah tanggal perolehan.
Metode ekuitas adalah metode akuntansi yang mencatat investasi pada mulanya sebesar
biaya perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk perubahan dalam bagian kepemilikan
investor atas aset bersih investee yang terjadi setelah perolehan. Laporan laba rugi investor
merefleksikan bagian laba atau rugi investor atas hasil usaha investee.
Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan
diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan (atau kelompok aset keuangan
atau kewajiban keuangan) dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau
beban bunga selama periode yang relevan.
Modal dasar adalah seluruh nilai nominal saham sesuai dengan Anggaran Dasar.
Modal disetor adalah modal yang telah efektif diterima perusahaan dari pihak ketiga sebesar
nilai nominal saham.
Modal sumbangan adalah modal yang didapatkan oleh perusahaan dari sumbangan atau donasi
pihak ketiga.
Nilai par adalah nilai yang tertera (nilai pokok) dalam instrumen obligasi ketika diterbitkan.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 331

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:331 Sec1:331 23/07/2008 13:00:33


Daftar Istilah

Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan usaha normal dikurangi
dengan taksiran biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penjualan, jika ada.
Nilai residu aset adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh saat ini dari pelepasan aset,
setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika aset tersebut telah mencapai umur dan
kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak
yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar
(arm’s length transaction).
Obligasi adalah instrumen utang jangka panjang yang mencerminkan kewajiban kontraktual
perusahaan untuk membayar bunga dan pokok.
Pajak dibayar dimuka adalah pembayaran pajak yang akan diperhitungkan dengan kewajiban
pajak.
Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan terutang atas penghasilan kena pajak pada satu
periode.
Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan, pajak ini
dikenakan atas penghasilan kena pajak.
Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang setelah pelunasannya, kewajiban pajak
telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak digabungkan
dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final.
Pembayaran sewa minimum (minimum lease payments) adalah pembayaran selama masa
sewa yang harus dibayar oleh lessee atau lessee dapat dituntut untuk membayar, tidak
meliputi rental kontinjen, biaya jasa, dan pajak yang dibayar oleh dan diberikan gantinya
kepada lessor, ditambah dengan jumlah yang dijamin oleh lessee atau oleh pihak yang
terkait dengan lessee.
Pendapatan (revenue) adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa.
Pendapatan diterima dimuka adalah uang yang diterima dari pihak lain sehubungan dengan
penjualan produk yang akan dilakukan oleh perusahaan di masa depan, tetapi produk
tersebut belum diserahkan kepada pemesan.
Pendapatan nonusaha (non-operating revenue) adalah semua jenis pendapatan perusahaan
yang berasal dari aktivitas pendukung atau bukan aktivitas utama perusahaan, baik
pendapatan lainnya (other revenues) dan keuntungan (gain).

332 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:332 Sec1:332 23/07/2008 13:00:33


Daftar Istilah

Pendapatan usaha (operating revenue) adalah pendapatan yang diperoleh dari aktivitas yang
disebutkan dalam anggaran dasar perusahaan.
Penerusan pinjaman adalah pinjaman yang berasal dari dalam dan luar negeri kepada BUMN/
perusahaan terbatas atau yang dipersamakan.
Pengaruh signifikan adalah penyertaan dalam pengambilan keputusan kebijakan keuangan
dan operasi suatu perusahaan, tetapi tidak mengendalikan kebijakan tersebut. Pengaruh
signifikan dapat dijalankan dengan berbagai cara antara lain berdasarkan perwakilan dalam
dewan komisaris atau penyertaan dalam proses perumusan kebijakan, transaksi antar
perusahaan yang material, pertukaran karyawan manajerial, atau ketergantungan pada
informasi teknis pengaruh signifikan dapat diperoleh berdasarkan kepemilikan bersama,
anggaran dasar, atau perjanjian.
Pengendalian adalah kekuatan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasi dari sebuah
perusahaan untuk mendapat manfaat dari aktivitasnya.
Pengendalian bersama adalah pengendalian bersama oleh para venturer atas suatu kegiatan
usaha yang didasarkan pada perjanjian kontraktual.
Pengendalian Bersama Aset (PBA) adalah kegiatan joint ventures dimana para venturer
melakukan pengendalian bersama dan kepemilikan bersama atas satu atau lebih aset yang
diserahkan oleh venturer, atau dibeli untuk digunakan dalam melaksanakan kegiatan joint
ventures. Masing-masing venturer dapat mengambil bagiannya atas output yang dihasilkan
oleh aset tersebut dan masing-masing memikul bagiannya atas beban yang terjadi.
Pengendalian Bersama Operasional (PBO) adalah kegiatan joint ventures yang meliputi
pemanfaatan aset dan sumber daya lainnya dari para venturer dan tidak memerlukan
pembentukan suatu perusahaan terbatas, firma, badan usaha lain atau suatu pengelolaan
keuangan yang terlepas dari venturer. Perjanjian joint ventures biasanya mengatur cara
pembagian pendapatan dari penjualan produk bersama dan pembagian beban bersama
lainnya yang terjadi.
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal (shareholder).
Penghasilan kena pajak atau laba fiskal atau rugi pajak adalah laba atau rugi selama satu periode
yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar penghitungan
pajak penghasilan.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 333

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:333 Sec1:333 23/07/2008 13:00:33


Daftar Istilah

Penghentian-pengakuan adalah pengeluaran aset keuangan atau kewajiban keuangan dari


neraca yang sebelumnya telah diakui.
Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur
manfaatnya.
Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau kewajiban dengan
dasar pengenaan pajak.
Perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah
kena pajak dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aset
dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban tersebut diselesaikan.
Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan adalah perbedaan temporer yang menimbulkan
suatu jumlah yang boleh dikurangkan dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang
pada saat nilai tercatat aset dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban tersebut diselesaikan.
Perkebunan inti adalah perkebunan yang dimiliki oleh perusahaan.
Perkebunan plasma adalah perkebunan yang akan diserahkan kepada petani pada saat siap
menghasilkan yang dana pembuatannya bersumber dari perbankan, bukan pemerintah.
Perkebunan rakyat adalah perkebunan yang akan diserahkan kepada petani pada saat siap
menghasilkan yang dana pembuatannya bersumber dari pemerintah.
Persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal aset dalam
proses produksi dan atau dalam perjalanan atau aset yang tersedia dalam bentuk bahan
atau perlengkapan untuk digunakan dalam pemberian pelayanan, proses produksi, dan
mendukung kegiatan administratif.
Perusahaan asosiasi adalah suatu perusahaan yang investornya mempunyai pengaruh yang
signifikan dan bukan anak perusahaan maupun joint venture dari investornya.
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai
hubungan istimewa bila salah satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan
pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan
keuangan dan operasional.
Piutang adalah hak tagih terhadap pihak lain atas kas, barang atau jasa.
Piutang antar badan hukum jangka panjang adalah piutang yang timbul sebagai akibat dari
transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, selain untuk pos yang telah
ditentukan penyajiannya dan akan diselesaikan lebih dari satu periode setelah tanggal
neraca.

334 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:334 Sec1:334 23/07/2008 13:00:33


Daftar Istilah

Piutang antar badan hukum jangka pendek adalah piutang yang timbul sebagai akibat dari
transaksi nonusaha dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, selain untuk
pos yang telah ditentukan penyajiannya dan akan diselesaikan dalam satu periode setelah
tanggal neraca.
Piutang lain-lain adalah piutang selain dari kegiatan usaha atau piutang selain piutang usaha.
Piutang perkebunan inti plasma (plasma) adalah piutang yang berasal dari program perkebunan
inti plasma yang sumber dananya berasal dari perbankan, bukan pemerintah, dan akan
diselesaikan lebih dari satu periode setelah tanggal neraca.
Piutang perkebunan inti rakyat (PIR) adalah piutang yang berasal dari program perkebunan inti
rakyat yang sumber dananya berasal dari pemerintah dan akan diselesaikan lebih dari satu
periode setelah tanggal neraca.
Piutang usaha adalah jumlah tagihan terhadap pihak lain atas penjualan barang atau pemberian
jasa yang merupakan bagian dari kegiatan usaha sesuai anggaran dasar.
Premium adalah jumlah lebih harga jual obligasi daripada nilai par.
Produk sampingan (by product) adalah produk yang tidak dimaksudkan untuk dihasilkan dari
suatu proses produksi yang serentak dan mempunyai nilai yang relatif rendah.
Produk tanaman adalah produk yang dihasilkan dari aset tanaman.
Produk utama (main product) adalah produk yang dimaksudkan untuk dihasilkan dari suatu
proses produksi yang serentak.
Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau
kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk
menghasilkan pendapatan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif
atau dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Properti yang digunakan sendiri adalah properti yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui
sewa pembiayaan) untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau
untuk tujuan administratif
Rugi penurunan nilai adalah selisih dari jumlah tercatat suatu aset dengan jumlah yang dapat
diperoleh kembali dari aset tersebut.
Saldo laba adalah laba bersih setelah pajak yang belum didistribusikan yang terdiri dari laba atau
rugi tahun lalu yang penggunaannya belum ditetapkan oleh RUPS ditambah laba atau rugi
tahun berjalan.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 335

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:335 Sec1:335 23/07/2008 13:00:33


Daftar Istilah

Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali adalah selisih antara harga pengalihan
dan jumlah tercatat setiap transaksi restrukturisasi entitas sepengendali.
Selisih penilaian aset dan kewajiban adalah selisih antara nilai wajar dan jumlah tercatat
seluruh aset dan kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan sebagai akibat diadakannya kuasi
reorganisasi perusahaan.
Selisih penilaian efek adalah selisih nilai wajar efek dalam kategori “tersedia untuk dijual” antara
tanggal neraca periode sekarang dengan saat dibeli.
Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka sangat pendek
dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko
perubahan nilai yang signifikan.
Setara kas adalah penempatan dana sementara untuk kepentingan likuiditas perusahaan dan
dengan cepat dapat dijadikan kas tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
Sewa (lease) adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk
menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee
melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.
Sewa operasi (operating lease) adalah sewa selain sewa pembiayaan.
Sewa pembiayaan (finance lease) adalah sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh
risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya
dapat dialihkan, dapat juga tidak dialihkan.
Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran
atau penerimaan kas di masa datang selama perkiraan umur dari instrumen keuangan,
atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat
bersih dari aset keuangan atau kewajiban keuangan.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah
pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat keputusan yang menentukan
tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau
tidak seharusnya terutang.

336 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:336 Sec1:336 23/07/2008 13:00:33


Daftar Istilah

Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat keputusan yang menentukan jumlah pajak yang
terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak.
Surat Tagihan Pajak adalah surat yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk melakukan
tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
Tambahan modal disetor adalah selisih lebih dari nilai nominal saham yang telah diterima
perusahaan dari pihak ketiga.
Umur manfaat adalah suatu periode di mana aset diharapkan akan digunakan oleh entitas atau
jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh
entitas.
Utang antar badan hukum jangka panjang adalah utang yang timbul sebagai akibat dari transaksi
nonusaha dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, selain untuk pos yang telah
ditentukan penyajiannya, dan akan diselesaikan lebih dari satu periode setelah tanggal
neraca.
Utang antar badan hukum jangka pendek adalah utang yang timbul sebagai akibat dari transaksi
nonusaha dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, selain untuk pos yang telah
ditentukan penyajiannya, dan akan diselesaikan dalam satu periode setelah tanggal neraca.
Utang bank jangka panjang adalah kewajiban kepada bank atau lembaga keuangan yang akan
dibayar atau diselesaikan dalam periode lebih dari satu tahun atau satu siklus normal
operasional perusahaan, mana yang lebih panjang yang digunakan untuk pelaksanaan
kegiatan perusahaan.
Utang bank jangka pendek adalah kewajiban kepada bank atau lembaga keuangan yang akan
dibayar atau diselesaikan dalam periode kurang dari 1 (satu) tahun atau satu siklus normal
operasional perusahaan yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatannya.
Utang kepada pemerintah adalah utang yang timbul dari pemberian pinjaman oleh pemerintah
yang bersumber dari penerusan pinjaman.
Utang medium term note (MTN) atau surat utang jangka menengah adalah surat utang yang
memiliki jangka waktu antara 3 (tiga) hingga 10 (sepuluh) tahun, namun masanya bisa saja
hanya 1 (satu) tahun.
Utang pajak adalah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan dan yang sudah dipungut oleh
perusahaan tetapi belum disetorkan ke kas negara berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan I 337

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:337 Sec1:337 23/07/2008 13:00:33


Daftar Istilah

Utang sewa pembiayaan adalah kewajiban kepada perusahaan pembiayaan (lessor) sebagai
akibat perjanjian sewa pembiayaan (finance lease) yang dilakukan oleh perusahaan (lessee)
untuk pelaksanaan kegiatan operasional.
Utang usaha adalah kewajiban yang timbul karena pengadaan kebutuhan barang atau jasa untuk
pelaksanaan aktivitas operasional.
Venturer adalah salah satu pihak dalam joint ventures yang ikut melakukan pengendalian
bersama terhadap joint ventures tersebut.

338 I P e d o m a n Akuntansi BUMN Perkebunan

Bk PA BUMN Perkebunan-print A4.iSec1:338 Sec1:338 23/07/2008 13:00:33

You might also like